Top Banner
Mimpi Menurut Al-Qur’an (Studi Historis Mimpi Nabi Ibrahim As) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Tafsir Hadis (S.Th.I) Oleh : LIA ANGRAENI NIM: 106034001240 JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432H/2011 M
91

JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

Oct 21, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

Mimpi Menurut Al-Qur’an

(Studi Historis Mimpi Nabi Ibrahim As)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Tafsir Hadis (S.Th.I)

Oleh :

LIA ANGRAENI

NIM: 106034001240

JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432H/2011 M

Page 2: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

Mimpi Menurut Al-Qur’an

(Studi Historis Mimpi Nabi Ibrahim As)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Tafsir Hadis (S.Th.I)

Oleh:

Lia Angraeni

NIM: 106034001240

Pembimbing:

Dr. M. Suryadinata, M.A

NIP: 19600908 198903 1005

JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H/2011 M

Page 3: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul Mimpi Menurut Al-Qur’an (Studi Historis

Mimpi Nabi Ibrahim As) telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas

Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 22 Juni 2011. Skripsi

ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ushuluddin

(S.Th.i) pada Program Studi Tafsir Hadis.

Jakarta, 22 Juni 2011

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Dr. M. Suryadinata, MA Dr. Lilik Ummi Kalsum, MA

NIP: 19600908 198903 1 005 NIP: 19711003 199903 2 001

Anggota

Penguji I Penguji II

Dr. Lilik Ummi Kalsum, MA Muslih, MA

NIP: 19711003 199903 2 001 NIP: 19721024 200312 1 002

Pembimbing

Dr. M. Suryadinata, MA

NIP: 19600908 198903 1 005

Page 4: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Lia Angraeni

NIM : 106034001240

Tempat/Tgl. Lahir : Tangerang, 19-Februari-1989

Program Studi : Tafsir Hadits

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul:

“Mimpi Menurut Al-Quran” (Studi Historis Mimpi Nabi Ibrahim As), adalah

karya intelektual saya, kecuali kutipan-kutipan yang disebutkan sumbernya.

Apabila terdapat kesalahan dan keliruan di dalamnya, maka sepenuhnya

menjadi tanggung jawab saya, dan Dr. M. Suryadinata, MA. sebagai dosen

pembimbing tidak bertanggung jawab apabila terbukti skripsi ini bukan hasil karya

penulis sendiri.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Ciputat, 01-Mei-2011

Lia Angraeni

Page 5: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

i

ABSTRAK

Lia Angraeni, Nim: 106034001240. Judul Skripsi “Mimpi Menurut Al-

Quran” (Studi Historis Mimpi Nabi Ibrahim AS).

Mimpi senantiasa menjadi topik perhatian yang serius bagi yang melihat

dan yang merasakannya. Kalau diperhatikan, Al-Quran tentu akan ditemukan

bahwa Allah swt telah mengisahkan di dalamnya berbagai hal tentang mimpi

yaitu diantaranya mimpi Nabi Ibrahim as untuk menyembelih anaknya Ismail.

Mimpi bisa jadi isyarat yang diberikan Allah swt kepada hamba-Nya

berupa berita gembira ataupun buruk, dan mimpi ada yang bermakna dan ada pula

tidak bermakna. Mimpi yang baik berasal dari Allah, yang merupakan sejenis

wahyu yang datang kepada seorang yang baik dan dapat member kabar baik dan

peringatan.

Syariat Islam khususnya dalam menyikapi mimpi telah membedakan

tingkatan orang yang bermimpi. Sejak pertama kali diturunkannya syariat Islam,

memandang bahwa: semua orang sama tingkatannya kecuali taqwanya. Bahwa

mimpi ada yang baik dan ada pula mimpi buruk bahkan ada mimpi-mimpi

kosong. Mimpi yang baik merupakan (Busyra) dari Allah swt. Sedangkan mimpi

buruk dari syaitan, mimpi kosong hanya bisikan jiwa kecuali mimpi para Nabi.

Mimpi para Nabi merupakan wahyu dan sebagai dasar syariat hukum untuk umat.

Seperti Nabi Ibrahim as untuk menyembelih anaknya (Qurban).

Dari latar belakang di atas dapat disusun perumusan masalahnya sebagai berikut:

1) Apakah mimpi dapat dijadikan dasar hukum?

2) Bagaimanakah mimpi menurut Al-Quran? dan

3) Bagaimanakah mimpi Nabi Ibrahim dalam Al-Quran.

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Untuk mengetahui mimpi dapat dijadikan dasar hukum, atau tidak?,

2) Untuk mengetahui klasikfikasi mimpi menurut Al-Quran, dan

3) Untuk mengetahui mimpi Nabi Ibrahim dalam Al-Quran.

Page 6: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

ii

KATA PENGANTAR

الحمد لله رب العلميه و الصلاة والسلام على سيدوا محمد وعلى اله وأصحابه ومه تبع بإحسان يوم

. أما بعد‚ الديه

Tiada kata yang pantas terucap selain pujian dan rasa syukur kehadirat

Allah swt, atas izin, rahmat, hidayah serta karunian-Nya, sehingga penulis

diberikan jalan kemudahan dan kemampuan untuk menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat dan salam, semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad saw,

seorang Nabi pembawa perubahan, Sang revolusioner dalam segala aspek

kehidupan dan rahmat sekalian alam dan seorang teladan yang sempurna hingga

akhir zaman.

Skripsi yang berjudul: Mimpi Menurut Al-Qur’an (Studi Historis

Mimpi Nabi Ibrahim As), merupakan karya ilmiah Penulis sebagai perjalanan

akhir setelah sekian tahun menuntut ilmu di bangku perkuliahan guna memenuhi

persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) di Fakultas Ushuluddin

pada Jurusan Tafsir Hadis Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Selama penyusunan skripsi ini penulis menemukan banyak kesulitan yang

menghambat penyelesaian skripsi ini. Namun, berkat do‟a, dorongan dan bantuan

dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Oleh karena itu, dengan segala hormat dan kerendahan hati kepada pihak-

pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyelesaian skripsi ini,

penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

Page 7: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

iii

1. Dekan Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah, Prof. Dr. Zainun

Kamal, M.A, beserta para Pembantu Dekan.

2. Dr. Bustamin, M.Si Ketua Jurusan Tafsir-Hadis, dan Dr. Lilik Ummi

Kaltsum, M.ag Sekretaris jurusan Tafsir-Hadis.

3. Dr. M. Suryadinata, M.A, selaku dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktu dan tenaganya untuk membimbing penulis hingga

penulisan skripsi ini selesai.

4. Keluarga besar penulis di Tangerang: Ayahanda M. Sanata dan Ibunda

Kusmiati tercinta yang telah memberikan pengorbanan dan dorongan yang

tidak terhingga kepada penulis dalam mengarungi perjalanan hidup baik

dorongan moril maupun dorongan materil.

5. Segenap dosen Fakultas Ushuluddin, khususnya dosen-dosen Tafsir-Hadis

yang telah banyak berbagi ilmu kepada penulis, sehingga penulis

mendapatkan imu yang bermanfaat.

6. Sahabat-sahabat penulis yang terkasih, Kakak Lukman, Azma, Falah, Ella,

Ida, dan Teman-temanku yang penulis tidak bisa sebutkan satu persatu,

penulis banyak menghabiskan waktu dengan mereka yang tidak dapat

terlupakan I Love U All, dan seluruh mahasiswa dan mahasisiwi Tafsir-

Hadis angkatan 2006/2007 TH A dan TH B.

Akhirnya penulispun menyadari dengan wawasan keilmuan penulis

yang masih sedikit, referensi dan rujukan-rujukan lain yang belum terbaca,

menjadikan penulisan ini jauh dari kesempurnaan. Namun, penulis telah

berupaya menyelesaikan skripsi ini semaksimal mungkin sesuai dengan

kemampuan penulis sebagai manusia biasa. Oleh karena itu, penulis

Page 8: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

iv

meminta saran dan kritik yang membangun dari pembaca sebagai bahan

perbaikan penulisan ini. Penulis berharap semoga Allah swt, memberikan

balasan yang lebih baik dari semua pihak pada umumnya.

Dengan segala kerendahan hati yang penulis miliki, penulis ingin

menyampaikan harapan yang begitu besar semoga skripsi ini bermanfaat

bagi segenap pembaca, dan semoga setiap bantuan yang diberikan kepada

penulis mendapatkan imbalan dari Allah swt, karena hanya pada Allah

jugalah penulis memohon, semoga jasa baik yang kalian sumbangkan

menjadi amal shaleh dan mendapat balasan yang lebih baik dari Allah swt.

Amin ya Rabb.

Jakarta, 01-Mei-2011

Penulis

Page 9: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

v

PEDOMAN TRANSLITERASI

Padanan Askara

Berikut adalah daftar askara Arab dan padanannya dalam askara latin:

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

Tidak dilambangkan ا

b be ب

t te ت

ts te dan es ث

j je ج

h h dengan garis bawah ح

kh ka dan ha خ

d de د

dz de dan zet ذ

r er ر

z zet ز

s es س

sy es dan ye ش

s es dengan garis bawah ص

d de dengan garis bawah ض

t te dengan garis di bawah ط

z zet dengan garis di bawah ظ

,koma terbalik di atas „ ع

Page 10: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

vi

menghadap ke kanan

gh ge dan ha غ

f ef ف

q ki ق

k ka ك

l el ل

m em م

n en ن

w we و

h ha ه

apostrof ' ء

y ye ي

Vokal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti bahasa Indonesia, terdiri dari vokal

tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal alih

aksaranya adalah sebai beerikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

______ a fathah

______ i kasrah

______ u dammah

Page 11: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

vii

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ai a dan i ____ي

و__ __ au a dan u

Vokal Panjang (Madd)

Ketentuan alih aksara vokal panjang (Madd), yang dalam bahasa Arab

dilambangkan dengan harakat dan huruf, adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

â a dengan topi di atas ــا

î i dengan topi di atas ــي

û u dengan topi di atas ـــو

Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan

huruf, yaitu alif dan lam, dialih aksarakan menjadi huruf /l/ , baik diikuti oleh

huruf syamsyiah maupun qamariyah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl, al-dîwân

bukan ad-dîwân.

Syaddah (Tasydid)

Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan

dengan sebuah tanda, dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu

Page 12: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

viii

dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini

tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kaata

sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya yang secara lisan

berbunyi ad-daruurah, tidak ditulis “ad-darûrah”, melainkan “al-darûrah”,

demikian seterusnya.

Ta Marbûtah

Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûtah terdapat pada kata

yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan manjadi huruf /h/ (lihat

contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbûtah tersebut diikuti

oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2). Akan tetapi, jika huruf ta marbûtah tersebut

diikuti oleh kata benda (isim), maka huruf tersebutdialihaksarakan menjadi huruf

/t/ (lihat contoh 3).

Contoh:

No Kata Arab Alih aksara

tarîqah طريقت 1

al-jâmî ah al-islâmiyyah الجامعت الإسلاميت 2

wahdat al-wujûd وحدة الوجود 3

Page 13: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

ix

Huruf Kapital

Meskipun dalam tulisan Arab huruf capital tidak dikenal, dalam alih

aksara ini huruf capital tersebut juga digunakan, dengan memiliki ketentuan yang

berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, antara lain

yang menuliskan kalimat, huruf awal nama tempat nama bulan, nama diri, dan

lain-lain. Penting diperhatikan, jika nama didahului oleh kata sandang, maka yang

ditulis dengan huruf capital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal

atau kata sandangnya. Contoh: Abû Hâmid al-Ghazâli bukan Abû Hamid Al-

Ghazâli, al-Kindi bukan Al-Kindi.

