Univeritas Kristen Petra 8 2. ANALISIS DAN TINJAUAN TEORI 2.1. Studi Literatur 2.1.1. Tinjauan Judul Perancangan Perancangan 2.1.1.1. Pengertian Buku Buku adalah suatu media komunikasi yang mempunyai peran sangat penting dalam hal pengetahuan dan informasi pada saat ini, karena buku dapat dibaca dimana saja dan kapan saja. (“wikipedia”) Berdasarkan kamus Oxford Advanced Learners Dictionary, maka buku didefinisikan sebagai sejumlah lembaran kertas yang ditulisi dan dicetak serta disatukan dalam satu sampul buku. Sedangkan membaca diartikan sebagai periode aktivitas seseorang dalam suatu jangka waktu tertentu dalam hal ini adalah membaca buku sehingga akan diperoleh pengetahuan sekaligus hiburan. Maka dapat disimpulkan secara sederhana bahwa buku bacaan merupakan karya tulis yang dikomposisikan untuk memberikan informasi baik pengetahuan maupun yang bersifat hiburan positif namun bisa juga negatif bagi orang yang membacanya. Buku bacaan bermanfaat untuk mengembangkan pengetahuan dan mencerdaskan seseorang, mengembangkan intelektualitasnya, juga kreativitasnya, serta membentuk pola pikir dan budaya masyarakat. Namun buku juga dapat menjadi tidak berguna apabila berorientasi kepada kepentingan pribadi dan tidak berorientasi pada kepentingan dan manfaatnya bagi masyarakat umum. Sehingga buku bacaan harus memperhatikan segmennya, tujuan apa yang dikehendaki dan metode apa yang dipergunakan serta apakah dengan metode tersebut segmen konsumennya dapat menyerap dengan baik isi buku tersebut. Buku bacaan alat dan sarana yang tepat untuk mempropagandakan ide baik itu ide positif maupun negatif. 2.1.1.2. Pengertian Fotografi
35
Embed
2. ANALISIS DAN TINJAUAN TEORI 2.1. Studi Literatur
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Microsoft Word - Chapter 2.doc2.1. Studi Literatur
2.1.1.1. Pengertian Buku
Buku adalah suatu media komunikasi yang mempunyai peran
sangat
penting dalam hal pengetahuan dan informasi pada saat ini, karena
buku dapat
dibaca dimana saja dan kapan saja. (“wikipedia”)
Berdasarkan kamus Oxford Advanced Learners Dictionary, maka
buku
didefinisikan sebagai sejumlah lembaran kertas yang ditulisi dan
dicetak serta
disatukan dalam satu sampul buku. Sedangkan membaca diartikan
sebagai
periode aktivitas seseorang dalam suatu jangka waktu tertentu dalam
hal ini
adalah membaca buku sehingga akan diperoleh pengetahuan sekaligus
hiburan.
Maka dapat disimpulkan secara sederhana bahwa buku bacaan merupakan
karya
tulis yang dikomposisikan untuk memberikan informasi baik
pengetahuan
maupun yang bersifat hiburan positif namun bisa juga negatif bagi
orang yang
membacanya.
mencerdaskan seseorang, mengembangkan intelektualitasnya, juga
kreativitasnya,
serta membentuk pola pikir dan budaya masyarakat. Namun buku juga
dapat
menjadi tidak berguna apabila berorientasi kepada kepentingan
pribadi dan tidak
berorientasi pada kepentingan dan manfaatnya bagi masyarakat umum.
Sehingga
buku bacaan harus memperhatikan segmennya, tujuan apa yang
dikehendaki dan
metode apa yang dipergunakan serta apakah dengan metode tersebut
segmen
konsumennya dapat menyerap dengan baik isi buku tersebut. Buku
bacaan alat
dan sarana yang tepat untuk mempropagandakan ide baik itu ide
positif maupun
negatif.
yang mengubah hidup manusia. Dahsyat! Ternyata usaha manusia untuk
merekam
obyek atau peristiwa yang ditangkap matanya, sudah dimulai sejak
336 sebelum
Masehi (SM). Diawali dengan sekadar memanfaatkan proyeksi pantulan
cahaya
matahari lewat sebuah lubang kecil di dalam ruangan gelap.
Lama-lama mulai deh
digunakan cermin sebagai alat bantu pemantulan cahaya tersebut.
Hingga gambar
yang dihasilkan dalam ruangan tersebut, semakin jelas(Leonardi
20).
Tidak puas hanya bisa melihat, orang pun berusaha mengabadikan
hasil
pantulan cahaya tersebut. Maka dimulailah usaha mengembangkan media
yang
bisa membuat pantulan tersebut menjadi gambar yang permanen (baca:
foto).
Media foto tersebut dimulai dari lempengan logam, lalu kertas,
hingga akhirnya
image digital yang kita kenal sekarang. Ini dia perkembangan
teknologi fotografi:
336-323 SM: Aristoteles (ilmuwan dan filsuf asal Yunani)
memperkenalkan cara melihat Matahari, tanpa membuat mata sakit.
Yakni dengan
media sebuah pelat logam, yang dibuatkan lubang kecil (kemudian
disebut
sebagai teknologi lubang jarum) sebagai tempat mengintip. Melalui
lubang ini,
kemudian sinar masuk dan membentuk pantulan cahaya. Metode
yang
diperkenalkan Aristoteles inilah yang dijadikan prinsip optikal,
suatu dasar teori
yang digunakan terus dalam pengembangan teknologi fotografi.
1038: Seorang ilmuwan Arab bernama Al-Hazan, memperkenalkan
sebuah model kerja penggandaan gambar, yang disebut camera obscura
(berarti
"kamar gelap"). Cara ini memanfaatkan sebuah ruang gelap, yang
salah satu
dindingnya dilubangi. Lewat lubang ini, kemudian sinar luar masuk
dan
memproyeksikan gambar keadaan di luar ruangan tersebut.
1267: Model kerja camera obscura Al-Hazan disempurnakan dan
dibuatkan alatnya oleh Roger Bacon. Alat tersebut menggunakan
beberapa cermin
untuk memantulkan cahaya yang masuk lewat lubang. Hasil pantulan
tersebut
menciptakan proyeksi gambar kondisi di luar. Peristiwa proyeksi
kondisi yang
"dibawa" cahaya tersebut, disebut sebagai ilusi optikal.
buatan Bacon yang berbasis pada metode camera obscura, sebagai
piranti
pembantu dalam melukis. Malah dia sempat membuat skets alat kamera
compact,
yang tetap berbasis metode tersebut. Sayang skets tersebut belum
sempat Da
Vinci realisasikan, hingga 400 tahun kemudian.
1550: Girolamo Cardano memperkenalkan teknologi orbem e vitro,
yang
kemudian disebut sebagai nenek moyang lensa kamera yang kita kenal
sekarang.
Teknologi ini sudah menggunakan dua cermin cembung yang berfungsi
sebagai
lensa, sehingga cahaya yang masuk mengalami dua kali pemantulan.
Orbem ini
berhasil mengurangi distorsi dan memperjelas proyeksi gambar yang
dilakukan
pada metode camera obscura.
bangsawan Venesia bernama Daniele Barbaro ini, memungkinkan
adanya
pengaturan cahaya yang memantul pada dua lensa cembung tersebut.
Ini membuat
proyeksi gambar yang terlihat jadi makin tajam.
1572: Dengan ditemukannya biconvex (dua lensa) dan diagframa,
kemungkinan penciptaan alat fotografi yang lebih ringkas semakin
terbuka.
Dimulai oleh Friedrich Risner, yang menciptakan semacam gubuk
kecil,
dilengkapi lensa. Gubuk ini bisa dipindah-pindah, untuk mencari
obyek lain.
1657: Alat camera obscura yang lebih kecil dan bisa
ditenteng,
diperkenalkan pada publik. Kalau kita sering nonton film koboi
dengan seting
abad-17, mungkin familiar sama alat ini. Itu lho, yang mempunyai
tiga kaki, dan
orang mengoperasikannya harus bersembunyi di balik kerudung
kain.
1676: Johann Christoph Sturm, seorang profesor matematika di
Jerman,
menciptakan cermin refleksi. Ciptaannya ini yang menginspirasikan
penemuan
kamera berlensa tunggal.
melakukan penyempurnaan alat camera obscura-nya. Pertama, dia
mengecat
hitam alat tersebut untuk mengurangi refleksi cahaya di dalamnya.
Lalu, Zahn
juga melengkapi alatnya dengan beberapa cermin cembung, hingga bisa
diganti-
ganti. Efeknya, sang pengguna alat bisa leluasa mencari
lebar-sempit angle,
maupun dalam soal jarak (jauh-dekat) ke obyek. Teknik tersebut
kemudian
menjadi inspirasi cara kerja kamera modern yang kita kenal
sekarang.
1725-1837: Selain alat camera obscura semakin disempurnakan,
orang-
orang pun berusaha menciptakan sebuah cara agar gambar yang
dihasilkan alat
tersebut bisa diabadikan (baca: jadi sebuah foto). Bahan kimia
dijadikan alat
dalam mengekplorasi penciptaan foto. Dimulai dengan penggunaan asam
nitrat
yang dicampur kapur, kemudian diletakkan pada titik jatuh proyeksi
gambar yang
dihasilkan lensa. Hingga penemuan Louis Daguerre, yang
menggunakan
lempengan logam yang memanas karena cahaya Matahari.
