makalah PKKD 2
Post on 02-Jan-2016
108 Views
Preview:
DESCRIPTION
Transcript
Asuhan Keperawatan
pada Nyonya Y. dengan Gangguan Pola Eliminasi
Di Ruang Anggrek Rumah Sakit Umum Daerah Ciawi
Disusun oleh :
Fauziyah Khairunnisa
M. Aulia Rizki
Nurlia Fitriani
Rizal Riswanda
Wandi Rahman Niansah
Kelompok XI
POLTEKKES KEMENKES BANNDUNG
PRODI KEPERAWATAN BOGOR
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,atas karunia serta
rahmatnya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “ASUHAN
KEPERAWATAN Ny. Y DENGAN GANGGUAN POLA ELIMINASI
PENYAKIT HEMOROID DI RUANG ANGGREK, RSUD CIAWI BOGOR”.
Makalah ini jauh dari kesempurnaan karena kami masih dalam proses
pembelajaran, kami berharap makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat bagi
kami sebagai penyusun ataupun bagi pembaca.
Selama penyusunan makalah ini tidak lepas dari berbagai hambatan dan
kesulitan, namun berkat bimbingan dan pengarahan serta bantuan dari berbagai
pihak sehingga makalah ini dapat selesai pada waktunya. Oleh karena itu pada
kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terimakasih
kepada :
1. Direktur RSUD Ciawi yang telah memberikan ijin praktek lapangan
2. Diklat Bidang Keperawatan yang telah membimbing dan mengajar praktek
lapangan
3. Kepala Ruangan CI Ruang Bedah (Anggrek) yang telah membimbing dan
mengajar praktek lapangan
4. Kepala Ruangan CI Ruang Penyakit Dalam (Teratai C) yang telah membimbing
dan mengajar praktek lapangan
5. Kepala Ruangan CI Ruang Penyakit Dalam (Teratai B) yang telah membimbing
dan mengajar praktek lapangan
6. Dosen Pembimbing selaku pembimbing praktek yang telah memberikan
bimbingan, mengajarkan dan memotivasi kami dalam praktek dilapangan
7. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu .
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis
khususnya bagi para pembaca dalam memajukan bidang keperawatan keluarga
untuk saat ini maupun akan datang.
Penulis menyadari didalam penyusunan makalah ini jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis menrerima saran dan kritik yang sifatnya
membangun.
Semoga ALLAH SWT senantiasa melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya
kepada kita semua, Amin
Bogor , Juni 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1B. Tujuan Penulisan..........................................................................................2C. Ruang Lingkup Penulisan............................................................................3D. Metode Penulisan.........................................................................................3E. Sistematika Penulisan..................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4
A. Konsep Gangguan Pola Eliminasi Fekal......................................................4B. Konsep Dasar ASKEP Gangguan Pola Eliminasi Fekal............................10
BAB III TINJAUAN KASUS................................................................................12
A. Pengkajian..................................................................................................12B. Analisa data................................................................................................17C. Diagnosa keperawatan...............................................................................19D. Rencana Keperawatan................................................................................19E. Implementasi Keperawatan........................................................................23F. Catatan Keperawatan.................................................................................26
BAB III PENUTUP...............................................................................................30
Kesimpulan.........................................................................................................30
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Eliminasi fekal adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh berupa
feses. Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Frekwensi
defekasi pada setiap orang sangat bervariasi dari beberapa kali perhari sampai 2
atau 3 kali perminggu. Banyaknya feses juga bervariasi setiap orang. Ketika
gelombang peristaltik mendorong feses kedalam kolon sigmoid dan rektum, saraf
sensoris dalam rektum dirangsang dan individu menjadi sadar terhadap kebutuhan
untuk defekasi. Eliminasi yang teratur dari sisa-sisa produksi usus penting untuk
fungsi tubuh yang normal. Perubahan pada eliminasi dapat menyebabkan masalah
pada gastrointestinal dan bagian tubuh yang lain. Karena fungsi usus tergantung
pada keseimbangan beberapa faktor, pola eliminasi dan kebiasaan masing-masing
orang berbeda. (Robinson & Weigley, 1989).
Gangguan eliminasi fekal adalah keadaan dimana seorang individu
mengalami atau berisiko tinggi mengalami statis pada usus besar, mengakibatkan
jarang buang air besar, keras, feses kering.
Hemoroid (orang awam mengenalnya dengan nama ambeien atau wasir)
telah diderita manusia sejak pertama kalinya manusia mengenal adanya penyakit.
Jumlah penderita hemoroid diantara penduduk tidak diketahui dengan pasti karena
banyak penderita-penderita dengan gejala yang ringan tidak berobat ke dokter.
Tetapi juga penderita-penderita dengan gejala-gejala lanjut yang menganggu juga
sering tidak berani datang ke dokter karena takut akan dianjurkan untuk dioperasi.
Operaso hemoroid memang merupakan salah satu operasi yang paling ditakuti
orang-orang. Menurut pemikiran Hawley (1973) kemungkinan 40% dari jumlah
penduduk pernah mengalami gejala-gejala yang berhubungan dengan hemoroid
pada suatu masa dalam hidupnya. Karena hemoroid ini penyebabnya belum
diketahui dengan pasti maka pengobatannya beraneka macam. Mulai dari obat-
obat paten, supositoria, terapi konservatif, operasi sampai ke pengobatan dengan
cara tradisional.
