PREPARASI DAN KARAKTERISASI BEADlib.ui.ac.id/file?file=digital/20308787-S42522-Preparasi dan.pdf · biodegradabel yang berpotensi sebagai sediaan lepas terkendali. Tujuan dari penelitian
Post on 07-Dec-2020
5 Views
Preview:
Transcript
UNIVERSITAS INDONESIA
PREPARASI DAN KARAKTERISASI BEAD
KALSIUM PEKTINAT PENTOKSIFILIN
DENGAN METODE GELASI ION
SKRIPSI
YESSICA LISYANA
0906601903
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI EKSTENSI DEPARTEMEN FARMASI
DEPOK
JULI 2012
Preparasi dan..., Yessica Lisyana, FMIPA UI, 2012
UNIVERSITAS INDONESIA
PREPARASI DAN KARAKTERISASI BEAD
KALSIUM PEKTINAT PENTOKSIFILIN
DENGAN METODE GELASI ION
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi
YESSICA LISYANA
0906601903
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI EKSTENSI DEPARTEMEN FARMASI
DEPOK
JULI 2012
ii
Preparasi dan..., Yessica Lisyana, FMIPA UI, 2012
iii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa
skripsi ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan peraturan yang
berlaku di Universitas Indonesia.
Jika di kemudian hari ternyata saya melakukan plagiarisme, saya akan
bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh
Universitas Indonesia kepada saya.
Depok, 13 Juli 2012
(Yessica Lisyana)
Preparasi dan..., Yessica Lisyana, FMIPA UI, 2012
iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,dan semua sumber baik yang dikutip
maupun dirujuk telah saya nyatakan dengn benar.
Nama : Yessica Lisyana
NPM : 0906601903
Tanda Tangan :
Tanggal : 13 Juli 2012
Preparasi dan..., Yessica Lisyana, FMIPA UI, 2012
v
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh :
Nama : Yessica Lisyana
NPM : 0906601903
Program Studi : Farmasi Ekstensi
Judul Skripsi : Preparasi dan Karakterisasi Bead Kalsium
Pektinat Pentoksifilin dengan Metode Gelasi Ion
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai
bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi
pada Departemen Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI
Pembimbing I : Pharm. Dr. Joshita Djajadisastra, M.S., PhD(..........................)
Penguji I : Dr. Silvia Surini, M.Pharm.Sc (..........................)
Penguji II : Dra. Azizahwati, M.S., Apt (..........................)
Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 13 Juli 2012
Preparasi dan..., Yessica Lisyana, FMIPA UI, 2012
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas berkat, rahmat, dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan
salam juga senantiasa tercurah kepada Rasullah SAW. Penulisan skripsi ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana
farmasi pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Indonesia. Penulis mengucapkan rasa hormat dan terima kasih kepada :
1. Ibu Pharm. Dr. Joshita Djajadisastra, M.S., Ph.D., sebagai dosen
pembimbing atas segala bimbingan dan saran yang begitu besar selama
penelitian dan penyusunan skripsi ini
2. Ibu Dr. Katrin, M.S., sebagai Pembimbing Akademik yang telah
memberikan bimbingan dan saran selama penulis menempuh pendidikan
di Departemen Farmasi UI
3. Ibu Dra. Azizahwati M.S., Apt., sebagai Ketua Program Sarjana Ekstensi
Departemen Farmasi UI.
4. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S., sebagai Ketua Departemen Farmasi
UI.
5. Bapak Benny Subianto dari PT Rotaryana Prima yang telah membantu dan
memberi bahan.
6. Ibu Anita Ekajanty dari PT Kalbe Farma yang telah membantu
memberikan bahan baku obat.
7. Mr Kevin Cheong dari DANISCO yang telah berbaik hati memberikan
rekomendasi kepada PT. Rotaryana Prima
8. Seluruh dosen/staf pengajar Departemen Farmasi FMIPA UI atas segala
bantuan yang diberikan, terutama pada saat penelitian berlangsung.
9. Keluargaku tercinta, mama, bapak, adik-adik, keluarga besar atas segala
dukungan, semangat, dan doa yang diberikan.
10. Teman-teman tekfar ekstensi 2009, yang telah membantu dalam penelitian
ini, anak-anak Palembang serta anak-anak ekstensi 2009 dan anak-anak
reguler dan paralel 2008 atas semangat, dan kebersamaannya.
Preparasi dan..., Yessica Lisyana, FMIPA UI, 2012
vii
11. Pegawai dan laboran Departemen Farmasi Mba deva, pak Rustam, pak
hery, mba tiny, pak yono, pak surya, mba lia, mas OB dan lainnya atas
bantuan selama penulis melakukan penelitian.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah
memberikan bantuan selama masa penelitian dan penyusunan skripsi.
Penulis menyadari bahwa penelitian dan penulisan skripsi ini masih jauh
dari sempurna, sehingga saran dan kritik yang membangun sangat diperlukan.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu, serta bagi setiap
orang yang membacanya.
Penulis
2012
Preparasi dan..., Yessica Lisyana, FMIPA UI, 2012
viii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di
bawah ini:
Nama : Yessica Lisyana
NPM : 0906601903
Program Studi : Farmasi Ekstensi
Departemen : Farmasi
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
Pembuatan dan Karakterisasi Bead Kalsium Pektinat Pentoksifillin dengan
Metode Gelasi Ion
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Univesitas Indonesia berhak menyimpan, mengalih-
media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat
dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 13 Juli 2012
Yang menyatakan
(Yessica Lisyana)
Preparasi dan..., Yessica Lisyana, FMIPA UI, 2012
ix Universitas Indonesia
ABSTRAK
Nama : Yessica Lisyana
Program Studi : Framasi Ekstensi
Judul : Preparasi dan Karakterisasi Bead Kalsium Pektinat
Pentoksifilin dengan Metode Gelasi Ion
Inflamatory Bowel Disease adalah penyakit peradangan kolon yang menyebabkan
jaringan parut yang ditangani dengan pembedahan. Jika terjadi berulang dapat
menyebabkan fibrosis. Pentoksifillin merupakan obat yang memiliki efek anti
fibrosis digunakan sebagai obat. Pektin merupakan polimer alam bersifat
biodegradabel yang berpotensi sebagai sediaan lepas terkendali. Tujuan dari
penelitian ini adalah membuat dan mengkarakterisasi bead kalsium pektinat
pentoksifillin dengan metode gelasi ion dengan variasi konsentrasi larutan
sambung silang kalsium klorida 2,5% (formula 1), 5% (formula 2), dan 10%
(formula 3). Karakterisasi bead yang dihasilkan berbentuk tidak terlalu sferis
untuk formula 1 dan 2, namun sferis untuk formula 3, dan berwarna coklat
keputihan dengan ukuran rata-rata 710 – 1180 µm untuk formula 1 dan 2,
sedangkan untuk formula 3 berukuran rata-rata > 1180 µm. Kandungan
pentoksifilin dalam bead dari ketiga formula berturut-turut yaitu 27,87%, 22,28%,
dan 14,05%. Efisiensi penjerapan dari ketiga formula berturut-turut yaitu 69,68%,
66,83%, dan 56,18%. Pada uji pelepasan obat dalam medium asam klorida 0,1N
pH 1,2, dapar fosfat pH 6, dan dapar fosfat pH 7,4 tidak berbeda. Obat dapat
terlepas hampir seluruhnya pada menit ke 15. Karena pelepasannya yang tinggi di
medium asam klorida 0,1N pH 1,2 selama 2 jam yaitu ± 90% kemudian bead
disalut HPMCP sehingga pelepasannya di medium asam klorida 0,1N pH 1,2
berkurang dengan jumlah yang terlepas 38-60%.
Kata Kunci : bead, gelasi ion, HPMCP, kalsium klorida, pektin,
pentoksifilin,
xvi + 53 halaman : 16 gambar; 16 tabel; 7 lampiran
Daftar Acuan : 38 (1979-2011)
Preparasi dan..., Yessica Lisyana, FMIPA UI, 2012
ix Universitas Indonesia
ABSTRACT
Name : Yessica Lisyana
Program study : Pharmacy Extention
Title : Preparation and Characterization of Calcium Pectinate
Pentoxifylline Beads with Ion Gelation Method
Inflammatory Bowel Disease causes rasp network. It’s handle by dissection that if
occur repeatedly can lead a fibrosis. Pentoxifyllin is a drug that has anti-fibrotic
effect which is used as a drug. Pectin is biodegradable natural polymer which
have potention as controlled release drug. The aim of this research is preparation
and charactherization calcium pectinate pentoxifylline beads which is prepared by
ionic gelation method with variation in calcium chloride concentration 2,5%
(formula 1), 5% (formula 2), and 10% (formula 3). Characterization of beads
which is produced are not too spheris for the first and second formula, but spheris
for the third formula, and it’s brown whitish colour. The average size of beads are
710-1180 µm for the first and second formula. While the third formula are about
>1180 µm. Content of pentoksifilin in beads for all formula are 27,87 % for the
first formula, 22,28 % for the second formula and 14,05% for the third formula.
Encapsulation efficiency of all formula are 69,68%, 66,83% and 56,18%
respectively. Drug release test in medium of hydrochloric acid 0,1N pH 1,2,
phosphate buffer pH 6 and phosphate buffer pH 7,4 are not differences. The drug
can be released almost in fifteenth minutes. Because it’s release is higher in
medium of hydrochloride acid 0,1N pH 1,2 for 2 hours which is about ± 90%,
then beads are coated by HPMCP in order that it’s release in medium of
hydrochloride acid 0,1N pH 1,2 can holding a number of released is 38-60%.
Key Words : beads, calcium chloride, HPMCP, ion gelation, pectin,
pentoxifylline.
