Makalah Ujian Kasus Forpat
Post on 11-Dec-2015
265 Views
Preview:
DESCRIPTION
Transcript
MAKALAH UJIAN KASUS
PATOLOGI FORENSIK
ASFIKSIA MEKANIK
Disusun Oleh:
Sicilia R. N. K. Eha
112013188
Penguji:
dr. Djaja Surya Atmadja, Sp.F, SH, PhD
DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT NASIONAL CIPTOMANGUNKUSUMO
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
SEPTEMBER 2015
BAB I
ILUSTRASI KASUS
No. Registrasi Forensik : 795/SK II/VIII/2015
No. Registrasi RSCM : 3603 A 08
Pemeriksaan Luar : 29 Agustus 2015 pukul 16.42 WIB
Pemeriksaan Dalam : 30 Agustus 2015 pukul 01.55 WIB
Identitas Jenazah
Nama : Nn. KK
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 23 tahun
Warga Negara : Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswi
Alamat : Rusun Tambora Blok A Anggrek RT 05/ 11 Angke
Jakarta Utara
Pada hari Rabu Sabtu, 29 Agustus 2015, pihak Kepolisian Daerah Metro Jaya Metropolitan
Jakarta Barat membawa mayat perempuan yang sudah diidentifikasi sebagai Nn.KK ke
bagian forensik Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo. Mayat perempuan tersebut
ditemukan meninggal dunia pada hari Sabtu, 29 Agustus 2015 jam 12.00 WIB di kost Prima
lantai 3 no.18B KM 307 Taman Sari. Diduga korban meninggal akibat pembunuhan.
Kepolisian Daerah Metro Jaya Metropolitan Jakarta Barat mengirimkan jenazah untuk
dilakukan pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam melalui surat permintaan nomor 105/
VS/ VIII/ 2015 agar dapat dibuatkan visum et repertumnya. Pemeriksaan luar mayat
dilaksanakan segera setelah mayat datang di RSCM pada pukul 16.42 WIB. Dan pemeriksaan
dalam mayat dilaksanakan pada tanggal 30 Agustus 2015 pukul 01.55 WIB.
DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
RUMAH SAKIT DR CIPTO MANGUNKUSUMOJalan Diponegoro no. 71, Jakarta Pusat 10430, Kotak Pos 1086
Telp. 3918301, 31930808 (Hunting), Fax 3148991 Nomor : 105/ VS/ VIII/ 2015 Jakarta, 30 Agustus 2015Perihal : Visum et repertum mayat Lampiran : ---------------------------------------------------------------------------------------------
PRO JUSTITIA
VISUM ET REPERTUM795/SK II/VIII/2015
Yang bertanda tangan di bawah ini, dr. Sicilia Eha, dokter pada Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia – Rumah Sakit Dr. Ciptomangunkusumo di Jakarta, menerangkan bahwa atas permintaan tertulis dari Kepolisian Polsek Metro Menteng Polres Metro Jakarta Pusat tertanggal tujuh bulan maret tahun dua ribu empat belas, Nomor Surat: 105/ VS/ VIII/ 2015, maka pada tanggal tiga puluh bulan Agustus tahun dua ribu lima belas, pukul satu lebih lima puluh lima menit Waktu Indonesia Bagian Barat bertempat di Ruang bedah mayat Departemen Ilmu Kedokteran Forensik & Medikolegal Rumah Sakit Dokter Cipto Mangunkusumo, telah melakukan pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam mayat, atas mayat dengan keterangan sebagai berikut:-------------------Nama :Nn.KK----------------------------------------------------------------------------Jenis kelamin : Perempuan----------------------------------------------------------------------Umur : 23 tahun-------------------------------------------------------------------------Warganegara : Indonesia------------------------------------------------------------------------Pekerjaan : Mahasiswi-----------------------------------------------------------------------Alamat : Rusun Tambora Blok A Anggrek RT 05/ 11 Angke Jakarta Utara-----
-------------------------------------------------HASIL PEMERIKSAAN-------------------------------
I. PEMERIKSAAN LUAR------------------------------------------------------------------------------1. Label terikat pada pergelangan kaki kiri, terbuat dari kertas karton, berwarna merah
muda, tanpa materai.-----------------------------------------------------------------------------------2. Mayat terbungkus dengan: Satu buah kantong jenazah bahan terpal warna orange
bertuliskan “Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta Tahun Anggaran 2015”------3. Perhiasan mayat: ---------------------------------------------------------------------------------------
a. Satu buah ikat rambut berwarna hitam bermodel bulu-bulu---------------------------------
b. Sepasang anting-anting bahan logam berwarna putih pada bagian tengah terdapat berlian imitasi-------------------------------------------------------------------------------------
4. Pakaian yang dikenakan mayat adalah: Tidak ada-------------------------------------------------5. Benda di samping mayat: Satu helai handuk berwarna putih------------------------------------6. Kaku mayat terdapat pada rahang dan jari-jari, mudah di lawan. Lebam mayat terdapat
pada punggung, perut, lengan, leher, paha bagian belakang berwarna merah keunguan hilang pada penekanan--------------------------------------------------------------------------------
7.Mayat adalah-----------------------------Lanjutan visum et repertum nomor : 105/ VS/ VIII/ 2015
Halaman ke 2 dari 5 halaman
7. Mayat adalah seorang perempuan, berbangsa Indonesia ras Mongoloid, berumur kurang lebih dua puluh tiga tahun, warna kulit kuning langsat, bergizi baik, memiliki panjang tubuh seratus lima puluh dua sentimeter, berat tubuh lima puluh Sembilan kilogram--------
8. Mayat memiliki identitas khusus sebagai berikut:.------------------------------------------ ----a. Pada punggung kiri tujuh sentimeter dari garis pertengahan belakang, delapan
