Top Banner
58

 · 2 kadar hormon progesteron yang rendah dan kadar hormon estrogen yang berlebihan sebelum menstruasi (Suparman, 2011). Berdasarkan studi epidemiologi angka kejadian dari premenstrual

Apr 08, 2019

Download

Documents

vuongthien
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1:  · 2 kadar hormon progesteron yang rendah dan kadar hormon estrogen yang berlebihan sebelum menstruasi (Suparman, 2011). Berdasarkan studi epidemiologi angka kejadian dari premenstrual
Page 2:  · 2 kadar hormon progesteron yang rendah dan kadar hormon estrogen yang berlebihan sebelum menstruasi (Suparman, 2011). Berdasarkan studi epidemiologi angka kejadian dari premenstrual
Page 3:  · 2 kadar hormon progesteron yang rendah dan kadar hormon estrogen yang berlebihan sebelum menstruasi (Suparman, 2011). Berdasarkan studi epidemiologi angka kejadian dari premenstrual
Page 4:  · 2 kadar hormon progesteron yang rendah dan kadar hormon estrogen yang berlebihan sebelum menstruasi (Suparman, 2011). Berdasarkan studi epidemiologi angka kejadian dari premenstrual
Page 5:  · 2 kadar hormon progesteron yang rendah dan kadar hormon estrogen yang berlebihan sebelum menstruasi (Suparman, 2011). Berdasarkan studi epidemiologi angka kejadian dari premenstrual
Page 6:  · 2 kadar hormon progesteron yang rendah dan kadar hormon estrogen yang berlebihan sebelum menstruasi (Suparman, 2011). Berdasarkan studi epidemiologi angka kejadian dari premenstrual
Page 7:  · 2 kadar hormon progesteron yang rendah dan kadar hormon estrogen yang berlebihan sebelum menstruasi (Suparman, 2011). Berdasarkan studi epidemiologi angka kejadian dari premenstrual
Page 8:  · 2 kadar hormon progesteron yang rendah dan kadar hormon estrogen yang berlebihan sebelum menstruasi (Suparman, 2011). Berdasarkan studi epidemiologi angka kejadian dari premenstrual
Page 9:  · 2 kadar hormon progesteron yang rendah dan kadar hormon estrogen yang berlebihan sebelum menstruasi (Suparman, 2011). Berdasarkan studi epidemiologi angka kejadian dari premenstrual
Page 10:  · 2 kadar hormon progesteron yang rendah dan kadar hormon estrogen yang berlebihan sebelum menstruasi (Suparman, 2011). Berdasarkan studi epidemiologi angka kejadian dari premenstrual
Page 11:  · 2 kadar hormon progesteron yang rendah dan kadar hormon estrogen yang berlebihan sebelum menstruasi (Suparman, 2011). Berdasarkan studi epidemiologi angka kejadian dari premenstrual
Page 12:  · 2 kadar hormon progesteron yang rendah dan kadar hormon estrogen yang berlebihan sebelum menstruasi (Suparman, 2011). Berdasarkan studi epidemiologi angka kejadian dari premenstrual
Page 13:  · 2 kadar hormon progesteron yang rendah dan kadar hormon estrogen yang berlebihan sebelum menstruasi (Suparman, 2011). Berdasarkan studi epidemiologi angka kejadian dari premenstrual
Page 14:  · 2 kadar hormon progesteron yang rendah dan kadar hormon estrogen yang berlebihan sebelum menstruasi (Suparman, 2011). Berdasarkan studi epidemiologi angka kejadian dari premenstrual

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pubertas merupakan masa peralihan masa kanak-kanak dan masa dewasa.

Pubertas dimulai dari awal berfungsinya ovarium sudah berfungsi mantap dan

teratur. Pubertas pada wanita mulai kira-kira pada umur 10-19 tahun. Kejadian

penting pada masa pubertas anak gadis adalah pertumbuhan badan yang cepat,

menarche dan perubahan fisik. Perkembangan ini disebabkan oleh estrogen

(Yanti, 2011).

Penelitian yang dilakukan oleh Pelayanan Kesehatan Remaja (PKRR)

dibawah naungan WHO tahun 2005 menyebutkan bahwa permasalahan

mengenai gangguan premenstrual seperti pola siklus haid, disminorhea dan

premenstrual syndrom (PMS) sebesar 38,45%, masalah gizi yang berhubungan

dengan anemia sebesar 20,3%, gangguan belajar sebesar 19,7% gangguan

psikologi sebesar 0,7%, serta masalah kegemukan sebesar 0,5%

(Setyaningsih dalam Monica 2008).

Banyak wanita yang mengalami keluhan-keluhan terdiri dari gangguan

fisik dan emosional berupa gelisah, susah tidur, mudah marah, tumbuh jerawat,

mual dan nyeri pada payudara yang biasanya dimulai satu minggu sampai

beberapa hari sebelum datangnya haid dan menghilang sesudah haid datang,

yang secara medis disebut dengan premenstrual syndrome. Ada banyak faktor

yang diduga menjadi penyebab timbulnya premenstrual syndrome antara lain

Page 15:  · 2 kadar hormon progesteron yang rendah dan kadar hormon estrogen yang berlebihan sebelum menstruasi (Suparman, 2011). Berdasarkan studi epidemiologi angka kejadian dari premenstrual

2

kadar hormon progesteron yang rendah dan kadar hormon estrogen yang

berlebihan sebelum menstruasi (Suparman, 2011).

Berdasarkan studi epidemiologi angka kejadian dari premenstrual

syndrome sekitar 80%. Menunjukkan kurang lebih 20% dari wanita usia

reproduksi mengalami gejala premenstrual syndrome sedang sampai berat.

Sekitar 3-8% memiliki gejala hingga parah yang disebut premenstrual dysporic

disorder (PMDD) (Freeman, 2007). Sedangkan menurut wikipedia (2010),

sekitar 80-95% wanita pada usia reproduksi mengalami gejala-gejala

premenstrual yang dapat mengganggu beberapa aspek dalam kehidupannya.

Gejala tersebut diperkirakan dan biasa terjadi secara regular pada dua minggu

periode sebelum menstruasi, hal ini dapat hilang begitu dimulainya menstruasi

namun dapat pula berlanjut setelahnya.

Berdasarkan Essel (2007), dalam suatu penelitian terhadap 384 wanita yang

berusia 15 tahun melaporkan bahwa 14% dari wanita tersebut mengalami PMS.

Sedangkan pada penelitian di Indonesia yang disponsori oleh WHO pada tahun

1981 menunjukkan bahwa gejala premenstrual dialami oleh 23% wanita

Indonesia. Berdasarkan penelitian Cristianty dalam Monica (2010), di Indonesia

prevalensi premenstrual syndrome pada siswa SMA di Surabaya sebanyak

39,2% mengalami gejala berat dan 60,8% mengalami gejala ringan.

Studi pendahuluan yang dilakukan di SMP Negeri 1 Karangmalang Sragen

kelas VIII pada bulan Oktober 2013 diperoleh data jumlah siswa sebanyak 249

siswa, dengan perbandingan siswa laki-laki sebanyak 106 orang dan jumlah

siswi perempuan sebanyak 143 orang. Hasil wawancara pada 10 siswi di SMP

Page 16:  · 2 kadar hormon progesteron yang rendah dan kadar hormon estrogen yang berlebihan sebelum menstruasi (Suparman, 2011). Berdasarkan studi epidemiologi angka kejadian dari premenstrual

3

Negeri 1 Karangmalang yang sudah mengalami menstruasi, didapatkan 2 siswi

(20%) pada kategori baik, 5 siswi (50%) pada kategori cukup dan 3 siswi (30%)

pada kategori kurang.

