PERINGATAN !!! Bismillaahirrahmaanirraahiim Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh 1. Skripsi digital ini hanya digunakan sebagai bahan referensi 2. Cantumkanlah sumber referensi secara lengkap bila Anda mengutip dari Dokumen ini 3. Plagiarisme dalam bentuk apapun merupakan pelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. Patuhilah etika penulisan karya ilmiah Selamat membaca !!! Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh UPT PERPUSTAKAAN UNISBA
153
Embed
01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/09-1422_Fulltext.pdf1. Skripsi digital ini hanya digunakan sebagai bahan referensi 2. Cantumkanlah sumber
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PERINGATAN !!! Bismillaahirrahmaanirraahiim
Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh
1. Skripsi digital ini hanya digunakan sebagai bahan referensi
2. Cantumkanlah sumber referensi secara lengkap bila Anda mengutip dari Dokumen ini
3. Plagiarisme dalam bentuk apapun merupakan pelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah
4. Patuhilah etika penulisan karya ilmiah
Selamat membaca !!!
Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh
UPT PERPUSTAKAAN UNISBA
MODEL PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH UNTUK ANAK USIA SD
(Studi Eksploratif terhadap “SD PAS” Salman ITB)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam pada Jurusan Pendidikan Agama Islam
Skripsi ini dimunaqosyahkan oleh Tim Penguji pada tanggal 11 Februari 2009 bertepatan dengan 15 Shafar 1930 H dan telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Bandung.
Bandung, 11 Februari 2009
Panitia Ujian Sidang/ Munaqasyah Skripsi
Ketua
A. M. Rasyid, Drs., M.Ag.
Sekretaris
Ikin Asikin, Drs., M.Ag.
Tim Penguji
Ketua
Enoh, Drs., M.Ag.
Anggota
Hj. Adliyah Ali M. D., Dra., M.Pd.I.
Anggota
A. M. Rasyid, Drs., M.Ag.
Anggota
Eko Surbiantoro, Drs.
i
ABSTRAK Nama : Roswati NPM : 10030105013 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Fakultas : Tarbiyah Judul Skripsi : Model Pendidikan Luar Sekolah untuk anak SD (Studi
eksploratif terhadap “SD PAS” Salman ITB)
Pendidikan nasional memiliki tiga subsistem pendidikan sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang Sisdiknas No 20 Tahun 2003 pasal 11, 12 dan 13 yaitu pendidikan formal, pendidikan nonformal, dan pendidikan informal. Pembinaan Anak Salman (PAS) ITB merupakan sebuah organisasi di bidang pembinaan anak-anak yang diselenggarakan di bawah Yayasan Masjid Salman ITB untuk mempersiapkan sebuah generasi muda di masa yang akan datang, dengan tujuan membentuk generasi muslim yang diridhoi Allah, mempunyai keseimbangan dalam iman, akal, dan rasa serta menjadi rahmat bagi alam sekitarnya. Pembinaan Anak Salman (PAS) untuk anak usia SD yang ada di Salman ITB merupakan jalur pendidikan nonformal (pendidikan luar sekolah)
Pendidikan Anak Salman (PAS) merupakan sebuah model pendidikan yang unik dan mempunyai kegiatan yang berbeda dengan yang lain. PAS merupakan salah satu peluang terbesar bagi PLS, bisa dikembangkan dengan memajukan konsep pendidikan life skills. Selain kognitif yang di prioritaskan motoriknya pun dilatih sesuai dengan minat yang dikehendaki oleh peserta didik. Karena karakter PLS itu sendiri merupakan agent of change dan ini merupakan kebutuhan, karena aktivitas dan kreatifitas akan selalu berkembang.
Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksploratif dan teknik pengumpulan datanya menggunakan teknik wawancara, observasi dan studi dokumentasi dan studi kepustakaan.
Tujuan penelitian ini untuk mengungkapkan tentang: orientasi dari setiap unit kegiatan di “SD PAS” Salman ITB, langkah-langkah pembelajaran dari setiap unit kegiatan secara konseptual dan implementasinya, sistem sosial yang dibangun antara pembina dan peserta didik, dampak instruksional dan dampak penyerta dari setiap unit kegiatan. Sehingga akan menghasilkan gambaran model PLS untuk anak usia SD yang digunakan oleh “SD PAS” Salman ITB Bandung
Berdasarkan hasil penelitian dari setiap unit kegiatan yang ada di Pembinaan Anak Salman (PAS) Salman ITB, konsep yang digunakan dalam setiap unit kegiatan “SD PAS” Salman ITB menggunakan Model Pemrosesan Informasi (Information Processing), Model Whole Language, Model Behavioral, Model Belajar Bermain Peran, dan Model Contextual Teaching and Learning. Berdasarkan model yang digunakan oleh setiap unit kegiatan ”SD PAS” Salman maka PAS Salman ITB sebagai pendidikan luar sekolah (PLS) menggunakan konsep pendidikan kecakapan untuk hidup ( life skills education ) yaitu: personal skills, social skills, environmental skills dan vocational skills.
ii
Personal Skills Education adalah pendidikan kecakapan yang diberikan kepada adik bimbingan agar dapat mengembangkan kemampuan berdialog secara baik dengan diri sendiri untuk mengaktualisasikan jati dirinya sebagai manusia yang menjadi khalifah atau wakil Sang Pencipta di bumi ini.
Social Skills Education adalah pendidikan kecakapan yang diberikan kepada adik bimbingan agar dapat mengembangkan kemampuan berdialog untuk bergaul secara baik dengan sesama manusia.
Environmental Skills Education adalah pendidikan kecakapan yang diberikan kepada adik bimbingan agar dapat mengembangkan kemampuan berdialog secara baik dengan lingkungan alam sekitarnya, untuk menikmati keindahannya dan menjaganya dari kerusakan-kerusakan karena ulahnya sendiri atau oleh manusia lainnya, serta kemampuan untuk menjaga diri dari pengaruh-pengaruhnya.
Vocational atau Occupational Skills Education adalah pendidikan kecakapan yang diberikan kepada adik bimbingan agar dapat mengembangkan kemampuan untuk menguasai dan menyenangi jenis kegiatan tertentu. Jenis kegiatan tertentu ini bukan hanya merupakan pekerjaan utama yang akan ditekuni akan tetapi menjadi kegiatan yang hanya sekadar sebagai hobi.
Bandung, Januari 2009 Penulis,
Roswati
Pembimbing I
DR. Nan Rahminawati, Dra., M.Pd
Pembimbing II
Asep Dudi Suhardini, S.Ag., M.Pd
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur setinggi-tingginya hanya untuk Allah Azza wa Jalla. Terucap
dari sedalam-dalamnya lubuk hatiku yang menghamba. Sungguh karena Dia-lah
penulisan skripsi ini selesai.
Selanjutnya, hatur salam dan shalawat kepada Nabi Muhammad Saw.
Cintanya yang begitu agung kepada Sang Pencipta dan sesama makhluk adalah
inspirasi cinta sejati yang tak ada bandingannya dalam sejarah umat sejagat.
Dalam penyusunan skripsi ini banyak sekali tantangan dam hambatan
terutama dalam masalah teknis, namun Alhamdulillah dengan penuh perjuangan
tekad yang kuat dan semangat yang luar biasa penyusunan skripsi ini dapat
diselesaikan.
Penulis mengucapkan banyak terimakasih yang sebesar-besarnya atas
dukungan dan bimbingan yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan
penulisan skripsi ini:
1. Kepada Ayahanda Suherman dan Ibunda Imas Karyati terimakasih atas doa,
cinta, kasih sayang, didikan, kepercayaan dan pengorbanan ayah bunda.
Semua ini telah menjadi fondasi kukuh dalam membangun karakter dasar
yang sangat mewarnai dalam penulisan skripsi ini.
2. Bapak Dekan Fakultas Tarbiyah, seluruh dosen dan staf Fakultas Tarbiyah
terutama dosen wali Pak Ayi Sobarna, Ibu Adliyah yang selalu memberikan
hamasyahnya, Pak Beni yang telah memberikan pinjaman buku-bukunya.
3. Kepada Ibu Nan Rahminawati selaku pembimbing I dan Bapak Asep Dudi
selaku pembimbing II, terima kasih atas dorongan, kesempatan, waktu,
peluang, dukungan, bimbingan, didikan, kepercayaan penuh kepada penulis.
4. Kepada para penguji Ibu Adliyah Bapak Enoh, Bapak A.M Rasyid, Bapak
Eko terima kasih atas saran dan masukan yang diberikan untuk melengkapi
dan memperbaiki penulisan skripsi ini.
5. Kepada seluruh pengurus “SD PAS” Salman ITB terutama Kak Ulil, Kak
Apus yang membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
iv
6. Kepada kakanda Alul yang selalu menemani dengan sabar, memotivasi, dan
membantu dalam teknis pengerjaan skripsi ini.
7. Kepada Kakak, adik, dan keponakan tercinta: Usef, Rina, Dila, Yusuf, Putri,
dan Zahwa terima kasih atas doa dan semangatnya dalam penulisan skripsi ini.
8. Kepada rekan-rekan seperjuangan angkatan 2005 ( Nurwati, Rifka, Irma, Alul,
yang selalu memberikan motivasi dan doa, syukron katsiron.
9. Untuk banyak teman angkatan 2003, 2004, 2006, 2007, 2008, sahabat,
keluarga yang telah membantu penulis, menginspirasi penulis secara langsung
dan tidak langsung yang tidak bisa saya sebut satu persatu, saya beri
penghargaan dan ucapan terima kasih.
10. Kepada seluruh ustad dan ustadzah dan anak-anak Madrasah Darussholihin
telah mendoakan akan selesainya penulisan skripsi ini.
11. dan Kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian
skripsi ini, bagaimana mungkin merangkum bantuan dan kebaikan sekian
banyak orang dalam selembar kertas dengan kalimat yang juga terbatas. Oleh
karena itu penulis meminta maaf, jika ada yang tidak disebut. Dengan rendah
hati penulis serahkan dan pasrahkan kepada Allah untuk membalas semua
kebaikan dan ketulusan semuanya.
