Page 1
Universitas Kristen Petra
15
2. IDENTIFIKASI DAN ANALISIS DATA
2.1. Tinjauan Literatur tentang Buku Cerita Bergambar
Dalam perancangan ini, teori-teori yang digunakan adalah teori-teori yang
berasal dari literatur (buku desain grafis, buku psikologi anak, buku cerita anak,
dan lain-lain). Adapun data-data berupa sumber dan artikel diperoleh melalui
buku, majalah, Koran, dan website.
2.1.1. Pengertian Buku Cerita Bergambar
Arswendo Atmowiloto (1986) mengungkapkan bahwa cerita bergambar
sama dengan komik, gambar yang dinarasikan, kisah ilustrasi, picto-fiksi dan lain-
lain (dikutip dalam “Jenis buku”, par. 5). Komik merupakan salah satu bentuk
seni yang berupa gambar-gambar yang tidak bergerak dan disusun sedemikian
rupa sehingga membentuk suatu jalinan cerita. Biasanya, komik dicetak di atas
kertas dan dilengkapi dengan teks. Komik dapat diterbitkan dalam berbagai
bentuk, mulai dari strip dalam koran, dimuat dalam majalah, hingga berbentuk
buku tersendiri (“Jenis buku”, par. 6).
Cerita bergambar atau komik dilengkapi dengan teks sehingga cerita yang
ingin disampaikan dapat lebih mudah untuk dimengerti sepenuhnya oleh
pembaca. Cergam karena sifat visualnya menjadi lebih menarik diikuti dari pada
novel, cerpen, atau karya-karya seni yang hanya menggunakan kata-kata
(“Mengembangkan cergam lokal”, par.1). “Komik menurut anggapan Marcel
Bonneff, adalah salah satu alat komunikasi massa yang memberikan pendidikan
baik untuk kanak-kanak maupun untuk orang dewasa” (99).
Dibandingkan dengan karya sastra, komik memiliki beberapa kelebihan
karena kurang menonjolkan kepribadian penulisnya. Penulis berusaha untuk lebih
banyak mengungkapkan orisinalitasnya melalui gambar dan bukan tulisan. Jika
dilepaskan dari pertimbangan estetis, yang mempengaruhi karya penulis sejati
manakala karya itu diambil sebagai sumber, skenario komik seringkali biasa-biasa
saja. Dialog dan penjelasan yang menyertakan action cenderung beku. Akibatnya
Page 2
Universitas Kristen Petra
16
banyak cerita yang mirip sehingga mendorong minat para sosiolog untuk meneliti
fakta kuantitatifnya saja (Bonneff 8).
Buku cerita adalah buku yang berisi suatu cerita atau kumpulan cerita.
Buku cerita yang diperuntukkan bagi anak biasanya mengandung cerita yang
ringan dan mudah dimengerti oleh anak. Terdapat dua macam buku cerita anak
yaitu buku cerita bergambar dan buku cerita tidak bergambar. Anak-anak
biasanya lebih menyukai buku cerita yang bergambar karena dapat membantu
mereka dalam berimajinasi dan membayangkan kejadian-kejadian yang ada di
dalam cerita. Berjalan seiring dengan perkembangan zaman, buku cerita anakpun
ikut berkembang menjadi semakin kreatif sehingga muncul buku cerita interaktif
yang memungkinkan para pembacanya untuk berinteraksi dengan tokoh ataupun
cerita yang ada di dalam buku. Dengan buku cerita yang interaktif maka para
pembacanya tidak hanya dapat menjadi sekedar pembaca namun juga dapat ikut
berperan serta secara langsung dengan cerita sehingga cerita dapat lebih mudah
dimengerti dan dipahami terutama oleh anak-anak.
Meskipun seringkali dianggap sepele, sebenarnya cerita memiliki banyak
manfaat dan bersifat sangat positif terutama bagi anak. “Menurut sejumlah
psikolog anak, mendongengi anak sejak masa usia prasekolah banyak sekali
mendatangkan manfaat bagi perkembangan otak serta mental anak. Bahkan
aktifitas mendongeng merupakan batu loncatan penting dalam membentuk anak
menjadi orang jenius” (Hana 71). Berikut ini adalah beberapa manfaat dari cerita
bagi anak (Ndraha 16-26) :
- Membangun disiplin dan karakter anak.
- Membangun relasi orang tua dan anak.
- Mengajari anak tentang moral dan kebenaran.
- Menyenangkan, merangsang kreatifitas, dan imajinatif.
- Melatih kecerdasan anak.
- Menegur anak dengan cerita.
Dengan memiliki kegemaran membaca cerita maka anak akan dapat
memetik manfaat dari membaca. Berikut ini adalah manfaat membaca bagi anak
(Goodchild 2-8) :
- Memperoleh keunggulan akademik.
Page 3
Universitas Kristen Petra
17
- Mengembangkan keterampilan komunikasi yang hebat.
- Membentuk perbendaharaan Kata.
Anak tidak akan memiliki hobi membaca buku-buku cerita apabila
kebiasaan membaca buku cerita tidak dipupuk sejak usia dini. Hobi membaca
buku dapat dibangun oleh orang tua dengan kebiasaan membacakan cerita
pengantar tidur bagi anak-anak mereka.
Dua dari tiga anak berusia dini menginginkan lebih banyak waktu
mendengar dongeng sebelum tidur. Hal ini dikatakan sejumlah peneliti di London,
Inggris. Para peneliti di sana mengadakan studi yang menunjukkan anak kecil
berusia 3-4tahun haus akan cerita sebelum tidur. Studi itu memperlihatkan lebih
dari 75 persen anak ingin orang tua mereka yang membacakannya (Hana 52).
Selain bermanfaat bagi si anak, kebiasaan ini juga memberikan manfaat
kepada orang tua yang membacakan cerita. Manfaat bercerita kepada anak bagi
orang tua antara lain adalah (Ndraha 16-17) :
- Membuat orang tua menjadi tekun dan kreatif.
- Meningkatkan kreatifitas orang tua.
- Mengerti cara berpikir anak dan hal-hal yang sedang mereka pergumulkan.
- Membuat orang tua merasa akrab dengan anak.
2.1.2. Fungsi dan Peranan Cerita Bergambar
Cerita bergambar merupakan salah satu karya yang memiliki pengaruh
yang cukup kuat bukan hanya bagi anak-anak namun juga bagi para remaja dan
bahkan orang dewasa. Cerita bergambar memiliki tiga fungsi atau peranan utama
yang sangat penting yaitu sebagai informasi pendidikan, untuk periklanan, dan
juga sebagai salah satu bentuk hiburan. Untuk dapat memenuhi ketiga fungsi dan
peranan tersebut, cerita bergambar harus memperhatikan kriteria-kriteria tertentu.
- Cerita bergambar yang ingin menyampaikan informasi pendidikan baik gambar
visualnya, isi ceritanya, maupun teks dalam buku tersebut harus menyampaikan
informasi pendidikan. Gambar visual, cerita, maupun teks harus disesuaikan
dengan target yang ingin dituju dari pembuatan cerita bergambar tersebut,
sehingga informasi pendidikan yang ingin disampaikan dapat diterima dengan
mudah dan jelas oleh pembacanya.
Page 4
Universitas Kristen Petra
18
- Cerita bergambar yang bertujuan untuk periklanan harus menarik sehingga
produk yang dijual dapat dikenal oleh target marketnya. Dalam cerita bergambar
untuk periklanan yang paling ditonjolkan tentunya adalah produk yang akan
dijual. Cerita di dalamnya hanyalah sebagai elemen pendukung saja, bukan lagi
merupakan elemen utama seperti cerita pada umumnya.
- Cerita bergambar yang bertujuan sebagai hiburan tentunya harus memberikan
kesenangan kepada pembacanya. Cerita bergambar ini harus disesuaikan dengan
usia pembacanya sehingga tidak akan terjadi adanya salah tangkap dalam
mengartikan cerita.
2.1.3. Sejarah Cerita Bergambar di Dunia
Komik atau comic adalah sebutan internasional untuk cerita yang
dituturkan lewat gambar di atas kertas. Namun beberapa Negara juga punya
sebutan sendiri-sendiri, misalnya Jepang dengan Manga, China dengan Manhua,
Korea dengan Manhwa, dan Indonesia dengan Cergam.
2.1.3.1. Buku cerita bergambar di Eropa
Cikal bakal komik Eropa adalah karikatur yang bermunculan sebelum
abad 18. Karikatur yang cukup berpengaruh, karya Thomas Rowlandson dan
James Gillray. Kemudian terbit buku cerita dengan ilustrasi gambar, Max and
Moritz (1865), karangan Wilhelm Busch. Perkembangan terus terjadi hingga awal
abad 19, dimana keluar buku cerita bergambar yang ditengarai sebagai komik
modern pertama. Histoire de M. Vieux Bois (1837) karya Rodolphe Topffer yang
disebut-sebut sebagai Bapak Komik Modern (Rina 8).
Belgia dan Perancis adalah dua Negara di Eropa yang lebih berperan
dalam mengembangkan komik Eropa, sehingga muncul istilah Fraco-Belgian
Comic. Berawal di Belgia tahun 1992, Koran mingguan Le Petit Vingtieme
memuat seri The Adventure of Tintin karya Herge, yang saat itu ceritanya masih
mengandung unsur politik dan rasis (karya ini menggunakan gaya garis bersih dan
halus dimana bayangan objek gambar diminimalkan). Kemudian menyusul
komik-komik Eropa lainnya yang turut mencuri perhatian dunia, yaitu : Lucky
Luke (1955) karya Maurice de Bevere alias Morris yang awalnya dimuat di
Page 5
Universitas Kristen Petra
19
majalah komik Le Journal de Spirou, Les Schtroumpfs/ The Smurfs karya Peyo
yang juga dimuat di Le Journal de Spirou (1958). Morris dan Peyo menggunakan
gaya dinamis yang mengandalkan beragam ketebalan garis untuk memberi
tekanan visual. Asterix (1959) karya Rene Goscinny dan Albert Uderzo yang
dimuat di majalah Pilote, serta Arad en Maya (1960-an) karya Lo Hartog van
Banda dan Jan Steman (Rina 8).
Menjelang tahun 2000, pasar komik di Eropa digempur manga yang
mempengaruhi perkembangan komik disana, dan menghasilkan perpaduan manga
dari segi cerita dan gaya visual komik Eropa yang diistilahkan La Nouvelle
Manga, yang diprakarsai oleh Frederic Boilet (Rina 8).
gambar 2.1. Histoire de M. Cieux Bois Karya Rodolpge Topffer
Sumber : Rina (2007, 8)
gambar 2.2. Portsmouth Point Karya Thomas Rowlandson
Sumber : Rina (2007, 8)
gambar 2.3. Komik Roman Inggris
Sumber : Masdiono, Okky (2007, 22)
Page 6
Universitas Kristen Petra
20
2.1.3.2. Buku cerita bergambar di Amerika Serikat
Industri komik Amerika mencoba bertahan dengan meluncurkan beberapa
komik yang karakternya cukup dikenal luas seperti Krazy Kat, salah satu tokoh
dalam komik strip ‘The Family Upstairs’ (1910) karya George Herriman untuk
Koran harian Sunday. Setelah debut Krazy Kat, Chicago American
mempromosikan komik Mutt and Jeff dan terjual 45.000 kopi. Angka yang
fantastis di era tersebut, dan tidak terkalahkan selama 18 tahun kemudian.
Sementara itu, Januari tahun 1929 terbit The Funnies No.1 hingga No.36 karya
George Delacorte, komik pertama dengan empat warna. Lalu King Features
Syndicate menerbitkan Mickey Mouse versi komik pada tahun 1930 yang
dikerjakan Walt Disney sebagai writer, Win Smith sebagai inker, dan Ub Iwerks
sebagai ilustrator dan colorist (Rina 9).
Pertumbuhan berarti akhirnya menjemput industri komik Amerika di
tahun 1930-an dengan keluarnya komik-komik petualangan. Diantaranya Tarzan
of The Apes (1929) karya Harold Rudolf Foster alias Hal Foster yang dijuluki
monster dunia gambar. Dick Tracy (1931) karya Chester Gould, dan Flash
Gordon (1934) karya Alex Raymond. Masa ini disebut sebagai era emas yang
memiliki tiga karakteristik, yaitu : fiksi ilmiah, cerita detektif, dan petualangan.
Sebelumnya, Tarzan of The Apes dikarang oleh Edgar Rice Burroughs ditahun
1912 dalam bentuk novel, lalu diadaptasi oleh Hal Foster dan diformat menjadi
komik strip. Lain lagi dengan Flash Gordon yang merupakan hasil pengembangan
ide Raymond saat hendak menciptakan superhero fiksi ilmiah. Kejayaan komik
negri Paman Sam ini disambut dengan membuat mainan karakter Flash Gordon
dan menayangkan serialnya, yang zaman itu merupakan serial termahal (Rina 9).
Perkembangan selanjutnya adalah munculnya berbagai genre komik yang
beraneka ragam. Masa genre komik yang pertama adalah Superhero. Superman
karya Jerry Siegel dan Joe Shuster merupakan landmark komik Superhero. Masa
genre perang dunia muncul pada periode 1940-1945 (masa Perang Dunia II).
Komik yang terkenal adalah Captain America (1941) karangan Jack Kirby dan
Joe Simon. Masa genre Romance muncul pasca Perang Dunia II tahun 1947-1948.
Komik roman yang pertama diterbitkan Hillman Periodicals adalah My Date
comics (1947) dan Young Romance (1947). Masa genre Cowboy dan Criminal
Page 7
Universitas Kristen Petra
21
mulai digemari setelah tahun 1948. Namun aktifnya geliat industri komik di
Amerika justru menimbulkan gelombang aksi unjuk rasa dikalangan akademik
dan orangtua, karena isi komik yang sarat dengan adegan kekerasan dan
mengandung pornografi, dipandang sangat berpengaruh buruk bagi anak-anak
(Rina 9-10).
Masa genre Intelektual yang salah satu contohnya adalah Peanuts (1950)
karya Charles M. Schultz dan Pogo (1948) karya Wall Kelly. Genre yang
selanjutnya adalah genre remake. Masa genre ini ditengarai sebagai awal era
perak di industri komik Amerika. Masa genre Comix (underground) pada akhir
tahun 1960-an. Komik-komik ini biasanya dibuat oleh satu artis dan distribusinya
yang luas membuat komik underground berkembang baik. Cerita-cerita yang
diangkat dalam Comix terkait dengan situasi sosial yang terjadi dan cenderung
satire. Masa genre Narkotika pada tahun 1971. Marvel Comics bekerjasama
dengan pemerintahan Amerika Serikat untuk membuat komik yang memuat
bahaya narkoba, namun CCA tak berkenan untuk menyetujui penerbitan komik
tersebut, karena menghadirkan visual narkotika dan sejenisnya. Masa genre era
modern ditandai dengan munculnya komik dengan isu sosial yang ditandai
dengan munculnya komik The Amazing Spiderman (Rina 10).
gambar 2.4. The Family Upstairs Introducing Krazy Kat
Sumber : Rina (2007, 9)
Page 8
Universitas Kristen Petra
22
gambar 2.5. Action Comics No. 1
Sumber : Rina (2007, 9)
gambar 2.6. Young Romance
Sumber : Rina (2007, 9)
2.1.3.3. Buku cerita bergambar di Asia
Cerita bergambar di Asia yang paling besar berasal dari Jepang dan China.
