PROMOSI ASI EKSKLUSIF DALAM RANGKA PENINGKATAN RUMAH TANGGA BERPERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI KELURAHAN ANTAPANI TENGAH, KECAMATAN ANTAPANI, KOTA BANDUNG
Post on 06-Aug-2015
153 Views
Preview:
DESCRIPTION
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi, menurut data Survei
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002 – 2003 sebesar 307 per
100.000 kelahiran hidup demikian pula angka kematian bayi juga masih cukup
tinggi yaitu 35 per 1000 kelahiran hidup. Penduduk Indonesia pun menurut data
SDKI tahun 2002 – 2003 masih mempunyai umur harapan hidup rata-rata adalah
66,2 tahun baik laki-laki maupun perempuan. Berdasarkan data di atas
menunjukkan bahwa masalah-masalah kesehatan yang ada di masyarakat terutama
yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan anak ternyata masih cukup tinggi.1
Kebijakan untuk mencapai Visi Pembangunan Kesehatan Indonesia, yaitu
Indonesia Sehat 2010, menetapkan tiga pilar utama yaitu lingkungan sehat,
perilaku sehat dan pelayanan kesehatan bermutu adil dan merata. Untuk
mendukung pencapaian Visi Indonesia Sehat 2010 telah ditetapkan Sistem
Kesehatan Nasional (SKN) dengan Keputusan Menteri Kesehatan No.
131/Menkes/SK/II/2004 dan salah satu Subsistem dari SKN adalah Subsistem
Pemberdayaan Masyarakat. Kebijakan Nasional Promosi kesehatan untuk
mendukung upaya peningkatan perilaku sehat ditetapkan Visi Nasional Promosi
Kesehatan sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI. No. 1193/MENKES
/SK/X/2004 yaitu “Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 2010” (PHBS 2010). 2
Upaya pengembangan program promosi kesehatan dan PHBS yang lebih
terarah, terencana, terpadu dan berkesinambungan, dikembangkan melalui
Kabupaten/Kota percontohan integrasi promosi kesehatan dengan sasaran utama
adalah PHBS Tatanan Rumah Tangga (individu, keluarga, masyarakat) dan
Institusi Pendidikan, diharapkan akan berkembang ke arah desa/Kelurahan,
Kecamatan/ Puskesmas dan Kabupaten/Kota sehat menuju Indonesia Sehat 2010.2
1
PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota
rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktekkan perilaku hidup bersih
dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.2
Pada tahun 2008 dilakukan pendataan PHBS tatanan rumah tangga di
Kelurahan Antapani Tengah, Kecamatan Antapani, Kota Bandung yang
merupakan wilayah kerja dari UPT Puskesmas Griya Antapani,. Pendataan
dilakukan melalui kerja sama dengan pihak Kecamatan, Kelurahan, TP PKK dan
kader posyandu. Dari hasil pendataan yang dilakukan, diperoleh hasil 45,8%
rumah tangga sehat dan 54,2% termasuk rumah tangga tidak sehat.
1.2 Masalah
Berdasarkan hasil pendataan PHBS tatanan rumah tangga di Kelurahan
Antapani Tengah, Kecamatan Antapani, Kota Bandung pada tahun 2008, tampak
bahwa ternyata baru 45,8% rumah tangga yang dikategorikan rumah tangga sehat
dan dua penyebab utamanya adalah rendahnya dua indikator dari sepuluh
indikator PHBS, yaitu tidak merokok dalam rumah (49,1%) dan memberikan ASI
eksklusif (55,4%). Dengan mempertimbangkan besar masalah, mudah atau
sulitnya perilaku itu diubah, kepedulian masyarakat, ketersediaan sumber daya
dan dampak negatif yang ditimbulkan jika perilaku itu tidak diubah3, maka
diprioritaskan untuk meningkatkan cakupan ASI eksklusif. Selain itu, cakupan
ASI eksklusif juga merupakan indikator Keluarga Sadar Gizi (KADARZI).
1.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan masalah yang sudah dipaparkan, maka diperoleh rumusan
masalah sebagai berikut:
Bagaimana cara meningkatkan cakupan pemberian ASI eksklusif yang
merupakan salah satu indikator PHBS pada tatanan rumah tangga?