xvi + 53 pages : 16 pictures; 16 tables; 7 appendices
Bibliography : 38 (1979-2011)
x
Preparasi dan..., Yessica Lisyana, FMIPA UI, 2012
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ............................ iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .......................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................. vi HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ....................... viii
ABSTRAK .................................................................................................... ix
ABSTRACT .................................................................................................. x
DAFTAR ISI ................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xv
DAFTAR RUMUS ....................................................................................... xvi
BAB 1. PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian .................................................................. 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 3
2.1 Pentoksifilin .......................................................................... 3
2.2 Pelepasan Obat ke Kolon ...................................................... 4
2.3 Bead ...................................................................................... 5
2.4 Pektin .................................................................................... 6
2.5 Kalsium Klorida .................................................................... 7
2.6 Bead Kalsium Pektinat .......................................................... 7
2.7 Metode Gelasi Ion ................................................................. 7
2.8 Mekanisme Pelepasan Obat .................................................. 8
2.9 Hidroksi Propil Metil Selulosa (HPMCP) ............................ 9
BAB 3. METODE PENELITIAN ................................................................ 11
3.1 Tempat dan Waktu ................................................................ 11
3.2 Alat dan Bahan ...................................................................... 11
3.2.1 Alat ............................................................................... 11
3.2.2 Bahan ........................................................................... 11
3.3 Formula Bead ........................................................................ 11
3.4 Cara Kerja ............................................................................. 12
3.4.1 Optimasi Pembuatan Bead ........................................ 12
3.4.2 Pembuatan Bead Kalsium Pektinat Pentoksifilin ...... 12
3.4.3 Pembuatan Bead Kering yang disalut HPMCP ......... 12
3.4.4 Pembuatan Larutan Asam Klorida 0,1 N pH 1,2 ...... 13
3.4.5 Pembuatan Larutan Dapar Fosfat pH 6 ..................... 13
3.4.6 Pembuatan Larutan Dapar Fosfat pH 7,4 .................. 13
3.4.7 Pembuatan Larutan Natrium Hidroksida 0,2 N ........ 13
3.4.8 Pembuatan Larutan Kalium Dihidrogen Fosfat 0,2M 13
3.5 Karakterisasi Bead ................................................................ 13
3.5.1 Bentuk dan Morfologi Bead ...................................... 13
xi
Preparasi dan..., Yessica Lisyana, FMIPA UI, 2012
Universitas Indonesia
3.5.2 Ukuran Bead ............................................................. 13
3.5.3 Efisiensi Proses ......................................................... 14
3.5.4 Penentuan Kadar air .................................................. 14
3.5.5 Pembuatan Spektrum Serapan dan Kurva
Kalibrasi Pentoksifilin ............................................... 14
3.5.6 Uji Kandungan dan Efiensi Penjerapan .................... 15
3.5.7 Uji Pelepasan Obat Secara In Vitro ........................... 16
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 17
4.1 Pembuatan Bead Kalsium Pektinat Kosong .......................... 17
4.2 Pembuatan Bead Kalsium Pektinat Pentoksifilin .................. 17
4.3 Evaluasi Bead ....................................................................... 18
4.3.1 Bentuk dan Morfologi .............................................. 18
4.3.2 Ukuran Bead ............................................................. 19
4.3.3 Efisiensi Proses ......................................................... 20
4.3.4 Penentuan Kadar Air ................................................. 20
4.3.5 Pembuatan Spektrum Serapan dan Kurva Kalibrasi . 21
4.3.6 Uji kandungan dan Efisiensi penjerapan ................... 23
4.3.7 Uji Pelepasan Obat Secara In Vitro ........................... 24
4.3.8 Pelepasan Bead yang Disalut HPMCP ...................... 26
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 27
5.1 Kesimpulan ........................................................................... 27
5.2 Saran ...................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 28
xii
Preparasi dan..., Yessica Lisyana, FMIPA UI, 2012
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Rumus Bangun Pentoksifilin ................................................ 3
Gambar 2.2 Struktur Kimia Pektin ........................................................... 6
Gambar 2.3 Skema Ilustrasi Model Eggbox ............................................. 8
Gambar 2.4 Rumus Bangun HPMCP ....................................................... 9
Gambar 4.1 Hasil SEM Bead Kalsium Pektinat Pentoksifilin dengan
Perbesaran 75 kali ................................................................. 18
Gambar 4.2 Grafik Distribusi Ukuran Bead ............................................. 19
Gambar 4.3 Kurva Kalibrasi Pentoksifilin dalam Medium Asam
Klorida 0,1N pH 1,2 ............................................................. 22
Gambar 4.4 Kurva Kalibrasi Pentoksifilin dalam Medium Dapar Fosfat
pH 6 ....................................................................................... 22
Gambar 4.5 Kurva kalibrasi pentoksifilin dalam medium dapar fosfat
pH 7,4 .................................................................................... 23
Gambar 4.6 Grafik % Efisiensi Penjerapan dan Kandungan Obat dalam
Bead ...................................................................................... 23
Gambar 4.7 Grafik Pelepasan Kumulatif Bead dalam Medium Asam
Klorida 0,1N pH 1,2 dan Dapar Fosfat pH 6 ........................ 24
Gambar 4.8 Grafik Pelepasan Kumulatif Bead dalam Medium Dapar
Fosfat pH 7,4 ......................................................................... 25
Gambar 4.9 Grafik Perbandingan Pelepasan Kumulatif Bead
yang Tidak Disalut dan Disalut HPMCP 10% dalam
Medium Asam Klorida 0,1 N pH 1,2 .................................... 26
xiii
Preparasi dan..., Yessica Lisyana, FMIPA UI, 2012
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Jenis HPMCP ........................................................................ 10
Tabel 3.1 Formula Bead Kalsium Pektinat Pentoksifilin ...................... 11
Tabel 4.1 Data Efisiensi Proses Bead Kalsium Pektinat Pentoksifilin . 20
Tabel 4.2 Kadar air dalam Bead ............................................................ 21
xiv
Preparasi dan..., Yessica Lisyana, FMIPA UI, 2012
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Bead Kalsium Pektinat Pentoksifilin Basah .......................... 33
Lampiran 2 Bead Kering Kalsium Pektinat Kosong ................................ 33
Lampiran 3 Bead Kalsium Pektinat Pentoksifilin Kering ....................... 34
Lampiran 4 Hasil SEM Bead Kalsium Pektinat Pentoksifilin dengan
Perbesaran 500 kali ............................................................... 35
Lampiran 5 Hasil SEM Bead Kalsium Pektinat Pentoksifilin dengan
Perbesaran 1000 kali ............................................................. 36
Lampiran 6 Kurva Kalibrasi Pentoksifilin dalam Medium Asam
Klorida 0,1N pH1,2 dengan Panjang Gelombang 273,2 nm 37
Lampiran 7 Kurva Kalibrasi Pentoksifilin dalam Medium Dapar Fosfat
pH 6 dengan Panjang Gelombang 273,4 nm ......................... 37
Lampiran 8 Kurva Kalibrasi Pentoksifilin dalam Medium Dapar Fosfat
pH 7,4 dengan Panjang Gelombang 273,8 nm ...................... 38
Lampiran 9 Grafik Pelepasan Kumulatif Bead yang Disalut HPMCP 10% 39
Lampiran 10 Data Ukuran dan Distibusi Ukuran Bead .............................. 40
Lampiran 11 Data Hasil Uji Penjerapan ..................................................... 40
Lampiran 12 Data Kurva Kalibrasi Pentoksifilin dalam Asam Klorida
0.1 N pada Panjang Gelombang 273,2 nm ............................ 41
Lampiran 13 Data Kurva Kalibrasi Pentoksifilin dalam Dapar Fosfat
pH 6 pada Panjang Gelombang 273,8 nm ............................. 41
Lampiran 14 Data Kurva Kalibrasi Pentoksifilin dalam Dapar Fosfat
pH 7.4 pada Panjang Gelombang 273,4 nm .......................... 42
Lampiran 15 Data Pelepasan Kumulatif Rata-rata Bead dalam
Medium Asam Klorida 0,1N pH 1,2 ..................................... 42
Lampiran 16 Data Pelepasan Kumulatif Rata-rata Bead dalam
Medium Dapar Fosfat pH 6................................................... 43
Lampiran 17 Data Pelepasan Kumulatif Rata-rata Bead dalam
Medium Dapar Fosfat pH 7,4................................................ 43
Lampiran 18 Data Pelepasan Kumulatif Bead Kalsium Pektinat
Pentoksifilin yang disalut HPMCP 10% dalam
Medium Asam Klorida 0,1N ................................................. 44
Lampiran 19 Data Pelepasan Kumulatif Bead Kalsium Pektinat
Pentoksifilin yang disalut HPMCP 10% dalam Medium
Dapar Fosfat pH 6 ................................................................. 44
Lampiran 20 Data Pelepasan Kumulatif Bead Kalsium Pektinat
Pentoksifilin yang disalut HPMCP 10% dalam Medium
Dapar Fosfat pH 7,4 .............................................................. 44
Lampiran 21 Sertifikat Analisis Kalsium Klorida ...................................... 45
Lampiran 22 Sertifikat Analisis Pektin ...................................................... 46
Lampiran 23 Sertifikat Analisis Pentoksifilin ............................................ 48
Lampiran 24 Sertifikat Analisis HPMCP HP-55 ........................................ 49
Lampiran 25 Bagan Perhitungan Kurva Kalibrasi Larutan Standar
Pentoksifilin dalam Medium Asam Klorida 0,1 N pH 1,2 .... 50
Lampiran 26 Perhitungan Efisiensi Penjerapan dan Kandungan Zat
Aktif dalam Bead .................................................................. 52
Lampiran 27 Perhitungan Pelepasan In Vitro ............................................. 53
xv
Preparasi dan..., Yessica Lisyana, FMIPA UI, 2012
Universitas Indonesia
DAFTAR RUMUS
Rumus 1 Efisiensi Proses ..................................................................... 14
Rumus 2 Efisiensi Penjerapan .............................................................. 16
xvi
Preparasi dan..., Yessica Lisyana, FMIPA UI, 2012
1
Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Inflammatory Bowel Disease atau penyakit peradangan kolon terbagi
menjadi dua, penyakit Crohn dan radang ulser. Keduanya merupakan penyakit
otoimun dengan penyebab yang tidak diketahui, disertai aktivasi sitokin penyebab
peradangan yang menyebabkan jaringan parut dan peradangan jaringan (Corwin,
2007). Penyakit Crohn merupakan penyakit peradangan granulomatosa kronis
pada saluran cerna terjadi di lapisan submukosa usus halus serta kolon dan sering
terjadi berulang (Price, 2003).
Peradangan cenderung berulang pada daerah usus yang sama, namun bisa
menyebar pada daerah lain setelah daerah yang pernah terkena, diangkat melalui
pembedahan. Pembedahan untuk mengangkat bagian usus yang terkena dapat
meringankan gejala namun tidak menyembuhkan penyakitnya (Penyakit Crohn,
nd). Diantara daerah peradangan terdapat jaringan usus yang normal. Pada
peradangan kronis, timbul jaringan ikat dan fibrosis sehingga usus menjadi kaku
dan tidak fleksibel (Corwin, 2007).
Salah satu obat yang digunakan untuk antifibrosis adalah pentoksifilin.
Pentoksifilin adalah turunan metilxantin. Pentoksifilin mempunyai efek fibrostatis
dengan menghambat aktivasi sel yang menghasilkan faktor pertumbuhan dan
sitokin (Sumampow, 2008).
Untuk mencapai penghantaran spesifik kolon melalui rute oral, formulasi
harus mencegah pelepasan obat dalam lambung dan usus kecil tapi
memungkinkan lepas setelah sampai di kolon. Walaupun terlihat cukup sederhana,
hal ini sulit dicapai dalam praktek karena kolon adalah segmen yang paling jauh
dari saluran pencernaan. Formulasi akan dipengaruhi berbagai kondisi dan
lingkungan selama perjalanan melalui saluran pencernaan, termasuk pH, enzim,
elektrolit, waktu transit, dan tekanan. (Das, 2009).
Salah satu pendekatan untuk formulasi pelepasan terkendali adalah
produksi bead gel polimer. Bead berfungsi sebagai substrat padat tempat obat
dilapisi atau dienkapsulasi dalam inti dari bead. (Khazaeli, Pardakhty, dan
1
Preparasi dan..., Yessica Lisyana, FMIPA UI, 2012
2
Universitas Indonesia
Hassanzadeh, 2008). Beberapa polimer alami yang bisa digunakan untuk
pelepasan ke kolon antara lain pektin, alginat, kitosan.
Pektin adalah polisakarida alami yang sering ditemukan di dinding sel
tanaman dan bersifat non toksik. Pektin sering digunakan di industri. Pada
makanan, pektin digunakan sebagai pengental. Pada industri farmasi, pektin
digunakan sebagai sistem penghantaran obat karena sifatnya yang biokompatibel,
memberikan respon pH yang sensitif sehingga dapat dihantarkan langsung
(spesifik kolon). Pektin dapat diberikan pada manusia tanpa batas pemberian per
hari (Ogończyk, Siek, dan Garstecki, 2011). Bead pektinat diperoleh dengan
gelasi ion menggunakan kation divalen seperti ion kalsium bisa digunakan untuk
penghantaran obat ke kolon (Assifaoui, Chambin, Philippe, 2011).
