Top Banner
UJI ANGKA KAPANG/KHAMIR (AKK), ANGKA LEMPENG TOTAL (ALT), DAN IDENTIFIKASI Escherichia coli DALAM JAMU UYUP- UYUP DARI PENJUAL JAMU RACIK “X” DI YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Ilmu Farmasi Oleh : Theresia Nurida Ambarwulan NIM : 108114126 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2014 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116

Universitas Sanata Dharma

Apr 26, 2023

Download

Documents

Khang Minh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Universitas Sanata Dharma

UJI ANGKA KAPANG/KHAMIR (AKK), ANGKA LEMPENG TOTAL

(ALT), DAN IDENTIFIKASI Escherichia coli DALAM JAMU UYUP-

UYUP DARI PENJUAL JAMU RACIK “X” DI YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Theresia Nurida Ambarwulan

NIM : 108114126

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2014

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: Universitas Sanata Dharma

i

UJI ANGKA KAPANG/KHAMIR (AKK), ANGKA LEMPENG TOTAL

(ALT), DAN IDENTIFIKASI Escherichia coli DALAM JAMU UYUP-

UYUP DARI PENJUAL JAMU RACIK “X” DI YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Theresia Nurida Ambarwulan

NIM : 108114126

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2014

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: Universitas Sanata Dharma

ii

Persetujuan Pembimbing

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: Universitas Sanata Dharma

iii

Pengesahan Skripsi Berjudul

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: Universitas Sanata Dharma

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Jadilah kuat betapapun parahnya kesalahan,

betapapun sulitnya peperangan,

betapapun lamanya penantian,

jangan patah semangat, teruslah berjuang!

Esok pasti terdengar sorak nyanyian...

-Babcock

Kupersembahkan karyaku ini kepada:

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria

Ayahku tercinta Matius Tukiran Mangku Sutrisno

Ibuku tercinta Yasinta Daryati

Suamiku tercinta Eko Ari Wibowo

Malaikat kecilku Viola Natasya Wibowo

Kakak Q tercinta Christina Febriana Mayasari

Adikku tercinta Filipus Rosarianto Pamungkas

Terima kasih atas segala doa, dukungan, kepercayaan serta waktu

yang kalian berikan kepadaku untuk menyelesaikan karya ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: Universitas Sanata Dharma

v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: Universitas Sanata Dharma

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: Universitas Sanata Dharma

vii

PRAKATA

Rasa syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas seluruh

berkat dan anugrah serta kehendakNya penulis dapat menyelesaikan penulisan

skripsi yang berjudul “Uji Angka Kapang/Khamir (AKK), Angka Lempeng Total

(ALT), dan Identifikasi Escherichia coli dalam Jamu Uyup-uyup dari Penjual

Jamu Racik “X” Di Yogyakarta” dengan baik dan tepat waktu. Penulisan skripsi

ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini bukanlah suatu hal yang

mudah tentunya banyak kendala yang dihadapi. Berkat segala bantuan dan

dukungan yang diberikan dari berbagai pihak, skripsi ini dapat diselesaikan.

Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma.

2. Yohanes Dwiatmaka, S. Si., selaku dosen pembimbing yang telah

berkenan membimbing, mengarahkan serta memberikan saran kepada

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si., atas bantuannya yang telah berkenan

membimbing, mengarahkan serta memberikan saran kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

4. Dr. Erna Tri Wulandari, M.Si.,Apt selaku dosen penguji atas kritik dan

saran yang telah diberikan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: Universitas Sanata Dharma

viii

5. Damiana Sapta Candrasari, M.Sc. selaku dosen penguji atas kritik dan

saran yang telah diberikan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

6. Keluargaku tercinta atas kasih sayang, doa serta dukungannya baik moril

maupun materil.

7. Sahabat-sahabatku angkatan 2010, khusunya: Anas, Oric, Tika, Ribka atas

segala saran, kebersamaan, keceriaan dan dukungannya selama ini.

8. Seluruh staf serta karyawan dari Balai Laboratorium Kesehatan Daerah

Istimewa Yogyakarta atas bantuan serta kerjasamanya dalam

menyelesaikan skripsi ini.

9. Pihak-pihak lain yang turut membantu penulis namun tidak dapat

disebutkan satu persatu.

Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa tidak skripsi ini

jauh dari sempurna karena keterbatasan pikiran, waktu dan tenaga. Oleh karena

itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi

ini lebih mendekati sempurna.

Penulis berharap bahwa skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak,

baik mahasiswa, lingkungan akademisi, masyarakat, serta dapat memberikan

sumbangan kecil bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang

kefarmasian.

Penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: Universitas Sanata Dharma

ix

INTISARI

Jamu uyup-uyup merupakan jamu yang berkhasiat untuk melancarkanproduksi Air Susu Ibu (ASI) yang dikonsumsi oleh ibu-ibu menyusui. AdanyaAngka Kapang/Khamir (AKK) dan Angka Lempeng Total (ALT) yang melebihibatas yang ditentukan oleh KEPMENKES nomor 661 tahun 1994 akanmembahayakan kesehatan ibu serta bayinya. Escherichia coli merupakan bakteriyang hidup di tanah dan air. Keberadaannya dapat mengkontaminasi jamu uyup-uyup karena bahan baku yang digunakan berupa rimpang yang berasal dari tanah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui AKK, ALT dan mengidentifikasiE.coli dalam jamu uyup-uyup yang diproduksi penjual jamu racik “X” diYogyakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan rancangandeskriptif exploratif. Penelitian yang dilakukan meliputi penentuan dan pemilihantempat pengambilan sampel, pangambilan sampel jamu uyup-uyup, pengujianAKK, pengujian ALT, identifikasi bakteri E.coli serta analisis hasil.

Hasil pengujian yang dilakukan pada jamu uyup-uyup dari penjual jamuracik “X” di Yogyakarta diperoleh nilai AKK sebesar 7,5 x 104 CFU/ml sampaidengan 4 x 105 CFU/ml. Nilai ALT sebesar 8 x 104 CFU/ml sampai dengan 2,4 x107 CFU/ml. Hasil uji identifikasi menunjukkan bahwa pada jamu uyup-uyuptelah tercemar oleh bakteri E.coli.

Kata kunci: Jamu uyup-uyup, AKK, ALT, Escherichia coli.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: Universitas Sanata Dharma

x

ABSTRACT

Jamu uyup-uyup is believed to expedite the production of breast milk(ASI) consumed by breastfeeding mothers. The existence of the Number of Mold/Yeast (AKK), Total Plate Count (ALT) exceeding the limit specified byKEPMENKES no 661 of 1994 would endanger the health of the mother and herbaby. Escherichia coli is a bacteria that lives in soil and water. Its presence cancontaminate jamu uyup-uyup because that raw materials used in the form orrhizomes from the soil.

The purpose of research were to determine the AKK, ALT and identify theE.coli in jamu uyup-uyup that produced by jamu racik seller “X” in Yogyakarta.

This research was non-experimental research with the framework ofdescriptive explorative. Research was conducted on the determination andselection of the sampling, sampling of jamu uyup-uyup, testing of AKK, testing ofALT, E.coli bacteria identification and analysis of result.

Results of tests performed on jamu uyup-uyup that produced by jamuracik seller “X” in Yogyakarta AKK values as 7,5 x 104 CFU / mL up to 4 x 105.ALT values as 1 x 106 CFU / mL up to 2,4 x 107 CFU / mL. The test results showthat the identification of jamu uyup-uyup been contaminated by the E.colibacteria.

Key word: Jamu uyup-uyup, AKK, ALT, Escherichia coli

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: Universitas Sanata Dharma

xi

DAFTAR ISI

halaman

HALAMAN JUDUL...................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iii

HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................... iv

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI...................... v

PRAKATA...................................................................................................... vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA......................................................... viii

INTISARI....................................................................................................... ix

ABSTRACT...................................................................................................... x

DAFTAR ISI................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL........................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xvii

BAB I. PENGANTAR.................................................................................... 1

A. Latar Belakang.................................................................................... 1

1. Rumusan masalah......................................................................... 4

2. Keaslian penelitian........................................................................ 5

3. Manfaat penelitian........................................................................ 5

a. Manfaat teoritis....................................................................... 5

b. Manfaat praktis....................................................................... 6

B. Tujuan Penelitian................................................................................ 6

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: Universitas Sanata Dharma

xii

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 7

A. Obat Tradisional.................................................................................. 7

B. Jamu Uyup-uyup................................................................................. 8

C. Angka Kapang/Khamir (AKK)........................................................... 11

D. Angka Lempeng Total (ALT)............................................................. 13

E. Media.................................................................................................. 17

F. Escherichia coli.................................................................................. 19

G. Identifikasi Escherichia coli............................................................... 23

H. Landasan Teori.................................................................................... 26

I. Hipotesis............................................................................................. 27

BAB III. METODE PENELITIAN................................................................ 28

A. Jenis dan Rancangan Penelitian.......................................................... 28

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional..................................... 28

1. Variabel Utama............................................................................. 28

2. Variabel Pengacau........................................................................ 28

3. Variabel Operasional.................................................................... 29

C. Bahan Penelitian................................................................................. 29

D. Alat Penelitian..................................................................................... 30

E. Tata Cara Penelitian............................................................................ 30

1. Pemilihan Sampel dan Pengambilan Sampel................................ 30

2. Penangan Wadah/Kemasan Penyiapan Sampel............................ 31

3. Tahap Pra-Pengkayaan.................................................................. 31

4. Uji AKK........................................................................................ 32

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: Universitas Sanata Dharma

xiii

5. Uji ALT......................................................................................... 33

6. Uji Identifikasi Escherichia coli................................................... 34

F. Analisis Hasil...................................................................................... 38

1. Uji AKK........................................................................................ 38

2. Uji ALT......................................................................................... 39

3. Identifikasi Escherichia coli......................................................... 42

BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................... 43

A. Penentuan dan Pemilihan Sampel....................................................... 43

B. Pengambilan Sampel........................................................................... 43

C. Homogenisasi dan Pengenceran Sampel............................................ 44

D. Uji AKK.............................................................................................. 45

E. Uji ALT............................................................................................... 48

F. Identifikasi Escherichia coli............................................................... 50

1. Tahap Pengkayaan........................................................................ 50

2. Tahap Isolasi................................................................................. 53

3. Tahap Identifikasi dan Konfirmasi............................................... 54

4. Pengecatan Gram.......................................................................... 63

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN........................................................ 67

A. Kesimpulan......................................................................................... 67

B. Saran................................................................................................... 67

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 68

LAMPIRAN.................................................................................................... 72

BIOGRAFI PENULIS.................................................................................... 98

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: Universitas Sanata Dharma

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel I. Uji fermentasi karbohidrat dan uji IMViC pada identifikasi

E.coli (Holt et all., 2000).............................................................. 42

Tabel II. Nilai AKK sampel jamu uyup-uyup pada inkubasi hari ke-

5..................................................................................................... 46

Tabel III. Nilai ALT sampel jamu uyup-uyup pada inkubasi 48 jam........... 49

Tabel IV. Hasil uji biokimia dan pengecatan gram dalam sampel jamu

uyup-uyup..................................................................................... 65

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: Universitas Sanata Dharma

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Uji pengkayaan E.coli pada media ECB...................................... 52

Gambar 2. Uji isolasi E.coli pada media TBX............................................... 54

Gambar 3. Uji fermentasi karbohidrat pada sampel jamu uyup-uyup........... 56

Gambar 4. Uji motilitas bakteri terlihat adanya pertumbuhan di sekitar

tusukan dan permukaan media sebelum penambahan reagen

Kovac’s.........................................................................................

Gambar 5. Uji Indol pada sampel jamu uyup-uyup....................................... 60

Gambar 6. Uji metil merah pada sampel jamu uyup-uyup............................ 61

Gambar 7. Uji Voges-Voskauer pada sampel jamu uyup-uyup.................... 62

Gambar 8. Uji sitrat pada sampel jamu uyup-uyup....................................... 63

Gambar 9. Hasil pengecatan gram berwarna merah muda (gram negatif)

dan berbentuk batang.................................................................. 65

58

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: Universitas Sanata Dharma

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat ijin penelitian di Balai Laboratorium Kesehatan

Yogyakarta...............................................................................

73

Lampiran 2. Hasil uji MPN E.coli dari Balai Laboratorium Kesehatan

Yogyakarta............................................................................... 74

Lampiran 3. Uji AKK sampel jamu uyup-uyup pada inkubasi hari ke-5..... 75

Lampiran 4. Perhitungan AKK sampel jamu uyup-uyup pada inkubasi

hari ke-5................................................................................... 76

Lampiran 5. Uji ALT sampel jamu uyup-uyup pada inkubasi 48 jam........ 79

Lampiran 6. Perhitungan ALT sampel jamu uyup-uyup pada inkubasi

48 jam....................................................................................... 80

Lampiran 7. Pengambilan sampel jamu uyup-uyup..................................... 83

Lampiran 8. Uji AKK sampel jamu uyup-uyup sampling I pada inkubasi

hari ke-5...................................................................................84

Lampiran 9. Uji AKK sampel jamu uyup-uyup sampling II pada inkubasi

hari ke-5................................................................................... 85

Lampiran 10. Uji AKK sampel jamu uyup-uyup sampling III pada inkubasi

hari ke-5................................................................................... 86

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: Universitas Sanata Dharma

xvii

Lampiran 11. Uji ALT sampel jamu uyup-uyup sampling I pada inkubasi

48 jam....................................................................................... 87

Lampiran 12. Uji ALT sampel jamu uyup-uyup sampling II pada inkubasi

48 jam....................................................................................... 88

Lampiran 13. Uji ALT sampel jamu uyup-uyup sampling III pada inkubasi

48 jam....................................................................................... 89

Lampiran 14. Uji tahap pengkayaan sampel jamu uyup-uyup inkubasi

24 jam....................................................................................... 90

Lampiran 15. Uji tahap isolasi sampel jamu uyup-uyup pada inkubasi

24 jam....................................................................................... 91

Lampiran 16. Uji fermentasi karbohidrat pada sampel jamu uyup-

uyup.......................................................................................... 92

Lampiran 17. Uji indol pada sampel jamu uyup-uyup................................... 93

Lampiran 18. Uji metil merah pada sampel jamu uyup-uyup........................ 94

Lampiran 19. Uji Voges-Proskauer pada sampel jamu uyup-uyup................ 95

Lampiran 20. Uji sitrat pada sampel jamu uyup-uyup................................... 96

Lampiran 21. Hasil pengecatan gram pada sampel jamu uyup-uyup............. 97

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: Universitas Sanata Dharma

1

BAB 1

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Obat Bahan Alam Indonesia dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu jamu,

obat herbal terstandar dan fitofarmaka (BPOM RI, 2004). Jamu merupakan obat

asli Indonesia yang harus tetap dilestarikan dengan fokus utama pada aspek

keamanan (safety), mutu, dan khasiat jamu sebagai obat tradisional (Wasito,

2011). Menurut PERMENKES RI No. 003/MENKES/PER/I/2010 Jamu adalah

obat tradisional Indonesia. Jamu harus memenuhi kriteria aman sesuai dengan

persyaratan yang khusus untuk itu, klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data

empiris yang ada, dan memenuhi persyaratan mutu khusus untuk itu. Jamu sudah

menjadi budaya masyarakat Indonesia dibuktikan berdasarkan data hasil Riset

Kesehatan Dasar 2010, hampir setengah (49, 53%) penduduk Indonesia berusia 15

tahun ke atas, mengkonsumsi jamu. Sekitar lima persen (4,36%) mengkonsumsi

jamu setiap hari, sedangkan sisanya (45,17%) mengkonsumsi jamu sesekali

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2011).

Salah satu jamu yang banyak digemari masyarakat adalah jamu racikan.

Alasan utama masyarakat lebih memilih jamu daripada obat sintetik adalah karena

jamu mempunyai efek samping yang jauh lebih kecil, harganya yang terjangkau,

bahan baku jamu lebih mudah ditemukan, serta dari beberapa hasil penelitian

yang sudah dilakukan ternyata jamu memang memiliki khasiat pengobatan secara

tradisional (Wasito, 2011).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: Universitas Sanata Dharma

2

Asi sangat bermanfaat bagi pertumbuhan bayi diantaranya adalah sebagai

nutrisi bagi bayi, meningkatkan daya tahan tubuh bayi dari berbagai penyakit,

meningkatkan kecerdasan, serta menyusui dapat meningkatkan jalinan kasih

sayang antara ibu dan anak (Roesli, 2000). Produksi ASI yang cukup mempunyai

peranan penting dalam tumbuh kembang bagi bayi. Jamu uyup-uyup atau jamu

gepyokan adalah jamu yang dipilih mereka karena dipercaya berkhasiat sebagai

pelancar ASI bagi ibu yang sedang menyusui dan tersedia banyak di pasar-pasar

tradisional. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan jamu uyup-uyup

bervariasi, namun secara umum terdiri dari empon-empon yaitu kencur, jahe,

bangle, laos, kunyit, temulawak, puyang, dan temu giring (Suharmiati, 2003).

Salah satu Grand Strategi Pengembangan Jamu yang dikeluarkan oleh

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia adalah meningkatkan keamanan, mutu

dan efikasi jamu. Usaha jamu racikan merupakan usaha yang tidak wajib memiliki

ijin edar, oleh karena itu keamanan serta jaminan mutu kualitas jamu racikan

masih cukup rendah. Salah satu parameter jaminan keamanan dan mutu dari jamu

yang diatur dalam KEPMENKES no 661 tahun 1994 adalah tidak boleh

mengandung mikroba patogen, Angka Kapang/Khamir (AKK) tidak lebih dari 103

dan Angka Lempeng Total (ALT) tidak lebih dari 104.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai AKK, ALT, dan

mengidentifikasi adanya bakteri patogen E.coli dalam jamu uyup-uyup dari

penjual jamu racik “X” di kota Yogyakarta. Adanya AKK yang melebihi batas

pada jamu uyup-uyup ini dapat membahayakan bagi ibu yang sedang menyusui

serta bayinya. Mikroba patogen yang menjadi sumber kontaminasi pada jamu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: Universitas Sanata Dharma

3

uyup-uyup adalah Aspergilus flavus, Candida albicans dan Cryptococcus

neoformans. Ketiga mikroba patogen ini ditemukan di tanah dan air. Aspergilus

flavus memproduksi mikotoksin yaitu aflatoksin. Salah satu aflatoksin yang paling

berbahaya yaitu aflatoksin B1 yang dapat disekresikan melalui ASI dan bersifat

karsinogenik karena dapat menyebabkan hepatotoksik dan kanker hati

(Abdulrazaq et al., 2003). Bahan baku yang digunakan disimpan di bawah

kandang burung yang kemungkinan besar terkontaminasi khamir Cryptococcus

neoformans yang dapat menyebabkan infeksi paru-paru karena Cryptococcus

neoformans juga ditemukan pada kotoran burung. Sementara itu, Candida

albicans dapat menyebabkan kandidiasis pada mulut yaitu sariawan terutama pada

bayi serta dapat menyebabkan vulvovaginitis atau keputihan pada wanita

mengingat jamu uyup-uyup dikonsumsi oleh ibu-ibu (Jawetz, 1996).