Page 14: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

x

DAFTAR ISI

Abstrak…………………………………………………………………. i

Kata Pengantar………………………………………………………… ii

Transliterisasi…………………………………………………………... v

Daftar Isi………………………………………………………………… x

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah………………………………………… 1

B. Pembatasa dan Perumusan Masalah…………………………….. 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………………………………….. 5

D. Metodologi Penelitian…………………………………………… 6

E. Tinjauan Pustaka………………………………………………… 8

F. Sistematika Penulisan……………………………………………. 10

Bab II: SEKILAS TENTANG MIMPI

A. Pengertian Mimpi………………………………………………… 12

B. Makna Mimpi dalam Al-Quran………………………………….. 13

C. Macam-Macam Mimpi…………………………………………… 20

1. Al-Ru‟yah Al-Nafsiyah…………………………………... 21

2. Al-Ru‟yah As-Syaitan……………………………………. 22

3. Al-Ru‟yah As-Sholihah…………………………………… 23

D. Hakikat Mimpi……………………………………………………. 24

E. Mimpi Menurut Psikolog…………………………………………. 28

Page 15: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

xi

BAB III: AYAT-AYAT MIMPI NABI IBRAHIM AS

A. Sejarah Hidup Nabi Ibrahim As…………………………………. 32

B. Mimpi Nabi Ibrahim Dalam Al-Quran…………………………… 46

C. Ayat-Ayat dan Tafsir Mimpi Nabi Ibrahim As………………….. 56

BAB IV: ANALISA TERHADAP MIMPI NABI IBRAHIM AS

A. Mimpi Nabi Ibrahim Sebagai Dasar Hukum……………………... 62

B. Hubungan Antara Mimpi Nabi Ibrahim Dengan Realitas Sosial…. 65

C. Pendapat Para Ulama Tentang Mimpi……………………………. 70

BAB V: Penutup

A. Kesimpulan……………………………………………………….. 74

B. Saran……………………………………………………………… 75

Daftar Pustaka…………………………………………………………... 76

Page 16: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kisah tentang umat Islam yang merupakan bagian dari isi Al-Qur’an yang

esensial dari segi proporsi, kisah menempati bagian terbanyak dalam keseluruhan

kitab suci. Kisah- kisah itu diturunkan sebagai media penyampaian pesan kepada

umat manusia tentang usaha terus menerus meningkatkan harkat martabat manusia

sebagai puncak ciptaan Ilahi.1 Beribadah kepada Allah adalah esensi dari ajaran para

Nabi dan Rasul oleh karena itu Allah dalam kitabnya Al-Qur’an telah mengisahkan di

dalamnya berbagai hal tentang mimpi baik tentang kisah mimpi Nabi Ibrahim, Nabi

Yusuf, atau Nabi Muhammad saw. Mimpi merupakan aktifitas fikiran yang dalam

keadaan sadar disebut imajinasi, sebagai imajinasi yang jika dikendalikan oleh

kehendak akan menjadi suatu fikiran, maka mimpi yang diarahkan akan menjadi

mimpi yang nyata, memang benar bahwa kehendak akan kehilangan kontrol pada saat

manusia tidur, tetapi jika diteliti secara mendalam tentang seluruh sifat dan cara

kerjanya, mimpi biasanya di bawah pengaruh kebiasaan.2

Perwujudan mimpi itu sendiri, adakalanya berupa bisikan jiwa yang masuk ke

dalam hati atau kondisi-kondisi rohani yang tergambar dalam imajinasi. Hal ini

karena seluruh perasaan tidak tenggelam pada saat manusia tidur, sehingga orang

1 Nurcholish Majid, Islam Agama Peradaban, (Jakarta: Paramadina, 2000), Cet. Ke-2, hal.45

2 Inayat Khan, Dimensi Spiritual Psikologi, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2000), Cet. Ke-1,

hal.214

Page 17: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

2

menduga seakan-akan ia dalam keadaan terjaga dan mampu melihat dengan

sebenarnya padahal itu semua merupakan proyeksi atau gambaran yang tertanam di

hati manusia. Ketika rasa fisik terasa hilang dari mereka, yang tertinggal adalah

objek-objek imajinasi yang diketahui melalui rasa dan bersifat langsung. Kondisi

seperti ini sedemikian menguat di benak pemiliknya.3

Pada saat terjaga kondisi tersebut melemah karena didominasi oleh kondisi-

kondisi indrawi yang ada dalam kenyataan, serta munculnya pengetahuan langsung,

seperti orang yang disinari oleh lampu di tempat yang gelap gulita. Saat orang yang

tidur terjaga ia akan ingat apa yang tergambar di dalam tidurnya termasuk hal-hal

atau peristiwa yang datang dalam hati pada saat tidur.

Mimpi merupakan keseharian bagi manusia, setiap hari manusia pasti tidur

dan dalam tidur itulah mimpi hadir tanpa didasari. Mimpi merupakan kawan dekat

manusia, yang setiap hari datang dalam kehidupan manusia baik diinginkan maupun

tidak diinginkan, terkadang mimpi itu indah terkadang biasa, tetapi tidak jarang pula

mimpi buruk yang hadir dalam tidur bisa menolak kehadiran atau menggantinya

sesuai dengan keinginan.

Hal-hal yang datang dalam mimpi seseorang, terkadang dari syaitan dan

terkadang juga bukan. Mimpi itu ada yang bermakna dan ada juga yang hanya

sekedar bunga tidur saja, namun pada dasarnya mimpi itu datang dari Allah swt, dan

3 Usman Sya’roni, Otentisitas Hadist, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002), Cet. Ke-1, hal.60

Page 18: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

3

adapun mimpi yang mengandung makna syariat adalah mimpi Nabi Ibrahim as untuk

menyembelih anaknya Ismail (Qurban).

Sebagaiman Firman Allah swt:

Artinya:

“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama

Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya Aku melihat dalam mimpi

bahwa Aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai

bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; Insya Allah kamu akan

mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar"(Q.S As-Shaffat:102).4

Di dalam Al-Quran kisah mimpi Nabi Ibrahim dan Ismail (anaknya),

disebutkan dalam surat As-Sofat ayat: 100-107 “sehingga Allah syariatkan melalui

mimpi Nabi Ibrahim as yaitu Ibadah Qurban” 5 sebagai cara untuk mendekatkan diri

kepada penciptanya (Allah swt).

Kisah mimpi Nabi Ibrahim tersebut mempunyai arti penting bagi kehidupan

manusia. Karena mimpi Nabi Ibrahim senantiasa mengiringi langkah-langkah

perjalanan hidup manusia sehingga dapat melahirkan amal-amal kebajikan dan

pemahaman yang baik pada Tuhannya. Kitab-kitab suci diturunkan dan menjadi

4 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan

Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, 1989), hal.725

5 Kholil Al-Anbari, Kamus Tafsir Mimpi, (Solo: Ar-Raiyan, 2005), Cet. Ke-1, hal.194

Page 19: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

4

tulang punggung syariat, juga menjadi tolak ukur ditegakkannya ajaran Nabi dan

Rasul.

Jadi kisah mimpi Nabi Ibrahim mempunyai kedudukan yang agung dan tinggi

diantara sekian banyak mimpi ia memiliki aturan-aturan dan syariat-syariat beribadah

qurban bagi umat manusia mulai dari Nabi Ibrahim as sampai dengan umat Nabi

Muhammad sekarang ini yang pelaksanaanya dilaksanakan pada hari raya Idul Adha,

hal ini merupakan inti dari kisah mimpi Nabi Ibrahim sebagai bapak dari para Nabi

dan Rasul.

Dari sekian banyak kisah mimpi, baik itu mimpi Nabi Yusuf, Nabi

Muhammad, tetapi hanya mimpi Nabi Ibrahim yang akan dijadikan sebagai objek

penelitian. Di samping studi ini belum ada yang menyentuhnya sehingga menarik

untuk dikaji dan ditelaah secara mendalam terutama kisah mimpi Nabi Ibrahim dan

penyembelihannya.6

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar permasalahan dapat dibahas secara komprehensip dan lebih terarah,

maka penulis membatasi tulisan ini hanya sekitar mimpi, dan bagaimana mimpi nabi

Ibrahim as dalam Al-Qur’an dibanding mimpi-mimpi para nabi yang lainnya.

6 Kholil Al-Anbari, Kamus Tafsir Mimpi, (Solo: Ar-Raiyan, 2005), Cet. Ke-1, hal.195

Page 20: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

5

Dalam Al-Qur’an dikisahkan berbagai hal tentang mimpi, baik mimpi Nabi

Ibrahim, Nabi Yusuf, Nabi Muhammad, dan mimpi para Nabi lainnya, akan tetapi

dalam tulisan ini penulis hanya mengisahkan tentang mimpi Nabi Ibrahim yang

menyembelih anaknya. Dalam Al-Qur’an juga terdapat beberapa ayat tentang mimpi,

tetapi penulis hanya membatasi pada empat ayat saja, yaitu: (Q.S. As-Shafat:102-

107), (Q.S. Al-Anbiya: 51), (Q.S. Al-Isra: 60),dan (Q.S Al-Fath: 27), dari ayat-ayat

tersebut, penulis mencoba memberikan gambaran tentang mimpi para Nabi

khususnya mimpi Nabi Ibrahim as.

2. Perumusan Masalah

Adapun permasalahan dalam tulisan ini, maka penulis merumuskan

permasalahan yang akan di bahas dengan membuat pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah mimpi Nabi Ibrahim dalam Al-Quran?

2. Apakah mimpi dapat di jadikan Dasar Hukum atau tidak?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah tersebut, maka penelitian ini bertujuan

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan memahami secara mendalam tentang mimpi Nabi Ibrahim

As dalam Al-Quran.

Page 21: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

6

2. Untuk mengetahui lebih jelas mimpi dapat dijadikan dasar hukum atau tidak.

Manfaat dari kisah Mimpi Nabi Ibrahim yaitu adalah sebagai syariat bagi

umat Islam, juga merupakan syariat yang abadi dalam kehidupan manusia yang

beriman serta agar meningkatkan dan mengamalkannya dalam kehidupan

bermasyarakat. Ibadah qurban itu benar akan memberikan manfaat kepada orang

yang melaksanakannya sepanjang ia tahu syariat-syariatnya. Sebab berkorban tanpa

Ilmu, maka amal ibadahnya tidak diterima Allah. Ibadah yang agung ini “ melahirkan

komitmen yang ikhlas dan menetapkannya dalam kalbunya. Dengan melaksanakan

ibadah qurban yang disyariatkan Nabi Ibrahim as tersebut, berarti mengakui bahwa

yang harus diteladani adalah Nabi Muhammad sebagai penutup semua Risalah, dan

Allahlah yang kuasa yang menciptakan Alam semesta ini di samping mengakui pada

utusannya termasuk pada Nabi Ibrahim as, juga pada Nabi Muhammad saw sebagai

akhir Nabi dan Rasul.

D. Metodologi Penelitian

Untuk mendapatkan hasil yang ilmiah dan akurat tentang penulisan skripsi

ini, sangat tergantung pada sejauh mana cara penulis memperoleh pengumpulan data

yang berkualitas pada skripsi ini, dan dalam penulisan skripsi ini langkah-langkah

penelitian yang digunakan penulis adalah sebagai berikut:

Page 22: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

7

1. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data melalui metode

kepustakaan, baik dengan cara membaca, memahami, dan menganalisa buku-buku

serta literatur yang berkaitan dengan pembahasan yang penulis buat.

