Transcript
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Logam merupakan bahan pertama yang dikenal oleh
manusia dan digunakan sebagai alat-alat yang berperan
penting dalam sejarah peradaban manusia (Darmono, 1995).
Logam berat masih termasuk golongan logam dengan
kriteria-kriteria yang sama dengan logam lain.
Perbedaannya terletak dari pengaruh yang dihasilkan bila
logam berat ini berikatan dan atau masuk ke dalam
organisme hidup. Berbeda dengan logam biasa, logam berat
biasanya menimbulkan efek-efek khusus pada mahluk hidup
(Palar, 1994). Tidak semua logam berat dapat
mengakibatkan keracunan pada mahluk hidup. Keberadaan
logam berat dalam lingkungan berasal dari dua sumber.
Pertama dari proses alamiah seperti pelapukan secara
kimiawi dan kegiatan geokimiawi serta dari tumbuhan dan
hewan yang membusuk. Kedua dari hasil aktivitas manusia
terutama hasil limbah industri (Connel dan Miller, 1995).
Dalam neraca global sumber yang berasal dari alam sangat
sedikit dibandingkan pembuangan limbah akhir di laut
(Wilson, 1988).
Menurut Vouk (1986) terdapat 80 jenis dari 109 unsur
kimia di muka bumi ini yang telah teridentifikasi sebagai
jenis logam berat. Berdasarkan sudut pandang toksikologi,
logam berat ini dapat dibagi dalam dua jenis. Jenis
pertama adalah logam berat esensial, di mana
keberadaannya dalam jumlah tertentu sangat dibutuhkan
oleh organisme hidup, namun dalam jumlah yang berlebihan
dapat menimbulkan efek racun. Contoh logam berat ini
adalah Zn, Cu, Fe, Co, Mn dan lain sebagainya. Sedangkan
jenis kedua adalah logam berat tidak esensial atau
beracun, di mana keberadaannya dalam tubuh masih belum
diketahui manfaatnya atau bahkan dapat bersifat racun,
seperti Hg, Cd, Pb, Cr dan lain-lain. Logam berat ini
dapat menimbulkan efek kesehatan bagi manusia tergantung
pada bagian mana logam berat tersebut terikat dalam
tubuh. Daya racun yang dimiliki akan bekerja sebagai
penghalang kerja enzim, sehingga proses metabolisme tubuh
terputus. Lebih jauh lagi, logam berat ini akan bertindak
sebagai penyebab alergi, mutagen, teratogen atau
karsinogen bagi manusia. Jalur masuknya adalah melalui
kulit, pernapasan dan pencernaan.
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Kadmium(Cd).
2. Untuk mengetahui sifat dan kegunaan Kadmium(Cd).
3. Untuk mengetahui sumber-sumber dan bahan polutan dari
Kadmium(Cd).
4. Untuk mengetahui toksisitas Kadmium pada manusia.
5. Untuk mengetahui dampak bagi kesehatan manusia dan
mengetahui cara pencegahan.
6. Untuk mengetahui toksisitas Kadmium pada hewan darat
7. Untuk mengetahui dampak bagi lingkungan dan mengetahui
cara penanggulangan dari Kadmium (Cd) .
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Kadmium adalah logam kebiruan yang lunak, termasuk
golongan II B table berkala dengan konigurasi elekron
[Kr] 4d105s2. unsur ini bernomor atom 48, mempunyai bobot
atom 112,41 g/mol dan densitas 8,65 g/cm3. Titik didih
dan titik lelehnya berturutturut 765oC dan 320,9oC.
Kadmiun merupakan racun bagi tubuh manusia. Waktu
paruhnya 30 tahun dan terakumulasi pada ginjal, sehingga
ginjal mengalami disfungsi kadmium yang terdapat dalam
tubuh manusia sebagian besar diperoleh melalui makanan
dan tembakau, hanya sejumlah kecil berasal dari air minum
dan polusi udara. Pemasukan Cd melalui makanan adalah 10
– 40 μg/hari, sedikitnya 50% diserap oleh tubuh.