2
1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
Mempercepat terwujudnya rumah tangga ber-PHBS untuk menjadi rumah
tangga sehat, sebagai salah satu indikator desa/kelurahan siaga.
1.4.2 Tujuan Khusus
- Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang ASI eksklusif
- Meningkatkan cakupan ASI eksklusif
- Meningkatkan PHBS pada tatanan rumah tangga
1.5 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dengan upaya peningkatan cakupan ASI eksklusif,
yaitu:
- Meningkatkan kualitas pelayanan di UPT Puskesmas Griya Antapani
- Meningkatkan pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif
- Meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia di masa yang
akan datang
- Mendukung visi dan misi pembangunan kesehatan di Indonesia
3
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
2.1 Promosi Kesehatan di Puskesmas
Promosi kesehatan adalah ilmu pengetahuan dan seni membantu orang
untuk merubah gaya hidup menuju kesehatan optimal. Kesehatan optimal adalah
keseimbangan kesehatan fisik, emosi, sosial, spiritual dan intelektual.4
WHO memberi pengertian promosi kesehatan sebagai proses
mengupayakan individu-individu dan masyarakat untuk meningkatkan
kemampuan mereka mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan
sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatannya.5
Pada dasarnya tujuan utama promosi kesehatan adalah untuk mencapai 3
hal, yaitu :
- Peningkatan pengetahuan atau sikap masyarakat
- Peningkatan perilaku masyarakat
- Peningkatan status kesehatan masyarakat6
Kegiatan promosi kesehatan di Puskesmas dilakukan di dalam dan di luar
gedung. Yang dimaksud dengan promosi kesehatan di dalam gedung puskesmas
adalah promosi kesehatan yang dilaksanakan di lingkungan dan gedung
puskesmas seperti di tempat pedaftaran, poliklinik, ruang perawatan,
laboratorium, kamar obat, tempat pembayaran dan halaman puskesmas. Kegiatan
promosi kesehatan di dalam gedung Puskesmas dilaksanakan sejalan dengan
pelayanan yang diselenggarakan Puskesmas.3
Promosi kesehatan di luar gedung adalah promosi kesehatan yang
dilakukan petugas puskesmas di luar gedung puskesmas. Artinya promosi
kesehatan dilakukan untuk masyarakat yang berada di wilayah kerja puskesmas.3
4
Setiap masalah kesehatan, pada umumnya disebabkan tiga faktor yang
timbul secara bersamaan, yaitu (1) adanya bibit penyakit atau pengganggu
lainnya, (2) adanya lingkungan yang menungkinkan berkembangnya bibit
penyakit, dan (3) adanya perilaku hidup manusia yang tidak perduli terhadap bibit
penyakit dan lingkungannya. Oleh sebab itu, sehat dan sakitnya seseorang sangat
ditentukan oleh perilaku hidup manusia sendiri. Karena masalah perubahan
perilaku sangat terkait dengan promosi kesehatan maka peran promosi kesehatan
sangat diperlukan dalam meningkatkan perilaku masyarakat agar terbebas dari
masalah-masalah kesehatan.1
Secara operasional, upaya promosi kesehatan di puskesmas dilakukan agar
masyarakat mampu berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sebagai bentuk
pemecahan masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya, baik masalah-masalah
kesehatan yang diderita maupun yang berpotensi mengancam, secara mandiri.1
Penerapan PHBS di rumah tangga merupakan salah satu upaya strategis untuk
menggerakkan dan memberdayakan keluarga atau anggota rumah tangga untuk
hidup bersih dan sehat.3
PHBS yang dilakukan di masyarakat cukup banyak, tetapi karena
keterbatasan sumber daya untuk mengevaluasi, maka perlu ditetapkan beberapa
perilaku yang sangat sensitif sebagai indikator. Kriteria perilaku yang merupakan
unsur-unsur dari penggerakan PHBS di tatanan rumah tangga, yaitu:1
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
2. Memberi bayi ASI eksklusif