Melalui penulisan skripsi ini mudah-mudahan bisa bermakna dan
bermetamorfosa menjadi kupu-kupu apapun warnanya, bisa mempercantik
kehidupan. Semoga Allah meridhoi penulis, semoga dengan penulisan skripsi ini
bermanfaat bagi jutaan generasi baru Indonesia yang hidup saat ini dan yang akan
lahir di masa depan. Amin
Bandung, Januari 2009 Penulis,
Roswati
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK...………………………………………………………………………i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………...iii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...v
DAFTAR TABEL…………………………………………………………….....ix
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………….1
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………...1
B. Perumusan Masalah………………………………………………..6
C. Tujuan Penelitian…………………………………………………..7
D. Kerangka Pemikiran........................................................................7
E. Metode dan Teknik Pengumpulan Data ……………..…………..11
F. Instrumen Penelitian……………………………………………...15
G. Pelaksanaan Pengumpulan Data………………………………….17
H. Analaisis Data……………………………………………………21
I. Populasi dan Sampel……………………………………………..22
J. Sistematika Penulisan ……………………………………………24
BAB II LANDASAN TEORITIS TENTANG MODEL PENDIDIKAN
LUAR SEKOLAH BAGI ANAK USIA SD……………………….26
A. Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar………………………….26
1. Perkembangan Aspek Fisik…………………………………..26
2. Perkembangan Intelektual dan Emosional…………………...28
3. Perkembangan Moral, Sosial, dan Sikap…………………….29
vi
B. Konsep dan Ruang Lingkup Pendidikan Luar Sekolah………….29
1. Pengertian Pendidikan Luar Sekolah (PLS) ………………....29
2. Konsep Pendidikan Luar Sekolah…………………….……...29
3. Pendekatan Taksonomik Dalam Pendidikan Luar Sekolah….31
4. Persamaan dan Perbedaan Antara Pendidikan Luar Sekolah dan
Pendidikan Sekolah…………………………...……………...34
5. Sasaran Pendidikan Luar Sekolah……………………..……..35
6. Komponen, Proses, dan Tujuan Pendidikan Luar Sekolah…..36
C. Konsep Pendidikan Kecakapan Untuk Hidup (Life Skills
Education)………………………..………………………………40
1. Pengertian……………………………………………………41
2. Pendidikan Kecakapan Untuk Hidup......................................41
3. Kecakapan Untuk Menemukan Jati Diri.................................43
D. Konsep Yang Digunakan Dalam Model Mengajar Dan Model
Pembelajran………………………………………………………48
1. Model-model Mengajar………………………………………48
2. Model-model Pembelajaran………………………………….54
BAB III HASIL PENELITIAN LAPANGAN MENGENAI MODEL
PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH UNTUK ANAK SD (STUDI
EKSPLORATIF TERHADAP SD PAS SALMAN ITB)……….57
A. Pengumpulan Data……………………………………………….57
1. Persiapan Pengumpulan Data……………………..…………57
2. Teknis Pengumpulan Data……………………………..…….57
vii
B. Pelaksanaan Pengumpulan Data………………………………….59
1. Studi Dokumentasi………………………………………...…59
2. Kegiatan Wawancara…………………………………………59
3. Kegiatan Observasi……………...…………………………...60
C. Pengolahan Data Hasil Penelitian………………………………..60
1. Pengolahan Data Penelitian Hasil Dokumentasi…………….60
2. Pengolahan Data Penelitian Hasil Wawancara….…………...62
3. Pengolahan Data Penelitian Hasil Observasi………….……..91
BAB IV ANALISIS DATA…………………………………………………..93
A. Analisis tentang Orientasi Dari Unit Kegiatan/ Club Bimbingan
Ilmu Pengetahuan (BIPP), Bocah Kreatif (BOKRE), Apresiasi
Teater dan Musik (ASTERIK), Perisai diri (PD), dan SURVIVA
di “SD PAS” Salman ITB……………………………………….93
B. Analisis tentang Langkah-Langkah Pembelajaran Baik Konseptual
Maupun Implementasi Bagi Setiap Unit Kegiatan di “SD PAS”
Salman ITB………………………………………………………99
C. Analisis tentang Sistem Sosial Yang Dibangun Antara Pembina
Dan Peserta Didik di “SD PAS” Salman ITB Bandung ………..105
D. Analisis Dampak Instruksional Dan Penyerta Dari Setiap
Kegiatan/Club di “SD PAS” Salman ITB Bandung…………….108
E. Temuan Penelitian………………………………………………110
BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN PENUTUP…………………..…120
A. Kesimpulan……………………………………………………..120
viii
B. Saran……………………………………………………………134
C. Penutup…………………………………………………………135
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
No Judul Tabel Halaman
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
Pedoman Wawancara Tentang Orientasi Dari Setiap Unit Kegiatan/ Club Mengenai Model Pendidikan Luar Sekolah Untuk Anak Usia “SD PAS” Salman ITB Bandung.
Staffing Kepengurusan BIPP “SD PAS” Salman ITB Bandung
Staffing Kepengurusan BOKRE“SD PAS” Salman ITB Bandung.
Staffing Kepengurusan ASTERIK “SD PAS” Salman ITB Bandung
Staffing Kepengurusan PD “SD PAS” Salman ITB Bandung
Staffing Kepengurusan SURVIVA “SD PAS Salman ITB Bandung
Pedoman Wawancara Tentang Langkah-Langkah Pembelajaran Dari Setiap Unit Kegiatan / Club Mengenai Model Pendidikan Luar Sekolah Untuk Anak Usia “SD PAS” Salman ITB Bandung
Pedoman Wawancara Tentang Sitem Sosial Yang Dibangun Antara Pembina Dan Peserta Didik di “SD PAS” Salman ITB Bandung
Pedoman Wawancara Tentang Dampak Instruksional Dan Dampak Penyerta Dari Setiap Unit Kegiatan/Club di “SD PAS” Salman ITB Bandung
63
67
70
73
76
79
80
87
88
x
DAFTAR LAMPIRAN
1. Pedoman Wawancara, Observasi dan Dokumentasi
2. Surat Keputusan Dekan Fakulta Tarbiyah Universitas Islam Bandung
Penunjuk Pembimbing Pembuatatan Skripsi
3. Sertifikat KLKB
4. Sertifikat BSM
5. Sertifikat Pesantren Calon Sarjana
6. Riwayat penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003, dan
perangkat peraturannya yang telah terbit, merupakan landasan yang mengatur
penyelengaraan dan pengembangan pendidikan secara nasional dengan memberikan
ketetapan, kepastian dan jaminan secara hukum. Salah satu hal yang digariskan dalam
UUSPN No 20 tahun 2003 pasal 3: “Bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab”. Dengan demikian sistem pendidikan nasional sekaligus alat dan
tujuan untuk memperjuangkan tercapainya cita-cita dan tujuan nasional.
Pendidikan nasional memiliki tiga subsistem pendidikan sebagaimana yang
tercantum dalam Undang-undang Sisdiknas tahun 2003 yaitu pendidikan formal,
pendidikan nonformal, dan pendidikan informal. Pendidikan formal disebut juga
pendidikan sekolah sedangkan pendidikan nonformal dan informal tercakup kedalam
pendidikan luar sekolah.
Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.
2
Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. (UUSPN, 2003: 73 pasal 11,12 dan 13)
Menurut . Coombs (Trisnamansyah, 2003: 19):
Pendidikan nonformal atau pendidikan luar sekolah sebagai setiap kegiatan pendidikan yang diorganisasikan di luar sistem persekolahan yang mapan baik dilakukan secara terpisah atau sebagai bagian penting dari kegiatan yang lebih besar, dilakukan secara sengaja untuk melayani peserta didik tertentu guna mencapai tujuan belajarnya
Antara pendidikan formal, nonformal, dan informal telah saling melengkapi,
akan tetapi out put pendidikan formal (sekolah) dalam perkembangannya hingga saat
ini tidak terlepas dari adanya permasalahan yang menyangkut masalah pokok, yaitu
masalah pemerataan pendidikan, kualitas pendidikan, relevansi pendidikan dan
efektivitas serta efisiensi pendidikan. Masalah yang paling banyak mendapat sorotan
adalah masalah yang berkaitan dengan sistem, proses dan hasil belajar. Sistem, proses
dan hasil belajar ini pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor dari dalam dan luar
individu. Upaya untuk meningkatkan proses pembelajaran harus dilaksanakan demi
tercapainya tujuan penyelenggaraan pendidikan dasar. Inti dari peningkatan mutu
pendidikan adalah terjadinya peningkatan kualitas dalam proses pembelajaran yang
berlangsung di dalam kelas.
Program pembelajaran pendidikan formal/sekolah dipusatkan di lingkungan
sekolah. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Blazely pada1997 (Suderajat, 2002:3)
menyebutkan bahwa:
“proses pembelajaran yang terjadi di sekolah masih banyak menggunakan pendekatan pembelajaran yang kurang memperhatikan kebutuhan dan
3
pengembangan potensi siswa, serta cenderung bersifat sangat teoritik Peran guru masih sangat dominan (teacher centered), dan gaya mengajar cenderung bersifat satu arah. Akhirnya, proses pembelajaran yang terjadi hanya sebatas pada penyampaian informasi saja (transfer of knowledge), kurang terkait dengan lingkungan sehingga siswa tidak mampu memanfaatkan konsep kunci keilmuan dalam proses pemecahan masalah kehidupan yang dialami siswa sehari-hari. Kondisi inilah yang menyebabkan rendahnya kemampuan membaca, menulis siswa SD di Indonesia” (Republika, 2 Maret 1999).
Ditengah kegandrungan masyarakat untuk melihat pendidikan yang
berkualitas, pihak pengurus dan komunitas Masjid Salman ITB menyelenggarakan
Pembinaan Anak Salman (PAS) sebagai kegiatan yang unik, karena dalam proses
pembelajarannya mencanangkan motto Multi Metoda dan Multi Media. Hal itu
memacu pembina PAS untuk membuat kreasi serta inovasi baru dalam kaitannya
dengan pembinaan anak-anak. Sebagaimana diketahui, metode penyampaian materi
tidak hanya berwujud ceramah, tapi juga dapat berupa nyanyian, teater, tadabur alam,
dan sebagainya. Media kepada anak-anak pun tidak dibatasi dengan kapur dan papan
tulis akan tetapi bisa berbentuk permainan, simulasi, panggung boneka, dan
sebagainya. Pengadaan media-media pendidikan tersebut terbukti efektif dalam
menunjang keberhasilan pembinaan anak-anak.
Pembinaan Anak Salman (PAS) ITB adalah organisasi yang mengkhususkan
di bidang pembinaan anak-anak yang diselenggarakan di bawah Yayasan Masjid
Salman ITB. Perkembangan PAS dimulai sejak masih berupa pengajian anak-anak
rutin di bulan Ramadhan sejak tahun 1982. Kemudian mulai diorganisasikan secara
teratur sebagai pengajian anak-anak rutin mingguan pada tahun 1984 (1404 H)
dengan nama Program Pembinaan Anak Anak Salman (P2A2S), dan berganti nama
4
menjadi Pembinaan Anak Salman (PAS) ITB pada tahun berikutnya. Sejak awal
terbentuknya, PAS memiliki suatu ciri khas yang tidak dijumpai pada model-model
pengajian anak-anak yang lain, yaitu pola pembinaan dan kegiatannya. Tujuan PAS
adalah "terbentuknya generasi muslim yang diridhoi Allah, mempunyai
keseimbangan dalam iman, akal, dan rasa serta menjadi rahmat bagi alam sekitarnya".
Kegiatan pembelajaran dilaksanakan setiap hari ahad, setiap pukul 08.00-
12.00.Dari pukul 08.00-10.00 peserta didik melaksanakan mentoring yang langsung
dibimbing oleh Pembina. Sedangkan dari pukul 10.00-12.00 para peserta didik
melakukan unit kegiatan yang ada di “PAS” sesuai dengan minat dan bakat setiap
anak.
Pengembangan Sumber Daya Manusia (Pembina) Saat ini, PAS memiliki
pembina aktif yang berasal dari berbagai perguruan tinggi di Bandung seperti ITB,
Unpad, Unisba, UPI, STBA, UIN Bandung dan sebagainya dengan adik peserta didik
sekitar 400 orang, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6 SD.
Didasari oleh anggapan bahwa pembina PAS memegang peranan sebagai
pembina peserta didik, pengelola organisasi, sekaligus pula intelektual muda muslim,
seluruh kegiatan pembina PAS selalu diarahkan pada pengembangan sumber daya
manusia sejalan dengan kebutuhan PAS dan para pembina itu sendiri. Kegiatan untuk
para pembina mulai dilaksanakan pada saat pendaftaran, briefing, wawancara, dan
penataran calon pembina dilanjutkan dengan kegiatan rutin pertemuan Sabtu sore,
kultum bagi pembina putri setiap hari Jumat serta kegiatan-kegiatan yang lain yang
5
bersifat insidental yang bertujuan untuk menjalin ukhuwah sekaligus memperluas
wawasan diniyah dan umum bagi pembina.
Untuk meningkatkan wawasan keorganisasian, diadakan pelatihan
kepemimpinan dan organisasi, briefing kepanitiaan, mengikuti seminar maupun
pelatihan di tempat lain serta mengadakan kuliah keliling untuk pembina. Dengan
tugas sebagai pengelola organisasi PAS, maka pembina diharapkan untuk turut aktif
dalam berbagai kegiatan kepanitiaan, rapat kerja, musyawarah kerja serta sidang
umum. Selain itu sebagai lembaga pelayanan masyarakat, PAS memberikan
kesempatan luas kepada para pembina untuk melatih kepekaan dan kemampuan
berinteraksi dengan masyarakat. Suatu kegiatan positif yang berguna bagi pembina
sebelum benar-benar terjun ke masyarakat. Kegiatan utama yang dilakukan oleh para
Pembina yaitu:
1. Bimbingan Belajar Al Quran (BBAQ)
2. Mentoring Unit / Club
Selain memperoleh materi-materi diniyah di BBAQ, peserta didik
memperoleh materi-materi kepemimpinan dan organisasi melalui unit-unit yang
diikutinya. Di samping memperoleh kegiatan tersebut secara praktis aplikatif, adik
juga berkesempatan untuk mengembangkan kemampuan khusus sesuai dengan minat
dan bakatnya. Unit-unit kegiatan/club yang dikembangkan oleh PAS adalah :
1. Bimbingan Ilmu Pengetahuan Praktis (BIPP)
2. Bocah Kreatif (Bokre)
3. Asterix (Apreasiasi Teater dan Musik)
6
4. Perisai Diri (PD)
5. Surviva
Pendidikan Anak Salman (PAS) merupakan sebuah model pendidikan yang
unik dan mempunyai kegiatan yang berbeda dengan yang lain. Dari hasil wawancara
dengan Pembina SD PAS Salman ITB, menjelaskan bahwa PAS merupakan salah
satu peluang terbesar bagi PLS, bisa dikembangkan dengan memajukan konsep
pendidikan life skills dan broad based education (BBE). Selain kognitif yang di-
prioritaskan motoriknya pun dilatih sesuai dengan minat yang dikehendaki oleh
peserta didik. Karena karakter PLS itu sendiri merupakan agent of change dan ini
merupakan kebutuhan, karena aktivitas dan kreatifitas akan selalu berkembang. Oleh
karenanya penulis mencoba menggalinya dalam sebuah penelitian dengan judul
MODEL PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH UNTUK ANAK USIA SD (Studi
eksploratif terhadap “SD PAS” Salman ITB).
