Transcript
UJI ANGKA KAPANG/KHAMIR (AKK), ANGKA LEMPENG TOTAL
(ALT), DAN IDENTIFIKASI Escherichia coli DALAM JAMU UYUP-
UYUP DARI PENJUAL JAMU RACIK “X” DI YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Theresia Nurida Ambarwulan
NIM : 108114126
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
UJI ANGKA KAPANG/KHAMIR (AKK), ANGKA LEMPENG TOTAL
(ALT), DAN IDENTIFIKASI Escherichia coli DALAM JAMU UYUP-
UYUP DARI PENJUAL JAMU RACIK “X” DI YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Theresia Nurida Ambarwulan
NIM : 108114126
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
Persetujuan Pembimbing
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
Pengesahan Skripsi Berjudul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Jadilah kuat betapapun parahnya kesalahan,
betapapun sulitnya peperangan,
betapapun lamanya penantian,
jangan patah semangat, teruslah berjuang!
Esok pasti terdengar sorak nyanyian...
-Babcock
Kupersembahkan karyaku ini kepada:
Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria
Ayahku tercinta Matius Tukiran Mangku Sutrisno
Ibuku tercinta Yasinta Daryati
Suamiku tercinta Eko Ari Wibowo
Malaikat kecilku Viola Natasya Wibowo
Kakak Q tercinta Christina Febriana Mayasari
Adikku tercinta Filipus Rosarianto Pamungkas
Terima kasih atas segala doa, dukungan, kepercayaan serta waktu
yang kalian berikan kepadaku untuk menyelesaikan karya ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PRAKATA
Rasa syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas seluruh
berkat dan anugrah serta kehendakNya penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi yang berjudul “Uji Angka Kapang/Khamir (AKK), Angka Lempeng Total
(ALT), dan Identifikasi Escherichia coli dalam Jamu Uyup-uyup dari Penjual
Jamu Racik “X” Di Yogyakarta” dengan baik dan tepat waktu. Penulisan skripsi
ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini bukanlah suatu hal yang
mudah tentunya banyak kendala yang dihadapi. Berkat segala bantuan dan
dukungan yang diberikan dari berbagai pihak, skripsi ini dapat diselesaikan.
Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma.
2. Yohanes Dwiatmaka, S. Si., selaku dosen pembimbing yang telah
berkenan membimbing, mengarahkan serta memberikan saran kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si., atas bantuannya yang telah berkenan
membimbing, mengarahkan serta memberikan saran kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
4. Dr. Erna Tri Wulandari, M.Si.,Apt selaku dosen penguji atas kritik dan
saran yang telah diberikan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
5. Damiana Sapta Candrasari, M.Sc. selaku dosen penguji atas kritik dan
saran yang telah diberikan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.
6. Keluargaku tercinta atas kasih sayang, doa serta dukungannya baik moril
maupun materil.
7. Sahabat-sahabatku angkatan 2010, khusunya: Anas, Oric, Tika, Ribka atas
segala saran, kebersamaan, keceriaan dan dukungannya selama ini.
8. Seluruh staf serta karyawan dari Balai Laboratorium Kesehatan Daerah
Istimewa Yogyakarta atas bantuan serta kerjasamanya dalam
menyelesaikan skripsi ini.
9. Pihak-pihak lain yang turut membantu penulis namun tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa tidak skripsi ini
jauh dari sempurna karena keterbatasan pikiran, waktu dan tenaga. Oleh karena
itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi
ini lebih mendekati sempurna.
Penulis berharap bahwa skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak,
baik mahasiswa, lingkungan akademisi, masyarakat, serta dapat memberikan
sumbangan kecil bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang
kefarmasian.
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
INTISARI
Jamu uyup-uyup merupakan jamu yang berkhasiat untuk melancarkanproduksi Air Susu Ibu (ASI) yang dikonsumsi oleh ibu-ibu menyusui. AdanyaAngka Kapang/Khamir (AKK) dan Angka Lempeng Total (ALT) yang melebihibatas yang ditentukan oleh KEPMENKES nomor 661 tahun 1994 akanmembahayakan kesehatan ibu serta bayinya. Escherichia coli merupakan bakteriyang hidup di tanah dan air. Keberadaannya dapat mengkontaminasi jamu uyup-uyup karena bahan baku yang digunakan berupa rimpang yang berasal dari tanah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui AKK, ALT dan mengidentifikasiE.coli dalam jamu uyup-uyup yang diproduksi penjual jamu racik “X” diYogyakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan rancangandeskriptif exploratif. Penelitian yang dilakukan meliputi penentuan dan pemilihantempat pengambilan sampel, pangambilan sampel jamu uyup-uyup, pengujianAKK, pengujian ALT, identifikasi bakteri E.coli serta analisis hasil.
Hasil pengujian yang dilakukan pada jamu uyup-uyup dari penjual jamuracik “X” di Yogyakarta diperoleh nilai AKK sebesar 7,5 x 104 CFU/ml sampaidengan 4 x 105 CFU/ml. Nilai ALT sebesar 8 x 104 CFU/ml sampai dengan 2,4 x107 CFU/ml. Hasil uji identifikasi menunjukkan bahwa pada jamu uyup-uyuptelah tercemar oleh bakteri E.coli.
Kata kunci: Jamu uyup-uyup, AKK, ALT, Escherichia coli.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
ABSTRACT
Jamu uyup-uyup is believed to expedite the production of breast milk(ASI) consumed by breastfeeding mothers. The existence of the Number of Mold/Yeast (AKK), Total Plate Count (ALT) exceeding the limit specified byKEPMENKES no 661 of 1994 would endanger the health of the mother and herbaby. Escherichia coli is a bacteria that lives in soil and water. Its presence cancontaminate jamu uyup-uyup because that raw materials used in the form orrhizomes from the soil.
The purpose of research were to determine the AKK, ALT and identify theE.coli in jamu uyup-uyup that produced by jamu racik seller “X” in Yogyakarta.
This research was non-experimental research with the framework ofdescriptive explorative. Research was conducted on the determination andselection of the sampling, sampling of jamu uyup-uyup, testing of AKK, testing ofALT, E.coli bacteria identification and analysis of result.
Results of tests performed on jamu uyup-uyup that produced by jamuracik seller “X” in Yogyakarta AKK values as 7,5 x 104 CFU / mL up to 4 x 105.ALT values as 1 x 106 CFU / mL up to 2,4 x 107 CFU / mL. The test results showthat the identification of jamu uyup-uyup been contaminated by the E.colibacteria.
Key word: Jamu uyup-uyup, AKK, ALT, Escherichia coli
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI...................... v
PRAKATA...................................................................................................... vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA......................................................... viii
INTISARI....................................................................................................... ix
ABSTRACT...................................................................................................... x
DAFTAR ISI................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL........................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xvii
BAB I. PENGANTAR.................................................................................... 1
A. Latar Belakang.................................................................................... 1
1. Rumusan masalah......................................................................... 4
2. Keaslian penelitian........................................................................ 5
3. Manfaat penelitian........................................................................ 5
a. Manfaat teoritis....................................................................... 5
b. Manfaat praktis....................................................................... 6
B. Tujuan Penelitian................................................................................ 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 7
A. Obat Tradisional.................................................................................. 7
B. Jamu Uyup-uyup................................................................................. 8
C. Angka Kapang/Khamir (AKK)........................................................... 11
D. Angka Lempeng Total (ALT)............................................................. 13
E. Media.................................................................................................. 17
F. Escherichia coli.................................................................................. 19
G. Identifikasi Escherichia coli............................................................... 23
H. Landasan Teori.................................................................................... 26
I. Hipotesis............................................................................................. 27
BAB III. METODE PENELITIAN................................................................ 28
A. Jenis dan Rancangan Penelitian.......................................................... 28
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional..................................... 28
1. Variabel Utama............................................................................. 28
2. Variabel Pengacau........................................................................ 28
3. Variabel Operasional.................................................................... 29
C. Bahan Penelitian................................................................................. 29
D. Alat Penelitian..................................................................................... 30
E. Tata Cara Penelitian............................................................................ 30
1. Pemilihan Sampel dan Pengambilan Sampel................................ 30
2. Penangan Wadah/Kemasan Penyiapan Sampel............................ 31
3. Tahap Pra-Pengkayaan.................................................................. 31
4. Uji AKK........................................................................................ 32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
5. Uji ALT......................................................................................... 33
6. Uji Identifikasi Escherichia coli................................................... 34
F. Analisis Hasil...................................................................................... 38
1. Uji AKK........................................................................................ 38
2. Uji ALT......................................................................................... 39
3. Identifikasi Escherichia coli......................................................... 42
BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................... 43
A. Penentuan dan Pemilihan Sampel....................................................... 43
B. Pengambilan Sampel........................................................................... 43
C. Homogenisasi dan Pengenceran Sampel............................................ 44
D. Uji AKK.............................................................................................. 45
E. Uji ALT............................................................................................... 48
F. Identifikasi Escherichia coli............................................................... 50
1. Tahap Pengkayaan........................................................................ 50
2. Tahap Isolasi................................................................................. 53
3. Tahap Identifikasi dan Konfirmasi............................................... 54
4. Pengecatan Gram.......................................................................... 63
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN........................................................ 67
A. Kesimpulan......................................................................................... 67
B. Saran................................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 68
LAMPIRAN.................................................................................................... 72
BIOGRAFI PENULIS.................................................................................... 98
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel I. Uji fermentasi karbohidrat dan uji IMViC pada identifikasi
E.coli (Holt et all., 2000).............................................................. 42
Tabel II. Nilai AKK sampel jamu uyup-uyup pada inkubasi hari ke-
5..................................................................................................... 46
Tabel III. Nilai ALT sampel jamu uyup-uyup pada inkubasi 48 jam........... 49
Tabel IV. Hasil uji biokimia dan pengecatan gram dalam sampel jamu
uyup-uyup..................................................................................... 65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Uji pengkayaan E.coli pada media ECB...................................... 52
Gambar 2. Uji isolasi E.coli pada media TBX............................................... 54
Gambar 3. Uji fermentasi karbohidrat pada sampel jamu uyup-uyup........... 56
Gambar 4. Uji motilitas bakteri terlihat adanya pertumbuhan di sekitar
tusukan dan permukaan media sebelum penambahan reagen
Kovac’s.........................................................................................
Gambar 5. Uji Indol pada sampel jamu uyup-uyup....................................... 60
Gambar 6. Uji metil merah pada sampel jamu uyup-uyup............................ 61
Gambar 7. Uji Voges-Voskauer pada sampel jamu uyup-uyup.................... 62
Gambar 8. Uji sitrat pada sampel jamu uyup-uyup....................................... 63
Gambar 9. Hasil pengecatan gram berwarna merah muda (gram negatif)
dan berbentuk batang.................................................................. 65
58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat ijin penelitian di Balai Laboratorium Kesehatan
Yogyakarta...............................................................................
73
Lampiran 2. Hasil uji MPN E.coli dari Balai Laboratorium Kesehatan
Yogyakarta............................................................................... 74
Lampiran 3. Uji AKK sampel jamu uyup-uyup pada inkubasi hari ke-5..... 75
Lampiran 4. Perhitungan AKK sampel jamu uyup-uyup pada inkubasi
hari ke-5................................................................................... 76
Lampiran 5. Uji ALT sampel jamu uyup-uyup pada inkubasi 48 jam........ 79
Lampiran 6. Perhitungan ALT sampel jamu uyup-uyup pada inkubasi
48 jam....................................................................................... 80
Lampiran 7. Pengambilan sampel jamu uyup-uyup..................................... 83
Lampiran 8. Uji AKK sampel jamu uyup-uyup sampling I pada inkubasi
hari ke-5...................................................................................84
Lampiran 9. Uji AKK sampel jamu uyup-uyup sampling II pada inkubasi
hari ke-5................................................................................... 85
Lampiran 10. Uji AKK sampel jamu uyup-uyup sampling III pada inkubasi
hari ke-5................................................................................... 86
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
Lampiran 11. Uji ALT sampel jamu uyup-uyup sampling I pada inkubasi
48 jam....................................................................................... 87
Lampiran 12. Uji ALT sampel jamu uyup-uyup sampling II pada inkubasi
48 jam....................................................................................... 88
Lampiran 13. Uji ALT sampel jamu uyup-uyup sampling III pada inkubasi
48 jam....................................................................................... 89
Lampiran 14. Uji tahap pengkayaan sampel jamu uyup-uyup inkubasi
24 jam....................................................................................... 90
Lampiran 15. Uji tahap isolasi sampel jamu uyup-uyup pada inkubasi
24 jam....................................................................................... 91
Lampiran 16. Uji fermentasi karbohidrat pada sampel jamu uyup-
uyup.......................................................................................... 92
Lampiran 17. Uji indol pada sampel jamu uyup-uyup................................... 93
Lampiran 18. Uji metil merah pada sampel jamu uyup-uyup........................ 94
Lampiran 19. Uji Voges-Proskauer pada sampel jamu uyup-uyup................ 95
Lampiran 20. Uji sitrat pada sampel jamu uyup-uyup................................... 96
Lampiran 21. Hasil pengecatan gram pada sampel jamu uyup-uyup............. 97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB 1
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Obat Bahan Alam Indonesia dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu jamu,
obat herbal terstandar dan fitofarmaka (BPOM RI, 2004). Jamu merupakan obat
asli Indonesia yang harus tetap dilestarikan dengan fokus utama pada aspek
keamanan (safety), mutu, dan khasiat jamu sebagai obat tradisional (Wasito,
2011). Menurut PERMENKES RI No. 003/MENKES/PER/I/2010 Jamu adalah
obat tradisional Indonesia. Jamu harus memenuhi kriteria aman sesuai dengan
persyaratan yang khusus untuk itu, klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data
empiris yang ada, dan memenuhi persyaratan mutu khusus untuk itu. Jamu sudah
menjadi budaya masyarakat Indonesia dibuktikan berdasarkan data hasil Riset
Kesehatan Dasar 2010, hampir setengah (49, 53%) penduduk Indonesia berusia 15
tahun ke atas, mengkonsumsi jamu. Sekitar lima persen (4,36%) mengkonsumsi
jamu setiap hari, sedangkan sisanya (45,17%) mengkonsumsi jamu sesekali
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2011).
Salah satu jamu yang banyak digemari masyarakat adalah jamu racikan.
Alasan utama masyarakat lebih memilih jamu daripada obat sintetik adalah karena
jamu mempunyai efek samping yang jauh lebih kecil, harganya yang terjangkau,
bahan baku jamu lebih mudah ditemukan, serta dari beberapa hasil penelitian
yang sudah dilakukan ternyata jamu memang memiliki khasiat pengobatan secara
tradisional (Wasito, 2011).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Asi sangat bermanfaat bagi pertumbuhan bayi diantaranya adalah sebagai
nutrisi bagi bayi, meningkatkan daya tahan tubuh bayi dari berbagai penyakit,
meningkatkan kecerdasan, serta menyusui dapat meningkatkan jalinan kasih
sayang antara ibu dan anak (Roesli, 2000). Produksi ASI yang cukup mempunyai
peranan penting dalam tumbuh kembang bagi bayi. Jamu uyup-uyup atau jamu
gepyokan adalah jamu yang dipilih mereka karena dipercaya berkhasiat sebagai
pelancar ASI bagi ibu yang sedang menyusui dan tersedia banyak di pasar-pasar
tradisional. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan jamu uyup-uyup
bervariasi, namun secara umum terdiri dari empon-empon yaitu kencur, jahe,
bangle, laos, kunyit, temulawak, puyang, dan temu giring (Suharmiati, 2003).
Salah satu Grand Strategi Pengembangan Jamu yang dikeluarkan oleh
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia adalah meningkatkan keamanan, mutu
dan efikasi jamu. Usaha jamu racikan merupakan usaha yang tidak wajib memiliki
ijin edar, oleh karena itu keamanan serta jaminan mutu kualitas jamu racikan
masih cukup rendah. Salah satu parameter jaminan keamanan dan mutu dari jamu
yang diatur dalam KEPMENKES no 661 tahun 1994 adalah tidak boleh
mengandung mikroba patogen, Angka Kapang/Khamir (AKK) tidak lebih dari 103
dan Angka Lempeng Total (ALT) tidak lebih dari 104.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai AKK, ALT, dan
mengidentifikasi adanya bakteri patogen E.coli dalam jamu uyup-uyup dari
penjual jamu racik “X” di kota Yogyakarta. Adanya AKK yang melebihi batas
pada jamu uyup-uyup ini dapat membahayakan bagi ibu yang sedang menyusui
serta bayinya. Mikroba patogen yang menjadi sumber kontaminasi pada jamu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
uyup-uyup adalah Aspergilus flavus, Candida albicans dan Cryptococcus
neoformans. Ketiga mikroba patogen ini ditemukan di tanah dan air. Aspergilus
flavus memproduksi mikotoksin yaitu aflatoksin. Salah satu aflatoksin yang paling
berbahaya yaitu aflatoksin B1 yang dapat disekresikan melalui ASI dan bersifat
karsinogenik karena dapat menyebabkan hepatotoksik dan kanker hati
(Abdulrazaq et al., 2003). Bahan baku yang digunakan disimpan di bawah
kandang burung yang kemungkinan besar terkontaminasi khamir Cryptococcus
neoformans yang dapat menyebabkan infeksi paru-paru karena Cryptococcus
neoformans juga ditemukan pada kotoran burung. Sementara itu, Candida
albicans dapat menyebabkan kandidiasis pada mulut yaitu sariawan terutama pada
bayi serta dapat menyebabkan vulvovaginitis atau keputihan pada wanita
mengingat jamu uyup-uyup dikonsumsi oleh ibu-ibu (Jawetz, 1996).
Adanya ALT yang melebihi batas juga dapat membahayakan ibu dan bayi,
karena dalam ALT yang tinggi kemungkinan terdapat bakteri patogen diantaranya
adalah Salmonella, E.coli, dan Shigella dan Pseudomonas aeruginosa yang dapat
menyebabkan demam dan diare berat pada ibu terutama bayinya karena sistem
imun bayi yang belum sempurna dan rentan terkena penyakit (Radji, 2011;
Jawetz, 1996).