1
2
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini sebagai berikut :
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh bagaimana secara nyata dalam memberikan asuhan
Keperawatan secara langsung dan komprehensif yang meliputi aspek Bio, Psiko,
sosio, dan spiritual pada klien dengan gangguan eliminasi diagnose medic
hemoroid melalui pendekatan proses keperawatan yang meliputi tahap penkajian,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
2. Tujuan khusus.
a. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan gangguan eliminasi
diagnose medic hemoroid.
b. Mampu menganalisa data yang telah di temukan dan menegakan
diagnosa keperawatan, berdasarkan prioritas pada klien dengan
gangguan eliminasi diagnose medic hemoroid.
c. Mampu membuat rencana tindakan Asuhan Keperawatan pada klien
dengan gangguan eliminasi diagnose medic hemoroid.
d. Mampu melakukan rencana tindakan Asuhan Keperawatan pada klien
dengan gangguan eliminasi diagnose medic hemoroid.
e. Mampu mengevaluasi hasil dari tindakan Asuhan Keperawatan pada
klien dengan gangguan eliminasi diagnose medic hemoroid.
f. Mampu mendokumentasikan proses Keperawatan pada klien dengan
gangguan eliminasi diagnose medic hemoroid.
3
C. Ruang Lingkup Penulisan
Dalam penulisan karya tulis ini penulis hanya menitik beratkan tentang
“Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan gangguan eliminasi diagnose medic
hemoroid Diruang Anggrek RSUD Ciawi Bogor”. Dengan melakukan Asuhan
Keperawatan selam 5 hari mulai tanggal 11 Juni 2012 sampai 15 Juni 2012.
D. Metode Penulisan
Dalam penulisan karya tulis ini penulis menggunakan metode deskriptif
yaitu sifatnya menggambarkan klien gangguan eliminasi diagnose medic
hemoroid dengan pendekatan studi kasus yang di dapatkan dengan cara :
a. Melakukan observasi langsung pada klien untuk mendapatkan data
yang akurat, secra keseluruhan baik fisik maupun aktivitas klien.
b. Menggunakan teknik wawancara dengan klien, keluarga, serta
perawat yang bertugas diruangan selama pengambilan kasus.
c. Melakukan pemeriksaan fisik secara head toe toe dan persystem.
d. Dengan tehnik dokumentasi, dengan melihat catatan perawat,
catatan dokter dan hasil Laboraturium.
e. studi kasus, untuk membandikan data ilmiah yang bersifat teoritis
yang berhubungan dengan karya tulis ini.
E. Sistematika Penulisan
Karya tulis ini disusun secara sistematika yang di uraikan dalam 4 BAB
yaitu : BAB I Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan,
ruang lingkup penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan. BAB II
yaitu tinjauan pustaka yang terdiri dari konsep gangguan pola eliminasi dan
konsep dasar askep gangguan pola eliminasi fekal. BAB III yaitu merupakan
tinjauan kasus pada Klien Ny.Y dengan gangguan eliminasi diagnose medic
hemoroid meliputi pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan(implementasi), evaluasi, BAB IV merupakan keseimpulan dan
rekomendasi yang di ambil dalam asuhan keperawatan pada Ny. dengan gangguan
eliminasi diagnose medic hemoroid.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Gangguan Pola Eliminasi Fekal
1. Definisi
Gangguan eliminasi fekal adalah keadaan dimana seorang individu
mengalami atau berisiko tinggi mengalami statis pada usus besar, mengakibatkan
jarang buang air besar, keras, feses kering.
2. Etiologi Gangguan Eliminasi Fekal
a. Pola diet tidak adekuat/tidak sempurna:
Makanan adalah faktor utama yang mempengaruhi eliminasi feses.
Cukupnya selulosa, serat pada makanan, penting untuk memperbesar volume
feses. Makanan tertentu pada beberapa orang sulit atau tidak bisa dicerna.
Ketidakmampuan ini berdampak pada gangguan pencernaan, di beberapa bagian
jalur dari pengairan feses. Makan yang teratur mempengaruhi defekasi. Makan
yang tidak teratur dapat mengganggu keteraturan pola defekasi. Individu yang
makan pada waktu yang sama setiap hari mempunyai suatu keteraturan waktu,
respon fisiologi pada pemasukan makanan dan keteraturan pola aktivitas
peristaltik di colon.
b. Cairan
Pemasukan cairan juga mempengaruhi eliminasi feses. Ketika pemasukan
cairan yang adekuat ataupun pengeluaran (cth: urine, muntah) yang berlebihan
untuk beberapa alasan, tubuh melanjutkan untuk mereabsorbsi air dari chyme
ketika ia lewat di sepanjang colon. Dampaknya chyme menjadi lebih kering dari
normal, menghasilkan feses yang keras. Ditambah lagi berkurangnya pemasukan
cairan memperlambat perjalanan chyme di sepanjang intestinal, sehingga
meningkatkan reabsorbsi cairan dari chyme.