Rekomendasi pemasukan Cd menurut gabungan FAO/WHO dengan
batas toleransi tiap minggunya adalah 420 μg untuk orang
dewasa dengan berat badan 60 kg. Pemasukan Cd rata-rata
pada tubuh manusia ialah 10 – 20 % dari batas yang telah
direkomendasikan. Unsur Cd dapat mengurangi jerapan ion-
ion hara karena daya afinitas yang tinggi dari logam
berat tersebut pada kompleks pertukaran kation. Di alam
Cd bersenyawa dengan belerang (S) sebagai greennocckite
(CdS) yang ditemui bersamaan dengan senyawa spalerite
(ZnS). Kadmium merupakan logam lunak (ductile) berwarna
putih perak dan mudah teroksidasi oleh udara bebas dan
gas amonia (NH3). Di perairan Cd akan mengendap karena
senyawa sulfitnya sukar larut.
2. Sifat fisik dan sifat kimia
1. Sifat Fisik
a. Logam berwarna putih keperakan
b. Mengkilat
c. Lunak/Mudah ditempa dan ditarik
d. Titik lebur rendah
e. Akan kehilangan kilapnya jika berada dalam udara yang
basah atau lembab dan akan mengalami kerusakan bila
terkena uap amonia dan sulfur hidroksida
2. Sifat Kimia
a. Cd tidak larut dalam bassa
b. Larut dalam H2SO4 encer dan HCl encer Cd
c. Cd tidak menunjukkan sifat amfoter
d. Bereaksi dengan halogen dan nonlogam seperti S, Se, P
e. Cd adalah logam yang cukup aktif
f. Dalam udara terbuka, jika dipanaskan akan membentuk
asap coklat CdO
g. Memiliki ketahanan korosi yang tinggi
h. CdI2 larut dalam alcohol
3. Manfaat
1. Cadmium (Cd) digunakan sebagai bahan stabilitasi
sebagai bahan pewarna dalam industri plastik dan
pada elektroplating.
2. Allay Cd digunakan sebagai pemandu peluru-peluru
kendali. Substansi dari alloy Cd digunakan sebagai
bahan solder.
3. Logam Cd dan senyawa Kadmium Nitrat sangat berguna
dalam pengembangan reaktor nuklir,berfungsi sebagai
bahan untuk mengontrol kecepatan pemecahan inti atom
dalam rantai reaksi(reaksi berantai).
4. Senyawa CdS dan CdSeS banyak digunakan sebagai zat
warna.
5. Senyawa Cd-sulfat(CdSO4) digunakan dalam industri
baterai yang berfungsi untuk pembuatan sel Weston
karena mempunyai potensial stabil yaitu sebesar
1,0186 volt.
6. Senyawa Kadmium Bromida(CdBr2) dan kadmium
ionida(CdI2) secara tebatas digunakan dalam dunia
fotografi.
7. Senyawa dietil Kadmium digunakan dalam proses
pembuatan tetraetil-Pb.
8. Senyawa Cd-strearat banyak digunakan dalam
perindustrian manufaktur polyvinil clorida(PVC)
sebagai bahan yang berfungsi untuk stabilizer.
9. Selain itu,kadmium banyak digunakan dalam industri-
industri ringan seperti pada proses pengolahan
roti,pengolahan ikan,pengolahan ikan,industri
tekstil dan lain-lain.
10. Kadmium telah digunakan secara meluas pada
berbagai industri antara lain pelapisan logam,
peleburan logam, pewarnaan, baterai, minyak pelumas,
bahan bakar. Bahan bakar dan minyak pelumas
mengandung Cd sampai 0,5 ppm, batubara mengandung Cd
sampai 2 ppm, pupuk superpospat juga mengandung Cd
bahkan ada yang sampai 170 ppm.
4. Sumber-sumber dan bahan polutan
Logam kadmium mempunyai penyebaran sangat luas di
alam, hanya ada satu jenis mineral kadmium di alam yaitu
greennockite (CdS) yang selalu ditemukan bersamaan dengan
mineral spalerite (ZnS). Mineral greennockite ini sangat
jarang ditemukan di alam, sehingga dalam eksploitasi
logam Cd biasanya merupakan produksi sampingan dari
peristiwa peleburan bijih-bijih seng (Zn). Biasanya pada
konsentrat bijih Zn didapatkan 0,2 sampai 0,3 % logam Cd.