Lempengan tersebut diletakkan dalam alat camera obscura, hingga
bisa
langsung menyerap proyeksi gambar yang terpantul. Nantinya
lempengan logam
tersebut diproses dengan menguapkan unsur merkuri pada logam.
Setelah itu
dilanjutkan dengan mencuci lempengan dengan air garam mendidih.
Maka
gambar hasil proyeksi dari alat camera obscura-nya muncul dan
permanen.
1839: William Talbot memperkenalkan sebuah proses penciptaan
gambar
dari hasil proyeksi alat camera obscura lainnya. Masih tetap
menggunakan
lempengan logam, tapi sudah melakukan proses negatif-positif
seperti layaknya
proses cuci-cetak foto modern. Proses bernama photography ini
(begitu Talbot
menyebutnya), diakui sebagai inspirator proses foto modern.
1851: Kamera Giroux ditemukan Daguerre. Masih mengandalkan
teknik
camera obscura, tapi bentuknya lebih simple. Penemuan kamera modern
pun
dimulai!
1881: Seorang kasir bank di New York yang senang motret,
berhasil
menemukan rol film, sebagai media penangkap proyeksi gambar pada
kamera
Giroux. Walau belum sesederhana rol film modern seperti sekarang,
penemuan
kasir bernama George Eastman ini menjadi milestone bagi teknologi
fotografi
modern.
1885: Eastman menciptakan alat proses rol film menjadi sebuah foto
di
atas kertas. Dia mematenkan penemuan rol film dan alat cuci cetak
tersebut.
Kodak.
1888: Kamera Kodak portable box diperkenalkan Eastman ke publik.
Alat
ini lebih ringkas dan sederhana ketimbang alat-alat fotografi
sebelumnya. Dengan
munculnya alat ini, semua orang jadi bisa memotret, karena mudah
digunakan.
1889-1900: Film seluloid (seperti yang kita kenal sekarang)
ditemukan
Eastman cs. Maka teknik fotografi pun semakin mudah dan dikenal
luas. Apalagi
saat Kodak Brownie (kamera yang sudah menggunakan rol film
seluloid)
diperkenalkan. Era fotografi modern pun dimulai.
1907: Lumiere bersaudara memperkenalkan proses foto berwarna
sederhana. Auguste dan Louis Lumiere ini juga menemukan sistem
kamera
gambar bergerak dan alat proyektor. Mereka menciptakan standar film
35 mm,
yang tetap dipergunakan hingga kini.
1924: Kamera Leica yang kecil dan sederhana dalam
penggunaannya,
diperkenalkan seorang Jerman bernama Leitz. Kamera ini kemudian
menjadi
standar para jurnalis di masa itu.
1935: Kodak memasarkan temuan terbarunya, film slide
berwarna.
1947: Edwin Land menemukan film instant (diproses langsung
dalam
kamera), dan mendirikan perusahaan Polaroid Land Company. Film
instant
temuannya itu pun akhirnya disebut sebagai film Polaroid.
1963: Kamera videodisk yang menggabungkan kamera dengan
komputer
yang telah ditemukan saat itu, diperkenalkan D Gregg. Era fotografi
digital pun
dimulai.
1979: Dua perusahaan elektronik besar, Philips dan Sony,
menciptakan
kamera video yang bukan hanya bisa merekam gambar bergerak, tapi
juga
suaranya. Termasuk memperkenalkan kaset video sebagai media
perekamnya.
1980: Compact disc (CD) diperkenalkan pertama kali oleh
perusahaan
elektronik RCA, sebagai media perekam audio-visual.
1986: Kodak berhasil menemukan teknologi fotografi tanpa film,
yakni
melalui sebuah sensor pada kamera yang bisa merekam 1,4 juta elemen
gambar
(kemudian disebut sebagai megapixles).
Fotografi, merupakan teknik ilustrasi yang dipergunakan sejak
ditemukannya alat atau kamera yang diperlukan untuk memotret pada
tahun 1665.
Yang merupakan penggambaran atau melukis obyek dengan
menggunakan
cahaya. Fotografi terbagi menjadi dua macam, yaitu: fotografi
dokumentasi yang
memotret obyek atau peristiwa penting tanpa memperhatikan segi
estetisnya.
Sedangkan yang kedua adalah fotografi yang sangat memperhatikan
segi estetis
dan keindahan dari obyek yang akan dipotret serta hasil dari
fotografi tersebut,
yang kemudian menjadi media ekspresi keindahan dan seni baru yang
disebut
dengan Piktoral.
dari suatu sudut pandang tanpa penyelesaian dari peristiwa yang
diangkat.
(Sugiarto 75). Foto esai terdiri dari beberapa foto disertai dengan
narasi yang
memperkuat foto tersebut baik panjang maupun pendek.
2.1.1.4. Pengertian Buku Essai Foto
Berdasarkan dari pengertian foto essai itu sendiri maka buku essai
foto
adalah kumpulan foto-foto yang berisi opini pemotret dari sebuah
sudut pandang,
disertai dengan narasi untuk memperkuat foto tersebut baik panjang
maupun
pendek.
Komposisi merupakan suatu bentuk abstrak dari suatu gambar,
basis
acuaan dan kerangka yang mendukung keseluruhan struktur dan
konstruksi dari
elemen-elemen pada gambar tersebut.(Dabner 80) Komposisi
mempergunakan
kaidah grid yang merupakan pedoman yang terdiri atas garis-garis
lurus yang
saling memotong satu sama lain dan membentuk persegi. Grid dapat
menentukan
posisi obyek yang tepat sehingga mudah dilihat dan juga mencapai
keseimbangan
gambar, daerah-daerah yang kosong, jarak-jarak antar obyek juga
menjadi bahan
pertimbangan, sekalipun bukan merupakan obyek perhatian utama dari
pengamat,
namun secara tidak langsung mempengaruhi kenyamanan dalam
melihat
gambaran tersebut. Hal ini tentu saja dengan tujuan yaitu dicapai
keseimbangan
tanpa pembagian yang berkesan simetris membosankan.
Secara garis besar, unsur–unsur komposisi antara lain: garis
(line), tekanan
atau kualitas gelap terang (value), bentuk dan ruang (shape and
space), pola
(pattern), tekstur (texture), dan warna (colors), yang dapat
dijabarkan sebagai
berikut:
digunakan untuk menggambarkan fenomena alam dan terkesan
maskulin,
sedangkan garis lembut dapat menciptakan kesan feminin, melankolis,
ataupun
kelunakan.
atau pengungkapan secara subyektif akan gagasan, membangkitkan
berbagai
pengalaman, pikiran, atau paham, dan intuisi-intuisi (Mendelowitz
dan Wakeham
64).
Garis yang sederhana menggambarkan suatu arah, membagi ruang,
memiliki panjang, memiliki lebar, corak atau warna, dan tekanan
atau kontur.
Garis yang tergambar mampu mengungkapkan emosi dan temperamen
yang
secara natural diekspresikan oleh subyek yang digambar.
Garis dapar dibedakan menjadi:
1. Garis Kontur
Garis kontur, yaitu garis yang melukiskan bagian tepi dari suatu
bentuk
sehingga memisahkan setiap area atau volume yang ada disekitarnya.
Garis kontur
yang sangat sederhana umumnya tidak bervariasi dari segi ketebalan,
tidak
yang ekspresif akan mengajak mata pengamat untuk menerima garis
tersebut
sebagai sebuah bentuk karena dibentuk dengan variasi tebal tipis
garis serta
memiliki detail.
Garis kaligrafi atau penulisan indah. Garis kaligrafi terjadi jika
keindahan dari
garis yang ditampilkan menjadi aspek utama bagi keindahan gambar,
dimana
garis ini dapat menunjukkan masing-masing kualitas pribadi dari
penggambarnya,
karena garis ini bersifat ekspresif yang menggunakan kekuatan tebal
tipis untuk
mengekspresikan bentuk, tepi yang berpotongan, terang dengan
gelap.
2.1.2.2. Kualitas Gelap Terang (Value)
Secara nyata putih merupakan tekanan yang paling rendah atau
yang
paling terang, sedangkan hitam merupakan tekanan yang paling kuat
atau paling
gelap dan diantaranya terdapat warna abu-abu. Setiap benda walaupun
tidak
memiliki warna hitam atau putih, namun tetap saja mashi memiliki
kualitas gelap
terang yang dapat dianalisa dan dikategorikan sebagai tingkatan
kualitas gelap
terang atau value.
Bila garis mendiskripsikan bentuk obyek, maka value akan
memperjelas
dan memperkaya garis sehingga bentuk 3 dimensi dari benda tersebut
dapat
terlihat dan lebih hidup, tempat dan hubungan antar bentuk dapat
ditentukan,
membentuk pola untuk menggambarkan tekstur obyek, serta memberikan
kesan
dramatis. Derajat perubahan value tergantung dari kekontrasan
antara bayangan
dengan cahaya, juga dari sumber cahaya yang menimpa obyek.
2.1.2.3. Bentuk dan Ruang (Shape and Space)
Bentuk mampu menghadirkan suasana berbeda layaknya bentuk
imajinatif, geometrik, dan sebagainya, bentuk merupakan sebuah
presentasi
abstrak sebuah garis imajinasi yang menggambarkan sebuah obyek
didalam
hubungannya dengan latark belakang, karakter tiga dimensi ang
terbentuk.