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan di atas, untuk memudahkan penelitian ini, ada
beberapa perumusan masalah yang akan dikemukakan, antara lain;
1. Bagaimana orientasi dari setiap unit kegiatan di “SD PAS” Salman ITB?
2. Bagaimana langkah-langkah pembelajaran baik konseptual maupun implementasi
bagi setiap unit kegiatan di “SD PAS” Salman ITB?
3. Bagaimana sistem sosial yang dibangun antara Pembina dan peserta didik di “SD
PAS” Salman ITB?
7
4. Apa dampak instruksional dan dampak penyerta dari setiap unit kegiatan di “SD
PAS” Salman ITB?
C. Tujuan Penelitian
Berangkat dari formulasi perumusan masalah di atas, tujuan dari pembahasan
penelitian ini, adalah;
1. Untuk mengetahui orientasi dari setiap unit kegiatan di “SD PAS” Salman
ITB
2. Untuk mengetahui langkah-langkah dari setiap unit kegiatan secara
konseptual dan implementasi di “SD PAS” Salman ITB
3. Untuk mengetahui sistem sosial yang dibangun antara Pembina dan peserta
didik di “SD PAS” Salman ITB
4. Untuk mengetahui dampak instruksional dan dampak penyerta dari setiap unit
kegiatan di “SD PAS” Salman ITB
D. Kerangka Pemikiran
Hakikat pendidikan merupakan suatu proses terhadap anak didik yang
berlangsung terus sampai anak didik mencapai pribadi dewasa. Proses ini
berlangsung dalam jangka waktu tertentu. Bila anak didik sudah mencapai pribadi
dewasa, maka ia sepenuhnya mampu bertindak sendiri bagi kesejahteraan hidupnya
dan masyarakatnya. Dalam istilah perkembangannya, istilah pendidikan atau
paedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh
8
orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Allah Swt. Berfirman dalam Qur’an surat An-
Nisa ayat 9 yang berbunyi:
Artinya:
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan
dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan
hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (QS.An-Nisa:9).
Anak adalah generasi masa depan. Zaman yang akan datang adalah milik anak-
anak kita. Apakah itu baik atau buruk makanya Allah yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang memberi peringatan kepada orang Muslim, demikian pula Rasul-Nya
zaman yang akan datang memang tidak ketahui. Namun bahwa dia akan datang itu
adalah suatu kepastian. Nabi Zakaria yang begitu khawatir akan zaman sepeninggalan
beliau: “Siapa yang akan meneruskan risalah kebenaran ini?” Dengan berlinang air
mata beliau berdoa kepada Allah SWT, tiap malam dalam sujudnya.
Dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 tentang Sisdiknas:
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Juga dijelaskan sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen
9
pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Asumsi yang dijadikan pijakan dalam penelitian ini adalah bahwa:
pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia
seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Tujuan pendidikan
dijabarkan dalam Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi:
Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UUSPN, 2003:7).
Penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan melalui dua jalur yaitu jalur
pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah. Jalur pendidikan sekolah
merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah melalui kegiatan belajar
mengajar secara berjenjang dan berkesinambungan. Jalur pendidikan luar sekolah
merupakan pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah melalui kegiatan belajar-
mengajar yang tidak harus berjenjang dan berkesinambungan. Pendidikan keluarga
merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam
keluarga yang memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral dan
keterampilan
Sudjana,2000:22 berpendapat bahwa:
Pendidikan luar sekolah adalah pendidikan yang diselenggarakan di luar
jalur pendidikan sekolah yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan
berjenjang baik dalam keluarga, lingkungan maupun masyarakat.
10
Dilihat dari penyelenggaraanya, bahwa pendidikan tidak hanya dilakukan di
lingkungan formal saja (sekolah), tetapi dapat dilaksanakan dalam lingkungan
informal Salah satu pendidikan nonformal (luar sekolah), adalah PAS (Pembinaan
Anak Salman).
Pembinaan Anak-anak Salman (PAS) ITB adalah organisasi yang
mengkhususkan diri di bidang pembinaan anak-anak. PAS memiliki suatu ciri khas
yang tidak dijumpai pada model-model pengajian anak-anak yang lain, yaitu pola
pembinaan dan kegiatannya. Tujuan PAS adalah "terbentuknya generasi muslim yang
diridloi Allah, mempunyai keseimbangan dalam iman, akal, dan rasa serta menjadi
rahmat bagi alam sekitarnya".
Bentuk kegiatan utama PAS saat ini merupakan wujud nyata konsistensi PAS
akan pelaksanaan Multi Metoda dan Multi Media. Dengan koleksi buku perpustakaan
dan koleksi media pembinaan serta kemampuan sumber daya pembina, yang
senantiasa dikembangkan, PAS terus berusaha untuk selalu melangkah maju dalam
pengembangan metoda dan media pembinaan anak non formal.
Zakiah Daradjat (1970:62), berpendapat bahwa:
Pendidikan atau Pembina pertama dalam penbentukan sikap, serta moral dan
pendidikan anak adalah orang tua kemudian guru atau kaum pendidik.
Bagi anak usia 6-12 tahun merupakan masa-masa yang harus menjadi
prioritas dalam pengawasan dan pembinaan. Hal ini agar sikap agresif yang muncul
tidak berakibat banyak pada terjadinya sikap-sikap negatif. Ketika anak masuk
11
sekolah, lingkaran keluarga yang kecil dan tetangga mereka meluas sampai meliputi
teman sejawat dan orang dewasa di sekolah dan masyarakat. Ada beberapa sifat yang
harus dipahami oleh para Pembina terhadap anak usia 6-12 tahun (Usia Sekolah
Dasar), seperti yang dikemukakan oleh Kartono (1995:138-139)
Pada umumnya anak lebih emosional daripada orang dewasa. Pada usia 6-12 tahun anak cepat merasa puas. Sifatnya optimis, dan kurang dirisaukan oleh rasa-rasa penyesalan. Kepedihan, kesengsaraan dan kegembiraan orang lain kurang difahami atau dihayati oleh anak. Namun kalau ia ikut merasakannya, maka perasaan tersebut tidak ditampakkannya, sebab ia merasa segan, takut, dan malu memaparkan perasaannya.
E. Metode, Teknik Pengumpulan Data
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu,
Metode eksploratif yaitu, dipergunakan dalam penelitian yang bertujuan
ingin mengetahui tentang sebab-sebab atau hal-hal yang mempengaruhi
terjadinya sesuatu. (Suharini Arikunto,1998:8)
2. Teknik Pengumpulan Data
Bogdan dan Biklen (1982:72-74) menyatakan bahwa keberhasilan suatu
penelitian naturalistik sangat tergantung kepada ketelitian, kelengkapan catatan
lapangan (field notes) yang disusun oleh peneliti. Catatan lapangan tersebut disusun
melalui wawancara, studi dokumentasi, observasi, dan studi kepustakaan. Keempat
teknik pengumpulkan data tersebut digunakan dalam penelitian ini untuk memperoleh
informasi yang saling menunjang dan melengkapi.
12
�� Wawancara
Dengan teknik wawancara, peneliti berusaha untuk dapat menjalin hubungan
secara wajar tanpa menonjolkan diri sebagai orang yang dianggap memiliki kelebihan
yang berlebihan, penuh keterbukaan, akrab, agar responden tetap berpikir dan
berperilaku dalam settingnya sendiri. Hanya dengan cara demikian, peneliti dapat
menangkap dan mencatat sebanyak dan selengkap mungkin apa yang dianggap
penting dalam pemikiran responden serta berhasil menghimpun data yang relevan
dengan masalah yang ditelitinya.
Wawancara dalam penelitian naturalistik, merupakan teknik pengumpul data
yang paling penting. Wawancara selalu diperlukan bukan saja sebagai teknik
pengumpul data yang berdiri sendiri, akan tetapi juga sebagai teknik penyerta pada
saat melakukan observasi dan analisis dokumenter (Biklen dan Bogdan, 1982:135)
Aspek penting dalam penelitian naturalistik yang berkaitan dengan
penggunaan teknik wawancara adalah bahwa peneliti harus berusaha mengetahui
bagaimana responden memandang persoalan atau keadaan dari segi perspektifnya,
menurut pikiran dan perasaan yaitu informasi “emic” (Nasution: 1988-17). Dengan
pertimbangan tersebut maka dalam penelitian ini wawancara tak berstruktur
digunakan.
Wawancara tak berstruktur yang digunakan terdiri atas dua jenis, yaitu
wawancara yang berfokus (focused interview) dan wawancara bebas atau “free
interview”. Wawancara yang berfokus berisi pertanyaan-pertanyaan yang tidak
13
mempunyai struktur tertentu. Wawancara bebas berisi pertanyaan-pertanyaan yang
beralih-alih dari satu pokok ke pokok yang lain, sepanjang berkaitan dan menjelaskan
aspek-aspek masalah yang diteliti (Koentjaraningrat, 1986:139).
Dalam wawancara ini peneliti menyediakan pedoman wawancara meskipun
dalam pelaksanaannya tidak terlalu terikat pada pedoman tersebut. Secara garis
besarnya, sesuai dengan paradigma dan masalah penelitian, data yang diungkapkan /
dikumpulkan melalui wawancara seperti yang telah dikemukakan pada pertanyaan
penelitian di atas. Selanjutnya, perlu juga dijelaskan bahwa efektivitas wawancara
sangat tergantung pada bagaimana peneliti melaksanakan proses wawancara tersebut.
Dijelaskan oleh Spradley (1980:70-83), Djam’an Satori (1988:152) bahwa: “Wawancara naturalistik meliputi dua tahapan utama: 1) developing rapport, dan 2) eliciting information. Suasana rapport yaitu hubungan yang harmonis antara peneliti dan responden dimana kedua belah pihak menaruh saling percaya, sehingga memungkinkan terjadinya komunikasi “bebas”.
Lebih lanjut Spradley menyatakan bahwa penciptaan suasana “rapport”
berbeda dari satu lingkungan budaya ke lingkungan budaya lain dimana lingkungan
peneliti terhadap lingkungan budaya responden sangat penting. Informasi yang
diperoleh dari hasil wawancara dicatat. Selanjutnya catatan tersebut dituangkan ke
dalam catatan lapangan (field notes) yang disusun lebih rinci untuk memudahkan
analisis selanjutnya.
14
�� Studi Dokumentasi
Data yang diperoleh melalui teknik wawancara akan dilengkapi dan ditunjang
dengan studi dokumenter untuk memperoleh akurasi dan kelengkapan data. Dengan
demikian diharapkan penelitian akan merupakan usaha memperpadukan antara apa
yang diamati secara aktual terjadi pada obyek yang dipelajari.
Sekalipun data dalam penelitian naturalistik kebanyakan dari sumber-sumber
manusia melalui wawancara dan observasi, akan tetapi ada pula sumber bukan
manusia, diantaranya adalah dokumen. Dalam penelitian ini dokumen dapat dijadikan
bahan triangulasi untuk mencek kesesuaian data. Sebelum mengambil data dari
memberikan petunjuk sebagai berikut: “1) apakah dokumen itu otentik atau palsu, 2)
apakah isinya dapat diterima sebagai kenyataan, dan 3) apakah data itu cocok untuk
menambah pengertian tentang gejala yang diteliti”.
