Ka Andal Pt. Wono Indo Niaga
Post on 31-Dec-2014
246 Views
Preview:
DESCRIPTION
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sumber daya hutan merupakan kekayaan alam yang dapat
diperbaharui dan merupakan salah satu modal dasar bagi pembangunan
nasional. Selama ini sektor kehutanan telah berperan dan memberi
kontribusi yang cukup besar dalam penerimaan devisa negara, penyerapan
tenaga kerja, memperluas peluang berusaha serta mendorong tumbuh dan
berkembangnnya sektor industri dan perdagangan, serta eksport non migas.
Pembangunan Hutan Tanaman Industri yang dilakukan oleh PT.
WONO INDO NIAGA di Kabupaten Sumba Barat NTT telah berlangsung
sejak 17 tahun yang lalu. Luas areal berdasarkan SK HPHTI adalah 13.375
ha. Berkaitan dengan kegiatan HTI tersebut dibutuhkan tindakan yang
bijaksana dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya hutan tersebut
dengan tetap memperhatikan keseimbangan dinamik antara fungsi
kelestarian produksi, fungsi kelestarian ekologis dan kelestarian fungsi
sosial bagi komunitas lokal serta dapat mendorong dinamika pembangunan
daerah.
Dalam rangka mewujudkan komitmen terhadap pengelolaan hutan
tanaman yang lestari dan sekaligus upaya pencegahan dan pengendalian
kerusakan hutan maka pemrakarsa dalam hal ini PT. WONO INDO NIAGA
berkewajiban untuk melaksanakan studi AMDAL.
1.2 Tujuan dan kegunaan proyek
Adanya kebutuhan yang mendesak untuk penyediaan bahan baku bagi
pembangunan saat ini yang berjalan begitu pesat serta ketersediaan bahan
baku yang sangat sedikit menjadi alasan utama di aktifkannya kembali HTI
PT WONO INDO NIAGA, setelah beberapa tahun terakhir tidak dapat
melakukan aktifitasnya sebagaimana mestinya. Dengan dilakukannya studi
AMDAL membuat langkah-langkah kebijakan lebih terarah dengan tujuan
yang spesifik dan sesuai dengan sasaran yang dikehendaki baik oleh
pemrakarsa maupun oleh lingkungan hidup dan masyarakat yang terkena
dampak dari kegiatan ini. Untuk maksud di atas maka tujuan dilaksanakan
AMDAL HPHTI PT. WONO INDO NIAGA adalah sebagai berikut :
Tujuan dilaksanakannya studi ANDAL PT. WONO INDO NIAGA adalah:
a. Mengidentifikasikan rencana usaha dan/atau kegiatan PT WONO
INDO NIAGA yang akan dilakukan terutama yang menimbulkan
dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup.
b. Mengidentifikasikan rona linkungan hidup terutama yang akan
terkena dampak besar dan penting.
c. Memprakirakan dampak dan mengevaluasikan dampak besar dan
penting terhadap lingkungan hidup.
Kegunaan studi ANDAL adalah untuk :
a. Membantu pengambilan keputusan dalam pemilihan alternatif yang
layak dari segi lingkungan hidup, teknis dan ekonomis.
b. Mengintegrasikan pertimbangan lingkungan hidup dalam tahap
perencanaan rinci dari suatu usaha dan/atau kegiatan.
c. Sebagai pedoman untuk kegiatan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup.
Sungguhpun pembangunan hutan tanaman PT. WONO INDO NIAGA
di Kabupaten Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur, telah berlangsung
selama lebih dari 17 tahun, dan sejauh ini tidak ada dampak negatif apapun
yang muncul; tetapi penyusunan dokumen Amdal tetap perlu dilakukan.
Penyusunan Amdal IUPHHK-HT PT. WONO INDO NIAGA,
merupakan suatu keharusan; tidak hanya sebagai formalitas untuk
memenuhi kewajiban sebagaimana disyaratkan dalam Peraturan Menteri
Kehutanan No. P.4/Menhut-II/2009 tentang Penyelesaian Hak Pengusahaan
Hutan Tanaman Industri Sementara, dan perubahannya No. P. 49/Menhut –
II/2009; tapi sungguh suatu kebutuhan investasi pengusahaan hutan yang
berkelanjutan untuk jangka panjang.
UU Nomor : 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
pada pasal 15 serta Peraturan Pemerintah Nomor : 27 Tahun 1999 tentang
Analisa Mengenai Dampak Lingkungan Hidup menyatakan bahwa setiap
rencana kegiatan dan/atau usaha yang potensial menimbulkan dampak
penting dan besar terhadap komponen lingkungan hidup WAJIB dilengkapi
dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL).