Sedangkan ruang merupakan aspek negatif dari sebuah bentuk. Ruang
dapat
16
dikenali dengan adanya gelap terang cahaya sehingga obyek menjadi
bentuk yang
terpisah dari suatu ruang.
Merupakan bentuk dekoratif yang bersifat datar dan tidak memiliki
value
atau kualitas gelap terang sehingga seperti silhouette atau siluet
yang
meminimalkan volume obyek. Apabila pola bersifat dekoratif maka
hanya
bertujuan untuk memperindah yang dapat terlihat pada pola dekoratif
pada tekstil.
2.1.2.5. Tekstur (Texture)
Kualitas permukaan benda yang dapat dirasakan, baik kasar maupun
halus,
keras maupun lembut yang disebut tekstur. Tekstur merupakan elemen
desain
yang bersifat ekspresif dan emosional serta menggambarkan ciri khas
pelukisnya
(Heller 8). Tekstur juga dapat menimbulkan kesan ekspresif yang
dapat
menentukan kekuatan emosional dalam sebuah gambar.
Tekstur dapat dihasilkan dan berbentuk berbagai variasi kuat lemah
warna
atau arsiran dan juga dapat diperoleh melalui percobaan yang
menggunakan alat-
alat yang ada disekitar kita secara kreatif. Tekstur dapat
berbentuk seragam
(pointilisme, melalui penemuan penggunaan alat-alat (spons, garam,
dan
sebagainya yang dicampur dengan cat), serta tekstur yang ekspresif
dengan
berbentuk kasar dan unik.
2.1.2.6. Warna (Colors)
Kualitas dari mutu cahaya yang dipantulkan oleh suatu obyek ke
mata
manusia sehingga dapat membangkitkan perasaan manusia (Sudiana
38).
Warna di lain pihak merupakan elemen yang bercahaya dari suatu
obyek
yang memiliki berbagai kualitas yang memberikan kesan volume dan
komplesitas
dari obyek (Heller 33). Warna dihasilkan dari gelombang cahaya
sejenis radiasi
elektromagnetik, yang terukur dengan satuan mikron. Warna-warna
yang dapat
17
dilihat dengan kemampuan mata manusia antara 400-700 mikron, namun
ada juga
warna-warna yang tidak terjangkau untuk dilihat karena panjang
gelombangnya
berada diluar jangkauan kita.
yang terdapat didalam satu kesatuan ilustrasi.
Berikut ini penjabaran peran warna secara terperinci adalah:
Identifikasi,
menarik perhatian, memberi pengaruh psikologis, mengembangkan
asosiasi,
membangun ketahanan minat, dan menciptakan suasana.
Gambar 2.1. Spektrum warna sederhana
Sumber: www.sapdesignguild.org
warna sekunder dan tersier
18
Pertama adalah warna primer atau warna dasar terdiri atas tiga
warna,
yaitu merah (magenta red), kuning (lemon yellow), dan biru
(turquoise blue).
Warna ini merupakan warna-warna yang tidak bisa dicapai atau
didapatkan
melalui pencampuran warna-warna lainnya, karena merupakan warna
yang paling
dasar. Sedangkan warna-warna lainnya merupakan turunan atau
pencampuran
ataupun kombinasi dari ketiga warna tersebut.
Kedua warna sekunder merupakan hasil dari pencampuran atau
kombinasi
dari warna-warna primer tersebut diatas, dimana dalam lingkaran
warna, warna-
warna sekunder merupakan lawan dari warna-warna primer.
Warna-warna
sekunder berada pada posisi yang saling berlawanan dengan posisi
warna-warna
primer, dan hal ini disebut juga dengan warna-warna
komplementer.
Ketiga warna tertier merupakan warna-warna yang berada
diantara
berbagai warna-warna yang ada yang merupakan turunan atau
pencampuran dari
berbagai warna-warna sekunder tersebut. Warna ini biasanya ditulis
lebih dari
satu warna, seperti: kuning kecoklatan, biru kehijauan, dan
sebagainya.
Keempat warna komplementer merupakan warna-warna yang saling
berlawanan dalam lingkaran warna, berlawanan secara kontras dan
jika keduanya
tercampur maka akan dihasilkan warna abu-abu netral. Misalnya warna
ungu
dengan kuning, warna merah dengan hijau, dan warna biru dengan
oranye, dan
sebagainya. Warna komplementer ini dapat menetralkan intensitas
warna yang
terlalu kuat.
Kelima warna analogus merupakan warna yang mempergunakan
terang
gelap dan intensitas dari warna yang terdekat, misalnya kuning
kehijauan, dan
kuning oranye (didominasi oleh kuning), dan sebagainya. Sekalipun
lebih
berwarna daripada monochromatic, namun warna analgus juga
menciptakan
keharmonisan dan suasana hati yang tenang karena hubungan yang
dekat dengan
warna-warna yang dipakai.
Yang pertama adalah warna Monochromatic, yaitu warna yang
menambahkan atau mengurangi intensitas dari satu warna saja. Gambar
yang
hanya memiliki satu warna (monochrome), warna dan
kedalamannya
tergambarkan pada kualitas gelap terang warna, yang mana gambar ini
tidak
mempresentasikan kenyataan atau realitas yang ada, namun
mengidentifikasikan
sebuah keseimbangan antara cahaya dan bayangan dari obyek.
Gambar
monochrome memberikan kesan kelonggaran dan kebebasan bagi
pengamatnya
untuk memiliki imajinasi tentang obyek gambar serta partisipasi
didalam
memahami obyek. Kedua adalah warna Polychromatic/ Optical Color,
yaitu
warna yang menggunakan banyak kandungan warna yang dicampurkan,
tidak
semata-mata menambah intensitas dan kuat lemahnya seperti
halnya
monochromatic. Polychromatic membuat obyek menjadi lebih realis dan
ekspresif
sebab pencampuran warna didasarkan pada warna-warna yang
sesungguhnya
dilihat pada kehidupan nyatan sehari-hari.
3. Klasifikasi Warna Berdasarkan Sensasi yang Ditimbulkan
Disini terdiri dari tiga jenis warna yaitu yang pertama adalah
warna-warna
panas (hot). Warna merah, kuning, dan percampuran-percampuran
diantaranya.
Kedua adalah warna-warna dingin (cold). Warna biru, hijau, dan
percampuran-
percampuran diantaranya. Terakhir yang ketiga adalah warna-warna
netral
(neutral). Warna putih, abu-abu, dan juga warna hitam.
4. Klasifikasi Warna Berdasarkan Karakteristiknya
Hue, yaitu mengacu pada warna-warna tersebut dalam lingkaran
warna,
misalnya merah, biru, kuning, hijau, dan sebagainya. Hue merupakan
kualitas
yang membedakan antara warna yang satu dengan warna yang lainnya
atau
keunikan dari masing-masing warna. Chroma, yaitu kekuatan dan
kelemahan
warna yang mengacu pada intensitas warna, misalnya warna kuning
memiliki
intensitas warna yang kuat sedangkan warna ungu kurang kuat
intensitasnya.
Kemudian Value, seperti yang telah dipaparkan diatas, merupakan
gelap terang
bila dibandingkan dengan warna hitam dan warna putih. Penambahan
warna
hitam dapat menjadikan gelap, sedangkan penambahan warna putih
dapat
menjadikan kebih muda atau terang. Dalam hal ini value warna dapat
dibedakan
20
menjadi 2 yaitu Tint, warna dengan value tinggi atau warna-warna
yang dianggap
lebih ringan atau terang karena penambahan warna putih. Lalu Shade,
warna
dengan value rendah atau warna-warna yang dianggap lebih gelap atau
berat
karena penambahan warna hitam.
Untuk mencapai suatu target value tertentu dari sebuah warna,
sangat
dipengaruhi dari warna-warna sekitarnya. Warna-warna yang
saling
berdampingan dapat mempengaruhi bentuk obyek dan juga penampilan
warna itu
sendiri dengan memperbandingkan apakah warna tersebut lebih terang
atau lebih
gelap dibandingkan warna yang mendampinginya.
5. Klasifikasi Warna Berdasarkan Maknanya
Masing-masing warna memiliki makna tertentu seperti juga
kata-kata.
Warna yang dilihat oleh mata masuk kedalam jiwa kita seperti suara
yang
terdengar oleh telinga. Maka terjadi sebuah standar warna yang
diklasifikasikan
berdasarkan atas makna-makna simbolik dan persepsi individu
terhadap warna
tersebut, antara lain:
sportivitas.
cepat marah, warna yang paling sulit diterima mata. Meningkatkan
konsentrasi,
dan saling meningkatkan metabolisme.
Hijau: alami, warna yang paling mudah diterima oleh mata,
meningkatkan
penglihatan, ketenangan, menyegarkan, membuat rileks, dan
kesuburan. Hijau tua
melambangkan kejantanan, kuno, dipercaya membawa keberuntungan yang
jelek.
Biru: warna langit dan lautan, warna yang paling populer,
menimbulkan
reaksi yang berlawanan dengan merah, kedamaian, ketenangan, warna
dingin, dan
merupakan simbol kesetiaan.