Dalam penelitian ini akan dibuat bead yang mengandung pentoksifilin
menggunakan pektin yang akan disambung silang dengan variasi konsentrasi
kalsium klorida, pembuatannya dengan metode gelasi ion. Kemudian akan diamati
pengaruhnya terhadap karakteristik bead yang dihasilkan.
1.2. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini adalah untuk melakukan preparasi dan karakterisasi
bead pentoksifilin menggunakan pektin dengan metode gelasi ion.
Preparasi dan..., Yessica Lisyana, FMIPA UI, 2012
3
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pentoksifilin
[Sumber : Sweetman, 2007]
Gambar 2.1. Rumus bangun Pentoksifilin
Nama lain : Oxpentifilin, Pentoksifilinas, pentoksifilinum
Nama Kimia : 3,7-dimetil-1-(5-oxohexil) xantin
Rumus molekul : C13H18N4O3
Berat molekul : 278,3
Pentoksifilin berupa serbuk hablur, berwarna putih sampai hampir putih,
larut dalam air, sedikit larut dalam alkohol, larut dalam diklorometana. Larut
dalam kloroform dan metanol, sedikit larut dalam eter (Sweetman, 2007).
Pentoksifilin derivat xantin yang memperlihatkan efek penghambat sel
imun untuk memproduksi sitokin penyebab peradangan (Lin dan Ciou, 2009;
Juzar, Kasim, Hersunarti dan Kaligis, 2007).
Pentoksifilin mudah diserap saluran pencernaan tetapi mengalami
metabolisme First Pass Effect (FPE) di hati, bioavailabilitas (BA) hanya 20 %
(Tjay dan Kirana, 2007). Beberapa metabolitnya aktif. T1/2 Pentoksifilin
dilaporkan 0,4-0,8 jam; metabolitnya bervariasi 1,0-1,6 jam. Dalam waktu 24 jam
sebagian besar dari dosis diekskresikan dalam urin, terutama sebagai metabolit,
dan kurang dari 4% ditemukan dalam tinja (Sweetman, 2007).
3
Preparasi dan..., Yessica Lisyana, FMIPA UI, 2012
4
Universitas Indonesia
2.2 Pelepasan Obat di Kolon
Tujuan pelepasan obat di kolon antara lain (Agoes, 2008) :
1. Menurunkan frekuensi pemberian obat
2. Memperlambat pelepasan obat sampai di kolon untuk mencapai konsentrasi
yang tinggi di kolon
Pelepasan obat di kolon harus menahan pelepasan obat di lambung dan
usus halus. Faktanya kondisi saluran pencernaan yang bermacam-macam
membuat pelepasan di kolon menjadi suatu tantangan. Pengembangan sediaan
lepas di kolon dapat dilakukan dengan tiga pendekatan yaitu (Basit dan Bloor,
2003) :
1. Pelepasan berdasarkan pH
Polimer penyalut enterik sensitif pH biasa digunakan untuk
menghantarkan obat ke usus halus. Polimer ini tidak sensitif dengan kondisi asam
dari lambung, namun hancur pada lingkungan pH yang lebih tinggi di usus halus.
Prinsip penghantaran obat ke kolon yang pelepasannya dikendalikan oleh pH
adalah dengan menyalut atau mencampur dalam matriks polimer yang utuh dan
tidak melepaskan zat aktif dalam suasana asam akan tetapi dapat mengembang
atau melarut pada pH netral. Kolon biasanya memiliki pH yang lebih rendah
dibandingkan dengan usus halus. Lambung memiliki pH 1-2 dan meningkat
menjadi 4 ketika proses pencernaan. Usus halus memiliki pH 6-7 dan meningkat
menjadi 7-8 pada distal ileum. Kolon memiliki pH yang bervariasi dan 5,0 sampai
7 (agak asam ke netral). Contoh polimer yang sering digunakan adalah HPMCP
dan Eudragit
2. Pelepasan berdasarkan waktu
Sistem pelepasan berdasarkan waktu melepaskan obat setelah di program waktu
transitnya. Waktu transit dalam saluran pencernaan telah digunakan untuk
membuat formula sediaan yang spesifik untuk pelepasan obat ke kolon yaitu
dengan mendisain waktu pelepasan obat. Waktu ini sulit untuk diprediksi
Preparasi dan..., Yessica Lisyana, FMIPA UI, 2012
5
Universitas Indonesia
sebelumnya. Walaupun waktu transit 5 jam biasanya di anggap cukup, waktu
transit di usus halus relatif konstan antara 3-4 jam. Pelepasan obat ditahan selama
waktu transit antara rongga mulut sampai bagian distal usus halus yaitu ileum dan
sesudah itu obat dilepaskan di kolon.
3. Pelepasan berdasarkan bakteri
Lambung dan usus halus mengandung beberapa jenis bakteri. Pada kolon
jumlah bakteri sangat tinggi. Rendahnya jenis bakteri di lambung disebabkan oleh
faktor-faktor seperti waktu transit yang pendek suatu bahan makanan serta pH
lambung yang sangat asam. Hal yang sebaIiknya terjadi pada kolon, waktu transit
yang panjang bersamaan dengan banyaknya jenis nutrien yang ada menyebabkan
lebih dan 400 jenis spesies bakteri hidup dalam
usus besar. Keberadaan mikroba ini dapat dirnanfaatkan untuk tujuan pelepasan
obat di kolon dengan pemilihan eksipien tertentu.
2.3 Bead
Bead berfungsi sebagai substrat padat tempat obat dilapisi atau
dienkapsulasi dalam inti dari bead. Bead dapat memberikan sifat pelepasan yang
berkelanjutan (Khazaeli, Pardakhty, dan Hassanzadeh, 2008). Bead memiliki
beberapa keunggulan dibandingkan bentuk sediaan dosis tunggal. Bead
merupakan sediaan dosis ganda yang diprediksi dan diproduksi untuk
meningkatkan waktu transit di gastrointestinal. Konsentrasi obat dalam darah dan
bioavailabilitas obat dapat ditingkatkan, gangguan pencernaan lokal lebih kecil
dan keamanan produk lebih besar. Bead dipersiapkan dengan mudah dan cepat
dengan bentuk sferis dan distribusi ukuran yang sempit, tanpa menggunakan
pelarut organik dan prosedurnya tidak memakan waktu (Atyabi, Majzoob, Iman,
Salehi, dan Dorkoosh 2005).
Preparasi dan..., Yessica Lisyana, FMIPA UI, 2012
6
Universitas Indonesia
2.4 Pektin
[Sumber : Rowe, Sheskey dan Owen, 2006]
Gambar 2.2 Struktur kimia pektin
Pektin adalah polisakarida linear yang hadir dalam dinding sel tanaman
yang dikonsumsi untuk diet pada manusia dan digunakan sebagai aditif makanan.
Pengaruh asupan pektin pada tubuh manusia telah diteliti dan dianggap aman.
Pektin merupakan polisakarida kompleks yang tersusun terutama oleh residu asam
D-galakturonat teresterifikasi (Rowe, Sheskey & Owen, 2006). Pektin juga
mengandung rantai samping D-galaktosa dan D-arabinosa. Berat molekul rata-
rata dari pektin yang ditemukan antara 50.000 sampai 180.000. nilai pKa pektin
sekitar 3,5. Pektin tahan terhadap enzim dalam lambung dan usus, tetapi
terdegradasi oleh enzim bakteri kolon (Das, 2009). Pektin larut dalam air, tidak
larut dalam etanol 95% dan pelarut organik lainnya (Rowe, Sheskey & Owen,
2006).
Pektin merupakan salah satu polisakarida anionik dari alam yang diperoleh
dari ekstraksi kulit jeruk dan apel dengan asam mineral encer panas pada pH ± 2.
Kulit jeruk mengandung ± 10-15% pektin, sedangkan apel mengandung 20-30%
pektin (Sriamornsak, nd).
Pektin juga dapat diisolasi dari ginseng, biji bunga matahari dan sari buah
labu. Pektin mempunyai sifat hidrofilik. Matriks hidrofilik biasanya digunakan
untuk sistem penghantaran obat oral dan untuk formulasi yang pelepasannya
dimodifikasi. Pektin tersusun atas ester termetilasi dari asam poligalakturonat.
Berdasarkan derajat esterifikasinya pektin dibagi menjadi 2 yaitu High Methoxyl
(HM) dan Low Methoxyl (LM). Pektin HM dan LM dapat membentuk gel di
Preparasi dan..., Yessica Lisyana, FMIPA UI, 2012
7
Universitas Indonesia
bawah kondisi yang berbeda-beda. Pektin HM dapat membentuk gel karena
terjadi interaksi hidrofobik terutama dengan adanya sukrosa. Pektin LM dapat
membentuk gel pada pH yang rendah atau dengan adanya kalsium (Ovodov,
2009).
Kemampuan pektin dalam membentuk gel sangat bergantung dari ukuran
molekul, derajat esterifikasinya, pH, konsentrasi, ion kalsium, kekuatan ionik
larutan dan suhu, sehingga pektin yang berasal dari sumber yang berbeda tidak
mempunyai kemampuan yang sama dalam membentuk gel. Pektin mempunyai
beberapa sifat yang digunakan secara luas sebagai matriks untuk memerangkap
dan menghantarkan dari beberapa obat, protein dan sel, bahan pembentuk gel,
bahan pengental dan bahan pengemulsi (Ovodov, 2009).
2.5 Kalsium Klorida
Kalsium klorida berupa serbuk kristal berwarna putih dan bersifat
higroskopis, terdapat dalam bentuk dihidrat dan heksahidrat. Kalsium klorida
memiliki berat molekul 147 dengan pH larutan 5% b/v antara 4,5 sampai 9,2.
Kelarutannya sangat mudah larut dalam air dan etanol 95%, tidak larut dalam
dietil eter. Kalsium klorida berfungsi sebagai penyambung silang, pengawet anti
mikroba dan penyerap air. (Rowe, Sheskey dan Owen, 2006).
2.6 Bead Kalsium Pektinat
Bead kalsium pektinat dibentuk dari gelasi ion dari pektin yang diinduksi
kalsium. Bead kalsium pektinat banyak digunakan sebagai penghantaran obat
lepas lambat karena tidak toksik, biokompatibel, memiliki karakteristik kuat dan
stabil terhadap asam (Lee, Chung dan Lee, 2008).
2.7 Metode Gelasi Ion
Gelasi Ion didasarkan pada kemampuan polielektrolit untuk menyambung
silang dengan adanya ion lawan untuk membentuk hidrogel. Karenanya metode
gelasi ion telah banyak menggunakan pektin, alginat, gellan gum, kitosan, dan
karboksimetil selulosa untuk enkapsulasi obat dan bahkan sel. Polielektrolit alami
memiliki sifat melapisi inti obat dan bertindak sebagai penghambat laju pelepasan
Preparasi dan..., Yessica Lisyana, FMIPA UI, 2012
8
Universitas Indonesia
yang mengandung anion tertentu pada struktur kimianya. Anion ini membentuk
struktur seperti kasa dengan penggabungan dengan kation polivalen dan
menginduksi gelasi terutama untuk pengikatan blok anion (Patil, Kamalapur,
Marapur dan Kadam, 2010).
Bead hidrogel diproduksi dengan meneteskan larutan polimer yang berisi
obat ke dalam larutan kation polivalen. Kation berdifusi ke dalam tetesan polimer
yang berisi obat, membentuk kisi-kisi tiga dimensi dari bagian yang tersambung
silang secara ionik (Patil, Kamalapur, Marapur dan Kadam, 2010).
