JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …
Post on 21-Oct-2021
16 Views
Preview:
Transcript
Mimpi Menurut Al-Qur’an
(Studi Historis Mimpi Nabi Ibrahim As)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Tafsir Hadis (S.Th.I)
Oleh :
LIA ANGRAENI
NIM: 106034001240
JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432H/2011 M
Mimpi Menurut Al-Qur’an
(Studi Historis Mimpi Nabi Ibrahim As)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Tafsir Hadis (S.Th.I)
Oleh:
Lia Angraeni
NIM: 106034001240
Pembimbing:
Dr. M. Suryadinata, M.A
NIP: 19600908 198903 1005
JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul Mimpi Menurut Al-Qur’an (Studi Historis
Mimpi Nabi Ibrahim As) telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas
Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 22 Juni 2011. Skripsi
ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ushuluddin
(S.Th.i) pada Program Studi Tafsir Hadis.
Jakarta, 22 Juni 2011
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota
Dr. M. Suryadinata, MA Dr. Lilik Ummi Kalsum, MA
NIP: 19600908 198903 1 005 NIP: 19711003 199903 2 001
Anggota
Penguji I Penguji II
Dr. Lilik Ummi Kalsum, MA Muslih, MA
NIP: 19711003 199903 2 001 NIP: 19721024 200312 1 002
Pembimbing
Dr. M. Suryadinata, MA
NIP: 19600908 198903 1 005
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Lia Angraeni
NIM : 106034001240
Tempat/Tgl. Lahir : Tangerang, 19-Februari-1989
Program Studi : Tafsir Hadits
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul:
“Mimpi Menurut Al-Quran” (Studi Historis Mimpi Nabi Ibrahim As), adalah
karya intelektual saya, kecuali kutipan-kutipan yang disebutkan sumbernya.
Apabila terdapat kesalahan dan keliruan di dalamnya, maka sepenuhnya
menjadi tanggung jawab saya, dan Dr. M. Suryadinata, MA. sebagai dosen
pembimbing tidak bertanggung jawab apabila terbukti skripsi ini bukan hasil karya
penulis sendiri.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Ciputat, 01-Mei-2011
Lia Angraeni
i
ABSTRAK
Lia Angraeni, Nim: 106034001240. Judul Skripsi “Mimpi Menurut Al-
Quran” (Studi Historis Mimpi Nabi Ibrahim AS).
Mimpi senantiasa menjadi topik perhatian yang serius bagi yang melihat
dan yang merasakannya. Kalau diperhatikan, Al-Quran tentu akan ditemukan
bahwa Allah swt telah mengisahkan di dalamnya berbagai hal tentang mimpi
yaitu diantaranya mimpi Nabi Ibrahim as untuk menyembelih anaknya Ismail.
Mimpi bisa jadi isyarat yang diberikan Allah swt kepada hamba-Nya
berupa berita gembira ataupun buruk, dan mimpi ada yang bermakna dan ada pula
tidak bermakna. Mimpi yang baik berasal dari Allah, yang merupakan sejenis
wahyu yang datang kepada seorang yang baik dan dapat member kabar baik dan
peringatan.
Syariat Islam khususnya dalam menyikapi mimpi telah membedakan
tingkatan orang yang bermimpi. Sejak pertama kali diturunkannya syariat Islam,
memandang bahwa: semua orang sama tingkatannya kecuali taqwanya. Bahwa
mimpi ada yang baik dan ada pula mimpi buruk bahkan ada mimpi-mimpi
kosong. Mimpi yang baik merupakan (Busyra) dari Allah swt. Sedangkan mimpi
buruk dari syaitan, mimpi kosong hanya bisikan jiwa kecuali mimpi para Nabi.
Mimpi para Nabi merupakan wahyu dan sebagai dasar syariat hukum untuk umat.
Seperti Nabi Ibrahim as untuk menyembelih anaknya (Qurban).
Dari latar belakang di atas dapat disusun perumusan masalahnya sebagai berikut:
1) Apakah mimpi dapat dijadikan dasar hukum?
2) Bagaimanakah mimpi menurut Al-Quran? dan
3) Bagaimanakah mimpi Nabi Ibrahim dalam Al-Quran.
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui mimpi dapat dijadikan dasar hukum, atau tidak?,
2) Untuk mengetahui klasikfikasi mimpi menurut Al-Quran, dan
3) Untuk mengetahui mimpi Nabi Ibrahim dalam Al-Quran.
ii
KATA PENGANTAR
الحمد لله رب العلميه و الصلاة والسلام على سيدوا محمد وعلى اله وأصحابه ومه تبع بإحسان يوم
. أما بعد‚ الديه
Tiada kata yang pantas terucap selain pujian dan rasa syukur kehadirat
Allah swt, atas izin, rahmat, hidayah serta karunian-Nya, sehingga penulis
diberikan jalan kemudahan dan kemampuan untuk menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat dan salam, semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad saw,
seorang Nabi pembawa perubahan, Sang revolusioner dalam segala aspek
kehidupan dan rahmat sekalian alam dan seorang teladan yang sempurna hingga
akhir zaman.
Skripsi yang berjudul: Mimpi Menurut Al-Qur’an (Studi Historis
Mimpi Nabi Ibrahim As), merupakan karya ilmiah Penulis sebagai perjalanan
akhir setelah sekian tahun menuntut ilmu di bangku perkuliahan guna memenuhi
persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) di Fakultas Ushuluddin
pada Jurusan Tafsir Hadis Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Selama penyusunan skripsi ini penulis menemukan banyak kesulitan yang
menghambat penyelesaian skripsi ini. Namun, berkat do‟a, dorongan dan bantuan
dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Oleh karena itu, dengan segala hormat dan kerendahan hati kepada pihak-
pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyelesaian skripsi ini,
penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
iii
1. Dekan Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah, Prof. Dr. Zainun
Kamal, M.A, beserta para Pembantu Dekan.
2. Dr. Bustamin, M.Si Ketua Jurusan Tafsir-Hadis, dan Dr. Lilik Ummi
Kaltsum, M.ag Sekretaris jurusan Tafsir-Hadis.
3. Dr. M. Suryadinata, M.A, selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu dan tenaganya untuk membimbing penulis hingga
penulisan skripsi ini selesai.
4. Keluarga besar penulis di Tangerang: Ayahanda M. Sanata dan Ibunda
Kusmiati tercinta yang telah memberikan pengorbanan dan dorongan yang
tidak terhingga kepada penulis dalam mengarungi perjalanan hidup baik
dorongan moril maupun dorongan materil.
5. Segenap dosen Fakultas Ushuluddin, khususnya dosen-dosen Tafsir-Hadis
yang telah banyak berbagi ilmu kepada penulis, sehingga penulis
mendapatkan imu yang bermanfaat.
6. Sahabat-sahabat penulis yang terkasih, Kakak Lukman, Azma, Falah, Ella,
Ida, dan Teman-temanku yang penulis tidak bisa sebutkan satu persatu,
penulis banyak menghabiskan waktu dengan mereka yang tidak dapat
terlupakan I Love U All, dan seluruh mahasiswa dan mahasisiwi Tafsir-
Hadis angkatan 2006/2007 TH A dan TH B.
Akhirnya penulispun menyadari dengan wawasan keilmuan penulis
yang masih sedikit, referensi dan rujukan-rujukan lain yang belum terbaca,
menjadikan penulisan ini jauh dari kesempurnaan. Namun, penulis telah
berupaya menyelesaikan skripsi ini semaksimal mungkin sesuai dengan
kemampuan penulis sebagai manusia biasa. Oleh karena itu, penulis
iv
meminta saran dan kritik yang membangun dari pembaca sebagai bahan
perbaikan penulisan ini. Penulis berharap semoga Allah swt, memberikan
balasan yang lebih baik dari semua pihak pada umumnya.
Dengan segala kerendahan hati yang penulis miliki, penulis ingin
menyampaikan harapan yang begitu besar semoga skripsi ini bermanfaat
bagi segenap pembaca, dan semoga setiap bantuan yang diberikan kepada
penulis mendapatkan imbalan dari Allah swt, karena hanya pada Allah
jugalah penulis memohon, semoga jasa baik yang kalian sumbangkan
menjadi amal shaleh dan mendapat balasan yang lebih baik dari Allah swt.
Amin ya Rabb.
Jakarta, 01-Mei-2011
Penulis
v
PEDOMAN TRANSLITERASI
Padanan Askara
Berikut adalah daftar askara Arab dan padanannya dalam askara latin:
Huruf Arab Huruf Latin Keterangan
Tidak dilambangkan ا
b be ب
t te ت
ts te dan es ث
j je ج
h h dengan garis bawah ح
kh ka dan ha خ
d de د
dz de dan zet ذ
r er ر
z zet ز
s es س
sy es dan ye ش
s es dengan garis bawah ص
d de dengan garis bawah ض
t te dengan garis di bawah ط
z zet dengan garis di bawah ظ
,koma terbalik di atas „ ع
vi
menghadap ke kanan
gh ge dan ha غ
f ef ف
q ki ق
k ka ك
l el ل
m em م
n en ن
w we و
h ha ه
apostrof ' ء
y ye ي
Vokal
Vokal dalam bahasa Arab, seperti bahasa Indonesia, terdiri dari vokal
tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal alih
aksaranya adalah sebai beerikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
______ a fathah
______ i kasrah
______ u dammah
vii
Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
ai a dan i ____ي
و__ __ au a dan u
Vokal Panjang (Madd)
Ketentuan alih aksara vokal panjang (Madd), yang dalam bahasa Arab
dilambangkan dengan harakat dan huruf, adalah sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
â a dengan topi di atas ــا
î i dengan topi di atas ــي
û u dengan topi di atas ـــو
Kata Sandang
Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan
huruf, yaitu alif dan lam, dialih aksarakan menjadi huruf /l/ , baik diikuti oleh
huruf syamsyiah maupun qamariyah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl, al-dîwân
bukan ad-dîwân.
Syaddah (Tasydid)
Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan
dengan sebuah tanda, dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu
viii
dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini
tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kaata
sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya yang secara lisan
berbunyi ad-daruurah, tidak ditulis “ad-darûrah”, melainkan “al-darûrah”,
demikian seterusnya.
Ta Marbûtah
Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûtah terdapat pada kata
yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan manjadi huruf /h/ (lihat
contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbûtah tersebut diikuti
oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2). Akan tetapi, jika huruf ta marbûtah tersebut
diikuti oleh kata benda (isim), maka huruf tersebutdialihaksarakan menjadi huruf
/t/ (lihat contoh 3).
Contoh:
No Kata Arab Alih aksara
tarîqah طريقت 1
al-jâmî ah al-islâmiyyah الجامعت الإسلاميت 2
wahdat al-wujûd وحدة الوجود 3
ix
Huruf Kapital
Meskipun dalam tulisan Arab huruf capital tidak dikenal, dalam alih
aksara ini huruf capital tersebut juga digunakan, dengan memiliki ketentuan yang
berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, antara lain
yang menuliskan kalimat, huruf awal nama tempat nama bulan, nama diri, dan
lain-lain. Penting diperhatikan, jika nama didahului oleh kata sandang, maka yang
ditulis dengan huruf capital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal
atau kata sandangnya. Contoh: Abû Hâmid al-Ghazâli bukan Abû Hamid Al-
Ghazâli, al-Kindi bukan Al-Kindi.
x
DAFTAR ISI
Abstrak…………………………………………………………………. i
Kata Pengantar………………………………………………………… ii
Transliterisasi…………………………………………………………... v
Daftar Isi………………………………………………………………… x
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………………………………………… 1
B. Pembatasa dan Perumusan Masalah…………………………….. 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………………………………….. 5
D. Metodologi Penelitian…………………………………………… 6
E. Tinjauan Pustaka………………………………………………… 8
F. Sistematika Penulisan……………………………………………. 10
Bab II: SEKILAS TENTANG MIMPI
A. Pengertian Mimpi………………………………………………… 12
B. Makna Mimpi dalam Al-Quran………………………………….. 13
C. Macam-Macam Mimpi…………………………………………… 20
1. Al-Ru‟yah Al-Nafsiyah…………………………………... 21
2. Al-Ru‟yah As-Syaitan……………………………………. 22
3. Al-Ru‟yah As-Sholihah…………………………………… 23
D. Hakikat Mimpi……………………………………………………. 24
E. Mimpi Menurut Psikolog…………………………………………. 28
xi
BAB III: AYAT-AYAT MIMPI NABI IBRAHIM AS
A. Sejarah Hidup Nabi Ibrahim As…………………………………. 32
B. Mimpi Nabi Ibrahim Dalam Al-Quran…………………………… 46
C. Ayat-Ayat dan Tafsir Mimpi Nabi Ibrahim As………………….. 56
BAB IV: ANALISA TERHADAP MIMPI NABI IBRAHIM AS
A. Mimpi Nabi Ibrahim Sebagai Dasar Hukum……………………... 62
B. Hubungan Antara Mimpi Nabi Ibrahim Dengan Realitas Sosial…. 65
C. Pendapat Para Ulama Tentang Mimpi……………………………. 70
BAB V: Penutup
A. Kesimpulan……………………………………………………….. 74
B. Saran……………………………………………………………… 75
Daftar Pustaka…………………………………………………………... 76
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kisah tentang umat Islam yang merupakan bagian dari isi Al-Qur’an yang
esensial dari segi proporsi, kisah menempati bagian terbanyak dalam keseluruhan
kitab suci. Kisah- kisah itu diturunkan sebagai media penyampaian pesan kepada
umat manusia tentang usaha terus menerus meningkatkan harkat martabat manusia
sebagai puncak ciptaan Ilahi.1 Beribadah kepada Allah adalah esensi dari ajaran para
Nabi dan Rasul oleh karena itu Allah dalam kitabnya Al-Qur’an telah mengisahkan di
dalamnya berbagai hal tentang mimpi baik tentang kisah mimpi Nabi Ibrahim, Nabi
Yusuf, atau Nabi Muhammad saw. Mimpi merupakan aktifitas fikiran yang dalam
keadaan sadar disebut imajinasi, sebagai imajinasi yang jika dikendalikan oleh
kehendak akan menjadi suatu fikiran, maka mimpi yang diarahkan akan menjadi
mimpi yang nyata, memang benar bahwa kehendak akan kehilangan kontrol pada saat
manusia tidur, tetapi jika diteliti secara mendalam tentang seluruh sifat dan cara
kerjanya, mimpi biasanya di bawah pengaruh kebiasaan.2
Perwujudan mimpi itu sendiri, adakalanya berupa bisikan jiwa yang masuk ke
dalam hati atau kondisi-kondisi rohani yang tergambar dalam imajinasi. Hal ini
karena seluruh perasaan tidak tenggelam pada saat manusia tidur, sehingga orang
1 Nurcholish Majid, Islam Agama Peradaban, (Jakarta: Paramadina, 2000), Cet. Ke-2, hal.45
2 Inayat Khan, Dimensi Spiritual Psikologi, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2000), Cet. Ke-1,
hal.214
2
menduga seakan-akan ia dalam keadaan terjaga dan mampu melihat dengan
sebenarnya padahal itu semua merupakan proyeksi atau gambaran yang tertanam di
hati manusia. Ketika rasa fisik terasa hilang dari mereka, yang tertinggal adalah
objek-objek imajinasi yang diketahui melalui rasa dan bersifat langsung. Kondisi
seperti ini sedemikian menguat di benak pemiliknya.3
Pada saat terjaga kondisi tersebut melemah karena didominasi oleh kondisi-
kondisi indrawi yang ada dalam kenyataan, serta munculnya pengetahuan langsung,
seperti orang yang disinari oleh lampu di tempat yang gelap gulita. Saat orang yang
tidur terjaga ia akan ingat apa yang tergambar di dalam tidurnya termasuk hal-hal
atau peristiwa yang datang dalam hati pada saat tidur.
Mimpi merupakan keseharian bagi manusia, setiap hari manusia pasti tidur
dan dalam tidur itulah mimpi hadir tanpa didasari. Mimpi merupakan kawan dekat
manusia, yang setiap hari datang dalam kehidupan manusia baik diinginkan maupun
tidak diinginkan, terkadang mimpi itu indah terkadang biasa, tetapi tidak jarang pula
mimpi buruk yang hadir dalam tidur bisa menolak kehadiran atau menggantinya
sesuai dengan keinginan.
Hal-hal yang datang dalam mimpi seseorang, terkadang dari syaitan dan
terkadang juga bukan. Mimpi itu ada yang bermakna dan ada juga yang hanya
sekedar bunga tidur saja, namun pada dasarnya mimpi itu datang dari Allah swt, dan
3 Usman Sya’roni, Otentisitas Hadist, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002), Cet. Ke-1, hal.60
3
adapun mimpi yang mengandung makna syariat adalah mimpi Nabi Ibrahim as untuk
menyembelih anaknya Ismail (Qurban).
Sebagaiman Firman Allah swt:
Artinya:
“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama
Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya Aku melihat dalam mimpi
bahwa Aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai
bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; Insya Allah kamu akan
mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar"(Q.S As-Shaffat:102).4
Di dalam Al-Quran kisah mimpi Nabi Ibrahim dan Ismail (anaknya),
disebutkan dalam surat As-Sofat ayat: 100-107 “sehingga Allah syariatkan melalui
mimpi Nabi Ibrahim as yaitu Ibadah Qurban” 5 sebagai cara untuk mendekatkan diri
kepada penciptanya (Allah swt).
Kisah mimpi Nabi Ibrahim tersebut mempunyai arti penting bagi kehidupan
manusia. Karena mimpi Nabi Ibrahim senantiasa mengiringi langkah-langkah
perjalanan hidup manusia sehingga dapat melahirkan amal-amal kebajikan dan
pemahaman yang baik pada Tuhannya. Kitab-kitab suci diturunkan dan menjadi
4 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan
Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, 1989), hal.725
5 Kholil Al-Anbari, Kamus Tafsir Mimpi, (Solo: Ar-Raiyan, 2005), Cet. Ke-1, hal.194
4
tulang punggung syariat, juga menjadi tolak ukur ditegakkannya ajaran Nabi dan
Rasul.
