Rencana Kerja Dan Syarat (RKS) Drainase Pemukiman dan perumahan
Post on 05-May-2023
1 Views
Preview:
Transcript
1
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT
PASAL 1
STANDAR YANG BERLAKU
Semua pekerjaan dalam Syarat-syarat ini harus
dilaksanakan dengan mengikuti dan memenuhi persyaratan-
persyaratan teknis yang tertera dalam persyaratan SKSNI, SNI,
dan Standar Industri Indonesia (SII) dan peraturan-peratuiran
setempat lainnya yang berlaku atas jenis-jenis pekerjaan yang
bersangkutan antara lain :
SKSNI T-15-1991-03 BUKU STANDAR
BETON 1991
SKSNI S-05-1990-F UKURAN KAYU
BANGUNAN
1253-1989-A
CAT EMULSI
SP 74 : 1977 CAT TENTANG BESI DAN TENTANG KAYU
SNI 2407 TATA CARA PENGECATAN KAYU
SNI 1729 TATA CARA PERENCANAAN BANGUNAN BAJA
AVWI PERATURAN
UMUM INSTALASI AIR
1974
PEDOMAN PLUMBING INDONESIA
2
Untuk pekerjaan-pekerjaan yang belum termasuk dalam standar-
standar yang tersebut diatas. maupun standar-standar Nasional
lainnya, maka diberlakukan standar-standar internasional yang
berlaku atas pekerjaan-pekerjaan tersebut atau setidak-
tidaknya berlaku standar-standar Persyaratan Teknis dan Negara-
negara asal bahan/pekerjaan yang bersangkutan.
PASAL 2
LOKASI PEKERJAAN
Lokasi Pekerjaan ini berada di Kelurahan Cigugur Tengah,
Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi.
PASAL 3
JENIS DAN MUTU BAHAN
3.1. Semua Bahan yang dipakai harus berkualitas baik
3.2. Semen yang digunakan adalah Portland cement (PC) type 1
dalam kualitas baik, dalam artian belum membeku atau
mengeras
3.3. Bahan batu dipakai batu kali atau batu gunung ukuran
10-20cm, terdiri dari batu keras dengan permukaan keras
tanpa cacat dan retak terbebas dari kotoran lumpur.
3.4. Bahan pasir harus dari butiran alami yang keras dan
kandungan lempung atau bahan lolos saringan No. 200 tidak
3
boleh melebihi dari 6% dari berat pasir
3.5. Agregat keras/krikil adalah krikil alam dengan butiran
yang keras dan bergradasi menerus dengan diameter maksimum
3cm, butirannya harus bersih dengan kandungan lumpur
maksimum 1% .
3.6. Bahan air harus bebas dari bahan-bahan yang merusak
seperti lumpur, asam dan unsur organik.
PASAL 4
PEMBERITAHUAN UNTUK MEMULAI PEKERJAAN
Dalam keadaan apapun tidak dibenarkan untuk memulai pekerjaan
yang sifatnya permanen tanpa terlebih dahulu mendapat
persetujuan tertulis dari Direksi atau Konsultan Pengawas.
Pemberitahuan yang lengkap dan jelas harus terlebih dahulu
disampaikan kepada Direksi atau Konsultan Pengawas dan dalam
jangka waktu yang cukup, bila dipertimbangkan bahwa perlu
mengadakan penelitian dan pengujian terlebih dahulu atas
persiapan pekerjaan tersebut.
PASAL 5
PERINTAH UNTUK PELAKSANAAN
Bila Pemborong tidak berada ditempat pekerjaan dimana Direksi
atau Konsultan Pengawas bermaksud untuk memberikan petunjuk-
petunjuknya, maka petunjuk-petunjuk harus diturut dan
4
dilaksanakan oleh Pelaksana atau orang-orang yang ditunjuk
untuk itu oleh Pemborong.
PASAL 6
ADMINISTRASI DAN DOKUMENTASI
6.1. Administrasi
1. Pelaksana wajib menyediakan buku direks dan buku tamu.
2. Membuat request sheet untuk menerima persetujuan
direksi/Pengawas tentang kesiapan untuk melaksanakan
suatu pekerjaan.
3. Membuat laporan harian tentang pelaksanaan kegiatan
harian pekerjaan.
4. Bila pelaksanaan pekerjaan berlangsung ditemui hal-hal
yang melibatkan perubahan kontrak (addendum) dalam
variasi volume pekerjaan, maka pelaksana wajib membuat
perhitungan tambah/kurang dengan memperoleh persetujuan
dari pihak pemilik kegiatan dan hasil perhitungan
terlebih dahulu harus diperiksa oleh konsultan pengawas.
6.2. Dokumentasi
Pelaksana wajib mengambil rekaman pekerjaan pada kondisi 0%
(Nol Persen), 50% (lima puluh persen, dan 100% (Seratus Persen)
PASAL 7
PENGUKURAN
5
Pemborong harus memulai pekerjaan pengukuran dari garis-garis
dasar yang telah disetujui oleh Direksi atau Konsultan
Pengawas dan bertanggung jawab penuh atas pengukuran
pengukuran yang dibuatnya.
Pemborong harus menyediakan semua bahan, peralatan dan tenaga
kerja, termasuk juru-juru ukur (Surveyor) yang dibutuhkan
sehubungan dengan pengukuran untuk setiap bagian pekerjaan
yang memerlukannya.
Dasar ukuran tinggi + 0,00 adalah dasar tinggi permukaan
lantai bangunan induk, seperti yang dinyatakan dalam gambar,
dan selanjutnya menurut petunjuk Pelaksana, Tinggi lantai ini
harus disesuaikan dengan tinggi lantai saluran yang telah
ada/selesai dibangun, sehingga dalam pekerjaan ini, termasuk
pula pekerjaan pengurugan tanah.
PASAL 8
PAPAN NAMA KEGIATAN
Pelaksana harus memasang papan nama kegiatan pada lokasi
kegiatan dengan ukuran 120x80 cm2 sebagai papan nama
pemberitahuan yang berisikan informasi, Pekerjaan yang
dilaksanakan, Pembiayaan, Janga waktu pelaksanaan, Nama
konsultan pengawa, Dan Nama Kontraktor pelaksana. Papan nama
kegiatan ini dipasang sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai dan
seluruh beban yang timbul menjadi beban dan kewajiban
pelaksana.