Hitam: warna yang melambangkan otoritas dan kekuatan, membuat
orang
akan tampak lebih ramping jika mengenakan pakaian warna hitam,
warna yang
kebijaksanaan, dan elegan.
cocok dikombinasikan dengan berbagai macam warna apapun, steril
atau higienis,
ketenangan, memberikan kekuatan spiritual atau batin, iman atau
kepercayaan,
kemurnian, berkesan hampa, dan kesegaran.
Abu-abu: netral, sebagai background, berkesan pembatalan,
keadaan
terjepit, dan ragu-ragu.
Coklat: tanah, keras, warna bumi, alami, keaslian, warna kayu,
kesedihan,
kesuburan, ketenangan, kesan orang tua, dan warna kesukaan para
kaum pria.
2.1.3. Tinjauan Unsur Komposisi
berbentuk persegi empat panjang dengan kedua sisi lebih panjang
dibandingkan
dengan kedua sisi yang lain yang lebih pendek, baik mendatar maupun
tegak.
Namun subyek dari gambar atau obyek yang akan digambar akan
menentukan
bentuk dari bidang yang dikehendaki, jika menggambarkan pemandangan
alam
atau landscape maka bidang berbentuk datar atau memanjang secara
horisontal.
Karena hal ini akan memberikan kesan luas atau lebar dan lebih
berkesan
dramatis sesuai dengan obyek yang akan digambar. Sedangkan
untuk
penggambaran lukisan potret maka akan menggunakan bidang gambar
yang tegak
atau berdiri secara vertikal. Hal ini dikarenakan penggambaran
potret yang berdiri
membutuhkan bidang yang tegak pula dan juga untuk menghindari
semakin
banyaknya ruang kosong jika penggambaran potret digambarkan dengan
bidang
yang mendatar.
perkembangannya, hal ini karena untuk mencapai bentuk yang lebih
menarik.
Komposisi beraneka ragam terjadi sejak ditemukannya kamera sehingga
orang
mulai berani untuk melakukan manipulasi komposisi (Davenport 90).
Hal ini
dapat dilakukan dengan permainan grid yang dapat digunakan sebagai
garis bantu
untuk membuat dan menentukan letak obyek, sehingga obyek dapat
berada pada
tempat yang unik, menarik, dan juga seimbang. Umumnya pengaturan
komposisi-
komposisi ini tetap menggunakan elemen-elemen untuk menjaga
keseimbangan
gambar, seperti bayangan, subyek pembantu, latar belakang,
pewarnaan, gradasi,
dan sebagainya.
menarik. Warna yang netral dengan area yang bertekstur cenderung
mengurangi
berat dari komposisi. Sebuah area yang luas dapat diseimbangkan
dengan area
yang sempit, namun menggunakan warna yang berintensitas kuat dan
kontras
tinggi. Misalnya latar belakang yang berwarna hitam polos akan
meningkatkan
perhatian penonton kepada obyek lukisan, namun komposisi ini
bersifat formal
dan tradisional.
Perspektif merupakan hukum yang memprediksi dan menjelaskan
tentang
ragam dan cara bagaimana suatu obyek yang tampak semakin berkurang
dan
semakin kecil ukurannya saat obyek tersebut berada pada jarak yang
jauh dari
pengamat (Heller 18). Basis dari semua perspektif adalah titik
terang dari semua
garis paralel pada horison, horison adalah batas dimana mata kita
melihat terjauh
atau kaki langit. Hukum perspektif yaitu semua garis paralel atau
sejajar yang
tampak akan menuju pada suatu titik yang sama. Aspek penting
lainnya yaitu
obyek-obyek yang berjarak sama, tampak semakin mengecil hingga
mendekati
horison. Jarak antara obyek yang berjarak sama tersebut dilakukan
secara konstan.
Dalam ilmu perspektif dikenal dengan perspektif satu titik
lenyap,
perspektif dua titik lenyap, dan perspektif tiga titik lenyap.
Perspektif satu titik
lenyap biasanya penggambaran obyek secara frontal dan datar
setinggi horison
pada salah satu sisi datarnya atau depannya dengan bagian belakang
obyek yang
kelihatan semakin mengecil karena menjauh dari mata menuju ke titik
lenyap.
Penggambaran dengan perspektif dua titik lenyap merupakan
penggambaran
obyek, misalnya meja yang tampak pada kedua sisi sampingnya,
atau
penggambaran obyek dengan salah satu sisi siku meja tersebut
menghadap ke
depan dan kedua sisi yang lain kelihatan mengecil dan terus menuju
ke titik
lenyap, tergantung panjang sisi dari meja tersebut. Namun hal
ini
penggambarannya masih tetap menggunakan sudut pandang mata
datar.
Penggambaran perspektif tiga titik lenyap adalah sama dengan
penggambaran
perspektif dua titik lenyap namun penggambarannya menggunakan
perspektif
mata burung atau tampak atas dari obyek, maupun menggunakan
perspektif mata
kodok atau tampak bawah dari obyek. Dalam perspektif tiga titik
lenyap tersebut,
titik lenyap yang ketiga mengacu pada sumbu Z, dimana dalam hal ini
juga
berlaku semakin menjauh bagian obyek dari mata si pengamat maka
akan
terkesan semakin kecil, begitu pula sebaliknya. Pada penggambaran
obyek
lingkaran, semakin datar atau sejajar obyek dengan mata pengamat,
maka
permukaan obyek yang berbentuk datar tersebut akan terlihat semakin
elips,
begitu pula sebaliknya.
Pencahayaan didalam gambar berkaitan dengan aspek kualitas
gelap
terang (value), karena aspek cahaya menentukan kualitas gradasi
suatu obyek.
Dengan pengaturan tekanan gelap terang maka akan dicapai bentuk 3
dimensi.
Elemen-elemen dari cahaya yang menentukan skala gradasi antara
lain:
Highlights (Cahaya Maksimum) atau bagian obyek yang memiliki
warna
paling ringan atau paling terang dibandingkan dengan bagian lainnya
dan
biasanya muncul dari permukaan yang paling halus atau mengkilap.
Highlights
berupa bintik sinar yang kuat dan mengena pada bagian puncak dari
permukaan
yang menghadap ke arah sumber cahaya.
Lights (Cahaya) dan Shadow (Bayangan) merupakan kualitas gelap
terang
yang paling luas areanya, berada diantara highlights dan juga pusat
bayangan.
Core of The Shadow (Pusat Bayangan) yaitu area dimana
konsentrasi
bayangan yang paling gelap, posisinya paralel dengan sumber cahaya,
pusat
bayangan tidak menerima penerangan.
Reflected Light (Pantulan Cahaya) yaitu area dimana cahaya
dipantulkan
kembali dari permukaan yang tidak seberapa jauh, yang berfungsi
sebagai pengisi
dan membuat obyek semakin jelas bentuknya.
Cast Shadow (Pantulan Bayangan) yaitu bayangan yang terjadi dari
obyek
pada bidang yang berdekatan, biasanya lebih gelap daripada pusat
bayangan.
Disamping pengertian tentang bayangan dalam tinjauan tentang teori
tata
cahaya dalam menggambar termasuk diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Cahaya Natural
Pada teknik penggambaran dengan cahaya ini memiliki kesulitan
karena
dipengaruhi oleh musim, warna, dan arah cahaya dan bayangan yang
terjadi yang
selalu konstan berubah sejalan dengan waktu. Namun penggambaran
dengan
cahaya ini terkesan menarik dan menimbulkan kesan kontras serta
suasana
tertentu.
Pencahayaan dalam ruang ini bersifat ideal karena cahaya tidak
langsung
mengena dari atas sehingga pewarnaan yang diakibatkan pencahayaan
tersebut
menjadi halus dan membaur serta tidak mudah mengalami
perubahan.
Pencahayaan ini tidak menghasilkan tepian yang kuat dan kontras
pada obyek
sehingga gambar tidak terlalu kuat dan menonjol. Pencahayaan
menjadi tampak
merata dan mendominasi keseluruhan bidang gambar. Pencahayaan ini
juga
memerlukan berbagai macam penekanan gelap terang, supaya obyek
yang
digambar tidak terlihat datar.
3. Cahaya Latar Belakang
Pada penggambaran dengan pencahayaan ini memiliki tepian pada obyek
dengan
kontras yang tinggi karena pantulan cahaya dari belakang
dibandingkan dengan
bagian depan obyek yang tidak terkena cahaya. Karena pencahayaan
ini
dipantulkan pada bagian belakang obyek maka membuat obyek
nampak
menonjol. Namun demikian penggambaran dengan teknik pencahayaan
ini
terkesan menyilaukan dan sulit untuk mengamati bagian depan obyek
secara
nyaman karena detail yang suram dan kurang mendapatkan cahaya
dibandingkan
dengan daerah pinggiran obyek. Oleh karena itu diperlukan reflektor
yang dapat
memantulkan cahaya sehingga dapat mengenai bagian depan obyek yang
dapat
mengurangi kontras yang kuat antara bagian depan obyek yang dapat
mengurangi
kontras yang kuat antara bagian depan obyek dengan daerah tepian
obyek
tersebut, dan juga menjadikan bagian depan obyek menjadi lebih
terang dengan
detail yang dapat terlihat.
Cahaya ini berasal dari sumber cahaya selain matahari,
seperti
pencahayaan yang didapat dari berbagai bentuk dan jenis lampu dalam
ruangan
studio. Hal ini memiliki keuntungan yaitu cahaya yang disorotkan
tidak terlalu
berlainan arah dan memiliki refleksi hyang tampak kuat dan tegas.