Di samping itu, Cd juga diproduksi dalam peleburan bijih-
bijih logam Pb(timah hitam) dan Cu(tembaga). Namun
demikian, Zn merupakan sumber utama dari logam Cd,
sehingga produksi dari logam tersebut sangat dipengaruhi
oleh Zn.
Dalam lingkungan,menurut Clark (1986) sumber kadmium
yang masuk ke perairan berasal dari:
1) Uap, debu dan limbah dari pertambangan timah dan seng.
2) Air bilasan dari elektroplating.
3) Besi, tembaga dan industri logam non ferrous yang
menghasilkan abu dan uap serta air limbah dan endapan
yang mengandung kadmium.
4) Seng yang digunakan untuk melapisi logam mengandung
kira-kira 0,2 % Cd sebagai
bahan ikutan (impurity); semua Cd ini akan masuk ke
perairan melalui proses korosi
dalam kurun waktu 4-12 tahun.
5) Pupuk phosfat dan endapan sampah
Sumber kadmium terutama dari biji seng, timbal-seng, dan
timbal-tembaga-seng. Kandungan logam Cd bersumber dari
makanan dan lingkungan perairan yang sudah terkontaminasi
oleh logam berat. Kontaminasi makanan dan lingkungan
perairan tidak terlepas dari aktivitas manusia didarat
maupun pada perairan. Sifat logam Cd yang akumulatif pada
suatu jaringan organisme serta sulit terurai. Kadmium
dalam air juga berasal dari pembuangan industri dan
limbah pertambangan. Logam ini sering digunakan sebagai
pigmen pada keramik, dalam penyepuhan listrik, pada
pembuatan alloy, dan baterai alkali.
Bahan bakar dan minyak pelumas mengandung Cd sampai 0,5
ppm, batubara mengandung Cd sampai 2 ppm, pupuk
superpospat juga mengandung Cd bahkan ada yang sampai 170
ppm. Limbah cair dari industri dan pembuangan minyak
pelumas bekas yang mengandung Cd masuk ke dalam perairan
laut serta sisa-sisa pembakaran bahan bakar yang terlepas
ke atmosfir dan selanjutnya jatuh masuk ke laut.
5. Toksisitas Cd pada hewan darat (unggas)
Toksisitas logampada ayam komersial (pedaging dan
petelur) jaradilaporkan , tetapi derajad konsentrasi Cd
dalam pakan komersial baik ayam pedaging maupun ayam
petelur telah dilaporkan ( Rachmawati dkk; 1996). Dari
13 sampel pakan untuk ayam pedaging dan 22 sampel untuk
ayam petelur, ditemukan sampel yang kandungan kadmiumnya
melibihi batas rekomendasi (0,5 mg / kg) , yaitu sebanyak
23% untuk pakan ayam pedaging. Sedangkan dari sampel
pakan untuk ayam petelur ditemukan 50% yang kandungannya
melebihi batas rekomendasi.
Dari hasil penelitian laboratorium pada ayam broiler yang
diberi pakan mengandung Cd dalam dosis tinggi, terlihat
adanya hambatan pertumbuhan ayam tersebut.Hal ini
mungkin disebabkan tejadinya inefisiensi penggunaan
unsur nutrisi dalam pakan karena pengaruh tosisitas
Cd( Darmono dkk; 1996). Pada dosis pemberian 50 mg / kg
Cd dalam pakan terjadi hambatan pertumbuhan mencapai 25%
selama 1 Bulan , sedangkan pada dosis pemberian 100 mg /
kg Cd hambatan pertumbuhan mencapai 50%. Selain itu, pada
dosis pemberian 100mg/kg Cd tersebut ditemukan beberapa
ekor ayam yang mengalami malformasi pada tulang
kakinya(Ricketslrachitis).
