Transcript
Revolusi Melati
Abdul Aziz 201210360311.
Bagus 201210360311.
Jebrina Binti Saro 201210360311.
Muhammad Yasser Iqbal 201210360311.
Rizky Tri Ferdiansyah 201210360311.
Jurusan Ilmu Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Malang
2014/2015
Latar Belakang
Revolusi merupakan sebuah upaya untuk mencapai
sebuah perubahan total baik dalam bidang politik,
ekonomi, maupun tatanan negara itu sendiri. Revolusi
dalam hakekatnya, sering dikaitkan dengan suatu upaya
penggulingan kekuasaan dengan berlandaskan asas
kesamaan nasib antar bangsa suatu negara itu sendiri.
Revolusi sendiri biasanya terjadi ketika suatu negara
dipimpin oleh presiden yang berkuasa sangat lama dan
memerintah secara otoriter. Biasanya, revolusi itu
sendiri identik dengan upaya menjatuhkan kediktatoran.
Bangsa yang tidak puas atas kekuasaan pemimpin
negaranya yang merupakan diktator biasanya menjadi
pemicu revolusi itu sendiri. Pada penghujung 2010
hingga awal 2011, kawasan di Afrika Utara dan Timur
Tengah mengalami pergolakan politik yang dikenal dengan
revolusi Arab’s Spring atau dengan nama Jasmine Revolution
(Revolusi Melati)1.
1 Sari Kurnia, Pengaruh Jejaring Sosial dalam Tranformasi Revolusi Tunisia
menuju Revolusi Melati. Yang diakses dalam https://www.academia.edu/7525207/Pengaruh_Jejaring_Sosial_dalam_Tr
Suatu revolusi yang bertujuan untuk menumbangkan
penguasa mereka yang dimulai dari Tunisia menyusul
Mesir, Aljazair, Yaman, Bahrain, Libya dan negara-
negara Arab lainnya. Dinamakan dengan Revolusi Melati
untuk mengindentikkan pergolakan rakyat di negara-
negara Timur Tengah bagaikan bunga melati yang sedang
mekar. Istilah tersebut diberikan oleh masyarakat di
Timur Tengah yang mengibaratkan kawasan yang bergolak
seperti tangkai melati yang berada satu di Afrika Utara
dan satu di Timur Tengah. Revolusi Melati, yang
dianggap sungguh cantik, berlaku secara spontan, tanpa
arahan, tanpa pemimpin, dan tanpa organisasi. Tapi
tidak semua negara berhasil menumbangkan kediktatoran
pemimpinya. Salah satunya yang berhasil menumbangkan
pemimpinya adalah yang telah terjadi di Tunisia dengan
presidenya Zine El-Abidine Ben Ali pada saat itu.
Revolusi itu juga dikatakan revolusi bukan Islam karena
penunjuk perasaan itu datangnya dari perbagai lapisan
dan golongan, daripada ibu-ibu miskin bersama-sama
anak-anak mereka kepada penghuni kelas atasan kota.
Peran media pada saat itu sangat berpengaruh penting
terhadap aktivitas rakyat dalam menumbangkan
presidenya. Salah satu peristiwanya adalah mengenai
salah satu pedagang sayur yang melakukan protes kepada
anformasi_Revolusi_Tunisia_menuju_Revolusi_Melati. Pada tanggal 3 Desember 2014, pukul 20.00 WIB.
pemerintahan dengan cara membakar dirnya sendiri, yang
cepat menyebar melalui dunia maya. Sehingga
mengakibatkan masyarakat Tunisia mulai berapi-api dalam
melakukan demonstrasi besar-besaran.
Kondisi Tunisia Sebelum Terjadinya Revolusi Melati
Republik Tunisia adalah sebuah negara Arab Muslim
di Afrika Utara, tepatnya di pesisir Laut Tengah.
Tunisia berbatasan dengan Aljazair di sebelah barat,
dan Libya di selatan dan timur. Tidak ada yang menduga,
letupan di Tunisia yang dimulai sejak bulan Desember
tahun lalu akhirnya dapat menumbangkan Zine El Abidine
Ben Ali, sang rezim diktator yang juga anti terhadap
segala bentuk kehidupan yang berbau Islam. Ben Ali yang
oleh kebanyakan warga Tunisia biasa dijuluki Ben A Vie
(dari bahasa Prancis yang berarti seumur hidup),
sebagai bentuk ejekan karena ingin berkuasa seumur
hidup di negeri berpenduduk sekitar 11 juta jiwa itu2.