Jadi kisah mimpi Nabi Ibrahim mempunyai kedudukan yang agung dan tinggi
diantara sekian banyak mimpi ia memiliki aturan-aturan dan syariat-syariat beribadah
qurban bagi umat manusia mulai dari Nabi Ibrahim as sampai dengan umat Nabi
Muhammad sekarang ini yang pelaksanaanya dilaksanakan pada hari raya Idul Adha,
hal ini merupakan inti dari kisah mimpi Nabi Ibrahim sebagai bapak dari para Nabi
dan Rasul.
Dari sekian banyak kisah mimpi, baik itu mimpi Nabi Yusuf, Nabi
Muhammad, tetapi hanya mimpi Nabi Ibrahim yang akan dijadikan sebagai objek
penelitian. Di samping studi ini belum ada yang menyentuhnya sehingga menarik
untuk dikaji dan ditelaah secara mendalam terutama kisah mimpi Nabi Ibrahim dan
penyembelihannya.6
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar permasalahan dapat dibahas secara komprehensip dan lebih terarah,
maka penulis membatasi tulisan ini hanya sekitar mimpi, dan bagaimana mimpi nabi
Ibrahim as dalam Al-Qur’an dibanding mimpi-mimpi para nabi yang lainnya.
6 Kholil Al-Anbari, Kamus Tafsir Mimpi, (Solo: Ar-Raiyan, 2005), Cet. Ke-1, hal.195
5
Dalam Al-Qur’an dikisahkan berbagai hal tentang mimpi, baik mimpi Nabi
Ibrahim, Nabi Yusuf, Nabi Muhammad, dan mimpi para Nabi lainnya, akan tetapi
dalam tulisan ini penulis hanya mengisahkan tentang mimpi Nabi Ibrahim yang
menyembelih anaknya. Dalam Al-Qur’an juga terdapat beberapa ayat tentang mimpi,
tetapi penulis hanya membatasi pada empat ayat saja, yaitu: (Q.S. As-Shafat:102-
107), (Q.S. Al-Anbiya: 51), (Q.S. Al-Isra: 60),dan (Q.S Al-Fath: 27), dari ayat-ayat
tersebut, penulis mencoba memberikan gambaran tentang mimpi para Nabi
khususnya mimpi Nabi Ibrahim as.
2. Perumusan Masalah
Adapun permasalahan dalam tulisan ini, maka penulis merumuskan
permasalahan yang akan di bahas dengan membuat pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah mimpi Nabi Ibrahim dalam Al-Quran?
2. Apakah mimpi dapat di jadikan Dasar Hukum atau tidak?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah tersebut, maka penelitian ini bertujuan
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan memahami secara mendalam tentang mimpi Nabi Ibrahim
As dalam Al-Quran.
6
2. Untuk mengetahui lebih jelas mimpi dapat dijadikan dasar hukum atau tidak.
Manfaat dari kisah Mimpi Nabi Ibrahim yaitu adalah sebagai syariat bagi
umat Islam, juga merupakan syariat yang abadi dalam kehidupan manusia yang
beriman serta agar meningkatkan dan mengamalkannya dalam kehidupan
bermasyarakat. Ibadah qurban itu benar akan memberikan manfaat kepada orang
yang melaksanakannya sepanjang ia tahu syariat-syariatnya. Sebab berkorban tanpa
Ilmu, maka amal ibadahnya tidak diterima Allah. Ibadah yang agung ini “ melahirkan
komitmen yang ikhlas dan menetapkannya dalam kalbunya. Dengan melaksanakan
ibadah qurban yang disyariatkan Nabi Ibrahim as tersebut, berarti mengakui bahwa
yang harus diteladani adalah Nabi Muhammad sebagai penutup semua Risalah, dan
Allahlah yang kuasa yang menciptakan Alam semesta ini di samping mengakui pada
utusannya termasuk pada Nabi Ibrahim as, juga pada Nabi Muhammad saw sebagai
akhir Nabi dan Rasul.
D. Metodologi Penelitian
Untuk mendapatkan hasil yang ilmiah dan akurat tentang penulisan skripsi
ini, sangat tergantung pada sejauh mana cara penulis memperoleh pengumpulan data
yang berkualitas pada skripsi ini, dan dalam penulisan skripsi ini langkah-langkah
penelitian yang digunakan penulis adalah sebagai berikut:
7
1. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data melalui metode
kepustakaan, baik dengan cara membaca, memahami, dan menganalisa buku-buku
serta literatur yang berkaitan dengan pembahasan yang penulis buat.
Sebagai bahan primer, penulis mengambil data dari buku karangan
“Muhammad Ibn Sirin Al-Bashri (Ensiklopedia Arti Mimpi), Ahmad bin Sulaiman
Al-Uraini (Petunjuk Nabi Tentang Mimpi), dan Yadi Purwanto (Memahami Mimpi,
Persefektif Psikologi Islam)”. Sedangkan sebagai data sekunder diambil dari berbagai
sumber yang berkaitan dengan tulisan ini.
2. Metode Pembahasan
Dalam pembahasan ini penulis menggunakan pendekatan tafsir, dengan
menggunakan suatu kajian Qur’ani yaitu metode deskriptif analisis. Metode deskriptif
digunakan untuk menjelaskan segala hal tentang mimpi. Metode analisis adalah
menguraikan masalah dengan menampilkan penafsiran ayat-ayat dalam beberapa
surat yang berhubungan dengan masalah, menjelaskan pendapat para ahli, kemudian
dianalisa sehingga menjadi sebuah kesimpulan.
Untuk mengolah dan menganalisa data yang telah terkumpul, penulis juga
menggunakan beberapa metode sebaga berikut:
8
a. Metode Induktif, yaitu metode dengan cara menganalisa suatu permasalahan
dengan bertitik tolak dari hal-hal yang bersifat umum, kemudian menarik
kesimpulan yang bersifat khusus.
b. Metode Deduktif, yaitu menganalisa masalah dengan bertitik tolak dari hal yang
bersifat khusus untuk selanjutnya menarik kesimpulan yang bersifat umum.
Dalam penulisan ayat-ayat Al-Quran penulis berpedoman pada Al-Quran dan
terjemahannya yang diterbitkan oleh Departemen Agama Republik Indonesia, dan
dalam penulisan Hadis-hadis Nabi saw, tergantung pada rujukan yang penulis ambil,
baik buku aslinya maupun buku terjemahannya, apabila tidak ditemukan rujukan
aslinya, maka penulis menggunakan buku yang tersedia.
Teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada buku “Petunjuk Penulisan
Skripsi, Tesis, dan Disertasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta”.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam menentukan judul skripsi ini, penulis sudah mengadakan tinjauan
pustaka ke perpustakaan yang terdapat di Fakultas Ushuluddin maupun perpustakaan
utama UIN Syarif Hidayatullah. Selain dari buku-buku yang jadi rujukan utama, data-
data yang diperoleh pada penelitian ini berfokus pada mimpi Nabi Ibrahim as.
Menurut pengamatan penulis dari hasil observasi yang penulis lakukan sampai saat
ini hanya menemukan, yaitu:
9
Buku Karya Muhammad Ibn Sirin Al-Bashri (Ensiklopedia Arti Mimpi), yang
ditulis oleh seorang salih yang amat termasyhur dan terhormat, seorang ulama besar
dan sufi agung. Meski buku ini memandang mimpi dan arti pentingnya dari sudut
pandang Islam, namun kebenaran yang menjadi landasannya dan yang
disingkapkannya telah diakui sejak dahulu oleh agama-agama besar dunia dan
terkemuka dalam khazanah Islam. Dalam buku ini membahas secara umum tentang
mimpi, kekayaan sinonim dan atribut yang digunakan dalam buku ini sepenuhnya
berasal dari tradisi yang kaya dan struktur sosial yang rumit, buku ini di susun dalam
bentuk ensiklopedia takwil mimpi dengan sistem indeks, dan kurang memandang dari
segi spesipik psikologi manusia.7 Sedangkan perbedaan penelitian yang penulis
lakukan, hanya membahas tentang mimpi nabi Ibrahim as dengan metode pendekatan
tafsir, dan bagaimana pandangan menurut psikolog, namun tidak mencantumkan
tentang pengertian takwil mimpi.
Buku karya Yadi Purwanto (Memahami Mimpi Persepektif Psikologi Islam).
Dalam buku ini lebih kepada pembahasan tentang kesehatan (psikolog) manusia, dan
metode yang digunakan yaitu menurut James P. Caplin. Menurutnya, mimpi adalah
deretan tamsil dan ide yang kurang lebih saling bertalian dan berlangsung selama
tidur, atau selama orang dikuasai obat bius, atau seseorang berada dalam situasi
7Muhammad Ibn Sirin Al-Bashri, Ensiklopedia Arti Mimpi, (Bandung: Pustaka Hidayah,
2008).
10
terhipnotis8. Tetapi menurut pembahasan penulis, pengertian mimpi dalam tulisan ini
adalah mimpi yang berlangsung selama seseorang tidur.
Buku karya Ahmad bin Sulaiman Al-Uraini (Petunjuk Nabi tentang Mimpi),
buku ini disajikan dalam bentuk pembahasan singkat namun padat. Hampir semua
dimensi pembahasan mimpi telah dirangkum dalam buku ini dengan berlandaskan
pada Al-Qur’an dan Hadits-hadits Rasul yang shahih.9 Perbedaan yang penulis
lakukan dalam tulisan ini yaitu penulis mengartikan mimpi lebih kepada pendekatan
tafsir, dengan menggunakan suatu kajian Qur’ani.
F. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini terdiri atas lima bab, dan untuk memudahkan penyusunan
skripsi ini, masing-masing bab dibagi ke dalam sub-sub dengan penulisan sebagai
berikut:
Bab I Pendahuluan, dalam bab ini berisi uraian tentang latar belakang
masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, metodologi
penelitian, serta sistematika penulisan.
8 Yadi Purwanto, Memahami Mimpi, Persefektif Psikologi Islam, (Jogja: Kudus, 2003).
9Ahmad bin Sulaimân Al-Uraini, Petunjuk Nabi Tentang Mimpi, (Jakarta: Darul
Falah,1416H).
11
Bab II Sekilas Tentang Mimpi, dalam bab ini menjelaskan tentang
pengertian mimpi, kemudian macam-macam mimpi, hakikat mimpi, dan bagaimana
mimpi menurut psikolog.
Bab III Ayat-Ayat Mimpi Nabi Ibrahim As, dalam bab ini menjelaskan
tentang bagaimana sejarah hidup Nabi Ibrahim as, kemudian tentang makna mimpi
dalam Al-Quran, dan penjelasan tentang ayat-ayat dan tafsir mimpi Nabi Ibrahim as.
Bab IV Analisa Terhadap Mimpi Nabi Ibrahim As, dalam bab ini
menjelaskan tentang bagaimana mimpi Nabi Ibrahim dalam Al-Quran, apakah mimpi
nabi Ibrahim dapat dijadikan sebagai dasar hukum atau tidak?, kemudian bagaimana
hubungan antara mimpi Nabi Ibrahim dengan realitas sosial, dan pendapat para
Ulama tentang mimpi.
Bab V Penutup, bab ini mencakup pembahasan tentang kesimpulan dan
saran-saran yang terkait masalah pembahasan tentang mimpi.
12
BAB II
SEKILAS TENTANG MIMPI
A. Pengertian Mimpi
Mimpi dalam kamus lengkap bahasa Indonesia yaitu angan-angan yang terjadi
saat tidur1, dan dari bahasa Arab yang asal katanya yaitu ( yang (رأى يرى رءيا رؤية
berarti “Melihat” Ru’ya atau Hulm, meskipun tidak selalu tepat biasanya kata Ru’ya
lebih banyak digunakan untuk mimpi yang baik, sedangkan kata Hulm digunakan
untuk mimpi yang buruk disebut ( 2 (أضغاث أحلام, sedangkan kata mimpi menurut
istilah ialah “ungkapan tentang sesuatu yang dilihat oleh seseorang yang tidur di
dalam tidurnya, akan tetapi kata Ru’ya lebih sering digunakan dengan mimpi baik”,
mimpi juga sesuatu yang terjadi dalam proses tidur disebut ( ).
Sedangkan dalam bahasa inggris kata “mimpi” dinisbatkan dengan “Dream“.
Sedangkan kata “mimpi” sering dikaitkan dengan Visi, wujud sesuatu yang belum
jelas nyata atau masih sesuatu yang masih diidealkan. Impian dikenal dengan arti
yang lain sebagai Vision3 (Visi, cita-cita) atau Wish artinya sesuatu yang baik atau
bernilai yang ada di dalam pikiran seseorang, baik itu hasil mimpi selama tidur
ataupun dalam keadaan terjaga.
1 Abdul Muis, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia ( Jakarta: Gali Ilmu, 2000) hal. 209
2 Soenarjo, Al-Quran dan Terjemahannya, (Jakarta: Pentafsir Al-Quran, 1971), hal.496
3 Kholil Al-Anbari, Kamus Tafsir Mimpi, (Solo: Aroyan, 2005), hal.179
13
Mimpi adalah suara-suara dari alam bawah sadar kolektif kita, pemberi
peringatan tentang adanya gangguan batin dalam jiwa seseorang, pembawa kabar
gembira tentang kebaikan yang akan tiba, atau gema-gema dari kenangan indah atau
sedih yang telah lama terpendam.4
Mimpi merupakan sesuatu yang teramat penting dimiliki oleh setiap orang,
baik secara individu maupun kolektif di dalam kehidupan melalui visi seseorang atau
sekelompok orang menjadi lebih terencana, terarah, dan bersemangat dalam
menjalani kehidupannya.
Secara umum pengertian mimpi, menurut James P. Caplin (1990) adalah
deretan tamsil dan ide yang kurang lebih saling bertalian dan berlangsung selama
tidur, atau selama orang dikuasai obat bius, atau seseorang berada dalam situasi
terhipnotis5. Untuk membatasi bahasan, maka pengertian mimpi dalam tulisan ini
adalah mimpi yang berlangsung selama seseorang tidur.
B. Makna Mimpi Dalam Al-Qur’an
Sejak dahulu hingga kini, mimpi senantiasa menjadi topik perhatian yang
serius bagi yang melihat dan merasakannya. Kalau diperhatikan dalam al-Qur’an,
tentu akan ditemukan bahwa Allah swt telah mengisahkannya di dalam al-Qur’an
4 Muhammad Ibn Sirin Al-Bashri, Ensiklopedia Arti Mimpi, (Bandung: Pustaka Hidayah,
2008) 5 Yadi Purwanto, Memahami Mimpi, Persefektif Psikologi Islam, (Jogja: Kudus, 2003), hal.48
14
dengan berbagai hal tentang mimpi, seakan-akan Allah swt mengiringi umat manusia
untuk mencurahkan perhatiannya terhadap mimpi.6
Mimpi yang pada dasarnya menurut al-Qur’an dibagi menjadi tiga bagian mimpi.
1. Ahlam ( احلم ) yaitu mimpi-yang tidak benar atau kosong.
2. Adghos ( اضغاث ) yaitu mimpi yang bercampur dengan ahlam (kacau balau).
3. Ru’yah ( شؤياه ) yaitu mimpi yang benar-benar dari Allah swt.7
Dalam surat yang lain menerangkan tentang ru’yah itu benar sebagai mimpi yang
benar. Hal ini dijelaskan dalam al-Qur’an sebagai berikut:
Artinya:
“Mereka menjawab (itu) adalah mimpi-mimpi yang kosong dan Kami sama
sekali tidak tahu mena’birkan mimpi itu” (Q.S. Yusuf: 44).8
Artinya:
“Sesungguhnya Allah membenarkan mimpi Rasul-Nya” (Q.S. Al-Fath: 27).9
6Kholil Al-Anbari, Kamus Tafsir Mimpi, (Solo: Ar-Raiyan, 2005), Cet. Ke-1, hal.175
7Ahmad bin Sulaimân Al-Uraini, Petunjuk Nabi Tentang Mimpi, (Jakarta: Darul
Falah,1416H), hal.182
8 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan
Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, 1989), hal.355
9 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan
Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, 1989), hal.842
15
Berdasarkan nash-nash di atas, jelaslah bahwa mimpi tidak selalu dalam satu
garis. Ia tergantung kepada siapa yang mengalami mimpi, para ulama menyimpulkan
dari nash-nash itu bahwa: mimpi itu ada tiga macam : mimpi Nabi, mimpi orang yang
shaleh dan selain golongan dua ini.10
Selanjutnya ru’yah yang benar atau mimpi yang benar dibagi menjadi empat macam,
yaitu:
1. Ar-ru’yah al-Sadiqoh
Ar’ru’yah al-Sadiqoh adalah mimpi yang benar-benar kenyataan, dan ini
merupakan sebagian dari wahyu dan kenabian, seperti yang telah dinyatakan dalam
firman-Nya Allah swt surat al-Fath ayat 27 yang berbunyi:
Artinya:
“Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya tentang
kebenaran mimpinya dengan sebenar-benarnya. Yaitu bahwa kami pasti akan
memasuki Masjidil Haram, Insya Allah dengan keadaan aman dengan mencukur
rambut kepala dan mengguntingnya, sedangkan kamu tidak merasa takut. Maka Allah
10
Ahmad bin Sulaimân Al-Uraini, Petunjuk Nabi Tentang Mimpi, (Jakarta: Darul Falah,
1416H), hal.58
16
mengetahui apa yang kamu tidak mengetahuinya dan Dia memberikan itu sebelum
kemenangan yang dekat”. (Q.S. al-Fath: 27).11
Adapun mimpi yang benar ini terbagi menjadi dua bagian:
a. Mimpi yang jelas dengan lafadz yang jelas dan tidak memerlukan penafsiran atau
takwil, seperti mimpi Rasulullah saw.
b. Mimpi yang masih samar-samar, yang di dalamnya terkandung hikmah walaupun
mimpi ini masih memerlukan penafsiran, seperti mimpi Nabi Yusuf.