[Sumber : Tho, Sande, Kleinebudde. 2005]
Gambar 2.3. Skema Ilustrasi Model Eggbox
Kalsium mengikat pektin mengurangi kelarutannya dan menginduksi
penggabungan non kovalen dari rantai karbohidrat. Interaksi ionik antara gugus
karboksilat yang bermuatan negatif dari molekul pektin dan ion kalsium divalen
yang bermuatan positif membentuk sambung silang antar molekul (Das dan Ng,
2009).
2.8 Mekanisme Pelepasan Obat
Mekanisme pelepasan obat dapat terjadi dengan cara (Dey, Majumdar, dan
Rao, 2008) :
Preparasi dan..., Yessica Lisyana, FMIPA UI, 2012
9
Universitas Indonesia
1. Difusi
Ketika terjadi kontak dengan cairan saluran pencernaan, air berdifusi ke dalam
bagian dalam partikel. Terjadi pelepasan obat dan larutan obat berdifusi melewati
dan bergerak keluar matriks.
2. Erosi
Beberapa penyalutan dapat dirancang untuk terkikis secara bertahap seiring
waktu, sehingga melepaskan obat yang terkandung dalam matriks.
2.9 Hidroksi Propil Metil Selulosa Ftalat (HPMCP)
Gambar 2.4. Rumus Bangun HPMCP
(Sumber : Rowe, Sheskey dan Owen, 2006)
Hidroksi Propil Metil Selulosa ftalat (HPMCP HP-55) merupakan
senyawa organik turunan derivat selulosa dengan substitusi gugus metoksi, gugus
hidroksi-propoksi dan ftalil. HPMCP HP-55 merupakan polimer yang tidak larut
dalam cairan lambung yang secara luas digunakan dalam formulasi farmasi oral
sebagai bahan penyalut enterik untuk tablet maupun granul. Konsentrasi yang
umum dipakai 5-10%. HPMCP dapat digunakan secara tunggal maupun
kombinasi dengan pengikat yang larut atau tidak larut dalam air pada granul untuk
pelepasan secara lambat (Rowe, Sheskey dan Owen, 2006).
Preparasi dan..., Yessica Lisyana, FMIPA UI, 2012
10
Universitas Indonesia
HPMCP HP-55 berupa serbuk granul berwarna putih atau hampir putih
dan hampir tidak berasa. Secara umum HPMCP HP-55 praktis tidak larut dalam
air dan etanol, larut dalam cairan alkali, campuran aseton dan metanol, campuran
diklormetan dan metanol serta larut dalam aseton (Rowe, Sheskey dan Owen,
2006).
Tabel 2.1 Jenis HPMCP
Jenis Kadar
hidroksipropoksi
Kadar
metoksi
Kadar
ftalil
Bobot
molekul
pH
kelarutan
Daya
rentang
film
HP-50 6-10 20-24 21-27 84000 >/=5,0 7,7
HP-55 5-9 18-22 27-35 78000 >/=5,5 7,9
HP-
55S 5-9 18-22 27-35 132000 >/=5,5 8,5
[Sumber : Shin Etsu, 2002]
Pada penelitian ini, HPMCP jenis HP-55 lebih cocok dipilih sebagai
polimer salut enterik, karena mampu terlarut pada pH yang lebih tinggi dan lebih
mendekati pH cairan dalam usus. HP-55S merupakan polimer dengan viskositas
yang paling tinggi serta memiliki daya rentang film yang paling besar, sehingga
lebih cocok digunakan untuk mencegah cracking pada tablet atau granul yang
rapuh (Rowe, Sheskey & Owen, 2006).
HPMCP HP-55 digunakan sebagai penyalut pelet tamsulosin hidroklorida
menunjukkan pelepasannya yang tergantung pada pH yaitu diatas 5,5. HPMCP
sangat efektif digunakan untuk pelepasan terkendali tamsulosin hidroklorida. Pelet
tamsulosin hidroklorida yang disalut HPMCP dapat ditahan pelepasannya di
medium asam pH 1,2 kurang dari 10% (Kim et al, 2007).
Preparasi dan..., Yessica Lisyana, FMIPA UI, 2012
11
Universitas Indonesia
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmasetika dan Laboratorium
Formulasi Tablet Departemen Farmasi FMIPA-UI, dalam kurun waktu Oktober
2011 – Mei 2012
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Neraca analitik (Shimadzu EB-30, Jepang), spektrofotometer UV-VIS
1800 (Shimadzu, Jepang), scanning electron microscopy (JEOL Scanning
Electron Microscope-5310LV, Jepang), alat disolusi (Electrolab, India), moisture
content AMB 50 (Adam), syringe needle 26 G (Terumo), sentrifuge (Kubota,
Jepang), alat siever (RETSCH, Jerman), pengaduk magnetik (IKA CMAG HS 4),
pHmeter (Eutech Instruments pH 510, Singapura), batang stirer, alat-alat gelas.
3.2.2 Bahan
Pentoksifilin diperoleh dari PT. Kalbe Farma (ChemAgis), pektin
GRINSTED LA 415 diperoleh dari PT. Rotaryana Prima (Danisco, USA),
kalsium klorida dihidrat (Merck, Jerman), asam klorida (Merck, Jerman), kalium
dihidrogen fosfat (Merck, Jerman), natrium hidroksida (Merck, Jerman), Hidroksi
Propil Metil Selulosa Ftalat diperoleh dari Lawsim Zecha (Shin Etsu, Jepang),
aseton, Aqua bebas ion (Brataco).
3.3 Formula Bead
Tabel 3.1. Formula bead kalsium pektinat pentoksifilin
Formula Konsentrasi
Pektin (%)
Konsentrasi
CaCl2 (%)
Perbandingan
Pektin :
Pentoksifilin
1 5 2,5 1:1
2 5 5 1:1
3 5 10 1:1
11
Preparasi dan..., Yessica Lisyana, FMIPA UI, 2012
12
Universitas Indonesia
3.4 Cara Kerja
3.4.1 Optimasi Pembuatan Bead
Pembuatan bead kalsium pektinat kosong dilakukan untuk mendapatkan
kondisi optimum dalam pembuatan bead. Pada pembuatan bead kosong ini,
ditentukan kondisi optimum dari konsentrasi larutan pektin. Bead kosong dibuat
dengan metode gelasi ion menggunakan larutan pektin 3%, 4%, 5%, dan 6% (b/v)
dengan larutan kalsium klorida 5%. Larutan pektin diteteskan menggunakan suntikan
dengan syringe needle 26 G ke dalam larutan kalsium klorida. Kecepatan pengadukan
saat pembentukan bead yang digunakan adalah 200 rpm. Bead yang terbentuk
dibiarkan selama 30 menit. Setelah itu disaring, lalu dicuci dengan air bebas ion dan
dikeringkan pada pada suhu kamar selama 24 jam. Bead kosong yang bentuknya
paling bulat digunakan untuk membuat bead.
3.4.2 Pembuatan Bead Kalsium Pektinat Pentoksifilin
Pembuatan dilakukan dengan metode gelasi ion. Pengerjaannya sebagai
berikut : pektin dengan konsentrasi 5% dilarutkan dalam aqua bebas ion. Lalu
Pentoksifilin dengan perbandingan pektin-pentoksifilin 1:1 didispersikan ke
dalam larutan pektin diaduk sampai homogen. Campuran pektin-pentoksifilin lalu
diteteskan tetes demi tetes, ke larutan sambung silang kalsium klorida (larutan
dibuat pHnya menjadi ± 1,5). Pengerjaan pada suhu kamar sambil diaduk
menggunakan pengaduk magnetik dengan kecepatan 200 rpm. Bead yang
terbentuk didiamkan selama 30 menit dalam larutan sambung silang. Bead
kemudian dipisahkan, dicuci dengan aqua bebas ion, kemudian dikeringkan pada
suhu kamar selama 24 jam.
3.4.3 Pembuatan Bead Kalsium Pektinat Pentoksifilin Kering yang Disalut
Hidroksi Propil Metil Selulosa Ftalat (HPMCP)
Bead kering dari formula 2 yang telah dibuat, disalut dengan hidroksi
propil metil selulosa ftalat (HPMCP) dengan konsentrasi 10%. HPMCP ditimbang
lalu dilarutkan dalam aseton, kemudian dipanaskan di atas pengaduk magnetik
dengan suhu 550C. Bead dimasukkan ke dalam larutan HPMCP 10% sambil
diaduk sampai mengental dan aseton habis menguap. Kemudian bead yang
terbentuk lalu dipisahkan.
Preparasi dan..., Yessica Lisyana, FMIPA UI, 2012
13
Universitas Indonesia
3.4.4 Pembuatan Larutan Asam Klorida 0,1 N pH 1,2
Masukkan 8,33 ml asam klorida pekat (12N) ke dalam aquadest lalu
tambahkan aquadest hingga 1000 ml, kocok hingga homogen.
3.4.5 Pembuatan Larutan Dapar Fosfat pH 6
Campur 50,0 ml kalium dihidrogenfosfat 0,2 M dengan 5,6 ml natrium
hidroksida 0,2 N, lalu encerkan dengan air bebas CO2 hingga 200,0 ml (Depkes,
1979).
3.4.6 Pembuatan Larutan Dapar Fosfat pH 7,4
Campur 50,0 ml kalium dihidrogenfosfat 0,2 M dengan 39,1 ml natrium
hidroksida 0,2 N, lalu encerkan dengan air bebas CO2 hingga 200,0 ml (Depkes,
1979).
3.4.7 Pembuatan Larutan Natrium Hidroksida 0,2 N
Timbang natrium hidroksida 8,02 g lalu larutkan dalam aqua bebas CO2
hingga 1000 ml.
3.4.8 Pembuatan Larutan Kalium Dihidrogen Fosfat 0,2 M
Timbang kalium dihidrogen fosfat 27,22 g lalu larutkan dalam aqua bebas
CO2 hingga 1000 ml.
3.5 Karaterisasi Bead
3.5.1 Bentuk dan Morfologi Bead
Bentuk permukaan bead diamati dengan menggunakan alat Scanning
Electron Microscope (SEM). Bead ditempatkan pada sample holder kemudian
disalut dengan partikel emas. Sampel kemudian diperiksa di bawah vakum dengan
SEM.
3.5.2 Ukuran Bead
Ukuran dan distribusi ukuran bead dievaluasi dengan menggunakan
ayakan bertingkat (sieve shaker). Suatu seri empat ayakan dengan nomor ayakan
Preparasi dan..., Yessica Lisyana, FMIPA UI, 2012
14
Universitas Indonesia
16, 25, 35, dan 45 disusun secara menurun dari ukuran lubang ayakan yang paling
besar.
Dua gram bead ditempatkan dalam ayakan yang paling atas, kemudian
mesin pengayak dijalankan selama 10 menit dengan kecepatan 30 rpm. Masing-
masing ayakan ditimbang.
3.5.3 Efisiensi Proses
Efisiensi proses dilakukan dengan membandingkan jumlah bead yang
diperoleh terhadap semua bahan pembentuk bead. Rumus yang digunakan adalah
sebagai berikut :
Wp = Wb
Wjx 100% (3.1)
Keterangan Wp = efisiensi proses
Wj = berat bead yang diperoleh
Wb = berat bahan pembentuk bead
3.5.4 Penentuan Kadar Air
Penentuan Kadar air dengan menggunakan alat moisture content. Alat
disambungkan dengan sumber listrik, lalu tekan tombol ON. Alat dikalibrasi
sebelum digunakan. Parameter pada alat diatur menjadi mode 1 dan suhu diatur
1050C. Piringan aluminium dimasukkan ke dalam alat, lalu tekan tombol TARE.
