BAB 1 PENDAHULUAN Penyakit Ginjal Kronik atau Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Insiden dan prevalensinya semakin meningkat dan sudah merupakan masalah kesehatan global.1 Di negara-negara barat CKD merupakan sebuah epidemi dengan angka pertumbuhan dialisis pertahun 6-8%. Di Amerika Serikat dalam dua dekade terakhir terjadi peningkatan prevalensi gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal terminal yang memerlukan terapi pengganti ginjal Tidak hanya itu, prevalensi CKD stadium awal juga turut mengalami peningkatatan. Diperkirakan satu dari sembilan orang Amerika Serikat mengidap CKD dan sebagian besar tidak menyadari hal ini.2 Tiga strategi yang dapat membantu untuk memperlambat progresifitas CKD meliputi: identifikasi dini penderita, modifikasi faktor risiko dan manajemen secara paripurna. Beberapa faktor risiko untuk terjadinya CKD adalah umur diatas 60 tahun, diabetes melitus, hipertensi atau penyakit kardiovaskular, adanya riwayat keluarga yang menderita sakit ginjal, infeksi saluran kemih yang berulang, penggunaan obat nefrotoksik berulang (NSAID, antibiotik, zat kontras) dan kontak dengan bahan kimia yang berulang.2 Pada stadium dini CKD dapat didiagnosis dengan melakukan pemeriksaan penunjang dan terbukti dengan pengobatan dini dapat mencegah terjadinya gagal ginjal, penyakit kardiovaskular dan dapat mencegah kematian sebelum
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB 1 PENDAHULUAN
Penyakit Ginjal Kronik atau Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu proses patofisiologis
dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan
umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Insiden dan prevalensinya semakin meningkat dan
sudah merupakan masalah kesehatan global.1 Di negara-negara barat CKD merupakan sebuah
epidemi dengan angka pertumbuhan dialisis pertahun 6-8%. Di Amerika Serikat dalam dua
dekade terakhir terjadi peningkatan prevalensi gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal terminal
yang memerlukan terapi pengganti ginjal Tidak hanya itu, prevalensi CKD stadium awal juga
turut mengalami peningkatatan. Diperkirakan satu dari sembilan orang Amerika Serikat
mengidap CKD dan sebagian besar tidak menyadari hal ini.2 Tiga strategi yang dapat
membantu untuk memperlambat progresifitas CKD meliputi: identifikasi dini penderita,
modifikasi faktor risiko dan manajemen secara paripurna. Beberapa faktor risiko untuk
terjadinya CKD adalah umur diatas 60 tahun, diabetes melitus, hipertensi atau penyakit
kardiovaskular, adanya riwayat keluarga yang menderita sakit ginjal, infeksi saluran kemih
yang berulang, penggunaan obat nefrotoksik berulang (NSAID, antibiotik, zat kontras) dan
kontak dengan bahan kimia yang berulang.2 Pada stadium dini CKD dapat didiagnosis dengan
melakukan pemeriksaan penunjang dan terbukti dengan pengobatan dini dapat mencegah
terjadinya gagal ginjal, penyakit kardiovaskular dan dapat mencegah kematian sebelum
waktunya.2 CKD merupakan penyakit yang kronis, sehingga diperlukan kerjasama tim medis,
pasien, serta keluarga dan lingkungan dalam pengelolaan penyakit ini. Edukasi terhadap pasien
dan keluarganya tentang penyakit dan komplikasi yang memungkinkan akan sangat membantu
memperbaiki hasil pengobatan, serta diharapkan dapat membantu memperbaiki kualitas hidup
penderita.2
1
BAB 2 LAPORAN KASUS
2.1 IDENTITAS PASIEN
Nama Umur Jenis kelamin Kewarganegaraan Agama Pendidikan Status Pekerjaan Alamat
Tanggal MRS Tanggal Pemeriksaan
2.2 ANAMNESIS
Keluhan utama :Sesak Nafas
Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien merupakan rujukan dari RSUD Bangli, dengan keluhan
utama sesak nafas. Sesak nafas mulai dirasakan pasien sejak satu minggu SMRS (7 September
2012). Keluhan muncul secara mendadak saat pasien bangun tidur, bertahan sepanjang hari, dan
tidak disertai suara ngik-ngik. Keluhan akan semakin memberat dalam posisi tidur, dan sedikit
membaik bila pasien duduk bersandar. Sesak nafas juga dirasakan bertambah berat saat pasien
beraktivitas, sehingga selama keluhan muncul pasien hanya terbaring di tempat tidur. Pasien
juga mengalami batuk yang timbul bersamaan dengan keluhan sesak nafas. Batuk muncul terus
menerus sepanjang hari, berisi dahak yang berwarna putih dan kadang-kadang berbuih. Batuk