1.3 Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan rencana kegiatan,
rona lingkungan yang terkena dampak dan isu-isu pokok
Penyusunan AMDAL IUPHHK-HTI PT WONO INDO NIAGA
mengacu dan berpedoman kepada ketentuan dan peraturan perundang-
undangan sebagai berikut :
No.PERATURAN
PERUNDANGANTENTANG
A. UNDANG-UNDANG
1. UU No. 5 Tahun 1990Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan
Ekosistemnya
2. UU No. 5 Tahun 1994Pengesahan Konvensi Perserikatan Bangsa Bangsa
Mengenai Keanekaragaman Hayati
3. UU No. 23 Tahun 1997 Pengelolaan Lingkungan Hidup
4. UU No. 41 Tahun 1999 Kehutanan
5. UU No. 07 Tahun 2004 Sumberdaya Air
6. UU No. 32 Tahun 2004 Pemerintahan Daerah
7. UU No. 26 Tahun 2007 Penataan Ruang
8. UU No. 40 Tahun 2007 Perseroan Terbatas
9. PP No. 6 Tahun 1999Pengusahaan Hutan dan Pemungutan Hasil Hutan pada
Hutan Produksi
10. PP No. 27 Tahun 1999 Analisis mengenai dampak lingkungan
11. PP No. 04 Tahun 2001
Pengendalian Kerusakan dan/atau Pencemaran
Lingkungan Hidup yang berkaitan dengan Kebakaran
Hutan dan/atau Lahan
12. PP No. 82 Tahun 2001Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air
13. PP No. 19 Tahun 2004Pedoman Pengelolaan Pengaduan Kasus Pencemaran
dan/atau Kerusakan Lingkungan Hidup
14. PP No. 44 Tahun 2004 Perencanaan Kehutanan
15. PP No. 45 Tahun 2004 Perlindungan Hutan
16. PP No. 6 Tahun 2007
Tata Hutan dan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan
Hutan serta Pemanfaatan Hutan, serta Perubahan dalam
PP Nomor : 03 Tahun 2008 tentang Perubahan PP No.
6 Tahun 2007
17. Keppres No. 32 Tahun 1990 Pengelolaan Kawasan Lindung
18.SK MENLH No. Kep-17 Th
1997Kajian Aspek Sosial dalam AMDAL
19.SK MENLH No. Kep-124 Th
1997Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam AMDAL
20
Keputusan Menteri Kehutanan
dan Perkebunan No 435/Kpts-
II/1997
Sistem Silvikultur Dalam Pengelolaan Hutan Tanaman
Industri
21Peraturan Menteri Kehutanan
No. P.01/ Menhut-II/2004
Pemberdayaan Masyarakat didalam dan atau di sekitar
hutan dalam rangka Social Forestry
22 Peraturan Menteri Kehutanan Tata Cara Permohonan Izin Pemanfaatan Hasil Hutan
No. P.11/ Menhut-II/2008 Kayu Dalam Hutan Tanaman pada Hutan Produksi.
23Peraturan Menteri Kehutanan
No. P.11/Menhut-II/2009
Sistem Silvikultur Dalam Areal Izin Usaha Pemanfa
atan Hasil Hutan Kayu pada Pada Hutan Produksi
24.Peraturan MENLH No. 08
Tahun 2006
Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup (AMDAL)
25.Peraturan MENLH No. 11
Tahun 2006
Jenis Kegiatan/Usaha yang Wajib Dilengkapi dengan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
26.Peraturan Daerah Provinsi
NTT Nomor : 08 Tahun 2003Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi NTT
27.Peraturan Gubernur NTT
Nomor : 13 Tahun 2007
Tata Cara Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan
Informasi Dalam Proses Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup
BAB II
RUANG LINGKUP STUDI
2.1 Lingkup rencana kegiatan yang akan ditelaah dan alternative komponen
rencana usaha HTI PT. WONO INDO NIAGA.
a. Status dan lingkup rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan
ditelaah
1. Status studi AMDAL
Studi Amdal HTI PT. WONO INDO NIAGA tidak dilaksanakan
secara terintegrasi dan dilakukan setelah adanya studi kelayakan.
Adapun studi kelayakan HTI PT. WONO INDO NIAGA telah
disahkan oleh Departemen Kehutanan Republik Indonesia pada
tanggal 6 Desember 1994, dengan nomor pengesahan
04/IV-PPH/FSHTI/94.
Rencana usaha yang akan ditelaah ini adalah berdasarkan
studi kelayakan yang telah disahkan oleh Departemen Kehutanan.
Berdasarkan hasil Studi Kelayakan tanaman yang cocok untuk
ditanam pada areal HTI PT. WIN adalah Sengon (Paraserianthes
falcicataria) dan Gmelina (Gmelina arborea).
Perencanaan dalam Studi Kelayakan tersebut meliputi pra-
investasi, bangunan, peralatan dan mesin, Sarana transportasi,
investasi persemaian, pembuatan jalan hutan dan menara kebakaran
rencana tersebut masuk dalam biaya tetap (investment cost),
Kemudian terdapat pula rencana pemeliharaan dan operasional.
Berdasarkan rencana kegiatan yang telah dibuat oleh HTI PT.
WIN adalah pra –investasi dan investasi, dimana pada tahap pra
investasi sesuai dengan rencana yang dibuat adalah pembuatan FS
(Studi Kelayakan) dan AMDAL kemudian penyusunan RKPHTI
penyusunan RKL, RKT dan Tatabatas, penataan hutan serta perijinan
lainnya. Setelah itu dilakukan pra-investasi berupa persiapan lokasi
dan persiapan lapangan dimana pada kegiatan ini terdiri dari dua
kegiatan yaitu pembuatan dan penataan bedeng tabur serta pembuatan
dan penataan bedeng sapih. Kedua hal ini yaitu pra-investasi dan
investasi telah dilaksanakan oleh HTI PT. WIN hingga tahun 1995.
Sedangkan pada kegiatan investasi terdapat kegiatan pembuatan
naungan dan pagar yaitu pagar persemaian dan bahan naungan dimana
kegiatan tersebut di atas termasuk dalam kegiatan pengadaan bibit.
Setelah kegiatan pengadaan bibit maka diikuti dengan kegiatan
pemeliharaan, adapun kegiatan pemeliharaan terdiri dari kegiatan
penyulaman, penyiapan dan pendangiran dan pemberantasan hama
dan penyakit serta pemupukan.