Bead ditimbang 1 gram di atas piringan aluminium. Alat dijalankan dan akan mati
setelah mencapai kadar air yang konstan. Nilai kadar air yang terbaca pada alat
dicatat.
3.5.5 Pembuatan Spektrum Serapan dan Pembuatan Kurva Kalibrasi Pentoksifilin
Berdasarkan Moffat, Osselton, dan Widdop (2005) panjang gelombang
maksimum pentoksifilin di medium asam adalah 274 nm. Sebanyak 100 mg
pentoksifilin ditimbang, kemudian masukkan ke dalam labu ukur 100,0 ml. Lalu
ditambahkan larutan HCl 0,1 N pH 1,2 secukupnya, dikocok hingga larut
sempurna. Tambahkan larutan HCl 0,1 N pH 1,2 hingga batas labu ukur kemudian
homogenkan, didapat larutan pentoksifilin 1000 ppm. Sebanyak 10,0 ml larutan
Preparasi dan..., Yessica Lisyana, FMIPA UI, 2012
15
Universitas Indonesia
tersebut dipipet kemudian dimasukkan dalam labu ukur 100,0 ml. Tambahkan
larutan HCl 0,1 N pH 1,2 hingga batas labu ukur, kemudian kocok hingga
homogen, didapat larutan pentoksifilin 100 ppm. Sebanyak 10,0 ml larutan 100
ppm dipipet, dimasukkan ke dalam labu ukur 100,0 ml. Tambahkan larutan HCl
0,1 N pH 1,2 hingga batas labu ukur, dikocok hingga homogen, didapat larutan
pentoksifilin 10 ppm. Serapan diukur dari larutan 10 ppm menggunakan
spektrofotometer UV-Vis. Panjang gelombang maksimum yang diperoleh dicatat.
Prosedur ini juga dilakukan pada medium dapar fosfat pH 6 dan dapar fosfat pH
7,4. Dari larutan pentoksifilin konsentrasi 100 ppm tersebut, dibuat kurva
kalibrasi enam titik dengan konsentrasi larutan 6 ppm, 10 ppm, 12 ppm, 16 ppm,
20 ppm dan 22 ppm. Serapan diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-
Vis pada panjang gelombang maksimum. Setelah didapat data serapan, maka
dicari persamaan regresi liniernya.
3.5.6 Uji Kandungan Pentoksifilin dalam Bead dan Efisiensi Penjerapan
Uji kandungan Pentoksifilin dalam bead dan efisiensi penjerapan
dilakukan dengan cara 30 mg bead ditimbang secara seksama, kemudian
dilarutkan dalam 15 ml dapar fosfat pH 7,4 kemudian di aduk dengan pengaduk
magnetik dengan kecepatan 100 rpm selama 2 jam. Setelah itu dimasukkan ke
dalam tabung sentifus dan disentrifus dengan kecepatan 2500 rpm selama 10
menit (Sankalia, Mashru, Sankalia dan Sutariya, 2005). Lalu supernatannya
diambil sebanyak 1 ml dengan pipet volume dan diencerkan dengan dapar fosfat
pH7,4 ke dalam labu ukur 25 ml kemudian cukupkan volumenya. Larutan sampel
dimasukkan ke dalam kuvet hingga 2/3 volume kuvet. Serapan Pentoksifilin
diukur dengan menggunakan Spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang
maksimum. Kadar Pentoksifilin dihitung dengan membandingkan terhadap kurva
kalibrasi sehingga jumlah Pentoksifilin yang terjerap dapat dihitung. Perhitungan
persen penjerapan berguna untuk mengetahui efisiensi metode pembuatan bead
yang digunakan. Persen penjerapan (%E) diperoleh dengan membandingkan
jumlah kandungan zat aktif yang diperoleh dengan jumlah zat aktif teoretis
menggunakan rumus :
Preparasi dan..., Yessica Lisyana, FMIPA UI, 2012
16
Universitas Indonesia
% E = teoritisaktifzat Jumlah
terukuryang aktifzat Jumlah x 100% (3.2)
3.5.7 Uji Pelepasan Obat Secara In Vitro
Uji pelepasan obat secara in vitro dilakukan dengan menggunakan alat
disolusi. Pelepasan obat dilakukan dalam medium asam klorida 0,1N pH 1,2,
dapar fosfat pH 6 dan dapar fosfat pH 7,4. Volume medium yang digunakan
sebanyak 900 ml pada suhu 37±0,5˚C. Uji pelepasan obat ini dilakukan dengan
kecepatan pengadukan 100 rpm.
Bead ditimbang sejumlah tertentu dan dimasukkan ke dalam medium
pelepasan. Waktu pelepasan obat pada medium asam klorida 0,1 N pH 1,2 diamati
selama 2 jam, dalam dapar fosfat pH 6 diamati selama 3 jam dan pada medium
dapar fosfat pH 7,4 diamati selama 3 jam. Pengambilan sampel sebanyak 10 ml
kemudian jumlah cairan yang terambil segera diganti oleh sejumlah yang larutan
medium yang sama pada interval waktu tertentu. Sampel kemudian diukur
serapannya dengan menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis pada panjang
gelombang maksimum yang diperoleh dari pembuatan spektrum serapan.
Kemudian jumlah obat dalam cairan dan presentase obat yang terlepas dihitung
serta dibuat profil pelepasan obat dengan memplot persentase obat yang dilepas
terhadap waktu.
Preparasi dan..., Yessica Lisyana, FMIPA UI, 2012
17
Universitas Indonesia
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pembuatan Bead Kalsium Pektinat Kosong
Penelitian ini diawali dengan penentuan konsentrasi optimum proses
pembuatan bead kalsium pektinat kosong. Dilakukan pada konsentrasi larutan
pektin 3%, 4%, 5% dan 6%. Ini dilakukan untuk melihat bentuk bead yang
dihasilkan dan juga untuk melihat syringe ability. Larutan pektin yang digunakan
tidak boleh terlalu tinggi viskositasnya agar dapat melewati syringe needle 26 G.
Berdasarkan hasil tersebut didapat bahwa konsentrasi 5% merupakan konsentrasi
optimum karena bead yang dihasilkan paling bulat. Bead dengan konsentrasi 3%
berbentuk bulat berekor, konsentrasi 4% masih ada bead yang berbentuk bulat
berekor, sedangkan konsentrasi 6% bead yang dihasilkan bentuknya bulat tidak
seragam karena ada yang berbentuk lonjong. Selanjutnya konsentrasi larutan
pektin 5% dipilih untuk dibuat menjadi bead dengan variasi konsentrasi larutan
kalsium klorida.
4.2 Pembuatan Bead Kalsium Pektinat Pentoksifilin
Larutan pektin dengan konsentrasi 5% digunakan untuk membuat bead
kalsium pektinat pentoksifilin dengan perbedaan konsentrasi larutan kalsium
klorida yaitu 2,5%, 5% dan 10%. Pengerjaannya dilakukan dengan pH larutan
kalsium klorida yang dibuat menjadi ± 1,5, kecepatan pengadukan 200 rpm,
perbandingan pektin-pentoksifilin yang digunakan 1:1, dengan waktu pendiaman
selama 30 menit dan pengeringan dilakukan pada suhu kamar.
Larutan pektin berisi obat diteteskan ke dalam larutan kalsium klorida dan
membentuk gel yang sferis secara instan dengan metode gelasi ion. Terjadi
interaksi ionik antara ion divalent dari kalsium dan gugus karboksil bermuatan
negatif dari molekul pektin membentuk sambung silang antar molekul (dikenal
dengan “eggbox”) (Das dan Ng, 2009; Sriamornsak dan Nunthanid, 2008).
17
Preparasi dan..., Yessica Lisyana, FMIPA UI, 2012
18
Universitas Indonesia
Bead kering yang dihasilkan bentuknya untuk formula 1 dan formula 2
tidak terlalu bulat. Sedangkan untuk formula 3 bentuknya paling bulat dan besar
dibandingkan dengan lainnya. Bead yang terbentuk awalnya berwarna coklat
transparan lalu lama-lama warnanya menjadi putih dan ada serbuk-serbuk putih di
bead dan sekitarnya. Ini mungkin dikarenakan obat tidak terkapsulasi dalam bead
sehingga obat berada di permukaan bead. Lalu dilakukan evaluasi.
4.3 Evaluasi Bead
Evaluasi bead meliputi bentuk dan morfologi bead, ukuran bead,
perolehan kembali proses, kadar air, uji kandungan dan efisiensi penjerapan, serta
pelepasan obat secara in vitro.
4.3.1 Pemeriksaan Bentuk dan Morfologi Bead
Pemeriksaan bentuk dan morfologi bead kalsium pektinat pentoksifilin
dilihat dari Scanning electron microscopy (SEM).
Gambar 4.1 Hasil SEM Bead Kalsium Pektinat Pentoksifilin dengan Perbesaran
75 kali (a) Formula 1 (b) Formula 2 (c) Formula 3
a
c
b
Preparasi dan..., Yessica Lisyana, FMIPA UI, 2012
19
Universitas Indonesia
Dilihat dari hasil foto SEM dapat dikatakan bahwa bead yang dihasilkan
hampir bulat. Semakin banyak konsentrasi kalsium klorida yang digunakan
permukaan bead semakin kasar dan berpori. Dibandingkan dengan penelitian
yang dilakukan Das dan Ng (2009) hasil foto SEM menunjukkan persamaan yaitu
permukaan yang kasar dan tidak datar. Meningkatnya konsentrasi kalsium klorida
menyebabkan permukaan kasar dan porositas (Manjanna, Kumar dan Shivakumar,
2010). Dapat dilihat juga diluar permukaan bead seperti terdapat serbuk putih
yang diduga adalah pentoksifilin yang tidak terenkapsulasi dalam bead jadi berada
di permukaan luar dari bead.
4.3.2 Ukuran Bead
Gambar 4.2 Grafik Distribusi Ukuran Bead
Pada pengukuran bead yang dilakukan menggunakan alat ayakan
bertingkat, bead kalsium pektinat yang berisi pentoksifilin memiliki distribusi
ukuran terbesar yaitu pada kisaran 710-1180 µm. Ukuran terbesar formula 1
berada pada kisaran 710 - 1180 µm sebanyak 75%, untuk formula 2 ukuran
terbesarnya berada pada kisaran 710-1180 µm yaitu 85%, untuk formula 3 ukuran
terbesarnya berada pada kisaran > 1180 µm yaitu 85%. Sedangkan bead yang
disalut HPMCP ukuran terbesarnya berada pada kisaran 710-1180 µm yaitu 75%.
Preparasi dan..., Yessica Lisyana, FMIPA UI, 2012
20
Universitas Indonesia
Ukuran bead pektinat yang berisi pentoksifilin dengan konsentrasi kalsium
klorida tinggi, lebih besar dibandingkan dengan yang lainnya. Hal ini serupa
dengan penelitian yang dilakukan Das dan Ng (2009) bahwa semakin banyak
konsentrasi kalsium klorida yang digunakan maka akan semakin besar ukuran dari
bead yang dihasilkan. Kelebihan ion kalsium mungkin menyebabkan semua
tempat sambung silang terisi penuh sehingga hasilnya menjadi besar (Tripathi dan
Singh, 2010). Ukuran bead yang bertambah besar seiring dengan bertambahnya
konsentrasi kalsium klorida yang digunakan yang menyebabkan kadar air yang
terkandung dalam bead yang semakin tinggi.