sentimeter di bawah puncak bahu terdapat tato bergambar wanita dengan sayap berwarna hitam, merah dan hijau berukuran delapan belas kali tujuh sentimeter --------
b. Pada dada kanan tujuh sentimeter dari garis pertengahan depan, tujuh sentimeter di bawah puncak bahu terdapat tato bermotif bunga mawar berwarna merah dan kuning berukuran tujuh sentimeter kali delapan sentimeter ------------------------------------------
9. Rambut kepala berwarna hitam, tumbuhnya lurus, panjang tiga puluh lima sentimeter. Alis mata berwarna hitam tumbuhnya lebat panjang nol koma delapan sentimeter. Bulu mata berwarna hitam tumbuhnya lurus, panjang nol koma delapan sentimeter. Kumis tidak ada. Jenggot tidak ada--------------------------------------------------------------------------
10. Mata kanan tertutup dan mata kiri terbuka ukuran tujuh milimeter. Pada mata kanan dan kiri, selaput bening mata jernih, teleng mata kanan dan kiri bulat ukuran empat millimeter, warna tirai mata kanan dan mata kiri coklat, selaput bola mata kanan dan kiri tampak pelebaran pembuluh darah warna ungu coklat, selaput kelopak mata kanan dan kiri tampak pelebaran pembuluh darah-------------------------------------------------------------
11. Hidung berbentuk sedang. Telinga berbentuk oval. Mulut terbuka berukuran tiga millimeter. Lidah terjulur dan tergigit berukuran lima milimeter dari ujung lidah berwarna hitam-------------------------------------------------------------------------------
12. Gigi geligi berjumlah dua puluh delapan buah, gigi ke delapan pada rahang kanan atas tidak ada, gigi ke tujuh dan delapan pada rahang kanan bawah tidak ada, gigi pada rahang atas kiri lengkap dan gigi ke delapan pada rahang bawah kiri tidak ada--------------
13. Dari lubang mulut tidak keluar apa-apa. Dari lubang hidung keluar cairan bening warna putih. Dari lubang telinga kanan tidak keluar apa-apa dan dari lubang telinga kiri tidak keluar apa-apa. Dari lubang kemaluan tidak keluar apa-apa. Dari lubang pelepas tidak keluar apa-apa------------------------------------------------------------------------------------------
14. Luka-luka pada mayat:-------------------------------------------------------------------------------a. Pada leher sisi kiri empat sentimeter dari garis pertengahan depan terdapat memar
berwarna merah keunguan berukuran dua koma lima kali satu sentimeter---------------b. Pada bibir atas sisi kiri bagian dalam dua koma lima sentimeter dari garis
pertengahan depan terdapat memar berwarna merah keunguan berukuran nol koma lima kali nol koma lima------------------------------------------------------------------------------------------
15. Patah tulang: Tidak tampak dan tidak teraba patah tulang---------------------------------------16. Lain-lain:-----------------------------------------------------------------------------------------------
a. Urin tidak berhasil di ambil--------------------------------------------------------------b. Darah di ambil dua milliliter, golongan darah
“O”------------------------------------c. Di ambil swab vagina luar dan dalam---------------------------------------------------d. Di temukan robekan lama sampai dasar pada arah jam dua dan Sembilan sesuai
putaran jaru jam----------------------------------------------------------------------------
e. Di lakukan pemeriksaan alcohol darah di dapatkan hasil satu jam pertama negatif-------------------------------------------------------------------------------
PEMERIKSAAN DALAM-----------Lanjutan visum et repertum nomor : 105/ VS/ VIII/ 2015
Halaman ke 3 dari 5 halaman
PEMERIKSAAN DALAM:-----------------------------------------------------------------------------
17. Jaringan lemak bawah kulit berwarna kuning, pada daerah dada setebal dua puluh milimeter dan pada daerah perut setebal lima puluh milimeter. Otot – otot berwarna merah kecoklatan, cukup tebal. Sekat rongga badan kanan setinggi sela iga ke lima, sekat rongga badan kiri setinggi sela iga ke enam. Tulang dada utuh, iga–iga utuh. Dalam rongga dada kanan berisi cairan berwarna kemerahan sebanyak lima puluh mililiter, sebelah kiri berisi cairan berwarna kemerahan sebanyak lima puluh mililiter. Kandung jantung tampak seluruhnya jari di antara kedua paru, berisi cairan berwarna sedikit kemerahan------------------------------------------------------------------------------------
18. Pada jaringan ikat bawah kulit daerah leher, sebelah kanan terdapat resapan darah dan daerah garis pertengahan depan terdapat resapan darah. Otot leher berwarna merah kecoklatan, terdapat resapan darah tepat di garis pertengahan depan--------------------------
19. Selaput dinding perut berwarna kelabu mengkilat. Otot dinding perut berwarna merah kecoklatan. Dalam rongga perut tidak terdapat cairan-------------------------------------------
20. Lidah berwarna kelabu kecoklatan, penampang berwarna merah kecoklatan. Tulang lidah utuh. Rawan gondok utuh. Rawan cincin utuh. Kelenjar gondok berwarna merah kecoklatan, perabaan kenyal, penampang berwarna merah kecoklatan, berat kurang dari sepuluh gram. Tidak ditemukan kelenjar kacangan. Kerongkongan berisi lendir berwarna merah kecoklatan dengan selaput lendir pada bagian atas berwarna merah keunguan sepanjang sembilan kali tiga sentimeter dan bagian bawah berwarna kuning kelabu. Batang tenggorok berisi cairan kental berwarna merah kehitaman dengan selaput lendir tampak seluruhnya berwarna merah kehitaman---------------------------------------------------