Sebagai bahan primer, penulis mengambil data dari buku karangan

“Muhammad Ibn Sirin Al-Bashri (Ensiklopedia Arti Mimpi), Ahmad bin Sulaiman

Al-Uraini (Petunjuk Nabi Tentang Mimpi), dan Yadi Purwanto (Memahami Mimpi,

Persefektif Psikologi Islam)”. Sedangkan sebagai data sekunder diambil dari berbagai

sumber yang berkaitan dengan tulisan ini.

2. Metode Pembahasan

Dalam pembahasan ini penulis menggunakan pendekatan tafsir, dengan

menggunakan suatu kajian Qur’ani yaitu metode deskriptif analisis. Metode deskriptif

digunakan untuk menjelaskan segala hal tentang mimpi. Metode analisis adalah

menguraikan masalah dengan menampilkan penafsiran ayat-ayat dalam beberapa

surat yang berhubungan dengan masalah, menjelaskan pendapat para ahli, kemudian

dianalisa sehingga menjadi sebuah kesimpulan.

Untuk mengolah dan menganalisa data yang telah terkumpul, penulis juga

menggunakan beberapa metode sebaga berikut:

Page 23: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

8

a. Metode Induktif, yaitu metode dengan cara menganalisa suatu permasalahan

dengan bertitik tolak dari hal-hal yang bersifat umum, kemudian menarik

kesimpulan yang bersifat khusus.

b. Metode Deduktif, yaitu menganalisa masalah dengan bertitik tolak dari hal yang

bersifat khusus untuk selanjutnya menarik kesimpulan yang bersifat umum.

Dalam penulisan ayat-ayat Al-Quran penulis berpedoman pada Al-Quran dan

terjemahannya yang diterbitkan oleh Departemen Agama Republik Indonesia, dan

dalam penulisan Hadis-hadis Nabi saw, tergantung pada rujukan yang penulis ambil,

baik buku aslinya maupun buku terjemahannya, apabila tidak ditemukan rujukan

aslinya, maka penulis menggunakan buku yang tersedia.

Teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada buku “Petunjuk Penulisan

Skripsi, Tesis, dan Disertasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta”.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam menentukan judul skripsi ini, penulis sudah mengadakan tinjauan

pustaka ke perpustakaan yang terdapat di Fakultas Ushuluddin maupun perpustakaan

utama UIN Syarif Hidayatullah. Selain dari buku-buku yang jadi rujukan utama, data-

data yang diperoleh pada penelitian ini berfokus pada mimpi Nabi Ibrahim as.

Menurut pengamatan penulis dari hasil observasi yang penulis lakukan sampai saat

ini hanya menemukan, yaitu:

Page 24: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

9

Buku Karya Muhammad Ibn Sirin Al-Bashri (Ensiklopedia Arti Mimpi), yang

ditulis oleh seorang salih yang amat termasyhur dan terhormat, seorang ulama besar

dan sufi agung. Meski buku ini memandang mimpi dan arti pentingnya dari sudut

pandang Islam, namun kebenaran yang menjadi landasannya dan yang

disingkapkannya telah diakui sejak dahulu oleh agama-agama besar dunia dan

terkemuka dalam khazanah Islam. Dalam buku ini membahas secara umum tentang

mimpi, kekayaan sinonim dan atribut yang digunakan dalam buku ini sepenuhnya

berasal dari tradisi yang kaya dan struktur sosial yang rumit, buku ini di susun dalam

bentuk ensiklopedia takwil mimpi dengan sistem indeks, dan kurang memandang dari

segi spesipik psikologi manusia.7 Sedangkan perbedaan penelitian yang penulis

lakukan, hanya membahas tentang mimpi nabi Ibrahim as dengan metode pendekatan

tafsir, dan bagaimana pandangan menurut psikolog, namun tidak mencantumkan

tentang pengertian takwil mimpi.

Buku karya Yadi Purwanto (Memahami Mimpi Persepektif Psikologi Islam).

Dalam buku ini lebih kepada pembahasan tentang kesehatan (psikolog) manusia, dan

metode yang digunakan yaitu menurut James P. Caplin. Menurutnya, mimpi adalah

deretan tamsil dan ide yang kurang lebih saling bertalian dan berlangsung selama

tidur, atau selama orang dikuasai obat bius, atau seseorang berada dalam situasi

7Muhammad Ibn Sirin Al-Bashri, Ensiklopedia Arti Mimpi, (Bandung: Pustaka Hidayah,

2008).

Page 25: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

10

terhipnotis8. Tetapi menurut pembahasan penulis, pengertian mimpi dalam tulisan ini

adalah mimpi yang berlangsung selama seseorang tidur.

Buku karya Ahmad bin Sulaiman Al-Uraini (Petunjuk Nabi tentang Mimpi),

buku ini disajikan dalam bentuk pembahasan singkat namun padat. Hampir semua

dimensi pembahasan mimpi telah dirangkum dalam buku ini dengan berlandaskan

pada Al-Qur’an dan Hadits-hadits Rasul yang shahih.9 Perbedaan yang penulis

lakukan dalam tulisan ini yaitu penulis mengartikan mimpi lebih kepada pendekatan

tafsir, dengan menggunakan suatu kajian Qur’ani.

F. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini terdiri atas lima bab, dan untuk memudahkan penyusunan

skripsi ini, masing-masing bab dibagi ke dalam sub-sub dengan penulisan sebagai

berikut:

Bab I Pendahuluan, dalam bab ini berisi uraian tentang latar belakang

masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, metodologi

penelitian, serta sistematika penulisan.

8 Yadi Purwanto, Memahami Mimpi, Persefektif Psikologi Islam, (Jogja: Kudus, 2003).

9Ahmad bin Sulaimân Al-Uraini, Petunjuk Nabi Tentang Mimpi, (Jakarta: Darul

Falah,1416H).

Page 26: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

11

Bab II Sekilas Tentang Mimpi, dalam bab ini menjelaskan tentang

pengertian mimpi, kemudian macam-macam mimpi, hakikat mimpi, dan bagaimana

mimpi menurut psikolog.

Bab III Ayat-Ayat Mimpi Nabi Ibrahim As, dalam bab ini menjelaskan

tentang bagaimana sejarah hidup Nabi Ibrahim as, kemudian tentang makna mimpi

dalam Al-Quran, dan penjelasan tentang ayat-ayat dan tafsir mimpi Nabi Ibrahim as.

Bab IV Analisa Terhadap Mimpi Nabi Ibrahim As, dalam bab ini

menjelaskan tentang bagaimana mimpi Nabi Ibrahim dalam Al-Quran, apakah mimpi

nabi Ibrahim dapat dijadikan sebagai dasar hukum atau tidak?, kemudian bagaimana

hubungan antara mimpi Nabi Ibrahim dengan realitas sosial, dan pendapat para

Ulama tentang mimpi.

Bab V Penutup, bab ini mencakup pembahasan tentang kesimpulan dan

saran-saran yang terkait masalah pembahasan tentang mimpi.

Page 27: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

12

BAB II

SEKILAS TENTANG MIMPI

A. Pengertian Mimpi

Mimpi dalam kamus lengkap bahasa Indonesia yaitu angan-angan yang terjadi

saat tidur1, dan dari bahasa Arab yang asal katanya yaitu ( yang (رأى يرى رءيا رؤية

berarti “Melihat” Ru’ya atau Hulm, meskipun tidak selalu tepat biasanya kata Ru’ya

lebih banyak digunakan untuk mimpi yang baik, sedangkan kata Hulm digunakan

untuk mimpi yang buruk disebut ( 2 (أضغاث أحلام, sedangkan kata mimpi menurut

istilah ialah “ungkapan tentang sesuatu yang dilihat oleh seseorang yang tidur di

dalam tidurnya, akan tetapi kata Ru’ya lebih sering digunakan dengan mimpi baik”,

mimpi juga sesuatu yang terjadi dalam proses tidur disebut ( ).

Sedangkan dalam bahasa inggris kata “mimpi” dinisbatkan dengan “Dream“.

Sedangkan kata “mimpi” sering dikaitkan dengan Visi, wujud sesuatu yang belum

jelas nyata atau masih sesuatu yang masih diidealkan. Impian dikenal dengan arti

yang lain sebagai Vision3 (Visi, cita-cita) atau Wish artinya sesuatu yang baik atau

bernilai yang ada di dalam pikiran seseorang, baik itu hasil mimpi selama tidur

ataupun dalam keadaan terjaga.

1 Abdul Muis, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia ( Jakarta: Gali Ilmu, 2000) hal. 209

2 Soenarjo, Al-Quran dan Terjemahannya, (Jakarta: Pentafsir Al-Quran, 1971), hal.496

3 Kholil Al-Anbari, Kamus Tafsir Mimpi, (Solo: Aroyan, 2005), hal.179

Page 28: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

13

Mimpi adalah suara-suara dari alam bawah sadar kolektif kita, pemberi

peringatan tentang adanya gangguan batin dalam jiwa seseorang, pembawa kabar

gembira tentang kebaikan yang akan tiba, atau gema-gema dari kenangan indah atau

sedih yang telah lama terpendam.4

Mimpi merupakan sesuatu yang teramat penting dimiliki oleh setiap orang,

baik secara individu maupun kolektif di dalam kehidupan melalui visi seseorang atau

sekelompok orang menjadi lebih terencana, terarah, dan bersemangat dalam

menjalani kehidupannya.

Secara umum pengertian mimpi, menurut James P. Caplin (1990) adalah

deretan tamsil dan ide yang kurang lebih saling bertalian dan berlangsung selama

tidur, atau selama orang dikuasai obat bius, atau seseorang berada dalam situasi

terhipnotis5. Untuk membatasi bahasan, maka pengertian mimpi dalam tulisan ini

adalah mimpi yang berlangsung selama seseorang tidur.

B. Makna Mimpi Dalam Al-Qur’an

Sejak dahulu hingga kini, mimpi senantiasa menjadi topik perhatian yang

serius bagi yang melihat dan merasakannya. Kalau diperhatikan dalam al-Qur’an,

tentu akan ditemukan bahwa Allah swt telah mengisahkannya di dalam al-Qur’an

4 Muhammad Ibn Sirin Al-Bashri, Ensiklopedia Arti Mimpi, (Bandung: Pustaka Hidayah,

2008) 5 Yadi Purwanto, Memahami Mimpi, Persefektif Psikologi Islam, (Jogja: Kudus, 2003), hal.48

Page 29: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

14

dengan berbagai hal tentang mimpi, seakan-akan Allah swt mengiringi umat manusia

untuk mencurahkan perhatiannya terhadap mimpi.6

Mimpi yang pada dasarnya menurut al-Qur’an dibagi menjadi tiga bagian mimpi.