dirasakan bertambah berat bila pasien sedang sesak dan agak membaik setelah keluhan sesak
berkurang. Batuk tidak disertai dengan panas badan maupun berkeringat malam hari. Tiga hari
SMRS (10/9/2012), pasien mengalami muntah dengan frekuensi 3-4 kali/hari.Volume tiap kali
muntah ± ¼ gelas air mineral, berisi makanan yang pasien makan sebelumnya dan tidak
berisi darah. Muntah selalu didahului rasa mual, yang muncul beberapa saat setelah pasien
makan atau minum sesuatu. Sembilan hari sebelum pasien MRS, pasien mengeluh kedua
kakinya bengkak. Kedua kaki tersebut bengkak secara bersamaan, disadari pertama kali saat
pasien baru bangun tidur. Bengkak pada kedua kaki tidak disertai oleh rasa nyeri maupun
kesemutan, hanya saja kedua kakinya dirasakan pasien lebih lemah bila digunakan untuk
berjalan. Bengkak dikatakan tidak berkurang dengan beristirahat maupun dengan pemberian
minyak urut. Semenjak timbulnya keluhan-keluhan diatas, pasien merasa badannya lemah
seperti tidak bertenaga. Lemah dirasakan sepanjang hari, hingga membuat pasien lebih banyak
berbaring di tempat tidur.Nafsu makan dikatakan pasien menurun.Selama sakit, pasien hanya
mau makan beberapa sendok bubur, dan kadang kadang makanan tersebut dimuntahkan
kembali oleh pasien. Pasien mengaku tidak mengalami panas badan baik sebelum maupun
selama munculnya keluhan-keluhan diatas. Pasien juga tidak pernah mengalami nyeri pada
pinggang belakang yang menjalar ke depan hingga ke lipat paha. BAB tidak mengalami
perubahan dalam hal frekuensi dan konsistensi. Adanya BAB yang mengandung darah atau
BAB kehitaman disangkal oleh pasien. BAK juga tidak mengalami perubahan dalam hal
frekuensi, volume dan warna kencing. Pasien mengaku kencing > 3x sepanjang hari tersebut.
Pasien juga menyangkal batu juga disangkal oleh pasien. Saat pasien diperiksa, keluhan sesak
nafas sudah agak berkurang, namun pasien masih menggunakan 2 bantal saat tidur. Pasien
sudah tidak batuk maupun muntah. Kedua kaki masih bengkak, namun sudah berkurang jika
adanya kencing yang berwarna merah atau berbuih, nyeri saat kencing maupun kencing yang
berisi
3
dibandingkan dengan saat pasien baru MRS. Badan masih dirasakan lemah oleh pasien, akan
tetapi nafsu makan sudah meningkat dibandingkan saat pasien baru MRS. BAB normal dengan
produksi kencing dikatakan sekitar satu botol air mineral sedang, dengan warna kuning agak
pekat dan tidak berbuih. Riwayat Penyakit Dahulu Pasien mengatakan belum pernah
mengalami keluhan seperti ini sebelumnya, dan ini merupakan kali pertama pasien dirawat di
Rumah Sakit. Pasien mengaku dirinya memang memiliki riwayat penyakit batu ginjal (pada
ginjal kiri) sejak 10 tahun yang lalu, namun pasien menolak melakukan operasi karena lebih
memilih mengkonsumsi ramuan herbal yang dibuat sendiri di rumah. Selama mengkonsumsi
ramuan tersebut, sejumlah batu di ginjalnya telah keluar beberapa kali saat pasien kencing.Satu
bulan yang lalu adalah kali terakhir kencingnya mengeluarkan batu. Akibat penyakit batu ginjal
tersebut, pasien pernah beberapa kali mengalami nyeri pinggang kiri bagian belakang yang
menjalar ke depan hingga selangkangan, yang disertai panas badan. Akan tetapi keluhan-
keluhan tersebut tidak sampai membuat pasien harus dirawat di rumah sakit. Pasien menetahui
dirinya menderita hipertensi sejak 5 tahun yang lalu, dan mendapat pengobatan captopril 2 x 1
tablet sehari. Akan tetapi pasien tidak rutin minum obat. Pasien hanya minum obat bila merasa
kepalanya pusing atau tengkuknya sakit. Riwayat penyakit lain seperti diabetes melitus,
penyakit jantung serta asma disangkal, demikian pula tidak ada riwayat trauma pada kedua
ginjal. Riwayat Penyakit dalam Keluarga Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan
yang sama dengan pasien. Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit ginjal,
hipertensi, jantung, asma, maupun diabetes mellitus.
4
Riwayat Sosial dan Personal Sehari-hari pasien berprofesi sebagai pedagang di pasar tradisional
di desanya. Aktivitas keseharian pasien kebanyakan dalam posisi duduk saat melayani pembeli.
Pasien mengaku jarang meluangkan waktu secara khusus untuk berolahraga. Pasien tidak
merokok maupun minum minuman beralkohol.
2.3 PEMERIKSAAN FISIK
a. Tanda-Tanda Vital:
Keadaan Umum : Kesan sakit ringan Kesadaran GCS VAS
Tekanan darah Nadi Respirasi Suhu aksila Tinggi badan Berat badan BMI : Compos Mentis :