Transcript
5/27/2018 Lapsus Basalioma Jualita
1/40
LAPORAN KASUS
BASALIOMA REGIO ORIS RESIDIF
Disusun untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Madya
SMF Bedah RSUD dr. Soebandi Jember
Oleh :
Jualita Heidy Saputri
NIM 072011101008
SMF BEDAH RSUD DR. SOEBANDI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER
2011
5/27/2018 Lapsus Basalioma Jualita
2/40
2
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ....................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB 1. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 1
1.1 Pendahuluan......................................................................................... 11.2 Anatomi dan fisiologi kulit.................................................................. 21.3 Definisi Basalioma ............................................................................... 61.4 Epidemiologi ........................................................................................ 61.5 Etiologi dan Faktor Predisposisi ........................................................ 71.6 Patofisiologi .......................................................................................... 91.7 Gambaran Histologipatologi .............................................................. 101.8 Gambaran Klinik ................................................................................ 111.9 Diagnosis .............................................................................................. 151.10Staging .................................................................................................. 151.11Diagnosis Banding................................................................................ 161.12Penatalaksanaan................................................................................... 161.13Prognosis............................................................................................... 201.14Pencegahan........................................................................................... 20
BAB 2. LAPORAN KASUS ............................................................................... 22
2.1 Identitas Pasien.................................................................................... 222.2 Anamnesis ............................................................................................ 222.3 Pemeriksaan Fisik ............................................................................... 232.4 Pemeriksaan Penunjang ..................................................................... 252.5 Assesment ............................................................................................. 262.6 Planning ................................................................................................ 272.7 Laporan Pre Operasi............................................................................ 272.8 Laporan Operasi .................................................................................. 312.9 Laporan Post Operasi ......................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 38
5/27/2018 Lapsus Basalioma Jualita
3/40
3
BAB 1. TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Pendahuluan
Tumor kulit merupakan tumor yang paling sering ditemukan pada manusia.
Bahkan beberapa jenis tumor kulit didiagnosa pada lebih dari satu juta orang
pertahun di Amerika Serikat. Tumor kulit merupakan salah satu dari beberapa
jenis tumor pada manusia yang dapat diikuti secara dini karena dapat dilihat dan
diraba sejak permulaan. Pengawasan dan penemuan tumor kulit dapat dilakukan
lebih dini dan teliti apabila masyarakat juga ikut ditingkatkan pengetahuannya.
Kanker kulit secara umum terbagi atas dua yaitu melanoma dan non melanoma.
Non melanoma sendiri terdiri atas karsinoma sel squamos, karsinoma sel basal,
dan karsinoma adneksa kulit. Kanker kulit yang paling umum ditemukan adalah
basal sel karsinoma. Walaupun demikian basal sel karsinoma ini jarang menyebar
ke seluruh tubuh, biasanya keganasn ini hanya akan menyebabkan destruksi lokal
apabila tidak ditangani dengan baik. Pada kanker kulit, interaksi antara gen dan
lingkungan memegang faktor penting. Pada tingkat molekuler, kanker kulit
diperkirakan timbul oleh karena perubahan genetik. Yang mana hal ini disebabkan
kebanyakan oleh karsinogen, seperti yang paling umum adalah paparan sinar
matahari.1
5/27/2018 Lapsus Basalioma Jualita
4/40
4
1.2
Anatomi dan Fisiologi Kulit
Gambar 1. Anatomi Kulit
1.2.1 Anatomi Kulit2Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Menurut Price dan Wilson (1995), kulit merupakan
organ terbesar pada tubuh manusia yang membungkus otot-otot dan organ dalam
tubuh.Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas 3 lapisan utama yaitu :
1. Lapisan epidermisTerdiri atas : stratum korneum, stratum lusidum, stratum granulosum, stratum
spinosum dan stratum basal.
5/27/2018 Lapsus Basalioma Jualita
5/40
5
a. Stratum korneum (lapisan tanduk), terletak paling luar dan terdiri daribeberapa lapis sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti dan protoplasmanya
telah berubah menjadi keratin (zat tanduk).
b. Stratum lusidum, terdapat dibawah lapisan korneum, selnya pipih, sudahbanyak yang kehilangan inti dan butir-butir sel telah menjadi jernih sekali
dan tembus sinar.
c. Stratum granulosum (lapisan keratohidin), merupakan dua atau lapisan sel-sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kakr dan terdapat inti diantaranya.
Butir-butir ini terdiri atas keratohialin dimana sel mukosa biasanya tidak
mempunyai lapisan ini. Lapisan ini juga tampak jelas pada telapak tangan
dan telapak kaki.
d. Stratum spinosum (stratum malphigi) disebut juga pickle cell layel.Merupakan lapisan yang paling tebal dan dapat mencapai 0,2 mm dan
terdiri dari s-8 lapisan. Jika dilihat di bawah mikroskop sel-selnya
berbentuk polygonal / banyak sudut dan mempunyai tanduk (spina).
e. Stratum basal terdiri atas sel-sel berbentuk kubus yang tersusun vertikalpada perbatasan dermo-epidermal berbaris seperti pagar (palisade), dan
merupakan lapisan epidermis yang paling bawah. Sel-sel basal ini
mengadakan mitosis dan berfungsi reproduktif. Terdapat melanocyt yaitu
sel yang memproduksi melanin untuk memberi warna pada kulit, dan yang
paling penting fungsi melanocyt untuk melindungi DNA di inti sel kulit
agar tidak bermutasi karena radiasi sinar matahari. Mutasi DNA di inti sel
kulit karena sinar matahari dapat menyebabkan kerusakan sel sehingga
terlihat lebih cepat menua dan dapat menyebabkan kanker.
Gambar 2.Lapisan Epidermis Kulit
5/27/2018 Lapsus Basalioma Jualita
6/40
6
2. Lapisan dermisAdalah lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih tebal dari pada epidermis.
Secara garis besar dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
a. Pars papilare, yaitu bagian yang menonjol melewati epidermis, berisiujung serabut saraf dan pembuluh darah.
b. Pars retikulare, yaitu bagian di bawahnya yang menonjol ke arah subkutan,bagian ini terdiri dari serabut kolagen, elastin, dan retikulin.
3. Lapisan subkutisKelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di
dalamnya.
1.2.2 Fisiologi Kulit3Kulit sebagai organ paling luar dari tubuh manusia selain mempunyai fungsi
utama untuk menjamin kelangsungan hidup juga mempunyai arti lain yaitu
estetika, ras, indicator sistemik, dan sarana komunikasi non verbal antara satu
dengan yang lain. Dibawah ini akan diuraikan satu persatu fungsi kulit bagi
kehidupan manusia :
1. Fungsi proteksiDalam fungsi ini kulit melindungi tubuh dari gangguan luar baik berupa fisik
maupun mekanik seperti gesekan, tarikan dan tekanan. Proteksi Terhadap
gangguan kimia seperti zat-zat kimia iritan : asam/asa kuat, lisol, karbol, dan
gangguan dari panas seperti radiasi dan sinar ultraviolet. Selain itu juga
proteksi terhadap gangguan dari mikroorganisme, seperti jamur, bakteri, dan
virus.