�� Observasi
Observasi adalah pengamatan langsung dan tidak langsung terhadap objek
penelitian, yaitu dilingkungan SD PAS (pendidikan anak salman) ITB. Sunaryo
Kartadinata, (1988:15) mengungkapkan salah satu jenis teknik pengumpulan data
ialah observasi:
Observasi adalah pengamatan atau mendengarkan prilaku individu dalam suatu situasi atau selang waktu tertentu tanpa memanipulasi atau mengontrol situasi dimana perilaku itu ditampilkan, dan mencatat perilaku yang ditampilkan itu yeng memungkinkan peneliti dapat melakukan analisa dan tafsiran tertentu terhadap prilaku tersebut.
15
d. Studi kepustakaan
Perlengkapan seorang penyelidik dalam setiap lapangan penelitian ilmu
pengetahuan tidak akan sempurna apabila tidak dilengkapi dengan fasilitas
kepustakaan kejuruan (Surakhmad, 1994;251). Studi kepustakaan yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah mendayagunakan informasi yang terdapat dalam buku-
buku, diktat-diktat, artikel dsb, melalui penelusuran dan penelaahan untuk menggali
konsep dan teori dasar yang telah ditemukan oleh para ahli.
F. Instrumen Penelitian
Agar memudahkan dalam penelitian ini maka, berikut ini diajukan beberapa
pokok masalah penelitian dalam bentuk pertanyaan penelitian. Pertanyaan penelitian
yang mencakup semua aspek yang terkait dengan aktivitas di “SD PAS”, akan
dijadikan pegangan peneliti didalam menentukan fokus penelitian, formula serta
limitasi masalah sehingga menjadi jelas, dan terarah kepada tujuan yang ditetapkan.
Pertanyaan penelitian yang akan ditetapkan ini akan menjadi model
pendidikan luar sekolah “SD PAS”, Mesjid Salman ITB Bandung yang dijadikan
tempat studi kasus.
Agar penelitian dapat difokuskan pada pokok-pokok masalah yang akan
diteliti secara sistematis, konkrit dan efektif, maka diturunkan beberapa pertanyaan
penelitian (research questions) yang relevan dengan judul penelitian. Berikut ini
adalah pertanyaan penelitian yang telah dikelompokkan menurut aspek beserta
16
indikatornya masing-masing yang sekaligus dipersiapkan untuk model pendidikan
luar sekolah untuk anak usia SD.
Masalah 1. Orientasi dari setiap unit kegiatan di “SD PAS” Salman ITB, meliputi:
�� What; terkait dengan tujuan dari setiap unit kegiatan/ Club (BIPP, BOKRE,
ASTERIX, PD, dan SURVIVA)
�� Where; terkait dengan tempat untuk melakukan setiap unit kegiatan/club.
�� Who; terkait dengan orang-orang yang terlibat dengan setiap unit kegiatan/club
Masalah 2. Langkah-langkah pembelajaran baik konseptual maupun implementasi
bagi setiap unit kegiatan di “SD PAS” Salman ITB, meliputi:
�� What; terkait dengan materi, metoda, dan media pembelajaran yang diberikan
kepada peserta didik.
�� How; terkait dengan langkah-langkah pembelajaran dari mulai kegiatan awal,
kegiatan ini, dan kegiatan akhir.
�� Who; terkait dengan penetuan orang yang melaksanakan kegiatan mengajar dan
pembelajaran “SD PAS” Salaman ITB.
�� When; terkait dengan waktu yang ditentukan dari setiap unit kegiatan/club.
Masalah 3. Sistem sosial yang dibangun antara Pembina dan peserta didik di “SD
PAS” Salman ITB.
�� Bagaimana hubungan sosial yang dibangun antara pembina dan peserta didik di
“SD PAS” Salman ITB.
17
Masalah 4. Dampak instruksional dan dampak penyerta dari setiap unit kegiatan di
“SD PAS” Salman ITB, meliputi:
1. Apa dampak langsung dari setaip unit kegiatan/club tersebut?
2. Apa dampak tidak langsung dari setiap unit kegiatn/club tersebut?
3. Model seperti apakah yang yang dikembangkan oleh “SD PS” Salamn ITB?
G. Pelaksanaan Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan setelah segala sesuatu yang berkaitan dengan ijin
penelitian diselesaikan. Berbeda dengan penelitian kualitatif, prosedur pengumpulan
data dalam penelitian kualitatif tidak memiliki satu pola yang pasti. Peranan peneliti
sebagai human instrument sangat menentukan efektivitas pengumpulan data.
Prosedur yang ditempuh Lincoln dan Guba (1985:235-236) dalam
melaksanakan pengumpulan data penelitian , didasarkan atas penelaahan mereka
terhadap beberapa laporan penelitian. Prosedur tersebut adalah sebagai berikut.
Tahap I : Tahap Orientasi
Orientasi dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang
lengkap dan jelas mengenai masalah yang hendak diteliti. Kegiatan ini dimulai
dengan penjajakan lapangan untuk menentukan permasalahan atau fokus penelitian.
Hal-hal yang dilakukan pada tahap orientasi ini adalah sebagai berikut.
1. Menyusun rancangan penelitian.
2. Memilih lapangan penelitian/Pemilihan lapangan penelitian dengan
mempertimbangkan teori substantif, dengan menjajaki lapangan untuk melihat
apakah ada kesesuaian dengan kenyataan yang berada di lapangan.
18
3. Mengurus perijinan. Mengajukan permohonan surat ijin penelitian untuk lembaga
terkait untuk dijadikan tempat penelitian.
4. Menjajaki dan menilai keadaan lapangan. Penjajakan dan penilaian lapangan akan
berlangsung dengan baik apabila peneliti telah membaca terlebih dahulu dari
kepustakaan atau melalui orang “dalam” tentang situasi dan kondisi tempat
penelitian dilakukan. Pengenalan dan penjajakan lapangan diteruskan sehingga
peneliti menjadi ”sebagai” anggota kelompok yang diteliti. Hal-hal yang perlu
diketahui pada saat penelitian di lapangan adalah: Situasi dan kondisi lapangan
yang berkaitan dengan langkah-langkah, aktivitas/ruang lingkup serta kegiatan
“SD PAS” Salman ITB.
5. Memilih dan menggunakan informan. Informan adalah orang yang dimanfaatkan
untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Ia
berkewajiban secara sukarela menjadi anggota tim walaupun hanya bersifat
informal. Ia dapat memberikan pandangan dari segi orang “dalam” tentang nilai,
sikap, bangunan, proses, dan kegiatan yang menjadi latar belakang penelitian
setempat. Persyaratan informan adalah: jujur, taat pada janji, patuh pada
peraturan, suka bicara, tidak termasuk anggota salah satu kelompok yang
bertentangan dengan latar penelitian, dan mempunyai pandangan tertentu tentang
sesuatu hal atau tentang peristiwa yang terjadi. Informan bagi peneliti memiliki
nilai guna yang cukup tinggi, sebab diharapkan dalam waktu yang relatif singkat
banyak informasi yang terjangkau, ia sebagai internal sampling, karena informan
dimanfaatkan untuk berbicara, bertukar pikiran, atau membandingkan suatu
19
kejadian yang ditemukan dari subyek lainnya. Usaha untuk menemukan informan
ini dilakukan dengan cara: menentukan orang-orang yang diperlukan
informasinya berkenaan dengan permasalahan penelitian, menyampaikan maksud
serta mengadakan kesepakatan waktu dan tempat untuk wawancara serta
penggalian data lain yang diperlukan darinya.
6. Menyiapkan perlengkapan penelitian. Jauh sebelumnya telah dipersiapkan alat-
alat dan perlengkapan yang diperlukan sebelum terjun ke dalam kancah
penelitian, diantaranya: pedoman wawancara serta daftar checklist jika
diperlukan.
7. Memperhatikan etika penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha
mengetahui kebiasaan, tabu dan semacamnya, karena hal-hal tersebut pada
dasarnya menyangkut hubungan penelitian dengan orang atau subyek penelitian.
Persoalan etika akan timbul apabila peneliti tidak menghormati, mematuhi dan
mengindahkan nilai-nilai masyarakat dan pribadi tersebut. Sehubungan dengan
hal tersebut, peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut: a) memberitahu secara
jujur dan terbuka maksud dan tujuan penelitian, b) menghargai orang-orang yang
diteliti yang sama derajatnya dengan peneliti, c) menghargai dan menghormati
semua peraturan, norma, nilai, kebiasaan yang berlaku di latar penelitian, d)
memegang kerahasiaan segala sesuatu yang berkenaan dengan informasi yang
diberikan subyek, e) menulis segala kejadian, peristiwa dan lain-lain secara jujur,
benar dan tidak menambah dan memberi bumbu serta menyatakan sesuai dengan
keadaan.
20
Tahap II: Tahap Eksplorasi
Pada tahap eksplorasi ini sudah dimulai dengan penelitian, yaitu pengumpulan
data sesuai dengan fokus dan tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Fokus
penelitian yang telah dirumuskan dalam suatu paradigma penelitian memungkinkan
penelitian memungkinkan peneliti untuk melakukan pengumpulan data yang lebih
terarah dan spesifik. Pada tahap ini observasi ditujukan kepada hal-hal yang dianggap
ada hubungannya dengan fokus penelitian. Wawancara juga tidak lagi umum dan
terbuka, akan tetapi sudah lebih mendalam mengenai aspek-aspek yang menjelaskan
fokus penelitian. Dokumen yang dipelajari adalah yang mempunyai makna terhadap
fokus penelitian.
Pada tahap eksplorasi atau tahap pekerjaan lapangan ini, peneliti berusaha
memahami tentang hal-hal sebagai berikut.
1. Pemahaman latar penelitian dan persiapan diri. Disini dilakukan selektif, yakni
membedakan mana informasi yang diperlukan, dan menghindari sesuatu yang
dapat mempengaruhi data. Tugas peneliti mengumpulkan data dan informasi yang
relevan sebanyak mungkin dari sudut pandang subyek tanpa mempengaruhi
mereka. Peneliti senantiasa berpegang kepada tujuan, masalah dan jadwal yang
telah disusun sebelumnya.
2. Tata cara memasuki lapangan. Dalam memasuki lapangan peneliti melakukan: a)
keakraban hubungan, b) mengetahui etika di daerah latar penelitian, c) tetap
menyadari peran dari diri peneliti itu sendiri.
21
3. Peran serta dan pengumpulan data. Dalam berperan serta, peneliti berusaha
memperhitungkan batas waktu, tenaga, biaya, mencatat semua data, dan untuk
efisiensi digunakan kata-kata kunci dan singkatan yang disempurnakan kemudian.
H. Analaisis Data
Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini, penulis lakukan dengan
cara sebagai berikut:
�� Unitisasi Data
Unitisasi data adalah pemprosesan satuan data, yang dimaksud dengan satuan
data adalah bagian terkecil yang mengandung makna yang bulat dan dapat berdiri
sendiri terlepas dari bagian yang lain. Dalam unitisasi data ini terdapat beberapa
langkah yang dilalui penulis, yaitu:
1). Membaca serta menelaah secara teliti seluruh jenis data yang telah terkumpul.
2). Mengidentifikasi satuan-satuan informasi terkecil yang dapat berdiri sendiri,
artinya satuan itu dapat ditafsirkan tanpa memerlukan informasi tambahan.
3). Satuan-satuan yang diidentifikasi dimasukan ke dalam kartu indeks (Moleong,
2002: 192). Setiap kartu indeks diberi kode, kode-kode itu berupa penandaan
sumber asal satuan seperti catatan lapangan, dokumen, penandaan lokasi dan
penandaan cara pengumpulan.
b. kategorisasi Data
Kategorisasi adalah mengelompokkan data-data yang telah terkumpul dalam
bagian-bagian yang secara jelas berkaitan atas dasar intuisi, pikiran, pendapat atau
22
criteria tertentu. Dalam kategorisasi ini ada beberapa hal yang penulis lakukan
diantaranya:
1) Meredukasikan data, memilih data yang sudah dimaksudkan dalam satuan
dengan jalan dan mencatat kembali data yang sudah terkumpul agar satuan-
satuan itu dapat dimasukkan kedalam kategori yang mantap. Jika terdapat
bagian isi yang sama maka hal tersebut dimasukkan kedalam kategori yang
sama dan jika tidak sama, maka disusun lagi untuk membuat kategori baru.
