Presus Ke 4 Batu Saluran Kemih
Post on 21-Jan-2016
26 Views
Preview:
DESCRIPTION
Transcript
TUGAS PRESENTASI KASUS
BLOK EARLY CLINICAL AND COMMUNITY EXPOSURE III
“BATU SALURAN KEMIH (VESIKA URINARIA, URETER, URETRA)”
Tutor: dr. Taufan, Sp. B
Kelompok: G1
Anggota:
1. Tsalasa Agustina G1A010078
2. Elisabeth Serafiyani G1A010079
3. Rizka Dana Prastiwi G1A010080
4. Novita Lusiana G1A010081
JURUSAN PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2013
BAB I
PENDAHULUAN
Batu saluran kemih menurut tempatnya di golongkan menjadi Batu ginjal,
Batu Ureter, Batu kandung kemih dan Batu uretra. Penyakit batu saluran kemih
dapat menyerang penduduk di seluruh dunia dan tidak terkecuali penduduk di
Indonesia. Angka kejadian penyakit berbeda-beda di berbagai negara. Batu ginjal
merupakan penyebab terbanyak kelainan saluran kemih. Di negara maju seperti
Amerika serikat, Eropa, Australia, batu saluran kemih banyak dijumpai pada batu
saluran kemih bagian atas, sedang di Negara berkembang seperti India, Thailand
dan Indonesia lebih banyak dijumpai batu saluran kemih di buli-buli. Hal ini
karena adanya pengaruh status gizi dan aktivitas pasien sehari-hari. Di Amerika
Serikat 5-10% penduduknya menderita penyakit ini, sedangkan di seluruh dunia,
rata-rata terdapat 1-12% penduduk yang menderita batu saluran kemih. Penyakit
ini merupakan salah satu dari tiga penyakit terbanyak di bidang urologi disamping
infeksi saluran kemih dan pembesaran prostat benigna (Netter, 2006).
Di Indonesia penyakit batu saluran kemih masih merupakan kasus
terbanyak dari jumlah pasien di klinik urologi. Insidensi dan prevalensi yang pasti
dari penyakit ini di Indonesia belum dapat ditetapkan secara pasti. Dari data dalam
negeri yang pernah dipublikasi didapatkan peningkatan jumlah penderita batu
ginjal yang mendapat tindakan di RSUPN-Cipto Mangunkusumo dari tahun ke
tahun mulai 182 pasien pada tahun 1997 menjadi 847 pasien pada tahun 2002,
peningkatan ini sebagian besar disebabkan mulai tersedianya alat pemecah batu
ginjal non-invasif ESWL (Extracorporeal shock wave lithotripsy) yang secara
total mencakup 86% dari seluruh tindakan (ESWL, PCNL, dan operasi terbuka)
(Netter, 2006).
Kekambuhan pembentukan batu merupakan masalah yang sering muncul
pada semua jenis batu dan oleh karena itu menjadi bagian penting perawatan
medis pada pasien dengan batu saluran kemih. Dengan perkembangan teknologi
kedokteran terdapat banyak pilihan tindakan yang tersedia untuk pasien, namun
pilihan ini dapat juga terbatas karena adanya variabilitas dalam ketersediaan
sarana di masing-masing rumah sakit maupun daerah (Purnomo, 2007).
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan
gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan
keadaan keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik). Secara
epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu
saluran kemih pada seseorang. Faktor-faktor itu adalah faktor intrinsik yaitu
keadaan yang berasal dari tubuh seseorang dan faktor ekstrinsik yaitu pengaruh
yang berasal dari lingkungan di sekitarnya (Purnomo, 2007).
A.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Batu saluran kemih merupakan suatu kondisi didapatkannya batu di dalam saluran
kemih, mulai dari kaliks sampai dengan uretra anterior (Purnomo, 2011).
B. Etiologi dan Predisposisi
Terbentuknya batu secara garis besar dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan factor
ekstrinsik.
1. Faktor Intrinsik
Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam individu sendiri.
Termasuk faktor intrinsik adalah umur, jenis kelamin, keturunan, riwayat
keluarga.
a. Heriditer/ Keturunan
Salah satu penyebab batu ginjal adalah faktor keturunan misalnya Asidosis
tubulus ginjal (ATG). ATG menunjukkan suatu gangguan ekskresi H+ dari
tubulus ginjal atau kehilangan HCO3 dalam air kemih, akibatnya timbul asidosis
metabolic. Riwayat BSK bersifat keturunan, menyerang beberapa orang dalam
satu keluarga. Penyakit-penyakit heriditer yang menyebabkan BSK antara lain:
1). Dent’s disease yaitu terjadinya peningkatan 1,25 dehidroksi vitamin D sehingga
penyerapan kalsium di usus meningkat, akibat hiperkalsiuria, proteinuria,
glikosuria, aminoasiduria dan fosfaturia yang akhirnya mengakibatkan batu
kalsium oksalat dan gagal ginjal.
2). Sindroma Barter, pada keadaan ini terjadi poliuria, berat jenis air kemih rendah
hiperkalsiuria dan nefrokalsinosis.
b. Umur
BSK banyak terdapat pada golongan umur 30-60 tahun1. Hasil penelitian yang
dilakukan terhadap penderita BSK di RS DR Kariadi selama lima tahun (1989-
1993), frekuensi terbanyak pada dekade empat sampai dengan enam.
c. Jenis kelamin
Kejadian BSK berbeda antara laki-laki dan wanita. Pada laki-laki lebih sering
terjadi dibanding wanita 3:141. Khusus di Indonesia angka kejadian BSK yang
sesuangguhnya belum diketahui, tetapi diperkirakan paling tidak terdapat 170.000
kasus baru per tahun10. Serum testosteron menghasilkan peningkatan produksi
oksalat endogen oleh hati. Rendahnya serum testosteron pada wanita dan anak-
anak menyebabkan rendahnya kejadan batu saluran kemih pada wanita dan anak-
anak.