3. Menimbang balita
4. Menggunakan air bersih
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan memakai sabun
6. Menggunakan jamban sehat
7. Memberantas jentik
8. Makan sayur dan buah
9. Melakukan aktivitas fisik
5
10. Tidak merokok di dalam rumah
Dalam pemberian penyuluhan yang baik, berdasarkan metode yang
digunakan, Dwitagama (2008) memberi gambaran persentase yang dapat diserap
oleh pendengar, yaitu: 7
- Baca 10%
- Dengar 20%
- Lihat 30%
- Lihat dan dengar 50%
- Katakan 70%
- Katakan dan lakukan 80%
2.2 Pemberian ASI Eksklusif
ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi karena mengandung semua
bahan yang diperlukan oleh bayi. Sebelum terbentuk ASI, payudara membentuk
kolostrum. Kolostrum yang dikeluarkan setiap hari tidak terlalu banyak dan
berkisar antara 10 – 40 mL/hari. Dibandingkan dengan ASI, kolostrum
mengandung protein jauh lebih banyak, tetapi mengandung lemak dan karbohidrat
lebih sedikit. Kolostrum harus diberikan pada bayi (tidak seperti kebiasaan yang
terjadi di masyarakat untuk membuang ASI yang dikeluarkan pada hari-hari
pertama). Perubahan kolostrum menjadi ASI berlangsung kurang lebih 2 – 3
minggu dan perubahannya terjadi secara bertahap.8
ASI eksklusif adalah pemberian hanya ASI tanpa memberikan makanan
dan minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan, kecuali
obat dan vitamin. Pada usia 0-6 bulan, bayi cukup diberi ASI saja, karena
produksi ASI pada periode tersebut sudah mencukupi kebutuhan bayi untuk
6
tumbuh kembang yang sehat. Pemberian makanan selain ASI pada umur 0-6
bulan dapat membahayakan bayi, karena bayi belum mampu memproduksi enzim
untuk mencerna makanan bukan ASI.9
Hanya 14% ibu di Tanah Air yang memberikan air susu ibu (ASI)
eksklusif kepada bayinya sampai enam bulan. Rata-rata bayi di Indonesia hanya
menerima ASI eksklusif kurang dari dua bulan. Hasil yang dikeluarkan Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) periode 1997-2003 cukup
memprihatinkan. Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif sangat rendah.10
The World Alliance for Breastfeeding Action (WABA) memperkirakan 1
juta bayi dapat diselamatkan setiap tahunnya bila diberikan ASI pada 1 jam
pertama kelahiran, kemudian dilanjutkan ASI eksklusif sampai dengan enam
bulan.10
2.3 Manfaat Pemberian ASI
Banyak manfaat pemberian ASI khususnya ASI eksklusif yang dapat
dirasakan. Berikut manfaat terpenting yang diperoleh bayi:11
1. ASI sebagai nutrisi
ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang
seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. ASI
adalah makanan bayi yang paling sempurna, baik kualitas maupun
kuantitasnya. Dengan tatalaksana menyusui yang benar, ASI sebagai
makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan tumbuh bayi normal
sampai usia enam bulan.11
2. ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi
ASI adalah cairan hidup yang mengandung zat kekebalan yang akan
melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, parasit, dan
jamur. Kolostrum mengandung zat kekebalan sebesar 10-17 kali lebih
banyak dari susu matur. Zat kekebalan yang terdapat pada ASI antara lain
7
akan melindungi bayi dari penyakit mencret (diare). Pada suatu penelitian
di Brazil Selatan bayi yang tidak diberi ASI mempunyai kemungkinan
meninggal karena mencret sebesar 14,2 kali lebih banyak daripada bayi
ASI eksklusif. ASI juga akan menurunkan kemungkinan bayi terkena
penyakit infeksi telinga, batuk pilek, dan penyakit alergi.11
3. ASI eksklusif meningkatkan kecerdasan
ASI eksklusif dapat meningkatkan kecerdasan, sedangkan kecerdasan anak
berkaitan erat dengan otak, maka jelas bahwa faktor utama yang
mempengaruhi perkembangan kecerdasan adalah pertumbuhan otak.