1. Ahlam ( احلم ) yaitu mimpi-yang tidak benar atau kosong.

2. Adghos ( اضغاث ) yaitu mimpi yang bercampur dengan ahlam (kacau balau).

3. Ru’yah ( شؤياه ) yaitu mimpi yang benar-benar dari Allah swt.7

Dalam surat yang lain menerangkan tentang ru’yah itu benar sebagai mimpi yang

benar. Hal ini dijelaskan dalam al-Qur’an sebagai berikut:

Artinya:

“Mereka menjawab (itu) adalah mimpi-mimpi yang kosong dan Kami sama

sekali tidak tahu mena’birkan mimpi itu” (Q.S. Yusuf: 44).8

Artinya:

“Sesungguhnya Allah membenarkan mimpi Rasul-Nya” (Q.S. Al-Fath: 27).9

6Kholil Al-Anbari, Kamus Tafsir Mimpi, (Solo: Ar-Raiyan, 2005), Cet. Ke-1, hal.175

7Ahmad bin Sulaimân Al-Uraini, Petunjuk Nabi Tentang Mimpi, (Jakarta: Darul

Falah,1416H), hal.182

8 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan

Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, 1989), hal.355

9 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan

Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, 1989), hal.842

Page 30: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

15

Berdasarkan nash-nash di atas, jelaslah bahwa mimpi tidak selalu dalam satu

garis. Ia tergantung kepada siapa yang mengalami mimpi, para ulama menyimpulkan

dari nash-nash itu bahwa: mimpi itu ada tiga macam : mimpi Nabi, mimpi orang yang

shaleh dan selain golongan dua ini.10

Selanjutnya ru’yah yang benar atau mimpi yang benar dibagi menjadi empat macam,

yaitu:

1. Ar-ru’yah al-Sadiqoh

Ar’ru’yah al-Sadiqoh adalah mimpi yang benar-benar kenyataan, dan ini

merupakan sebagian dari wahyu dan kenabian, seperti yang telah dinyatakan dalam

firman-Nya Allah swt surat al-Fath ayat 27 yang berbunyi:

Artinya:

“Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya tentang

kebenaran mimpinya dengan sebenar-benarnya. Yaitu bahwa kami pasti akan

memasuki Masjidil Haram, Insya Allah dengan keadaan aman dengan mencukur

rambut kepala dan mengguntingnya, sedangkan kamu tidak merasa takut. Maka Allah

10

Ahmad bin Sulaimân Al-Uraini, Petunjuk Nabi Tentang Mimpi, (Jakarta: Darul Falah,

1416H), hal.58

Page 31: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

16

mengetahui apa yang kamu tidak mengetahuinya dan Dia memberikan itu sebelum

kemenangan yang dekat”. (Q.S. al-Fath: 27).11

Adapun mimpi yang benar ini terbagi menjadi dua bagian:

a. Mimpi yang jelas dengan lafadz yang jelas dan tidak memerlukan penafsiran atau

takwil, seperti mimpi Rasulullah saw.

b. Mimpi yang masih samar-samar, yang di dalamnya terkandung hikmah walaupun

mimpi ini masih memerlukan penafsiran, seperti mimpi Nabi Yusuf.

2. Ar-Ru’yah al-Salihah

Ar-Ru’yah al-Salihah adalah mimpi yang baik yang merupakan berita gembira

yang dibawa oleh malaikat dari Allah swt.

3. Ar-Ru’yah Hatifah al-Marmuzah

Ar-Ru’yah Hatifah al-Marmuzah adalah mimpi berupa bisikan dan berbentuk

simbolik, mimpi ini diberikan Allah untuk menjelaskan suatu persoalan atau kesulitan

11

Selang beberapa lama sebelum terjadi “perdamaian Hudaibiyah” Nabi Muhammad saw

bermimpi bahwa beliau bersama para sahabatnya memasuki kota mekkah dan Masjidil Haramdalam

keadaan sebagian mereka bercukur rambut dan sebagian lagi bergunting. Nabi mengatakan bahwa

mimpi beliau itu akan terjadi nanti, kemudian berita ini bersinar dikalangan kaum muslimin, orang-

orang munafik, orangorang Yahudi dan Nasrani. Setelah terjadi perdamaian Hudaibiyah dan kaum

muslimin waktu itu tidak sampai memasuki Mekkah, maka orang-orang munafik memperolok-olok

Nabi dan menyatakan bahwa mimpi Nabi yang dikatakan Beliau pasti akan terjadi itu adalah bohong

belaka. Maka turunlah ayat ini yang menyatakan bahwa mimpi Nabi itu pasti akan menjadi kenyataan

di tahun yang akan datang.

Page 32: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

17

yang dihadapi oleh seseorang di dalam kehidupan sehari-hari, akibat tidak ada suatu

bentuk penyelesaian.12

4. Ar-Ru’yah al-Muhaziroh

Ar-Ru’yah al-Muhaziroh adalah mimpi sebagai peringatan. Mimpi ini dibawa

malaikat sebagai peringatan yang akan terjadinya bahaya serta mengancam orang-

orang yang bermimpi. Biasanya mimpi ini dikuatkan dengan syahid, yaitu indikasi

atau keterangan yang datang bersama mimpi tersebut yang juga berfungsi sebagai

pertimbangan-pertimbangan ta’wilnya. Hal ini disebutkan oleh Allah swt dalam surat

Yusuf ayat 43 tentang mimpi Raja Mesir.13

Sebagaimana Firman Allah :

.

Artinya:

“Dan Al-Malik (Raja Mesir) berkata, sesungguhnya Aku bermimpi melihat

tujuh ekor sapi gemuk memakan tujuh ekor sapi kurus” (Q.S. Yusuf: 43).14

12

Usman Sya’roni, Otentisitas Hadits, (Jakarta: Pustaka Firdaus,2002), hal.64

13Ahmad bin Sulaimân Al-Uraini, Petunjuk Nabi Tentang Mimpi, (Darul Falah;

Jakarta,1416H), hal.182

14 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan

Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, 1989), hal.355

Page 33: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

18

Yang dimaksud dengan tujuh ekor sapi gemuk adalah musim subur dan

makmur. Sedangkan tujuh ekor sapi yang kurus adalah musim kemarau dan

kelaparan.15

Di antara rahmat Allah terhadap hamba-Nya adalah, di antaranya

mensyariatkan beberapa perkara ketika melihat mimpi, baik yang mereka sukai

maupun yang tidak mereka sukai. Hal-hal yang di syari’atkan bila orang bermimpi

yang baik :

1. Bertahmid (memuji) kepada Allah setelah mendapat mimpi yang baik

2. Menceritakan dan membicarakannya dengan orang-orang yang disukai15

3. Tidak mengisahkannya kecuali kepada orang yang berakal, mempunyai

hikmah, ilmu dan nasihat.

Dari macam-macam bagian mimpi tersebut dapat diartikan sebagai berikut :

Adghâts adalah bentuk jamak dari lafadh daghats yaitu mimpi yang

bercampur dengan ahlam (yang bercampur baur), dan tidak ada takwilnya. Sedangkan

ahlam adalah bentuk jamak dari hulm yaitu mimpi yang tidak benar.

Dari sini jelaslah bahwa ahlam adalah mimpi-mimpi yang bercampur aduk

dan dusta, tidak ada artinya, serta tidak ada hakikatnya, dan biasanya hulm terjadi

15

Syaikh Usamah Al-Alawi, Hukum Mimpi Menurut Al-Quran dan Hadist, (Jakarta:

Mustaqim,2003), hal.46

Page 34: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

19

karena gangguan syaitan terhadap seorang manusia. Apalagi syaitan mempunyai tipu

daya yang menyusahkan Bani Adam.16

Adapun cara-cara mengantisipasi atau cara menanggulangi terjadinya mimpi-

mimpi buruk agar tidak terjadi dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut :17

1. Berlindung kepada Allah (dari gangguan syaitan)

Dalilnya adalah hadits Abu Qatadah.

والحلم من الشيطان فازا شأى احذ كم وليتعوز من اششها

Artinya:

“Dan mimpi burukku itu dari syaitan, barang siapa mimpi sesuatu yang tidak

disukainya maka memohon perlindungannya.”

2. Meludah tiga kali ke arah kiri

Dalilnya adalah hadits Abu Qatadah.

وليبصق عن يساشه ثلاثا

“Lalu meludah ke arah kirinya 3x” (H.R. Muslim, Sharah An_NAwawi).

3. Yakin bahwa hal itu tidak akan membahayakan

Dalam hadits Nabi juga disebutkan, riwayat dari Abi Qatadah sebagai berikut :

16

Kholil Al-Anbari, Kamus Tafsir Mimpi, (Solo: Ar-Raiyan, 2005), Cet. Ke-1, hal.183

17 Kholil Al-Anbari, Kamus Tafsir Mimpi, (Solo: Ar-Raiyan, 2005), Cet. Ke-1, hal.189

Page 35: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

20

قال سمعت النبي صلعم يقول الشؤيا منالله والحلم منالشيطان فارا ،عن ابى قتاذة

حين يستيقضا ثلاث مشات وليتعوز مناششها فإنها شأى احذكم شيأ يكشهه فلينفث

(باب النفث فشالش قية - ٣٩: كتاب الطاب ۷٦: احشحه البخاشى ﴿لاتضشه

Artinya:

“Mimpi baik itu dari Allah dan mimpi burukku itu dari syaitan, barang siapa

mimpi sesuatu yang tidak disukainya ia meludah kesebelah kirinya 3x dna memohon

perlindungannya dari syaitan, maka mimpi itu tidak akan membahayakannya (H.R.

Bukhori dan Muslim)”.18

C. Macam-Macam Mimpi

Sunnah Nabi telah merinci mimpi dalam hadist, banyak dijelaskan tentang

mimpi, Imam Bukhori dalam kitab shahihnya bahkan membahas dalam satu Bab

khusus yang diberi nama Bab “Ta’bir” dengan menyebut 99 hadis yang semuanya

disepakati oleh Imam Muslim kecuali beberapa hadis saja. Imam Bukhori juga

menyebutkan 10 hadis dari sahabat dan Tabi’in, hal itu dijelaskan oleh Muhammad

Fuad Abdul Baki dalam kitabnya, Al-Lu’lu wal Marjan pada Bab Ru’yah.

Berikut ini yang termasuk dalam hadis-hadis tersebut seperti hadis Abu Qotadah:

عن أبى قتادة قال سمعت النبي صلى االله عليه وسلم يقول الشؤيا من االله والحلم من الشيطان فإرا

سأى أحذكم شيئا يكشهه فلينفث حين يستيقضا ثلاث مشات وليتعور من أششها فإنها لا تضشه

. (سواه البخاسى ومسلم)

18

Muhammad Fuad Abdul Baki, Al-Lu’lu wal Marjân, (Surabaya: Bina Ilmu,1996), hal.857

Page 36: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

21

Artinya:

“Mimpi baik itu dari Allah dan mimpi buruk itu dari syaitan, barang siapa

mimpi sesuatu yang tidak disukainya hendaknya ia meludah ke sebelah kirinya 3x

dan memohon perlindungannya dari syaitan, maka mimpi itu tidak akan

membahayakan” (Hr. Bukhori dan Muslim).19

Dalam Hadis lain Rasulullah SAW bersabda:

الشؤيا ثلاثة فالشؤيا الصالحة بششى من االله والشؤيا من تحزين الشيطان والشؤيا مما يحذث بها

. الشجل نفسه

Artinya:

“Mimpi itu ada tiga macam: Mimpi yang baik adalah kabar gembira dari

Allah, mimpi yang membuat sedih datang dari syaitan dan mimpi yang berasal dari

bisikan dirinya”.20

Berdasarkan hadis tersebut para ulama membagi mimpi menjadi 3 macam jenis

mimpi:

1. Al-Ru’yah Al-Nafsiah ( )

“Ar-Ru’yah Al-Nafsiah adalah mimpi yang merupakan pengaruh kecemasan

atau pengaruh bisikan jiwa atau hawa nafsu. mimpi nafsiah juga disebut ilusi

19

Muhammad Fuad Abdul Baki, Al-Lu’lu wal Marjân, (Surabaya: Bina Ilmu, 1996), Juz 2,

hal.857

20 Muhammad Fuad Abdul Baki, Al-Lu’lu wal Marjân, (Surabaya: Bina Ilmu, 1996), Juz 2,

hal.858

Page 37: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

22

sedangkan mimpi ilusi ialah mimpi yang timbul karena ilusi angan-angan atau

hayalan seorang”.21

Peristiwa yang terjadi bisa berupa:

Emperesial Frame yaitu mimpi yang merupakan rekaman peristiwa sehari-

sehari.