Untuk menunjang kegiatan di atas maka diperlukan sarana dan
prasarana yang akan menunjang keberlangsungan HTI PT. WONO
INDO NIAGA. Sarana prasarana tersebut meliputi bangunan,
peralatan dan mesin serta sarana transportasi seperti jalan hutan dan
menara kebakaran.
Kemudian yang tidak kalah penting dalam kegiatan HTI PT.
WONO INDO NIAGA adalah organisasi dalam hal ini Unit
Managemen dan tenaga kerja yang tersedia, hal ini telah dilaksanakan
kemudian kegiatan terhenti.
Berdasarkan uraian di atas dimana sebagian rencana telah
dilaksanakan oleh HTI PT WIN maka perlu diuraikan disini kegiaran
yang akan dilaksakan oleh HTI PT WIN. Adalah untuk melanjutkan
penanaman diseluruh areal yang telah diberikan oleh Departemen
Kehutanan serta akan melakukan penebangan atau pemanenan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
Adapun kegitan yang perlu ditelaah pada studi AMDAL ini
adalah sosialisasi ke masyarakat bahwa HTI PT. WIN akan beroperasi
kembali, penyiapan dan penataan kembali lahan yang dapat ditanami,
perbaikan infra struktur penunjang serta kajian lainnya yang
dibutuhkan guna menunjang terbangunnya pengelolaan hutan yang
lestari.
Secara ringkas rencana kegiatan yang akan dilaksanakan saat ini
ke depan adalah seperti yang tertera.
1. Penyusunan AMDAL
2. Penyusunan Bagan Kerja
3. Penyusunan RKU
4. Penyusunan RKT
5. Tata Batas
6. Penataan Hutan
7. Pengadaan Potret Udara
8. Pengadaan Tenaga Kerja
9. Pengadaan Alat
10. Pembuatan Persemaian
11. Penanaman
12. Pemeliharan
13. Pemanenan
2. Kesesuaian Lokasi Rencana usaha dan/atau kegiatan dengan
RencanaTtata Ruang setempat
Lokasi pembangunan HTI PT. WIN secara geografis adalah 9o
27' LS s/d 9o43' dan 119o04'BT s/d 199o44'BT. Hal ini sesuai dengan
Surat Menteri Kehutana No. 163/Kpts-II/1993 tanggal 27 Februari
1993, dimana areal yang diperuntukkan untuk HTI seluas 13.375 Ha
yang terpencar (tidak kompak) berada dalam kelompok hutan tanaman
yang terletak pada beberapa DAS/Sub DAS yang berbeda.
Berdasarkan hasil studi kelayakan maka areal pencadangan
HPHTI seluas 13.375 Ha dan telah melalui telaahan dari aspek
TGHK; Rencana Struktur Tata Ruang Propinsi Daerah Tingkat I NTT
dan Rencana Umum Tata Ruang Daerah Kabupaten Sumba Barat;
Keputusan Presiden RI no 32 tahun 1990, Aksesibilitas; Lahan
Bermasalah; dan keperluan lahan untuk sarana/prasarana dihasilkan
luas efektif Pembangunan HTI PT. WIN seluas 6.880 ha.
Berdasarkan pembagian wilayah administrasi pemerintahan
termasuk dalam wilayah Sumba Barat Daya, Sumba Barat dan Sumba
Tengah, Propinsi Nusa Tenggara Timur.
Sedangkan berdasarkan pembagian administrasi pemangkuan
hutan termasuk Dinas Kehutanan Propinsi Nusa Tenggara Timur.
3. Rencana Kegiatan Penyebab Dampak sesuai dengan Jenis-jenis
Rencana kegiatan yang akan dibangun Oleh HTI PT. WIN.
Berdasarkan rencana kegiatan diatas yang memiliki dampak
adalah kegiatan :
Tabel II. 1. Rencana Kegiatan Penyebab Dampak HTI PT. WONO
INDO NIAGA
No Rencana KegiatanDampak yang dihasilkan oleh
Rencana Kegiatan
1. Tata Batas Konflik dengan masyarakat sekitar
2.Pengadaan Tenaga
KerjaPenyerapan tenaga kerja local
3.Pengadaan
Bangunan dan AlatPenyerapan tenaga kerja local
4. Pembuatan
Persemaian
Kesuburan tanah dan penutupan
lahan dan penyerapan tenaga kerja
local
5. Penanaman
Kesuburan tanah dan penutupan
lahan dan penyerapan tenaga kerja
local
6. Pemeliharan
Kesuburan tanah dan penutupan
lahan dan penyerapan tenaga kerja
local
7. Pemanenan
Kesuburan tanah dan penutupan
lahan dan penyerapan tenaga kerja
local
Kegiatan tatabatas dapat berdampak konflik dengan
masyarakat yang berada di sekitar areal HTI PT. WIN, demikian pula
dengan kegiatan pengadaan tenaga kerja akan berdampak kepada
pendapatan masyarakat sekitar hutan sehingga perlu dikaji pengaruh
keberadaan HTI PT. WIN terhadap pendapatan masyarakat sekitar.
Pengadaan bangunan dan peralatan dapat berdampak kepada
masyarakat sekitar, adanya pengadaan bangunan tentu akan menyerap
tenaga kerja setempat untuk mengerjakan bangunan dan
mengoperasikan peralatan yang ada, sehingga diduga akan berdampak
pada penyerapan tenaga kerja, oleh karena itu perlu ditelaah pengaruh
keberadaan HTI pada penggunaan penyerapan tenaga kerja local.