Dari uraian latar belakang di atas peneliti tertarik untuk meneliti tentang

“ Sikap Remaja Putri Kelas VIII Dalam Menghadapi Premenstrual Syndrome di

SMP Negeri 1 Karangmalang Sragen”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan

masalah penelitian sebagai berikut :”Bagaimana Sikap Remaja Putri Kelas VIII

Dalam Menghadapi Premenstrual Syndrome di SMP Negeri 1 Karangmalang

Sragen?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Menggambarkan sikap remaja putri dalam menghadapi premenstrual

syndrome kelas VIII di SMP Negeri 1 Karangmalang Sragen.

2. Tujuan Khusus

a. Menggambarkan sikap remaja putri kelas VIII dalam menghadapi

premenstrual syndrome di SMP Negeri 1 Karangmalang Sragen pada

kategori baik.

b. Menggambarkan sikap remaja putri kelas VIII dalam menghadapi

premenstrual syndrome di SMP Negeri 1 Karangmalang Sragen pada

kategori cukup.

Page 17:  · 2 kadar hormon progesteron yang rendah dan kadar hormon estrogen yang berlebihan sebelum menstruasi (Suparman, 2011). Berdasarkan studi epidemiologi angka kejadian dari premenstrual

4

c. Menggambarkan sikap remaja putri dalam menghadapi premenstrual

syndrome kelas VIII di SMP Negeri 1 Karangmalang Sragen pada

kategori kurang.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini memberikan pengetahuan dan wawasan keilmuan bagi

penulis dan pembaca dalam penanganan gangguan menstruasi.

2. Manfaat praktis

a. Bagi remaja

Sebagai sumber informasi dan bahan masukan bagi remaja

mengenai sikap dalam menghadapi premenstrual syndrome

b. Bagi tempat penelitian

Dapat dijadikan bahan bacaan di perpustakaan dan sebagai bahan

masukan bagi sekolah tersebut untuk memberikan informasi seputar

masalah premenstrual syndrome.

c. Bagi Peneliti

Dapat secara langsung mempraktikkan apa yang sudah didapatkan

selama kuliah dan penelitian ini dapat menambah wawasan,

pengetahuan bagi peneliti, serta mengetahui bagaimana sikap remaja

putri dalam menghadapi premenstrual syndrome.

d. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat dijadikan bahan bacaan dan wawasan bagi mahasiswa

kesehatan khususnya mahasiswa kebidanan dalam hal pengembangan

Page 18:  · 2 kadar hormon progesteron yang rendah dan kadar hormon estrogen yang berlebihan sebelum menstruasi (Suparman, 2011). Berdasarkan studi epidemiologi angka kejadian dari premenstrual

5

dan pemahaman ilmu kebidanan khususnya tentang premenstrual

syndrome serta sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian yang akan

datang.

E. Keaslian Penelitian

1. Zulaika F (2010), Universitas Sebelas Maret dengan judul “Hubungan

Tingkat Pengetahuan Reproduksi Remaja Putri Terhadap Sikap Menghadapi

Premenstrual Syndrome Di SMA Negeri 5 Surakarta. Penelitian ini adalah

penelitian observasional. Hasil dari penelitian ini terdapat hubungan yang

signifiakan antara pengetahuan kesehatan terhadap sikap menghadapi

Premenstrual Syndrome di SMA Negeri 5 Surakarta. Semakin baik

pemgetahuan tentang kesehatan reproduksi maka semakin positif pula sikap

menhadapi Premenstrual Syndrome (PMS). Pada penelitian ini sama-sama

membahas tentang Sindrom Premenstruasi (PMS) pada remaja.

Perbedaannya adalah penelitian yang membahas tentang hubungan tingkat

pengetahuan reproduksi remaja putri terhadap sikap dalam menghadapi

Sindrom Premenstruasi (PMS). Sedangkan dalam penelitian yang peneliti

lakukan mengambarkan sikap remaja dalam menghadapi premenstrual

syndrome (PMS).

2. Nurhayati E (2012), Universitas Muhammadiyah Ponorogo dengan judul

“perilaku remaja putri dalam mengatasi premenstrual syndrome (PMS) di

SMP Negeri 4 Ngrayun Ponorogo. Desain penelitian ini adalah deskriptif

yang bertujuan untuk mengetahui perilaku remaja dalam mengatasi Sindrom

Premenstruasi. Dari hasil penelitian ini terdapat remaja putri. Perbedaannya

Page 19:  · 2 kadar hormon progesteron yang rendah dan kadar hormon estrogen yang berlebihan sebelum menstruasi (Suparman, 2011). Berdasarkan studi epidemiologi angka kejadian dari premenstrual

6

adalah penelitian yang membahas perilaku remaja putri dalam mengatasi

premenstrual syndrome (PMS). Sedangkan penelitian yang peneliti lakukan

adalah bagaimana sikap remaja putri dalam mengatasi premenstrual

syndrome (PMS).

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam karya tulis ilmiah adalah :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan isi karya tulis ilmiah secara singkat melalui latar

belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

keaslian penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan teori medis tentang sikap, remaja putri, premenstrual

syndrome, kerangka teori dan kerangka konsep.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisi tentang jenis dan rancangan penelitian, lokasi

penelitian, populasi, sampel dan tekhnik pengambilan sampel,

instrumen penelitian, pengumpulan data, variabel penelitian, definisi

operasional, metode pengolahan data dan analisis data serta etika

penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan dibahas tentang gamabaran umum penelitian,

hasil penelitian tentang sikap remaja putri, pembahasan dan

keterbatasan dalam penelitian.

Page 20:  · 2 kadar hormon progesteron yang rendah dan kadar hormon estrogen yang berlebihan sebelum menstruasi (Suparman, 2011). Berdasarkan studi epidemiologi angka kejadian dari premenstrual

7

BAB V PENUTUP

Dalam bab terakhir ini berisi kesimpulan dan saran-saran yang

ditujukan bagi Sekolah Menengah Pertama, bagi STIKes Kusuma

Husada Surakarta, Bagi Tenaga Kesehatan, dan bagi peneliti

selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 21:  · 2 kadar hormon progesteron yang rendah dan kadar hormon estrogen yang berlebihan sebelum menstruasi (Suparman, 2011). Berdasarkan studi epidemiologi angka kejadian dari premenstrual

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan teori

1. Sikap

a. Pengertian

Menurut Notoatmodjo dalam Wawan dkk (2011), sikap adalah

merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap

suatu stimulus atau objek. Pandangan-pandangan atau perasaan yang

disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai objek yang dihadapi

(Purwanto dalam Wawan dkk, 2011).

b. Komponen sikap

Menurut Walgito (2003), sikap itu mempunyai 3 komponen :

1) Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek

(komponen kognitif).

2) Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek

(komponen efektif).

3) Kecenderungan untuk bertindak (komponen konatif).

c. Tingkatan sikap

Menurut Notoatmodjo dalam Wawan dkk (2011), sikap terdiri

dari berbagai tingkatan yaitu :

1) Menerima (receiving)

Menerima, diartikan bahwa orang (subyek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya, sikap

Page 22:  · 2 kadar hormon progesteron yang rendah dan kadar hormon estrogen yang berlebihan sebelum menstruasi (Suparman, 2011). Berdasarkan studi epidemiologi angka kejadian dari premenstrual

9

orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian itu

terhadap mceramah – ceramah.

2) Merespons (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari

sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau

mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau

salah adalah berarti orang menerima ide tersebut.

3) Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan

dengan orang lain terhadap suatu masalah.

4) Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan

segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

d. Ciri – Ciri Sikap

Menurut Walgito (2003), ciri – ciri sikap adalah :

1) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan terbentuk dalam

perkembangan individu yang bersangkutan.

2) Sikap itu selalu berhubungan dengan objek sikap, hubungan yang

positif atau negatif antara individu dengan objek tertentu, akan

menimbulkan sikap tertentu pula dari individu terhadap objek

tersebut.

3) Sikap dapat tertuju pada satu objek saja, tetapi juga dapat tertuju

Page 23:  · 2 kadar hormon progesteron yang rendah dan kadar hormon estrogen yang berlebihan sebelum menstruasi (Suparman, 2011). Berdasarkan studi epidemiologi angka kejadian dari premenstrual

10

pada sekumpulan objek-objek.

4) Sikap itu dapat berlangsung lama atau sebentar tergantung seberapa

dalam sikap itu terbentuk.

5) Sikap itu mengandung faktor perasaan dan motivasi.

e. Sifat sikap

Menurut purwanto dalam Wawan dkk (2011), sikap dapat berifat

positif dan bersifat negatif :

1) Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati,

menyenangi, menyenangi, mengharapkan objek tertentu.

2) Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi,

menghindari, membenci, serta tidak menyukai objek tertentu.

f. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap menurut Wawan

dkk (2011), antara lain :

1) Pengalaman pribadi

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman

pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap

akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut

terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.

2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap

yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap

penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan

Page 24:  · 2 kadar hormon progesteron yang rendah dan kadar hormon estrogen yang berlebihan sebelum menstruasi (Suparman, 2011). Berdasarkan studi epidemiologi angka kejadian dari premenstrual

11

untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan

orang yang dianggap penting tersebut.

3) Pengaruh kebudayaan

Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis

pengarah sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah

mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah

yang memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat

asuhannya.

4) Media massa

Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media

komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan

secara objektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya,

sehingga akan berakibat terhadap sikap konsumen.

5) Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan

lembaga sangat menentukan sistem kepercayaan, sehingga konsep

tersebut mempengaruhi sikap.

6) Faktor emosional

Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari

emosi yang berfungsi sebagai penyalur frustasi atau pengalihan

bentuk mekanisme pertahanan ego.

g. Cara Pengukuran Sikap

Page 25:  · 2 kadar hormon progesteron yang rendah dan kadar hormon estrogen yang berlebihan sebelum menstruasi (Suparman, 2011). Berdasarkan studi epidemiologi angka kejadian dari premenstrual

12

Pengukuran sikap dilakukan dengan secara langsung dan tidak

langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau

pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung

dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis kemudian

ditanyakakan pendapat responden melalui kuesioner (Walgito, 2003).

Menurut Hadi dalam Wawan dkk, (2011). Ada beberapa faktor

yang mempengaruhi hasil pengukuran sikap yaitu :

1) Keadaan obyek yang di ukur

2) Situasi pengukuran

3) Alat ukur yang digunakan

4) Penyelenggaraan pengukuran

5) Pembacaan dan penilaian pengukuran

2. Remaja

a. Pengertian

Remaja, yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal

dari bahasa Latin adolescere yang artinya “tumbuh” atau tumbuh

menjadi dewasa”. Saat ini mempunyai arti luas yang mencakup

kematangan mental, emosional, sosial dan fisik

(proverawati dkk, 2009).

Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya

perubahan fisik, emosi dan psikis. Menurut WHO, disebut remaja

Page 26:  · 2 kadar hormon progesteron yang rendah dan kadar hormon estrogen yang berlebihan sebelum menstruasi (Suparman, 2011). Berdasarkan studi epidemiologi angka kejadian dari premenstrual

13

apabila anak telah mencapai usia 10-18 tahun. Menurut Depkes RI dan

BKKBN adalah antara 10 sampai 19 tahun dan belum kawin

(Widyastuti, 2009).

Menurut Sarwono (2007), remaja adalah suatu masa ketika:

1) Individu yang berkembang dari saat pertama kali menunjukkan

tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat mencapai

kematangan seksual.

2) Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi

dari kanak-kanak menjadi dewasa.

3) Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh

kepada keadaan yang relatif mandiri.

b. Perubahan Fisik pada Remaja

Menurut Widyastuti (2009), urutan perubahan-perubahan fisik

pada remaja adalah :

1) Pertumbuhan tulang-tulang (badan menjadi tinggi, anggota-anggota

badan menjadi panjang). Pinggul berkembang, membesar dan

membulat. Payudara membesar dan puting susu menonjol. Hal ini

terjadi secara harmonis sesuai pula dengan berkembang dan makin

besarnya kelenjar susu sehingga payudara menjadi lebih besar dan

lebih bulat.

2) Tumbuh bulu yang halus dan lurus berwarna gelap di kemaluan,

setelah pinggul dan payudara mulai berkembang.

Page 27:  · 2 kadar hormon progesteron yang rendah dan kadar hormon estrogen yang berlebihan sebelum menstruasi (Suparman, 2011). Berdasarkan studi epidemiologi angka kejadian dari premenstrual

14

3) Mencapai pertumbuhan ketinggian badan yang maksimal setiap

tahunnya.

4) Bulu kemaluan menjadi keriting

5) Haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus,

disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium.

6) Tumbuh bulu-bulu ketiak

c. Perubahan Psikologi pada Remaja

Tertarik pada lawan jenis, cemas, mudah sedih, lebih perasa,

menarik diri, pemalu dan pemarah (Romauli, 2009). Sensitif atau peka

misalnya mudah menangis, cemas, frustasi dan sebaliknya bisa tertawa

tanpa alasan yang jelas. Utamanya sering terjadi pada remaja puteri,

lebih-lebih sebelum menstruasi (Widyastuti, 2009)

3. Premenstrual Syndrome (Sindrom Premenstruasi)

a. Pengertian

Menurut Saryono dkk (2009), premenstrual syndrome adalah

gangguan siklus yang umum terjadi pada wanita muda dan pertengahan,

ditandai dengan gejal fisik dan emosional yang konsisten. Nama lain

PMS adalah PreMenstrual Tension yang merupakan kumpulan gejala

fisik, psikologis, dan emosi yang terkait dengan siklus menstruasi

wanita (Wijaya, 2008). Sindrom premenstruasi adalah kumpulan gejala

yang timbul saat menjelang haid yang menyebabkan gangguan pada

pekerjaan dan gaya hidup seseorang (Agustina, 2010).

Page 28:  · 2 kadar hormon progesteron yang rendah dan kadar hormon estrogen yang berlebihan sebelum menstruasi (Suparman, 2011). Berdasarkan studi epidemiologi angka kejadian dari premenstrual

15

b. Etiologi

Ada banyak faktor yang diduga menjadi penyebab timbulnya PMS

diantaranya kadar hormon progesteron yang rendah, kadar hormon

estrogen yang berlebihan, perubahan ratio kadar hormon estrogen/

progesteron, dan peningkatan aktivitas hormon aldosteron, renin-

angiotensin serta hormon adrenal. Selain itu, juga diduga ada faktor

endogenous endorphin withdrawal, hipoglikemi, defisiensi vitamin dan

mineral (A, E, B6, kalsium), sekresi prolaktin yang berlebih, dan faktor

genetik (Agustina, 2010).

c. Gejala

Menurut Agustina (2010), dikelompokkan ke dalam tiga

symptoms yaitu :

1) Behavior symptoms

Gejala ini mencakup lelah, insomnia (susah tidur), makan

berlebihan, dan perubahan gairah seksual.

