Transcript
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHTOleh matematikaclub
PENGGUNAAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE NHT (NUMBER HEADS TOGETHER) PADA POKOK
BAHASAN RELASI HIMPUNAN
MAKALAH
Seminar Pendidikan Matematika
Disajikan Tanggal 14 Mei 2008
Nama : Reikson Panjaitan
NPM : 04150080
Program Studi : Pendidikan Matematika
Jurusan : PMIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN
PEMATANGSIANTAR
2008
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai
dari Sekolah Dasar untuk membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis, analitis,
sistematis, kritis dan kreatif.
Dalam membelajarkan matematika kepada siswa, apabila guru masih
menggunakan paradigma pembelajaran lama (komunikasi dalam pembelajaran
matematika cenderung berlangsung satu arah yaitu dari guru ke siswa), guru lebih
mendominasi pembelajaran maka pembelajaran cenderung monoton sehingga
mengakibatkan peserta didik (siswa) merasa jenuh.
Oleh karena itu, dalam membelajarkan matematika kepada siswa, guru hendaknya
memilih berbagai variasi pendekatan, strategi, metode yang sesuai dengan materi
pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran yang direncanakan akan tercapai. Strategi
pembelajaran hendaknya dapat mengoptimalkan interaksi antara seluruh komponen
dalam proses belajar mengajar, komponen yang dimaksud adalah guru dan siswa. Dengan
melihat persoalan tersebut, penulis tertarik mengkaji penggunaan pembelajaran
kooperatif tipe NHT (Number Heads Together) yang berpotensi membuat siswa sebagai
pusat pembelajaran.
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis merumuskan masalah dari
makalah ini adalah “Bagaimana penggunaan pembelajaran kooperatif tipe NHT pada
pokok bahasan relasi himpunan?”
1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penulis membatasi masalah dari
makalah ini yaitu “Penggunaan pembelajaran kooperatif tipe NHT pada pokok bahasan
relasi himpunan di SMP Kelas VIII.”
1.4 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah maka yang menjadi tujuan penulisan dalam
makalah ini adalah menambah wawasan penulis dan peserta seminar agar semakin
memahami penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam pembelajaran
Matematika.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pembelajaran Kooperatif
2.1.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat
meningkatkan interaksi antara guru dengan siswa. Untuk lebih memahami pembelajaran
kooperatif tipe NHT yang akan dibahas dalam makalah ini, terlebih dahulu kita harus
tahu apa itu pembelajaran kooperatif. Berikut ini beberapa pengertian pembelajaran
kooperatif menurut para ahli.
Posamentier (dalam Rachmadi, 2004:13) secara sederhana menyebutkan
cooperative learning atau belajar secara kooperatif adalah penempatan beberapa siswa
dalam kelompok kecil dan memberikan mereka sebuah atau beberapa tugas.
Menurut Zainurie (http://zainurie.files.wordpress.com/2007/12/ppp pembelajaran
kooperatif.pdf ), Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang
mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap kelompok mempunyai tingkat
kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan
anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan
kerja kesetaraan jender.
33
(http://edtech.kennesaw.edu/intech/cooperativelearning.htm) Cooperative learning is a successful teaching strategy in which small teams, each with students of different levels of ability, use a variety of learning activities to improve their understanding of a subject. Each member of a team is responsible not only for learning what is taught but also for helping teammates learn. Penulis menerjemahkannya sebagai berikut “Pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi pembelajaran sukses dalam kelompok kecil dimana setiap siswa memiliki perbedaan tingkat kemampuan, menggunakan berbagai aktivitas belajar untuk
meningkatkan pemahaman mereka pada suatu materi. Masing-masing anggota kelompok bertanggung jawab tidak hanya pada apa yang dipelajari tetapi juga untuk membantu teman satu kelompok.
Jadi, Pembelajaran Kooperatif adalah pembelajaran yang mengharuskan siswa
untuk bekerja dalam suatu tim untuk menyelesaikan masalah, menyelesaikan tugas, atau
mengerjakan sesuatu untuk tujuan bersama.
2.1.2 Prinsip Dasar dan Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Menurut Nur (dalam http://zainurie.files.wordpress.com/2007/12/ppp pembelajaran
kooperatif.pdf), adapun prinsip dasar dan ciri-ciri dalam pembelajaran kooperatif sebagai
berikut:
a. Prinsip dasar pembelajaran kooperatif:
1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang
dikerjakan dalam kelompoknya.
2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota
kelompok mempunyai tujuan yang sama.
3. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang
sama di antara anggota kelompoknya.
4. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
5. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan
keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
6. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara
individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
b. Ciri-ciri pembelajaran kooperatif:
1. Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai
kompetensi dasar yang akan dicapai.
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda,
baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jika mungkin anggota
kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan
kesetaraan jender.
3. Penghargaan lebih menekankan pada kelompok dari pada masing-masing
individu.
2.1.3 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Terdapat 6 langkah dalam menggunaan pembelajaran kooperatif (Ibrahim dkk,
2000:10) yang dapat kita lihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
FASE TINGKAH LAKU GURUFase-1Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
Fase-2Menyajikan informasi.
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
Fase-3Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
Fase-4Membimbing kelompok bekerja dan belajar.
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Fase-5Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase-6Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
2.2 Beberapa Tipe Pembelajaran Kooperatif
Beberapa tipe pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh beberapa ahli
antara lain Slavin (1985), Lazarowitz (1988) atau Sharan (1990) dalam Rachmadi
(2004:16) sebagai berikut:
1. Pembelajaran kooperatif tipe jigsawPembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini pertama kali dikembangkan oleh Aronson dkk. Pada model ini, kelas dibagi beberapa kelompok dengan 4 – 6 orang. Setiap kelompok oleh Aronson dinamai kelompok jigsaw (gigi gergaji). Pelajaran dibagi dalam beberapa bagian sehingga setiap kelompok siswa mempelajari salah satu bagian pelajaran tersebut. Semua siswa dengan bagian pelajaran yang sama belajar bersama dalam sebuah kelompok, dan dikenal sebagai counterpart group (CG).
2. Pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Heads Together)Pembelajaran kooperatif tipe NHT dikembangkan oleh Spencer Kagan (1993). Pada umumnya NHT digunakan untuk melibatkan siswa dalam penguatan pemahaman pembelajaran atau mengecek pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.
3. Pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions)Bagian esensial dari model ini adalah adanya kerjasama anggota kelompok dan kompetisi antara kelompok. Siswa bekerja di kelompok untuk belajar dari temannya serta ‘mengajar’ temannya.
4. Pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assited Individualization atau Team Accelarated Instruction)Pembelajaran kooperatif tipe TAI ini dikembangkan oleh Slavin. Tipe ini juga merupakan model kelompok berkemampuan heterogen. Setiap siswa belajar pada aspek khusus pembelajaran secara individual. Anggota time menggunakan lembar jawab yang digunakan untuk saling memeriksa jawaban teman se-tim, dan semua bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban pada akhir kegiatan. Diskusi terjadi pada saat siswa saling mempertanyakan jawaban yang dikerjakan teman sekelompoknya.
5. Pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games-Tournament)
TGT menekankan adanya kompetisi kegiatannya seperti STAD, tetapi kompetisi dilakukan dengan cara membandingkan kemampuan antar anggota tim dalam suatu ‘turnamen’.
2.3 Pembelajaran Kooperatif tipe NHT
Umumnya, jika seorang guru ingin mengetahui tingkat pemahaman siswa pada saat
pembelajaran, guru akan mengajukan pertanyaan kepada siswa. Selanjutnya, guru akan
menunjuk salah seorang siswa (yang telah mengangkat tangannya ketika guru
memberikan pertanyaan) untuk menjawabnya. Seandainya jawaban yang diberikan tidak
tepat, barulah siswa yang lain berpeluang untuk menjawab pertanyaan tersebut. Itupun
seorang saja.
Cara demikian banyak kelemahannya. Salah satu gejala yang umum kita
perhatikan atau alami ialah apabila guru memberikan pertanyaan, semua siswa akan
menjawab pertanyaan tersebut atau sambil mengangkat tangan, siswa yang mengetahui
jawabannya akan menjerit “Bu, saya! Saya!” (lihat Gambar 1). Ini terjadi karena semua
menginginkan perhatian guru. Masalahnya ialah guru hanya mampu melayani seorang
saja pada saat itu.
Gambar 1. Seluruh siswa mengangkat tangan untuk menjawab pertanyaan dari guru.
Untuk menghindari terjadinya hal seperti itu, salah satu cara ialah melalui
pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Number Heads Together merupakan kegiatan belajar kooperatif yang
dikembangkan oleh Spencer Kagan (1993) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam
menelaah materi pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran
tersebut.
(http://learning-with-e.blogspot.com/2006/09/pembelajaran.html#4) tipe NHT
adalah suatu metode belajar dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu
kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa
Pembelajaran kooperatif tipe NHT menggunakan empat langkah (Ibrahim dkk,
2000:28) sebagai berikut:
Langkah-1: Penomoran. Guru membagi siswa ke dalam kelompok beranggotakan 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5.