2. Fungsi absorbsiKulit yang sehat tidak mudah menyerap air, laruran dan benda padat, tetapi
larutan yang mudah menyerap air, larutan dan benda padat, tetapi larutan
yang mudah menguap lebih cepat diserap begitu juga zat yang larut di dalam
lemak. Permeabilitas kulit terhadap CO2, O2 dan H2O memungkinkan kulit
ikut mengambil bagian dalam fungsi respirasi. Kemampuan absorbsinya
dipengaruhi tebal tipisnya kulit, jenis hidrasi dan kelelmbaban.
5/27/2018 Lapsus Basalioma Jualita
7/40
7
3. Fungsi eksresiKulit mengeluarkan zat-zat sisa metabolisme yang tidak berguna seperti Nacl,
Ured, Asam urat, dan amonid. Sebum yang diproduksi meminyaki kulit dan
menahan evaporasi (penguapan air), sehingga kulit tidak menjadi kering.
Dengan diproduksinya lemak dan keringat menyebabkan keasaman pada pH
kulit 56,8.
4. Fungsi persepsiAdapun ujung-ujung saraf pada dermis dan subkutis memungkinkan kulit
menjadi indera persepsi panas, dingin, rabaan, dan tekanan.
5. Fungsi pengatur suhu (termoregulasi)Kulit melakukan peran ini dengan cara mengeluarkan keringat dan
mengerutkan (otot berkontraksi) pembuluh darah dikulit.
6. Fungsi pembentukan pigmenSel pembentuk pigmen disebut melanosit yang terdapat distratum basale.
Jumlah melanosit dan jumlah serta besarnya butiran pigmen (melanosom)
menentukan warna kulit ras dan individu.
7. Fungsi keratinisasiKeratiniasi merupakan perubahan keratonis menjadi sel tanduk. Proses
kreatinisasi ini berlangsung terus menrus sepanjang kehidupan. Lamanya
proses ini berlangsung 14 21 hari yang memberikan perlindungan terhadap
infeksi secara mekanik fisiologis.
8. Fungsi pengubahan pro vitamin DDengan bantuan sinar matahari (ultra violet) kulit dapat mengubah dan
dihidruksi kolesterol (pro vitamin D) menjadi vitamin D.
9. Fungsi kosmetikTanpa diragukan lagi, kulit memberikan arti penting bagi estetika individu
sehingga kulit yang sehat akan memberikan performance yang menarik pada
individu.
5/27/2018 Lapsus Basalioma Jualita
8/40
8
1.3
Definisi Basalioma
4,5,6
Basalioma atau Karsinoma Sel Basal (KSB) dikenal juga dengan : ulcus
rodent, ulcus jacobi, basal cell epithelioma (BCE), komprecher tumor, basal cell
carcinoma (BCC), rodent carcinoma dan ephitelioma basocellulare. Basalioma
merupakan kanker kulit yang paling sering ditemukan. Berasal dari lapisan
epidermis paling bawah, sepanjang lapisan basal. Biasanya tidak bermatastasis,
berkembang lambat, invasif dan mengadakan destruksi lokal.
Gambar 3. Basalioma
1.4 Epidemiologi1,3Basalioma tumbuh di kulit yang secara rutin terpapar sinar matahari atau
penyinaran sinar ultraviolet lainnya.Makin tinggi paparan sinar matahari, makin
besar peluang sel-sel tumor menyerang. Insiden basalioma berhubungan langsung
5/27/2018 Lapsus Basalioma Jualita
9/40
9
dengan usia penderita dan berhubungan terbalik dengan jumlah pigmen melanin
pada epidermis. Penyakit ini lebih kerap menyerang kelompok usia produktif,
yakni antara 30-60 tahun di mana seseorang lebih banyak beraktifitas di luar
ruangan, dengan perbandingan yang lebih besar pada laki-laki dari perempuan
yaitu 3 : 2. Selain itu, orang kuit putih memilki resiko lebih besar terkena tumor
kulit di banding orang kulit berwarna. Ini karena orang kulit putih memiliki
pigmen melanin yang lebih sedikit. Sekitar 80 % dari kanker sel basal terjadi pada
daerah terbuka yang biasanya terpapar sinar matahari seperti : wajah, kepala, dan
leher. Akan tetapi tak lazim pada telapak tangan sebagai daerah yang sering
terpapar sinar matahari. Pada sumber lain menyebutkan bahwa Rata- rata usia
yang beresiko terkena basalioma kurang lebih 60 tahun dan jarang sebelum usia
40 tahun, namun basalioma juga bisa terjadi pada anak remaja dan sekarang lebih
sering ditemukan pada pasien yang berkulit cerah yang berumur sekitar 30 50
tahun.
Karsinoma sel basal tumbuh lambat tapi hampir selalu terus menerus.
Mungkin telah tumbuh selama beberapa bulan atau tahun sebelum pasien
menyadarinya. Tanpa terapi dapat terjadi invasi yang meluas dan kerusakan pada
jaringan sekitarnya, yang menimbulkan ulserasi. Pada daerah kepala dapat terjadi
penetrasi ke dalam jaringan-jaringan yang lebih dalam, bahkan ke dalam tulang-
tulang wajah dan otak. Karsinoma Sel Basal jarang bermetastasis tetapi dapat
menyebabkan kematian oleh karena perluasan langsung ke dalam tengkorak atau
erosi pembuluh-pembuluh darah besar.
1.5 Etiologi dan Faktor Predisposisi4,6Etiologi dan faktor predisposisi lain dari basalioma dapat dikelompokkan pada
dua kelompok yaitu faktor lingkungan dan faktor genetik.
Faktor lingkungan antara lain :o Radiasi ultraviolet adalah penyebab basalioma paling penting dan paling
sering. Radiasi ultraviolet gelombang pendek, ultraviolet B, 290 320 nm,
yang menyebabkan sunburn, lebih sering menyebabkan basalioma
dibandingkan ultraviolet gelombang panjang, ultraviolet B, 320400 nm.
5/27/2018 Lapsus Basalioma Jualita
10/40
10
o Radiasi lain, yaitu sinar x dan sinar grenz juga berhubungan denganterjadinya basalioma.
o Paparan arsen lewat obat-obatan, pekerjaan atau diet. Kontaminasi air seringmenyebabkan ingesi arsen.
o Pengobatan dengan imonosupressan jangka panjang juga dapatmeningkatkan resiko basalioma. Oleh karena itu, penerima trasplantasi
organ atau sel stem mempunyai resiko tinggi hidup untuk menderita
basalioma.
o Adanya trauma, jaringan parut, luka bakar juga dapat menimbulkanbasalioma.