Di Jepang, Suiho Tagawa mengeluarkan Private Second Class Narakuro (1931)
yang mengangkat kisah seekor anjing militer. Lulusan Japan School of Art ini
kemudian dikenal sebagai pionir industri manga di Jepang. Pada umumnya visual
manga sederhana dan hitam putih. Dalam perkembangannya, industri manga
Jepang dipengaruhi oleh dua peristiwa besar, gerakan Meiji dan Perang Dunia II
(Rina 11).
Okupasi Amerika atas Jepang ditahun 1945-1952 cukup mempengaruhi
peredaran komik dan tayangan asal Amerika seperti Disney di Jepang. Jadi, bisa
dikatakan perkembangan manga adalah simbolis antara perkembangan estetika
dan kebudayaan Jepang yang berinteraksi dengan pengaruh-pengaruh barat yang
menimbulkan adanya inovasi dan transnasionalisasi. Salah satu contoh manga asal
Jepang yang terpengaruh oleh kebudayaan Amerika adalah Tetsuwan Atomu
(Astro Boy). Tidak hanya Jepang yang terpengaruh oleh kebudayaan Amerika
Page 9
Universitas Kristen Petra
23
namun demikian juga sebaliknya. Amerika juga ikut terpengaruh dengan
kebudayaan Manga. Salah satu contoh komik Amerika yang terpengaruh dengan
gaya manga adalah Ninja High Scholl karya Ben Dunn (Rina 11).
Di Shanghai, Cina pada tahun 1920-an lianhuanhua yaitu buku gambar
sebesar telapak tangan sangatlah tersohor. Lianhuanhua disebut-sebut sebagai
cikal bakal manhua. Majalah manhua pertama, Shanghai Sketch terbit tahun 1928.
Dalam kurun waktu 1934-1937, majalah manhua dipakai sebagai media
propaganda berhubungan dengan pecahnya perang antara Cina dan Jepang untuk
kedua kalinya. Tahun 1941, Jepang menduduki Hongkong yang berimbas pada
berhentinya produksi manhua. Majalah manhua yang paling berpengaruh di
kalangan dewasa ini adalah Cartoons World (1956). Di tahun 1970-an
perkembangan televisi membawa perubahan tersendiri bagi manhua. Maraknya
film-film Kung Fu Bruce Lee di era tersebut, mendorong terbitnya manhua yang
menampilkan kung fu seperti Little Rascals (Oriental Heroes) karya Tony Wong.
Manhua saat ini terbagi menjadi empat kategori yaitu : manhua politik, manhua
komikal, manhua aksi, dan manhua anak-anak. Karakter manhua yang terbit
dalam kurun waktu 1800-an hingga 1930-an, menonjolkan grafis yang realistik,
detail, dan penuh warna dengan batasan panel yang jelas. Menjelang tahun 1950-
an, karakter tokoh Disney seperti Mickey Mouse dan Pinokio asal Amerika,
menjadi acuan berbeda pagi pengarang manhua dalam menciptakan suatu karakter
(Rina 11).
Selain Jepang dan Cina, beberapa Negara Asia yang industri komiknya
dikenal adalah Korea, India, dan Philippina. Manhwa (sebutan komik di Korea)
lebih dipengaruhi oleh manga, dan industrinya sendiri saat ini masih belum bisa
dikatakan sedewasa industri manga di Jepang. Sedangkan komik asal India dan
Philippina, pengaruhnya lebih banyak dari Barat, baik dari segi cerita dan teknik
penggambarannya (Rina 11).
gambar 2.7. Oriental Heroes Karya Tony Wong
Sumber : Rina (2007, 11)
Page 10
Universitas Kristen Petra
24
gambar 2.8. Komik China Tahun 50-an
Sumber : Masdiono, Okky (2007, 22)
2.1.3.4. Tokoh-tokoh yang mempengaruhi cerita bergambar dunia
- Wilhelm Busch (1832-1908)
Ilustrasinya dikenal satire dan kebanyakan dimuat di majalah satire
Jerman, Fliegende Blaetter. Karyanya antara lain : The Millers Blood Daughter,
The Mole, Finch and Frog, Hans Huckebein, Impending Doom serta sebuah cerita
sajak berilustrasi yang legendaris Max and Moritz (1865) (Rina 12).
- Georges Prosper Remi (1907-1983)
Kartun berseri pertamanya, The Adventure of Totor, dimuat di majalah Le
Boy-Scout Belge. Norbert Wallez, pimpinan surat kabar Katolik, Le Petit Vingtime
menantang Remi untuk membuat comik strip mengenai seorang reporter Katolik
pembela kebenaran. Oleh sebab itulah maka lahir karakter Tintin yang sebenarnya
diadopsi dari karakter abangnya sendiri. Komik lain karya Herge adalah The
Amiable Mr. Mops (1932), Popol Outwest (1934), Jo, Zetta and Jocko (1935), Mr.
Bollum (1939), Thompson and Thomson (1943), dan The Explored the Moon
(1969) (Rina 12).
- Robert Kahn (1915-1998)
Ia pertama kali menjadi kartunis sejak usia 16 tahun. Robert Kahn adalah
pencipta karakter Batman. Awalnya karakter yang ia ciptakan bernama Bird-man
dan menggunakan kostum merah, atas saran Bill Finger akhirnya karakter tersebut
diganti menjadi Batman. Tokoh-tokoh lain yang diciptakan oleh Kahn antara lain
adalah Robin dan The Joker (Rina 12).
Page 11
Universitas Kristen Petra
25
- Richard Felton Outcault (1863-1928)
Karya-karya yang dihasilkan oleh Outcault antara lain adalah The Yellow
Kid (1895), Poor Lil Mouse (1901), dan Buster Brown (1902). Ia memutuskan
untuk pensiun dari dunia komik tahun 1909 (Rina 12).
- Stan Lee (1922)
Awal mula karirnya ia berprofesi sebagai penulis di penerbit komik,
Timely Comics yang kemudian menjadi Marvel Comics dengan debut pertamanya
Captain America No. 3 (1941). Belakangan ia diangkat menjadi art director, dan
menghasilkan beberapa komik super laris, diantaranya Spider-man, X-men, Blade,
Punisher, The Hulk, dan Daredevil. Berkat Stan Lee, Marvel Comics yang tadinya
hanya penerbit kecil tumbuh menjadi perusahaan multimedia besar. Meski tak
aktif lagi, kini Stan Lee diposisikan sebagai Chairman Emeritus di Marvel
Comics (Rina 12).
- Alfonso Wong (1924)
Alfonso Wong adalah artis manhua paling popular di Hongkong dan
China. Tahun 1960 ia dipercaya sebagai penanggung jawab gambar untuk Alkitab
yang diterbitkan misionaris Katolik asal Perancis sekaligus menjadi editor seni
untuk majalah Katolik Le Feng. Tahun 1962, seniman yang mahir menggambar
dengan kedua tangannya ini merilis komik berjudul Old Master Q. komik ini sarat
akan nilai-nilai keluarga dan mampu menembus segala golongan masyarakat, dan
bertahan hingga 40 tahun kemudian bahkan sudah dibuat animasinya. Tahun 1974
beliau bermigrasi ke Amerika Serikat dan tahun 1980 pensiun dari dunia gambar
(Rina 13).
- Osamu Tezuka (1928-1989)
Komik pertama yang dibuat adalah Bin Bin Namachan tentang seorang
anak berkepala botak yang adalah dirinya sendiri, dibuat saat kelas 3 SD. Komik
komersial pertamanya adalah Machan no Nikkicho (Machan’s Diary) di tahun
1946 yang dimuat di majalah anak-anak Jepang, Mainichi Shogakusei Shinbun.
Karyanya yang lain antara lain adalah : Lost World (1948), Jungle Emperor atau
biasa dikenal sebagai Kimba the White Lion (1950). Manga pertama Tezuka yang
diperkirakan dicontek oleh Disney untuk film antara lain adalah The Lion King,
Astro Boy (1952), Crime and Punishment (1953), Princess Knight (1953),
Page 12
Universitas Kristen Petra
26
Phoenix (1956), Twin Knight (1958), Cleopatra (1970), dan Buddha (1974) (Rina
13).
gambar 2.9. Cergam Bergaya Ozamu Tesuka
Sumber : Masdiono, Okky (2007, 22)
- Albert Ulderzo (1927)
Di usia 13 tahun ia sudah bekerja di Paris Publishing Society. Kemudian
ia mengikuti lomba dan menghasilkan karya Les aventures de Clopinard yang
diterbitkan setahun kemudian. Pada 1951 ia bertemu dengan Ren Goscinny dan
bekerjasama. Karena merasa cocok, mereka akhirnya bekerjasama lagi dan
menghasilkan komik Asterix yang dipublikasikan di jurnal Pilote tahun 1959.
Tahun 1974 mereka mendirikan studio Indefix bersama. Pada 1977 Goscinny
meninggal sehingga Ulderzo melanjutkan komik Asterix seorang diri. Episode
Asterix akhirnya usai dijudul Asterix and the Falling Sky (2005) (Rina 13).
- Tony Wong Yuk-Long (1950)
Tahun 1971, ia mendirikan perusahaan penerbitan, Yuk-long Picture Book
Company, yang mengeluarkan komik-komik laris, diantaranya Little Vagabond,
The Son of Ultraman, dan Solar Lord. Karyanya yang paling terkenal adalah Little
Rascals yang diciptakan sekitar tahun 1972. Disaat yang sama Wong juga
menerbitkan 2 majalah, Sang Po dan Golden Bo Daily. Tahun 1991 ia masuk
penjara karena kasus penipuan (Rina 13).
- Frederic Boiled (1960)
Debut komik kartunis asal Perancis ini adalah Le Rayon Vert (1987).
Tahun 1993, Boilet menjadi komikus non Jepang pertama yang menerima
penghargaan di ajang Morning Manga Fellowship dari perusahaan penerbit
terbesar di Jepang. Ia tergila-gila dengan komik ala Jepang sehingga sering
berkolaborasi dengan mangaka. Ia mengkombinasikan manga dan komik ala
Eropa yang disebut Nouvelle Manga di tahun 2001. Nouvelle Manga yang ia buat
adalah Yukiko Spinach (2003) dan Mariko Parade (2003) (Rina 13).
Page 13
Universitas Kristen Petra
27
2.1.4. Sejarah Cerita Bergambar di Indonesia
2.1.4.1. Cerita Bergambar Indonesia dari masa ke masa
- Masa prasejarah
Marcel Bonneff dalam disertasinya tentang cergam yang ditulis tahun
1972 (Komik Indonesia Kepustakaan Popular Gramedia, 1998) menjabarkan
bahwa cikal bakal dan sejarah cergam jika diruntut lebih jauh ternyata sudah ada
sejak jaman prasejarah, yaitu dari relief candi Prambanan dan Borobudur
(Masdiono, Okky 20).
- Era 1930-an
Tahun 1930-an bisa disebut sebagai tonggak cergam modern Indonesia,
yaitu dengan munculnya cergam strip Put On karya Kho Wang Gie dalam surat
kabar Sin Po. Karya-karya yang muncul selanjutnya antara lain adalah Si Tolol
(Star Magazine, 1939-1942), Oh Koen, dan Mentjari Poetri Hidjaoe (Masdiono,
Okky 20).
gambar 2.10. Put On Cerita Bergambar Tahun 1930-an
Sumber : Masdiono, Okky (2007, 20)
gambar 2.11. Rip Kirby Karya Alex Raymond
Sumber : Mardiono, Okky (2007, 20)
- Tahun 1940-an sampai dengan 1950-an
Cergam yang muncul pada masa ini antara lain adalah Pak Leloer (1942)
dan legenda Roro Mendoet yang digambar oleh B. Margono. Sekitar tahun 1947,
komik-komik Amerika mulai berdatangan seperti Rip Kirby, Phantom, Johny
Page 14
Universitas Kristen Petra
28
Hazard, Mandrake, Flash Gordon, dan lain sebagainya. Setelah komik Amerika
masuk, banyak cergam-cergam yang terpengaruh oleh gaya komik Amerika.
Salah satunya adalah Sie Djien Koei karya Siauw Tik Kwie dan Wiro karya Kwik
Ing Hoo. Tapi ada juga cergam yang merakyat seperti Dagelan Petruk karya Indri
Doedono (Mardiono, Okky 20-21).
Di tahun 1953, cergam mulai menapaki masa awal keemasannya dengan
lahirnya sosok Sri Asih karya R.A. Kosasih dan Nina Putri Rimba karya Djony
Lukman (Djonlo). Djonlo mengahsilkan beberapa karya cergam lain seperti Puteri
Bintang, Garuda Putih, Popo, dan Kapten Komit. Tahun 1954 muncul protes keras
agar komik-komik Barat harus dimusnahkan karena dianggap memberi pengaruh
buruk terhadap kaum muda. Setelah itu, mulai muncul cergam-cergam wayang,
diantaranya adalah Lahirnya Gatotkaca (1954-1955), Raden Palasara, dan
Mahabharata. Cergam wayang cukup sukses menggempur pasaran lokal dan
mampu menggeser dominasi komik Barat. Selain cergam wayang, muncul juga
cergam legenda antara lain adalah Lutung Kasarung, Sangkuriang, Lara
Djonggrang, Bawang Merah, Djoko Tingkir, dan lain sebagainya (Mardiono,
Okky 21).
gambar 2.12. Komik Flash Gordon Versi Mac Raboy
Sumber : Mardiono, Okky (2007, 20)
gambar 2.13. Popo, Parodi Mickey Mouse
Sumber : Mardiono, Okky (2007, 21)
Page 15
Universitas Kristen Petra
29
gambar 2.14. Prabu Udrayana Karya R.A. Kosasih
Sumber : Mardiono, Okky (2007, 21)
- Tahun 1960-1963
Periode tahun 1960-1963 konon dikenal sebagai periode Medan. Beberapa
cergam yang popular antara lain Bunda Karung, Tambun Tulang, Mirah Tjaga
dan Mirah Silu atau Hang Djebat Durhaka. Pada periode ini cergamis yang
popular adalah Djas, Zam Nuldyn, dan Taguan Hardjo. Karya-karya mereka
antara lain adalah Telandjang Udjung Karang, Kapten Yani dengan perompak
Lautan Hindia, Batas Firdaus, dan lain sebagainya (Mardiono, Okky 21).
gambar 2.15. Cerita Bergambar Karya Taguan Hardjo
Sumber : Mardiono, Okky (2007, 21)
- Tahun 1963-1965
Cergam dan nasionalisme menjadi ide utama pada cergam-cergam yang
terbit antara tahun 1963-1965. Tahun 1965, cergam-cergam bertema perjungan
disukai dan populer di Jakarta dan Surabaya. Cergam pada masa ini antara lain
adalah Trunodjojo atau Pattimura, Pembebasan dan Srikandi Tanah, Perdjuang
Tak Kenal Mundur, Toha Pahlawan Bandung, Puteri Tjendrawasih, Pahlawan
Jang Kembali, Bentjah Menggolak, Kadir dan Konfrontasi, Hantjurlah Kubu
Page 16
Universitas Kristen Petra
30
Nekolim, Srikandi Tanah Minang, Srikandi Kemerdekaan, dan Tuti Pahlawan
Puteri (Mardiono, Okky 22).
- Tahun 1966-1967
Pada masa ini, tak ada lagi cergamis yang professional sejati, dan lagi
kalangan cergamis kala itu tak memiliki kelompok yang terorganisir. Keadaan
kian memburuk lantara muncul cergam-cergam yang dipolitisasi tanpa nama
cergamis. Para cergamis mulai khawatir karena mereka mulai dicurigai dan
diinterogasi. Akhirnya, dibentuklah Ikasti (Ikatan Seniman Tjergamis Indonesia)
(Mardiono, Okky 22).