6. Toksisitas Kadmium pada Manusia
Keberadaan kadmium di alam berhubungan erat dengan
hadirnya logam Pb dan Zn. Dalam industri pertambangan, Pb
dan Zn proses pemurniannya akan selalu memperoleh hasil
samping kadmium yang terbuang dalam lingkungan. Kadmium
masuk ke dalam tubuh manusia terjadi melalui makanan dan
minuman yang terkontaminasi. Untuk mengukur kadmium
intake ke dalam tubuh manusia perlu dilakukan pengukuran
kadar Cd dalam makanan yang dimakan atau kandungan Cd
dalam feses.
Mekanisme toksisitas Cd
Sekitar 5% dari diet kadmium,diabsobsi dalam tubuh.
Sebagian besar Cd masuk melalui saluran pencernaan,
tetapi keluar lagi melalui feses sekitar 3-4 minggu
kemudian dan sebagian kecil dikeluarkan melalui urine.
Kadmium dalam tubuh terakumulasi dalam hati dan ginjal
terutama terikat sebagai metalotionein. Metalotinein
mengandung unsur sistein,dimana Cd terikat dalam gugus
sulfhidril(-SH) dalam enzim seperti karboksil
sisteinil,histidil,hidroksil dan fosfatil dari protein
dan purin. Kemungkinan besar pengaruh toksisitas Cd
disebabkan oleh interaksi antara Cd dan protein tersebut,
sehingga menimbulkan hambatan terhadap aktivitas kerja
enzim dalam tubuh.
Plasma enzim yang diketahui dihambat Cd ialah aktivitas
dari enzim alfa anti tripsin. Terjadinya defisiensi enzim
ini dapat menyebabkan emfisema dari paru dan hal ini
merupakan salah satu gejala gangguan paru karena
toksisitas Cd.
Gejala Toksisitas Cd
Kadmium lebih beracun bila terhisap melalui saluran
pernafasan dari pada melalui saluran pencernaan. Kasus
keracuan akut kadmuim kebanyakan dari menghisap debu dan
asap kadmium, terutama kadmium oksida(CdO). Dalam
beberapa jam setelah menghisap,korban akan mengeluh
gangguan saluran pernafasan, nausea, muntah,kepala pusing
dan sakit pinggang. Kematian disebabkan karena terjadinya
oedema paru-paru. Apabila pasien tetap bertahan hidup,
akan terjadi emfisema atau gangguan paru-paru dapat jelas
terlihat.
Keracunan kronis terjadi bila inhalasi Cd dosis kecil
dalam waktu lama dan gejalanya juga berjalan kronis.
Kadmium dapat menyebabkan nefrotoksisitas(toksik ginjal)
yaitu gejala proteinuria,glikosuria dan aminoasiduria
disertai dengan penurunan laju filtrasi glumerulus
ginjal. Kasus keracunan Cd kronis juga menyebabkan
gangguan kadrdivaskuler dan hipertensi. Hal tersebut
terjadi karena tingginya afinitas jaringan ginjal
terhadap kadmium. Gejala hipertensi ini tidak selalu
terjadi pada kasus keracunan kronis kadmium. Selain itu,
kadmium dapat menyebabkan terjadinya gejala osteomalasea
karena terjadi interferensi daya keseimbangan kandungan
kalsium dan fosfat dalam ginjal.
Interaksi Cd dengan unsur nutrisi lain
Beberapa unsur nutrisi yang berpengaruh terhadap hadirnya
Cd dalam tubuh ialah
seng,besi,tembaga,selenium,kalsium,piridoksin,asam
askorbat dan protein yang interaksinya bersifat
antagonisme. Kebanyakan toksisitas Cd terjadi karena
adanya defisiensi unsur tersebut diatas yang
mengakibatkan meningkatnya absorpsi Cd. Pada umumnya
rendahnya intake unsur nutrisi esensial mengakibatkan
bertambah parahnya toksisitas Cd, sedangkan intake yang
tinggi dari unsur nutrisi esensial mengakibatkan
berkurangnya efek toksisitas Cd.