Identifikasi E.coli dipilih karena bakteri ini merupakan indikator dari
sanitasi yang buruk pada saat pembuatan jamu. Selain itu, menurut Radji (2011)
bakteri E.coli Uropatogenik dapat menyebabkan Infeksi Saluran Kemih (ISK)
pada 90% wanita serta diare sehingga ibu yang mengkonsumsi jamu uyup-uyup
ini berpotensi besar terkena ISK dan diare. Apabila ibu yang terkena diare tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
menjaga kebersihannya maka bayinya akan tertular diare melalui fekel oral rute
karena bayi sangat rentan terkena penyakit. Penyebab utama diare pada bayi yaitu
E.coli enteropatogenik dan E.coli enterotoksigenik (Radji, 2011).
Jamu uyup-uyup dipilih karena merupakan jamu pilihan utama untuk
membantu memperlancar produksi ASI. Konsumsi jamu pelancar ASI didasari
berbagai alasan, diantaranya adalah karena harga dari susu khusus ibu menyusui
yang cukup mahal dan sebagian dari mereka tidak menyukai susu (Rengga, 2013).
Jamu uyup-uyup dari penjual jamu racik “X” juga banyak dikonsumsi oleh
banyak warga bukan hanya warga Jogja tetapi juga warga di luar kota Jogja.
Penjual jamu racik “X” menjual jamu uyup-uyup dari jam 06.00 pagi hingga jam
19.30 WIB dengan sekali pembuatan dengan cara manual yaitu memakai tangan
dan ditumbuk menggunakan peralatan sederhana seperti lumpang dan alu. Hal ini
akan memicu adanya pertumbuhan jamur dan bakteri patogen. Selain itu, bahan
yang digunakan adalah rimpang yang berasal dari tanah yang merupakan habitat
dari jamur serta bakteri termasuk bakteri E.coli.
1. Rumusan masalah
a. Berapa AKK dalam jamu uyup-uyup dari penjual jamu racik “X” di
Yogyakarta?
b. Berapa ALT dalam jamu uyup-uyup dari penjual jamu racik “X” di
Yogyakarta?
c. Adakah cemaran bakteri patogen Escherichia coli dalam jamu uyup-uyup
dari penjual jamu racik “X” di Yogyakarta?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
2. Keaslian penelitian
Sejauh penelusuran pustaka penulis, publikasi penelitian tentang “Uji
AKK, Uji ALT dan identifikasi Escherichia coli dalam jamu uyup-uyup dari
penjual jamu racik “X” di Yogyakarta” belum pernah dilakukan. Penelitian
yang pernah dilakukan berkaitan dengan penelitian ini adalah:
a. Uji Angka Kapang/Khamir (AKK), Angka Lempeng Total (ALT) dan
Identifikasi Escherichia coli dalam jamu cekok dari penjual jamu racik
“X” di Yogyakarta oleh Susetyo (2014).
b. Uji Angka Kapang/Khamir (AKK), Angka Lempeng Total (ALT) dan
Identifikasi Salmonella dalam jamu uyup-uyup dari penjual jamu racik
“X” di Yogyakarta oleh Purwaningsih (2014).
c. Uji Angka Kapang/Khamir (AKK), Angka Lempeng Total (ALT) dan
Identifikasi Salmonella dalam jamu cekok dari penjual jamu racik “X”
di Yogyakarta Oleh Kartika (2014).
d. Uji Angka Kapang/Khamir (AKK), Angka Lempeng Total (ALT) dan
Identifikasi Staphylococcus aureus dalam jamu cekok dari penjual
jamu racik “X” di Yogyakarta oleh Oktavori (2014).
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai AKK,
ALT dan ada tidaknya bakteri Escherichia coli dalam jamu uyup-uyup
atau gepyokan yang diproduksi penjual jamu racik “X” di Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
b. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penjual jamu serta
masyarakat dalam memberikan informasi mengenai salah satu parameter
kualitas dan keamanan terkait AKK, ALT dan ada tidaknya bakteri
Escherichia coli pada jamu uyup-uyup dari penjual jamu racik “X” di
Yogyakarta.
B. Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai AKK, ALT dan ada
tidaknya cemaran bakteri Escherichia coli dalam jamu uyup-uyup dari penjual
jamu racik “X” di Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Obat Tradisional
Obat tradisional sebagaimana tercantum dalam PERMENKES Nomor 007
tahun 2012 adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan
hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut
yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat
diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.
Menurut Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan makanan Republik
Indonesia, Obat Bahan Alam Indonesia dikelompokkan menjadi tiga yaitu jamu,
obat herbal terstandar dan fitofarmaka (BPOM RI, 2004). Jamu adalah obat
tradisional Indonesia. Obat herbal terstandar adalah sediaan obat bahan alam yang
telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan
bahan bakunya telah distandardisasi. Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam
yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik
dan klinik, bahan baku dan produk jadinya telah distandardisasi (BPOM, 2005).
KEPMENKES nomor 661 tahun 1994 menyebutkan bahwa cairan obat
dalam adalah sediaan obat tradisional berupa larutan emulsi atau suspensi dalam
air; bahan bakunya berasal dalam dari serbuk simplisia atau sediaan galenik dan
digunakan sebagai obat dalam.
Jamu merupakan cairan obat dalam, sesuai dengan KEPMENKES Nomor
661 tahun 1994 bahwa untuk cairan obat dalam nilai AKK tidak boleh lebih dari
103, ALT tidak lebih dari 104 serta tidak ada bakteri patogen di dalamnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
B. Jamu Uyup-uyup
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
007 Tahun 2012, usaha jamu racikan adalah usaha yang dilakukan oleh depot
jamu atau sejenisnya yang dimiliki perorangan dengan melakukan pencampuran
sediaan jadi dan/atau sediaan segar obat tradisional untuk dijajakan langsung
kepada konsumen.
Cara pembuatan jamu uyup-uyup yang diproduksi oleh penjual jamu racik
“X” di Yogyakarta adalah dengan mencuci semua bahan yang digunakan dengan
air dan disikat, kemudian menumbuknya sampai halus menggunakan lumpang dan
alu. Hasil tumbukan dimasukkan dalam kantong plastik bening, esok paginya
direbus dan disaring, kemudian jamu dijual ke konsumen dari pagi hingga malam
hari.
Menurut Suharmiati (2003), jamu uyup-uyup atau jamu gepyokan adalah
jamu yang digunakan bagi ibu-ibu pasca melahirkan untuk membantu
memproduksi banyak asi bagi bayinya. Bahan baku dari jamu uyup-uyup berbeda-
beda antar penjual jamu, namun pada umumnya yang digunakan berupa empon-
empon meliputi:
1. Kunyit ( Curcuma domestica Val. )
Rimpang kunyit mengandung senyawa kurkuminoid. Selain itu, dalam
rimpang kunyit juga mengandung minyak atsiri berupa sesquiterpen, tumeron,
tumeon, zingiberen, dan garam-garam mineral. Khasiat dari rimpang kunyit yaitu
untuk memperlancar ASI, mengobati diabetes melitus, disentri, sakit keputihan,
haid tidak lancar, serta untuk mengatasi perut mulas saat haid (Wasito, 2011).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
2. Kencur (Kaempferia galanga L.)
Senyawa yang terkandung dalam rimpang kencur adalah amilum (4,14%)
mineral (13,73%) dan minyak atsiri (0,02%) terdiri dari sineol, asam
metilfumarat, dan pentadekana, ester etil sinamat, borneol, kamfena, asam anisik,
alkaloid, dan gom. Khasiat dari rimpang kencur ini adalah untuk mengobati
masuk angin, diare, sakit kepala, influenza pada bayi, batuk memperlancar haid,
menghilangkan lelah, muntah-muntah, dan lain-lain (Agoes, 2010)
3. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)
Rimpang temulawak mengandung kurkuminoid berupa kurkumin,
demetoksikurkumin serta minyak atsiri terdiri dari alfakurkumin dan xantorizol
yang berkhasiat sebagai antibakteri, koleretik (menstimulasi produksi empedu dari
hati) dan sebagai antipiretik (menurunkan panas). Temulawak mempunyai banyak
khasiat di antaranya yaitu memperlancar ASI, mengobati asma, sakit maag,
menambah nafsu makan, meredakan nyeri haid dan lain-lain (Latief, 2012).
4. Lempuyang wangi (Zingiber aromaticum Val.)
Jenis temulawak ini juga sering disebut sebagai lempuyang emprit.
Kandungan zat aktifnya meliputi zerumbon, suatu senyawa yang berkhasiat
sebagai antikejang. Selain itu, juga terdapat limonen yang berkhasiat sebagai
karminatif (mengeluarkan gas) dari saluran cerna. Khasiat lain dari lempuyang
yaitu mengobati kaki bengkak setelah melahirkan, wasir, gatal-gatal, anemia,
cacingan, kolik karena kedinginan, serta untuk menambah nafsu makan (Latief,
2012).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
5. Temu ireng (Curcuma aeruginosa Roxb.)
Rimpang temu ireng mengandung senyawa tanin, kurkumol,
isokurkumenol, kurzerenon, kurdion, kurkumalakton, germakron, β-g-elemene,
linderazulene, kurkumin, dan bisdemethyoxykurkumin. Ciri khas dari rimpang ini
yaitu mempunyai rasa pahit, tajam dan sifatnya mendinginkan. Rimpang ini
berkhasiat sebagai pengencer dahak, karminatif (memicu flatus), stomakik
(meningkatkan nafsu makan), antihelmintik, dan pembersih darah setelah
melahirkan atau setelah haid ( Agoes, 2010).
6. Temu giring (Curcuma heyneana)
Temu giring mengandung zat pati, minyak atsiri, dan piperazin sitrat yang
dapat membunuh cacing gelang. Khasiat lain dari temu giring adalah mengatasi
bau badan, gelisah atau cemas, menguruskan badan, disentri, sembelit, jantung
berdebar-debar serta dapat digunakan sebagai lulur pengantin (Agoes, 2010).
7. Pepaya (Carica papaya L.)
Bagian yang digunakan dalam jamu uyup-uyup ini adalah bagian daun
yang mempunyai ciri khas rasanya yang pahit. Kandungan dari daun pepaya ini
meliputi enzim papain, alkaloid karparin dan pseudokarpain, glikosida, karposida,
dan saponin. Khasiat dari daun pepaya yaitu untuk melancarkan ASI, mengobati
malaria, flu, mencegah demam nifas, menambah nafsu makan, mengatasi
keputihan, dan melancarkan haid (Latief, 2012).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
C. Angka Kapang/Khamir (AKK)
Tujuan dilakukannya uji AKK adalah memberikan jaminan bahwa sediaan
obat tradisional tidak mengandung cemaran fungi melebihi batas yang ditetapkan
karena mempengaruhi stabilitas dan aflatoksin yang berbahaya bagi kesehatan.
Prinsip dari uji AKK ini adalah penentuan adanya kapang/khamir secara
mikrobiologis dinyatakan dalam koloni/ml ( Depkes RI, 2000).
Khamir atau yeast adalah kelompok fungi uniseluler yang bersifat
mikroskopik. Ada beberapa genus khamir yang dapat membentuk miselium
dengan percabangan. Khamir dapat bersifat patogen pada manusia dan binatang
bersel satu. Khamir tersebar di alam, tetapi tidak seluas daerah penyebaran
bakteri. Pada umumnya khamir mempunyai ukuran sel-sel yang lebih besar
dibandingkan bakteri. Ukuran khamir sekitar 1-5 mikron lebar dan panjangnya
sekitar 5-30 mikron (Tarigan, 1988). Khamir tidak mempunyai flagel dan
organel lain untuk melakukan pergerakan. Beberapa bentuk khamir yaitu bulat
(spheroid), elips atau bulat telur dan batang atau silindris. Bentuk sel khamir tetap
sehingga dapat membantu dalam melakukan identifikasi (Jutono, 1972).
Beberapa kelompok khamir yang dominan ditemukan dalam air dan
ekosistem tanah adalah genus Cryptococcus, Candida dan Debaryomyces (Kanti
2005). Candida albicans adalah flora normal selaput mukosa saluran pernafasan,
saluran pencernaan dan genitalia wanita. Kadang-kadang Candida menyebabkan
penyakit sistemik progresif pada penderita yang lemah atau sistem imunnya
tertekan. Candida albicans dapat menyebabkan infeksi mulut (sariawan), terutama
pada bayi. Infeksi terjadi pada selaput mukosa pipi dan tampak sebagai bercak-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
bercak putih yang sebagian besar terdiri atas pseudomiselium dan epitel yang
terkelupas dan hanya terdapat erosi minimal pada selaput. Candida albicans juga
dapat menyebabkan vulvovaginitis atau keputihan pada wanita. Penyakit ini
menyerupai sariawan tetapi menimbulkan iritasi, gatal yang hebat dan
pengeluaran sekret. Dalam keadaan pH normal yang asam bakteri vagina tidak
menimbulkan penyakit, namun karena hilangnya pH asam merupakan predisposisi
timbulnya vulvovaginitis kandida. Cryptococcus neoformans juga ditemukan
pada kotoran burung. Cryptococcus neoformans menyebabkan infeksi yang
disebut kriptokokosis yang bersifat opportunistik. Infeksi pada manusia terjadi
malalui saluran pernafasan dan dapat bersifat asimtomatik, infeksi paru-paru dapat
menyebar secara sistemik dan menetap dalam susunan saraf pusat dan organ-
organ lainnya (Jawetz, 1996).
Kapang atau mold merupakan jamur yang berbentuk menyerupai benang,
multiseluler, tidak berklorofil dan belum mempunyai diferensiasi jaringan.
Spesies kapang yang non-patogen meliputi spesies-spesies yang melakukan
perombakan bahan-bahan organik di tanah, dan perusakan pada serat-serat kayu
dan bahan-bahan lain. Kapang hidup di dalam tanah, buah-buahan, dalam air, dan
pada bahan-bahan makanan. Kapang dapat bersifat saprofit dan parasit pada
tanaman, manusia, dan hewan (Jutono, 1972). Tubuh kapang terdiri dari
kumpulan benang-benang halus berwarna putih yang disebut hifa. Hifa-hifa ini
dapat terus tumbuh dan bercabang membentuk miselium. Setiap hifa mempunyai
lebar antara 5-19 mikron (Tarigan, 1988).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Adanya kapang dalam makanan atau minuman sangat berbahaya karena
kapang menghasikan mikotoksin. Mikotoksin adalah metabolit sekunder dari
kapang yang bersifat sitotoksik, merusak struktur sel, seperti membran dan
merusak proses pembentukan sel yang penting bagi tubuh. Penyakit yang
disebabkan oleh mikotoksin disebut dengan mikotoksis. Ada 5 jenis mikotoksin
yang berbahaya bagi kesehatan yaitu, aflatoksin, fumonisin, okratoksin,
trikotesena, dan zearalenon. Aflatoksin terutama dihasilkan oleh Aspergilus flavus
dan Aspergilus parasiticus. Terdapat enam jenis aflatoksin yang sering dijumpai
dan bersifat toksik, yaitu aflatoksin B1, B2, G1, G2, M1 dan M2 (Ahmad, 2009).
Aspergilus flavus ditemukan di air, udara dan tanah (David et all., 2001)
Salah satu jenis aflatoksin yang paling toksik adalah aflatoksin B1 yang
banyak ditemukan pada makanan dan minuman. Apabila aflatoksin ini masuk ke
dalam tubuh manusia terutama pada wanita yang sedang menyusui, maka akan
disekresikan melalui ASI dalam bentuk hidroksilasinya yaitu aflatoksin M1.
Aflatoksin M1 ini dapat terkonsumsi oleh bayi melalui ASI dan dapat
menyebabkan hepatotoksik dan kanker hati (Abdulrazzaq, 2003).
D. Angka Lempeng Total (ALT)
Metode kuantitatif digunakan untuk mengetahui jumlah mikroba yang
ada pada suatu sampel, umumnya dikenal dengan Angka Lempeng Total
(ALT). Uji ALT dan lebih tepatnya ALT bakteri aerob mesofil atau anaerob
mesofil menggunakan media padat dengan hasil akhir berupa koloni bakteri
yang dapat diamati secara visual dan dihitung dalam satuan koloni (cfu) per
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
ml/g atau koloni/100ml. Cara yang digunakan antara lain dengan cara tuang,
cara tetes dan cara sebar (BPOM RI, 2008).
Bakteri merupakan organisme yang tidak memiliki membran inti sel,
prokariota dan mikroskopik (berukuran kecil). Bakteri adalah salah satu penyebab
infeksi pada manusia. Banyak infeksi yang disebabkan oleh bakteri bersifat
patogen dan asimtomatik. Penyakit terjadi jika bakteri atau reaksi imunologik
terhadap keberadaannya menyebabkan cukup kerusakan pada seseorang (Jawetz,
1996).
Habitat bakteri merupakan tempat tinggal yang spesifik bagi bakteri untuk
tumbuh. Habitat alam mikroorganisme berupa tanah, air dan udara. Bakteri
patogen yang berada di tanah meliputi Clostridium tetani, Clostridium
perfringens, Clostridium botulinum, dan Bacillus antracis. Bakteri yang berasal di
air meliputi Salmonella, shigella, Vibrio cholerae, Legionella, dan Escherichia
coli. Bakteri E.coli ini biasanya digunakan sebagai indikator dari pencemaran air
oleh tinja. Udara sangat jarang menjadi habitat bakteri karena adanya efek
pengeringan, ozonisasi, dan radiasi sinar UV. Namun, udara dalam ruangan
kemungkinan mengandung mikroba patogen yang berasal dari tangan, kulit,
pakaian, dan saluran napas atas manusia (Radji, 2011).