- Tahun 1968-1980-an
Pada masa ini banyak bermunculan cergam-cergam yang murahan dengan
kualitas yang buruk. Banyak karya-karya cergam Amerika yang ditiru ataupun
dipalsu dan diperjualbelikan (Mardiono, Okky 22).
gambar 2.16. Flash Gordon Palsu
Sumber : Mardiono, Okky (2007, 23)
2.1.4.2. Cetakan Cerita Bergambar pada masa lalu
- Teknik letter press
Cerita bergambar pertama kali dicetak dengan teknik letter press. Teknik
ini menggunakan acuan timah. Gambar di reproduksi ke dalam bentuk acuan plat
timah, dimana bagian gambar akan lebih menonjol. Di dalam mesin, timah ini
akan mendapatkan tinta di bagian gambar, yang kemudian menekan kertas hingga
gambar-gambar tersebut tercetak. Prinsipnya hampir sama dengan teknik stempel
cap. Letter press menggunaka teknik cetak yang disebut cetak tinggi, karena
acuan gambarnya lebih menonjol. Dalam industri cerita bergambar, teknik ini
digunakan di tahun 1950-an. Teknik letter press masih bertahan hingga kini
(Gunawan 23).
Page 17
Universitas Kristen Petra
31
- Teknik offset
Teknik cetak offset menampilkan raster yang lebih halus dan
menggunakan acuan plat datar. Untuk foto atau ilustrasi dengan gradasi yang
halus, hasilnya akan lebih mirip dengan artwork aslinya. Di samping itu untuk
memindahkan gambar dari plat ke atas kertas, tak dibutuhkan tekanan seperti pada
letter press, sehingga tak akan terlihat bekas tekanan timah pada kertas. Warna
yang dihasilkan juga lebih cemerlang. Cetak offset biasa disebut juga dengan
cetak datar, karena acuan gambarnya relatif tidak menonjol (Gunawan 23).
- Cetak rotogravure
Cetak rotogravure menggunakan teknologi cetak dalam. Bagian gambar
dari acuan cetak rotogravure menjadi lubang-lubang kecil yang menampung tinta.
Bagian yang menampung tinta inilah yang menjadi gambar (Gunawan 23).
2.1.4.3. Tokoh-tokoh cergamis Indonesia
- Djair Warni
Lahir di Cirebon, 13 Mei 1949. Karyanya yang paling popular adalah Jaka
Sembung, seorang pria berdarah biru yang berhasil menumpas musuh di gunung
Sembung. Karya-karyanya yang lain diantaranya Jaka Geledek, Malaikat
Bayangan, Si Tolol, Agen Rahasia, Toang Anak Jin, Generasi Masa Depan, Tiqa
Perkasa, dan lain sebagainya (Okky 24).
- Gerdik WK
Lahir 13 April 1953. Ia menciptakan tokoh Gina yang Berjaya pada 1972-
1985. Trilogi dari tokoh ini antara lain : Gurun Gobi (1975), Teratai Merah
(1976), Vampir-vampir Laut Kuning (1976). Karya- karyanya yang lain
diantaranya adalah buku serial Wali Songo (1993), buku cerita rakyat Grasindo
(1997) dengan kisah Sangkuriang, Si Kabayn, dan Iteung Tersayang (1998-1999)
(Okky 24).
- Hasmi
Lahir di Yogyakarta, 25 Desember 1955. Ia membuat tokoh Gundala
Putera Petir yang berlanjut hingga 23 judul. Selain Gundala, ia juga membuat
tokoh superhero Bara yang terilhami komikus Amerika (Okky 24).
Page 18
Universitas Kristen Petra
32
- Hans Jaladara
Lahir di Yogyakarta tahun 1947. Karya-karyanya antara lain adalah Panji
Tengkorak (1968), Walet Merah (1973), Si Rase Terbang, Dian dan Boma, Intan
Permata Rimba, dan lain sebagainya (Okky 24).
- Ganes TH
Lahir di Banten, 5 Mei 1935. Nama Ganes sangat identik dengan karakter
rekaannya, Si Buta dari Gua Hantu. Karya-karyanya antara lain adalah Tuan
Tanah Kedawung, Misteri di Borobudur, Tjisadane, Siluman Srigala Putih, Si
Djambang, dan Beranak dalam Kubur (Okky 24).
- Jan Mintaraga
Lahir di Yogyakarta, 8 November 1942. Karya-karyanya antara lain
adalah Sebuah Noda Hitam, Tunggu Aku di Pintu Eden, Kelelawar, Teror Macan
Putih, Indra Bayu, Imperium Majapahit, Api di Rimba Mentaok, dan lain
sebagainya (Okky 24).
- Mansyur Daman
Lahir di Jakarta pada 3 Juli 1946. Karya-karyanya antara lain adalah Istana
Hantu, Mentjari Djejak Setan Tjulik, Si Tompel, Golok Setan, Mandala, Siluman
Sungai Ular, Pekikan Histeris, Perawan Buronan, Petjah Kulit, Dewi Kenanga,
Macan Kuku Seribu, Monyet Putih, dan Raksasa (Okky 25).
- Wid NS
Lahir di Yogyakarta pada 22 November 1938. Ia membuat tokoh Godam
dan Aquanus. Karya-karyanya antara lain adalah Anjing Setan de La Rosa dan
Pengantin Rumah Kubur. Ia bersama dengan beberapa cergamis lain membuat
cergam bertemakan serangan umum 1 Maret dengan judul Merebut Kota
Perjuangan (Okky 25).
- Zaldy
karya-karyanya antara lain adalah Setitik Air Mata yang dibuat menjadi
film berjudul Air Mata Kekasih (September 1971) dan Fadjar di Tengah Kabut
menjadi film Ratna (Desember 1971) (Okky 25).
Page 19
Universitas Kristen Petra
33
- R.A Kosasih
Lahir di Bogor pada 4 April 1919. Beliau dikenal sebagai Bapak Komik
Indonesia. Karya-karyanya antara lain adalah Sri Asih (1954), Mahabharata dan
Ramayana, Lutung Kasarung, Sangkuriang, dan lain sebagainya (Okky 25).
- Teguh Santosa
Lahir di Malang pada 1 Februari 1942. Karya-karyanya antara lain adalah
Sandhora (1969), Mat Romeo (1971), Mencari Mayat Mat Pelor (1970), Sebuah
Tebusan Dosa (1967). Ia pernah digaet untuk menjadi inkman di Marvel Comic,
Newyork. Karya-karya yang pernah ikut ia garap antara lain adalah Conan,
Alibaba, dan Piranha (Okky 25).
2.1.5. Bentuk dan Jenis Cerita Bergambar
2.1.5.1. Bentuk komik menurut Steve Bolhafner
Dalam bukunya Alternative Comics, Steve Bolhafner membagi bentuk
komik menjadi :
a. Strip komik atau Comic-strips (strip)
Comic-strips adalah jenis cerita bergambar yang sangat pendek dan
biasanya hanya terdiri dari beberapa susunan panel saja. Komik ini bersambung
dan sangat langka di Indonesia.
Di Negara maju, comic-strips diberi tempat yang menguntungkan. Comic-
strips dimuat dalam surat kabar, dikoleksi orang, dan didepositkan, sehingga
penerbitnya pun lestari. Faktor itu telah membuat sebagaian besar produksi komik
dilestarikan (Bonneff 10).
Di Indonesia, jenis komik ini banyak dijumpai di koran-koran ataupun
majalah-majalah sebagai salah satu bentuk hiburan singkat di sela-sela kegiatan
membaca berita atau artikel yang cenderung menjemukan. Komik strip biasanya
muncul atau terbit secara harian, mingguan atau bulanan.
b. Buku komik atau Comic Books
Buku komik adalah sebuah buku cerita bergambar dimana didalamnya
terdapat sebuah cerita dan beberapa tokoh utama. Buku komik biasanya berseri
dan ceritanya terus sambung menyambung menjadi sebuah cerita besar. Buku
komik seperti ini biasanya dibuat oleh satu orang pengarang ataupun seorang
Page 20
Universitas Kristen Petra
34
ilustrator. Biasanya selalu terbit secara berkala dan jumlah edisinya tidak tentu.
Ada buku komik yang edisinya hanya sedikit yaitu antara 3 hingga 5 seri saja.
Namun ada juga buku komik yang jumlah edisinya mencapai ratusan.
c. Buku komik kompilasi atau Graphic Novels
Sebenarnya isitilah buku komik kompilasi atau graphic novel bukanlah
istilah yang populer di Indonesia. Jarang sekali terdapat jenis buku cerita
bergambar buatan para pengarang komik Indonesia yang merupakan graphic
novel. Buku komik kompilasi adalah sebuah buku cerita bergambar yang
didalamnya terdapat banyak cerita. Cerita-cerita tersebut dipisahkan dengan judul-
judul dan bab-bab yang berbeda. Jenis buku cerita bergambar seperti ini dapat
dibuat oleh seorang pengarang. Namun ada juga buku komik kompilasi yang
dibuat oleh beberapa pengarang yaitu beberapa pengarang yang saling bekerja
sama untuk membuat sebuah komik kompilasi ataupun cerita-cerita komik yang
digabungkan menjadi satu buku dan kemudian baru diterbitkan dan diperjual-
belikan. Pada buku komik kompilasi antara cerita satu dengan cerita yang lain
tidak saling berhubungan. Jenis buku komik ini memiliki ketebalan halaman buku
yang lebih banyak apabila dibandingkan dengan buku komik biasa. Buku komik
kompilasi biasanya terdiri dari ratusan halaman sehingga ketebalan bukunya
menyerupai ketebalan buku-buku novel.
2.1.5.2. Jenis Komik
Marcell Bonneff dalam bukunya “Komik Indonesia”, membagi komik ke
dalam empat jenis. Keempat jenis tersebut antara lain adalah :
a. Komik wayang
Bagi orang asing, komik wayang merupakan jenis komik asli. Apalagi
komik ini dimaksudkan untuk menyaingi komik import di pasar dan membatasi
pengaruh negatifnya (Bonneff 104).
Lakon pokok yang mengilhami komik wayang adalah hasil tradisi lama
yang lahir dari sumber Hindu. Kemudian tradisi itu diolah kembali secara besar-
besaran dan diperkaya dengan unsur lokal, yang beberapa diantaranya berasal dari
kesusastraan Jawa kuno, seperti Bharata Yuda atau Arjuna Wiwaha yang
dianggap sebagai karya Mpu Kanwa (sekitar 1030). Generasi demi generasi
Page 21
Universitas Kristen Petra
35
dalang telah memberikan sumbangan kepada wayang yaitu bentuknya sekarang.
Garis besar lakon pokok direkam kedalam bentuk tertulis dan menjadi buku
pegangan dalang (pakem) (Bonneff 105).
Dari lakon pokok itu muncul turunannya, lakon tjaragan. Dalam lakon ini,
dalang membayangkan fragmen-fragmen berdasarkan cerita dasar yang ditetapkan
oleh tradisi. Para tokohnya dimunculkan dengan petualangan baru. Komik sangat
sering memanfaatkan cerita caragan yang paling terkenal (Kangsa Adu Jago,
Prabu Bomantara, Pergiwa-Pergiwati, dan sebagainya (Bonneff 105-106).
Dewasa ini, komik wayang tidak diproduksi lagi, sehingga sulit ditemukan
di taman bacaan. Walaupun demikian, Wayang Purwa atau Mahabharata
dianggap sebagai komik klasik. Banyak orang yang membacanya dan
mengoleksinya. Komik wayang versi baru jarang ada, karena selain Kosasih, tidak
ada lagi komikus yang cukup pengetahuannya tentang wayang (Bonneff 112).
gambar 2.17. Komik Wayang Indonesia
Sumber : http-//vindocomic.files.wordpress.com/2007/09/arjuna-sasrabahu-bisi3
gambar 2.18. Komik Wayang Karya R.A. Kosasih
Sumber : http://t0.gstatic.com/images?
Page 22
Universitas Kristen Petra
36
gambar 2.19. Komik Wayang Karya R.A. Kosasih 2
Sumber : http-//vindocomic.files.wordpress.com/2007/06/nwa004
b. Komik Silat
Kata silat atau pencak berarti teknik bela diri, dengan variasi disejumlah
daerah di Nusantara (Bonneff 113). Namun demikian, sulit untuk menyatakan
bahwa pencak-silat adalah murni warisan budaya Nusantara, karena tidak
ditemukan bukti sejarah (114). Kisah yang mengangkat seni bela diri ini disebut
cerita silat. Namun, kisah-kisah yang diilhami seni bela diri Cina juga dinamai
cerita silat.
Cerita silat dapat digolongkan menjadi dua kelompok : cerita silat Tiong
Hoa dan cerita silat sejarah Indonesia. Kelompok pertama kebanyakan diisi oleh
terjemahan buku yang diterbitkan di Hongkong dan Taiwan. Kelompok kedua
merupakan kreasi asli. Pengarang utamanya adalah Kho Ping Hoo (kemudian
berganti nama menjadi Asmaraman). Ia mengambil lokasi cerita di zaman Cina
kuno pada suatu masa yang tidak ditentukan. Para tokoh dan tempat
menggunakan nama Cina (Bonneff 115).
Kategori cerita silat sangat besar, meliputi berbagai karya yang temanya
berasal dari mana-mana. Sejarah didampingkan dengan legenda dan fiksi murni.
Di dalam kisah-kisah itu, sebagian penulis menekankan teknik silat,
mengembangkan cerita kepahlawanan para pendekar, sebagian lagi lebih mirip
sejarawan atau ahli filsafat, sedangkan yang lain lagi berpuas diri dengan cerita
sentimental, bahkan dengan adegan erotis dan sadis. Mutu susastra dan tujuan
mendidik dalam komik silat sangat beragam. Satu-satunya unsur yang sama
didalam kategori ini dan sekaligus memberinya nama adalah kehadiran seorang
pendekar yang menggunakan ilmu silat untuk mencapai tujuannya (Bonneff 117).
Page 23
Universitas Kristen Petra
37
Komik telah mempengaruhi sinema Indonesia. Untuk menyaingi film silat
impor, para produsen seringkali menggunakan komik sebagai naskahnya. Dengan
demikian, film memberikan sumbangan dalam mempopulerkan citra para
pendekar komik (Si Buta, Pendekar Bambu Kuning, Pandji Tengkorak) (Bonneff
120).
Dengan meletakkan petualangan para pendekar ciptaannya dalam realitas
sejarah dan budaya negeri, para komikus memberi nilai tambah pada komik silat.
Mereka merangkum berbagai kondisi yang mempermudah para pembaca untuk
mengidentifikasi dirinya dengan tokoh cerita (Bonneff 121).
gambar 2.20. Komik Silat Karya Kho Ping Hoo
Sumber : http-//cdn-u.kaskus.us/49/dia9aihn
gambar 2.21. Komik Silat Indonesia
Sumber : http-
//3.bp.blogspot.com/_wOhCwI8jhIA/Sw9kIKQRC6I/AAAAAAAAAOg/kGuGK
Bp2ovM/s1600/MISTERI+LEMBAH+TENGKORAK
c. Komik humor
Berdasarkan tokoh yang diadegankan, komik humor digolongkan menjadi
dua kategori : seri Punakawan dan cerita yang menampilkan tokoh-tokoh orisinal
(Bonneff 121).