2) psychologic symptoms

Gejala psikologi meliputi mudah tersinggung, mudah marah,

depresi, mudah sedih, cengeng, cemas, susah konsentrasi, bingung

sulit istirahat dan merasa kesepian.

3) physical symptoms

Secara fisik muncul juga gejala sakit kepala, payudara bengkak

serta teraba keras, nyeri punggung, nyeri perut dan rasa penuh,

Page 29:  · 2 kadar hormon progesteron yang rendah dan kadar hormon estrogen yang berlebihan sebelum menstruasi (Suparman, 2011). Berdasarkan studi epidemiologi angka kejadian dari premenstrual

16

bengkak pada kaki dan tangan, mual, nyeri otot dan persendian

d. jenis – jenis premenstrual syndrome

Menurut Saryono dkk (2009), jenis-jenis premenstrual syndrome

antara lain :

1). PMS tipe A (Anxiety)

PMS tipe A ditandai dengan gejala seperti rasa cemas, sensitif,

saraf tegang, perasaan labil, gejala ini timbul akibat

ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron. Pada

penderita ini sebaiknya banyak mengkonsumsi makanan berserat

dan mengurangi atau membatasi minum kopi.

2). PMS tipe H (Hyperhydration)

PMS tipe H ditandai dengan gejala edema (pembengkakan)

perut kembung, nyeri pada buah dada, pembengkakan pada tangan

dan kaki, peningkatan berat badan sebalum haid. Pembengkakan itu

terjadi akibat berkumpulnya air dan jaringan di luar sel (ekstrasel)

karena tingginya asupan gula dan garam. Pada penderita ini

sebaiknya mengurangi asupan garam dan gula pada diet makanan

serta membatasi minum sehari-hari.

3). PMS tipe C (craving)

PMS tipe C ditandai dengan rasa lapar ingin mengkonsumsi

makanan yang manis-manis (biasanya coklat) dan karbohidrat

sederhana (biasanya gula). Rasa ingin menyantap makanan manis

dapat disebabkan oleh stress, tinggi garam dalam diet makanan

Page 30:  · 2 kadar hormon progesteron yang rendah dan kadar hormon estrogen yang berlebihan sebelum menstruasi (Suparman, 2011). Berdasarkan studi epidemiologi angka kejadian dari premenstrual

17

tidak terpengaruhinya asam lemak esensial (omega 6), kurangnya

magnesium.

4). PMS tipe D (Depression)

PMS tipe D ditandai dengan gejala rasa depresi, ingin

menangis, lemah, gangguan tidur, pelupa, bingung, sulit dalam

mengucapkan kata-kata (verbalisasi) bahkan kadang-kadang

muncul rasa ingin bunuh diri atau mencoba bunuh diri.

e. Diagnosis

Menurut Agustina (2010), kriteria diagnostik PMS sedikitnya

terjadi dalam waktu lima hari sebelum menstruasi selama tiga siklus

haid, kemudian gejala tersebut menghilang dalam waktu empat hari

sejak awal haid dan tidak kambuh setidaknya hingga hari ke-13 siklus

haid. Gejala PMS yang bisa timbul antara lain cemas, cepat marah,

berat badan bertambah, payudara sakit, abdomen terasa penuh, nafsu

makan bertambah, depresi, insomnia (Baradera, 2007). Dan menurut

Saryono dkk (2009), tiga kunci utama untuk mendiagnosis

premenstrual syndrome adalah gejala sesuai dengan premenstrual

syndrome, waktu kejadian konsisten hanya selama fase luteal dari

siklus menstruasi dan efek negatif gejala pada fungsi dan gaya hidup.

f. Faktor-faktor yang mempengaruhi resiko terjadinya premenstrual

syndrom

Faktor-faktor yang meningkatkan resiko premenstrual syndrom

menurut Saryono dkk (2009), antara lain :

Page 31:  · 2 kadar hormon progesteron yang rendah dan kadar hormon estrogen yang berlebihan sebelum menstruasi (Suparman, 2011). Berdasarkan studi epidemiologi angka kejadian dari premenstrual

18

1) Wanita yang pernah melahirkan

PMS semakin berat setelah melahirkan bebrapa anak, terutama

bila pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi.

2) Status perkawinan

Wanita yang sudah menikah lebih banyak mengalami PMS

dibandingkan dengan yang belum.

3) Usia

PMS semakin sering dan mengganggu dengan bertambahnya usia.

4) Stress

Faktor stress memperberat gangguan PMS.

5) Diet

Faktor kebiasaan makan seperti tinggi gula dan makanan olahan

memperberat gejala PMS.

6) Kekurangan zat-zat gizi, seperti kurang vitamin B terutama B6,

vitamin C, magnesium, zat besi, seng. Kebiasaan merokok dan

minum alkohol juga dapat memperberat gejala PMS.

7) Keadaan fisik

Kurang olahraga dan beraktivitas fisik menyebabkan semakin

beratnya PMS.

g. Penanganan

Menurut Proverawati (2009), ada beberapa jenis penanganan

dalam mengatasi premenstrual syndrom antara lain :

1) Mengkonsumsi pil kontrasepsi oral.

Page 32:  · 2 kadar hormon progesteron yang rendah dan kadar hormon estrogen yang berlebihan sebelum menstruasi (Suparman, 2011). Berdasarkan studi epidemiologi angka kejadian dari premenstrual

19

2) Obat anti cemas, seperti Selective Serotonin Reuptake Inhibitors

(SSRIs), yang dapat digunakan setiap hari atau selama 14 hari

sebelum menstruasi.

3) Obat nyeri, yaitu obat-obatan penghilang nyeri seperti asam

asetilsalisilat, asetaminofen, dan obat anti inflamasi nonsteroid.

Obat-obatn ini dapat membantu menyembuhkan gejala fisik yang

sifatnya sedang, seperti nyeri otot dan sakit kepala.

4) Melakukan diet, seperti mengurangi kafein, mengkonsumsi lebih

banyak karbohidrat kompleks dan serat, menambah asupan

protein dan lemak, mengkonsumsi suplemen vitamin dan mineral,

serta mengurangi gula dan lemak.

5) Melakukan olahraga seperti aerobik selama 30 menit selama

empat hingga enam kali seminggu.

6) Makan teratur,lakukan relaksasi seperti pijat atau hal-hal yang

membuat nyaman.

h. Pencegahan

Menurut Saryono dkk (2009), pencegahan PMS dapat dilakukan

dengan cara :

1) Modifikasi Gaya Hidup

Pola hidup sehat seperti mengurangi kafein Memperbanyak

waktu istirahat untuk menghindari kelelahan dan mengurangi

stress berperan juga dalam terapi PMS.

Page 33:  · 2 kadar hormon progesteron yang rendah dan kadar hormon estrogen yang berlebihan sebelum menstruasi (Suparman, 2011). Berdasarkan studi epidemiologi angka kejadian dari premenstrual

20

2) Pola diet

Penurunan asupan gula, garam, karbohidrat (nasi, kentang,

roti) dapat mencegah edema (bengkak), serat penurunan konsumsi

kafein (kopi), teh, alkohol, dan soda juga dapat menurunkan

ketegangan, kecemasan dan insomnia (sulit tidur).