Langkah-2: Mengajukan Pertanyaan/Permasalahan. Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi.
Langkah-3: Berpikir Bersama. Siswa menyatukan pendapatnya terhadap pertanyaan itu dan meyakinkan tiap kelompok dalam timnya mengetahui jawaban itu.
Langkah-4: Menjawab. Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.
Dalam pembagian tim hendaknya setiap tim terdiri dari siswa dengan kemampuan
yang bervariasi: satu orang berkemampuan tinggi, dua orang berkemampuan sedang, dan
satu orang berkemampuan rendah. Di sini ketergantungan positif juga dikembangkan,
dan yang kurang, terbantu oleh yang lain. Yang berkemampuan tinggi bersedia
membantu, meskipun mungkin mereka tidak dipanggil untuk menjawab. Bantuan yang
diberikan dengan motivasi tanggung jawab atau nama baik kelompok, yang paling lemah
diharapkan antusias dalam memahami permasalahan dan jawabannya karena mereka
merasa merekalah yang akan ditunjuk guru menjawab.
Penulis mengkritik pendapat dari Ibrahim tentang empat langkah pembelajaran
kooperatif, karena berdasarkan langkah-langkah pembelajaran kooperatif secara umum
harus dipenuhi minimal 6 langkah (seperti pada hal. 5). Oleh karena itu penulis
memadukan langkah-langkah tipe NHT (oleh Ibrahim) dengan langkah-langkah
pembelajaran kooperatif (hal. 5) sebagai berikut:
Tabel 2. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
FASE TINGKAH LAKU GURUFase-1Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
Fase-2Menyajikan informasi.
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
Fase-3Penomoran
Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 3-5 siswa dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5.
Fase-4Mengajukan pertanyaan/ permasalahan.
Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa untuk dipecahkan bersama dalam kelompok. Pertanyaan dapat bervariasi
Fase-5Berpikir bersama.
Siswa menyatukan pendapatnya terhadap pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban itu.
Fase-6Menjawab (evaluasi).
Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.
Fase-7Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
2.4 Pembentukan dan Penghargaan Kelompok
Salah satu cara membentuk kelompok berdasarkan kemampuan akademik
(http://zainurie.files.wordpress.com/2007/12/ppp pembelajaran kooperatif.pdf) seperti
berikut ini.
Tabel 3. Cara membentuk kelompok berdasarkan kemampuan akademik.
Kemampuan No Nama Rangking KelompokTinggi 1 1 A
2 2 B3 3 C4 4 D
Sedang
5 5 D6 6 C7 7 B8 8 A9 9 A10 10 B11 11 C12 12 D
Rendah
13 13 D14 14 C15 15 B16 16 A
Umumnya guru memberikan penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan
nilai peningkatan hasil belajar dari nilai dasar (awal) ke nilai kuis/tes setelah siswa bekerja
dalam kelompok.
Cara-cara penentuan nilai penghargaan kepada kelompok
(http://zainurie.files.wordpress.com/2007/12/ppp pembelajaran kooperatif.pdf) dijelaskan
sebagai berikut:
Langkah-langkah memberi penghargaan kelompok:
1. Menentukan nilai dasar (awal) masing-masing siswa. Nilai dasar (awal) dapat berupa nilai tes/kuis awal atau menggunakan nilai ulangan sebelumnya.
2. Menentukan nilai tes/kuis yang telah dilaksanakan siswa bekerja dalam kelompok; misal nilai kuis I, nilai kuis II, atau rata-rata nilai kuis I dan kuis II kepada setiap siswa yang telah kita sebut nilai kuis terkini.
3. Menentukan nilai peningkatan hasil belajar yang besarnya ditentukan berdasarkan selisih nilai kuis terkini atau nilai dasar (awal) masing-masing siswa dengan menggunakan kriteria berikut ini:
KRITERIA NILAI PENINGKATAN
Nilai kuis/tes terkini turun lebih dari 10 poin di bawah nilai awal.
5
Nilai kuis/tes terkini turun 1 sampai dengan 10 poin di bawah nilai awal.
10
Nilai kuis/tes terkini sama dengan nilai awal sampai dengan 10 di atas nilai awal.
20
Nilai kuis/tes terkini lebih dari 10 poin di atas nilai awal.
30
Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan rata-rata nilai peningkatan yang
diperoleh masing-masing kelompok dengan memberikan predikat cukup, baik, sangat
baik, dan sempurna.