2) Memberi kode, maksudnya memberi kartu indeks yang berisi satuan-satuan,
kode-kode, dapat berupa penemaan sumber awal seperti catatan lapangan,
dokumen lapangan atau penandaan cara pengumpulan data.
3) Menelaah kembali seluruh kategoisasi jangan sampai ada yang terlupakan.
4) Melengkapi data-data yang telah terkumpul untuk tersusunnya data secara
lengkap.
c. Penafsiran Data
Penafsiran data ini dilakukan dengan cara memberi penafsiran-penafsiran
yang logis dan empiris berdasarkan data-data yang telah terkumpul selama penelitian.
Adapun teori yang digunakan adalah teori tentang karakteristik anak usia sekolah
dasar, pendidikan luar sekolah dan model pembelajaran dan mengajar.
I. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila ingin meneliti semua
elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian
populasi ( Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, 2002:108).
23
Sesuai dengan judul penelitian tentang “Model Pendidikan Luar Sekolah
Untuk Anak Usia SD (Study Eksploratif Terhadap “SD Pas” Salman ITB)”. Maka
populasinya adalah seluruh Kadiv (kepala devisi) Club yang berjumlah 1 orang dan
Kadept (kepala departemen) Club “SD PAS” Salman ITB yang berjumlah 5 orang.
TABEL I
Populasi dan Sampel Penelitian
NO NAMA JABATAN JUMLAH
POPULASI
SAMPEL
1
2
3
4
5
6
Puspitasari
Yuyun Yunengsih
Isti Ikramina Ulfa
Annisa Trisdianti
Asriani Syahifah
Rahmi Laila Fitri
Kepala Divisi Club
Kepala Departemen Surviva
Kepala Departemen PD
Kepala Departemen Asterix
Kepala Departemen Bokre
Kepala Departemen BIPP
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dinamakan
penelitian sampel apabila bermaksud untuk menggeneralisasikan hasil penelitian
sampel. Ynag dimaksud dengan menggeneralisasika adalah ,engangkat kesimpulan
penelitian sebagai suatu yang berlaku bagi populasi. ( Prof. Dr. Suharsimi Arikunto,
2002:108).
24
Pada prinsifnya tidak ada yang ketat untuk secara mutlak menentukan berapa
persen sampel tersebut harus diambil dari populasi. Namun pada umumnya orang
berpendapat bahwa sampel yang berlebihan itu adalah lebih baim dari pada
kekurangan sampel. Untuk populasi 10-100 orang /satuan bias dimabil 70-80% (DR.
Kartini Kartono:120-121).
Namun dapat dipastikan jumlah sampel yang kurang banyak akan menambah
kesulitan dan persyaratan yang lebih jauh lebih berat. Dalam penelitian ini
sehubungan dengan populasi yang sedikit kurang dari 100 orang bahkan dalam
penelitian ini besar populasi hanya enam orang, maka jumlah sampel diambil dari
jumlah keseluruhan.
J. Sistematika Penulisan
Agar penelitian terarah dan dapat dipahami, maka sistematika penulisan
disusun sebagai berikut:
Bab I. Pendahuluan, terdiri dari Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah,
Tujuan Penelitian, Kerangka Penelitian, Metode dan Teknik Pengumpulan Data,
Instrumen penelitian, pelaksanaan pengumpulan data, analisis data, Populasi dan
Sampel dan Sistematika Penulisan.
Bab II. Landasan teoritis, terdiri dari Karakteristik anak usia sekolah dasar, konsep
dan ruang lingkup PLS, Konsep yang digunakan dalam mengajar dan model
pembelajaran.
25
Bab III. Hasil penelitian lapangan Pengumpul data terdiri dari persiapan
pengumpulan data, teknik pengumpulan data, pelaksanaan pengumpulan data, dan
pengolahan data hasil penelitian.
Bab IV. Analisis data, terdiri dari Analisis terhadap orientasi dari setiap unit kegiatan
di “SD PAS” Salman ITB, Langkah-langkah dari setiap unit kegiatan secara
konseptual dan implementasi di “SD PAS” Salman ITB, Sistem sosial yang
dibangun antara kakak Pembina dan adik bimbingan di “SD PAS” Salman. Dampak
instruksional dan dampak penyerta dari setiap unit kegiatan di “SD PAS” Salman
ITB,dan temuan hasil penelitian.
Bab V. Kesimpulan dan saran, terdiri dari kesimpulan hasil penelitian, saran dan
penutup.
26
BAB II
LANDASAN TEORITIS TENTANG MODEL PENDIDIKAN LUAR
SEKOLAH BAGI ANAK USIA SD
A. Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar
1. Perkembangan Aspek Fisik
Sampai pertengahan ini, anak laki-laki lebih cepat perkembangannya dari
pada anak perempuan, tetapi menjelang akhir masa anak sekolah (sesaat menjelang
datangnya masa remaja) perkembangan fisik anak perempuan jauh lebih cepat dari
pada anak laki-laki. Karena itu, masa ini sering juga disebut sebagai “periode tenang”
sebelum pertumbuhan yang cepat menjelang masa remaja. Meskipun merupakan
“masa tenang”, tetapi hal ini tidak berarti bahwa pada masa ini tidak terjadi masa
pertumbuhan fisik yang terjadi selama periode akhir anak-anak, diantaranya keadaan
berat dan tinggi badan, keterampilan motorik.
1. keadaan Berat dan Tinggi Badan
Sampai dengan usia sekitar 6 tahun terlihat badan anak bagian atas berkembang
lebih lambat dari pada bagian bawah. Anggota-anggota badan relatif masih
pendek, kepala dan perut relatif masih besar.
2. Perkembangan motorik
Dengan terus bertambahnya berat dan kekuatan badan, maka selama
perkembangan dan akhir anak-anak ini perkembangan motorik menjadi lebih halus
dan lebih terkoordinasi, dibandingkan dengan awal masa anak-anak. Anak-anak
27
terlihat lebih cepat dalam berlari dan makin pandai meloncat. Anak juga makin
mampu menjaga keseimbangan badannya. Penguasaan badan, seperti membongkok,
melakukan bermacam-macam latihan senam serta aktifitas olah raga berkembang
pesat.
Sejak usia 6 tahun, koordinasi antara mata dan tangan (visio motorik) yang
dibutuhkan untuk membidik, menyepak, melempar dan menangkap juga berkembang.
Pada usia 7 tahun, tangan anak lebih kuat dan ia lebih menyukai pensil dari pada
crayon untuk melukis. Dari usia 8 sampai 10 tahun, tangan dapat digunakan secara
bebas, mudah dan tepat. Koordinasi motorik halus berkembang, dimana anak sudah
dapat menulis dengan baik. Ukuran huruf menjadi lebih kecil dan lebih rapih. Pada
usia 10 hingga 12 tahun, anak-anak mulai memperlihatkan keterampilan-keterampilan
manipulatif menyerupai kemampuan-kemampuan orang dewasa. Mereka mulai
memperlihatkan gerakan-gerakan yang lebih kompleks, rumit, dan cepat, yang
diperlukan untuk menghasilkan karya kerajinan yang bermutu bagus atau memainkan
musik tertentu (Santrock,1995).
Anak-anak masa sekolah ini mengembangkan kemampuan melakukan
permainan dengan peraturan, sebab mereka sudah dapat memahami dan menaati
aturan-aturan suatu permainan. Pada waktu yang sama anak-anak mengalami
peningkatan dalam koordinasi dan pemilihan waktu yang tepat dalam melakukan
berbagai cabang olah raga, baik secara individu maupun kelompok.
Perkembangan fisik atau jasmani anak sangat berbeda satu sama lain,
sekalipun anak-anak tersebut usianya relatif sama, bahkan dalam kondisi ekonomi
28
yang relatif sama pula. Sedangkan pertumbuhan anak-anak berbeda ras juga
menunjukkan perbedaan yang menyolok.
2. Perkembangan Intelektual dan Emosional
Perkembangan intelektual anak sangat tergantung pada berbagai faktor utama,
antara lain kesehatan gizi, kebugaran jasmani, pergaulan dan pembinaan orang tua.
Akibat terganggunya perkembangan intelektual tersebut anak kurang dapat berpikir
operasional, tidak memiliki kemampuan mental dan kurang aktif dalam pergaulan
maupun dalam berkomunikasi dengan teman-temannya.
Perkembangan emosional berbeda satu sama lain karena adanya perbedaan
jenis kelamin, usia, lingkungan, pergaulan dan pembinaan orang tua maupun guru di
sekolah. Perbedaan perkembangan emosional tersebut juga dapat dilihat berdasarkan
ras, budaya, etnik dan bangsa.
Perkembangan emosional juga dapat dipengaruhi oleh adanya gangguan
kecemasan, rasa takut dan faktor-faktor eksternal yang sering kali tidak dikenal
sebelumnya oleh anak yang sedang tumbuh. Namun sering kali juga adanya tindakan
orang tua yang sering kali tidak dapat mempengaruhi perkembangan emosional anak.
Misalnya sangat dimanjakan, terlalu banyak larangan karena terlalu mencintai
anaknya. Akan tetapi sikap orang tua yang sangat keras, suka menekan dan selalu
menghukum anak sekalipun anak membuat kesalahan kecil juga dapat mempengaruhi
keseimbangan emosional anak.
29
3. Perkembangan Moral, Sosial, dan Sikap
Kepada orang tua sangat dianjurkan bahwa selain memberikan bimbingan
juga harus mengajarkan bagaimana anak bergaul dalam masyarakat dengan tepat, dan
dituntut menjadi teladan yang baik bagi anak, mengembangkan keterampilan anak
dalam bergaul dan memberikan penguatan melalui pemberian hadiah kepada ajak
apabila berbuat atau berperilaku yang positif.
B. Konsep Dan Ruang Lingkup Pendidikan Luar Sekolah
1. Pengertian pendidikan luar sekolah (PLS)
Pendidikan luar sekolah adalah setiap kesempatan dimana terdapat
komunikasi yang teratur dan terarah di luar sekolah dan seseorang memperoleh
informasi, pengetahuan, latihan maupun bimbingan sesuai dengan usia dan kebutuhan
kehidupan, dengan tujuan mengembangkan tingkat keterampilan, sikap dan nilai-nilai
yang memungkinkan baginya menjadi peserta-peserta yang efisien dan efektif dalam
lingkungan keluarga, pekerjaan bahkan lingkungan masyarakat dan negaranya.
Phillips H. Commbs, mengungkapkan bahwa pendidikan luar sekolah adalah
setiap kegiatan pendidikan yang terorganisir yang diselenggarakan di luar sistem
formal, baik tersendiri maupun merupakan bagian dari suatu kegiatan yang luas, yang
dimaksudkan untuk memberikan layanan kepada sasaran didik tertentu dalam rangka
mencapai tujuan-tujuan belajar.
2. Konsep pendidikan luar sekolah.
Pendidikan luar sekolah merupakan konsep yang muncul dalam studi
kependidikan. Kaplan (1964) mengemukakan bahwa “A concept is a construct”
30
(konsep adalah sebuah bentuk). Pengertian lebih luas ialah citra mental yang kita
gunakan sebagai alat untuk memadukan pengamatan dan pengalaman yang memiliki
kesamaan. (Babbie, 1986:114). Kemp (1985) mengemukakan konsep dibentuk
dengan menghubungkan berbagai fakta, benda, atau peristiwa yang memiliki
kesamaan ciri yang kemudian diberi nama tersendiri. Sebagai contoh, nama “buah”
ialah konsep yang kongkrit karena nama ini ditarik dari hasil observasi terhadap
benda (buah-buahan) tertentu seperti jeruk, nanas, rambutan yang mempunyai ciri-ciri
yang sama yaitu bundar, harum, segar rasanya, dan keluar dari pohon.