Patogenesis merupakan kemampuan dari suatu mikroorganisme untuk
menyebabkan penyakit mulai dari mikroorganisme masuk dalam sel hospes dan
berkembang biak. Kemampuan mikroorganisme dalam menimbulkan penyakit ini
dipengaruhi dari sistem imun hospes yang sedang terganggu serta faktor virulensi
dari mikroorganisme tersebut (Radji, 2011).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Faktor virulensi mikroorganisme patogen ditentukan oleh toksin yang
diproduksi yaitu berupa endotoksin (toksin lipopolisakarida) dan eksotoksin
(toksin protein). Eksotoksin merupakan protein toksin yang termolabil dan
dikelompokkan menjadi 3 tipe yaitu: sitotoksin (membunuh sel inang atau
mempengaruhi fungsi sel), neurotoksin (terlibat dalam transmisi normal impuls
saraf), enterotoksin (mempengaruhi sel-sel pada saluran pencernaan). Endotoksin
merupakan toksin yang tahan panas dan dihasilkan oleh bakteri gram negatif
selama masa pertumbuhan terutama pada saat sel mengalami lisis. Pada saat sel
lisis, disintegrasi dinding selnya mengakibatkan pelepasan toksin LPS.
Endotoksin yang dilepaskan pada peredaran darah dapat menyebabkan syok
kerena terjadi penurunan tekanan darah dan kegagalan fungsi banyak organ
(Pratiwi, 2008).
Clostridium tetani merupakan bakteri tanah patogen yang menghasilkan
neurotoksin berupa tetanospamin. Tetanospamin dapat mencapai sistem saraf
pusat dan terikat pada sel saraf menyebabkan kontraksi otot yang tidak terkendali,
menghasilkan kontraksi otot spasmodik tetanus. Bakteri Clostridium botulinum
juga menghasilkan neurotoksin berupa toksin botulinum. Neurotoksin ini akan
menghambat transmisi impuls saraf ke sel otot. Toksin ini terikat kuat pada sel
saraf dan menghambat pelepasan neurotransmiter yaitu asetilkolin (berperan
dalam menginduksi kontraksi otot). Akibatnya terjadi penghambatan kontraksi
otot (Pratiwi, 2008). Clostridium perfringens menularkan penyakit dari makanan
atau minumam yang terkontaminasi tanah dan tinja. Bakteri ini menghasilkan
enterotoksin yang merangsang enzim adenilat siklase pada dinding usus dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
menyebabkan hipersekresi air dan klorida dan menghambat reabsorpsi natrium.
Akibatnya terjadi diare, kram perut, dan kadang-kadang terasa mual disertai
muntah (Radji, 2011).
Bakteri air seperti E.coli dapat menyebabkan diare dan infeksi saluran
kemih. Penyebab utama diare pada bayi yaitu E.coli enterohemoragik dan E.coli
enterotoksigenik (Dupont, 1971). Bakteri Salmonella menyebabkan salmonellosis
pada manusia melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi. Salmonella
menghasilkan endotoksin yang dapat merangsang pelepasan zat pirogen dari sel-
sel makrofag dan sel polimorfonuklear sehingga mengakibatkan demam.
Salmonella juga menghasilkan enterotoksin dan sitotoksin yang menyebabkan
diare. Shigella menghasilkan endotoksin yang dapat menyebabkan demam dan
eksotoksin berupa enterotoksin, neurotoksin serta sitotoksin. Enterotoksin yang
dihasilkan oleh Shigella ini dapat menyerang kolon sehingga mengakibatkan diare
berair atau disentri, sedangkan neurotoksin dan sitotoksin belum diketahui pasti
peranannya pada shigellosis, tetapi diduga menyebabkan kejang pada anak-anak.
Bakteri Legionella tidak hanya berasal dari air tetapi juga infeksi diperoleh
melalui inhalasi udara atau melalui debu. Gejala klinik dari infeksi Legionella
yaitu berupa demam tinggi, menggigil, diare, dan batuk (Radji, 2011). Toksin
kolera merupakan enterotoksin yang dihasilkan oleh bakteri Vibrio cholerae yang
dapat menginduksi pembentukan cyclic cAMP dari ATP pada sitoplasma.
Akibatnya, sel epitel mengeluarkan sejumlah besar cairan dan elektrolit serta
mengganggu kontraksi otot normal sehingga berakhir dengan diare disertai
muntah (Pratiwi, 2008). Habitat Pseudomonas aeruginosa adalah di tanah dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
air. P. aeruginosa juga dapat dijumpai pada daerah lembab (Levinson & Jawetz,
2003). P.aeruginosa melekat dan membentuk koloni pada selaput mukosa atau
kulit, menginvasi secara lokal dan menimbulkan penyakit sistemik.
Lipopolisakarida pada P.aerugenosa berperan langsung dalam menyebakan
demam, syok oligouria, leukositosis, dan leukopenia.
Pengenceran dari sampel sangat penting untuk menghindari koloni bakteri
atau kapang/khamir yang saling menumpuk karena konsentrasi sangat pekat
sehingga didapatkan koloni yang terpisah dan dapat dihitung dengan mudah.
Pengenceran ini sangat membantu terutama untuk sampel dengan cemaran sangat
tinggi (BPOM RI, 2008).
E. Media
Media pertumbuhan mikroorganisme adalah bahan yang tersusun dari
bermacam-macam zat makanan atau nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan
mikroorganisme dalam menyusun komponen sel-selnya (Aulia, 2012). Mikroba
membutuhkan banyak nutrisi untuk dapat melakukan sintesa protoplasma dan
bagian-bagian sel lainnya. Setiap nutrisi yang dibutuhkan mikroorganisme dapat
berbeda karena sifat fisiologi setiap mikroorganisme juga berbeda (Sumarsih,
2007). Media dapat berupa cairan seperti kaldu dan dapat pula berupa padatan
seperti agar dan gelatin. Media harus mengandung sumber karbon, nitrogen,
sulfur, fosfor, dan faktor pertumbuhan organik (Radji, 2011). Proses pembuatan
media harus dilakukan proses sterilisasi dan selalu menerapkan perilaku aseptis
agar tidak ada kontaminan yang berasal dari media.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Medium pertumbuhan dapat digunakan untuk hal-hal berikut :
1. isolat mikroorganisme menjadi kultur murni,
2. memanipulasi komposisi media pertumbuhannya,
3. menumbuhkan mikroorganisme,
4. memperbanyak jumlah,
5. menguji sifat-sifat fisiologisnya
6. menghitung jumlah mikroba (Aulia, 2012).
Media yang digunakan untuk pengujian AKK adalah Potato Dextrose
Agar (PDA). Media ini menyediakan nutrisi untuk menstimulasi pertumbuhan
konidium pada jamur (Murray, 1996). Media yang digunakan untuk pengujian
ALT adalah Plate Count Agar (PCA) yang mengandung tripton, glukosa dan
yeast extract untuk nutrisi pertumbuhan bakteri (Bridson, 2006).
Identifikasi bakteri patogen misalnya E. coli menggunakan media selektif
yaitu media yang hanya dapat ditumbuhi oleh satu atau lebih mikroorganisme
tertentu, tetapi akan menghambat/mematikan jenis lainnya. Salah satu media
selektif untuk identifikasi bakteri E.coli adalah E.coli Broth (ECB) merupakan
media yang memfasilitasi bakteri Coliform yaitu E.coli, Enterobacter aerogenes
dan Citrobacter fruendii untuk memfermentasikan laktosa. Hasil positif
ditunjukkan dengan adanya pembentukan gas (Cappucino, 2008).
Media differensial adalah media yang digunakan untuk menumbuhkan
mikroba tertentu serta untuk menentukan sifat-sifatnya. Media Tryptone Bile X-
Glucuronide (TBX) adalah media yang mengandung agen kromogenik x-β-D-
glukoronide yang dapat mendeteksi adanya enzim glukoronidase yang terdapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
pada E.coli. Bakteri E.coli akan menyerap agen kromogenik x-β-D-glukoronide
dan akan terjadi interaksi dengan enzim glukoronidase. Setelah terjadi proses
fermentasi maka agen kromogenik akan disekresikan ke luar sel yang akan
menimbulkan warna hijau-kebiruan sehingga memudahkan dalam proses
identifikasi E.coli (Bridson, 2006).
F. Escherichia coli
Escherichia coli termasuk dalam golongan gram negatif yang berbentuk
batang, berbentuk rantai membentuk koloni, dan bergerak mengunakan flagel.
Sebagian besar dari bakteri E.coli menghasilkan toksin berupa eksotoksin yang
tidak tahan pada panas, eksotoksin ini dapat menyebabkan hipermotilitas karena
peningkatan sekresi air dan klorida ke dalam lumen usus dan menyebabkan diare
pada anak-anak ( Jawetz, 1996). Pada saluran pencernaan, E. coli mampu
memfermentasikan laktosa pada suhu tubuh normal 35-37ºC (Chandra, 2007).
E.coli dapat tumbuh baik pada temperatur 8º-46ºC. Bakteri yang berada sedikit di
atas temperatur minimum atau sedikit di atas temperatur maksimum, tidak akan
mati melainkan berada dalam keadaan tidur atau dormancy ( Melliawati, 2009).
Bakteri E.coli dapat tetap bertahan pada suhu 70oC (Anonim, 2014).
Bakteri E.coli merupakan flora normal yang berada pada saluran
pencernaan manusia. Namun apabila keberadaannya berlebih tentu justru akan
membahayakan kondisi tubuh. Selain itu, ada beberapa dari galur bakteri E.coli
yang menyebabkan infeksi pada manusia seperti infeksi saluran kemih, infeksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
meningitis, diare yang disertai darah, kejang perut, demam, dan terkadang dapat
menyebabkan gangguan pada ginjal (Radji, 2011).
Escherichia coli adalah golongan Enterobacteriaceae yang sebenarnya
tidak banyak dijadikan sebagai indikator dari kontaminasi fekal, tetapi lebih
menunjukkan sebagai indikator dari sanitasi yang buruk pada saat proses produksi
jamu dikarenakan bakteri ini tahan pada suhu tinggi maupun suhu rendah,
kekeringan, serta tahan terhadap detergen atau disinfektan (BPOM, 2008).
Berdasarkan sifat virulensi, E.coli dikelompokkan menjadi 2 yaitu:
1. E.coli yang menyebabkan infeksi intestin
a. E.coli Enteropatogenik (EPEC)
EPEC ini menyebabkan diare berat pada bayi bisa bertahan
lebih dari 2 minggu dalam tubuh inang dan mengakibatkan
kematian jika terjadi dehidrasi berat. Pada orang dewasa,
penyakit ini ditandai dengan diare berat, mual, muntah, kram
perut, sakit kepala, demam, dan menggigil. Waktu timbulnya
penyakit diare adalah 17 sampai 72 jam dengan durasi 6 jam
sampai 3 hari. Strain ini menyebabkan penyakit diare pada
orang-orang di negara berkembang ketika ditransmisikan dalam
air yang terkontaminasi oleh tinja (Dupont, 1971).
b. E.coli Enteroinvasif (EIEC)
EIEC mirip dengan shigellosis dan disebabkan oleh penetrasi
bakteri yang mengakibatkan kerusakan mukosa usus. Gejala
meliputi: menggigil, demam, sakit kepala, nyeri otot, kram
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
perut, dan diare cair. Penyakit ini terjadi 8 sampai 24 jam
setelah konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi bakteri
ini (Dupont, 1971)
c. E.coli Enterotoksigenik (ETEC)
Penyebab utama pada “diare wisatawan” serta penting
menyebabkan diare pada bayi di negara berkembang. ETEC
termasuk strain yang menghasilkan enterotoksin yaitu toksin
LT (tidak tahan panas) dan toksin ST (tahan panas) ketika
berkembang biak di usus menyebabkan diare dan gangguan
absorpsi klorida dan natrium serta menurunkan motilitas usus
halus. Penyakit ini ditandai dengan diare berat, yang
menyebabkan dehidrasi. Diare dapat bertahan hingga 19 hari.
Biasanya tidak ada demam. Onset penyakit dapat terjadi 8-44
jam setelah konsumsi (Dupont, 1971)
d. E.coli Enterohemoragic (EHEC)
Gejala ditandai dengan kram perut parah (namun tidak selalu)
diikuti dengan diare berdarah (kolitis hemoragik). Beberapa
individu hanya menunjukkan diare dan muntah tidak disertai
demam. Masa inkubasi biasanya sekitar sekitar 3 sampai 9 hari.
Mikroorganisme ini menghasilkan verotoksin yang
menyebabkan sindrom uremik hemolitik dan gagal ginjal pada
anak-anak yang sering membutuhkan dialisis dan akhirnya
dapat menyebabkan kematian (Dupont, 1971).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
e. E.coli Enteroagregatif (EAEC)
Penyebab utama diare akut dan kronis pada masyarakat
berkembang. EAEC menyebabkan diare tidak berdarah, tidak
menginvasi, dan tidak menyebabkan inflamasi pada mukosa
intestin. EAEC juga menghasilkan hemolisin yang dapat
menyebabkab infeksi saluran kemih (Radji, 2011).
2. E.coli yang dapat menyebabkan infeksi extraintestin
a. E.coli Uropatogenik (UPEC)
UPEC menyebabkan infeksi saluran kandung kemih pada 90%
wanita. Kemungkinan wanita mengalami infeksi UPEC ini
dikarenakan wanita mempunyai saluran uretra yang lebih
pendek dibandingkan pria. Bakteri yang berkolonisasi berasal
dari tinja atau daerah perineum saluran urin yang masuk ke
dalam kandung kemih (Radji, 2011).
b. E.coli meningitis neonatus (NMEC)
NMEC merupakan penyebab utama meningitis pada bayi yang
baru dilahirkan. Infeksi terjadi setelah E.coli masuk ke dalam
pembuluh darah melaui nasofaring atau saluran gastrointestinal
dan kemudian masuk ke dalam sel-sel otak. Faktor utama
virulensi dari NMEC ini adalah antigen K1 (Radji, 2011).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
G. Identifikasi Escherichia coli
Prinsip pengujian deteksi Eschericia coli menurut Metode Analisis
Mikrobiologi (MA PPOM 73/MIK/06) yaitu pertumbuhan koloni Eschericia
coli pada media lempeng selektif dan dilanjutkan dengan konfirmasi melalui
uji biokimia. Pada pengujan deteksi Eschericia coli digunakan Tryptic Soy
Broth (TSB) sebagai media cair atau pengencer, dan Eosyn Methylen Blue
(EMB) sebagai media lempeng selektif.
Uji yang digunakan untuk mengetahui keberadaan bakteri E.coli
didalam contoh adalah uji fermentasi karbohidrat dan uji IMViC (uji Indol,
Methyl Red, Voges-Proskauer, dan Citrate) yang menjadi ciri keberadaan
bakteri E.coli (Holt et all., 2000). Berikut uji identifikasi keberadaan E.coli:
1. Uji fermentasi karbohidrat
Sebagian besar mikroorganisme memperoleh energi dari serangkaian
reaksi enzimatik dari substrat seperti karbohidrat. Organisme yang menggunakan
karbohidrat berbeda-beda tergantung dari enzim yang dimilikinya. Beberapa
organisme dapat memfermentasikan gula salah satunya adalah glukosa secara
anaerob. Bakteri fakultatif anaerob seperti E.coli dapat memfermentasikan
glukosa dalam keadaan aerob maupun anaerob. Fermentasi karbohidrat secara
anaerob menghasilkan asam organik seperti asam format, asam laktat, asam asetat
disertai gas hidrogen dan karbon dioksida (Cappuccino, 2008).
Karbohidrat yang sering digunakan yaitu glukosa, laktosa, manitol,
maltosa dan sukrosa. Media yang digunakan mengandung glukosa dan
ditambahkan indikator merah fenol. Adanya asam dapat diketahui dari perubahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
warna media dari merah menjadi kuning. Gas yang terbentuk terjebak dalam
tabung Durham (Lay, 1994).
2. Uji indol
Bakteri E.coli mampu menggunakan triptofan sebagai sumber karbon.
E.coli memiliki enzim triptofanase yang mengkatalisasikan penguraian gugus
indol dari triptofan. Pembentukan Indol diketahui dengan adanya cincin warna
merah muda di permukaan media karena penambahan reagen Kovac’s (Lay,
1994).
3. Uji metil merah
Pada umumnya glukosa merupakan sumber energi bagi mikroorganisme.
Sebagian besar mikroorganisme enterik seperti E.coli memfermentasikan glukosa
dengan memproduksi asam organik. Adanya penambahan indikator pH metil
merah dapat mendeteksi adanya asam yang dihasilkan oleh mikroorganisme
ditandai dengan penurunan pH dari 6 menjadi 4 dan perubahan warna media dari
kuning menjadi merah (Cappuccino, 2008).
4. Uji Voges-Proskauer
Uji Voges-Proskauer dapat mengetahui beberapa mikroorganisme yang
menghasilkan produk non asam atau bersifat netral, seperti asetilmetilkarbinol
dari asam organik yang dihasilkan pada metabolisme glukosa. Reagen yang
digunakan yaitu reagen Barritt’s yang berisi alkohol α-naftol dan KOH 40%.
Hasil positif ditandai dengan terbentuknya kompleks warna merah seperti bunga
mawar pada media. Setelah penambahan reagen Barritt’s didiamkan selama 15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
menit, terbentuknya warna merah mengindikasikan adanya asetilmetilkarbinol
(Cappuccino, 2008).
5. Uji sitrat
Uji sitrat bertujuan untuk mengetahui kemampuan suatu mikroorganisme
dalam menggunakan sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon dan energi. Warna
media akan berubah dari hijau menjadi biru karena asam dihilangkan dan terjadi
peningkatan pH, karena mikroorganisme menggunakan sitrat sebagai sumber
karbon dan energi. Perubahan warna media dikarenakan adanya indikator pH
brom timol biru pada media (Lay, 1994).
6. Pengecatan gram
Pengecatan gram merupakan metode yang paling banyak digunakan dalam
klasifikasi bakteri. Metode ini dapat memisahkan menjadi 2 kelompok besar yaitu
bakteri gram positif dan gram negatif (Hadioetomo, 1985).
Zat warna yang digunakan yaitu kristal violet (biru) dan safranin (merah).