Adanya ALT yang melebihi batas juga dapat membahayakan ibu dan bayi,

karena dalam ALT yang tinggi kemungkinan terdapat bakteri patogen diantaranya

adalah Salmonella, E.coli, dan Shigella dan Pseudomonas aeruginosa yang dapat

menyebabkan demam dan diare berat pada ibu terutama bayinya karena sistem

imun bayi yang belum sempurna dan rentan terkena penyakit (Radji, 2011;

Jawetz, 1996).

Identifikasi E.coli dipilih karena bakteri ini merupakan indikator dari

sanitasi yang buruk pada saat pembuatan jamu. Selain itu, menurut Radji (2011)

bakteri E.coli Uropatogenik dapat menyebabkan Infeksi Saluran Kemih (ISK)

pada 90% wanita serta diare sehingga ibu yang mengkonsumsi jamu uyup-uyup

ini berpotensi besar terkena ISK dan diare. Apabila ibu yang terkena diare tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: Universitas Sanata Dharma

4

menjaga kebersihannya maka bayinya akan tertular diare melalui fekel oral rute

karena bayi sangat rentan terkena penyakit. Penyebab utama diare pada bayi yaitu

E.coli enteropatogenik dan E.coli enterotoksigenik (Radji, 2011).

Jamu uyup-uyup dipilih karena merupakan jamu pilihan utama untuk

membantu memperlancar produksi ASI. Konsumsi jamu pelancar ASI didasari

berbagai alasan, diantaranya adalah karena harga dari susu khusus ibu menyusui

yang cukup mahal dan sebagian dari mereka tidak menyukai susu (Rengga, 2013).

Jamu uyup-uyup dari penjual jamu racik “X” juga banyak dikonsumsi oleh

banyak warga bukan hanya warga Jogja tetapi juga warga di luar kota Jogja.

Penjual jamu racik “X” menjual jamu uyup-uyup dari jam 06.00 pagi hingga jam

19.30 WIB dengan sekali pembuatan dengan cara manual yaitu memakai tangan

dan ditumbuk menggunakan peralatan sederhana seperti lumpang dan alu. Hal ini

akan memicu adanya pertumbuhan jamur dan bakteri patogen. Selain itu, bahan

yang digunakan adalah rimpang yang berasal dari tanah yang merupakan habitat

dari jamur serta bakteri termasuk bakteri E.coli.

1. Rumusan masalah

a. Berapa AKK dalam jamu uyup-uyup dari penjual jamu racik “X” di

Yogyakarta?

b. Berapa ALT dalam jamu uyup-uyup dari penjual jamu racik “X” di

Yogyakarta?

c. Adakah cemaran bakteri patogen Escherichia coli dalam jamu uyup-uyup

dari penjual jamu racik “X” di Yogyakarta?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: Universitas Sanata Dharma

5

2. Keaslian penelitian

Sejauh penelusuran pustaka penulis, publikasi penelitian tentang “Uji

AKK, Uji ALT dan identifikasi Escherichia coli dalam jamu uyup-uyup dari

penjual jamu racik “X” di Yogyakarta” belum pernah dilakukan. Penelitian

yang pernah dilakukan berkaitan dengan penelitian ini adalah:

a. Uji Angka Kapang/Khamir (AKK), Angka Lempeng Total (ALT) dan

Identifikasi Escherichia coli dalam jamu cekok dari penjual jamu racik

“X” di Yogyakarta oleh Susetyo (2014).

b. Uji Angka Kapang/Khamir (AKK), Angka Lempeng Total (ALT) dan

Identifikasi Salmonella dalam jamu uyup-uyup dari penjual jamu racik

“X” di Yogyakarta oleh Purwaningsih (2014).

c. Uji Angka Kapang/Khamir (AKK), Angka Lempeng Total (ALT) dan

Identifikasi Salmonella dalam jamu cekok dari penjual jamu racik “X”

di Yogyakarta Oleh Kartika (2014).

d. Uji Angka Kapang/Khamir (AKK), Angka Lempeng Total (ALT) dan

Identifikasi Staphylococcus aureus dalam jamu cekok dari penjual

jamu racik “X” di Yogyakarta oleh Oktavori (2014).

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai AKK,

ALT dan ada tidaknya bakteri Escherichia coli dalam jamu uyup-uyup

atau gepyokan yang diproduksi penjual jamu racik “X” di Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: Universitas Sanata Dharma

6

b. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penjual jamu serta

masyarakat dalam memberikan informasi mengenai salah satu parameter

kualitas dan keamanan terkait AKK, ALT dan ada tidaknya bakteri

Escherichia coli pada jamu uyup-uyup dari penjual jamu racik “X” di

Yogyakarta.

B. Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai AKK, ALT dan ada

tidaknya cemaran bakteri Escherichia coli dalam jamu uyup-uyup dari penjual

jamu racik “X” di Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: Universitas Sanata Dharma

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Obat Tradisional

Obat tradisional sebagaimana tercantum dalam PERMENKES Nomor 007

tahun 2012 adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan

hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut

yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat

diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.

Menurut Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan makanan Republik

Indonesia, Obat Bahan Alam Indonesia dikelompokkan menjadi tiga yaitu jamu,

obat herbal terstandar dan fitofarmaka (BPOM RI, 2004). Jamu adalah obat

tradisional Indonesia. Obat herbal terstandar adalah sediaan obat bahan alam yang

telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan

bahan bakunya telah distandardisasi. Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam

yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik

dan klinik, bahan baku dan produk jadinya telah distandardisasi (BPOM, 2005).

KEPMENKES nomor 661 tahun 1994 menyebutkan bahwa cairan obat

dalam adalah sediaan obat tradisional berupa larutan emulsi atau suspensi dalam

air; bahan bakunya berasal dalam dari serbuk simplisia atau sediaan galenik dan

digunakan sebagai obat dalam.

Jamu merupakan cairan obat dalam, sesuai dengan KEPMENKES Nomor

661 tahun 1994 bahwa untuk cairan obat dalam nilai AKK tidak boleh lebih dari

103, ALT tidak lebih dari 104 serta tidak ada bakteri patogen di dalamnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: Universitas Sanata Dharma

8

B. Jamu Uyup-uyup

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

007 Tahun 2012, usaha jamu racikan adalah usaha yang dilakukan oleh depot

jamu atau sejenisnya yang dimiliki perorangan dengan melakukan pencampuran

sediaan jadi dan/atau sediaan segar obat tradisional untuk dijajakan langsung

kepada konsumen.

Cara pembuatan jamu uyup-uyup yang diproduksi oleh penjual jamu racik

“X” di Yogyakarta adalah dengan mencuci semua bahan yang digunakan dengan

air dan disikat, kemudian menumbuknya sampai halus menggunakan lumpang dan

alu. Hasil tumbukan dimasukkan dalam kantong plastik bening, esok paginya

direbus dan disaring, kemudian jamu dijual ke konsumen dari pagi hingga malam

hari.

Menurut Suharmiati (2003), jamu uyup-uyup atau jamu gepyokan adalah

jamu yang digunakan bagi ibu-ibu pasca melahirkan untuk membantu

memproduksi banyak asi bagi bayinya. Bahan baku dari jamu uyup-uyup berbeda-

beda antar penjual jamu, namun pada umumnya yang digunakan berupa empon-

empon meliputi:

1. Kunyit ( Curcuma domestica Val. )

Rimpang kunyit mengandung senyawa kurkuminoid. Selain itu, dalam

rimpang kunyit juga mengandung minyak atsiri berupa sesquiterpen, tumeron,

tumeon, zingiberen, dan garam-garam mineral. Khasiat dari rimpang kunyit yaitu

untuk memperlancar ASI, mengobati diabetes melitus, disentri, sakit keputihan,

haid tidak lancar, serta untuk mengatasi perut mulas saat haid (Wasito, 2011).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: Universitas Sanata Dharma

9

2. Kencur (Kaempferia galanga L.)

Senyawa yang terkandung dalam rimpang kencur adalah amilum (4,14%)

mineral (13,73%) dan minyak atsiri (0,02%) terdiri dari sineol, asam

metilfumarat, dan pentadekana, ester etil sinamat, borneol, kamfena, asam anisik,

alkaloid, dan gom. Khasiat dari rimpang kencur ini adalah untuk mengobati

masuk angin, diare, sakit kepala, influenza pada bayi, batuk memperlancar haid,

menghilangkan lelah, muntah-muntah, dan lain-lain (Agoes, 2010)

3. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)

Rimpang temulawak mengandung kurkuminoid berupa kurkumin,

demetoksikurkumin serta minyak atsiri terdiri dari alfakurkumin dan xantorizol

yang berkhasiat sebagai antibakteri, koleretik (menstimulasi produksi empedu dari

hati) dan sebagai antipiretik (menurunkan panas). Temulawak mempunyai banyak

khasiat di antaranya yaitu memperlancar ASI, mengobati asma, sakit maag,

menambah nafsu makan, meredakan nyeri haid dan lain-lain (Latief, 2012).

4. Lempuyang wangi (Zingiber aromaticum Val.)

Jenis temulawak ini juga sering disebut sebagai lempuyang emprit.

Kandungan zat aktifnya meliputi zerumbon, suatu senyawa yang berkhasiat

sebagai antikejang. Selain itu, juga terdapat limonen yang berkhasiat sebagai

karminatif (mengeluarkan gas) dari saluran cerna. Khasiat lain dari lempuyang

yaitu mengobati kaki bengkak setelah melahirkan, wasir, gatal-gatal, anemia,

cacingan, kolik karena kedinginan, serta untuk menambah nafsu makan (Latief,

2012).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: Universitas Sanata Dharma

10

5. Temu ireng (Curcuma aeruginosa Roxb.)

Rimpang temu ireng mengandung senyawa tanin, kurkumol,

isokurkumenol, kurzerenon, kurdion, kurkumalakton, germakron, β-g-elemene,

linderazulene, kurkumin, dan bisdemethyoxykurkumin. Ciri khas dari rimpang ini

yaitu mempunyai rasa pahit, tajam dan sifatnya mendinginkan. Rimpang ini

berkhasiat sebagai pengencer dahak, karminatif (memicu flatus), stomakik

(meningkatkan nafsu makan), antihelmintik, dan pembersih darah setelah

melahirkan atau setelah haid ( Agoes, 2010).

6. Temu giring (Curcuma heyneana)

Temu giring mengandung zat pati, minyak atsiri, dan piperazin sitrat yang

dapat membunuh cacing gelang. Khasiat lain dari temu giring adalah mengatasi

bau badan, gelisah atau cemas, menguruskan badan, disentri, sembelit, jantung

berdebar-debar serta dapat digunakan sebagai lulur pengantin (Agoes, 2010).

7. Pepaya (Carica papaya L.)

Bagian yang digunakan dalam jamu uyup-uyup ini adalah bagian daun

yang mempunyai ciri khas rasanya yang pahit. Kandungan dari daun pepaya ini

meliputi enzim papain, alkaloid karparin dan pseudokarpain, glikosida, karposida,

dan saponin. Khasiat dari daun pepaya yaitu untuk melancarkan ASI, mengobati

malaria, flu, mencegah demam nifas, menambah nafsu makan, mengatasi

keputihan, dan melancarkan haid (Latief, 2012).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: Universitas Sanata Dharma

11

C. Angka Kapang/Khamir (AKK)

Tujuan dilakukannya uji AKK adalah memberikan jaminan bahwa sediaan

obat tradisional tidak mengandung cemaran fungi melebihi batas yang ditetapkan

karena mempengaruhi stabilitas dan aflatoksin yang berbahaya bagi kesehatan.

Prinsip dari uji AKK ini adalah penentuan adanya kapang/khamir secara

mikrobiologis dinyatakan dalam koloni/ml ( Depkes RI, 2000).

Khamir atau yeast adalah kelompok fungi uniseluler yang bersifat

mikroskopik. Ada beberapa genus khamir yang dapat membentuk miselium

dengan percabangan. Khamir dapat bersifat patogen pada manusia dan binatang

bersel satu. Khamir tersebar di alam, tetapi tidak seluas daerah penyebaran

bakteri. Pada umumnya khamir mempunyai ukuran sel-sel yang lebih besar

dibandingkan bakteri. Ukuran khamir sekitar 1-5 mikron lebar dan panjangnya

sekitar 5-30 mikron (Tarigan, 1988). Khamir tidak mempunyai flagel dan

organel lain untuk melakukan pergerakan. Beberapa bentuk khamir yaitu bulat

(spheroid), elips atau bulat telur dan batang atau silindris. Bentuk sel khamir tetap

sehingga dapat membantu dalam melakukan identifikasi (Jutono, 1972).

Beberapa kelompok khamir yang dominan ditemukan dalam air dan

ekosistem tanah adalah genus Cryptococcus, Candida dan Debaryomyces (Kanti

2005). Candida albicans adalah flora normal selaput mukosa saluran pernafasan,

saluran pencernaan dan genitalia wanita. Kadang-kadang Candida menyebabkan

penyakit sistemik progresif pada penderita yang lemah atau sistem imunnya

tertekan. Candida albicans dapat menyebabkan infeksi mulut (sariawan), terutama

pada bayi. Infeksi terjadi pada selaput mukosa pipi dan tampak sebagai bercak-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: Universitas Sanata Dharma

12

bercak putih yang sebagian besar terdiri atas pseudomiselium dan epitel yang

terkelupas dan hanya terdapat erosi minimal pada selaput. Candida albicans juga

dapat menyebabkan vulvovaginitis atau keputihan pada wanita. Penyakit ini

menyerupai sariawan tetapi menimbulkan iritasi, gatal yang hebat dan

pengeluaran sekret. Dalam keadaan pH normal yang asam bakteri vagina tidak

menimbulkan penyakit, namun karena hilangnya pH asam merupakan predisposisi

timbulnya vulvovaginitis kandida. Cryptococcus neoformans juga ditemukan

pada kotoran burung. Cryptococcus neoformans menyebabkan infeksi yang

disebut kriptokokosis yang bersifat opportunistik. Infeksi pada manusia terjadi

malalui saluran pernafasan dan dapat bersifat asimtomatik, infeksi paru-paru dapat

menyebar secara sistemik dan menetap dalam susunan saraf pusat dan organ-

organ lainnya (Jawetz, 1996).

Kapang atau mold merupakan jamur yang berbentuk menyerupai benang,

multiseluler, tidak berklorofil dan belum mempunyai diferensiasi jaringan.

Spesies kapang yang non-patogen meliputi spesies-spesies yang melakukan

perombakan bahan-bahan organik di tanah, dan perusakan pada serat-serat kayu

dan bahan-bahan lain. Kapang hidup di dalam tanah, buah-buahan, dalam air, dan

pada bahan-bahan makanan. Kapang dapat bersifat saprofit dan parasit pada

tanaman, manusia, dan hewan (Jutono, 1972). Tubuh kapang terdiri dari

kumpulan benang-benang halus berwarna putih yang disebut hifa. Hifa-hifa ini

dapat terus tumbuh dan bercabang membentuk miselium. Setiap hifa mempunyai

lebar antara 5-19 mikron (Tarigan, 1988).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: Universitas Sanata Dharma

13

Adanya kapang dalam makanan atau minuman sangat berbahaya karena

kapang menghasikan mikotoksin. Mikotoksin adalah metabolit sekunder dari

kapang yang bersifat sitotoksik, merusak struktur sel, seperti membran dan

merusak proses pembentukan sel yang penting bagi tubuh. Penyakit yang

disebabkan oleh mikotoksin disebut dengan mikotoksis. Ada 5 jenis mikotoksin

yang berbahaya bagi kesehatan yaitu, aflatoksin, fumonisin, okratoksin,

trikotesena, dan zearalenon. Aflatoksin terutama dihasilkan oleh Aspergilus flavus

dan Aspergilus parasiticus. Terdapat enam jenis aflatoksin yang sering dijumpai

dan bersifat toksik, yaitu aflatoksin B1, B2, G1, G2, M1 dan M2 (Ahmad, 2009).

Aspergilus flavus ditemukan di air, udara dan tanah (David et all., 2001)

Salah satu jenis aflatoksin yang paling toksik adalah aflatoksin B1 yang

banyak ditemukan pada makanan dan minuman. Apabila aflatoksin ini masuk ke

dalam tubuh manusia terutama pada wanita yang sedang menyusui, maka akan

disekresikan melalui ASI dalam bentuk hidroksilasinya yaitu aflatoksin M1.

Aflatoksin M1 ini dapat terkonsumsi oleh bayi melalui ASI dan dapat

menyebabkan hepatotoksik dan kanker hati (Abdulrazzaq, 2003).

D. Angka Lempeng Total (ALT)

Metode kuantitatif digunakan untuk mengetahui jumlah mikroba yang

ada pada suatu sampel, umumnya dikenal dengan Angka Lempeng Total

(ALT). Uji ALT dan lebih tepatnya ALT bakteri aerob mesofil atau anaerob

mesofil menggunakan media padat dengan hasil akhir berupa koloni bakteri

yang dapat diamati secara visual dan dihitung dalam satuan koloni (cfu) per

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: Universitas Sanata Dharma

14

ml/g atau koloni/100ml. Cara yang digunakan antara lain dengan cara tuang,

cara tetes dan cara sebar (BPOM RI, 2008).

Bakteri merupakan organisme yang tidak memiliki membran inti sel,

prokariota dan mikroskopik (berukuran kecil). Bakteri adalah salah satu penyebab

infeksi pada manusia. Banyak infeksi yang disebabkan oleh bakteri bersifat

patogen dan asimtomatik. Penyakit terjadi jika bakteri atau reaksi imunologik

terhadap keberadaannya menyebabkan cukup kerusakan pada seseorang (Jawetz,

1996).

Habitat bakteri merupakan tempat tinggal yang spesifik bagi bakteri untuk

tumbuh. Habitat alam mikroorganisme berupa tanah, air dan udara. Bakteri

patogen yang berada di tanah meliputi Clostridium tetani, Clostridium

perfringens, Clostridium botulinum, dan Bacillus antracis. Bakteri yang berasal di

air meliputi Salmonella, shigella, Vibrio cholerae, Legionella, dan Escherichia

coli. Bakteri E.coli ini biasanya digunakan sebagai indikator dari pencemaran air

oleh tinja. Udara sangat jarang menjadi habitat bakteri karena adanya efek

pengeringan, ozonisasi, dan radiasi sinar UV. Namun, udara dalam ruangan

kemungkinan mengandung mikroba patogen yang berasal dari tangan, kulit,

pakaian, dan saluran napas atas manusia (Radji, 2011).