2. Ar-Ru’yah al-Salihah
Ar-Ru’yah al-Salihah adalah mimpi yang baik yang merupakan berita gembira
yang dibawa oleh malaikat dari Allah swt.
3. Ar-Ru’yah Hatifah al-Marmuzah
Ar-Ru’yah Hatifah al-Marmuzah adalah mimpi berupa bisikan dan berbentuk
simbolik, mimpi ini diberikan Allah untuk menjelaskan suatu persoalan atau kesulitan
11
Selang beberapa lama sebelum terjadi “perdamaian Hudaibiyah” Nabi Muhammad saw
bermimpi bahwa beliau bersama para sahabatnya memasuki kota mekkah dan Masjidil Haramdalam
keadaan sebagian mereka bercukur rambut dan sebagian lagi bergunting. Nabi mengatakan bahwa
mimpi beliau itu akan terjadi nanti, kemudian berita ini bersinar dikalangan kaum muslimin, orang-
orang munafik, orangorang Yahudi dan Nasrani. Setelah terjadi perdamaian Hudaibiyah dan kaum
muslimin waktu itu tidak sampai memasuki Mekkah, maka orang-orang munafik memperolok-olok
Nabi dan menyatakan bahwa mimpi Nabi yang dikatakan Beliau pasti akan terjadi itu adalah bohong
belaka. Maka turunlah ayat ini yang menyatakan bahwa mimpi Nabi itu pasti akan menjadi kenyataan
di tahun yang akan datang.
17
yang dihadapi oleh seseorang di dalam kehidupan sehari-hari, akibat tidak ada suatu
bentuk penyelesaian.12
4. Ar-Ru’yah al-Muhaziroh
Ar-Ru’yah al-Muhaziroh adalah mimpi sebagai peringatan. Mimpi ini dibawa
malaikat sebagai peringatan yang akan terjadinya bahaya serta mengancam orang-
orang yang bermimpi. Biasanya mimpi ini dikuatkan dengan syahid, yaitu indikasi
atau keterangan yang datang bersama mimpi tersebut yang juga berfungsi sebagai
pertimbangan-pertimbangan ta’wilnya. Hal ini disebutkan oleh Allah swt dalam surat
Yusuf ayat 43 tentang mimpi Raja Mesir.13
Sebagaimana Firman Allah :
.
Artinya:
“Dan Al-Malik (Raja Mesir) berkata, sesungguhnya Aku bermimpi melihat
tujuh ekor sapi gemuk memakan tujuh ekor sapi kurus” (Q.S. Yusuf: 43).14
12
Usman Sya’roni, Otentisitas Hadits, (Jakarta: Pustaka Firdaus,2002), hal.64
13Ahmad bin Sulaimân Al-Uraini, Petunjuk Nabi Tentang Mimpi, (Darul Falah;
Jakarta,1416H), hal.182
14 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan
Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, 1989), hal.355
18
Yang dimaksud dengan tujuh ekor sapi gemuk adalah musim subur dan
makmur. Sedangkan tujuh ekor sapi yang kurus adalah musim kemarau dan
kelaparan.15
Di antara rahmat Allah terhadap hamba-Nya adalah, di antaranya
mensyariatkan beberapa perkara ketika melihat mimpi, baik yang mereka sukai
maupun yang tidak mereka sukai. Hal-hal yang di syari’atkan bila orang bermimpi
yang baik :
1. Bertahmid (memuji) kepada Allah setelah mendapat mimpi yang baik
2. Menceritakan dan membicarakannya dengan orang-orang yang disukai15
3. Tidak mengisahkannya kecuali kepada orang yang berakal, mempunyai
hikmah, ilmu dan nasihat.
Dari macam-macam bagian mimpi tersebut dapat diartikan sebagai berikut :
Adghâts adalah bentuk jamak dari lafadh daghats yaitu mimpi yang
bercampur dengan ahlam (yang bercampur baur), dan tidak ada takwilnya. Sedangkan
ahlam adalah bentuk jamak dari hulm yaitu mimpi yang tidak benar.
Dari sini jelaslah bahwa ahlam adalah mimpi-mimpi yang bercampur aduk
dan dusta, tidak ada artinya, serta tidak ada hakikatnya, dan biasanya hulm terjadi
15
Syaikh Usamah Al-Alawi, Hukum Mimpi Menurut Al-Quran dan Hadist, (Jakarta:
Mustaqim,2003), hal.46
19
karena gangguan syaitan terhadap seorang manusia. Apalagi syaitan mempunyai tipu
daya yang menyusahkan Bani Adam.16
Adapun cara-cara mengantisipasi atau cara menanggulangi terjadinya mimpi-
mimpi buruk agar tidak terjadi dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut :17
1. Berlindung kepada Allah (dari gangguan syaitan)
Dalilnya adalah hadits Abu Qatadah.
والحلم من الشيطان فازا شأى احذ كم وليتعوز من اششها
Artinya:
“Dan mimpi burukku itu dari syaitan, barang siapa mimpi sesuatu yang tidak
disukainya maka memohon perlindungannya.”
2. Meludah tiga kali ke arah kiri
Dalilnya adalah hadits Abu Qatadah.
وليبصق عن يساشه ثلاثا
“Lalu meludah ke arah kirinya 3x” (H.R. Muslim, Sharah An_NAwawi).
3. Yakin bahwa hal itu tidak akan membahayakan
Dalam hadits Nabi juga disebutkan, riwayat dari Abi Qatadah sebagai berikut :
16
Kholil Al-Anbari, Kamus Tafsir Mimpi, (Solo: Ar-Raiyan, 2005), Cet. Ke-1, hal.183
17 Kholil Al-Anbari, Kamus Tafsir Mimpi, (Solo: Ar-Raiyan, 2005), Cet. Ke-1, hal.189
20
قال سمعت النبي صلعم يقول الشؤيا منالله والحلم منالشيطان فارا ،عن ابى قتاذة
حين يستيقضا ثلاث مشات وليتعوز مناششها فإنها شأى احذكم شيأ يكشهه فلينفث
(باب النفث فشالش قية - ٣٩: كتاب الطاب ۷٦: احشحه البخاشى ﴿لاتضشه
Artinya:
“Mimpi baik itu dari Allah dan mimpi burukku itu dari syaitan, barang siapa
mimpi sesuatu yang tidak disukainya ia meludah kesebelah kirinya 3x dna memohon
perlindungannya dari syaitan, maka mimpi itu tidak akan membahayakannya (H.R.
Bukhori dan Muslim)”.18
C. Macam-Macam Mimpi
Sunnah Nabi telah merinci mimpi dalam hadist, banyak dijelaskan tentang
mimpi, Imam Bukhori dalam kitab shahihnya bahkan membahas dalam satu Bab
khusus yang diberi nama Bab “Ta’bir” dengan menyebut 99 hadis yang semuanya
disepakati oleh Imam Muslim kecuali beberapa hadis saja. Imam Bukhori juga
menyebutkan 10 hadis dari sahabat dan Tabi’in, hal itu dijelaskan oleh Muhammad
Fuad Abdul Baki dalam kitabnya, Al-Lu’lu wal Marjan pada Bab Ru’yah.
Berikut ini yang termasuk dalam hadis-hadis tersebut seperti hadis Abu Qotadah:
عن أبى قتادة قال سمعت النبي صلى االله عليه وسلم يقول الشؤيا من االله والحلم من الشيطان فإرا
سأى أحذكم شيئا يكشهه فلينفث حين يستيقضا ثلاث مشات وليتعور من أششها فإنها لا تضشه
. (سواه البخاسى ومسلم)
18
Muhammad Fuad Abdul Baki, Al-Lu’lu wal Marjân, (Surabaya: Bina Ilmu,1996), hal.857
21
Artinya:
“Mimpi baik itu dari Allah dan mimpi buruk itu dari syaitan, barang siapa
mimpi sesuatu yang tidak disukainya hendaknya ia meludah ke sebelah kirinya 3x
dan memohon perlindungannya dari syaitan, maka mimpi itu tidak akan
membahayakan” (Hr. Bukhori dan Muslim).19
Dalam Hadis lain Rasulullah SAW bersabda:
الشؤيا ثلاثة فالشؤيا الصالحة بششى من االله والشؤيا من تحزين الشيطان والشؤيا مما يحذث بها
. الشجل نفسه
Artinya:
“Mimpi itu ada tiga macam: Mimpi yang baik adalah kabar gembira dari
Allah, mimpi yang membuat sedih datang dari syaitan dan mimpi yang berasal dari
bisikan dirinya”.20
Berdasarkan hadis tersebut para ulama membagi mimpi menjadi 3 macam jenis
mimpi:
1. Al-Ru’yah Al-Nafsiah ( )
“Ar-Ru’yah Al-Nafsiah adalah mimpi yang merupakan pengaruh kecemasan
atau pengaruh bisikan jiwa atau hawa nafsu. mimpi nafsiah juga disebut ilusi
19
Muhammad Fuad Abdul Baki, Al-Lu’lu wal Marjân, (Surabaya: Bina Ilmu, 1996), Juz 2,
hal.857
20 Muhammad Fuad Abdul Baki, Al-Lu’lu wal Marjân, (Surabaya: Bina Ilmu, 1996), Juz 2,
hal.858
22
sedangkan mimpi ilusi ialah mimpi yang timbul karena ilusi angan-angan atau
hayalan seorang”.21
Peristiwa yang terjadi bisa berupa:
Emperesial Frame yaitu mimpi yang merupakan rekaman peristiwa sehari-
sehari.
Contruktive Frame yaitu mimpi yang berupa simbol dan cerita yang dialami.
Creative Frame yaitu mimpi yang berupa rangkaian dan simbol yang sama
sekali baru (baru terjadi).
Pada mimpi demikian, biasanya hanya “Bunga Tidur” saja yang mungkin
memang tak bermakna atau mimpi yang mereflesikan kebutuhan-kebutuhan,
dorongan-dorongan dan rekaman-rekaman yang biasa terjadi.22
2. Al-Ru’yah As-Syaitan ( )
Al-Ru’yah Syaitan adalah mimpi yang merupakan campur tangan syaitan,
syaitan mempengaruhi tidur seseorang akibat dorongan atau kegelisahan jiwa. Mimpi
jenis kedua ini berkonotasi penipuan, kelicikan, kecemburuan, atau ketakutan,
menimbulkan rasa sakit, menyampaikan bisikan rahasia yang tak boleh didengarnya,
keterlibatan dalam percakapan yang bersifat duniawi, panggilan pikiran dan nafsu
diri, atau imajinasi, atau terjadi setelah makan banyak yang terlambat atau bahkan
21
Yadi Purwanto, Memahami Mimpi, Persefektif Psikologi Islam, (Jogja: Kudus, 2003),
hal.240 22
Kholil Al-Anbari, Kamus Tafsir Mimpi, (Solo: Aroyan, 2005), hal.239
23
karena tidur dalam keadaan lapar, dan sebagainya. Jenis mimpi inilah yang berasal
dari setan.
Rasulullah saw. berkata, “Seiring dengan semakin dekatnya hari akhir dunia
ini, mimpi-mimpi akan menjadi kacau. Mimpi yang paling benar adalah mimpi
orang-orang salih. Jadi, jika seseorang melihat mimpi yang tidak disukainya, maka ia
tidak boleh menuturkannya pada orang lain, dan ia harus segera meninggalkan tempat
tidurnya untuk menunaikan shalat. “Beliau juga berkata, “Tali yang terbaik adalah
keteguhan dalam beragama.”23
3. Ar-Ru’yah Sholihah ( )
Ar-Ru’yah Sholihah adalah mimpi Rohani atau mimpi yang berasal dari Allah
swt24
yang merupakan sejenis wahyu yang datang kepada seorang yang baik dan
dapat memberi kabar baik atau peringatan. Mimpi-mimpi seperti itu juga membuat
hati seseorang merenungkan perbuatan-perbuatannya dan menjadikannya sadar akan
kelalaiannya. Di lain pihak, mimpi itu dapat pula menjadi teguran atas perbuatan
jelek yang dilakukannya, atau sebuah tindakan yang secara keliru diduganya sebagai
kebaikan. Mimpi sholihah juga merupakan mimpi kabar gembira (Busyra) yang
hakekatnya dari Allah swt, sebagai pemegang Ruh orang tidur. Mimpi dari Allah
ada dua bentuk:
23
Muhammad Ibn Sirin Al-Bashri, Ensiklopedia Arti Mimpi, (Bandung: Pustaka Hidayah,
2008), hal.xx
24 U’sman Sya’roni, Otentisitas Hadis, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002), hal.61
24
Sebagai kabar gembira atas perbuatan atau peristiwa yang lalu, atau sesuatu
yang akan datang.
Sebagai kabar pembenaran dengan keseharian.25
Sebagai akibat dari mimpi-mimpi ini, orang dapat terbangun dalam keadaan
bahagia atau ketakutan. Sebagian mimpi dapat mengakibatkan kegembiraan,
sementara sebagian lainnya menimbulkan kengerian (ketakutan). Dalam
kenyataannya, kelemahan manusia disebabkan oleh tindakan tidak sengaja seperti
pelanggaran atas hal-hal yang disebut “Pribadi”. Setiap mimpi mengandung makna
yang berkaitan dengan karakter, tindakan, pikiran, niat, harapan, sifat, kenalan,
urusan dan lingkungan seseorang. Namun, ada juga kemungkinan seseorang terjaga
dalam keadaan ketakutan akibat mimpinya, meski mimpi itu memberi tanda
kebahagiaan dan kebaikan, atau terjaga dalam keadaan bahagia, meski mimpinya
mengandung arti nasib buruk dan kemalangan26
.
D. Hakikat Mimpi
Setiap mimpi mengandung kemungkinan benar dan kemungkinan salah,
hanya mimpi para Nabi yang terbebas dari kesalahan, karena mimpi para Nabi
merupakan wahyu, sehingga bebas dari kesalahan dan godaan syetan ataupun
pikiran diri sendiri yang muncul saat manusia tidur.
25
U’sman Sya’roni, Otentisitas Hadis, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002), hal.62 26
Muhammad Ibn Sirin Al-Bashri, Ensiklopedia Arti Mimpi, (Bandung: Pustaka Hidayah,
2008), hal.xx
25
Keimanan Nabi Ibrahim as. pernah diuji melalui sebuah mimpi, beliau melihat
dirinya mengorbankan putranya sendiri: Dia berkata, “Wahai anakku! Kulihat dalam
mimpiku, bahwa aku menyembelihmu sebagai korban” (Q.S. 37:102).
Artinya:
“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama
Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya Aku melihat dalam mimpi
bahwa Aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab: "Hai
Bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan
mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".(Q.S As-Shaffat:102).27
Ketika beliau telah memutuskan untuk melaksanakan mimpinya, Allah yang
Maha Kuasa berfirman,” Wahai Ibrahim! Engkau telah melakukan apa yang engkau
lihat dalam mimpimu!”.28
Sebagaimana Firman Allah swt:
Artinya:
“Dan kami panggillah dia: "Hai Ibrahim,Sesungguhnya kamu Telah
membenarkan mimpi itu, Sesungguhnya Demikianlah kami memberi balasan kepada
orang-orang yang berbuat baik”.(Q.S As-Shaffat:104-105).29
27
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan
Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, 1989), hal.725
28 Muhammad Ibn Sirin Al-Bashri, Ensiklopedia Arti Mimpi, (Bandung: Pustaka Hidayah,
2008), hal.xxi
26
Oleh karena itu, Nabi Ibrahim as berani menyembelih putranya, dengan
berdasarkan mimpinya, karena mimpi ini tidak mungkin salah dan merupakan wahyu
dari Allah swt.
Pada dasarnya, mimpi merupakan kabar gembira dari Allah swt, sebagaimana
mimpi Rasulullah saw, memasuki Masjidil Haram dalam keadaan aman. Setelah
mengalami mimpi, Rassulullah saw tidak berpangku tangan dan tidak meninggalkan
jihad, tetapi Beliau terus berjuang memimpin sahabatnya, sehingga mimpi itu
menjadi kenyataan, sehingga Rasulullah saw dapat memasuki Masjidil Haram
beserta para sahabatnya dalam keadaan aman.30
Para pendapat ahli sunah dalam hal ini, bahwa Allah swt menjadikan pada hati
orang yang tidur keyakinan-keyakinan, sebagaimana dia menjadikan pada hati orang
yang tidur, karena dia menciptakan keyakinan, seakan-akan dia menjadikan satu ilmu
tentang hal-hal yang lain yang akan dijadikan selanjutnya atau sesudah dia jadikan.31
Adapun tentang hakekat mimpi, Ibnu Qoyim Rohimahullah dalam kutipan
Kholil Al-Anbari mengatakan bahwa: “Ia adalah beberapa perumpamaan yang
diberikan oleh malaikat yang ditugaskan oleh Allah dalam masalah mimpi sehingga
orang-orang yang bersangkutan bisa mengambil pelajaran atas hal yang sama dan
mentakdirkannya dengan yang sejenisnya”. Sedangkan menurut “Ahmad bin
29
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan
Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, 1989), hal.725
30 Kholil Al-Anbari, Kamus Tafsir Mimpi, (Solo: Aroyan, 2005), hal.145
31 Syeh Usamah Muhammad Al-Alawi, Hukum Mimpi, (Jakarta: Mustakim, 2003), hal.51
27
Sulaiman Al-Uraini” mengatakan bahwa pengetahuan yang sebenarnya ada pada
Allah,32
terjadi perbedaan pula tentang hakekat ru’ya oleh karena itu dalam kutipan
Kholil Al-Anbari mengatakan: “Bahwa cukup banyak pula seperti orang-orang non
muslim melontarkan pertanyaan beberapa yang ingkar, sebab mereka terpaku untuk
membahas hakekat”.