Sehubungan dengan pengelompokan konsep, Kaplan (1964) membedakan tiga
kelompok fenomena yang dapat dipelajari. Pertama ialah fenomena yang mudah
diobservasi secara langsung (direct observation). Kedua fenomena yang lebih
kompleks dan hanya dapat diobservasi secara tidak langsung (indirect observation).
Ketiga adalah konstruk yaitu suatu bentuk teoritis yang didasarkan atas hasil
observasi yang diperoleh baik secara langsung maupun tidak langsung.
Konsep pendidikan luar sekolah muncul atas dasar hasil observasi dan
pengalaman langsung atau tidak langsung. Hasil observasi dan pengalaman ini
kemudian dibentuk sehingga dapat diketahui persamaan dan perbedaan ciri-ciri antara
pendidikan luar sekolah dengan pendidikan sekolah. Di samping itu pendidikan luar
sekolah memiliki pengertian, sistem, prinsip-prinsip, dan paradigma tersendiri yang
relatif berbeda dengan yang digunakan oleh pendidikan sekolah.
31
3. Pendekatan taksonomik dalam pendidikan luar sekolah
Salah satu pendekatan yang sering digunakan untuk mengidentifikasi dan
menganalisi program-program pendidikan luar sekolah adalah taksonomi. Taksonomi
merupakan alat bagi para pengambil keputusan, penentu kebijakan, dan pengelola
pendidikan untuk membuat penggolongan program-program pendidikan luar sekolah.
Taksonomi adalah klasifikasi atas dasar hirarki. Pengelompokannya dapat dilakukan
menurut tingkatan, yaitu dimulai dari tingkatan yang lebih mudah sampai tingkatan
yang rumit, dan dari tingkatan yang sempit sampai kepada tingkatan yang lebih luas.,
atau sebaliknya. Taksonomi ini dilakukan melalui kegiatan menghimpun,
menggolong-golongkan, dan menyajikan informasi program-programn pendidikan
luar sekolah, sehingga pada akhirnya dapat diketahui berbagai kelompok program
pendidikan tersebut.
Kriteria yang digunakan dalam taksonomi ini bermacam ragam. Diantaranya
adalah dua kriteria yang sering digunakan yaitu tujuan dan isi program pendidikan.
Atas dasar kedua kriteria ini, Harbinson (1973) menggolongkan pendidikan luar
sekolah yang berkaitan dengan upaya untuk membuka kesempatan kerja, memasuki
lapangan kerja, atau untuk meningkatkan kemampuan kerja.
Seorang pakar pendidikan, Callaway (1972), membuat penggolongan
program-program pendidikan luar sekolah itu dengan menggunakan dua kriteria yaitu
umur peserta didik dan tujuan program pendidikan. Sejalan dengan kriteria ini, Arief
(1987) menggolongkan program pendidikan luar sekolah atas dasar sasaran, jenis
program, dan lembaga penyelenggara. Atas dasar sasaran, program pendidikan luar
32
sekolah dapat diklasifikasi menurut karakteristik calon peserta didik (warga belajar)
seperti latar belakang pendidikan, tingkat usia, jenis kelamin, lingkungan tempat
tinggal, dan latar belakang kelainan sosial. Berdasarkan jenis program, pendidikan
luar sekolah terdiri atas pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan, dan
pendidikan kader. Berdasarkan lembaga penyelenggara, dapat diklasifikasi program
pendidikan luar sekolah yang dilakukan oleh instansi-instansi pemerintah baik
lembaga departemental maupun lembaga non-departemental, badan-badan swasta dan
masyarakat..
Pendidikan luar sekolah dapat pula diklasifikasikan berdasarkan tipe
pendekatan membelajarkan. Atas dasar pendekatan ini Hoxeng (1973)
menggolongkan program-program pendidikan luar sekolah kedalam empat kategori
yaitu: pendekatan yang berpusat pada isi program (content_centered approach),
pendekatanm yang diarahkan pada pemusatan perhatian terhadap pemecahan masalah
(problem-focused approach), pendekatan kesadaran (the conscientization approach),
dan pendekatan pengembangan sumber daya manusia dan perencanaan kreatif
(human development and creative planning approach) (Husen, 1985:3549-3550).
Pendakatan pertama, content centered approach, biasanya digunakan oleh
para ahli dalam menyusun dan menggunakan isi program pendidikan luar sekolah
untuk mentransfer pengetahuan, keterampilan dan sikap baru dalam bidang tertentu
dan untuk membantu peserta didik agar mereka dapat mengadopsi hal-hal baru
tersebut. Keluarga berencana, perbaikan gizi, dan program pertanian adalah contoh-
contoh teknik secra ilmiah.
33
Pendekatan kedua untuk membantu peserta didik agar mereka mampu
menghimpun masalah serta pemecahannya di dalam kehidupan sehari-hari.
Pendekatan ketiga, the conscientization approach, mengarahkan pendekatan
kegiatan membelajarkan untuk menyadarkan peserta didik terhadap isu
ketidakseimbangan dalam kehidupan masyarakat. Melalui kegiatan belajar
penyadaran atau conscientizacao, sebagaimana dikemukakan oleh Paulo Freire,
maka orang-orang miskin yang hidupnya tertekan menjadi sadar terhadap keadaan
dirinya dan dapat menggunakan potensi dirinya untuk melepaskan diri dari
cengkraman kemiskinan dan perasaan hidup tekanan.
Pendekatan keempat, human development and creative planning approach,
diarahkan untuk mengembangkan kreativitas dan kemampuan untuk merencanakan
yang terdapat para diri peserta didik sehingga mereka dapat berfungsi lebih dinamis
dan efektif dalam proses pengambilan keputusan, perencanaan dan kepeloporan
dalam perubahan dan pembangunan. Pendekatan pembelajaran ini menekankan pada
pentingnya pengembangan kreativitas agar peserta didik lebih terbuka terhadap
inovasi dan dapat meningkatkan keterlibatannya dalam pembangunan. Poster-poster
lepas, permainan simulasi, dan lain sebagainya digunakan untuk meningkatkan
partisipasi dan pengembangan diri para peserta didik.
34
4. Persamaan dan Perbedaan antara pendidikan luar sekolah dan pendidikan
sekolah.
a. Persamaan
Persamaan antara PLS dengan pendidikan persekolahan dapat diperhatikan
dari dua sudut pandang yaitu sudut pandangan masyarakat dan sudut pandangan
individu. Dari segi pandangan masyarakat, pendidikan berarti pewaris atau
pemindahan nilai-nilai intelek, seni, politik, ekonomi, agama dan lain sebagainya;
Sedangkan dari segi pandangan individual, pendidikan berarti pengembangan
potensi-potensi manusia (Hasan Langglung, 1980). Persamaan lainnya yaitu fungsi
pendidikan adalah untuk pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan
keterampilan bahwa menyiapkan suatu generasi agar memiliki dan memainkan
peranan tertentu dalam masyarakat. Proses pendidikan selalu melibatkan masyarakat
dan semua perangkat kebudayaan sesuai dengan nilai dan falsafah yang dianutnya.
b. Perbedaan Antara Pendidikan Sekolah Dan Luar Sekolah
Secara prinsip, satu-satunya perbedaan antara pendidikan luar sekolah dengan
pendidikan sekolah adalah legitimasi atau formalisasi penyelenggaraan pendidikan.
Tentang perbedaan penyelenggaraan ini, secara institusional, tercantum pada
Undang-Undang RI nomor 2 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 10:2-3.
selanjutnya, perbedaan secara operasional, Umberto Sihombing melalui bukunya
Pendidikan Luar Sekolah: Manajemen Strategi (2000:40-46) menuliskan secara
khusus dan sistematis tentang perbedaan antara Pendidikan Luar Sekolah dengan
35
Pendidikan Sekolah. Pendidikan luar sekolah (PLS) sangat berbeda dengan
pendidikan sekolah.
5. Sasaran pendidikan luar sekolah
Kelompok-kelompok kegiatan pendidikan Luar Sekolah antara lain:
�� Klub pemuda
�� Klub-Klub pemuda tani
�� Kelompok pergaulan
Lebih lanjut, sesuai dengan Rancangan Peraturan Pemerintah maka sasaran
PLS dapat meliputi:
• Ditinjau dari segi sasaran pelayanan, berupa:
�� Usia pra-sekolah (0-6 tahun)
�� Usia pendidikan dasar (7-12 tahun)
�� Usia pendidikan menengah (13-18 tahun)
�� Usia pendidikan tinggi (19-24 tahun)
• Berdasarkan pranata
a. Pendidikan keluarga.
b. Pendidikan perluasan wawasan.
c. Pendidikan keterampilan.
• Berdasarkan sistem pengajaran
a. Kelompok, organisasi, dan lembaga.
b. Mekanisme sosial budaya seperti perlombaan dan pertandingan.
36
c. Kesenian tradisional, seperti wayang, ludruk, ataupun teknologi modern seperti
televisi, radio, film, dan sebagainya.
d. Prasarana dan sarana seperti balai desa, mesjid, gereja, sekolah dan alat-alat
perlengkapan kerja.
6. Komponen, proses, dan tujuan pendidikan luar sekolah.
Sebagaimana halnya pendidikan sekolah, pendidikan luar sekolah pun
mempunyai komponen, proses, dan tujuan. Perbedaan komponennya, terutama pada
program pendidikan yang terkait dengan dunia kerja, dunia usaha, dan program yang
diintegrasikan ke dalam gerakan pembangunan masyarakat (integrated community
development), ialah adanya dua komponen tambahan yaitu masukan lain (other input)
dan pengaruh (outcome atau impact). Hubungan fungsional antara komponen proses
dan tujuan pendidikan luar sekolah dapat dilihat pada gambar :
Hubungan Fungsional Antara
Komponen-komponen Pendidikan Luar Sekolah
MASUKAN LINGKUNGAN
MASUKAN SARANA MASUKAN LAIN
KELUARAN PROSES
PENGARUH
MASUKAN LINGKUNGAN
MASUKAN MENTAH
37
Masukan lingkungan (environmental input) terdiri atas unsur-unsur
lingkungan yang menunjang atau mendorong berjalannya program pendidikan luar
sekolah. Unsur-unsur ini meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sosial seperti
teman bergaul atau teman bekerja, lapangan kerja, kelompok sosial dan sebagainya,
serta lingkungan alam mencakup sumber daya hayati (biotik), sumber daya non hayati
(abiotik), dengan sumber daya buatan, sumber daya hayati yaitu flora dan fauna.
Sumber daya non hayati adalah tanah, air, udara, energi, mineral. Sumber daya buatan
adalah sumber daya alam yang telah diolah oleh sumber daya manusia untuk
kepentingan kehidupan seperti waduk/dam, kota, jalan, pasar, panti pendidikan dan
pemukiman. Kedalam masukan ini termasuk pula lingkungan daerah (regional),
lingkungan nasioanal, bahkan lingkungan internasional.
Masukan sarana (instrumental input) meliputi keseluruhan sumber dan
fasilitas yang memungkinkan bagi seorang atau kelompok dapat melakukan kegiatan
belajar. Kedalam masukan ini termasuk program, kurikulum (tujuan belajar,
bahan/materi belajar, metode dan teknik, media dan evaluasi hasil belajar), pendidik
(tutor, pelatih, widyaswara, fasilitator, pamong belajar), tenaga kependidikan lainnya
(pengelola program, teknisi sumber belajar) fasilitas dan alat, biaya, dan pengelolaan
program.
Masukan mentah (raw input) yaitu peserta didik (warga belajar ) dengan
berbagai ciri yang dimilikinya, yaitu karakteristik internal dan karakteristik
eksternalnya. Karakteristik internal meliputi atribut fisik, psikis, dan fungsional.
Atribut fisik mencakup jenis kelamin,usia, tinggi dan berat badan dan kondisi alat
38
indra. Atribut psikis meliputi struktur kognitif, pengalaman, minat, sikap,
keterampilan, kebutuhan belajar, aspirasi dan lain sebagainya. Atribut fungsional
mencakup pekerjaan, status sosial ekonomi, kesehatan. Sedangkan karakteristik
eksternal berkaitan dengan lingkungan kehidupan peserta didik seperti keadaan
keluarga dalam segi ekonomi, pendidikan, status sosial, teman bergaul dan bekerja,
biaya dan sarana belajar, serta cara dan kebiasaan belajar di masyarakat.