Faktor genetic, antara lain :o Kulit tipe 1, rambut kemerahan atau keemasan dengan anak mata berwarna
hijau atau biru telah menunjukan faktor resiko yang tinggi untuk terjadinya
basalioma, dengan perkiraan ratio 1:6. Perkembangan basalioma dilaporkan
lebih sering terjadi setelah freckling pada usia anak dan setelah sunburn
hebat pada usia anak.
o Xeroderma pigmentosum : penmyakit autosomal resesif ini dipicu olehfaktor pendedahan pada kulit, dimulai dengan perubahan pigmen dan
akhirnya menjadi basalioma. Efeknya berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk menginduksi kerusakan DNA karena ultraviolet.
o Sindrom nevoid basalioma (sindrom nevus sel basal , sindrom Gorlin) :Basalioma muncul pada keadaan autosomal dominan, timbul pada usia
muda. Biasanya terdapat odontogenik keratosistik, plitting palmoplantar,
kalsifikasi intracranial dan kelainan tulang iga. Biasa juga timbul tumor
seperti meduloblastoma, meningioma dan ameloblastoma.
o Sindrom Bazex : terdapat atropoderma folikuler (tanda-tanda ice pick,khususnya pada dorsal tangan), basalioma multiopel dan anhidrosis local.
o Terdapat riwayat kanker kulit nonmelanoma sebelumnya. Insiden kankerkulit nonmelanoma adalah 35% pada 3 tahun pertama dan 50% pada 5 tahun
kedua setelah diagnosis awal kanker kulit.
5/27/2018 Lapsus Basalioma Jualita
11/40
11
1.6 Patofisiologi1,6Aspek terpenting dari basalioma adalah bahwa kanker kulit ini terdiri dari sel
tumor epithelial berasal dari sel primitive selubung akar rambut sementara
komponen stroma menyerupai lapisan papilaris dermis dan terdiri dari kolagen,
fibroblast dan subtansia dasar yang sebagian besar berupa berbagai jenis glukosa
aminoglikans (GAGs). Kedua komponen ini saling ketergantungan sehingga tidak
bisa berkembang tanpa komponen yang lainnya. Hubungan ketergantungan ini
sifatnya sangat unik, hal inilah yang dapat menjelaskan mengapa basalioma
sangat jarang bermetastase dan mengapa pertumbuhan basalioma pada kultur sel
dan jaringan sangat sulit terjadi. Hal ini dikarenakan bolus metastase yang besar
dengan komponen sel dan stroma didalamnya sulit memasuki system limfatik
ataupun system vascular. Dan inilah yang membedakan antara basalioma dengan
melanoma maligna dan karsinoma sel skuamosa yang keduanya sering
mengadakan metastase. Dianggap berasal dari sel-sel pluripotensial (sel yang
dapat berubah menjadi sel-sel lain) yang ada pada stratum basalis epidermis atau
lapisan follikuler. Sel ini diproduksi sepanjang hidup kita dan membentuk
kelenjar sebacea dan apokrin. Tumor tumbuh dari epidermis dan muncul dibagian
luar selubung akar rambut, khususnya dan stem sel folikel rambut, tepat dibawah
duktus glandula sebacea. Sinar ultraviolet menginduksi mutasi pada gen
suppressor tumor p53, yang terletak pada kromosom 17p. Sebai tambahan mutasi
gen suppressor tumor pada lokus 9q22 yang menyebabkan sindrom nevoid
basalioma, suatu keadaan autosomal dominan ditandai dengan timbulnya
basalioma secara dini. Mutasi pada gen supresi tumor p53 ditemukan dalam
hampir 50% kasus karsinoma sel basal secara sporadic. Kebanyakan dari mutasi
ini adalah translasi dari C T dan CC TT pada susunan dipyrimidine, yang
merupakaan mutasi khas yang mengindikasikan bahwa adanya paparan terhadap
radiasi ultraviolet B. Akhir-akhir ini terdapat nucleus -catenin yang
menunjukkkan hubungannya dengan peningkatan proliferasi sel tumor. Fungsi
spesifik dari gen-gen ini masih belum diketahui.
5/27/2018 Lapsus Basalioma Jualita
12/40
12
1.7
Gambaran Histopatologi
1,4,6
Secara histologi, sel tumor ini membentuk sarang, tali dan pulau di dalam
dermis. Sel-sel ini kecil dan menyerupai sel basal normal dari epidermis. Pada tepi
sarang, sel basal cenderung membentuk pagar, suatu gambaran khas dan
diagnostik. Gambaran mitosis jarang ditemukan. Degenerasi musinosa dan
differensiasi ke arah struktur alat tambahan dapat timbul. Hubungan karsinoma sel
basal dengan stroma sekelilingnya tampak penting, karena ada jaringan musinosa
fibrovaskuler khas yang mengelilingi sarang tumor.
Gambar 4. Gambaran Histologi Basalioma
Pada pemeriksaan histologis, tipe-tipe yang ditemukan adalah :
1. Karsinoma sel basal nodularNucleus oval besar, hiperkromatik dan sitoplasma sedikit. Bentuk sel seragam
dan bila ada gambaran mitotic biasanya sedikit. Bentuk padat biasanya
bergabung dengan pola palisade di daerah perifer dan membentuk sarang-
sarang. Biasanya ada peningkatan produksi musin di sekitar stroma dermis.
Pembalahan sel, yang dikenal sebgai artefak retraksi biasanya muncul di
antara sarang-sarang basalioma dan stroma, yang berkurang selama fiksasi
dan pewarnaan.
5/27/2018 Lapsus Basalioma Jualita
13/40
13
2. Karsinoma sel basal adenoidTerdapat lobus di daerah pseudoglandular.Ada juga tumor lobules yang
berdegenerasi secara sentral, membentuk ruangan pseudokistik berisi musin
dan dapat dijumpai di basalioma jenis nodulokistik
3. Karsinoma sel basal pigmentasiPada karsinoma sel basal berpigmen yang mengandung melanosit, melanosit
ini terdiri dari sitoplasma granula melanin dan dendrite
4. Karsinoma sel basal superficialPenampakannya seperti semak-semak sel basaloid yang berlekatan dengan
epidermis. Sarang-sarang berbagai ukuran sering terlihat di dermis.
5. Karsinoma sel basal morfeaPada karsinoma sel basal morfea dan bentuk infiltrasi, pola sarang
pertumbuhannya tidak melingkar tapi membentuk untaian. Bentuk morfea
tertanam dalam stroma fibrous yang padat dalam bentuk untaian. Untaian
karsioma sel basal infiltrasi cenderung lebih tipis daripada morfea dan
bentuknya ireguler. Krsinoma sel basal infiltrasi biasanya tidak
memperlihatkan skar stroma seperti bentuk morfea. Retraksi dan palisade
perifer bentuk morfea dan infiltrasi kurang tegas bila dibandingkan tumor
bentuk agresif
1.8 Gambaran Klinik2,3,7Tumor ini umumnya ditemukan di daerah berambut, bersifat invasif,
jarang bermetastase. Dapat merusak jaringan di sekitarnya, malah dapat sampai ke
tulang, serta sering cenderung untuk residif lebih-lebih bila pengobatan tidak
adekuat. Penderita biasanya datang dengan luka yang tidak sembuh. Predileksi
pada daerah muka, telinga, kulit kepala, leher dan tubuh bagian atas. Trauma yang
sangat ringan seperti mencuci muka atau mengeringkannya dengan handuk bisa
menyebabkan perdarahan biasanya ditemukan.