3) Olahraga

Olahraga seperti berenang, berjalan kaki, tarikan nafas dalam

dan relaksasi juga bisa meringankanrasa tidak nyaman

Page 34:  · 2 kadar hormon progesteron yang rendah dan kadar hormon estrogen yang berlebihan sebelum menstruasi (Suparman, 2011). Berdasarkan studi epidemiologi angka kejadian dari premenstrual

21

B. Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori Sikap Remaja Putri Menghadapi

Premenstrual Syndrome

Sumber : Notoatmodjo (2010), Suparman (2011), (Modifikasi)

Sikap

Faktor yang

mempengaruhi sikap

1. Pengalaman

pribadi

2. Pengaruh orang

lain yang di

anggap penting

3. Kebudayaan

4. Media massa

5. Lembaga

pendidikan dan

lembaga agama

6. Emosional

PMS meliputi :

1. Pengertian

2. Etiologi

3. Gejala

4. Jenis

5. Diagnosa

6. Faktor Resiko

7. Penanganan

8. Pencegahan

Remaja

Page 35:  · 2 kadar hormon progesteron yang rendah dan kadar hormon estrogen yang berlebihan sebelum menstruasi (Suparman, 2011). Berdasarkan studi epidemiologi angka kejadian dari premenstrual

22

C. Kerangka Konsep

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Sikap Remaja Putri Menghadapi

Premenstrual Syndrome

Sumber : Notoatmodjo (2010), Suparman (2011), (Modifikasi)

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak diteliti

Sikap menghadapi

premenstrual syndrome

Baik

Cukup

Faktor yang mempengaruhi

sikap

1. Pengalaman pribadi

2. Pengaruh orang lain yang

di anggap penting

3. Kebudayaan

4. Media massa

5. Lembaga pendidikan dan

lembaga agama

6. Emosional

kurang

Page 36:  · 2 kadar hormon progesteron yang rendah dan kadar hormon estrogen yang berlebihan sebelum menstruasi (Suparman, 2011). Berdasarkan studi epidemiologi angka kejadian dari premenstrual

23

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

deskriptif kuantitatif. Metode penelitian deskriptif yaitu penelitian yang

dilakukan terhadap sekumpulan objek yang biasanya bertujuan untuk melihat

gambar fenomena (termasuk kesehatan) yang terjadi di dalam suatu populasi

tertentu (Notoatmodjo, 2012). Menurut Riduwan (2012), kuantitatif adalah data

yang berwujud angka-angka. Deskriptif kuantitatif yaitu suatu penelitian yang

dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau diskripsi suatu

keadaan yang terjadi didalam masyarakat. Metode ini digunakan untuk

memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi

sekarang (Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini menggambarkan tentang sikap

remaja putri dalam menghadapi premenstrual syndrome.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi

Lokasi penelitian adalah tempat atau lokasi penelitian tersebut

dilakukan dan lokasi penelitian ini sekaligus membatasi ruang lingkup

penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2012). Lokasi yang digunakan dalam

penelitian adalah SMP Negeri 1 Karangmalang Sragen.

Page 37:  · 2 kadar hormon progesteron yang rendah dan kadar hormon estrogen yang berlebihan sebelum menstruasi (Suparman, 2011). Berdasarkan studi epidemiologi angka kejadian dari premenstrual

24

2. Waktu

Waktu penelitian merupakan waktu penelitian tersebut dilakukan

(Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini dilakukan pada tanggal 14 – 15 April

2014.

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah setiap subyek yang memenuhi kriteria yang telah

ditetapkan (Riwidikdo, 2013). Populasi yang diteliti dari penelitian ini

adalah seluruh siswi kelas VIII di SMP Negeri 1 Karangmalang Sragen

yang berjumlah 143 siswi.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi terjangkau yang dapat

dipergunakan sebagai subyek penelitian melalui sampling. Sedangkan

sampling adalah proses menyeleksi populasi yang dapat mewakili populasi

yang ada (Riwidikdo, 2013). Besarnya sampel ditentukan dengan

menggunakan rumus (Notoatmojo, 2010) sebagai berikut :

N

1 + N(d)2

Keterangan :

n = ukuran sampel

N = ukuran populasi

n =

Page 38:  · 2 kadar hormon progesteron yang rendah dan kadar hormon estrogen yang berlebihan sebelum menstruasi (Suparman, 2011). Berdasarkan studi epidemiologi angka kejadian dari premenstrual

25

d = tingkat kesalahan pengambilan sampel yaitu 5%

143

1 + 143(0.05)2

n = 105,34 dibulatkan menjadi 105

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, maka sampel yang diambil pada

penelitian ini sebanyak 105 responden siswi kelas VIII SMP Negeri 1

Karangmalang Sragen.

3. Teknik pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel adalah suatu penelitian akan dilakukan

dengan pengambilan sampel, agar sampel penelitian tersebut dapat mewakili

populasi dan menghasilkan penelitian yang valid perlu dilakukan cara atau

teknik tertentu (Suyanto, 2008). Teknik pengambilan sampel yang

digunakan pada penelitian ini adalah systematic random sampling, yaitu

caranya membagi jumlah atau anggota populasi dengan perkiraan jumlah

sampel yang diinginkan, hasilnya adalah interval sampel. Sampel diambil

dengan membuat daftar elemen atau anggota populasi secara acak antara 1

sampai dengan banyaknya anggota populasi. Kemudian membagi dengan

jumlah sampel yang di inginkan, hasilnya sebagai interval adalah X, maka

yang terkena sampel adalah setiap kelipatan dari X tersebut (Notoatmodjo,

2012). Dari hasil perhitungan didapatkan hasil intervalnya adalah 1, jadi

yang terkena sampel adalah setiap kelipatan 1, didapatkan sampel 105 siswi.

n =

[

Page 39:  · 2 kadar hormon progesteron yang rendah dan kadar hormon estrogen yang berlebihan sebelum menstruasi (Suparman, 2011). Berdasarkan studi epidemiologi angka kejadian dari premenstrual

26

D. Intrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan

data (Notoatmodjo, 2012). Instrumen yang peneliti gunakan adalah kuesioner.

Menurut Hidayat (2007), kuesioner merupakan alat ukur berupa angket atau

kuesioner dengan beberapa pernyataan.

Kuesioner yang peneliti gunakan adalah kuesioner tertutup, di mana

pilihan jawaban sudah disediakan dan responden tinggal memilih

(Arikunto, 2006). Pernyataan terdiri dari pernyataan favourable dan pernyataan

unfavourable. Pernyataan disusun dengan nilai berkisar 1-5 pada pertanyaan

favourable nilai 1 (satu) diberikan untuk jawaban sangat tidak setuju (STS), nilai

2 (dua) untuk jawaban tidak setuju (TS), nilai 3 (tiga) untuk jawaban ragu-ragu

(RR), nilai 4 (empat) untuk jawaban setuju (S), dan nilai 5 untuk jawaban

sanagat setuju (SS). Pada jawaban unfavourable nilai 1 (satu) untuk jawaban

sangat setuju (SS), nilai 2 (dua) untuk jawaban setuju (S), nilai 3 (tiga) untuk

jawaban ragu-ragu (RR) dan nilai 4 (empat) untuk jawaban tidak setuju (TS),

nilai 5 untuk jawaban sangat tidal setuju (STS). Pengisian kuisioner dengan

memberi tanda centang (√) pada jawaban yang dianggap benar (Arikunto, 2010).