Contruktive Frame yaitu mimpi yang berupa simbol dan cerita yang dialami.

Creative Frame yaitu mimpi yang berupa rangkaian dan simbol yang sama

sekali baru (baru terjadi).

Pada mimpi demikian, biasanya hanya “Bunga Tidur” saja yang mungkin

memang tak bermakna atau mimpi yang mereflesikan kebutuhan-kebutuhan,

dorongan-dorongan dan rekaman-rekaman yang biasa terjadi.22

2. Al-Ru’yah As-Syaitan ( )

Al-Ru’yah Syaitan adalah mimpi yang merupakan campur tangan syaitan,

syaitan mempengaruhi tidur seseorang akibat dorongan atau kegelisahan jiwa. Mimpi

jenis kedua ini berkonotasi penipuan, kelicikan, kecemburuan, atau ketakutan,

menimbulkan rasa sakit, menyampaikan bisikan rahasia yang tak boleh didengarnya,

keterlibatan dalam percakapan yang bersifat duniawi, panggilan pikiran dan nafsu

diri, atau imajinasi, atau terjadi setelah makan banyak yang terlambat atau bahkan

21

Yadi Purwanto, Memahami Mimpi, Persefektif Psikologi Islam, (Jogja: Kudus, 2003),

hal.240 22

Kholil Al-Anbari, Kamus Tafsir Mimpi, (Solo: Aroyan, 2005), hal.239

Page 38: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

23

karena tidur dalam keadaan lapar, dan sebagainya. Jenis mimpi inilah yang berasal

dari setan.

Rasulullah saw. berkata, “Seiring dengan semakin dekatnya hari akhir dunia

ini, mimpi-mimpi akan menjadi kacau. Mimpi yang paling benar adalah mimpi

orang-orang salih. Jadi, jika seseorang melihat mimpi yang tidak disukainya, maka ia

tidak boleh menuturkannya pada orang lain, dan ia harus segera meninggalkan tempat

tidurnya untuk menunaikan shalat. “Beliau juga berkata, “Tali yang terbaik adalah

keteguhan dalam beragama.”23

3. Ar-Ru’yah Sholihah ( )

Ar-Ru’yah Sholihah adalah mimpi Rohani atau mimpi yang berasal dari Allah

swt24

yang merupakan sejenis wahyu yang datang kepada seorang yang baik dan

dapat memberi kabar baik atau peringatan. Mimpi-mimpi seperti itu juga membuat

hati seseorang merenungkan perbuatan-perbuatannya dan menjadikannya sadar akan

kelalaiannya. Di lain pihak, mimpi itu dapat pula menjadi teguran atas perbuatan

jelek yang dilakukannya, atau sebuah tindakan yang secara keliru diduganya sebagai

kebaikan. Mimpi sholihah juga merupakan mimpi kabar gembira (Busyra) yang

hakekatnya dari Allah swt, sebagai pemegang Ruh orang tidur. Mimpi dari Allah

ada dua bentuk:

23

Muhammad Ibn Sirin Al-Bashri, Ensiklopedia Arti Mimpi, (Bandung: Pustaka Hidayah,

2008), hal.xx

24 U’sman Sya’roni, Otentisitas Hadis, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002), hal.61

Page 39: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

24

Sebagai kabar gembira atas perbuatan atau peristiwa yang lalu, atau sesuatu

yang akan datang.

Sebagai kabar pembenaran dengan keseharian.25

Sebagai akibat dari mimpi-mimpi ini, orang dapat terbangun dalam keadaan

bahagia atau ketakutan. Sebagian mimpi dapat mengakibatkan kegembiraan,

sementara sebagian lainnya menimbulkan kengerian (ketakutan). Dalam

kenyataannya, kelemahan manusia disebabkan oleh tindakan tidak sengaja seperti

pelanggaran atas hal-hal yang disebut “Pribadi”. Setiap mimpi mengandung makna

yang berkaitan dengan karakter, tindakan, pikiran, niat, harapan, sifat, kenalan,

urusan dan lingkungan seseorang. Namun, ada juga kemungkinan seseorang terjaga

dalam keadaan ketakutan akibat mimpinya, meski mimpi itu memberi tanda

kebahagiaan dan kebaikan, atau terjaga dalam keadaan bahagia, meski mimpinya

mengandung arti nasib buruk dan kemalangan26

.

D. Hakikat Mimpi

Setiap mimpi mengandung kemungkinan benar dan kemungkinan salah,

hanya mimpi para Nabi yang terbebas dari kesalahan, karena mimpi para Nabi

merupakan wahyu, sehingga bebas dari kesalahan dan godaan syetan ataupun

pikiran diri sendiri yang muncul saat manusia tidur.

25

U’sman Sya’roni, Otentisitas Hadis, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002), hal.62 26

Muhammad Ibn Sirin Al-Bashri, Ensiklopedia Arti Mimpi, (Bandung: Pustaka Hidayah,

2008), hal.xx

Page 40: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

25

Keimanan Nabi Ibrahim as. pernah diuji melalui sebuah mimpi, beliau melihat

dirinya mengorbankan putranya sendiri: Dia berkata, “Wahai anakku! Kulihat dalam

mimpiku, bahwa aku menyembelihmu sebagai korban” (Q.S. 37:102).

Artinya:

“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama

Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya Aku melihat dalam mimpi

bahwa Aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab: "Hai

Bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan

mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".(Q.S As-Shaffat:102).27

Ketika beliau telah memutuskan untuk melaksanakan mimpinya, Allah yang

Maha Kuasa berfirman,” Wahai Ibrahim! Engkau telah melakukan apa yang engkau

lihat dalam mimpimu!”.28

Sebagaimana Firman Allah swt:

Artinya:

“Dan kami panggillah dia: "Hai Ibrahim,Sesungguhnya kamu Telah

membenarkan mimpi itu, Sesungguhnya Demikianlah kami memberi balasan kepada

orang-orang yang berbuat baik”.(Q.S As-Shaffat:104-105).29

27

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan

Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, 1989), hal.725

28 Muhammad Ibn Sirin Al-Bashri, Ensiklopedia Arti Mimpi, (Bandung: Pustaka Hidayah,

2008), hal.xxi

Page 41: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

26

Oleh karena itu, Nabi Ibrahim as berani menyembelih putranya, dengan

berdasarkan mimpinya, karena mimpi ini tidak mungkin salah dan merupakan wahyu

dari Allah swt.

Pada dasarnya, mimpi merupakan kabar gembira dari Allah swt, sebagaimana

mimpi Rasulullah saw, memasuki Masjidil Haram dalam keadaan aman. Setelah

mengalami mimpi, Rassulullah saw tidak berpangku tangan dan tidak meninggalkan

jihad, tetapi Beliau terus berjuang memimpin sahabatnya, sehingga mimpi itu

menjadi kenyataan, sehingga Rasulullah saw dapat memasuki Masjidil Haram

beserta para sahabatnya dalam keadaan aman.30

Para pendapat ahli sunah dalam hal ini, bahwa Allah swt menjadikan pada hati

orang yang tidur keyakinan-keyakinan, sebagaimana dia menjadikan pada hati orang

yang tidur, karena dia menciptakan keyakinan, seakan-akan dia menjadikan satu ilmu

tentang hal-hal yang lain yang akan dijadikan selanjutnya atau sesudah dia jadikan.31

Adapun tentang hakekat mimpi, Ibnu Qoyim Rohimahullah dalam kutipan

Kholil Al-Anbari mengatakan bahwa: “Ia adalah beberapa perumpamaan yang

diberikan oleh malaikat yang ditugaskan oleh Allah dalam masalah mimpi sehingga

orang-orang yang bersangkutan bisa mengambil pelajaran atas hal yang sama dan

mentakdirkannya dengan yang sejenisnya”. Sedangkan menurut “Ahmad bin

29

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan

Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, 1989), hal.725

30 Kholil Al-Anbari, Kamus Tafsir Mimpi, (Solo: Aroyan, 2005), hal.145

31 Syeh Usamah Muhammad Al-Alawi, Hukum Mimpi, (Jakarta: Mustakim, 2003), hal.51

Page 42: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

27

Sulaiman Al-Uraini” mengatakan bahwa pengetahuan yang sebenarnya ada pada

Allah,32

terjadi perbedaan pula tentang hakekat ru’ya oleh karena itu dalam kutipan

Kholil Al-Anbari mengatakan: “Bahwa cukup banyak pula seperti orang-orang non

muslim melontarkan pertanyaan beberapa yang ingkar, sebab mereka terpaku untuk

membahas hakekat”.

Namun hakekat mimpi dalam uraian yang diterangkan Ibnu Hajar ketika

beliau menyatakan “Al-Hakim Berkata: Allah menugaskan seorang malaikat untuk

mimpi. Malaikat itu melihat keadaan manusia dari Laukhul Mahfudz, lalu dia

menyalin dan membuat sebuah perumpamaan untuk setiap kejadiannya, kalau dia

tidur dengan keadaan seperti itu melalui jalan hikmah, tentu menjadi Busyro (Berita

Gembira) peringatan atau teguran.33

Pada dasarnya, hakikat mimpi bagi psikoanalisis hanyalah sebentuk

pemenuhan keinginan terlarang semata. Dikatakan oleh Freud (dalam Calvin S.Hal &

Gardner Lindzaey, 1998) bahwa dengan mimpi, seseorang secara tak sadar berusaha

memenuhi hasrat dan menghilangkan ketegangan dengan menciptakan gambaran

tentang tujuan yang diinginkan, karena di alam nyata sulit bagi kita untuk

mrengungkapkan kekesalan, keresahan, kemarahan, dendam, dan yang sejenisnya

kepada obyek-obyek yang menjadi sumber rasa marah, maka muncullah dalam

keinginan itu dalam bentuk mimpi.

32

Ahmad bin Sulaimân Al-Uraini, Petunjuk Nabi Tentang Mimpi, (Jakarta: Darul Falah

1416H), hal.18

33 Kholil Al-Anbari, Kamus Tafsir Mimpi, (Solo: Aroyan, 2005), hal.180

Page 43: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

28

E. Mimpi Menurut Psikologis

Orang sering berkata bahwa mimpi adalah hal gaib dari apa yang dirasakan,

padahal dalam mimpi itu ada kalanya seseorang bermimpi hal-hal yang

menyenangkan dan ada kalanya pada hal yang ditakutkan. Seseorang sering

menganggap mimpi bakal jadi kenyataan. Tidur mematikan semua kinerja saraf dan

otak manusia, jadi tidak mungkin manusia berpikir dalam keadaan tidur. Dalam

istilah jawa sering orang tua berkata “mimpi adalah bunga dari pada tidur”.

Sedangkan dalam hal lain, buku yang ditulis oleh Ibnu Sirin kurang memandang

dari segi spesifik psikolog manusia.34

Dalam penafsiran mimpi setidaknya haruslah berhati-hati, karena

penggambaran mimpi selain cakupan yang luas juga sulit dalam panggambaran

secara detail. Semua mimpi berasal dari penggambaran imajinasi seseorang dalam

perlakuan atau kesibukan sehari-hari.