6
PASAL 9
PEKERJAAN BONGKARAN
9.1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan Bongkaran Ini meliputi jika terdapat lokasi yang
harus dibongkar
9.2. Pelaksanaan
Sebelum melaksanakan pekerjaan bongkaran, Pemborong harus
meminta ijin dulu kepada Pihak User dan dalam hal
pelaksanaannya hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain
:
1. Memperhatikan faktor keselamatan dan lingkungan kerja.
2. Bekas bongkaran yang masih dapat dipergunakan disimpan
dan diamankan sesuai petunjuk dari User.
3. Berangkal/puing-puing bekas bongkaran harus dibuang ke
luar site
4. Teknik pelaksanaan pembongkaran sedemikian rupa dengan
memperhatikan urutan pelaksanaan.
5. Dalam pelaksanaan pembongkaran, adanya kerusakan diluar
lingkup pekerjaan yang ada di RAB, karena
diakibatkan oleh kelalaian/kecerobohan Pemborong
maka kerusakan tersebut menjadi tanggung jawab
Pemborong.
7
PASAL 10
PEKERJAAN TANAH, GALIAN DAN URUGAN KEMBALI
10.1 Lingkup
Pekerjaan
Termasuk dalam pekerjaan ini adalah melaksanakan galian tanah
sesuai dengan persyaratan yang ditentukan, menjaga terhadap
kemungkinan terjadinya longsoran sehingga mengganggu
pelaksanaan pekerjaan selanjutnya sampai pengurugan kembali
hingga padat.
10.2 Pembersihan
Pemborong harus membersihkan dan menyingkirkan semua puing-
puing bekas bongkaran di dalam daerah pekerjaan.
10.3 Penggalian dan Penimbunan Kembali
1. Lingkup Pekerjaan
Bagian ini meliputi semua pekerjaan penggalian,
penimbunan kembali, termasuk pengupasan dan penimbunan
kembali lapisan tanah atas (Top Soil) serta pekerjaan-
pekerjaan yang berhubungan dengan itu, yang disesuaikan
dengan gambar-gambar.
2. Pelaksanaan
a. Penggalian
Penggalian harus dilakukan untuk mencapai garis
elevasi permukaan dan kedalaman yang perlu untuk dasar
bangunan yang dipersyaratkan atau diperlihatkan pada
gambar- gambar.
8
Penggalian mencakup pemindahan tanah serta batu-batu dan
bahan lain yang dijumpai dalam pekerjaannya. Jika
ternyata dijumpai kondisi yang tak memuaskan
pada kedalaman yang diperlihatkan dalam gambar-
gambar maka penggalian harus diperdalam, diperbesar atau
diubah sampai disetujui Konsultan Pengawas, untuk mana
pekerjaan ini akan dimulai sebagai pekerjaan tambah
kurang.
Jika terjadi kesalahan dalam penggalian tanah untuk
dasar pondasi sehingga dicapai kedalaman yang melebihi
apa yang tertera dalam gambar atau yang dapat disetujui
oleh Direksi atau Konsultan Pengawas, maka kelebihan
diatas harus ditimbun kembali dengan pasir yang
dipadatkan tanpa pembebanan biaya tambahan kepada
pemilik.
Pada pekerjaan penggalian untuk mencapai/membentuk
permukaan tanah rencana maka Pemborong harus
mengusahakan dan meyakini bahwa pada pekerjaan galian
tersebut tidak merusak/mengganggu bangunan atau
konstruksi yang sudah ada.
b. Penimbunan
Penimbunan dan Penimbunan kembali harus
dilaksanakan didaerah-daerah ataupun bagian-bagian
pekerjaan, serta mengikuti ukuran-ukuran
ketinggian. kemiringan- kemiringan dan bentuk-bentuk
seperti yang ditunjukkan dalam gambar-gambar. Penimbunan
9
harus dilaksanakan dalam bentuk-bentuk lapisan-lapisan
dengan ketebalan maksimum 20 cm. Padatkan sesuai dengan
Instruksi Direksi atau Konsultan Pengawas. Penimbunan
dan timbun kembali, kecuali ditentukan lain oleh
Konsultan Pengawas, harus dari bahan galian pekerjaan
ini.
Bahan timbunan harus bebas dari kotoran-kotoran, tumbuh-
tumbuhan, batu-batuan atau bahan lain yang dapat merusak
pekerjaan.
c. Perlindungan Terhadap Air
Selama pekerjaan berlangsung Pemborong harus dengan
semua cara yang disetujui Direksi atau Konsultan
Pengawas, menjamin agar tidak terjadi genangan-genangan
air yang dapat mengganggu atau merusak semua pekerjaan
galian atau urugan.
d. Penghamparan dan Pernadatan
Tanah harus dihamparkan dalam lapisan-lapisan setebal
tidak lebih dari 20 cm gembur, agar dapat mengatur
kepadatan yang merata untuk seluruh ketebalannya. Tanah
urugan harus dibasahi secukupnya (sebelum dipadatkan)
untuk mencapai kepadatan yang dipersyaratkan.
10.4 Permukaan Tanah
Sebelum memulai suatu penggalian, Pemborong harus memeriksa
permukaan tanah, baik setempat maupun garis transisi yang
tertera dalam kontrak adalah betul. Jika tidak sesuai
Pelaksana harus memberitahu secara tertulis kepada Pemberi
10
Tugas/Pengawas, jika tidak maka tuntutan mengenai
ketidaksamaan permukaan tanah tidak akan dipertimbangkan.
10.5 Tinggi Pendugaan (Peil)
Dasar ukuran tinggi + 0,00 adalah dasar tinggi permukaan
lantai bangunan induk, seperti yang dinyatakan dalam gambar,
dan selanjutnya menurut petunjuk Pelaksana. Tinggi lantai ini
harus disesuaikan dengan tinggi lantai gedung yang telah
ada/selesai dibangun, sehingga dalam pekerjaan ini, termasuk
pula pekerjaan pengurugan tanah.
PASAL 11
PEKERJAAN PASANGAN BATU KALI
11. 1 Lingkup
Pekerjaan
Bagian ini meliputi pengadaan dan pemasangan semua pondasi
batu kali sesuai dengan gambar dan persyaratan disini.