Sementara itu, faktor terpenting dalam proses pertumbuhan termasuk
pertumbuhan otak adalah nutrisi yang diberikan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pertubuhan, termasuk pertumbuhan otak. Dikatakan bahwa
bila seorang bayi menderita kekurangan gizi berat pada masa pertumbuhan
otak cepat pertama maka akan terjadi pengurangan jumlah sel otak
sebanyak 15-20%.11
Pada tahun 1999, suatu analisis dari 11 penelitian menunjukkan bahwa
bayi yang menyusu mempunyai IQ 3,2 poin lebih tinggi dibandingkan
bayi yang mendapat susu formula. Perbedaan ini sudah terlihat mulai umur
6-23 bulan dan menetap sampai umur 10-15 bulan.12
Sedangkan penelitian Novita 2007 di Bandung, didapatkan IQ bayi yang
mendapat ASI eksklusif lebih tinggi 13,9 poin dibandingkan dengan bayi
yang tidak mendapat ASI eksklusif.13
4. ASI eksklusif meningkatkan jalinan kasih sayang
Bayi yang sering berada dalam dekapan ibu karena menyusui akan
merasakan kasih sayang ibunya. Ia juga akan merasa aman dan tenteram,
terutama karena masih dapat mendengar detak jantung ibunya yang telah
ia kenal sejak dalam kandungan. Perasaan terlindungi dan disayangi inilah
yang akan menjadi dasar perkembangan emosi bayi dan membentuk
kepribadian yang percaya diri dan dasar spiritual yang baik.11
2.4 Perlindungan Hak Bayi Memperoleh ASI
8
Hak anak adalah bagian dari hak azasi manusia yang wajib dijamin,
dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan
negara. Mendapatkan Air Susu Ibu merupakan salah satu hak azasi bayi yang
harus dipenuhi.14
Beberapa Legislasi Perlindungan dibuat untuk mewujudkan agar setiap
bayi mendapatkan hak azasinya (ASI) dan setiap ibu mampu melaksanakan
haknya untuk memenuhi hak azasi bayinya mendapat ASI.14
1. Convention on the Rights of the child (Konvensi Hak Anak)
Konvensi Hak Anak yang melibatkan 19 negara menyatakan bahwa hak
anak untuk mendapat standar kesehatan tertinggi dapat terpenuhi bila
pemerintah memastikan penyediaan makanan bergizi dan orang tua serta
anak memperoleh informasi yang cukup tentang nutrisi dan manfaat
pemberian ASI. Konvensi ini diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia pada
tahun 1990 dan menjadi Undang-Undang RI No. 23 tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak.14
2. International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights (1966)
yang melibatkan 142 negara mengesahkan ‘Hak untuk Pangan dan
Kesehatan’. Langkah yang diambil untuk memenuhi kecukupan pangan
adalah memelihara, menerima atau memperkuat penganekaragaman diet
serta memperhatikan konsumsi dan pola pemberian makanan yang tepat
termasuk ASI.14
3. Convention on the elimination of all forms of discrimination against
women
Konvensi eliminasi segala bentuk diskriminasi terhadap wanita (1979)
yang melibatkan 165 negara menyatakan bahwa ibu seharusnya mendapat
pelayanan yang sesuai berkaitan dengan kehamilan dan menyusui.14
4. Innocenti Declaration
9
Deklarasi Innocenti (1990) dilaksanakan sebagai upaya untuk pencapaian
ASI eksklusif pada 80% bayi usia 4 bulan. Target operasional yang harus
dilakukan, mencakup (1) program Komunikasi, Informasi, dan Edukasi
berkelanjutan, (2) semua sarana pelayanan kesehatan menjadi ‘Sayang
Bayi’, (3) Penerapan ‘International Code’ yang efektif, (4) mendukung
ibu bekerja yang menyusui, dan (5) fokus koordinasi yang efektif.14
5. Convention on Maternity Protection, International Labour Organization
Konvensi Perlindungan Maternal ILO menyatakan bahwa ibu bekerja
seharusnya memperoleh cuti hamil minimal 12 minggu sebelum kembali
bekerja. Sedangkan, pada konvensi tahun 2000, lama cuti hamil
ditingkatkan menjadi 14 minggu.14
Di Indonesia, terdapat beberapa undang-undang dan keputusan yang
mendukung ASI eksklusif, yaitu:
1. Undang-undang RI No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
Pasal 2: Penyelenggaraan perlindungan anak berasaskan Pancasila dan
berlandaskan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 serta prinsip-prinsip dasar Konvensi Hak-Hak Anak meliputi :
a. Non diskriminasi;
b. Kepentingan yang terbaik bagi anak;
c. Hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan; dan
d. Penghargaan terhadap pendapat anak.