Ben Ali ditunjuk mendirikan dan mengatur Departemen
Keamanan Militer pada 1964 hingga 1974. Ben Ali
dipromosikan sebagai Direktur-Jenderal Keamanan
2 Musada,Faisal.I.2013. Dalam Skripsi. Demokratisasi di Tunisia dan Pengaruhnya Terhadap Negara-Negara Arab. Jurusan Ilmu HubunganInternasional. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Hasanuddin. Yang didownload dari https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=6&cad=rja&uact=8&sqi=2&ved=0CEAQFjAF&url=http%3A%2F%2Frepository.unhas.ac.id%2Fbitstream%2Fhandle%2F123456789%2F8233%2FFAIZAL%2520I.%2520MUSADA.pdf%3Fsequence%3D1&ei=2DiIVPXnHcKLuASr8IHQBQ&usg=AFQjCNEjpdCF1Y2_iIgjanf_6YuSQjke0A&sig2=8eFanbLXj3SlTIV6I-GfJw&bvm=bv.81456516,d.c2E. Pada tanggal 9 Desember 2014. Pukul 19.00 WIB.
Nasional dalam Departemen Dalam Negeri pada 1977
setelah menjabat sebagai atase militer di Maroko. Ben
Ali kembali dari 4 tahun sebagai Duta Besar untuk
Polandia menjadi kepala Keamanan Nasional namun kini
dengan posisi setingkat Menteri. Ben Ali mengambil
posisi ini saat berkembangnya gerakan Islam di
negerinya. Pada saat itu Ben Ali diangkat sebagai
Menteri Dalam Negeri dan bertahan pada posisi ini saat
Ben Ali menjadi Perdana Menteri di bawah Presiden Habib
Bourguiba pada 1 Oktober 1987. Lalu, Ben Ali memecat
Presiden Bourguiba dan memangku jabatan presiden pada 7
November 1987 dengan dukungan beberapa gelintir elit
politik dan pendukungnya3.
Tujuh orang doktor menandatangani kertas yang
menyatakan Presiden Bourguiba tak cakap menjabat. Ia
kemudian mempertahankan sikap politik luar negeri non-
blok pendahulunya dan mendukung ekonomi yang telah
berkembang sejak awal 1990-an. Ben Ali melanjutkan
pendekatan otoriter pendahulunya dan memuja kepribadian
(aktivitasnya mengambil tempat banyak dari berita
harian). Meski Ben Ali mengumumkan pluralisme
politiknya pada 1992, Rapat Umum Konstitusional
Demokratiknya (dahulu Partai Neo-Destour) melanjutkan
dominasi politik nasional. Sehingga sampai pada pemilu
tahun 2000, Ben Ali terpilih lagi menjadi presiden yang
setidaknya bertahan hingga penghujung tahun 2014. Pada
3 Ibid.
masa jabatanya tersebut, beberapa media telah
memberitakan mengenai sistem pemerintahan otoriter yang
dilakukan Ben Ali dalam menekan hak-hak dan kebebasa
masyarakat pada saat itu. Selain itu El Abidine Ben Ali
secara diam-diam adalah pendukung terbesar politik
Zionis Israel di Timur Tengah sekaligus menyatakan
kekhawatiran Israel terkait perubahan politik Tunisia
di masa mendatang. Menurut televisi Israel, para
pejabat Israel menilai Ben Ali sebagai satu dari kepala
negara-negara Arab paling penting yang mendukung
politik Israel dan kini mereka mengkhawatirkan masa
depan negara ini4.
Pemerintah Tunisia di masa Zine El Abidine Ben Ali
pada 2008 lalu saat Israel menyerang Jalur Gaza,
melarang warganya untuk melakukan demonstrasi anti
Israel5. Tidak hanya itu, Ben Ali juga melarang upaya
mengumpulkan bantuan rakyat untuk warga Gaza. Masalah
ini membuat rakyat di Tunisia melakukan demonstrasi
memprotes kebijakan pemerintahnya begitu juga yang
terjadi di Aljazair yang menyebabkan puluhan rakyat
tewas dan cidera. Protes ini pada akhirnya dapat
melengserkan kekuasaan Ben Ali dimana menjadi salah
satu peristiwa dan sekaligus pesan bagi pemimpin
negara-negara di Arab sebagai bentuk demonstrasi rakyat
dapat menumbangkan seorang pemimpin melalui isu-isu
4 Ibid.5 Ibid.
politik melalui media sebagai pemicu terjadinya
revolusi melati tersebut.
B. FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DALAM REVOLUSI TUNISIA
Pada dasarnya Revolusi Melati telah mengakibatkan
efek domino bagi kawasan Timur Tengah, dimana seperti
permainan domino, satu kotak tumbang, kotak lain
menyusul secara bergantian. Berawal dari Tunisia,
kemudian gejolak politik menyebar Timur Tengah dan
Afrik Utara seperti Mesir, Yaman, Libya dan Aljazair.
Dari berbagai fenomena ini kemudian muncul penyebab
dari terjadinya gejolak politik yang dimotori oleh
gerakan anak muda yang beharap adanya reformasi, dapat
dilihat melalui dua sisi yakni faktor internal dan
eksternal yang mejadi pemicu Revolusi Melati di awal
tahun 2011.
a. Faktor Internal
Dari peristiwa yang terjadi dalam domestik suatu
negara dalam hal ini Tunisia, telah menimbulkan
gejolak politik berkepanjangan. Namun yang perlu
digarisbawahi adalah revolusi Tunisia tidak
berlangsung berlarut-larut. Salah satu alasan kuat
dibalik ini adalah jika umumnya militer bertindak
selaku penopang kekuasaan rezim, namun militer
Tunisia justru memihak kepada rakyat.6 Sehingga
6Jurnal Analisis Dokumentasi Hak Asasi Manusia ASASI :Penyiksaanbelum Terbendung, ASASI edisi Mei Juni 2011, diakses dalam
berujung pada demontrasi massa yang berhasil
menggulingkan Ben Ali.
1. Rezim Otoriter
Gejolak politik di Tunisia diawali oleh rezim
yang sangat lama berkuasa, sehingga memunculkan
suatu revolusi guna menjatuhkan kediktatoran
Ben Ali. Revolusi sendiri biasanya terjadi
ketika suatu negara dipimpin oleh presiden yang
berkuasa sangat lama dan memerintah secara
otoriter. Dalam kasus ini, bangsa Tunisia
berusaha mengkudeta Ben Ali yang telah berkuasa
selama lebih dari 24 tahun. Dalam masa
pemerintahannya Ben Ali memerintah secara
otoriter dan banyak melakukan korupsi dan
nepotisme.7 Ben Ali melakukan penimbunan
kekayaan dan minyak, serta nepotisme keluarga
Ben Ali yang mempunyai banyak kekayaan dan
mendominasi percaturan politik dan perekonomian
Tunisia. Tuntutan dihapuskannya otoritarianisme
negara ini didukung oleh kejenuhan rakyat
dengan sistem ini yang tidak mampu membawa
rakyat Tunisia pada kehidupan yang sejahtera.
2. Tingginya tingkat pengangguran
http://www.elsam.or.id/downloads/1308816117_ASASI_Mei-Juni_2011.pdf hal. 14 pada tanggal 1 Desember 2014 pkl. 21:17 WIB
7Faizal Muzada (E13108855), Skripsi : Demokratisasi Tunisia danPengaruhnya terhadap negara-negara Arab, Universitas Hasanudin:2013
Tingginya jumlah usia angkatan kerja namun
tidak diimbangi dengan tingginya jumlah
pekerjaan telah menciptakan tingginya angka
pengangguran di Tunisia. Keberanian rakyat
Tunisia mempersoalkan tingginya tingkat
pengangguran yang mencapai 14 %.8 Sehingga hal
inilah yang mengakibatkan Bouzizi membakar diri
didepan kantor Gubernur karena ketidakpuasannya
terhadap pemerintah yang tidak mampu mengatasi
permasalahan ini, dan mendorong munculnya aksi
demonstrasi generasi muda untuk menuntut
kesejateraan kepada pemerintah.
3. Perlindungan dan pemenuhan hak asasi manusia
(HAM)
Tidak adanya perlindungan dan pemenuhan HAM di
wilayah Timur Tengah khususnya Tunisia
mendorong aksi demonstrasi yang menuntut
kebebasan dan jaminan hak sipil dan hak
politik, dan serta tuntutan terhadap pemenuhan
hak ekonomi, sosial dan budaya.9 Kurangnya
pemenuhan hak-hak warganegara terutama hak
ekonomi sosial dan budaya membawa kemarahan
dari warga negara Tunisia sendiri. Hal ini bisa
dilihat dari pemicu Revolusi Tunisia yakni
tindakan Bouzizi yang berawal dari perampasan
aparat atas barang dagangannya. Dengan merampas
8Op. Cit, Jurnal ASASI : Analisis Dokumentasi Hak Asasi Manusia 9Ibid.
serta melarang berjualan tanpa menawarkan
alternatif oleh Pemerintah, maka negara secara
tidak langsung telah merampas haknya untuk
memperoleh penghidupan.