Patogenesis merupakan kemampuan dari suatu mikroorganisme untuk

menyebabkan penyakit mulai dari mikroorganisme masuk dalam sel hospes dan

berkembang biak. Kemampuan mikroorganisme dalam menimbulkan penyakit ini

dipengaruhi dari sistem imun hospes yang sedang terganggu serta faktor virulensi

dari mikroorganisme tersebut (Radji, 2011).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: Universitas Sanata Dharma

15

Faktor virulensi mikroorganisme patogen ditentukan oleh toksin yang

diproduksi yaitu berupa endotoksin (toksin lipopolisakarida) dan eksotoksin

(toksin protein). Eksotoksin merupakan protein toksin yang termolabil dan

dikelompokkan menjadi 3 tipe yaitu: sitotoksin (membunuh sel inang atau

mempengaruhi fungsi sel), neurotoksin (terlibat dalam transmisi normal impuls

saraf), enterotoksin (mempengaruhi sel-sel pada saluran pencernaan). Endotoksin

merupakan toksin yang tahan panas dan dihasilkan oleh bakteri gram negatif

selama masa pertumbuhan terutama pada saat sel mengalami lisis. Pada saat sel

lisis, disintegrasi dinding selnya mengakibatkan pelepasan toksin LPS.

Endotoksin yang dilepaskan pada peredaran darah dapat menyebabkan syok

kerena terjadi penurunan tekanan darah dan kegagalan fungsi banyak organ

(Pratiwi, 2008).

Clostridium tetani merupakan bakteri tanah patogen yang menghasilkan

neurotoksin berupa tetanospamin. Tetanospamin dapat mencapai sistem saraf

pusat dan terikat pada sel saraf menyebabkan kontraksi otot yang tidak terkendali,

menghasilkan kontraksi otot spasmodik tetanus. Bakteri Clostridium botulinum

juga menghasilkan neurotoksin berupa toksin botulinum. Neurotoksin ini akan

menghambat transmisi impuls saraf ke sel otot. Toksin ini terikat kuat pada sel

saraf dan menghambat pelepasan neurotransmiter yaitu asetilkolin (berperan

dalam menginduksi kontraksi otot). Akibatnya terjadi penghambatan kontraksi

otot (Pratiwi, 2008). Clostridium perfringens menularkan penyakit dari makanan

atau minumam yang terkontaminasi tanah dan tinja. Bakteri ini menghasilkan

enterotoksin yang merangsang enzim adenilat siklase pada dinding usus dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: Universitas Sanata Dharma

16

menyebabkan hipersekresi air dan klorida dan menghambat reabsorpsi natrium.

Akibatnya terjadi diare, kram perut, dan kadang-kadang terasa mual disertai

muntah (Radji, 2011).

Bakteri air seperti E.coli dapat menyebabkan diare dan infeksi saluran

kemih. Penyebab utama diare pada bayi yaitu E.coli enterohemoragik dan E.coli

enterotoksigenik (Dupont, 1971). Bakteri Salmonella menyebabkan salmonellosis

pada manusia melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi. Salmonella

menghasilkan endotoksin yang dapat merangsang pelepasan zat pirogen dari sel-

sel makrofag dan sel polimorfonuklear sehingga mengakibatkan demam.

Salmonella juga menghasilkan enterotoksin dan sitotoksin yang menyebabkan

diare. Shigella menghasilkan endotoksin yang dapat menyebabkan demam dan

eksotoksin berupa enterotoksin, neurotoksin serta sitotoksin. Enterotoksin yang

dihasilkan oleh Shigella ini dapat menyerang kolon sehingga mengakibatkan diare

berair atau disentri, sedangkan neurotoksin dan sitotoksin belum diketahui pasti

peranannya pada shigellosis, tetapi diduga menyebabkan kejang pada anak-anak.

Bakteri Legionella tidak hanya berasal dari air tetapi juga infeksi diperoleh

melalui inhalasi udara atau melalui debu. Gejala klinik dari infeksi Legionella

yaitu berupa demam tinggi, menggigil, diare, dan batuk (Radji, 2011). Toksin

kolera merupakan enterotoksin yang dihasilkan oleh bakteri Vibrio cholerae yang

dapat menginduksi pembentukan cyclic cAMP dari ATP pada sitoplasma.

Akibatnya, sel epitel mengeluarkan sejumlah besar cairan dan elektrolit serta

mengganggu kontraksi otot normal sehingga berakhir dengan diare disertai

muntah (Pratiwi, 2008). Habitat Pseudomonas aeruginosa adalah di tanah dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: Universitas Sanata Dharma

17

air. P. aeruginosa juga dapat dijumpai pada daerah lembab (Levinson & Jawetz,

2003). P.aeruginosa melekat dan membentuk koloni pada selaput mukosa atau

kulit, menginvasi secara lokal dan menimbulkan penyakit sistemik.

Lipopolisakarida pada P.aerugenosa berperan langsung dalam menyebakan

demam, syok oligouria, leukositosis, dan leukopenia.

Pengenceran dari sampel sangat penting untuk menghindari koloni bakteri

atau kapang/khamir yang saling menumpuk karena konsentrasi sangat pekat

sehingga didapatkan koloni yang terpisah dan dapat dihitung dengan mudah.

Pengenceran ini sangat membantu terutama untuk sampel dengan cemaran sangat

tinggi (BPOM RI, 2008).

E. Media

Media pertumbuhan mikroorganisme adalah bahan yang tersusun dari

bermacam-macam zat makanan atau nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan

mikroorganisme dalam menyusun komponen sel-selnya (Aulia, 2012). Mikroba

membutuhkan banyak nutrisi untuk dapat melakukan sintesa protoplasma dan

bagian-bagian sel lainnya. Setiap nutrisi yang dibutuhkan mikroorganisme dapat

berbeda karena sifat fisiologi setiap mikroorganisme juga berbeda (Sumarsih,

2007). Media dapat berupa cairan seperti kaldu dan dapat pula berupa padatan

seperti agar dan gelatin. Media harus mengandung sumber karbon, nitrogen,

sulfur, fosfor, dan faktor pertumbuhan organik (Radji, 2011). Proses pembuatan

media harus dilakukan proses sterilisasi dan selalu menerapkan perilaku aseptis

agar tidak ada kontaminan yang berasal dari media.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: Universitas Sanata Dharma

18

Medium pertumbuhan dapat digunakan untuk hal-hal berikut :

1. isolat mikroorganisme menjadi kultur murni,

2. memanipulasi komposisi media pertumbuhannya,

3. menumbuhkan mikroorganisme,

4. memperbanyak jumlah,

5. menguji sifat-sifat fisiologisnya

6. menghitung jumlah mikroba (Aulia, 2012).

Media yang digunakan untuk pengujian AKK adalah Potato Dextrose

Agar (PDA). Media ini menyediakan nutrisi untuk menstimulasi pertumbuhan

konidium pada jamur (Murray, 1996). Media yang digunakan untuk pengujian

ALT adalah Plate Count Agar (PCA) yang mengandung tripton, glukosa dan

yeast extract untuk nutrisi pertumbuhan bakteri (Bridson, 2006).

Identifikasi bakteri patogen misalnya E. coli menggunakan media selektif

yaitu media yang hanya dapat ditumbuhi oleh satu atau lebih mikroorganisme

tertentu, tetapi akan menghambat/mematikan jenis lainnya. Salah satu media

selektif untuk identifikasi bakteri E.coli adalah E.coli Broth (ECB) merupakan

media yang memfasilitasi bakteri Coliform yaitu E.coli, Enterobacter aerogenes

dan Citrobacter fruendii untuk memfermentasikan laktosa. Hasil positif

ditunjukkan dengan adanya pembentukan gas (Cappucino, 2008).

Media differensial adalah media yang digunakan untuk menumbuhkan

mikroba tertentu serta untuk menentukan sifat-sifatnya. Media Tryptone Bile X-

Glucuronide (TBX) adalah media yang mengandung agen kromogenik x-β-D-

glukoronide yang dapat mendeteksi adanya enzim glukoronidase yang terdapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: Universitas Sanata Dharma

19

pada E.coli. Bakteri E.coli akan menyerap agen kromogenik x-β-D-glukoronide

dan akan terjadi interaksi dengan enzim glukoronidase. Setelah terjadi proses

fermentasi maka agen kromogenik akan disekresikan ke luar sel yang akan

menimbulkan warna hijau-kebiruan sehingga memudahkan dalam proses

identifikasi E.coli (Bridson, 2006).

F. Escherichia coli

Escherichia coli termasuk dalam golongan gram negatif yang berbentuk

batang, berbentuk rantai membentuk koloni, dan bergerak mengunakan flagel.

Sebagian besar dari bakteri E.coli menghasilkan toksin berupa eksotoksin yang

tidak tahan pada panas, eksotoksin ini dapat menyebabkan hipermotilitas karena

peningkatan sekresi air dan klorida ke dalam lumen usus dan menyebabkan diare

pada anak-anak ( Jawetz, 1996). Pada saluran pencernaan, E. coli mampu

memfermentasikan laktosa pada suhu tubuh normal 35-37ºC (Chandra, 2007).

E.coli dapat tumbuh baik pada temperatur 8º-46ºC. Bakteri yang berada sedikit di

atas temperatur minimum atau sedikit di atas temperatur maksimum, tidak akan

mati melainkan berada dalam keadaan tidur atau dormancy ( Melliawati, 2009).

Bakteri E.coli dapat tetap bertahan pada suhu 70oC (Anonim, 2014).

Bakteri E.coli merupakan flora normal yang berada pada saluran

pencernaan manusia. Namun apabila keberadaannya berlebih tentu justru akan

membahayakan kondisi tubuh. Selain itu, ada beberapa dari galur bakteri E.coli

yang menyebabkan infeksi pada manusia seperti infeksi saluran kemih, infeksi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: Universitas Sanata Dharma

20

meningitis, diare yang disertai darah, kejang perut, demam, dan terkadang dapat

menyebabkan gangguan pada ginjal (Radji, 2011).

Escherichia coli adalah golongan Enterobacteriaceae yang sebenarnya

tidak banyak dijadikan sebagai indikator dari kontaminasi fekal, tetapi lebih

menunjukkan sebagai indikator dari sanitasi yang buruk pada saat proses produksi

jamu dikarenakan bakteri ini tahan pada suhu tinggi maupun suhu rendah,

kekeringan, serta tahan terhadap detergen atau disinfektan (BPOM, 2008).

Berdasarkan sifat virulensi, E.coli dikelompokkan menjadi 2 yaitu:

1. E.coli yang menyebabkan infeksi intestin

a. E.coli Enteropatogenik (EPEC)

EPEC ini menyebabkan diare berat pada bayi bisa bertahan

lebih dari 2 minggu dalam tubuh inang dan mengakibatkan

kematian jika terjadi dehidrasi berat. Pada orang dewasa,

penyakit ini ditandai dengan diare berat, mual, muntah, kram

perut, sakit kepala, demam, dan menggigil. Waktu timbulnya

penyakit diare adalah 17 sampai 72 jam dengan durasi 6 jam

sampai 3 hari. Strain ini menyebabkan penyakit diare pada

orang-orang di negara berkembang ketika ditransmisikan dalam

air yang terkontaminasi oleh tinja (Dupont, 1971).

b. E.coli Enteroinvasif (EIEC)

EIEC mirip dengan shigellosis dan disebabkan oleh penetrasi

bakteri yang mengakibatkan kerusakan mukosa usus. Gejala

meliputi: menggigil, demam, sakit kepala, nyeri otot, kram

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: Universitas Sanata Dharma

21

perut, dan diare cair. Penyakit ini terjadi 8 sampai 24 jam

setelah konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi bakteri

ini (Dupont, 1971)

c. E.coli Enterotoksigenik (ETEC)

Penyebab utama pada “diare wisatawan” serta penting

menyebabkan diare pada bayi di negara berkembang. ETEC

termasuk strain yang menghasilkan enterotoksin yaitu toksin

LT (tidak tahan panas) dan toksin ST (tahan panas) ketika

berkembang biak di usus menyebabkan diare dan gangguan

absorpsi klorida dan natrium serta menurunkan motilitas usus

halus. Penyakit ini ditandai dengan diare berat, yang

menyebabkan dehidrasi. Diare dapat bertahan hingga 19 hari.

Biasanya tidak ada demam. Onset penyakit dapat terjadi 8-44

jam setelah konsumsi (Dupont, 1971)

d. E.coli Enterohemoragic (EHEC)

Gejala ditandai dengan kram perut parah (namun tidak selalu)

diikuti dengan diare berdarah (kolitis hemoragik). Beberapa

individu hanya menunjukkan diare dan muntah tidak disertai

demam. Masa inkubasi biasanya sekitar sekitar 3 sampai 9 hari.

Mikroorganisme ini menghasilkan verotoksin yang

menyebabkan sindrom uremik hemolitik dan gagal ginjal pada

anak-anak yang sering membutuhkan dialisis dan akhirnya

dapat menyebabkan kematian (Dupont, 1971).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: Universitas Sanata Dharma

22

e. E.coli Enteroagregatif (EAEC)

Penyebab utama diare akut dan kronis pada masyarakat

berkembang. EAEC menyebabkan diare tidak berdarah, tidak

menginvasi, dan tidak menyebabkan inflamasi pada mukosa

intestin. EAEC juga menghasilkan hemolisin yang dapat

menyebabkab infeksi saluran kemih (Radji, 2011).

2. E.coli yang dapat menyebabkan infeksi extraintestin

a. E.coli Uropatogenik (UPEC)

UPEC menyebabkan infeksi saluran kandung kemih pada 90%

wanita. Kemungkinan wanita mengalami infeksi UPEC ini

dikarenakan wanita mempunyai saluran uretra yang lebih

pendek dibandingkan pria. Bakteri yang berkolonisasi berasal

dari tinja atau daerah perineum saluran urin yang masuk ke

dalam kandung kemih (Radji, 2011).

b. E.coli meningitis neonatus (NMEC)

NMEC merupakan penyebab utama meningitis pada bayi yang

baru dilahirkan. Infeksi terjadi setelah E.coli masuk ke dalam

pembuluh darah melaui nasofaring atau saluran gastrointestinal

dan kemudian masuk ke dalam sel-sel otak. Faktor utama

virulensi dari NMEC ini adalah antigen K1 (Radji, 2011).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: Universitas Sanata Dharma

23

G. Identifikasi Escherichia coli

Prinsip pengujian deteksi Eschericia coli menurut Metode Analisis

Mikrobiologi (MA PPOM 73/MIK/06) yaitu pertumbuhan koloni Eschericia

coli pada media lempeng selektif dan dilanjutkan dengan konfirmasi melalui

uji biokimia. Pada pengujan deteksi Eschericia coli digunakan Tryptic Soy

Broth (TSB) sebagai media cair atau pengencer, dan Eosyn Methylen Blue

(EMB) sebagai media lempeng selektif.

Uji yang digunakan untuk mengetahui keberadaan bakteri E.coli

didalam contoh adalah uji fermentasi karbohidrat dan uji IMViC (uji Indol,

Methyl Red, Voges-Proskauer, dan Citrate) yang menjadi ciri keberadaan

bakteri E.coli (Holt et all., 2000). Berikut uji identifikasi keberadaan E.coli:

1. Uji fermentasi karbohidrat

Sebagian besar mikroorganisme memperoleh energi dari serangkaian

reaksi enzimatik dari substrat seperti karbohidrat. Organisme yang menggunakan

karbohidrat berbeda-beda tergantung dari enzim yang dimilikinya. Beberapa

organisme dapat memfermentasikan gula salah satunya adalah glukosa secara

anaerob. Bakteri fakultatif anaerob seperti E.coli dapat memfermentasikan

glukosa dalam keadaan aerob maupun anaerob. Fermentasi karbohidrat secara

anaerob menghasilkan asam organik seperti asam format, asam laktat, asam asetat

disertai gas hidrogen dan karbon dioksida (Cappuccino, 2008).

Karbohidrat yang sering digunakan yaitu glukosa, laktosa, manitol,

maltosa dan sukrosa. Media yang digunakan mengandung glukosa dan

ditambahkan indikator merah fenol. Adanya asam dapat diketahui dari perubahan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: Universitas Sanata Dharma

24

warna media dari merah menjadi kuning. Gas yang terbentuk terjebak dalam

tabung Durham (Lay, 1994).

2. Uji indol

Bakteri E.coli mampu menggunakan triptofan sebagai sumber karbon.

E.coli memiliki enzim triptofanase yang mengkatalisasikan penguraian gugus

indol dari triptofan. Pembentukan Indol diketahui dengan adanya cincin warna

merah muda di permukaan media karena penambahan reagen Kovac’s (Lay,

1994).

3. Uji metil merah

Pada umumnya glukosa merupakan sumber energi bagi mikroorganisme.

Sebagian besar mikroorganisme enterik seperti E.coli memfermentasikan glukosa

dengan memproduksi asam organik. Adanya penambahan indikator pH metil

merah dapat mendeteksi adanya asam yang dihasilkan oleh mikroorganisme

ditandai dengan penurunan pH dari 6 menjadi 4 dan perubahan warna media dari

kuning menjadi merah (Cappuccino, 2008).

4. Uji Voges-Proskauer

Uji Voges-Proskauer dapat mengetahui beberapa mikroorganisme yang

menghasilkan produk non asam atau bersifat netral, seperti asetilmetilkarbinol

dari asam organik yang dihasilkan pada metabolisme glukosa. Reagen yang

digunakan yaitu reagen Barritt’s yang berisi alkohol α-naftol dan KOH 40%.

Hasil positif ditandai dengan terbentuknya kompleks warna merah seperti bunga

mawar pada media. Setelah penambahan reagen Barritt’s didiamkan selama 15

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: Universitas Sanata Dharma

25

menit, terbentuknya warna merah mengindikasikan adanya asetilmetilkarbinol

(Cappuccino, 2008).

5. Uji sitrat

Uji sitrat bertujuan untuk mengetahui kemampuan suatu mikroorganisme

dalam menggunakan sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon dan energi. Warna

media akan berubah dari hijau menjadi biru karena asam dihilangkan dan terjadi

peningkatan pH, karena mikroorganisme menggunakan sitrat sebagai sumber

karbon dan energi. Perubahan warna media dikarenakan adanya indikator pH

brom timol biru pada media (Lay, 1994).