Prosedur laboratorium dimulai dengan melapisi spesimen dengan zat warna kristal
violet. Mikroorganisme kemudian dicuci dan diberi zat warna safranin.
Berdasarkan karakteristik dinding selnya, mikroorganisme gram positif akan
menyerap zat warna kristal violet ke dalam dinding sel dan mempertahankannya
selama pencucian sehingga akhirnya akan berwarna biru. Mikroorganisme gram
negatif tidak dapat mempertahankan zat warna kristal violet pada saat pencucian
sehingga akan berwarna merah ketika pemberian zat warna safranin (Sears, 2011).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
H. Landasan Teori
Obat Bahan Alam Indonesia dibagi menjadi 3 yaitu jamu, obat herbal
terstandar serta fitofarmaka. Jamu termasuk dalam cairan obat dalam yang harus
memenuhi persyaratan sesuai KEPMENKES RI No. 661 Tahun 1994 yaitu tidak
boleh mengandung bakteri patogen, AKK tidak lebih dari 103 dan ALT tidak lebih
dari 104.
Jamu uyup-uyup merupakan jamu yang dikonsumsi oleh ibu yang sedang
menyusui dan berkhasiat untuk meningkatkan produksi ASI. Jamu uyup-uyup ini
terbuat dari empon-empon berupa kunyit, kencur, temulawak, lempuyang, temu
ireng, temu giring, dan daun pepaya.
Pada penelitian ini dilakukan uji AKK, ALT serta Identifikasi bakteri
Escherichia coli pada jamu uyup-uyup dari penjual jamu racik “X” di Yogyakarta.
Uji AKK dan uji ALT bertujuan untuk menghitung jumlah mikroba patogen yang
berada pada sampel jamu uyup-uyup dan dinyatakan dalam koloni/mL sesuai
dengan PPOMN tahun 2006.
Tanah dan air merupakan habitat bagi mikroba patogen diantaranya adalah
Clostridium tetani, Clostridium botulinum, Clostridium perfringens, Bacillus
antracis, Salmonella, shigella, Vibrio cholerae, Legionella, dan E. coli. Apabila
mikroba patogen tersebut masuk ke dalam tubuh manusia maka akan
menimbulkan penyakit diantaranya adalah demam, diare, muntah bahkan dapat
menyerang sistem saraf terutama bagi ibu-ibu yang sedang menyusui yang dapat
ditularkan kepada bayinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Faktor-faktor yang dapat menyebakan tingginya jumlah AKK, ALT dan
keberadaan bakteri E.coli adalah bahan baku yang digunakan oleh penjual jamu
racik “X” di Yogyakarta adalah berupa rimpang yang berasal dari tanah yang
kemungkinan mengandung banyak mikroba patogen. Pencucian bahan baku yang
kurang bersih karena bahan baku hanya dicuci menggunakan sikat yang
memungkinkan bakteri patogen masih tertinggal di rimpang tersebut. Selain itu,
bahan baku disimpan di dekat kamar mandi yang kondisinya lembab, serta
ditempatkan di bawah kandang burung yang kemungkinan dapat terkontaminasi
oleh mikroba patogen Cryptococcus neoformans. Mikroba patogen ini ditemukan
pada kotoran burung dan dapat menyebabkan infeksi paru-paru pada manusia.
Peralatan yang digunakan untuk pembuatan jamu uyup-uyup adalah
menggunakan lumpang dan alu yang tidak dicuci menggunakan sabun, dan dalam
keadaan yang lembab dapat memicu adanya pertumbuhan mikroba patogen.
Penjual jamu racik “X” buka dari pukul 06.00 WIB hingga 19.30 WIB, akibat
jamu yang didiamkan terlalu lama akan memicu pertumbuhan mikroba yang
semakin banyak karena air merupakan media yang sesuai untuk pertumbuhan
bakteri dan jamur. Apabila air yang digunakan oleh penjual jamu racik “X”
tercemar bakteri E.coli maka akan mengkontaminasi pada saat pembuatan jamu
uyup-uyup.
I. Hipotesis
Pada sampel jamu uyup-uyup dari penjual jamu racik “X” di Yogyakarta
mengandung AKK lebih dari 103, ALT lebih dari 104 serta terdapat bakteri
patogen E.coli.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan rancangan
deskriptif exploratif. Penelitian ini akan mendeskripsikan nilai AKK dan ALT
serta mengidentifikasi keberadaan bakteri Escherichia coli dalam sampel jamu
uyup-uyup dari penjual jamu racik “X” di Yogyakarta.
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel-variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah:
1. Variabel utama
a. Variabel bebas: waktu produksi jamu uyup-uyup dari penjual jamu racik
“X” di Yogakarta.
b. Variabel tergantung: AKK, ALT, dan keberadaan bakteri E. coli.
2. Variabel Pengacau
a. Variabel pengacau terkendali: media pertumbuhan yaitu Potato Dextrose
Agar (PDA) dan Plate Count Agar (PCA), suhu inkubasi 35ºC untuk uji
ALT dan 25ºC untuk uji AKK, waktu inkubasi 24-48 jam untuk uji ALT
dan 3-5 hari untuk uji AKK. Media selektif yaitu media E.Coli Broth
(ECB), TBX (Tryptone Bile X-Glucoronide), media glukosa, laktosa,
manitol, maltosa dan sakarosa (uji fermentasi karbohidrat), media Simmon
Citrate Agar, media MR-VP, suhu inkubasi (37-44ºC), waktu inkubasi (24-
48 jam) untuk uji identifikasi E.coli.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
b. Variabel pengacau tak terkendali: kualitas bahan yang digunakan.
3. Definisi operasional
a. Jamu uyup-uyup adalah jamu yang terbuat dari kencur, kunyit, lempuyang,
temulawak, temu giring, temu ireng dan daun pepaya yang dipercaya
berkhasiat untuk memperlancar ASI. Jamu uyup-uyup yang digunakan
berasal dari penjual jamu racik “X” di Yogyakarta.
b. AKK adalah suatu uji cemaran mikroba yang dilakukan dengan menghitung
jumlah kapang dan atau khamir yang terdapat dalam jamu uyup-uyup
dengan metode dan analisis hasil berdasarkan PPOMN tahun 2006.
c. ALT adalah suatu uji cemaran mikroba yang dilakukan dengan menghitung
jumlah bakteri aerob mesofil yang terdapat dalam jamu uyup-uyup dengan
metode menurut PPOMN TAHUN 2006.
d. Uji identifikasi E.coli adalah uji fermentasi karbohidrat, uji IMViC dan
pengecatan gram untuk mengidentifikasi keberadaan bakteri E.coli dalam
jamu uyup-uyup menurut PPOMN tahun 2006.
C. Bahan Penelitian
1. Cairan jamu uyup-uyup yang diperoleh dari penjual jamu racik “X” di
Yogyakarta.
2. Media yang digunakan untuk pengujian AKK adalah media Potato Dextrose
Agar (Oxoid). Media yang digunakan dalam pengujian ALT adalah plate
count agar (Oxoid). Media selektif E.coli yaitu media E.Coli Broth (Oxoid),
Tryptone Bile X-Glucoronide (Oxoid). Media untuk uji identifikasi E.coli
(Uji fermentasi karbohidrat) media glukosa, laktosa, manitol, maltosa, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
sakarosa (Oxoid) (IMVIC) menggunakan media Sulfur Indol Motility
(Oxoid), Methyl-Red Voges Proskauer (Oxoid), Simon’s Citrate agar
(Oxoid).
3. Kloramfenikol (Brataco Chemika), Pepton Dilution Fluid (Oxoid) aquadest
steril, etanol 70%, reagen Kovac’s (Merck), larutan metil merah, larutan α-
naftol, larutan KOH 40%.
D. Alat Penelitian
Laminar Air Flow, autoklaf (model: KT-40 No.108049 Midorigaoka
Japan), inkubator (WTC binder), oven (Memmert model 400), stomacher 400
circulator (Seward), mikropipet (Iwaki), mikroskop, pipet tetes, tabung reaksi,
tabung Durham, gelas sediaan, cawan petri, pipet volume, Beaker glass (Pyrex),
gelas ukur (Pyrex), Bunsen, neraca analitik (Precition Balance Model AB-204,
Metter Taledo) , Erlenmeyer, penangas air dan jarum ose.
E. Tata Cara Penelitian
1. Pemilihan dan Pengambilan Sampel
Sampel jamu yang dipilih adalah jamu uyup-uyup diambil dari penjual
jamu racik “X” di Yogyakarta. Sampel jamu selanjutnya diuji AKK, ALT dan
identifikasi Escherichia coli. Pengambilan sampel dilakukan setiap hari senin jam
06.00-07.30 karena pada jam tersebut paling banyak pembeli jamu uyup-uyup.
Sampel jamu uyup-uyup diambil tiga kali dengan jarak pengambilan satu
minggu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
2. Penanganan Wadah/Kemasan Penyiapan Sampel
Sumbat atau tutup botol dibersihkan dengan kapas beralkohol 70%, lalu
dipanaskan di api bunsen sebentar. Sumbat dibuka secara aseptis.
3. Tahap Pra-Pengkayaan
a. Homogenisasi sampel untuk uji AKK
Sampel jamu uyup-uyup dipipet sebanyak 25 mL secara aseptis,
dimasukan ke dalam plastik steril yang telah berisi sebanyak 225 mL
larutan pengencer PDF kemudian dihomogenkan dengan bantuan
stomacher, sehingga diperoleh pengenceran 10-1.
b. Homogenisasi sampel untuk uji ALT
Sampel jamu uyup-uyup dipipet sebanyak 25 mL secara aseptis,
dimasukan ke dalam plastik steril yang telah berisi sebanyak 225 mL
larutan pengencer PDF kemudian dihomogenkan dengan bantuan
stomacher, sehingga diperoleh pengenceran 10-1.
c. Pengenceran sampel untuk uji AKK
Labu ukur 10 mL disiapkan sebanyak 4 buah yang masing-masing
telah diisi sebanyak 9 mL PDF. Sampel dipipet sebanyak 1 mL
pengenceran 10-1 dan dimasukkan ke dalam tabung pertama yang telah
berisi PDF secara aseptis hingga diperoleh pengenceran 10-2 lalu dikocok
homogen dengan vortex. Pengenceran dibuat sampai 10-5.
d. Pengenceran sampel untuk uji ALT
Labu ukur 10 mL disiapkan sebanyak 4 buah yang masing-masing
telah diisi sebanyak 9 mL pengencer PDF . Pengenceran 10-1 dari hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
homogenisasi pada penyiapan sampel dipipet sebanyak 1 mL dengan cara
aseptis dan dimasukkan ke dalam tabung pertama yang telah diisi
sebanyak 9 mL PDF hingga diperoleh pengenceran 10-2, kemudian
dihomogenkan dengan menggunakan vortex. Pengenceran selanjutnya
dibuat hingga 10-5 (PPOMN, 2006).
4. Uji AKK
a. Pembuatan larutan kloramfenikol 1%
Kloramfenikol sebanyak 1 gram dilarutkan ke dalam 100 mL
aquadest steril.
b. Pembuatan media Potato Dextrose Agar (PDA)
Serbuk PDA sebanyak 39 gram disuspensikan dalam 1000 mL
aquadest, kemudian dilarutkan dengan pemanasan dan diaduk hingga
merata, dimasukkan dalam wadah yang sesuai. Kloramfenikol 100
gram/L ditambahkan dalam media dan dicampur hingga merata. Sterilisasi
dengan autoklaf selama 15 menit pada suhu 121°C, setelah itu dituang ke
dalam cawan petri atau tabung reaksi steril dan dibiarkan memadat.
c. Uji AKK
Suspensi bakteri dari masing-masing pengenceran dipipet sebanyak
1 mL dengan cara aseptis ke dalam cawan petri steril dan dibuat duplo.
Media PDA yang telah dicairkan (suhu 45±1oC) sebanyak 20 mL
dituangkan ke dalam cawan petri dan digoyangkan sehingga campuran
tersebut merata. Cawan petri dibalik setelah agar membeku dan
diinkubasikan pada suhu 25oC atau pada suhu kamar selama 5 hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Pengamatan dilakukan setiap hari sampai hari ke-5. Koloni kapang dan
khamir dihitung setelah 5 hari.
Uji sterilitas media dilakukan dengan menuangkan media PDA
dalam cawan petri dan dibiarkan memadat. Uji sterilitas pengencer
dilakukan dengan cara menuangkan media PDA yang ditambahkan
sebanyak 1 mL pengencer (PDF) lalu dibiarkan memadat (PPOMN, 2006).
5. Uji ALT
a. Pembuatan media Plate Count Agar (PCA)
Sebanyak 7,05 g PCA ditimbang dan dicampurkan dengan 300 mL
aquadest steril, pH diatur 7,0 dan dipanaskan hingga larutan jernih.
Selanjutnya disterilkan dengan autoclaf selama 15 menit pada suhu
121oC.
b. Uji ALT
Masing-masing dari pengenceran dipipet sebanyak 1 mL secara
aseptis ke dalam cawan petri steril dan dibuat duplo. Media PCA sebanyak
15 mL yang telah dicairkan yang bersuhu 45±1oC dalam waktu 15 menit
dari pengenceran pertama dituangkan pada setiap cawan petri . Cawan
petri digoyangkan dengan hati-hati agar sampel tersebar merata dengan
media dan biarkan hingga memadat. Uji kontrol dilakukan untuk
mengetahui sterilitas media dan pengencer. Uji sterilitas media dilakukan
dengan cara menuangkan media PCA dalam suatu cawan petri dan
dibiarkan memadat. Uji sterilitas pengencer dilakukan dengan cara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
menuangkan media PCA yang ditambahkan sebanyak 1 mL pengencer
PDF lalu dibiarkan memadat.
Seluruh cawan petri diinkubasi terbalik pada suhu 35oC selama 24
jam hingga 48 jam. Jumlah koloni yang tumbuh diamati dan dihitung.
Dihitung Angka Lempeng total dalam 1 mL contoh dengan mengkalikan
jumlah rata-rata koloni pada cawan dengan faktor pengenceran yang
digunakan (PPOMN, 2006).
6. Uji Identifikasi Escherichia coli
a. Uji Pengkayaan
Suspensi hasil homogenisasi contoh dipipet sebanyak 1 mL dan
diinokulasikan pada 9 mL ECB. Kemudian diinkubasi pada suhu 44oC
selama 24 jam. Timbulnya gas pada tabung Durham dan kekeruhan pada
media yang menunjukkan karakteristik E.coli (PPOMN, 2006)).
b. Isolasi
Hasil dari biakan pengkayaan diinokulasikan pada permukaan
TBX dengan cara streak plate dan diinkubasi dengan posisi lempeng
terbalik pada suhu 35-37oC selama 24 jam. Koloni spesifik E.coli yang
tumbuh dengan ciri-ciri bentuk bulat, diameter 2-3 mm, berwarna hijau
dengan kilap logam dan bintik biru kehijauan ditengahnya (PPOMN,
2006).
c. Identifikasi E.coli dengan uji biokimia
Satu koloni spesifik dipilih pada media TBX dan ditanam pada
media fermentasi karbohidrat, media SIM, media MR-VP dan media
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Simmon’s citrate agar kemudian diinkubasi pada suhu 35-37oC selama 24
jam sebagai berikut :
1. Uji fermentasi glukosa
Satu sengkelit biakan TBX diinokulasikan pada media
glukosa dan diinkubasi pada suhu 35-37oC selama 24 jam. Hasil
positif ditandai dengan adanya perubahan warna media dari orange
kemerahan menjadi kuning (PPOMN, 2006).
2. Uji fermentasi laktosa
Satu sengkelit biakan TBX diinokulasikan pada media
laktosa dan diinkubasi pada suhu 35-37oC selama 24 jam. Hasil
positif ditandai dengan adanya perubahan warna media dari orange
menjadi kuning (PPOMN, 2006).
3. Uji fermentasi manitol
Satu sengkelit biakan TBX diinokulasikan pada media
manitol dan diinkubasi pada suhu 35-37oC selama 24 jam. Hasil
positif ditandai dengan adanya perubahan warna media dari orange
kemerahan menjadi kuning (PPOMN, 2006).
4. Uji fermentasi maltosa
Satu sengkelit biakan TBX diinokulasikan pada media
maltosa dan diinkubasi pada suhu 35-37oC selama 24 jam. Hasil
positif ditandai dengan adanya perubahan warna media dari orange
kemerahan menjadi kuning (PPOMN, 2006).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
5. Uji fermentasi sukrosa
Satu sengkelit biakan TBX diinokulasikan pada media
maltosa dan diinkubasi pada suhu 35-37oC selama 24 jam
diinokulasikan pada media sukrosa dan diinkubasi pada suhu 35-
37oC selama 24 jam. Hasil positif ditandai dengan adanya
perubahan warna media dari orange menjadi kuning (PPOMN,
2006).
6. Uji indol
Satu sengkelit biakan TBX diinokulasikan pada media SIM
dan diinkubasikan pada suhu 35-37oC selama 24 jam. Setelah
diinkubasi, ditambahkan 1 mL pereaksi indol (Reagen Kovac’s) ke
dalam masing-masing tabung dan dikocok beberapa menit. Warna
merah muda yang membentuk cincin pada permukaan biakan
menunjukkan reaksi indol positif (PPOMN, 2006).
7. Uji metil merah
Satu sengkelit biakan TBX diinokulasikan dalam media
MR-VP dan diinkubasikan pada suhu 35-37oC selama 48 jam.
Setelah diinkubasi tambahkan 5 tetes larutan metil merah dan
dikocok homogen selama beberapa menit. Warna kuning
menunjukkan reaksi negatif dan warna merah menunjukkan reaksi
positif (PPOMN, 2006).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
8. Uji Voges-Proskauer
Satu sengkelit biakan TBX diinokulasikan pada media MR-
VP dan diinkubasi pada suhu 35-37°C selama 48 jam.
Ditambahkan 12 tetes larutan alfa naftol dan 4 tetes larutan KOH
40%, dikocok kemudian didiamkan selama 2-4 jam. Perubahan
warna biakan menjadi merah muda hingga merah menyala
menunjukkan reaksi positif (PPOMN, 2006).