Pasal 45: Orang tua dan keluarga bertanggung jawab menjaga kesehatan
anak dan merawat anak sejak dalam kandungan15
2. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1457/Menkes/SK/X/2004 tentang
Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan Kabupaten/Kota.
Salah satu SPM Promosi Kesehatan yang merupakan acuan
Kabupaten/Kota adalah ASI Ekslusif (80 %).2
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 585/Menkes/SK/V/2007 tentang
Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Puskesmas.
10
Memberi bayi ASI eksklusif merupakan salah satu indikator PHBS rumah
tangga.1
11
BAB III
KERANGKA PIKIR
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku
yang dipraktekkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang
menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang
kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan derajat kesehatan
masyarakatnya.3
Pembinaan PHBS di rumah tangga bertujuan untuk mempercepat
terwujudnya rumah tangga ber-PHBS untuk menjadi rumah tangga sehat, sebagai
salah satu indikator desa siaga di Provinsi Jawa Barat yang pada akhirnya akan
mewujudkan desa sehat.3
Salah satu indikator keberhasilan PHBS di rumah tangga adalah
memberikan ASI eksklusif.3 Sedangkan, berdasarkan pendataan PHBS yang
dilakukan di Kelurahan Antapani Tengah, Kecamatan Antapani, Kota Bandung,
pada tahun 2008, diperoleh data cakupan pemberian ASI eksklusif sebesar 55,4%.
Untuk menanggulangi hal tersebut, perlu dilakukan upaya promosi
kesehatan, baik di dalam gedung, maupun di luar gedung puskesmas. Upaya
promosi kesehatan puskesmas membantu masyarakat agar mampu melaksanakan
perilaku hidup bersih dan sehat.1
Promosi ASI eksklusif yang sudah dilakukan di UPT Puskesmas Griya
Antapani adalah penyuluhan individu dan kelompok tentang ASI eksklusif di luar
gedung serta penyuluhan individu di dalam gedung.
Dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat, khususnya para ibu,
diharapkan terjadi perubahan perilaku, sehingga cakupan ASI eksklusif meningkat
dan pada akhirnya akan meningkatkan rumah tangga ber-PHBS.
12
BAB IV
PEMBAHASAN
Masalah kesehatan yang terjadi di Indonesia masih merupakan masalah
yang besar. Hal ini tercermin melalui tingginya angka kematian ibu dan bayi serta
masih rendahnya umur harapan hidup berdasarkan Survei Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2003-2003.1
Untuk mengatasi masalah tersebut dan juga dalam rangka mencapai visi
pembangunan kesehatan Indonesia, ditetapkan Sistem Kesehatan Nasional (SKN)
dengan Keputusan Menteri Kesehatan No. 131/Menkes/SK/II/2004 dan salah satu
Subsistem dari SKN adalah Subsistem Pemberdayaan Masyarakat. Kebijakan
Nasional Promosi kesehatan untuk mendukung upaya peningkatan perilaku sehat
ditetapkan Visi Nasional Promosi Kesehatan sesuai Keputusan Menteri Kesehatan
RI. No. 1193/MENKES /SK/X/2004 yaitu “Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
2010” (PHBS 2010).2
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan suatu upaya untuk
memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu
mempraktekkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam
gerakan kesehatan di masyarakat. Setiap rumah tangga diharapkan melakukan
kesepuluh indikator PHBS.2
Pada tahun 2008, telah dilakukan pendataan PHBS rumah tangga di
Kelurahan Antapani Tengah, Kecamatan Antapani, Kota Bandung. Dari hasil
pendataan tersebut diperoleh hasil rumah tangga sehat hanya 45,8%. Rendahnya
hasil tersebut terutama karena rendahnya indikator tidak merokok dalam rumah
(49,1%) dan pemberian ASI eksklusif (55,4%).
Dalam memecahkan masalah tersebut, perlu dilakukan beberapa upaya
oleh Puskesmas dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut:
13
- Besarnya masalah3
Berdasarkan pendataan PHBS rumah tangga di Kelurahan Antapani
Tengah, cakupan ASI eksklusif hanya 55,4% padahal ASI merupakan
hak azasi bayi dan memberikan manfaat yang sangat besar bagi bayi.