6. Pengecatan gram

Pengecatan gram merupakan metode yang paling banyak digunakan dalam

klasifikasi bakteri. Metode ini dapat memisahkan menjadi 2 kelompok besar yaitu

bakteri gram positif dan gram negatif (Hadioetomo, 1985).

Zat warna yang digunakan yaitu kristal violet (biru) dan safranin (merah).

Prosedur laboratorium dimulai dengan melapisi spesimen dengan zat warna kristal

violet. Mikroorganisme kemudian dicuci dan diberi zat warna safranin.

Berdasarkan karakteristik dinding selnya, mikroorganisme gram positif akan

menyerap zat warna kristal violet ke dalam dinding sel dan mempertahankannya

selama pencucian sehingga akhirnya akan berwarna biru. Mikroorganisme gram

negatif tidak dapat mempertahankan zat warna kristal violet pada saat pencucian

sehingga akan berwarna merah ketika pemberian zat warna safranin (Sears, 2011).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: Universitas Sanata Dharma

26

H. Landasan Teori

Obat Bahan Alam Indonesia dibagi menjadi 3 yaitu jamu, obat herbal

terstandar serta fitofarmaka. Jamu termasuk dalam cairan obat dalam yang harus

memenuhi persyaratan sesuai KEPMENKES RI No. 661 Tahun 1994 yaitu tidak

boleh mengandung bakteri patogen, AKK tidak lebih dari 103 dan ALT tidak lebih

dari 104.

Jamu uyup-uyup merupakan jamu yang dikonsumsi oleh ibu yang sedang

menyusui dan berkhasiat untuk meningkatkan produksi ASI. Jamu uyup-uyup ini

terbuat dari empon-empon berupa kunyit, kencur, temulawak, lempuyang, temu

ireng, temu giring, dan daun pepaya.

Pada penelitian ini dilakukan uji AKK, ALT serta Identifikasi bakteri

Escherichia coli pada jamu uyup-uyup dari penjual jamu racik “X” di Yogyakarta.

Uji AKK dan uji ALT bertujuan untuk menghitung jumlah mikroba patogen yang

berada pada sampel jamu uyup-uyup dan dinyatakan dalam koloni/mL sesuai

dengan PPOMN tahun 2006.

Tanah dan air merupakan habitat bagi mikroba patogen diantaranya adalah

Clostridium tetani, Clostridium botulinum, Clostridium perfringens, Bacillus

antracis, Salmonella, shigella, Vibrio cholerae, Legionella, dan E. coli. Apabila

mikroba patogen tersebut masuk ke dalam tubuh manusia maka akan

menimbulkan penyakit diantaranya adalah demam, diare, muntah bahkan dapat

menyerang sistem saraf terutama bagi ibu-ibu yang sedang menyusui yang dapat

ditularkan kepada bayinya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: Universitas Sanata Dharma

27

Faktor-faktor yang dapat menyebakan tingginya jumlah AKK, ALT dan

keberadaan bakteri E.coli adalah bahan baku yang digunakan oleh penjual jamu

racik “X” di Yogyakarta adalah berupa rimpang yang berasal dari tanah yang

kemungkinan mengandung banyak mikroba patogen. Pencucian bahan baku yang

kurang bersih karena bahan baku hanya dicuci menggunakan sikat yang

memungkinkan bakteri patogen masih tertinggal di rimpang tersebut. Selain itu,

bahan baku disimpan di dekat kamar mandi yang kondisinya lembab, serta

ditempatkan di bawah kandang burung yang kemungkinan dapat terkontaminasi

oleh mikroba patogen Cryptococcus neoformans. Mikroba patogen ini ditemukan

pada kotoran burung dan dapat menyebabkan infeksi paru-paru pada manusia.

Peralatan yang digunakan untuk pembuatan jamu uyup-uyup adalah

menggunakan lumpang dan alu yang tidak dicuci menggunakan sabun, dan dalam

keadaan yang lembab dapat memicu adanya pertumbuhan mikroba patogen.

Penjual jamu racik “X” buka dari pukul 06.00 WIB hingga 19.30 WIB, akibat

jamu yang didiamkan terlalu lama akan memicu pertumbuhan mikroba yang

semakin banyak karena air merupakan media yang sesuai untuk pertumbuhan

bakteri dan jamur. Apabila air yang digunakan oleh penjual jamu racik “X”

tercemar bakteri E.coli maka akan mengkontaminasi pada saat pembuatan jamu

uyup-uyup.

I. Hipotesis

Pada sampel jamu uyup-uyup dari penjual jamu racik “X” di Yogyakarta

mengandung AKK lebih dari 103, ALT lebih dari 104 serta terdapat bakteri

patogen E.coli.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: Universitas Sanata Dharma

28

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan rancangan

deskriptif exploratif. Penelitian ini akan mendeskripsikan nilai AKK dan ALT

serta mengidentifikasi keberadaan bakteri Escherichia coli dalam sampel jamu

uyup-uyup dari penjual jamu racik “X” di Yogyakarta.

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel-variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah:

1. Variabel utama

a. Variabel bebas: waktu produksi jamu uyup-uyup dari penjual jamu racik

“X” di Yogakarta.

b. Variabel tergantung: AKK, ALT, dan keberadaan bakteri E. coli.

2. Variabel Pengacau

a. Variabel pengacau terkendali: media pertumbuhan yaitu Potato Dextrose

Agar (PDA) dan Plate Count Agar (PCA), suhu inkubasi 35ºC untuk uji

ALT dan 25ºC untuk uji AKK, waktu inkubasi 24-48 jam untuk uji ALT

dan 3-5 hari untuk uji AKK. Media selektif yaitu media E.Coli Broth

(ECB), TBX (Tryptone Bile X-Glucoronide), media glukosa, laktosa,

manitol, maltosa dan sakarosa (uji fermentasi karbohidrat), media Simmon

Citrate Agar, media MR-VP, suhu inkubasi (37-44ºC), waktu inkubasi (24-

48 jam) untuk uji identifikasi E.coli.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: Universitas Sanata Dharma

29

b. Variabel pengacau tak terkendali: kualitas bahan yang digunakan.

3. Definisi operasional

a. Jamu uyup-uyup adalah jamu yang terbuat dari kencur, kunyit, lempuyang,

temulawak, temu giring, temu ireng dan daun pepaya yang dipercaya

berkhasiat untuk memperlancar ASI. Jamu uyup-uyup yang digunakan

berasal dari penjual jamu racik “X” di Yogyakarta.

b. AKK adalah suatu uji cemaran mikroba yang dilakukan dengan menghitung

jumlah kapang dan atau khamir yang terdapat dalam jamu uyup-uyup

dengan metode dan analisis hasil berdasarkan PPOMN tahun 2006.

c. ALT adalah suatu uji cemaran mikroba yang dilakukan dengan menghitung

jumlah bakteri aerob mesofil yang terdapat dalam jamu uyup-uyup dengan

metode menurut PPOMN TAHUN 2006.

d. Uji identifikasi E.coli adalah uji fermentasi karbohidrat, uji IMViC dan

pengecatan gram untuk mengidentifikasi keberadaan bakteri E.coli dalam

jamu uyup-uyup menurut PPOMN tahun 2006.

C. Bahan Penelitian

1. Cairan jamu uyup-uyup yang diperoleh dari penjual jamu racik “X” di

Yogyakarta.

2. Media yang digunakan untuk pengujian AKK adalah media Potato Dextrose

Agar (Oxoid). Media yang digunakan dalam pengujian ALT adalah plate

count agar (Oxoid). Media selektif E.coli yaitu media E.Coli Broth (Oxoid),

Tryptone Bile X-Glucoronide (Oxoid). Media untuk uji identifikasi E.coli

(Uji fermentasi karbohidrat) media glukosa, laktosa, manitol, maltosa, dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: Universitas Sanata Dharma

30

sakarosa (Oxoid) (IMVIC) menggunakan media Sulfur Indol Motility

(Oxoid), Methyl-Red Voges Proskauer (Oxoid), Simon’s Citrate agar

(Oxoid).

3. Kloramfenikol (Brataco Chemika), Pepton Dilution Fluid (Oxoid) aquadest

steril, etanol 70%, reagen Kovac’s (Merck), larutan metil merah, larutan α-

naftol, larutan KOH 40%.

D. Alat Penelitian

Laminar Air Flow, autoklaf (model: KT-40 No.108049 Midorigaoka

Japan), inkubator (WTC binder), oven (Memmert model 400), stomacher 400

circulator (Seward), mikropipet (Iwaki), mikroskop, pipet tetes, tabung reaksi,

tabung Durham, gelas sediaan, cawan petri, pipet volume, Beaker glass (Pyrex),

gelas ukur (Pyrex), Bunsen, neraca analitik (Precition Balance Model AB-204,

Metter Taledo) , Erlenmeyer, penangas air dan jarum ose.

E. Tata Cara Penelitian

1. Pemilihan dan Pengambilan Sampel

Sampel jamu yang dipilih adalah jamu uyup-uyup diambil dari penjual

jamu racik “X” di Yogyakarta. Sampel jamu selanjutnya diuji AKK, ALT dan

identifikasi Escherichia coli. Pengambilan sampel dilakukan setiap hari senin jam

06.00-07.30 karena pada jam tersebut paling banyak pembeli jamu uyup-uyup.

Sampel jamu uyup-uyup diambil tiga kali dengan jarak pengambilan satu

minggu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: Universitas Sanata Dharma

31

2. Penanganan Wadah/Kemasan Penyiapan Sampel

Sumbat atau tutup botol dibersihkan dengan kapas beralkohol 70%, lalu

dipanaskan di api bunsen sebentar. Sumbat dibuka secara aseptis.

3. Tahap Pra-Pengkayaan

a. Homogenisasi sampel untuk uji AKK

Sampel jamu uyup-uyup dipipet sebanyak 25 mL secara aseptis,

dimasukan ke dalam plastik steril yang telah berisi sebanyak 225 mL

larutan pengencer PDF kemudian dihomogenkan dengan bantuan

stomacher, sehingga diperoleh pengenceran 10-1.

b. Homogenisasi sampel untuk uji ALT

Sampel jamu uyup-uyup dipipet sebanyak 25 mL secara aseptis,

dimasukan ke dalam plastik steril yang telah berisi sebanyak 225 mL

larutan pengencer PDF kemudian dihomogenkan dengan bantuan

stomacher, sehingga diperoleh pengenceran 10-1.

c. Pengenceran sampel untuk uji AKK

Labu ukur 10 mL disiapkan sebanyak 4 buah yang masing-masing

telah diisi sebanyak 9 mL PDF. Sampel dipipet sebanyak 1 mL

pengenceran 10-1 dan dimasukkan ke dalam tabung pertama yang telah

berisi PDF secara aseptis hingga diperoleh pengenceran 10-2 lalu dikocok

homogen dengan vortex. Pengenceran dibuat sampai 10-5.

d. Pengenceran sampel untuk uji ALT

Labu ukur 10 mL disiapkan sebanyak 4 buah yang masing-masing

telah diisi sebanyak 9 mL pengencer PDF . Pengenceran 10-1 dari hasil

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: Universitas Sanata Dharma

32

homogenisasi pada penyiapan sampel dipipet sebanyak 1 mL dengan cara

aseptis dan dimasukkan ke dalam tabung pertama yang telah diisi

sebanyak 9 mL PDF hingga diperoleh pengenceran 10-2, kemudian

dihomogenkan dengan menggunakan vortex. Pengenceran selanjutnya

dibuat hingga 10-5 (PPOMN, 2006).

4. Uji AKK

a. Pembuatan larutan kloramfenikol 1%

Kloramfenikol sebanyak 1 gram dilarutkan ke dalam 100 mL

aquadest steril.

b. Pembuatan media Potato Dextrose Agar (PDA)

Serbuk PDA sebanyak 39 gram disuspensikan dalam 1000 mL

aquadest, kemudian dilarutkan dengan pemanasan dan diaduk hingga

merata, dimasukkan dalam wadah yang sesuai. Kloramfenikol 100

gram/L ditambahkan dalam media dan dicampur hingga merata. Sterilisasi

dengan autoklaf selama 15 menit pada suhu 121°C, setelah itu dituang ke

dalam cawan petri atau tabung reaksi steril dan dibiarkan memadat.

c. Uji AKK

Suspensi bakteri dari masing-masing pengenceran dipipet sebanyak

1 mL dengan cara aseptis ke dalam cawan petri steril dan dibuat duplo.

Media PDA yang telah dicairkan (suhu 45±1oC) sebanyak 20 mL

dituangkan ke dalam cawan petri dan digoyangkan sehingga campuran

tersebut merata. Cawan petri dibalik setelah agar membeku dan

diinkubasikan pada suhu 25oC atau pada suhu kamar selama 5 hari.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: Universitas Sanata Dharma

33

Pengamatan dilakukan setiap hari sampai hari ke-5. Koloni kapang dan

khamir dihitung setelah 5 hari.

Uji sterilitas media dilakukan dengan menuangkan media PDA

dalam cawan petri dan dibiarkan memadat. Uji sterilitas pengencer

dilakukan dengan cara menuangkan media PDA yang ditambahkan

sebanyak 1 mL pengencer (PDF) lalu dibiarkan memadat (PPOMN, 2006).

5. Uji ALT

a. Pembuatan media Plate Count Agar (PCA)

Sebanyak 7,05 g PCA ditimbang dan dicampurkan dengan 300 mL

aquadest steril, pH diatur 7,0 dan dipanaskan hingga larutan jernih.

Selanjutnya disterilkan dengan autoclaf selama 15 menit pada suhu

121oC.

b. Uji ALT

Masing-masing dari pengenceran dipipet sebanyak 1 mL secara

aseptis ke dalam cawan petri steril dan dibuat duplo. Media PCA sebanyak

15 mL yang telah dicairkan yang bersuhu 45±1oC dalam waktu 15 menit

dari pengenceran pertama dituangkan pada setiap cawan petri . Cawan

petri digoyangkan dengan hati-hati agar sampel tersebar merata dengan

media dan biarkan hingga memadat. Uji kontrol dilakukan untuk

mengetahui sterilitas media dan pengencer. Uji sterilitas media dilakukan

dengan cara menuangkan media PCA dalam suatu cawan petri dan

dibiarkan memadat. Uji sterilitas pengencer dilakukan dengan cara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: Universitas Sanata Dharma

34

menuangkan media PCA yang ditambahkan sebanyak 1 mL pengencer

PDF lalu dibiarkan memadat.

Seluruh cawan petri diinkubasi terbalik pada suhu 35oC selama 24

jam hingga 48 jam. Jumlah koloni yang tumbuh diamati dan dihitung.

Dihitung Angka Lempeng total dalam 1 mL contoh dengan mengkalikan

jumlah rata-rata koloni pada cawan dengan faktor pengenceran yang

digunakan (PPOMN, 2006).

6. Uji Identifikasi Escherichia coli

a. Uji Pengkayaan

Suspensi hasil homogenisasi contoh dipipet sebanyak 1 mL dan

diinokulasikan pada 9 mL ECB. Kemudian diinkubasi pada suhu 44oC

selama 24 jam. Timbulnya gas pada tabung Durham dan kekeruhan pada

media yang menunjukkan karakteristik E.coli (PPOMN, 2006)).

b. Isolasi

Hasil dari biakan pengkayaan diinokulasikan pada permukaan

TBX dengan cara streak plate dan diinkubasi dengan posisi lempeng

terbalik pada suhu 35-37oC selama 24 jam. Koloni spesifik E.coli yang

tumbuh dengan ciri-ciri bentuk bulat, diameter 2-3 mm, berwarna hijau

dengan kilap logam dan bintik biru kehijauan ditengahnya (PPOMN,

2006).

c. Identifikasi E.coli dengan uji biokimia

Satu koloni spesifik dipilih pada media TBX dan ditanam pada

media fermentasi karbohidrat, media SIM, media MR-VP dan media

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: Universitas Sanata Dharma

35

Simmon’s citrate agar kemudian diinkubasi pada suhu 35-37oC selama 24

jam sebagai berikut :

1. Uji fermentasi glukosa

Satu sengkelit biakan TBX diinokulasikan pada media

glukosa dan diinkubasi pada suhu 35-37oC selama 24 jam. Hasil

positif ditandai dengan adanya perubahan warna media dari orange

kemerahan menjadi kuning (PPOMN, 2006).

2. Uji fermentasi laktosa

Satu sengkelit biakan TBX diinokulasikan pada media

laktosa dan diinkubasi pada suhu 35-37oC selama 24 jam. Hasil

positif ditandai dengan adanya perubahan warna media dari orange

menjadi kuning (PPOMN, 2006).

3. Uji fermentasi manitol

Satu sengkelit biakan TBX diinokulasikan pada media

manitol dan diinkubasi pada suhu 35-37oC selama 24 jam. Hasil

positif ditandai dengan adanya perubahan warna media dari orange

kemerahan menjadi kuning (PPOMN, 2006).

4. Uji fermentasi maltosa

Satu sengkelit biakan TBX diinokulasikan pada media

maltosa dan diinkubasi pada suhu 35-37oC selama 24 jam. Hasil

positif ditandai dengan adanya perubahan warna media dari orange

kemerahan menjadi kuning (PPOMN, 2006).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: Universitas Sanata Dharma

36

5. Uji fermentasi sukrosa

Satu sengkelit biakan TBX diinokulasikan pada media

maltosa dan diinkubasi pada suhu 35-37oC selama 24 jam

diinokulasikan pada media sukrosa dan diinkubasi pada suhu 35-

37oC selama 24 jam. Hasil positif ditandai dengan adanya

perubahan warna media dari orange menjadi kuning (PPOMN,

2006).

6. Uji indol

Satu sengkelit biakan TBX diinokulasikan pada media SIM

dan diinkubasikan pada suhu 35-37oC selama 24 jam. Setelah

diinkubasi, ditambahkan 1 mL pereaksi indol (Reagen Kovac’s) ke

dalam masing-masing tabung dan dikocok beberapa menit. Warna

merah muda yang membentuk cincin pada permukaan biakan

menunjukkan reaksi indol positif (PPOMN, 2006).

7. Uji metil merah

Satu sengkelit biakan TBX diinokulasikan dalam media

MR-VP dan diinkubasikan pada suhu 35-37oC selama 48 jam.

Setelah diinkubasi tambahkan 5 tetes larutan metil merah dan

dikocok homogen selama beberapa menit. Warna kuning

menunjukkan reaksi negatif dan warna merah menunjukkan reaksi

positif (PPOMN, 2006).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: Universitas Sanata Dharma

37

8. Uji Voges-Proskauer

Satu sengkelit biakan TBX diinokulasikan pada media MR-

VP dan diinkubasi pada suhu 35-37°C selama 48 jam.