Di dalam mitologi Jawa, Semar sama dengan dewa. Ia telah ditunjuk oleh
Sang Hyang Tunggal untuk mengawasi manusia. Ia menjadi penasihat dan
Page 24
Universitas Kristen Petra
38
pembantu Pandawa didalam pertempuran simbolis melawan kejahatan yang
diwakili oleh Kurawa. Di dalam Wayang Purwa, di Jawa Tengah, Ki Lurah Semar
mempunyai dua orang anak : Gareng yang sulung, dan Petruk. Dalam versi lain
Bagong, yang dianggap sebagai anak ketiga dari Semar diciptakan dari bayangan
Semar. Keempat tokoh ini membentuk kelompok Punakawan yang menyertai para
pahlawan dan berperan serta dalam berbagai peristiwa yang sering kali mereka
ubah jalannya. Sebagai dewa, Semar sangat disegani para protagonis yang sering
kali meminta nasihatnya. Anak-anaknya tidak bijaksana. Mereka lebih menonjol
dalam hal dagelan, kata-katanya yang ngawur terkadang mengandung pikiran
genius. Kehadiran Punakawan yang tidak dikenal dalam tradisi India, merupakan
bukti peninggalan kepercayaan sebelum masuknya agama Hindu. Mereka tampil
sebagai juru bicara rakyat atau symbol jatidiri Jawa (Bonneff 123).
Dalam sandiwara rakyat diberbagai daerah yang sangat bervariasi itu,
selain para pangeran, para pelayan yang disebut abdi juga selalu hadir. Para abdi
itu bekerja penuh pengabdin tetapi sekaligus suka mengkritik, mirip dengan valet
dalam komedi Perancis. Pada tataran drama, kehadiran mereka memudahkan
perangkaian adegan-adegan atau fragmen-fragmen. Komentar-komentar mereka
yang masuk akal membuat kisah berdimensi nyata. Mereka mengendurkan
suasana tegang dengan memanfaatkan kebebasan berimprovisasi. Mereka
memisahkan diri dari lakon, komentar-komentar mereka menyentuh keadaan
aktual, yang sering kali aspek-aspek yang paling luas. Dalam wayang kulit,
dalang memanfaatkan mereka untuk melontarkan kritik atau, sebaliknya, untuk
membantu penyebarluasan berbagai aturan pemerintah, seperti yang berkaitan
dengan rencana pembangunan atau keluarga berencana. Pendek kata, dalang
selalu mengharapkan untuk mengeluarkan humornya (Bonneff 123).
Komik humor tidak pernah benar-benar menjurus ke satire. Aparat
pemerintah dihormati seperti orang tua. Moral yang diamanatkan konvensional.
Dengan memanfaatkan banyak segi anekdotis, komik humor langsung menyentuh
kehidupan sehari-hari sehingga memudahkan orang untuk memahaminya. Dalam
perkomikan Indonesia, komik humor adalah genre utama yang mengadegankan
lingkungan rakyat, budaya panjang akal yang memungkinkan rakyat menghadapi
kesulitan ekonomi dan pengangguran. Pedagang keliling, supir becak, pembantu,
Page 25
Universitas Kristen Petra
39
pegawai negeri rendahan yang berbicara dialek Jakarta itu membentuk lukisan
yang kaya dan hidup dari masyarakat masa kini (Bonneff 127-128).
gambar 2.22. Komik Humor Indonesia
Sumber : http-//sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-
snc3/hs017.snc3/12439_1052494089125_1728973538_106181_8204617n
d. Roman Remaja
Dalam bahasa Indonesia, kata roman jika digunakan sendirian selalu
berarti kisah cinta. Kata remaja digunakan untuk menunjukkan bahwa komik ini
ditujukan untuk kaum muda (Bonneff 128).
Ceritanya tentu saja harus romantis. Menurut Zaldy dan Sim, dua komikus
yang menjadi terkenal karena roman remaja, pembaca menuntut dapat turut serta
dalam suatu semesta perasaan yang murni, agung, dalam kehadiran yang selaras.
Tidak perlu ada alur yang rumit, konflik psikologis. Tokoh-tokohnya harus
tampan, kaya, dan jujur. Itulah resep mimpi yang mereka ciptakan. Tentu saja
kebahagiaan bukan untuk semua orang, bahkan dalam komik, dan dalam kisah
sering terjadi musibah. Pembaca ingin dibuat terharu. Para penerbit sering
mengantarkan karya baru dengan kata-kata seperti berikut : “Sebuah kisah drama
yang pasti meneteskan air mata anda” (Bonneff 128).
gambar 2.23. Komik Roman Remaja
Sumber : http-
//www.jakarta.go.id/web/system/jakarta2011/public/images/encyclopedia/ce7aac3
695854df176abfd5f0ffcddad
Page 26
Universitas Kristen Petra
40
gambar 2.24. Komik Roman Remaja 2
Sumber : http-//1.bp.blogspot.com/-
OGf22Q3FWdw/TWPx74OQi8I/AAAAAAAAJG4/y5TZZp3fQ_w/s1600/Kisah
%2BRoman%2BRemaja%2BJefry
2.1.6. Basis Media Cerita Bergambar
Basis media dari cerita bergambar pada umumnya adalah kertas. Namun
dengan fungsinya sebagai salah satu bentuk Advertising atau periklanan, basis
media cerita bergambarpun menjadi beraneka ragam. Advertising itu sendiri terus
berkembang seiring dengan perkembangan jaman sehingga media yang digunakan
juga ikut berkembang. Hingga saat ini, basis media cerita bergambar adalah
sebagai berikut :
- Media Cetak
Media cetak berkembang sangat pesat setelah ditemukannya sistem cetak
dan mesin cetak. Penemu sistem cetak yang sesungguhnya adalah bangsa Cina.
Pada abad ke sembilan (enam abad sebelum bangsa Eropa) mereka telah memahat
setiap halaman teks secara lengkap pada sebuah papan kayu dan membuat salinan
dari situ. Di kemudian hari, mereka mengukir setiap huruf Cina pada balok-balok
terpisah yang dapat dipakai berulang-ulang (Pollard 11).
Penemu teknologi cetak tekan yang menggunakan huruf-huruf lepas
adalah Johann Gutenberg pada 1450-an. Penemuannya ini mengguncangkan dunia
dan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap dunia percetakan. Namun
demikian, Gutenberg adalah orang yang sangat misterius. Ia tidak pernah
mencantumkan namanya pada barang cetakan yang dihasilkannya. Ini sebabnya
orang sering berbeda pendapat tentang dirinya (Pollard 50).
Media cetak yang banyak digunakan dalam cerita bergambar adalah buku.
Selain buku, cerita bergambar biasanya juga dapat ditemukan di surat kabar
Page 27
Universitas Kristen Petra
41
ataupun majalah. Cerita bergambar yang biasanya ditemukan di surat kabar adalah
komik strip yang sangat singkat dengan cerita-cerita humor yang menghibur.
Cerita bergambar dalam fungsi dan peranannya sebagai iklan juga dapat
ditemukan di brosur-brosur, pamflet, banner, poster, dan lain sebagainya. Dalam
media tersebut, jenis cerita bergambar yang biasanya digunakan adalah jenis
komik strip yang singkat.
Media cetak tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan. Berikut ini
adalah kelebihan media cetak (“Nasip Media Cetak di Tengah Era Global”, par.
11) :
- Harganya dapat dijangkau oleh semua kalangan.
- Berita yang disampaikan banyak dan mampu menjelaskan secara lengkap.
- Dapat dibaca berkali-kali dengan cara menyimpannya.
- Mudah dibawa kemana–mana.
Sedangkan kekurangan dari media cetak antara lain adalah (“Nasip Media
Cetak di Tengah Era Global,” par. 12) :
- Berita yang tampil bukan merupakan berita terbaru (berita hari sebelumnya).
- Biaya untuk memproduksi media cetak lebih besar dibandingkan media digital.
- Waktu yang dibutuhkan untuk mendistribusikan media cetak cenderung lebih
lama.
- Media Digital
Media digital akhir-akhir ini berkembang dengan sangat pesat. Pengertian
media digital pada umumnya adalah media yang diakses menggunakan komputer.
Pada media digital, penyebaran suatu cerita bergambar dapat dilakukan secara
cepat dan luas karena adanya internet yang dapat menjangkau seluruh dunia.
Sekarang ini banyak sekali cerita bergambar yang dapat diunduh ataupun dibaca
langsung di internet. Media digital memungkinkan seseorang untuk membaca
cerita bergambar tanpa mengeluarkan banyak biaya karena bukunya tidak perlu
dibeli sehingga cerita bergambar dapat menjangkau lebih banyak kalangan
masyarakat.
Cerita bergambar dalam fungsi dan peranannya sebagai salah satu sarana
periklanan juga dapat berbasis media digital televisi. Apabila cerita bergambar
digital tersebut dimasukkan ke dalam iklan televisi maka cerita bergambar
Page 28
Universitas Kristen Petra
42
tersebut akan dapat dinikmati dalam siaran televisi. Namun dalam iklan televisi
biasanya cerita bergambar dilengkapi dengan elemen suara sehingga para
penontonnya dapat menjadi lebih tertarik terhadap iklan yang ditampilkan.
Media digital memiliki kekurangan dan juga kelebihan. Berikut ini adalah
kelebihan dari media digital (“Nasip Media Cetak di Tengah Era Global,” par.
13):
- Informasi (berita) dapat disampaikan secara cepat.
- Biaya produksi cenderung lebih murah.
- Kejadian suatu berita dapat diberitakan secara langsung.
Sedangkan kekurangan dari media digital adalah (“Nasip Media Cetak di Tengah
Era Global,” par. 14) :
- Hanya bisa di baca di tempat tertentu, karena membutuhkan perangkat
pendukung seperti komputer, gadget dan PDA, yang sebagian memerlukan
koneksi internet untuk dapat mengakses sebuah situs berita.
- Tidak semua masyarakat mengerti menggunakan media komputer.
2.1.7. Elemen Cerita Bergambar
Terdapat beberapa unsur yang penting dalam cerita bergambar, diantaranya
(McCloud 94-137) :
- Panel
Sebuah bidang yang berisi gambar yang mewakili suatu adegan tertentu.
Ukuran dari panel bervariasi. Bentuk dari panel ada yang terlihat jelas dan juga
ada yang abstrak.
- Icon
Gambar yang mewakili seseorang, tempat, barang / gagasan tertentu.
- Balon kata (Ballons)
Balon kata adalah kotak dialog yang berisi teks ucapan seorang karakter di
dalam cerita.
- Thought ballons
Thought ballons adalah kotak dialog yang berisi tentang sesuatu yang
dipikirkan oleh seorang karakter di dalam cerita.
Page 29
Universitas Kristen Petra
43
- Border
Border merupakan outline atau garis tepi dari suatu halaman.
- Frame
Frame merupakan garis batas panel-panel pada adegan didalam cerita
komik.
- Sound lettering
Sound lettering adalah huruf bunyi-bunyian dan setiap komikus memiliki
gaya sendiri untuk menampilkannya.
- Parit
Parit merupakan jeda antar panel, memiliki momen abstrak, dan tercipta
secara imajiner oleh pembaca.
- Warna
Warna dalam suatu komik atau cerita bergambar dapat mengungkapkan
subjek secara objektif. Pembaca dapat lebih menyadari bentuk fisik suatu objek
yang berwarna dibandingkan dengan objek yang hitam putih.
- Efek visual
Efek visual merupakan kesan yang digambarkan untuk menekankan
gambaran emosi, karakter, suasana, dan gerak dari tokoh dalam komik.
- Closture
Closture adalah suatu fenomena yang menganggap bahwa bagian-bagian
yang dilihat merupakan suatu alur menyeluruh. Bagian yang tidak digambarkan,
digambarkan melalui pengalaman pembaca dalam pikirannya. Dalam batin kita,
kita melengkapi sesuatu yang belum lengkap berdasarkan pengalaman masa lalu.
Beberapa bentuk closure merupakan tindakan yang disengaja oleh pencerita atau
pengarang untuk menciptakan keterangan kepada pembaca.
- Bingkai waktu
Bingkai waktu menunjukkan suatu momen tertentu serta menghubungkan
momen-momen tersebut sehingga dapat menciptakan ilusi waktu dan gerak.
- Peralihan panel
Peralihan panel terbagi menjadi waktu ke waktu dengan closure sedikit,
aksi ke aksi dengan waktu yang sangat rapat, subjek ke subjek yang
membutuhkan penyertaan pembaca, adegan ke adegan yang melintasi ruang dan
Page 30
Universitas Kristen Petra
44
waktu, aspek ke aspek yang menuntut pengembaraan gagasan, tempat, dan
suasana hati. Terdapat pula non sequitur yang merupakan hubungan tidak logis
antar panel dan melompat-lompat.
- Narasi
Narasi biasanya digunakan untuk menerangkan tentang waktu, tempat, dan
situasi cerita.
2.1.8. Kriteria Buku Cerita Bergambar yang Baik
Meskipun membaca cerita sangat bermanfaat bagi anak, namun tidak
semua buku cerita memberikan dampak yang positif kepada anak. Oleh sebab
itulah maka diperlukan seleksi buku bacaan yang baik untuk anak. Seleksi ini
wajib dilakukan oleh para orangtua agar hal-hal yang diterima dan diikuti oleh
anak mereka adalah hal-hal yang positif dan berguna. Selain itu, perlu dibuat
buku-buku cerita untuk anak yang dapat mengajarkan hal-hal yang positif namun
tetap menarik untuk dibaca. Berikut ini adalah cirri buku cerita bergambar yang
baik (Goodchild 55) :
a. Kata-kata yang sigunakan dalam buku itu sudah dipilih dengan hati-hati.
b. Memperkenalkan penggunaan bahasa yang menarik atau cara-cara baru untuk
mengungkapkan kata-kata.
c. Menggunakan aspek-aspek puisi seperti adanya kesamaan vokal pada dua kata,
kata-kata yang dimulai dengan huruf yang sama, dan kiasan. Buku yang memuat
aspek-aspek ini membuat anak mampu meluncurkan kata-kata dari lidah pada saat
membaca, membantu dengan prediksi, dan pada saat yang sama menyampaikan
cerita yang bagus.
d. Memuat area subjek yang dapat dipahami dan diterima oleh anak.
e. Memuat ilustrasi yang berkaitan dengan teksnya. Hal ini meningkatkan
kegiatan membaca untuk menangkap arti, dan mendorong anak untuk berinteraksi
dengan buku, mengajukan pertanyaan dan menambah pemahaman mereka. Selain
itu juga dapat menerangkan bahasa yang mungkin asing bagi anak.
f. Memuat nilai-nilai dan pandangan dunia yang berkaitan erat dengan nilai-nilai
dan pandangan orang tua.
Page 31
Universitas Kristen Petra
45
2.1.9. Prosedur Proses Perancangan Cerita Bergambar
Prosedur proses perancangan cerita begambar atau komik menurut
McCloud terdiri atas 6 jalur atau 6 langkah. Keenam langkah tersebut antara lain
adalah (169-171) :
a. Gagasan/ tujuan
Gagasan atau tujuan terdiri atas dorongan hati, gagasan, emosi, filsafat,
tujuan karya, dan isi dari karya.
b. Bentuk
Hal kedua yang perlu dipikirkan dalam perancangan adalah bentuk apa
yang akan diambil.
c. Gaya
Yang dimaksud dengan gaya adalah aliran seni, perbendaharaan gaya atau
gerak-gerik atau subjek, aliran yang digunakan karya tersebut, atau mungkin
alirannya sendiri.
d. Struktur
Langkah keempat adalah mengumpulkan semuanya, apa yang akan
dimasukkan, apa yang akan dibuang, bagaimana mengaturnya, dan bagaimana
mengubah karya tersebut.
e.Keterampilan
Langkah kelima adalah menyusun karya tersebut, menerapkan
kemampuan, pengetahuan-pengetahuan praktis, penemuan, dan pemecahan
masalahnya, mewujudkannya.
f. Permukaan
Langkah keenam adalah nilai-nilai produksi dan penyelesaian akhir.