11. 2 Bahan-bahan
1. Batu
Batu-batu harus keras dengan permukaan kasar tanpa
cacat/retak. dan cara pengerjaannya harus dilakukan
menurut cara terbaik yang dikenal.
2. Pasir
Galian pondasi harus diurug dengan pasir setebal 5 cm
dan dipadatkan dengan alat timbris tangan terbuat dari
logam atau stamper.
11
3. Pipa
Pipa yang digunakan adalah diameter 2’ dengan kualitas
Pipa PVC Maspion putih
4. Adukan
Adukan yang dipakai terdiri dari campuran 1 semen : 3
pasir.
5. Air
Air harus bersih dan bebas dari bahan-bahan yang merusak
seperti, minyak, asam, dan unsur organik kecuali
ditunjukkan lain, Pemborong harus menyediakan air kerja
atas biaya sendiri.
11. 3 Pemasangan
Pekerjaan pasangan batu dilaksanakan sesuai dengan ukuran dan
bentuk-bentuk yang ditunjukkan dalam gambar. Tiap-tiap batu
harus dipasang penuh dengan adukan sehingga semua hubungan
batu melekat satu sama lain dengan sempurna. Setiap batu harus
dipasang diatas lapisan adukan dan diketok ke tempatnya hingga
teguh.
Adukan harus mengisi penuh rongga-rongga antar batu untuk
mendapatkan massa yang kuat dan integral di beberapa sisi luar
dan dalam. batu yang akan dipasang dibasahi dahulu, lalu
dibentuk menjadi bidang luar sesuai dengan gambar rencana atau
petunjuk Ahli. Ankor/Stek dipasang dengan cara dibungkus
campuran batu kali dengan adukan 10 cm sekelilingnya, sedalam
20 cm tiap 1 m dengan diameter anker/stek minimum 10 mm.
Pemasangan Pipa Untuk Sulingan atau resapan air berjarak 1
12
meter antara pipa yang lainnya dengan dimasukan injuk agar pipa
tidak tersendat oleh tanah atau bahan lainnya yang dapat
mengganggu resapan air.
PASAL 12
PLESTER DAN ADUKAN
12.1. Lingkup Pekerjaan
Dalam hal ini meliputi seluruh pekerjaan plester dan adukan
seperti yang dijelaskan dalam gambar-gambar pelaksanaan.
12.2. Bahan-bahan
Semua bahan yang digunakan dalam pekerjan ini terdiri dari :
1. Pasir
Pasir yang dipakai harus kasar. tajam, bersih dan bebas
dari tanah liat, lumpur atau campuran-campuran lain.
2. Portland cement
Portland cement yang dipakai harus baru, tidak ada
bagian-bagian yang membantu dan dalam zak yang tertutup
seperti yang disyaratkan. Hanya sebuah merk dari satu
jenis semen yang boleh dipakai dalam pekerjaan.
3. Air
Air harus bersih dan bebas dari bahan-bahan yang merusak
seperti, minyak, asam, dan unsur organik kecuali
ditunjukkan lain, Pemborong harus menyediakan air kerja
atas biaya sendiri.
12.3. Perencanaan
13
1. Campuran Adukan dan Plester
Perbandingan adukan dan pengetesannya dapat
dilaksanakan dalam waktu 1 minggu dan tidak ada
penambahan waktu lagi untuk itu.
Plester/adukan dengan campuran 1 pc : 4 ps digunakan
pada daerah-daerah seluruh dinding bata seperti
ditunjukkan dalam gambar.
2. Acian
Acian dibuat dalam campuran 1 pc : 2 air
(volume) dan digunakan hanya pada dinding-dinding yang
akan di cat.
12.4. Pelaksanaan
1. Umum
Pergunakan peralatan yaug memadai. Bersihkan semua
permukaani yang akan diplester dari bahan-bahan yang
akan merusak plesteran dan disiram air hingga jenuh.
Pekerjaan plesteran harus rata sesuai perintah Direksi
atau Pengawas, dengan tebal plesteran, kecuali bila
dinyatakan lain < adalah 15 mm dengan toleransi minimum
13 mm dan maksimum 25 mm.
2. Pencampuran
Membuat campuran adukan/plester tanpa mesin
pengaduk hanya dapat dilaksanakan bila ada izin dari
Direksi atau Pengawas.
3. Pelaksanaan Adukan/Plesteran
a. Adukan pasangan batu : lihat Pekerjaan
14
Pemasangan Batu.
b. Plesteran : Plesteran ke dinding batu
kali.
PASAL 13
PEKERJAAN SIAR
13.1. Ketentuan umum
Bagian ini meliputi seluruh pekerjaan yang meliputi pada gambar
rencana
13.2. Bahan-bahan
Komposisi adukan pada siar adalah 1 PC : 2 PP
13.3. Pelaksanaan
1. Sebisa mungkin menggunakan mesin pengaduk (molen) dan
peralatan memadai. Persiapan da bersihkan permukaan-
permukaan yang di plester dari kotoran-kotoran dan bahan-
bahan lain yang dapat merusak plesteran, tukang-tukang
plester yang tidak cakap, karena pekerjaan yang buruk
harus diganti dengan pekerja yang baik.
2. Siar/ adukan yang tidak sesuai dengan persayaratan teknis
ini harus disingkirkan dari pekerjaan
3. Pekerjaan siar harus timbul dari bidang pemasangannya, dan
pekerjaan yang cacat harus diperbaiki sesuai perintah
pengawas.
4. Adukan dibuat dalam jumlah yang dapat dipakai habis dalam
waktu 45 menit. Adukan dapat dipakai sampai batas adukan
15
tidak dapat diolah (lebih kurang dari 90 menit setelah
adukan jadi).
5. Membuang adukan tanpa mesin pengaduk hanya dapat dilakukan
dengan izin pengawas
6. Membuang adukan dengan mesin pengaduk/molen, bak Molen
Harus benar-benar bersih, isikan setengah sejumlah air
yang dibutuhkan berikut masukan pasir, lalu tambahkan
semen sementara bak pengaduk berputar, kemudian tambahkan
air sesuai kebutuhan.