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan instrument

pengukur mampu mengukur apa yang ingin diukur. Uji validitas ini untuk

mengetahui apakah alat ukur tersebut valid, valid artinya ketepatan

mengukur, atau alat ukur tersebut tepat untuk mengukur sebuah variabel

Page 40:  · 2 kadar hormon progesteron yang rendah dan kadar hormon estrogen yang berlebihan sebelum menstruasi (Suparman, 2011). Berdasarkan studi epidemiologi angka kejadian dari premenstrual

27

yang akan diukur. Uji validitas dapat menggunakan rumus pearson product

moment yaitu :

{ }{ }2222 )()(

).()(

yyNxxN

yxxyNr yX

å-åå-å

åå-å=

Keterangan :

N : Jumlah responden

rxy : Koefisien korelasi product moment

x : Skor pertanyaan

y : Skor total

y : Skor pertanyaan dikalikan skor total

Pada penelitian ini menggunakan perhitungan komputer dengan

bantuan SPSS. Instrumen dikatakan valid jika nilai r hitung > r tabel dengan

taraf signifikasi 5% (0,05) (Riwidikdo, 2013). Uji validitas telah dilakukan

di SMP Negeri 2 Kedawung Sragen pada 30 siswi. Dari 36 pernyataan

didapatkan hasil 5 soal tidak valid yaitu soal nomor 3,14,21,24,34, karena

rhitung < rtabel (0,361) dengan taraf signifikan 5% (0,05). Dengan adanya soal

yang tidak valid tersebut peneliti menghilangkan 5 soal, karena sudah

terdapat pernyataan yang mewakili setiap indikator, sehingga soal yang

digunakan peneliti sejumlah 31 butir soal.

Page 41:  · 2 kadar hormon progesteron yang rendah dan kadar hormon estrogen yang berlebihan sebelum menstruasi (Suparman, 2011). Berdasarkan studi epidemiologi angka kejadian dari premenstrual

28

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah alat ukur yang mempunyai prinsip keajegan,

dimana dipakai pada waktu dan tempat yang berbeda mempunyai

kemampuan mengukur yang sama. Untuk menguji reliabilitas instrument

menggunakan Alpha Cronbach dengan Rumus sebagai berikut :

úû

ùêë

é S-úû

ùêë

é-

=t

b

k

kr

2

2

11 11 s

s

Keterangan :

r11 = Reliabilitas Instrument

k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

Σσb2 = Jumlah varian butir

Σt2 = Varians total

Dengan bantuan komputer SPSS for windows 16. Kuesioner atau angket

dikatakan reliabel jika memiliki nilai alpha minimal 0,7

(Riwidikdo, 2013).

Dari hasil uji reliabilitas yang telah peneliti lakukan didapatkan nilai alpha

0,983 yang berarti 0,983 > 0,7. Jadi kuesioner ini dapat dikatakan

reliabel untuk dijadikan sebagai instrument penelitian.

Page 42:  · 2 kadar hormon progesteron yang rendah dan kadar hormon estrogen yang berlebihan sebelum menstruasi (Suparman, 2011). Berdasarkan studi epidemiologi angka kejadian dari premenstrual

29

Untuk mempermudah dalam menyusun instrument, maka diperlukan

kisi – kisi. Berikut kisi - kisi dari instrumen dalam penelitian ini :

Tabel 3.1 Kisi kisi kuesioner Sikap menghadapi premenstrual syndrome

Variabel Indikator No. soal

Favourable Unfavourable

jumlah

Sikap remaja

putri dalam

menghadapi

premenstrual

syndrome

1. Pengertian premenstrual

syndrome 1,2,3 4 4

2. Etiologi premenstrual

syndrome 6,7 5 3

3. Tanda gejala

premenstrual syndrome 8,9,11,12 10 5

4. Jenis premenstrual

syndrome 13,14 2

5. Diagnosa premenstrual

syndrome 15 16 2

6. Faktor yang

mempengaruhi 17 18 2

7. Penanganan

premenstrual syndrome

19,20,21,24,

25,26,28,29 22,23,27 11

8. Pencegahan

premenstrual syndrome 31 30 2

Total Soal 31

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara peneliti untuk mengumpulkan

data yang akan dilakukan dalam penelitian (Hidayat, 2007).

Menurut Arikunto (2010), data adalah hasil pencatatan peneliti, baik yang

berupa fakta maupun angka. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

data primer dan data sekunder. Menurut Riwidikdo (2013), ada 2 metode untuk

memperoleh data, yaitu :

Page 43:  · 2 kadar hormon progesteron yang rendah dan kadar hormon estrogen yang berlebihan sebelum menstruasi (Suparman, 2011). Berdasarkan studi epidemiologi angka kejadian dari premenstrual

30

1. Data primer

Data primer adalah secara langsung diambil dari objek penelitian oleh

peneliti perorangan maupun organisasi. Data primer dalam penelitian ini

diperoleh secara langsung dari sumbernya dan diperoleh jawaban dari

pernyataan yang disediakan melalui kuesioner.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari

objek peneliti. Peneliti mendapat data yang sudah jadi yang dapat

dikumpulkan oleh pihak lain dengan berbagai cara atau metode baik secara

komersial maupun non komersial. Data sekunder dalam penelitian ini

diperoleh dari bagian tata usaha SMP Negeri 1 Karangmalang Sragen yang

berupa jumlah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Karangmalang Sragen, dan

data kepustakaan tentang sikap, remaja dan premenstrual syndrome terbitan

tahun 2003-2013.

F. Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat

atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu

konsep pengertian tertentu, misalnya umur, jenis kelamin, pendidikan, status

perkawinan, pekerjaan, pengetahuan, pendapatan, penyakit dan sebagainya

(Notoatmodjo, 2012). Variabel penelitian ini menggunakan variabel tunggal

yaitu sikap remaja putri dalam menghadapi premenstual syndrome.

Page 44:  · 2 kadar hormon progesteron yang rendah dan kadar hormon estrogen yang berlebihan sebelum menstruasi (Suparman, 2011). Berdasarkan studi epidemiologi angka kejadian dari premenstrual

31

G. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan uraian tentang batasan variabel yang

dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan

(Notoatmodjo, 2012).

Tabel 3.2

Definisi Operasional Sikap Remaja Putri Dalam Menghadapi

Premenstrual Syndrome

H. Metode Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan data

Menurut Notoatmodjo (2012), proses pengolahan data melalui tahap -

tahap yang harus ditempuh, diataranya :

a. Editing (penyuntingan data)

Editing merupakan kegiatan memeriksa hasil data yang diperoleh dan

memperjelas pengecekan terhadap data yang telah dikumpulkan.

Variabel Definisi

Operasional

Kategori Alat ukur Skala

Sikap

menghadapi

premenstrual

syndrom

Respon yang

masih tertutup

terhadap

stimulus siswi

dalam

menghadapi

premenstrual

syndrom setelah

menjawab

pertanyaan

tentang Sikap

menghadapi

premenstrual

syndrom

a. Baik, bila nilai

responden (x) >

mean + 1 SD

b. Cukup, bila

nilai mean – 1

SD ≤ x ≤ mean

+ 1 SD

c. Kurang, bila

nalai (x) < mean

- 1 SD

(Riwidikdo,

2010).

Kuesioner Ordinal

Page 45:  · 2 kadar hormon progesteron yang rendah dan kadar hormon estrogen yang berlebihan sebelum menstruasi (Suparman, 2011). Berdasarkan studi epidemiologi angka kejadian dari premenstrual

32

b. Coding (membuat lembaran kode)

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) yang

terdiri atas beberapa kategori.

c. Data entry (memasukkan data)

Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan

kedalam master tabel atau database computer. Salah satu paket program

yng paling sering digunakan untuk “entri data” penelitian adalah paket

program SPSS for Window.

d. Cleaning (pembersihan data)

Apabila semua data dari setiap sumbar data atau responden selesai

dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan adanya

kesalahan-kesalahan kode, ketidak lengkapan, kemudian dilakukan

pembetulan. Proses ini disebut pembersihan data (data cleaning).