Pada permulaan berbentuk nodulus kecil pada kulit yang sklerotik.
Kelainan ini secara lambat meluas dan cenderung bertukak, pinggirnya mirip
bekas gigitan tikus karena itu diberi nama ulkus rodens. Kelainan ini
5/27/2018 Lapsus Basalioma Jualita
14/40
14
menyebabkan destruksi setempat. Penetrasi pada tulang tulang tengkorak
merupakan kasus yang lanjut. Basalioma sangat jarang bermetastasis, tapi dapat
menyebabkan kematian karena ekstensi atau erosi secara langsung pada pembuluh
darah intracranial.
Gambar 4.Basalioma (a) tipe nodular; (b) tipe superfisial; (c) tipe berpigmen dan
kistik; (d) ulkus rodent
5/27/2018 Lapsus Basalioma Jualita
15/40
15
Beberapa subtype dari Basalioma yaitu :
1. Karsinoma Sel Basal tipe nodularKarsinoma sel basal tipa nodular merupakan bentuk paling umum. Sering
terdapat pada kepala, leher, dan punggung, memiliki beberapa tanda, yaitu :
papul yang rnengkilat dengan cekungan pada tengahnya, seperti mutiara,
erosi atau ulserasi, pendarahan, krusta, tepi meninggi, translusen,
telangiektasis di permukaannya, riwayat berdarah oleh trauma ringan.
Biasanya berwarna pink, merah atau putih.
2. Karsinoma Sel Basal tipe pigmentasiKarsinoma sel basal tipe pigmentasi merupakan KSB nodular dengan
peningkatan proses melanisasi. Memiliki tanda yang sama dengan bentuk
nodular tapi memiliki pigmen coklat atau hitam yang lebih banyak, sering
terdapat pada individu kulit hitam.
3. Karsinoma Sel Basal tipe kistikBentuk kista, lesinya berupa nodul kista translusen berwarna biru keabu-
abuan, menyerupai bentuk kista jinak. Biasanya terdapat pada daerah
kelopak mata atau pipi bagian atas. Tumor ini relatif lunak, dengan
permukaan kulit di sekitarnya teregang, dan bentuknya bulat atau oval.
4. Karsinoma Sel Basal tipe superficialBentuk superfisial, tampak sebagai bagian bersisik atau papul yang
berwarna merah jambu sampai merah kecoklatan, sering dengan tengah
yang jelas, dengan pinggiran yang beralur. Erosinya lebih sedikit dibanding
bentuk nodular. Sering tampak pada badan dan bertendensi rendah untuk
invasif. Papulnya menyerupai psoriasis atau eksim tapi progresifitasnya
rendah dan tidak berfluktuasi. Adanya bentuk superfisial ini mungkin
mengindikasikan seringnya terpapar arsen.
5. Karsinoma Sel Basal bentuk mikronodularBentuk mikronodular, merupakan bentuk yang agresif, jarang berulserasi,
dapat tampak kuning putih bila digaruk. Mempunyai batas yang tegas.
5/27/2018 Lapsus Basalioma Jualita
16/40
16
6. Karsinoma Sel Basal tipe morfea dan infiltrasiBentuk morfea, merupakan varian KSB yang pertumbuhannya agresif
dengan gambaran klinis dan histologis yang jelas. Gambaran lesi dari KSB
tipe morfea tampak seperti putih gading yang menyerupai jaringan parut.
Oleh karena itu, jika terdapat gambaran jaringan parut tanpa trauma atau
prosedur pembedahan sebelumnya atau gambaran jaringan parut yang
sebelumnya terdapat lesi harus dicurigai kemungkinan KSB morfea dan
segera dilakukan biopsi. Bentuk infiltrasi merupakan bentuk yang agresif
dengan plak sklerotik atau papul. Batas sering tidak tegas dan sering
memiliki pinggir yang melebar. Jarang terjadi ulserasi, perdarahan, dan
krusta.
Lima tanda bahaya basalioma4
1. Luka terbuka yang berdarah, kotor, atau berkrusta, dan masih terbukaselama lebih 3 minggu. Luka yang tidak sembuhsembuh merupakan tanda
paling sering dari basalioma dini.
2. Bagian yang merah atau area yang teiritasi sering terdapat pada dada, bahu,lengan, atau tungkai. Seringkali berkrusta. Ini juga dapat gatal dan sakit.
Kadangkadang juga tidak ada keluhan.
3. Nodul atau benjolan yang mengkilat yang tampak seperti mutiara atautranslusen, dan sering berwarna merah jambu, merah, atau putih. Benjolan
juga dapat berwarna coklat kemerahan, hitam, atau coklat, terutama pada
orang orang berambut hitam dan dapat timbul bersamaan dengan tahi
lalat.
4. Pertumbuhan yang kemerahan dengan tepi yang meninggi dan indentasikrusta di tengahnya. Sebagai pertumbuhan yang lambat membesar,
pembuluh darah yang kecil dapat timbul pada permukaannya.
5. Daerah bekas luka yang berwarna putih, kuning, atau licin, dan seringterdapat tepi yang sedikit tegas. Kulitnya sendiri terlihat mengkilat dan
5/27/2018 Lapsus Basalioma Jualita
17/40
17
tegang. Meskipun merupakan tanda yang jarang, dapat mengindikasikan
adanya tumor yang agresif.
1.9 Diagnosis2,3,5,8Diagnosis basalioma tegak berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis dan
pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis ditemukan keluhan berupa adanya lesi
seperti tahi lalat yang membesar, dapat pula lesi tersebut berupa borok yang tidak
sembuh-sembuh. Lesi yang semakin mebesar, biasanya disertai rasa sakit yang
tidak bias sembuh dalam jangka waktu yang bervariasi. Lesi paling sering terlihat
pada daerah wajah. Telinga, leher dan ekstremitas atas. Trauma ringan seperti
misalnya membersihkan wajah dengan handuk dapat menimbulkan perdarahan.
Adanya riwayat berwisata atau pekerjaan yang sering terpapar dengan sinar
matahari biasa dijumpai. Pada pemeriksaan fisik didapatkan gambaran klasik yang
dikenal sebagai ulkus rodent yaitu ulkus dengan tepi tidak rata, warna
kehitaman di daerah perifer tampak hiperplasia dan di sentral tampak ulkus.
Bentuk lain yang tidak klasik, tergantung dari variasi klinis seperti yang telah
dijelaskan pada gambaran klinik.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan yaitu foto polos di daerah lesi
untuk melihat infiltrasi, kalau perlu dilakukan CT-Scan, dan Biopsi eksisi. Biopsi
kulit diperlukan untuk menentukan diagnosis pasti dan identifikasi secara
histologik bentuk dari basalioma. Karena itu sebaiknya biopsi dilakukan secara
tajam.