4.3.3 Efisiensi Proses
Penimbangan berat bead yang diperoleh penting dilakukan untuk
mengetahui jumlah bead yang dihasilkan, serta nilai efisiensi proses pembuatan
bead. Efisiensi proses yang kecil juga disebabkan karena cara pengeringan bead
yang dipakai adalah dikeringkan pada suhu kamar.
Tabel 4.1 Data Efisiensi Proses Bead Kalsium Pektinat Pentoksifilin
Formula
Berat
Pektin (g)
Berat
Pentoksifilin
(g)
Berat
CaCl2
(g)
Berat Bead
yang
Diperoleh
(g)
Efisiensi
Proses (%)
F1 6,25 6,25 3,125 9,46 60,53
F2 6,25 6,25 6,25 10,75 57,32
F3 5,00 5,00 10,00 14,92 74,59
4.3.4 Penentuan Kadar Air
Pada penentuan kadar air dari bead pektinat pentoksifilin yang dihasilkan
menggunakan alat moisture content didapat bahwa formula 1 memiliki kadar air
yang rendah dibanding formula lainnya. Semakin banyak konsentrasi kalsium
klorida yang digunakan maka kadar airnya semakin tinggi.
Preparasi dan..., Yessica Lisyana, FMIPA UI, 2012
21
Universitas Indonesia
Tabel 4.2 Kadar Air dalam Bead
Formula Kadar air rata-rata ±
SD
F1 4,74 ± 1,77
F2 7,96 ± 1,39
F3 31,89 ± 1,00
HPMCP 10% 5,62 ± 0,66
Hal ini dikarenakan sifat bahan pembentuk bead yaitu kalsium klorida
yang bersifat higroskopis sehingga lebih banyak menyerap air yang
mengakibatkan kadar air dalam bead besar (Bourgeois, Gernet, Pradeau,
Andremont dan Fattal, 2006). Bead kalsium pektinat pentoksifilin yang dihasilkan
memiliki kadar air yang tinggi juga dikarenakan suhu pengeringan dilakukan pada
suhu kamar menyebabkan kadar air yang terkandung dalam bead menjadi tinggi
(Sriamornsak, 1999) dan suhu di sekitar tempat pengeringan tidak terlalu tinggi
sehingga bead yang dihasilkan agak lembap. Bead yang disalut HPMCP memiliki
kadar air yang kecil dibandingkan bead yang tidak disalut HPMCP karena bead
didiamkan dalam larutan HPMCP sehingga kadar airnya menjadi berkurang.
4.3.5 Pembuatan Spektrum Serapan Pentoksifilin dan Pembuatan Kurva
Kalibrasi
Pembuatan kurva kalibrasi pentoksifilin dalam medium asam klorida 0,1 N
pH 1,2 , dapar fosfat pH 6 dan dapar fosfat pH 7,4, dengan konsentrasi 6, 10, 12,
16, 20, dan 22 µg/ml menghasilkan persamaan sebagai berikut:
a. medium asam klorida 0,1 N pH 1,2 dengan panjang gelombang maksimum
273,2 nm
y = 6,0036x10-3 + 0,0350x
r = 0,9998
Preparasi dan..., Yessica Lisyana, FMIPA UI, 2012
22
Universitas Indonesia
Gambar 4.3 Kurva kalibrasi pentoksifilin dalam asam klorida 0,1N pH 1,2
b. medium dapar fosfat pH 6 dengan panjang gelombang maksimum 273,4 nm
y = 3,4448x10-3 + 0,0358x r = 0,9999
Gambar 4.4 Kurva Kurva kalibrasi pentoksifilin dalam dapar fosfat pH 6
c. medium dapar fosfat pH 7,4 dengan panjang gelombang maksimum 273,8 nm
y = - 6,3025x10-3 + 0,0361x r = 0,9999
Preparasi dan..., Yessica Lisyana, FMIPA UI, 2012
23
Universitas Indonesia
Gambar 4.5 Kurva kalibrasi pentoksifilin dalam medium dapar fosfat pH 7,4
4.3.6 Uji Kandungan Pentoksifilin dalam Bead dan Efisiensi Penjerapan
Gambar 4.6 Grafik % Efisiensi Penjerapan dan Kandungan Obat dalam Bead
Uji penjerapan dilakukan dalam medium dapar fosfat pH 7,4. Uji
penjerapan dilakukan untuk mengetahui banyaknya obat yang terjerap dalam
bead. Hasil efisiensi penjerapan dan uji kandungan pentoksifilin berbanding lurus.
Didapat hasil bahwa untuk formula 1 lebih besar efisiensi penjerapan dan
kandungan obatnya dibandingkan formula yang lain. Efisiensi penjerapan
Preparasi dan..., Yessica Lisyana, FMIPA UI, 2012
24
Universitas Indonesia
berkurang dengan meningkatnya konsentrasi kalsium klorida (Tripathi dan Singh,
2010; Sankalia, Mashru, sankalia dan Sutariya, 2005; Pawar, Gadhe,
Venkatachalam, Sher, dan Mahadik, 2008; Ghareeb, Issa, dan Hussein, 2011)
karena kelebihan Ca2+ melemahkan struktur polimer (Tripathi dan Singh, 2010;
Pawar, Gadhe, Venkatachalam, Sher, dan Mahadik, 2008), membuat lebih berpori
dan membatasi kapasitasnya menjerap obat (Tripathi dan Singh, 2010). Struktur
bead kalsium pektinat yang berpori besar menyebabkan efisiensi penjerapannya
kecil (Lee, Chung dan Lee, 2008). Sedangkan untuk bead yang disalut HPMCP
10% didapatkan efisiensi penjerapan dan kandungan obat berkurang karena obat
berdifusi ketika proses penyalutan (Sriamornsak dan kennedy, 2007).
4.3.7 Uji Pelepasan Obat Secara In Vitro
Gambar 4.7 Grafik pelepasan kumulatif bead dalam medium (a) asam klorida
0,1N pH 1,2 selama 2 jam pada suhu 370C (b) dapar fosfat pH 6 selama 3
jam pada suhu 370C (n=3)
a
b
Preparasi dan..., Yessica Lisyana, FMIPA UI, 2012
25
Universitas Indonesia
Gambar 4.8 Grafik pelepasan kumulatif bead dalam medium dapar fosfat pH
7,4 selama 3 jam pada suhu 370C (n=3)
Uji pelepasan obat secara in-vitro dilakukan dalam medium asam klorida
0,1N pH 1,2, dapar fosfat pH 6 dan dapar fosfat pH 7,4. Hasil uji pelepasan
pentoksifilin dalam bead didapat secara keseluruhan dalam semua medium (asam
klorida 0,1N pH 1,2, dapar fosfat pH 6 dan dapar fosfat pH 7,4), memberikan
hasil yang sama yaitu pelepasan pentoksifilin sangat tinggi dalam waktu 15 menit.
Dan setelah itu kadarnya bisa dikatakan konstan atau hanya naik sedikit.
Dalam uji pelepasan bead di medium asam klorida 0,1N pH 1,2, bead
kalsium pektinat hanya sedikit mengembang selama 2 jam hanya pentoksifilin
saja yang terlarut. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pentoksifilin tidak tersalut
oleh pektinat, melainkan hanya masuk ke dalam bead melalui pori-pori yang
terdapat pada permukaan bead. Variasi konsentrasi kalsium klorida yang
digunakan hampir tidak menunjukkan perbedaan dalam pelepasan obatnya untuk
formula 1, formula 2, dan formula 3.
Struktur kalsium pektinat yang berpori besar menyebabkan pelepasan obat
yang cepat terutama obat dengan berat molekul kecil dan larut air (Sriamornsak,
Thirawong, dan Puttipipatkhachorn, 2005). Obat yang kelarutannya lebih tinggi
pelepasan obatnya lebih cepat karena obat berdifusi keluar dari bead ketika terjadi
kontak dengan medium (Sriamornsak dan kennedy, 2007). Obat yang larut dalam
air pelepasan obatnya lebih cepat dibandingkan obat yang tidak larut dalam air
(Prasanthi, Manikiran dan Rao, 2010).
Preparasi dan..., Yessica Lisyana, FMIPA UI, 2012
26
Universitas Indonesia
Dari hasil pelepasan obat didapat bahwa mekanisme pelepasan obat dari
bead adalah difusi karena bead tetap utuh namun obat yang terlepas sangat tinggi.
Mekanisme pelepasan obat dari bead kalsium pektinat diikuti difusi terkendali
dari matriks berpori (Sriamornsak dan Nunthanid, 2008).
4.3.8 Pelepasan Bead yang Disalut dengan Hidroksi Propil Metil Selulosa Ftalat
(HPMCP)
Karena pada uji pelepasan bead Kalsium Pektinat Pentoksifilin masih
melepaskan obat dalam jumlah besar pada medium asam klorida 0,1N maka
dilakukan upaya penyalutan dengan menggunakan HPMCP. HPMCP memiliki
sifat resisten terhadap asam, maka digunakan HPMCP sebagai penyalut bead.
Pada uji pelepasannya di medium asam klorida 0,1N pH 1,2 selama 2 jam
didapatkan hasil bahwa dengan menggunakan HPMCP dengan konsentrasi 10%
mengurangi pelepasan obat pentoksifilin dengan jumlah yang terlepas antara 38-
60% (lampiran 9). Untuk pelepasan bead di medium dapar fosfat pH 6 selama 3
jam didapat hasil yaitu 35-98% (lampiran 9). Dan untuk pelepasan bead di
medium dapar fosfat pH 7,4 selama 1 jam didapat hasil yaitu 75-96% (lampiran
9).
Gambar 4.9 Grafik perbandingan pelepasan kumulatif kumulatif bead yang tidak
disalut dan disalut HPMCP 10% dalam medium asam klorida 0,1N pH 1,2 selama
2 jam pada suhu 370C
Preparasi dan..., Yessica Lisyana, FMIPA UI, 2012
27 Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Pembuatan bead kalsium pektinat pentoksifillin dengan perbandingan
polimer dan obat (1:1) menggunakan metode gelasi ion belum menghasilkan bead
yang optimal karena tidak dapat menahan pelepasan obat di medium asam klorida
0,1N pH 1,2. Pada hasil uji karakteristik ukuran, kadar air, efisiensi penjerapan
dan kandungan obat, hasilnya berbeda antara variasi konsentrasi kalsium klorida
yang digunakan yaitu 2,5%, 5%, dan 10%. Pada uji pelepasan obat secara in vitro
dalam medium asam klorida 0,1N pH 1,2, dapar fosfat pH 6 dan dapar fosfat pH
7,4 tidak berbeda secara signifikan. Obat yang dilepaskan mencapai 90% pada
menit ke 15. Hal ini dapat menyimpulkan bahwa bead kalsium pektinat tidak
dapat menahan pelepasan pentoksifillin. Dari hasil penyalutan bead menggunakan
HPMCP yang dilakukan pada salah satu formula, didapat hasil bahwa penyalutan
bisa mengurangi pelepasan pentoksifilin di medium asam klorida 0,1N pH 1,2
namun tetap tidak dapat menahan pelepasan obat di medium asam.
5.2 Saran
Perlu disediakan alat untuk meneteskan bead agar bentuk bead yang
dihasilkan sama atau konstan. Dan juga perlu dicoba penyalutan menggunakan
alat fluid bed dryer agar hasil penyalutan lebih optimal dan lebih dapat menahan
pelepasannya di medium asam. Perlu dilakukan penelitian terhadap obat fibrosis
lain yang kelarutannya lebih rendah sehingga tujuan dari penelitian dapat tercapai.
Preparasi dan..., Yessica Lisyana, FMIPA UI, 2012
28
Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
Agoes, G. (2008). Sistem penghantaran Obat Pelepasan Terkendali. Penerbit
ITB. Bandung : 344
Assifaoui, A., Chambin, O., dan Philippe, C. (2011). Drug Release from Calcium
and Zinc Pectinate Bead: Impact of Dissolution Medium composition.
Carbohydrate Polymers, 388.
Atyabi, F., Majzoob, S., Iman, M., Salehi, M., dan Dorkoosh, F. (2005). In Vitro
Evaluation and Modification of Pectinate Gel Bead Containing Trimethyl
Chitosan, as A Multi-Particulate System for Delivery of Water-Soluble
Macromolecules to Colon. Carbohydrate Polymers 61 (2005), 39–51.
Basit, A. dan Bloor, J. (2003). Perspectives on Colonic Drug Deliver y. Business
briefing : Pharmatech 2 0 0 3 185-190
Bourgeois, S., Gernet, M., Pradeau, D., Andremont, A., dan Pattal, E. (2006).
Evaluation of critical formulation parameters influencing the bioactivity of
β-lactamases entrapped in pectin beads. International Journal of
Pharmaceutics 324 (2006) 2–9.
Corwin, E. J. (2007). Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta, 609.
Das, S. (2009). Targeted Delivery of Resveratrol For Colon. National University
of Singapore, Faculty of Science, Department of Pharmacy : 11-12.
Das, S. dan Ng, K. Y. (2009). Resveratrol-Loaded Calcium-Pectinate Beads:
Effects of Formulation Parameters on Drug Release and Bead
Characteristics. Journal of Pharmaceutical Science, VOL. 99, NO. 2,
Februari 2010 : 840-858.
Departemen Kesehatan RI. (1979). Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta :
Departemen Kesehatan RI. Hal 753 - 755.
28
Preparasi dan..., Yessica Lisyana, FMIPA UI, 2012
29
Universitas Indonesia
Dey, N. S., Majumdar, S., dan Rao, M. E. B. (2008). Multiparticulate Drug
Delivery Systems for Controlled Release. Tropical Journal of
Pharmaceutical Research, September 2008; 7 (3): 1067-1075
Ghareeb, M. M., Issa, A. A., dan Hussein, A. A. (2011). Preparation and
Charactherization of Cinnarizine Floating Oil Entrapped Calcium Alginate
Beads. IJPSR (2012), Vol. 3, Issue 02 : 501-508.
Juzar, D., Kasim, M., Hersunarti, N., Kaligis, R. W. M. (2007). Pengaruh
Pemberian Pentoksifilin Terhadap Perubahan Kadar Platelets Activating
Factor pada Cedera Reperfusi-Iskemik Tungkai Akut. Jurnal Kardiologi
Indonesia Vol. 28, No. 2 Maret 2007, 94.
Khazaeli, P., Pardakhty, A., dan Hassanzadeh F. (2008). Formulation of Ibuprofen
Bead by Ionotropic Gelation. Iranian Journal of Pharmaceutical Research
(2008), 7 (3), 163-170.
Kim, M. S., et al. (2007). Influence of Water Soluble Additives and HPMCP on
Drug Release from Surelease®-Coated Pellets Containing Tamsulosin
Hydrochloride . Arch Pharm Res Vol 30, No 8, 1008-1013.
Lee, J.S., Chung, D., dan Lee, H.G. (2008). Optimization of Calcium Pectinate
Gel Beads for Sustained-Release of Catechin using Response Surface
Methodology. International Journal of Biological Macromolecules 42
(2008) 340–347.
Lin, H.Y. dan Ciou, S.Y. (2009). Modifications of alginate-based scaffolds and
characterizations of their pentoxifylline release properties. Carbohydrate
Polymers 80 (2010) 574–580.
Manjanna, K. M., Kumar, T. M. P., dan Shivakumar, B. (2010). Calcium alginate
cross-linked polymeric microbeads for oral sustained drug delivery in
arthritis. Drug Discoveries & Therapeutics. 2010; 4(2):109-122.
Preparasi dan..., Yessica Lisyana, FMIPA UI, 2012
30
Universitas Indonesia
Moffat, A. C., Osselton, m. D., dan Widdop, B. (2005). Clarke's Analysis of
Drugs and Poisons 3rd Edition. London: Pharmaceutical Press.
Ogończyk, D., Siek, M dan Garstecki, P. (2011). Microfluidic formulation of
pectin microbead for encapsulation and controlled release of nanoparticles.
Biomicrofluidics 5 : 013405.
Ovodov, Y. S. (2009). Current Views on Pectin Substances. Russian Journal of
Bioorganic Chemistry, 2009, Vol. 35, No. 3, 269–284.
Patil, J. S., Kamalapur, M.V., Marapur, S.C., dan Kadam, D. V. (2010).
Ionotropic Gelation and Polyelectrolite Complexation : The Novel
Techniques to Design Hydrogel Particulate Sustained, Modulated Drug
Delivery System : A Review. Digest Journal of Nanomaterials and
Biostructures Vol. 5, No 1, 241 – 248.
Pawar, A. P., Gadhe, A. R., Venkatachalam, P., Sher, P., dan Mahadik, K. R.
(2008). Effect of Core and Surface Cross-Linking on The Entrapment of
Metronidazole in Pectin Beads. Acta Pharm. 58 (2008) 75–85.
Penyakit Crohn (Enteritis Regionalis, Ileitis Granulomatosa, Ileokolitis). (nd).
Diunduh dari www.medicastore.com 25 september 2011
Prasanthi, N. L., Manikiran, S. S., dan Rao, N. R. (2010). Effect of Solubility of
The Drug on The Release Kinetics from Hydrophilic Matrices.
International Journal of PharmTech Research Vol.2, No.4, pp 2506-2511,
Oct-Dec 2010.
Price, S.A. dan Lorraine, M. W. (2003). Patofisiologi. Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta, 446-447.
Rowe, R. C., Sheskey, P. J., & Owen, S. C. (2006). Handbook of Pharmaceutical
Excipients. Sixth Edition. London: Pharmaceutical Press and American
Pharmacists Association: 478-479.
Preparasi dan..., Yessica Lisyana, FMIPA UI, 2012
31
Universitas Indonesia
Sankalia, M.G., Mashru, R.C., Sankalia, J. M. dan Sutariya, V.B. (2005). Papain
Entrapment in Alginate Beads for Stability Improvement and Site Specific
Delivery: Physicochemical Characterization and Factorial Optimization
using Neural Network Modeling. AAPS PharmSciTech.10 Maret 2005.
Shin Etsu. (2002). HPMCP. Enteric Coating Material. Diunduh dari
www.metolose.jp 28 februari 2012.
Sriamornsak, P. (nd). Chemistry of Pectin and Its Pharmaceutical Uses : A
Review.
Sriamornsak, P. (1999). Effect of Calcium Concentration, Hardening Agent and
Drying Condition on Release Characteristics of Oral Proteins from
Calcium Pectinate Gel Beads. European Journal of Pharmaceutical
Sciences 8 (1999) 221–227.
Sriamornsak, P. dan Nunthanid, J. (2008). Calcium pectinate gel beads for
controlled release drug delivery : I. Preparation and in vitro release studies.
International Journal of Pharmaceutics 160 (1998) 207–212
Sriamornsak, P. dan Kennedy, R.A. (2007). Effect of Drug Solubility on Release
Behavior of Calcium Polysaccharide Gel-Coated Pellets. European
Journal of Pharmaceutical Sciences 32 (2007) 231–239.
Sriamornsak, P., Thirawong, N., dan Puttipipatkhachorn, S. (2005). Emulsion Gel
Beads of Calcium Pectinate Capable of Floating on The Gastric Fluid:
Effect of Some Additives, Hardening Agent or Coating on Release
Behavior of Metronidazole. European Journal of Pharmaceutical Sciences
24 (2005) 363–373
Sumampow, E. H. (2008). Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Fibroindeks pada
Penderita Hepatitis Kronis B. Tesis Pasca Sarjana. Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
Preparasi dan..., Yessica Lisyana, FMIPA UI, 2012
32
Universitas Indonesia
Sweetman, S.C. (ed). (2007). Martindale: The Complete Drug Reference.
London: Pharmaceutical Press.
Tho, I. , Sande, S. A., Kleinebudde, P. (2005). Cross-Linking of Amidated Low-
Methoxylated Pectin with Calcium during Extrusion/Spheronisation:
Effect on Particle Size and Shape. Chemical Engineering Science 60
(2005) 3899-3907.
Tjay, T.H. dan Kirana, R. (2007). Obat-Obat Penting. Jakarta : Elex Media
Komputindo, 532.
Tripathi, G.K dan Singh, S. (2010). Formulation and In Vitro Evaluation of pH-
Sensitive Oil-Entrapped Buoyant Beads of Clarithromycin. Tropical
Journal of Pharmaceutical Research December 2010; 9 (6): 533-539.