Kriteria untuk status kelompok
Cukup, (rata-rata nilai peningkatan kelompok < 15).Baik, (15 ≤ rata-rata nilai peningkatan kelompok < 20).Sangat Baik, (20 ≤ rata-rata nilai peningkatan kelompok < 25).Sempurna, (rata-rata nilai peningkatan kelompok ≥ 25).
2.5 Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT pada Pokok Bahasan Relasi
Himpunan
Langkah-langkah pembelajaran:
Fase-1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.
- Guru menyampaikan indikator, tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Indikator
Memahami relasi
Tujuan pembelajaran
Siswa dapat:
1) Menyebutkan pengertian relasi.
2) Memberikan contoh relasi.
3) Menyajikan relasi.
- Guru memberi stimulus kepada siswa dengan menanyakan “Apa yang diketahui
tentang Relasi”.
Fase-2. Menyajikan informasi
Guru menjelaskan pengertian relasi dan memberi contoh.
Relasi dari himpunan A ke himpunan B adalah pemasangan anggota himpunan
A ke anggota himpunan B dengan syarat tertentu.
JackJohnSaya suka sepak bola dan tenis
Contoh 1.
ErikaSusiSaya suka sepak bola dan volly
Saya suka renang dan vollySaya suka renang dan tenis
Pada kejadian tersebut, terdapat dua himpuna yaitu:
1. Himpunan pekerja: A = {John, Jack, Susi, Erika},
2. Himpunan olahraga: B = {tenis, volly, renang, sepak bola}
Kita dapat melakukan relasi (hubungan) antara anggota himpunan A dengan
anggota himpunan B, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.
John
Jack Susi
Erika
Sepak bola
Renang
Volly
Tenis
AB
Gambar 2. Diagram panah dari himpunan A ke himpunan B
dengan relasi “menyukai olahraga”.
Himpunan A disebut domain (daerah asal) relasi dan himpunan bagian dari
himpunan B (himpunan anggota yang bersifat a R b dengan b B) disebut range
(daerah jelajah) dari relasi. Himpunan B disebut kodomain relasi.
Guru menjelaskan bagaimana menyajikan relasi
Relasi dapat disajikan dengan diagram panah, himpunan pasangan berurut dan
diagram cartesius.
Contoh 2. Dari contoh 1, relasi yang menunjukkan “menyukai olahraga” dapat
disajikan dengan:
a. Diagram panah
`
John
Jack Susi
Erika
Sepak bola
Renang
Volly
Tenis
AB
b. Himpunan pasangan berurut
Berasal dariHimpunan BBerasal dariHimpunan A
Jika suatu relasi A → B, maka pasangan berurutannya (…., ….)
Berasal dariHimpunan ABerasal dariHimpunan B
Jika suatu relasi B → A, maka pasangan berurutannya (…., ….)
Jadi, contoh 1. relasi dari A → B dapat dibuat himpunan pasangan berurutnya
yaitu: {(John, Sepak bola), (John, Volly), (Jack, Sepakbola), (Jack, Tenis), (Susi,
Renang), (Susi, Tenis), (Erika, Renang), (Erika, Volly)}
c. Diagram Kartesius
Sepak bolaRenang
VollyTenis
Jenis OlahragaPekerja
Fase-3 Penomoran
Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 3-5 siswa
dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5.
Fase-4 Mengajukan Pertanyaan/Permasalahan
Guru memberikan pertanyaan kepada siswa untuk dipecahkan bersama dalam kelompok.
Soal:
1. Gambar di samping menunjukkan relasi dari himpunan A ke himpunan B. Salin dan
lengkapilah diagram panah yang menunjukkan relasi “dua kali dari”.
2
468101202468
AB2. Salinlah diagram di bawah ini.
Bangkok
Jakarta
New Delhi
Paris
Indonesia
Prancis
Thailand
India
AB
a. Gambarlah diagram panah dari setiap nama ibu kota dalam himpunan A ke nama
negara dalam himpunan B.
b. Sebutkan nama relasi seperti pada soal a tersebut.
3. Dalam rangka merayakan hari ulang tahunnya, Ita mengajak Edo, Nungki, Nana, dan
Dhika ke suatu restoran terdekat. Seorang Pramusaji datang menghampiri mereka dan
mencatat pesanan mereka.
Ita : “Saya pesan nasi goreng, jus alpukat, dan puding”.
Edo : “Pesanan saya seperti Ita, tapi saya tidak suka puding. Oh ya, karena saya
sangat lapar, saya juga pesan mie goreng.
Nungki : “Saya pesan mie goreng dan jus melon.”
Nana : “Saya pesan ayam bakar dengan nasi goreng. Oh ya, juga jus alpukat”.