PASAL 14
PEMASANGAN BUIS BETON DAN GRAVEL (1/2 BUIS)
14.1. Ketentuan umum
Bagian ini meliputi seluruh pekerjaan yang meliputi pada gambar
rencana
14.2. Bahan-bahan
Bahan Yang digunakan untuk Buis beton ini sesuai dengan SNI yang
telah ditentukan di dalam RAB
14.3. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan pemasangan Buis beton ini perlu adanya lapisan
sebelum memasang buis yakni terletak di bawah dan samping buis,
jika buis beton hanya diurug tanpa dipasang dalam pasangan batu,
maka harus terdapat pasir urug yntuk menahan buis dari bahan-
bahan yang dapat mengganggu kekuatan buis minimal 2-10 cm
pasangan pasir, kemudian jika terdapat pasangan buis/grefel yang
16
dipasang dalam pasangan batu, maka harus terdapat campuran atau
plesteran yang dapat mengikat antara pasangan buis/grefel dengan
saluran.
PASAL 15
PEKERJAAN BETON
15.1. KETENTUAN UMUM
1. Persyaratan-persyaratan Konstruksi Beton, istilah teknis
dan syarat-syarat pelaksanaan beton secara umum
menjadi kesatuan dalam bagian buku persyaratan
teknis ini. Kecuali ditentukan lain dalam buku
persyaratan teknis ini, maka semua pekerjaan beton harus
sesuai dengan referensi di bawah ini:
a. Peraturan Beton SKSNI 1991
b. Peraturan pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983 c.
American Society of Testing Materials (ASTM)
c. Standar Industri Indonesia ( SII)
2. Bilamana ada ketidaksesuaian antara peraturan-
peraturan tersebut di atas maka peraturan-peraturan
Indonesia yang menentukan.
3. Pemborong harus melaksanakan pekerjaan ini dengan
17
ketetapan dan kesesuaian yang tinggi menurut persyaratan
teknis ini, gambar rencana dan instruksi-instruksi yang
dikeluarkan oleh Direksi atau Konsultan Pengawas, semua
pekerjaan yang tidak memenuhi persyaratan harus
dibongkar dan diganti atas biaya pemborong sendiri.
4. Semua material harus baru dengan kualitas yang
terbaik sesuai persyaratan dan disetujui oleh Direksi
atau Konsultan Pengawas. Direksi atau Konsultan Pengawas
berhak untuk meminta diadakan pengujian bahan-bahan
tersebut dan pemborong bertanggung jawab atas segala
biayanya. Semua material yang tidak disetujui oleh
Direksi atau Konsultan Pengawas harus segera dikeluarkan
dari proyek /site dalam waktu 3 x 24 jam.
15.2. LINGKUP PEKERJAAN
1. Meliputi segala pekerjaan yang diperlukan untuk
pelaksanaan pekerjaan beton sesuai dengan gambar rencana
termasuk pengadaan bahan, upah, pengujian dan peralatan
pembantu.
2. Pengadaan, detail, fabrikasi dan pemasangan semua
penulangan dan bagian-bagian dari pekerjaan lain yang
tertanam dalam beton.
15.3. BAHAN – BAHAN
1. Semen:
a. Semua semen yang digunakan adalah jenis
portland Cement sesuai dengan persyaratan NI-2 Bab
3 Standar Indonesia NI-8 /1964, SH 0013-81 atau ASTM
18
C-150 dan produksi dari satu merk / pabrik.
b. Pemborong harus mengirimkan surat pernyataan pabrik
yang menyebutkan type, kualitas dari semen yang
digunakan "manufacture's test certificate "
yang menyatakan memenuhi persyaratan tersebut dalam
huruf "a" di atas.
c. Pemborong harus menempatkan semen tersebut dalam
gudang yang baik untuk mencegah terjadinya kerusakan,
dan tidak boleh ditaruh langsung di atas tanah tanpa
alas kayu.
d. Semen yang menggumpal, sweeping, tercampur
dengan kotoran atau kena air/lembab tidak
diizinkan untuk digunakan dan harus segera dikeluarkan
dan proyek dalam batas 3 x 24 jam.
e. Penggunaan semen harus sesuai dengan urutan
pengirimannya.
2. Agregat Kasar:
a. Berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu
dengan spesifikasi sesuai menurut SNI-2 pasal 3, 4, 5
bab III dan serta mempunyai ukuran terbesar 2,5 cm.
b. Agregat kasar terdiri dari butir-butir yang kasar,
keras, tidak berpori dan berbentuk kubus. Bila ada
butir yang pipih maka jumlahnya tidak boleh melebihi 20
% dari volume dan tidak boleh mengalami pembekuan
hingga melebihi 50 % kehilangan berat menurut test
mesin Los Angeles (L A).
19
c. Bahan harus bersih dari zat-zat organik, zat-zat reaktif
alkali atau substansi yang merusak beton dan tidak boleh
mengandung lumpur lebih dari 1 % serta mempunyai gradasi
seperti berikut:
Saringan Ukuran % Lewat Saringan
1” 25,00 mm 100¾” 20,00 mm 90 - 1003/8” 95,00 mm 20 – 55No.4 4,76 mm 0 – 1
Hasil “crushing test” dari laboratorium yang berwenang
terhadap kubus-kubus beton yang berumur 7, 14, dan 21
hari harus dilaporkan kepada direksi atau konsultan
pengawas untuk dimintakan persetujuannya.
3. Agregat Halus :
a. Dapat menggunakan pasir alam atau pasir yang
dihasilkan dari mesin pemecah batu dan harus bersih
dari bahan organik, lumpur, zat-zat alkali dan tidak
mengandung lebih dari 50% substansi-substansi yang
merusak beton atau SNI - 2 pasal 3 bab 3, sebagai
referensi, boleh digunakan pasir Cimangkok Sukabumi
atau Ciapus Bogor.
b. Pasir laut tidak diperkenankan dipergunakan dan pasir
harus terdiri dan partikel- partikel yang tajam dan
keras mempunyai gradasi seperti tabel berikut:
Saringan Ukuran % Lewat Saringan
3/8 9,5 mm 100No. 4 4,76 mm 90 – 100
20
No. 8 2,39 mm 80 – 100No. 16 1,19 mm 50 – 85No. 30 0,19 mm 25 – 65No. 50 0,297 mm 10 – 30No. 100 0,149 mm 5 – 10No. 200 0,074 mm 0 – 5
4. Air :
Air yang digunakan harus bersih dan jernih tidak
mengandung minyak atau garam serta zat-zat yang dapat
memsak beton baja bertulang. Dalam hal ini sebaiknya
digunakan air bersih yang dapat diminum. atau seperti SNI -
2 pasal 6 Bab 3.