Aspek yang paling jelas terlihat pada tampilan permukaan pertama karya itu.
Page 32
Universitas Kristen Petra
46
2.2. Tinjauan Buku Interaktif untuk Anak
2.2.1. Pengertian Media / Buku Interaktif
- Bersifat saling melakukan aksi; antar-hubungan; saling aktif.
- Responsif terhadap pengguna.
Interaktif berarti saling mempengaruhi atau saling bertindak (feedback).
Interaktif merupakan salah satu kelebihan yang dapat diberikan oleh media
modern saat ini. Media interaktif memungkinkan penggunanya untuk berinteraksi
secara nyata sehingga dapat merasakan langsung akan apa yang akan disampaikan
menggunakan media tersebut.
Buku interaktif adalah buku yang dapat berinteraksi secara langsung.
Terdapat berbagai macam gaya interaktif yang dapat diterapkan didalam
pembuatan buku, antara lain dengan menggunakan pop up, games, ataupun
dengan menggunakan boneka. Boneka dapat menunjang cerita yang ada didalam
buku sehingga menjadi lebih mudah dipahami oleh anak. Berbagai macam boneka
yang dapat digunakan sebagai media penunjang cerita dalam buku adalah boneka
kayu yang digerakkan dengan tali, boneka tangan, boneka jari, toy paper, dan lain
sebagainya. Dalam perancangan ini buku interaktif dibuat dengan menggunakan
boneka jari sebagai media interaktifnya. Dengan menambahkan boneka jari maka
diharapkan cerita didalam buku dapat lebih mudah dimengerti dan semakin
menarik bagi anak.
2.2.2. Kelebihan Buku Interaktif dengan boneka jari untuk Anak
Buku cerita interaktif yang akan dibuat disini adalah buku cerita yang
dapat berinteraksi dengan menggunakan boneka jari. Berikut ini adalah beberapa
kelebihan dari buku cerita dengan boneka jari (Goodchild, 44) :
- Penyimpanan informasi karena boneka tangan menggunakan lebih dari
satu metode pengajaran.
- Pemahaman bertambah dan praktik sajak dan irama.
- Partisipasi aktif : anak-anak perlu merespon dan terlibat dalam cerita.
- Kepercayaan diri dalam memahami struktur sajak popular yang akan
membantu mereka untuk membaca.
Page 33
Universitas Kristen Petra
47
- Prediksi karena penyampaian dari permainan boneka jari yang di ulang-
ulang akan membantu mereka untuk mengetahui apa yang akan terjadi
berikutnya.
- Penambahan dan pengurangan sederhana. Banyak permainan boneka jari
berupa cerita matematika sederhana, misalnya seekor monyet atau seorang
astronot atau seekor bebek hilang sehingga jumlahnya berkurang satu
setiap kali lagunya diulang.
2.2.3. Tinjauan Buku Cerita Interaktif Pesaing
2.2.3.1. Tinjauan Aspek Bentuk
Dewasa ini buku cerita interaktif untuk anak mulai popular dan mulai
diminati oleh anak-anak Indonesia. Terdapat beberapa buku cerita interaktif yang
sudah beredar di pasaran dengan khalayak sasaran anak-anak. Buku-buku tersebut
memungkinkan anak untuk berinteraksi dengan cerita dan tokoh yang ada di
dalam buku. Bentuk dari buku interaktif yang banyak beredar di toko-toko buku
sebagian besar masih berupa persegi ataupun persegi panjang seperti buku-buku
pada umumnya.
Secara garis besar terdapat tiga macam jenis buku cerita interaktif untuk
yang saat ini sudah ada di toko-toko buku. Buku interaktif yang pertama
bentuknya pop ups. Buku cerita interaktif ini halamannya berbentuk tiga dimensi
sehingga anak-anak dapat melihat gambaran visualisasi di dalam cerita secara
lebih nyata. Bentuk yang kedua adalah bentuk board book. Buku ini kertas
halamannya sangat tebal seperti karton dan biasanya di dalamnya terdapat
berbagai permainan yang disukai anak, misalnya saja puzzle. Buku yang ketiga
adalah lift the flaps. Lift the flaps merupakan buku-buku khusus yang dapat
bersuara atau memiliki format-format unik atau tekstur tertentu.
Buku cerita interaktif yang paling banyak beredar di toko-toko buku
adalah buku cerita yang dapat dibuka-buka di dalam halaman-halamannya
sehingga anak-anak yang membaca buku tersebut dapat mencari informasi-
informasi yang tersembunyi di dalam lipatan-lipatan gambar yang ada. Buku
cerita ini termasuk jenis lift the flaps. Buku cerita seperti ini dapat menimbulkan
keinginan untuk terus membaca bagi anak karena timbulnya rasa penasaran anak
Page 34
Universitas Kristen Petra
48
terhadap hal-hal yang tersembunyi di berbagai tempat di dalam buku. Buku cerita
interaktif yang seperti ini dapat menghilangkan kesan monoton buku sehingga
akan menimbulkan keasyikan tersendiri bagi anak.
Terdapat pula buku interaktif dengan tokoh-tokoh yang dapat digerakkan
sendiri. Tokoh-tokoh tersebut dibuat dari kertas dan di belakangnya diberi magnet
sehingga dapat menempel pada buku. Buku yang digunakan biasanya berukuran
sangat besar seperti papan (kurang lebih seukuran A3). Ada juga beberapa buku
cerita interaktif yang memberikan berbagai permainan yang masih berkaitan
dengan cerita di dalam buku. Permainan-permainan ini juga ditujukan untuk
menghindari adanya kejenuhan dalam membaca cerita.
2.2.3.2. Tinjauan Aspek ide cerita
Ide cerita pada buku cerita anak-anak sangatlah beragam dan banyak
sekali macamnya. Namun, ide cerita buku cerita interaktif anak-anak yang banyak
beredar saat ini dapat digolongkan menjadi tiga macam. Yang pertama adalah ide
cerita dongeng Barat. Kemudian terdapat pula ide cerita pembelajaran sederhana.
Dan yang terakhir adalah ide cerita kehidupan sehari-hari.
Ide cerita dongeng barat memang banyak disukai oleh anak-anak.
Dongeng barat biasanya memiliki tokoh utama seorang putri yang cantik. Pada
mulanya putri tersebut hidup menderita dengan berbagai kesulitan yang harus
dihadapi. Sampai pada akhirnya datanglah seorang pangeran tampan yang jatuh
cinta pada sang putri. Akhir dari cerita-cerita tersebut biasanya adalah bahagia
selamanya. Cerita-cerita seperti ini memiliki pesan moral yang sama yaitu
kesabaran dan baik hati. Dengan kesabaran dan baik hati maka semua masalah
pasti dapat dilalui dan pada akhirnya akan mendapatkan kebahagiaan. Kisah-kisah
seperti ini diantaranya adalah Cinderela, Snow White, Beauty and The Beast,
Yasmin, Ariel the Little Mermaid, dan lain sebagainya.
Buku interaktif dengan ide cerita pembelajaran sederhana biasanya cerita
yang disampaikan hanya singkat, padat, dan jelas. Pembelajarannya juga beraneka
ragam, mulai dari pembelajaran bahasa asing seperti bahasa Inggris, Mandarin,
bahasa Jepang, pembelajaran tentang pekerjaan, seperti pilot, masinis, dokter,
ataupun pembelajaran tentang hewan-hewan umum seperti gajah, kuda, kucing
Page 35
Universitas Kristen Petra
49
dan lain sebagainya. Buku interaktif yang seperti ini bertujuan untuk
memperkenalkan hal-hal yang belum dimengerti oleh anak dan diharapkan dapat
menjadi panduan awal untuk belajar.
Buku interaktif dengan ide cerita kehidupan sehari-hari dimaksudkan
untuk mendorong anak untuk melakukan kegiatan dan bersosialisasi dengan
teman-temannya. Buku cerita seperti ini biasanya menceritakan tentang kegiatan
anak bermain ataupun berpetualang bersama teman-temannya. Serunya permainan
ataupun petualangan yang diceritakan di dalam cerita tentunya akan mendorong
anak-anak untuk ikut berpetualangan. Nilai-nilai moral yang biasanya terkandung
dalam cerita seperti ini antara lain adalah nilai gotong royong, kesetia kawanan,
saling tolong menolong, dan lain sebagainya.
2.2.3.3. Tinjauan aspek visual
Buku cerita interaktif untuk anak hampir semuanya menggunakan
penggambaran kartun. Secara umum, kartun didefinisikan sebagai gambar lucu.
Tapi tidak seua gambar lucu disebut kartun (Yustiniadi 43). Pengertian kartun itu
sendiri adalah sebuah ide yang utuh total, penuh siasat untuk menampilkan suatu
materi (Yustiniadi 89). Salah satu cara yang dianggap cukup efektif dan luwes
dalam penyampaian pesan dalam kartun adalah pendekatan humor (Yustiniadi 43-
44). Kartun dapat menjadi penghibur namun juga dapat dijadikan sebagai alat
persuasif dan mengkritik. Dalam buku cerita anak tentunya kartun memiliki peran
sebagai alat penghibur.
Menurut Erich Kaestner, salah seorang sastrawan Jerman yang mashur,
kartun memiliki daya ekspresi yang luar biasa. Kaetsner juga melihat bahwa
dalam kartun terselip unsur bentuk cerpen. Bahkan ia menjuluki kartun sebagai
cerita yang sangat pendek yang memanfaatkan sarana non-aksara (Yustiniadi 17).
2.2.3.4. Tinjauan aspek content massage
Kebanyakan buku cerita interaktif yang ada mengajarkan berbagai
pengetahuan dasar bagi anak usia dini. Pengetahuan dasar tersebut antara lain
seperti profesi, kegiatan sehari-hari, dan lain sebagainya, terdapat pula buku cerita
interaktif yang mengajarkan berbagai bahasa seperti bahasa Inggris, Mandarin,
Page 36
Universitas Kristen Petra
50
Jepang, dan lain sebagainya. Terdapat beberapa buku interaktif yang mengajak
anak-anak untuk bermain dengan logika sederhana yang ringan dan
menyenangkan. Tidak semua buku cerita interaktif memiliki content massage
didalamnya. Adapula buku yang hanya bertujuan sebagai penghibur dan
mengajak anak-anak untuk ikut bermain.
2.2.3.5. Data Visual
gambar 2.25. Buku Interaktif Sederhana
Sumber : Koleksi Pribadi
gambar 2.26. Buku Interaktif Sederhana untuk Anak Perempuan
Sumber : Koleksi Pribadi
gambar 2.27. Buku Interaktif Anak dengan Tokoh yang Dapat Digerakkan
Sumber : Koleksi Pribadi
Page 37
Universitas Kristen Petra
51
2.3. Tinjauan Karakter Tokoh Punakawan Gagrag Yogyakarta
2.3.1. Pengertian Punakawan Gagrag Yogyakarta
gambar 2.28. Punakawan Wayang Purwa Gagrag Yogyakarta
Sumber : Ensiklopedi Wayang Indonesia 3 (1999, 972)
Panakawan, yang dalam pewayangan juga disebut punakawan, adalah
pamong. Kata panakawan berarti teman yang multifungsi, yang mumpuni, yang
bukan saja mengawani tetapi juga mengarahkan, menghibur, memberi semangat,
dan memotivasi. Hampir pada setiap jenis wayang memiliki panakawan, namun
yang paling terkenal adalah para panakawan pada Wayang Purwa (Ensiklopedi
Wayang Indonesia 971).
Kata panakawan artinya adalah teman yang tahu, yang faham. Kata pana
artinya yang tahu atau faham, sedangkan kawan artinya teman (Ensiklopedi
Wayang Indonesia 971).
Tokoh panakawan sama sekali tidak tersapat dalam Kitab Mahabarata
maupun Ramayana. Tokoh-tokoh ini asli Indonesia. Kehadiran mereka dalam
dunia pewayangan, juga dalam alur ceritanya, bukan hanya sebagai bumbu
penyedap namun justru penting karena panakawan merupakan tokoh pembawa
konsep religi dan konsep filsafat dalam cerita wayang itu (Ensiklopedi Wayang
Indonesia 971).
Banyak lakon wayang yang memberi pelajaran kepada penontonnya,
bahwa Semar, yang dianggap mewakili rakyat kebanyakan, tidak boleh dan tidak
dapat diperlakukan sewenang-wenang oleh pihak yang berkuasa, apakah itu
ksatria ataukah itu dewa sekalipun. Ksatria yang tidak mau mendengar saran dan
nasihat Semar, bisa ditebak ia akan mengalami musibah yang tidak terduga
(Ensiklopedi Wayang Indonesia 972).
Hubungan antara panakawan dengan ksatria berbudi luhur, khususnya
Pandawa adalah bagaikan hubungan rakyat dengan golongan yang memerintah.
Yang memerintah dapat berjalan dengan baik kalau mendapat restu dari rakyat,
Page 38
Universitas Kristen Petra
52
dalam hal ini diwakili oleh para panakawan (Ensiklopedi Wayang Indonesia 972-
974).
Komik wayang, selalu memberikan tempat penting bagi Punakawan.
Karena itu, segera muncul gagasan untuk memisahkan petualangan mereka dari
petualangan majikannya. Penampilan fisik Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong
yang jenaka menjadikan mereka tokoh badut; namun kecuali fisionomi mereka
yang khas; komik humor dengan tokoh Punakawan pada umumnya tidak
berkaitan dengan dunia pewayangan (Bonneff 123-124).
Kisah-kisah para Punakawan di dalam komik sebagian besar merupakan
parodi: parodi dari kepahlawanan Tarzan, James Bond (Bandit dari Langit), atau
dari pahlawan lain (Gara-gara Buntut); cerita detektif yang diplesetkan (Malin
Terdampar) atau parodi dari cerita silat (Mpek dan Mpok) (Bonneff 125).
2.3.2. Karakter dan ciri khas tokoh Punakawan Gagrag Yogyakarta
Dalam pewayangan Yogyakarta terdapat karakter panakawan yang terdiri
dari 4 karakter yaitu Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong. Tiap-tiap karakter
memiliki cirri khas dan keunikannya masing-masing.
2.3.2.1. Semar
Semar yang sering disebut Ki Lurah Semar adalah punakawan utama
dalam dunia pewayangan. Dalam pendalangan ia sering disebut dewa
ngejawantah. Artinya, dewa yang mengubah wujud dirinya sebagai manusia di
alam dunia. Sebenarnya, Semar adalah wujud Batara Ismaya. Dalam keadaan
biasa, Semar hanya seorang panakawan, manusia hamba sahaya. Namu
adakalanya, dalam situasi tertentu ia disusupi Sang Hyang Ismaya, sehingga
jangankan kepada manusia, kepada dewa manapun ia akan berani (Ensiklopedi
Wayang Indonesia 1169).