Sedangkan untuk pembuatan persemaian, dapat berdampak
kepada lingkungan hidup karena persemaian yang luas dapat
menggantikan alang-alang yang telah ada sehingga terjadi perubahan
ekosistem dari padang alang-alang menjadi persemaian sengon dan
gmelina. Perlu dicermati mengenai hama dan penyakit yang dapat
muncul dengan adanya persemaian, sehingga kegiatan ini perlu
mendapat perhatian yang cukup, karena dapat berdampak pada
lingkungan sekitarnya.
Kegiatan penanaman pada HTI. PT. WIN dapat dilihat dari dua
sisi yaitu dari sisi pengadaan tenaga kerja manusia yang akan terlibat
dan dari pengaruh penanaman terhadap lahan yang selama ini
mungkin merupakan padang alang-alang atau belukar.Kedua pengaruh
ini perlu dikaji pengaruhnya baik kepada manusia maupun terhadap
perubahan ekosistem.
Sedangkan kegiatan pemeliharaan dan penanaman dapat ditinjau
dampaknya terhapap penyerapan tenaga kerja dan terhadap perubahan
lingkungan hidup baik hewan dan tumbuhan yang berada disekitar
pembangunan HTI PT. WIN.
4. Kegiatan-kegiatan yang ada di sekitar rencana lokasi beserta
dampak-dampak yang ditimbulkannya terhadap lingkungan
hidup.
Kegiatan-kegiatan yang ada di sekitar rencana lokasi adalah
kegiatan masyarakat berupa perladangan untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Sehingga dengan kembali beroperasinya HTI PT. WIN
dapat berdampak kepada masyarakat sekitarnya, karena bila ditelaah
hasil survey yang dilaksanakan oleh LPI maka pada areal tersebut
terdapat beberapa areal yang mana telah dirambah oleh masyarakat
setempat sehingga perlu dicermati agar dihindari konflik dengan
masyarakat dalam hal penggunaan lahan.
Dampak yang dapat terjadi apabila HTI PT. WIN kembali aktif
terhadap lingkungan hidup setempat dapat berupa perubahan terhadap
lingkungan hidup seperti untuk adanya kegiatan persemaian dan
penanaman serta penebangan hutan tanaman yang dapat berakibat
kepada fauna yang telah selama 15 tahun berada pada areal tersebut.
Penjelasan ini agar dilengkapi dengan peta yang dapat
menggambarkan lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan beserta
kegiatan-kegiatan lain yang berada di sekitarnya.
b. Alternatif-alternatif yang akan dikaji dalam ANDAL
Alternatif-alternatif yang mungkin akan dilakukan dalam kajian
ANDAL ini adalah jika pada saat tatabatas atau pada saat akan dimulainya
kembali kegiatan HTI PT. WIN terjadi konflik dengan masyarakat
setempat sehingga perlu dicarikan alternative lahan yang baru agar
kegiatan-kegiatan HTI dapat berlangsung dengan baik dan lancar.
Kajian AMDAL merupakan studi kelayakan dari aspek lingkungan
hidup, maka komponen rencana usaha dan/atau kegiatan harus memiliki
beberapa alternatif, antara lain alternatif lokasi, desain, proses, tata letak
bangunan atau sarana pendukung. Alternatif-alternatif yang dikaji dalam
AMDAL dapat merupakan alternatif-alternatif yang telah direncanakan
sejak semula atau yang dihasilkan nselama proses kajian AMDAL
berlangsung.
Sehingga pada studi AMDAL, Kerangka Acuan ini perlu dilalukan
sosialisasi yang benar agar pada saat kegiatan dilakukan tidak lagi medapat
kendala dari masyarakat sekitar dan sesuai dengan perencanaan awal dari
HTI PT.WIN.
2.2 Lingkup rona lingkungan hidup awal
Sehubungan telah beroperasinya HTI PT. WIN dan mengalami
kevakuman beberapa saat sehingga rona awal yang digunakan adalah
keadaan saat Kerangka Acuan ini dibuat.
a. Letak Areal Kerja UPHHK-HTI
Tabel II. 2. Letak dan luas areal PT WIN
NoNama Kawasan Hutan
No RTK
LUAS AREAL
LETAK DAS/ SUB DAS
KECAMATAN
1. Rokoraka 45 750 Bondokodi
2. Watumbolo 65 248 Polapare
3. Matakapore 63 2500 Lambatama
4. Kombaka 64 377 Lambatama
5. Polapare Cako 27 3300 Polapare
6. Galukare 59 1200 Polapare
7. Katikutana 5 2300 Wonokaka
8. Praimahala 60 2700 Palamedo
Letak areal kerja yang sesuai dengan kecamatannya akan dilengkapi pada saat berkunjung ke lapangan.
Areal HTI PT. WONO INDO NIAGA terletak pada areal yang tersebar
dan juga terdiri dari kelerengan-kelerengan areal yang berbeda-beda pula.
Beberapa terletak pada kelas lereng datar (0-8%), landai (9-15%), agak curam
(16-25%), curam (25-40%) dan sangat curam seperti yang tertera pada table
berikut ini.
Tabel II. 3. Kondisi Topografi dan Bentuk Lahan Areal HTI PT. WI
No
.