5. Tulangan :
a. Baja tulangan yang digunakan adalah Besi Wiremesh
M10 dengan jarak antara tulangan 150 mm
b. Batang-batang tulangan harus disimpan tidak menyentuh
tanah secara langsung dan penimbunan baja tulangan
diudara terbuka harus dihindari.
c. Kawat ikat berukuran. minimal Ø 1 mm.
d. Batang-batang tulangan yang berlainan ukurannya
harus ditimbun pada tempat terpisah dan diberi tanda
yang jelas.
6. Bahan pencampur:
a. Penggunaan bahan pencampur (admixture) tidak dijinkan
tanpa persetujuan tertulis dari Direksi atau Konsultan
Pengawas dan Konsultan Perencana.
b. Apabila akan digunakan bahan pencampur,
pemborong harus mengadakan percobaani-percobaan
21
perbandingan berat dan W/C ratio dari penambahan
bahan pencampur (admixture) tersebut.
7. Cetakan Beton:
Dapat menggunakan kayu kelas II dengan ketebalan minimal 3
cm, atau multiplek tebal minimal 12 mm atau plat baja,
dengan syarat memenuhi ketentuan-ketentuan yang tersebut
dalam SKSNI jarak rangka kayu harus disetujui Direksi atau
Konsultan Pengawas.
15.4. MUTU BETON
1. Mutu beton untuk Konstruksi bangunan harus memenuhi
persyaratan kekuatan tekan karakteristik sebagai
berikut:
Mutu beton Jenis PekerjaanK 150 Lantai KerjaK 225 Semua struktur
2. Slump (kekentalan beton) untuk jenis konstruksi
berdasarkan SKSNI adalah sebagai berikut:
Jenis Konstruksi Slump Slump
Pelat & Dinding Pondasi 12,5 5,0Pelat, Balok & Dinding, Kolom 15,0 7,5
Kaison & Konstruksi bawah 9,0 2,5Pelat diatas tanah/pergeseran 7,5 5,0
3. Bila tidak digunakan alat penggetar dengan frekwensi
getaran tinggi, maka harga tersebut diatas dapat
dinaikan sebesar 50 % dengan catatan tidak boleh
melebihi 15 cm.
15.5. PERCOBAAN PENDAHULUAN
22
1. Pemborong harus menyediakan peralatan dan perlengkapan
yang mempunyai ketelitian cukup untuk menetapkan dan
mengawasi jumlah takaran dari masing- masing bahan
pembentukan beton dengan persetujuan dari Direksi atau
Konsultan Pengawas.
2. Pengaturan untuk pengangkutan, penimbangan dan
pencampuran dari material- material harus dengan
persetujuan Direksi atau Konsultan Pengawas dan seluruh
operasi harus dikontrol dan diawasi terus menerus oleh
seorang inspektor yang berpengalaman dan bertanggung
jawab .
3. Pengadukan harus dilakukan dengan mesin pengaduk beton
(Batch Mixer atau Portable Continuous Mixer). Mesin
pengaduk harus betul-betul kosong sebelum menerima
bahan-bahan dari adukan selanjutnya dan harus dicuci
bila tidak digunakan lebih dari 30 menit.
4. Bahan-bahan pembentuk beton harus dicampur dan
diaduk selama 1,5 menit sesudah semua bahan ada dalam
mixer. Waktu pengadukan harus ditambah, bila kapasitas
mesin lebih besar dari 1,5 m3 dan Direksi atau Konsultan
Pengawas berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika
ternyata pemasukan bahan dan cara pengadukan gagal
untuk mendapatkan hasil adukan dengan kekentalan dan
warna yang merata/seragam. Beton yang dihasilkan harus
seragam dalam komposisi dan konsistensi dalam setiap
adukan
23
5. Mesin pengaduk tidak boleh dibebani melebihi kapasitas
yang telah ditentukan. Air habis dituang terlebih dahulu
untuk selanjutnya ditambahkan selama pengadukan. Tidak
diperkenankan melakukan pengadukan yang berlebihan yang
membutuhkan penambahan air untuk mendapatkan konsistensi
beton yang dikehendaki.
15.6. PERSIAPAN PENGECORAN
1. Sebelum pengecoran dimulai, semua bagian-bagian yang
akan dicor harus bersih dan bebas dari kotoran-kotoran
dan bagian beton yang lepas. Bagian-bagian yang akan
ditanam dalam beton harus sudah terpasang (pipa-pipa
untuk instalasi listrik, plumbing dan perlengkapan-
perlengkapan lain).
2. Cetakan atau pasangan dinding yang akan
berhubungan dengan beton harus dibasahi dengan air
sampai jenuh dan tulangan harus sudah terpasang dengan
baik. Bidang-bidang beton lama yang akan dicor harus
dibuat kasar terlebih dahulu dan kemudian dibersihkan
dari segala kotoran yang lepas.
3. Sesaat sebelum beton dicor, maka bidang-bidang tersebut
harus disapu dengan spesi mortar dengan susunan yang sama
seperti adukan beton dan air harus dibuang dari semua
bagian-bagian yang akan dicor.
4. Pemborong harus tetap menjaga kondisi bagian-bagian
tersebut sampai ijin pengecoran diberikan oleh Direksi
atau Konsultan Pengawas.
24
5. Apabila pengecoran tidak memakai bekisting kayu maka
dasar permukaan yang akan dicat harus diberi beton dengan
adukan 1 pc : 3 ps : 5 krk setebal 5 cm.
15.7. ACUAN / CETAKAN BETON / BEKISTING
1. Rencana cetakan beton menjadi tanggung jawab Pemborong
sepenuhnya. Cetakan harus sesuai dengan bentuk, ukuran
batas-batas dan bidang dari hasil beton yang
direncanakan, serta tidak boleh bocor dan harus cukup
kaku untuk mencegah terjadinya perpindahan tempat atau
kelonggaran dari penyangga harus menggunakan Multiplex.
2. Permukaan cetakan harus cukup rata dan halus serta tidak
boleh ada lekukan, lubang-lubang atau terjadi lendutan.
Sehubungan pada cetakan diusahakan lurus dan rata dalam
arah Horisontal dan Vertikal, terutama untuk permukaan
beton yang tidak di "finish" ( exposed concrete).