4. Penyelesaian yang dianggap dapat berpihak
kepada rakyat
Hal ini menunjukkan bahwa antara kewajiban
untuk melindungi, menghormati dan memenuhi HAM
tidak dapat dipisahkan antara satu hak dengan
hak lainnya. Misalnya bagaimana hak berekspresi
dan bebas dari rasa takut, juga mempengaruhi
hak atas pekerjaan seperti yang dialami oleh
Bouzizi.
5. Tingginya korupsi yang dilakukan oleh
pemerintah
Pemerintah yang berkuasa di Tunisia dianggap
telah melakukan korupsi karena telah rezim
memerintah secara tertutup dan tidak memiliki
pers yang bebas dan independen. Sehingga
membuat besarnya peluang terjadinya
penyelewengan kekayaan oleh aparat pemerintah.
6. Tuntutan untuk bebas dari pemerintahan yang
otoriter
Kejenuhan dengan pemerintah yang otoriter dan
korup, tanpa ada kebebasan bagi warganegaranya
membawa tuntutan dari rakyat Tunisia akan
adanya perbaikan melalui sebuah Revolusi. Peran
Civil Society yakni generasi muda di Tunisia
menuntut adanya reformasi bidang sosial dan
ekonomi dan berakhirnya korupsi dan menjamin
kebebasan berekspresi.
b. Faktor Eksternal
1. Demokrasi
Tuntutan adanya persamaan pemenuhan HAM, dan
tuntutan akan kebebasan dan jaminan hak sipil
dan hak politik, serta tuntutan terhadap
pemenuhan hak ekonomi, sosial dan budaya
menjadi implikasi dari implementasi konsep
nilai-nilai demokrasi yang dianggap dapat
menggantikan rezim otoriter di negara-negara
Timur Tengah. Alasan inilah yang membawa rakyat
Tunisia pada aksi demonstran guna menuntut
adanya reformasi dari berbagai bidang dalam
pemerintahan Tunisia.
2. Media Sosial
Dalam pemaparan melalui sebuah situs10
didapatkan berbagai timeline yang menyebutkan
bahwa 1 dari 3 orang Tunisia menggunakan
Internet (3,6M Internet Users 34,5% of POP). Disisi
lain juga disebutkan bahwa 1 dari 2 orang10Social Media in the Jasmine Revolution Tunisia. Diakses dalamhttp://navantigroup.com/sites/navantigroup.com/files/resources/2011-04/tunisia_new_22April%201.pdf pada tanggal 1 Desember 2014pukul 21.01 WIB
Tunisia mempunyai akun Facebook (1,67M Facebook
Users 46,4% of Internet Users). Dari sinilah, 34,5%
rakyat Tunisia yang menggunakan internet
mengakses melalui Home Internet (84%), Work Internet
(76%), Cyber Cafe (24%).
Realita ini menggambarkan berbagai sosial media
seperti Facebook (Social Media), Google (Search),
Google.fr (Search), Youtube (Video Sharing), Windows Live
(Search), Blogger (Web Publishing/Blog), Wikipedia
(Crowsourced Information), Tunisia SAT (Forum), Conduit
(Web Publishing/Blog), Twitter (Social Media), menjadi
sarana penyebaran revolusi oleh grup-grup
aktifis tertentu.
TIMELINE OF EVENTS
2010
12/07 Bouazizi sets himself on fire in protest
in Sidi Bouzid
12/22 Houcine Falhi commit suicide during
another protest in Sidi Bouzid
12/28 Nesma TV, private news channel, first
major Tunisian media outlet to cover the
protest
2011
01/02 Acitivist group “Anonymous” hacks dan
shuts down several state-run websites
01/07 Some active bloggers, journalists, and
activists arrested in a crackdown of dissent
01/12 From 01/07 until 01/12 Facebook gains
150,000 new Tunisian users
01/13 Ban and block on Youtube lifted (average
age of user is 25-45)
01/14 Ben Ali flees ti Saudi Arabia under
protest dan losers military support
01/15 Tweets peak11
Keadaan Pemerintahan di Tunisia Pasca Ben Ali
Sejak Tahun 1987-2011 Tunisia dipimpin oleh
Presiden Zine al-Abidine Ben Ali, yang menggantikan
pemimpin sebelumnya yakni Habib Bourguiba yang
memerintah antara tahun 1957-1987. Pada saat dipimpin
oleh Ben Ali keadaan ekonomi Tunisia tidak terlalu
bagus dan cenderung untuk jatuh hal ini bisa kita lihat
dengan tingginya biaya hidup, rendahnya tingkat
kesejahteraan rakyatnya serta ditambah buruk lagi
dengan pemerintahan yang diktator.