2. Faktor Ekstrinsik
Faktor ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari lingkungan luar individu
seperti geografi, iklim, serta gaya hidup seseorang.
a. Geografi
Prevalensi BSK tinggi pada mereka yang tinggal di daerah pegunungan, bukit
atau daerah tropis. Letak geografi menyebabkan perbedaan insiden batu saluran
kemih di suatu tempat dengan tempat yang lain. Faktor geografi mewakili salah
satu aspek lingkungan seperti kebiasaan makan di suatu daerah, temperatur,
kelembaban yang sangat menentukan faktor intrinsik yang menjadi predisposisi
BSK.
b. Faktor Iklim dan cuaca
Faktor iklim dan cuaca tidak berpengaruh secara langsung namun ditemukan
tingginya batu saluran kemih pada lingkungan bersuhu tinggi. Selama musim
panas banyak ditemukan BSK. Temperatur yang tinggi akan meningkatkan
keringat dan meningkatkan konsentrasi air kemih. Konsentrasi air kemih yang
meningkat akan meningkatkan pembentukan kristal air kemih. Pada orang yang
mempunyai kadar asam urat tinggi akan lebih berisiko terhadap BSK
c. Jumlah air yang diminum
Dua faktor yang berhubungan dengan kejadian BSK adalah jumlah air yang
diminum dan kandungan mineral yang berada di dalam air minum tersebut.
Pembentukan batu juga dipengaruhi oleh faktor hidrasi. Pada orang dengan
dehidrasi kronik dan asupan cairan kurang memiliki risiko tinggi terkena BSK.
Dehidrasi kronik menaikkan gravitasi air kemih dan saturasi asam urat sehingga
terjadi penurunan pH air kemih17. Pengenceran air kemih dengan banyak minum
menyebabkan peningkatan koefisien ion aktif setara dengan proses kristalisasi air
kemih. Banyaknya air yang diminum akan mengurangi rata-rata umur Kristal
pembentuk batu saluran kemih dan mengeluarkan komponen tersebut dalam air
kemih.
Kandungan mineral dalam air salah satu penyebab BSK. Air yang mengandung
sodium karbonat seperti pada soft drink penyebab terbesar timbulnya batu saluran
kemih. Air sangat penting dalam proses pembentukan BSK. Apabila seseorang
kekurangan air minum maka dapat terjadi supersaturasi bahan pembentuk BSK.
Hal ini dapat menyebabkan terjadinya BSK. Pada penderita dehidrasi kronik pH
air kemih cenderung turun, berat jenis air kemih naik, saturasi asam urat naik dan
menyebabkan penempelan kristal asam urat.
Dianjurkan minum 2500 ml air per hari atau minum 250 ml tiap 4 jam ditambah
250 ml tiap kali makan sehingga diharapkan tubuh menghasilkan 2000 ml air
kemih yang cukup untuk mengurangi terjadinya BSK. Banyak ahli berpendapat
bahwa yang dimaksud minum banyak untuk memperkecil kambuh yaitu bila air
kemih yang dihasilkan minimal 2 liter per 24 jam39. Berbagai jenis minuman
berpengaruh berbeda dalam mengurangi atau menambah risiko terbentuknya batu
saluran kemih.
Alkohol banyak mengandung kalsium oksalat dan guanosin yang pada
metabolisme diubah menjadi asam urat. Peminum alkohol kronis biasanya
menderita hiperkalsiuria dan hiperurikosuria akan meningkatkan kemungkinan
terkena batu kalsium oksalat.
d. Diet/Pola makan
Diperkirakan diet sebagai faktor penyebab terbesar terjadinya batu saluran
kemih. Diet berbagai makanan dan minuman mempengaruhi tinggi rendahnya
jumlah air kemih dan substansi pembentukan batu yang berefek signifikan dalam
terjadinya BSK. Bila dikonsumsi berlebihan maka kadar kalsium dalam air kemih
akan naik, pH air kemih turun, dan kadar sitrat air kemih juga turun. Diet yang
dimodifikasi terbukti dapat mengubah komposisi air kemih dan risiko
pembentukan batu.
Kebutuhan protein untuk hidup normal per hari 600 mg/kg BB, bila berlebihan
maka risiko terbentuk batu saluran kemih akan meningkat. Protein hewani akan
menurunkan keasaman (pH) air kemih sehingga bersifat asam, maka protein
hewani tergolong “acid ash food”, Akibat reabsorbsi kalsium dalam tubulus
berkurang sehingga kadar kalsium air kemih naik. Selain itu hasil metabolism
protein hewani akan menyebabkan kadar sitrat air kemih turun, kadar asam urat
dalam darah dan air kemih naik. Konsumsi protein hewani berlebihan dapat juga
menimbulkan kenaikan kadar kolesterol dan memicu terjadinya hipertensi, maka
berdasarkan hal tersebut diatas maka konsumsi protein hewani berlebihan
memudahkan timbulnya batu saluran kemih. Karbohidrat tidak mempengaruhi
terbentuknya batu kalsium oksalat, sebagian besar buah adalah alkali ash food
(Cranberry dan kismis). Alkasi ash food akan menyebabkan pH air kemih naik
sehingga timbul batu kalsium oksalat. Sayur bayam, so, sawi, daun singkong
menyebabkan hiperkalsiuria. Sayuran yang mengandung oksalat sawi bayam,
kedele, brokoli, asparagus, menyebabkan hiperkalsiuria dan resorbsi kalsium
sehingga menyebabkan hiperkalsium yang dapat menimbulkan batu kalsium
oksalat. Sebagian besar sayuran menyebabkan pH air kemih naik (alkali ash food)
sehingga menguntungkan, karena tidak memicu terjadinya batu kalsium oksalat.
Sayuran mengandung banyak serat yang dapat mengurangi penyerapan kalsium
dalam usus, sehingga mengurangi kadar kalsium air kemih yang berakibat
menurunkan terjadinya BSK. Pada orang dengan konsumsi serat sedikit maka
kemungkinan timbulnya batu kalsium oksalat meningkat. Serat akan mengikat
kalsium dalam usus sehingga yang diserap akan berkurang dan menyebabkan
kadar kalsium dalam air kemih berkurang. Sebagian besar buah merupakan alkali
ash food yang penting untuk mencegah timbulnya batu saluran kemih. Hanya
sedikit buah yang bersifat acid ash food seperti kismis dan cranberi. Banyak buah
yang mengandung sitrat terutama jeruk yang penting sekali untuk mencegah
timbulnya batu saluran kemih, karena sitrat merupakan inhibitor yang paling kuat.
Karena itu konsumsi buah akan memperkecil kemungkinan terjadinya batu
saluran kemih. Beberapa studi telah dilakukan untuk mengetahui hubungan antara
tingginya asupan makanan dengan ekskresi kalsium dalam air kemih. Pengaruh
diet tinggi kalsium hanya 6% pada kenaikan kalsium air kemih.
e. Jenis pekerjaan
Kejadian BSK lebih banyak terjadi pada pegawai administrasi dan orangorang
yang banyak duduk dalam melakukan pekerjaannya karena mengganggu proses
metabolisme tubuh.
f. Stres
Diketahui pada orang-orang yang menderita stres jangka panjang, dapat
meningkatkan kemungkinan terjadinya batu saluran kemih. Secara pasti mengapa
stres dapat menimbulkan batu saluran kemih belum dapat ditentukan secara pasti.