21. Jantung sebesar satu kali tinju kanan mayat, berwarna coklat, perabaan kenyal. Ukuran lingkaran katub serambi kanan sembilan sentimeter, kiri sepuluh sentimeter, pembuluh nadi paru enam koma lima sentimeter, dan batang nadi lima koma lima sentimeter. Tebal otot bilik kanan tiga milimeter dan kiri lima milimeter. Pembuluh nadi jantung tidak menebal dan tidak tersumbat. Sekat jantung berwarna coklat homogen. Berat jantung dua ratus sepuluh gram. Di permukaan jantung bagian belakang terdapat bintik-bintik pendarahan-----------------------------------------------------------------------------------
22. Paru kanan terdiri atas tiga baga, berwarna ungu kelabu, perabaan kenyal spons, penampang berwarna merah kecoklatan, pada pemijatan keluar busa halus dan cairan berwarna merah pada seluruh baga, berat paru kanan empat ratus empat puluh gram. Pada baga atas paru kanan terdapat bintik pendarahan dan baga bawah tampak lebih basah. Paru kiri terdiri atas dua baga, berwarna ungu kelabu, perabaan kenyal spons, penampang berwarna merah kecoklatan, pada pemijatan keluar busa halus dan cairan berwarna merah pada seluruh baga, berat paru kiri tiga ratus sembilan puluh gram. Pada baga atas dan bawah paru kiri terdapat bintik pendarahan---------------------------------------
23. Limpa berwarna coklat keunguan, permukaan keriput, perabaan kenyal padat, penampang berwarna ungu kecoklatan, gambaran limpa jelas, dan pada pengikisan jaringan terikut, berat limpa seratus gram----------------------------------------------------------
24. Hati berwarna ungu kelabu, permukaan licin, tepi tajam, perabaan kenyal, penampang berwarna kecoklatan, gambaran hati jelas, berat hati seribu seratus lima puluh gram-------
25. Kelenjar empedu berisi cairan berwarna coklat kekuningan, selaput lendir seperti bludru, saluran empedu tidak tersumbat---------------------------------------------------------------------
26.Kelenjar liur perut-----------------------Lanjutan visum et repertum nomor : 105/ VS/ VIII/ 2015
Halaman ke 4 dari 5 halaman
26. Kelenjar liur perut berwarna kecoklatan, permukaan berbaga-baga, perabaan kenyal, penampang berwarna kecoklatan, gambaran kelenjar jelas, berat lima puluh gram---------
27. Lambung berisi cairan kental berwarna kecoklatan, selaput lendir berwarna kelabu dan tampak pelebaran pembuluh darah. Usus dua belas jari berisi lendir kental berwarna kecoklatan dengan selaput lendir berwarna kelabu. Usus halus berisi cairan kental berwarna kecoklatan dengan selaput lendir berwarna kelabu. Usus besar berisi massa lunak berwarna hijau kecoklatan dengan selaput lendir berwarna kelabu---------------------
28. Kelenjar anak ginjal kanan berbentuk trapesium dengan warna merah kecoklatan, berat tidak di timbang. Kelenjar anak ginjal kiri berbentuk segitiga dengan warna merah kecoklatan, berat tidak ditimbang-------------------------------------------------------------------
29. Ginjal kanan simpai lemak sedang cukup tebal, simpai ginjal mudah di lepaskan, permukaan ginjal licin, warna ginjal ungu kecoklatan, penampang berwarna ungu kecoklatan, perabaan kenyal padat, gambaran ginjal jelas, piala ginjal kosong, saluran kemih tidak tersumbat, berat seratus dua puluh gram. Ginjal kiri simpai lemak sedang cukup tebal, simpai ginjal mudah dilepaskan, permukaan ginjal licin, warna ginjal ungu kecoklatan, penampang berwarna ungu kecoklatan, perabaan kenyal padat, gambaran ginjal jelas, piala ginjal kosong, saluran kemih tidak tersumbat, berat seratus empat puluh gram-----------------------------------------------------------------------------------
30. Kandung kemih kosong. Selaput lendir berwarna putih-----------------------------------------31. Indung telur kanan berbentuk lonjong, berukuran dua kali dua kali satu sentimeter,
selaput berwarna putih kelabu. Indung telur kiri berbentuk lonjong, berukuran dua koma lima kali satu koma lima kali satu sentimeter, selaput berwarna putih kelabu. Rahim berukuran lima koma lima kali enam kali dua koma lima sentimeter, berisi nanah----------
32. Pada kulit kepala bagian dalam terdapat pelebaran pembuluh darah seluruhnya. Tulang tengkorak utuh. Selaput keras otak tidak di temukan resapan darah. Selaput lunak otak tidak di temukan resapan darah. Otak besar pada permukaan tampak pelebaran pembuluh darah dan batas antara daerah putih dan abu-abu jelas. Otak kecil pada permukaan tampak pelebaran pembuluh darah dan batas antara daerah putih dan abu-abu jelas. Batang otak terdapat pelebaran pembuluh darah. Berat otak seribu tiga ratus gram---------
33. Pemeriksaan laboratorium: --------------------------------------------------------------------------Toksikologi: -------------------------------------------------------------------------------------------