Namun hakekat mimpi dalam uraian yang diterangkan Ibnu Hajar ketika
beliau menyatakan “Al-Hakim Berkata: Allah menugaskan seorang malaikat untuk
mimpi. Malaikat itu melihat keadaan manusia dari Laukhul Mahfudz, lalu dia
menyalin dan membuat sebuah perumpamaan untuk setiap kejadiannya, kalau dia
tidur dengan keadaan seperti itu melalui jalan hikmah, tentu menjadi Busyro (Berita
Gembira) peringatan atau teguran.33
Pada dasarnya, hakikat mimpi bagi psikoanalisis hanyalah sebentuk
pemenuhan keinginan terlarang semata. Dikatakan oleh Freud (dalam Calvin S.Hal &
Gardner Lindzaey, 1998) bahwa dengan mimpi, seseorang secara tak sadar berusaha
memenuhi hasrat dan menghilangkan ketegangan dengan menciptakan gambaran
tentang tujuan yang diinginkan, karena di alam nyata sulit bagi kita untuk
mrengungkapkan kekesalan, keresahan, kemarahan, dendam, dan yang sejenisnya
kepada obyek-obyek yang menjadi sumber rasa marah, maka muncullah dalam
keinginan itu dalam bentuk mimpi.
32
Ahmad bin Sulaimân Al-Uraini, Petunjuk Nabi Tentang Mimpi, (Jakarta: Darul Falah
1416H), hal.18
33 Kholil Al-Anbari, Kamus Tafsir Mimpi, (Solo: Aroyan, 2005), hal.180
28
E. Mimpi Menurut Psikologis
Orang sering berkata bahwa mimpi adalah hal gaib dari apa yang dirasakan,
padahal dalam mimpi itu ada kalanya seseorang bermimpi hal-hal yang
menyenangkan dan ada kalanya pada hal yang ditakutkan. Seseorang sering
menganggap mimpi bakal jadi kenyataan. Tidur mematikan semua kinerja saraf dan
otak manusia, jadi tidak mungkin manusia berpikir dalam keadaan tidur. Dalam
istilah jawa sering orang tua berkata “mimpi adalah bunga dari pada tidur”.
Sedangkan dalam hal lain, buku yang ditulis oleh Ibnu Sirin kurang memandang
dari segi spesifik psikolog manusia.34
Dalam penafsiran mimpi setidaknya haruslah berhati-hati, karena
penggambaran mimpi selain cakupan yang luas juga sulit dalam panggambaran
secara detail. Semua mimpi berasal dari penggambaran imajinasi seseorang dalam
perlakuan atau kesibukan sehari-hari.
Untuk pemahaman gambaran simbolik suatu mimpi maka haruslah
diketahui kondisi psikologis seorang tersebut. Jadi psikologis manusia sangatlah
penting dalam menafsirkan suatu mimpi manusia dimana sebelumnya kita perlu
mengetahui keadaan psikologisnya. Namun dalam buku tafsir mimpi Ibnu Sirin
34
Yadi Purwanto, Memahami Mimpi, Persefektif Psikologi Islam, (Jogja: Kudus, 2003),
hal.240
29
tidak mengambil rujukan dalam psikologis manusia, psikologis manusia sangat
penting dalam melakukan analisis penggambaran, atau imajinasi manusia.35
Psikologi manusia berada diantara wilayah kesadaran hingga lupa, dan dari
wilayah bergejolak hingga tenang. Menurut Al-Qur'an, desain kejiwaan manusia
diciptakan Tuhan dengan sangat sempurna, berisi kapasitas-kapasitas kejiwaan
pemikiran, perasaan dan berkehendak. Seperti halnya akal, hati, hati nurani, syahwat
dan hawa nafsu. Akal yang kerjanya berfikir dan bisa membedakan yang buruk dari
yang baik. Akal bisa menemukan kebenaran tetapi tidak bisa menentukannya, oleh
karena itu kebenaran `Aqly sifatnya relatif.36
Hal tersebut yang menjadikan manusia berpikir secara mendalam yang sangat
berkaitan dengan logika manusia. Dengan adanya akal, manusia belajar memimpikan
sesuatu dalam artian membayangkan masa depan, bagaimana dia harus berbuat
sesuatu untuk merubah jalan hidupnya.
Dalam menafsirkan mimpi tidaklah cukup dengan faktor keagamaan yang
melekat pada diri manusia, aspek psikologis manusia cukup menunjang juga dalam
mengidentifikasi suatu penafsiran mimpi untuk mengetahui karakter manusia
tersebut juga. 37
35
Muhammad Ibn Sirin Al-Bashri, Ensiklopedia Arti Mimpi, (Bandung: Pustaka Hidayah,
2008), hal.xviii.
36 Inayat Khan, Dimensi Spiritual Psikologi, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2000).
37 Inayat Khan, Dimensi Spiritual Psikologi, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2000).
30
Untuk itu, sebagai pelengkap dalam menafsirkan mimpi seseorang perlu
mengetahui keadaan psikologis manusia tersebut, yaitu mengenai arti simbolik dari
pada mimpi seseorang. Bila saat tidur seseorang bersih jiwanya, maka spiritualitasnya
dalam keadaan baik. Karena itu, seseorang yang sebelum tidurnya membersihkan
alam ruhaninya, antara lain dengan sholat, membaca Al Qur’an, berdzikir, berdoa,
maka ia telah memiliki kesiapan untuk mendapatkan mimpi yang benar, Ruhaninya
bercahaya. Karenanya, bila nanti Allah atau Malaikat melemparkan cahaya ia siap
menyambutnya.
Mimpi-mimpinya bisa memiliki kebenaran. Selain itu, kenyamanan fisik,
psikologis, dan spiritual menjelang tidur juga perlu mendapat perhatian, karena dapat
mendukung seseorang untuk mendapatkan mimpi yang benar, dan yang terakhir,
menjadi orang yang peduli terhadap sesama, karena pribadi-pribadi yang peduli
terhadap kebaikan dan keselamatan orang banyak lebih mudah untuk
mendapatkan mimpi yang benar.38
Meskipun mimpi termasuk wilayah pengalaman pribadi, ia merupakan
fenomena universal dan memainkan peranan penting dalam pembentukan
kebudayaan manusia. Sepanjang catatan sejarah manusia, mimpi dan penafsirannya
telah mengilhami orang-orang suci dan para Nabi, penyair serta Raja-raja, maupun
para filosof dan psikolog yang paling kreatif di zaman kita ini. Ilmu psikologi
analisis dari Carl Gustav Jung dan mazhabnya bersandar pada fakta bahwa mimpi
merupakan catatan bathin setiap individu. Dari sini, muncullah kebutuhan untuk
38
Yadi Purwanto, Memahami Mimpi, Persefektif Psikologi Islam, (Jogja: Kudus, 2003),
hal.230
31
membaca dan menafsirkannya dengan benar. Fakta ini telah lama diketahui oleh
orang-orang suci dan para Nabi dari berbagai budaya tradisional dan agama-agama.39
Namun demikian, tidak semua mimpi adalah benar atau otentik. Mimpi para
Nabi dan kekasih Allah (Auliyâ) adalah mimpi yang merupakan wahyu dari Allah,
yang benar dan sakral.
Mimpi orang salih hampir selalu benar dan bermakna. Ada sebagian mimpi
yang berasal dari setan dan dengan demikian, menyesatkan. Mimpi lain mungkin
disebabkan oleh masalah-masalah fisik atau psikologis seperti sakit perut atau
gangguan emosi. Karenanya, penting kiranya membedakan mimpi yang benar dari
khayalan kosong, dan mimpi ilhami dari godaan setan. Inilah anugrah Allah kepada
para Nabi, orang-orang suci, dan para wali yang penuh kearifan.40
39
Yadi Purwanto, Memahami Mimpi, Persefektif Psikologi Islam, (Jogja: Kudus, 2003),
hal.250
40 Muhammad Ibn Sirin Al-Bashri, Ensiklopedia Arti Mimpi, (Bandung: Pustaka Hidayah,
2008), hal.xviii.
32
BAB III
AYAT-AYAT MIMPI NABI IBRAHIM AS
A. Sejarah Hidup Nabi Ibrahim As
Nabi Ibrahim as adalah satu-satunya Nabi selain Nabi Muhammad saw yang
namanya disebut dalam Al-Qur’an, karena Nama Ibrahim As sendiri di dalam Al-
Qur’an disebutkan sebanyak 69 kali dalam 24 surat. Frekwensi ini memang cukup
banyak, ternyata nama Musa as lebih banyak disebut yaitu 136 kali, akan tetapi nama
Musa tidak sebagaimana nama Nabi Ibrahim ( yang tidak disebut sebagai nama
surat).1
Nabi Ibrahim as adalah bapak para Nabi sebab keturunannya banyak yang
diangkat Allah menjadi rasul-Nya, Nabi Ibrahim as lahir di Babylon. Nabi Ibrahim as
adalah anak dari Ajar, tukang pembuat patung-patung menjadi sesembahan mereka,
menurut riwayat lain juga mengatakan bahwa : Nabi Ibrahim as adalah anak dari Ajar
dengan nama lengkapnya ialah Ibrahim bin Ajar bin Tanur bin Siruz bin Rouf bin
Falidz bin Amir bin Salih bin Arfaksad bin Sam bin Nuh dan ditegaskan pula dalam
Al-Qur’an bahwa Nabi Ibrahim as adalah keturunan dari Nabi Nuh as.2 Sebagaimana
Firman-Nya :
Artinya:
“Dan sesungguhnya Ibahim benar-benar termasuk golongannya (Nuh
As).”(Q.S. Ash-Shafat : 83).3
1 Dawam Raharjo, Ensiklopedi Al-Qur’an, Tafsir Sosial Berdasarkan Kunci-kunci,
(Paramadina, 1996), hal.723 2 Kholilah Marhijanto, Kisah Teladan 25 Nabi, hal.79
3Soenarjo, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Yayasan Penyelenggara Penterjemah / Pentafsir Al-
Qur’an: Jakarta: 1971), hal.723
33
Menurut Jamakhsari dalam tafsirnya “Al Kasy-syaf” dalam kutipan Hamka,
menyebutkan bahwa nabi-nabi di antara Nabi Nuh dan Ibrahim as itu hanya 2 orang,
yaitu Nabi Hud as dan Nabi Sholih as. Kata Jamakhsari dalam tafsirnya itu, jarak
antara Nabi Nuh dan Nabi Ibrahim as, kurang dari 2640, Nabi Ibrahim disebut dari
golongan Nuh, ialah karena keduanya sama-sama pemberi ingatan yang diutus Tuhan.
Mungkin syariat pun berbeda, karena umatnya pun telah menuruti perkembangan
pula, namun pokok ajarannya pun tetap sama, yaitu memperingatkan tentang (Ke
Esa-an Tuhan).4
1. Masa Kelahiran Nabi Ibrahim As
Nabi Ibrahim as dilahirkan oleh seorang bapak yang bernama “Azar” Nabi
Ibrahim as dilahirkan di tengah-tengah masyarakat yang penuh dengan kemusyrikan
dan kekufuran, tetapi Nabi Ibrahim as terpelihara dari kekufuran itu. Siapakah yang
memelihara dan menjaga Ibrahim dari perbuatan itu?, itulah Allah swt yang
menjadikan alam semesta ini, yang berkuasa dalam segala hal dan Allah
menghendaki Nabi Ibrahim as menjadi seorang Nabi dan Rasul yang akan
menyampaikan risalahnya kepada manusia yang buta dalam hal keimanan itu.5
Apalagi di zaman Nabi Ibrahim as itu ada seorang raja yang sangat dholim
yang bernama “Namrudz”. Nabi Ibrahim as semasa kecilnya hampir sama dengan
keadaan Nabi Musa as, yaitu sama-sama dipisahkan dari Ibunya, karena ada undang-
undang raja yang tidak membolehkan menghidupi bayi laki-laki yang lahir di waktu
itu.6
4Hamka, Tafsir Al-Azhâr, (Jakarta: Panjimas,2000), Cet. Ke-1, hal.131 5Hadyah Salim, Qissotul al-Anbiyâ ( Bandung : Al Maarif, 1970), Cet. Ke-1, hal.40
6 Dawam Raharjo, Ensiklopedi Al-Qur’an, Tafsir Sosial Berdasarkan Kunci-kunci,
(Paramadina, 1996), hal.40
34
Nabi Ibrahim as lahir di Kota Kauhariyah dekat dengan Urr dan Babylon dia
tumbuh di dalam gua, dan Allah telah menjaganya. Dia mengajarkan bagaimana
mengisap jari-jarinya untuk bertahan hidup, yang mana pada jari-jarinya keluarlah
madu-madu. Namrudz ingin membunuh Ibrahim as, namun Allah menginginkannya
tetap hidup. Allah menginginkan Ibrahim membimbing para penyembah berhala.
Ibrahim tumbuh di gua itu. Suatu hari ibunya datang ke gua itu Ia memeluk,
mencium, dan membawanya pulang ke rumah.7
2. Ibrahim Seorang Pemuda Yang Beriman
Ibrahim tinggal di rumah Azar karena Azar adalah kakek dari ibunya, karena
itulah Nabi Ibrahim as memanggilnya Ayah. Ketika Nabi Ibrahim tumbuh menjadi
seorang pemuda Allah swt menganugrahkannya kecerdasan yang luar biasa, karena ia
memiliki hati yang bersih. Maka dari itu ia heran melihat orang-orang yang
menyembah berhala, karena ia tahu bahwa Allah lebih besar dari berhala itu.8
Ketika Ibrahim as berusia 16 tahun semua orang di Babylon tahu bahwa
Ibrahim tidak menyembah Tuhan mereka dan bahkan justru meremehkannya. Nabi
Ibrahim merupakan seorang yang bijak, ia ingin orang-orang itu memperbaiki
keyakinan mereka yang salah, ia ingin mengatakan pada mereka bahwa Allah adalah
lebih besar dari berhala-berhala mereka. Ibrahim as adalah seorang pemuda yang
sopan, dan ia sangat mencintai ayahnya. Ibrahim as berpamitan kepada ayahnya, dan
sebelum pergi meninggalkannya ia berkata “salam bagimu” aku akan berdoa pada
Tuhanku untuk memaafkan kamu, sesungguhnya ia penuh kasih sayang kepadaku.
Setelah Nabi Ibrahim as menjadi seorang pemuda, ia telah diberi oleh Allah swt suatu
7Kamal Al-Sayid, Kisah-kisah Terbaik Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Jahro,2004), Cet. Ke-1,
hal.60 8Kamal Al-Sayid, Kisah-kisah Terbaik Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Jahro,2004), Cet. Ke-1,
hal.61
35
kepintaran berpikir yang luar biasa dan berani berdebat dengan bapaknya dan
kaummya tentang keTuhanan.9
Hal ini diterangkan dalam Firman Allah :
Artinya:
“Sesungguhnnya telah Kami anugrahkan kepada Ibrahim hidayah kebenaran
sebelum (Musa dan Harun),10
dan adalah Kami mengetahui (Keadaannya).
Ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya : “Patung-patung
apakah ini yang kamu tekun beribadah kepadanya”
Mereka menjawab : “Kami mendapati bapak-bapak Kami menyembahnya”
Ibrahim berkata : “Sesungguhnya kamu dan bapak-bapakmu berada dalam kesesatan
yang nyata”
Mereka menjawab : “Apakah kamu datang kepada Kami dengan sungguh-sungguh
ataukah kamu termasuk orang –orang yang bermain-main”.11
Ibrahim berkata : “Sebenarnya Tuhan kamu ialah Tuhan langit dan bumi yang telah
menciptakannya, dan aku termasuk orang-orang yang dapat memberikan bukti atas
yang demikian itu”.
Demi Allah “ Sesunguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-
berhala mu sesudah kamu pergi meninggalkannya.12
(Q.S. Al-Anbiya 51-57).13
9Hadyah Salim, Qissotul al-Anbiyâ (Bandung: Al Maarif,1970), Cet. Ke-1, hal.43
10 Maksudnya, sebelum diturunkan taurat kepada Nabi Musa as, dan Nabi Harun as.
11 Maksudnya, apakah kamu menyeru kami kepada agamamu sebenar-benarnya atau atau
kamu hanya bermain-main. 12
Ucapan-ucapan diucapkan Ibrahim as dalam hatinya saja. Maksudnya, Nabi Ibrahim as akan
menjalankan tipu dayanya untuk menghancurkan berhala-berhala mereka, sesudah mereka
meninggalkan tempat-tempat berhala itu. 13
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan
Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, 1989), hal.501
36
3. Nabi Ibrahim Menghancurkan Berhala
Pada masa itu orang-orang menyembah berhala, mereka menyembah
Mardukh (Tuhan para Tuhan), Ay (Tuhan keadilan dan hukum), Seen (Tuhan surga),
dan lain-lain, dan banyak juga yang menyembah venus, bulan, dan matahari, tidak
ada yang menyembah Allah swt. Dengan bimbingan Allah swt, maka timbullah
niatnya untuk menghancurkan berhala secara besar-besaran sebab dengan demikian ia
dapat berhadapan dengan raja Namrudz dan sekaligus berdebat dengannya mengenai
kebenaran, dan kemudian Ibrahim secara sembunyi-sembunyi menuju patung-patung
yang mereka sembah dan berkatalah Ibrahim kepada Patung-patung itu dengan
memperolok-olokkan “tidakkah kalian makan makanan yang disajikan Kami, apakah
yang mencegah kalian, hai patung-patung?.” Maksud Ibrahim dengan perkataan itu
hanya mengejek saja.14
Hal ini dijelaskan dalam Firman Allah :
Artinya:
“Kemudian Ibrahim pergi dengan diam-diam kepada Tuhan mereka (berhala)
lalu ia berkata: “Apakah kamu tidak makan”,15
mengapa kamu tidak
menjawab?”.(Q.S As-Shaffat: 91-92).16
Nabi Ibrahim as merencanakan perencanaannya dengan diam-diam dalam
hatinya untuk beberapa hari lamanya, sebab menunggu kesempatan yang baik. Nabi
14
Mustofa al-Marogi, Tafsir Al-Marogi, (Semarang: Karya Toha,1993), Cet Ke-2, hal.122 15
Maksud Ibrahim dengan perkataan itu, ialah mengejek berhala-berhala itu, karena dekat
berhala itu banyak diletakkan makanan-makanan yang baik sebagai sajian-sajian. 16
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan
Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, 1989), hal.724
37
Ibrahim mengetahui bahwa pada hari-hari tertentu penduduk kota meninggalkan
rumahnya, guna berburu. Perburuan yang dilakukan seluruh penduduk kota itu untuk
memperingati suatu perayaan, dan hasil buruan itu untuk pesta. Sambil menunggu
kesempatan yang baik, Nabi Ibrahim tak henti-hentinya berdoa meminta kekuatan
bathin dalam menghadapi orang-orang kafir.17
Akhirnya datanglah hari-hari yang ditunggu-tunggu itu. Semua penduduk kota
tidak ada yang ketinggalan dan pergi ke hutan untuk berburu. Pada tanah lapang
tersebut terdapat ratusan berhala mulai yang berukuran kecil sampai dengan yang
berukuran besar. Bagi berhala yang besar untuk raja Namrudz sedangkan berhala
yang kecil untuk rakyatnya.