Tetapi, diketahui bahwa orang-orang yang stres dapat mengalami hipertensi, daya
tahan tubuh rendah, dan kekacauan metabolisme yang memungkinkan kenaikan
terjadinya BSK.
g. Olah raga
Secara khusus penelitian untuk mengetahui hubungan antara olah raga dan
kemungkinan timbul batu belum ada, tetapi memang telah terbukti BSK jarang
terjadi pada orang yang bekerja secara fisik dibanding orang yang bekerja di
kantor dengan banyak duduk.
h. Kegemukan (Obesitas)
Obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan peningkatan lemak tubuh baik
diseluruh tubuh maupun di bagian tertentu. Obesitas dapat ditentukan dengan
pengukuran antropometri seperti IMT, distribusi lemak tubuh/ persen leamk tubuh
melalui pengukurang tebal lemak bawah kulit. Dikatakan obese jika IMT ≥ 25
kg/m2. Pada penelitian kasus batu kalsium oksalat yang idiopatik didapatkan
59,2% terkena kegemukan. Pada laki-laki yang berat badannya naik 15,9 kg dari
berat badan waktu umur 21 tahun mempunyai RR 1,39. Pada wanita yang berat
badannya naik 15,9 kg dari berat waktu berumur 18 tahun, RR 1,7. Hal ini
disebabkan pada orang yang gemuk pH air kemih turun, kadar asam urat, oksalat
dan kalsium naik.
i. Kebiasaan menahan buang air kemih
Kebiasaan menahan buang air kemih akan menimbulkan stasis air kemih yang
dapat berakibat timbulnya Infeksi Saluran Kemih (ISK). ISK yang disebabkan
kuman pemecah urea sangat mudah menimbulkan jenis batu struvit. Selain itu
dengan adanya stasis air kemih maka dapat terjadi pengendapan Kristal.
j. Tinggi rendahnya pH air kemih
Hal lain yang berpengaruh terhadap pembentukan batu adalah pH air kemih ( pH
5,2 pada batu kalsium oksalat).
(Stoler, 2004); (Menon, 2002)
C. Epidemiologi
Batu saluran kemih merupakan penyakit nomor tiga paling sering yang
terjadi di sistem saluran kemih setelah infeksi saluran kemih dan
penyakit prostat. Penelitian epidemiologik memberikan kesan bahwa penyakit
batu saluran kemih mempunyai hubungan dengan tingkat kesejahteraan
masyarakat dan berubah sesuai dengan perkembangan kehidupan suatu bangsa.
Berdasarkan pembandingan data penyakit batu saluran kemih di berbagai negara,
dapat disimpulkan bahwa di negara yang mulai berkembang terdapat banyak
insidensi batu saluran kemih bagian bawah, terutama terdapat di kalangan anak.
Di negara berkembang, terdapat banyak batu saluran kemih bagian atas,
terutama di kalangan orang dewasa. Pada suku bangsa tertentu, penyakit batu
saluran kemih sangat jarang, misalnya suku bangsa Bantu di Afrika Selatan.
Satu dari 20 orang menderita batu ginjal. Insidensi batu saluran kemih pada
pria banding wanita adalah 3 : 1. Puncak kejadian di usia 30-60 tahun atau 20-49
tahun. Prevalensi di Amerika Serikat sekitar 12% untuk pria dan 7% untuk wanita.
Batu struvite lebih sering ditemukan pada wanita daripada pria (Sjamsuhidayat,
2011).
D. Patogenesis dan Patofisiologi
1. Patogenesis
Pembentukan batu saluran kemih memerlukan keadaan supersaturasi
dalam pembentukan batu. Inhibitor pembentuk batu dijumpai dalam air kemih
normal. Batu kalsium oksalat dengan inhibitor sitrat dan glikoprotein. Beberapa
promoter (reaktan) dapat memacu pembentukan batu seperti asam urat, memacu
pembentukan batu kalsium oksalat. Aksi inhibitor dan reaktan belum diketahui
sepenuhnya. Ada dugaan proses ini berperan pada pembentukan awal atau
nukleasi Kristal, progesi Kristal atau agregasi Kristal. Penambahan sitrat dalam
kompleks kalsium dapat mencegah agregasi Kristal kalsium oksalat dan mungkin
dapat mengurangi risiko agregasi Kristal dalam saluran kemih (Sya’bani, 2001)
Secara pasti etiologi batu saluran kemih belum diketahui secara pasti dan
sampai sekarang banyak teori dan faktor yang berpengaruh untuk terjadinya batu
saluran kemih, yaitu :
1. Teori Fisiko Kimiawi
Prinsip teori ini yaitu terbentuknya batu saluran kemih karena adanya
proses kimia, fisika maupun gabungan disika kimiawi. Dari hal tersebut
diketahui terjadinya batu di dalam system pielokaliks ginjal sangat
dipengaruhi oleh konsentrasi bahan pembentuk batu dalam tubulus renalis.
Berdasarkan faktor risiko kimiawi dikenal teori pembentukan batu sebagai
berikut :
a. Teori Supersaturasi
Supersaturasi air kemih dengan garam-garam pembentuk batu
merupakan dasar terpenting dan merupakan prasyarat untuk terjadinya
presipitasi (pengendapan). Apabila kelarutan suatu produk tinggi
dibandingkan titik endapnya, maka terjadi supersaturasi sehingga
menimbulkan terbentuknya Kristal dan pada akhirnya akan terbentuk
batu. (Hesse, 2002)
Supersaturasi dan kristalisasi terjadi bila ada penambahan yang
bias mengkristal dalam air dengan pH dan suhu tertentu, sehingga suatu
saat terjadi kejenuhan dan selanjutnya terjadi Kristal. Bertambahnya
bahan yang dapat mengkristal yang diekskresikan oleh ginjal, maka pada
suatu saat akan terjadi kejenuhan sehingga terbentuk Kristal. Proses
kristalisasi dalam pembentukan batu saluran kemih berdasarkan adanya 4
zona saturasi, terdapat tiga zona yaitu :
1) Zona stabil, tidak ada pembentukan inti batu
2) Zona menstabil, mungkin membesar tetapi tidak terjadi disolusi batu,
bias ada agregasi dan inhibitor bias mencegah kristalisasi.