9. Uji Sitrat
Satu sengkelit biakan TBX diinokulasikan pada media
Simmon’s citrate agar lalu diinkubasikan pada suhu 35-37oC
selama 24-48 jam. Perubahan warna media dari hijau menjadi biru
menunjukkan reaksi positif (PPOMN, 2006).
d. Uji konfirmasi keberadaan E.coli dengan pengecatan gram
Sediaan dibuat di atas kaca alas. Kemudian dikeringkan di udara
dan difiksasikan dengan panas. Sediaan diwarnai dengan larutan crystal
violet-ammonium oksalat selama 1 menit. Selanjutnya sediaan dicuci
dengan air dan ditiriskan. Larutan larutan lugol (gram iodine) dibubuhkan
selama 1 menit. Selanjutnya sediaan dicuci dengan air dan ditiriskan.
Warna dihilangkan dengan dicuci menggunakan alkohol 95% selama 30
detik. Sediaan dicuci dengan air dan ditiriskan kemudian dibubuhkan
larutan safranin selama 10-30 detik. Sediaan dicuci dengan air dan
ditiriskan. Sediaan diserap dengan kertas saring, dikeringkan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
dilakukan pengamatan dengan menggunakan mikroskop pada perbesaran
1000 kali (PPOMN, 2006).
F. Analisis Hasil
1. Uji AKK
Perhitungan Angka Kapang/Khamir sesuai dengan MA PPOMN No.
96/MIK/00 sebagai berikut:
Cawan petri yang dipilih yaitu cawan petri dari suatu pengenceran yang
menunjukkan jumlah koloni antara 10-150 koloni. Jumlah koloni dari kedua
cawan dihitung lalu dikalikan dengan faktor pengencerannya. Bila pada cawan
petri dari 2 tingkat pengenceran yang berurutan menunjukkan jumlah antara 10-
150 koloni, maka dihitung jumlah koloni dan dikalikan faktor pengenceran,
kemudian diambil angka rata-rata. Hasil dinyatakan sebagai angka kapang/khamir
dalam tiap gram atau ml sampel (PPOMN, 2006).
Untuk beberapa kemungkinan lain yang berbeda dari pernyataan di atas,
maka diikuti petunjuk sebagai berikut:
i. Bila hanya salah satu di antara kedua cawan petri dari
pengenceran yang sama menunjukkan jumlah antara 10-150
koloni, jumlah koloni dari kedua cawan dihitung dan dikalikan
dengan faktor pengenceran (PPOMN, 2006).
ii. Bila ada tingkat pengenceran yang lebih tinggi di dapat jumlah
koloni lebih besar dari dua kali jumlah koloni pada
pengenceran di bawahnya, maka dipilih tingkat pengenceran
terendah (Misal: pada pengenceran 10-2 diperoleh 60 koloni dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
pada pengenceran 10-3 diperoleh 30 koloni, maka dipilih
jumlah koloni pada pengenceran 10-2 yaitu 60 koloni).
Bila pada pengenceran yang lebih tinggi didapat jumlah koloni
kurang dari dua kali jumlah koloni pengenceran di bawahnya,
maka diambil angka rata-rata dari jumlah koloni dari kedua
pengenceran tersebut. Hasil dinyatakan sebagai Angka
Kapang/Khamir dalam tiap gram sampel (Misal: pada
pengenceran 10-2 diperoleh 60 koloni dan pengenceran 10-3
diperoleh 10 koloni, maka Angka Kapang/Khamir adalah :
6 + 10 x 103 = 8 x 103
(PPOMN, 2006).
iii. Bila dari seluruh cawan petri tidak ada satupun yang
menunjukkan jumlah antara 10-150 koloni, maka dicatat angka
sebenarnya dari tingkat pengenceran terendah dan dihitung
sebagai Angka Kapang dan Khamir Perkiraan (PPOMN, 2006).
iv. Bila tidak ada pertumbuhan pada semua cawan dan bukan
disebabkan karena faktor inhibitor, maka Angka Kapang dan
Khamir dilaporkan sebagai kurang dari satu dikalikan faktor
pengenceran terendah (<1 x faktor pengenceran terendah)
(PPOMN, 2006).
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
2. Uji ALT
Perhitungan ALT yang sesuai MA PPOMN No. 95/MIK/00 sebagai berikut:
a. Cawan petri (simplo dan duplo) yang dipilih adalah cawan petri dari satu
pengenceran yang menunjukkan jumlah koloni antara 25-250 setiap cawan.
Semua koloni dalam cawan petri dihitung. Jumlah koloni dihitung rata-rata
dan dikalikan dengan faktor pengenceran. Hasilnya dinyatakan sebagai
jumlah bakteri per mililiter atau gram (PPOMN, 2006).
b. Jika salah satu dari dua cawan petri terdapat jumlah koloni lebih kecil dari
25 atau lebih besar dari 250, jumlah koloni dihitung, dirata-rata, dan
dikalikan dengan faktor pengenceran. Hasilnya dinyatakan sebagai jumlah
bakteri per mililiter atau gram (PPOMN, 2006).
c. Jika hasil dari dua pengenceran jumlahnya berturut-turut terletak antara 25-
250 koloni, jumlah koloni dari masing-masing pengenceran dihitung seperti
yang disebut pada butir a dan b di atas, dan dihitung rata-rata jumlah koloni
dari kedua pengenceran tersebut. Jika jumlah yang tertinggi lebih besar dari
dua kali jumlah yang terkecil, nyatakan jumlah yang lebih kecil sebagai
jumlah bakteri per mililiter atau gram (PPOMN, 2006).
d. Jika rata-rata jumlah koloni masing-masing cawan petri tidak terletak antara
25 dan 250 koloni, hitung jumlah koloni seperti pada butir a dan b di atas,
dan nyatakan sebagai jumlah bakteri perkiraan per mililiter atau gram
(PPOMN, 2006).
e. Jika jumlah koloni dari semua pengenceran lebih dari 250 koloni, maka
setiap dua cawan petri dengan pengenceran tertinggi dibagi ke dalam 2, 4,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
atau 8 sektor. Jumlah koloni dihitung dalam satu bagian atau lebih. Untuk
mendapatkan jumlah koloni dalam satu cawan petri, dihitung rata-rata
jumlah koloni dan dikalikan dengan faktor pembagi dan pengenceran.
Hasil dinyatakan sebagai jumlah bakteri perkiraan per mililiter atau gram
(PPOMN, 2006).
f. Jika dalam 1/8 bagian cawan petri terdapat lebih dari 200 koloni, maka
jumlah koloni yang didapat = 8 x 200 (1600), dikalikan dengan faktor
pengenceran dan hasilnya dinyatakan sebagai jumlah bakteri perkiraan per
mililiter atau gram lebih besar dari jumlah yang didapat (lebih besar dari
1600 x faktor pengenceran) (PPOMN, 2006).
g. Jika tidak ada koloni yang tumbuh dalam cawan petri, dinyatakan jumlah
bakteri perkiraan lebih kecil dari satu dikalikan dengan pengenceran yang
terendah (<10) (PPOMN, 2006).
h. Menghitung koloni perambat (Spreader).
Ada 3 macam perambatan pada koloni, yaitu :
(1) Merupakan rantai yang tidak terpisah-pisah.
(2) Perambatan yang terjadi diantara dasar cawan petri dan perbenihan.
(3) Perambatan yang terjadi pada pinggir atau permukaan perbenihan.
Apabila terjadi hanya 1 (satu) perambatan (seperti rantai) maka koloni
dianggap 1 (satu). Tetapi bila 1 atau lebih rantai terbentuk dan yang berasal
dari sumber yang berpisah-pisah, maka setiap sumber dihitung sebagai 1
(satu) koloni.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Bila (2) dan (3) terjadi maka sebaiknya pemeriksaan diulangi karena
koloni dalam keadaan semacam ini agak sukar dihitung (PPOMN, 2006).
i. Menghitung dan membulatkan angka
Dalam melaporkan jumlah koloni atau jumlah koloni perkiraan hanya 2
angka penting yang digunakan, yaitu angka yang pertama dan kedua
(dimulai dari kiri), sedangkan angka ketiga diganti dengan 0, apabila kurang
dari 5 dan apabila 5 atau lebih dijadikan 1 yang ditambah pada angka yang
kedua.
Contoh: 523.000 dilaporkan sebagai 520.000 (5.2 x 105)
85.700 dilaporkan sebagai 86.000 (8.6 x 104) (PPOMN, 2006).
3. Identifikasi Escherichia coli
E.coli merupakan bakteri gram negatif dan berbentuk batang. Idenifikasi
bakteri dilakukan dengan pengamatan menggunakan mikroskop dengan uji sifat
biokimia dan pengecatan gram. E.coli ditunjukkan dengan hasil positif pada
pengecatan gram yaitu berwarna merah muda (gram negatif) (PPOMN, 2006) dan
berbentuk batang serta pada uji fermentasi karbohidrat dan uji IMViC
menunjukkan hasil seperti pada tabel I.
Tabel I. Uji fermentasi karbohidrat dan uji IMViC pada identifikasi E.coli (Holt et al., 2000)
No Uji Hasil
1 Glukosa +2 Laktosa +3 Manitol +4 Maltosa +5 Sakarosa +6 Indol +7 Metil Merah +8 Voges -Proskauer -9 Sitrat -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Penentuan tempat dan pemilihan sampel
Sampel jamu uyup-uyup diambil dari penjual jamu racik “X” di
Yogyakarta. Tempat ini dipilih karena tempat ini merupakan tempat yang berada
strategis di tengah pusat kota Yogyakarta. Tempat ini sangat terkenal karena
dikelola turun-temurun dari tahun 1875 hingga sekarang dan selalu ramai
dikunjungi oleh pembeli yang berasal dari dalam maupun dari luar kota
Yogyakarta. Menurut survey yang dilakukan, jamu uyup-uyup ini selalu habis
setiap harinya. Sampel jamu uyup-uyup dipilih karena jamu ini berkhasiat untuk
melancarkan ASI. Konsumen utama jamu ini adalah ibu-ibu yang sedang
menyusui. Apabila nilai AKK, ALT tinggi dan teridentifikasi adanya bakteri
E.coli pada jamu uyup-uyup maka akan berbahaya bagi ibu yang
mengkonsumsinya beserta bayinya. AKK yang tinggi dapat menyebabkan kanker
hati dan kandidiasis bagi ibu dan bayinya. ALT yang tinggi serta keberadaan
bakteri E.coli dalam sampel jamu uyup-uyup dapat menyebakan penyakit demam
dan diare berat yang dapat menyerang ibu serta kemungkinan bisa ditularkan ke
bayinya melalui fecal oral route.
B. Pengambilan sampel jamu uyup-uyup
Sampel jamu uyup-uyup diambil sebanyak tiga kali dengan jarak
pengambilan 1 minggu, pengambilan dilakukan pada hari senin setiap minggunya.
Pengambilan sampel dilakukan dengan jarak 1 minggu bertujuan untuk melihat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
pengaruh kualitas bahan baku yang digunakan dalam pembuatan jamu uyup-uyup.
Berdasarkan survey yang dilakukan, penjual mengganti bahan baku pembuatan
jamu setiap satu minggu sekali sehingga dapat dilihat pengaruh kualitas bahan
baku terhadap nilai AKK, ALT dan adanya bakteri E.coli . Pada saat pengambilan
sampel, sampel jamu uyup-uyup dimasukkan ke dalam botol kaca yang sudah
disterilkan dan tertutup rapat. Hal ini bertujuan agar tidak ada kontaminasi bakteri
maupun jamur yang berasal dari wadah yang digunakan pada saat pengambilan
sampel. Setelah itu, botol kaca steril ditempatkan dalam coolbox untuk
menghambat pertumbuhan mikroba patogen selama perjalanan menuju
laboratorium.
C. Homogenisasi dan Pengenceran Sampel
Pada penelitian ini dilakukan homogenisasi sampel sebelum proses
pengujian. Menurut Radji (2010) homogenisasi sampel adalah suatu tahap awal
yang harus dilakukan pada sampel supaya diperoleh distribusi mikroba yang
merata di dalam sampel sehingga mudah untuk diamati. Tujuan homogenisasi
sampel adalah untuk membebaskan sel-sel bakteri atau jamur yang masih
terlindungi oleh partikel dari sampel yang akan diperiksa serta untuk
mengaktifkan kembali sel-sel dari bakteri ataupun jamur yang kemungkinan
pertumbuhannya terganggu karena berbagai kondisi yang kurang sesuai di dalam
sampel. Homogenisasi sampel dilakukan dengan bantuan alat stomacher supaya
sampel dapat tercampur homogen dengan pengencernya. Pada tahap
homogenisasi sampel ini diperoleh suspensi pengenceran 10-1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Setelah itu, dilakukan tahap pengenceran dengan kisaran 10-1 hingga 10-5.
Pengenceran dilakukan untuk mempermudah dalam perhitungan. Apabila tidak
dilakukan pengenceran maka suspensi akan terlalu pekat yang akan
mengakibatkan pertumbuhan bakteri atau jamur akan saling menumpuk atau tidak
terpisah dengan jelas dan sulit untuk dihitung. Pengencer yang digunakan adalah
PDF. Atlas (2000) menyebutkan kandungan utama dari PDF adalah pepton yang
merupakan protein yang terdapat dalam kedelai, air susu, atau putih telur.
Komponen utama protein adalah nitrogen (N2) yang sangat dibutuhkan bakteri
untuk kelangsungan hidupnya. PDF juga berfungsi sebagai buffer untuk
mempertahankan pH optimum untuk pertumbuhan bakteri atau jamur yaitu antara
6,5 hingga 7,5. Semua tahap dilakukan secara aseptis di dekat nyala api Bunsen.
D. Uji Angka Kapang/Khamir (AKK)
Uji AKK adalah suatu uji untuk menghitung jumlah koloni kapang/khamir
yang terdapat dalam jamu uyup-uyup dari penjual jamu racik “X” di Yogyakarta.
Prinsip uji ini yaitu menumbuhkan kapang/khamir dalam media yang sesuai yang
dapat menyediakan kebutuhan nutrisi bagi pertumbuhan kapang/khamir di
laboratorium kemudian menghitungnya.
Media yang digunakan dalam uji AKK ini yaitu PDA yang merupakan
media yang sesuai untuk pertumbuhan kapang/khamir. Menurut Murray (1996)
media PDA mengandung Agar, Dextrosa, serta ekstrak kentang yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan kapang dan khamir. Media PDA juga ditambahkan antibiotik
kloramfenikol 1%. Kloramfenikol ini digunakan untuk menghambat pertumbuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
bakteri pada media sehingga yang tumbuh hanya kapang dan khamir. Antibiotik
kloramfenikol dipilih karena menurut Wattimena (1991) kloramfenikol memiliki
daya hambat spektrum luas pada bakteri sehingga banyak jenis bakteri yang
pertumbuhannya dihambat oleh antibiotik ini. Mekanisme hambat dari antibiotik
ini yaitu secara bakteriostatik dengan menghambat sintesis protein pada bakteri
sehingga mengakibatkan sel akan lisis dan mati.
Suhu inkubasi kapang/khamir adalah 25oC selama 3-5 hari dengan posisi
terbalik karena kapang dan khamir bersifat mesofilik yang dapat tumbuh pada
suhu 25-30oC. Kontrol media PDA digunakan untuk melihat sterilisasi dari media
PDA yang digunakan dan menjamin bahwa tidak ada kapang dan khamir yang
berasal dari media. Kontrol pelarut dari PDF digunakan untuk menjamin tidak ada
kapang dan khamir yang tumbuh berasal dari pelarut.
Koloni yang dihitung yaitu koloni khamir yang berbentuk bulat, berwarna
putih, dan terpisah serta koloni kapang yang memiliki serabut seperti kapas tanpa
membedakan warna koloni serta tunggal. Jika terdapat koloni yang bertumpuk,
maka dianggap sebagai 1 koloni.
KEPMENKES No: 661/MenKes/SK/VII/1994 tentang Persyaratan Obat
Tradisional menyebutkan bahwa AKK untuk sediaan cairan obat dalam tidak
boleh lebih dari 103 CFU/mL sampel. Hasil pengamatan selama inkubasi sampai
hari ke-5 ditunjukkan pada tabel 2.
Tabel II. Nilai AKK sampel jamu uyup-uyup pada inkubasi hari ke-5
SamplingAKK
(CFU/mL)I 4 x 105
II 4 x 105
III 7,5 x 104
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Pada kontrol media dan kontrol pelarut tidak tumbuh jamur yang
menandakan bahwa tidak ada kontaminan dari pelarut dan media yang digunakan.
Hasil yang didapat (Tabel II) tidak sesuai dengan persyaratan yang sudah
ditetapkan oleh KEPMENKES. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor
diantaranya jamu terlalu lama didiamkan karena penjual jamu racik “X” buka dari
pukul 06.00 hingga 19.30 WIB yang menyebabkan kemungkinan adanya
pertumbuhan kapang dan khamir. Pencucian yang kurang bersih tidak dapat
mengeliminasi kapang dan khamir karena bahan baku dari jamu uyup-uyup
berupa rimpang-rimpang yang berasal dari tanah dan kontak dengan air selama
pencucian menyebabkan kontaminasi kapang dan khamir. Menurut Kanti (2005)
tanah dan air merupakan habitat bagi kapang dan khamir sehingga kapang dan
khamir dapat tumbuh di tempat itu. Jumlah kapang dan khamir yang tinggi dapat
bersifat patogen bagi tubuh manusia terutama ibu-ibu menyusui yang
mengkonsumsi jamu uyup-uyup serta bayinya. Khamir yang berbahaya bagi ibu-
ibu menyusui serta bayinya adalah Candida albicans yang dapat ditemukan di air
dan tanah. Menurut Jawetz (1996) Candida albicans ini dapat menyebabkan
vulvovaginitis atau keputihan bagi ibu dan dapat menyebakan kandidiasis di
mulut berupa sariawan bagi bayinya. Selain itu Menurut David (2001) kapang
yang berbahaya adalah Aspergillus flavus yang ditemukan di tanah dan air.