Beberapa penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa ada
hubungannya antara absorpsi Cd dengan cadangan Fe dalam
tubuh. Percobaan pada orang(pria dan wanita sukarelawan)
yang diberi sarapan pagi mengandung 25 microgram Cd dalam
bentuk CdCl2, menunjukkan bahwa 8,9% orang terlihat
gejala adanya deposit Fe yang rendah, yang pada analisi
serum feritin ditemukan kurang dari normal(<20
microgram/ml). Pada penelitian lain, menunjukkan baha
pemberian suplemen asam askorbat(0,5% dalam diet) dan
substansi Fe dapat menurunkan konsentrasi Cd dalam hati
atau ginjal.
7. Dampak bagi Kesehatan Manusia dan Cara
Penanggulangan/ Cara Pengobatan
· Keracunan kadmium pada mausia
Kadmium (Cd) menjadi populer sebagai logam berat yang
berbahaya setelah timbulnya pencemaran sungai di wilayah
Kumamoto Jepang yang menyebabkan keracunan pada manusia.
Pencemaran kadmium pada air minum di Jepang menyebabkan
penyakit “itai-itai”. Gejalanya ditandai dengan ketidak-
normalan tulang dan beberapa organ tubuh menjadi mati.
Keracunan kronis yang disebabkan oleh Cd adalah kerusakan
sistem fisiologis tubuh seperti pada pernapasan,
sirkulasi darah, penciuman, serta merusak kelenjar
reproduksi, ginjal, jantung dan kerapuhan tulang.
Jika berakumulasi dalam jangka waktu yang lama, cadmium
dapat menghambat kerja paru-paru, bahkan mengakibatkan
kanker paru-paru, mual, muntah, diare, kram, anemia,
dermatitis, pertumbuhan lambat, kerusakan ginjal dan
hati, dan gangguan kardiovaskuler. Kadmium dapat pula
merusak tulang (osteomalacia, osteoporosis) dan
meningkatkan tekanan darah. Gejala umum keracunan Kadmium
adalah sakit di dada, nafas sesak (pendek), batuk –
batuk, dan lemah.
Keracunan kronis terjadi bila memakan Cadmium (Cd) dalam
waktu yang lama. Gejala akan terjadi setelah selang waktu
beberapa lama dan kronis seperti:
a. Keracunan pada nefron ginjal yang dikenal dengan
nefrotoksisitas, yaitu gejala proteinuria atau protein
yang terdapat dalam urin, juga suatu keadaan sakit dimana
terdapat kandungan glukosa dalam air seni yang dapat
berakibat kencing manis atau diabetes yang dikenal dengan
glikosuria, dan aminoasidiuria atau kandungan asam amino
dalam urine disertai dengan penurunan laju filtrasi
(penyaringan) glumerolus ginjal.
b. Cadmium (Cd) kronis juga menyebabkan gangguan
kardiovaskuler yaitu kegagalan sirkulasi yang ditandai
dengan penurunan tekanan darah maupun tekanan darah yang
meningkat (hipertensi). Hal tersebut terjadi karena
tingginya aktifitas jaringan ginjal terhadap cadmium.
Gejala hipertensi ini tidak selalu dijumpai pada kasus
keracunan Cadmium (Cd) krosik.
c. Cadmium dapat menyebabkan keadaan melunaknya tulang
yang umumnya diakibatkan kurangnya vitamin B yang dapat
menyebabkan terjadinya gangguan daya keseimbangan
kandungan kalsium dan fosfat dalam ginjal yang dikenal
dengan nama osteomalasea atau penyakit Itai-iatai .
Kekurangan kalsium dapat menyebabkan osteoporosis
sehingga orang tidak dapat berdiri dengan tegak tetapi
membungkuk.
Cara Pencegahan dan Pengobatan
Pencegahan utama dalam penanggulangan keracunan logam
pada manusia terutama terhadap bayi dan anak-anak perlu
dilakukan dengan 2 hal yaitu :
a. Hidup atau tinggal di lingkungan yang bersih dan
bebas polusi.
b. Makan dan minum dari bahan makanan atau produk
makanan yang berkadar logam rendah.
Bila terjadi kasus keracunan mak perlu segera dilakukan
pengobatan.
