Transcript
BAB IPENDAHULUAN
Latar Belakang
Jamur merupakan salah satu mikroorganisme
penyebab penyakit pada manusia. Jamur tumbuh dimana
saja dekat dengan kehidupan manusia, baik di udara,
tanah, air, pakaian, bahkan di tubuh manusia sendiri.
Jamur bisa menyebabkan penyakit yang cukup parah bagi
manusia. Penyakit yang disebabkan oleh jamur berasal
dari makanan yang kita makan sehari-hari, atau juga
dari konsumsi jamur beracun.
Aspergillus adalah salah satu dari sekian banyak
jamur (fungi) yang banyak dimanfaatkan untuk penelitian
di bidang bioteknologi, industry, dan pendidikan.
Penyakit Aspergillosis disebut juga Brooder Pneumonia ,
mycotic pneumonia, atau pneumomycosis. Di samping
keuntungan yang dimiliki, Aspergillosis juga merupakan
penyakit sistem pernapasan yang disebabkan oleh infeksi
jamur dari genus Aspergillus. Aspergillus membutuhkan
suhu yang hangat, kelembaban, dan material organik
untuk berkembang biak. Jamur akan tumbuh dan
menghasilkan banyak spora.
Menurut Jimmy Sutomo dari perusahaan Janssen-
Cilag, sebagai negara tropis Indonesia menjadi lahan
subur tumbuhnya jamur. Karena itu, penyakit-penyakit
akibat jamur sering kali menjangkiti masyarakat. Oleh
karena itu, kita harus mengenal apa dan bagaimana
gejala, dampak, dan cara pengobatan dari penyakit ini.
BAB IIPEMBAHASAN
A. Definisi Aspergillosis
Aspergillosis adalah sebuah spectrum dari penyakit
manusia dan binatang yangdisebabkan oleh anggota dari
genus Aspergillus. Ini termasuk (1) mikotoksikosis
karena menelan makanan yang terkontaminasi; (2) alergi
dan sekuele terhadap keberadaan konidia atau
pertumbuhan sementara dari organisme pada lubang-lubang
tubuh; (3)kolonisasi tanpa perluasan pada akvitas yang
belum terbentuk dan jaringan yang rusak;(invasive),
peradangan, granulomatosa, penyakit “narcotizing” pada
paru, dan organ-organ lain; dan jarang sekali (5)
sistemik dan penyakit diseminata yang mematikan. Jenis
penyakit dan beratnya bergantung pada status fisiologi
dari hospes dan spesies Aspergillus yang terlibat. Agen
penyebab bersifat kosmopolitan dan diantaranya
Aspergillus fumigatus, A. flavus, A. niger, A. nidulans
dan A. terreus.
Aspergillosis merupakan infeksi opurtunistik,
paling sering terjadi pada paru-paru, dan disebabkan
oleh spesies Aspergillus yaitu A. Fumigatus, jamur yang
terutama ditemukan pada pupuk kandang dan humus. Spora
spesies ini dapat diisap masuk ke dalam paru-paru dan
menyebabkan infeksi kronik atau aspergillosis
diseminata, jika terjadi infeksi paru invasif oleh
Aspergillus. Bronkopulmonari aspergillus alergik dapt
terjadi pada orang yang alergi terhadap Aspergillus. Pasien
yang mengalami bronkopulmonari aspergillosis alergik
mengalami asma dan diobati dengan prednisolon untuk
mengobati bunyi nafas mengi, dan antijamur (mis,
itrakonazol dan amfoterizin) untuk mengobati infeksi. (
Holland, 2009)
Bentuk yang paling umum adalah alergi
bronchopulmonary aspergillosis, pulmonary aspergilloma
dan invasif aspergillosis. Kebanyakan manusia menghirup
spora Aspergillus setiap hari, namun aspergillosis
umumnya hanya berkembang pada individu yang
immunocompromised (imun rendah), kebanyakan jenis jamur
Aspergillus yang paling umum menyerang adalah
Aspergillus fumigatus.
B. Sejarah Aspergillus
Infeksi aspergillus pada manusia pertama kali
ditemukan pada pertengahan tahun 1800. Pada tahun 1729,
Micheli di Florence menemukan genus aspergillus untuk
pertama kali. Pada tahun yang sama dalam Nova Geneva
Plantarum, ia menggambarkan bentuk kepala cinidia
aspergillus yaitu kepala spora menyebar dari bagian
tengah menyerupai aspergillum yang digunakan untuk
memercikkan air suci. (Bennet. 1992)
Pada tahun 1842, Rayer dan Montagne
mengidentifikasi Aspergillus candidus dari pundi-pundi udara
burung dan sejak itu diketahui Aspergillus dapat
menyebabkan penyakit pada spesies avian. (Bennet. 1992)
Pada tahun 1859, Cramer melaporkan Aspergillus niger
pada kasus infeksi telinga dan pada tahun 1863,
Fresenius mengidentifikasi Aspergillus fumigatus yang
diisolasi dari bronchus. (Bennet. 1992)
Pada tahun 1938, Dave melaporkan kasus fungus ball
(pulmonary aspergilloma) yang disebabkan Aspergillus .
pada tahun 1952, Hinson dan kawan-kawan melaporkan
reaksi alergik terhadap Aspergillus yang menimbulkan allergic
bronchopulmonary aspergillosis. (Bennet. 1992)
Pada tahun 1926, Tom dan Church menemukan 69
spesies Aspergillus selanjutnya pada tahun 1945, Thom dan
Raper menemukan 80 spesies Aspergillus dan pada tahun 1965
Raper dan Fennel menemukan sebanyak 151 spesies
Aspergillus. (Bennet. 1992)
C. Taksonomi Aspergillosis
Superkingdom : Eukaryota
Kingdom : Fungi
Phylum : Ascomycota
Subphylum : Pezizomycotina
Class : Eurotiomycetes
Order : Eurotiales
Family : Trichocomaceae
Genus : Aspergillus
Species : Aspergillus fumigatus
D. Epidemiologi Aspergillosis
Aspergillosis sangat jarang. Karena aspergillosis
bukanlah infeksi dilaporkan, kejadian tepat sulit untuk
menentukan, namun data berbasis populasi dari San
Francisco menunjukkan tingkat 1 sampai 2 kasus per
100.000 orang per tahun.
Kasus pertama ABPA didiagnosis di Inggris pada
tahun 1952 dan kasus pertama di Amerika Serikat
ditemukan pada tahun 1968. Di Medan (Indonesia) kasus
tersangka ABPA pernah pula dilaporkan pada tahun 1987.
Aspergillosis dapat mengenai semua ras dan ke dua
jenis kelamin dengan perbandingan yang sama dan dapat
mengenai semua jenis usia.
Insiden invasif aspergillosis pada pasien
immunokompromais yang beresiko tinggi yaitu:
1. Pasien neutropenia (disebabkan hematologic
malignancy ataupun mendapat kemoterapi) :7%
2. Pasien leukemia akut :5% - 20%
3. Penerima transplantasi sumsum tulang belakang:
10% - 20%
4. Penerima transplantasi organ (ginjal, hati,
jantung) : 5% - 15%
5 Pasien AIDS : 1% - 9%
Dari laporan diketahui bahwa lingkungan rumah
sakit sering terkontaminasi dengan spora Aspergillus,
kontaminasi ini dapat dijumpai pada:
1. Kontruksi rumah sakit, dimana dijumpai
peningkatan jumlah spora aspergillus pada sistem
ventilasi.
2. Daerah sekitar kateter intravena (menjadi jalan
masuknya Aspergillus).
3. Penggunaan plester.
4 Penggunaan amboard.
5. Penutupan kulit secara oklusif.
E. Etiologi Aspergillus
Aspergillus adalah umum di lingkungan, sehingga
kebanyakan orang menghirup spora jamur setiap hari. Hal
ini mungkin mustahil untuk sepenuhnya menghindari
menghirup spora Aspergillus beberapa. Bagi orang-orang
dengan sistem kekebalan tubuh yang sehat, hal ini tidak
menyebabkan kerusakan, dan sistem kekebalan tubuh mampu
menyingkirkan spora. Tapi untuk orang dengan sistem
kekebalan yang lemah, menghirup spora Aspergillus dapat
menyebabkan infeksi. Penelitian telah menunjukkan bahwa
aspergillosis invasif dapat terjadi selama renovasi
bangunan atau konstruksi. Wabah infeksi kulit
Aspergillus telah dilacak ke perangkat biomedis
terkontaminasi. Aspergillosis tidak dapat menyebar dari
orang ke orang atau antara manusia dan hewan.
Jenis-Jenis Jamur Aspergillus
Beberapa spesies Aspergillus menyebabkan penyakit
serius pada manusia. yang paling umum adalah spesies
patogenik menyebabkan Aspergillus fumigatus dan
Aspergillus flavus. Aspergillus flavus menghasilkan aflatoxin
yang bersifat racun dan karsinogen, dan yang dapat
berpotensi mengkontaminasi makanan. Yang paling sering
menyebabkan alergi penyakit Aspergillus fumigatus dan Aspergillus
flavus .
Aspergillus fumigates bersifat parasit yang menyebabkan
penyakit pada saluran pernapasan unggas, Aspergillus flavus
penghasil aflatoksin yang diduga sebagai penyebab
penyakit kanker hati. Kapang ini benyak terdapat pada
kacang tanah dan makanan yang terbuat darinya, Aspergillus
niger menghasilkan asam sitrat, Aspergillus oryzae untuk
merombak zat pati dalam pembuatan minuman berakohol,
Aspergillus nidulan parasit pada telinga menyebabkan
outomikosis, Aspergillus soyae untuk pembuatan kecap.
Spesies Aspergillusmerupakan moulds saprophyte yang
sering dijumpai di tanah, air dan tumbuh-tumbuhan yang
membusuk. Lebih dari 200 spesies Aspergillus telah di
identifikasi dan Aspergillus fumigatus merupakan penyebab
infeksi pada manusia yang terbanyak dimana >90%
menyebabkan invasif dan non-infasif aspergillosis.
Aspergillus flavus menyebabkan invasif aspergillosis
sebanyak 10% sedangkan aspergillus niger dan Aspergillus terreus
sebanyak 2%. (Dumasari. 2008)
1. Aspergillus fumigatus
Aspergillus fumigatus adalah jamur yang termasuk dalam
kelas Ascomycetes yang mudah diisolasi dari lingkungan
udara. Jamur ini dapat ditemukan di mana-mana pada
tumbuh-tumbuhan yang telah membusuk.
Aspergillus fumigatus merupakan patogen manusia
terpenting dan penyakit yang terjadi pada orang dengan
penurunan sistem imun (imunosupresi) serta pasien
dengan penyakit paru dasar. Terdapat tiga jenis
patologi pada penyakit paru: alergi, kolonisasi dan
invasi. (davey. 2006)
Aspergillus fumigatus memiliki tangkai-tangkai panjang
(konidiofor), konidiofora berseptat atau nonseptat yang
muncul dari sel kaki, pada ujung konidiofor muncul
sebuah gelembung, keluar dari gelembung ini muncul
sterigma, pada sterigma muncul konidium–konidium yang
tersusun berurutan mirip bentuk untaian mutiara yang
mendukung kepalanya yang besar (vesikel). Di kepala ini
terdapat spora yang membangkitkan sel hasil dari rantai
panjang spora. Aspergillus fumigatus ini mampu tumbuh pada
suhu 37°C.
2. Aspergillus Flavus
Aspergillus flavus adalah jamur yang biasa di jumpai
pada makanan, dimana Aspergillus flavus menghasilkan
aflatoksik yang berbahsa bagi tubuh yang dapat
menyebabkan kanker hati.
Aflatoksin adalah kumpulan dari senyawa-senyawa
yang mempunyai kemiripan satu sama lain dengan sedikit
perbedaan pada komposisi kimiawinya dan diproduksi oleh
Aspergillus flavus dan A. parasiticus. Dikenal ada empat jenis
aflatoksin yaitu B1, B2, G1 dan G2
Faktor predisposisinya termasuk neutropenia
yang berkepanjangan, terutama pada pasien leukemia atau
pada penerima transplantasisumsum tulang, terapi
kortikosteroid, kemoterapi sitotoksik dan pasien dengan
AIDSatau penyakit granulomatosa kronis. Gejala klinis
dapat menyerupai pneumonia bakteri akut dan termasuk
demam, batuk, nyeri pleura, dengan infark hemoragik
atau bronkopneumonia yang tidak terlalu tampak. Pasien
yang khas biasanya mengalamigranulositopenia dan
menerima antibiotika spektrum luas untuk demam yang
tidak dapat dijelaskan. Gambaran radiologi tidak
spesifik dan tes untuk presipitasi serumantibodi
biasanya juga negatif. Pengenalan klinis merupakan hal
yang esensial karenaini adalah bentuk yang paling lazim
dari aspergillosis pada pasien yang mengalami penurunan
daya tahan tubuh.
F. Patogenesis Aspergillus
ABPA diawali oleh salah satu sebab, yaitu
terperangkapnya miselia Aspergillus spp dalam plug 4atho
penderita asma atau kolonisasi Aspergillus spp pada saluran
pemafasan (bronchial tree) penderita asma. Material
4athogene dari Aspergillus spp tersebut merangsang produksi
4athogen IgE, IgG, IgA dan mensensitisasi limfosit.
Asma patogen pada sebagian ABPA melibatkan degranulasi
sel mast dan melepaskan IgE yang mengakibatkan
peningkatan resistensi jalan udara. Terjadinya
bronkiektasis yang dikaitkan dengan kelainan ini diduga
akibat pembentukan ‘kompleks-imun di dalam jalan udara
proksimal. Reaksi tanggap-kebal (immune-response) ini
dapat dilihat pada individu-individu yang terpapar
antigen. Berdasarkan studi imunofluorensi terhadap
pathog kulit dari penderita tersebut diatas ternyata
menunjukkan deposisi IgG, IgM, IgA dan komplemen. Pada
beberapa penderita telah dibuktikan pula bahwa penyakit
saluran pernafasan tersebut disebabkan oleh
hipersensitivitas lambat (delayed hypersensitivity). Jadi
pathogenesis ABPA ini tergantung pada reaksi imunologik
tipe I dan III dan mungkin pula tipe IV.
G. Manifestasi Klinis Aspergillosis
Berbagai jenis aspergillosis dapat menyebabkan
gejala yang berbeda. Gejala lain bisa berkembang jika
infeksi menyebar di luar paru-paru. Ketika
aspergillosis invasif menyebar di luar paru-paru, dapat
menyebabkan gejala di hampir setiap organ. Jika Anda
memiliki gejala yang menurut Anda terkait dengan
aspergillosis, hubungi dokter Anda.
Sebagian pasien asma alergi terhadap Aspergillus spp.
Serangan asma timbul bila spora jamur terhirup. Hasil
test kulit positif, namun reaksi positif ini tidak
berhubungan dengan makin buruknya penyakit, kecuali
bila disertai oleh aspergilosis bronkopumonarl alergika
(allergic bronchopulmonary aspergillosis [ABPA]). (davey. 2006)
Manifestasi klinis dan keparahan dari
aspergillosis mencerminkan status imunologi pasien.
Perlindungan terbaik adalah sistem kekebalan tubuh yang
kuat. Penyebaran Aspergillus dalam tubuh menunjukkan
istirahat, atau kekurangan dalam, pertahanan tuan
rumah. Agen imunosupresif dan perkembangan medis
lainnya telah menciptakan ceruk ekologi baru untuk
aspergilli tumbuh pada orang dengan sistem kekebalan
yang terganggu, di mana mereka dapat menyebabkan
infeksi serius dan sering fatal. Aspergilosis invasif,
dengan tingkat kematian yang tinggi petugas, telah
menjadi semakin umum sebagai jumlah host rentan
meningkat. Penerima sumsum tulang merupakan populasi
rentan. Sayangnya, resistensi obat terhadap obat
antijamur dikenal menjadi lebih umum. Sebagai penyakit
telah menjadi lebih umum, ada kebutuhan besar untuk
memperluas jumlah obat anti jamur yang aman dan lebih
dapat diandalkan.
Diagnosis awal infeksi Aspergillus invasif masih
sulit. Hal ini biasanya didasarkan pada isolasi dan
identifikasi berikutnya spesies dari spesimen klinis
yang sesuai dan / atau deteksi karakteristik septate
hifa di bagian jaringan biopsi berikut. Sayangnya,
aspergillosis disebarluaskan sering tidak terdiagnosa
sampai nekropsi. Masalah lain yang berkembang adalah
meningkatnya jumlah spesies menyebabkan aspergillosis
invasif pada pasien transplantasi organ. Banyak
aspergilli ini 'non-fumigatus' yang resisten terhadap
obat yang biasa biasanya digunakan untuk mengobati
aspergillosis. A. flavus, spesies kedua yang paling
umum terlibat dalam aspergillosis invasif, adalah
penyebab paling umum infeksi superfisial.
1. Aspergilosis Bronkopumonarl Alergika
Komplikasi asma yang jarang terjadi ini ditemukan
pada 10% kasus asma yang sulit mendasari sekitar 50%
eosinophilia paru di Inggris. Inhalasi spora
aspergillus menyebabkan reaksi imun hipersensitivitas
dengan mediator IgG dan IgE, yang pada gilirannya
menyebabkan infiltrasi eosinofilik padat pada jaringan
paru, penyumbtana mukus dan kolaps distal. Respons
peradangan kronis pada dinding saluran pernafasan
menyebabkan destruksi jaringan dan bronkiektasis. Masih
belum jelas mengapa hanya sebagian pasien asma yang
disertai ABPA, namun diduga ada predisposisi nfiltr
(davey. 2006)
a. Gambaran klinis
Penderita biasanya adalah orang dengan riwayat
asma. Gejalanya berupa perburukan asma disertai sputum
infiltra, demam dan sesak nafas. Tampak nfiltrate
transien pada foto toraks. Pada penyakit bronkiektasis
kronis, terjadi produksi sputum purulent yang banyak
disertai hemoptisis.
b. Pemeriksaan penunjang
ABPA harus dipertimbangkan pada penderita asma
dengan hasil foto abnormal serta jumlah eosinophil yang
tinggi.
· Tes kulit: hasil tes kulit terhadap Aspergillus
spp. Harus positif (atau kenaikan IgE spesifik
dalam serum) untuk menegakkan diagnosis.
· Tes darah: jumlah eosinofil meningkat, terutama
pada episode akut. IgE serum sangat meningkat.
Antibody pemicu (IgE) dijumpai padda 70%.
· Pemeriksaan sputum: hifa jamur bisa dijumpai
dalam sputum.
· Foto toraks : nfiltrate perihilar transien
(berganti-ganti) dijumpai selama serangan akut.
Bisa terjadi kolaps lobus atau segmental akibat
sumbatan bronkus. Pada penyakit kronis bisa terjadi
kontraksi lobus atas, fibrosis dan bronkiektasis.
2. Aspergiloma
Merupakan misetoma atau bola jamur yang merupakan
sekumpulan jamur.
Etiologi dan Pathogenesis
Organisme penyebabnya adalah A. fumigatus di Inggris
dan A. niger di AS. Spora tumbuh dalam kavitas yang telah
ada dalam paru, seringkali (24%) akibat TB, oleh karena
itu lebih banyak dijumpai di daerah apeks paru. Dua
puluh persen kasus memiliki banyak kavitas. Spora
berkembang biak dan tumbuh jamur berbentuk bola yang
mengisi kavitas. Terjadi reaksi imunologis terhadap
proses ini. Pada umumnya terdapat antibody pemicu (IgG)
dan pada 50% kasus disertai hasil tes kulit positif
terhadap Aspergillus spp. (davey. 2006)
Gambaran klinis
Biasanya asimtomatik dan ditemukan secara
kebetulan saat melakukan pemeriksaan foto toraks.
Gejala tersering yang timbul adalah hemoptisis,
ditemukan pada 75 %, kadang-kadang masif, membutuhkan
embolisasi atau pembedahan. Walaupun jarang, kadang-
kadang disertai gejala sistemik berupa penurunan berat
badan, demam dan malaise. Gejala penyakit paru yang
mendasari juga seringkali ditemukan. (davey. 2006)
Pemeriksaan penunjang
Kombinasi gambaran radiologis (opasitas padat
dengan halo atau bentuk sabit di sekelilingnya) dan
adanya antibody pemicu bisa menegakkan diagnosis. Pada
pasien dengan penyakit paru yang berat, dilakukan
reseksi bedah untuk mengambil misetoma atau seluruh
lobus. Sepuluh persen kasus tidak perlu diobati dan
bisa sembuh sendiri. Kadang-kadang terjadi kematian
akibat hemoptisis masif. Penyakit invasif memiliki
tingkat kesembuhan lebih buruk. (davey. 2006)
3. Aspergillosis invasif
Sinusitis Aspergillus
Sinusitis yang tidak responsive terhadap terapi
pada pasien polip nasi seringkali ditemukan disebabkan
oleh Aspergillus spp., dan bisa disertai ABPA. Histologi dan
imunologinya sangat mirip dengan ABPA. (davey. 2006).
Aspergillus Kronis yang Manidurkan
Adalah sebuah bentuk infeksi yang kurangnyeri dan
lambat untuk berubah, bentuk ”semi-invasif” yang
terlihat pada pasienyang mengalami penurunan daya tahan
tubuh yang ringan, khususnya bagi merekayang memiliki
riwayat penyakit paru. Diabetes mellitus, sarkoidosis
dan terapidengan glukokortikoid dosis rendah dapat
menjadi faktor predisposisi lain. Gejalayang lazim
termasuk demam, batuk dan produksi sputum; presipitasi
serum antibodi positif juga dapat dideteksi.
Aspergillus Diseminata
Penyebaran hematogenik ke organ dalam lain dapat
terjadi, terutama pada pasien dengan penurunan daya
tahan tubuh yang berat atau ketagihan obat intravena.
Absesdapat terjadi di otak (aspergillosis otak), ginjal
(aspergillosis ginjal), jantung(endokarditis,
miokarditis), tulang (osteomielitis), saluran
pencernaan. Lesi mata(keratitis mikotik, endoftalmitis
dan aspergilloma orbital) dapat juga terjadi,
baik sebagai hasil dari penyebaran atau setelah trauma
setempat atau pembedahan.
Aspergillus Kutaneus
Aspergillosis kutaneus adalah manifestasi yang
jarang yang biasanya merupakanhasil penyebaran dari
infeksi paru primer pada pasien yang mengalami
penurunandaya tahan tubuh. Meskipun demikian, kasus
aspergillosis kutaneus primer jugaterjadi, biasanya
sebagai hasil dari trauma atau kolonisasi. Lesi
bermanifestasisebagai papul yang eritematosa atau
makula dengan nekrosis sentral yang progresif.
H. Pengobatan
Prinsip pengobatan yang disebabkan oleh jamur
Aspergillus fumigatus adalah dengan menghilangkan jamur
dan sporanya yang terdapat dalam tubuh.
Penanganan bergantung pada jenis dan beratnya
infeksi dan pada status imunologi dari pasien.
Aspergillosis alergi biasanya dikontrol dengan
menggunakan prednison karenaefektif untuk mengurangi
gejala. Aspergilloma atau bola jamur dari paru
membutuhkanreseksi pembedahan, biasanya sebuah
lobektomi untuk memastikan eradikasi yanglengkap.
