Tantangan Pembng Kepemudaan

Post on 17-Jan-2016

34 Views

Category:

Documents

0 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

materi

Transcript

TANTANGAN PEMBANGUNAN KEPEMUDAAN

Disampaikan Bappeda Provinsi NTT

Kerangka pemaparan

1. Pendahuluan2. Beberapa konsep yang perlu

diketahui3. Beberapa karakter masyarakat4. Prinsip-prinsip dalam menjalankan

peran sebagai Pemuda Sarjana Penggerak Pembangunan di Perdesaan (PSP3)

5. Penutup

I. Pendahuluan

Pemuda sarjana, salah satu aktor pembangunan yang

penting, khususnya pembangunan di perdesaan;

Fenomena persoalan pemuda sarjana:

o Ada arogansi kesarjanaan (ilmu-pengetahuan);

o Kurang memiliki ketrampilan untuk terjun ke

dunia kerja;

o Kurangnya pengetahuan humanis sebagai modal

dalam interaksi antarhubungan;

o Lemahnya penguasaan metodologi sebagai

kerangka berpikir praktis;

o Degradasi moral dalam mendukung upaya pembangunan

menuju peningkatan kualitas hidup masyarakat.

Lanjutan...

Oleh karena itu, upaya pembangunan kepemudaan harus

diarahkan menuju profesionalisme untuk mendukung

pembangunan.

Profesionalisme konteks pembangunan, sangat ditentukan

oleh sejauhmana pemahaman terhadap kapasitas diri

(pengetahuan, komitmen, spirit, kepemimpinan, dll),

tantangan pembangunan (visi, misi program, konsep yang

terkait implementasi program pembangunan, dll)

Untukitu, topik ini lebih diarahkan untuk menyajikan

beberapa konsep dilihat sebagai tantangan pembangunan

kepemudaan, a.l: fasisitator, manajemen vs kepemimpinan,

karakter masyarakat dan beberapa hal lainnya yang

memberikan wawasan untuk menentukan peran;

II. Beberapa konsep yang perlu diketahui PSP3:

1. Fasilitator (Pendamping) Kata fasilitasi, dalam bahasa Inggris adalah facilitate,

artinya memudahkan;

Dengan demikian, fasilitator adalah orang yang

memberi kemudahan; dalam hal ini kemudahan

kepada mereka yang membutuhkan. Apa yang belum

diketahui, belum dipahami oleh orang yang

membutuhkan harus dibuka ruang agar bisa diketahui

—bisa dipahami;

Kemudahan dibangun dalam suasana saling belajar: Fasilitator (pendamping) belajar apa dari orang yang membutuhkan (difasilitasi), sebaliknya orang yang difasilitasi, belajar apa dari fasilitator

Esensi dari fasilitasi: memberi perhatian pada realitas. Memberi perhatian berimplikasi pada tindakan yang tidak boleh menggurui.

Yang ada adalah membangun diskusi interkatif untuk menemukenali bersama beragam kepentingan, penafsiran menuju tindakan bersama atau perubahan pola pikir (mindset)

2. Manajemen vs Kepemimpinan

Orang sering tidak membedakan pengertian:

Manajemen dan Kepemimpinan;

Manajemen (pengelolaan) memberi fokus pada

sistem dan proses; sedangkan kepemimpinan itu

adalah soal mempengaruhi orang lain (dalam

situasi kerjasama);

Di sini menegaskan: seorang dapat menjadi

manajer/kepala, tetapi belum tentu dapat menjadi

pemimpin seperti yang diharapkan;

III. Beberapa Karakter Masyarakat

Peran PSP3 tidak berada pada ruang kosong. Diterimanya sebuah program dengan antusias belum menjamin diterimanya semua gagasan, usulan inovasi yang didiskusikan.

Beberapa ciri/karakter masyarakat dalam penerimaan program/teknologi:

1. Penerimaan tentang defenisi masalah: masyarakat di perdesaan kurang menerima solusi terhadap masalah yang mereka tidak kenali;

2. Penerimaan tentang legitimasi dari intervensi: masyarakat kurang menerima solusi yang dipandang “orang luar” tidak berhak ikut campur dalam masalah tertentu;

3. Penerimaan tentang kredibilitas dan kelayakan: rasa percaya menjadi landasan utama dalam peran PSP3: keteladanan, konsistensi, etika, penampilan, penguasaan substansi program menjadi sumber rasa percaya);

4. Penerimaan terhadap resiko: masyarakat di perdesaan (rata-rata petani) pada umumnya dihantui oleh rasa ketidakpastian tentang inovasi baru yang dapat menjamin kehidupan sosialnya.

IV. Prinsip-prinsip dalam Peran PSP3

1.Perkembangan masyarakat: Perkembangan Organik bukan Mekanistik

2.Menciptakan Pemimpin, bukan Elit;

3.Kelompok (Organisasi), bukan semata sebagai wadah melainkan juga sebagai media perubahan pola interaksi;

4.Bekerja dalam kerangka praxis (mencakup pemahaman, pembelajaran, refleksi kritis: teori dan praktik dibangun secara bersamaan);

5.Mengelola persepsi, dan bukan logika.

1. Peran PSP3 sesungguhnya adalah fasilitator pembangunan: memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk mendapatkan akses informasi untuk mendukung implementasi program pembangunan di perdesaan;

2. Dalam konteks pemberdayaan, fasilitasi menggunakan pendekatan bejalar bersama;

3. Dalam menjalankan peran, PSP3 menempatkan diri sebagai seorang majaner dan pemimpin yang kreatif.

TERIMA KASIHTERIMA KASIH

Kupang, September 2014Kupang, September 2014

SEHATI SESUARASEHATI SESUARAMEMBANGUN NTT BARUMEMBANGUN NTT BARU

top related