Ditambahkan 12 tetes larutan alfa naftol dan 4 tetes larutan KOH

40%, dikocok kemudian didiamkan selama 2-4 jam. Perubahan

warna biakan menjadi merah muda hingga merah menyala

menunjukkan reaksi positif (PPOMN, 2006).

9. Uji Sitrat

Satu sengkelit biakan TBX diinokulasikan pada media

Simmon’s citrate agar lalu diinkubasikan pada suhu 35-37oC

selama 24-48 jam. Perubahan warna media dari hijau menjadi biru

menunjukkan reaksi positif (PPOMN, 2006).

d. Uji konfirmasi keberadaan E.coli dengan pengecatan gram

Sediaan dibuat di atas kaca alas. Kemudian dikeringkan di udara

dan difiksasikan dengan panas. Sediaan diwarnai dengan larutan crystal

violet-ammonium oksalat selama 1 menit. Selanjutnya sediaan dicuci

dengan air dan ditiriskan. Larutan larutan lugol (gram iodine) dibubuhkan

selama 1 menit. Selanjutnya sediaan dicuci dengan air dan ditiriskan.

Warna dihilangkan dengan dicuci menggunakan alkohol 95% selama 30

detik. Sediaan dicuci dengan air dan ditiriskan kemudian dibubuhkan

larutan safranin selama 10-30 detik. Sediaan dicuci dengan air dan

ditiriskan. Sediaan diserap dengan kertas saring, dikeringkan dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: Universitas Sanata Dharma

38

dilakukan pengamatan dengan menggunakan mikroskop pada perbesaran

1000 kali (PPOMN, 2006).

F. Analisis Hasil

1. Uji AKK

Perhitungan Angka Kapang/Khamir sesuai dengan MA PPOMN No.

96/MIK/00 sebagai berikut:

Cawan petri yang dipilih yaitu cawan petri dari suatu pengenceran yang

menunjukkan jumlah koloni antara 10-150 koloni. Jumlah koloni dari kedua

cawan dihitung lalu dikalikan dengan faktor pengencerannya. Bila pada cawan

petri dari 2 tingkat pengenceran yang berurutan menunjukkan jumlah antara 10-

150 koloni, maka dihitung jumlah koloni dan dikalikan faktor pengenceran,

kemudian diambil angka rata-rata. Hasil dinyatakan sebagai angka kapang/khamir

dalam tiap gram atau ml sampel (PPOMN, 2006).

Untuk beberapa kemungkinan lain yang berbeda dari pernyataan di atas,

maka diikuti petunjuk sebagai berikut:

i. Bila hanya salah satu di antara kedua cawan petri dari

pengenceran yang sama menunjukkan jumlah antara 10-150

koloni, jumlah koloni dari kedua cawan dihitung dan dikalikan

dengan faktor pengenceran (PPOMN, 2006).

ii. Bila ada tingkat pengenceran yang lebih tinggi di dapat jumlah

koloni lebih besar dari dua kali jumlah koloni pada

pengenceran di bawahnya, maka dipilih tingkat pengenceran

terendah (Misal: pada pengenceran 10-2 diperoleh 60 koloni dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: Universitas Sanata Dharma

39

pada pengenceran 10-3 diperoleh 30 koloni, maka dipilih

jumlah koloni pada pengenceran 10-2 yaitu 60 koloni).

Bila pada pengenceran yang lebih tinggi didapat jumlah koloni

kurang dari dua kali jumlah koloni pengenceran di bawahnya,

maka diambil angka rata-rata dari jumlah koloni dari kedua

pengenceran tersebut. Hasil dinyatakan sebagai Angka

Kapang/Khamir dalam tiap gram sampel (Misal: pada

pengenceran 10-2 diperoleh 60 koloni dan pengenceran 10-3

diperoleh 10 koloni, maka Angka Kapang/Khamir adalah :

6 + 10 x 103 = 8 x 103

(PPOMN, 2006).

iii. Bila dari seluruh cawan petri tidak ada satupun yang

menunjukkan jumlah antara 10-150 koloni, maka dicatat angka

sebenarnya dari tingkat pengenceran terendah dan dihitung

sebagai Angka Kapang dan Khamir Perkiraan (PPOMN, 2006).

iv. Bila tidak ada pertumbuhan pada semua cawan dan bukan

disebabkan karena faktor inhibitor, maka Angka Kapang dan

Khamir dilaporkan sebagai kurang dari satu dikalikan faktor

pengenceran terendah (<1 x faktor pengenceran terendah)

(PPOMN, 2006).

2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: Universitas Sanata Dharma

40

2. Uji ALT

Perhitungan ALT yang sesuai MA PPOMN No. 95/MIK/00 sebagai berikut:

a. Cawan petri (simplo dan duplo) yang dipilih adalah cawan petri dari satu

pengenceran yang menunjukkan jumlah koloni antara 25-250 setiap cawan.

Semua koloni dalam cawan petri dihitung. Jumlah koloni dihitung rata-rata

dan dikalikan dengan faktor pengenceran. Hasilnya dinyatakan sebagai

jumlah bakteri per mililiter atau gram (PPOMN, 2006).

b. Jika salah satu dari dua cawan petri terdapat jumlah koloni lebih kecil dari

25 atau lebih besar dari 250, jumlah koloni dihitung, dirata-rata, dan

dikalikan dengan faktor pengenceran. Hasilnya dinyatakan sebagai jumlah

bakteri per mililiter atau gram (PPOMN, 2006).

c. Jika hasil dari dua pengenceran jumlahnya berturut-turut terletak antara 25-

250 koloni, jumlah koloni dari masing-masing pengenceran dihitung seperti

yang disebut pada butir a dan b di atas, dan dihitung rata-rata jumlah koloni

dari kedua pengenceran tersebut. Jika jumlah yang tertinggi lebih besar dari

dua kali jumlah yang terkecil, nyatakan jumlah yang lebih kecil sebagai

jumlah bakteri per mililiter atau gram (PPOMN, 2006).

d. Jika rata-rata jumlah koloni masing-masing cawan petri tidak terletak antara

25 dan 250 koloni, hitung jumlah koloni seperti pada butir a dan b di atas,

dan nyatakan sebagai jumlah bakteri perkiraan per mililiter atau gram

(PPOMN, 2006).

e. Jika jumlah koloni dari semua pengenceran lebih dari 250 koloni, maka

setiap dua cawan petri dengan pengenceran tertinggi dibagi ke dalam 2, 4,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: Universitas Sanata Dharma

41

atau 8 sektor. Jumlah koloni dihitung dalam satu bagian atau lebih. Untuk

mendapatkan jumlah koloni dalam satu cawan petri, dihitung rata-rata

jumlah koloni dan dikalikan dengan faktor pembagi dan pengenceran.

Hasil dinyatakan sebagai jumlah bakteri perkiraan per mililiter atau gram

(PPOMN, 2006).

f. Jika dalam 1/8 bagian cawan petri terdapat lebih dari 200 koloni, maka

jumlah koloni yang didapat = 8 x 200 (1600), dikalikan dengan faktor

pengenceran dan hasilnya dinyatakan sebagai jumlah bakteri perkiraan per

mililiter atau gram lebih besar dari jumlah yang didapat (lebih besar dari

1600 x faktor pengenceran) (PPOMN, 2006).

g. Jika tidak ada koloni yang tumbuh dalam cawan petri, dinyatakan jumlah

bakteri perkiraan lebih kecil dari satu dikalikan dengan pengenceran yang

terendah (<10) (PPOMN, 2006).

h. Menghitung koloni perambat (Spreader).

Ada 3 macam perambatan pada koloni, yaitu :

(1) Merupakan rantai yang tidak terpisah-pisah.

(2) Perambatan yang terjadi diantara dasar cawan petri dan perbenihan.

(3) Perambatan yang terjadi pada pinggir atau permukaan perbenihan.

Apabila terjadi hanya 1 (satu) perambatan (seperti rantai) maka koloni

dianggap 1 (satu). Tetapi bila 1 atau lebih rantai terbentuk dan yang berasal

dari sumber yang berpisah-pisah, maka setiap sumber dihitung sebagai 1

(satu) koloni.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: Universitas Sanata Dharma

42

Bila (2) dan (3) terjadi maka sebaiknya pemeriksaan diulangi karena

koloni dalam keadaan semacam ini agak sukar dihitung (PPOMN, 2006).

i. Menghitung dan membulatkan angka

Dalam melaporkan jumlah koloni atau jumlah koloni perkiraan hanya 2

angka penting yang digunakan, yaitu angka yang pertama dan kedua

(dimulai dari kiri), sedangkan angka ketiga diganti dengan 0, apabila kurang

dari 5 dan apabila 5 atau lebih dijadikan 1 yang ditambah pada angka yang

kedua.

Contoh: 523.000 dilaporkan sebagai 520.000 (5.2 x 105)

85.700 dilaporkan sebagai 86.000 (8.6 x 104) (PPOMN, 2006).

3. Identifikasi Escherichia coli

E.coli merupakan bakteri gram negatif dan berbentuk batang. Idenifikasi

bakteri dilakukan dengan pengamatan menggunakan mikroskop dengan uji sifat

biokimia dan pengecatan gram. E.coli ditunjukkan dengan hasil positif pada

pengecatan gram yaitu berwarna merah muda (gram negatif) (PPOMN, 2006) dan

berbentuk batang serta pada uji fermentasi karbohidrat dan uji IMViC

menunjukkan hasil seperti pada tabel I.

Tabel I. Uji fermentasi karbohidrat dan uji IMViC pada identifikasi E.coli (Holt et al., 2000)

No Uji Hasil

1 Glukosa +2 Laktosa +3 Manitol +4 Maltosa +5 Sakarosa +6 Indol +7 Metil Merah +8 Voges -Proskauer -9 Sitrat -

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: Universitas Sanata Dharma

43

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Penentuan tempat dan pemilihan sampel

Sampel jamu uyup-uyup diambil dari penjual jamu racik “X” di

Yogyakarta. Tempat ini dipilih karena tempat ini merupakan tempat yang berada

strategis di tengah pusat kota Yogyakarta. Tempat ini sangat terkenal karena

dikelola turun-temurun dari tahun 1875 hingga sekarang dan selalu ramai

dikunjungi oleh pembeli yang berasal dari dalam maupun dari luar kota

Yogyakarta. Menurut survey yang dilakukan, jamu uyup-uyup ini selalu habis

setiap harinya. Sampel jamu uyup-uyup dipilih karena jamu ini berkhasiat untuk

melancarkan ASI. Konsumen utama jamu ini adalah ibu-ibu yang sedang

menyusui. Apabila nilai AKK, ALT tinggi dan teridentifikasi adanya bakteri

E.coli pada jamu uyup-uyup maka akan berbahaya bagi ibu yang

mengkonsumsinya beserta bayinya. AKK yang tinggi dapat menyebabkan kanker

hati dan kandidiasis bagi ibu dan bayinya. ALT yang tinggi serta keberadaan

bakteri E.coli dalam sampel jamu uyup-uyup dapat menyebakan penyakit demam

dan diare berat yang dapat menyerang ibu serta kemungkinan bisa ditularkan ke

bayinya melalui fecal oral route.

B. Pengambilan sampel jamu uyup-uyup

Sampel jamu uyup-uyup diambil sebanyak tiga kali dengan jarak

pengambilan 1 minggu, pengambilan dilakukan pada hari senin setiap minggunya.

Pengambilan sampel dilakukan dengan jarak 1 minggu bertujuan untuk melihat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: Universitas Sanata Dharma

44

pengaruh kualitas bahan baku yang digunakan dalam pembuatan jamu uyup-uyup.

Berdasarkan survey yang dilakukan, penjual mengganti bahan baku pembuatan

jamu setiap satu minggu sekali sehingga dapat dilihat pengaruh kualitas bahan

baku terhadap nilai AKK, ALT dan adanya bakteri E.coli . Pada saat pengambilan

sampel, sampel jamu uyup-uyup dimasukkan ke dalam botol kaca yang sudah

disterilkan dan tertutup rapat. Hal ini bertujuan agar tidak ada kontaminasi bakteri

maupun jamur yang berasal dari wadah yang digunakan pada saat pengambilan

sampel. Setelah itu, botol kaca steril ditempatkan dalam coolbox untuk

menghambat pertumbuhan mikroba patogen selama perjalanan menuju

laboratorium.

C. Homogenisasi dan Pengenceran Sampel

Pada penelitian ini dilakukan homogenisasi sampel sebelum proses

pengujian. Menurut Radji (2010) homogenisasi sampel adalah suatu tahap awal

yang harus dilakukan pada sampel supaya diperoleh distribusi mikroba yang

merata di dalam sampel sehingga mudah untuk diamati. Tujuan homogenisasi

sampel adalah untuk membebaskan sel-sel bakteri atau jamur yang masih

terlindungi oleh partikel dari sampel yang akan diperiksa serta untuk

mengaktifkan kembali sel-sel dari bakteri ataupun jamur yang kemungkinan

pertumbuhannya terganggu karena berbagai kondisi yang kurang sesuai di dalam

sampel. Homogenisasi sampel dilakukan dengan bantuan alat stomacher supaya

sampel dapat tercampur homogen dengan pengencernya. Pada tahap

homogenisasi sampel ini diperoleh suspensi pengenceran 10-1.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: Universitas Sanata Dharma

45

Setelah itu, dilakukan tahap pengenceran dengan kisaran 10-1 hingga 10-5.

Pengenceran dilakukan untuk mempermudah dalam perhitungan. Apabila tidak

dilakukan pengenceran maka suspensi akan terlalu pekat yang akan

mengakibatkan pertumbuhan bakteri atau jamur akan saling menumpuk atau tidak

terpisah dengan jelas dan sulit untuk dihitung. Pengencer yang digunakan adalah

PDF. Atlas (2000) menyebutkan kandungan utama dari PDF adalah pepton yang

merupakan protein yang terdapat dalam kedelai, air susu, atau putih telur.

Komponen utama protein adalah nitrogen (N2) yang sangat dibutuhkan bakteri

untuk kelangsungan hidupnya. PDF juga berfungsi sebagai buffer untuk

mempertahankan pH optimum untuk pertumbuhan bakteri atau jamur yaitu antara

6,5 hingga 7,5. Semua tahap dilakukan secara aseptis di dekat nyala api Bunsen.

D. Uji Angka Kapang/Khamir (AKK)

Uji AKK adalah suatu uji untuk menghitung jumlah koloni kapang/khamir

yang terdapat dalam jamu uyup-uyup dari penjual jamu racik “X” di Yogyakarta.

Prinsip uji ini yaitu menumbuhkan kapang/khamir dalam media yang sesuai yang

dapat menyediakan kebutuhan nutrisi bagi pertumbuhan kapang/khamir di

laboratorium kemudian menghitungnya.

Media yang digunakan dalam uji AKK ini yaitu PDA yang merupakan

media yang sesuai untuk pertumbuhan kapang/khamir. Menurut Murray (1996)

media PDA mengandung Agar, Dextrosa, serta ekstrak kentang yang dibutuhkan

untuk pertumbuhan kapang dan khamir. Media PDA juga ditambahkan antibiotik

kloramfenikol 1%. Kloramfenikol ini digunakan untuk menghambat pertumbuhan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: Universitas Sanata Dharma

46

bakteri pada media sehingga yang tumbuh hanya kapang dan khamir. Antibiotik

kloramfenikol dipilih karena menurut Wattimena (1991) kloramfenikol memiliki

daya hambat spektrum luas pada bakteri sehingga banyak jenis bakteri yang

pertumbuhannya dihambat oleh antibiotik ini. Mekanisme hambat dari antibiotik

ini yaitu secara bakteriostatik dengan menghambat sintesis protein pada bakteri

sehingga mengakibatkan sel akan lisis dan mati.

Suhu inkubasi kapang/khamir adalah 25oC selama 3-5 hari dengan posisi

terbalik karena kapang dan khamir bersifat mesofilik yang dapat tumbuh pada

suhu 25-30oC. Kontrol media PDA digunakan untuk melihat sterilisasi dari media

PDA yang digunakan dan menjamin bahwa tidak ada kapang dan khamir yang

berasal dari media. Kontrol pelarut dari PDF digunakan untuk menjamin tidak ada

kapang dan khamir yang tumbuh berasal dari pelarut.

Koloni yang dihitung yaitu koloni khamir yang berbentuk bulat, berwarna

putih, dan terpisah serta koloni kapang yang memiliki serabut seperti kapas tanpa

membedakan warna koloni serta tunggal. Jika terdapat koloni yang bertumpuk,

maka dianggap sebagai 1 koloni.

KEPMENKES No: 661/MenKes/SK/VII/1994 tentang Persyaratan Obat

Tradisional menyebutkan bahwa AKK untuk sediaan cairan obat dalam tidak

boleh lebih dari 103 CFU/mL sampel. Hasil pengamatan selama inkubasi sampai

hari ke-5 ditunjukkan pada tabel 2.

Tabel II. Nilai AKK sampel jamu uyup-uyup pada inkubasi hari ke-5

SamplingAKK

(CFU/mL)I 4 x 105

II 4 x 105

III 7,5 x 104

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: Universitas Sanata Dharma

47

Pada kontrol media dan kontrol pelarut tidak tumbuh jamur yang

menandakan bahwa tidak ada kontaminan dari pelarut dan media yang digunakan.

Hasil yang didapat (Tabel II) tidak sesuai dengan persyaratan yang sudah

ditetapkan oleh KEPMENKES. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor

diantaranya jamu terlalu lama didiamkan karena penjual jamu racik “X” buka dari

pukul 06.00 hingga 19.30 WIB yang menyebabkan kemungkinan adanya

pertumbuhan kapang dan khamir. Pencucian yang kurang bersih tidak dapat

mengeliminasi kapang dan khamir karena bahan baku dari jamu uyup-uyup

berupa rimpang-rimpang yang berasal dari tanah dan kontak dengan air selama

pencucian menyebabkan kontaminasi kapang dan khamir. Menurut Kanti (2005)

tanah dan air merupakan habitat bagi kapang dan khamir sehingga kapang dan

khamir dapat tumbuh di tempat itu. Jumlah kapang dan khamir yang tinggi dapat

bersifat patogen bagi tubuh manusia terutama ibu-ibu menyusui yang

mengkonsumsi jamu uyup-uyup serta bayinya. Khamir yang berbahaya bagi ibu-

ibu menyusui serta bayinya adalah Candida albicans yang dapat ditemukan di air

dan tanah. Menurut Jawetz (1996) Candida albicans ini dapat menyebabkan

vulvovaginitis atau keputihan bagi ibu dan dapat menyebakan kandidiasis di

mulut berupa sariawan bagi bayinya. Selain itu Menurut David (2001) kapang

yang berbahaya adalah Aspergillus flavus yang ditemukan di tanah dan air.