2. Analisis data

Menurut Notoatmodjo (2012), ada 3 jenis analisis data yaitu univariate,

bevariate dan multivariate. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan

analisis univariate, yaitu pengolahan hasil data yang bertujuan untuk

menjelaskan atau mendiskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian.

Dalam penelitian ini menggunakan analisis univariate yaitu distribusi sikap

remaja putri kelas VIII dalam menghadapi premenstrual syndrom di SMP

Negeri 1 Karangmalang Sragen.

Menurut Riwidikdo (2013), untuk membuat 3 kategori yaitu baik,

cukup dan kurang maka menggunakan parameter :

Page 46:  · 2 kadar hormon progesteron yang rendah dan kadar hormon estrogen yang berlebihan sebelum menstruasi (Suparman, 2011). Berdasarkan studi epidemiologi angka kejadian dari premenstrual

33

a) Baik, bila nilai responden yang diperoleh adalah (x) > mean + 1SD.

b) Cukup, bila nilai responden yang diperoleh adalah mean – 1SD ≤ x ≤

mean + 1SD.

c) Kurang, bila nilai responden yang diperoleh adalah (x) < mean – 1SD.

Menurut Riwidikdo (2013), untuk mengetahui nilai mean dengan

rumus sebagai berikut :

X = n

Keteranngan :

X = nilai rata – rata

ΣX = jumlah seluruh data

n = banyaknya data

Menurut Riwidikdo (2013), untuk mencari simpangan baku dengan

menggunakan rumus sebagai berikut :

SD = 1

)( 22

-

S-S

n

n

xx i

i

Keterangan :

SD = simpangan baku

Xi = nilai dari data

n = banyaknya data

Menurut Riwidikdo (2013), cara mengukur prosentase yang digunakan

untuk menganalisis sikap remaja putri yaitu dengan rumus :

Page 47:  · 2 kadar hormon progesteron yang rendah dan kadar hormon estrogen yang berlebihan sebelum menstruasi (Suparman, 2011). Berdasarkan studi epidemiologi angka kejadian dari premenstrual

34

Jumlah nilai responden berdasarkan sikap

Jumlah responden

I. Etika Penelitian

Menurut Notoadmojo (2012), etika adalah ilmu atau pengetahuan tentang

apa yang dilakukan orang atau pengetahuan tentang adat kebiasaan orang.

Penelitian adalah upaya mencari kebenaran terhadap semua fenomena kehidupan

manusia.

Masalah etika penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam

penelitian dan perlu diperhatian menurut (Hidayat, 2007) antara lain :

1. Inform consent

Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian

dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut

diberikan sebelum penelitian dilakukan. Tujuan informed consent adalah

subjek mengerti maksud, tujuan penelitian dan mengetahui dampaknya.

2. Anonimity (tanpa nama)

Merupakan pemberian jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan

cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar

alat ukur dan hanya menulis kode pada lembar pengumpulan data atau hasil

penelitian yang akan disajikan.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil

penelitian, baik informasi maupun masalah - masalah lainnya. Semua

x 100% Skor prosentase =

Page 48:  · 2 kadar hormon progesteron yang rendah dan kadar hormon estrogen yang berlebihan sebelum menstruasi (Suparman, 2011). Berdasarkan studi epidemiologi angka kejadian dari premenstrual

35

informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti,

hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.

J. Jadwal Penelitian

Bagian ini diuraikan langkah – langkah kegiatan mulai penyusunan proposal

penelitian, sampai penulisan laporan penelitian, serta waktu berlangsungnya tiap

kegiatan tersebut. Jadwal penelitian (terlampir).

Page 49:  · 2 kadar hormon progesteron yang rendah dan kadar hormon estrogen yang berlebihan sebelum menstruasi (Suparman, 2011). Berdasarkan studi epidemiologi angka kejadian dari premenstrual

36

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Karangmalang Sragen yang

terletak di Jl. Bratasena Karangmalang Sragen. SMP Negeri 1 Karangmalang

Sragen ini terbagi menjadi 3 tingkat kelas yaitu kelas VII, VIII dan IX. Jumlah

siswa kelas VII sebanyak 265 siswa yang terdiri dari 117 siswa dan 150 siswi,

kelas VIII sebanyak 249 siswa yang terdiri dari 106 siswa dan 143 siswi, kelas

IX sebanyak 248 siswa yang terdiri dari 116 siswa dan 132 siswi. Jadi jumlah

seluruh siswa SMP Negeri 1 Karangmalang Sragen tahun ajaran 2013/2014

sebanyak 764 siswa.

B. Hasil Penelitian

Responden dalam penelitian ini adalah siswi kelas VIII SMP Negeri

karangmalang Sragen sebanyak 105 siswi. Berdasarkan hasil penelitian

diperoleh nilai mean dan standar deviasi seperti tabel di bawah ini :

Tabel 4.1 Mean dan Standar Deviasi

Variabel Mean Standar deviasi

Sikap remaja putri kelas VIII

dalam menghadapi premenstrual

syndrome di SMP Negeri 1

Karangmalang Sragen

114,5 18,6

Page 50:  · 2 kadar hormon progesteron yang rendah dan kadar hormon estrogen yang berlebihan sebelum menstruasi (Suparman, 2011). Berdasarkan studi epidemiologi angka kejadian dari premenstrual

37

Dari nilai mean dan standar deviasi tersebut kemudian dihitung kategori sikap

responden, yaitu :

1. Baik : Bila nilai responden yang diperoleh

x > mean + 1 SD

x > 114,5 + (1 x 18,6)

x > 133, 1

jadi sikap responden baik jika nilai responden >133,1

2. Cukup : Bila nilai responden yang diperoleh

mean – 1 SD ≤ x ≤ mean + 1 SD

114,5 – (1 x 18,6) < x < 114,5 + (1 x 18,6)

95,9 < x < 133,1

Jadi sikap cukup jika nilai responden 95,9 < x < 133,1

3. Kurang : Bila nilai responden yang diperoleh

(x) < mean – 1 SD

(x) < 114,5 – (1 x 18,6)

(x) < 95,9

Jadi sikap kurang jika nilai responden x < 95,9

Dari hasil penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 1 Karangmalang Sragen

pada tanggal 14-15 April 2014 diperoleh distribusi frekuensi pada table 4.2.

Page 51:  · 2 kadar hormon progesteron yang rendah dan kadar hormon estrogen yang berlebihan sebelum menstruasi (Suparman, 2011). Berdasarkan studi epidemiologi angka kejadian dari premenstrual

38

Tabel 4.2

Sikap remaja putri kelas VIII dalam menghadapi premenstrual syndrome

di SMP Negeri 1 Karangmalang Sragen

No Sikap Jumlah Prosentase

1

2

3

Baik

Cukup

Kurang

Jumlah

24

55

26

105

22,9 %

52,4 %

24,7 %

100 %

Sumber : Data Primer

Tabel di atas menunjukkan sikap remaja putri kelas VIII dalam menghadapi

premenstrual syndrome di SMP Negeri 1 Karangmalang Sragen yaitu pada

tingkat baik sebanyak 24 siswi (22,9%), cukup sebanyak 55 siswi (52,4%) dan

kurang sebanyak 26 siswi (24,7%). Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa

sikap remaja putri kelas VIII dalam menghadapi premenstrual syndrome di

SMP Negeri 1 Karangmalang Sragen mayoritas pada kategori cukup yaitu 55

siswi (52,4%).

C. Pembahasan

Hasil penelitian sikap remaja putri kelas VIII dalam menghadapi

premenstrual syndrome di SMP Negeri 1 Karangmalang Sragen dapat

dikategorikan dalam kategori baik sebanyak 24 siswi (22,9%), cukup sebanyak

55 siswi (52,4%) dan kurang sebanyak 26 siswi (24,7%).