a. Kode MET14070005, tanggal expired 2016-07, hasil negative --------------------b. Kode COC14070001, tanggal expired 2016-07, hasil negative --------------------c. Kode THC15040002, tanggal expired 2017-03, hasil negative --------------------d. Kode AMP15040001, tanggal expired 2017-02, hasil negative --------------------e. Kode PCP14080002, tanggal expired 2016-04, hasil negative ---------------------f. Kode BAR15040001, tanggal expired 2017-04, hasil negative --------------------g. Kode BZO15050003, tanggal expired 2017-03, hasil negative --------------------h. Kode MDMA14080001, tanggal expired 2016-06, hasil negative -----------------i. Kode MOP14070003, tanggal expired 2016-07, hasil negative --------------------
j. Kode HCG14080033, tanggal expired 2016-06, hasil negative --------------------
KESIMPULAN------------Lanjutan visum et repertum nomor : 105/ VS/ VIII/ 2015
Halaman ke 5 dari 5 halaman
KESIMPULAN:-------------------------------------------------------------------------------------------Pada pemeriksaan mayat perempuan berusia sekitar dua puluh tiga tahun hingga dua puluh lima tahun ini, bergolongan darah “O” ditemukan adanya memar pada leher dan bibir sisi kiri akibat kekerasan tumpul. Selanjutnya di temukan bintik pendarahan pada paru dan hati. Resapan darah pada otot leher. Sebab mati orang ini adalah kekerasan tumpul pada leher yang menyebabkan mati lemas. --------------------------------------------------------------------------Demikianlah visum et repertum ini dibuat dengan sebenarnya dengan menggunakan keilmuan yang sebaik-baiknya, mengingat sumpah sesuai dengan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).-------------------------------------------------------------------------
Dokter Pemeriksa,
Dr. Sicilia Eha
BAB II
PEMBAHASAN UMUM
2.1 Prosedur Medikolegal1-3
Ilmu kedokteran forensik adalah cabang spesialistik dari ilmu kedokteran yang
dimanfaatkan untuk penegakan hukum serta keadilan. Ilmu kedokteran forensik muncul
karena di tengah masyarakat dapat terjadi pelanggaran hukum terkait tubuh manusia dan
untuk memperjelas perkara tersebut diperlukan pengetahuan yang lebih dalam dari bidang
kedokteran. Selain di dalam lingkup pengadilan, ilmu kedokteran forensik juga berperan
dalam membantu penyelesaian klaim asuransi, masalah paternitas, dan membantu usaha
peningkatan keamanan dan keselamatan kerja melalui database yang dimilikinya tentang
jumlah korban kecelakaan lalu lintas atau kecelekaan kerja.
Saat terjadi suatu peristiwa yang diduga adalah suatu tindak pidana, pada awalnya
dilakukan proses penyelidikan oleh polisi untuk menentukan apakah peristiwa tersebut dapat
dianggap sebagai suatu tindak pidana. Jika diputuskan bahwa peristiwa tersebut merupakan
tindak pidana, selanjutnya dilakukan penyidikan dengan maksud mengumpulkan berbagai
bukti supaya perkara semakin jelas dan tersangka dapat ditemukan. KUHAP pasal 6 dan
Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2010 menyebutkan bahwa penyidik adalah polisi yang
minimal berpangkat Inspektur Polisi Dua atau Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang minimal
golongan III/a. Bila dalam satu sektor tidak ada Inspektur Polisi Dua, maka bintara dengan
tingkatan di bawahnya (Ajun Inspektur Polisi) yang menjadi penyidik. Sementara itu,
penyidik pembantu adalah polisi yang minimal berpangkat Brigadir Polisi Dua. Penyidikan
kemudian dilanjutkan dengan penuntutan dan pengadilan. Dalam proses pengadilan, hakim
baru dapat menjatuhkan pidana kepada seorang terdakwa apabila memiliki sekurang-
kurangnya dua alat bukti yang sah (KUHAP pasal 183).
KUHAP pasal 133 ayat 1 berbunyi “dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan
menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa
yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada
ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya”. KUHAP Pasal 179 ayat 1
berbunyi “setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau
dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan”. UU No. 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan pasal 28 juga menyebutkan bahwa tenaga kesehatan wajib
melakukan pemeriksaan kesehatan atas permintaan penegak hukum, Di sinilah terlihat
pentingnya ilmu kedokteran forensik dalam bidang peradilan. Berbeda halnya dengan peran
sebagai klinisi, untuk kepentingan peradilan, dokter tidak berhadapan dengan pasien
melainkan dengan korban, baik korban hidup maupun korban mati, yang statusnya adalah
barang bukti. Dalam penegakan hukum, dokter bertindak sebagai ahli lalu memberikan
bantuan pemeriksaan kedokteran forensik terhadap korban hidup, korban mati, bagian tubuh
manusia, atau benda yang diduga berasal dari tubuh manusia. Tindak pidana yang bisa terjadi
di mana saja membuat setiap dokter secara praktis harus mampu melakukan pemeriksaan
forensik. Dari hasil pemeriksaannya, dokter memberikan keterangan ahli, baik secara lisan di
pengadilan atau secara tertulis dalam bentuk surat. Keduanya dapat menjadi alat bukti yang
sah untuk membuat terang suatu perkara, dengan syarat dokter yang menyampaikan telah
mengambil sumpah jabatan dan memiliki Surat Izin Praktik yang valid. Apabila seorang
dokter menolak untuk membantu, kepadanya dapat dijatuhkan hukuman penjara paling lama
9 bulan.
Untuk bisa mendapatkan keterangan ahli, KUHAP pasal 133 ayat 2 menyebutkan
bahwa penyidik harus memberikan permintaan tertulis yang mencantumkan jenis
pemeriksaan yang dibutuhkan; apakah itu pemeriksaan luka, pemeriksaan luar mayat,
dan/atau pemeriksaan bedah mayat/autopsi. Permintaan tertulis ini dikenal dengan Surat
Permintaan Visum yang diajukan kepada instansi kesehatan tempat seorang dokter bekerja.