Abdulrazzaq (2003) menyebutkan bahwa kapang dapat menghasilkan mikotoksin
berupa aflatoksin B1 yang dapat disekresikan melalui ASI dalam bentuk aflatoksin
M1. Aflatoksin ini dapat menyebabkan hepatotoksik dan kanker hati bagi ibu dan
bayinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
E. Uji Angka Lempeng Total (ALT)
Uji ALT merupakan metode untuk menghitung angka cemaran bakteri
aerob mesofil yang terdapat dalam sampel yaitu jamu uyup-uyup dengan metode
cara tuang (pour plate) pada media padat dan diinkubasi dalam posisi terbalik
pada suhu 35-37 oC selama 24-48 jam. Suhu 35-37 oC dipilih karena Cappuccino
(2008) menyebutkan bahwa bakteri mesofilik dapat tumbuh baik pada suhu
optimum 35-45 oC.
Media yang digunakan dalam uji ALT yaitu PCA, dalam media ini
mengandung tripton, yeast extract, glukosa, dan agar untuk menutrisi
pertumbuhan bakteri dalam media. Menurut Tarigan (2008), tujuan digunakannya
metode taburan atau pour plate adalah untuk menghitung jumlah sel yang hidup
baik dalam keadaan aerob maupun anaerob karena dalam metode ini akan terlihat
bakteri yang tumbuh di permukaan media merupakan aerob dan di seluruh media
agar yang merupakan bakteri anaerob.
Cawan petri diinkubasi secara terbalik supaya uap air yang terbentuk pada
tutup cawan petri tidak menetes pada media yang akan mengganggu dalam
perhitungan jumlah koloni bakteri. Koloni yang tumbuh pada media kemudian
dihitung menurut cara perhitungan ALT yang tercantum dalam PPOMN tahun
2006.
Pada penelitian ini, digunakan kontrol pelarut dan kontrol media. Kontrol
media berfungsi untuk melihat sterilitas dari media sehingga dapat menjamin
bahwa bakteri yang tumbuh murni berasal dari sampel. Kontrol pelarut digunakan
untuk menjamin bahwa tidak ada kontaminan yang berasal dari pelarut PDF yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
digunakan. Alat-alat serta media yang digunakan disterilisasi terlebih dahulu
dalam autoklaf dengan suhu 121oC serta pengujian dilakukan dengan metode
aseptis untuk meminimalkan kontaminasi sehingga bakteri yang tumbuh pada
media benar-benar berasal dari sampel jamu uyup-uyup.
KEPMENKES No: 661/MenKes/SK/VII/1994 tentang Persyaratan Obat
Tradisional menyebutkan bahwa ALT untuk sediaan cairan obat dalam tidak
boleh lebih dari 104 CFU/mL sampel.
Tabel III. Nilai ALT sampel jamu uyup-uyup pada inkubasi 48 jam
SamplingALT
(CFU/mL)I 8 x 104
II 1,1 x 106
III 2,4 x 107
Pada kontrol pelarut serta kontrol media tidak ditumbuhi koloni bakteri
yang menunjukkan bahwa media dan pelarut yang digunakan sudah steril. Hasil
yang didapat (Tabel III) tidak sesuai dengan persyaratan KEPMENKES,
disebabkan oleh berbagai kemungkinan diantaranya air yang digunakan tercemar
oleh bakteri karena air merupakan habitat bagi banyak bakteri yang dapat
mengkontaminasi jamu uyup-uyup pada saat pembuatannya. Masuknya
kontaminan dapat terjadi melalui pencucian bahan baku yang kurang bersih dan
perilaku penjual yang kurang higenis. Pada proses pembuatan jamu, pemanasan
dilakukan tidak sampai mendidih dengan alasan apabila pemanasan sampai
mendidih maka khasiat jamu akan hilang. Proses tersebut dapat menyebabkan
adanya bakteri yang masih hidup, contohnya adalah bakteri E.coli yang tahan
pada suhu 70oC (Anonim, 2014). Jamu yang didiamkan terlalu lama dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
menyebabkan pertumbuhan bakteri yang semakin banyak karena air merupakan
media yang sesuai bagi pertumbuhan bakteri.
ALT yang melebihi batas pada jamu uyup-uyup dapat berbahaya bagi ibu
yang menyusui serta bayinya. Sebagian besar bahan baku yang digunakan untuk
pembuatan jamu uyup-uyup berupa rimpang yang tumbuh di tanah. Menurut
Radji (2011) bakteri yang dapat tumbuh di tanah meliputi Clostridium tetani,
Clostridium botulinum, Clostridium perfringens, Bacillus antracis, Salmonella,
shigella, Vibrio cholerae, Legionella, dan Escherichia coli. Bakteri-bakteri
tersebut menghasilkan toksin yang dapat menyebabkan berbagai penyakit
diantaranya adalah demam, diare dan muntah bahkan dapat menginfeksi sistem
saraf. Penyakit ini dapat menyerang ibu dan dapat ditularkan kepada bayinya.
Selain itu, penyimpanan bahan baku juga mempunyai peranan dalam tingginya
jumlah ALT. Bahan baku ditempatkan di dekat kamar mandi yang lembab serta di
bawah kandang burung yang kemungkinan terkontaminasi oleh bakteri
Cryptococcus neoformans lewat kotorannya dan dapat menyebabkan infeksi paru-
paru.
F. Identifikasi Escherichia coli
Uji identifikasi bakteri ini bertujuan untuk mendeteksi adanya E.coli
dalam jamu uyup-uyup. Identifikasi bakteri yang dilakukan didasarkan pada sifat
biokimiawi dan morfologinya.
1. Tahap Pengkayaan
Tahap pengkayaan merupakan tahap yang bertujuan untuk menumbuhkan
bakteri pada media pengkaya karena bakteri lain dapat tumbuh pada media
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
pengkaya tersebut . Umumnya media yang digunakan dalam bentuk cair (BPOM,
2008). Media yang digunakan pada tahap ini yaitu ECB karena menurut
Diagnostic (2009) ECB merupakan medium selektif yang digunakan sebagai
media selektif dalam konteks deteksi dugaan dan penghitungan E.coli dalam air,
susu, produk makanan termasuk jamu yaitu jamu uyup-uyup. Media ECB
mengandung buffer kaldu laktosa dengan garam empedu yang akan menghambat
pertumbuhan bakteri lain seperti bakteri yang bersporulasi (Basillus subtilis) dan
enterococci, sehingga mendukung pertumbuhan E.coli.
Pada penelitian dilakukan inokulasi dari sampel ke medium ECB,
kemudian dinkubasi pada suhu 44oC selama 24 jam. Inokulasi adalah suatu cara
pemindahan mikroba-mikroba dari suatu suspensi ke suatu media pertumbuhan
lain yang steril. Menurut Soemarmo (2000) Suhu 44oC bertujuan untuk
menyeleksi pertumbuhan bakteri E.coli karena bakteri ini tumbuh optimal pada
suhu 44oC dan akan menghambat kemungkinan pertumbuhan bakteri lain seperti
bakteri yang bersporulasi (Basillus subtilis) dan enterococci. Kontrol digunakan
untuk melihat bahwa teknik yang digunakan benar dan tepat . Kontrol positif
berisi biakan murni ATCC 25922 yang ditanam pada media ECB kemudian
dibandingkan dengan perlakuan sampel. ATCC 25922 merupakan genom DNA
yang diisolasi dari bakteri Escherichia coli FDA strain seattle 1946. Strain
bakteri ini tersedia sebagai katalog no 25922.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Gambar 1. Uji pengkayaan E.coli pada media ECBKeterangan:
K+: Kontrol positif dari biakan murni E.coli ATCC 25922P : Perlakuan untuk sampel jamu uyup-uyup
Berdasarkan hasil yang didapat setelah inkubasi 24 jam ( Gambar 1) pada
perlakuan dari sampel jamu uyup-uyup menunjukkan hasil yang sama dengan
kontrol positif yaitu timbulnya kekeruhan dan adanya gas pada tabung Durham,
Hasil positif terjadi pada sampling 1, 2 dan 3. Kekeruhan dan adanya gas pada
media menandakan bahwa bakteri yang berada dalam sampel mampu
memfermentasikan laktosa yang terdapat pada media ECB dengan menghasilkan
asam dan gas. Menurut Diagnostic (2009) pertumbuhan bakteri E. coli pada media
ECB ditunjukkan dengan munculnya kekeruhan terkait dengan produksi gas
dalam tabung Durham, karena fermentasi laktosa. Hasil ini didukung oleh
pernyataan Cappuccino (2008) bahwa E.coli mampu memfermentasikan laktosa
yang akan menghasilkan asam-asam campuran, yaitu asam laktat, asam asetat, dan
asam format serta menghasilkan gas berupa CO2 dan H2 .
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
2. Tahap Isolasi
Tahap isolasi merupakan tahap yang bertujuan untuk mendapatkan koloni
bakteri yang benar-benar murni (BPOM, 2008). Pada penelitian ini, tahap isolasi
bertujuan untuk mendapatkan bakteri E.coli murni.
Media yang digunakan pada penelitian ini adalah TBX. Menurut Bridson
(2006) Media TBX adalah media yang digunakan untuk isolasi dan identifikasi
bakteri E.coli. Media TBX mengandung Trypton, garam empedu, X-glucuronide
dan agar. Trypton menyediakan nitrogen, vitamin dan asam amino dalam media
TBX. Garam empedu merupakan agen yang selektif terhadadap bakteri gram
negatif. E.coli akan menyerap substrat kromogenik x-β-D-glucuronide, X-
glucuronide. Enzim β-glukuronidase pada E.coli akan memecah ikatan antara x-β-
D-glucuronide dan X-glucuronide. Kromofor akan menghasilkan warna dan
terakumulasi di dalam sel-sel. Pada tahap isolasi ini, diinokulasikan 1 sengkelit
dari hasil uji tahap pengkayaan ke permukaan media TBX secara streak plate,
kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam. Tujuan dari penggunaan cara
streak plate ini adalah untuk mendapatkan koloni bakteri yang terpisah sehingga
mudah untuk diamati. Bridson (2006) menyebutkan bahwa koloni spesifik E.coli
memiliki ciri-ciri berbentuk bulat, berwarna hijau kebiruan dengan kilap logam
dan berdiameter sekitar 2-3 mm.
Kontrol positif digunakan sebagai pembanding. Kontrol positif berupa
biakan murni dari ATCC 25922 yang akan dibandingkan dengan sampel sebagai
hasil positif pertumbuhan E.coli.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Gambar 2. Uji isolasi E.coli pada media TBXKeterangan:K+: Kontrol positif dari biakan murni E.coli ATCC 25922P : Perlakuan untuk sampel jamu uyup-uyup
: koloni dugaan E.coli (koloni berwarna biru).
Pengamatan setelah inkubasi 24 jam didapatkan hasil positif pada
sampling 1,2 dan 3 yaitu terbentuk koloni spesifik berwarna hijau kebiruan
dengan kilap logam dan berbentuk bulat seperti yang terlihat pada kontrol positif.
Menurut Bridson (2006) pertumbuhan bakteri E.coli pada media TBX ditandai
dengan koloni berwarna hijau kebiruan dengan kilap logam dan berbentuk bulat.
3. Tahap Identifikasi dan Konfirmasi
Tahap identifikasi dan konfirmasi bertujuan untuk memastikan keberadaan
bakteri E.coli berdasarkan sifat biokimiawinya. Pada uji biokimia ini digunakan
kontrol positif biakan murni bakteri E.coli ATCC 25922 sebagai pembanding
yang diperlakukan sama dengan sampel untuk melihat hasil positif. Pada tahap ini
dilakukan uji fermentasi karbohidrat dan Uji IMViC. Uji IMViC digunakan untuk
membedakan beberapa bakteri golongan Enterobacteriaceae (Escherichia,
Shigella, Salmonella, Enterobacter, Klebsiella, Serratia, dan Proteus)
berdasarkan kemampuannya dalam memfermentasi glukosa dan laktosa,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
penguraian triptofan yang menghasilkan indol serta adanya enzim sitrat permease
yang mampu menguraikan natrium sitrat dari medium khusus yang digunakan.
a. Uji fermentasi karbohidrat
Setiap mikroorganisme memiliki kemampuan untuk melakukan fermentasi
berbagai karbohidrat dan produk yang dihasilkan dari proses fermentasi tersebut
sangat berguna untuk melakukan identifikasi mikroorganisme. Media kaldu
karbohidrat mengandung 0,5-1% karbohidrat. Karbohidrat yang sering digunakan
untuk identifikasi diantaranya adalah glukosa, laktosa, manitol, maltosa dan
sukrosa. Pada penelitian ini Indikator merah fenol ditambahkan pada media untuk
mengetahui adanya pembentukan asam. Menurut Lay (1994) pH indikator merah
fenol adalah netral yaitu 7 dan akan berubah warna menjadi kuning pada kondisi
asam pada pH 6,8. Untuk mengetahui adanya pembentukan gas maka diletakkan
tabung Durham. Apabila terbentuk gas, maka gas akan masuk ke dalam tabung
Durham dan mendesak cairan ke dalam tabung dan membentuk gelembung udara.
Cappuccino (2008) menyebutkan bahwa bakteri E.coli mampu
memfermentasikan karbohidrat dengan hasil positif pada uji glukosa, laktosa,
manitol, maltosa dan sukrosa. Proses fermentasi karbohidrat akan menghasilkan
asam organik seperti asam laktat, asam format, dan asam asetat yang dapat
disertai dengan gas seperti CO2 dan H2. Hasil positif adanya E.coli ditunjukkan
dengan perubahan warna media dari merah menjadi kuning dan terbentuknya gas
pada tabung Durham.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Gambar 3. Uji fermentasi karbohidrat pada sampel jamu uyup-uyupKeterangan:K+: Kontrol positif dari biakan murni E.coli ATCC 25922P: Perlakuan untuk sampel jamu uyup-uyup
: Terbentuknya gas pada tabung Durham
Hasil dari inkubasi selama 48 jam menunjukkan hasil yang positif pada
perlakuan dan kontrol positif biakan murni ATCC 25922 yaitu terbentukknya gas
dan perubahan warna media dari merah menjadi kuning. Hasil positif terjadi pada
sampling 1, 2, dan 3. Hal ini menunjukkan bahwa jamu uyup-uyup terkontaminasi
oleh bakteri E.coli ditandai dengan perubahan warna dari media kaldu karbohidrat
dari merah menjadi kuning akibat terbentuknya asam dan terdapat gelembung
udara pada tabung Durham karena adanya gas CO2 dan H2.
b. Uji indol
Asam amino digunakan oleh mikroorganisme sebagai pembentuk protein,
komponen sel dan sebagai sumber energi. Asam amino dimodifikasi dalam
berbagai cara dalam proses metabolisme. Produk yang dihasilkan dari modifikasi
asam amino ini berguna dalam identifikasi mikroorganisme.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Bakteri E.coli mampu menggunakan asam amino triptofan sebagai sumber
karbon. E.coli menghasilkan enzim triptofanase yang mengkatalisasikan
penguraian indol dari triptofan (Lay, 1994).
Uji indol digunakan untuk melihat pembentukan indol dari asam amino
tryptophan oleh bakteri E.coli. Media yang digunakan untuk uji indol ini adalah
SIM. Menurut Finegold dan Baron (1996) media SIM ini berbentuk semi padat
yang mengandung Pancreatic Digest of Casein, Peptic Digest of Animal Tissue,
Ferrous Ammonium Sulphate, Sodium Thiosulphate, dan Nutrient Agar. Media ini
dapat digunakan untuk melihat motilitas dari bakteri karena berbentuk semi padat
dan mengandung NA, dapat juga digunakan untuk melihat adanya pembentukan
sulfur oleh bakteri karena adanya Ferrous Ammonium Sulphate dalam media,
serta dapat melihat pembentukan indol. Lay (1994) mengungkapkan bahwa
pembentukan indol dalam media dapat diketahui dengan penambahan reagen
Kovac’s yang mengandung dimetilaminobenzaldehid, butanol, dan asam
hidroclorit. pDimetilaminobenzaldehid bereaksi dengan indol membentuk
rosindol berwarna merah yang tidak larut air dan terkonsentrasi di permukaan
media.
Motilitas bakteri dapat dilihat apabila terdapat pertumbuhan di sekitar
tusukan dan di permukaan media (Lay, 1994). Hasil positif uji sulfur apabila
terbentuk logam sulfit yang berwarna hitam di dalam media. Sulfur ini terbentuk
karena bakteri tersebut tidak dapat menghidrolisis logam-logam berat yang
terdapat dalam media (Wijayanti, 2009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Gambar 4. Uji motilitas bakteri terlihat adanya pertumbuhan di sekitar tusukan dan permukaanmedia sebelum penambahan reagen Kovac’s
Keterangan:
: motilitas bakteri terlihat adanya pertumbuhan di sekitar tusukan
Hasil yang didapat dari uji motilitas pada inkubasi 24 jam sebelum
penambahan reagen Kovac’s menunjukkan adanya motilitas atau pergerakan
bakteri uji ditandai dengan pertumbuhan di sekitar tusukan dan di permukaan
media. Hasil uji sulfur menunjukkan negatif karena tidak terbentuk logam sulfit
berwarna hitam dalam media. Hal ini berarti bakteri uji tidak dapat menghidrolisis
logam-logam berat dalam media. Menurut Holt, dkk. (2000), bakteri E.coli tidak
menghasilkan residu sulfur dalam proses penguraian asam amino.