Abdulrazzaq (2003) menyebutkan bahwa kapang dapat menghasilkan mikotoksin

berupa aflatoksin B1 yang dapat disekresikan melalui ASI dalam bentuk aflatoksin

M1. Aflatoksin ini dapat menyebabkan hepatotoksik dan kanker hati bagi ibu dan

bayinya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: Universitas Sanata Dharma

48

E. Uji Angka Lempeng Total (ALT)

Uji ALT merupakan metode untuk menghitung angka cemaran bakteri

aerob mesofil yang terdapat dalam sampel yaitu jamu uyup-uyup dengan metode

cara tuang (pour plate) pada media padat dan diinkubasi dalam posisi terbalik

pada suhu 35-37 oC selama 24-48 jam. Suhu 35-37 oC dipilih karena Cappuccino

(2008) menyebutkan bahwa bakteri mesofilik dapat tumbuh baik pada suhu

optimum 35-45 oC.

Media yang digunakan dalam uji ALT yaitu PCA, dalam media ini

mengandung tripton, yeast extract, glukosa, dan agar untuk menutrisi

pertumbuhan bakteri dalam media. Menurut Tarigan (2008), tujuan digunakannya

metode taburan atau pour plate adalah untuk menghitung jumlah sel yang hidup

baik dalam keadaan aerob maupun anaerob karena dalam metode ini akan terlihat

bakteri yang tumbuh di permukaan media merupakan aerob dan di seluruh media

agar yang merupakan bakteri anaerob.

Cawan petri diinkubasi secara terbalik supaya uap air yang terbentuk pada

tutup cawan petri tidak menetes pada media yang akan mengganggu dalam

perhitungan jumlah koloni bakteri. Koloni yang tumbuh pada media kemudian

dihitung menurut cara perhitungan ALT yang tercantum dalam PPOMN tahun

2006.

Pada penelitian ini, digunakan kontrol pelarut dan kontrol media. Kontrol

media berfungsi untuk melihat sterilitas dari media sehingga dapat menjamin

bahwa bakteri yang tumbuh murni berasal dari sampel. Kontrol pelarut digunakan

untuk menjamin bahwa tidak ada kontaminan yang berasal dari pelarut PDF yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: Universitas Sanata Dharma

49

digunakan. Alat-alat serta media yang digunakan disterilisasi terlebih dahulu

dalam autoklaf dengan suhu 121oC serta pengujian dilakukan dengan metode

aseptis untuk meminimalkan kontaminasi sehingga bakteri yang tumbuh pada

media benar-benar berasal dari sampel jamu uyup-uyup.

KEPMENKES No: 661/MenKes/SK/VII/1994 tentang Persyaratan Obat

Tradisional menyebutkan bahwa ALT untuk sediaan cairan obat dalam tidak

boleh lebih dari 104 CFU/mL sampel.

Tabel III. Nilai ALT sampel jamu uyup-uyup pada inkubasi 48 jam

SamplingALT

(CFU/mL)I 8 x 104

II 1,1 x 106

III 2,4 x 107

Pada kontrol pelarut serta kontrol media tidak ditumbuhi koloni bakteri

yang menunjukkan bahwa media dan pelarut yang digunakan sudah steril. Hasil

yang didapat (Tabel III) tidak sesuai dengan persyaratan KEPMENKES,

disebabkan oleh berbagai kemungkinan diantaranya air yang digunakan tercemar

oleh bakteri karena air merupakan habitat bagi banyak bakteri yang dapat

mengkontaminasi jamu uyup-uyup pada saat pembuatannya. Masuknya

kontaminan dapat terjadi melalui pencucian bahan baku yang kurang bersih dan

perilaku penjual yang kurang higenis. Pada proses pembuatan jamu, pemanasan

dilakukan tidak sampai mendidih dengan alasan apabila pemanasan sampai

mendidih maka khasiat jamu akan hilang. Proses tersebut dapat menyebabkan

adanya bakteri yang masih hidup, contohnya adalah bakteri E.coli yang tahan

pada suhu 70oC (Anonim, 2014). Jamu yang didiamkan terlalu lama dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: Universitas Sanata Dharma

50

menyebabkan pertumbuhan bakteri yang semakin banyak karena air merupakan

media yang sesuai bagi pertumbuhan bakteri.

ALT yang melebihi batas pada jamu uyup-uyup dapat berbahaya bagi ibu

yang menyusui serta bayinya. Sebagian besar bahan baku yang digunakan untuk

pembuatan jamu uyup-uyup berupa rimpang yang tumbuh di tanah. Menurut

Radji (2011) bakteri yang dapat tumbuh di tanah meliputi Clostridium tetani,

Clostridium botulinum, Clostridium perfringens, Bacillus antracis, Salmonella,

shigella, Vibrio cholerae, Legionella, dan Escherichia coli. Bakteri-bakteri

tersebut menghasilkan toksin yang dapat menyebabkan berbagai penyakit

diantaranya adalah demam, diare dan muntah bahkan dapat menginfeksi sistem

saraf. Penyakit ini dapat menyerang ibu dan dapat ditularkan kepada bayinya.

Selain itu, penyimpanan bahan baku juga mempunyai peranan dalam tingginya

jumlah ALT. Bahan baku ditempatkan di dekat kamar mandi yang lembab serta di

bawah kandang burung yang kemungkinan terkontaminasi oleh bakteri

Cryptococcus neoformans lewat kotorannya dan dapat menyebabkan infeksi paru-

paru.

F. Identifikasi Escherichia coli

Uji identifikasi bakteri ini bertujuan untuk mendeteksi adanya E.coli

dalam jamu uyup-uyup. Identifikasi bakteri yang dilakukan didasarkan pada sifat

biokimiawi dan morfologinya.

1. Tahap Pengkayaan

Tahap pengkayaan merupakan tahap yang bertujuan untuk menumbuhkan

bakteri pada media pengkaya karena bakteri lain dapat tumbuh pada media

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: Universitas Sanata Dharma

51

pengkaya tersebut . Umumnya media yang digunakan dalam bentuk cair (BPOM,

2008). Media yang digunakan pada tahap ini yaitu ECB karena menurut

Diagnostic (2009) ECB merupakan medium selektif yang digunakan sebagai

media selektif dalam konteks deteksi dugaan dan penghitungan E.coli dalam air,

susu, produk makanan termasuk jamu yaitu jamu uyup-uyup. Media ECB

mengandung buffer kaldu laktosa dengan garam empedu yang akan menghambat

pertumbuhan bakteri lain seperti bakteri yang bersporulasi (Basillus subtilis) dan

enterococci, sehingga mendukung pertumbuhan E.coli.

Pada penelitian dilakukan inokulasi dari sampel ke medium ECB,

kemudian dinkubasi pada suhu 44oC selama 24 jam. Inokulasi adalah suatu cara

pemindahan mikroba-mikroba dari suatu suspensi ke suatu media pertumbuhan

lain yang steril. Menurut Soemarmo (2000) Suhu 44oC bertujuan untuk

menyeleksi pertumbuhan bakteri E.coli karena bakteri ini tumbuh optimal pada

suhu 44oC dan akan menghambat kemungkinan pertumbuhan bakteri lain seperti

bakteri yang bersporulasi (Basillus subtilis) dan enterococci. Kontrol digunakan

untuk melihat bahwa teknik yang digunakan benar dan tepat . Kontrol positif

berisi biakan murni ATCC 25922 yang ditanam pada media ECB kemudian

dibandingkan dengan perlakuan sampel. ATCC 25922 merupakan genom DNA

yang diisolasi dari bakteri Escherichia coli FDA strain seattle 1946. Strain

bakteri ini tersedia sebagai katalog no 25922.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: Universitas Sanata Dharma

52

Gambar 1. Uji pengkayaan E.coli pada media ECBKeterangan:

K+: Kontrol positif dari biakan murni E.coli ATCC 25922P : Perlakuan untuk sampel jamu uyup-uyup

Berdasarkan hasil yang didapat setelah inkubasi 24 jam ( Gambar 1) pada

perlakuan dari sampel jamu uyup-uyup menunjukkan hasil yang sama dengan

kontrol positif yaitu timbulnya kekeruhan dan adanya gas pada tabung Durham,

Hasil positif terjadi pada sampling 1, 2 dan 3. Kekeruhan dan adanya gas pada

media menandakan bahwa bakteri yang berada dalam sampel mampu

memfermentasikan laktosa yang terdapat pada media ECB dengan menghasilkan

asam dan gas. Menurut Diagnostic (2009) pertumbuhan bakteri E. coli pada media

ECB ditunjukkan dengan munculnya kekeruhan terkait dengan produksi gas

dalam tabung Durham, karena fermentasi laktosa. Hasil ini didukung oleh

pernyataan Cappuccino (2008) bahwa E.coli mampu memfermentasikan laktosa

yang akan menghasilkan asam-asam campuran, yaitu asam laktat, asam asetat, dan

asam format serta menghasilkan gas berupa CO2 dan H2 .

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: Universitas Sanata Dharma

53

2. Tahap Isolasi

Tahap isolasi merupakan tahap yang bertujuan untuk mendapatkan koloni

bakteri yang benar-benar murni (BPOM, 2008). Pada penelitian ini, tahap isolasi

bertujuan untuk mendapatkan bakteri E.coli murni.

Media yang digunakan pada penelitian ini adalah TBX. Menurut Bridson

(2006) Media TBX adalah media yang digunakan untuk isolasi dan identifikasi

bakteri E.coli. Media TBX mengandung Trypton, garam empedu, X-glucuronide

dan agar. Trypton menyediakan nitrogen, vitamin dan asam amino dalam media

TBX. Garam empedu merupakan agen yang selektif terhadadap bakteri gram

negatif. E.coli akan menyerap substrat kromogenik x-β-D-glucuronide, X-

glucuronide. Enzim β-glukuronidase pada E.coli akan memecah ikatan antara x-β-

D-glucuronide dan X-glucuronide. Kromofor akan menghasilkan warna dan

terakumulasi di dalam sel-sel. Pada tahap isolasi ini, diinokulasikan 1 sengkelit

dari hasil uji tahap pengkayaan ke permukaan media TBX secara streak plate,

kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam. Tujuan dari penggunaan cara

streak plate ini adalah untuk mendapatkan koloni bakteri yang terpisah sehingga

mudah untuk diamati. Bridson (2006) menyebutkan bahwa koloni spesifik E.coli

memiliki ciri-ciri berbentuk bulat, berwarna hijau kebiruan dengan kilap logam

dan berdiameter sekitar 2-3 mm.

Kontrol positif digunakan sebagai pembanding. Kontrol positif berupa

biakan murni dari ATCC 25922 yang akan dibandingkan dengan sampel sebagai

hasil positif pertumbuhan E.coli.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: Universitas Sanata Dharma

54

Gambar 2. Uji isolasi E.coli pada media TBXKeterangan:K+: Kontrol positif dari biakan murni E.coli ATCC 25922P : Perlakuan untuk sampel jamu uyup-uyup

: koloni dugaan E.coli (koloni berwarna biru).

Pengamatan setelah inkubasi 24 jam didapatkan hasil positif pada

sampling 1,2 dan 3 yaitu terbentuk koloni spesifik berwarna hijau kebiruan

dengan kilap logam dan berbentuk bulat seperti yang terlihat pada kontrol positif.

Menurut Bridson (2006) pertumbuhan bakteri E.coli pada media TBX ditandai

dengan koloni berwarna hijau kebiruan dengan kilap logam dan berbentuk bulat.

3. Tahap Identifikasi dan Konfirmasi

Tahap identifikasi dan konfirmasi bertujuan untuk memastikan keberadaan

bakteri E.coli berdasarkan sifat biokimiawinya. Pada uji biokimia ini digunakan

kontrol positif biakan murni bakteri E.coli ATCC 25922 sebagai pembanding

yang diperlakukan sama dengan sampel untuk melihat hasil positif. Pada tahap ini

dilakukan uji fermentasi karbohidrat dan Uji IMViC. Uji IMViC digunakan untuk

membedakan beberapa bakteri golongan Enterobacteriaceae (Escherichia,

Shigella, Salmonella, Enterobacter, Klebsiella, Serratia, dan Proteus)

berdasarkan kemampuannya dalam memfermentasi glukosa dan laktosa,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: Universitas Sanata Dharma

55

penguraian triptofan yang menghasilkan indol serta adanya enzim sitrat permease

yang mampu menguraikan natrium sitrat dari medium khusus yang digunakan.

a. Uji fermentasi karbohidrat

Setiap mikroorganisme memiliki kemampuan untuk melakukan fermentasi

berbagai karbohidrat dan produk yang dihasilkan dari proses fermentasi tersebut

sangat berguna untuk melakukan identifikasi mikroorganisme. Media kaldu

karbohidrat mengandung 0,5-1% karbohidrat. Karbohidrat yang sering digunakan

untuk identifikasi diantaranya adalah glukosa, laktosa, manitol, maltosa dan

sukrosa. Pada penelitian ini Indikator merah fenol ditambahkan pada media untuk

mengetahui adanya pembentukan asam. Menurut Lay (1994) pH indikator merah

fenol adalah netral yaitu 7 dan akan berubah warna menjadi kuning pada kondisi

asam pada pH 6,8. Untuk mengetahui adanya pembentukan gas maka diletakkan

tabung Durham. Apabila terbentuk gas, maka gas akan masuk ke dalam tabung

Durham dan mendesak cairan ke dalam tabung dan membentuk gelembung udara.

Cappuccino (2008) menyebutkan bahwa bakteri E.coli mampu

memfermentasikan karbohidrat dengan hasil positif pada uji glukosa, laktosa,

manitol, maltosa dan sukrosa. Proses fermentasi karbohidrat akan menghasilkan

asam organik seperti asam laktat, asam format, dan asam asetat yang dapat

disertai dengan gas seperti CO2 dan H2. Hasil positif adanya E.coli ditunjukkan

dengan perubahan warna media dari merah menjadi kuning dan terbentuknya gas

pada tabung Durham.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: Universitas Sanata Dharma

56

Gambar 3. Uji fermentasi karbohidrat pada sampel jamu uyup-uyupKeterangan:K+: Kontrol positif dari biakan murni E.coli ATCC 25922P: Perlakuan untuk sampel jamu uyup-uyup

: Terbentuknya gas pada tabung Durham

Hasil dari inkubasi selama 48 jam menunjukkan hasil yang positif pada

perlakuan dan kontrol positif biakan murni ATCC 25922 yaitu terbentukknya gas

dan perubahan warna media dari merah menjadi kuning. Hasil positif terjadi pada

sampling 1, 2, dan 3. Hal ini menunjukkan bahwa jamu uyup-uyup terkontaminasi

oleh bakteri E.coli ditandai dengan perubahan warna dari media kaldu karbohidrat

dari merah menjadi kuning akibat terbentuknya asam dan terdapat gelembung

udara pada tabung Durham karena adanya gas CO2 dan H2.

b. Uji indol

Asam amino digunakan oleh mikroorganisme sebagai pembentuk protein,

komponen sel dan sebagai sumber energi. Asam amino dimodifikasi dalam

berbagai cara dalam proses metabolisme. Produk yang dihasilkan dari modifikasi

asam amino ini berguna dalam identifikasi mikroorganisme.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: Universitas Sanata Dharma

57

Bakteri E.coli mampu menggunakan asam amino triptofan sebagai sumber

karbon. E.coli menghasilkan enzim triptofanase yang mengkatalisasikan

penguraian indol dari triptofan (Lay, 1994).

Uji indol digunakan untuk melihat pembentukan indol dari asam amino

tryptophan oleh bakteri E.coli. Media yang digunakan untuk uji indol ini adalah

SIM. Menurut Finegold dan Baron (1996) media SIM ini berbentuk semi padat

yang mengandung Pancreatic Digest of Casein, Peptic Digest of Animal Tissue,

Ferrous Ammonium Sulphate, Sodium Thiosulphate, dan Nutrient Agar. Media ini

dapat digunakan untuk melihat motilitas dari bakteri karena berbentuk semi padat

dan mengandung NA, dapat juga digunakan untuk melihat adanya pembentukan

sulfur oleh bakteri karena adanya Ferrous Ammonium Sulphate dalam media,

serta dapat melihat pembentukan indol. Lay (1994) mengungkapkan bahwa

pembentukan indol dalam media dapat diketahui dengan penambahan reagen

Kovac’s yang mengandung dimetilaminobenzaldehid, butanol, dan asam

hidroclorit. pDimetilaminobenzaldehid bereaksi dengan indol membentuk

rosindol berwarna merah yang tidak larut air dan terkonsentrasi di permukaan

media.

Motilitas bakteri dapat dilihat apabila terdapat pertumbuhan di sekitar

tusukan dan di permukaan media (Lay, 1994). Hasil positif uji sulfur apabila

terbentuk logam sulfit yang berwarna hitam di dalam media. Sulfur ini terbentuk

karena bakteri tersebut tidak dapat menghidrolisis logam-logam berat yang

terdapat dalam media (Wijayanti, 2009).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: Universitas Sanata Dharma

58

Gambar 4. Uji motilitas bakteri terlihat adanya pertumbuhan di sekitar tusukan dan permukaanmedia sebelum penambahan reagen Kovac’s

Keterangan:

: motilitas bakteri terlihat adanya pertumbuhan di sekitar tusukan

Hasil yang didapat dari uji motilitas pada inkubasi 24 jam sebelum

penambahan reagen Kovac’s menunjukkan adanya motilitas atau pergerakan

bakteri uji ditandai dengan pertumbuhan di sekitar tusukan dan di permukaan

media. Hasil uji sulfur menunjukkan negatif karena tidak terbentuk logam sulfit

berwarna hitam dalam media. Hal ini berarti bakteri uji tidak dapat menghidrolisis

logam-logam berat dalam media. Menurut Holt, dkk. (2000), bakteri E.coli tidak

menghasilkan residu sulfur dalam proses penguraian asam amino.

Pengamatan 24 jam dari uji indol didapatkan hasil yang sama dengan

kontrol positif pada sampling 1, 2, dan 3 yaitu adanya cincin berwarna merah

cherry pada permukaan media setelah penambahan reagen Kovac’s. Hal ini

membuktikan bahwa bakteri dalam sampel dapat membentuk indol dari triptofan

yang digunakan sebagai sumber energi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: Universitas Sanata Dharma

59

Gambar 5. Uji Indol pada sampel jamu uyup-uyupKeterangan:K+: Kontrol positif dari biakan murni E.coli ATCC 25922

P: Perlakuan untuk sampel jamu uyup-uyup

: terbentuknya cincin berwarna merah muda pada permukaanmedia

c. Uji metil merah

Lay (1994) menyebutkan bahwa uji metil merah bertujuan untuk

mengetahui adanya fermentasi dari asam campuran. Pada penelitian ini dilakukan

uji metil merah untuk mengetahui kemampuan bakteri E.coli dalam

memfermentasi glukosa dan menghasilkan berbagai produk asam yaitu asam

format, asam laktat, dan asam asetat yang mengakibatkan terjadinya penurunan

pH media menjadi 5,0 atau lebih rendah. Indikator metil merah ditambahkan pada

media untuk mengetahui adanya asam dengan perubahan warna dari kuning pada

basa (pH 6,2) menjadi merah pada pH asam yaitu 4,4.