Namun juga
memiliki kekurangan yaitu pencahayaan yang terlalu kuat sehingga
mengurangi
detail obyek karena bayangan yang kuat dan kekontrasan yang tinggi
akibatnya
obyek akan tampak datar. Hal ini dapat diatasi dengan berbagai
peralatan yang
menunjang dan juga kreativitas, seperti menggunakan peralatan soft
box atau
payung pemantul yang ada dalam peralatan fotografi, serta dapat
juga diatur jarak
cahaya tersebut ke obyek atau dengan mengurangi kuat intensitas
cahaya tersebut
(Dabner 78).
2.1.4. Tinjauan Foto Berdasarkan Bidang Kajian
1. Fotografi Editorial, yang merupakan ilustrasi buku, yang sering
dijumpai pada
buku-buku novel, buku-buku bacaan anak atau orang dewasa, buku
olahraga,
kartun dan karikatur politik, dan sebagainya. Yang mana selain
untuk
memperjelas cerita atau penyampaian pesan dalam buku tersebut
sebagai
visualisasi pesan, ilustrasi ini juga dapat digunakan sebagai jaket
atau sampul
buku yang dapat berguna untuk menarik perhatian konsumen (Leonardi
56).
promosi dan pemasaran, yang meliputi Ilustrasi Fashion, ilustrasi
ini dapat
berbentuk fotografi maupun gambar untuk mempromosikan dan
menjual
produk fashion. Ilustrasi Produk, berfungsi untuk menggambarkan
berbagai
produk yang diproduksi semenarik mungkin untuk dipromosikan
dan
ditawarkan kepada konsumen. Yang terakhir adalah Ilustrasi
Pariwisata, yang
pada umumnya menggambarkan pemandangan alam, arsitektur, dan
figur-
figur tertentu pada daerah yang dipromosikan (Leonardi 56).
2.1.4.1. Tinjauan Fotografi Berdasarkan Alat
1. Pemakaian kamera analog dan digital dimana yang menjadi pembeda
adalah
alat yang digunakan. Kmaera analog masih menggunakan film
seluloid
sedangkan kamera digital adalah kamera yang telah
menggantikan
penggunaan film seluloid dengan sensor penangkap cahaya.
2. Pemakaian jenis kamera, dalam fotografi ada tiga jenis kamera
yaitu, kamera
SLR, kamera medium format, dan kamera large format. Disini ketiga
kamera
tersebut dapt dibedakan berdasarkan ukuran fisiknya dimulai dari
kamera SLR
yang mempunyai ukuran terkecil hingga kamera large format denga
ukuran
yang paling besar, begitu pula dengan jenis film yang dipakai
(untuk kamera
dengan sistem kerja analaog) kamera SLR memiliki ukuran filam
yang
terkecil. Sedangkan pada kamera digital yang menjadi pembeda
adalah
penggunaan sensor penangkap cahayanya, dengan kamera SLR yang
paling
kecil.
3. Pemakaian alat bantu pencahayaan. Alat Bantu pencahayaan disini
adalah alat
yng dipergunakan untuk menambah cahaya pada obyek yang akan di
ambil
gambarnya. Alat bantu ini terdapat dua jenis yaitu, alat bantu
dngan cahaya
sendiri disebut flash dan alat bantu yang bekerja dengan cara
memantulkan
cahaya lain ke obyek.
2.2. Tinjauan Judul Perancangan
2.2.1. Perancangan Buku Essai Foto tentang Kehidupan Malam di
Surabaya
1. Aspek fungsional
mendapatkan berbagai info dan wawasan. Selain itu sebuah buku
bisa
memberikan sebuah inspirasi bagi seseorang, dan yang terakhir, buku
bisa
memberikan motivasi sendiri bagi seseorang yang membacanya.
2. Aspek Estetika
ilmu-ilmu komposisi dan desain.
marketnya.
Dari ketiga aspek tersebut, maka timbullah pendekatan verbal visual
yang
menghasilkan sinergi/kolaborasi yang berkaitan dengan nilai fungsi,
nilai estetika
dan nilai ekonomis suatu produk perancangan buku.
Perkembangan Buku
bagian dari perkembangan novel grafis, meskipun pada saat itu
belum
diidentifikasikan sebagai sebuah karya novel grafis. Awalnya adalah
ketika
penerbit Melodi di Bandung menerbitkan dua karya epik karya R.A.
Kosasih yaitu
Mahabharata dan karya Johnlo yaitu Raden Palasari pada tahun
1954.
Disebut–sebut sebagai novel grafis karena muatan sastrawinya
amat
kental, memuat cerita wayang Mahabharata, pertarungan antara
kebaikan dan
keburukan pada jaman Jawa Kuno dan diwariskan turun temurun
melalui
pagelaran wayang kulit maupun wayang orang.
Pada tahun 1968 Ganes TH menerbitkan Si Buta dari Gua Hantu,
yang
mengawali kebangkitan kedua industri komik Indonesia sekaligus
mengawali tren
komik silat yang berjaya sepanjang 1970-an sampai 1980-an, kemudian
muncul
komik-komik super hero yang bergaya kebarat-baratan, antara lain:
Hasmi
dengan serial Gundala Putra Petir (merupakan adaptasi dari jagoan
Amerika,
28
Flash), Wid NS dengan serial Godam (terinspirasi Superman), Kus Br.
Dengan
serial Laba-Laba Merah (mirip dengan Spiderman), dan sebagainya
dimana
komik-komik ini cukup populer (Kulsum 107).
Mulai tahun 1990 hingga sekarang ini, para komikus dan ilustrator
resah
dengan situasi cergam Indonesia tidak lagi mempunyai pasaran yang
luas,
sekalipun mereka berada di penerbit-penerbit raksasa, ide-ide
orisinil dalam
cergam tersebut kurang dihargai yang hal ini disebabkan oleh
tudingan penguasa
Orde Baru yang merugikan potensi cergam dan komik Indonesia. Hal
ini juga
diperparah dengan banyaknya komik dan cergam impor yang digemari,
berbagai
kemunculan komik dari Jepang dan Barat yang ditunjang oleh berbagai
media
pendukungnya memanfaatkan kesuksesan tersebut, seperti anime (film
animasi
Jepang), merchandise, industri pakaian, dan sebagainya yang membuat
komik
impor beserta tokohnya menjadi semakin populer dan semakin dekat
dengan
konsumennya. Komik impor memperoleh pasaran yang lebih luas dengan
alasan
lebih mudah dan hemat untuk memperoleh hal cipta atau penerbitan
daripada
komik lokal, yang menyebabkan kurangnya minat dan dorongan bagi
pembeli
lokal, kurangnya kesempatan untuk mempublikasikan dan tradisi lokal
yang
digeser oleh komikus luar negeri, serta adanya prasyarat yang cukup
berat bagi
komikus untuk lolos dari Departemen Penerangan.
Perkembangan cergam dan komik Indonesia sendiri banyak diwarnai
oleh
komik dan cergam asing yang telah diterjemahkan kedalam bahasa
Indonesia
seperti Manga (komik Jepang), cergam Walt Disney (Sleeping Beauty).
Winnie
The Pooh, dan sebagainya) padahal terjemahan buku asing tersebut
dapat
menurunkan kualitas isi buku tersebut. Permasalahan lainnya adalah
industri
perbukuan baik cergam maupun komik, dan juga buku-buku lainnya
lebih
mengutamakan orientasi pasar daripada perkembangan buku dalam
negeri.
Penerbit diuntungkan dengan permintaan masyarakat akan buku-buku
asing yang
lebih digemari dibandingkan dengan buku-buku lokal, akibatnya
penerbit besar
Indonesia juga lebih banyak memproduksi buku-buku impor yang
diterjemahkan.
Namun kita tidak bisa hanya menyalahkan cergam dan komik luar
negeri
yang sangat digemari tersebut, kita harus melihat bahwa komik dan
cergam dalam
negeri sendiri juga banyak kekurangannya. Cergam di Indonesia
kurang memiliki
kesatuan antara penulis, ilustrator, dan juga editor yang mana hal
ini berdampak
pada kualitas cergam yang tidak memiliki keseimbangan antara aspek
visual dan
verbal, karena keduanya tidak dapat saling mendukung sebagai elemen
yang sama
pentingnya. Didalam negeri sendiri, banyak para ilustrator dan
penulis komik
ternama yang justru meningkatkan kecintaan masyarakat, terutama
anak-anak
terhadap komik asing. Hal ini disebabkan para penulis dan
ilustrator tersebut
mengadopsi gaya asing secara mentah-mentah atau imitasi dan
kehilangan
identitas budaya sendiri. Seperti yang kita ketahui segala sesuatu
yang berupa
peniruan dan tidak memiliki kualitas yang lebih baik dari karya
aslinya, akan
menduduki posisi kedua bahkan mungkin lebih rendah. Penyebab
lainnya sebagai
upaya untuk menarik simpati konsumen dan menggeser komik impor
dengan cara
meniru gaya komik impor, yang pada kenyataannya justru semakin
menjatuhkan
kualitas komik lokal itu sendiri. Masyarakat menjadi tidak
bersimpati dan
menganggap tipe ilustrasi tersebut setengah-setengah, tidak terlalu
ke Indonesia
namun juga tidak persis gaya Jepang atau Barat.