1.10 Staging 1,4,8Untuk basalioma seperti halnya pada karsinoma sel skuamosa dan karsinoma kulit
lainya, penentuan stadium tumor berdasarkan klasifikasi menurut UICC masih
dapat digunakan. Akan tetapi secara klinis tidak berguna karena untuk penentuan
T (besarnya tumor primer) sukar dilakukan dan N (keadaan kelenjar getah bening
regional) dan M (ada atau tidaknya metastase) secara praktis tidak ada. Jadi untuk
menentukan stadium dapat dipakai :
5/27/2018 Lapsus Basalioma Jualita
18/40
18
1. Ukuran atau diameter horizontal tumor
2. Lokasi tumor
3. Tipe basalioma
4. Penyebaran histologik ke jaringan yang lebih dalam (diameter vertical)
5. Batas keamanan tepi
6. Batas reseksi operasi mikroskopis.
1.11 Diagnosis Banding2,3,4- Karsinoma sel gepeng
- Hiperplasie sebasea
- Penyakit Bowen
- Karsinoma Sel Squamosa
1.12 Penatalaksanaan1,4,5,8,9Dalam penatalaksanaan basalioma, kita harus mencapai:
Eksisi lesi primer yang radikal Rekontruksi dengan memperhatikan fungsi dan kosmetik terutama yang di
daerah wajah.
Terapi yang dianjurkan adalah eksisi luas dengan safety margin 0,5-1 cm.
Bila radikalitas tidak tercapai, diberi adjuvant radioterapi. Untuk lesi di daerah
canthus, nasolabial fold, periorbital dan periauricular, dianjurkan untuk
melakukan Mohs micrographic surgery (MMS). Bila tidak ada fasilitas, dapat
dilakukan eksisi luas. Untuk lesi di kelopak mata dan telinga dapat diberikan
radioterapi.(Protokol Peraboi).
Rekontruksi daerah lesi dapat dikerjakan dengan :
Penutupan primer Penutupan dengan tandur kulit secara STSG/FTSG (Split/Full thickness
skin graft)
Pembuatan flap Untuk lesi rekuren dianjurkan tindakan eksisi luas. Atau bila
memungkinkan dilakukan MMS
5/27/2018 Lapsus Basalioma Jualita
19/40
19
Gambar 5. Basalioma post eksisi, flap, dan skin graft
Idealnya semua basalioma harus dibiopsi sebelum menentukan tindakan
terapi yang paling tepat. Bila biopsy preoperative tidak dilakukan, dianjurkan
untuk melakukan biopsy pada saat tindakan operatif dilakukan. Dalam memilih
penatalaksanaan yang tepat harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut : ukuran,
lokasi lesi, umur penderita, dapat memberikan hasil kosmetik yang baik, tipe
histologiknya, bentuk tumor dan kemampuan penderita untuk mentoleransi
tindakan operasi. Terapi operatif kombinasi dengan konfirmasi histologis
merupakan prosedur standar penanganan basalioma. Operasi bertujuan untuk
menghilangkan tumor.
1. Terapi Non BedahTerapi dari basalioma sangat bervariasi tergantung dari ukuran kanker,
kedalaman, dan lokasi.
a. Krioterapi : Terapi ini menggunakan nitrogen cair untuk membekukan lesisuperfisial yang kecil, dengan menyisakan sedikit jaringan parut. Banyak
pasien yang merasa kesakitan dan bengkak pada area yang diterapi. Secaraumum cara ini tidak direkomendasikan untuk basalioma, khususnya untuk
bentuk morfea, invasif dalam, dan lesi ulserasi, atau pada tumor yang
berbatas jelek.
b. 5-Fluorouracil (5-FU) : Penggunaan fluorouracil secara lokal dapatmenolong para ahli untuk penanganan basalioma pada pasien selektif
(seperti pada kanker yang terbatas pada lapisan superfisial kulit dari pasien
yang berumur lanjut yang tidak bisa menjalani perawatan agresif lainnya).
5/27/2018 Lapsus Basalioma Jualita
20/40
20
Penggunaannya dua kali sehari selama beberapa minggu. Selama
pengobatan, pasien dapat mengalami peradangan tetapi jaringan parut
kurang. Angka rekurensi sangat tinggi.
c. Radioterapi : Basalioma selalu radiosensitif, dan radioterapi dapatdigunakan untuk tingkat lanjut dan lesi yang luas dimana pembedahan
tidak cocok (seperti pada pasien yang alergi sama obat anestesi, pada
terapi antikoagulan, bertendensi jadi bentuk keloid). Tipe terapi ini
merupakan kontra indikasi pada pasien muda, oleh karena resiko tinggi
menjadi jaringan parut, lesi pada tubuh dan anggota gerak, atau kanker
yang rekuren.
d. Retinoid sistemik : Beberapa laporan menunjukkan efektifitas daripengobatan retinoid sistemik, tapi daya toksik dari penggunaan yang lama
membatasi penggunaannya pada banyak pasien.
2. Terapi BedahTerapi operatif dikombinasi dengan konfirmasi histologis merupakan
prosedur standar penanganan basalioma. Operasi tujuannya untuk
membuang tumor sehingga tidak bisa lagi berfloriferasi. Pengetahuan
tentang sifat dan perbedaan bentuk klinik dan patologi dari berbagai sub tipe
basalioma sangat diperlukan untuk pemilihan jenis terapi yang tepat.
Dikenal dua macam operasi yaitu :
a. Operasi Mikrografi (pemotongan kompilt), ada 2 metode yaitu Frozensection contohnya tekhnik Mohs dan Parafin Section. Prosedur ini memilki
tingkat akurasi diagnostic yang tinggi, sehingga kulit yang sehat bisa
diselamatkan dan hanya mengeksisi tumornya saja sehingga teknik ini
aman serta bagus dari segimkosmetik. Operasi mikrografi ini diperlukan
untuk basalioma yang kurang potensial untuk mengalami rekurensi, yaitu :
i. Tipe infiltrate, yang ada di kepala dan bagian distal ekstremitas.ii. KSB dengan diameter >5 mm dan berlokasi di hidung, mata dan
daerah telinga, dan tumor yang berdiameter >20 mm di daerah lain
selain yang disebut di atas.
iii. Tumor yang rekuren.
5/27/2018 Lapsus Basalioma Jualita
21/40
21
b. Operasi Konvensional. Tingkat rekurensinya 5-10%. Untuk meminimalisirtingkat rekurensinya maka harus digunakan batas eksisi 0,3-1,2 cm di luar
tumor bahkan pada penderita dengan tumor yang kecil. Operasi ini untuk
tumor yang berukuran 3-10 mm.
3. Selain operasi, terapi yang lain yaitu :a. Eksisi : Memotong keluar lesi dan menjahit kulit. Prosedur ini secara
normal dinamakan biopsi kulit, dimana diambil sedikitnya 4 mm jaringan
sehat di sekitar tepi tumor. Eksisi merupakan penanganan terbaik
b. Kuret / kauterisasi : Seorang ahli dapat menggabungkan teknik ini, dengancara mengorek tumor untuk dibuang. Lesi di garuk dengan kuret dan
dasarnya dikauter dengan aliran listrik untuk menghentikan perdarahan.