Keadaan ini terus berlanjut hingga terjadinya
revolusi di Tunisia yang dipicu oleh pembakaran diri
Muhammad Bouzizi yang dipicu dari aksi protesnya yang
ditolak dan diusir oleh polisi saat ia mendatangi
kantor Gubernur untuk menanyakan nasib gerobaknya yang
disita oleh petugas, tapi karena selalu diberlakukan
11Ibid.
sewenang-wenang dan tidak adil, mendorong rasa frustasi
dari Bouzizi yang memuncak sehingga mendorong ia untuk
melakukan aksi nekat dengan membakar diri di depan
kantor Gubernur yang kemudian berita ini tersebar
melalui internet ke masyarakat luas yang kemudian dari
sinilah banyak kemudian simpatisan yang turun ke jalan
melakukan demonstrasi yang hasilnya adalah turunnya Ben
Ali dari jabatannya sebagai Presiden yang sudah 30
tahun memimpin Tunisia.12
Meskipun pada saat itu pernyataan Perdana Menteri
Ganouchi yang mengambil alih kekuaasaan namun kekuasaan
itu tidak berlangsung lama, setelah hari itu juga pada
tanggal 15 Februari 2011, Mahkamah Konstitusi Tunisia
menetapkan bahwa Zein al-Abidin Ben Ali berada dalam
kondisi sementara tidak menjalankan tugas dan bahwa
Presiden sebenarnya kosong. Hal ini dikarenakan
ditemukannya pengaturan yang tidak konstitusional
berdasarkan Pasal 57 dari konstitusi.
Sehingga setelah ditemukannya hal itu Mahkamah
Konstitusi selaku otoritas hukum tertinggi pada isu-isu
konstitusional, mengumumkan transisi pada tanggal 19
Februari 2011, sekaligus menyatakan bahwa Fuad Mebazaa
selaku Ketua Parlemen telah ditunjuk sebagai Presiden
interim. Mebazaa mengambil sumpah di kantornya di
parlemen, dihadapan Ketua Senat Abdallal Kallel dan12 Ryan, Yasmine. 26 Januari 2011.How Tunisia’s Revolution Began. Dalamhttp://www.aljazeera.com/indepth/features/2011/01/2011126121815985483.html . diakses pada tanggal 26 November 2014.
disaksikan oleh perwakilan dari kedua lembaga. Selain
itu juga diumumkan pula bahwa Ketua Parlemen akan
menduduki jabatan Presiden sementara dan pemilihan akan
diadakan dalam jangka waktu antara 45 dan 60 hari.
Setalah diumumkannya hal itu, barulah tercapai
kesepakatan antara pemerintah interim dan UGTT pada
tangga 8 Februari 2011. Rancangan Undang-Undang untuk
memberikan Fuad Mebazaa kekuasaan darurat disahkan
pada tanggal 9 ebruari 2011. RUU ini juga memungkinkan
Mebazaa untuk meratifikasi perjanjian Internasional hak
asasi manusia tanpa parlemen sebagaimana telah
dinyatakan sebelumnya bahwa Tunisia akan meratifikasi
Konvensi Internasional untuk Perlindungan Semua Orang
dari Penghilangan Paksa, dengan Statuta Roma dari
Mahkamah Pidana Internasional.
Langkah pertama yang diambil pada RUU keadaan
darurat yaitu akan memberikan kekuasaan kepada Presiden
sementara yakni Fuad Mebazaa sehingga dia dapat
mengambil alih kekuasan RCD di Parlemen.13 Selain itu
pada tanggal 15 Februari 2011 Pemerintah Tunisia
melalui Kementerian Dalam Negeri secara resmi
mengakhiri jam malam di seluruh penjuru negara Tunisia.
Hal ini dilakukan untuk mencegah segala hal yang
memungkinkan dapat mengancam keamanan negara dan dalam
13 Kavakeb, Dominic. 2011. The Battle Of Tunis. Dalamhttp://www.socialistreview.org.uk/article.php?articlenumber=11546 . yang diakses pada tanggal 25 November 2014.
memastikan keamanan masyarakat serta perlindungan bagi
fasilitas umum dan swasta.
Tidak cukup dengan menurunkan Ben Ali, masyarakat
yang mulai terbakar amarahnya juga melakukan unjuk rasa
untuk memukul mundur kroni Ben Ali, namun perbedaan
dari unjuk rasa sebelumnya adalah keberadaan aparat
yang mendukung para demonstran. Beberapa aparat bahkan
sempat memblokade sebuah mobil yang membawa Presiden
sementara Tunisia Fouad Mebazaa, tapi aparat kemudian
membiarkannya lewat.