Kelerenga
n
Bentu
k
Lahan
LUAS (HA)
JML
Pola GaluMat
a
KOM
P
RO
K
WAT
U
PRA
I
KAT
I
1. 0-8% Datar115
5132 0 0 225 0 0 1035 2547
2. 9-15% Landai 660 660 750 95 0 99 540 0 2144
3. 16-25%Agak
Curam495 495 475 282 525 0 0 0 2845
4. 26-40% Curam 0 0 0 0 0 0 2025 1265 3290
5. >45%Sangat
Curam990 0 1275 0 0 149 135 0 2549
330
0
120
02500 377 750 248 2700 2300
1337
5
Tanah
Berdasarkan Peta Geologi Propinsi NTT skala 1 : 500.000 dan Peta
Land System skala 1 : 250.000, serta tinjauan survey lapangan dapat
diketahui bahwa geologi areal HTI PT. WIN terdiri dari alluvium undak dan
terumbu koral terutama pada daerah datar dekat pantai dan neogen pada
bagian sebelah dalam pulau daerah berbukit. Neogen adalah sedimen batuan
vulkanik berupa tufa sebagai hasil erupsi gunung berapi dan basal,
sedangkan alluvium undak dan terumbu koral berupa endapan batu gamping
terumbu dengan sisipan kerikil dan pasiryang tersingkap pada daerah datar
sampai bergelombang. Sedangkan batuan yang terdapat pada areal HTI PT.
WIN adalah batu gamping, koral, marl,batu pasir, konglomerat dan
alluvium. Formasi geologi seperti yang tertera pada Tabel berikut ini :
Tabel II.4. Formasi geologi dan Jenis Batuan pada Areal HTI PT.
WIN
N
o
Nama
Kawasan
Hutan
No
RTK
LUAS
AREAL
FORMASI
GEOLOGIJENIS BATUAN
1. Rokoraka 45 750
Neogen, alluvium
undak, terumbu
koral
Batu gamping 70%
2. Watumbolo 65 248 NeogenTuff + batu pasir + konglomerat (89%)
batu gamping +koral +marl (11%)
3. Matakapore 63 2500 Neogen Tuff+batu pasir+konglomerat (72%)
batu gamping (28%)
4. Kombaka 64 377 NeogenBatu gamping+koral+marl (75%) batu
gamping 25%
5.Polapare
Cako27 3300
Neogen, terumbu
koral
Koral 52% tuff+batu pasir+konglomerat
(7%)
6. Galukare 59 1200 NeogenBatu gamping+koral (93%) tuff+batu
pasir+konglomerat (7%)
7. Katikutana 5 2300 NeogenBatu gamping+marl+alluvium atau
endapan bahan kipas (87 %)
8. Praimahala 60 2700
Alluvium sungai muda+alluvium
endapan bahan kipas +alluvium
lempung tua (13%)
Sistem Lahan
Sistem lahan pada areal HTI PT. WIN seperti yang tertera pada Tabel
berikut :
Tabel II.5. Sistem Lahan pada Areal HTI PT. WONO INDO NIAGA
N
oSistem Lahan
Luas (Ha)
JML
Pola Galu Mata Komb RokoWat
uPrai Kati
1 Tiringan TRN 165 - 1275 - - 149 - - 1589
2 Luanda LUA 990 132 - - 225 - - - 1347
3 Air Dagosoli ADS 330 876 - 120 - - - - 1326
4 Gn Harminding GHG 990 72 - - - - - - 1062
5 Rada Toko RTK 660 - 750 - - 99 - - 1509
6 Wai Terang WTG 165 - - - - - - - 165
7 Sansapor SSR - 120 - - - - - - 120
8 Lengkiri LGK - - 475 162 525 - - - 1162
9 Lambata LBM - - - 95 - - - - 95
10 Lelang LLG - - - - - - 2025 - 2025
11 Danundera DDA - - - - - - 540 - 540
12 Lepenbusu LBU - - - - - - 135 - 135
13 Ayatu AYT - - - - - - -103
51035
14 Sarwatu SWU - - - - - - -126
51265
3300120
02500 377 750 248 27
Jenis Tanah
Jenis tanah yang terdapat pada lokasi HTI PT. WONO INDO NIAGA
adalah seperti yang tertera pada Tabel II.6.
Tabel II.6. Jenis Tanah di Areal HTI PT. WONO INDO NIAGA
N
o
Nama
Kawasan
Luas
ArealKlasifikasi Jenis Tanah
1 Rokoraka 750 rendzinas latosol rendzinas
2 Watumbolo 248 brunizem trobosol podsolik rendzinas podsolik
3 Matakapore 2500 brunizem trobosol podsolik rendzinas rendzinas podsolik
4 Kombaka 337 rendzinas podsolik rendzinas rendzinas latosol
5 Polapare 3300Rendzinas latosol brunizem podsol rendzinas podsolik brunizem
Rendzinas podsolik alluvial brunizem podsolik lateritik brunizem
6 Galukare 1200 Rendzinas podsolik brunizem rendzinas latosol brunizem podsol
7 Kattikutana 2300 Rendzinas podsolik brunizem podsolik brunizem brunizem
8 Praimahala 2700 latosol brunizem rendzinas latosol brunizem
Kesuburan Tanah
Kesuburan tanah di areal HTI PT. WIN dapat dilihat dari kandungan
fisik kimia tanah sebagaimana tercantum pada Tabel II.7.