3. Tiang-tiang penyangga harus direncanakan sedemikian
rupa agar dapat memberikan penunjang seperti yang
dibutuhkan tanpa adanya "overstress" atau perpindahan
termpat pada beberapa bagian konstruksi yang dibebani
Struktur dari tiang penyangga harus kuat dan kaku untuk
menunjang berat sendiri dan beban yang ada diatasnya
selama pelaksanaan.
4. Penulangan, cetakan harus diteliti untuk memastikan
kebenaran letaknya, kekuatan dan tidak akan terjadi
penurunan dan pengembangan pada saat beton dituang.
Permukaan cetakan harus bersih dari segala macam
25
kotoran, dan diberi "form oil" untuk mencegah lekatnya
beton pada cetakan. Pelaksanaannya harus berhati-hati
agar tidak terjadi kontak dengan baja tulangan yang
dapat mengurangi daya lekat beton dan dengan tulangan.
5. Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan
terlulis dari Direksi atau Konsultan Pengawas, atau
jika beton telah melampaui waktu sebagai berikut:
a. Bagian sisi balok 48 jam
b. Balok tanpa beban konstruksi 7 hari
c. Balok dengan beban konstruksi 21 hari
d. Plat lantai / atap / tangga 21 hari
6. Dengan persetujuan Direksi atau Konsultan Pengawas
cetakan dapat dibongkar lebih awal apabila basil
pengujian dari benda uji yang mempunyai kondisi sama
dengan beton sebenarnya, telah mencapai 75% dari
kekuatan beton pada umur 28 hari. Segala ijin yang
diberikan oleh Direksi atau Konsultan Pengawas, tidak
mengurangi atau membebaskan tanggung jawab Pemborong
tehadap kerusakan yang timbul akibat pembongkaran
cetakan.
7. Pembongkaran cetakan harus dilaksanakan dengan hati-hati
sehingga tidak menyebabkan cacat pada permukaan beton
dan dapat menjamin keselamatan penuh atas struktur-
struktur yang dicetak.
8. Dalam hal terjadi bentuk beton yang tidak sesuai
dengan gambar rencana, Pemborong wajib mengadakan
26
perbaikan atau pembentukan kembali.
9. Permukaan beton harus bersih dari sisa-sisa kayu cetakan
dan pada bagian-bagian konstruksi yang terpendam dalam
tanah, cetakan harus dicabut dan dibersihkan sebelum
pengurugan dilakukan.
10. Untuk permukan beton yang diharuskan exposed, maka
pemborong wajib memfinishnya tanpa pekerjaan tambah.
15.8. PENGANGKUTAN DAN PENGECORAN
1. Waktu pengangkutan harus diperhitungkan dengan cermat,
sehingga waktu antara pengadukan dan pengecoran tidak
lebih dari 1 (satu) jam dan tidak terjadi
perbedaan pengikatan yang menyolok antara beton yang
sudah dicor dan yang akan dicor.
2. Apabila waktu yang dibutuhkan untuk pengangkutan melebihi
waktu yang ditentukan, maka harus dipakai bahan-bahan
penghambat pengikatan (retarder) dengan persetujuan
Direksi atau Konsultan Pengawas.
3. Pemborong harus memberitahukan Direksi atau Konsultan
Pengawas selambat- lambatnya 2 (dua) hari sebelum
pengecoran beton dilaksanakan. Persetujuan untuk
melaksanakan pengecoran beton berkaitan dengan
pelaksanaan pekerjaan cetakan dan pemasangan baja
tulangan serta bukti bahwa Pemborong akan dapat
melaksanakan pengecoran tanpa gangguan.
4. Adukan beton tidak boleh dituang bila waktu sejak
dicampurnya air pada semen dan agregat telah melampaui
27
1,5 jam, dan waktu ini dapat berkurang, bila Direksi atau
Konsultan Pengawas menganggap perlu berdasarkan kondisi
tertentu.
5. Pengecoran harus dilakukan sedemikian rupa untuk
menghindarkan terjadinya pemisahan material (segregation)
dan perubahan letak tulangan. Cara penuangan dengan alat-
alat pembantu seperti talang, pipa, chute dan sebagainya
harus mendapat persetujuan Direksi atau Konsultan
Pengawas dan alat-alat tersebut harus selalu bersih dan
bebas dari sisa-sisa beton yang mengeras.
6. Adukan tidak boloh dijatuhkan secara bebas dari
ketinggian lebih dari 1,5 m. Bila memungkinkan sebaiknya
digunakan pipa yang terisi penuh adukan dengan pangkalnya
terbenam dalam adukan yang baru dituang.
7. Penggetaran tidak boleh dilaksanakan pada beton yang
telah mengalami "initial set" atau yang telah mengeras
dalam batas dimana beton akan menjadi plastis karena
getaran, penggetaran harus bersamaan dengan penuangan
beton.
8. Semua pengecoran bagian dasar konstruksi beton yang
menyentuh tanah harus diberi lantai kerja setebal 5-10
cm, agar menjamin duduknya tulangan dengan baik dan
mencegah penyerapan air semen oleh tanah /pasir secara
langsung.
9. Bila pengecoran beton harus berhenti sementara, sedang
beton sudah menjadi keras dan tidak berubah bentuk, maka
28
bagian tersebut harus dibersihkan dari lapisan air semen
(laitance) dan partikel-partikel yang terlepas sampai
suatu kedalaman yang cukup, sehingga didapat beton yang
padat. Segera setelah pemberhentian pengecoran, adukan
yang lekat pada tulangan dan cetakan harus dibersihkan.
10. Semua pengecoran harus dilaksanakan siang hari dan
apabila diperkirakan pengecoran dari suatu bagian tidak
dapat diselesaikan pada siang hari, maka sebaiknya tidak
dilaksanakan, kecuali atas persetujuan Direksi atau
Konsultan Pengawas dapat dilaksanakan pada malam haii
dengan ketentuan bahwa sistem penerangan sudali disiapkan
dan memenuhi syarat, serta penyiapan tenda-tenda untuk
menjaga terjadi hujan
15.9. PEMADATAN BETON
1. Pemborong bertanggung jawab untuk menyediakan peralatan
guna pengangkutan penuangan beton dengan kekentalan
secukupnya agar didapat beton yang padat tanpa perlu
penggetaran secara berlebih.