Yang berwenang mengajukannya adalah penyidik atau penyidik pembantu. Adapun penyidik
dan penyidik pembantu yang dimaksud dalam hal ini adalah polisi, bukan PNS. Dalam hal
korban mati dan diperlukan adanya autopsi, penyidik wajib memberitahukan kepada pihak
keluarga korban dan menerangkan hingga sejelas-jelasnya tentang tujuan dilakukannya
autopsi. Autopsi baru dilakukan setelah mendapat persetujuan keluarga korban atau bila
dalam waktu 2 x 24 jam tidak ada jawaban dari keluarga korban. Jenazah sebagai barang
bukti juga diberi label identitas yang dilak, diberi cap jabatan, dan diikatkan pada ibu jari
kaki atau bagian tubuh lain (KUHAP pasal 133 ayat 3). Apabila jenazah sampai kepada
dokter pemeriksa dalam keadaan belum teridentifikasi, maka dokter harus membantu proses
identifikasi sebagaimana tertulis dalam UU Kesehatan pasal 118. Setelah seluruh
pemeriksaan yang diminta penyidik selesai dilakukan, jenazah dapat dibawa keluar dari
institusi kesehatan. Namun bila jenazah dibawa pulang paksa, dokter tidak akan
mengeluarkan keterangan tertulis hasil pemeriksaan dan mereka yang menghalangi
pemeriksaan dapat dikenakan sanksi sesuai KUHP pasal 222.
Produk tertulis yang dikeluarkan seorang dokter sebagai ahli setelah melakukan
pemeriksaan forensik disebut sebagai visum et repertum yang tergolong dalam alat bukti
berupa surat. Dikarenakan Surat Permintaan Visum diajukan oleh penyidik, maka visum et
repertum hanya boleh diberikan kepada polisi yang bertindak sebagai penyidik. Secara
umum, visum et repertum terdiri dari 5 bagian, yakni:
1. Kata Pro Justitia yang menunjukkan bahwa visum et repertum dibuat khusus untuk tujuan
peradilan
2. Bagian pendahuluan yang memuat nama dokter pembuat visum et repertum dan institusi
kesehatan tempat ia bekerja, instansi penyidik yang mengajukan permintaan berikut
nomor dan tanggal surat permintaannya, tempat dan waktu pemeriksaan, serta identitas
korban yang diperiksa
3. Bagian pemberitaan yang memuat hasil pemeriksaan berkaitan dengan kasus
4. Bagian kesimpulan yang dalam hal visum et repertum jenazah memuat luka-luka yang
ditemukan dan jenis kekerasan penyebabnya serta pendapat dokter tentang sebab
kematian dan perkiraan saat kematian. Sebab kematian baru dapat ditentukan apabila
sudah dilakukan autopsi.
5. Bagian penutup
2.2 Tanatologi1-3
Dalam ilmu kedokteran forensik, dikenal cabang ilmu tanatologi yang mempelajari
kematian, perubahan setelah kematian, dan faktor yang memengaruhinya. Terdapat beberapa
macam istilah mati dalam tanatologi, yakni mati somatis (mati klinis), mati suri, mati seluler,
mati serebral, dan mati batang otak
Mati somatis adalah terhentinya fungsi ketiga sistem penunjang kehidupan, yakni susunan
saraf pusat, sistem kardiovaskular, dan sistem pernapasan, secara menetap.
Mati suri adalah terhentinya ketiga sistem penunjang kehidupan jika dinilai dengan alat
kedokteran sederhana. Namun, jika digunakan alat yang lebih canggih dapat dibuktikan
bahwa ketiga sistem masih berfungsi.
Mati seluler adalah kematian organ atau jaringan beberapa saat setelah kematian somatis.
Waktu yang dibutuhkan tiap organ atau jaringan untuk mengalami mati seluler berbeda-
beda. Sistem saraf pusat dapat mengalaminya dalam waktu 4 menit sedangkan otot
mengalaminya setelah 4 jam.
Mati serebral adalah rusaknya kedua hemisfer otak besar secara menetap namun otak
kecil dan batang otak masih berfungsi sehingga sistem pernapasan dan sistem
kardiovaskular dapat berjalan dengan alat bantu.
Mati batang otak adalah rusaknya seluruh isi neuronal intrakranial, termasuk otak kecil
dan batang otak, secara menetap.
Mati somatis dan mati batang otak digunakan sebagai definisi kematian sebagaimana yang
dimaksud dalam UU Kesehatan pasal 126.
Setelah seseorang meninggal, terjadi berbagai perubahan yang dapat digunakan
sebagai tanda-tanda untuk mengenali kematian. Tanda-tanda kematian dibagi menjadi tanda-
tanda dini dan tanda-tanda lanjut. Kematian dapat dikatakan secara pasti setelah timbulnya
tanda-tanda lanjut.
Tanda dini kematian
1. Pernapasan berhenti yang dinilai selama lebih dari 10 menit
2. Sirkulasi berhenti yang dinilai selama 15 menit
3. Kulit pucat
4. Tonus otot menghilang akibat relaksasi primer sehingga terjadi pendataran daerah tubuh
yang tertekan dan wajah terkadang tampak lebih muda
5. Segmentasi pembuluh darah retina
6. Selaput bening mata mongering sehingga terjadi kekeruhan yang jika baru terjadi 10
menit masih dapat dihilangkan dengan meneteskan air
Tanda lanjut kematian
a. Lebam mayat/livor mortis
Lebam mayat adalah perubahan warna kulit pasca kematian akibat terkumpulnya
darah di pembuluh darah pada bagian terbawah tubuh, kecuali pada bagian yang tertekan,
karena pengaruh gaya gravitasi. Lebam mayat biasanya berwarna merah keunguan ( livid) dan
muncul 20-30 menit pasca kematian. Pada mulanya, lebam mayat hilang jika dilakukan
penekanan. Semakin lama, intensitas lebam mayat meningkat dan setelah 8-12 jam lebam
mayat akan menetap/tidak hilang pada penekanan. Hal ini dikarenakan sel darah merah sudah
tertimbun dalam jumlah yang cukup banyak sehingga tidak dapat berpindah lagi, di samping
karena otot-otot dinding pembuluh darah menjadi kaku. Apabila mayat diubah posisinya
sebelum 8-12 jam pasca kematian, lebam mayat dapat berubah posisi.