4
5
c. Meningkatnya stress psikologi
Dapat dilihat bahwa stres dapat mempengaruhi defekasi. Penyakit-
penyakit tertentu termasuk diare kronik, seperti ulcus pada collitis, bisa jadi
mempunyai komponen psikologi. Diketahui juga bahwa beberapa orang yagn
cemas atau marah dapat meningkatkan aktivitas peristaltik dan frekuensi diare.
Ditambah lagi orang yagn depresi bisa memperlambat motilitas intestinal, yang
berdampak pada konstipasi.
d. Kurang aktifitas
Kurang berolahraga, berbaring lama Pada pasien immobilisasi atau bedrest
akan terjadi penurunan gerak peristaltic dan dapat menyebabkan melambatnya
feses menuju rectum dalam waktu lama dan terjadi reabsorpsi cairan feses
sehingga feses mengeras.
e. Obat-obatan
Beberapa obat memiliki efek samping yang dapat berpengeruh terhadap
eliminasi yang normal. Beberapa menyebabkan diare; yang lain seperti dosis yang
besar dari tranquilizer tertentu dan diikuti dengan prosedur pemberian morphin
dan codein, menyebabkan konstipasi. Beberapa obat secara langsung
mempengaruhi eliminasi. Laxative adalah obat yang merangsang aktivitas usus
dan memudahkan eliminasi feses. Obat-obatan ini melunakkan feses,
mempermudah defekasi. Obat-obatan tertentu seperti dicyclomine hydrochloride
(Bentyl), menekan aktivitas peristaltik dan kadang- kadang digunakan untuk
mengobati diare.
f. Usia
Umur tidak hanya mempengaruhi karakteristik feses, tapi juga
pengontrolannya. Anak-anak tidak mampu mengontrol eliminasinya sampai
sistem neuromuskular berkembang, biasanya antara umur 2 – 3 tahun. Orang
dewasajuga mengalami perubahan pengalaman yang dapat mempengaruhi proses
pengosongan lambung. Di antaranya adalahatony (berkurangnya tonus otot yang
normal) dari otot-otot polos colon yang dapat berakibat pada melambatnya
peristaltik dan mengerasnya (mengering) feses, dan menurunnya tonus dari otot-
otot perut yagn juga menurunkan tekanan selama proses pengosongan lambung.
6
Beberapa orang dewasa juga mengalami penurunan kontrol terhadap muskulus
spinkter ani yang dapat berdampak pada proses defekasi. g. Penyakit-penyakit
seperti obstruksi usus, paralitik ileus, kecelakaan pada spinal cord dan tumor.
Cedera pada sumsum tulang belakan dan kepala dapat menurunkan stimulus
sensori untuk defekasi. Gangguan mobilitas bisa membatasi kemampuan klien
untuk merespon terhadap keinginan defekasi ketika dia tidak dapat menemukan
toilet atau mendapat bantuan. Akibatnya, klien bisa mengalami konstipasi. Atau
seorang klien bisa mengalami fecal inkontinentia karena sangat berkurangnya
fungsi dari spinkter ini.
3. Masalah-masalah pada Gangguan Eliminasi Fekal
Yang sering ditemukan yaitu:
a. Konstipasi, merupakan gejala, bukan penyakit yaitu menurunnya
frekuensi BAB disertai dengan pengeluaran feses yang sulit, keras, dan
mengejan. BAB yang keras dapat menyebabkan nyeri rektum. Kondisi
ini terjadi karena feses berada di intestinal lebih lama, sehingga banyak
air diserap.
b. Impaction, merupakan akibat konstipasi yang tidak teratur, sehingga
tumpukan feses yang keras di rektum tidak bisa dikeluarkan. Impaction
berat, tumpukan feses sampai pada kolon sigmoid.
c. Diare, merupakan BAB sering dengan cairan dan feses yang tidak
berbentuk. Isi intestinal melewati usus halus dan kolon sangat cepat.
Iritasi di dalam kolon merupakan faktor tambahan yang menyebabkan
meningkatkan sekresi mukosa. Akibatnya feses menjadi encer
sehingga pasien tidak dapat mengontrol dan menahan BAB.
d. Inkontinensia fecal, yaitu suatu keadaan tidak mampu mengontrol
BAB dan udara dari anus, BAB encer dan jumlahnya banyak.
Umumnya disertai dengan gangguan fungsi spingter anal, penyakit
neuromuskuler, trauma spinal cord dan tumor spingter anal eksternal.
Pada situasi tertentu secara mental pasien sadar akan kebutuhan BAB
tapi tidak sadar secara fisik. Kebutuhan dasar pasien tergantung pada
perawat.
7
e. Flatulens, yaitu menumpuknya gas pada lumen intestinal, dinding usus
meregang dan distended, merasa penuh, nyeri dan kram. Biasanya gas
keluar melalui mulut (sendawa) atau anus (flatus). Hal-hal yang
menyebabkan peningkatan gas di usus adalah pemecahan makanan
oleh bakteri yang menghasilkan gas metan, pembusukan di usus yang
menghasilkan CO2.
f. Hemoroid, yaitu dilatasi pembengkakan vena pada dinding rektum
(bisa internal atau eksternal). Hal ini terjadi pada defekasi yang keras,
kehamilan, gagal jantung dan penyakit hati menahun. Perdarahan dapat
terjadi dengan mudah jika dinding pembuluh darah teregang. Jika
terjadi infla-masi dan pengerasan, maka pasien merasa panas dan gatal.