3) Zona saturasi tinggi.
Kenaikan konsentrasi bahan pengkristal
Zona Saturasi Tinggi-terbentuk inti batu spontan-batu cepat tumbuh /agregasi-inhibitor tidak begitu efektif
Zona Supersaturasi MetastabilBatu mungkin membesar tapi tidak terbentuk inti batuDisolusi batu tidak bias terjadiAgregasi batu tidak bias terjadiInhibitor cegah kristalisasi
Zona stabil dari saturasi rendahTidak ada pembentukan dari inti batuDisolusi bias terjadiAgregasi bias terjadi
Zona stabil
Berdasarkan gambar terlihat bahwa saturasi dalam pembentukan
batu saluran kemih dapat digolongkan menjadi 3 bagian berdasarkan
kadar bahan tersebut dalam air kemih. Bila kadar bahan pengkristal air
kemih sangat rendah maka disebut zona stabil saturasi rendah. Pada zona
ini tidak ada pembentukan inti batu saluran kemih, bahkan bias terjadi
disolusi batu yang sudah ada. Bila kadar bahan pengkristal air kemih
lebih tinggi disebut zona supersaturasi metastabil. pada zona ini batu
saluran kemih yang ada dapat membesar walaupun tidak terbentuk inti
batu saluran kemih yang baru, tetapi tidak dapat terjadi disolusi dan dapat
terjadi agregasi Kristal-kristal yang sudah terbentuk. Inhibitor sangat
penting pada zona ini, yaitu untuk mencegah terjadinya Kristal batu
saluran kemih. Bila kadar bahan pengkristal airt kemih tinggi disebut
zona saturasi tinggi. Pada keadaan ini mudah terbentuk inti batu saluran
kemih spontan, batu begitu cepat membesar karena terjadi agregasi.
Inhibitor tidak begitu efektif untuk mencegah terbentuknya Kristal batu
saluran kemih.
Tingkat saturasi dalam air kemih tidak hanya dipengartuhi oleh
jumlah bahan pembentuk BSK yang larut, tetapi juga oleh kekuatan ion,
pembentukan kompleks dan pH air kemih. Secara kasar separuh total
konsentrasi kalsium dan oksalat berada dalam bentuk ion bebas, sisanya
dalam bentuk kompleks. Kekuatan ion terutama ditentukan oleh natrium,
kalsium, dan klorida. Bila kekuatan ion naik, maka akan menyebabkan
AP CaOx turun dan risiko pembentukan Kristal kalium oksalat, sebab
jumlah konsentrasi ion biasnya akan menurun. Kalsium dapat mebentuk
kompleks dengan sitrat yang larut dalam air. Keasaman air kemih akan
mempengaruhi pembentukan kompleks maupun aktivitas ion bebas. Pada
kenaikan pH terjadi kenaikan kompleks kalsium sitrat dan kalsium fosfat
serta penurunan kalsium sulfat pada pH 6,5 atau lebih. Hampeir semua
ion sitrat terionisasi sehingga sangat mudah membentuk kompleks
kalsium oksalat. Pada pH tinggi terjadi suasana basa, maka ion hydrogen
bebas turun sehingga menaikan ion fosfat bebas.
b. Teori matrik
Didalam air kemih terdapat protein yang berasal dari pemecahan
mitochondria sel tubulus renalis yang berbentuk nlaba-laba. Kristal batu
oksalat maupun kalsium fosfat akan menempel pada anyaman tersebut
dan berada di sela-sela anyaman sehingga terbentuk batu. Benang seperti
sarang laba-laba yang berisi protein 65%, Heksana 10%, Heksosamin 2-
5% sisanya air. Pada benang menempel Kristal batu yang sebabkan batu
makin lama makin besar. Matrik tersebut merupakan bahan yang
merangsang timbulnya batu (Resnick, 1990)
c. Teori Inhibitor
Pada penelitian diketahui bahwa walaupun kadar bahan
pembentuk batu sama tingginya pada beberapa orang tetapi tidak semua
menderita penyakit batu. Hal tersebut disebabkan pada orang yang tidak
terbentuk batu dalam air kemihnya mengandung bahan penghambat untuk
terjadinya batu (inhibitor) yang lebih tinggi kadarnya dibanding penderita.
Dikenal 2 jenis inhibitor yaitu organik yang sering terdapat adalah asam
sitrat, nefrokalsin, dan tamma-horsefall glikoprotein dan jarang terdapat
yaitu gliko-samin glikans, uropontin. Inhibitor anorganik yaitu pirofosfat,
magnesium, dan Zinc.
Menurut penelitian inhibitor yang paling kuat yaitu sitrat, karena
sitrat akan berekasi dengan kalsium membentuk kalsium sitrat yang larut
dalam air. Inhibitor mencegah terbentuknya kristal kalsium oksalat,
mencegah agregasi dan mencegah perlengketan krostal kalsium oksalat
pada membran tubulus. Magnesium mencegah terjadinya kristal kalsium
oksalat dengan mengikat oksigen menjadi magnesium oksalat.
Sitrat terdapat pada hampir semua buah-buahan tetapi kadar tertinggi ada
pada jeruk. (Drach,1996)
d. Teori Epitaksi
Pada teori ini dikatakan bahwa kristal dapat menempel pada
kristal lain yang berbeda sehingga cepat membesar dan menjadi batu
campuran. Keadaan ini disebut nukleasi heterogen dan yang paling sering
yaitu kristal kalsium oksalat menempel pada kristal asam urat yang ada.
(Drach, 1996)
e. Teori Kombinasi
Banyak ahli berpendapat bahwa batu saluran kemih terbentuk
berdasarkan campuran dari beberapa teori yang ada. (Drach, 1996)
f. Teori Infeksi
Teori terbentuknya BSK juga dapat terjadi karena adanya infeksi
dari kuman tertentu. Pengaruh infeksi pada pembentukan BSK adalah
sebagai berikut :
1. Teori terbentuknya batu struvit
Batu struvit disebut juga batu infeksi mempunyai komposisi
magnesium amonium fosfat. Terjadinya batu jenis ini dipengaruhi pH
air kemih ≥7,2 dan terdapat amonium dalam air kemih, misalnya
pemecahan urea (urea solitting bacteria). Urease yang terbentuk akan
menghidrolisa urea menjadi karbon dioksida dan amonium.