Selain itu juga terdapat Serikat Buruh Utama
Tunisia, yang memainkan peranan penting dalam Revolusi
Melati melakukan sebuah demonstrasi dengan melakukan
pergerakan menuju ibukota Tunisia yang diiukuti oleh
ribuan buruh dan ratusan warga sipil yang tidak puas
dengan janjinya untuk mundur begitu pemilu digelar
menuntut Perdana Menteri Ghannouchi untuk turun dari
jabatannya. Selain itu unjuk rasa juga dilakukan karena
mereka menilai bahwa pemerintah sementara juga tidak
representatif dan tidak menjalankan tugas mereka dengan
cepat dan transparan.14
Sehingga akibat dari unjuk rasa yang dilakukan
oleh masyarakat Tunisia yang menentang pemerintahan
sementara pimpinan Perdana Menteri Ghannouchi, berhasil
14 Elthaway, Mona. 15 Januari 2011. Tunisia’s Jasmine Revolution. Dalamhttp://www.washingtonpost.com/wp-dyn/content/article/2011/01/14/AR2011011405084.html .yang diakses pada tanggal 25 November 2014.
membuat Ghannouchi secara resmi mengundurkan diri dari
dunia politik pada hari Minggu 27 Februari 2011.
Sehingga dia mengharpkan dengan mengundurkannya dia
dari jabatannya dapat mengembalikan kondisi Tunisia
menjadi aman kembali. Setelah turunnya Ghannouchi
keadaan masyarakat Tunisia mulai berangsur-angsur
kondusif dan aman kembali, sehingga pemerintah
sementara dapat menyiapkan persiapan untuk
dilaksanakannya Pemilu di Tunisia yang dilakukan pada
tanggal 23 oktober 2011. Dimana pada saat itu antusias
dari masyarakat Tunisia untuk memilih sangat tinggi.15
Kebijakan politik yng dikeluarkan Tunisia pasca
revolusi melati
Ben Ali merupakan presiden Tunisia kedua
setelah menggantikan Habib Bourguiba yang telah
memerintah Tunisia dari tahun 1957 sampai 1987.
Pada masa pemerintahannya, Ben Ali dituntut oleh
rakyat Tunisia untuk meninggalkan jabatannya
karena tingginya biaya hidup, rendahnya tingkat
15 Vibriyanto, Widian. 2011. Tunisia Gelar Pemilu untuk Pertama Kali SetelahBen Ali Tumbang. Dalam Kantor Berita Politik RMOL.CO(http://www.rmol.co/read/2011/10/23/43392/Tunisia-Gelar-Pemilu-untuk-Pertama-Kali-Setelah-Ben-Ali-Tumbang-) yang diakses padatanggal 26 November 2014
kesejahteraan rakyat, serta pemerintahannya yang
dictator. Tuntutan rakyat Tunisia kepada Ben Ali
untuk meninggalkan jabatannya sebagai presiden
dimulai dengan datangnya seorang pedagang sayur
dan buah-buahan yang mana gerobaknya disita oleh
polisi karena tidak mempunyai ijin berjualan,
keudian dia mendatangi kantor gubernur untuk
menanyakan nasib gerobaknya yang disita itu. Akan
tetapi dia malah diusir oleh polisi dan kemudia
dia merasa frustasi dan kemudian mendorong
Bouazizi untuk membakar diri di depan kantor
gubernur.
Kejadian bakar diri Bouazizi ini dengan cepat
menyebar di telinga masyarakat Tunisia, yang
kemudian mendorong keberanian masyarakat Tunisia
untuk melakukan demonstrasi yang menuntut
demokrasi dan pemerintahan yang otoriterian dengan
meminta agar presiden Ben Ali turun dari
jabatannya. Kemudian mahkamah konstitusi Tunisia
menetapkan bahwa Ben Ali dalam kondisi sementara
tidak menjalankan tugas dan jabatan presiden
sebenarnya kosong. Dan kemudian mahkamah
konstitusi mengangkat Fuad Mebazaa selaku ketua
parlemen sebagai sebagai presiden interim sebelum
dilakukan pemilihan dalam jangka waktu 45 sampai
60 hari.