Kadang-kadang BAB dilupakan oleh pasien, karena saat BAB
menimbulkan nyeri. Akibatnya pasien mengalami konstipasi.
4. Tanda Gangguan Eliminasi Fekal
a. Konstipasi
1) Menurunnya frekuensi BAB
2) Pengeluaran feses yang sulit, keras dan mengejan
3) Nyeri rektum
b. Impaction
1) Tidak BAB
2) Anoreksia
3) Kembung/kram
4) Nyeri rektum
8
5. Patofisiologi Gangguan Eliminasi Fekal
Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga
disebut bowel movement. Frekwensi defekasi pada setiap orang sangat bervariasi
dari beberapa kali perhari sampai 2 atau 3 kali perminggu. Banyaknya feses juga
bervariasi setiap orang. Ketika gelombang peristaltik mendorong feses kedalam
kolon sigmoid dan rektum, saraf sensoris dalam rektum dirangsang dan individu
menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk defekasi.
Defekasi biasanya dimulai oleh dua refleks defekasi yaitu refleks defekasi
instrinsik. Ketika feses masuk kedalam rektum, pengembangan dinding rektum
memberi suatu signal yang menyebar melalui pleksus mesentrikus untuk memulai
gelombang peristaltik pada kolon desenden, kolon sigmoid, dan didalam rektum.
Gelombang ini menekan feses kearah anus. Begitu gelombang peristaltik
mendekati anus, spingter anal interna tidak menutup dan bila spingter eksternal
tenang maka feses keluar.
Refleks defekasi kedua yaitu parasimpatis. Ketika serat saraf dalam
rektum dirangsang, signal diteruskan ke spinal cord (sakral 2 – 4) dan kemudian
kembali ke kolon desenden, kolon sigmoid dan rektum. Sinyal – sinyal
parasimpatis ini meningkatkan gelombang peristaltik, melemaskan spingter anus
internal dan meningkatkan refleks defekasi instrinsik. Spingter anus individu
duduk ditoilet atau bedpan, spingter anus eksternal tenang dengan sendirinya.
Pengeluaran feses dibantu oleh kontraksi otot-otot perut dan diaphragma
yang akan meningkatkan tekanan abdominal dan oleh kontraksi muskulus levator
ani pada dasar panggul yang menggerakkan feses melalui saluran anus. Defekasi
normal dipermudah dengan refleksi paha yang meningkatkan tekanan di dalam
perut dan posisi duduk yang meningkatkan tekanan kebawah kearah rektum. Jika
refleks defekasi diabaikan atau jika defekasi dihambat secara sengaja dengan
mengkontraksikan muskulus spingter eksternal, maka rasa terdesak untuk defekasi
secara berulang dapat menghasilkan rektum meluas untuk menampung kumpulan
feses. Cairan feses di absorpsi sehingga feses menjadi keras dan terjadi
konstipasi.
9
6. Pohon Masalah Gangguan Pola Eliminasi Fekal pada Hemoroid
Intoleran Aktivitas
Nyeri Luka Insisi Resiko Tinggi Infeksi Ansietas
Operasi Defisit Pengetahuan
Rencana Tindakan Operasi
Gangguan Pola Eliminasi Ketidakseimbangan intake & output
Konstipasi
Rasa Takut BAB Nyeri Ganguan Pola Tidur
Rangsangan Saraf Somatik
Pecahnya Pembuluh Darah
Defekasi
Benjolan
Trombosis
Bendungan vena porta
10
B. Konsep Dasar ASKEP Gangguan Pola Eliminasi Fekal
1. Pengkajian
Riwayat keperawatan eliminasi fekal dan urin membantu perawat
menentukan pola defekasi normal klien. Perawat mendapatkan suatu gambaran
feses normal dan beberapa perubahan yang terjadi dan mengumpulkan informasi
tentang beberapa masalah yang pernah terjadi berhubungan dengan eliminasi,
adanya ostomy dan faktor-faktor yang mempengaruhi pola eliminasi.
Pengkajiannya meliputi:
1. Pola eliminasi
2. Gambaran feses dan perubahan yang terjadi
3. Masalah eliminasi
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi seperti : penggunaan alat
bantu,diet, cairan, aktivitas dan latihan, medikasi dan stress.
1. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik abdomen terkait dengan eliminasi alvi meliputi inspeksi,
auskultasi, perkusi dan palpasi dikhususkan pada saluran intestinal. Auskultasi
dikerjakan sebelum palpasi, sebab palpasi dapat merubah peristaltik. Pemeriksaan
rektum dan anus meliputi inspeksi dan palpasi. Inspeksi feses, meliputi observasi
feses klien terhadap warna, konsistensi, bentuk permukaan, jumlah, bau dan
adanya unsur-unsur abdomen. Perhatikan tabel berikut.
2. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik saluran gastrointestinal meliputi tehnik visualisasi
langsung/tidak langsung dan pemeriksaan laboratorium terhadap unsur- unsur
yang tidak normal.