Menurut buku Pakem Pendalangan Lampahan Wayang Purwa karangan
S. Probohardjono alias K.R.T Muloyodipuro, ketika dunia telah tercipta, Hyang
Mahakawasa (Yang Maha Kuasa) menciptakan empat sosok makhluk yang
berwujud manusia. Sang Hyang Narada tercipta dari cahaya. Sang Hyang Antaga
tercipta dari teja, Sang Hyang Guru tercipta dari manik, sedangkan Sang Hyang
Page 39
Universitas Kristen Petra
53
Ismaya tercipta dari maya. Jadi, menurut versi ini, Narada, Antaga, Guru, dan
Ismaya langsung diciptakan Sang Hyang Mahakawasa tanpa bapak tanpa ibu,
sebagai makhluk pertama di alam semesta (pewayangan) (Ensiklopedi Wayang
Indonesia 1169).
Menurut Serat Paramayoga, Sang Hyang Ismaya adalah salah seorang
dari tiga putra Hyang Tunggal. Ibunya adalah Dewi Rakti. Tetapi dalam
pewayangan umumnya, terutama Wayang Purwa, ibu Sang Hyang Ismaya adalah
Dewi Rekatawati. Istri Sang Hyang Ismaya menurut Paramayoga ialah Dewi
Senggani, sedangkan dalam pendalangan adalah Dewi Kanastri atau Kanastren.
Sang Hyang Ismaya lahir bersamaan dengan kedua saudaranya, Sang Hyang
Manikmaya, dan Sang Hyang Antaga. Mulanya mereka lahir dalam wujud cahaya
yang kemudian berubah wujud menjadi sebutir telur. Oleh Sang Hyang Tunggal,
telur itu dipuja menjadi tiga orang putra. Kulit telurnya menjadi Sang Hyang
Antaga, putih telurnya menjadi Sang Hyang Ismaya, sedangkan kuning telurnya
menjadi Sang Hyang Manikmaya. Ketiga anak ini semua merasa dirinya paling
sakti dan paling pantas menjadi pewaris kedudukan ayahnya sebagai penguasa
alam kahyangan. Karena tidak satupun diantara mereka yang mau mengalah, Sang
Hyang Tunggal memberi persyaratan : “Siapa di antara yang sanggup menelan
Gunung Mahameru dan memuntahkannya kembali, dialah yang berhak atas
singgasana kahyangan.” Akhirnya Sang Hyang Ismaya dapat menelan gunung
tersebut namun tidak dapat mengeluarkannya lagi. Tahta kahyanganpun jatuh ke
tangan Sang Htang Manikmaya (Ensiklopedi Wayang Indonesia 1169-1170).
Sang Hyang Ismaya kemudian diperintahkan oleh ayahnya untuk turun ke
dunia dan bertindak sebagai pamong bagi manusia yang berbudi baik. Sebagai
pamong, Ismaya menggunakan nama Semar. Bambang Manumasa adalah
manusia pertama yang menjadi momongan Semar (Ensiklopedi Wayang Indonesia
1170).
Adapun sebagai panakawan, Semar dalam pengembaraannya selaku
pamong manusia di Marcapada, dia mempunyai tiga anak angkat yaitu Gareng,
Petruk, dan Bagong (Ensiklopedi Wayang Indonesia 1171).
Dalam berbagai lakon wayang, Semar muncul sebagai pemeran utama.
Namun fungsi utama Semar pada seluruh lakon wayang adalah sebagai pengisi
Page 40
Universitas Kristen Petra
54
dan pengarah utama nilai falsafah kehidupan. Setiap tindakan dan kata-kata Semar
hampir selalu berisi nasihan dan mengandung bobot sebagai tuntunan
(Ensiklopedi Wayang Indonesia 1173).
Semar, walaupun memiliki sifat amat sabar, sesekali pernah juga marah.
Jika sedang marah, tidak seorangpun di dunia ini yang sanggup melawannya.
Bahkan para dewa akan takut kepadanya. Senjata sakti Semar yang paling ditakuti
oleh semua ‘makhluk’ pewayangan adalah kentutnya. Bau busuk (sampah nuklir)
itu mampu memporak porandakan sepasukan raksasa (Ensiklopedi Wayang
Indonesia 1173).
Dalam falsafah Jawa, tokoh Semar menduduki tempat yang sangat
terhormat. Dalam pengertian filosofi Jawa, Semar bukan lelaki, bukan pula
perempuan, dan juga bukan banci. Dia juga melambangkan kebenaran yang
hakiki, dan dengan demikian merupakan jaminan kemenangan serta keselamatan.
Kata-kata Semar dianggap sebagai suara rakyat kecil, suara hati nurani manusia
yang asasi (Ensiklopedi Wayang Indonesia 1173-1174).
gambar 2.29. Semar, Punakawan Gagrag Yogyakarta
Sumber : Ensiklopedi Wayang Indonesia 4 (1999, 1171)
2.3.2.2. Gareng
Sering disebut sebagai Nala Gareng. Nala artnya hari, Gareng atau garing
artinya bersih. Hatinya bersih dan tidak suka pada yang bukan haknya. Tangannya
ceko, kakinya pincang, Gareng merupakan simbol bahwa manusia mesti hati-hati
dalam melangkah dan bertindak. Matanya juling ke kiri dan ke kanan, mempunyai
makna bahwa semua hal harus ditilik dari berbagai sudut pandang. Gareng adalah
anak sulung Semar (Ensiklopedi Wayang Indonesia 558).
Nama asli Greng adalah Bambang Sukskati. Bertahun-tahun ia bertapa di
bukit Candala untuk mendapatkan kesaktian. Setelah selesai tapanya, ia meminta
ijin kepada ayahnya untuk menaklukan raja-raja. Di tengah jalan ia bertemu
Page 41
Universitas Kristen Petra
55
dengan Bambang Panyukilan dan bertarung. Karena kesaktian mereka yang
seimbang maka tidak ada yang menang ataupun kalah. Namun demikian, mereka
tetap tidak mu berhenti bertarung. Pada akhirnya pertarungan mereka dihentikan
oleh Semar dan mereka berdua diubah menjadi buruk rupa. Bambang Sukskati
berubah menjadi Gareng dan Bambang Panyukilan berubah menjadi Petruk. Ciri-
ciri fisik Gareng antara lain adalah mata juling, hidung bulat bundar, tak berleher,
perut gendut, kaki pincang, rambut yang tumbuh dikepalanya dikucir, tubuhnya
bungkuk, tangannya bengkok atau ceko, dan kakinya gejig karena tumitnya
bubulan sehingga ia kalau berjalan berjingkat-jingkat. Nala Gareng berumur
sangat panjang, ia hidup sampai zaman madya (Ensiklopedi Wayang Indonesia
558-559).
2.30. Gareng, Punakawan Gagrag Yogyakarta
Sumber : http-
//3.bp.blogspot.com/_ecaFTwScRqs/TC83PfBI9KI/AAAAAAAAC2w/H47Og1H
T8jc/s1600/Gareng-Yogya-02
2.3.2.3. Petruk
Petruk merupakan anak kedua dari Semar. Tentang asal usul Petruk, dalam
pewayangan terdapat tiga cerita yang berbeda. Yang pertama Gareng dan Petruk
sebenarnya adalah anak seorang raksasa dan nama aslinya adalah Kuncir dan
Kucung. Karena diperlakukan buruk oleh ibu mereka, merekapun lari dari rumah
dan akhirnya sampai di Dukuh Karangdempel dan diaku anak oleh Lurah Janggan
Smarasanta. Mereka diberi nama baru yaitu Gareng dan Petruk (Ensiklopedi
Wayang Indonesia 1019).
Cerita yang kedua menyebutkan bahwa nama asli Petruk adalah Bambang
Panyukilan. Ia berkenala dan di tengah jalan bertemu dengan Bambang Sukskati
dan akhirnya bertarung. Pertarungan mereka dihentikan oleh Semar dan keduanya
Page 42
Universitas Kristen Petra
56
diubah menjadi buruk rupa. Karena kagum dengan kebijaksanaan Semar
keduanya ingin berguru kepada Semar. Akhirnya mereka diangkat menjadi anak-
anak Semar (Ensiklopedi Wayang Indonesia 1019-1020).
Pada cerita yang ketiga, disebutkan bahwa Petruk sesungguhnya adalah
anak raja Gandarawa. Karena merasa tidak dapat mendidik anak dengan baik,
akhirnya raja Gandarawa menyerahkan Petruk kepada Semar. Petruk kemudian
diangkat menjadi anak oleh Semar (Ensiklopedi Wayang Indonesia 1020).
Baik dalam Wayang Kulit Purwa maupun Wayang Orang, Petruk dikenal
sebagai tokoh periang yang mahir segala macam gending. Itulah sebabnya dalam
adegan gara-gara, Petruklah yang sering menjadi bintangnya. Petruk digambarkan
bertubuh jangkung, lehernya besar, hidungnya panjang,selalu tersenyum, dan
berkucir panjang (Ensiklopedi Wayang Indonesia 1022-1023).
gambar 2.31. Petruk, Punakawan Gagrag Yogyakarta
Sumber : Ensiklopedi Wayang Indonesia 4 (1999, 1020)
2.3.2.4. Bagong
Menurut cerita dalam pewayangan, Bagong diciptakan dari bayangan
Semar. Di hari-hari pertama Sang Hyang Ismaya turun ke dunia sebagai Semar
untuk bertugas sebagai pamong golongan manusia yang berbudi baik, ia merasa
kesepian. Karena itu ia memohon kepada ayahnya, Sang Hyang Tunggal, agar
diberi teman. Sebagai teman setia Semar, adalah bayangannya, yang oleh Sang
Hyang Tunggal kemudian diubah ujud menjadi Bagong. Itulah sebabnya bentuk
dan wajah Bagong amat mirip dengan Semar. Seperti Semar, perut Bagong juga
buncit, hidungnya peset, pantatnya besar (Ensiklopedi Wayang Indonesia 188).
Bagong mempunyai sifat dan pembawaan yang kekanak-kanakan. Lucu,
jarang bicara, tetapi sekali bicara membuat orang tertawa. Dalam pewayangan,
Bagong merupakan pengkritik yang tajam bagi tokoh wayang lain yang bertindak
Page 43
Universitas Kristen Petra
57
tidak benar. Walaupun Bagong merupakan anak pertama Semar, dalam
pewayangan ia sering dianggap sebagai anak bungsu. Hal ini terutama disebabkan
karena sifat Bagong yang kekanak-kanakan (Ensiklopedi Wayang Indonesia 188).
gambar 2.32. Bagong, Punakawan Gagrag Yogyakarta
Sumber : Ensiklopedi Wayang Indonesia 1 (1999, 188)
Page 44
Universitas Kristen Petra
58
2.4. Tinjauan Buku Cerita Interaktif untuk Anak yang akan dirancang
2.4.1. Tinjauan dari segi ide dan tema cerita
Cerita yang diangkat dalam perancangan adalah cerita- cerita yang ringan
dan mudah dibaca dan dimengerti namun memberikan pembelajaran akan nilai
moral kepada khalayak sasaran. Oleh karena itulah maka cerita yang akan
diangkat adalah cerita-cerita pembelajaran. Cerita pembelajaran merupakan suatu
tuturan yang membentangkan bagaimana terjadinya suatu hal yang didalamnya
terdapat proses atau cara untuk memberikan petunjuk kepada orang lain supaya
dapat diketahui atau diturut. Menurut pengertian di atas maka dapat disimpulkan
bahwa cerita pembelajaran mampu menuntun seseorang dalam bertindak dan
bertingkah laku sesuai dengan apa yang ingin diajarkan.
Pengertian dari nilai itu sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan.
Sedangkan pengertian moral adalah (ajaran) baik buruk yang diterima umum
mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan lain sebagainya; akhlak; budi pekerti;
dan susila. Nilai moral merupakan nilai-nilai yang telah ada dan mendarah daging
di masyarakat. Nilai-nilai moral ini mengatur sikap dan tingkah laku individu
secara tidak langsung sehingga dapat tercipta kehidupan yang harmonis didalam
bermasyarakat. Nilai moral ini sangatlah penting dan sebaiknya ditanamkan
kepada anak sejak dini sehingga dapat membentuk sikap anak yang berbudi dan
dapat hidup bermasyarakat dengan baik. Nilai moral yang berusaha disampaikan
kepada anak antara lain adalah nilai kejujuran, kebijaksanaan, dan kesetia-
kawanan.
Ide perlunya pengembangan nilai moral sejak kecil yang dimulai pada
anak usia dini pada dasarnya diilhami oleh sebuah keprihatinan atas realitas anak
didik bahkan output pendidikan di Indonesia dewasa ini yang belum sepenuhnya
mencerminkan kepribadian yang bermoral yakni santun dalam bersikap dan
berperilaku.
Penanaman nilai moral agama sangat ini sangat penting karena merupakan
pondasi bagi kepribadian anak. Perlu dipahami bahwa anak terlahir dibekali
neuron (sel syaraf) dalam otaknya. Oleh sebab itu, pada masa ini ia sangat
memerlukan rangsangan pendidikan. Neuron-neuron yang tidak mendapat
Page 45
Universitas Kristen Petra
59
rangsangan pendidikan akan musnah lewat proses alamiah, dan proses ini
berlangsung terus hingga remaja. Sangat disayangkan bila masa ini terlewatkan
begitu saja (“Tanamkan Nilai Moral dan Agama pada Anak”, par. 8).
Setiap masyarakat mempunyai ukuran-ukuran yang digunakan untuk
menentukan baik-buruk tingkah laku. Ukuran-ukuran itu dapat berupa tata cara,
kebiasaan atau adat-istiadat yang telah diterima oleh suatu masyarakat. Ukuran
yang digunakan untuk menentukan baik-buruk inilah yang biasanya disebut
dengan istilah moral. Istilah moral ini berkenaan dengan bagaimana seseorang
seharusnya berperilaku dengan dunia sosialnya. Berkaitan dengan aturan-aturan
berperilaku tersebut, anak dituntut untuk mengetahui, memahami, dan
mengikutinya. Perubahan-perubahan dalam dalam hal pengetahuan, pemahaman,
dan penerapan aturan-aturan ini dipandang sebagai perkembangan moral
seseorang.
Sedangkan menurut Kohlberg perkembangan moral anak usia prasekolah
(PAUD) berada pada tingkatan yang paling dasar yang dinamakan dengan
penalaran moral prakonvensional. Pada tingkatan ini anak belum menunjukkan
internalisasi nilai-nilai moral (secara kokoh). Namun sebagian anak usia PAUD
ada yang sudah memiliki kepekaan atau sensitivitas yang tinggi dalam merespon
lingkungannya (positif dan negatif) (“Pengembangan Nilai Moral dan Agama
untuk Anak Usia Dini”, par. 8).
Dalam mengkaji perkembangan moral anak usia pra sekolah, Kohlberg
mem-posisikan mereka pada level yang paling dasar, yaitu level 1 (moral
pra-kon-vensional). Pada tahap ini, anak melihat suatu kegiatan dianggap salah
atau benar berdasarkan hukuman dan kepatuhan (punishment dan obedience
orientation) serta individualisme dan orientasi tujuan instrumental (individualism
and instru-mental purpose). Pada tahap orientasi hukuman dan kepatuhan, suatu
tindakan dinilai benar atau salah tergantung pada akibat dari kegiatan tersebut.
Suatu kegiatan yang membuat ibu marah dianggap salah dan suatu kegiatan yang
membuat ibu senang dianggap baik atau benar (“Pengembangan Nilai Moral dan
Agama untuk Anak Usia Dini”, par. 9).