Proses menyangkut interaksi edukasi antara masukan sarana terutama
pendidikan, dengan masukan mentah, yaitu peserta didik (warga belajar). Proses ini
terdiri atas kegiatan pembelajaran, bimbingan penyuluhan dan atas pelatihan, serta
evaluasi. Kegiatan pembelajaran lebih mengutamakan peranan pendidikan untuk
membantu peserta didik agar mereka aktif melakukan kegiatan belajar, dan bukan
menekannkan peranan guru untuk mengajar. Kegiatan belajar dilakukan dengan
memanfaatkan berbagai sumber, termasuk perpustakaan, pengalaman manusia,
sumber, media elektronika, lingkungan sosial budaya dan lingkungan alam. Proses
belajar dilakukan secara mandiri dan berkelompok.
Untuk menunjang keberhasilan belajar maka dilakukan bimbingan terhadap
peserta didik. Bimbingan ini meliputi: bimbingan belajar, bimbingan pekerjaan atau
usaha, bimbingan karir, bimbingan kehidupan keluarga, bimbingan bermasyarakat,
dan penyuluhan kesehatan mental. Proses pembelajaran dalam pendidikan luar
sekolah terus berkembang sehingga memungkinkan pula terjadinya perpaduan
pendekatan pedagogi, andragogi, dan geroggogi. Gerogogi dapat diartikan sebagai
ilmu dan seni untuk membelajarkan orang-orang usia lanjut.
39
Keluaran (output) merupakan tujuan antara pendidikan luar sekolah. Keluaran
mencakup kuantitas lulusan yang disertai kualitas perubahan tingkah laku yang
didapat melalui kegiatan pembelajaran. Perubahan tingkah laku yang didapat melalui
kegiatan pembelajaran. Perubahan tingkah laku ini mencakup ranah kognitif, afektif,
psikomotor yang sesuai dengan kebutuhan belajar yang mereka perlukan. Kisney
(1977) mengemukakan bahwa perubahan tingkah laku ini mencakup pengetahuan
(knowledge), sikap, (attitude), keterampilan (skills), dan aspirasi (aspiration).
Dalam pendidikan luar sekolah, perubahan ranah psikomotor atau
keterampilan lebih diutamakan di samping perubahan ranah kognitif dan afektif.
Pendidikan di lingkungan sekolah lebih mengutamakan tujuannya untuk memenuhi
kebutuhan belajar dalam ranah kognitif sehingga pengetahuan (knowledge) menjadi
ciri utama perubahan tingkah laku peserta didik dan lulusan. Pendidikan dalam
lingkungan keluarga, lebih mengutamakan kebutuhan ranah afektif sehingga sikap
dan nilai-nilai menjadi ciri utama perolehan belajarnya melalui interaksi di dalam
antar keluarga. Sedangkan pendidikan di lingkungan masyarakat dan lembaga lebih
mengutamakan kebutuhan psikomotorik sehingga penguasaan keterampilan (skills)
menjadi ciri utama perubahan tingkah laku para lulusan.
Masukan lain (other input) adalah daya dukung lainnya yang memungkinkan
para pesera didik dan lulusan dapat menggunakan kemampuan yang telah telah
dimiliki untuk kemajuan kehidupannya. Masukan lain ini meliputi dana atau modal,
bahan baku, proses, produksi, lapangan kerja/usaha, informasi, alat dan fasilitas,
40
pemasaran, pekerjaan, koperasi paguyuban peserta didik (warga belajar), latihan
lanjutan, bantuan eksternal, dan lain sebagainya.
Pengaruh (outcome atau impact) merupakan tujuan akhir program pendidikan
luar sekolah. Pegaruh ini meliputi:
(a). perubahan taraf hidup lulusan yang ditandai dengan perolehan pekerjaan, atau
berwirausaha, perolehan atau peningkatan pendapatan, kesehatan dan penampilan
diri.
(b). membelajarkan orang lain terhadap hasil belajar yang telah dimiliki dan
dirasakan manfaaatnya oleh lulusan
(c) peningkatan partisipasinya dalam kegiatan sosial dan pembangunan masyarakat,
baik partisipasi buah fikiran, tenaga, harta benda, dan dana.
Singkatnya, subsistem pendidikan luar sekolah memiliki komponen, proses
dan tujuan pendidikan yang saling berhubungan secara fungsional, meliputi
komponen (masukan sarana, masukan mentah, masukan lingkungan, dan masukan
lain) proses, dan tujuan (keluaran dan pengaruh).
C. Konsep Pendidikan Kecakapan untuk Hidup ( Life Skills Education )
Potensi kecakapan untuk menempuh perjalanan hidup bagi seseorang
merupakan bawaan yang telah melekat pada dirinya sejak dia tercipta. Tugas orang
tua dan masyarakat adalah mengembangkan potensi itu melalui pendidikan informal
di dalam keluarga dan di dalam masyarakat yang dilakukan dengan ikhlas sebagai
ungkapan terima kasih kepada Sang Pencipta. Dalam bahasa yang religius kegiatan ini
merupakan wujud dari rasa syukur karena telah dikaruniai keturunan yang diharapkan
41
akan dapat meneruskan kehidupan dan generasi terdahulu kepada generasi berikutnya.
Negara dan bangsa sebagai kesatuan keluarga dan masyarakat mewujudkan rasa
syukur itu dengan menciptakan suatu sistem pendidikan yang sesuai dengan
karakteristik negara dan bangsanya. Oleh karena itu negara dan bangsa menciptakan
sekolah sebagai tempat untuk mengembangkan potensi kecakapan untuk hidup (life
skills) anak-anak bangsanya dengan cara yang lebih sistematis dan terarah melalui
pendidikan formal dan non formal.
1. Pengertian
Kata cakap memiliki beberapa arti. Pertama dapat diartikan sebagai pandai
atau mahir, kedua sebagai sanggup, dapat atau mampu melakukan sesuatu, dan ketiga
sebagai mempunyai kemampuan dan kepandaian untuk mengerjakan sesuatu. Jadi
kata kecakapan berarti suatu kepandaian, kemahiran, kesanggupan atau kemampuan
yang dimiliki oleh seseorang untuk menyelesaikan sesuatu. Oleh karena itu kecakapan
untuk hidup ('life skills') dapat didefinisikan sebagai suatu kepandaian, kemahiran,
kesanggupan atau kemampuan yang ada pada diri seseorang untuk menempuh
perjalanan hidup atau untuk menjalani kehidupan, mulai dari masa kanak-kanak
sampai dengan akhir hayatnya.
2. Pendidikan kecakapan untuk hidup,
Dalam hampir semua kegiatan untuk menjalani kehidupan, persoalan sehari-
hari yang dihadapi oleh seseorang pada umumnya berkisar pada empat persoalan besar
yang sangat mendasar sebagai persoalan utama. Keempat persoalan besar itu adalah:
pertama persoalan yang berkaitan dengan dirinya sendiri, kedua persoalan yang
42
berkaitan dengan keberadaannya bersama-sama dengan orang lain, ketiga persoalan
yang berkaitan dengan keberadaannya di suatu lingkungan alam tertentu, dan keempat
persoalan yang berkaitan dengan pekerjaannya, baik yang berkaitan dengan pekerjaan
utama yang ditekuni sebagai mata pencaharian maupun pekerjaan yang hanya sekadar
sebagai hobi.
Agar dapat menghadapi keempat persoalan utama tersebut dengan sebaik-
baiknya, diperlukan adanya suatu kecakapan khusus yang minimal harus dapat
dikuasai oleh seseorang. Untuk mempersiapkan hal itu secara dini, pada dasarnya
perlu diupayakan dengan baik, sekurang-kurangnya empat jenis pendidikan kecakapan
untuk hidup yang (Life Skills Education) yang harus dibekalkan kepada para siswa.
Keempat jenis pendidikan kecakapan yang perlu diberikan untuk
mempersiapkan anak didik agar dapat memiliki kemampuan untuk menjalani
kehidupan atau kemampuan untuk menempuh perjalanan hidup itu, baik melalui
pendidikan informal dan nonformal di dalam keluarga dan masyarakat, maupun
melalui pendidikan formal di sekolah hendaknya mencakup: 'personal skills
education', 'social skills education', 'environmental skills education', dan 'vocational
atau occupational skills education'.
a, 'Personal Skills Education' adalah pendidikan kecakapan yang perlu diberikan
kepada anak didik agar dapat mengembangkan kemampuan berdialog secara baik
dengan diri sendiri untuk mengaktualisasikan jati-dirinya sebagai manusia yang
menjadi khalifah atau wakil Sang Pencipta di planet bumi ini.
43
b. 'Social Skills Education' adalah pendidikan kecakapan yang perlu diberikan
kepada anak didik agar dapat mengembangkan kemampuan berdialog untuk bergaul
secara baik dengan sesama manusia.
c. 'Environmental Skills Education' adalah pendidikan kecakapan yang perlu
diberikan kepada anak didik agar dapat mengembangkan kemampuan berdialog secara
baik dengan lingkungan alam sekitamya, untuk menikmati keindahannya dan
menjaganya dari kerusakan-kerusakan karena ulahnya sendiri atau oleh manusia
lainnya, serta kemampuan untuk menjaga diri dari pengaruh-pengaruhnya.
d. 'Vocational atau Occupational Skills Education' adalah pendidikan kecakapan
yang perlu diberikan kepada anak didik agar dapat mengembangkan kemampuan
untuk menguasai dan menyenangi jenis pekerjaan tertentu. Jenis pekerjaan tertentu ini
bukan hanya merupakan pekerjaan utama yang akan ditekuni sebagai mata
pencaharian,yaitu menjadi bekal untuk bekerja mencari nafkah yang halal yang
merupakan salah satu kewajiban dalam menempuh perjalanan hidupnya di kelak
kemudian hari. Jenis pekerjaan tertentu dapat juga merupakan pekerjaan yang hanya
sekadar sebagai hobi.
3. Kecakapan untuk menemukan jati diri.
'Personal skills' atau kecakapan untuk memahami dan menguasai diri sendiri,
yaitu suatu kemampuan berdialog yang perlu dimiliki oleh seseorang untuk dapat
mengaktualisasikan jati diri dan menemukan kepribadian dengan cara menguasai serta
merawat raga dan sukma atau jasmani dan rohani. Oleh karena itu pada dasarnya
personal skills ini mencakup dua .macam kemampuan yang saling berpengaruh, yaitu
44
kemampuan yang bersifat ragawi atau jasmani atau 'physical' dan kemampuan yang
bersifat sukmawi atau rohani atau 'non-physical'. Kemampuan rohani ini dapat
dikategorikan ke dalam tiga cabang kemampuan yang menyatu sebagai inti
kemampuan kalbu yang bermoral pada diri seseorang, yaitu kemampuan yang bersifat
intelektual, yang bersifat emosional, dan yang bersifat spiritual.
a. Kemampuan physical
Kemampuan physical dapat digambarkan sebagai kecakapan seseorang untuk
menjaga kesehatan tubuh, raga atau jasmani sebagai tempat bersemayamnya roh.
Orang bijak mengatakan bahwa di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat.