11
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada pasien dengan gangguan pola
eliminasi fekal adalah :
1. Perubahan dalam eliminasi fekal berhubungan dengan konstipasi, diare,
inkontinensia usus, hemoroid, impaction
2. Perubahan dalam rasa nyaman berhubungan dengan dysuria, nyeri saat
mengejang
3. Perubahan konsep diri berhubungan dengan inkontinensi
4. Self care defisit : toileting jika klien inkontinesi
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
a. Identitas
1. Klien
- Nama : Ny.Y
- Umur : 33 Tahun
- Jenis kelamin : Wanita
- Status perkawinan : Menikah
- Pendidikan : SMP
- Agama : Islam
- Pekerjaan : Wiraswasta
- Alamat : Kp. Curugdengdeng Rt.01/05
Kec. Caringin – Kab. Bogor
- No.RM :
- Diagnosa Medik : Hemoroid
- Tanggal masuk : 11 Juni 2012
- Tanggal pengkajian: 11 Juni 2012
2. Penanggung Jawab
- Nama : Tn. K
- Umur : 40 Tahun
- Jenis kelamin : Pria
- Pendidikan : SMP
- Agama : Islam
- Pekerjaan : Pekerja Serabutan
- Alamat : Kp. Curug dengdeng Rt.01/05
Kec. Caringin – Kab. Bogor
- Hubungan keluarga : Kakak
12
13
b. Keluhan Utama:
Klien mengatakan sulit defekasi sejak 5 hari yang lalu.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Saat dikaji pada tangal 11 Juni 2012 klien mengatakan sulit defekasi sejak
5 hari yang lalu, terakhir defekasi tanggal 06 Juni 2012 pada malam hari, klien
mengeluh merasa nyeri dibagian anus dan mengeluarkan benjolan yang masih
bisa dimasukan lagi ke dalam anus. Namun klien tidak berobat ke pelayanan
kesehatan terdekat. Hingga akhirnya pada tanggal 11 Juni 2012 klien di bawa ke
rumah sakit Ciawi oleh keluarga karena klien mulai merasa tidak nyaman setelah
5 hari tidak defekasi. Setelah di periksa klien didiagnosa mengalami Hemoroid
dan harus dilakukan tindakan operasi, klien pun di rawat di Ruang Anggrek.
d. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Klien mengatakan belum pernah di rawat di rumah sakit ataupun di
operasi sebelumnya.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan tidak pernah ada anggota keluarga yang dirawat dengan
penyakit Hemoroid ataupun dengan penyakit lainnya.
f. Pemeriksaan Fisik
1. Tingkat Kesadaran
a. Kwalitas : Composmentis
b. Kwantitas :
- Respon Motorik : 6
- Respon verbal : 5
- Respon Membuka mata : 4 +
Jumlah : 15
2. Tanda-tanda Vital
- Suhu : 36 ºC
- Nadi : 80 ×/menit
- Pernapasan : 18 ×/menit
- Tekanan Darah : 90/60 mmHg
14
15
g. Pemeriksaan Sistematis (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)
1. Kepala :
Rambut tampak rapih, bersih, penyebaran rambut merata, kulit
kepala tampak bersih, tidak ada lesi pada kepala klien.
Mata :
Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupil isokhor, bola
mata simetris, penglihatan jelas.
Hidung:
Dapat membedakan bau, tidak ada secret, tidak ada pembekakan
polip.
Telinga:
Pendengaran jelas, serumen tidak ada, nyeri tidak ada, simetris
antara kanan dan kiri.
Mulut & Gigi:
Tidak sianosis, bibir simetris, lembab, gigi berwarna putih, tidak
ada caries, tidak ada lesi, ada sensori panas atau dingin, ada sensori
rasa, reflek menelan bagus.
Leher :
Bentuk simetris, tidak ada pembesaran kelenjar, tidak ada
pembesaran tiroid.
2. Thorak dan Fungsi Pernapasan
Bentuk dada simetris, paru bunyi vesikuler, tidak ada nyeri.
3. Pemeriksaan Jantung
Tidak ada bunyi jantung tambahan
4. Pemeriksaan Abdomen
- inspeksi : bentuk datar
- auskultasi : terdengar suara timpani
- perkusi : tidak kembung
- palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
16
5. Kulit dan ekstremitas
Elastis, turgor kulit kering, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
benjolan, tidak ada lesi, tangan kanan terpasang infuse RL.
6. Genitalia Bersih, tidak terdapat keputihan, tidak ada lesi,di bagian anus
terdapat benjolan.
h. Kebiasaan sehari-hari (di rumah dan dirumah sakit)
Kebiasaan sehari-hari Di rumah Di Rumah Sakit
Pola nutrisi -Frekuensi makan 3x/hari
-nafsu makan baik
-makan habis, porsi sedang
- jenis makanan : bakso,
makanan pedas, nasi, lauk
- Frekuensi makan
3x/hari.
- porsi makan habis.
- jenis makanan :
makanan lunak.