Untuk pemahaman gambaran simbolik suatu mimpi maka haruslah

diketahui kondisi psikologis seorang tersebut. Jadi psikologis manusia sangatlah

penting dalam menafsirkan suatu mimpi manusia dimana sebelumnya kita perlu

mengetahui keadaan psikologisnya. Namun dalam buku tafsir mimpi Ibnu Sirin

34

Yadi Purwanto, Memahami Mimpi, Persefektif Psikologi Islam, (Jogja: Kudus, 2003),

hal.240

Page 44: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

29

tidak mengambil rujukan dalam psikologis manusia, psikologis manusia sangat

penting dalam melakukan analisis penggambaran, atau imajinasi manusia.35

Psikologi manusia berada diantara wilayah kesadaran hingga lupa, dan dari

wilayah bergejolak hingga tenang. Menurut Al-Qur'an, desain kejiwaan manusia

diciptakan Tuhan dengan sangat sempurna, berisi kapasitas-kapasitas kejiwaan

pemikiran, perasaan dan berkehendak. Seperti halnya akal, hati, hati nurani, syahwat

dan hawa nafsu. Akal yang kerjanya berfikir dan bisa membedakan yang buruk dari

yang baik. Akal bisa menemukan kebenaran tetapi tidak bisa menentukannya, oleh

karena itu kebenaran `Aqly sifatnya relatif.36

Hal tersebut yang menjadikan manusia berpikir secara mendalam yang sangat

berkaitan dengan logika manusia. Dengan adanya akal, manusia belajar memimpikan

sesuatu dalam artian membayangkan masa depan, bagaimana dia harus berbuat

sesuatu untuk merubah jalan hidupnya.

Dalam menafsirkan mimpi tidaklah cukup dengan faktor keagamaan yang

melekat pada diri manusia, aspek psikologis manusia cukup menunjang juga dalam

mengidentifikasi suatu penafsiran mimpi untuk mengetahui karakter manusia

tersebut juga. 37

35

Muhammad Ibn Sirin Al-Bashri, Ensiklopedia Arti Mimpi, (Bandung: Pustaka Hidayah,

2008), hal.xviii.

36 Inayat Khan, Dimensi Spiritual Psikologi, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2000).

37 Inayat Khan, Dimensi Spiritual Psikologi, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2000).

Page 45: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

30

Untuk itu, sebagai pelengkap dalam menafsirkan mimpi seseorang perlu

mengetahui keadaan psikologis manusia tersebut, yaitu mengenai arti simbolik dari

pada mimpi seseorang. Bila saat tidur seseorang bersih jiwanya, maka spiritualitasnya

dalam keadaan baik. Karena itu, seseorang yang sebelum tidurnya membersihkan

alam ruhaninya, antara lain dengan sholat, membaca Al Qur’an, berdzikir, berdoa,

maka ia telah memiliki kesiapan untuk mendapatkan mimpi yang benar, Ruhaninya

bercahaya. Karenanya, bila nanti Allah atau Malaikat melemparkan cahaya ia siap

menyambutnya.

Mimpi-mimpinya bisa memiliki kebenaran. Selain itu, kenyamanan fisik,

psikologis, dan spiritual menjelang tidur juga perlu mendapat perhatian, karena dapat

mendukung seseorang untuk mendapatkan mimpi yang benar, dan yang terakhir,

menjadi orang yang peduli terhadap sesama, karena pribadi-pribadi yang peduli

terhadap kebaikan dan keselamatan orang banyak lebih mudah untuk

mendapatkan mimpi yang benar.38

Meskipun mimpi termasuk wilayah pengalaman pribadi, ia merupakan

fenomena universal dan memainkan peranan penting dalam pembentukan

kebudayaan manusia. Sepanjang catatan sejarah manusia, mimpi dan penafsirannya

telah mengilhami orang-orang suci dan para Nabi, penyair serta Raja-raja, maupun

para filosof dan psikolog yang paling kreatif di zaman kita ini. Ilmu psikologi

analisis dari Carl Gustav Jung dan mazhabnya bersandar pada fakta bahwa mimpi

merupakan catatan bathin setiap individu. Dari sini, muncullah kebutuhan untuk

38

Yadi Purwanto, Memahami Mimpi, Persefektif Psikologi Islam, (Jogja: Kudus, 2003),

hal.230

Page 46: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

31

membaca dan menafsirkannya dengan benar. Fakta ini telah lama diketahui oleh

orang-orang suci dan para Nabi dari berbagai budaya tradisional dan agama-agama.39

Namun demikian, tidak semua mimpi adalah benar atau otentik. Mimpi para

Nabi dan kekasih Allah (Auliyâ) adalah mimpi yang merupakan wahyu dari Allah,

yang benar dan sakral.

Mimpi orang salih hampir selalu benar dan bermakna. Ada sebagian mimpi

yang berasal dari setan dan dengan demikian, menyesatkan. Mimpi lain mungkin

disebabkan oleh masalah-masalah fisik atau psikologis seperti sakit perut atau

gangguan emosi. Karenanya, penting kiranya membedakan mimpi yang benar dari

khayalan kosong, dan mimpi ilhami dari godaan setan. Inilah anugrah Allah kepada

para Nabi, orang-orang suci, dan para wali yang penuh kearifan.40

39

Yadi Purwanto, Memahami Mimpi, Persefektif Psikologi Islam, (Jogja: Kudus, 2003),

hal.250

40 Muhammad Ibn Sirin Al-Bashri, Ensiklopedia Arti Mimpi, (Bandung: Pustaka Hidayah,

2008), hal.xviii.

Page 47: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

32

BAB III

AYAT-AYAT MIMPI NABI IBRAHIM AS

A. Sejarah Hidup Nabi Ibrahim As

Nabi Ibrahim as adalah satu-satunya Nabi selain Nabi Muhammad saw yang

namanya disebut dalam Al-Qur’an, karena Nama Ibrahim As sendiri di dalam Al-

Qur’an disebutkan sebanyak 69 kali dalam 24 surat. Frekwensi ini memang cukup

banyak, ternyata nama Musa as lebih banyak disebut yaitu 136 kali, akan tetapi nama

Musa tidak sebagaimana nama Nabi Ibrahim ( yang tidak disebut sebagai nama

surat).1

Nabi Ibrahim as adalah bapak para Nabi sebab keturunannya banyak yang

diangkat Allah menjadi rasul-Nya, Nabi Ibrahim as lahir di Babylon. Nabi Ibrahim as

adalah anak dari Ajar, tukang pembuat patung-patung menjadi sesembahan mereka,

menurut riwayat lain juga mengatakan bahwa : Nabi Ibrahim as adalah anak dari Ajar

dengan nama lengkapnya ialah Ibrahim bin Ajar bin Tanur bin Siruz bin Rouf bin

Falidz bin Amir bin Salih bin Arfaksad bin Sam bin Nuh dan ditegaskan pula dalam

Al-Qur’an bahwa Nabi Ibrahim as adalah keturunan dari Nabi Nuh as.2 Sebagaimana

Firman-Nya :

Artinya:

“Dan sesungguhnya Ibahim benar-benar termasuk golongannya (Nuh

As).”(Q.S. Ash-Shafat : 83).3

1 Dawam Raharjo, Ensiklopedi Al-Qur’an, Tafsir Sosial Berdasarkan Kunci-kunci,

(Paramadina, 1996), hal.723 2 Kholilah Marhijanto, Kisah Teladan 25 Nabi, hal.79

3Soenarjo, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Yayasan Penyelenggara Penterjemah / Pentafsir Al-

Qur’an: Jakarta: 1971), hal.723

Page 48: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

33

Menurut Jamakhsari dalam tafsirnya “Al Kasy-syaf” dalam kutipan Hamka,

menyebutkan bahwa nabi-nabi di antara Nabi Nuh dan Ibrahim as itu hanya 2 orang,

yaitu Nabi Hud as dan Nabi Sholih as. Kata Jamakhsari dalam tafsirnya itu, jarak

antara Nabi Nuh dan Nabi Ibrahim as, kurang dari 2640, Nabi Ibrahim disebut dari

golongan Nuh, ialah karena keduanya sama-sama pemberi ingatan yang diutus Tuhan.

Mungkin syariat pun berbeda, karena umatnya pun telah menuruti perkembangan

pula, namun pokok ajarannya pun tetap sama, yaitu memperingatkan tentang (Ke

Esa-an Tuhan).4

1. Masa Kelahiran Nabi Ibrahim As

Nabi Ibrahim as dilahirkan oleh seorang bapak yang bernama “Azar” Nabi

Ibrahim as dilahirkan di tengah-tengah masyarakat yang penuh dengan kemusyrikan

dan kekufuran, tetapi Nabi Ibrahim as terpelihara dari kekufuran itu. Siapakah yang

memelihara dan menjaga Ibrahim dari perbuatan itu?, itulah Allah swt yang

menjadikan alam semesta ini, yang berkuasa dalam segala hal dan Allah

menghendaki Nabi Ibrahim as menjadi seorang Nabi dan Rasul yang akan

menyampaikan risalahnya kepada manusia yang buta dalam hal keimanan itu.5

Apalagi di zaman Nabi Ibrahim as itu ada seorang raja yang sangat dholim

yang bernama “Namrudz”. Nabi Ibrahim as semasa kecilnya hampir sama dengan

keadaan Nabi Musa as, yaitu sama-sama dipisahkan dari Ibunya, karena ada undang-

undang raja yang tidak membolehkan menghidupi bayi laki-laki yang lahir di waktu

itu.6

4Hamka, Tafsir Al-Azhâr, (Jakarta: Panjimas,2000), Cet. Ke-1, hal.131 5Hadyah Salim, Qissotul al-Anbiyâ ( Bandung : Al Maarif, 1970), Cet. Ke-1, hal.40

6 Dawam Raharjo, Ensiklopedi Al-Qur’an, Tafsir Sosial Berdasarkan Kunci-kunci,

(Paramadina, 1996), hal.40

Page 49: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

34

Nabi Ibrahim as lahir di Kota Kauhariyah dekat dengan Urr dan Babylon dia

tumbuh di dalam gua, dan Allah telah menjaganya. Dia mengajarkan bagaimana

mengisap jari-jarinya untuk bertahan hidup, yang mana pada jari-jarinya keluarlah

madu-madu. Namrudz ingin membunuh Ibrahim as, namun Allah menginginkannya

tetap hidup. Allah menginginkan Ibrahim membimbing para penyembah berhala.

Ibrahim tumbuh di gua itu. Suatu hari ibunya datang ke gua itu Ia memeluk,

mencium, dan membawanya pulang ke rumah.7

2. Ibrahim Seorang Pemuda Yang Beriman

Ibrahim tinggal di rumah Azar karena Azar adalah kakek dari ibunya, karena

itulah Nabi Ibrahim as memanggilnya Ayah. Ketika Nabi Ibrahim tumbuh menjadi

seorang pemuda Allah swt menganugrahkannya kecerdasan yang luar biasa, karena ia

memiliki hati yang bersih. Maka dari itu ia heran melihat orang-orang yang

menyembah berhala, karena ia tahu bahwa Allah lebih besar dari berhala itu.8

Ketika Ibrahim as berusia 16 tahun semua orang di Babylon tahu bahwa

Ibrahim tidak menyembah Tuhan mereka dan bahkan justru meremehkannya. Nabi

Ibrahim merupakan seorang yang bijak, ia ingin orang-orang itu memperbaiki

keyakinan mereka yang salah, ia ingin mengatakan pada mereka bahwa Allah adalah

lebih besar dari berhala-berhala mereka. Ibrahim as adalah seorang pemuda yang

sopan, dan ia sangat mencintai ayahnya. Ibrahim as berpamitan kepada ayahnya, dan

sebelum pergi meninggalkannya ia berkata “salam bagimu” aku akan berdoa pada

Tuhanku untuk memaafkan kamu, sesungguhnya ia penuh kasih sayang kepadaku.