- Mudah atau sulitnya perilaku itu diubah3
Jika pengetahuan masyarakat tentang manfaat ASI dan strategi menuju
keberhasilan menyusui dapat ditingkatkan, maka perilaku masyarakat
yang cenderung lebih memilih susu formula daripada ASI dapat
mudah diubah. Hal ini berbeda dengan merokok, dimana masyarakat
yang merokok umumnya sudah menjadi ketergantungan. Akibatnya
meskipun masyarakat tahu bahaya merokok, mereka akan tetap
melakukannya.
- Kepedulian masyarakat terhadap perilaku yang akan diubah3
Masyarakat yang sudah mengerti tentang ASI eksklusif akan sangat
peduli untuk merubah perilaku. Hal ini tampak dari banyaknya
legislasi perlindungan bayi yang mendukung pemberian ASI eksklusif.
Selain itu, pemerintah juga memperlihatkan kepeduliannya dengan
adanya undang-undang dan keputusan-keputusan yang mendukung
suksesnya pemberian ASI eksklusif.
- Ketersediaan sumber daya3
Dalam melaksanakan upaya promosi ASI eksklusif, puskesmas
memiliki sumber daya manusia yang sudah cukup, yaitu adanya tenaga
bidan dan tenaga medis maupun paramedis lain sudah memahami
upaya promosi kesehatan. Selain itu, UPT Puskesmas Griya Antapani
juga sering dijadikan tempat magang bagi Co-Ass maupun mahasiswa
keperawatan dimana mereka berkewajiban melakukan penyuluhan,
sehingga merupakan dukungan tenaga dan dana yang cukup bermakna.
- Dapat menimbulkan dampak negatif apabila perilaku itu tidak diubah3
ASI mempunyai manfaat selain sebagai nutrisi, juga untuk
meningkatkan daya tahan tubuh bayi, meningkatkan kecerdasan, dan
meningkatkan jalinan kasih sayang. Oleh karena itu, pemberian ASI
14
dapat bermanfaat untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian
bayi serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia di masa yang
akan datang. Apabila ASI tidak diberikan, maka yang terjadi adalah
hal-hal yang sebaliknya. Hal itu tentunya merupakan kerugian besar
bagi masyarakat dan negara.
Dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka pemecahan masalah
lebih difokuskan pada peningkatan cakupan pemberian ASI eksklusif.
Kegiatan yang dillakukan merupakan upaya promosi kesehatan bagi
masyarakat di wilayah kerja puskesmas karena yang diharapkan adalah
berubahnya perilaku masyarakat yang selama ini kurang mengerti atau tidak
memiliki kemauan untuk memberikan ASI eksklusif. Promosi ASI eksklusif ini
dilakukan di dalam dan di luar gedung.
Promosi di luar gedung yang telah dilakukan oleh UPT Puskesmas Griya
Antapani berupa:
- Penyuluhan rutin di posyandu bersamaan dengan kegiatan
penimbangan balita. Penyuluhan dilakukan oleh kader dan petugas
puskesmas.
- Penyuluhan kelompok tentang ASI eksklusif di RW 22 Kelurahan
Antapani Tengah, Kecamatan Antapani, Kota Bandung. Pemilihan
lokasi didasari pertimbangan banyaknya bayi dan balita di RW
tersebut, serta jumlah penduduk yang cukup padat.
Metode promosi yang dilakukan adalah ceramah tanya jawab dengan
tema ‘ASI: Aku Sehat, Ibu!’ bagi 31 orang ibu. Dengan menggunakan
metode ini diharapkan masyarakat akan meningkat pengetahuannya
sebesar 20%. Dari hasil pengisian pre-test dan post-test, tampak
adanya peningkatan nilai rata-rata, yaitu dari 67,74% menjadi 89,31%
atau sebesar 21,57%. Artinya penyuluhan ini dapat dikatakan berhasil
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang ASI eksklusif.
15
Promosi ASI eksklusif di dalam gedung dilakukan melalui konseling bagi
ibu hamil dan ibu nifas dan ibu bayi. Konseling dilakukan secara menyatu dengan
pelayanan di puskesmas, yaitu:
- Ruang KIA: dilakukan konseling bagi ibu semenjak hamil saat
melakukan ante natal care (ANC) tentang pentingnya ASI eksklusif
dan cara mempersiapkan diri untuk dapat memberikan ASI eksklusif
setelah melahirkan.