Tabel II.7. Sifat Kimia Tanah dari beberapa Titik Pengamatan di Areal HTI
PT. WONO INDO NIAGA
No
SP
Land
form
Komponen
TanahSIFAT TANAH
Status
Kesuburan
pHC-
organik
N-
total
N-
ratio
P
tersediaK Ca Na Mg KTK KB
Key
alR
1LWW 2-
8%Dystropet 5.70 2.06 0.21 9.81 17.97 0.21
7.6
90.18 1.26
14.3
917.70 33.81 R
Haploduslts 5.30 0.81 0.51 1.59 3.04 0.137.2
90.21 1.71
12.5
116.98 41.26 R
Tropohemist 4.61 21.40 0.76 - 9.06 0.162.0
40.49 0.95
49.5
0- R
2TWH 16-
25%Dystropet 4.70 0.56 0.09 6.22 18.55 0.10
4.0
40.26 0.18
18.8
324.22 R
Haploduslts 4.60 1.09 0.16 6.81 10.45 0.144.0
20.18 0.22
16.2
718.33 R
3 TBH >60% Dystropet 5.00 0.84 0.23 6.87 18.55 0.244.6
80.42 0.43
26.1
218.57 R
Haploduslts 4.80 1.19 0.21 3.65 15.85 0.104.0
40.44 0.49
16.8
112.35 R
4 PDH >60% Dystropet 5.00 2.01 0.11 6.27 13.18 0.193.3
70.35 0.23
26.1
226.38 R
Haploduslts 4.90 1.49 0.28 7.18 12.65 0.80 6.4 1.81 0.41 14.6 18.71
R
6 6
b. Iklim
Curah Hujan
Faktor iklim paling dominan adalah curah hujan yaitu rata-rata
hujan tahunan dan jumlah bulan kering serta jumlah bulan basah.
Curah hujan di Pulau Sumba dipengaruhi angin timur yang
kering yang berhembus dari Australia. Di Areal HTI PT. WIN
terutama daerah sekitar Waikabubak termasuk kelompok hutan
Watumbolo kedalaman curah hujan rata-ratanya mencapai lebih dari
4000 mm/tahun,daerah dekat pantai kelompok hutan Rokoraka,
Polapare Cako dan Galukare hujannya kurang sekitar 500-1000
mm/tahun. Sedangkan curah hujan pada kelompok hutan Matakapore,
Kombaka,Katikutana dan Praimahala sekitar 1500-2000 mm/tahun.
Tabel II.8. Data Curah Hujan untuk Tiap Kecamatan di Sekitar
HTI PT. WIN
N
o
Kawasan Hutan
No RTK
LuasRata-Rata Kisaran Tahunan Curah Hujam
Suhu (oC) Klasifikasi Iklim
BB
BK
SF
Kopem
1 Rokoraka 45 7503-4
8-9 500-1000 22-21 F Aw
2 Watumbolo 65 248 7- 3-4 4000-4500 20-27 C An
8
3Matakapore
632500
4-5
6-7 1000-1500 21-31 EAw
4 Kombaka 64 3774-5
6-71000-1500
21-31
EAw
5 Polapare 273300
4-5
6-71000-1500
21-31
EAw
6 Galukare 591200
4-5
6-71000-1500
21-31
EAw
7 Katikutana 502300
6-7
5-6 1500-200021-31
DAw
8 Praimahala 602700
5-6
6-7 1000-150021-31
EAw
Faktor iklim lainnya
Berdasarkan klasifikasi Smidt dan Ferguson, tipe iklim di areal
lokasi HTI PT WIN adalah sebagai berikut :
1. Iklim tipe C (sedang) Q= 30-60% Watumbolo2. Iklim tipe D (semi kering) Q= 60-100% Katikutana dan sebagian
Praimahala3. Iklim tipe E (kering) Q= 100-167% Polapare,
Galukare,Matakapore4. Iklim tipe F (sangat kering) Q= 167-300% Rokoraka
Kelembaban udara
Kelembaban udara memiliki pola yang hamper sama dengan
suhu, di mana fluktuasi kelembaban bulanan minimum 67% (terjadi
pada bulan Juli) dan maksimum 90% (terjadi di bulan Februari).
Gambaran kondisi kelembaban udara, tercantum pada Tabel II 9.
berikut ini.
Tabel II.9. Kondisi Rata-rata Temperatur Udara, Tekanan
Udara, Kelembaban dan Arah/Kecepatan Angin di Kabupaten Sumba
Barat.
No
BulanTemperatur (oC)
Tekanan Udara (mb)
Kelembaban (%)
Arah/Kecepatan Angin (knot)
1 Januari 26.9 1006.7 88 N/4
2 Februari 26.6 1006.2 90 N/3
3 Maret 26.8 1007.2 87 W/3
4 April 27.3 1007.2 87 W/2
5 Mei 25.7 1009.5 80 E/6
6 Juni 26.2 1010.7 73 E/9
7 Juli 26.0 1010.8 67 E/9
8 Agustus 26.0 1010.6 69 E/7
9 September 26.7 1010.4 68 E/7
10 Oktober 28.4 1008.2 78 W/6
11 November 28.4 1006.6 82 W/4
12 Desember 27.7 1005.5 78 W/5
c. Aksesibilitas
Letak strategis sreal HTI terutama ditentukan oleh jarak dan prasarana
pengangkutan areal tersebut terhadap pusat-pusat ekonomi yaitu pusat
pemukiman, pelabuhan udara dan laut, sehingga hal ini penting dalam
pengusahaan dan pelaksanaan HTI.
Kota Waikabubak yang merupakan pusat ekonomi, dan bandar udara
yang paling dekat untuk aksesubilitas ke HTI PT. WIN adalah Tambolaka
dengan pelabuhan laut Waikelo. Sedangkan pusat ekonomi lainnya yang
berkaitan dengan HTI PT. WIN adalah Bandar udara Mau Hau di Waingapu
Sumba Timur.