Pengobatan toksisitas Cd biasanya hanya bersifat suportif
saja seperti pemberian vitamin D untuk pengobatan nyeri
tulang. Pengobatan dengan mengguanakan bahan kelat tidak
dianjurkan, walaupun dapat meningkatkan ekskresi Cd
melalui ginjal, tetapi hal tersebut juga dapat
menyebabkan toksik pada ginjal. Kondisi tersebut terjadi
karena ikatan kompleks dari kelasi dapat menyebabkan
reaksi disosiasi ginjal pada waktu terjadi pembebasab Cd.
8. Dampak Bagi Lingkungan
Dalam strata lingkungan, logam cadmium(Cd) dan
persenyawaannya ditemukan dalam banyak lapisan. Secara
sederhana dapat diketahui bahwa kandungan logam Cd akan
dapat dijumpai di daerah penimbunan sampah dan aliran air
hujan,selain dalam air buangan. Logam Cd juga membawa
sifat racun yang dapat sangat merugikan semua organisme
hidup termasuk manusia.
Dalam badan perairan, kelarutan Cd dalam konsentrasi
tertentu dapat membunuh biota perairan. Biota-biota yang
tergolong crustacea akan mengalami kematian dalam waktu 24-
504 jam bila dalam badan air dimana rentang konsentrasi
Cd dalam perairan adalah 0,005-0,15 ppm. Untuk biota yang
tergolong insecta akan mengalami kematian 24-672 jam dimana
rentang konsentrasi Cd adalah 0,0028-4,6 ppm. Sedangkan
untuk perairan tawar,seperti ikan emas akan mengalami
kematian dalam waktu 96 jam dengan rentang konsentrasi Cd
dalam perairan yaitu 1,092-1,104 ppm (Sumber : Murphy
P.M.,Unv. Of Wales Ins. Of tech and Sciences, 1974)
Logam kadmium atau Cd juga akan mengalami proses
biotransformasi dan bioakumulasi dalam organisme hidup.
Logam ini masuk ke dalam tubuh bersama makanan yang
dikonsumsi, tetapi makanan tersebut telah terkontaminasi
oleh logam Cd dan atau persenyawaannya. Dalam tubuh biota
perairan, jumlah logam yang terakumulasi akan mengalami
peningkatan dengan adanya proses biomagnifikasi di badan
air. Di samping itu, tingkatan biota dalam sistem rantai
makanan turut menentukan jumlah Cd yang terakumulasi.
Dimana pada biota yang lebih tinggi stratanya akan
ditemukan akumulasi Cd yang lebih banayak, sedangkan pada
biota top level merupakan tempat akumulasi paling besar.
Bila jumlah Cd yang masuk tersebut telah melebihi nilai
ambang batas maka biota dari suatu level atau strata
tersebut akan mengalami kematian dan bahkan kemusnahan.
Keadaan inilah yang menjadi penyebab kehancuran suatu
tatanan sistem lingkungan(ekosistem) ,karena salah satu
mata rantainya telah hilang.
Pada hewan yang hidup di tanah dan bangssa mamalia,
dimana dalam tubuh mereka telah terakumulasi oleh Cd,
maka Cd yang terakumulasi akan ditransfer oleh got wall
(celah dinding/kulit).
Logam atau persenyawaan Cd yang terdapat di udara dalam
bentuk partikular, akan dapat diserap oleh tumbuh-
tumbuhan. Pada tumbuhan yang menyerap partikular Cd akan
mengalami peristiwa terjadinya hambatan terhadap
penyerapan zat besi yang sangat dibutuhkan oleh
klorofil(zat hijau daun) tumbuhan.
Cara Pencegahan
Upaya penanganan pencemaran logam berat sebenarnya
dapat dilakukan dengan menggunakan proses kimiawi.
Seperti penambahan senyawa kimia tertentu untuk proses
pemisahan ion logam berat atau dengan resin penukar ion
(exchange resins), serta beberapa metode lainnya seperti
penyerapan menggunakan karbon aktif, electrodialysis dan
reverse osmosis. Penanganan logam berat dengan
mikroorganisme atau mikrobia (dalam istilah Biologi
dikenal dengan bioakumulasi,bioremediasi, atau
bioremoval), menjadi alternatif yang dapat dilakukan
untuk mengurangi tingkat keracunan elemen logam berat di
lingkungan perairan tersebut.