Menurut Notoatmodjo dalam Wawan dkk (2011), sikap adalah merupakan

reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau

objek. Pandangan-pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk

bertindak sesuai objek yang dihadapi. Sikap positif kecenderungan tindakan

Page 52:  · 2 kadar hormon progesteron yang rendah dan kadar hormon estrogen yang berlebihan sebelum menstruasi (Suparman, 2011). Berdasarkan studi epidemiologi angka kejadian dari premenstrual

39

adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan objek tertentu. Sikap negatif

terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, serta tidak

menyukai objek tertentu.

Sekitar 80-95% wanita pada usia reproduksi mengalami gejala-gejala

premenstrual yang dapat mengganggu beberapa aspek dalam kehidupannya.

Gejala tersebut diperkirakan dan biasa terjadi secara regular pada dua minggu

sebelum menstruasi. Gejala ini dapat hilang begitu dimulainya menstruasi

namun dapat pula berlanjut setelahnya (Suparman, 2011).

Keluhan-keluhan premenstrual syndrome terdiri dari gangguan prilaku

seperti mudah lelah, insomnia (susah tidur), makan yang berlebihan, dan

perubahan gairah seksual. Gangguan psikologi meliputi, mudah tersinggung,

mudah marah, depresi, mudah sedih, cengeng, cemas, susah konsentrasi dan

merasa kesepian. Gangguan fisik berupa sakit kepala, payudara bengkak, nyeri

punggung, nyeri perut dan terasa penuh, nyeri otot dan persendian

(Agustina, 2010). Ada banyak faktor yang diduga menjadi penyebab timbulnya

premenstrual syndrome antara lain dikarenakan kadar hormon progesteron yang

rendah dan kadar hormon estrogen yang berlebihan sebelum menstruasi

(Suparman, 2011). Sedangkan menurut Saryono dkk (2009), premenstrual

syndrome semakin berat setelah melahirkan anak, terutama hamil dengan

komplikasi, wanita yang sudah menikah, bertambahnya usia, faktor stress, faktor

kebiasaan makan seperti tinggi gula dan makanan olahan, kekurangan zat-zat

gizi, kurang olahraga dan beraktivitas fisik.

Page 53:  · 2 kadar hormon progesteron yang rendah dan kadar hormon estrogen yang berlebihan sebelum menstruasi (Suparman, 2011). Berdasarkan studi epidemiologi angka kejadian dari premenstrual

40

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Sikap remaja putri kelas

VIII dalam menghadapi premenstrual syndrome di SMP Negeri 1 Karangmalang

Sragen terbanyak pada kategori cukup yaitu 55 siswi (52,4%).

Menurut wawan dkk (2011), sikap dipengaruhi oleh kurangnya pengalaman

pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan,

media massa, lembaga pendidikan, faktor emosional.

Dari faktor-faktor yang mempengaruhi sikap, pengalaman pribadi dapat

membentuk sikap seseorang menjadi positif atau negatif, dimana semakin

banyak pengalaman pribadi mengenai premenstrual syndrome cenderung akan

membentuk sikap yang baik pula. Orang yang dianggap penting juga sangat

mempengaruhi pembentukan sikap, keberadaan orang tua, kakak perempuan,

guru yang dapat memberikan pengarahan akan cenderung membentuk sikap

yang baik. Kebudayaan juga dapat mempengaruhi terbentukknya sikap, semakin

kentalnya kebudayaan yang kurang bagus di suatu daerah akan cenderung

membentuk sikap yang kurang bak juga. Dari media massa pun juga dapat

memepengaruhi terbentukknya sikap, semakin banyak seseorang memperoleh

informasi dari internet, koran, televisi, radio dan lain-lain akan cenderung

membentuk sikap yang baik pula. Serta faktor emosi juga dapat mempengaruhi

terbentukknya sikap, apabila seseorang dapat mengendalikan emosinya mereka

akan cenderung membentuk sikap yang baik.

Page 54:  · 2 kadar hormon progesteron yang rendah dan kadar hormon estrogen yang berlebihan sebelum menstruasi (Suparman, 2011). Berdasarkan studi epidemiologi angka kejadian dari premenstrual

41

D. Keterbatasan

Penelitian ini mempunyai keterbatasan yaitu :

1. Kendala

Penelitian ini dilakukan bersamaan dengan kegiatan belajar mengajar

sehingga harus mencari waktu di luar kegiatan pembelajaran.

2. Kelemahan

a. Penelitian ini menggunakan satu variabel saja yaitu sikap, sehingga hasil

penelitian ini terbatas pada sikap saja.

b. Jenis kuesioner yang digunakan adalah kuesiner tertutup sehingga

responden tidak dapat menjabarkan alasan dari jawabannya dan hanya

terpaku pada jawaban yang ada.

Page 55:  · 2 kadar hormon progesteron yang rendah dan kadar hormon estrogen yang berlebihan sebelum menstruasi (Suparman, 2011). Berdasarkan studi epidemiologi angka kejadian dari premenstrual

42

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti dapat

menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Sikap remaja putri kelas VIII dalam menghadapi premenstrual syndrome di

SMP Negeri 1 Karangmalang Sragen dalam kategori baik sebanyak 24 siswi

(22,9%).

2. Sikap remaja putri kelas VIII dalam menghadapi premenstrual syndrome di

SMP Negeri 1 Karangmalang Sragen dalam kategori cukup sebanyak 55

siswi (52,4%).

3. Sikap remaja putri kelas VIII dalam menghadapi premenstrual syndrome di

SMP Negeri 1 Karangmalang Sragen dalam kategori kurang sebanyak 26

siswi (24,7%).

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Sikap remaja putri kelas VIII dalam

menghadapi premenstrual syndrome di SMP Negeri 1 Karangmalang Sragen,

maka saran yang dapat peneliti sampaikan adalah :

1. Bagi Responden

Diharapkan siswi lebih memperluas pengetahuan tentang premenstrual

syndrome dengan cara mencari informasi yang lebih banyak melalui media

elektronik, media cetak maupun internet.

Page 56:  · 2 kadar hormon progesteron yang rendah dan kadar hormon estrogen yang berlebihan sebelum menstruasi (Suparman, 2011). Berdasarkan studi epidemiologi angka kejadian dari premenstrual

43

2. Bagi Institusi

a. Bagi SMP Negeri 1 karangmalang Sragen

Diharapkan membentuk program pendidikan kesehatan tentang

premenstrual syndrome atau dapat bekerja sama dengan tenaga

kesehatan untuk melakukan penyuluhan khususnya tentang bagaimana

menghadapi premenstrual syndrome.

b. Bagi STIKes Kusuma Husada Surakarta

Diharapkan menambah sumber bacaan dan referensi terbaru terutama

tentang premenstrual syndrome yang dapat dijadikan referensi untuk

penelitian selanjutnya sehingga dapat meningkatkan kualitas

pendidikan.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan peneliti selanjutnya melakukan penelitian lebih mendalam

dengan menambah variabel lain yang mempengaruhinya.

Page 57:  · 2 kadar hormon progesteron yang rendah dan kadar hormon estrogen yang berlebihan sebelum menstruasi (Suparman, 2011). Berdasarkan studi epidemiologi angka kejadian dari premenstrual
Page 58:  · 2 kadar hormon progesteron yang rendah dan kadar hormon estrogen yang berlebihan sebelum menstruasi (Suparman, 2011). Berdasarkan studi epidemiologi angka kejadian dari premenstrual