2. Pemadatan beton seluruhnya harus dilaksanakan dengan
"Mechanical Vibrator" dan dioperasikan oleh orang yang
berpengalaman.
3. Penggetaran dilakukan secukupnya agar tidak
mengakibatkan "Over Vibration" dan tidak
diperkenankan melakukan penggetaran dengan maksud
untuk mengalirkan beton.
4. Hasil beton harus merupakan masa yang utuh, bebas dari
29
lubang-lubang, segregasi atau keropos.
5. Pada daerah penulangan yang rapat, penggetaran
dilakukan dengan alat penggetar yang mempunyai
frekwensi tinggi (rpm tinggi) untuk menjamin pengisian
beton dan pemadatan yang baik.
6. Dalam hal penggunaan vibrator, maka slump dari beton
boleh melebihi 12,5.
7. Jarum penggetar harus dimasukkan ke dalam adukan
vertikal, tetapi dalam keadaan khusus boleh miring 45
derajat dan jarum vibrator tidak boleh digerakkan
secara horizontal.
8. Alat penggetar tidak boleh disentuh pada
tulangan-tulangan, terutama pada tulangan yang telah
masuk pada beton yang telah mulai mengeras, serta
berjarak minimal 5 cm dari bekisting.
9. Setelah sekitar jarum nampak mengkilap, maka secara
perlahan-lahan harus ditarik, hal ini tercapai setelah
bergetar 30 detik (maksimal).
15.10. PENYAMBUNGAN KONSTRUKSI DAN DILATASI
1. Rencana atau schedule pengecoran harus disiapkan untuk
penyelesaian satu konstruksi secara menyeluruh, termasuk
persetujuan letak " Construction joints" (sambungan
konstruksi). Dalam keadaan tertentu dan mendesak.
Konsultan Pengawas dapat merubah letak "Construction
joints" tersebut .
2. Permukaan " Construction joints" harus bersih dan dibuat
30
kasar dengan mengupas seluruh permukaan sampai di dapat
permukaan beton yang padat.
3. "Construction joints' harus diusahakan berbentuk
garis miring. Sedapat mungkin dihindarkan adanya
"Construction joints" tegak, kalaupun diperlukan maka
harus dimintakan persetujuan dari Direksi atau Konsultan
Pengawas. Bila "Construction joints" tegak diperlukan,
maka tulangan harus menonjol sedemikian rupa sehingga
didapatkan suatu struktur yang monolit.
4. Sebelum pengecoran dilanjutkan, permukaan beton
harus dibasahi dan diberi lapisan "grout" segera
sebelum beton dituang.
5. Untuk penyambungan beton lama dan baru, harus
menggunakan.bahan additive "Bonding Agent" (lem beton)
yang disetujui Direksi atau konsultan pengawas.
6. Dilatasi antar kolom atau balok menggunakan Styrofoam
dan Sealant.
15.11. BAJA TULANGAN
1. Semua baja tulangan yang dipakai adalah tulangan besi
polos, tulangan besi ulir harus bersih dari segala macam
kotoran, karat, minyak, cat dan lain-lain yang akan
2. Pelaksanaan penyambungan, pemotongan, pembengkokan dan
pemasangan harus sesuai dengan persyaratan dalam SKSNI T
15-1991
3. Selimut beton harus mempunyai ketebalan minimal sebagai
berikut:
31
Bagian Konstruksi Tebal Selimut Beton Bagian-bagian pada Mini 5,0
Balok praktis 2,5Kolom praktis 2,5
Sloof dan Pondasi 3
15.12. BENDA - BENDA YANG TERTANAM DALAM BETON
1. Semua angkur, baut pipa dan benda-benda lain yang
diperlukan tertanam dalam beton, harus terikat dengan
baik pada cetakan sebelum pengecoran.
2. Benda-benda tersebut harus dalam keadaan bersih, bebas
dari karat dan kotoran- kotoran lain pada saat
pengecoran.
3. Sebelum dilakukan pengecoran pipa-pipa harus sudah
diuji dengan baik, baru boleh dicor.
15.13. PENYELESAIAN BETON
1. Semua permukaan jadi hasil pekerjaan beton harus rata,
lurus tanpa ada bagian- bagian yang membekas pada
permukaan. Ujung-ujung atau sudut-sudut harus berbentuk
penuh dan tajam.
2. Bagian-bagian yang rapuh, kasar, berlubang, dan
tidak memenuhi persyaratan harus segera diperbaiki
dengan cara memahatnya dan mengisinya kembali dengan
adukan beton yang sesuai baik kekuatan maupun warnanya
untuk kemudian diratakan. Bila diperlukan, seluruh
permukaan beton dihaluskan dengan ampelas, carborondum
atau gurinda.
3. Permukaan pekerjaan beton harus mempunyai bentuk jadi
32
yang rata. Toleransi kerataan pada permukaan lantai
tidak boleh melampaui 1cm dalam jarak 10 m. Tidak
dibenarkan untuk menaburkan semen kering pada permukaan
beton dengan maksud menyerap kelebihan air.
4. Apabila pengecoran dilakukan dengan ready mix harus
ditunjukkan pesanannya yang menunjukkan kekuatan tekan
karakteristik beton
15.14. PERAWATAN DAN PERLINDUNGAN BETON
1. Semua pekerjaan beton harus dirawat secara baik dengan
cara yang disetujui oleh Direksi atau Konsultan
Pengawas. Setelah pengecoran selesai, permukaan beton
yang tidak tertutup oleh cetakan harus tetap dijaga
kelembabannya dengan jalan membasahi secara terus
menerus selama 7 (tujuh) hari.
2. Permukaan-permukaan beton yang dibongkar cetakannya
sedang masa perawatan beton belum dilampaui, harus
dirawat dan dilindungi seperti tersebut pada ayat (1)
tidak boleh tertindih barang atau terinjak langsung pada
permukaan beton.
3. Cetakan beton yang tidak dilindungi terhadap penguapan
dan belum dibongkar, selama masa perawatan beton harus
selalu dibasahi untuk mengurangi keretakan dan
terjadinya celah-celah pada sambungan.
4. Lantai beton atau permukaan beton lainnya yang
tidak disebut di atas, harus
15.15. PENGUJ1AN BETON
33
1. Secara umum pengujian beton harus mengikuti ketentuan
dalam SKSNI dan minimum memenuhi persyaratan seperti
yang tersebut dalam ayat berikut.