Pada tangggal 8 februari 2011 telah terjadi
kesepakatan antara pemerintah interim dan
(Tunisian General Labour Union)UGTT dan kemudian
disusul pada tanggal 9 februari 2011 rancangan
undang-undang untuk memberikan fuad mabazaa
kekuasaan darurat disahkan. Langkah pertama yang
diambil pada rancangan undang-undang keadaan
darurat adalah akan memberikan kekuasaan pada
presiden sementara sehingga dia dapat mengambil
alih kekuasaan (partai berkuasa di Tunisia)RCD di
parlemen. Pada tanggal 15 februari 2011 pemerintah
Tunisia baru melalui kementrian dalam negeri
Tunisia secara resmi mengakhiri jam malam di
seluruh penjuru Negara Tunisia. Hal ini dilakukan
untuk mencegah segala hal yang mungkin dapat
mengancam keamanan Negara dan dalam memastikan
keamanan Negara dan masyarakat serta perlindungan
bagi fasilitas umum dan swasta.
Perdana menteri ghannouchi yang tetap
memimpin koalisi bersatu setelah ben ali kabur ke
arab Saudi pada jum’at malam tanggal 21 januari
2011 berpidato kepada rakyat untuk tetap bersabar
dan berjanji akan mengakgiri karir politiknya
setelah dia bias menggelar pemilu. Dalam pidatonya
dalam televise, perdana menteri ghannouchi
bersumpah untuk menghormati konstitusi dan
memulihkan stabilitas, dan meminta kepada warga
untuk memelihara jiwa patriotic, dia juga berjanji
akan menekan inflasi dan pengangguran. Pada
tanggal 27 januari 2011 perdana menteri ghannouchi
mengumumkan bahwa enam mantan anggota partai RCD
telah dikeluarkan dari pemerintahan sementara,
diantaranya adalah menteri pertahanan, menteri
luar negeri, menteri keuangan, dan menteri dalam
negeri. Langkah ini dilakukan sebagai salah satu
tuntutan para demonstran di Tunisia.
Tuntutan yang dilakukan oleh para demonstran
yang menolak pemerintahan baru karena dinilai
masih banyak diduduki oleh cabinet lama dari masa
pemerintahan ben ali. Sebenarnya ghannouchi telah
melakukan sejumlah perubahan dan mengganti
beberapa anggota cabinet yang kontroversial sejak
ben ali tiidak memerintah lagi. Akan tetapi bagi
demonstran reformasi yang dilakukan oleh
ghannouchi masih kurang mendalam dan meluas.
Akibat unjuk rasa yang menentang pemerintahan
sementara akhirnya perdana menteri ghannouchi
mengundurkan diri dari dunia perpolitikan pada
hari minggu 27 februari 2011. Dengan langkah
tersebut, ghannouchi kemudian membuka jalan bagi
perdana menteri baru yang memiliki ruang gerak
lebih besar untuk mewujudkan harapan penduduk
Tunisia. Dengan pengunduran dirinya ghannouchi
berharap rakyat Tunisia akan lebih damai lagi
untuk kedepannya.16
Pasca tumbangnya rezim ben ali telah terjadi
beberapa dinamika politik yang terjadi di Tunisia
seperti, telah terjadi perombakan cabinet pasca
revolusi melati, dan juga telah terjadi dua kali
pergantian perdana menteri.pengangkatan amamou
sebagai menteri pemuda dan olahraga merupakan
sebuah symbol tokoh muda dan juga budaya internet.
Kemudian pada tanggal 25 mei 2011 amamou
mengundurkan diri sebagai menteri pemuda dan
olahraga. Mundurnya slim amamou sebagai menteri
pemuda dan olahraga merupakan salah satu bentuk
protes terhadap kebijakan pemerintahan Tunisia
untuk kembali melakukan sensor terhadap akses
internet. Munculnya sensor terhadap akses internet
dianggap telah menghianati dari revolusi yang
dilakukan oleh rakyat Tunisia. Bagi amamou,
pergerakan revolusi melati merupakan perjuangan
untuk kebebasan berpendapat dan berekspresi.
Masih adanya sensor terhadap internet
merupakan tanda bahwa pergerakan untuk menuju
sebuah pemerintahan yang bafru dan lebih baik
belum berakhir. Ketidakstabilan situasi politik di
16 Faizal I. Musada. Demokratisasi Tunisia Dan Pengaruhnya Terhadap Negara-Negara Arab. Diakses melalui http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/8233/FAIZAL%25201.%2520MUSDA.pdf (03/12/2014, 00.50 WIB).
Tunisia merupakan sebuah konsekuensi dari
perubahan yang tengah berlangsung. Kesadaran untuk
tetap mengawal jalannya perubahan pasca revolusi
melati tampaknya telah muncul di situs jejaring
social facebook.17
Dalam keadaan politik yang tidak stabil,
cukup sulit bagi masyarakat Tunisia untuk
menemukan pemimpin yang mampu melaksanakan
demokrasi secara baik. Proses pemilu yang
dilangsungkan pada bulan juli, sepertinya akan
menjadi batu loncatan untuuk demokrasi di Tunisia.