Seluruh areal lokasi HTI dapat dicapai dengan kendaraan roda
empat dan roda dua sepanjang tahun. Sungai-sungai besar seperti sungai
Bondokodi dan Polapare dapat diseberangi melalui jembatan permanen.
Seluruh areal dapat ditempuh dari Waikabubak melalui jalan darat.
Untuk mencapai Waikabubak dapat ditempuh dari Bandar udara
Tambolaka dari Denpasar, Bima atau Kupang atau melalui Bandar udara
Mau Hau (Waingapu) melalui Kupang dan Denpasar yang dilanjutkan
dengan perjalanan darat + 4 jam dengan jarak 120 km.
d. Aspek Sosial Budaya
1. Administrasi Wilayah
Sehubungan dengan pemekaran wilayah Kabupaten
Sumba Barat maka data terbaru akan di sajikan setelah TIM
kembali dari lapangan. Data yang digunakan saat ini adalah data
yang diambil pada tahun 2000 dimana belum terjadi pemekaran
wilayah. HTI PT. WIN terletak pada 7 kecamatan seterti yang
tertera pada Tabel berikut ini.
Tabel II.10. Areal HTI PT. WIN Berdasarkan Kecamatan
No
Areal Konsesi KecamatanJumlah Desa
Jumlah Desa Disekitar Areal
1.RTK 65 (Watumbolo
Wewewa Timur dan Loli 28 5
2RTK 45 (Roko Raka)
Kodi 23 7
3.RTK 63 (Matakapore)
Wewewa Selatan dan Kodi Bangedo
21 8
4. RTK 64 (Cambaka) Wewewa Selatan 8 4
5.RTK 27 (Polapare Cako)
Walokaka dan Kodi 34 9
6. RTK 59 (Galukare) Walakaka 11 4
7.RTK 60 (Praimahala)
Katikutana 23 5
8.RTK 5 (KAtikutana)
Katikutana 23 7
171 49
2. Kependudukan
Jumlah Penduduk menurut kecamatan serta banyaknya rumah
tangga dan kepadatan penduduk sekitar areal HTI PT. WIN.
Berdararkan data tahun 2000.
Tabel II.11. Data Penduduk Menurut Kecamatan di Areal HTI
PT.WIN
N
oKecamatan
Luas
(Km2)
Rumah
Tangga
Laki-
laki
(jiwa)
Perempuan
(jiwa)
Jumlah Kepadatan
1 Kodi 354,87 10,148 12,953 12,122 25,075 168
2 Walakaka 266 5,422 7,845 8,789 16,533 66
3Wewewa
Selatan174,14 7,967 8,564 8,222 16,786 96
4 Wewewa Timur 249,55 7,272 21,994 22,024 44,018 177
5 Loli 13,320 3,424 10,029 10,161 20,190 153
6 Kodi Bangedo 219,69 4,332 13,207 12,582 25,789 117
7 Katikutana 719,22 5,422 14,636 14,041 28,667 40
JUMLAH2216,3
943,987 104,632 102,658 207,170 94
a. Data jumlah penduduk menurut golangan umur di kabupaten
Sumba Barat menunjukan golongan umur 10-14 sebesar
49,678 jiwa merupakan golongan umur terbesar,sedangkan
golongan umur terkecilnya pada golongan umur 55-59
dengan jumlah 7.553 jiwa.Rincian data kependudukan
tercantum pada tabel II.12. berikut ini:
Tabel II-12. Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur Dan
Jenis Kelamin di Kabupaten Sumba Barat Provinsi Nusa
Tenggara Timur
No Golongan Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 0-4 23,877 22,832 46,709
2 5-9 26,937 21,487 48,424
3 10-14 26,297 23,381 49,678
4 15-19 18,169 16,664 34,833
5 20-24 15,291 12,814 28,105
6 25-29 11,718 11,738 23,456
7 30-34 11,037 12,528 23,565
8 35-39 10,958 10,683 21,641
9 40-44 8,841 8,163 17,004
10 45-49 6,953 7,467 14,420
11 50-54 6,619 4,632 11,251
12 55-59 3,164 4,389 7,553
13 60-64 5,729 4,381 10,110
14 >65+ 7,087 7,703 14,790
JUMLAH 182,677 168,86
b. Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Penduduk di sekitar areal PT.Wono Inhutani Niaga
sebagian besar masih mengandalkan pertanian sebagai
sumber mata pencaharian utama,yakni sebesar
84,54%.Sedangkan mata pencaharian tambahan antara lain
sumber dari berburu hewan di hutan dan mencari ikan serta
berdagang.
Sistem pertanian yang diterapkan adalah system
pertanian ekstensif,baik untuk pertanian tanaman pangan
semusim maupun untuk peternakan.Luas lahan yang dimiliki
oleh masyarakat rata-rata 3-5 ha/kk,baik lahan sawah maupun
lahan kering.Lahan-lahan tersebut ada yang diluar kawasan
hutan dan adapula yang berada dalam kawasan hutan
Negara.Jenis tanaman pangan yang diusahakan pada
umumnya sama yaitu padi ladang dan jagung,juga ubu-
umbian seperti ubi kayu dan kacang-kacangan.Sedangkan
tanaman keras yang dikembangkan adalah jambu
mete,kopi,coklat, kelapa,pinang dan kemiri.