Untuk membedakan lebam mayat dengan resapan darah akibat trauma, dapat
dilakukan pengirisan pada suatu daerah yang mengalami perubahan warna kemudian
dilakukan penyiraman dengan air. Apabila warna merah pudar atau menghilang, perubahan
warna tersebut adalah lebam mayat.
b. Kaku mayat/rigor mortis
Kaku mayat terjadi karena cadangan glikogen habis sehingga tidak dapat dibuat ATP
baru yang berakibat pada menggumpalnya aktin dan miosin. Kaku mayat muncul sekitar 2-4
jam pasca kematian, dimulai dari otot-otot kecil ke otot-otot besar, kemudian menjadi
lengkap di seluruh tubuh sekitar 8-10 jam pasca kematian. Setelah lengkap, kaku mayat
dipertahankan selama 12 jam dan kemudian menghilang dalam urutan yang sama karena
degradasi jaringan. Pemeriksaan kaku mayat dilakukan di sendi-sendi pada tubuh. Faktor
yang mempercepat terjadinya kaku mayat adalah aktivitas fisik sebelum kematian, suhu
tubuh yang tinggi, tubuh yang kurus, dan suhu lingkungan yang tinggi. Terdapat beberapa
kondisi kekakuan otot pasca kematian yang menyerupai kaku mayat, yakni cadaveric spasm,
heat stiffening, dan cold stiffening.
Cadaveric spasm adalah kekakuan otot yang langsung terjadi pada saat kematian
tanpa didahului relaksasi primer dan menetap. Penyebab cadaveric spasm adalah
habisnya cadangan glikogen lokal pada saat mati klnis karena kelelahan atau emosi
yang hebat sesaat sebelum meninggal.
Heat stiffening adalah kekakuan otot akibat koagulasi protein otot karena panas.
Koagulasi protein otot menyebabkan otot memendek dan memberi gambaran seperti
petinju (pugilistic attitude) akibat fleksi pada sendi-sendi.
Cold stiffening adalah kekakuan tubuh akibat lingkungan dingin sehingga cairan
dalam rongga sendi mengeras dan jaringan subkutan serta otot memadat.
c. Penurunan suhu tubuh mayat/algor mortis
Penurunan suhu tubuh mayat terjadi karena pemindahan panas dari tubuh mayat ke
lingkungan sekitarnya melalui proses konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi. Penurunan
suhu tubuh membentuk kurva sigmoid jika digambarkan dalam grafik. Faktor yang
mempercepat penurunan suhu tubuh adalah suhu lingkungan yang rendah, kelembaban
rendah dan lingkungan berangin, tubuh yang kurus, posisi telentang, serta tidak berpakaian
atau berpakaian tipis.
d. Pembusukan/dekomposisi
Pembusukan adalah proses degradasi jaringan akibat autolisis oleh enzim yang
dilepaskan sel pasca kematian dan akibat kerja bakteri. Bakteri yang dimaksud adalah bakteri
yang semasa hidup mendiami usus besar, terutama dari genus Clostridium. Oleh karena itu,
pembusukan pertama-tama ditandai dengan munculnya warna kehijauan di kuadran kanan
bawah perut (daerah sekum) 18-24 jam pasca kematian karena terbentuknya
sulfmethemoglobin dari kerja bakteri. Setelah mati, bakteri mendapat akses ke sirkulasi tubuh
dan berproliferasi dengan baik dalam medium berupa darah. Hal ini menyebabkan warna
hijau perlahan menyebar ke daerah tubuh lainnya.
Bakteri menghasilkan gas-gas pembusukan berupa alkana, hidrogen sulfida, dan gas
lainnya yang berbau busuk. Darah mengalami degenerasi (hemolisis), bereaksi dengan
hidrogen sulfida dari kerja bakteri, kemudian menempel pada dinding pembuluh darah
sehingga menciptakan pola reticulated warna kehitaman pada pembuluh darah yang dekat
dengan permukaan kulit. Gambaran ini disebut marbling dan muncul 24-48 jam pasca
kematian. Pada kulit, terbentuk gelembung berisi cairan pembusukan warna kemerahan yang
muncul dalam 24-48 jam pasca kematian. Gas yang terbentuk di pembuluh darah paru dan
jalan napas memberi tekanan yang cukup kuat sehingga dari mulut dan hidung keluar cairan
berwarna kemerahan yang merupakan darah yang telah mengalami pembusukan. Gambaran
ini disebut blood purge dan terjadi 24-48 jam pasca kematian. Pada akhirnya, dalam waktu
48-72 jam seluruh tubuh akan tampak menggembung, terutama di wajah, dada, dan alat
genitalia. Dalam waktu 48-72 jam pula kulit ari tampak mengelupas akibat pecahnya
gelembung pembusukan dan melonggarnya jaringan epidermis. Organ dalam juga mengalami
pembusukan dengan kecepatan berbeda. Prostat dan uterus nongravida adalah organ yang
paling tahan terhadap pembusukan.