Prosedur ini sering digunakan pada pasien dengan lesi nodular yang
diameternya kurang dari 2 cm dengan tepi yang tegas. Luka biasanya
menyembuh dengan cepat tanpa dijahit, sering dengan jaringan parut yang
nonestetik. Prosedur kuret dan kauterisasi tidak cocok untuk lesi morfea,
pasien dengan pacemaker jantung, pengobatan invasif yang dalam, atau
pasien dengan tumor rekuren yang tepinya tidak tegas.
c. Bedah plastik : Prosedur ini sangat berguna untuk penanganan lesi yanglebih besar dari 3 mm atau untuk lokasi tumor yang sulit. Biasanya, ahli
bedah menggunakan prosedur ini sesudah suatu eksisi simple untuk hasil
yang estetik. Untuk melakukan prosedur ini, digunakan skin graft atau skin
flap untuk memperbaiki defek sesudah eksisi. Teknik ini digunakan khusus
untuk mengurangi jaringan parut atau untuk penutupan luka yang cepat.
d. Bedah laser : Prosedur ini membuang lesi dengan menggunakan laserkarbon dioksida yang menggunakan sinar energi tinggi untuk merusak sel-
sel kanker dan menghentikan pertumbuhannya. Teknik rutin tidak berguna
pada pasien dengan resiko tinggi perdarahan. Sesudah pengobatan,
beberapa perubahan di kulit dapat terjadi, yang akan menjadi nyata setelah
beberapa tahun kemudian.
5/27/2018 Lapsus Basalioma Jualita
22/40
22
1.13
Prognosis
1,4
Basalioma yang ditangani secara inkomplit dapat rekuren, sehingga semua
penanganan harus diikuti dengan follow-up, mengingat 20% dari kekambuhan
yang ada biasanya terjadi antara 6-10 tahun pasca operasi. Jika diterapi dengan
tepat maka prognosis pasian dengan KSB rekuren masih cukup baik, walaupun
tumor yang rekuren memilki kecenderungan untuk kambuh lagi dan menjadi
agresif. Pasien dengan riwayat penyakit yang rekuren harus dimonitor lebih sering
terhadap perkembangan rekurensinya dan timbulnya tumor primer. Sedangkan
untuk kasus yang bermetastasis, prognosisnya adalah buruk di mana hanya dapat
bertahan sekitar 8-10 bulan setelah di diagnosis. Rekurensi KSB setelah follow up
adalah 18% untuk eksisi, 10% untuk radiasi, 40% untuk elektrodesikasi dan
kuretasi, dan 12% untuk krioterapi (dengan follow up
5/27/2018 Lapsus Basalioma Jualita
23/40
23
o Mengajari pasien untuk mengenali perubahan aneh pada kulitnya,terutama perubahan lebih dari 3-4 minggu. Juga mengajari pasien
untuk memeriksa kulitnya sendiri.
o Beritahu pasien untuk melihat bagian depan dan belakang dari tubuhmereka sendiri pada cermin. Kemudian berputar untuk melihat
bagian samping badan sambil kedua lengan diangkat. Selanjutnya
mengangkat kedua siku untuk melihat lengan bagian depan dan
belakang serta pada telapak tangan.
o Instruksikan pasien untuk duduk kemudian periksa bagian belakangkedua tungkai dan kaki, termasuk sela jari-jari kaki dan bagian
bawah kaki.
o Pasien harus menggunakan cermin tangan untuk memeriksa bagianbelakang leher dan kulit kepala serta bagian punggung.
Pemeriksaan kulit dianjurkan setiap 3 tahun untuk pasien usia 20-40 tahundan setiap tahun pada pasien usia diatas 40 tahun.
Saat ini para peneliti sedang mencari cara kemopreventif dengan retinoidsistematik sebagai agen pencegah kanker untuk pasien resiko tinggi
terkena basalioma. Walaupun begitu, kegunaan dari agen tersebut
dibutuhkan evaluasi beberapa tahun lagi.
5/27/2018 Lapsus Basalioma Jualita
24/40
24
BAB 2. LAPORAN KASUS
1. IDENTITAS PASIENNama : Ny. A
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 55 tahun
Berat Badan : 56 kg
Suku : Madura
Agama : Islam
Alamat : Bondowoso
No. Rekam Medik : 339858
Tgl. MRS : 2506 - 2011
Tgl. KRS : 407 - 2011
2. ANAMNESISAutoanamnesis
Keluhan Utama:
Nyeri dan gatal pada benjolan di daerah pipi bawah kanan
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien sejak 4 bulan yang lalu mengeluh mempunyai tahi lalat berupa
benjolan kecil berwarna hitam di daerah pipi bawah kanan, sekitar mulut.
Kemudian tidak lama, benjolan tersebut terasa gatal sehingga digaruk dan
berdarah yang akhirnya terbentuk borok (ulkus). Sejak borok terbentuk, borok
tersebut jadi sering berdarah ketika digaruk dan lama-lama menjadi nyeri.
Pasien mengeluhkan gangguan pada saat berbicara dan makan-minum,
karena terganjal borok tadi. Namun nafsu makan pasien tetap. BAB dan BAK
seperti biasa.
5/27/2018 Lapsus Basalioma Jualita
25/40
25
Riwayat Penyakit Dahulu4 tahun yang lalu pasien pernah mengalami hal yang serupa di tempat
yang sama dengan sekarang, namun borok yang terbentuk relatif kecil dibanding
yang sekarang, kurang lebih 2 x 3 cm, dan sudah di operasi pengangkatan borok
di RS Bondowoso.
Riwayat Penyakit Keluarga
Anggota keluarga yang menderita penyakit serupa dengan pasien
disangkal.
Riwayat Pengobatan
Pada awal terbentuk borok pasien pernah berobat sebelumnya di pak
mantri dan diberi obat 2 macam namun tidak ada perubahan, sehingga pasien
membiarkan boroknya tersebut.
Riwayat Pekerjaan
Pasien sejak masih muda bekerja sebagai pembantu rumah tangga dan
sering terpapar sinar matahari
3. PEMERIKSAAN FISIKKeadaan Umum : Cukup
Kesadaran : komposmentis
Vital sign : T : 160/100 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
t : 36,5 C
Status generalis:
Kepala:
- Mata : konjungtiva tidak anemissklera tidak icterik
5/27/2018 Lapsus Basalioma Jualita
26/40
26
- Hidung : tidak ada sekret / bau /perdarahan- Telinga : tidak ada sekret / bau /perdarahan- Mulut :bibir tidak sianosis, tidak ada pigmentasi, mukosa tidak
pucat, terdapat ulkus berwarna hitam di sekitar mulut
dextra 9 x 4 cm
Leher:
- KGB : tidak ada pembesaran- Tiroid : tidak ada pembesaran
Thoraks:
Cor: I: ictus cordis tidak tampak P: ictus codis tidak teraba P: batas jantung ICS V PSL (D)ICS IV MCL (S) A: S1S2 tunggalPulmo:
I: Simetris, tidak ada retraksi P: Fremitus raba normal P: Sonor +/+ A: Vesikuler +/+, Ronkhi -/- Wheezing -/-
Abdomen:
I : cembung A: bising usus (+) normal P : soepel, tidak ada nyeri tekan P : tympani
Ektremitas:
Akral hangat pada ke empat ekstremitas dan tidak ada odem.