Setelah Nabi Ibrahim as menjadi seorang pemuda, ia telah diberi oleh Allah swt suatu

7Kamal Al-Sayid, Kisah-kisah Terbaik Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Jahro,2004), Cet. Ke-1,

hal.60 8Kamal Al-Sayid, Kisah-kisah Terbaik Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Jahro,2004), Cet. Ke-1,

hal.61

Page 50: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

35

kepintaran berpikir yang luar biasa dan berani berdebat dengan bapaknya dan

kaummya tentang keTuhanan.9

Hal ini diterangkan dalam Firman Allah :

Artinya:

“Sesungguhnnya telah Kami anugrahkan kepada Ibrahim hidayah kebenaran

sebelum (Musa dan Harun),10

dan adalah Kami mengetahui (Keadaannya).

Ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya : “Patung-patung

apakah ini yang kamu tekun beribadah kepadanya”

Mereka menjawab : “Kami mendapati bapak-bapak Kami menyembahnya”

Ibrahim berkata : “Sesungguhnya kamu dan bapak-bapakmu berada dalam kesesatan

yang nyata”

Mereka menjawab : “Apakah kamu datang kepada Kami dengan sungguh-sungguh

ataukah kamu termasuk orang –orang yang bermain-main”.11

Ibrahim berkata : “Sebenarnya Tuhan kamu ialah Tuhan langit dan bumi yang telah

menciptakannya, dan aku termasuk orang-orang yang dapat memberikan bukti atas

yang demikian itu”.

Demi Allah “ Sesunguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-

berhala mu sesudah kamu pergi meninggalkannya.12

(Q.S. Al-Anbiya 51-57).13

9Hadyah Salim, Qissotul al-Anbiyâ (Bandung: Al Maarif,1970), Cet. Ke-1, hal.43

10 Maksudnya, sebelum diturunkan taurat kepada Nabi Musa as, dan Nabi Harun as.

11 Maksudnya, apakah kamu menyeru kami kepada agamamu sebenar-benarnya atau atau

kamu hanya bermain-main. 12

Ucapan-ucapan diucapkan Ibrahim as dalam hatinya saja. Maksudnya, Nabi Ibrahim as akan

menjalankan tipu dayanya untuk menghancurkan berhala-berhala mereka, sesudah mereka

meninggalkan tempat-tempat berhala itu. 13

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan

Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, 1989), hal.501

Page 51: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

36

3. Nabi Ibrahim Menghancurkan Berhala

Pada masa itu orang-orang menyembah berhala, mereka menyembah

Mardukh (Tuhan para Tuhan), Ay (Tuhan keadilan dan hukum), Seen (Tuhan surga),

dan lain-lain, dan banyak juga yang menyembah venus, bulan, dan matahari, tidak

ada yang menyembah Allah swt. Dengan bimbingan Allah swt, maka timbullah

niatnya untuk menghancurkan berhala secara besar-besaran sebab dengan demikian ia

dapat berhadapan dengan raja Namrudz dan sekaligus berdebat dengannya mengenai

kebenaran, dan kemudian Ibrahim secara sembunyi-sembunyi menuju patung-patung

yang mereka sembah dan berkatalah Ibrahim kepada Patung-patung itu dengan

memperolok-olokkan “tidakkah kalian makan makanan yang disajikan Kami, apakah

yang mencegah kalian, hai patung-patung?.” Maksud Ibrahim dengan perkataan itu

hanya mengejek saja.14

Hal ini dijelaskan dalam Firman Allah :

Artinya:

“Kemudian Ibrahim pergi dengan diam-diam kepada Tuhan mereka (berhala)

lalu ia berkata: “Apakah kamu tidak makan”,15

mengapa kamu tidak

menjawab?”.(Q.S As-Shaffat: 91-92).16

Nabi Ibrahim as merencanakan perencanaannya dengan diam-diam dalam

hatinya untuk beberapa hari lamanya, sebab menunggu kesempatan yang baik. Nabi

14

Mustofa al-Marogi, Tafsir Al-Marogi, (Semarang: Karya Toha,1993), Cet Ke-2, hal.122 15

Maksud Ibrahim dengan perkataan itu, ialah mengejek berhala-berhala itu, karena dekat

berhala itu banyak diletakkan makanan-makanan yang baik sebagai sajian-sajian. 16

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan

Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, 1989), hal.724

Page 52: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

37

Ibrahim mengetahui bahwa pada hari-hari tertentu penduduk kota meninggalkan

rumahnya, guna berburu. Perburuan yang dilakukan seluruh penduduk kota itu untuk

memperingati suatu perayaan, dan hasil buruan itu untuk pesta. Sambil menunggu

kesempatan yang baik, Nabi Ibrahim tak henti-hentinya berdoa meminta kekuatan

bathin dalam menghadapi orang-orang kafir.17

Akhirnya datanglah hari-hari yang ditunggu-tunggu itu. Semua penduduk kota

tidak ada yang ketinggalan dan pergi ke hutan untuk berburu. Pada tanah lapang

tersebut terdapat ratusan berhala mulai yang berukuran kecil sampai dengan yang

berukuran besar. Bagi berhala yang besar untuk raja Namrudz sedangkan berhala

yang kecil untuk rakyatnya.

Dengan pandangan yang sengit Nabi Ibrahim as terhadap patung-patung itu

sebab patung-patung “Berahala” yang disembah itu diam saja, maka Nabi Ibrahim as

menuju patung-patung itu sehingga patung-patung itu dihancurkannya berkeping-

keping kecuali patung yang besar saja yang tidak dihancurkannya.

Sebagaimana Firman Allah :

Artinya:

“Lalu dipakainya berhala-berhala itu dengan tangan kanannya (Q.S. As-Shafat

: 91).

Jadi jelaslah, betapa beraninya Nabi Ibrahim as menghancurkan berhala-

berhala persembahan mereka, dan sepeninggalan mereka yang sedang beramai-ramai

ke tempat bersuka ria.18

17

Kholilah Marhijanto, Kisah-kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul, (Surabaya: Ar-Qola,1995),

Cet Ke-2, hal.95 18

Mustofa al-Marogi, Tafsir Al-Marogi, (Semarang: Karya Toha,1993), Cet Ke-2, hal.122

Page 53: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

38

4. Ibrahim Mancari Tuhan

Saat hari menjadi gelap, Ibrahim mencari kebenaran dan terlihat penerangan

yang menyala di suatu kuil orang-orang menyembah venus, sedang melihat ke langit

dengan kerendahan hati mereka berpikir bahwa venus adalah Tuhan mereka yang

memberi pencaharian dan kenikmatan. Ibrahim as berdiri bersama mereka melihat

langit, ia mencari pencipta bumi yang sebenarnya. Saat itu terlihat bulan bersinar

yang muncul di langit dan memberi penerangan yang berwarna perak.

Nabi Ibrahim adalah seorang yang bijak, ia ingin orang-orang itu

memperbaiki keimanan mereka yang salah. Ia ingin mengatakan pada mereka bahwa

Allah lebih besar dari tuhan mereka, karenanya ia berkata pada mereka. “Bukan itu

Tuhanku”.19

Ketika pagi tampak cerah, maka muncullah matahari yang bulat dan

bersinar terang sehingga manusia bekerja tanpa bantuan lentera, ia menganggap itu

adalah Tuhan. Namun ketika sore matahari semakin lama semakin hilang dan lenyap

di sebelah barat. Hal ini mengecewakan hatinya. Ia pun memastikan bahwa matahari

bukanlah Tuhan, sebab matahari tidak abadi.20

Sebagaimana Firman Allah :

19

Kamal Al-Sayid, Kisah-kisah Terbaik Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Jahro,2004), Cet. Ke-1,

hal.60 20

Kholilah Marhijanto,Kisah-Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul, (Surabaya: Ar-Qola, 1995),

hal.86

Page 54: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

39

Artinya:

“Ketika malam telah menjadi gelap, ia melihat sebuah bintang (lalu) ia

berkata : “Inilah Tuhanku” tetapi tetkala bintang itu hilang ia berkata “Saya tidak

suka kepada yang tenggelam”.

“Kemudian tetkala bulan terbit ia berkata : “ inilah Tuhanku “tetapi setelah

bulan itu terbenam ia berkata “sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk

kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat”.

Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, ia berkata: inilah Tuhanku, ini

yang lebih besar maka tatkala matahari itu telah tenggelam ia berkata hai kaumku

sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.

Sesungguhnya aku menghadap diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit

dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar dan aku bukanlah termasuk

orang-orang yang mempersekutukan Tuhan. “Dan dibantah oleh kaumnya. Dia

berkata: apakah kamu hendak membantahku tentang Allah, padahal sesungguhnya

Allah telah memberi petunjuk kepadaku dan aku tidak takut kepada (malapetaka) dari

tuhan-tuhan yang kamu persekutukan dengan Allah kecuali di kala Tuhanku

menghendaki sesuatu (dari malapetaka) itu pengetahuan Tuhanku meliputi segala

sesuatu maka apakah kamu tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya). “(Q.S.

Al-An’am: 76-79).21

Demikianlah cara Ibrahim mencari Tuhannya setelah diperlihatkan Allah

kepada Nabi Ibrahim as tanda-tanda keagungan-Nya, dan dengan itu teguhlah

keimanannya kepada Allah swt(Ayat di atas), maka Ibrahim memimpin kaumnya

kepada tauhid dengan mengikuti jalan alam pikirannya setelah melihat dan

merenungkan kesesatan kaumnya termasuk ayahnya lantaran menyembah berhala itu,

dan ditunjukkanlah kebesaran alam dengan ciptaan-Nya yang Maha luas, sungguh

teguhlah cinta dalam hatinya.22

21

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan

Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, 1989), hal.76-79

22Hamka, Tafsir Al-Azhâr, (Jakarta: Panjimas,2000), Cet. Ke-1, hal.135

Page 55: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

40

5. Nabi Ibrahim As dihukum Raja Namrudz

Penduduk Babylon memiliki banyak minyak, tar dan belerang, karenanya

mereka memutuskan untuk membuat api yang besar, untuk menghukum Ibrahim as

yang telah menghancurkan tuhan-tuhan mereka. Kemudian mereka mengumpulkan

kayu di luar kota selama lebih dari sebulan, dan menuangkan tar dan minyak di

atasnya, dan setelah kayu dan tar terkumpul, kemudian Nabi Ibrahim as diikat dengan

kuat.23

Sebelum kayu dibakar, terlebih dahulu raja Namrudz berkata pada rakyatnya. :

“wahai rakyatku Ibrahim as adalah salah satu contoh bagi kalian, jika ada yang

menghianati dan berusaha menghancurkan Tuhan-tuhan kita, niscaya aku akan

lakukan pembakaran seperti pada Ibrahim” teriak raja Namrudz” memberi peringatan,

kemudian kayu itu dinyalakan, setelah kayu menjadi kobaran api, maka Nabi Ibrahim

dilemparkan kedalamnya. Orang-orang yang mulai membenarkan ajaran Nabi

Ibrahim terpekik menahan rasa malu. Meskipun demikian, mereka tidak berani

menolong Nabi Ibrahim. Sebab mereka takut siksaan raja yang kejam itu.24

Merekapun menyayangkan bahwa Nabi Ibrahim telah berakhir hidupnya, dan

mereka yang menang dalam hal ini alangkah terkejutnya, sewaktu melihat api sudah

padam, kayu bakar sudah habis, maka keluarlah Ibrahim dari dalam api dengan

selamat, dan sehelai rambut pun tidak ada yang terbakar. Hal ini dibenarkan dalam

kitabnya.25

23

Kamal, Al-Sayid, Kisah-kisah Terbaik Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Jahro, 2004), hal.68 24

Kholilah Marhijanto, Kisah-kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul, (Surabaya: Ar-Qola,1995),

Cet Ke-2, hal.95

25 Hadyah Salim, Qissotul al-Anbiyâ, (Bandung: Al Maarif, 1970), hal.46

Page 56: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

41

Artinya:

“Kami Berfirman : “Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah

bagi Ibrahim”. (Q.S. Al-Anbiya : 69).26

Beginilah kekuasaan Allah swt dan tak ada bandingannya. Api, walaupun

sangat panas tetapi api dapat menjadi dingin apabila Tuhan mengatakan “dingin”,

maka dinginlah api itu untuk Ibrahim seorang, dan bukan main panasnya bagi orang

lain.27

6. Nabi Ibrahim Menyeru Ayahnya

Nabi Ibrahim as tak bosan-bosannya menyeru bapaknya agar lekas bertobat

kepada Allah swt sebagaimana diterangkan dalam kitabnya.28

Artinya:

“Ingatlah ketika ia berkata kepada Bapaknya” wahai bapakku, mengapa kamu

menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong

kamu sedikitpun.