2. Untuk setiap jenis beton harus dibuat satu pengujian,
yang dikerjakan dalam satu hari dengan volume sampai
sejumlah 5 m3, atau 2 benda uji.
3. Untuk satu pengujian dibutuhkan 4 (empat) buah benda uji
berbentuk kubus 15 x 15 x 15 cm. Satu benda uji akan
dites pada umur 28 hari dan hasilnya segera dilaporkan
kepada Direksi atau Konsultan Pengawas, sedangkan 3
(tiga) benda uji lainnya hasil rata-rata dan ketiga
spesimen tersebut. Batas kekuatan beton rata-rata harus
sama atau lebih dari kekuatan karakteristik 225 kg/cm2
untuk mutu beton K 225, tidak boleh ada satu benda uji
yang hasil tesnya lebih kecil dari =160 kg/cm2.
4. Bila diperlukan dapat ditambah dengan satu benda uji
lagi ditinggal di lapangan, dibiarkan mengalami proses
perawatan yang sama dengan keadaan sebenamya.
5. Kubus-kubus yang baru dicetak disimpan pada tempat yang
bebas getaran dan ditutup dengan karung basah selama 24
jam.
15.16. SUHU / TEMPERATUR
1. Suhu beton pada waktu dicor tidak boleh lebih dari 32
derajat Celsius. Bila suhu dari beton yang ditaruh
berada antara 27 derajat dan 32 derajat Celsius, maka
beton harus diaduk ditempat pekerjaan dan langsung
34
dicor.
2. Bila pada saat pembuatan beton berada pada iklim yang
dapat mengakibatkan suhu beton melebihi dari 32
derajat Celsius, maka pemborong harus mengambil
langkah-langkah yang efektif, umpamanya mendinginkan
agregat atau mengecor pada waktu malam hari.
15.17. PERIZINAN
1. Pemborong harus memberitahukan pada Direksi atau
Konsultan Pengawas minimal 1 minggu sebelum pengecoran
dimulai.
2. Pengecoran boleh dilaksanakan apabila sudah ada Berita
Acara Pengecoran dan izin tertulis dari Direksi atau
Konsultan Pengawas.
PASAL 16
PEKERJAAN PELAPIS LANTAI/PEKERJAAN LANTAI KERJA
16.1. LINGKUP PEKERJAAN
1. Lingkup pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja,
bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu yang
diperlukan dalam terlaksananya pekerjaan ini sehingga
dapat diperoleh hasil pekerjaan yang baik.
2. Pekerjaan lantai kerja ini meliputi seluruh detail
yang disebutkan/ditunjukkan
16.2. PERSYARATAN BAHAN
Bahan-bahan yang dipakai, sebelum dipasang terlebih
35
dahulu harus diserahkan contoh-contohnya kepada Direksi atau
Konsultan Pengawas untuk disetujui.
16.3. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN
1. Untuk pasangan yang langsung di atas tanah, tanah yang
akan dipasang lantai kerja harus dipadatkan untuk
mendapatkan permukaan yang rata dan padat sehingga
diperoleh daya dukung tanah yang maksimum, pemadatan
dipergunakan alat timbris.
2. Untuk pasangan di atas pelat beton, pelat beton diberi
lapisan dengan mutu k-150 dan diberi pasir setebal
minimum 5 - 10 cm dengan memperhatikan kemiringan
lantai, terutama di daerah basah.
3. Lantai kerja beton tumbuk di atas lantai dasar
permukaannya harus dibuat benar- benar rata, dengan
memperhatikan kemiringan lantai di daerah basah.
PASAL 17
PEKERJAAN PINTUAIR OTOMATIS
17.1. LINGKUP PEKERJAAN
1. Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan
dan alat bantu lainnya,untuk melaksanakan pekerjaan
sehingga dapat dicapai hasil pekerjaan yang baik dan
sempurna.
2. Pekerjaan ini meliputi seluruh Pintu air otomatis yang
siap pakai atau pabrikasi
36
17.2. PERSYARATAN BAHAN
1. Persyaratan bahan yang digunakan harus memenuhi uraian
dan syarat- syarat fiber serta memenuhi ketentuan-
ketentuan dari pabrik yang bersangkutan.
2. Konstruksi Pintu air otomatis yang dikerjakan seperti
yang ditunjukkan dalam detail gambar termasuk bentuk dan
ukurannya.
3. Bahan yang akan diproses fabrikasi harus diseleksi
terlebih dahulu sesuai dengan bentuk toleransi ukuran,
ketebalan, kesikuan, kelengkungan dan pewarnaan yang
dipersyaratkan Bahan Finishing
4. Treatment untuk permukaan kusen jendela dan daun pintu
yang bersentuhan dengan bahan alkaline seperti beton,
aduk atau plester dan bahan lainnya harus diberi lapisan
finish dari laquer yang jernih atau anti corrosive
treatment dengan insulating warnish seperti asphaltic
varnish atau bahan insulation lainnya.
17.3. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN
1. Sebelum memulai pelaksanaan Kontraktor diwajibkan
meneliti gambar-gambar dan
2. Prioritas proses fabrikasi, harus sudah siap sebelum
pekerjaan dimulai, dengan membuat lengkap dahulu shop
drawing dengan petunjuk Konsultan Pengawas meliputi
gambar denah, lokasi, merk, kualitas, bentuk dan ukuran.
3. Semua frame/kusen baik untuk dinding, jendela dan pintu
dikerjakan secara fabrikasi dengan teliti sesuai dengan
37
ukuran dan kondisi lapangan agar hasilnya dapat
dipertanggungjawabkan.
PASAL 18
PEMBERSIHAN AKHIR/FINISHING
Pada Akhir Pekerjaan Seluruh Permukaan Pasangan Batu dan
Sebagainya harus bersih dari sisa-sisa semen dan kotoran
lainnya. Gundukan-gndukan tanah bekas galian harus diratakan
serta bahan-bahan yang tidak terpakai lagi harus diangkut
keluar dari lokasi pekerjaan. Bila ada bagian-bagian
pekerjaan yang oleh suatu hal menyebabkan kecacatan pada
bagian pekerjaan tersebut belum memenuhi persyaratan yang
telah ditentukan, maka pelaksana wajib melakukan perbaikan-
perbaikan terhadap bagian-bagian pekerjaan tersebut.
top related