Akibat reaksi tersebut maka pH air kemih akan naik lebih dari 7 dan
terjadi reaksi sintesis amonium yang terbentuk dengan molekul
magnesium dan fosfat menjadi magnesium amonium fosfat (batu
struvit). Bakteri penghasil urease sebagian besar adalah gram negatif
yaitu golongan proteus, klebsiela, providensia dan korinobakterium
serta juga bakteri gram positif yaitu stafilokokus, mikrokokus, dan
korinobakterium serta golongan mikoplasma, seperti T strain
mikoplasma dan ureaplasma urelithikum (Drach, 1996)
2. Teori nano bakteria
Nanobakteria merupakan bakteri terkecil dengan diameter 50-200
nanometer yang hidup dalam darah, ginjal, dan air kemih. Bakteri ini
tergolong gram negatif dan sensitif terhadap tetrasiklin. Dinding sel
bakteri ini mengeras membentuk cangkang kalsium (karbonat apatite)
kristal karbonat apatit ini mengadakan agregasi dan mebentuk inti
batu, kemudian kristal kalsium oksalat akan menempel disitu sehingga
makin lam makin besar. Dilaporkan bahw a 90% penderita BSK
mengandung nanobakteria. (Kajender, 1998)
3. Oxalobacter
Dalam usus manusia terdapat bakteri pemakan oksalat sebagai bahan
energi yaitu Oxalobacter formigens dan Eubacterium lentrum tetapi
hanya Oxalobacter formigens saja yang tak dapat hidup tanpa oksalat.
(Menon, 2002)
2. Teori Vaskuler
Pada penderita batu saluran kemih sering didapat adanya penyakit hipertensi
dan kadar kolesterol darah yang tinggi, maka Stoller mengajukan teori
vaskular untuk terjadinya batu saluran kemih.
a. Hipertensi
Seseorang dikatakan hipertensi bila tekanan darah sistolis 140 mmHg atau
lebih. Atau tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih atau sedang
dalam pengobatan anti hipertensi (Susalit, 2001). Pada penderita
hipertensi 83% mem[unyai perkapuran ginjal sedangkan pada orang yang
tidak hipertensi yangmempunyai perkapuran ginjal sebanyak 52%. Hal ini
disebabkan aliran darah pada papila ginjal berbelok 1800 dan aliran darah
berubah dari aliran laminer menjadi turbulensi. Pada penderita hipertensi
aliran turbulen ini berakibat pengendapan ion-ion kalsium papila disebut
juga perkapuran ginjal yang dapat berubah menjadi batu. (Stoler, 2004)
b. Kolesterol
Pada penelitian terhadap batu yang diambil dengan operasi ternyata
mengandung kolesterol bebas 0,058-2,258 serta kolesteol ester 0,012-
0,777 mikrogram per miligram batu. Adanya kadar kolesterol yang tinggi
dalam darah akan disekresi melalui glomerulus ginjal dan tercampur
didalam air kemih. Adanya butiran kolesterol tersebut akan merangsang
agregasi dengan kristal kalsium oksalat dan kalsium fosfat sehingga
terbentuk batu yang bermanifestasi klinis (Stoler, 2004).
Mengenai saraf
Dilatasi kaliks akut Anuria
Stagnasi urinTekanan aliran balik meningkat
Hiperperistaltik kaliks dan ureter
Peregangan akut kapsula renalis
Nyeri kolikFlank pain
Kerusakan epitel
Nyeri yang menjalar ke testis yang ipsilateral
(Inervasi oleh T11-12)
Hematuria (gross
hematuria)
Faktor genetik
Defisiensi Inhibitor
Faktor Intrinsik
Supersaturasi
Nukleasi
Pembesaran inti oleh proses agregasi
Deposit batu kalsium di pelvis renalis
Obstruksi akut uretropelvis
2. Patofisiologi
(Purnomo, 2011)
E. Penegakan Diagnosis
1. Manifestasi Klinis
a. Nyeri, rasa nyeri yang berbeda-beda ditentukan oleh lokasi batu :
1. Ginjal
Menimbulkan 2 macam jenis nyeri : nyeri kolik dan nonkolik. Nyeri kolik (hilang
timbul) disebabkan oleh karena aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises
ataupun ureter yang meningkat untuk mengeluarkan batu dari saluran kemih.
Peningkatan peristaltik itu menyebabkan tekanan intraluminalnya meningkat
sehingga terjadi peregangan dari terminal syaraf yang memberikan sensasi nyeri.
Nyeri nonkolik disebabkan oleh peregangan kapsule ginjal karena terjadi
hidronefrosis atau infeksi pada ginjal.
2. Pelvis renalis
Batu saluran kemih sebesar lebih dari 1 cm pada pelvis renalis akan menyebabkan
nyeri berat pada punggung bagian bawah tepat di iga ke-2.
3. Ureter bagian atas dan tengah
Akan menyebabkan rasa nyeri pinggang hebat yang menjalar ke perut bagian
bawah. Rasa nyeri itu akan bertambah hebat apabila batu bergerak turun dan
menyebabkan obstruksi.
4. Ureter bagian distal (bawah)
Akan menyebabkan rasa nyeri di sekitar testis pada pria atau labia mayora pada
wanita. Dan nyeri sering dirasakan pula saat kencing atau menjadi sering kencing.
5. Bladder (kandung kemih)
Akan menyebabkaan gejala iritasi dan bila bersamaan dengan infeksi akan
menyebabkan hematuria. Jika batu mengobstruksi bladder neck, maka akan terjadi
retensi urin.
b. Kristaluria
Urin yang keluar disertai dengan pasir atau batu.
c. Hematuri
Pasien sering mengeluh hematuria atau urin berwarna seperti teh. Namun lebih
kurang 10-15% penderita batu urin tidak menderita hematuria. Urinalisa yang
komplet membantu diagnosis batu urin dengan adanya hematuria, kristaluria, dan
kelainan Ph urin.
d. Infeksi
Biasanya dengan gejala-gejala menggigil, demam, nyeri pinggang, nausea serta
muntah dan disuria. Batu yang terdapat di saluran kemih menjadi tempat
bersarangnya kuman yang tidak dapat dijangkau oleh obat-obatan. Batu jenis
struvite adalah yang paling sering berhubungan dengan infeksi, umumnya
disebabkan oleh Proteus, Pseudomonas, Providencia, Klebsiella, Staphyllococcus
dan Mycoplasma. Batu jenis lain adalah batu kalsium fosfat.
e. Demam
Bila kuman sudah menyabar ke tempat lain. Tanda demam yang diikuti dengan
hipotensi, palpitasi, vasodilatasi pembuluh darah dikulit merupakan tanda
terjadinya urosepsis (kedaruratan).
f. Adanya massa di daerah punggung
Obstruksi urine di saluran kemih bagian atas yang akut ditandai dengan rasa sakit
di punggung bagian bawah, dan pada obstruksi yang berlangsung lama kadang-
kadang dapat ditemukan massa pada saat palpasi akibat adanya hidronefrosis.
g. Nyeri ketok pada daerah kosto-vertebra.