Page 46
Universitas Kristen Petra
60
2.4.2. Tinjauan dari aspek dasar filosofis
Meskipun tidak ada kajian menyeluruh tentang masalah membaca, banyak
orang sepakat bahwa Indonesia adalah salah satu diantara negeri yang minat baca
penduduknya paling rendah. Sejumlah indikasi mendukung anggapan itu :
konsumsi kertas cetak per kapita tentulah termasuk yang terendah di dunia,
jumlah buku dari segala genre yang terbit dalam satu tahun kecil sekali, bahkan
tiras harian besar dan mingguan popular juga tidak berarti, penyebarannya jarang
melebihi 100.000 eksemplar. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
memperkirakan bahwa jumlah perpustakaan yang memiliki 1.000 buku kurang
dari 500 buah. Sementara itu, survei menunjukkan bahwa para mahasiswa rata-
rata hanya membaca dua buku (1,8) selama belajar di perguruan tinggi (Bonneff
93).
Melihat fakta di atas, tentunya kebiasaan membaca pada masyarakat
Indonesia masih sangat rendah. Bahkan masih banyak masyarakat Indonesia yang
buta huruf dan tidak berpendidikan formal. Fakta ini sangatlah mencemaskan
mengingat sebentar lagi Indonesia akan memasuki era global dan akan bersaing
dengan bangsa-bangsa lain yang lebih maju. Kurangnya kebiasaan membaca
sangatlah disayangkan karena buku adalah sumber dari segala ilmu pengetahuan.
Oleh karena itu, untuk mencerdaskan bangsa harus dipupuk kebiasaan membaca
sejak dini kepada anak.
Membaca akan meningkatkan kecerdasaan dan pola pikir kita sehingga
akan menuntun kita untuk menjadi insan yang lebih maju. Namun sayangnya,
anak-anak sekarang ini kurang memiliki kebiasaan membaca buku. Hal ini
dikarenakan kurangnya pengenalan anak terhadap buku, peran orang tua sebagai
pencerita yang semakin berkurang dan kurangnya buku cerita anak yang dapat
memunculkan keinginan membaca anak.
Bila kita bicara mengenai kualitas buku bacaan, yang terbayang adalah
buku murahan, karena buku inilah yang mendominasi dan jauh melebihi karya
lain. Di antara masalah-masalah tersebut, bacaan anak-anak adalah yang paling
memprihatinkan (Bonneff 94). Oleh sebab itu perlu dirancang sebuah buku cerita
interaktif yang menarik sehingga dapat memunculkan minat anak untuk membaca
Page 47
Universitas Kristen Petra
61
dan juga dapat membantu mendekatkan hubungan antara orang tua dengan
anaknya.
Kurangnya perhatian orang tua terhadap anak-anaknya dapat membuat
anak menjadi merasa dinomor duakan. Akibatnya, komunikasi antara orang tua
dan anak menjadi kurang lancar karena adanya jarak dalam hubungan orang tua
dan anak. Hal ini tentunya akan sangat mempengaruhi perkembangan psikis anak
ke arah negatif. Meluangkan waktu untuk membacakan cerita bagi anak haruslah
dilakukan. Dengan buku cerita interaktif yang memiliki boneka jari sebagai alat
untuk berinteraksi dalam bercerita, akan memudahkan orang tua untuk bercerita
kepada anaknya. Dengan demikian maka komunikasi orang tua dan anak dapat
menjadi semakin dekat dan hubungan antara orang tua dan anak pun menjadi
akrab.
Dewasa ini, para generasi muda mulai meninggalkan kebudayaan bangsa.
Salah satu kebudayaan yang mulai ditinggalkan adalah pewayangan. Baik cerita
maupun tokohnya tidak lagi dikenal oleh generasi muda saat ini. Oleh karena
itulah maka perlu ditimbulkan rasa kecintaan generasi muda terhadap pewayangan
sejak dini agar kebudayaan bangsa tidak terlupakan dan dapat terus berkembang.
Salah satu cara yang efektif adalah dengan membuat buku cerita anak yang
menarik dan unik dengan mengangkat tokoh pewayangan sebagai tokoh di dalam
cerita. Dengan demikian maka anak-anak dapat mengenal dan memupuk rasa
cinta terhadap tokoh-tokoh pewayangan.
Selain itu, buku cerita anak saat ini kurang memberikan pembelajaran
akan nilai-nilai moral. Padahal nilai moral adalah sesuatu yang sangat krusial
didalam pembentukan karakter, sikap, dan tingkah laku anak di masa yang akan
datang. Nilai moral perlu ditanamkan kepada anak semenjak usia dini.
Pembelajaran nilai moral dapat dilakukan secara efektif dalam cerita karena cerita
akan lebih mudah diingat oleh anak daripada pembelajaran secara langsung. Oleh
karena itulah maka perlu dibuat buku cerita yang mengajarkan nilai-nilai moral
secara tidak langsung.
Page 48
Universitas Kristen Petra
62
2.4.3. Tinjauan faktor eksternal atau faktor sosial
Dewasa ini banyak bermunculan buku cerita anak yang kreatif dan
interaktif yang dapat menimbulkan minat anak dalam membaca. Namun, sangat
disayangkan karena sangat jarang ditemukan buku-buku cerita anak yang
mengajarkan tentang nilai-nilai moral kepada anak. Nilai moral merupakan hal
yang sangat penting untuk diajarkan kepada anak karena akan mempengaruhi
sikap dan perilaku anak dikemudian hari. Mulai dilupakannya pelajaran akan
nilai-nilai moral membuat anak-anak sekarang ini kurang memiliki sikap positif
yang diharapkan masyarakat. Oleh sebab itulah maka nilai-nilai moral harus
diajarkan kembali kepada anak-anak, salah satunya adalah dengan media buku
cerita anak.
Nilai-nilai moral yang harus ditanamkan sejak dini kepada anak adalah
nilai-nilai yang bersifat ringan dan merupakan dasar dalam berinteraksi atau
bersosialisasi dengan sesama. Nilai- nilai moral tersebut antara lain adalah nilai
kejujuran, kesetiakawanan, dan kebijaksanaan. Membaca cerita dengan pesan-
pesan moral yang terselip didalamnya merupakan salah satu cara mengajarkan
nilai moral secara tidak langsung kepada anak. Dengan menggunakan metode
seperti ini tentunya nilai-nilai tersebut dapat terus diingat oleh anak.
Selain nilai moral, terdapat satu hal lagi yang mulai semakin ditinggalkan
oleh masyarakat dewasa ini. Hal tersebut adalah kebudayaan. Salah satu
kebudayaan bangsa yang sangat membanggakan namun sudah mulai terlupakan
adalah wayang. Sangat jarang ditemukan buku cerita anak-anak yang
menceritakan tentang wayang dan tokoh-tokohnya. Hal ini merupakan salah satu
faktor mengapa anak-anak dewasa ini kurang mengenal cerita dan tokoh-tokoh
wayang. Oleh sebab itulah perlu dibuat buku cerita anak dengan tokoh ataupun
cerita pewayangan sehingga anak-anak dapat mulai mengenal budaya bangsa.
Page 49
Universitas Kristen Petra
63
2.4.4. Tinjauan fungsi dan peranan buku cerita interaktif untuk anak sebagai
media untuk menyampaikan pesan
Buku akan memberikan peluang dan ruang tak terbatas untuk
mengembangkan kecerdasan. Dengan membaca buku, bukan hanya kosa kata
anak bertambah, tetapi juga aspek intelektual lain dari anak dan isi cerita bisa
mengembangkan nilai hidup anak. Akhirnya dengan pemilihan bacaan yang
berbobot dan sesuai dengan perkembangan anak, akan menciptakan anak yang
senang membaca dan senang pada ilmu pengetahuan (“Peranan Buku dalam
Perkembangan Anak”, par. 1).
Untuk menanamkan kecintaan membaca pada anak, peran orang tualah
yang paling penting. Terdapat beberapa hal yang harus diingat agar kecintaan
membaca dapat dipupuk. Pertama, buku harus berfungsi sebagai media/perantara,
artinya buku merupakan pendorong untuk melakukan sesuatu. Kedua, buku harus
berfungsi sebagai properti (harta milik), artinya buku merupakan gudang ilmu
pengetahuan. Ketiga, buku harus berfungsi sebagi pencipta suasana, artinya buku
harus mampu menciptakan suasana yang akrab sehingga mampu mempengaruhi
perkembangan sebagai sumber untuk memperkaya (Dewi Yanti, 1990) (dikutip
dari “Peranan Buku dalam Perkembangan Anak”, par. 14).
Mengutip multiple intellegence dari Howard Gardner menyebutkan dalam
diri manusia terdapat berbagai kecerdasan. Diantaranya adalah kecerdasan bahasa,
logika/matematika, visual, musikal, kinestik, pengenalan diri, pengenalan
hubungan dengan orang lain. Kecerdasan spiritual, kecerdasan emosional dan
masih banyak lagi (dikutip dari “Peranan Buku dalam Perkembangan Anak”, par.
15).
Buku memberikan peluang dan ruang tak terbatas untuk mengembangkan
kecerdasan tersebut. Dengan membaca buku, bukan cuma kosa kata anak
bertambah, tetapi juga aspek intelektual lain dari anak. Isi cerita misalnya bisa
mengembangkan nilai hidup anak. Tokoh-tokoh dalam buku akan membuat anak
lebih mengenal dirinya sendiri selain juga mengenal keberadaan orang lain
(“Peranan Buku dalam Perkembangan Anak”, par. 16).
Selain itu jalan cerita melatih logika anak. Buku cerita merupakan gizi
rohani dan suplemen penting bagi anak. Sementara itu ilustrasi buku
Page 50
Universitas Kristen Petra
64
mengembangkan pengamatan anak dan kecerdasan visualnya, serta bagi anak
untuk memupuk daya khayal guna meningkatkan daya kreasinya. Buku dengan
ilustrasi jelas, menarik dan bernilai humor biasanya disenangi anak. Atau buku
yang berisi hal yang membuat anak bisa mengidentifikasi dirinya. Bisa juga
dipilih buku yang berisi nilai-nilai yang ingin disampaikan kepada anak lewat
tokoh dalam buku itu. Segi bahasa perlu dijadikan dalam memilih bacaan. Bacaan
dengan bahasa yang baik akan mengajarkan anak berkomunikasi dengan baik.
Buku juga dapat melatih kemampuan berkomunikasi anak. Ketika anak lalu
menciptakan dialognya sendiri berdasarkan imajinasinya sendiri.
Fungsi dan peranan buku cerita interaktif kurang lebih sama dengan buku-
buku pada umumnya. Yang membedakan buku cerita interaktif dengan buku
cerita biasa adalah buku cerita interaktif dapat menyampaikan pesan secara lebih
mendalam apabila dibandingkan dengan buku cerita biasa karena interaksi yang
terjadi antara anak dan buku bacaannya akan membuat anak lebih mengingat
cerita yang disampaikan dalam buku. Apabila pesan yang disampaikan dapat
tersampaikan dengan baik dan mendalam, maka manfaat buku juga akan lebih
banyak dipetik oleh pembacanya.
Buku cerita interaktif yang akan dibuat memiliki fungsi dan peranan
sebagai media pembelajaran dan juga media hiburan. Hal yang ingin diajarkan
dalam cerita adalah nilai-nilai moral dasar yang sangat penting bagi anak-anak.
Sebagai media hiburan, cerita-cerita yang dibuat mengandung humor-humor dan
hal-hal yang dapat merangsang daya imajinasi anak.
Page 51
Universitas Kristen Petra
65
2.5. Analisis Data Lapangan
2.5.1. Analisis profil pembaca
Khalayak sasaran dari buku yang akan dirancang adalah anak-anak usia 3
sampai 7 tahun. Pada usia ini, anak-anak masih berada pada masa golden age atau
masa keemasan dalam perkembangannya.
Menurut Dr. Damanhuri Rosadi, pengembangan manusia yang utuh
dimulai sejak anak dalam kandungan dan memasuki masa keemasan atau golden
age pada usia 0-6 tahun. Masa keemasan ini ditandai oleh berkembangnya jumlah
dan fungsi sel-sel saraf otak anak. Fungsionalisasi sel-sel saraf tersebut akan
berjalan dengan optimal manakala ada upaya sinergi (Asmani 39).
Pada masa keemasan (golden age), terjadi tranformasi yang luar biasa
pada otak dan fisiknya, tetapi sekaligus masa rapuh. Oleh karena itu, masa
keemasan ini sangat penting bagi perkembangan intelektual, emosi, dan sosial
anak di masa datang dengan memperhatikan dan menghargai keunikan setiap
anak. Apabila masa keemasan ini sudah terlewati, maka tidak dapat tergantikan
(Asmani 39-40).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 50% kapabilitas kecerdasan manusia
terjadi pada tingkat kanak-kanak pada kurun waktu 4 tahun pertama sejak
kelahirannya. Oleh karena itu, penanganan anak dengan stimulasi pendidikan
pada masa-masa usia tersebut harus optimal. Kemudian, 80% kecerdasan itu
terjadi saat anak usia 8 tahun, dan titik kulminasinya terjadi pada saat mereka
berusia 18 tahun. Setelah melewati masa perkembangan tersebut, maka berapa
pun kapabilitas kecerdasan yang dicapai oleh masing-masing individu, tidak akan
meningkat lagi (Asmani 44). Hal ini sama dengan pendapat Benjamin S. Bloom,
profesor pendidikan dari Universitas Chicago yang menemukan fakta yang cukup
mengejutkan (Asmani 45) :
- Ternyata 80% dari semua potensi hidup manusia terbentuk ketika kita berada
dalam kandungan sampai usia 4 tahun.
- Lalu 30% potensi berikutnya terbentuk pada usia 4-8 tahun.
Oleh sebab itulah maka sangat penting untuk mulai mengenalkan buku
dan mengajarkan kebiasaan untuk membaca kepada anak pada usia 3 sampai 7
tahun.
Page 52
Universitas Kristen Petra
66
Berikut ini adalah kategori tahap-tahap perkembangan membaca bagi anak
menurut Goodchild (21-30) :
- Bayi (0-15 bulan)
Kelompok usia ini menyukai buku yang dipenuhi dengan gambar-gambar
yang jelas dan besar. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bayi lebih senang
dengan gambar hitam dan putih, namun itu hanya beberapa bulan pertama.
Setelah itu, mereka juga menikmati buku yang berwarna- warni. Tingkat
perkembangan ini adalah saat yang sangat baik untuk membangun hubungan
membaca dengan anak.
- Batita (13 bulan-3 tahun)
Anak- anak usia ini senang mempunyai buku yang dapat mereka sentuh
dan rasakan. Mereka senang jika mampu membolak balik halaman dan
“membaca” buku sendiri pada saat tenang. Mereka sudah mulai mempelajari
bahwa cerita mempunyai awal dan akhir, bahwa orang tua membalik halaman
untuk menyampaikan cerita dan gambar-gambar yang berkaitan dengan cerita.
- Prasekolah (2,5-5 tahun)
Pada tahap ini orang tua mulai melihat imajinasi anaknya mulai
berkembang dan maju. Mereka mulai mampu mengurutkan cerita-cerita sederhana
dengan benar, dan dapat memahami konsep seperti sebelum dan sesudah. Mereka
juga mempelajari aneka pelajaran penting tentang susunan buku, misalnya
membaca dari kiri ke kanan.
- Pembaca pemula (4-6 tahun)
Anak-anak mulai bersemangat untuk mulai mengartikan kata-kata dan
kalimat-kalimat yang mereka lihat orang tua bacakan untuk mereka dengan sangat
mudah setiap hari. Mereka memulai dengan membaca sebuah cerita yang mereka
ingat, dengan memakai buku-buku yang mereka minta orang tua bacakan
berulang- ulang bulan yang lalu. Di sinilah sebagian fondasi yang telah orang tua
letakkan untuk anaknya akan mulai dibangun.