Kemampuan ini sangat penting untuk dikuasai oleh setiap orang agar dia dapat
melaksanakan tugas dan fungsi untuk bergerak secara leluasa dan bebas hambatan dari
tempat yang satu ke tempat lainnya. Hasil dari kemampuan physical ini adalah daya
fisikyang prima pada diri seseorang. Wujud fisik yang prima antara lain adalah dapat
menangkal berbagai kemungkinan datangnya bermacam-macam penyakit yang
sewaktu-waktu dan secara leluasa ingin singgah ke dalam tubuhnya. Untuk itu
diperlukan pendidikan dan latihan-latihan jasmani dan kesehatan. Kalau ada
kelemahan, kesulitan atau hambatan dalam upaya penguasaan 'physical skills', maka
titik berat penanganannya perlu dimintakan bantuan kepada ahli olah raga, ahli
kesehatan atau kepada dokter.
b. Kemampuan intelektual
Kemampuan intelektual yang disebut juga kemampuan akal dapat digambarkan
sebagai kecakapan seseorang untuk menguasai cara berdialog dengan ilmu
45
pengetahuan sebagai alat untuk dapat menguak misteri dari berbagai keberadaan alam
fisik dan alam gaib yang telah disediakan oleh Sang Pencipta. Dengan menguasai ilmu
pengetahuan, daya fikir seseorang menjadi semakin terlatih untuk menemukan sumber
kebenaran melalui kemampuan berbahasa, kemampuan berhitung dan melihat
ruang, kemampuan menganalisis, dan kemampuan menganalogikan. Kemampuan
berbahasa adalah kemampuan untuk membaca, menulis, mendengarkan, bercerita,
mengungkapkan gagasan dan berkomunikasi. Kemampuan berhitung atau
kemampuan matematika adalah kemampuan untuk memahami angka, bidang, ruang
dan logika. Kemampuan menganalisis adalah kemampuan untuk menghubungkan
secara kritis satu fakta dengan fakta-fakta lainnya. Kemampuan menganalogikan
adalah kemampuan untuk mengambil kesimpulan dan berbagai informasi yang
tersedia. Untuk itu diperlukan pendidikan dan latihan-latihan berfikir yang benar
berdasarkan metode-metode yang telah diakui kesahihannya. Hasil yang diperoleh
dari kecakapan intelektual adalah daya intelektual, daya nalar atau daya fikir yang
tajam pada diri seseorang yang membuahkan antara lain: munculnya kemampuan daya
kreatifitas untuk memecahkan masalah-masalah yang muncul dalam kehidupan sehari-
hari, untuk menciptakan berbagai karya seni, untuk mewujudkan buah pikiran baik
secara lisan maupun tertulis, dsb. Kalau ada kelemahan, kesulitan atau hambatan
dalam upaya penguasaan kemampuan intelektual, maka titik berat penanganannya
perlu dimintakan bantuan kepada ahli pendidikan atau kepada guru.
46
c. Kemampuan emosional
Kemampuan emosional yang disebut juga kemampuan rasa dapat
digambarkan sebagai kecakapan seseorang untuk menguasai cara menghadapi,
cara berhubungan atau cara berdialog dengan perasaannya sendiri sebagai ciptaan
Tuhan yang diberi martabat mulia menjadi khalifah atau wakil Tuhan di planet bumi.
Kecakapan untuk berdialog dengan perasaannya sendiri sangat diperlukan oleh
seseorang untuk mampu meredam keinginan ego yang tidak terbatas dan selalu ingin
berkuasa, mampu menata kekesalan dan kemarahan. Hasil yang diperoleh dari
kecakapan untuk berdialog dengan perasaan secara umum adalah pemahaman
tentang diri sendiri yang memiliki berbagai macam kelemahan dan kekurangan, akan
tetapi juga memiliki beragam kekuatan dan kelebihan.
Kemampuan emosional juga dapat menghasilkan daya perasaan pada diri seseorang
yang dapat berwujud antara lain: bercita-cita, bersikap toleran, tidak sombong,
menurut aturan, komitmen yang kuat, rendah hati, menerima kekurangan, perasaan
Dengan motto Kreatif, Tangguh dan Beriman, unit Surviva memberikan
materi pengetahuan alam, dasar-dasar kepanduan dan belajar hidup mandiri.
Tujuannya adalah adik dapat belajar hidup mandiri, tangguh dan kreatif dalam
132
menghadapi setiap tantangan alam serta mengenal alam guna mengagungkan asma
Allah.
Model Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses
pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna
materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari
(konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/
ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif
pemahamannya. CTL disebut pendekatan kontektual karena konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
masyarakat.
Berdasarkan model yang digunakan setiap unit diatas maka PAS Salman ITB
sebagai pendidikan luar sekolah menggunakan konsep pendidikan kecakapan untuk
hidup ( life skills education ) yaitu:
a. 'Personal Skills Education' adalah pendidikan kecakapan yang diberikan kepada
adik bimbingan agar dapat mengembangkan kemampuan berdialog secara baik
dengan diri sendiri untuk mengaktualisasikan jati-dirinya sebagai manusia yang
menjadi khalifah atau wakil Sang Pencipta di muka bumi ini.
b. 'Social Skills Education' adalah pendidikan kecakapan yang diberikan kepada
adik bimbingan agar dapat mengembangkan kemampuan berdialog untuk bergaul
secara baik dengan sesama manusia.
133
c. 'Environmental Skills Education' adalah pendidikan kecakapan yang diberikan
kepada adik bimbingan agar dapat mengembangkan kemampuan berdialog secara
baik dengan lingkungan alam sekitamya, untuk menikmati keindahannya dan
menjaganya dari kerusakan-kerusakan karena ulahnya sendiri atau oleh manusia
lainnya, serta kemampuan untuk menjaga diri dari pengaruh-pengaruhnya.
d. 'Vocational atau Occupational Skills Education' adalah pendidikan kecakapan
yang diberikan kepada adik bimbingan agar dapat mengembangkan
kemampuan untuk menguasai dan menyenangi jenis kegiatan tertentu.
Keempat jenis kecakapan ini, yaitu 'personal skills', 'social skills',
'environmental skills' dan 'vocational skills' bersifat komplementer, saling melangkapi
antara yang satu dengan yang lainnya.
Pendidikan non formal untuk mengembangkan keempat spektrum life skills' itu
menghasilkan model kerangka struktur program PAS Salman ITB yang bisa dilihat
dibawah ini:
134
MODEL KERANGKA STRUKTUR PROGRAM PAS SALMAN ITB
MELALUI KONSEP "LIFE SKILLS EDUCATIONS"
No BIDANG LIFE SKILLS MATA PELAJARAN INTI
KONTRIBUSI JAM
UNTUK LIFE SKILLS
PER MINGGU
Personal Skills :
Physical skills Perisai Diri (PD) 2 Jam
Intellectual Skills Bocah Kreatif (Bokre) 2 Jam
Emotional Skills Apresiasi Teater dan Musik
Kesenian (Asterix) 2 Jam
1.
Spritual Skills Semua unit kegiatan 2 Jam
2. Social Skills : Semua unit kegiatan 2 Jam
3. Environmental Skills : Surviva, PD 2 Jam
Bokre 2 Jam 4. Vocational Skills :
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan di atas tentang model
pendidikan luar sekolah bagi anak usia SD di “SD PAS” Salman ITB Bandung,
maka dalam skripsi ini penulis mengemukakan saran:
135
Bahwa pendidikan tidak hanya dibatasi oleh pendidikan formal di sekolah
saja, akan tetapi pendidikan nonformalpun akan jauh lebih baik apabila
diorganisir dengan baik oleh ahlinya. Saran buat para Pembina terutama pengurus
“SD PAS” Salman ITB kegiatan ini bagus, akan tetapi diharapkan agar ada
Pembina tetap untuk mengurus kegiatan “SD PAS” misalnya 3 orang yang
menetap untuk memanage, akan tetapi kader untuk calon Pembina tetap ada.
Tujuan Pembina tetap yaitu untuk membina para kader. Kegiatan PAS ini sangat
bagus, semoga kegiatan model PLS “SD PAS” yang ada di ITB bisa ditiru dan
disosialisasikan oleh PLS-PLS yang ada di Indonesia terutama di daerah
Bandung, dengan cara membukukan mulai dari proses pembelajan pra kbm
sampai kegiatan dan evaluasi, kurikulum yang digunakan, silabus, dsb
C. Penutup
Alhamdulillahirabbilalamin penyusunan skripsi tentang “model
pendidikan luar sekolah untuk anak usia SD (studi eksploratif terhadap “SD
PAS” Salman ITB Bandung)” telah selesai disusun. Besar harapan kami semoga
karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat, memicu dan memotivasi bagi masyarakat
pada umunya, khususnya bagi penilis untuk dapat mendirikan model pendidikan
luar sekolah sebagaimana yang dilakukan oleh SD Pembinaan Anak Salman ITB
Bandung. Amien
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan Terjemah, 2000, Departemen Agama Republik Indonesia,
Diponegoro, Bandung.
Aqib Zainal, 2008, Sekolah Ramah Anak Mencegah kekerasan Dalam Sekolah,
YramaWidya,Bandung.
Bahri Djamarah, Syaiful Drs, 2002, Psikologi Belajar, Rineka Cipta, Jakarta.
Faisal Sanapiah, 1981, Pendidikan Luar Sekolah , CV Usaha Nasional, Surabaya.
Joesoef Soelaiman, 2004, Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah, PT. Bumi
Aksara, Jakarta
Komar, Oong Dr M.Pd, 2006, Filsafat Pendidikan Nonformal, CV Pustaka Setia,
Bandung.
Kurdie Syuaeb, 2002, Pendidikan Luar Sekolah, CV Alawiyah, Cirebon
Putri, I.M, 2002. Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, Gresindo Press,
Surabaya.
R Subantari, 2005, Bahasa Indonesia Ragam Karya Tulis Ilmiah, Unisba.
Sanjaya Wina Dr M.Pd, 2006, Strategi Pembelajaran Berorientai Standar
Proses
Pendidikan, Prenada Media, Jakarta.
Soedomo M, 1989, Pendidikan Luar Sekolah Ke Arah Pengembangan Sistem
BelajarMasyarakat, Depdikbud.
Sudjana H.D, 2000, Strategi Pembelajaran Dalam Pendidikan Luar Sekolah, Falah
Production, Bandung.
Sudjana H.D, 2000, Pendidikan Luar Sekolah. Bandung: Falah Production.
Sudjana H.D, 2001, Pendidikan Luar Sekolah Wawasan, Sejarah
Perkembangan, Falsafah & Teori Pendukung, Serta Asas, Fatah Production,
Bandung.
Suryosubroto B, 1997, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, Rineka Cipta, Jakarta.
Syah, Muhaibin, 2002, Psikologi Pendidikan, PT.Remaja Rosdakarya, Bandung.
Syah Muhaibin, 2003, Psikologi Belajar, PT.Raja Gravindo Persada, Jakarta.
Tafsir Ahmad, 2003, Penuntun Penyususnan Rencana Penelitian dan
Penulisan Skripsi Bidang Ilmu Agama, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas, 2006,
Citra Umbara, Bandung.
Uno, Hamzah B, 2007, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar
yang Kreatif dan Efektif, Bumi Aksara, Jakarta.
Utami Munandar Prof. Dr, 1999, Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat, PT.
Rineka Cipta, Jakarta.
Winkel, 1984, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, Gramedia, Jakarta.
Zulkifli Drs, 2001, Psikologi Perkembangan, PT.Remaja Rosdakarya, Bandung.
RIWAYAT PENULIS Nama : Roswati Npm : 10030105013 Ttl : Bandung, 17 Juni 1986 Nama Ibu : Imas Karyati Nama Ayah : Suherman Alamat : Jl. Rancabentang Dalam Rt.03 Rw. 06 No. 120 C Ciumbuleit Bandung 40142 No Tlp : (022) 2041907 / 08997966294
A. Riwayat Pendidikan : JENJANG PENDIDIKAN TAHUN KETERANGAN
1. SD Ciumbuleuit III 1993-1999 Berijazah 2. SLTP.N 12 Bandung 1999-2002 Berijazah 3. MAN Darussalam Ciamis 2002-2005 Berijazah 4. S1 Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan
Agama Islam UNISBA 2005-2009 Berijazah
B. Riwayat Pekerjaan
PEKERJAAN TEMPAT TAHUN 1. Mengajar TK Baitussholihin 2005-2006 2. Mengajar Privat Jl. Kiputih 2007-2008 3. Mengajar TK /TPA Darussholihin 2008-Sekarang
C. Pengalaman Berorganisasi NAMA ORGANISASI JABATAN TAHUN
1. Pramuka Anggota 1999-2000 2. Teater Dubel’s Anggota 2000 3. Pramuka Dewan Ambalan 2002-2003 4. BSM (Bulan Sabit Merah) Darussalam Bendahara 2003-2004 5. Malta (Majelis Al Ulum Wattakapul) Bendahara 2004-2005 6. IKDAS Priangan Anggota 2002-2005 7. IKADA Anggota 2005- Sekarang 8. BEM Fakultas Tarbiyah Kaderisasi 2006-2007 9. Dam Fakultas Tarbiyah Komisi B 2008-2009 10. PHPPKM Al Asayari Divisi TK 2006