Dhika : “Pesanan saya seperti Nana, tapi saya juga pesan puding”.
Sekarang, coba kamu bantu pramusaji dengan mengambarkan pesanan masing-
masing anak dengan diagram panah.
Fase-5 Berpikir Bersama
Siswa menyatukan pendapatnya terhadap pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota
dalam timnya mengetahui jawaban itu.
Fase-6 Menjawab (Evaluasi)
Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mencoba
untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.
Guru : “Kepala Bernomor 3, selesaikan soal nomor 1 di papan tulis.”
(Jika jumlah kelas ada sebanyak 20 orang siswa dan satu kelompok terdapat 5
orang, maka siswa dengan kepala bernomor 3 ada sebanyak 4 orang. Keempat
siswa tersebutlah yang akan menjawab soal nomor 1).
Salah seorang siswa dengan kepala bernomor 3 (anggota kelompok I) mengerjakan soal
nomor 1 di papan tulis sebagai berikut:
2468101202468
A
BDua kali dariGuru : “Bagus, jawabanmu benar!”
Guru : “Sekarang, coba kamu jelaskan baca diagram tersebut!” (dengan menunjuk
salah seorang siswa dengan kepala bernomor 3 (anggota kelompok II)).
Siswa : 4 dua kali dari 2, benar
8 dua kali dari 4, benar
12 dua kali dari 6, benar
Jadi, relasi A → B menunjukkan relasi “dua kali dari”
Guru : “Ya, jawabanmu benar!”
Demikianlah selanjutnya proses presentase untuk soal no. 2 dan 3.
Guru juga dapat memberikan soal evaluasi (test individual).
Fase-7 Memberikan Penghargaan
Guru memberikan penghargaan. Penentuan penghargaan kelompok dilihat dari skor awal
(nilai ulangan sebelumnya).
Contoh proses penentuan penghargaan kelompok (berdasarkan hal. 11)
Kelompok/
Nomor
Nama
Siswa
Nilai Ulangan
Sebelumnya
Nilai
Evaluasi
Nilai
Peningkatan
Nilai Penghargaan
Kelompok
I
1
2
3
4
5
Andi
Trogon
Raja
Adirya
Anita
95
75
85
45
35
95
100
95
65
50
20
30
20
30
30
26
Sempurna
130
Rata-rata =
130 : 5 = 26
Penghargaan Kelompok I adalah Sempurna
II
1
2
3
4
5
Fahmi
Rio
Antok
Prasetyo
Ridwan
100
73
71
66
65
98
70
91
65
100
10
10
30
10
30
18
Baik
Rata-rata =
90 : 5 = 18
Penghargaan Kelompok II adalah Baik
2.6 Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
Kita mengetahui bahwa setiap model pembelajaran dan metode pembelajaran yang
manapun pasti memiliki kelebihan dan kelemahan. Berikut ini merupakan kelebihan dan
kelemahan pembelajaran kooperatif tipe NHT
(http://learning-with-me.blogspot.com/2006/09/pembelajaran.html#4) adalah:
1. Kelebihan
- Setiap siswa menjadi siap semua.
- Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
- Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
2. Kelemahan
- Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.
- Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.
- Kendala teknis, misalnya masalah tempat duduk kadang sulit atau kurang
mendukung diatur kegiatan kelompok.
BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan:
1. Pembelajaran Kooperatif adalah pembelajaran yang mengharuskan siswa untuk
bekerja dalam suatu tim untuk menyelesaikan masalah, menyelesaikan tugas, atau
mengerjakan sesuatu untuk tujuan bersama.
2. NHT (Numbered Heads Together) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif
yang berpotensi membuat siswa sebagai pusat pembelajaran.
3. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe NHT yang dapat digunakan dalam
pembelajaran matematika.
1) Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa..
2) Menyajikan informasi.
3) Penomoran.
4) Mengajukan Pertanyaan/Permasalahan.
5) Berpikir Bersama.
6) Menjawab (evaluasi).
7) Memberikan Penghargaan.
21
DAFTAR PUSTAKA
Cooperative Learning, http://edtech.kennesaw.edu/intech/cooperativelearning.htm
Ibrahim, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya-
University Press.
http://learning-with-e.blogspot.com/2006/09/pembelajaran.html#4
http://zainurie.files.wordpress.com/2007/12/ppp pembelajaran kooperatif.pdf
Syamsul Junaidi, Eko Siswono. 2004. Matematika SMP untuk Kelas VIII. Jakarta: Esis.
Widdiharto, Rachmadi. 2004. Makalah: Model-Model Pembelajaran Matematika SMP.
Yogyakarta: PPPG Matematika.
2220
top related