Pola eliminasi BAB
- frekuensi 1x/hari, pagi hari
BAK
- frekuensi ±7x/hari
- konsistensi cair
BAB
-sudah 5 hari tidak
BAB
BAK
- frekuensi ±5x/hari
- konsistensi cair
Pola istirahat tidur - tidur malam 8 jam (21.00-
05.00)
- tidur siang tidak teratur
- tidur malam 8 jam
- klien suka tidur
siang
i. Data psikologi
Emosi klien stabil, klien terlihat tegang, keluarga mengatakan
mengharapkan klien bisa cepat sembuh.
j. Data social
Klien tampak bersosialisasi dengan pasien lain dan kooperatif dengan
tindakan perawat.
17
k. Data spiritual
Klien menganut agama islam dan keluarga mengatakan selalu berdoa demi
kesembuhan klien.
l. Data penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium
Tanggal pemeriksaan : 11 Juni 2012
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
Hemoglobin 12,2 12,0-16.0 g/dl
Hemtokrit 36 36-46 %
Eritrosit 3,9 juta 3,5-6,0 juta/ul
Leukosit 8200 4000-10000/ul
Trombosit 208000 150000-450000/ul
m. program therapy
N Obat parenteral Dosis Indikasi
1. Cefttriaxone 2x1000 mg Antibiotic
2. Rantidin 3x1 amp (50mg/2ml) Anti mual
3. Ketorolac 3x1 amp (30mg/1ml) Analgetik
4 Tramadol 3x1 amp (100mg/2ml) Analgetik
5. Dulcolax 1x1 (10 mg) Suppositoria
Keterangan :
Ketorolac dan traadol adalah obat analgetik, maka diberikan salah satunya saja.
18
B. Analisa data
No Data senjang Kemungkinan penyebab Masalah
Pre Op
1 DS:klien mengatakan sulit defekasi dari 5 hari yang lalu
DO:adanya thrombosis atau benjolan pada anus
Bendungan Vena Porta
Trombosis
Benjolan
Gangguan Pola Eliminasi
Ganguan Pola Eliminasi
2 DS:klien mengatakan merasa takut terhadap konsep diri
DO:klien tampak tegang
Hemoroid
Rencana Operasi
Kurang Pengetahuan
Ansietas
Ansietas
19
Post Op
1 DS:klien mengatakan nyeri pada daerah luka operasi
DO:klien tampak meringis
skala nyeri 6
Hemoroid
Operasi
Luka Insisi Bedah
Nyeri
Nyeri
2 DS:klien mengatakan mengeluh lemas
DO:klien tampak kesulitan bergerak
Hemoroid
Operasi
Luka Insisi Bedah
Nyeri
Intoleran Aktifitas
Intoleransi Aktifitas
20
C. Diagnosa keperawatan
Pre Op :
1. Gangguan Pola Eliminasi berhubungan dengan trombosis
2. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri
Post Op :
1. Nyeri berhubungan dengan luka insisi bedah
2. Intoleransi Aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik
D. Rencana Keperawatan
Pre Op
Tanggal No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Tindakan Rasional
11-06-12 1. Gangguan pola
eliminasi.
DS:Klien mengatakan
sulit defekasi dari 5
hari yang lalu.
DO:Adanya trombosis
atau benjolan pada
Tupan: Pola
eliminasi lancar
Tupen:
-Klien mampu
defekasi
-Trombosis
/benjolan mengecil
Setelah di lakukan
intervensi klien
diharapkan :
-Klien mampu
defekasi
-Trombosis
/benjolan mengecil
-Berikan rendam
duduk
-Berikan makanan
tinggi serat
-Anjurkan pasien
agar jangan banyak
berdiri atau duduk.
-Menurunkan masa
thrombosis/benjolan
-Membantu melancarkan
defekasi
-Gaya gravitasi dapat
mempengaruhi hemoroid
dan duduk dapat
meningkatkan tekanan
21
anus.
-Berikan obat
suppositoria
intra abdomen.
-Dapat melunakkan feses
agar tidak mengedan saat
defekasi
2. Ansietas berhubungan
dengan ancaman
terhadap konsep diri.
DS:Klien mengatakan
merasa takut terhadap
konsep diri
DO:Klien tampak
tegang
Tupan: Klien
tenang dan siap
menjalani operasi.
Tupen:
- Klien tampak
rileks.
-Klien mengetahui
prosedur operasi.
Setelah dilakukan
intervensi klien
diharapkan :
-Klien tenang
-Klien mengetahui
informasi mengenai
operasi.
-Klien mampu
beradaptasi
-Dorong klien untuk
mengekspresikan
perasaannya.
-Berikan informasi
tentang prosedur
operasi.
-Berikan dukungan
mental & psikologi.
-Mengetahui pikiran,
perasaan dan pandangan
klien.
-Memperjelas kesalahan
konsep klien tenteng
prosedur operasi
-Meningkatkan perasaan
akan keberhasilan dalam
proses penyembuhan.
22
Post Op
Tanggal No Diagnosa Keperawatan
Tujuan Kriteria Hasil Tindakan Rasional
13-06-12 1. Nyeri berhubungan dengan luka insisi bedah
Tupan : Nyeri teratasi/hilang
Tupen :
-Skala nyeri berkurang-Klien tenang-Tidak terjadi infeksi
Setelah dilakukan intervensi, klien diharapkan :
-TTV stabil
-Klien tenang
-Tidak terjadi infeksi
-Monitor TTV & KU
-Kaji nyeri,catat lokasi,dan beratnya (Skala 0-10)
-Pertahankan posisi istirahat yang nyaman klien
-Ajarkan teknik relaksasi
-Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptic
-Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapy
-Mengetahui keadaan umum klien.