Dengan pandangan yang sengit Nabi Ibrahim as terhadap patung-patung itu
sebab patung-patung “Berahala” yang disembah itu diam saja, maka Nabi Ibrahim as
menuju patung-patung itu sehingga patung-patung itu dihancurkannya berkeping-
keping kecuali patung yang besar saja yang tidak dihancurkannya.
Sebagaimana Firman Allah :
Artinya:
“Lalu dipakainya berhala-berhala itu dengan tangan kanannya (Q.S. As-Shafat
: 91).
Jadi jelaslah, betapa beraninya Nabi Ibrahim as menghancurkan berhala-
berhala persembahan mereka, dan sepeninggalan mereka yang sedang beramai-ramai
ke tempat bersuka ria.18
17
Kholilah Marhijanto, Kisah-kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul, (Surabaya: Ar-Qola,1995),
Cet Ke-2, hal.95 18
Mustofa al-Marogi, Tafsir Al-Marogi, (Semarang: Karya Toha,1993), Cet Ke-2, hal.122
38
4. Ibrahim Mancari Tuhan
Saat hari menjadi gelap, Ibrahim mencari kebenaran dan terlihat penerangan
yang menyala di suatu kuil orang-orang menyembah venus, sedang melihat ke langit
dengan kerendahan hati mereka berpikir bahwa venus adalah Tuhan mereka yang
memberi pencaharian dan kenikmatan. Ibrahim as berdiri bersama mereka melihat
langit, ia mencari pencipta bumi yang sebenarnya. Saat itu terlihat bulan bersinar
yang muncul di langit dan memberi penerangan yang berwarna perak.
Nabi Ibrahim adalah seorang yang bijak, ia ingin orang-orang itu
memperbaiki keimanan mereka yang salah. Ia ingin mengatakan pada mereka bahwa
Allah lebih besar dari tuhan mereka, karenanya ia berkata pada mereka. “Bukan itu
Tuhanku”.19
Ketika pagi tampak cerah, maka muncullah matahari yang bulat dan
bersinar terang sehingga manusia bekerja tanpa bantuan lentera, ia menganggap itu
adalah Tuhan. Namun ketika sore matahari semakin lama semakin hilang dan lenyap
di sebelah barat. Hal ini mengecewakan hatinya. Ia pun memastikan bahwa matahari
bukanlah Tuhan, sebab matahari tidak abadi.20
Sebagaimana Firman Allah :
19
Kamal Al-Sayid, Kisah-kisah Terbaik Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Jahro,2004), Cet. Ke-1,
hal.60 20
Kholilah Marhijanto,Kisah-Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul, (Surabaya: Ar-Qola, 1995),
hal.86
39
Artinya:
“Ketika malam telah menjadi gelap, ia melihat sebuah bintang (lalu) ia
berkata : “Inilah Tuhanku” tetapi tetkala bintang itu hilang ia berkata “Saya tidak
suka kepada yang tenggelam”.
“Kemudian tetkala bulan terbit ia berkata : “ inilah Tuhanku “tetapi setelah
bulan itu terbenam ia berkata “sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk
kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat”.
Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, ia berkata: inilah Tuhanku, ini
yang lebih besar maka tatkala matahari itu telah tenggelam ia berkata hai kaumku
sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.
Sesungguhnya aku menghadap diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit
dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar dan aku bukanlah termasuk
orang-orang yang mempersekutukan Tuhan. “Dan dibantah oleh kaumnya. Dia
berkata: apakah kamu hendak membantahku tentang Allah, padahal sesungguhnya
Allah telah memberi petunjuk kepadaku dan aku tidak takut kepada (malapetaka) dari
tuhan-tuhan yang kamu persekutukan dengan Allah kecuali di kala Tuhanku
menghendaki sesuatu (dari malapetaka) itu pengetahuan Tuhanku meliputi segala
sesuatu maka apakah kamu tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya). “(Q.S.
Al-An’am: 76-79).21
Demikianlah cara Ibrahim mencari Tuhannya setelah diperlihatkan Allah
kepada Nabi Ibrahim as tanda-tanda keagungan-Nya, dan dengan itu teguhlah
keimanannya kepada Allah swt(Ayat di atas), maka Ibrahim memimpin kaumnya
kepada tauhid dengan mengikuti jalan alam pikirannya setelah melihat dan
merenungkan kesesatan kaumnya termasuk ayahnya lantaran menyembah berhala itu,
dan ditunjukkanlah kebesaran alam dengan ciptaan-Nya yang Maha luas, sungguh
teguhlah cinta dalam hatinya.22
21
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan
Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, 1989), hal.76-79
22Hamka, Tafsir Al-Azhâr, (Jakarta: Panjimas,2000), Cet. Ke-1, hal.135
40
5. Nabi Ibrahim As dihukum Raja Namrudz
Penduduk Babylon memiliki banyak minyak, tar dan belerang, karenanya
mereka memutuskan untuk membuat api yang besar, untuk menghukum Ibrahim as
yang telah menghancurkan tuhan-tuhan mereka. Kemudian mereka mengumpulkan
kayu di luar kota selama lebih dari sebulan, dan menuangkan tar dan minyak di
atasnya, dan setelah kayu dan tar terkumpul, kemudian Nabi Ibrahim as diikat dengan
kuat.23
Sebelum kayu dibakar, terlebih dahulu raja Namrudz berkata pada rakyatnya. :
“wahai rakyatku Ibrahim as adalah salah satu contoh bagi kalian, jika ada yang
menghianati dan berusaha menghancurkan Tuhan-tuhan kita, niscaya aku akan
lakukan pembakaran seperti pada Ibrahim” teriak raja Namrudz” memberi peringatan,
kemudian kayu itu dinyalakan, setelah kayu menjadi kobaran api, maka Nabi Ibrahim
dilemparkan kedalamnya. Orang-orang yang mulai membenarkan ajaran Nabi
Ibrahim terpekik menahan rasa malu. Meskipun demikian, mereka tidak berani
menolong Nabi Ibrahim. Sebab mereka takut siksaan raja yang kejam itu.24
Merekapun menyayangkan bahwa Nabi Ibrahim telah berakhir hidupnya, dan
mereka yang menang dalam hal ini alangkah terkejutnya, sewaktu melihat api sudah
padam, kayu bakar sudah habis, maka keluarlah Ibrahim dari dalam api dengan
selamat, dan sehelai rambut pun tidak ada yang terbakar. Hal ini dibenarkan dalam
kitabnya.25
23
Kamal, Al-Sayid, Kisah-kisah Terbaik Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Jahro, 2004), hal.68 24
Kholilah Marhijanto, Kisah-kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul, (Surabaya: Ar-Qola,1995),
Cet Ke-2, hal.95
25 Hadyah Salim, Qissotul al-Anbiyâ, (Bandung: Al Maarif, 1970), hal.46
41
Artinya:
“Kami Berfirman : “Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah
bagi Ibrahim”. (Q.S. Al-Anbiya : 69).26
Beginilah kekuasaan Allah swt dan tak ada bandingannya. Api, walaupun
sangat panas tetapi api dapat menjadi dingin apabila Tuhan mengatakan “dingin”,
maka dinginlah api itu untuk Ibrahim seorang, dan bukan main panasnya bagi orang
lain.27
6. Nabi Ibrahim Menyeru Ayahnya
Nabi Ibrahim as tak bosan-bosannya menyeru bapaknya agar lekas bertobat
kepada Allah swt sebagaimana diterangkan dalam kitabnya.28
Artinya:
“Ingatlah ketika ia berkata kepada Bapaknya” wahai bapakku, mengapa kamu
menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong
kamu sedikitpun.
Wahai bapakku sesungguhnya telah datang kepadaku sebagian ilmu
pengetahuan yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku niscaya aku akan
menunjukkan kepadamu jalan yang lurus.
Wahai bapakku, janganlah kamu manyembah syaitan sesungguhnya syaitan
itu durhaka kepada Tuhan yang Maha Pemurah.
26
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan
Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, 1989), hal.503 27
Hamka, Tafsir Al-Azhâr, (Jakarta: Panjimas, 2000), hal.47 28
Hadyah Salim, Qissotul al-Anbiyâ ( Bandung: Al Maarif,1970), Cet. Ke-1, hal.43
42
Wahai bapakku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa azab
dari Tuhan yang Maha Pemurah maka kamu akan menjadi kawan dari syaitan. (Q.S.
Maryam : 42-45).29
Seruan Nabi Ibrahim pun dijawab oleh bapaknya sebagaimana Firman Allah :
Artinya:
“Berkata bapaknya : “Bencikah kamu kepada Tuhan-tuhanku hai Ibrahim”
jika kamu tidak berhenti maka niscaya kamu akan kurajam dan tinggalkanlah aku
buat waktu yang lama” (Q.S. Maryam: 46).30
Kemudian Ibrahim menyatakan “selamat kuucapkan kepada engkau bapakku!
Nanti kumintakan engkau kepada Tuhanku, bahwa Tuhan itu sangat baik. Aku
memisahkan diri darimu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah.” Semenjak
itulah, kepindahan Nabi Ibrahim ke tanah suci (Baitul Maqdis) dan di sanalah beliau
berumah tangga sampai punya anak yang shaleh serta keturunan yang baik.
Firman Allah swt :
Artinya:
“Maka ketika Ibrahim sudah menjauhkan diri dari mereka dan dari apa yang
mereka sembah selain Allah Kami anugerahkan kepadanya Ishak dan Ya’kub dan
masing-masingnya kami angkat menjadi Nabi.” (Q.S. Maryam: 49).31
29
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan
Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, 1989), hal.467 30
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan
Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, 1989), hal.467 31
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan
Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, 1989), hal.468
43
7. Istri Nabi Ibrahim dan Anaknya
Nabi Ibrahim as mempunyai 2 Istri, istri yang pertama bernama “Siti Sarah”
dan istri yang kedua bernama Siti Hajar.32
Allah swt tidak memberikan anak kepada
Ibrahim, Sarah istrinya menyadari bahwa ia adalah wanita mandul karenanya ia
memutuskan untuk memberikan budak wanitanya untuk dinikahi Ibrahim. Saat itu
Ibrahim berumur 70 tahun, namun demikian ketika ia menikahi Siti Hajar Allah
mengaruniainya seorang anak yang bernama Isma’il as.
Setelah Nabi Ibrahim mengawini Siti Hajar dan melahirkan seorang anak laki-
laki (Ismail), ternyata membuat kecemburuan di hati Siti Sarah. Ia sangat iri dengan
anak yang dilahirkan Siti Hajar, sebab sampai usia tua ia belum juga dikaruniai
seorang anak sedangkan Siti Hajar yang baru dinikahi Nabi Ibrahim dikaruniai
anak.33
Meskipun demikian Siti Sarah tidak berhenti memohon kepada Allah swt,
sebab ia meyakini jika suatu saat doanya pasti terkabulkan. Di waktu Siti Sarah lanjut
usia ia diberi kabar oleh 3 malaikat yang menyamar sebagai manusia. Ketiga malaikat
itu mengatakan bahwa: Sarah akan memiliki anak laki-laki dan kelak akan menjadi
panutan kaumnya.34
Sebagaimana diterangkan didalam Al-Qur’an sebagai berikut:
32
Hadyah Salim, Qissotul al-Anbiyâ ( Bandung: Al Maarif,1970), Cet. Ke-1, hal.48 33
Kamal Al-Sayid, Kisah-kisah Terbaik Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Jahro,2004), Cet. Ke-1,
hal.72 34
Kholilah Marhijanto, Kisah-Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul, (Surabaya: Ar-Qola, 1995),
hal.156
44
Artinya:
“Mereka berkata: “Janganlah kamu merasa takut, sesungguhnya Kami
memberikan kabar gembira kepadamu dengan kelahiran seorang anak laki-laki yang
akan menjadi orang yang alim”35
(Q.S. AlHijr: 53).36
8. Nabi Ibrahim Membangun Ka’bah
Ibrahim as pergi ke tanah Hijaz untuk mengunjungi Isma’il. Isma’il telah
tumbuh dewasa, Ia tinggal bersama suku Juhrum di Hijaz. Setelah beberapa lama, di
tempat itu Nabi Ibrahim as mendapat wahyu dari Allah swt agar membangun Ka’bah
di Mekah.
Setelah mendapat wahyu bergegaslah Nabi Ibrahim kembali menemui
anaknya dan istrinya di Mekah, dan setelah tiba di tempat Nabi Ibrahim menceritakan
Ikhwal mimpinya itu kepada Ismail As dan Ismail mendukung perkataannya,
kemudian Ibrahim menuju tempat yang hendak dijadikan berdirinya Baitullah itu.
Dalam mimpinya Allah menyuruh Nabi Ibrahim untuk mendirikan Ka’bah di dekat
sumur zam-zam, dan disanalah Nabi Ibrahim dan Ismail membangun Ka’bah yang
merupakan simbol ke Esaan Allah di muka bumi.37
Karenanya Ka’bah adalah
bangunan pertama yang dibangun untuk manusia atas perintah Allah, yang
didalamnya ada tanda-tanda yang jelas seperti tempat makam Ibrahim as. Siapa saja
yang berada di dalamnya maka ia akan aman, kemudian Allah mengajarkan kepada
dua Nabi itu cara-cara Ibadahnya seperti Haji.38
Sebagaimana Firman Allah, Sebagai berikut :
35
Yang dimaksud dengan seorang anak laki-laki yang alim ialah Ishak as. 36
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan
Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, 1989), hal.395 37
Kamal Al-Sayid, Kisah-kisah Terbaik Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Jahro, 2004), hal.74 38
Kholilah Marhijanto, Kisah-kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul, (Surabaya: Ar-Qola,1995),
Cet Ke-2,hal.150
45
Artinya:
“Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqom Ibrahim”,39
barang siapa memasukinya menjadi Amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban
bagi manusia terhadap Allah, yaitu bagi orang yang sanggup mengadakan perjalanan
ke Baitullah.40
Barang siapa mengkari kewajiban haji, maka sesungguhnya Allah
Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. (Q.S. Al-Imran 97-98).41
9. Wafatnya Nabi Ibrahim As
Nabi Ibrahim as adalah sosok seorang Nabi yang dapat dijadikan Imam, yang
patuh kepada Allah dan seorang yang selalu memegang kebenaran dan tak pernah
meninggalkannya. Pada akhirnya Nabi Ibrahim as meninggal dunia pada usia ke 175
tahun Sebelum Masehi “SM” (belum diketahui pasti tanggal berapa Beliau wafat),
dan dikebumikan di samping kuburan “Siti Sarah”, pada waktu itu Sarah wafat pada
tahun 128 M.42
39
Maksudnya ialah, tempat Nabi Ibrahim as berdiri membangun ka’bah. 40
Yaitu, orang yang sanggup mendapatkan perbekalan dan alat-alat pengangkutan serta sehat
jasmani dan perjalanan aman. 41
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan
Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, 1989), hal.92 42
Abdul Aziz Sayid, Qissotul Anbiyâ, (Beirut), Cet. Ke-4, hal.110
46
B. Mimpi Nabi Ibrahim Dalam Al-Qur’an
Kisah Mimpi Nabi Ibrahim as di dalam Al-Quran adalah merupakan wahyu
dari Allah swt, sebagai dasar hukum qurban karena Allah mensucikan mereka yang
beriman dari syaitan dan tipu dayanya, Firman Allah swt:
Artinya:
“Sesungguhnya syaitan itu tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang
beriman dan bertawakkal kepada Tuhannya” (Q.S An-Nahl:99).43
Allah juga menjadikan mimpi baik dengan kehadiran malaikat dan mimpi
buruk dengan kehadiran syaitan padahal untuk menggoda orang shaleh saja sulit
apalagi para Nabi, Allah menjaga para Nabi dari syaitan baik dalam keadaan terjaga
maupun tidur. Oleh karena itu, mimpi merekapun merupakan wahyu dari Allah swt
dan hal ini agar mereka terjaga dari tercampurnya antara yang hak dan yang bathil,
sehingga mereka menyampaikan yang benar saja tanpa tercampurnya dengan suatu
yang tidak diridhai Allah swt. Oleh sebab itu Allah menjaga mereka saat tidur,
sebagaimana Allah memelihara saat terjaga.44
Dalam Al-Quran kisah ”Mimpi Nabi Ibrahim dibenarkan oleh dirinya karena
Nabi Ibrahim tahu bahwa mimpinya itu merupakan wahyu dari Allah tanpa
tercampurnya oleh syaitan”.