Media yang digunakan yaitu media MR-VP yang mengandung dextrosa,

pepton, dan fosfat. Hasil positif ditunjukkan dengan perubahan warna media dari

kuning menjadi merah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: Universitas Sanata Dharma

60

Gambar 6. Uji metil merah pada sampel jamu uyup-uyupKeterangan:

K+: Kontrol positif dari biakan murni E.coli ATCC 25922P: Perlakuan untuk sampel jamu uyup-uyup

Hasil dari pengamatan 24 jam pada sampling 1, 2, dan 3 menunjukkan

hasil positif yaitu perubahan warna media dari kuning menjadi merah. Hasil ini

terjadi baik pada kontrol positif maupun perlakuan. Hal ini membuktikan bahwa

bakteri dalam sampel melakukan fermentasi glukosa dan menghasilkan asam.

Menurut Capuccino (2008) bakteri E.coli mampu memfermentasikan glukosa dan

menghasilkan asam berupa asam laktat, asam format dan asam asetat.

d. Uji Voges-Proskauer

Cappuccino (2008) menyebutkan bahwa uji Voges-Proskauer ini bertujuan

untuk menentukan kemampuan beberapa mikroorganisme dalam menghasilkan

produk akhir yang tidak bersifat asam atau netral, seperti asetilmetilcarbinol atau

asetoin dari asam-asam organik yang dihasilkan dari proses metabolisme glukosa.

Asetoin merupakan suatu senyawa awal dalam sintesis 2,3-butanadiol.

Media yang digunakan pada uji Voges-Voskauer ini adalah media MR-VP

yang mengandung dextrosa, pepton, dan fosfat. Menurut Lay (1994) penambahan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: Universitas Sanata Dharma

61

larutan KOH 40% dan larutan 5% α-naftol dalam etanol dapat menujukkan

terbentuknya asetoin pada media. Adanya asetoin akan ditunjukkan dengan

perubahan warna media dari kuning menjadi merah setelah penambahan KOH

40%, kemudian warna akan diperjelas dengan penambahan larutan 5% α-naftol

dalam etanol. Perubahan warna media menjadi lebih jelas pada permukaan yang

berhubungan dengan udara karena sebagian 2,3-butanadiol dioksidasikan kembali

menjadi asetoin sehingga memperjelas hasil reaksi.

Hasil yang ditunjukkan dari pengamatan yaitu negatif pada sampling 1, 2,

dan 3 karena tidak terjadi perubahan warna dari media MR-VP, begitu juga pada

kontrol positif. Hal ini menunjukkan bahwa bakteri dalam sampel tidak

menghasilkan produk 2,3 butanadiol dalam proses fermentasi glukosa.

Cappuccino (2008) menyebutkan bahwa bakteri E.coli dalam memfermentasikan

glukosa menghasilkan produk berupa asam-asam campuran yaitu asam laktat,

asam format dan asam asetat.

Gambar 7. Uji Voges-Proskauer pada sampel jamu uyup-uyupKeterangan:

K+: Kontrol positif dari biakan murni E.coli ATCC 25922P: Perlakuan untuk sampel jamu uyup-uyup

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: Universitas Sanata Dharma

62

e. Uji Sitrat

Menurut Lay (1994) uji sitrat bertujuan untuk mengetahui kemampuan

mikroorganisme menggunakan sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon dan

energi. Medium yang digunakan dalam uji sitrat ini adalah Simmon’s citrate agar

merupakan medium sintetik yang mengandung Na sitrat sebagai satu-satunya

sumber karbon dengan NH4+ sebagai sumber N. Uji sitrat menggunakan

indikator bromthymol blue sebagai indikator pH. Mikroorganisme yang mampu

menggunakan sitrat sebagai sumber karbon dan energi akan menghilangkan asam

pada medium dan menyebabkan terjadinya peningkatan pH yang akan mengubah

warna media dari hijau menjadi biru. Pada penelitian ini dilakukan uji sitrat untuk

mengetahui kemampuan bakteri E.coli dalam menggunakan sitrat sebagai sumber

karbon dan energi dengan menggunakan medium MR-VP sebagai mediumnya.

Gambar 8. Uji sitrat pada sampel jamu uyup-uyupKeterangan:

K+: Kontrol positif dari biakan murni E.coli ATCC 25922P: Perlakuan untuk sampel jamu uyup-uyup

Hasil pengamatan pada inkubasi 24 jam menunjukkan hasil negatif pada

sampling jamu uyup-uyup 1, 2 dan 3 karena tidak terjadi perubahan warna dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: Universitas Sanata Dharma

63

media, media tetap berwarna hijau. Hasil ini sama dengan yang ditunjukkan pada

kontrol positif . Hal ini dapat disimpulkan bahwa bakteri yang berada pada sampel

tidak menggunakan sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon. Menurut Bridson

(2006) E.coli ATCC 25922 menunjukkan hasil negatif pada media Simmon’s

citrate agar yaitu tidak terjadi perubahan warna pada media. Menurut Supardi dan

Sukamto (1999) bakteri E.coli tidak menggunakan sitrat sebagai sumber karbon

melainkan menggunakan asetat sebagai sumber karbon.

4. Pengecatan gram

Pengecatan gram merupakan proses pengecatan dengan menggunakan zat

warna kristal violet (yang berwarna biru) dan zat warna safranin (yang berwarna

merah) untuk mengetahui morfologi serta sifat dari gram berdasarkan

karakteristik dinding sel mikroorganisme (Sears, 2011). Pengecatan gram ini

dilakukan pada sampel jamu uyup-uyup yang positif mengandung E.coli

berdasarkan uji biokimia di atas.

Bakteri E.coli merupakan bakteri gram negatif. Menurut Sears (2011)

bakteri gram negatif mempunyai dinding sel yang tipis, mempunyai lapisan

rangkap (bilayer) fosfolipid di sebelah luar yang mengandung lipopolisakarida

yang mengelilingi lapisan peptidoglikannya.

Pengecatan gram dilakukan pada pulasan bakteri. Zat warna yang

digunakan adalah larutan gram A yang berisi kristal violet sebagai cat utama.

Larutan gram B yang berisi iodine sebagai penguat cat utama. Larutan gram C

yang berisi alkohol 70%, berfungsi sebagai larutan peluntur. Larutan gram D yang

berisi safranin sebagai cat lawan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: Universitas Sanata Dharma

64

Berdasarkan karakteristik dinding selnya, Sears (2011) menyebutkan

bakteri gram positif akan menyerap zat warna kristal violet ke dalam dinding sel

dan mempertahankannya selama pencucian sehinga akhirnya akan berwarna biru.

Bakteri gram negatif tidak dapat mempertahankan zat warna kristal violet pada

saat pencucian dan akan berwarna merah setelah pemberian zat warna safranin.

Bakteri gram negatif akan kehilangan warna violet karena tercuci oleh

alkohol. Selama perlakuan dengan alkohol, lipid akan tertarik ke luar sehingga

akan menaikkan permeabilitas dinding sel. Lapisan peptidoglikan yang lebih

sedikit dibandingkan gram positif serta pori-pori cukup besar, mengakibatkan

kristal violet-iodine tertarik ke luar sel hingga bakteri kehilangan warna. Warna

merah akan terlihat ketika dicuci dengan safranin (Tarigan, 1988).

Hasil yang didapat pada pengecatan gram pada sampling 1, 2 dan 3

menujukkan warna merah muda, sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil yang

didapat merupakan kelompok bakteri gram negatif dan berbentuk batang yang

mendukung bukti keberadaan E.coli pada jamu uyup-uyup.

Gambar 9. Hasil pengecatan gram berwarna merah muda (gram negatif) dan berbentuk batangKeterangan:

: koloni berwarna merah muda (gram negatif) dan berbentuk batang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: Universitas Sanata Dharma

65

Rangkuman keseluruhan hasil uji biokimia dan pengecatan gram pada

penelitian ini dapat dilihat pada tabel IV.

Tabel IV: Hasil uji biokimia dan pengecatan gram dalam sampel jamu uyup-uyup

UjiHasil

Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3K (+) Sampel K (+) Sampel K (+) Sampel

Glukosa + + + + + +

Laktosa + + + + + +

Manitol + + + + + +

Maltosa + + + + + +

Sukrosa + + + + + +

Indol + + + + + +

Metil merah + + + + + +

Voges-Voskauer - - - - - -

Sitrat - - - - - -

Pengecatan gram + + + + + +Keterangan:K (+) : Kontrol positif+ : Hasil positif- : Hasil negatif

Uji biokimia dan pengecatan gram yang telah dilakukan menyimpulkan

bahwa pada sampel jamu uyup-uyup telah tercemar oleh bakteri E.coli. Hal ini

disebabkan oleh berbagai kemungkinan antara lain karena air yang digunakan

memang terbukti telah tercemar oleh bakteri E.coli. Hasil ini didukung dari hasil

uji MPN coliform dan coli tinja yang dilakukan oleh Balai Laboratorium

Kesehatan Yogyakarta menunjukkan bahwa air yang digunakan untuk pembuatan

jamu tercemar bakteri golongan coliform 18 /100mL dan golongan coli tinja

5/100mL sehingga akan mencemari jamu uyup-uyup. Alat-alat yang digunakan

untuk menyajikan jamu uyup-uyup tidak dicuci dengan menggunakan sabun

hanya dengan air mengalir sehingga akan mengkontaminasi alat-alat tersebut.

Perilaku penjual yang kurang bersih yaitu tidak mencuci tangan dengan sabun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: Universitas Sanata Dharma

66

sebelum menyajikan jamu uyup-uyup karena tangan menjadi sumber kontaminasi

bakteri. Bahan baku yang digunakan berupa rimpang yang tertanam di tanah

sehingga memicu adanya bakteri E.coli. Habitat E.coli adalah di tanah yang akan

menempel pada rimpang yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan jamu

uyup-uyup.

Adanya cemaran bakteri E.coli pada sampel jamu uyup-uyup dapat

menyebabkan penyakit diare dan ISK bagi ibu yang mengkonsumsinya dan

bayinya. Oleh karena itu, sebaiknya penjual lebih menjaga kebersihan dan

higenitas dalam pembuatan jamu uyup-uyup sehingga kesehatan konsumen

terutama bagi ibu menyusui dapat lebih terjamin.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: Universitas Sanata Dharma

67

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Nilai AKK yang diperoleh pada sampel jamu uyup-uyup dari penjual

jamu racik “X” di Yogyakarta adalah 7,5 x 104 sampai dengan 4 x 105.

2. Nilai ALT diperoleh dari sampel jamu uyup-uyup dari penjual jamu

racik “X” di Yogyakarta 8 x 104 sampai dengan 2,4 x 107.

3. Sampel jamu uyup-uyup dari penjual jamu racik “X” di Yogyakarta

tercemar oleh bakteri E.coli.

B. Saran

1. Dapat dilakukan penelitian tentang cemaran mikroba patogen lainnya

terkait dengan syarat yang ditetapkan KEPMENKES no 661 tahun

1994 pada jamu-uyup yaitu Staphylococcus aureus dan Pseudomonas

aeruginosa.

2. Perlu dilakukan pembinaan kepada produsen jamu racik “X” di

Yogyakarta oleh pihak yang berwenang, agar lebih memperhatikan

kebersihan dan perilaku higenis dalam pembuatan dan penyajian jamu

sehingga keamanan jamu dan kesehatan masyarakat lebih terjamin.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: Universitas Sanata Dharma

68

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrazzaq, Y.M., 2003. Aflatoxin M1 in breastmilk of UAE women. Ann. Trop.Paediatri, 23(3),pp. 173 – 179.

Agoes, A., 2010, Tanaman Obat Indonesia, Buku 2, Salemba Medika, Jakarta, pp.57-59, 99-101.

Ahmad, R. Z., 2009, Cemaran Kapang Pada Pakan dan Pengendaliannya, BalaiBesar Penelitian Veteriner, Jalan R.E. Martadinata No. 30, Bogor, pp.15.

Anonim, 2014, Efek Pendinginan dan Pemanasan Pada Populasi Bakteri E.coli,http: //www. amazine. co/12089/efek – pendinginan - pemanasan-pada-populasi-bakteri-e-coli/, diakses tanggal 19 Juni 2014.

Aulia, 2012, Medium Pertumbuhan Bakteri, Bapelkes, Jakarta, pp. 1-3.

Atlas, R.M., 2000, Hand Book of Microbiological Media, 2nd Edition, CRC Press,New York, pp. 255.

Badan Pengawas Obat Makanan Republik Indonesia, 2008, PengujianMikrobiologi Pangan, Vol.9, No.2, Balai POM, Jakarta, pp. 1-7.

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2004, KeputusanKepala BPOM RI No. 00.05.4.2411 tentang Ketentuan PokokPengelompokan dan Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia, BadanPengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta, pasal (1).

Bridson, E., Y., 2006, oxoid manual, 9th Edition,, Oxoid Limited, England, pp.337, 338.

Cappuccino, J,G, and Natalie Sherman, 2008, Microbiology a LaboratoryManual, eight edition, Pearson education, USA, pp. 155-170.

Chandra, B., 2007, Pengantar Kesehatan Lingkungan, Penerbit Buku KedokteranEGC, Jakarta, pp. 30.

David W., PhD, Rana A. Hajjeh, MD, Brent A. Lasker, PhD, 2001, Epidemiologyand Prevention of Invasive Aspergillosis, Current Science Inc, USA, pp.507.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1994, Kodifikasi PeraturanPerundang-undangan Obat Tradisional, Depkes RI, Jakarta, pp. 157,165.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: Universitas Sanata Dharma

69

Departemen Kesehatan Republik Indonesia , 2000, Pelaksanaan Uji Klinik ObatTradisional, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, pp. 27.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2010, Peraturan Menteri KesehatanRepublik Indonesia Nomor 003 Tahun 2010 Saintifikasi Jamu DalamPenelitian Berbasis Pelayanan Kesehatan, Departemen KesehatanRepublik Indonesia, Jakarta, pasal (1), (4).

Departemen Kesehatan Republik Indonesia , 2011, Integrasi Pengobatantradisional dalam Sistem Kesehatan Nasional http: // www. depkes. go. id/ index. php / berita / press - release / 1706 – integrasi – pengobatan –tradisional – dalam – sistem – kesehatan - nasional. html, diakses tanggal28 Oktober 2013.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2012, Peraturan Menteri KesehatanRepublik Indonesia Nomor 007 Tahun 2012 tentang Registrasi ObatTradisional, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, pasal (1).

Diagnostic, B., 2009, EC Broth, http://www. biokardiagnostics. com /solabia /produitsdiagnostic. Nsf / 0 / 4f6d4bb6091347e7c12574c80036db96 / $file/ tds_bk162_v6. pdf, diakses tanggal 13 April 2014.

Dupont, H.L., Formal, S.B., Hornick, R.B., Snyder, M.J., Libonati , D.G.,Sheahan, LaBrec, E.H., and Kalas, J.P. 1971. Pathogenesis of Escherichiacoli diarrhea. New Eng. J. Med, pp. 285:1-9.

Fardiaz, S., 1992, Mikrobiologi Pangan, Penerbit PT. Gramedia, Jakarta, pp. 183.

Finegold, S.M, dan E.J. Baron, 1996, Bailey and Scott’s Diagnostic Microbiology7th edition, CV Mostby, Saint Louis, pp. 113.

Hadioetomo, R.S., 1985, Mikrobiologi Dasar dan Praktek –teknik dan ProsedurDasar dalam Laboratorium, Gramedia, jakarta, pp. 42-46, 100.

Holt, J.G., Krieg, N.R., Sneath, P.H.A., Staley, J.T.,Williams, S.T., 2000, Bergey’sManual Determinative Bacteriology, 9th edition, Lippincott Williams and WilkinsCompany, USA, pp. 167-168.

Jawetz, E.J.I., Melnick and Adberg, 1996, Mikrobiologi Kedokteran,Diterjemahkan oleh Nugroho, E., dan Maulany Edisi XX, EGC, Jakarta,pp. 191.

Jutono, dkk., 1972, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Departemen MikrobiologiFakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, pp. 44, 57-59.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: Universitas Sanata Dharma

70

Kanti A. 2005. Keragaman khamir tanah asal Taman Nasional Kalimutu danTaman Wisata Alam Ruteng Nusa Tenggara Timur, Pusat PenelitianBiologi-LIPI, Bogor, pp. 56.

Latief, A., 2012, Obat Tradisional, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, pp.1,3-6, 25.

Lay. B.W., 1994, Analisis Mikroba di Laboratorium, Edisi I, PT. Raja grafindoPersada, Jakrata, pp. 81-85, 91, 99.

Levinson, W and E. Jawetz .2003. Medical Microbiology & ImunologyExamination & Board Review. 7th Edition.USA: McGraw-Hill Company.pp. 130-131.

Melliawati, R., 2009, Escherichia coli dalam Kehidupan Manusia, Bio Trends, 4(1), 13.

Murray,P.R., 1999, Manual of Clinical Microbiology, 7th Edition, aditors Ellen JoBaron, Michael A. Pfaller, fred C. Tenover, Robert H. Yolken, AmericanSociety for Microbiology, 1325 Massachusetts Avenue, Washington D.C.pp. 1073.

Pratiwi, S. T., 2008, Mikrobiologi Farmasi, Erlangga, Jakarta, pp. 178, 180-184

Radji, M., 2011, Buku Ajar MIKROBIOLOGI Panduan mahasiswa farmasi dankedokteran, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, pp. 127.

Rengga, W.D.P. dan Prima A.H, 2013, Serbuk Instan Manis Daun PepayaSebagai Upaya Memperlancar Air Susu Ibu, Universitas Negeri Semarang,Semarang, pp. 7.

Roesli, U, 2000. Mengenal ASI Eksklusif Seri 1. Penerbit Trubus Agriwidya,Jakarta, pp. 6.

Sears, B.W., 2011, Intisari Mikrobiologi & Imunologi, Penerbit Buku KedokteranEGC, Jakarta, pp. 1-2.

Suharmiati, 2003, Menguak Tabir dan Potensi Jamu Gendong, PenerbitAgromedia Pustaka, Jakarta, pp. 2-4, 33-35.