Penyerapan ion logam berat oleh sianobakteria dan
mikroorganisme terdiri atas dua mekanisme yang melibatkan
proses aktif uptake (biosorpsi) dan pasif uptake
(bioakumulasi).
a. Proses aktif uptake
Proses ini juga dapat terjadi pada berbagai tipe sel
hidup. Mekanisme ini secara simultan terjadi sejalan
dengan konsumsi ion logam untuk pertumbuhan
sianobakteria, dan/atau akumulasi intraselular ion logam
tersebut. Logam berat dapat juga diendapkan pada proses
metabolisme dan ekresi sel pada tingkat kedua. Proses ini
tergantung dari energi yang terkandung dan
sensitivitasnya terhadap parameter yang berbeda seperti
pH, suhu, kekuatan ikatan ionik, cahaya dan lainnya.
Proses pengolahan limbah yang mengandung ion logam berat
dengan melibatkan sianobakteria dapat dilakukan dengan
proses pertama, sianobakteria pilihan dimasukkan,
ditumbuhkan dan selanjutnya dikontakkan dengan air yang
tercemar ion logam berat tersebut. Proses pengontakkan
dilakukan dalam jangka waktu tertentu yang ditujukan agar
sianobakteria berinteraksi dengan ion logam berat,
selanjutnya biomassa sianobakteria ini dipisahkan dari
cairan. Proses terakhir, biomassa sianobakteria yang
terikat dengan ion logam berat diregenerasi untuk
digunakan kembali atau kemudian dibuang ke lingkungan.
b. Proses pasif uptake
Proses ini terjadi ketika ion logam berat terikat pada
dinding sel biosorben. Mekanisme passive uptake dapat
dilakukan dengan dua cara, pertama dengan cara pertukaran
ion di mana ion pada dinding sel digantikan oleh ion-ion
logam berat; dan kedua adalah pembentukan senyawa
kompleks antara ion-ion logam berat dengan gugus
fungsional seperti karbonil, amino, thiol, hidroksi,
fosfat, dan hidroksi-karboksil secara bolak balik dan
cepat. Sebagai contoh adalah pada Sargassum sp. dan
Eklonia sp. di mana Cr(6) mengalami reaksi reduksi pada
pH rendah menjadi Cr(3) dan Cr(3) di-remove melalui
proses pertukaran kation.
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kadmium adalah logam kebiruan yang lunak, termasuk
golongan II B table berkala dengan kofigurasi elekron
[Kr] 4d105s2.Kadmiun merupakan racun bagi tubuh manusia.
2. Sifat Kadmium bisa berupa fisik maupun kimia.
Kadmium telah digunakan secara meluas pada berbagai
industri antara lain pelapisan logam, peleburan logam,
pewarnaan, baterai, minyak pelumas, bahan bakar.
3. Sumber kadmium terutama dari biji seng, timbal-
seng, dan timbal-tembaga-seng. Kandungan logam Cd
bersumber dari makanan dan lingkungan perairan yang sudah
terkontaminasi oleh logam berat.
4. Upaya penanganan pencemaran logam berat sebenarnya
dapat dilakukan dengan menggunakan proses kimiawi.
Seperti penambahan senyawa kimia tertentu untuk proses
pemisahan ion logam berat atau dengan resin penukar ion
(exchange resins), serta beberapa metode lainnya seperti
penyerapan menggunakan karbon aktif, electrodialysis dan
reverse osmosis.
DAFTAR PUSTAKA
· Palar,heryanto.1994.Pencemaran dan Toksikologi Logam
berat. Jakarta : Rineka Cipta
· http://id.wikipedia.org/wiki/Kadmium
· Caton & wilkinson. Kimia anorganik dasar.jakarta:
erlangga
· Charlena. 2004. Pencemaran Logam Berat Timbal(Pb) dan
Kadmium(Cd) Pada Sayur-sayuran. Falsafah Sain (PSL 702) Program
Pascasarjana / S3 / Institut Pertanian Bogor
· http://id.wikipedia.org/wiki/Logam
· Darmono.2003.Lingkungan hidup dan Pencemaran.Bogor :
Penerbit Universitas Indonesia(UIP)
top related