Preparasi dan..., Yessica Lisyana, FMIPA UI, 2012
LAMPIRAN
Preparasi dan..., Yessica Lisyana, FMIPA UI, 2012
33
Lampiran 1
Bead kalsium pektinat pentoksifilin basah
Lampiran 2
Bead kering kalsium pektinat kosong
Preparasi dan..., Yessica Lisyana, FMIPA UI, 2012
34
Lampiran 3
Bead kalsium pektinat pentoksifilin kering
Formula 1 Formula 2 Formula 3
Preparasi dan..., Yessica Lisyana, FMIPA UI, 2012
35
Lampiran 4
Hasil SEM bead kalsium pektinat pentoksifilin dengan perbesaran 500 kali (a)
formula 1 (b) formula 2 (c) formula 3
a b
c
Preparasi dan..., Yessica Lisyana, FMIPA UI, 2012
36
Lampiran 5
Hasil SEM bead kalsium pektinat pentoksifilin dengan perbesaran 1000 kali (a)
formula 1 (b) formula 2 (c) formula 3
b a
c
Preparasi dan..., Yessica Lisyana, FMIPA UI, 2012
37
Lampiran 6
Kurva kalibrasi pentoksifilin dalam medium asam klorida 0,1N dengan panjang
gelombang 273,2 nm
Lampiran 7
Kurva kalibrasi pentoksifilin dalam medium dapar fosfat pH 6 dengan panjang
gelombang 273,4 nm
Preparasi dan..., Yessica Lisyana, FMIPA UI, 2012
38
Lampiran 8
Kurva kalibrasi pentoksifilin dalam medium dapar fosfat pH 7,4 dengan panjang
gelombang 273,8 nm
Preparasi dan..., Yessica Lisyana, FMIPA UI, 2012
39
Lampiran 9
Grafik pelepasan kumulatif bead pentoksifilin yang disalut HPMCP 10% dalam
medium (a) asam klorida 0,1N dengan suhu ±370C selama 2 jam (b) dapar fosfat
pH 6 dengan suhu ±370C selama 3 jam (c) dapar fosfat pH 7,4 dengan suhu ±37
0C
selama 1 jam (n=3)
c
b
a
Preparasi dan..., Yessica Lisyana, FMIPA UI, 2012
40
Lampiran 10
Tabel data ukuran dan distribusi ukuran bead kalsium pektinat pentoksifilin
diameter
(µm)
bobot %
F1 F2 F3 HPMCP
10%
>1180 25 15 85 25
710-
1180 75 85 15 75
500-710 0 0 0 0
355-500 0 0 0 0
Lampiran 11
Tabel data hasil uji penjerapan
Formula
Berat
bead
yang di
timbang
(mg)
Berat
PTX
yang
terjerap
(mg)
Berat
PTX
teoritis
(mg)
Kandungan
zat aktif
(%)
Efisiensi
penjerapan
(%)
Rata-rata
kandungan
zat aktif ±
SD (%)
Rata-rata
efisiensi
penjerapan
± SD (%)
F1
30,00 8,2201 12,00 27,4 68,5 27,87 ±
1,73
69,68 ±
4,33 30,04 8,0329 12,02 26,42 66,06
30,00 8,9367 12,00 29,79 74,47
F2
30,10 6,4625 10,03 21,47 64,41 22,28 ±
0,81
66,83 ±
2,43 30,20 6,7242 10,07 22,27 66,8
30,20 6,9734 10,07 23,09 69,27
F3
30,00 4,1688 7,50 13,9 55,58 14,05 ±
0,17
56,18 ±
0,71 30,30 4,2414 7,58 14,00 55,99
30,00 4,2725 7,50 14,24 56,97
HPMCP
10%
32,40 17,587 10,08 5,43 16,72 5,33 ±
0,11
16,4 ±
0,34 32,40 16,882 10,08 5,21 16,05
32,70 17,483 10,09 5,35 16,47
Preparasi dan..., Yessica Lisyana, FMIPA UI, 2012
41
Lampiran 12
Tabel data kurva kalibrasi pentoksifilin dalam asam klorida 0,1 N pada panjang
gelombang 273,2 nm
Konsentrasi
(ppm)
Serapan (A)
6 0,213
10 0,363
12 0,425
16 0,564
20 0,710
22 0,775
Lampiran 13
Tabel data kurva kalibrasi pentoksifilin dalam dapar fosfat pH 6 pada panjang
gelombang 273,4 nm
Konsentrasi
(ppm)
Serapan (A)
6 0,218
10 0,362
12 0,433
16 0,573
20 0,724
22 0,788
Preparasi dan..., Yessica Lisyana, FMIPA UI, 2012
42
Lampiran 14
Tabel data kurva kalibrasi pentoksifilin dalam dapar fosfat pH 7,4 pada panjang
gelombang 273,8 nm
Konsentrasi
(ppm)
Serapan (A)
6 0,209
10 0,357
12 0,426
16 0,568
20 0,719
22 0,785
Lampiran 15
Tabel data pelepasan kumulatif rata-rata bead dalam medium asam klorida 0,1N
pH 1,2
Waktu % terlepas kumulatif
F1 F2 F3
0 0 0 0
15 90,59 ±0,89 89,12 ± 0,94 80,70 ± 1,96
30 90,86 ± 1,63 88,95 ± 0,45 82,58 ± 2,09
45 92,16 ± 1,68 89,11 ± 2,12 83,11 ± 2,10
60 90,98 ± 3,25 88,38 ± 0,80 82,51 ± 2,36
90 90,82 ± 1,23 88,46 ± 0,67 82,42 ± 1,96
120 90,15 ± 2,20 88,15 ± 0,84 82,84 ± 2,36
Preparasi dan..., Yessica Lisyana, FMIPA UI, 2012
43
Lampiran 16
Tabel data pelepasan kumulatif rata-rata bead dalam medium dapar fosfat pH 6
waktu % terlepas kumulatif
F1 F2 F3
0 0 0 0
15 90,16 ± 1,02 87,48 ± 1,73 85,01 ± 1,32
30 91,23 ± 1,42 89,97 ± 1,74 85,67 ± 3,20
45 91,51 ± 1,59 90,43 ± 1,39 85,29 ± 3,02
60 91,67 ± 1,57 90,38 ± 1,46 86,06 ± 3,14
90 92,01 ± 1,72 90,55 ± 1,55 85,23 ± 3,01
120 91,96 ± 1,67 90,75 ± 1,48 86,06 ± 2,81
180 91,93 ± 1,43 90,62 ± 1,48 85,93 ± 2,86
Lampiran 17
Tabel data pelepasan kumulatif rata-rata bead dalam medium dapar fosfat pH 7,4
waktu % terlepas kumulatif
F1 F2 F3
0 0 0 0
15 91,12 ± 1,01 86,74 ± 2,10 73,84 ± 3,50
30 93,00 ± 3,61 88,83 ± 1,05 77,23 ± 3,12
45 93,42 ± 1,76 89,90 ± 1,24 82,32 ± 1,66
60 93,76 ± 1,73 90,13 ± 1,33 84,24 ± 1,95
90 93,53 ± 1,50 91,42 ± 0,61 86,10 ± 3,03
120 93,77 ± 2,02 91,55 ± 0,33 88,16 ± 6,24
180 93,82 ± 1,80 91,53 ± 0,42 87,12 ± 6,23
Preparasi dan..., Yessica Lisyana, FMIPA UI, 2012
44
Lampiran 18
Tabel data pelepasan kumulatif bead kalsium pektinat pentoksifilin yang disalut
HPMCP 10% dalam medium asam klorida 0,1N pH 1,2
Menit ke % terlepas kumulatif
0 0
15 37,90 ± 0,38
30 48,65 ± 2,31
45 52,65 ± 3,30
60 58,00 ± 1,98
90 58,52 ± 3,29
120 59,73 ± 2,51
Lampiran 19
Tabel data pelepasan kumulatif bead kalsium pektinat pentoksifilin yang disalut
HPMCP 10% dalam medium dapar Fosfat pH 6
Menit ke % terlepas kumulatif
0 0
15 35,45 ± 1,53
30 61,53 ± 2,10
60 75,19 ± 1,15
90 91,17 ± 2,25
120 96,13 ± 0,34
180 98,05 ± 1,49
Lampiran 20
Tabel data pelepasan kumulatif bead kalsium pektinat pentoksifilin yang disalut
HPMCP 10% dalam medium dapar Fosfat pH 7,4
Menit ke % terlepas kumulatif
0 0
15 74,78 ± 1,51
30 90,59 ± 0,33
45 94,20 ± 0,48
60 96,16 ± 1,01
Preparasi dan..., Yessica Lisyana, FMIPA UI, 2012
45
Lampiran 21. Sertifikat Analisis Kalsium Klorida
Preparasi dan..., Yessica Lisyana, FMIPA UI, 2012
46
Lampiran 22. Sertifikat Analisis Pektin
Preparasi dan..., Yessica Lisyana, FMIPA UI, 2012
47
(Lanjutan)
Preparasi dan..., Yessica Lisyana, FMIPA UI, 2012
48
Lampiran 23. Sertifikat Analisis Pentoksifilin
Preparasi dan..., Yessica Lisyana, FMIPA UI, 2012
49
Lampiran 24. Sertifikat Analisis HPMCP HP-55
Preparasi dan..., Yessica Lisyana, FMIPA UI, 2012
50
Lampiran 25. Bagan perhitungan kurva kalibrasi larutan standar pentoksifilin
dalam medium HCl 0,1 N
Perhitungan kurva kalibrasi larutan standar pentoksifilin
Larutan induk :
Pentoksifilin = ml
mg
100
100=
ml
g
100
100000µ=1000 ppm
Kemudian larutan induk dipipet 10,0 ml = ppmxml
ml1000
100
10=100 ppm
Konsentrasi untuk kurva kalibrasi
1. Pipet 6,0 ml = ppmxml
ml100
100
6= 6 ppm
2. Pipet 10,0 ml = ppmxml
ml100
100
10= 10 ppm
3. Pipet 12,0 ml = ppmxml
ml100
100
12= 12 ppm
100 mg pentoksifilin
dalam 100 ml
Larutan 1000 ppm
Pipet 10,0 ml ad
100,0 ml
Larutan 100 ppm
Pipet 6,0 ml ad
100,0 ml Pipet 12,0 ml ad
100,0 ml
Pipet 16,0 ml ad
100,0 ml
Pipet 20,0 ml
ad 100,0 ml
Pipet 22,0 ml ad
100,0 ml
Pipet 10,0 ml ad
100,0 ml
Preparasi dan..., Yessica Lisyana, FMIPA UI, 2012
51
(Lanjutan)
4. Pipet 16,0 ml = ppmxml
ml100
100
16= 16 ppm
5. Pipet 20,0 ml = ppmxml
ml100
100
20= 20 ppm
6. Pipet 22,0 ml = ppmxml
ml100
100
22= 22 ppm
Preparasi dan..., Yessica Lisyana, FMIPA UI, 2012
52
Lampiran 26. Perhitungan Efisiensi Penjerapan dan Kandungan Zat Aktif dalam
bead
Persamaan kurva kalibrasi dalam medium dapar fosfat pH 7,4
y = - 6,3025x10-3 + 0,0361x
Berat bead = 30,0 mg
Bead ditimbang 30,0 mg kemudian dilarutkan dalam 15 ml dapar fosfat pH 7,4 kemudian
di aduk dengan pengaduk magnetik dengan kecepatan 100 rpm selama 2 jam. Setelah itu
dimasukkan ke dalam tabung sentifus dan disentrifus dengan kecepatan 2500 rpm selama
10 menit. Lalu supernatannya diambil sebanyak 1 ml dengan pipet volume dan
diencerkan ke dalam labu ukur 10 ml dan 25 ml kemudian cukupkan volumenya dan
ukur serapannya.
Kadar (mg) = 1000
)(
bx
xfpxMay −=
10000361,0
2515)103025,6854,0( 3
x
xxx −+
= 8,9367 mg
Berarti dalam 30,0 mg bead terdapat 8,9367 mg pentoksifilin
Berat pentoksifilin teoritis = 12 mg
Jadi, efisiensi penjerapan = 12
8,9367x100% = 74,47%
Kandungan zat aktif dalam bead = 30,0
8,9367x100% = 29,79%
Preparasi dan..., Yessica Lisyana, FMIPA UI, 2012
53
Lampiran 27. Perhitungan Pelepasan In Vitro
Persamaan garis yang diperoleh dari y = a + bx
Perhitungan kandungan zat dalam sampel
Kadar (mg) = (y-a) x fp x M
b x 1000
Jumlah pelepasan pentoksifilin dari bead
Menit ke-15 = 1000
)15(
bx
xfpxMay −
Menit ke-30 = 1000
)30(
bx
xfpxMay −+
1000
)15(
bx
xfpxSay −
Menit ke-45 = 1000
)45(
bx
xfpxMay −+
1000
)30(
bx
xfpxSay −+
1000
)15(
bx
xfpxSay −
Menit ke-n = 1000
)(
bx
xfpxMayn −+…..+
1000
)15(
bx
xfpxSay −
keterangan :
y = serapan pentoksifilin
yn = serapan pentoksifilin pada menit ke-n
x = konsentrasi pentoksifilin
fp = faktor pengenceran
M = volume medium disolusi
S = volume sampling
a = koefisien intersep
b = slope
Contoh perhitungan :
Persamaan garis linear y= 6,0036.10-3 + 0,0350x
Y30 = 0,369 Y15 = 0,365 b = 0,0350
M = 900 mL fp=1
S = 10 mL a = 6,0036.10-3
Preparasi dan..., Yessica Lisyana, FMIPA UI, 2012
top related