Pada mayat dapat pula dijumpai larva lalat yang dapat membantu perkiraan saat
kematian dengan asumsi setelah seseorang meninggal lalat segera meletakkan telurnya
terutama di bagian bermukosa. Kecepatan pertambahan panjang larva berbeda-beda untuk
tiap spesies. Di Indonesia, spesies yang paling sering dijumpai adalah Chrysomya
megacephala (lalat hijau) yang larvanya menetas setelah satu hari dan setiap hari bertambah
panjang 1 cm.
Kecepatan pembusukan dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Lingkungan yang lebiih
hangat mempercepat pertumbuhan bakteri sehingga pembusukan berjalan lebih cepat. Mayat
juga lebih cepat membusuk bila diletakkan di udara dibanding apabila diletakkan di air dan
dalam tanah (udara : air : tanah = 8 : 2 : 1)
e. Adiposera/lilin mayat
Adiposera adalah bahan berwarna keputihan, lunak atau berminyak, dan berbau tengik
yang terbentuk dalam jaringan lunak tubuh pasca kematian. Bahan pembentuk adiposera
terutama asam-asam lemak tidak jenuh hasil hidrolisis lemak yang mengalami hidrogenisasi
dan bercampur dengan sisa-sisa otot, jaringan ikat, jaringan saraf yang termumifikasi, dan
kristal-kristal sferis. Adiposera mulai terbentuk dalam waktu 4 minggu pasca kematian dan
menjadi jelas terlihat secara makroskopik setelah 12 minggu atau lebih. Adiposera dapat
dijumpai di berbagai tempat, terutama di pipi, payudara, bokong, dan ekstremitas.
Keberadaan adiposera membuat jaringan dan organ di bawahnya tetap berada dalam kondisi
baik hingga bertahun-tahun karena derajat keasaman dan dehidrasi jaringan bertambah.
Faktor yang mempermudah terbentuknya adiposera adalah kelembaban dan lemak tubuh
yang cukup.
f. Mumifikasi
Mumifikasi adalah proses penguapan cairan atau dehidrasi jaringan yang terjadi
dengan cukup cepat sehingga jaringan mongering dan pembusukan terhenti. Mayat yang
mengalami mumifikasi berubah menjadi keras dan kering, warna gelap, berkeriput, dan tidak
membusuk. Mumifikasi terjadi dalam waktu 12-14 minggu bila suhu lingkungan hangat dan
kelembaban rendah.
2.3 Traumatologi2,3
Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta
hubungannya dengan berbagai kekerasan (rudapaksa). Sementara luka adalah suatu keadaan
ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat kekerasan. Kekerasan dapat dibedakan
berdasarkan sifatnya, yaitu mekanik (kekerasan oleh benda tajam, kekerasan oleh benda
tumpul, dan tembakan senjata api), fisika (suhu, listrik dan petir, perubahan tekanan udara,
akustik, dan radiasi), dan kimia (asam atau basa kuat).
Luka akibat kekerasan benda tumpul
Luka jenis ini disebabkan benda yang memiliki permukaan tumpul.
a. Memar
Memar adalah suatu perdarahan pada jaringan bawah kulit karena pecahnya kapiler
dan vena. Luka memar sering kali member petujuk tentang bentuk benda penyebab lukanya,
misal jejas ban (marginal haemorrhage). Faktor yang mempegaruhi letak, bentuk, dan luas
luka memar yaitu besarnya kekerasan, jenis benda penyebab, kondisi dan jenis jaringan, usia,
jenis kelamin, corak dan warna kulit, kerapuhan pembuluh darah, dan penyakit. Perubahan
warna pada luka memar dapat secara kasar digunakan untuk memperkirakan usianya. Saat
timbul, memar berwarna merah, kemudian berubah menjadi ugu atau hitam, setelah 4 sampai
5 hari akan berwarna hijau kemudian berubah menjadi kuning dalam 7 sampai 10 hari, dan
menghilang dalam 14 sampai 15 hari. Dalam medikolegal, interpretasi luka memar
merupakan hal penting.
b. Luka lecet
Luka lecet terjadi akibat cedera pada epidermis yang bersentuhan dengan benda yang
memiliki permukaan kasar atau runcing. Sering terjadi pada kecelakaan lalu lintas, tubuh
terbentul aspar, atau benda tersebut yang bergerak dan menyentuh kulit. Luka lecet
diklasifikasikan sebagai berikut:
Luka lecet gores : luka lecet inni disebabkan oleh benda runcing yang
menggeser lapisa permukaan kulit di depannya, sehingga lapisan terangkat, dan hal
ini dapat menunjukkan arah kekerasan.
Luka lecet serut : luka lecet ini merupakan variasi luka lecet gores dengan
daerah persentuhan dengan permukaan kulit lebih lebar. Letak tumpukan epitel
menunjukkan arah kekerasan.
Luka lecet tekan : luka lecet ini disebabkan penjejakan benda tumpul pada kulit,
sehingga sering digunakan utuk megidentifikasi benda penyebab luka yang khas
karena bentuk luka menyerupai, seperti gigitan, kisi-kisi radiator mobil, dan lain
sebagainya. Luka ini berwarna lebih gelap dari jaringan sekitar.
Luka lecet geser : luka lecet ini disebabkan tekanan linier pada kulit disertai
gerakan bergeser, seperti pada kasus gantung atau jerat.
c. Luka robek
Luka robek merupakan luka terbuka akibat trauma benda tumpul yang menyebabkan
kulit teregang ke satu arah dan batas elastisitas kulit terlampaui. Ciri luka ini umumnya tidak
beraturan, tepi atau dinding tidak rata, tampak jembatan jaringan antara kedua tepi luka,
bentuk dasar luka tidak beraturan, sering tampak luka lecet atau luka memar di sisi luka.