-Berguna dalam pengawasan keefektifan obat
-Untuk menghilangkan tegangan abdomen
-Fokus perhatian teralihkan,mengurangi nyeri, dan klien dapat lebih tenang
-Untuk mencegah terjadinya infeksi
-Obat jenis analgetik dapat menghilangkan nyeri
23
2 Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik
DS : klien mengatakan lemas dan sulit bergerak
DO : -klien tampak lemas
Tupan : Kelemahan fisik teratasi dan klien dapat beraktifitas .
Tupen :
-klien dapat bergerak
-klien dapat memenuhi kebutuhannya sendiri
Setelah dilakukan intervensi klien diharapkan :
-klien dapat bergerak bebas
-klien dapat memenuhi kebutuhannya sendiri
-Monitor TTV & KU
-Kaji tingkat kebutuhan klien
- Bekerjasama dengan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan dasar klien.
-Berikan penjelasan tentang pentingnya aktifitas secara bertahap
-Untuk mengetahui keadaan klien secara umum
-Untuk mengetahui mobilisasi klien
-Untuk memenuhi kebutuhan klien di rumah sakit dan memudahkan memobilisasi klien
-Untuk menjaga kebugaran klien dan kerja otot idak kaku
24
E. Catatan Keperawatan
Tanggal Jam No.DP Implementasi Evaluasi TTD
11-06-12 08.00 1. (Pre) -Memberikan rendam duduk
-Memberikan makanan cair
-Menganjurkan klien agar jangan banyak
berdiri atau duduk
-Memberikan obat suppositoria
S : Klien mengatakan sulit defekasi
O : Adanya trombosis/benjolan pada anus
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
-Berikan rendam duduk
-Berikan makanan cair
-Berikan obat suppositoria
10.00 2. (Pre) -Memberikan informasi tentang prosedur
operasi
-Mendorong klien untuk mengekspresikan
perasaannya
-Memberikan dukungan mental dan psikologi
S: Klien mengatkan sedikit lebih tenang
O: Klien tampak tidak terlalu cemas
A: Masalah sedang diatasi
P : Lanjutkan intervensi
-Berikan dukungan mental dan
psikologi
-Dorong klien untuk mengekspresikan
perasaannya
12-06-12 08.30 1. (Pre) -Memberikan rendam duduk
-Memberikan makanan cair
S : Klien mengatakan masih sulit defekasi
O : Massa trombosis/benjolan belum
25
-Memberikan obat suppositoria mengecil
A : Masalah sedang diatasi
P : Lanjutkan intervensi
-Berikan rendam duduk
-Berikan makanan cair
-Berikan obat suppositoria
12.00 2.(Pre) -Memberikan informasi tentang prosedur
operasi
-Mendorong klien untuk mengekspresikan
perasaannya
-Memberikan dukungan mental dan psikologi
S: Klien mengatakan sudah siap untuk
dioperasi
O: Klien tampak tenang
A: Masalah teratasi
13-06-12 09.00 1. (Post) -Memonitor TTV & KU
TD: 90/60 mmHg, S: 36˚C
N: 80 ×/menit, R: 18 ×/menit
-Pengkajian skala nyeri dan lokasi nyeri
-Mengajarkan teknik relaksasi
-Melakukan perawatan luka
-Mempertahankan posisi yang nyaman bagi
klien
S: Klien mengatakan nyeri di daerah luka
operasi.
O: TD: 90/60 mmHg
N: 80 ×/menit
R: 18 ×/menit
S: 360C
26
-Berkolaborasi dengan dokter dalam
pemberian therapy.
Ceftriaxone 2x1000 mg
Ketorolac 3x1 (30mg/1ml)
Ranitidin 3x1 (50mg/2ml)
Dulcolax 1x1 (10mg)
-Skala nyeri 6
-Klien tampak meringis
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
-Monitor TTV dan KU
-Lakukan perawatan luka
-Pertahankan posisi klien (SIM)
11.30 2. (Post) -Monitor TTV & KU
-Kaji tingkat kebutuhan klien
-Bekerjasama dengan keluarga dalam
pemenuhan kebutuhan dasar klien.