Sebagaiman Firman Allah swt:
43
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan
Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, 1989), hal.417 44
Syaih Usamah Al-Alawi, Hukum Mimpi Menurut Al-Qur’an dan Hadits, (Jakarta Selatan:
Mustaqim, 2003), Cet. Ke-2, hal.78
47
Artinya:
“Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim,Sesungguhnya kamu Telah
membenarkan mimpi itu45
Sesungguhnya Demikianlah kami memberi balasan kepada
orang-orang yang berbuat baik” (Q.S As-Shaffat:104-105).46
Dengan mimpi itu Allah memberikan wahyu kepada para Nabi dan kabar
gembira kepada siapa saja yang dikehendaki dari golongan orang-orang yang beriman
atau memperingati mereka dari kemurkaan dan memberi petunjuk kepada mereka
agar bersabar dalam menghadapi ujian dari Allah swt. Oleh karena itu, Rasulullah
saw menempatkan mimpi yang benar adalah bagian dari empat puluh enam bagian
dari kenabian, sebagaimana hadis Nabi yang diriwayatkan dari Bukhari dan Muslim:
عن أبي ىريرة رضي الله عنو أن رسول الله صلي الله عليو وسلم قال رؤيا المؤمن من
.(رواه البخارى ومسلم)جزء من ستت وأربعين جزءا من النبوة
Artinya:
“Abi Hurairah ra berkata: Nabi saw bersabda: mimpi seorang mukmin
merupakan bagian dari empat puluh enam bagian dari kenabian (HR.Bukhari dan
Muslim)”.47
“Kitab suci Al-Quran dan As-Sunnah adalah sebagai bukti bahwa kisah
mimpi Nabi Ibrahim as itu merupakan bagian syariat dari ajaran Islam, karenanya
dalam Al-Quran yang menerangkan tentang kisah Nabi Ibrahim sampai dengan kisah
45 yang dimaksud dengan membenarkan mimpi ialah mempercayai bahwa mimpi itu benar
dari Allah swt dan wajib melaksanakannya. 46
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan
Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, 1989), hal.725 47
Muhammad Fuad Abdul Baki, Al-Lu’lu Wal Marjân Terjemah, (Surabaya: Bina Ilmu,
1996), Juz-2, hal.859
48
mimpinya terungakap dalam jumlah 68 ayat dan di 25 surat”48
ini membuktikan
bahwa kitab suci yang dibawa Nabi Muhammad saw menguatkan syariat dari Nabi
Ibrahim as.
Secara khusus Al-Qur’an menegaskan bahwa makna kisah-kisah itu harus
dipikirkan dan direnungi sebagai sumber pelajaran, “kisahkanlah kisah-kisah itu agar
mereka berfikir”49
“dan sesungguhnya dalam kisah-kisah itu ada Tamsil – Ibarat, bagi
mereka yang berfikir mendalam”, kisah-kisah Al-Qur’an juga disebut sebagai sebaik-
baiknya kisah, dan merupakan kisah-kisah kebenaran, kisah-kisah umat masa lalu
merupakan sejarah umat manusia maka kerangka besar keseluruhan itu ialah sejarah
dengan hukum-hukum Allah yang telah ditetapkan Allah.
Berdasarkan penegasan-penegasan kitab suci Al-Qur’an maka jelaslah bahwa
“Kisah mimpi Nabi Ibrahim as merupakan wahyu dari Allah swt yang mempunyai
kedudukan sangat tinggi dan agung, dalam syariat Agama Islam yaitu beribadah
qurban sehingga berkembanglah sampai umat Islam sekarang ini, hal ini sudah
menjadi syariat Agama Islam sekarang. Sebab dengan adanya qurban berarti umat
Islam ingat akan kesabaran Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail dalam menghadapi ujian
yang sangat berat, selain itu untuk menghormati kedua Nabi yang sabar itu.50
Dalam kaitan ini, Al-Imam At-Tirmidzi menyatakan bahwa “Mimpi yang
benar adalah mimpi para Nabi dan Rasul, dan orang-orang shaleh yang mengikuti
jejak para Nabi, tetapi terkadang bisa didapat selain dari mereka walaupun jarang
48
Muhammad Fuad Abdul Baki, Mu’jam Al-Mufarros fî Al-fâdil Qur’an, (Nasr Tanaju,
1981), hal. 1-2 49
Soenarjo, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah/
Pentafsir Al-Quran, 1971), hal.271 50
Kholilah Marhijanto, Kisah-Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul, (Surabaya: Ar-Qola, 1995),
Cet. Ke-2, hal.147
49
mimpi itu akan menjadi kenyataan seperti yang diimpikan.51
Begitu juga Muhammad
Fuad Abdul Baki menyatakan bahwa, “ mimpi baik itu datang dari Allah, sedangkan
Mimpi buruk itu datangnya dari syaitan”.52
Orang-orang yang mengimani Nabi Muhammad saw, berarti mereka
membenarkan Misi yang dibawa dan mentaati apa yang diperintahkannya.
Meninggalkan apa yang dilarangnya serta beribadah kepada Allah sesuai dengan
petunjuk. Jadi, syariat qurban Nabi Ibrahim tercermin dalam syariat Agama Islam
yang dibawa Nabi Muhammad.
Dalam hal ini, mimpi terkadang mengarahkan jalan sejarah suatu bangsa.
Mimpi Nabi Ibrahim tentang perintah untuk mengorbankan anaknya, kepatuhannya
kepada kehendak Allah dan kemauannya untuk menyerah kepada keimanan mutlak
pada Allah, menjadikan dirinya sebagai Muslim sejati pertama dan juga bapak para
Nabi.53
Ketaatan atas perintah Allah swt mutlak dijalankan. Terlebih dahulu Nabi
Ibrahim berdo’a memohon kepada Allah agar diberi seorang putera yang baik.54
Sebagaimana Firman Allah dalam surat As-Shafat :
Artinya:
“Wahai Tuhanku karuniakanlah aku seorang keturunan yang baik” (Q.S. Ash-
Shafat : 100).
51
Syaikh Usamah Al-Alawi, Hukum Mimpi Menurut Al-Quran dan Hadist, (Jakarta Selatan:
Mustaqim, 2003), hal.19 52
Muhammad Fuad Abdul Baki, Al-Lu’lu Wal Marjân Terjemah, (Surabaya: Bina Ilmu,
1996), hal.588 53
Muhammad Ibn Sirin Al-Bashri, Ensiklopedia Arti Mimpi, (Bandung: Pustaka Hidayah,
2008) 54
Ramlan Marjoned, Dinamika kekuatan Islam, (Jakarta: Media Dakwah),hal.29
50
Kemudian do’a itu dikabulkan oleh Allah swt sebagaimana Firman-Nya:
Artinya:
“ Maka Kami (Allah) gembirakan dengan seorang anak muda yang sangat
sabar.” (Q.S. Ash-Shafat : 101).55
1. Mimpi Nabi Ibrahim sebagai Wahyu
Perlu diketahui bahwa mimpi para Nabi itu benar-benar wahyu dari Allah
swt. Mimpi mereka tidak seperti umumnya mimpi orang-orang kebanyakan. Di sini
Penulis paparkan tentang ayat yang berkaitan dengan mimpi para Nabi, karena di
dalamnya terdapat keterangan tentang kedudukan mimpi tersebut.56
Mimpi Nabi Ibrahim as mempunyai kedudukan sebagai syariat Islam bagi
umat sekarang ini juga sebagai ujian bagi umat manusia. Sebagaimana Firman-Nya :
.
Artinya:
“Dan Kami tidak menjadikan mimpi57
yang telah Kami perlihatkan kepadamu
melainkan sebagai ujian bagi manusia”(Q.S. Al-Isra : 60).58
55
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan
Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, 1989), hal.725 56
Ahmad bin Sulaimân Al-Uraini, Petunjuk Nabi Tentang Mimpi, (Jakarta: Darul
Falah,1416H), hal.22 57
Mimpi adalah terjemahan dari kata “Ar-Ru’ya”, dalam ayat ini maksudnya ialah mimpi
tentang perang Badar yang di alami Rasulallah saw sebelum peristiwa perang Badar itu terjadi, banyak
pula ahli-ahli tafsir menterjemahkan kata “Ar-Ru’ya” tersebut dengan “penglihatan”, yang maksudnya
adalah penglihatan yang dialami Rasulullah saw di waktu malam Isra’ Mi’raj. 58
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan
Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, 1989), hal.433
51
Dan dari ayat lain yaitu surat Ash-Shaffat ayat 102-107 sebagaimana berikut:
Artinya:
“Maka tatkala anak sampai pada umur sanggup berusaha sama-sama dengan
Ibrahim as. Ibrahim berkata: “hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi
bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu? Kemudian Ismail
menjawab : “hai bapakku, lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Insya Allah
kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar. Tatkala keduanya telah
berserah diri dan Ibrahim membaringkannya atas pelipisnya, (nyatalah kesabaran
keduanya). Dan kami panggillah dia “hai Ibrahim. Sesungguhnya kami telah
membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah kami memberikan balasan pada
orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.
Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar” (Q.S. Ash-Shaffat :
102-107).
Ayat di atas menjelaskan bahwa sesungguhnya Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail
termasuk orang-orang yang sabar. Pokok bahasan di dalam adalah berkurban, bahwa
berkurban itu disyari’atkan untuk orang-orang yang masih hidup, seperti yang
dilakukan Rasulullah saw dan para sahabatnya. Mereka berkurban untuk diri mereka
sendiri dan keluarga mereka. Adapun tentang persangkaan beberapa orang awam
52
mengkhususkan niatnya dalam berkurban untuk orang mati, maka perbuatan itu
tidaklah ada dasarnya. 59
2. Mimpi Nabi Ibrahim As sebagai Ujian
Mimpi Nabi Ibrahim as adalah merupakan wahyu dari Allah swt. Allah
mensucikan mereka dari syaitan maka Allah memberikan mimpi itu sebagai cobaan
atau ujian terhadap kedua Nabi itu (Ibrahim dan Ismail). Oleh sebab itu, Allah swt
berfirman pada surat As-Shafaat ayat 106 sebagai berikut :
Artinya:
“Sesungguhnya ini benar-benar suatu cobaan yang nyata” (Q.S. As-
Shafaat:106).
Memanglah suatu percobaan yang nyata, kalau seorang yang sangat
mengharapkan untuk mendapatkan keturunan yang shalih. Setelah dalam usia 86
tahun baru disampaikan Tuhan. Lalu anak yang ketika itu masih satu-satunya
disuruhlah Nabi Ibrahim untuk mengorbankannya di dalam mimpi itu, kemudian
dilaksanakanlah dengan tidak ada keraguan sedikitpun baik pada Nabi Ibrahim as
maupun pada Nabi Ismail as.60
Nyatalah sudah dalam menghadapi ujian yang sangat
berat dengan kesabaran itulah akhirnya Allah swt memberikan ujian terhadap Nabi
Ibrahim as.61
59
Abdullah bin Abdurrahmân Al-Jibrîn, Ibadah Qurban, (Jakarta: Al- Qowan, 2004),hal.13 60
Mustofa al-Marogi, Tafsir Al-Marogi, (Semarang: Karya Toha,1993), Cet Ke-2, hal.144 61
Kholilah Marhijanto, Kisah-Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul, (Surabaya: Ar-Qola, 1995),
Cet. Ke-2, hal.148
53
Maksud dari firman Allah swt itu ialah menyebutkan nama Nabi Ibrahim as
bagi setiap umat Islam yang datang ke Makkah untuk berhaji. Selain itu Nabi Ibrahim
disebut dalam shalat yaitu pada at-tahiyat.
Sedangkan Nabi Ismail digolongkan orang-orang yang sabar dalam
menghadapi ujian sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Anbiya ayat 55 – 56:
Artinya:
“Mereka menjawab : “Apakah kamu datang kepada kami dengan sungguh-
sungguh ataukah kamu termasuk orang-orang yang bermain-main? Ibrahim berkata;
“Sebenarnya Tuhan kamu ialah Tuhan langit dan bumi yang telah menciptakannya:
dan Aku temasuk orang-orang yang dapat memberikan bukti atas yang demikian itu”
(Q.S. Al-Anbiya:55-56).62
Dari keterangan-keterangan di atas, dapat dijadikan contoh atau teladan
dengan kesabaran-kesabaran Nabi Ismail dan Nabi Ibrahim dalam menghadapi ujian,
seberat apapun dengan kesabaran selain itu juga Nabi Ismail termasuk golongan Nabi
sebagaimana firman Allah swt dalam surat Shad ayat 48:
Artinya:
“Dan ingatlah akan Ismail, Ilyasa’ dan Zulkifli. Semuanya termasuk orang-
orang yang paling baik” (Q.S. Shaad: 48).
62
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan
Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, 1989), hal.502
54
3. Mimpi Nabi Ibrahim As sebagai Syari’at Qurban
Sesungguhnya di antara nikmat-nikmat-Ku yang diberikan kepada hamba-
hamba-Ku adalah: bahwa Allah mensyari’atkan kepada hamba-Nya berbagai bentuk
ibadah yang bermacam-macam untuk meningkatkan diri kepada-Ku (Allah) di setiap
waktu dan tempat. 63
Dalam hadis dikatakan:
(رواه البخارى﴿وما يزالعبدى يتقرب الي بالنوافل حتي احبو
Artinya:
“Dan senantiasa hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-
amalan sunah sehingga Aku mencintaimu” (H.R. Bukhari). 64
Jejak Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as, dan Nabi Muhammad saw yang
menyebarkan Islam ke seluruh penjuru dunia menyatu dalam satu titik. Di Makkatul
Mukarromah di Padang Arafah, bagaikan sarang laba-laba yang membentuk
lingkaran tidak terputus. Pada pagi hari terbit fajar matahari diiringi dengan gema
takbir, dalam kerelaan dan keikhlasan berkurban itu lebih diperlihatkan oleh tiga figur
dan idola, yaitu Nabi Ibrahim as dan Istrinya Siti Hajar serta anak mereka (Ismail).65
Dengan melantunkan takbir sebagai berikut :
للهاكبر وللهالحمداللهاكبر ا
63
Abdullah bin Abdurrahmân Al-Jibrîn, Ibadah Qurban, (Jakarta: Al- Qowan, 2004),hal.36 64
Bukhari, Hadits Qudsi, Juz 2 Hadis 2834 No.6137 65
Ramlan Marjoned, Dinamika kekuatan Islam, (Jakarta: Media Dakwah), hal.80
55
Pengorbanan dan kesabaran tiga figur dan idola ini memberikan suatu
gambaran tentang peranan hidup umat manusia sejak jaman lampau hingga hari raya
dan juga untuk masa yang akan datang. Sesungguhnya di dalam kehidupan itu ada
cita-cita dan perjuangan.66
Oleh karena itu, Allah swt memberikan ilham melalui mimpinya sebagai
syari’at qurban bagi umat Islam dulu, sampai umat Islam sekarang ini. Sebagaimana
Firman Allah dalam surat As-Shafaat ayat 102-107 yang telah disebutkan di atas.
Perintah Allah tertulis di dalam Al-Qur’an sebagai pedoman hidup dan sunnah
Rasulullah saw, sebagai tuntunan dan teladan bagi umat yang beriman, yaitu cara
berpikir hidup, aktivitasnya, sikap dan tingkah laku sesuai dengan pedoman dan
petunjuk Al-Qur’an dan Sunnah. Demikianlah kisah mimpi Nabi Ibrahim As sebagai
syari’at qurban yang masih berlaku di zaman sekarang ini.
C. Ayat-Ayat dan Tafsir Mimpi Nabi Ibrahim As
1. Ayat-ayat Mimpi Nabi Ibrahim
Mengenai pembahasan-pembahasan tentang seputar mimpi sampai dengan
mimpi Nabi Ibrahim untuk mengorbankan anaknya Ibrahim as atau
penyembelihannya (Isma’il)telah diabadikan”.67
Firman Allah swt :
66
Ramlan Marjoned, Dinamika kekuatan Islam, (Jakarta: Media Dakwah), hal.81
67
Kholilah Narhijanto, Kisah Teladan 25 Nabi, hal.147
56
Artinya:
“Maka tatkala anak sampai (pada umur sanggup) berusaha sama-sama dengan
Ibrahim as. Ibrahim berkata “Hai Anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi
bahwa aku menyembelihmu, maka pikirkanlah apa pendapatmu?” ia menjawab, “hai
Bapakku kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. insyaAllah kamu akan
mendapatkan termasuk kedalam orang-orang yang sabar”.
Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan Anaknya
atas pelipisnya, (nyatalah kesabaran dirinya).
Dan Kami panggillah dia “Hai Ibrahim sesungguhnya kamu telah
membenarkan mimpi itu” sesungguhnya demikianlah kami memberi alasan kepada
orang-orang yang berbuat baik.
Sesungguhnya kini benar-benar suatu ujian yang nyata.
Dan Kami tebus anak itu dengan seekor kambing sembelihan yang besar(Q.S.