2.2.1.2. Penjelasan Tema / Judul Buku
Pada buku essai foto ini, dimana akan dijelaskan bagaimana
kehidupan
malam dapat mempengaruhi sebuah proses pendewasaan seorang remaja.
Buku
ini akan sangat membantu para orang tua selaku ”penjaga”
remaja-remaja tersebut
untuk lebih mengenal bagaimana kehidupan jaman sekarang. Dan bagi
para
remajanya sendiri buku ini diharapkan mampu untuk membuka mata
mereka
tentang arti kehidupan malam bagi mereka.
2.3. Tinjauan Buku
Asal mula bacaan berasal dari pictograph atau piktograf yang
banyak
ditemukan diberbagai gua dan prasasti purbakala, dimana banyak
ditemukan
gambar yang saling beruntutan merangkai cerita. Pada
perkembangannya
penulisan dilakukan diatas tempurung hewan seperti kura-kura namun
dalam
jumlah terbatas. Dalam perkembangan selanjutnya buku baca modern
berasal dari
abad ke-15 yang saat itu terbentuk balok-balok kayu yang diukir,
setiap halaman
berisi teks maupun ilustrasi. Buku ilustrasi yang paling terkenal
yaitu Biblia
Pauperum (Poor Man’s Bible).
Perkembangan buku bacaan mengikuti perkembangan didalam hal
proses
percetakan. Pada abad ke-16 dan 17, penggunaan potongan-potongan
kayu mulai
digantikan oleh lempengan-lempengan papan atau lempengan tembaga
yang
diberi ukiran dan juga digambar dengan semacam zat asam seperti
tembaga atau
mineral yang memberikan lapisan asam tipis. Namun penemuan ini
hanya
berlangsung hingga abad ke-18, dimana terjadi revolusi didalam seni
membuat
buku bacaan dengan ukiran kayu dan teknik lithografi (teknik cetak
offset). Proses
ini kemudian semakin dikembangkan didalam percetakan buku-buku
ilustrasi dan
majalah.
Pada akhir abad ke-19, seni mengukir pada kayu dan juga
lithografi
digeser dengan teknik atau proses foto mekanik yang memungkinkan
reproduksi
teknik melukis dan menggambar dengan variasi yang lebih banyak.
Namun
eksploitasi dari proses yang cepat dan murah tapi teledor ini
mengaburkan potensi
artistik pembuatnya, sehingga beberapa pelukis dan ilustrator besar
memilih tetap
menggunakan cara lama yang dihidupkan kembali, meskipun ada juga
yang
mempergunakan teknik foto mekanik untuk menghasilkan efek yang
bagus.
Buku-buku ilustrasi yang bertemakan fiksi menjadi semakin populer
pada abad
ke-19 yang lebih populer dibandingkan pada masa abad ke-20.
Di Indonesia kontribusi buku-buku dan berbagai media cetak
lainnya
sangat besar didalam perjuangan kemerdekaan pada masa kolonialisme
karena
dapat menjadi sarana yang kritis untuk dapat menunjukkan kesadaran
bahwa
dibutuhkan suatu bentuk pergerakan bersama untuk mencapai
masyarakat yang
merdeka dan bersatu. Namun berlawanan dengan pemerintah kolonial
yang
melakukan aksi penghancuran buku-buku yang dianggap mengganggu
situasi
politik.
Pada saat itu, dunia literatur selalu diawasi dan dimusuhi oleh
pemerintah
sehingga pengekangan banyak ditemui dijaman ini. Kejadian tersebut
terulang
31
kembali pada masa pemerintahan Orde Baru. Berbagai buku bacaan di
Indonesia
mengalami pengekangan, beberapa buku yang dianggap kritis dan
membahayakan
pemerintah dilarang beredar, akibatnya rakyat seperti “dibungkam”,
tidak ada
kebebasan untuk mengeluarkan pendapat dan seolah-olah pemerintah
mengalami
ketakutan akan pemikiran kritis oleh rakyat yang dapat membongkar
sesuatu hal
yang ditutup-tutupi. Berbagai macam media massa baik cetak maupun
elektronik
dikontrol ketat dan selalu diawasi dengan ancaman pencabutan SIUPP
jika
dianggap melanggar. Semua aspek diseragamkan dan segala
perbedaan
diharamkan, dengan alasan demi persatuan dan kesatuan bangsa
(Fatwa, 1031).
Buku-buku yang diperbolehkan untuk beredar terkesan datar dan
menutup-nutupi
apa yang ada didalam kenyataan, yang beralasan bahwa buku-buku
bacaan
tersebut dianggap mengganggu ketertiban umum, menghina pemerintah,
tidak
sesuai dengan ideologi negara, bertentangan dengan ajaran agama,
merusak nilai
agama, menurunkan kewibawaan pemerintah, dan sebagainya yang
bertujuan
tidak mengakui perbedaan perspektif, kemajemukan sudut pandang
dan
keragaman pendapat pribadi, serta upaya pelecehan dan pembodohan
masyarakat.
2.3.2. Jenis-jenis Buku
melalui isinya sebagai berikut :
Gaya desain (graphic style) adalah suatu ragam hias atau
model
visualisasi karya visual atau grafis yang merujuk pada pola atau
gaya tertentu
sesuai dengan perkembangan kehidupan masyarakat(Heller 80).
Pada
perkembangan masyarakat atau jaman selanjutnya, gaya desain atau
visualisasi
menjadi titik acuan dan wacana untuk menciptakan gaya
berikutnya.
Munculnya gaya desain dipengaruhi beberapa hal seperti:
Revolusi Industri, memunculkan pemikiran mendukung teknologi
dan
eksplorasi rasio manusia. Pada perkembangan berikutnya dengan
eksplorasi
teknologi industri muncul gaya desain baru.
Menolak Revolusi Industri karena dampaknya merugikan, dengan
cara
mencari gagasan baru yang berbeda (post-strukturalis, ekspresif,
berbeda
dengan yang sebelumnya) dan mencari makna baru dengan romantisme
masa
lalu atau nostalgia.
fungsional. Karya desain yang dibuat tidak hanya menekankan pada
aspek
visualnya saja. Pada era ini terdapat suatu usaha untuk mengatasi
kesenjangan
antara seni dan industri, meninggalkan simbolisme dan beralih
ke
rasionalisme.
Plakatstil: poster dan stilt gaya. Plakatstil pada dasarnya adalah
seni
poster yang lahir di Berlin, Jerman untuk mempromosikan produk.
Ciri
Visual: pemanfaatan ruang kosong untuk menonjolkan produk dan tidak
ada
ornamen.
2. Wiener Werkstatte
Dipengaruhi oleh gaya Art and Craft di Inggris, berdiri di Austria
1903
oleh Josef Hoffmann, kolomam Wienner dan Fritz Warndofer. Yang
unik
adalah setiap produk dari bengkel Wienner Werkstatte selalu ada
merk dagang
dan cap seperti ‘VW’.
Aliran Ekspresionisme berasal dari kata ekspresi atau spontan.
Dimulai
1900-1906, ketika Van Gogh berkarya dengan warna-warni yang
berani,
Gaugin dengan distorsi orang besar dan gemuk dan Paul Cezanne
dengan
kebebasan pada karyanya. Pelopor Ekspresionisme adalah Eduard
Munch
(1863-1944) dari Norwegia dengan karya bcrjudul The.
Ekspresionisme
menjadi aliran avant-garde pertama abad 20. Tema utama yang
diangkat
seputar masalah kematian, kesakitan, dan dorongan seksual.
Modern
Modern berasal dari kata kata Latin Modo yang berarti
`barusan'.
Namun pengertian modernisme hams dibedakan dengan pengertian kita
sehari-
hari tentang sesuatu yang paling barn dan muktahir. Moderen sebagai
isme
adalah serangkaian pemikiran dan gerakan dalam berbagai bidang
kehidupan
yang muncul sejak ahun 1900 hingga 1950. Pada zaman ini, karya
desain
dibuat sudah mengutamakan segi atau aspek fungsinya, selain itu
karyanya
juga bersifat rasional dan objektif. Sehingga menghasilkan
kecenderungan
baru dalam desain seperti misalnya bentuk geometris dan terukur
,
menghilangkan elemen dekoratif, layout atau tata letak yang
asimetris namun
teratur, sistem grid yang jelas, warna-warna dengan intensitas yang
redup dan
dingin, serta backgroung yang hersih. Sebenarnya ciri visual
pada
moderenisme ini hampir sama dengan modernisme awal, karena masa
waktu
yang berlangsung tidak terpaut waktu yang lama, bahkan mungkin
terjadi
secara bersamaan.
1. Futurism
Aliran seni di Italia yang didirikan oleh Filippo Marinetti.
Gerakan ini
diinspirasi dari kehidupan yang herubah karena penemuan mesin
yang
menghasilkan unsur gerak dan kecepatan yang sangat berpengaruh
bagi
kehidupan manusia di awal ahad ke-20. Ciri visual dari gaya ini,
sedikit
abstrak, kolase kubisme dan pemakaian huruf yang ditampilkan
sebagai
memusingkan, gaya ini juga mendapat pengaruh Kubisme. Kubisme
pada
dasarnya adalah perubahan cara melukis yang sebelumnya menggunakan
gaya
dengan pendekatan perseptual atau penginderaan ke gaya dengan
pendekatan
konseptual. Upaya-upaya seniman Kubisme menampilkan obyek dalam
bentuk
geometric serta cara pemotongan citra dari obyek tanpa ekspresi
menandakan
lahirnya gaya visual moderen, fotografi, teknologi mesin dan
arsitektur.