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan sedimen urine dan faal ginjal.
Adanya leukositoria, hematuria, kristal, kultur kuman pemecah urea.
b. Kadar elektrolit darah dan urine
kalsium, oksalat, fosfat, maupun asam urat
c. Foto polos abdomen
Mendeteksi adanya batu opak seperti kalsium oksalat dan kalsium fosfat yang
paling sering dijumpai.
d. BNO/KUB : Bladder Nier Oversich/Kidney Ureter Bladder
Untuk melihat anatomi dan bayangan batu pada saluran kemih.
e. IVP (Intravenous Pyelography)
Untuk melhat fungsi fisiologis ginjal dan melihat secara simultan apakah adanya
obstruksi pada saluran kemih. Pemeriksaan ini ditujukan untuk medeteksi batu
semi-opak (MAP) atau non-opak (urat/sistin).
f. RPG (Retrograde Pyelography )
Dilakukan bila jenis batu radilusen yang tak dapat dilihat dengan BNO/IVP, RPG
suatu tindakan dimasukkannya kateter ureter dengan tanpa guide wire sepanjang
3-4 cm ke dalam ureter, lalu dimasukkan sejumlah kontras dan difoto dengan alat
fluroskopi.
g. USG
Dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan IVP, yaitu pada
keadaan seperti alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun, dan pada
wanita yang sedang hamil. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi batu di ginjal atau di
buli-buli (echoic shadow), hidronefrosis, pionefrosis, atau pengkerutan ginjal.
h. Pemeriksaan Mikroskopik Urin, untuk mencari hematuria dan Kristal.
i. Renogram, dapat diindikasikan pada batu staghorn untuk menilai fungsi
ginjal.
j. Analisis batu, untuk mengetahui asal terbentuknya.
k. Kultur urin, untuk mecari adanya infeksi sekunder.
l. DPL, ureum, kreatinin, elektrolit, kalsium, fosfat, urat, protein, fosfatase
alkali serum.
3. Diagnosis Banding
a. Pielonefritis akut
b. Tumor ginjal, ureter dan vesika urinaria
c. Tuberkulosis ginjal
d. Nekrosis pielocaliceal ginjal
e. Kolesistitis akut
f. Appendisitis akut
4. Pemeriksaan Fisik
a. Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan nyeri ketok didaerah kosto
vertebra
b. Teraba ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis
c. Terlihat tanda-tanda gagal ginjal, retensi urine dan jika disertai infeksi
didapatkan demam/menggigil.
(Rasyad, 1998; Soeparman, 2001).
F. Terapi
a. Terapi Farmakologis
Ditujukan untuk batu yang ukurannya < 5 mm, karena batu diharapkan
dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan bertujuan mengurangi nyeri,
memperlancar aliran urine dengan pemberian diuretikum, dan minum banyak
supaya dapat mendorong batu keluar (Hall, 2009).
Berikut ini adalah obat yang dapat digunakan untuk menatalaksana batu
saluran kemih (Hall, 2009):
a. Opioid analgesik, berfungsi sebagai penghilang rasa nyeri. Dapat digunakan
kombinasi obat (seperti oxycodone dan acetaminophen) untuk
menghilangkan rasa nyeri sedang sampai berat hanya jika diperlukan (prn=
pro re nata).
Contoh:
1. Morphine sulphate 2-5 mg IV setiap 15 menit jika diperlukan (jika RR<16
x/menit dan sistolik < 100 mmHg), atau
2. Oxycodone dan acetaminophen 1-2 tablet/kapsul PO setiap 4-6 jam jika
diperlukan, atau
3. Hydrocodone dan acetaminophen 1-2 tablet/kapsul PO setiap 4-6 jam jika
diperlukan.
b. Obat antiinflamasi non-steroid, bekerja dengan menghambat aktivitas COX
yang berperan dalam sintesis prostaglandin (PGD) sebagai mediator nyeri.
Bermanfaat dalam mengatasi kolik ginjal.
Contoh:
1. Ketorolac 30 mg IV (15 mg jika usia >65 tahun, gangguan fungsi ginjal
atau BB <50 kg) diikuti dosis 15 mg IV setiap 6 jam jika diperlukan.
Dianjurkan untuk tidak digunakan melebihi 5 hari karena kemungkinan
tukak lambung.
2. Ibuprofen 600-800 mg PO setiap 8 jam.
c. Kortikosteroid, merupakan agen antiinflamatorik yang dapat menekan
peradangan di ureter. Juga memiliki efek imunosupresif.
Contoh:
Prednisone 10 mg PO dua kali sehari. Penggunaan prednisone dibatasi tidak
boleh melebihi 5-10 hari.
d. Calcium channel blockers, merupakan obat yang mengganggu konduksi ion
Ca2+ pada kanal kalsium sehingga menghambat kontraksi otot polos.
Contoh:
Nifedipine 30 mg/hari PO extended release cap
e. Alpha blocker, merupakan antagonis dari reseptor α1-adrenergic. Dalam
keadaan normal reseptor α1-adrenergic merupakan bagian dari protein
berpasangan protein G (G protein-coupled receptor). Protein ini berfungsi
dalam signaling dan aktivasi protein kinase C yang memfosforilasi berbagai
protein lainnya. Salah satu efeknya adalah konstraksi otot polos; dengan
adanya alpha blockers maka konstraksi otot polos (pada saluran kemih)
tersebut dihambat.
Contoh:
1. Tamsulosine 0.4 mg tablet PO setiap hari selama 10 hari. Tamsulosin
merupakan alpha-1 blocker yang digunakan untuk memudahkan
keluarnya batu saluran kemih.
2. Terazosin 4 mg PO setiap hari selama 10 hari.
f. Obat urikosurik, merupakan obat yang menghambat nefropati dan
pembentukan kalkulus oksalat.