As-Shafat : 102-107).68
2. Tafsir Ayat Mimpi Nabi Ibrahim
a. Asbabun Nuzul Ayat
Asbabun nuzul ayat di bawah ini adalah ketika Nabi Ibrahim benyak
menyembelih hewan-hewan ternaknya yaitu berupa kambing, sapi, dan sekali potong
atau menyembelih berjumlah 1900 ekor kambing dan sapi yang berjumlah 100
68
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan
Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, 1989), hal.725
57
sampai-sampai malaikat heran dengan Nabi Ibrahim as, dan dari sinilah Ibrahim
melontarkan kata-kata berikut:
Kalau sekiranya Tuhan perintahkan kami untuk menyembelih anak, maka
kami turuti perintah-Nya. Kemudian zaman berlalu, tiba-tiba Nabi Ibrahim dikaruniai
anak yang bernama Ismail as, ketika itulah Nabi Ibrahim as diminta janjinya oleh
Allah swt karena Ibrahim lalai dengan janjinya.69
1. Penafsiran Kata Sulit
maka tatkala Ismail mencapai umur, ia dapat membantu ayahnya فلما بلغ معو ألسعي
untuk berusaha bersama-sama dengan beliau, dalam pekerjaan-pekerjaan dan
memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup.
dia تلو kedua-duanya berserah diri dan taat atau tunduk kepada perintah Allah أسلما
menundukkan wajahnya صد الرويا engkau menepati apa yang diperintah kepadamu
ujian yang nyata dapat dibedakan mana yang ikhlas dan mana yang tidak البلاء المبين
kami curahkan بار كنا عليو dengan seekor binatang yang disembelih (Qurban) بذ بح
keberkahan-keberkahan kepada Ibrahim as.70
2. Penafsiran Secara Global
.maka setelah sampai anak itu dapat berjalan bersamanya فلما بلغ معو ألسعي 71
Keadaan ditonjolkan dalam ayat ini, untuk menunjukkan betapa besarnya
kasih sayang Ibrahim pada anaknya itu (Ismail) di kala itu berumur 10 sampai 15
tahun, pastilah seorang ayah bangga sekali jika berjalan bersama-sama dengan
69
U’sman bin Hasan Ahmad Al-Syakir, Durrotun Nâsihîn, Semarang, hal.179 70
Mustofa Al-Marogi, Terjemah Tafsir Al-Maragi, (Semarang: Karya Toha,1993), hal.127 71
Soenarjo, Al-Quran dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah/
Pentafsir Al-Quran, 1971), hal.102
58
anaknya. Suatu waktu dibawalah Ismail oleh Nabi Ibrahim as berjalan bersama-sama,
dan di tengah jalan “berkatalah dia (Nabi Ibrahim),72
“sesungguhnya aku melihat
dalam mimpi bahwasanya aku menyembelih engkau, maka pikirkanlah apa
pendapatmu?”. Dengan kata yang halus dan mendalam si ayah berkata pada anaknya.
Pada saat itu Nabi Ibrahim berusia lebih dari 90 tahun, dan anak yang dihadapinya
adalah anak yang berpuluh tahun lamanya ditunggu-tunggu dan sangat diharapkan.73
Kemudian Ismail memikirkan mimpi itu dan menyatakan pendapatnya (Ismail)”, ia
menjawab: “Hai bapakku engkau telah menyerah kepada anak yang mendengar dan
engkau telah meminta kepada anak yang mengabulkan dan engkau telah berhadapan
dengan anak yang rela dengan cobaan dan keputusan Allah swt. Maka bapak tinggal
melaksanakan apa saja yang diperintahkan-Nya, sedang kau hanyalah patuh dan
tunduk kepada Allah, dan alangkah mengharukan jawaban “Ismail”, benar-benar
terkabul do’a ayahnya yang telah berdo’a meminta anak yang sabar. Ia percaya
bahwa mimpi bapaknya merupakan mimpi benar dari Tuhannya.74
Firman Allah :
Artinya:
“Dan katakanlah hai Muhammad (kepada mereka) kisah Ismail di dalam Al-
Qur’an sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang
Rasul dan Nabi.” (Q.S. Maryam : 54).75
72
Hamka, Tafsir Al-Azhâr, (Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1982),hal.143 73
Al-Jalâlain, Tafsir Jalâlain, (Semarang), Juz 1, hal.370 74
Mustofa Al-Marogi, Terjemah Tafsir Al-Maragi, (Semarang: Karya Toha,1993), hal.129 75
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan
Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, 1989), hal.468
59
,dan setelah keduanya berserah diri benar-benar yakin dan iman فلما بلغ معو ألسعي
lalu ia menyerahkan dirinya dengan penuh ridho kepada Tuhannya.
“Berbaringlah anak itu, pipinya terletak pada tanah supaya mudah meletakkan
pisau di atas lehernya dan mulailah Ibrahim mengalungkan pisaunya” menurut
riwayat dari Mujahid bahwasanya Nabi Ismail berkata kepada ayahnya janganlah
engkau menyembelihku sedang engkau melihatku”.76
dan Kami panggillah dia “Hai Ibrahim sesungguhnya telah engkau وندينو إن ياءبرىيم
benarkan mimpi itu bahwa sepanjang yang Kami perintahkan kepadamu dalam
mimpimu telah engkau benarkan, engkau tidak ragu-ragu bahwa itu memang perintah
Tuhanmu. Maka Allah memberikan pahala yang tinggi di sisi Allah sampai Nabi
Ibrahim as lah yang mendapat sebutan “Kholilullah” orang yang sangat dekat dengan
Allah laksana sahabat, kemudian Allah menyebutkan tentang beberapa besarnya
kesabaran Ibrahim dalam mematuhi perintah Tuhannya.
Dalam Firman-Nya :
Artinya:
“Sesungguhnya ini benar-benar merupakan cobaan besar yang nyata” (Q.S.
As-Shafat : 106).77
Sementara itu, memang banyak beban yang kita tidak ketahui rahasia-rahasia
hikmahnya, namun Allah Maha Tahu tentang segala, karenanya beban-beban itu
disyariatkannya tentang Qurban.
76
Mustofa Al-Marogi, Terjemah Tafsir Al-Maragi, (Semarang: Karya Toha,1993), hal.130 77
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan
Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, 1989), hal.725
60
dan telah Kami tebus dia dengan seekor kambing yang sangat “ وفدينو بدبح عظيم (۷)
besar” ke atas leher Ismail, maka didatangkanlah seekor domba besar sebagai ganti
dari anak yang nyaris disembelih.78
Menurut Usman bin Hasan as Sair mengatakan, bahwa pengganti dari
penyembelihan Ismail itu diganti dengan seekor kibas yang besar dan yang datang
dari surga dibawa oleh malaikat yaitu kibasnya Khabil sewaktu qurban dan ada pula
yang menyatakan bahwa kambing itu datang dari gunung “Khoidil” ini menurut
Hasan Al-Bisri.79
Dari lukisan ayat Al-Qur’an ini dapat dihayati betapa demokrasinya hidup di
naungan Islam yang bersumberkan Al-Qur’an dan Sunah. Seorang bapak berdialog
dan musyawarah kepada anaknya. Demikian pula jawaban seorang anak, seorang
pemuda tak akan membantah perintah Allah melalui bapaknya walaupun akan
disembelih, tanpa ragu-ragu tampil dengan penuh ikhlas menyerahkan diri untuk
berkurban dengan mencari kemulyaan dan keridhoan Allah swt.80
78
Hamka, Tafsir Al-Azhâr, (Jakarta: Panjimas, 2000), hal.145 79
U’sman bin Hasan Al-Syakir, Durotun Nâsihîn, (Semarang), hal.181 80
Ramlan Marjoned, Dinamika Kekuatan Islam, (Jakarta: Media Dakwah), hal.31
62
BAB IV
ANALISA TERHADAP MIMPI NABI IBRAHIM AS
A. Mimpi Nabi Ibrahim Sebagai Dasar Hukum
Penulis akan menjelaskan apakah mimpi Nabi Ibrahim dapat dijadikan sebagai
dasar hukum atau tidak?
Mimpi memiliki kedudukan yang sangat tinggi dan mulia. Maka sebagian
orang menyangka bahwa mimpi berpengaruh pada hukum syari‟at, yang benar
adalah sebaliknya. Sebab syari‟at telah sempurna pada masa kenabian, ia tidak
memerlukan orang yang menyempurnakannya atau memberi tambahan. Baik
dalam keadaan terjaga maupun tidur. Mimpi tidaklah merupakan sumber hukum
syari‟at, tambahan pula setan amat bersemangat untuk menyesatkan manusia
dengan berbagai cara. Bisa saja setan menampakkan diri kepada manusia dalam
mimpinya sebagai Allah atau salah satu malaikat lalu ia memerintahkan
melakukan perbuatan haram atau meninggalkan kewajibannya. Dengan demikian
ia menjadi tersesat tetapi ia meyakini dirinya sebagai orang yang mulia.1
Mimpi selain mimpi Nabi Ibrahim as juga disebut sebagai mimpi (as-
shalihah) yaitu mimpinya orang shalih, mereka ini urutan kedua setelah para Nabi
dan Rasul-Nya. Yang dominan pada mimpi mereka adalah kebenaran, namun di
antaranya ada yang perlu dita‟birkan dan ada pula yang tidak perlu ( karenanya
mimpi itu ) sudah menunjukkan suatu perkara yang sudah jelas, karena memang
mimpi orang-orang yang shaleh.
1 Ahmad bin Sulaimân Al-Uraini, Petunjuk Nabi Tentang Mimpi, (Jakarta: Darul
Falah,1416H), hal.60
63
Sebagaimana hadits Rasul yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah:
﴾رواه لبخارى ومسلم﴿ألرؤيا الحسنة من الرجل الصالح
Artinya:
“Mimpi yang baik dari orang-orang yang shaleh”. (H.R. Muslim).2
Mimpi Bukan Dasar Hukum
Mimpi tidak dapat dijadikan sebagai dasar hukum dan tidak dapat
dijadikan dalil atas perintah dan larangan. Karenanya syari‟at telah menetapkan
dasar-dasar hukum, yaitu Al-Qur‟an dan hadits, atau yang menunjukkan kepada
keduanya, seperti ijma, dan qiyas. Syari‟at tidak menjadikan mimpi seseorang
yang bukan Nabi sebagai dasar hukum.3
Firman Allah swt:
Artinya:
“Ikutilah apa yang ada (telah diturunkan) kepadamu dari Tuhanmu dan
janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikit kamu
mengambil pelajaran (darinya).” (Q.S. Al-A‟raf : 3).4
Sedangkan pada ayat lain disebutkan sebagai berikut :
2 Ma‟mur daud, Shahih Muslim, (Klang Book Muslim), Hadis ke-2109, Jilid 1, hal.165
3 Yusuf Qardhawi, Alam Ghaib, (Jakarta: 2005), hal.131
4 Soenarjo, Al-Quran dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah/
Pentafsir Al-Quran, 1971), hal.260
64
Artinya:
“Apa yang diberikan Rasul padamu maka terimalah, dan apa-apa yang
dilarang bagimu maka tinggalkanlah” (Q.S. Al-Hasyr: 7).
Kandungan ayat di atas menjelaskan bahwa mimpi yang dapat dijadikan
dasar hukum adalah mimpi yang dialami seorang Nabi, dan janganlah mimpinya
seseorang yang bukan Nabi dijadikan dasar hukum atau syari‟at.
Mimpi yang benar adalah mimpi yang merupakan mimpi Nabi Ibrahim as
sebagai wahyu dan syari‟at, pertanda petunjuk dari Allah swt, maka mimpi Nabi
adalah merupakan wahyu dan merupakan kebenaran juga syari‟at, sebab wahyu
terjaga dari syaitan. Hal ini ulama bersepakat bahwa mimpi para Nabi merupakan
salah satu bentuk wahyu dan syari‟at.
Sebagaimana Firman-Nya;
Artinya:
“Dan tidaklah ada bagi seorang manusia pun bahwa Allah berkata dengan
dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau di belakang tabir atau dengang
mengutus seorang utusan (malaikat) lalu dia wahyukan kepadanya dengan
seizinnya apa yang dia kehendaki, sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha
Bijaksana” (Q.S. as-Syuro: 52).
Oleh karena itu, Nabi Ibrahim menyembelih putranya Ismail berdasarkan
mimpi (ujian dari Allah swt). Adapun mimpi selain para Nabi tidaklah lepas dari
65
salah. Karena itu, perlu disesuaikan dengan wahyu yang ada dalam al-Qur‟an, jika
sesuai dengan al-Qur‟an maka mimpi itu dapat digunakan, namun jika
bertentangan tidak dapat digunakan.5
Menurut hemat penulis, pengetahuan sebenarnya ada pada Allah, bahwa
antara keduanya terdapat perbedaan mendasar. Adakah suatu perbedaan yang
lebih besar dari pada sesuatu itu dari Allah dan yang lain dari syaitan?, perbedaan
itu bisa juga mengacu kepada yang mengalami mimpi itu sendiri.
Dari uraian di atas jelaslah bahwa mimpi tidak bisa dijadikan landasan
syari‟at dan pemberlakuan hukum manakala di dalamnya terdapat perintah atau
larangan. Tetapi jika di dalamnya tidak ada perintah atau larangan maka mimpi itu
adalah penampakan semata, kecuali mimpi para Nabi, seperti mimpi Nabi Ibrahim
as.6
B. Hubungan Antara Mimpi Nabi Ibrahim Dengan Realitas Sosial
Menurut Frued mimpi itu sebenarnya memiliki arti. Mimpi seringkali
merupakan pemenuhan hasrat yang tidak terlaksana di dunia nyata. Demikianlah
apa yang dikatakan oleh Frued. Walaupun tidak semua kasus mimpi memiliki
kejadian seperti yang dijelaskan oleh Frued namun ada juga mimpi yang benar-
benar cocok dengan penjelasan Frued.
Menurut Frued, mimpi bisa juga terdeskripsikan atau tersimbolkan. Dalam
hal ini mimpi sebagai pemenuhan kebutuhan atau hasrat tak sadar, tampil dalam
simbol-simbol tertentu. Dengan demikian perlu dilakukan penerjemahan atas
5 Yusuf Qardhawi, Alam Ghaib, (Jakarta: 2005), hal.133
6 Ahmad bin Sulaimân Al-Uraini, Petunjuk Nabi Tentang Mimpi, (Jakarta: Darul
Falah,1416H), hal.61
66
simbol-simbol tersebut agar dapat diketahui maksud yang sebenarnya. Tafsir
mimpi Frued merupakan penjelasan mengenai hal-hal seperti ini.
Kalau ditinjau dari segi ilmiah atau sesuatu yang dapat diukur, seseorang
yang sedang bermimpi menunjukkan aktifitas otak dengan gelombang tertentu di
dalam otak yang berbeda dengan ketika tersadar atau ketika tertidur lelap.
Gerakan mata orang yang bermimpi juga bisa dibaca. Rapid Eye Movement
merupakan penjelasan ilmiah yang dapat diukur dan dijadikan indikator apakah
seseorang itu sedang bermimpi atau tidak.7
Bermimpi setidaknya merupakan kebangkitan semua orang dari kematian
sementara. Bermimpi merupakan pengalaman sadar, seperti halnya pengalaman di
dunia nyata. Namun karena sering tidak bisa membedakan mana mimpi mana
kenyataan, maka akan terus dihinggapi kebingungan bagaimana sebenarnya
mekanisme mimpi ini terjadi. Tentunya penjelasan yang ingin diperoleh bukanlah
penjelasan materialistik seperti rekaman kejadian yang ada di otak maupun
rekaman gerakan mata manusia. Sampai saat ini mimpi selalu saja merupakan
aspek yang penuh subjektifitas.
Mimpi sudah menjadi fonemena yang menjadi bahan kajian dari zaman
dahulu. Sejak zaman Yunani kuno, realitas mimpi menjadi objek perhatian yang
sangat intens dari para pemikir dan filosof. Bahkan dalam literatur Islam
disebutkan terdapat seorang Rasul as yang dianugerahi Allah swt untuk dapat
memahami mimpi dengan memberikan informasi tafsirnya secara akurat. Rasul
7Http://id.shvoong.com/society-and-news/opinion/2094938-Misteri-Mimpi-dari-
kenyataan menjadi/#ixzz1K7rdfqW0, diakses pada tanggal 20 April 2011.
67
itu bernama Yusuf as., putra nabi Ya‟qub as. Beliau hidup sekitar kurang lebih
2000 SM dan banyak menafsirkan mimpi-mimpi yang terjadi pada dirinya sendiri
dan umatnya. Sejarah nyata ini banyak sekali diterangkan dalam literatur kitab
Suci Al-Qur‟an, kitab suci milik umat Islam. Dapat dilihat dari rujukannya di
bagian surat dalam Al-Qur‟an QS. Yusuf: 44, Al-Isra‟ : 60, as-shaffat : 105, yusuf
: 21 dan masih banyak lagi.8
Mimpi menjadi pesona yang sangat menajubkan sekaligus misteri yang
belum terpecahkan rahasianya. Ia seolah-olah memanggil setiap manuasia untuk
menyelidikinya lebih jauh. Dalam hal ini, sejak dulu hingga kini, mulai dari
agamawan, ilmuan, filosof, bahkan sampai pada seniman, berusaha untuk
menerjemahkan sebuah mimpi. Apa yang terjadi di balik hakikat mimpi,
bagaimana ia bisa terjadi pada tidur sesorang, dan terkadang orang tidur tidak
bermimpi itu juga kenapa?, dan terkadang mimpi terjadi begitu sangat konyol,
tidak berarti. Terkadang pula mimpi terasa sangat menyenangkan atau sangat
menakutkan, mengkhawatirkan, dan menyedihkan. Tidak jarang pula manusia
dapat bermimpi seakan mendapat jawaban dari persoalan yang sedang kalut
dipikirkannya, atau bermimpi yang merupakan petunjuk akurat dari Allah swt,
dan lain-lain. Masih banyak realitas mimpi yang pernah dialami oleh setiap
manusia dan sifatnya misterius.
Sampai saat ini boleh dibilang mimpi adalah suatu fenomena menarik dan
misterius. Mimpi terkadang membuat senang dan tertawa geli, atau bahkan bikin
8Http://id.shvoong.com/society-and-news/opinion/2094938-Misteri-
Mimpi/#ixzz1K7rdfqW0,diakses pada tanggal 21 April 2011.