Pengamatan 24 jam dari uji indol didapatkan hasil yang sama dengan
kontrol positif pada sampling 1, 2, dan 3 yaitu adanya cincin berwarna merah
cherry pada permukaan media setelah penambahan reagen Kovac’s. Hal ini
membuktikan bahwa bakteri dalam sampel dapat membentuk indol dari triptofan
yang digunakan sebagai sumber energi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Gambar 5. Uji Indol pada sampel jamu uyup-uyupKeterangan:K+: Kontrol positif dari biakan murni E.coli ATCC 25922
P: Perlakuan untuk sampel jamu uyup-uyup
: terbentuknya cincin berwarna merah muda pada permukaanmedia
c. Uji metil merah
Lay (1994) menyebutkan bahwa uji metil merah bertujuan untuk
mengetahui adanya fermentasi dari asam campuran. Pada penelitian ini dilakukan
uji metil merah untuk mengetahui kemampuan bakteri E.coli dalam
memfermentasi glukosa dan menghasilkan berbagai produk asam yaitu asam
format, asam laktat, dan asam asetat yang mengakibatkan terjadinya penurunan
pH media menjadi 5,0 atau lebih rendah. Indikator metil merah ditambahkan pada
media untuk mengetahui adanya asam dengan perubahan warna dari kuning pada
basa (pH 6,2) menjadi merah pada pH asam yaitu 4,4.
Media yang digunakan yaitu media MR-VP yang mengandung dextrosa,
pepton, dan fosfat. Hasil positif ditunjukkan dengan perubahan warna media dari
kuning menjadi merah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Gambar 6. Uji metil merah pada sampel jamu uyup-uyupKeterangan:
K+: Kontrol positif dari biakan murni E.coli ATCC 25922P: Perlakuan untuk sampel jamu uyup-uyup
Hasil dari pengamatan 24 jam pada sampling 1, 2, dan 3 menunjukkan
hasil positif yaitu perubahan warna media dari kuning menjadi merah. Hasil ini
terjadi baik pada kontrol positif maupun perlakuan. Hal ini membuktikan bahwa
bakteri dalam sampel melakukan fermentasi glukosa dan menghasilkan asam.
Menurut Capuccino (2008) bakteri E.coli mampu memfermentasikan glukosa dan
menghasilkan asam berupa asam laktat, asam format dan asam asetat.
d. Uji Voges-Proskauer
Cappuccino (2008) menyebutkan bahwa uji Voges-Proskauer ini bertujuan
untuk menentukan kemampuan beberapa mikroorganisme dalam menghasilkan
produk akhir yang tidak bersifat asam atau netral, seperti asetilmetilcarbinol atau
asetoin dari asam-asam organik yang dihasilkan dari proses metabolisme glukosa.
Asetoin merupakan suatu senyawa awal dalam sintesis 2,3-butanadiol.
Media yang digunakan pada uji Voges-Voskauer ini adalah media MR-VP
yang mengandung dextrosa, pepton, dan fosfat. Menurut Lay (1994) penambahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
larutan KOH 40% dan larutan 5% α-naftol dalam etanol dapat menujukkan
terbentuknya asetoin pada media. Adanya asetoin akan ditunjukkan dengan
perubahan warna media dari kuning menjadi merah setelah penambahan KOH
40%, kemudian warna akan diperjelas dengan penambahan larutan 5% α-naftol
dalam etanol. Perubahan warna media menjadi lebih jelas pada permukaan yang
berhubungan dengan udara karena sebagian 2,3-butanadiol dioksidasikan kembali
menjadi asetoin sehingga memperjelas hasil reaksi.
Hasil yang ditunjukkan dari pengamatan yaitu negatif pada sampling 1, 2,
dan 3 karena tidak terjadi perubahan warna dari media MR-VP, begitu juga pada
kontrol positif. Hal ini menunjukkan bahwa bakteri dalam sampel tidak
menghasilkan produk 2,3 butanadiol dalam proses fermentasi glukosa.
Cappuccino (2008) menyebutkan bahwa bakteri E.coli dalam memfermentasikan
glukosa menghasilkan produk berupa asam-asam campuran yaitu asam laktat,
asam format dan asam asetat.
Gambar 7. Uji Voges-Proskauer pada sampel jamu uyup-uyupKeterangan:
K+: Kontrol positif dari biakan murni E.coli ATCC 25922P: Perlakuan untuk sampel jamu uyup-uyup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
e. Uji Sitrat
Menurut Lay (1994) uji sitrat bertujuan untuk mengetahui kemampuan
mikroorganisme menggunakan sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon dan
energi. Medium yang digunakan dalam uji sitrat ini adalah Simmon’s citrate agar
merupakan medium sintetik yang mengandung Na sitrat sebagai satu-satunya
sumber karbon dengan NH4+ sebagai sumber N. Uji sitrat menggunakan
indikator bromthymol blue sebagai indikator pH. Mikroorganisme yang mampu
menggunakan sitrat sebagai sumber karbon dan energi akan menghilangkan asam
pada medium dan menyebabkan terjadinya peningkatan pH yang akan mengubah
warna media dari hijau menjadi biru. Pada penelitian ini dilakukan uji sitrat untuk
mengetahui kemampuan bakteri E.coli dalam menggunakan sitrat sebagai sumber
karbon dan energi dengan menggunakan medium MR-VP sebagai mediumnya.
Gambar 8. Uji sitrat pada sampel jamu uyup-uyupKeterangan:
K+: Kontrol positif dari biakan murni E.coli ATCC 25922P: Perlakuan untuk sampel jamu uyup-uyup
Hasil pengamatan pada inkubasi 24 jam menunjukkan hasil negatif pada
sampling jamu uyup-uyup 1, 2 dan 3 karena tidak terjadi perubahan warna dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
media, media tetap berwarna hijau. Hasil ini sama dengan yang ditunjukkan pada
kontrol positif . Hal ini dapat disimpulkan bahwa bakteri yang berada pada sampel
tidak menggunakan sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon. Menurut Bridson
(2006) E.coli ATCC 25922 menunjukkan hasil negatif pada media Simmon’s
citrate agar yaitu tidak terjadi perubahan warna pada media. Menurut Supardi dan
Sukamto (1999) bakteri E.coli tidak menggunakan sitrat sebagai sumber karbon
melainkan menggunakan asetat sebagai sumber karbon.
4. Pengecatan gram
Pengecatan gram merupakan proses pengecatan dengan menggunakan zat
warna kristal violet (yang berwarna biru) dan zat warna safranin (yang berwarna
merah) untuk mengetahui morfologi serta sifat dari gram berdasarkan
karakteristik dinding sel mikroorganisme (Sears, 2011). Pengecatan gram ini
dilakukan pada sampel jamu uyup-uyup yang positif mengandung E.coli
berdasarkan uji biokimia di atas.
Bakteri E.coli merupakan bakteri gram negatif. Menurut Sears (2011)
bakteri gram negatif mempunyai dinding sel yang tipis, mempunyai lapisan
rangkap (bilayer) fosfolipid di sebelah luar yang mengandung lipopolisakarida
yang mengelilingi lapisan peptidoglikannya.
Pengecatan gram dilakukan pada pulasan bakteri. Zat warna yang
digunakan adalah larutan gram A yang berisi kristal violet sebagai cat utama.
Larutan gram B yang berisi iodine sebagai penguat cat utama. Larutan gram C
yang berisi alkohol 70%, berfungsi sebagai larutan peluntur. Larutan gram D yang
berisi safranin sebagai cat lawan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Berdasarkan karakteristik dinding selnya, Sears (2011) menyebutkan
bakteri gram positif akan menyerap zat warna kristal violet ke dalam dinding sel
dan mempertahankannya selama pencucian sehinga akhirnya akan berwarna biru.
Bakteri gram negatif tidak dapat mempertahankan zat warna kristal violet pada
saat pencucian dan akan berwarna merah setelah pemberian zat warna safranin.
Bakteri gram negatif akan kehilangan warna violet karena tercuci oleh
alkohol. Selama perlakuan dengan alkohol, lipid akan tertarik ke luar sehingga
akan menaikkan permeabilitas dinding sel. Lapisan peptidoglikan yang lebih
sedikit dibandingkan gram positif serta pori-pori cukup besar, mengakibatkan
kristal violet-iodine tertarik ke luar sel hingga bakteri kehilangan warna. Warna
merah akan terlihat ketika dicuci dengan safranin (Tarigan, 1988).
Hasil yang didapat pada pengecatan gram pada sampling 1, 2 dan 3
menujukkan warna merah muda, sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil yang
didapat merupakan kelompok bakteri gram negatif dan berbentuk batang yang
mendukung bukti keberadaan E.coli pada jamu uyup-uyup.
Gambar 9. Hasil pengecatan gram berwarna merah muda (gram negatif) dan berbentuk batangKeterangan:
: koloni berwarna merah muda (gram negatif) dan berbentuk batang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Rangkuman keseluruhan hasil uji biokimia dan pengecatan gram pada
penelitian ini dapat dilihat pada tabel IV.
Tabel IV: Hasil uji biokimia dan pengecatan gram dalam sampel jamu uyup-uyup
UjiHasil
Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3K (+) Sampel K (+) Sampel K (+) Sampel
Glukosa + + + + + +
Laktosa + + + + + +
Manitol + + + + + +
Maltosa + + + + + +
Sukrosa + + + + + +
Indol + + + + + +
Metil merah + + + + + +
Voges-Voskauer - - - - - -
Sitrat - - - - - -
Pengecatan gram + + + + + +Keterangan:K (+) : Kontrol positif+ : Hasil positif- : Hasil negatif
Uji biokimia dan pengecatan gram yang telah dilakukan menyimpulkan
bahwa pada sampel jamu uyup-uyup telah tercemar oleh bakteri E.coli. Hal ini
disebabkan oleh berbagai kemungkinan antara lain karena air yang digunakan
memang terbukti telah tercemar oleh bakteri E.coli. Hasil ini didukung dari hasil
uji MPN coliform dan coli tinja yang dilakukan oleh Balai Laboratorium
Kesehatan Yogyakarta menunjukkan bahwa air yang digunakan untuk pembuatan
jamu tercemar bakteri golongan coliform 18 /100mL dan golongan coli tinja
5/100mL sehingga akan mencemari jamu uyup-uyup. Alat-alat yang digunakan
untuk menyajikan jamu uyup-uyup tidak dicuci dengan menggunakan sabun
hanya dengan air mengalir sehingga akan mengkontaminasi alat-alat tersebut.
Perilaku penjual yang kurang bersih yaitu tidak mencuci tangan dengan sabun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
sebelum menyajikan jamu uyup-uyup karena tangan menjadi sumber kontaminasi
bakteri. Bahan baku yang digunakan berupa rimpang yang tertanam di tanah
sehingga memicu adanya bakteri E.coli. Habitat E.coli adalah di tanah yang akan
menempel pada rimpang yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan jamu
uyup-uyup.
Adanya cemaran bakteri E.coli pada sampel jamu uyup-uyup dapat
menyebabkan penyakit diare dan ISK bagi ibu yang mengkonsumsinya dan
bayinya. Oleh karena itu, sebaiknya penjual lebih menjaga kebersihan dan
higenitas dalam pembuatan jamu uyup-uyup sehingga kesehatan konsumen
terutama bagi ibu menyusui dapat lebih terjamin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Nilai AKK yang diperoleh pada sampel jamu uyup-uyup dari penjual
jamu racik “X” di Yogyakarta adalah 7,5 x 104 sampai dengan 4 x 105.
2. Nilai ALT diperoleh dari sampel jamu uyup-uyup dari penjual jamu
racik “X” di Yogyakarta 8 x 104 sampai dengan 2,4 x 107.
3. Sampel jamu uyup-uyup dari penjual jamu racik “X” di Yogyakarta
tercemar oleh bakteri E.coli.
B. Saran
1. Dapat dilakukan penelitian tentang cemaran mikroba patogen lainnya
terkait dengan syarat yang ditetapkan KEPMENKES no 661 tahun
1994 pada jamu-uyup yaitu Staphylococcus aureus dan Pseudomonas
aeruginosa.
2. Perlu dilakukan pembinaan kepada produsen jamu racik “X” di
Yogyakarta oleh pihak yang berwenang, agar lebih memperhatikan
kebersihan dan perilaku higenis dalam pembuatan dan penyajian jamu
sehingga keamanan jamu dan kesehatan masyarakat lebih terjamin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrazzaq, Y.M., 2003. Aflatoxin M1 in breastmilk of UAE women. Ann. Trop.Paediatri, 23(3),pp. 173 – 179.
Agoes, A., 2010, Tanaman Obat Indonesia, Buku 2, Salemba Medika, Jakarta, pp.57-59, 99-101.
Ahmad, R. Z., 2009, Cemaran Kapang Pada Pakan dan Pengendaliannya, BalaiBesar Penelitian Veteriner, Jalan R.E. Martadinata No. 30, Bogor, pp.15.
Anonim, 2014, Efek Pendinginan dan Pemanasan Pada Populasi Bakteri E.coli,http: //www. amazine. co/12089/efek – pendinginan - pemanasan-pada-populasi-bakteri-e-coli/, diakses tanggal 19 Juni 2014.
Aulia, 2012, Medium Pertumbuhan Bakteri, Bapelkes, Jakarta, pp. 1-3.
Atlas, R.M., 2000, Hand Book of Microbiological Media, 2nd Edition, CRC Press,New York, pp. 255.
Badan Pengawas Obat Makanan Republik Indonesia, 2008, PengujianMikrobiologi Pangan, Vol.9, No.2, Balai POM, Jakarta, pp. 1-7.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2004, KeputusanKepala BPOM RI No. 00.05.4.2411 tentang Ketentuan PokokPengelompokan dan Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia, BadanPengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta, pasal (1).
Bridson, E., Y., 2006, oxoid manual, 9th Edition,, Oxoid Limited, England, pp.337, 338.
Cappuccino, J,G, and Natalie Sherman, 2008, Microbiology a LaboratoryManual, eight edition, Pearson education, USA, pp. 155-170.
Chandra, B., 2007, Pengantar Kesehatan Lingkungan, Penerbit Buku KedokteranEGC, Jakarta, pp. 30.
David W., PhD, Rana A. Hajjeh, MD, Brent A. Lasker, PhD, 2001, Epidemiologyand Prevention of Invasive Aspergillosis, Current Science Inc, USA, pp.507.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1994, Kodifikasi PeraturanPerundang-undangan Obat Tradisional, Depkes RI, Jakarta, pp. 157,165.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Departemen Kesehatan Republik Indonesia , 2000, Pelaksanaan Uji Klinik ObatTradisional, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, pp. 27.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2010, Peraturan Menteri KesehatanRepublik Indonesia Nomor 003 Tahun 2010 Saintifikasi Jamu DalamPenelitian Berbasis Pelayanan Kesehatan, Departemen KesehatanRepublik Indonesia, Jakarta, pasal (1), (4).
Departemen Kesehatan Republik Indonesia , 2011, Integrasi Pengobatantradisional dalam Sistem Kesehatan Nasional http: // www. depkes. go. id/ index. php / berita / press - release / 1706 – integrasi – pengobatan –tradisional – dalam – sistem – kesehatan - nasional. html, diakses tanggal28 Oktober 2013.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2012, Peraturan Menteri KesehatanRepublik Indonesia Nomor 007 Tahun 2012 tentang Registrasi ObatTradisional, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, pasal (1).
Diagnostic, B., 2009, EC Broth, http://www. biokardiagnostics. com /solabia /produitsdiagnostic. Nsf / 0 / 4f6d4bb6091347e7c12574c80036db96 / $file/ tds_bk162_v6. pdf, diakses tanggal 13 April 2014.
Dupont, H.L., Formal, S.B., Hornick, R.B., Snyder, M.J., Libonati , D.G.,Sheahan, LaBrec, E.H., and Kalas, J.P. 1971. Pathogenesis of Escherichiacoli diarrhea. New Eng. J. Med, pp. 285:1-9.
Fardiaz, S., 1992, Mikrobiologi Pangan, Penerbit PT. Gramedia, Jakarta, pp. 183.
Finegold, S.M, dan E.J. Baron, 1996, Bailey and Scott’s Diagnostic Microbiology7th edition, CV Mostby, Saint Louis, pp. 113.
Hadioetomo, R.S., 1985, Mikrobiologi Dasar dan Praktek –teknik dan ProsedurDasar dalam Laboratorium, Gramedia, jakarta, pp. 42-46, 100.
Holt, J.G., Krieg, N.R., Sneath, P.H.A., Staley, J.T.,Williams, S.T., 2000, Bergey’sManual Determinative Bacteriology, 9th edition, Lippincott Williams and WilkinsCompany, USA, pp. 167-168.
Jawetz, E.J.I., Melnick and Adberg, 1996, Mikrobiologi Kedokteran,Diterjemahkan oleh Nugroho, E., dan Maulany Edisi XX, EGC, Jakarta,pp. 191.
Jutono, dkk., 1972, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Departemen MikrobiologiFakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, pp. 44, 57-59.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Kanti A. 2005. Keragaman khamir tanah asal Taman Nasional Kalimutu danTaman Wisata Alam Ruteng Nusa Tenggara Timur, Pusat PenelitianBiologi-LIPI, Bogor, pp. 56.
Latief, A., 2012, Obat Tradisional, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, pp.1,3-6, 25.
Lay. B.W., 1994, Analisis Mikroba di Laboratorium, Edisi I, PT. Raja grafindoPersada, Jakrata, pp. 81-85, 91, 99.
Levinson, W and E. Jawetz .2003. Medical Microbiology & ImunologyExamination & Board Review. 7th Edition.USA: McGraw-Hill Company.pp. 130-131.
Melliawati, R., 2009, Escherichia coli dalam Kehidupan Manusia, Bio Trends, 4(1), 13.
Murray,P.R., 1999, Manual of Clinical Microbiology, 7th Edition, aditors Ellen JoBaron, Michael A. Pfaller, fred C. Tenover, Robert H. Yolken, AmericanSociety for Microbiology, 1325 Massachusetts Avenue, Washington D.C.pp. 1073.
Pratiwi, S. T., 2008, Mikrobiologi Farmasi, Erlangga, Jakarta, pp. 178, 180-184
Radji, M., 2011, Buku Ajar MIKROBIOLOGI Panduan mahasiswa farmasi dankedokteran, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, pp. 127.
Rengga, W.D.P. dan Prima A.H, 2013, Serbuk Instan Manis Daun PepayaSebagai Upaya Memperlancar Air Susu Ibu, Universitas Negeri Semarang,Semarang, pp. 7.