-Berikan penjelasan tentang pentingnya
aktifitas secara bertahap
S : Klien mengatakan lemas dan sulit
bergerak
O : TD : 100/70 mmHg R : 20x/menit
N : 76x/menit S : 36,4 C
-Klien tampak lemas
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
-Monitor TTV & KU
-Kaji tingkat kebutuhan klien
-Bekerjasama dengan keluarga dalam
pemenuhan kebutuhan dasar klien
27
F. Catatan Perkembangan
Tanggal Jam No.DP Perkembangan TTD11-06-12 08.15 1.(Pre) S : Klien mengatakan sulit defekasi
O : Adanya trombosis/benjolan di bagian anusA : Masalah belum teratasiP : Lanjutkan intervensiI : -Memberikan rendam duduk -Memberikan makanan cair -Memberikan obat suppositoriaE : -Klien tampak gelisah -Masalah Gangguan Pola Eliminasi berhubungan dengan trombosis belum teratasi
10.00 2. (Pre) S: Klien mengatkan sedikit lebih tenangO: Klien tampak tidak terlalu cemasA: Masalah sedang diatasiP : Lanjutkan intervensiI : -Memberikan dukungan mental dan psikologi -Mendorong klien untuk mengekspresikan perasaannyaE : -Klien tampak tidak terlalu cemas -Klien sudah tahu mengenai prosedur operasi
12-06-12 08.30 1.(Pre) S : Klien mengatakan sudah defekasi tetapi masih sulit & sedikitO : Massa trombosis/benjolan belum mengecilA : Masalah sedang diatasiP : Lanjutkan intervensi -Rencana operasi pukul 14.15 W.I.B -PuasaI : -Memberikan rendam duduk -Memberikan obat suppositoria
28
E : -Klien sudah defekasi tetapi masih sulit & sedikit -Masalah belum teratasi
11.00 S: Klien mengatakan sudah siap untuk di operasiO: Klien tampak tenangA: Masalah teratasiP : Hentikan intervensi
13-06-12 08.15 1.(Post)
S: Klien mengatakan nyeri pada luka operasiO: TD : 100/60 mmHg R : 18x/menit N : 80x/menit S : 36 C -Klien tampak meringis -Skala nyeri 6A: Masalah sedang diatasiP : Lanjutkan intervensiI : -Memonitor TTV & KU -Melakukan perawatan luka insisi bedah -Menganjurkan teknik relaksasi -Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapy - Ceftriaxone 2x1000 mg - Ketorolac 3x1amp (30mg/ml) - Ranitidin 3x1amp (50mg/2ml)E : -Klien mengatakan masih terasa nyeri di daerah luka operasi
10.30 2.(Post)
S: Klien mengatakan sulit bergerak O: -Klien tampak lemasA: Masalah sedang diatasiP : Lanjutkan intervensiI : -Memonitor TTV & KU -Mengkaji tingkat kebutuhan klien -Bekerjasama dengan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan dasar klien. -Berikan penjelasan tentang pentingnya aktifitas secara bertahap E : -Klien mengerti tentang pentingnya aktifitas secara bertahap
29
14-0612 08.15 1.(Post)
S: Klien mengatakan nyeri luka operasi berkurang O: TD : 90/60 mmHg R : 22x/menit N : 84x/menit S : 36,4 C -Klien terlihat lebih tenang -Skala nyeri berkurang (6-4) A: Masalah teratasi sebagianP : Lanjutkan intervensiI : -Memonitor TTV & KU -Melakukan perawatan luka insisi bedah -Menganjurkan teknik relaksasi -Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapy - Ceftriaxone 2x1000 mg - Ketorolac 3x1amp (30mg/1ml) - Ranitidin 3x1amp (50mg/2ml)E : -Klien mengatakan nyeri luka operasi berkurang - Skala nyeri 4 - Masalah teratasi sebagian
10.00 2.(Post)
S: Klien mengatakan sudah bisa bergerak O: -Klien terlihat dudukA: Masalah teratasi sebagianP : Lanjutkan intervensiI : -Memonitor TTV & KU -Mengkaji tingkat kebutuhan klien -Bekerjasama dengan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan dasar klien. -Berikan penjelasan tentang pentingnya aktifitas secara bertahap E : -Klien sudah bisa bergerak tetapi terbatas
15-06-12 08.30 1.(Post)
S: Klien mengatakan nyeri sudah tak terasa O: TD : 100070 mmHg R : 20x/menit N : 80x/menit S : 36,2 C -Klien terlihat lebih tenang -Skala nyeri berkurang (4-2)
30
A: Masalah teratasi P : Hentikan intervensi
1 2.(Post)
S: Klien mengatakan sudah bisa bergerak O: -Klien sudah bisa ke kamar mandi sendiriA: Masalah teratasi P : Hentikan intervensi
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Gangguan eliminasi fekal adalah keadaan dimana seorang individu
mengalami atau berisiko tinggi mengalami statis pada usus besar, mengakibatkan
jarang buang air besar, keras, feses kering. Dalam pemberian asuhan keperawatan
terhadap klien dengan gangguan pola eliminasi, perawat perlu mengkaji riwayat
keperawatan eliminasi fekal dan urin untuk membantu menentukan pola defekasi
normal klien. Perawat mendapatkan suatu gambaran feses normal dan beberapa
perubahan yang terjadi dan mengumpulkan informasi tentang beberapa masalah
yang pernah terjadi berhubungan dengan eliminasi, adanya ostomy dan faktor-
faktor yang mempengaruhi pola eliminasi.
31
Daftar Pustaka
Carpenitto, Lynda Juall. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. 2003. Edisi
10. EGC: Jakarta
Doengoes, Marilynn. Rencana Asuhan Keperawatan. 1999. Edisi 3. EGC:
Jakarta
askep-topbgt.blogspot.com/2011/01/asuhan-keperawatan-hemoroid.html
asuhankeperawatanonline.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-
hemoroid-dengan.html
32
top related