68
kepala geleng-geleng. Jadi sebenarnya apa sih mimpi itu? Mulai dari jaman Adam
dan Hawa, kerajaan Yunani dan Roma, sampai Sigmund Freud (pemikir Austria)
di akhir tahun 1800-an, seluruh umat manusia rupanya masih penasaran dengan
arti sebuah mimpi dan mengapa mengalaminya ketika tidur. Secara umum banyak
dari kalangan ilmuan yang mendefinisikan mimpi merupakan suatu proyeksi yang
timbul tanpa sengaja dan terdiri dari koleksi gambaran, suara, gagasan, pikiran,
daya perasaan, serta sensasi lainnya di saat tidur.
Definisi lainnya hampir sama bahwa mimpi adalah pengalaman bawah
sadar yang melibatkan penglihatan, pendengaran, pikiran, perasaan, atau indra-
indra lain dalam tidur, terutama saat tidur yang disertai gerakan mata yang cepat
(rapid eye movement/REM sleep) Tetapi definisi-definisi ini belum mengungkap
pengertian yang sebenarnya.9
Kebanyakan dari mereka hanya menjelaskannya secara gradual dan umum.
Belum ada yang menjelaskannya secara detil dan holistik bagaimana mimpi itu
sebenarnya. Bahkan yang paling parah hanya menjelaskan efek atau pengaruh
yang ditimbulkan dari mimpi itu, seperti mimpi melihat bulan maka ia akan
mendapat anugerah, atau mimpi melihat mayat ia akan umur panjang, Mimpi
membeli sebuah kapal maka usaha yang ditekuni akan berkembang dengan pesat,
Mimpi melihat kancing terjatuh kita Akan mengalami rintangan maka harus
berhati-hati dalam melakukan atau memutuskan sesuatu., Mimpi memasang
kancing baju : Pertanda kita harus memperbaiki kesalahan. Mimpi merasa
kehilangan kancing : Akan mendapat teguran dari apa yang kita kerjakan, Mimpi
9Http://id.shvoong.com/society-and-news/opinion/2094938-Misteri-
Mimpi/#ixzz1K7rdfqW0,diakses pada tanggal 21 April 2011.
69
merasa berduaan dengan suami/istri : Akan berhasil dalam melakukan sesuatu,
Mimpi di kamar kita banyak orang : Pertanda kita harus sabar karena akan ada
banyak orang yang akan mengejek kita. Mimpi berada didalam kamar mewah :
Akan mendapat sesuatu yang diinginkan, dan lain-lain. Ini semua hanyalah tafsir
mimpi belaka dan belum ada yang menjelaskannya bagaimana itu bisa terjadi, dan
semua ini dapat ditemukan seperti buku primbon mimpi, tafsir mimpi, dan banyak
pula beberapa situs di internet yang penjelasan dan temanya hampir sama.
Kebanyakan buku-buku dan beberapa pencarian situs di internet hanya seperti itu
dan tidak mengajak untuk memahami arti detail apa dan kenapa mimpi itu dapat
terjadi dan bagaimana prosesnya sehingga dapat masuk ke dalam pikiran
seseorang di saat tidur atau ketika melamun.10
Pertanyaan-pertanyaan yang akan dikaitkan dengan misteri mimpi untuk
memperoleh jawaban yang sebenarnya tentang realitas mimpi antara lain: apa dan
bagaimana realitas di balik misteri mimpi ? bagaimana ia terwujud? Bagaimana ia
dapat masuk ke dalam pikiran di saat tidur atau setengah tidur bahkan ketika
melamun pun bisa bermimpi ? dari mana datangnya ? apa tujuannya? Kenapa ada
mimpi yang menyenangkan, menakutkan dan mengkuatirkan, mimpi sangat
konyol tidak masuk akal, dan mimpi petunjuk, isyarat, jawaban dari permasalahan
hidup, dan proses terbentuknya segala macam mimpi bagaimana, dan lain-lain.
Pertanyaan-pertanyaan semacam ini akan mengajak manusia untuk mengarungi
hakikat mimpi lebih jauh dan bukan selama ini yang dipahami sebatas itu saja.
10
Http://id.shvoong.com/society-and-news/opinion/2094938-Misteri-Mimpi-dari-
kenyataan-menjadi/#ixzz1K7rdfqW0, diakses pada tanggal 20 April 2011.
70
Hubungan mimpi dengan realitas sosial.
Sebagaiman telah dipaparkan di atas, bahwa mimpi bisa menjadi suatu
realitas sosial, hal ini dapat dibuktikan dengan mimpinya nabi Ibrahim as, dan
nabi Yusuf as, sebagaimana tercantum dalam QS. Yusuf: 44, Al-Isra‟ : 60, as-
shaffat : 105, yusuf : 21 dan masih banyak lagi. Seperti bagaimana dahsyatnya
mimpi yang bisa membuat Raja Nambruz dan Fir‟aun yang memerintahkan
prajuritnya untuk membunuh setiap bayi laki-laki yang lahir, dan mimpinya raja
Mesir yang dapat ditafsirkan dengan sempurna oleh nabi Yusuf, sehingga rakyat
mesir dapat terselamatkan dari bahaya kelaparan akibat kemarau panjang.
Para Ilmuan Barat telah melakukan riset. Inilah benang merah yang dapat
kita tarik dari paparan yang telah dijelaskan di atas, tapi tidak semuah mimpi bisa
menjadi realitas sosial. Tidak ditemukan jawaban pertanyaan ini dari para
ilmuwan.11
C. Pendapat Para Ulama Tentang Mimpi
Mimpi yang dimimpikan oleh seseorang yang hampir terlena dalam
tidurnya sehingga dia tidur dengan terlena adalah benar dan berfaedah. Mimpi-
mimpi ini selalu merupakan pembawa pembukaan dan perantaraan kepada yang
luar biasa. Bukti kebenaran mimpi dinyatakan oleh Allah swt dengan Firman-Nya:
11
Http://id.shvoong.com/society-and-news/opinion/2094938-Misteri-
Mimpi/#ixzz1K7rdfqW0, diakses pada tanggal 21 April 2011.
71
Artinya:
“Sesungguhnya Allah akan membuktikan mimpi itu benar kepada Rasul-
Nya, kamu akan masuk Masjidil Haram jika dikehendaki Allah dengan aman”.
(Surah al-Fath ayat 27).
Secara umum, mimpi berlaku apabila seseorang itu sedang tidur. boleh
juga berlaku dalam situasi lain, seperti ketika pingsan, mabuk, dan sebagainya,
dengan syarat fisikalnya dalam keadaan separuh sadar. Bagi orang yang
bermimpi, rohnya hanya keluar sementara dalam artikata „menjenguk‟
(extending), masih ada yang tinggal dalam jasad, sebab itulah orang tidur masih
bernafas. Ibarat seseorang yang kaki kanannya di dalam air tapi kaki kiri memijak
daratan. Begitulah juga orang yang bermimpi, sebagian rohnya berada dalam
jasadnya manakala sebagian lagi berada di luar tubuhnya.12
Manusia keseluruhanya bermimpi, kadangkala mimpi itu menggembirakan
dan kadangkala tidak, kadangkala mimpi itu tidak dapat difahami dan ditafsirkan,
kadangkala mimpi itu juga penuh misteri dan simbolik sehingga agak sukar bagi
kita sebagai umat manusia untuk menafsirkan makna di balik setiap kejadiaan
mimpi tersebut.
Imam Ibnu Sirin, dalam bukunya Tafsir Mimpi Menurut Islam, berkata:
"Tidak semua mimpi dapat ditafsirkan makna yang terkandung di dalamnya. Ada
kalanya mimpi bagaikan angin lalu namun ada yang benar-benar menjadi
kenyataan. Mimpi insan yang bertakwa merupakan berita yang akan berlaku,
karena Rasulullah tidak bermimpi melainkan mimpi baginda menjadi kenyataan.
12
Http://id.shvoong.com/society-and-news/opinion/2094938-Misteri-Mimpi-dari-
kenyataan-menjadi/#ixzz1K7rdfqW0, diakses pada tanggal 20 April 2011.
72
Sedangkan mimpi insan yang tidak beriman merupakan berita yang disebarkan
oleh syaitan."13
Dalam suatu riwayat dikisahkan, seorang wanita bertanya, "Wahai
Rasulullah, sesungguhnya saya bermimpi melihat sebagian tubuh baginda berada
di rumahku." Baginda menjawab, "Sesungguhnya Fatimah akan melahirkan
seorang anak lelaki, kemudian engkau yang akan menyusukannya." Tidak lama
kemudian Fatimah melahirkan Hussein dan disusukan oleh wanita tersebut.
Al- Qurtubi mengungkapkan pengertian mimpi dalam tafsirnya Jami’ li
Ahkam Al-Qur’an bahwa mimpi adalah sesuatu hal yang mulia dan penempatan
yang tinggi. Dia bisa terjadi pada Nabi-nabi, Rasul-rasul dan terjadi pula pada
orang-orang saleh.14
Sedangkan menurut Ibnu Qayyim dalam kitabnya Madarij As-Salikin,
mimpi itu sama dengan kasyf (penyingkapan), ada yang bersifat Rahmani, yaitu
datang dari Tuhan, ada yang bersifat nafsani, yaitu dari perasaan diri sendiri, dan
adalagi kasyf dari setan.15
Menurut ahli-ahli ta‟bir, mimpi ada tiga macam:
1. Mimpi dari Allah swt yaitu mimpi yang baik untuk dunia dan akhirat,
merupakan khabar gembira atau satu peringatan dari pada Allah swt supaya
tidak melakukan maksiat kepada-Nya.
2. Mimpi yang batil atau permainan syaitan, yaitu mimpi yang tidak dapat
diperincikan oleh orang yang bermimpi. Artinya orang yang bermimpi itu tidak
sanggup mengingat tertib atau jalan cerita mimpi itu. Mimpi seperti ini
13
Al-Bashri, Muhammad Ibn Sirin, Ensiklopedia Arti Mimpi, (Bandung: Pustaka
Hidayah, 2008) 14
Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad Al-Anshâri Al-Qurtubi, Jâmi’ li Ahkâm Al-
Qur’an, (Beirut: Dar al-Fikr), hal.122 15
Ibnu Qayyim Al-Jauji, Madârij As-Sâlikîn, (Beirut: Dar al-Fikr, 1988), hal.51
73
dianggap batil dan tidak mempunyai sebarang makna atau takwil, atau mimpi
buruk yang tidak menyenangkan seperti kedatangan mala petaka, musibah,
permusuhan, kesedihan, kesengsaraan, kemelaratan, penderitaan dan
sebagainya.
3. Keinginan nafsu, seperti kita ketahui nafsu ada tiga, yaitu nafsu mutmainnah,
nafsu lawwamah dan nafsu amarah. Mimpi seperti ini terjadi karena pengaruh
fikiran seseorang, sesuatu yang dia lakukan atau dia khayalkan siang hari atau
menjelang tidurnya selalu menjelma ketika tidurnya, atau mimpi makan ketika
diri sedang lapar, mimpi dianiayai orang ketika sedang sakit dan sebagainya.
Mimpi seperti ini tidak mempunyai arti sama sekali.
Rasulullah saw bersabda maksudnya: "Mimpi itu ada tiga, mimpi dari
Allah (mimpi yang baik), mimpi dari syaitan (mimpi buruk) dan mimpi dari
dirinya yang disebabkan terjadi sesuatu kemudian dia bermimpi."
Dalam kitab-kitab karangan Ibnu Sirin, Imam Ad-dahlawi, Imam An-
Nawawi dan Imam Ibnu Hajar. terdapat cara-cara dan adab-adab yang sunat
dilakukan ketika bermimpi daripada gangguan syaitan. Cara-caranya adalah
seperti berikut :
1. Membaca ta’awwuz (A’uuzubillâhi minasysyaitoonirroojîm)
2. Meludah kesebelah kiri kita sebanyak 3 kali.
3. Mengubah cara tidur ke sebelah yang lain
4. Bangun shalat 2 rakaat (kalau mampu) dan berdoalah agar kita dijauhkan dari
musibah dan bencana serta mintalah yang baik-baik serta perlindungan
daripada Allah swt.16
16
Al-Bashri, Muhammad Ibn Sirin, Ensiklopedia Arti Mimpi, (Bandung: Pustaka
Hidayah, 2008).
74
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada akhir pembahasan tentang mimpi ini penulis dapat mengambil
kesimpulan, kesimpulan ini merupakan jawaban dari pertanyaan dalam perumusan
masalah berdasarkan uraian dari setiap bab yang sudah penulis lakukan, maka
ditemukan oleh penulis bahwa mimpi itu tidak bisa dijadikan patokan sebagai
dasar hukum, kecuali mimpi yang terjadi pada mimpi para Nabi dan para Rasul
Allah swt, sebagaimana halnya mimpi yang terjadi pada mimpi Nabi Ibrahim as
untuk menyembelih anaknya (Qurban) Ismail as.
Islam sebagai agama sangat memperhatikan masalah mimpi. Hal ini
terbukti dengan banyaknya mimpi disebutkan dalam Al-Qur’an melalui tiga kosa
kata, kuncinya yaitu: a). Rukyah, b). Ahlam, c). Adghas.
Mimpi Nabi Ibrahim mempunyai arti penting bagi kehidupan manusia
yang senantiasa mengiringi langkah-langkah perjalanan hidup manusia, sehingga
dapat melahirkan amal-amal kebajikan dan pemahaman yang baik pada
Tuhannya, dan juga menjadi talak ukur ditegakkannya ajaran Nabi dan Rasul.
Mimpi Nabi Ibrahim as juga merupakan wahyu yang diberikan Allah swt,
selain itu juga sebagai syari’at serta dasar hukum, dan awal disyari’atkannya
Qurban yang masih berlaku di zaman sekarang ini, dan sekaligus cobaan bagi
umat yang beriman.
75
B. Saran-Saran
Penulis masih sangat merasa kekurangan dalam membahas masalah ini.
Sehingga perlu sekali kritik dan saran untuk mencapai kesempurnaan dalam
menyelesaikan karya tulis ini, sehingga penulis dapat memberikan saran-saran
sebagai berikut:
1. Sebagai manusia biasa yang banyak lalai dan lupa dalam mengarungi
kehidupan ini jangan sekali-kali menjadikan mimpi sebagai dasar hukum.
Sebab ajaran Islam yang dibawa oleh para Nabi dan Rasul telah sempurna
sejak abad yang sudah terlewatkan.
2. Kepada mahasiswa dan mahasiswi di perguruan tinggi manapun diharapkan
dapat meningkatkan kembali amal-amal kebajikan, dan upaya meningkatkan
kembali penggalian nilai-nilai hukum serta melaksanakannya.
3. Penelitian yang penulis lakukan ini belum sampai mengetahui tentang hakikat
mimpi itu sendiri, sehingga perlu adanya penelitian lanjutan dengan peluang-
peluang penemuan yang lebih banyak lagi.
76
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Baki, Muhammad Fuad, Al-Lu’lu Wal Marjân Terjemah, Surabaya : Bina
Ilmu, 1996.
Al-Alawi, Syaih Usamah, Hukum Mimpi Menurut Al-Qur’an dan Hadist, Jakarta
Selatan : Mustaqim, 2003.
Al-Anbari, Kholil, Kamus Tafsir Mimpi, Solo : Ar-Raiyan, 2005.
Al-Bashri, Muhammad Ibn Sirin, Ensiklopedia Arti Mimpi, Bandung : Pustaka
Hidayah, 2008.
Daud, Ma’mur, Shahih Muslim, Hadis ke-2109, Jilid I, Cet. Ke-1.
Hamka, Tafsir Al-Azhâr, Jakarta : Panjimas, 2000.
Hasan, Ahmad As-Syakir bin Usamah, Durrotun Nâsihîn, Semarang.
Al-Jibrin, bin Abdullah Abdurrahman, Ibadah Qurban, Jakarta : Al- Qowan,
2004.
Kamal, Al-Sayid, Kisah-kisah Terbaik Al-Qur’an, Jakarta : Pustaka Jahro, 2004.
Khan, Inayat, Dimensi Spiritual Psikologi, Bandung : Pustaka Hidayah, 2000.
Marhijanto, Kholilah, Kisah-Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul, Surabaya : Ar-
Qola, 1995.
Marjoned, Ramlan, Dinamika kekuatan Islam, Jakarta : Media Dakwah.
Al-Marogi, Mustofa, Tafsir Al-Marogi, Semarang : Karya Toha, 1993.
_______________, Mu’jam Al-Mufarros Fî Al-fâdil Qur’an, Nasr Tanajau, 1981.
Nurkholish, Majid, Islam Agama Peradaban, Jakarta : Paramadina, 2000.
77
Al-Uraini, Ahmad bin Sulaiman, Petunjuk Nabi Tentang Mimpi, Jakarta : Darul
Falah, 1416H.
Purwanto, Yadi, Memahami Mimpi, Persefektif Psikologi Islam, Jogja : Kudus,
2003.
Salim, Hadyah, Qissotul al-Anbiyâi, Bandung : Al Maarif, 1970.
Al-Shiddiqy, Teungku Muhammad Hasbi, Tafsir Al-Qur’anul Majîd An-Nûr,
Jakarta: Pustaka Rizki Putra Semarang, 1995.
Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Mishbâh, Jakarta: Lentera Hati, 2002.
Soenarjo, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta:Yayasan Penyelenggara
Penterjemah/Pentafsir Al-Quran, 1971.
Sya’roni, Usman, Otentisitas Hadist, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002.
Qardhawi, Yusuf, Alam Ghaib, Terjemahan Maukiful Islam, Jakarta : 2005.
Yunus, Mahmud, Kamus Arab Indonesia, Jakarta : Hida Karya Agung, 1990.
Http://id.shvoong.com/society-and-news/opinion/2094938-misteri-mimpi-dari-
kenyataan-menjadi/#ixzz1K7rdfqW0, diakses pada tanggal 20 April 2011.
top related