Sumarmo, 2000, Isolasi dan Identifikasi Bakteri Klinik, Akademi AnalisisKesehatan Yogyakarta, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,Yogyakarta, pp. 38-39.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: Universitas Sanata Dharma

71

Sumarsih, 2007, Nutrisi dan Medium Kultur Mikroba, http: // sumarsih07. files.wordpress. com / 2008/ 11 / nutrisi – dan - medium – kultur - mikroba.Pdf, diakses tanggal 29 Maret 2014.

Supardi, I., dan Sukamto., 1999, Mikrobiologi Dalam Pengolahan dan KeamananPangan, Penerbit Alumni, Bandung, pp. 34.

Tarigan, J., 1988, Pengantar Mikrobiologi, Departemen Pendidikan danKebudayaan, Jakarta, pp. 190-191.

Wasito, H., 2011, Obat Tradisional Kekayaan Indonesia, Graha Ilmu,Yogyakarta, pp. 5,14, 17-19, 26-27, 32-37.

Wattimena, J.R., Sugiarso, N.C.,Widianto, M.B., Sukandar, E.Y., Soemardji,A.A., Setiadi, A.R., 1991, Farmakodinamik dan Terapi Antibiotik, GadjahMada University Press, Yogyakarta, pp. 184, 187.

Wijayanti, S., 2009, Identifikasi dan Pemeriksaan Jumlah Total Bakteri Susu SapiSegar dari Koperasi Unit Desa di Kabupaten Boyolali, http: // www.pdfqueen. com / pdf / ma / makalah – tentang – pedagang – kaki – lima /.,diakses tanggal 10 Mei 2014.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: Universitas Sanata Dharma

72

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: Universitas Sanata Dharma

73

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian di Balai Laboratorium Kesehatan

Yogyakarta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: Universitas Sanata Dharma

74

Lampiran 2. Hasil uji MPN E.coli dari Balai Laboratorium Kesehatan

Yogyakarta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: Universitas Sanata Dharma

75

Lampiran 3. Uji AKK sampel jamu uyup-uyup pada inkubasi hari ke-5

Sampling PengenceranJumlah Koloni AKK

(CFU/mL)Petri 1 Petri 2 Jumlah

Sampling I

10-1 ∞ ∞ ∞

4 x 105

10-2 ∞ ∞ ∞

10-3 68 65 133

10-4 31 36 67

10-5 10 10 20

Sampling PengenceranJumlah Koloni AKK

(CFU/mL)Petri 1 Petri 2 Jumlah

Sampling II

10-1 ∞ ∞ ∞

4 x 105

10-2 ∞ ∞ ∞

10-3 110 104 214

10-4 23 28 51

10-5 15 13 28

Sampling PengenceranJumlah Koloni AKK

(CFU/mL)Petri 1 Petri 2 Jumlah

Sampling III

10-1 ∞ ∞ ∞

7,5 x 104

10-2 136 142 278

10-3 55 67 122

10-4 18 26 44

10-5 5 6 11

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: Universitas Sanata Dharma

76

Lampiran 4. Perhitungan AKK sampel jamu uyup-uyup pada inkubasi

hari ke-5

Sampling I

Pengenceran 10-1

Tidak dapat dihitung karena pertumbuhan bakteri yang saling menumpuk

dianggap sebagai tak terhingga.

Pengenceran 10-2

Tidak dapat dihitung karena pertumbuhan bakteri yang saling menumpuk

dianggap sebagai tak terhingga.

Pengenceran 10-3

Dipilih cawan petri yang menunjukkan koloni 10-150

68 + 65 = 133 x 10-3 = 133.000 koloni/mL

Pengenceran 10-4

Dipilih cawan petri yang menunjukkan koloni 10-150

31 + 36 = 67 x 10-4 = 670.000 koloni/mL

Pengenceran 10-5

Dipilih cawan petri yang menunjukkan koloni 10-150

10 + 10 = 20 x 10-4 = 200.000 koloni/Ml

Dipilih cawan petri dari pengenceran 10-3 dan pengenceran 10-4

Pengenceran 10-3 = 133.000

Pengenceran 10-4 = 670.000 +

803.000 : 2 = 401.500 4 x 105 koloni/mL

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: Universitas Sanata Dharma

77

Sampling II

Pengenceran 10-1

Tidak dapat dihitung karena pertumbuhan bakteri yang saling menumpuk

dianggap sebagai tak terhingga.

Pengenceran 10-2

Tidak dapat dihitung karena pertumbuhan bakteri yang saling menumpuk

dianggap sebagai tak terhingga.

Pengenceran 10-3

Dipilih cawan petri yang menunjukkan koloni 10-150

110 + 104 = 214 x 10-3 = 214.000 koloni/mL

Pengenceran 10-4

Dipilih cawan petri yang menunjukkan koloni 10-150

23 + 28 = 51 x 10-4 = 510.000 koloni/mL

Pengenceran 10-5

Dipilih cawan petri yang menunjukkan koloni 10-150

15 + 13 = 28 x 10-5 = 2.800.000 koloni/mL

Dipilih cawan petri dari pengenceran 10-3 dan pengenceran 10-4

Pengenceran 10-3 = 214.000

Pengenceran 10-4 = 510.000+

724.000 : 2 = 362.000 4 x 105 koloni/mL

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: Universitas Sanata Dharma

78

Sampling III

Pengenceran 10-1

Tidak dapat dihitung karena pertumbuhan bakteri yang saling menumpuk

dianggap sebagai tak terhingga.

Pengenceran 10-2

Dipilih cawan petri yang menunjukkan koloni 10-150

136 + 142 = 278 x 10-2 = 27.800 koloni/mL

Pengenceran 10-3

Dipilih cawan petri yang menunjukkan koloni 10-150

55 + 67 = 122 x 10-3 = 122.000 koloni/mL

Pengenceran 10-4

Dipilih cawan petri yang menunjukkan koloni 10-150

18 + 26 = 44 x 10-4 = 440.000 koloni/mL

Pengenceran 10-5

Koloni tidak dapat dihitung karena tidak menunjukkan koloni 10-150

Dipilih cawan petri dari pengenceran 10-2 dan pengenceran 10-3

Pengenceran 10-2 = 27.800

Pengenceran 10-3 = 122.000 +

149.800 : 2 = 74.900 7,5 x 104 koloni/mL

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: Universitas Sanata Dharma

79

Lampiran 5. Uji ALT sampel jamu uyup-uyup pada inkubasi 24 Jam

Sampling PengenceranJumlah Koloni ALT

(CFU/ml)Petri 1 Petri 2 Jumlah

Sampling I

10-1 ∞ ∞ ∞

8 x 104

10-2 250 238 244

10-3 126 134 130

10-4 63 69 66

10-5 31 35 33

Sampling PengenceranJumlah Koloni ALT

(CFU/ml)Petri 1 Petri 2 Jumlah

Sampling II

10-1 ∞ ∞ ∞

1,1 x 106

10-2 ∞ ∞ ∞

10-3 250 224 237

10-4 204 208 206

10-5 122 138 130

Sampling PengenceranJumlah Koloni ALT

(CFU/ml)Petri 1 Petri 2 Jumlah

Sampling III

10-1 ∞ ∞ ∞

2,4 x 107

10-2 ∞ ∞ ∞

10-3 ∞ ∞ ∞

10-4 ∞ ∞ ∞

10-5 238 246 242

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: Universitas Sanata Dharma

80

Lampiran 6. Perhitungan ALT sampel jamu uyup-uyup pada inkubasi 48

jam

Sampling I

Pengenceran 10-1

Tidak dapat dihitung karena pertumbuhan bakteri yang saling menumpuk

sehingga dianggap sebagai tak terhingga.

Pengenceran 10-2

Dipilih cawan petri yang menunjukkan jumlah koloni 25-250

koloni/mL

Pengenceran 10-3

Dipilih cawan petri yang menunjukkan jumlah koloni 25-250

koloni/mL

Pengenceran 10-4

Dipilih cawan petri yang menunjukkan jumlah koloni 25-250

koloni/mL

Pengenceran 10-5

Dipilih cawan petri yang menunjukkan jumlah koloni 25-250

koloni/mL

Dipilih cawan petri dengan pengenceran 10-2 dan pengenceran 10-3

Pengenceran 10-2 = 24. 400

Pengenceran 10-3 = 130.000 +

154.400 : 2 = 77.200 8 X 104 koloni/mL

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: Universitas Sanata Dharma

81

Sampling II

Pengenceran 10-1

Koloni tidak dapat dihitung karena pertumbuhan bakteri yang saling

menumpuk sehingga dianggap sebagai tak terhingga.

Pengenceran 10-2

Koloni tidak dapat dihitung karena pertumbuhan bakteri yang saling

menumpuk sehingga dianggap sebagai tak terhingga.

Pengenceran 10-3

Dipilih cawan petri yang menunjukkan jumlah koloni 25-250

koloni/mL

Pengenceran 10-4

Dipilih cawan petri yang menunjukkan jumlah koloni 25-250

koloni/mL

Pengenceran 10-5

Dipilih cawan petri yang menunjukkan jumlah koloni 25-250

Dipilih cawan petri pada pengenceran 10-3 dan 10-4

Pengenceran 10-3 = 237.000

Pengenceran 10-4 = 2.060.000+

2.297.000 : 2 = 1.148.500 1,1 x 106 koloni/mL

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: Universitas Sanata Dharma

82

Sampling III

Pengenceran 10-1

Koloni tidak dapat dihitung karena pertumbuhan bakteri yang saling

menumpuk sehingga dianggap sebagai tak terhingga.

Pengenceran 10-2

Koloni tidak dapat dihitung karena pertumbuhan bakteri yang saling

menumpuk sehingga dianggap sebagai tak terhingga.

Pengenceran 10-3

Tidak dapat dihitung karena pertumbuhan bakteri yang saling menumpuk

sehingga dianggap sebagai tak terhingga.

Pengenceran 10-4

Tidak dapat dihitung karena pertumbuhan bakteri yang saling menumpuk

sehingga dianggap sebagai tak terhingga.

Pengenceran 10-5

Dipilih cawan petri yang menunjukkan jumlah koloni 25-250

koloni/mL

Dipilih cawan petri pada pengenceran 10-5

Pengenceran 10-5 = 24.200.000

Karena hanya pengenceran 10-5 yang masuk dalam range, maka dapat langsung

disimpulkan hasil akhir 24.200.000 2,4 x 107 koloni/mL

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: Universitas Sanata Dharma

83

Lampiran 7. Pengambilan sampel jamu uyup-uyup

Keterangan: A : Coolbox yang digunakan sebagai tempat sampelB : Sampel jamu uyup-uyup yang ditempatkan dalam coolboxC : Sampel yang ditempatkan dalam botol kaca steril yang ditutup

rapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: Universitas Sanata Dharma

84

Lampiran 8. Uji AKK sampel jamu uyup-uyup sampling I pada inkubasi

hari ke-5

Keterangan: A : Kontrol media PCA, tidak tumbuh koloniB : Kontrol dari pelarut PDF, tidak tumbuh koloniC : AKK pada Pengenceran 10-1

D : AKK pada Pengenceran 10-2

E : AKK pada Pengenceran 10-3

F : AKK pada Pengenceran 10-4

G : AKK pada Pengenceran 10-5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: Universitas Sanata Dharma

85

Lampiran 9. Uji AKK sampel jamu uyup-uyup sampling II pada inkubasi

hari ke-5

Keterangan: A : Kontrol media PCA, tidak tumbuh koloniB : Kontrol dari pelarut PDF, tidak tumbuh koloniC : AKK pada Pengenceran 10-1

D : AKK pada Pengenceran 10-2

E : AKK pada Pengenceran 10-3

F : AKK pada Pengenceran 10-4

G : AKK pada Pengenceran 10-5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: Universitas Sanata Dharma

86

Lampiran 10. Uji AKK sampel jamu uyup-uyup sampling III pada

inkubasi hari ke-5

Keterangan: A : Kontrol media PCA, tidak tumbuh koloniB : Kontrol dari pelarut PDF, tidak tumbuh koloniC : AKK pada Pengenceran 10-1

D : AKK pada Pengenceran 10-2

E : AKK pada Pengenceran 10-3

F : AKK pada Pengenceran 10-4

G : AKK pada Pengenceran 10-5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: Universitas Sanata Dharma

87

Lampiran 11. Uji ALT sampel jamu uyup-uyup sampling I pada

inkubasi 48 jam

Keterangan: A : Kontrol media PCA, tidak tumbuh koloniB : Kontrol dari pelarut PDF, tidak tumbuh koloniC : ALT pada Pengenceran 10-1

D : ALT pada Pengenceran 10-2

E : ALT pada Pengenceran 10-3

F : ALT pada Pengenceran 10-4

G : ALT pada Pengenceran 10-1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: Universitas Sanata Dharma

88

Lampiran 12. Uji ALT sampel jamu uyup-uyup sampling II pada

inkubasi 48 jam

Keterangan: A : Kontrol media PCA, tidak tumbuh koloniB : Kontrol dari pelarut PDF, tidak tumbuh koloniC : ALT pada Pengenceran 10-1

D : ALT pada Pengenceran 10-2

E : ALT pada Pengenceran 10-3

F : ALT pada Pengenceran 10-4

G : ALT pada Pengenceran 10-5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: Universitas Sanata Dharma

89

Lampiran 13. Uji ALT sampel jamu uyup-uyup sampling III pada Inkubasi

48 jam

Keterangan: A : Kontrol media PCA, tidak tumbuh koloniB : Kontrol dari pelarut PDF, tidak tumbuh koloniC : ALT pada Pengenceran 10-1

D : ALT pada Pengenceran 10-2

E : ALT pada Pengenceran 10-3

F : ALT pada Pengenceran 10-4

G : ALT pada Pengenceran 10-5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: Universitas Sanata Dharma

90

Lampiran 14. Uji tahap pengkayaan sampel jamu uyup-uyup inkubasi 24

jam

Keterangan: A : Hasil uji tahap pengkayaan sampel I pada media ECBB : Hasil uji tahap pengkayaan sampel II pada media ECBC : Hasil uji tahap pengkayaan sampel III pada media ECBK+ : Kontrol positif dari biakan murni E.coli ATCC 3251P : Perlakuan untuk sampel jamu uyup-uyup

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: Universitas Sanata Dharma

91

Lampiran 15. Uji tahap isolasi sampel jamu uyup-uyup pada inkubasi 24

jam

Keterangan: A : Hasil uji tahap isolasi sampel I pada media TBXB : Hasil uji tahap isolasi sampel II pada media TBXC : Hasil uji tahap isolasi sampel III pada media TBXK+ : Kontrol positif biakan murni E.coli ATCC 3251P : Perlakuan untuk sampel jamu uyup-uyup

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: Universitas Sanata Dharma

92

Lampiran 16. Uji fermentasi karbohidrat pada sampel jamu uyup-uyup

Keterangan: A : Hasil Uji Fermentasi Karbohidrat Pada Sampel IB : Hasil Uji Fermentasi Karbohidrat Pada Sampel IIC : Hasil Uji Fermentasi Karbohidrat Pada Sampel IIIK+ : Kontrol Positif dari biakan murni E.coli ATCC 32511 : Hasil uji glukosa pada media glukosa2 : Hasil uji laktosa pada media laktosa3 : Hasil uji manitol pada media manitol4 : Hasil uji maltosa pada media maltosa5 : Hasil uji sukrosa pada media sukros

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: Universitas Sanata Dharma

93

Lampiran 17. Uji indol pada sampel jamu uyup-uyup

Keterangan: A : Hasil uji indol sampel I pada media SIM agarB : Hasil uji indol sampel II pada media SIM agarC : Hasil uji indol sampel III pada media SIM agarK+ : Kontrol positif dari biakan murni E.coli ATCC 3251P : Perlakuan untuk sampel jamu uyup-uyup

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: Universitas Sanata Dharma

94

Lampiran 18. Uji metil merah pada sampel jamu uyup-uyup

Keterangan: A : Hasil uji metil merah sampel I pada media MR-VP agarB : Hasil uji metil merah sampel II pada media MR-VP agarC : Hasil uji metil merah sampel III pada media MR-VP agarK+ : Kontrol positif dari biakan murni E.coli ATCC 3251P : Perlakuan untuk sampel jamu uyup-uyup

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: Universitas Sanata Dharma

95

Lampiran 19. Uji Voges-Proskauer pada sampel jamu uyup-uyup

Keterangan: A : Hasil uji Voges-Proskauer sampel I pada media MR-VP agarB : Hasil uji Voges-Proskauer sampel II pada media MR-VP agarC : Hasil uji Voges-Proskauer sampel III pada media MR-VP agarK+ : Kontrol positif dari biakan murni E.coli ATCC 3251P : Perlakuan untuk sampel jamu uyup-uyup

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: Universitas Sanata Dharma

96

Lampiran 20. Uji sitrat pada sampel jamu uyup-uyup

Keterangan: A : Hasil uji Sitrat sampel I pada media Simmon’s citrate agarB : Hasil uji Sitrat sampel II pada media Simmon’s citrate agarC : Hasil uji Sitrat sampel III pada media Simmon’s citrate agarK+ : Kontrol positif dari biakan murni E.coli ATCC 3251P : Perlakuan untuk sampel jamu uyup-uyup

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: Universitas Sanata Dharma

97

Lampiran 21. Hasil pengecatan gram pada sampel jamu uyup-uyup

Keterangan: A : Hasil pengecatan gram pada sampel IB : Hasil pengecatan gram pada sampel IIC : Hasil pengecatan gram pada sampel III

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: Universitas Sanata Dharma

98

BIOGRAFI PENULIS

Penulis bernama Theresia Nurida Ambarwulan,

merupakan anak kedua dari pasangan Bapak Matius

Tukiran Mangku Sutrisno dan Ibu Yasinta Daryanti.

Penulis lahir di Sleman pada tanggal 30 Mei 1992.

Penulis mulai menempuh pendidikan Taman Kanak-

kanak Indriyasana pada tahun 1997 sampai 1998 dan

melanjutkan di Sekolah Dasar Kanisius Babadan pada tahun 1998 sampai 2004.

Pada tahun 2004 sampai 2007 penulis mengenyam pendidikan tingkat menengah

pertama di SLTP N 1 Ngemplak. Pendidikan menengah tingkat atas dilanjutkan di

SMA N 2 Ngaglik dari tahun 2007 hingga 2010. Selanjutnya penulis melanjutkan

pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta jurusan farmasi dari tahun

2010 sampai 2014.

Selama menempuh perkuliahan di Universitas Sanata Dharma, penulis aktif

dalam kegiatan kemahasiswaan diantaranya adalah HGT (Herbal Garden Team),

PKM lolos didanai Dikti serta menjadi bendahara dalam acara Kampanye

Informasi Obat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI