PENGUJIAN MARKET OVERREACTION PADA PERUSAHAAN GO …
Post on 22-Dec-2021
2 Views
Preview:
Transcript
E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 3, No. 1 Februari: 71-82
71
PENGUJIAN MARKET OVERREACTION PADA PERUSAHAAN GO
PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA
CUT LISA1 , SYARIFAH RAHMAWATI2
1) Mahasiswa Prodi Mnajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala 2) Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala
1)e-mail: cut.lisa39@gmail.com
Abstract: This research aimed to test the existence of a market overreaction in the Indonesia Stock
Exchange (BEI). Samples in research are go public companies in Indonesia Stock Exchange during the
period of 2012-2016. Tests using monthly closing price data. This research classifies winner and loser
portfolios into three sizes of large, medium, and small. Result obtained by using paired sample t-test
shows that there has been a price reversal between the period of formation and observed on all sizes,
either large, medium, or small. The loser stock in the formation period turned into winner stock in the
observed period, and the winner stock in the formation period turned into loser stock in the observed
period. This result is an indicator occurence of market overreaction in Indonesia Stock Exchange.
Strictly, the results of this study conclude that there is a market overreaction on the company go public
on the Indonesia Stock Exchange, either on large, medium, or small. Therefore, contrarian strategy can
be applied in Indonesia Stock Exchange.
Keywords: Market Overreaction, Price Reversal, Contrarian Strategy, Market Adjusted Return,
CAR, CAAR.
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji keberadaan market overreaction di Bursa Efek
Indonesia (BEI). Sampel dalam penelitian adalah perusahaan go public di Bursa Efek Indonesia selama
periode 2012-2016. Pengujian menggunakan data harga penutupan bulanan. Penelitian ini
mengklasifikasikan portofolio winner dan loser kedalam tiga ukuran yaitu besar, sedang, dan kecil. Hasil
yang diperoleh dengan menggunakan paired sampel t-test menunjukkan bahwa telah terjadi price
reversal diantara periode formasi portofolio dan periode pengujian portofolio pada semua ukuran, baik
pada ukuran besar, sedang, maupun kecil. Saham loser pada periode formasi menjadi saham winner pada
periode pengujian dan saham winner pada periode formasi menjadi saham loser pada periode pengujian.
Hasil ini merupakan indikator telah terjadinya market overreaction di Bursa Efek Indonesia. Secara
tegas, hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat market overreaction pada perusahaan go public
di Bursa Efek Indonesia, baik pada ukuran besar, sedang, maupun kecil. Oleh karena itu, strategi
kontarian dapat di terapkan di Bursa Efek Indonesia.
Kata kunci: Market Overreaction, Price Reversal, Strategi Kontrarian, Market Adjusted
Return, CAR, CAAR.
PENDAHULUAN
Pasar modal merupakan indikator
perekonomian dimana saat ini pasar modal
telah menjadi suatu lembaga investasi yang
berperan dalam meningkatkan
pertumbuhan perekonomian suatu negara,
termasuk Indonesia. Bursa Efek Indonesia
adalah pasar modal yang ada di Indonesia
yang merupakan salah satu contoh pasar
modal yang menjadi daya tarik bagi para
E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 3, No. 1 Februari: 71-82
72
investor, baik investor yang berasal dari luar
negeri (asing) maupun investor yang berasal
dari dalam negeri (domestik). Fama (1970)
dalam Efficient Market Hypothesis
mengemukakan bahwa pasar efisien terjadi
jika harga sekuritas secara akurat
menggambarkan informasi yang ada dipasar.
Semakin cepat pasar modal bereaksi terhadap
informasi baru, maka pasar modal tersebut
semakin efisien. Dalam pasar yang efisien,
para investor diasumsikan bersikap
rasional. Namun, beberapa investor terbukti
berperilaku irrasional dalam mengambil
keputusan investasi, sehingga hal ini dapat
mengakibatkan terjadinya penyimpangan
dalam melakukan penilaian terhadap suatu
saham tertentu. Fenomena ini dapat di
jelaskan dengan konsep “behavioral
finance.”
Behavioral finance merupakan suatu
ilmu yang mempelajari bagaimana manusia
menyikapi dan bereaksi atas informasi yang
ada dalam upaya untuk mengambil
keputusan yang dapat mengoptimalkan
tingkat pengembalian dengan
memperhatikan risiko yang melekat di
dalamnya (Litner, 1998). Ada beberapa
jenis fenomena psikologi yang
menyebabkan pada saat-saat tertentu
investor cenderung berperilaku tidak
rasional (irrasional). Salah satu perilaku
tidak rasional diantara para investor adalah
perilaku overreaction. Overreaction adalah
kecenderungan investor bereaksi secara
berlebihan terhadap informasi baru dan
peristiwa-peristiwa yang luar biasa.
Overreaction diperkenalkan oleh De Bondt
dan Thaler (1985) melalui penelitiannya
dengan menggunakan data saham dari New
York Stock Exchange (NYSE) antara
Januari 1933 sampai Desember 1980,
portofolio saham loser memperoleh return
yang positif dan sebaliknya portofolio
saham winner pada periode yang sama
memperoleh return negatif, hal ini
menunjukkan bahwa di pasar modal
Amerika terjadi market overreaction.
Market overreaction ditandai dengan
adanya perubahan harga saham dengan
menggunakan return dari suatu saham
tertentu. Reaksi ini dapat diukur dengan
abnormal return yang diterima oleh saham
kepada investor.
Implikasi dari fenomena market
overreaction adalah bahwa para investor
tidak terdiri dari orang-orang yang rasional
dan juga tidak emosional. Jika sebagian
investor di pasar bereaksi secara berlebihan
terhadap suatu informasi, maka para
investor akan secara emosional segera
menilai terlalu rendah untuk saham yang
memiliki informasi buruk sehingga
harganya akan cenderung turun lebih jauh
dari yang seharusnya (underpriced). Begitu
pula dengan saham yang memiliki
informasi bagus, maka para pelaku pasar
akan menilai terlalu tinggi sehingga
terjadilah kenaikan harga yang lebih dari
yang seharusnya (overpriced). Ketika para
investor menyadari sejauh mana sebenarnya
informasi tersebut, mereka memperbaiki
kesalahan mereka dalam penilaian. Saat
mereka mengoreksi kembali perdagangan
yang mereka lakukan, maka terjadilah
pembalikan harga (price reversal) pada
saham terkait.
Pembalikan harga (price reversal)
didefinisikan sebagai perubahan arah yang
tiba-tiba dari suatu saham, indeks,
komoditas, atau derivative security. Ada
E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 3, No. 1 Februari: 71-82
73
beberapa faktor yang diduga menyebabkan
terjadinya pembalikan harga saham (price
reversal) selain overreaction hypothesis
yaitu ukuran perusahaan (firm size). Ukuran
perusahaan dapat di ukur dari Market
Capitalization (biasa disebut sebagai
Market Cap).
Ukuran perusahaan merupakan salah
satu faktor yang dianggap penting oleh para
investor dalam melakukan investasi,
terutama yang berkaitan dengan berita baik
(good news) atau berita buruk (bad news).
Tujuan Penelitian adalah untuk menguji
market overreaction pada perusahaan go
public dengan kapitalisasi pasar
kecil,sedang, dan besar di Bursa Efek
Indonesia.
TELAAH PUSTAKA DAN HIPOTESIS
Perilaku keuangan merupakan suatu
ilmu yang mempelajari bagaimana manusia
menyikapi dan bereaksi atas informasi yang
ada dalam upaya untuk mengambil
keputusan yang dapat mengoptimalkan
tingkat pengembalian dengan
memperhatikan risiko yang melekat di
dalamnya (unsur sikap dan tindakan
manusia merupakan faktor penentu dalam
berinvestasi) (Litner, 1998:7). Teori
pengambilan keputusan mengasumsikan
bahwa individu sebagai pengambil
keputusan adalah berperilaku rasional.
Tindakan para investor yang terkadang
tidak terkendali didorong oleh faktor-faktor
psikologis, seperti ketakutan (fear),
ketamakan (greed), dan kepanikan
(madness). Tindakan inilah yang
mendorong berkembangnya teori perilaku
keuangan (Behavioral finance Theory) yang
bermaksud menganalisis bias psikologi
yang belum terakumulasi dalam teori
keuangan standar (Feng dan Srasholes,
2005; Qawi, 2010; Wendy, 2010; Spindler,
2011; Shahzad dkk., 2013).
De Bondt dan Thaler (1985) (dalam
Titi dan Marwan, 1998) menyatakan bahwa
dalam overreaction hypothesis pada
dasarnya pasar telah bereaksi secara
berlebihan terhadap informasi. Dalam hal
ini, para pelaku pasar cenderung
menetapkan harga terlalu tinggi sebagai
reaksi terhadap berita yang dinilai “baik”
(good news). Sebaliknya mereka akan
memberikan harga terlalu rendah sebagai
reaksi terhadap kabar buruk (bad news).
Pembalikan harga (price reversal)
didefinisikan sebagai perubahan arah yang
tiba-tiba dari suatu saham, indeks,
komoditas, atau derivative security.
Pembalikan ini terjadi karena adanya
permintaan/penawaran yang berlebihan
sehingga terjadi perubahan terhadap
kecenderungan yang selama ini telah
terbentuk. Reversal effect adalah efek
pembalikan rata-rata return yang
merupakan sebutan lain untuk anomali
winner-loser yaitu kecenderungan saham
yang memiliki kinerja buruk (loser) akan
berbalik menjadi saham yang memiliki
kinerja baik (winner) pada periode
berikutnya dan begitu juga sebaliknya (De
Bondt dan Thaler, 1985).
Informasi akan memainkan peran
utama dalam keadaan yang tidak normal
karena pertimbangan risiko dan return
berubah. Adanya informasi, baik yang
dipersepsikan sebagai kabar baik (good
news) maupun buruk (bad news) dapat
membuat investor cenderung memberikan
E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 3, No. 1 Februari: 71-82
74
reaksi yang berlebihan (overreact).
Fenomena ini di tunjukkan dengan
terjadinya koreksi harga pada periode
pengujian yaitu harga saham yang bergerak
berlawanan pada saham-saham dalam
periode loser maupun winner.
Perbedaan tersedianya informasi
relevan juga menjadi salah satu pemicu
terjadinya market overreaction, sehingga
antisipasi pasar belum pasti sama untuk
berbagai ukuran perusahaan. Hal ini
dikarenakan informasi mengenai keadaan
perusahaan dan faktor-faktor intern pada
perusahaan besar lebih mudah didapat
dibandingkan perusahaan kecil. Pada
perusahaan-perusahaan kecil cenderung
berlaku sebaliknya. Informasi tentang
kinerja perusahaan kecil hampir tidak
dipublikasikan. Kurangnya informasi ini
menyebabkan risiko berinvestasi menjadi
lebih besar pada perusahaan kecil
dibandingkan perusahaan besar. Hipotesis
penelitian adalah sebagai berikut:
H1: Terdapat market overreaction pada
perusahaan go public dengan
kapitalisasi pasar kecil di Bursa Efek
Indonesia
H2: Terdapat market overreaction pada
perusahaan go public dengan
kapitalisasi pasar sedang di Bursa
Efek Indonesia
H3: Terdapat market overreaction pada
perusahaan go public dengan
kapitalisasi pasar besar di Bursa Efek
Indonesia
Gambar 1. Model Kerangka Teoritis
Price Reversal
Market Overr e action
Besar Sedang Kecil
Periode Pengujian Portofolio
Periode Pembentukan
Portofolio Winner
Portofolio Loser
E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 3, No. 1 Februari: 71-82
75
METODE PENELITIAN
Populasi pada penelitian ini adalah
perusahaan yang go public dan terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Data yang digunakan
pada penelitian ini menggunakan weekly
data harga penutupan (closing price) selama
5 tahun. Pada penelitian ini penarikan sampel
dilakukan dengan menggunakan metode
purposive sampling. Adapun kriteria yang
dapat di jadikan sampel adalah perusahaan
yang terdaftar di BEI selama tahun 2012-2016
dan perusahaan yang sahamnya aktif di
perdagangkan selama periode observasi.
Jumlah sampel yang memenuhi kriteria
adalah sebanyak 310 perusahaan. Penelitian
ini juga menggunakan data market
capitalization dari perusahaan yang
terdaftar di bursa efek indonesia selama 5
tahun untuk melihat ukuran perusahaan
(firm size).
Peralatan Analisis
Operasionalisasi Variabel penelitian:
AR, CAR, AAR, dan CAAR. Data yang
telah terkumpul akan dilakukan sinkronisasi
tanggal data, kemudian diolah dengan cara
yang sama dengan teknik yang digunakan
DeBont dan Thaler (1985), yaitu membagi
replikasi ke dalam 2 proses, yaitu periode
formasi portofolio dan periode pengujian
portofolio. Metode analisis data pada
masing-masing periode adalah sebagai
berikut:
Periode Formasi Portofolio
1. Menghitung abnormal return saham i
pada bulan t.
ARit = Rit - RMt
Keterangan:
ARit = Abnormal return
Rit = Return realisasi
RMt = Return Pasar
2. Menghitung return ekspektasi.
Menghitung return ekspektasi yang
dihitung dengan market adjusted
model; return bulanan pasar (Rmt)
Keterangan:
= return pasar pada periode t
IHSG t = Indeks Harga Saham
Gabungan periode t
IHSG t-1 = Indeks Harga Saham
Gabungan periode t-1 3.
3. Menghitung cumulative abnormal
return (CAR)
Keterangan:
CARit = Cumulative Abnormal Return
saham i pada periode t
ARit = Abnormal Return saham i
pada periode t
4. Melakukan klasifikasi winner (20%
bagian teratas) dan loser (20% bagian
terbawah).
5. Melakukan klasifikasi portofolio
winner dan loser kedalam 3 kategori,
yaitu portofolio ukuran kecil, sedang,
dan besar, berdasarkan kapitalisasi
pasar (market cap).
Formulasi yang digunakan untuk
menghitung kapitalisasi pasar adalah
sebagai berikut.
Market Cap = Jumlah Saham Beredar ×
Harga Saham
E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 3, No. 1 Februari: 71-82
76
Periode Pengujian Portofolio
1. Menghitung AAR (average abnormal
return) portofolio winner dan
portofolio loser.
Keterangan:
AARn,t = Average abnormal return
saham pada bulan t
ARi,t = Abnormal return saham i
pada bulan t
n = Jumlah saham yang diteliti
2. Menghitung Cumulative Average
Abnormal Return
Keterangan:
CAARt = Cumulative average abnormal
return (akumulasi rata-rata
return tidak normal) saham
pada bulan t
AARt = Average abnormal return
(rata-rata return tidak
normal) saham pada bulan t
N = jumlah saham yang diteliti
Penetapan observasi 1 sampai 8,
Observasi dilakukan pada satu periode
formasi yaitu enam bulan dan dilakukan
empat kali pengujian yaitu pengujian 3, 6,
9, dan 12 bulan. Pengujian hipotesis
menggunakan uji beda, dengan
menggunakan SPSS.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Uji Beda Winner Besar, Sedang,
dan Kecil
Uji beda CAAR portofolio saham
winner pada periode formasi dan periode
pengujian dilakukan untuk melihat apakah
terdapat perbedaan antara CAAR portofolio
saham winner pada periode formasi dengan
periode pengujian. Hasil uji beda dengan
menggunakan paired sample t-test
menunjukkan hasil yang signifikan untuk
empat periode pengujian, yaitu 3, 6, 9 dan
12 bulan, yang menunjukan terdapat
perbedaan yang signifikan antara CAAR
portofolio winner perusahaan besar pada
periode formasi dan pada periode
pengujian. CAAR portofolio winner pada
periode formasi juga mengalami penurunan
pada periode pengujian. CAAR portofolio
winner juga menghasil arah
Tabel 7. Hasil Uji Beda CAAR Portofolio Winner pada Periode Formasi 6 Bulan dan
Pengujian 3, 6, 9, dan 12 Bulan pada Perusahaan Besar
Periode Observasi Formasi Pengujian T Sig. Arah
Pergerakan
Ket.
3 bulan 0,48247 -0,00170 4,223 ***0,004 Negatif H0 ditolak
6 bulan 0,48247 0,03506 4,062 ***0,005 Negatif H0 ditolak
9 bulan 0,48247 0,04156 4,191 ***0,004 Negatif H0 ditolak
12 bulan 0,48247 0,05063 3,549 *0,009 Negatif H0 ditolak
* Signifikansi pada α = 0,10
**Signifikansi pada α = 0,05
*** Signifikansi pada α = 0,01
Sumber: Data Diolah (2017)
E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 3, No. 1 Februari: 71-82
77
Tabel 8. Hasil Uji Beda CAAR Portofolio Winner pada Periode Formasi 6 Bulan dan
Pengujian 3, 6, 9, dan 12 Bulan pada Perusahaan Sedang
Periode Observasi Formasi Pengujian T Sig. Arah
Pergerakan
Ket.
3 bulan 0,98232 -0,01513 3,365 **0,012 Negatif H0 ditolak
6 bulan 0,98232 0,11280 3,056 **0,018 Negatif H0 ditolak
9 bulan 0,98232 0,21590 2,842 **0,025 Negatif H0 ditolak
12 bulan 0,98232 0,29088 2,621 **0,034 Negatif H0 ditolak
Sumber: Data diolah
* Signifikansi pada α = 0,10
**Signifikansi pada α = 0,05
*** Signifikansi pada α = 0,01
Sumber: Data Diolah (2017)
Tabel 9. Hasil Uji Beda CAAR Portofolio Winner pada Periode Formasi 6 Bulan dan
Pengujian 3, 6, 9, dan 12 Bulan pada Perusahaan Kecil
Periode
Observasi Formasi Pengujian T Sig.
Arah
Pergerakan
Ket.
3 bulan 0,90181 0,13751 5,546 ***0,001 Negatif H0 ditolak
6 bulan 0,90181 0,14525 5,214 ***0,001 Negatif H0 ditolak
9 bulan 0,90181 0,22595 4,167 ***0,004 Negatif H0 ditolak
12 bulan 0,90181 0,30573 4,214 ***0,004 Negatif H0 ditolak
* Signifikansi pada α = 0,10
**Signifikansi pada α = 0,05
*** Signifikansi pada α = 0,01
Sumber: Data Diolah (2017)
pergerakan yang negatif. Terdapat
pembalikan harga (price reversal) terhadap
saham-saham yang sebelumnya winner
menjadi loser. Pembalikan ini disebabkan
oleh adanya market overreaction (DeBontd
dan Thaler, 1985).
Hasil uji beda dengan menggunakan
paired sample t-test menunjukkan hasil
yang signifikan untuk empat periode
pengujian, yaitu 3, 6, 9 dan 12 bulan, yang
menunjukan terdapat perbedaan yang
signifikan antara CAAR portofolio winner
perusahaan sedang pada periode formasi
dan pada periode pengujian. CAAR
portofolio winner pada periode formasi juga
mengalami penurunan pada periode
pengujian. CAAR portofolio winner juga
menghasil arah pergerakan yang negatif.
Terdapat pembalikan harga (price reversal)
terhadap saham-saham yang sebelumnya
winner menjadi loser. Pembalikan ini
disebabkan oleh adanya market
overreaction (DeBontd dan Thaler, 1985).
Hasil uji beda dengan menggunakan paired
sample t-test menunjukkan hasil yang
signifikan untuk empat periode pengujian,
yaitu 3, 6, 9 dan 12 bulan, yang menunjukan
terdapat perbedaan yang signifikan antara
CAAR portofolio winner perusahaan kecil
pada periode formasi dan pada periode
pengujian. CAAR portofolio winner pada
periode formasi juga mengalami penurunan
pada periode pengujian. CAAR portofolio
winner juga menghasil arah
E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 3, No. 1 Februari: 71-82
78
Tabel 10. Hasil Uji Beda CAAR Portofolio Loser pada Periode Formasi 6 Bulan dan
Pengujian 3, 6, 9, dan 12 Bulan pada Perusahaan Besar Periode
Observasi Formasi Pengujian T Sig.
Arah
Pergerakan
Ket.
3 bulan -0,29837 -0,00870 -5,911 ***0,001 Positif H0 ditolak
6 bulan -0,29837 0,00458 -5,519 ***0,001 Positif H0 ditolak
9 bulan -0,29837 -0,02396 -5,111 ***0,001 Positif H0 ditolak
12 bulan -0,29837 -0,01303 -4,583 ***0,003 Positif H0 ditolak
Sumber: Data diolah
* Signifikansi pada α = 0,10
**Signifikansi pada α = 0,05
*** Signifikansi pada α = 0,01
Sumber: Data Diolah (2017)
Tabel 11. Hasil Uji Beda CAAR Portofolio Loser pada Periode Formasi 6 Bulan dan
Pengujian 3, 6, 9, dan 12 Bulan pada Perusahaan Sedang Periode Observasi Formasi Pengujian T Sig. Arah Pergerakan Ket.
3 bulan -0,38377 0,08240 -5,797 ***0,001 Positif H0 ditolak
6 bulan -0,38377 0,12405 -5,684 ***0,001 Positif H0 ditolak
9 bulan -0,38377 0,12005 -4,150 ***0,004 Positif H0 ditolak
12 bulan -0,38377 0,18589 -3,833 ***0,006 Positif H0 ditolak
Sumber: Data diolah
* Signifikansi pada α = 0,10
**Signifikansi pada α = 0,05
*** Signifikansi pada α = 0,01
Sumber: Data Diolah (2017)
pergerakan yang negatif. Terdapat
pembalikan harga (price reversal) terhadap
saham-saham yang sebelumnya winner
menjadi loser. Pembalikan ini disebabkan
oleh adanya market overreaction (DeBontd
dan Thaler, 1985).
Hasil Uji Beda Loser Besar, Sedang, dan
Kecil
Uji beda CAAR portofolio saham
loser pada periode formasi dan periode
pengujian dilakukan untuk melihat apakah
terdapat perbedaan antara CAAR portofolio
saham loser pada periode formasi dengan
periode pengujian. Hasil uji beda dengan
menggunakan paired sample t-test
menunjukkan hasil yang signifikan untuk
empat periode pengujian, yaitu 3, 6, 9 dan
12 bulan, yang menunjukan terdapat
perbedaan yang signifikan antara CAAR
portofolio loser perusahaan besar pada
periode formasi dan pada periode
pengujian. CAAR portofolio loser pada
periode formasi juga mengalami kenaikan
pada periode pengujian. CAAR portofolio
loser juga menghasil arah pergerakan yang
positif. Terdapat pembalikan harga
terhadap saham-saham yang sebelumnya
loser menjadi winner. Pembalikan ini
disebabkan oleh adanya perilaku market
overreaction (DeBont dan Thaler, 1985).
E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 3, No. 1 Februari: 71-82
79
Tabel 12. Hasil Uji Beda CAAR Portofolio Loser pada Periode Formasi 6 Bulan dan
Pengujian 3, 6, 9, dan 12 Bulan pada Perusahaan Kecil
Periode Observasi Formasi Pengujian T Sig. Arah
Pergerakan
Ket.
3 bulan -0,35659 -0,03675 -6,058 ***0,001 Positif H0 ditolak
6 bulan -0,35659 0,03013 -5,701 ***0,001 Positif H0 ditolak
9 bulan -0,35659 0,04296 -5,550 ***0,001 Positif H0 ditolak
12 bulan -0,35659 0,04752 -5,122 ***0,001 Positif H0 ditolak
* Signifikansi pada α = 0,10
**Signifikansi pada α = 0,05
*** Signifikansi pada α = 0,01
Sumber: Data Diolah (2017)
Hasil uji beda dengan menggunakan
paired sample t-test menunjukkan hasil
yang signifikan untuk empat periode
pengujian, yaitu 3, 6, 9 dan 12 bulan, yang
menunjukan terdapat perbedaan yang
signifikan antara CAAR portofolio loser
perusahaan sedang pada periode formasi
dan pada periode pengujian. CAAR
portofolio loser pada periode formasi juga
mengalami kenaikan pada periode
pengujian. CAAR portofolio loser juga
menghasil arah pergerakan yang positif.
Terdapat pembalikan harga terhadap
saham-saham yang sebelumnya loser
menjadi winner. Pembalikan ini disebabkan
oleh adanya perilaku market overreaction
(DeBont dan Thaler, 1985).
Pengujian hipotesis pada penelitian
ini menggunakan paired sample t test untuk
menguji keberadaan market overreaction,
secara statistik menemukan adanya
perbedaan yang signifikan dari CAAR pada
periode formasi dan periode pengujian pada
portofolio winner maupun portofolio loser
pada masing-masing ukuran perusahaan.
Penelitian ini juga mendokumentasikan
adanya pergerakkan CAAR ke arah negatif
pada portofolio winner pada periode
pengujian winner pada masingmasing
ukuran perusahaan. Sebaliknya, penelitian
ini juga mendokumentasikan adanya
pergerakkan CAAR kearah positif pada
portofolio loser pada periode pengujian
loser pada masing-masing ukuran
perusahaan.
Temuan pada penelitian ini
menegaskan market overreaction terjadi
pada perusahaan go public di Bursa Efek
Indonesia, baik pada perusahaan dengan
kapitalisasi pasar besar, sedang, dan kecil.
Dengan terjadinya market overreaction
pada perusahaan go public di Bursa Efek
Indonesia, maka strategi investasi
kontrarian dapat diterapkan pada kondisi
pasar seperti ini. Strategi kontrarian adalah
strategi investasi yang berlawanan dengan
pasar. Dengan kata lain, strategi ini
dilakukan dengan cara menjual saham
ketika pasar mengalami kenaikan (bullish)
dan membeli saham pada pasar mengalami
penurunan (bearish). Pada dasarnya,
strategi ini dinamakan strategi buy low sell
high (beli murah, jual mahal). Strategi ini
bisa menjadi alternatif baru dalam transaksi
saham, hal ini dikarenakan oleh beberapa
pendapat para ahli yang menyatakan bahwa
E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 3, No. 1 Februari: 71-82
80
strategi ini dapat menghasilkan abnormal
return.
Menurut Lo dan McKinlay (1990),
konsekuensi dari adanya market
overreaction adalah keuntungan yang
didapat dari strategi kontrarian dengan
membeli saham yang berkinerja buruk
(loser) dan melakukan penjualan terhadap
saham yang berkinerja baik (winner).
Penjualan saham winner dan pembelian
saham loser akan menghasilkan expected
return. Hal ini dikarenakan adanya korelasi
yang negatif diantara keduanya, loser akan
menjadi winner di masa mendatang dan
winner akan menjadi loser di masa
mendatang. Hasil penelitian ini didukung
oleh penelitian Norli et.al (2013) yang
mengemukakan bahwa terjadinya market
overreaction di pasar modal, bahkan setelah
disesuaikan dengan ukuran perusahaan
(firm size). Temuan ini menemukan bahwa
terdapat perbedaan CAAR yang signifikan
antara periode formasi dan periode
pengujian pada portofolio winner dan
portoofolio loser. Penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Suhartini (2002) yang
mengemukakan bahwa market overreaction
pada portofolio winner dan loser muncul
karena perbedaan ukuran perusahaan (firm
size). Selanjutnya penelitian yang dilakukan
oleh Octavia dan Lantara (2014) dengan
menggunakan saham Indeks 100 Kompas di
Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitiannya
mengemukakan bahwa market overreaction
hanya ditemukan pada portofolio loser dan
market overreaction terasosiasi secara
positif dengan ukuran perusahaan (firm
size).
PENUTUP
Hasil penelitian mendokumentasikan
temuan market overreaction pada
perusahaan go public di Bursa Efek
Indonesia yang menyebabkan anomali
winnerloser pada periode pengujian 3, 6, 9,
dan 12 bulan pada portofolio winner
maupun portofolio loser di semua ukuran
perusahaan. Hal ini ditunjukkan dari
terjadinya pembalikkan harga (price
reversal) oleh portofolio winner maupun
portofolio loser pada periode pengujian.
Dengan ditemukannya market overreaction
di bursa efek indonesia, investor dapat
menggunakan strategi kontrarian seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya, sehingga
investor dapat mengoptimalkan return yang
akan mereka peroleh.
Bagi pasar modal, dari hasil
penelitian menunjukkan bahwa terjadinya
market overreaction di Bursa Efek
Indonesia yang disebabkan karena adanya
kecenderungan investor yang bereaksi
secara berlebihan terhadap informasi baru
dan peristiwa-peristiwa luar biasa. Hal ini
menandakan bahwa pasar modal indonesia
belum efisien. Oleh karena itu, perlu adanya
peningkatan infrastruktur terutama
infrastruktur yang menyangkut
penyampaian informasi- informasi yang
relevan dengan pasar modal, sehingga
informasi tentang bursa dapat terus
dilengkapi dan semakin efisien. Bagi
investor, dari hasil penelitian menunjukkan
bahwa terjadinya market overreaction di
Bursa Efek Indonesia. Oleh karena itu,
investor dapat menerapkan strategi
kontrarian. Bagi perusahaan, terjadinya
market overreaction yang ditandai dengan
adanya pembalikan harga saham (price
E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 3, No. 1 Februari: 71-82
81
reversal) membuktikan bahwa harga saham
belum menunjukkan harga yang
sebenarnya. Oleh karena itu, perusahaan
diharapkan dapat meningkatkan kinerjanya
sebagai salah satu patokan bagi investor
dalam menilai harga saham. Selain itu,
perusahaan juga dituntut untuk lebih cermat
dan tanggap terhadap informasi yang
beredar sebagai antisipasi terhadap strategi
kontrarian yang akan digunakan investor
dalam berinvestasi.
REFERENSI Arifin, Zaenal (2005) Teori Keuangan dan
Pasar Modal. Yogyakarta: Ekonisia
Atkins, Allen B dan Edward A Dyl (1990)
Price reversal, Bid Ask Spreads And
Market Efficiency. Journal of
Financial And Quantitative Analysis,
Vol. 25, (4), 534-547.
DeBont, W.F.M. dan R.H. Thaler (1985)
Does the Stock Market Overreact?.
Journal of Finance. Vol. 40, (3),
793-808.
Fama, Eugene F. (1970). Efficient Capital
Markets : A Review of Theory and
Empirical Work. Journal of Finance,
427-456.
Feng, Lei dan Mark S Seasholes (2005) Do
Investor Sophistication And Trading
Experience Eliminate Behavioral
Biases in Financial Markets?. Review
of Finance, Vol. 9, (3).
Ghozali, Imam (2013) Aplikasi Analisis
Multivariate dengan Program IBM
SPSS 21. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Goldberg, Joachim dan Nitzsch, Rudriger
Von (2001) Behavioral Finance.
Jerman: John Wiley & Sons Inc.
Hartono, Jogiyanto (2007) Teori Portfolio
dan Analisis Investasi. Yogyakarta:
BPFE.
Jagadesh, N. dan Titman, S (1993) Returns
to buying winners and selling losers:
implications for stock market
efficiency. Journal of Finance, Vol.
48, 65-91.
Jones, Charles P. (1991) Invesment Analisys
and Management. Fourth Edition.
Singapore: Mc Graw-Hill Company.
Kahneman, D. dan A. Tversky. (1974)
Judgment under Uncertainty:
Heuristics and Biases. Science, Vol.
185), 1124-1131.
Kahneman, D. dan Tversky, A,. (1979)
Prospect Theory: An Analysis of
Decision Under Risk. Econometrica,
Vol. 47, 263-291.
Kahneman, D. dan Tversky, A. (1984)
Choices, Values and Frames.
American Psychologist, Vol. 39 (4),
341–350.
Kusumawardani, Srihartati (2001). Analisis
Reaksi Berlebihan, Efek Bid-Ask,
Firm Size dan Likuiditas Dalam
Fenomena Price reversal di Bursa
Efek Jakarta. Tesis. Program Magister
Manajemen, Universitas Dipenogoro,
Semarang.
Lintner, John. (1998) The Valuation Of
Risk Assets And The Selection Of
Risky Investments In Stock Portfolios
And Capital Budgets. Review of
Economics and Statistics.
Moskal, Michael B. (2002) Stock Market
Capitalization and Its Effect On
Performance. Employee Benefit Plan
Review, Vol. 57, (2).
Octavio, Danes Quirira dan I Wayan Nuka
Lantara. (2014). Market
Overreaction, Size Effect atau
Liquidity Effect, Studi pada Bursa
Efek Indonesia. Jurnal Manajemen
Strategi Bisnis dan Kewirausahaan,
Vol. 8, (1).
Pasaribu, Rowland Bismark Fernando.
(2011) Anomali Overreaction di
Bursa Efek Indonesia: Penelitian
E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 3, No. 1 Februari: 71-82
82
Saham LQ-45. Jurnal Ekonomi dan
Bisnis, Vol. 5, (2).
Petengill, G.N., and B.D Jordan. (1990) The
Overreaction Hypothesis, Firm Size,
and Stock Market Seasonality. The
Journal of Portfolio Management,
Spring, 60-64.
Pompian, Michael M. (2006) Behavioral
Finance and Wealth Management:
How to Build Optimal Portfolios That
Account for Investor Biases. New
Jersey: John Willey and Sons.
Qawi, Raluca B. (2010) Behavioral
Finance: Is Inventor Psyche Driving
Market Performance?. IUO Journal
of Behavioral Finance, Vol.7 (4), 7-
19
Rahmawati dan Tri Suryani. (2005) Over
Reaksi Pasar terhadap Harga Saham
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek
Jakarta. Simposium.
Ricciardi, V. dan Simon, H.K. (2000) What
is Behavioral Finance?. Bussines,
Education, and technology Journal,
Vol 1, (2), 1-9.
Sakaran, Uma. (2006). Research Methods
for Business, 4th Ed. Jakarta :
Salemba Empat.
Sugiyono. (2004). Metode Penelitian
Bisnis. Yogyakarta : Alfabeta.
Tandelilin, Eduardus. (2010) Portofolio dan
Investasi Teori dan Aplikasi. Edisi
pertama. Yogyakarta : Kanisius
Warninda, Titi Dewi & Marwan, Asri.
(1998) Dapatkah strategi kontrarian
diterapkan di pasar modal Indonesia?
(pengujian anomali winner-loser di
bursa efek Jakarta). Jurnal ekonomi
dan bisnis Indonesia, 71-77.
Wibowo, Agus dan Agus Sukarno. (2004)
Reaksi Pasar Berlebihan Dan
Pengaruh Ukuran Perusahaan
Terhadap Pembalikan Harga Saham
Di Bursa Efek Indonesia. Wahana,
Vol. 7,(1) 57-73.
Widiastuti, Ekaningtyas dan Jaryono.
(2011) Short Contrarian Investment
Strategy: Pengujian Winner-loser
Anomaly pada Saham-Saham Di
Bursa Efek Indonesia. Performance,
Vol. 14 (2) 49-63.
Zarowin, Paul. (1990) Size, Seasonality,
And Stock Market Overreaction.
Journal of Finance And Quantitative
Analysis, Vol. 25,113-125.
top related