- Menjadi mandiri (5,5-6,5 tahun)
Pada tahap ini anak sudah mempunyai fondasi untuk mulai mengambil
lebih banyak risiko dengan kegiatan membaca mereka. Kecepatan membaca
Page 53
Universitas Kristen Petra
67
mereka juga mulai meningkat. Mereka lebih mampu membaca untuk menangkap
arti pada saat mereka membaca cukup cepat supaya tidak kehilangan benang
cerita yang sedang mereka baca. Fakta bahwa mereka dapat sepenuhnya membaca
mandiri dapat menjadi tonggak besar pada tingkatan ini.
- Kefasihan awal (6-8 tahun)
Meskipun jelas bahwa anak-anak pada tahap ini belum mempunyai
keahlian dan perbendaharaan kata yang cukup untuk disebut pembaca yang benar-
benar fasih, namun pada tahap ini, pola membaca yang mereka anut akan
memastikan perkembangan membaca yang berhasil.
Usia 3 sampai 7 tahun termasuk usia pembaca pemula hingga kefasihan
awal dalam pembaca. Pada usia ini anak-anak menjadi bersemangat untuk mulai
mengartikan kata- kata dan kalimat-kalimat yang mereka lihat. Karenanya, usia
ini merupakan kesempatan yang sangat bagus bagi orang tua untuk
memperkenalkan dan membiasakan anaknya untuk membaca buku.
2.5.2. Analisis kelemahan dan kelebihan
Buku cerita interaktif yang akan dibuat mengambil sosok Punakawan
sebagai tokoh ceritanya. Punakawan itu sendiri merupakan tokoh pewayangan
yang cukup banyak dikenal karena karakternya yang sangat jenaka. Cerita di
dalam buku dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menyampaikan dan
mengajarkan nilai-nilai moral yang penting untuk diajarkan kepada khalayak
sasaran. Cerita dibuat ringan namun menarik dan lucu sehingga dapat
menimbulkan minat anak untuk membaca buku tersebut.
Kelebihan dari buku cerita interaktif yang akan dibuat ini antara lain adalah :
- Dapat mengajarkan nilai-nilai moral secara tidak langsung kepada anak. Nilai
moral adalah hal yang sangat penting sebagai dasar dalam perkembangan anak.
Pada usia dini, mengajarkan nilai moral akan menumbuhkan sikap dan perilaku
positif anak di kelak kemudian hari.
- Menumbuhkan kegemaran membaca pada anak. Buku adalah sumber ilmu
pengetahuan dan juga jendela dunia. Dengan mengajarkan kebiasaan membaca
buku sejak dini maka kebiasaan tersebut akan terus dilakukan oleh anak. Buku
Page 54
Universitas Kristen Petra
68
yang menarik dapat meningkatkan ketertarikan anak terhadap kebiasaan
membaca.
- Memperkenalkan tokoh-tokoh pewayangan nusantara yang merupakan salah
satu bentuk budaya yang hampir terlupakan oleh para generasi muda. Dengan
mengenal tokoh Punakawan, diharapkan dapat menimbulkan kecintaan anak
terhadap budaya wayang.
- Buku interaktif yang dirancang, dapat memudahkan orang tua dalam bercerita
kepada anak-anaknya, karena buku ini dilengkapi dengan boneka jari yang dapat
membuat anak berinteraksi secara langsung dengan tokoh didalam cerita. Interaksi
secara langsung akan memudahkan anak dalam memahami cerita yang
disampaikan. Dengan demikian, buku ini dapat memperlancar komunikasi antara
orang tua dengan anaknya.
- Menjadi salah satu bentuk hiburan yang sehat bagi anak. Dengan membaca buku
maka anak-anak akan merasa terhibur sehingga akan menimbulkan emosi yang
positif bagi anak.
Kekurangan dari buku cerita interaktif yang akan dibuat adalah biaya
produksinya yang cukup tinggi karena pembuatannya yang cukup rumit. Biaya
produksi yang tinggi tentunya akan membuat harga jual buku menjadi tinggi
sehingga hanya dapat dijangkau oleh para kalangan atas saja.
2.5.3. Analisis dampak positif
Buku cerita interaktif untuk anak yang akan dibuat ini bertujuan untuk
dapat mengajarkan nilai-nilai moral kepada anak secara tidak langsung disamping
sebagai salah satu media hiburan bagi anak. Oleh karena itu, buku ini diharapkan
dapat membawa dampak-dampak positif bagi anak. Beberapa dampak positif dari
buku cerita interaktif ini diantaranya adalah :
- Menimbulkan minat dan kegemaran anak untuk membaca. Buku ini dibuat unik
dan dengan penggambaran visual yang banyak disukai oleh anak- anak usia 3
samapi 7 tahun sehingga dapat menimbulkan keinginan mereka untuk membaca
buku ini.
Page 55
Universitas Kristen Petra
69
- Menanamkan nilai moral secara tidak langsung kepada anak. Didalam cerita
secara tidak langsung dimasukkan nilai-nilai moral yang sangat baik untuk
dipelajari oleh anak sehingga dapat memupuk sikap positif anak sejak dini.
- Memperkenalkan tokoh-tokoh pewayangan kepada anak dan secara tidak
langsung juga memperkenalkan budaya bangsa kepada anak. Dengan
memperkenalkan tokoh pewayangan dan kebudayaan bangsa kepada anak sejak
dini akan dapat menimbulkan kecintaan anak terhadap budaya. Sikap ini tentunya
sangat diperlukan agar kebudayaan bangsa dapat terus lestari dan berkembang
memperkaya bangsa.
- Membangun komunikasi yang baik dan mempererat hubungan antara orang tua
dan anak. Karena buku ini didesain dengan boneka jari sehingga akan
memudahkan orang tua dalam bercerita kepada anak-anaknya, sehingga cerita
yang ingin disampaikan dapat lebih mudah dimengerti oleh anak. Dengan
demikian, komunikasi yang terjadi antara orang tua dan anak akan menjadi
semakin lancar.
Page 56
Universitas Kristen Petra
70
2.6. Analisis 5W1H
Analisis 5W1H meliputi :
- What
Buku cerita interaktif seperti apa yang akan dibuat?
Buku cerita interaktif yang akan dibuat adalah buku cerita yang ide
ceritanya adalah kehidupan sehari-hari seorang anak. Tema dari cerita adalah
menyampaikan nilai-nilai moral dasar yang sangat penting dalam pembentukan
karakter dan tingkah laku anak. Tokoh yang diambil dan diadopsi karakternya
adalah tokoh Punakawan yang merupakan tokoh pewayangan nusantara. Alasan
diambilnya tokoh ini adalah agar pewayangan nusantara dapat dikenal kembali
oleh anak-anak. Di dalam buku cerita terdapat boneka jari yang digunakan untuk
berinteraksi dengan tokoh sehingga cerita yang ingin disampaikan dapat menjadi
lebih menarik dan cerita dapat lebih mudah dimengerti oleh anak.
- When
Kapan waktu yang tepat untuk memperkenalkan buku cerita interaktif yang akan
dibuat?
Waktu yang tepat untuk memperkenalkan buku cerita interaktif yang akan
dibuat adalah pada masa liburan sekolah setelah kenaikan kelas. Masa liburan
sekolah dari khalayak sasaran yaitu pada bulan Juli. Waktu liburan sekolah dirasa
tepat untuk memperkenalkan buku cerita interaktif ini, karena pada masa itu
biasanya orang tua akan memberikan hadiah kepada anak mereka sebagai suatu
bentuk penghargaan karena mereka sudah bersekolah dengan baik dan
mendapatkan hasil yang memuaskan. Tentunya orang tua tidak ingin memberikan
hal-hal yang hanya mengajak anak mereka untuk bermain. Alangkah baiknya
apabila hadiah tersebut dapat mengajak anak-anak mereka untuk bermain namun
tetap memberikan pembelajaran-pembelajaran positif untuk anak-anak mereka.
Buku cerita interaktif yang akan dibuat adalah salah satu jawabannya. Oleh sebab
itulah mengapa masa liburan sekolah setelah kenaikan kelas dianggap paling
cocok untuk memperkenalkan buku cerita interaktif ini.
- Where
Dimana lokasi yang tepat dalam memperkenalkan buku cerita interaktif yang akan
dibuat?
Page 57
Universitas Kristen Petra
71
Lokasi yang dirasa tepat untuk memperkenalkan buku cerita interaktif
yang akan dibuat adalah toko-toko buku yang menjual buku untuk anak. Hal ini
dikarenakan tempat-tempat tersebut dekat dengan anak-anak yang merupakan
khalayak sasaran dari buku cerita interaktif yang akan dibuat. Toko-toko buku
yang menjual buku untuk anak dan dirasa cocok sebagai lokasi untuk
memperkenalkan buku cerita interaktif yang akan dibuat adalah Gramedia dan
TGA bookstore. Pemilihan toko buku disesuai dengan dengan khalayak sasaran
yang merupakan kalangan menengah keatas.
- Who
Siapa khalayak sasaran dari buku cerita interaktif yang akan dibuat?
Khalayak sasaran dari buku cerita interaktif yang akan dibuat adalah anak-
anak usia 3 sampai 7 tahun. Alasan mengapa dipilihnya usia 3 sampai 7 tahun
adalah karena usia ini termasuk usia keemasan pada anak (golden age), sehingga
pada usia ini terjadi perkembangan yang luar biasa pada jumlah dan fungsi sel
otak anak. Hal inilah yang menyebabkan mengapa penting untuk mengajarkan
nilai-nilai moral dasar kepada anak melalui cerita. Selain itu, usia 3 sampai 7
tahun termasuk usia pembaca pemula hingga kefasihan awal dalam pembaca.
Pada usia ini anak-anak menjadi bersemangat untuk mulai mengartikan kata- kata
dan kalimat-kalimat yang mereka lihat. Oleh karena itu, usia ini merupakan usia
yang paling tepat untuk memperkenalkan buku yang merupakan sumber ilmu
pengetahuan dan informasi kepada anak.
- Why
Kenapa buku cerita interaktif dengan tokoh Punakawan penting untuk dibuat?
Buku cerita interaktif ini penting untuk dibuat karena anak-anak pada
masa sekarang kurang menyukai kebiasaan membaca yang sebenarnya memiliki
dampak yang sangat positif bagi perkembangan mereka. Selain itu, anak-anak
juga sudah mulai melupakan nilai-nilai moral dan juga kebudayaan nusantara.
Kedua hal tersebut sangatlah penting karena kebudayaan adalah kekayaan bangsa
yang harus terus dilestarikan dan nilai-nilai moral adalah dasar pembentukan
sikap dan tingkah laku yang positif. Oleh karena itu, perlu dibuat suatu buku yang
dapat menimbulkan keinginan dan kegemaran anak untuk membaca, menanamkan
nilai-nilai moral sejak dini kepada anak, dan memperkenalkan kebudayaan bangsa
Page 58
Universitas Kristen Petra
72
kepada anak. Ketiga hal inilah yang membuat buku cerita interaktif dengan tokoh
Punakawan sangat penting untuk dibuat.
Mengapa buku cerita yang akan dibuat harus interaktif?
Buku cerita yang akan dibuat harus interaktif karena interaksi secara
langsung antara anak dengan tokoh cerita dalam buku dapat membuat anak lebih
mengerti isi dan jalan cerita yang ingin disampaikan. Dengan mengerti isi dan
jalan cerita maka nilai-nilai moral yang ingin disampaikan juga dapat tertanam
pada diri anak. Selain itu, interaksi secara langsung dengan tokoh cerita akan
membuat anak lebih dapat mengingat tokoh di dalam cerita. Dengan demikian
maka tokoh Punakawan yang merupakan tokoh yang akan diangkat dalam
perancangan buku cerita interaktif ini dapat terus diingat oleh anak.
- How
Bagaimana membuat buku cerita interaktif yang menarik bagi khalayak sasaran?
Membuat buku cerita interaktif yang dapat menarik khalayak sasaran
dengan cara membuat gambaran karakter yang lucu dan sesuai bagi khalayak
sasaran. Dengan penggambaran tokoh yang sesuai dengan selera mereka maka
tentunya akan membuat khalayak sasaran tertarik terhadap buku cerita interaktif
ini. Yang kedua adalah dengan membuat packaging buku yang menarik sehingga
khalayak sasaran akan teratrik untuk memiliki buku cerita interaktif ini. Yang
ketiga adalah membuat cerita yang menarik namun dekat dengan kehidupan
mereka sehari-hari dan dengan boneka jari yang memungkinkan mereka dapat
berinteraksi secara langsung terhadap tokoh di dalam cerita. Dengan demikian
maka khalayak sasaran akan tertarik untuk membaca buku cerita interaktif yang
akan dibuat.
Bagaimana cara memperkenalkan buku interaktif yang akan dibuat kepada taget
audiens?
Cara untuk memperkenalkan buku cerita interaktif yang akan dibuat
kepada khalayak sasaran adalah dengan mendisplay buku cerita interaktif yang
akan dibuat di toko-toko buku yang telah dipilih. Kemudian membuat
perencanaan berbagai bonus yang akan diberikan kepada para konsumen yang
membeli buku cerita interaktif yang dibuat.
Page 59
Universitas Kristen Petra
73
2.7. Simpulan
Usia 3-7 tahun merupakan usia yang sangat menentukan karena usia ini
termasuk golden age atau masa emas. Pada masa emas sel-sel saraf otak anak
akan berkembang secara maksimal. Salah satu cara untuk mendukung
perkembangan sel-sel saraf otak anak agar menjadi semakin optimal adalah
dengan menimbulkan kebiasaan anak untuk membaca. Buku bacaan yang paling
sesuai untuk anak usia ini adalah buku cerita bergambar. Melalui cerita, anak-
anak dapat lebih cepat menyerap informasi karena mereka lebih mudah dalam
mengingat dan memahami suatu cerita. Pada usia ini, perlu diajarkan nilai-nilai
moral sebagai dasar dalam pembentukan sikap dan perilaku mereka yang positif.
Selain itu, perlu juga untuk memperkenalkan anak kepada kebudayaan nusantara
yang salah satunya adalah wayang agar dapat menimbulkan kecintaan mereka
terhadap budaya. Orang tua adalah orang yang paling sesuai untuk mengarahkan
anak-anak mereka. Oleh sebab itulah, perlu dibuat perancangan buku cerita
interaktif dengan tokoh Punakawan yang mengajarkan nilai-nilai moral secara
tidak langsung kepada anak. Buku cerita interaktif yang didalamnya dilengkapi
dengan boneka jari sebagai alat bantu dalam bercerita akan memudahkan anak
untuk mengerti isi dari cerita. Oleh sebab itulah maka buku ini akan
memperlancar komunikasi serta mengakrabkan hubungan antara orang tua dengan
anak.
2.8. Usulan Pemecahan Masalah
Biaya produksi yang tinggi dapat menyebabkan harga jual buku menjadi
tinggi. Akibatnya, buku tidak dapat dijangkau oleh seluruh kalangan masyarakat.
Oleh sebab itu, biaya produksipun harus ditekan. Biaya produksi dapat ditekan
dengan cara meminimalkan pekerjaan tangan yang menggunakan tenaga manusia
dalam pembuatan buku, mengurangi tingkat kerumitan dalam pembuatan buku,
dan juga memilih kertas dengan harga yang lebih murah tanpa mengurangi
kualitas gambar yang dihasilkan.