Sistem usaha tani yang dilaksanakan dapat dibedakan
menjadi usaha tani tanaman pangan semusim,usaha tani
tanaman keras dilaksanakan dan peternakan .Usaha tani
tanaman keras dilaksanakan secara menetap dilahan
pekarangan masyarakat dan di dalam kawasan hutan jenis-
jenis ternak umumnya ternak besar(seperti sapi,kerbau,kuda,
dan babi)dan ternak kecil seperti kambing serta unggas-
unggasan.sistem pemeliharaan ternak besar oleh masyarakat
di bagian barat kabupaten sumba Barat umumnya dilakukan
melalui penggembalaan,dimana hewan-hewan tersebut di
lepas di padang rumput tetapi dijaga atau diikat dengan
tali.Sedangkan untuk di bagian timur kabupaten,system
pemeliharaan ternak dengan cara melepas (tanpa
pengawasan)di padang rumput khususnya untuk ternak besar
seperti kuda, sapi dan kerbau.
2.3 Pelingkupan
a. Proses Pelingkupan
Proses pelingkupan data dilakukan dengan mencari informasi dari
pemrakarsa, masyarakat sekitar areal dan instansi yang bersangkutan.
proses pelingkupan terdiri dari identifikasi dampak, evaluasi dampak dan
klasifikasi dan prioritas yang harus diutamakan dalammenyusun KA
ANDAL HTI PT WIN.
Karena proses pelinglupan diawali dengan harus
teridentifikasikannya dengan jelas komponen rencana usaha dan
diintegrasikannya komponen rencana usaha dengan komponen yang
terkena dampak, kemudian mengelompokkan dampak potensial tersebut
ke dalam urutan dampak apakah dampak primer dampak sekunder dan
dampak tersier dan seterusnya, maka perlu dikaji lebih mendalam dan
mendetail dari segi rencana kegiatan dengan pemrakarsa serta melalukan
survey kepada masyarakat agar dampak terhadap masyarakat dapat
disosialisasikan sedini mungkin dan diperkirakan dan dikaji dengan lebih
seksama.
Proses pelingkupan tidak terlepas dari ketentuan yang berlaku
dimana rencana kegiatan HTI disesuaikan dengan peraturan yang berlaku
yaitu sesuai degan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 6 tahun
2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan
serta Pemanfaatan Hutan dan juga dengan mempertimbangkan Undang-
undang RI no 41 tahun 1999 bahwa pada pasal 70 berbunyi masyarakat
turut berperan serta dalam pembangunan di bidang Kehutanan dalam
proses pelingkupan ini masyarakat turut serta dalam mengidentifikasi
dampak yang akan terjadi.
Sesuai dengan bagan diatas bahwa deskripsi rencana kegiatan HTI
PT. WIN akan ditelaah berdasarkan rona lingkungan saat ini kemudian
diidentifikasi dampak apa yang akan berpotendial terjadi bila rencana
tersebut dilaksanakan. Berdasarkan bagan alir tersebut maka dapat
identifikasikan seperti pada table berikut ini :
Tabel II.13. Bagan Identifikasi Dampak Rencana Kegiatan HTI
PT. WONO INDO NIAGA dihubungkan dengan Rona Lingkungan.
NoDeskripsi Rencana Kegiatan
Rona Lingkungan Identifikasi Dampak
1.Penyusunan AMDAL
Sosial Ekonomi terutama Mayarakat Sekitar HTI
Terlibat dan mengetahui rencana perubahan terhadap lingkungan di sekitarnya.
2. Penyusunan RKU - Perijinan untuk pemrakarsa
3.Penyusunan Bagan Kerja
- Perijinan untuk pemrakarsa
4. Penyusunan RKT - Perijinan untuk pemrakarsa
5. Tata Batas SoaialKonflik dengan masyarakat sekitar hutan
6. Penataan HutanFisik, kimia, Biologi Soaial.
Sosial ekonomi masyarakat
7.Pengadaan Potret Udara
- -
8.Pengadaan Tenaga Kerja
Sosial masyarakatKonflik di masyarakat untuk memperoleh kesempatan kerja
9. Pengadaan Alat Fisik kimia dan biologiPerubahan vegetasi dengan adanya alat-alat berat untuk eksploitasi hutan
10.
Pembuatan Persemaian
Fisik kimia dan biologi Sosial Ekonomi Budaya
Perubahan penutupan vegetasi, perubahan penutupan lahan dan hama dan penyakit tanaman
11.
PenanamanFisik kimia dan biologi Sosial Ekonomi Budaya
Perubahan penutupan vegetasi, perubahan penutupan lahan dan hama dan penyakit tanaman
12.
PemeliharanFisik kimia dan biologi, Sosial Ekonomi Budaya
Perubahan penutupan vegetasi, perubahan penutupan lahan dan hama dan penyakit tanaman
13.
PemanenanFisik kimia dan biologi, Sosial Ekonomi Budaya
Perubahan penutupan vegetasi, perubahan penutupan lahan dan hama dan penyakit tanaman
Identifikasi dampak ini berdasarkan telaah pustaka, sedangkan
identifikasi dampak selengkapnya dengan mengikut sertakan diskusi
masyarakat, interaksi kelompok diskusi dengan para pakar dan instasi
yang bertanggung jawab, akan dilaksanakan pada saat kunjungan
kelapangan (Observasi) sehingga diperoleh identifikasi dampak yang
lebih menyeluruh.
Berdasarkan telaah pustaka dan diskusi singkat maka dibuat
diagram alir proses pelingkupan sebagai berikut:
e. Dfg
f. Dgr
g. fht
b. Sdf
c. Aef
d. Gra
e. dg
top related