3. Konstruktivism
berkembang di Rusia. Estetika konstruktivisme berkaitan dengan
bentuk atau
bidang geometris kinetik sebagai cerminan jaman modern yang
dikuasai mesin.
Tokohnya El Lisstzky yang mengatakan konstruktivisme adalah pelopor
avant
garde seni di Rusia. Seni harus dinikmati semua kelas secara
merata. Ciri visual
dari Konstruktivisme: daerah luas warna murni, konstruksi geometri
yang kuat,
photomontage, tipografi san serif yang tebal, huruf yang singkat
dan mudah
dibaca.
De Stijl adalah aliran seni yang tidak representasional, tidak
ilustratif
ataupun naratif. De Stijl menggunakan bentuk-bentuk geometris
dengan susunan
konstruksi yang sangat teknis. Tokoh yang terkenal pada masa ini
adalah Piet
Mondrian. Neo Plasticisme adalah sebuah gaya dalam De Stijl yang
menekankan
kelenturan bidang dengan cara memanfaatkan garis
vertikal-horisontal dan warna.
Ciri Visual dari De Stijl adalah: huruf tebal dan sedikit, dengan
warna datar dan
bentuk yang geometris.
Gaya Bauhaus yang diterapkan pada karya dcsain Walter Gropius,
Lazlo
Moholy-Nagi, dan Bayer-Schmidt, diperlihatkan sangat dipengaruhi
oleh gaya
dan berdasarkan pada grid. Penggunaan warna-warna primer dengan
gambar yang
biasanya realis menjadi montase atau fotografi, tipografi san serif
yang asimetri,
bersih dan meyakinkan. Selain itu bahan yang digunakan pun bahan
yang modern.
6. New Typography
Ciri yang lain timbul dari aliran atau gaya The New Typography
yang
diterapkan pada karya-karya Lissitzky, Moholy-Nagi, Renner,
Tschichold,
Sutnar, dan Zwart adalah masih dipengaruhi oleh Futurism, Vorticsm
dan Dada.
Terlihat pada karyanya yang geometris dan menolak semua
ornamen,
mementingkan fotografi, memperhatiakan white-space, mengijinkan
barisan
huruf yang ditata secara secara miring atau vertikal, juga adanya
pembatasan
pada warna dasar, dan huruf tetap sama yakni san serif.
7. Art Deco
Berawal dari pameran yang berjudul Paris Exposition des Art
Decoratrfs et Industries pada tahun 1925 di Perancis, didapatlah
nama Art
Deco (1924-1937). Dalam kamus karya Guy Julier, Art Deco
tidaklah
dianggap sebagai sebuah gerakan namun hanyalah gaya atau
kecenderungan
dalam desain. Perancis sebagai pusat Art Deco telah memiliki
sekolah seni
dekoratif The Martine School sejak tahun 1911. Di Perancis
perkembangan
Art Deco ini juga dipengaruhi oleh dunia mode.
Ciri visual dari gaya Art Deco adalah beberapa karya desain
menggunakan gaya Streamline, yang mana artinya garis arus,
dengan
bentukan yang ramping dan lurus dengan ujung meruncing atau
membulat
sehingga dapat mengikuti alur atau arus air dan udara, pada masa
ini gaya
desainnya juga menerapkan bentuk yang aerodinamik dan banyak
menggunakan warna gradasi yang halus, serta warna yang mengesankan
efek
kilauan atau lengkungan logarn. Gaya Art Deco seringkali juga
memanfaatkan bahan-bahan sederhana tapi tetap menampilkan kesan
mewah.
8. Dada
36
Dada adalah sebuah aliran seni anti estetis dan anti seni yang
berkembang
antara tahun 1916 di Zurich, Swiss hingga tahun 1922. Aliran ini
cenderung
menganut pemikiran absurd dan nihilis, yang disebabkan kekecewaan
para
seniman pada masa itu terhadap penderitaan umat manusia akibat
Perang Dunia
I. Mereka beranggapan bencana itu disebabkan oleh pengagungan
berlebih
terhadap logika dan rasionalisme. Oleh sebab itu cara menyelamatkan
diri dalam
situasi kacau (chaos) tersebut adalah dengan anarki politik, cmosi
alamiah,
intuisi dan irasionalitas. Karena sikapnya tersebut maka aliran ini
dianggap
destruktif, sok beda namun juga diakui kreatif
Late modern
jaman modern ke jaman postmodern. Gaya-gaya yang dipakai
merupakan
gaya-gaya yang dipakai pada jaman terdahulu, namun sudah
dimodifikasi
sehingga tampak lebih moderen. Masa ini merupakan reaksi terhadap
gerakan
moderenisme, juga menerapkan teknik neo-modernisrne klasik secara
luas tapi
tetap dengan dogma yang berhubungan dengan sekolah dan gerakan
ortodok
dibuang. Adanya penggabungan ide-ide keabstrakan, dinamisme dan
asimetri
dari Eropa. Selain itu adanya keinginan untuk menciptakan desain
yang tidak
perlu universal dan dapat lekang oleh waktu, dan yang paling utama
adalah
menitikberatkan pada keinginan konsumen, dan boleh dibilang
desainer
bukanlah segalanya, dan bukan seperti seniman yang "bekerja" untuk
dirinya
sendiri.
Gaya desain Swiss International Style terpengaruh gaya De Stijl,
Bauhaus,
New Typography dan Contruktivisin. Desainnya cenderung matematis
dan
berdasarkan grid, desainnya mengurangi ornamen, objek yang
digunakan tidak
lagi berupa gambar tapi fotografi, namun tipografi yang digunakan
tetap san serif.
2. Corporate Style
yang hemat, dan mengutamakan fotografi gerak.
kebudayaan popular, lukisan primitif, gaya Victorian, Art Nouveau,
Art Deco
sebagai sumber inspirasinya.
Berbekal simbolisme dalam seni rupa tradisionalnya, komunitas kota
yang
rekat, maraknya dunia teater, dan lemahnya garis keras Stalin,
membuat senirnan
poster Polandia berhasil mengembangkan corak artistik yang kaya
dengan tafsir
dan gaya personal senimannya. Pada gaya poster Polandia, unsur art
yang kental,
metafora visual yang aneh dan ganjil dengan campuran antara gaya
Art Nouveau,
Pop Art dan Surealism yang terlihat baru mambuat gaya desain poster
Polandia
terasa agak janggal, aneh dan lain dari biasanya. lntinya, gaya
desain poster yang
berkembang di Polandia tidak mengikuti aturan yang ada, malah Para
desainernva
membuat pakem sendiri bagaimana seni poster di Polandia itu
scharusnya. Ciri
visual dari desain Polish ini adalah: teknik visualisasi sebagian
besar bercirikan
manual, jarang sekali menggunakan teknik fotograti, untuk font
biasanya
menggunakan hand-writing font dan sebisa mungkin singkat, padat dan
jelas karena
minim instruksi, warna-warna yang dipakai merupakan warna-warna
kusam atau
warna tanah, dan karya desainnya cenderung berimajinasi secara
liar.
5. Psychedelic
Indian dan tipografi Victorian, dan desainnya ditampilkan dengan
warna yang
mencolok, desainnya banyak ditemui di jalanan yang nantinya
melahirkan gaya
Punk.
Gaya desain Jepang Modern menampilkan area 3 dimensi yang
antigun
dengan fotografi dan komputer, nilai-nilai Barat seperti Pop Art,
komik, televisi
dan film diubah menjadi bentuk yang kontemporer yang mencerminkan
Jepang
yang berteknologi tinggi. Desain ini juga berangkat dari
metodc
Contructivismdan Bauhaus, dan meniru kecenderungan New Wave
dan
Pada masa Postmodernisme (1975-sekarang), desain sudah masuk
ke
dalam era digital atau digitalisasi. Masa ini terjadi karena
sebagai dampak dari
revolusi sains dan teknologi. Pada masa postmodernisme bersifat
radikal dan form
follow fun. Disini visualisasi tidak harus bagus-bagusnya saja atau
cenderung
menggunakan objek yang cantik, tapi juga harus memperhatikan efek,
yang
penting bukan persepsinya tapi efek dari persepsinya.
Secara sederhana definisi Postmodernisme adalah sebuah pemikiran
yang
mengkritik pandangan Modernisme melalui cara pandang yang cenderung
pada
keanekaragaman, kejenakaan, berantakan, dan cenderung pada
penggambaran
walaupun terkadang juga memiliki keteraturan geometris. Menurut
pemikiran
Postmodernisme, universalisme melupakan atau menganggap tidak
penting latar
belakang sosial-budaya dari suatu masyarakat. Pemikiran
Postmodernisme lebih
percaya pada konsep yang kontekstual dengan situasi dan kondisi
yang ada, tidak
bersifat universal.