BAB III
PEMBAHASAN KHUSUS
3.1 Prosedur Medikolegal
Pada kasus ini, surat permintaan visum disampaikan dalam bentuk tertulis sesuai dengan
KUHAP pasal 133 ayat 2. Surat ini terdiri atas:
1. Institusi pengirim
Kepolisian Daerah Metro Jaya Metropolitan Jakarta Barat
2. Nomor surat
105/ VS/ VIII/ 2015
3. Tujuan surat
Kepala RS Cipto Mangunkusumo
4. Identitas
Tercantum nama, dan alamat korban.
5. Waktu ditemukannya korban
Sabtu, 29 Agustus 2015
6. Dugaan penyebab kematian
Pembunuhan
7. Permintaan penyidik
Pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam
8. Jabatan pengirim
AIPTU Kepala Kepolisian Sektor Metro Taman Sari
Jabatan penyidik yang tertera dalam surat memenuhi syarat PP No. 58 Tahun 2010 pasal 2A
yang menyebutkan bahwa penyidik minimal berpangkat Inspektur Polisi Dua. Surat
permintaan visum dan jenazah diantar oleh penyidik pembantu yang berpangkat Brigadir
Polisi Kepala; memenuhi syarat minimal pangkat penyidik pembantu dalam PP No. 58 Tahun
2010 pasal 3.
Jenazah sudah diberi label yang terikat pada ibu jari kaki kiri korban dan diberi cap jabatan
seperti instruksi dalam KUHAP pasal 133 ayat (3).
Pihak keluarga korban sudah diberi tahu perihal pelaksanaan pemeriksaan luar mayat sesuai
dengan KUHAP pasal 134 ayat (1) serta (2) dan telah memberikan persetujuan tertulis.
Menilai hal-hal tersebut di atas, prosedur medikolegal dalam penyidikan ini dapat dikatakan
telah berjalan dengan baik.
3.2 Identifikasi Jenazah
Jenazah dapat diidentifikasi menggunakan metode sidik jari, visual, dokumen, pakaian dan
perhiasan, medik, gigi, serologi, secara eksklusi, serta DNA. Untuk dapat diidentifikasi,
setidaknya dibutuhkan dua metode.
Dalam kasus jenazah datang dalam keadaan tidak berpakaian dan terlabel yang menunjukkan bahwa kemungkinan dokumen identitas korban sudah diamankan. Pada jenazah ditemukan tato bergambar wanita dengan sayap berwarna hitam, merah dan hijau di punggung kiri dan tato bermotif bunga mawar berwarna merah dan kuning pada dada kanan yang merupakan
identitas khusus pada jenazah yang mampu memperkuat identitas korban.
3.3 Tanda Kematian dan Perkiraan Waktu Kematian
Pada jenazah, ditemukan tanda-tanda kematian lanjut berupa kaku mayat pada leher, rahang
dan kedua anggota gerak atas yang mudah dilawan. Selain itu, terdapat juga lebam mayat di
daerah punggung, berwarna merah keunguan, yang hilang saat dilakukan penekanan. Kaku
mayat menjadi lengkap di seluruh tubuh sekitar 8-10 jam pasca kematian. Sementara itu,
lebam mayat terfiksasi atau tidak hilang pada saat penekanan sekitar 8-12 jam pasca
kematian. Selaput bening mata juga ditemukan dalam keadaan jernih. Berdasarkan
karakteristik kaku mayat dan lebam mayat, dapat diperkirakan bahwa korban telah meninggal
kurang dari 12 jam sebelum dilakukannya pemeriksaan luar.
3.4 Luka-luka
Pada jenazah ditemukan dua luka luka, yakni
a. Pada leher sisi kiri empat sentimeter dari garis pertengahan depan terdapat memar berwarna merah keunguan berukuran dua koma lima kali satu sentimeter
b. Pada bibir atas sisi kiri bagian dalam dua koma lima sentimeter dari garis pertengahan depan terdapat memar berwarna merah keunguan berukuran nol koma lima kali nol koma lima
Gambaran luka yang demikian cocok dengan luka kekerasan tumpul.
3.5 Sebab dan Mekanisme Kematian
Sebab kematian diketahui adalah akibat kekerasan tumpul pada leher yang
menyebabkan mati lemas yaitu dengan ditemukan adanya memar pada leher dan bibir sisi
kiri. Selanjutnya di temukan bintik pendarahan pada paru dan hati. Resapan darah pada otot
leher.
3.6 Kesimpulan
Pada pemeriksaan mayat perempuan berusia sekitar dua puluh tiga tahun hingga dua
puluh lima tahun ini, bergolongan darah “O” ditemukan adanya memar pada leher dan bibir
sisi kiri akibat kekerasan tumpul. Selanjutnya di temukan bintik pendarahan pada paru dan
hati. Resapan darah pada otot leher. Sebab mati orang ini adalah kekerasan tumpul pada leher
yang menyebabkan mati lemas.
Saat kematian diperkirakan kurang dari 12 jam sebelum pemeriksaan luar dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Winardi T, Mun’im A, Sidhi, dkk. Ilmu
Kedokteran Forensik. Jakarta: FKUI; 1994. hal.1-11,25-36,64-70.
2. Bagian Kedokteran Forensik FKUI. Peraturan Perundang-undangan Bidang
Kedokteran. Jakarta: FKUI; 1994. hal.11-2.
3. Bagian Kedokteran Forensik FKUI. Teknik Autopsi Forensik. Jakarta: FKUI; 2000.
hal. 1-7,12-44,65.
top related