- Ruang MTBS/MTBM: dilakukan penilaian cara pemberian ASI bagi
bayi dan konseling bagi ibu bagaimana cara menyusui yang benar.
Melalui konseling ini, diharapkan pengetahuan dan kesadaran ibu untuk
memberikan ASI eksklusif meningkat sebesar 50-80%. Akan tetapi hasil
konseling ini belum pernah diteliti tentang besarnya dampak konseling bagi
peningkatan pemberian ASI eksklusif.
Dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang ASI eksklusif
diharapkan hal ini dapat berdampak kepada perubahan perilaku, sehingga cakupan
ASI eksklusif dapat ditingkatkan dan pada gilirannya akan meningkatkan juga
perilaku hidup bersih dan sehat di rumah tangga.
16
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1 Kesimpulan
1. ASI eksklusif merupakan salah satu indikator Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) yang mempunyai dampak besar bagi kualitas sumber daya
manusia Indonesia.
2. Berdasarkan pendataan PHBS di Kelurahan Antapani Tengah, Kecamatan
Antapani, Kota Bandung, didapatkan cakupan rumah tangga sehat sebesar
45,8%.
3. Cakupan PHBS yang rendah itu disebabkan cakupan pemberian ASI
eksklusif hanya mencapai 55,4%.
4. Promosi ASI eksklusif di dalam dan di luar gedung merupakan cara yang
baik untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat dan diharapkan dapat
meningkatkan cakupan pemberian ASI eksklusif.
5. Penyuluhan kelompok tentang ASI eksklusif telah dapat meningkatkan
pengetahuan peserta penyuluhan sebesar 21,57% (penyuluhan dinilai
berhasil).
5.2 Rekomendasi
Setelah dilakukan upaya-upaya promosi ASI eksklusif di UPT Puskesmas
Griya Antapani, perlu dilakukan penilaian kembali cakupan ASI eksklusif.
Penilaian hendaknya dilakukan atas upaya promosi dalam gedung dan upaya
promosi luar gedung.
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Depkes RI – Pusat Promosi Kesehatan. Pedoman pelaksanaan promosi
kesehatan di Puskesmas. Jakarta: Depkes RI; 2008.
2. Dinkes Provinsi Sulawesi Selatan, Pedoman pengembangan
kabupaten/kota percontohan program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS).2006 (diunduh 7 Mei 2009). Tersedia dari: http://dinkes-
sulsel.go.id/pdf/Perilaku_hidup_bersih_&_sehat.pdf.
3. Dinkes Provinsi Jawa Barat. Petunjuk teknis Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) di rumah tangga. Bandung: Dinkes Provinsi Jawa Barat;
2008.
4. Fitrihana N. Promosi kesehatan di tempat kerja. 2007 (diunduh 7 Mei
2009). Tersedia dari: http://batikyogya.wordpress.com/2007/08/16/62/
5. Perkembangan dan pengertian promosi kesehatan. Dalam: Kebijakan
nasional promosi kesehatan (diunduh 7 Mei 2009). Tersedia dari:
http://www.perpustakaan-depkes.org:8180/bitstream/123456789/1294/7/0
6Hal3-5.pdf
6. Perencanaan promosi kesehatan. 2008 (diunduh 8 Mei 2009), Tersedia dari: http://www. retno_listyaningrum.staff.gunadarma.ac.id/
7. Dwitagama D. Penyuluhan yang baik. 2008 (diunduh 8 Mei 2009).
Tersedia dari: http://trainerkita.blogspot.com/2008/06/penyuluhan-yang-
baik.html
8. Soedibyo S. Aspek gizi daripada ASI. Dalam: Suharyono, Suradi R,
Firmansyah A, penyunting. Air susu ibu. Edisi ke-2. Jakarta: Fakultas
Kedokteran UI; 1992.
9. Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat. Inisiasi menyusu dini plus ASI
eksklusif. Jakarta: Depkes RI; 2005
10. 86% Bayi di Indonesia Tidak Diberi ASI Eksklusif.2008 (diunduh 7 Mei
2009). Tersedia dari: http://www.indonesia.go.id/id/index.php?
option=com_content&task=view&id=8009&Itemid=712
18
11. Roesli U. Apa itu ASI eksklusif? Dalam: Sudaryo Y (penyunting).
Mengenal ASI eksklusif. Edisi ke-1. Jakarta: Pustaka Pembangunan
Swadaya Nusantara; 2001
12. Pusponegoro H, Handryastuti S. Air susu ibu dan kecerdasan anak. Dalam:
Hegar B, Suradi R, Hendarto A, Partiwi IGA (penyunting). Bedah ASI.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2008
13. Novita L. Perbandingan kognitif bayi usia enam bulan yang mendapat ASI
eksklusif dan yang tidak mendapat ASI eksklusif dengan menggunakan
Skala Griffith (tesis). Bandung: Universitas Padjadjaran; 2007
14. Besar DS, PN Eveline. Air susu ibu dan hak bayi. Dalam: Hegar B, Suradi
R, Hendarto A, Partiwi IGA (penyunting). Bedah ASI. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI; 2008
15. Undang-Undang RI No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak.
ABSTRAK
19
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) rumah tangga ditentukan oleh sepuluh indikator. Salah satu indikatornya adalah pemberian ASI eksklusif.
Hasil pendataan PHBS di Kelurahan Antapani Tengah, Kecamatan Antapani, Kota Bandung pada tahun 2008 menunjukkan hasil yang rendah untuk rumah tangga sehat, yaitu 45,8% . Indikator yang menyebabkan rendahnya cakupan rumah tangga sehat adalah pemberian ASI eksklusif yang hanya dilakukan oleh 55,4% rumah tangga.
Pemecahan masalah yang dipilih adalah peningkatan cakupan pemberian ASI eksklusif melalui upaya promosi ASI eksklusif di dalam dan di luar gedung. Melalui penyuluhan ASI eksklusif, dapat dinilai adanya peningkatan pengetahuan masyarakat berdasarkan hasil nilai rata-rata pre-test sebesar 67,74 menjadi 89,31 pada hasil nilai rata-rata post-test.
Disimpulkan bahwa promosi kesehatan telah dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang ASI eksklusif dan diharapkan pada akhirnya meningkatkan cakupan ASI eksklusif dan rumah tangga dengan perilaku hidup bersih dan sehat.
KATA PENGANTAR
20
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga karya tulis ilmiah ini
dapat diselesaikan.
Penulisan karya ilmiah ini yang berjudul “PROMOSI ASI EKSKLUSIF
DALAM RANGKA PENINGKATAN RUMAH TANGGA BERPERILAKU
HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI KELURAHAN ANTAPANI TENGAH,
KECAMATAN ANTAPANI, KOTA BANDUNG” ini disusun untuk memenuhi
persyaratan mengikuti pemilihan tenaga kesehatan teladan tingkat Provinsi Jawa
Barat tahun 2009.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dinas Kesehatan Kota
Bandung yang telah memberikan kepercayaan kepada penulis untuk mewakili
Kota Bandung dalam pemilihan tenaga kesehatan teladan tingkat Provinsi Jawa
Barat.
Ucapan terima kasih juga penuis sampaikan kepada seluruh staf UPT
Puskesmas Griya Antapani yang telah mendukung dan bekerja sama dalam satu
atap melaksanakan seluruh tugas dan tanggung jawab sebagai Pegawai Negeri
Sipil.
Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih senantiasa melimpahkan rahmat dan
berkat-Nya kepada kita semua.
Bandung, Mei 2009
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
21
ABSTRAK ………………………………………………………….......... i
KATA PENGANTAR…………………………………………………… ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Masalah ................................................................................................. 2
1.3 Perumusan Masalah .............................................................................. 2
1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum .............................................................................. 3
1.4.2 Tujuan Khusus ............................................................................. 3
1.5 Manfaat .................................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN LITERATUR
2.1 Promosi Kesehatan di Puskesmas .......................................................... 4
2.2 Pemberian ASI Eksklusif ....................................................................... 6
2.3 Manfaat Pemberian ASI ......................................................................... 7
2.4 Perlindungan Hak Bayi Memperoleh ASI .............................................. 9
BAB III KERANGKA PIKIR .................................................................... 12
BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................ 13
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ………………………. 17
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….. 18
22
top related