Desain Postmodernisme secara garis besar terbagi dua gaya yakni
Punk
dan New Wave. Boleh dibilang gaya bukan berdasarkan dogma, dan juga
ada
unsur penolakan terhadap kemurnian modernisme. Gaya ini juga 1ebih
ke
historisme, ekletik/ pastiche, pluralism dan parody, Kisch, Camp,
juga reaksi
terhadap tehnologi komputer. Hilangnya batas antara high dan muss
culture,
juga melayani tuntutan komersial. Adanya majalah komunikasi menjadi
sebuah
proses refleksi diri. Tipografi menjadi wacana praktis, tidak untuk
dipahami
sebagaimana terbaca tetapi memberi peluang pilihan pengertian.
Gayanya
cenderung playfull dan kompleks, interdisiplin sebagai pendekatan
terhadap
grafts, dan adanya kesadaran akan pentingnya Corporate
Identity.
Desain Postmodernisme memiliki ciri visual: bentuk geometrik
yang
tampak main-main, bentuk yang mengapung, memiliki banyak lapisan,
tidak
berdasarkan dogma, berwarna meriah, memakai tipografi dengan letter
space
yang bertentangan.
Tahun 1980 Ettore Sottsass, JR desainer Alchimia memisahkan diri
dan
membentuk kelompok desain Memphis dengan aplikasi di
furniture,
perlengkapan lampu dan keramik. Tokoh yang lain adalah Michele De
Lucchi,
Andrea Branzi, Arata Isozaki, Shiro Kuramata serta Michael Graves.
Beda
Alchimia dengan Memphis adalah Memphis lebih untuk komersial dan
tidak ada
simbol masa lalu, kalau Alchimia orientasinya lebih ke eksperimen
dan
menggunakan simbol historis.
2. New Wave
New Wave dibagi menjadi dua yakni American New Wave dan
European
New Wave. Pada American New Wave, desain banyak menggunakan
teknik
fotografi, teknologi elektronik dan desain yang berlapis-lapis.
Pada European
New Wave ciri desainnya adalah: digital era, efek fotografls, efek
animasi,
desain berlapis, dan eksperimen terhadap gambar dan huruf.
3. Punk
Gaya Punk merupakan keturunan spiritual langsung dari
Psychedelic.
Ciri visual dari gaya Punk adalah: memiliki ciri penataan yang
kasar, anti
kemapanan dan desainnya terlihat asal tempel.
4. Dekonstruksi
Merupakan gaya desain era digital yang gaya desain dan
landasan
filsafatnya merupakan latar belakang dari ketertarikan desainer
terhadap hal
tertentu, seperti tipografi sebagai objek eksperimental. Disini
desain menjadi
wacana baru dan yang pasti eksplorasi ide dan gagasan menggunakan
bantuan
komputer. Ditinjau dari nilai estetiknya, dekonstruksi yang
merupakan bagian
dari digital era masuk dalam pengertian meta-estetik yang maksudnya
tidak
terfokus objek estetiknya, Form Follow Fun, dimana orang tidak lagi
berbicara
mengenai tampilan visual dan fungsi tetapi lebih ke bermain-main
dengan
imajinasi. Dekonstruksi merupakan reaksi dari modernisme.
Kehadiran
dekonstruksi dilihat sebagai bagian dari postmodernisme yang secara
filsafat
pengetahuannya, harus menerima suatu kenyataan bahwa manusia tidak
boleh
40
terpaku pada suatu sistim pemikiran: yang ketat dan kaku. Kalau
moderenisme
berusaha menciptakan keteraturan, maka dekonstruksi justru
ingin
mengembalikan ke dasar-dasar yang begitu jamak, apabila ada sesuatu
yang
"tertutup" maka harus ada yang "terbuka", sehingga menjadi majemuk
di sini
dekonstruksi berusaha memecah dan memilah-milah.
2.4.2. Perkembangan gaya desain secara umum
Dengan memiliki hakekat sebagi sebuah upaya manusia dalam
memecahkan masalah sehari-hari untuk meningkatkan kualitas hidup,
maka
perkembangan desain sangat berkaitan erat dengan perkembangan
budaya
manusia yang senantiasa berubah dan bertambah sesuai dengan
kebutuhan
manusia pada saat itu.
Secara garis besar menurut Heller ada tiga tahap perkembangan
gaya
desain dalam desain komunikasi visual:
1. Perkembangan peran desain diawali dengan masa Follow Meaning
(bentuk
mengikuti arti atau makna). Desain sebagai penghias yang mengacu
kepada
subjek tertentu sehingga lebih dikaitkan pada masalah ornamen saja,
desain
sebagai barang atau aktivitas tambahan, misalnya: kursi untuk raja
harus
dibuat seindah mungkin sesuai dengan kesan mewah, berbeda dengan
kursi
untuk rakyat biasa. Contoh desain di zaman ini: gaya Victorian dan
Art and
Craft.
2. Sangat menonjolkan unsur makna dan dekoratif yang dominan.
Sedangkan
bagi gaya Art Noveau. Jugendstil dan Glassgow, unsur dekoratif
telah
rnengalami perkembangan menjadi bentuk lengkungan sehingga
merupakan
generasi baru dan inovatif. Hal ini menyebabkan Art Noveau menjadi
lava
peralihan yang tidak lagi full meaning dan dikategorikan sebagai
awal dari
desain modern (Early Modern).
41
3. Pada awal tahun 1950-an, zaman strukturalis Form Follow Function
(bentuk
mengikuti kegunaan/fungsi) ungkapan visual dalam desain tidak lagi
melihat
pola-pola masa lalu sebagai acuan. Desain tidak dekoratif namun
mencari
kemungkinan-kemungkinan lain sehingga mengalami penambahan
dan
perubahan total. Desain hanya mengacu kepada fungsi atau kegunaan
semata.
Pada zaman ini, gaya desain termasuk gaya modem, yaitu:
Plakatstijl,
Futurism, Constructivism, Bauhaus, dan sebagainya.
4. Pasca Perang Dunia, Post Strukturalis atau Post Modern, peran
desain
komunikasi visual berubah menjadi Form Follow Fun (bentuk
mengikuti
konsep) sesuai dengan selera pribadi, bersifat subjektif dan
sebagai reaksi anti
logika yang menjadi penyebab Perang Dunia. Desain bersifat
pemberontakan
dan sindiran dan hanya dapat dimengerti oleh desainer pembuatnya
saja. Fase
ini merupakan gejala timbulnya Postmodernisme. Gaya
Postmodernisrne
meliputi: American New Wave, Memphis, American Punk, American
Post-
Modern, European New Wave.
2.5. Tinjauan Aspek Historis
Dilihat dari aspek historis, sebuah buku biografi diciptakan bisa
terdiri dari beberapa faktor, seperti banyaknya buku-buku cerita
sejarah yang memuat cerita- cerita untuk menghormati tokoh-tokoh,
akhirnya timbul kecenderungan tokoh membuat buku otobiografi atau
biografi. Kemudian sebuah buku digunakan untuk mengungkapkan
sesuatu yang sebenarnya dari hal-hal yang berhubungan dengan tokoh.
Banyak kita jumpai sebuah buku biografi yang kesannya membangga-
banggakan seorang tokoh, sedangkan ada juga orang yang membaca buku
itu merasakan sesuatu yang terlalu membanggakan diri. Itu semua
bisa terlihat dari berbagai testimonial-testimonial dari
orang-orang yang tahu betul siapakah tokoh itu, dekat dengan tokoh
itu, dan merasakan langsung dampak darai kinerja ataupun eksistensi
tokoh tersebut pada lingkungannya. Bagi masyarakat yang belum
mengenal sosok tokoh tersebut, kehadiran buku biografi akan sangat
membantu memahami secara objektif seorang tokoh agar tidak timbul
persepsi yang keliru tentang tokoh.
Kehadiran buku biografi dapat pula dianggap sebagai medium untuk
mempersepsikan konstruksi tertentu atau dengan kata lain sebuah
buku biografi dapat dipakai sebagai alat untuk mengkonstruksi
kepentingan-kepentingan dari tokoh tersebut. Seperti contohnya buku
biografi Presiden Soeharto, Presiden Gus Dur, dan lain-lain.
Tinjauan aspek historis dari buku biogarfi adalah sebagai media
literasi, yang artinya mengaca pada fenomena. Bahwa bangsa yang
berbudaya adalah bangsa yang memakai buku sebagai sarana untuk
memperoleh pencerahan. 2.6. Tinjauan Aspek Kultural Di dunia ini,
terutama Indonesia yang terdiri dari berbagai pulau, berbagai
bangsa, suku, budaya dari beberapa perbedaan-perbedaan itu timbul
banyak sekali cerita, kisah, dongeng, pengalaman sejarah, dan
lain-lain yang wajib dan perlu di ketahui. Suatu cara dimana semua
itu bisa diketahui banyak masyarakat yaitu dengan melakukan
penyampaian secara turun temurun. Dengan cara itulah bisa mengenal,
mengerti, memahami apa yang telah terjadi di belakang sejarah
kehidupan kita. 2.7. Tinjauan Aspek Kehidupan Di dalam kehidupan,
seseorang yang ingin maju selalu mencari sesuatu yang bisa membuat
seseorang maju ini bisa dilihat dari seseorang yang kemampuan
inteligensinya ada merasa sebuah bacaan itu berarti dan selalu
mencari buku yang bermutu. Karena mereka menyadari pentingnya
sebuah buku sebagai aspek motivasi bagi mereka.