Berkaitan dengan pemulihan kondisi Tunisia pasca
revolusi melati, Negara-negara yang tergabung
dalam G-8 bermaksud akan memberikan bantuan demi
tercapainya demokratisasi di Tunisia.
17 Subkhan. Demokratisasi Tunisia Dan Pengaruhnya Terhadap Negara-Negara Arab.Diakses melalui http://lib.ui.ac.id/file%3Dpdf/abstrak-20278722.pdf (03/12/2014, 00.56 WIB).
Daftar Pustaka
Elthaway, Mona. 15 Januari 2011. Tunisia’s Jasmine
Revolution. Dalam
http://www.washingtonpost.com/wp-dyn/content/
article/2011/01/14/AR2011011405084.html .yang
diakses pada tanggal 25 November 2014.
Faizal Muzada, Skripsi : Demokratisasi Tunisia dan
Pengaruhnya terhadap negara-negara Arab,
Universitas Hasanudin: 2013
Faizal I. Musada. Demokratisasi Tunisia Dan Pengaruhnya
Terhadap Negara-Negara Arab. Diakses melalui
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handl
e/123456789/8233/FAIZAL%25201.%2520MUSDA.pdf
(03/12/2014, 00.50 WIB).
Jurnal Analisis Dokumentasi Hak Asasi Manusia
ASASI :Penyiksaan belum Terbendung, ASASI
edisi Mei Juni 2011, diakses dalam
http://www.elsam.or.id/downloads/1308816117_A
SASI_Mei-Juni_2011.pdf hal. 14 pada tanggal 1
Desember 2014 pkl. 21:17 WIB
Kavakeb, Dominic. 2011. The Battle Of Tunis. Dalam
http://www.socialistreview.org.uk/article.php
?articlenumber=11546 . yang diakses pada
tanggal 25 November 2014.
Musada,Faisal.I.2013. Dalam Skripsi. Demokratisasi
di Tunisia dan Pengaruhnya Terhadap Negara-
Negara Arab. Jurusan Ilmu Hubungan
Internasional. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik. Universitas Hasanuddin. Yang
didownload dari https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=6&cad=rja&
uact=8&sqi=2&ved=0CEAQFjAF&url=http%3A%2F
%2Frepository.unhas.ac.id%2Fbitstream
%2Fhandle%2F123456789%2F8233%2FFAIZAL%2520I.
%2520MUSADA.pdf%3Fsequence
%3D1&ei=2DiIVPXnHcKLuASr8IHQBQ&usg=AFQjCNEjpd
CF1Y2_iIgjanf_6YuSQjke0A&sig2=8eFanbLXj3SlTIV
6I-GfJw&bvm=bv.81456516,d.c2E. Pada tanggal 9
Desember 2014. Pukul 19.00 WIB.
Ryan, Yasmine. 26 Januari 2011.How Tunisia’s Revolution
Began. Dalam
http://www.aljazeera.com/indepth/features/201
1/01/2011126121815985483.html . diakses pada
tanggal 26 November 2014.
Sari Kurnia, Pengaruh Jejaring Sosial dalam Tranformasi
Revolusi Tunisia menuju Revolusi Melati. Yang diakses
dalam
https://www.academia.edu/7525207/Pengaruh_Jej
aring_Sosial_dalam_Tranformasi_Revolusi_Tunis
ia_menuju_Revolusi_Melati. Pada tanggal 3
Desember 2014, pukul 20.00 WIB.
Social Media in the Jasmine Revolution Tunisia.
Diakses dalam
http://navantigroup.com/sites/navantigroup.co
m/files/resources/2011-04/tunisia_new_22April
%201.pdf pada tanggal 1 Desember 2014 pukul
21.01 WIB
Subkhan. Demokratisasi Tunisia Dan Pengaruhnya Terhadap
Negara-Negara Arab. Diakses melalui
http://lib.ui.ac.id/file%3Dpdf/abstrak-
20278722.pdf (03/12/2014, 00.56 WIB).
Vibriyanto, Widian. 2011. Tunisia Gelar Pemilu untuk
Pertama Kali Setelah Ben Ali Tumbang. Dalam Kantor
Berita Politik RMOL.CO
(http://www.rmol.co/read/2011/10/23/43392/Tun
isia-Gelar-Pemilu-untuk-Pertama-Kali-Setelah-
Ben-Ali-Tumbang-) yang diakses pada tanggal
26 November 2014
top related