Contoh:
Allopurinol 100-300 mg PO setiap hari. Allopurinol merupakan obat yang
menghambat enzim xantin oksidase, suatu enzim yang mengubah
hipoxantin menjadi asam urat.
g. Agen alkalis
Contoh:
Potassium citrate 30-90 mEq/hari PO dibagi menjadi 3-4 kali sehari,
dimakan bersama makanan.
h. Diuretik
Contoh:
Thiazide, hidroklorothiazide 25-50 mg perhari.
b. Terapi Non Farmakologis
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih secepatnya
harus dikeluarkan agar tidak menimbulkan penyulit yang lebih berat. Indikasi
untuk melakukan tindakan atau terapi pada batu saluran kemih adalah jika batu
telah menimbulkan obstruksi, infeksi, atau harus diambil karena suatu indikasi
sosial. Obstruksi karena batu saluran kemih yang telah menimbulkan hidroureter
atau hidronefrosis dan batu yang sudah menimbulkan infeksi saluran kemih, harus
segera dikeluarkan (Hall, 2009).
Kadang kala batu saluran kemih tidak menimbulkan penyulit seperti diatas,
namun diderita oleh seorang yang karena pekerjaannya (misalkan batu yang
diderita oleh seorang pilot pesawat terbang) memiliki resiko tinggi dapat
menimbulkan sumbatan saluran kemih pada saat yang bersangkutan sedang
menjalankan profesinya dalam hal ini batu harus dikeluarkan dari saluran kemih.
Berikut ini merupakan terapi non farmakologis pada batu saluran kemih (Hall,
2009):
1. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)
Dengan ESWL sebagian besar pasien tidak perlu dibius, hanya diberi obat
penangkal nyeri. Pasien akan berbaring di suatu alat dan akan dikenakan
gelombang kejut untuk memecahkan batunya Bahkan pada ESWL generasi
terakhir pasien bisa dioperasi dari ruangan terpisah. Jadi, begitu lokasi ginjal
sudah ditemukan, dokter hanya menekan tombol dan ESWL di ruang operasi akan
bergerak. Posisi pasien sendiri bisa telentang atau telungkup sesuai posisi batu
ginjal. Batu ginjal yang sudah pecah akan keluar bersama air seni. Biasanya
pasien tidak perlu dirawat dan dapat langsung pulang.
Pembangkit (generator) gelombang kejut dalam ESWL ada tiga jenis yaitu
elektrohidrolik, piezoelektrik dan elektromagnetik. Masing-masing generator
mempunyai cara kerja yang berbeda, tapi sama-sama menggunakan air atau
gelatin sebagai medium untuk merambatkan gelombang kejut. Air dan gelatin
mempunyai sifat akustik paling mendekati sifat akustik tubuh sehingga tidak akan
menimbulkan rasa sakit pada saat gelombang kejut masuk tubuh.
ESWL merupakan alat pemecah batu ginjal dengan menggunakan
gelombang kejut antara 15-22 kilowatt. ESWL hanya sesuai untuk
menghancurkan batu ginjal dengan ukuran kurang dari 3 cm serta terletak di ginjal
atau saluran kemih antara ginjal dan kandung kemih (kecuali yang terhalang oleh
tulang panggul). Batu yang keras (misalnya kalsium oksalat monohidrat) sulit
pecah dan perlu beberapa kali tindakan. ESWL tidak boleh digunakan oleh
penderita darah tinggi, kencing manis, gangguan pembekuan darah dan fungsi
ginjal, wanita hamil dan anak-anak, serta berat badan berlebih (obesitas).
Penggunaan ESWL untuk terapi batu ureter distal pada wanita dan anak-
anak juga harus dipertimbangkan dengan serius. Sebab ada kemungkinan terjadi
kerusakan pada ovarium. Meskipun belum ada data yang valid, untuk wanita di
bawah 40 tahun sebaiknya diinformasikan sejelas-jelasnya.
2. Endourologi
Tindakan Endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan
batu saluran kemih yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian
mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukkan langsung ke
dalam saluran kemih. Alat itu dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi kecil
pada kulit (perkutan). Proses pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik,
dengan memakai energi hidraulik, energi gelombang suara, atau dengan energi
laser.
Beberapa tindakan endourologi antara lain:
a. PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy)
PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) yaitu mengeluarkan batu
yang berada di dalam saluran ginjal dengan cara memasukkan alat
endoskopi ke sistem kalises melalui insisi pada kulit. Batu kemudian
dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.
Keuntungan dari PNL, bila batu kelihatan, hampir pasti dapat diambil
atau dihancurkan. Fragmen dapat diambil semua karena ureter bisa dilihat
dengan jelas. Prosesnya berlangsung cepat dan dengan segera dapat
diketahui berhasil atau tidak. Kelemahannya adalah PNL perlu keterampilan
khusus bagi ahli urologi.
b. Litotripsi
Litotripsi dilakukan untuk memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan
memasukkan alat pemecah batu/litotriptor ke dalam buli-buli.
c. ureteroskopi atau uretero-renoskopi
Keterbatasan URS adalah tidak bisa untuk ekstraksi langsung batu ureter
yang besar, sehingga perlu alat pemecah batu seperti yang disebutkan di
atas. Pilihan untuk menggunakan jenis pemecah batu tertentu, tergantung
pada pengalaman masing-masing operator dan ketersediaan alat tersebut.
d. ekstraksi Dormia
Ekstraksi Dormia dilakukan dengan cara mengeluarkan batu ureter dengan
menjaringnya melalui alat keranjang Dormia.
3. Bedah Terbuka
Di klinik-klinik yang belum mempunyai fasilitas yang memadai untuk
tindakan-tindakan endourologi, laparoskopi, maupun ESWL, pengambilan batu
masih dilakukan melalui pembedahan terbuka. Pembedahan terbuka itu antara lain
adalah: pielolitotomi atau nefrolitotomi untuk mengambil batu pada saluran ginjal,
dan ureterolitotomi untuk batu di ureter. Tidak jarang pasien harus menjalani
tindakan nefrektomi atau pengambilan ginjal karena ginjalnya sudah tidak
berfungsi dan berisi nanah (pionefrosis), korteksnya sudah sangat tipis, atau
mengalami pengkerutan akibat batu saluran kemih yang menimbulkan obstruksi
atau infeksi yang menahun.
4. Pemasangan Stent
Meskipun bukan pilihan terapi utama, pemasangan stent ureter terkadang
memegang peranan penting sebagai tindakan tambahan dalam penanganan batu
ureter. Misalnya pada penderita sepsis yang disertai tanda-tanda obstruksi,
pemakaian stent sangat perlu. Juga pada batu ureter yang melekat (impacted).