Terapi dari bentuk infeksi yang lebih invasif biasanya
membutuhkan toleransiyang lebih baik dan dosis setinggi
3-5 mg/kg per hari yang diberikan tanpa efek samping
yang serius. Itraconazole [400 mg/hari] sering
digunakan sebagai terapi tambahan atauuntuk terapi
pemeliharaan untuk mencegah kekambuhan Richardson and
Warnock 1993).
Kortikosteroid oral (prednisolon) merupakan terapi
utama. Pemberian obat ini memperbaiki kontrol asma dan
menghambat pertumbuhan Aspergillus spp. Steroid inhalasi
tidak mempengaruhi Aspergillus spp., namun digunakan bersama
bronkodilator, sebagai bagian dari terapi menyeluruh
pada asma. Diperlukan fisioterapi dan kadang-kadang
bronkospi untuk menghilangkan sumbatan mukus. Obat anti
jamur itralkonazol bisa menurunkan dosis steroid yang
dibutuhkan. ABPA biasa berlanjut menjadi bronkiektasis.
(davey. 2006)
Penderita ABPA diobati sesuai proses penyakitnya,
karena ABPA terjadi akibat proses hipersensitivitas,
maka respon alergi harus dikurangi. Meskipun ABPA
terjadi karena pemakaian kortikosteroid terus-menerus,
namun pengobatannya juga menggunakan kortikosteroid,
namun dengan oral, bukan lagi inhalasi. ABPA yang
kronik memerlukan antijamur semisal itraconazole yang
dapat mempercepat hilangnya infiltrat. ABPA yang
berbarengan dengan sinusitis alergik fungal memerlukan
tindakan operasi jika terdapat polip obstruktif.
Kadang-kadang dapat juga dibilas dengan amfoterisin
untuk mempercepat peyembuhan.
I. Pencegahan
Sulit untuk menghindari menghirup tingkat normal
spora Aspergillus. Bagi orang-orang dengan sistem
kekebalan tubuh yang lemah atau penyakit paru-paru
parah, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk
membantu mengurangi eksposur, termasuk:
1. Pakailah masker ketika dekat atau di lingkungan
berdebu seperti lokasi konstruksi.
2. Hindari aktivitas yang melibatkan kontak dekat
dengan tanah atau debu, seperti pekerjaan halaman
atau berkebun.
3. Gunakan langkah-langkah perbaikan kualitas udara
seperti filter HEPA.
4. Minum obat antijamur profilaksis jika dianggap
perlu oleh penyedia layanan kesehatan Anda.
5. Bersihkan luka kulit dengan sabun dan air,
terutama jika cedera telah terkena tanah atau debu
BAB IIIPENUTUP
Kesimpulan
1. Penyakit yang disebabkan oleh Jamur Aspergillus,
yaitu :
a. Aflatoxicosis
b. Aspergillosis
c. Aspergilloma
2. Obat yang digunakan untuk penyakit yang disebabkan
Aspergillus, yaitu :
a. Amphotericin B
b. Itraconazole
c. Voriconazole
3. Untuk mencegah penyakit ini, udara rungan harus
disaring dengan High Efficiency Particulate Air
(HEPA) yang dapat menurunkan infeksi aspergillus
invasive pada penderita yang dirawat di RS terutama
penderita dengan netropenia.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Pencegahan Aspergillosis di Hatcherydengan Clinafarm.http://www.novindo.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=41:aspergillus-prevention-in-hatchery-with-clinafarmr&catid=2:articles&Itemid=3
Kurniadi, Deby. 2012. Penyakit yang Disebabkan olehJamur Aspergillosis.http://creatinq.blogspot.com/2012/07/flie-download-di-sini-bab-i-pendahuluan.html
Mawarni, Iga. 2012. Penyakit yang Disebabkan olehJamur.http://igamondo.blogspot.com/2012/12/penyakit-yang-disebabkan-oleh-jamur.html
Rusdi, Rosdiana. 2013. Jamur Paru Aspergillosis.http://rosdianarusdi.blogspot.com/2013/06/kandungan-buah-buah-yang-terdapat-dalam.html
top related