Roesli, U, 2000. Mengenal ASI Eksklusif Seri 1. Penerbit Trubus Agriwidya,Jakarta, pp. 6.
Sears, B.W., 2011, Intisari Mikrobiologi & Imunologi, Penerbit Buku KedokteranEGC, Jakarta, pp. 1-2.
Suharmiati, 2003, Menguak Tabir dan Potensi Jamu Gendong, PenerbitAgromedia Pustaka, Jakarta, pp. 2-4, 33-35.
Sumarmo, 2000, Isolasi dan Identifikasi Bakteri Klinik, Akademi AnalisisKesehatan Yogyakarta, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,Yogyakarta, pp. 38-39.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Sumarsih, 2007, Nutrisi dan Medium Kultur Mikroba, http: // sumarsih07. files.wordpress. com / 2008/ 11 / nutrisi – dan - medium – kultur - mikroba.Pdf, diakses tanggal 29 Maret 2014.
Supardi, I., dan Sukamto., 1999, Mikrobiologi Dalam Pengolahan dan KeamananPangan, Penerbit Alumni, Bandung, pp. 34.
Tarigan, J., 1988, Pengantar Mikrobiologi, Departemen Pendidikan danKebudayaan, Jakarta, pp. 190-191.
Wasito, H., 2011, Obat Tradisional Kekayaan Indonesia, Graha Ilmu,Yogyakarta, pp. 5,14, 17-19, 26-27, 32-37.
Wattimena, J.R., Sugiarso, N.C.,Widianto, M.B., Sukandar, E.Y., Soemardji,A.A., Setiadi, A.R., 1991, Farmakodinamik dan Terapi Antibiotik, GadjahMada University Press, Yogyakarta, pp. 184, 187.
Wijayanti, S., 2009, Identifikasi dan Pemeriksaan Jumlah Total Bakteri Susu SapiSegar dari Koperasi Unit Desa di Kabupaten Boyolali, http: // www.pdfqueen. com / pdf / ma / makalah – tentang – pedagang – kaki – lima /.,diakses tanggal 10 Mei 2014.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian di Balai Laboratorium Kesehatan
Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Lampiran 2. Hasil uji MPN E.coli dari Balai Laboratorium Kesehatan
Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Lampiran 3. Uji AKK sampel jamu uyup-uyup pada inkubasi hari ke-5
Sampling PengenceranJumlah Koloni AKK
(CFU/mL)Petri 1 Petri 2 Jumlah
Sampling I
10-1 ∞ ∞ ∞
4 x 105
10-2 ∞ ∞ ∞
10-3 68 65 133
10-4 31 36 67
10-5 10 10 20
Sampling PengenceranJumlah Koloni AKK
(CFU/mL)Petri 1 Petri 2 Jumlah
Sampling II
10-1 ∞ ∞ ∞
4 x 105
10-2 ∞ ∞ ∞
10-3 110 104 214
10-4 23 28 51
10-5 15 13 28
Sampling PengenceranJumlah Koloni AKK
(CFU/mL)Petri 1 Petri 2 Jumlah
Sampling III
10-1 ∞ ∞ ∞
7,5 x 104
10-2 136 142 278
10-3 55 67 122
10-4 18 26 44
10-5 5 6 11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Lampiran 4. Perhitungan AKK sampel jamu uyup-uyup pada inkubasi
hari ke-5
Sampling I
Pengenceran 10-1
Tidak dapat dihitung karena pertumbuhan bakteri yang saling menumpuk
dianggap sebagai tak terhingga.
Pengenceran 10-2
Tidak dapat dihitung karena pertumbuhan bakteri yang saling menumpuk
dianggap sebagai tak terhingga.
Pengenceran 10-3
Dipilih cawan petri yang menunjukkan koloni 10-150
68 + 65 = 133 x 10-3 = 133.000 koloni/mL
Pengenceran 10-4
Dipilih cawan petri yang menunjukkan koloni 10-150
31 + 36 = 67 x 10-4 = 670.000 koloni/mL
Pengenceran 10-5
Dipilih cawan petri yang menunjukkan koloni 10-150
10 + 10 = 20 x 10-4 = 200.000 koloni/Ml
Dipilih cawan petri dari pengenceran 10-3 dan pengenceran 10-4
Pengenceran 10-3 = 133.000
Pengenceran 10-4 = 670.000 +
803.000 : 2 = 401.500 4 x 105 koloni/mL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Sampling II
Pengenceran 10-1
Tidak dapat dihitung karena pertumbuhan bakteri yang saling menumpuk
dianggap sebagai tak terhingga.
Pengenceran 10-2
Tidak dapat dihitung karena pertumbuhan bakteri yang saling menumpuk
dianggap sebagai tak terhingga.
Pengenceran 10-3
Dipilih cawan petri yang menunjukkan koloni 10-150
110 + 104 = 214 x 10-3 = 214.000 koloni/mL
Pengenceran 10-4
Dipilih cawan petri yang menunjukkan koloni 10-150
23 + 28 = 51 x 10-4 = 510.000 koloni/mL
Pengenceran 10-5
Dipilih cawan petri yang menunjukkan koloni 10-150
15 + 13 = 28 x 10-5 = 2.800.000 koloni/mL
Dipilih cawan petri dari pengenceran 10-3 dan pengenceran 10-4
Pengenceran 10-3 = 214.000
Pengenceran 10-4 = 510.000+
724.000 : 2 = 362.000 4 x 105 koloni/mL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Sampling III
Pengenceran 10-1
Tidak dapat dihitung karena pertumbuhan bakteri yang saling menumpuk
dianggap sebagai tak terhingga.
Pengenceran 10-2
Dipilih cawan petri yang menunjukkan koloni 10-150
136 + 142 = 278 x 10-2 = 27.800 koloni/mL
Pengenceran 10-3
Dipilih cawan petri yang menunjukkan koloni 10-150
55 + 67 = 122 x 10-3 = 122.000 koloni/mL
Pengenceran 10-4
Dipilih cawan petri yang menunjukkan koloni 10-150
18 + 26 = 44 x 10-4 = 440.000 koloni/mL
Pengenceran 10-5
Koloni tidak dapat dihitung karena tidak menunjukkan koloni 10-150
Dipilih cawan petri dari pengenceran 10-2 dan pengenceran 10-3
Pengenceran 10-2 = 27.800
Pengenceran 10-3 = 122.000 +
149.800 : 2 = 74.900 7,5 x 104 koloni/mL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Lampiran 5. Uji ALT sampel jamu uyup-uyup pada inkubasi 24 Jam
Sampling PengenceranJumlah Koloni ALT
(CFU/ml)Petri 1 Petri 2 Jumlah
Sampling I
10-1 ∞ ∞ ∞
8 x 104
10-2 250 238 244
10-3 126 134 130
10-4 63 69 66
10-5 31 35 33
Sampling PengenceranJumlah Koloni ALT
(CFU/ml)Petri 1 Petri 2 Jumlah
Sampling II
10-1 ∞ ∞ ∞
1,1 x 106
10-2 ∞ ∞ ∞
10-3 250 224 237
10-4 204 208 206
10-5 122 138 130
Sampling PengenceranJumlah Koloni ALT
(CFU/ml)Petri 1 Petri 2 Jumlah
Sampling III
10-1 ∞ ∞ ∞
2,4 x 107
10-2 ∞ ∞ ∞
10-3 ∞ ∞ ∞
10-4 ∞ ∞ ∞
10-5 238 246 242
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Lampiran 6. Perhitungan ALT sampel jamu uyup-uyup pada inkubasi 48
jam
Sampling I
Pengenceran 10-1
Tidak dapat dihitung karena pertumbuhan bakteri yang saling menumpuk
sehingga dianggap sebagai tak terhingga.
Pengenceran 10-2
Dipilih cawan petri yang menunjukkan jumlah koloni 25-250
koloni/mL
Pengenceran 10-3
Dipilih cawan petri yang menunjukkan jumlah koloni 25-250
koloni/mL
Pengenceran 10-4
Dipilih cawan petri yang menunjukkan jumlah koloni 25-250
koloni/mL
Pengenceran 10-5
Dipilih cawan petri yang menunjukkan jumlah koloni 25-250
koloni/mL
Dipilih cawan petri dengan pengenceran 10-2 dan pengenceran 10-3
Pengenceran 10-2 = 24. 400
Pengenceran 10-3 = 130.000 +
154.400 : 2 = 77.200 8 X 104 koloni/mL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Sampling II
Pengenceran 10-1
Koloni tidak dapat dihitung karena pertumbuhan bakteri yang saling
menumpuk sehingga dianggap sebagai tak terhingga.
Pengenceran 10-2
Koloni tidak dapat dihitung karena pertumbuhan bakteri yang saling
menumpuk sehingga dianggap sebagai tak terhingga.
Pengenceran 10-3
Dipilih cawan petri yang menunjukkan jumlah koloni 25-250
koloni/mL
Pengenceran 10-4
Dipilih cawan petri yang menunjukkan jumlah koloni 25-250
koloni/mL
Pengenceran 10-5
Dipilih cawan petri yang menunjukkan jumlah koloni 25-250
Dipilih cawan petri pada pengenceran 10-3 dan 10-4
Pengenceran 10-3 = 237.000
Pengenceran 10-4 = 2.060.000+
2.297.000 : 2 = 1.148.500 1,1 x 106 koloni/mL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Sampling III
Pengenceran 10-1
Koloni tidak dapat dihitung karena pertumbuhan bakteri yang saling
menumpuk sehingga dianggap sebagai tak terhingga.
Pengenceran 10-2
Koloni tidak dapat dihitung karena pertumbuhan bakteri yang saling
menumpuk sehingga dianggap sebagai tak terhingga.
Pengenceran 10-3
Tidak dapat dihitung karena pertumbuhan bakteri yang saling menumpuk
sehingga dianggap sebagai tak terhingga.
Pengenceran 10-4
Tidak dapat dihitung karena pertumbuhan bakteri yang saling menumpuk
sehingga dianggap sebagai tak terhingga.
Pengenceran 10-5
Dipilih cawan petri yang menunjukkan jumlah koloni 25-250
koloni/mL
Dipilih cawan petri pada pengenceran 10-5
Pengenceran 10-5 = 24.200.000
Karena hanya pengenceran 10-5 yang masuk dalam range, maka dapat langsung
disimpulkan hasil akhir 24.200.000 2,4 x 107 koloni/mL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Lampiran 7. Pengambilan sampel jamu uyup-uyup
Keterangan: A : Coolbox yang digunakan sebagai tempat sampelB : Sampel jamu uyup-uyup yang ditempatkan dalam coolboxC : Sampel yang ditempatkan dalam botol kaca steril yang ditutup
rapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Lampiran 8. Uji AKK sampel jamu uyup-uyup sampling I pada inkubasi
hari ke-5
Keterangan: A : Kontrol media PCA, tidak tumbuh koloniB : Kontrol dari pelarut PDF, tidak tumbuh koloniC : AKK pada Pengenceran 10-1
D : AKK pada Pengenceran 10-2
E : AKK pada Pengenceran 10-3
F : AKK pada Pengenceran 10-4
G : AKK pada Pengenceran 10-5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Lampiran 9. Uji AKK sampel jamu uyup-uyup sampling II pada inkubasi
hari ke-5
Keterangan: A : Kontrol media PCA, tidak tumbuh koloniB : Kontrol dari pelarut PDF, tidak tumbuh koloniC : AKK pada Pengenceran 10-1
D : AKK pada Pengenceran 10-2
E : AKK pada Pengenceran 10-3
F : AKK pada Pengenceran 10-4
G : AKK pada Pengenceran 10-5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Lampiran 10. Uji AKK sampel jamu uyup-uyup sampling III pada
inkubasi hari ke-5
Keterangan: A : Kontrol media PCA, tidak tumbuh koloniB : Kontrol dari pelarut PDF, tidak tumbuh koloniC : AKK pada Pengenceran 10-1
D : AKK pada Pengenceran 10-2
E : AKK pada Pengenceran 10-3
F : AKK pada Pengenceran 10-4
G : AKK pada Pengenceran 10-5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Lampiran 11. Uji ALT sampel jamu uyup-uyup sampling I pada
inkubasi 48 jam
Keterangan: A : Kontrol media PCA, tidak tumbuh koloniB : Kontrol dari pelarut PDF, tidak tumbuh koloniC : ALT pada Pengenceran 10-1
D : ALT pada Pengenceran 10-2
E : ALT pada Pengenceran 10-3
F : ALT pada Pengenceran 10-4
G : ALT pada Pengenceran 10-1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Lampiran 12. Uji ALT sampel jamu uyup-uyup sampling II pada
inkubasi 48 jam
Keterangan: A : Kontrol media PCA, tidak tumbuh koloniB : Kontrol dari pelarut PDF, tidak tumbuh koloniC : ALT pada Pengenceran 10-1
D : ALT pada Pengenceran 10-2
E : ALT pada Pengenceran 10-3
F : ALT pada Pengenceran 10-4
G : ALT pada Pengenceran 10-5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Lampiran 13. Uji ALT sampel jamu uyup-uyup sampling III pada Inkubasi
48 jam
Keterangan: A : Kontrol media PCA, tidak tumbuh koloniB : Kontrol dari pelarut PDF, tidak tumbuh koloniC : ALT pada Pengenceran 10-1
D : ALT pada Pengenceran 10-2
E : ALT pada Pengenceran 10-3
F : ALT pada Pengenceran 10-4
G : ALT pada Pengenceran 10-5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Lampiran 14. Uji tahap pengkayaan sampel jamu uyup-uyup inkubasi 24
jam
Keterangan: A : Hasil uji tahap pengkayaan sampel I pada media ECBB : Hasil uji tahap pengkayaan sampel II pada media ECBC : Hasil uji tahap pengkayaan sampel III pada media ECBK+ : Kontrol positif dari biakan murni E.coli ATCC 3251P : Perlakuan untuk sampel jamu uyup-uyup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Lampiran 15. Uji tahap isolasi sampel jamu uyup-uyup pada inkubasi 24
jam
Keterangan: A : Hasil uji tahap isolasi sampel I pada media TBXB : Hasil uji tahap isolasi sampel II pada media TBXC : Hasil uji tahap isolasi sampel III pada media TBXK+ : Kontrol positif biakan murni E.coli ATCC 3251P : Perlakuan untuk sampel jamu uyup-uyup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Lampiran 16. Uji fermentasi karbohidrat pada sampel jamu uyup-uyup
Keterangan: A : Hasil Uji Fermentasi Karbohidrat Pada Sampel IB : Hasil Uji Fermentasi Karbohidrat Pada Sampel IIC : Hasil Uji Fermentasi Karbohidrat Pada Sampel IIIK+ : Kontrol Positif dari biakan murni E.coli ATCC 32511 : Hasil uji glukosa pada media glukosa2 : Hasil uji laktosa pada media laktosa3 : Hasil uji manitol pada media manitol4 : Hasil uji maltosa pada media maltosa5 : Hasil uji sukrosa pada media sukros
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Lampiran 17. Uji indol pada sampel jamu uyup-uyup
Keterangan: A : Hasil uji indol sampel I pada media SIM agarB : Hasil uji indol sampel II pada media SIM agarC : Hasil uji indol sampel III pada media SIM agarK+ : Kontrol positif dari biakan murni E.coli ATCC 3251P : Perlakuan untuk sampel jamu uyup-uyup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Lampiran 18. Uji metil merah pada sampel jamu uyup-uyup
Keterangan: A : Hasil uji metil merah sampel I pada media MR-VP agarB : Hasil uji metil merah sampel II pada media MR-VP agarC : Hasil uji metil merah sampel III pada media MR-VP agarK+ : Kontrol positif dari biakan murni E.coli ATCC 3251P : Perlakuan untuk sampel jamu uyup-uyup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Lampiran 19. Uji Voges-Proskauer pada sampel jamu uyup-uyup
Keterangan: A : Hasil uji Voges-Proskauer sampel I pada media MR-VP agarB : Hasil uji Voges-Proskauer sampel II pada media MR-VP agarC : Hasil uji Voges-Proskauer sampel III pada media MR-VP agarK+ : Kontrol positif dari biakan murni E.coli ATCC 3251P : Perlakuan untuk sampel jamu uyup-uyup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Lampiran 20. Uji sitrat pada sampel jamu uyup-uyup
Keterangan: A : Hasil uji Sitrat sampel I pada media Simmon’s citrate agarB : Hasil uji Sitrat sampel II pada media Simmon’s citrate agarC : Hasil uji Sitrat sampel III pada media Simmon’s citrate agarK+ : Kontrol positif dari biakan murni E.coli ATCC 3251P : Perlakuan untuk sampel jamu uyup-uyup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Lampiran 21. Hasil pengecatan gram pada sampel jamu uyup-uyup
Keterangan: A : Hasil pengecatan gram pada sampel IB : Hasil pengecatan gram pada sampel IIC : Hasil pengecatan gram pada sampel III
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
BIOGRAFI PENULIS
Penulis bernama Theresia Nurida Ambarwulan,
merupakan anak kedua dari pasangan Bapak Matius
Tukiran Mangku Sutrisno dan Ibu Yasinta Daryanti.
Penulis lahir di Sleman pada tanggal 30 Mei 1992.
Penulis mulai menempuh pendidikan Taman Kanak-
kanak Indriyasana pada tahun 1997 sampai 1998 dan
melanjutkan di Sekolah Dasar Kanisius Babadan pada tahun 1998 sampai 2004.
Pada tahun 2004 sampai 2007 penulis mengenyam pendidikan tingkat menengah
pertama di SLTP N 1 Ngemplak. Pendidikan menengah tingkat atas dilanjutkan di
SMA N 2 Ngaglik dari tahun 2007 hingga 2010. Selanjutnya penulis melanjutkan
pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta jurusan farmasi dari tahun
2010 sampai 2014.
Selama menempuh perkuliahan di Universitas Sanata Dharma, penulis aktif
dalam kegiatan kemahasiswaan diantaranya adalah HGT (Herbal Garden Team),
PKM lolos didanai Dikti serta menjadi bendahara dalam acara Kampanye
Informasi Obat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
top related