Setelah batu dikeluarkan dari saluran kemih, tindakan selanjutnya yang
tidak kalah pentingnya adalah upaya menghindari timbulnya kekambuhan. Angka
kekambuhan batu saluran kemih rata-rata 7% per tahun atau kurang lebih 50%
dalam 10 tahun.
Selain itu, terapi non farmakologis juga dapat diberikan pada pasien dalam
bentuk edukasi tentang:
1. Penyakit batu saluran kemih
2. Komplikasi batu saluran kemih
3. Menghindari dehidrasi dengan minum cukup dan diusahakan produksi urin 2-3
liter per hari
4. Diet untuk mengurangi kadar zat-zat komponen pembentuk batu, antara lain:
a. Rendah protein, karena protein akan memacu ekskresi kalsium urine dan
menyebabkan suasana urine menjadi lebih asam.
b. Rendah oksalat.
c. Rendah garam, karena natriuresis akan memacu timbulnya hiperkalsiuri.
d. Rendah purin.
5. Aktivitas harian yang cukup
BAB III
KESIMPULAN
1. Batu saluran kemih merupakan suatu kondisi didapatkannya batu di dalam
saluran kemih, mulai dari kaliks sampai dengan uretra anterior.
2. Manifestasi klinis pada batu saluran kemih, berupa: nyeri kolik dan
nonkolik, hematuri, infeksi, demam, adanya massa di daerah punggung, dan nyeri
ketok pada daerah kosto-vertebra.
3. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan sedimen
urine dan faal ginjal, foto polos abdomen , IVP (intravenous pyelography), RPG
(retrograde pyelography ), USG, pemeriksaan mikroskopik urin, renogram,
analisis batu, kultur urin, DPL, ureum, kreatinin, elektrolit, kalsium, fosfat, urat,
protein, dan fosfatase alkali serum.
4. Terapi farmakologis yang dapat diberikan, antara lain: opioid analgesik,
obat antiinflamasi non-steroid, kortikosteroid, calcium channel blockers, alpha
blocker, obat urikosurik, agen alkalis, dan diuretik.
5. Terapi non farmakologis yang dapat diberikan, antara lain: PNL,
endourologi, bedah terbuka, dan pemasangan stent.
dr. Novita Lusiana
SIP: 23/BMS/2010/XX
Jl. Arca Mas No. 19A Purwokerto
Telp. (0281) 6571561
Purwokerto, 5 Desember 2013
R/ Ketorolac Inj amp No. I
cum disposable syringe cc 3 No. I
∫ imm
R/ Hydrochlortiazid tab mg 25 No
XIV
∫ 1 dd tab 1 h.m.
R/ Tamsulosine tab mg 0.4 No. X
∫ 1 dd tab 1 p.c
R/ Metoclopramide tab mg 10 No.
XV
∫ 1 dd tab 1 a.c
Pro : Tn. Ahmad
Umur : 56 Tahun
Alamat : Jl. Martadireja No. 1 Purwokerto
SURAT RUJUKAN
Kepada Purwokerto, 5 Desember 2013
Yth. T.S. Dokter Ahli : Spesialis Bedah
Di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Dengan hormat,
Mohon penanganan dan pengobatan lebih lanjut terhadap pasien di bawah ini :
- Nama / umur / jenis kelamin : Tn. Ahmad / 56 tahun / laki-laki
- Alamat : Jl. Martadireja No. 1 Purwokerto
Hasil-hasil penatalaksanaan yang telah kami lakukan terhadap pasien tersebut
sebagai berikut:
a. Anamnesis : Retensi urin, nyeri kolik, mual, muntah, rasa
terbakar di saluran kemih saat BAK
b. Pemeriksaan fisik : Hipertensi, febris, nyeri ketok di daerah
kostovertebra, dan teraba ginjal pada sisi yang sakit akibat hidronefrosis
c. Pemeriksaan laboratorium dan penunjang lainnya : anemia
d. Diagnosis kerja : Batu saluran kemih
e. Terapi sementara : Pemberian Ketorolac injeksi, Hydrochlortiazid
tablet 25 mg, Tamsulosine tablet 0,4 mg, dan Metoclorpramide tablet 10
mg
Demikianlah surat rujukan ini kami sampaikan. Atas perhatian dan kerjasamanya
kami ucapkan terima kasih.
Salam sejawat,
(dr. Novita Lusiana)
DAFTAR PUSTAKA
Drach, George W. 1996. Urinary Lithiasis, In Chambell’s Urology. 5th ed.
Philadelphia: WB. Saunders Co.
Hall, P. M. 2009. Nephrolithiasis: Treatment, Causes, and Prevention. Cleveland
Clinical Journal of Medicine, vol. 76 (10): 583-591.
Hesse, Alrecht. 2002. Urinary Stone Diagnosis, Treatment and Prevention of
Recurrence. 2nd edition. Philadelphia: WB. Saunders Co.
Kajander OE, and Ciftcioglu N. 1998. Nanobacteria: An Alternative Mechanism
For Pathogenic Intra-And Extracellular Calcfication And Stone Formation.
Proc. Natl .Ac. Science, Vol. 95:14.
Menon, M. Resnick. Martin, I. 2002. Urinary Lithiasis : Etiologi and Endurologi,
in : Chambell’s Urology. Philadelphia: W.B. Saunder Company.
Netter FH. 2006. Atlas of Human Anatomy. 4th ed. US: Saunders.
Purnomo, Basuki. 2007. Dasar-dasar Urologi. edisi kedua. Sagung seto: Jakarta
Purnomo, BB. 2011. Dasar-Dasar Urologi. Edisi Ketiga. Jakarta: CV Sagung
Seto. Hal 90-92.
Rasyad, Syahriar, dkk. 1998. Radiologi Diagnostik. Ed.4. Balai Penerbit FKUI:
Jakarta.
Resnick, MI. 1990. A Medical and Surgical Reference. Philadelphia: WB.
Saunders Company.
Sjamsuhidayat. 2011. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
Soeparman, dkk. 2001. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Halaman 378. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
Stoler, M. Maxwell, VM. Harison, AM. Kane, JP. 2004. The Primary Event: A
New Hypotesis Involving a Vasculer Etiology. J Urol. 171(5) : 1920-1924
Susalit, E. Lubis. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Ed 3. Jakarta:
Balai Penerbit FK UI.
Sya’bani, M. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi ketiga. Balai
Jakarta: Penerbit FK UI.
top related