5/27/2018 Lapsus Basalioma Jualita
27/40
27
Status Lokalis :
Regio peri oris Dextra : ulkus (+), batas tegas, berukuran 9x4 cm, warna hitam,
darah (-) tengah cekung, gatal (+), nyeri (+).
4. PEMERIKSAAN PENUNJANGPemeriksaan Laboratorium tanggal 2606 - 2011
Hematologi :
Hemoglobin
LekositHematocrit
Trombosit
PPT penderita
Kontrol
APTT penderita
Kontrol
Faal Hati:
SGOT
SGPTAlbumin
Faal Ginjal:
Kreatinin Serum
BUN
Urea
Asam urat
Kadar Gula Darah
Gula Darah Sewaktu
2 jam PP
Elektrolit:
Natrium
Kalium
Clorida
13,1
10,441,3
275
12,8
11,8
22,5
29,3
25
224,4
0,8
7
16
3,2
112
126
142,0
3,56
106,9
Harga Normal
11,415,1 gr/dL
4,311,3 x 109/L40-47 %
150-450 x 109/L
Beda dg kontrol < 2
Beda dg kontro
5/27/2018 Lapsus Basalioma Jualita
28/40
28
Pemeriksaan Laboratorium tanggal 3006 - 2011
Hematologi :
Hemoglobin
Lekosit
Hematocrit
Trombosit
13,2
14,6
20,6
316
Harga Normal
11,415,1 gr/dL
4,311,3 x 109/L
40-47 %
150-450 x 109/L
Rontgen Thoraks AP
Gambar 7. Foto thorax pasien Ny. A dalam batas normal
5. ASSESMENTBasalioma Regio Oris Residif
5/27/2018 Lapsus Basalioma Jualita
29/40
29
6.PLANNING
Pro Eksisi basalioma dengan general anestesi
7. LAPORAN PRE OPERASISenin, 27 Juni 2011
S : Pasien sebelumnya memiliki tahi lalat, berbentuk benjolan kecil, warna
hitam, benjolan terasa gatal sehingga digaruk dan berdarah sehingga
timbul ulkus. Dibawa ke dr. Bedah dan di operasi di RS Bondowoso 4
tahun yang lalu. 4 bulan yang lalu, benjolan tersebut muncul lagi, gatal,
digaruk, berdarah, dan terbentuk ulkus lagi yang semakin besar daripada
sebelumnya.
O : Keadaan Umum : sedang
Kesadaran : komposmentis
Vital sign : T : 160/100 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
t : 36,5C
K/L : a/i/c/d : -/-/-/-
Thoraks:
Cor: I: ictus cordis tidak tampak P: ictus codis tidak teraba P: batas jantung ICS V PSL (D)ICS IV MCL (S) A: S1S2 tunggalPulmo:
I: Simetris, tidak ada retraksi P: Fremitus raba normal P: Sonor +/+ A: Vesikuler, Ronkhi -/- Wheezing -/-
5/27/2018 Lapsus Basalioma Jualita
30/40
30
Abdomen:
I: cembung A: bising usus (+) normal P: soepel, tidak ada nyeri tekan P: tympaniEkstremitas:
Akral hangat dan kering, tidak ada edema (pada semua ekstremitas)
Status Lokalis : Terdapat ulkus ukuran 4x9 cm, warna hitam, tengah cekung,
terasa gatal dan nyeriregio oris dextra
A : Basalioma regio oris residif
P :Inj Ceftriaxone 1x2 gr
Pro eksisi
Selasa, 28 Juni 2011
S : -
O : Keadaan Umum : sedang
Kesadaran : komposmentis
Vital sign : T : 160/100 mmHg
N : 84 x/menit
RR : 20 x/menit
t : 36,2C
K/L : a/i/c/d : -/-/-/-
Thoraks:
Cor: I: ictus cordis tidak tampak P: ictus codis tidak teraba
5/27/2018 Lapsus Basalioma Jualita
31/40
31
P: batas jantung ICS V PSL (D)ICS IV MCL (S) A: S1S2 tunggalPulmo:
I: Simetris, tidak ada retraksi P: Fremitus raba normal P: Sonor +/+ A: Vesikuler, Ronkhi -/- Wheezing -/-
Abdomen:
I: cembung A: bising usus (+) normal P: soepel, tidak ada nyeri tekan P: tympaniEkstremitas:
Akral hangat dan kering, tidak ada edema (pada semua ekstremitas)
Status Lokalis : Terdapat ulkus ukuran 4x9 cm, warna hitam, tengah cekung,
terasa gatal dan nyeriregio oris dextra
A : Basalioma regio oris residif
P : Pro eksisi
Kamis, 30 Juni 2011
S : -
O : Keadaan Umum : sedang
Kesadaran : komposmentis
Vital sign : T : 120/80 mmHg
N : 84 x/menit
RR : 20 x/menit
5/27/2018 Lapsus Basalioma Jualita
32/40
32
t : 36,2C
K/L : a/i/c/d : -/-/-/-
Thoraks:
Cor: I: ictus cordis tidak tampak P: ictus codis tidak teraba P: batas jantung ICS V PSL (D)ICS IV MCL (S) A: S1S2 tunggalPulmo:
I: Simetris, tidak ada retraksi P: Fremitus raba normal P: Sonor +/+ A: Vesikuler, Ronkhi -/- Wheezing -/-
Abdomen:
I: cembung A: bising usus (+) normal P: soepel, tidak ada nyeri tekan P: tympaniEkstremitas:
Akral hangat dan kering, tidak ada edema (pada semua ekstremitas)
Status Lokalis : Terdapat ulkus ukuran 4x9 cm, warna hitam, tengah cekung,
terasa gatal dan nyeriregio oris dextra
A : Basalioma regio oris residif
P :Inj Ceftriaxone 1x2 gr
Pro eksisi
5/27/2018 Lapsus Basalioma Jualita
33/40
33
8. LAPORAN OPERASIOperasi : Eksisi, flap mukosa, dan rotation flap (Khusus/Elective)
Waktu : 30 Juni 2011 Pukul 09.4513.20 WIB
DPO : Basalioma regio oris residif
DDO : Basalioma regio oris residif
Durante Op. :
Eksisi tumor sampai pada batas yang sehat, rawat perdarahan Eksisi untuk flap rotation Flap mukosa Jahit luka operasi Pasang drainInstruksi Post Operasi
Infus RL : D5 = 2:2 / 24 jam Injeksi Cefotaxime 1x1 gr Injeksi ketorolac 1x1 amp
Sadar baik Kumur betadin
9. LAPORAN POST OPERASIJumat, 1 Juli 2011
S : -
O : Keadaan Umum : sedang
Kesadaran : komposmentis
Vital sign : T : 120/80 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
t : 36,5C
K/L : a/i/c/d : -/-/-/-
Thoraks:
Cor: I: ictus cordis tidak tampak
5/27/2018 Lapsus Basalioma Jualita
34/40
34
P: ictus codis tidak teraba P: batas jantung ICS V PSL (D)ICS IV MCL (S) A: S1S2 tunggalPulmo:
I: Simetris, tidak ada retraksi P: Fremitus raba normal P: Sonor +/+ A: Vesikuler, Ronkhi -/- Wheezing -/-
Abdomen:
I: cembung A: bising usus (+) normal P: soepel, tidak ada nyeri tekan P: tympaniEkstremitas:
Akral hangat dan kering, tidak ada edema (pada semua ekstremitas)
Status Lokalis : Luka post op tertutup verban, darah merembes (-)
A : Basalioma regio oris residif post op eksisi, flap mukosa, dan rotation flap
P :Infus RL : D5 = 1:1
Inj Ceftriaxone 1x2 gr
Inj Ketorolac 3x1 amp
Diet cair TKTP
Kumur betadin
Sabtu, 2 Juli 2011
S : -
O : Keadaan Umum : sedang
5/27/2018 Lapsus Basalioma Jualita
35/40
35
Kesadaran : komposmentis
Vital sign : T : 120/80 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
t : 36C
K/L : a/i/c/d : -/-/-/-
Thoraks:
Cor: I: ictus cordis tidak tampak P: ictus codis tidak teraba P: batas jantung ICS V PSL (D)ICS IV MCL (S) A: S1S2 tunggalPulmo:
I: Simetris, tidak ada retraksi P: Fremitus raba normal P: Sonor +/+ A: Vesikuler, Ronkhi -/- Wheezing -/-
Abdomen:
I: cembung A: bising usus (+) normal P: soepel, tidak ada nyeri tekan P: tympaniEkstremitas:
Akral hangat dan kering, tidak ada edema (pada semua ekstremitas)
Status Lokalis : Luka post op tertutup verban, darah merembes (-)
A : Basalioma regio oris residif post op eksisi, flap mukosa, dan rotation flap
5/27/2018 Lapsus Basalioma Jualita
36/40
36
P : p/o Cefixime 2x1 tab
Asam mefenamat 3x1 tab
Neurodex 1x1 tab
Diet bubur TKTP
Kumur betadin
Minggu, 3 Juli 2011
S : -
O : Keadaan Umum : sedang
Kesadaran : komposmentis
Vital sign : T : 120/80 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
t : 36,5C
K/L : a/i/c/d : -/-/-/-
Thoraks:
Cor: I: ictus cordis tidak tampak P: ictus codis tidak teraba P: batas jantung ICS V PSL (D)ICS IV MCL (S) A: S1S2 tunggalPulmo:
I: Simetris, tidak ada retraksi P: Fremitus raba normal P: Sonor +/+ A: Vesikuler, Ronkhi -/- Wheezing -/-
Abdomen:
I: cembung A: bising usus (+) normal
5/27/2018 Lapsus Basalioma Jualita
37/40
37
P: soepel, tidak ada nyeri tekan P: tympaniEkstremitas:
Akral hangat dan kering, tidak ada edema (pada semua ekstremitas)
Status Lokalis : Luka post op tertutup verban, darah merembes (-)
A : Basalioma regio oris residif post op eksisi, flap mukosa, dan rotation flap
P :p/o Cefixime 2x1 tab
Asam mefenamat 3x1 tab
Diet bebas TKTP
Kumur betadin
Rawat lukaaff drain, rawat luka terbuka dengan gentamisin zalf
Senin, 4 Juli 2011
S : -
O : Keadaan Umum : sedang
Kesadaran : komposmentis
Vital sign : T : 120/80 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
t : 36,5C
K/L : a/i/c/d : -/-/-/-
Thoraks:
Cor: I: ictus cordis tidak tampak P: ictus codis tidak teraba P: batas jantung ICS V PSL (D)ICS IV MCL (S) A: S1S2 tunggal
5/27/2018 Lapsus Basalioma Jualita
38/40
38
Pulmo:
I: Simetris, tidak ada retraksi
P: Fremitus raba normal P: Sonor +/+ A: Vesikuler, Ronkhi -/- Wheezing -/-
Abdomen:
I: cembung A: bising usus (+) normal P: soepel, tidak ada nyeri tekan P: tympaniEkstremitas:
Akral hangat dan kering, tidak ada edema (pada semua ekstremitas)
Status Lokalis : Luka post op tertutup verban, darah merembes (-)
A : Basalioma regio oris residif post op eksisi, flap mukosa, dan rotation flap
P :p/o Cefixime 2x1 tab
Asam mefenamat 3x1 tab
Diet bebas TKTP
Kumur betadin
KRS
Kontrol ke poli seminggu lagi
5/27/2018 Lapsus Basalioma Jualita
39/40
39
Gambar 8. Basalioma (a) pre operasi; (b) post operasi eksisi, flap mukosa dan
rotation flap
5/27/2018 Lapsus Basalioma Jualita
40/40
40
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. 2011. Kanker Kulit. http://www.ilmubedah.info.com/kanker-kulit.htm[28 Juni 2011]
2. Djuanda, A., dkk. 2009. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi kelima.Jakarta: FKUI
3. Harahap, Marwali. 2000.Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: EGC.4. Anonim. 2011. Basalioma, Tumor, Kanker Sel Basal.
http://www.ilmubedah.info.com/basalioma-tumor-kanker sel basal.htm[28
Juni 2011]
5. Sjamsuhidayat, R. Wim de Jong. 2004. Buku ajar Ilmu Bedah edisi 2.Jakarta: EGC.
6. Kumar, dkk. 2007.Buku Ajar Patologi Edisi 7. Jakarta: EGC.7. Siregar, S. 2005.Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: EGC.8. Anonim. 2011. Karsinoma Sel Basal.
http://www.ilmubedah.info.com/karsinoma-sel-basal.htm[28 Juni 2011]
9. Brunicardi, F. Charles, et al. Schwartzs Manual of Surgery. 2006. NewYork: McGraw-Hill.
http://www.ilmubedah.info.com/kanker-kulit.htmhttp://www.ilmubedah.info.com/kanker-kulit.htmhttp://www.ilmubedah.info.com/kanker-kulit.htmhttp://www.ilmubedah.info.com/basalioma-tumor-kanker%20sel%20basal.htmhttp://www.ilmubedah.info.com/basalioma-tumor-kanker%20sel%20basal.htmhttp://www.ilmubedah.info.com/karsinoma-sel-basal.htmhttp://www.ilmubedah.info.com/karsinoma-sel-basal.htmhttp://www.ilmubedah.info.com/karsinoma-sel-basal.htmhttp://www.ilmubedah.info.com/basalioma-tumor-kanker%20sel%20basal.htmhttp://www.ilmubedah.info.com/kanker-kulit.htmhttp://www.ilmubedah.info.com/kanker-kulit.htm
top related