Wahai bapakku sesungguhnya telah datang kepadaku sebagian ilmu

pengetahuan yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku niscaya aku akan

menunjukkan kepadamu jalan yang lurus.

Wahai bapakku, janganlah kamu manyembah syaitan sesungguhnya syaitan

itu durhaka kepada Tuhan yang Maha Pemurah.

26

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan

Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, 1989), hal.503 27

Hamka, Tafsir Al-Azhâr, (Jakarta: Panjimas, 2000), hal.47 28

Hadyah Salim, Qissotul al-Anbiyâ ( Bandung: Al Maarif,1970), Cet. Ke-1, hal.43

Page 57: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

42

Wahai bapakku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa azab

dari Tuhan yang Maha Pemurah maka kamu akan menjadi kawan dari syaitan. (Q.S.

Maryam : 42-45).29

Seruan Nabi Ibrahim pun dijawab oleh bapaknya sebagaimana Firman Allah :

Artinya:

“Berkata bapaknya : “Bencikah kamu kepada Tuhan-tuhanku hai Ibrahim”

jika kamu tidak berhenti maka niscaya kamu akan kurajam dan tinggalkanlah aku

buat waktu yang lama” (Q.S. Maryam: 46).30

Kemudian Ibrahim menyatakan “selamat kuucapkan kepada engkau bapakku!

Nanti kumintakan engkau kepada Tuhanku, bahwa Tuhan itu sangat baik. Aku

memisahkan diri darimu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah.” Semenjak

itulah, kepindahan Nabi Ibrahim ke tanah suci (Baitul Maqdis) dan di sanalah beliau

berumah tangga sampai punya anak yang shaleh serta keturunan yang baik.

Firman Allah swt :

Artinya:

“Maka ketika Ibrahim sudah menjauhkan diri dari mereka dan dari apa yang

mereka sembah selain Allah Kami anugerahkan kepadanya Ishak dan Ya’kub dan

masing-masingnya kami angkat menjadi Nabi.” (Q.S. Maryam: 49).31

29

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan

Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, 1989), hal.467 30

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan

Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, 1989), hal.467 31

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan

Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, 1989), hal.468

Page 58: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

43

7. Istri Nabi Ibrahim dan Anaknya

Nabi Ibrahim as mempunyai 2 Istri, istri yang pertama bernama “Siti Sarah”

dan istri yang kedua bernama Siti Hajar.32

Allah swt tidak memberikan anak kepada

Ibrahim, Sarah istrinya menyadari bahwa ia adalah wanita mandul karenanya ia

memutuskan untuk memberikan budak wanitanya untuk dinikahi Ibrahim. Saat itu

Ibrahim berumur 70 tahun, namun demikian ketika ia menikahi Siti Hajar Allah

mengaruniainya seorang anak yang bernama Isma’il as.

Setelah Nabi Ibrahim mengawini Siti Hajar dan melahirkan seorang anak laki-

laki (Ismail), ternyata membuat kecemburuan di hati Siti Sarah. Ia sangat iri dengan

anak yang dilahirkan Siti Hajar, sebab sampai usia tua ia belum juga dikaruniai

seorang anak sedangkan Siti Hajar yang baru dinikahi Nabi Ibrahim dikaruniai

anak.33

Meskipun demikian Siti Sarah tidak berhenti memohon kepada Allah swt,

sebab ia meyakini jika suatu saat doanya pasti terkabulkan. Di waktu Siti Sarah lanjut

usia ia diberi kabar oleh 3 malaikat yang menyamar sebagai manusia. Ketiga malaikat

itu mengatakan bahwa: Sarah akan memiliki anak laki-laki dan kelak akan menjadi

panutan kaumnya.34

Sebagaimana diterangkan didalam Al-Qur’an sebagai berikut:

32

Hadyah Salim, Qissotul al-Anbiyâ ( Bandung: Al Maarif,1970), Cet. Ke-1, hal.48 33

Kamal Al-Sayid, Kisah-kisah Terbaik Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Jahro,2004), Cet. Ke-1,

hal.72 34

Kholilah Marhijanto, Kisah-Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul, (Surabaya: Ar-Qola, 1995),

hal.156

Page 59: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

44

Artinya:

“Mereka berkata: “Janganlah kamu merasa takut, sesungguhnya Kami

memberikan kabar gembira kepadamu dengan kelahiran seorang anak laki-laki yang

akan menjadi orang yang alim”35

(Q.S. AlHijr: 53).36

8. Nabi Ibrahim Membangun Ka’bah

Ibrahim as pergi ke tanah Hijaz untuk mengunjungi Isma’il. Isma’il telah

tumbuh dewasa, Ia tinggal bersama suku Juhrum di Hijaz. Setelah beberapa lama, di

tempat itu Nabi Ibrahim as mendapat wahyu dari Allah swt agar membangun Ka’bah

di Mekah.

Setelah mendapat wahyu bergegaslah Nabi Ibrahim kembali menemui

anaknya dan istrinya di Mekah, dan setelah tiba di tempat Nabi Ibrahim menceritakan

Ikhwal mimpinya itu kepada Ismail As dan Ismail mendukung perkataannya,

kemudian Ibrahim menuju tempat yang hendak dijadikan berdirinya Baitullah itu.

Dalam mimpinya Allah menyuruh Nabi Ibrahim untuk mendirikan Ka’bah di dekat

sumur zam-zam, dan disanalah Nabi Ibrahim dan Ismail membangun Ka’bah yang

merupakan simbol ke Esaan Allah di muka bumi.37

Karenanya Ka’bah adalah

bangunan pertama yang dibangun untuk manusia atas perintah Allah, yang

didalamnya ada tanda-tanda yang jelas seperti tempat makam Ibrahim as. Siapa saja

yang berada di dalamnya maka ia akan aman, kemudian Allah mengajarkan kepada

dua Nabi itu cara-cara Ibadahnya seperti Haji.38

Sebagaimana Firman Allah, Sebagai berikut :

35

Yang dimaksud dengan seorang anak laki-laki yang alim ialah Ishak as. 36

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan

Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, 1989), hal.395 37

Kamal Al-Sayid, Kisah-kisah Terbaik Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Jahro, 2004), hal.74 38

Kholilah Marhijanto, Kisah-kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul, (Surabaya: Ar-Qola,1995),

Cet Ke-2,hal.150

Page 60: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

45

Artinya:

“Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqom Ibrahim”,39

barang siapa memasukinya menjadi Amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban

bagi manusia terhadap Allah, yaitu bagi orang yang sanggup mengadakan perjalanan

ke Baitullah.40

Barang siapa mengkari kewajiban haji, maka sesungguhnya Allah

Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. (Q.S. Al-Imran 97-98).41

9. Wafatnya Nabi Ibrahim As

Nabi Ibrahim as adalah sosok seorang Nabi yang dapat dijadikan Imam, yang

patuh kepada Allah dan seorang yang selalu memegang kebenaran dan tak pernah

meninggalkannya. Pada akhirnya Nabi Ibrahim as meninggal dunia pada usia ke 175

tahun Sebelum Masehi “SM” (belum diketahui pasti tanggal berapa Beliau wafat),

dan dikebumikan di samping kuburan “Siti Sarah”, pada waktu itu Sarah wafat pada

tahun 128 M.42

39

Maksudnya ialah, tempat Nabi Ibrahim as berdiri membangun ka’bah. 40

Yaitu, orang yang sanggup mendapatkan perbekalan dan alat-alat pengangkutan serta sehat

jasmani dan perjalanan aman. 41

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan

Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, 1989), hal.92 42

Abdul Aziz Sayid, Qissotul Anbiyâ, (Beirut), Cet. Ke-4, hal.110

Page 61: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

46

B. Mimpi Nabi Ibrahim Dalam Al-Qur’an

Kisah Mimpi Nabi Ibrahim as di dalam Al-Quran adalah merupakan wahyu

dari Allah swt, sebagai dasar hukum qurban karena Allah mensucikan mereka yang

beriman dari syaitan dan tipu dayanya, Firman Allah swt:

Artinya:

“Sesungguhnya syaitan itu tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang

beriman dan bertawakkal kepada Tuhannya” (Q.S An-Nahl:99).43

Allah juga menjadikan mimpi baik dengan kehadiran malaikat dan mimpi

buruk dengan kehadiran syaitan padahal untuk menggoda orang shaleh saja sulit

apalagi para Nabi, Allah menjaga para Nabi dari syaitan baik dalam keadaan terjaga

maupun tidur. Oleh karena itu, mimpi merekapun merupakan wahyu dari Allah swt

dan hal ini agar mereka terjaga dari tercampurnya antara yang hak dan yang bathil,

sehingga mereka menyampaikan yang benar saja tanpa tercampurnya dengan suatu

yang tidak diridhai Allah swt. Oleh sebab itu Allah menjaga mereka saat tidur,

sebagaimana Allah memelihara saat terjaga.44

Dalam Al-Quran kisah ”Mimpi Nabi Ibrahim dibenarkan oleh dirinya karena

Nabi Ibrahim tahu bahwa mimpinya itu merupakan wahyu dari Allah tanpa

tercampurnya oleh syaitan”.

Sebagaiman Firman Allah swt:

43

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan

Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, 1989), hal.417 44

Syaih Usamah Al-Alawi, Hukum Mimpi Menurut Al-Qur’an dan Hadits, (Jakarta Selatan:

Mustaqim, 2003), Cet. Ke-2, hal.78

Page 62: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

47

Artinya:

“Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim,Sesungguhnya kamu Telah

membenarkan mimpi itu45

Sesungguhnya Demikianlah kami memberi balasan kepada

orang-orang yang berbuat baik” (Q.S As-Shaffat:104-105).46

Dengan mimpi itu Allah memberikan wahyu kepada para Nabi dan kabar

gembira kepada siapa saja yang dikehendaki dari golongan orang-orang yang beriman

atau memperingati mereka dari kemurkaan dan memberi petunjuk kepada mereka

agar bersabar dalam menghadapi ujian dari Allah swt. Oleh karena itu, Rasulullah

saw menempatkan mimpi yang benar adalah bagian dari empat puluh enam bagian

dari kenabian, sebagaimana hadis Nabi yang diriwayatkan dari Bukhari dan Muslim:

عن أبي ىريرة رضي الله عنو أن رسول الله صلي الله عليو وسلم قال رؤيا المؤمن من

.(رواه البخارى ومسلم)جزء من ستت وأربعين جزءا من النبوة

Artinya:

“Abi Hurairah ra berkata: Nabi saw bersabda: mimpi seorang mukmin

merupakan bagian dari empat puluh enam bagian dari kenabian (HR.Bukhari dan

Muslim)”.47

“Kitab suci Al-Quran dan As-Sunnah adalah sebagai bukti bahwa kisah

mimpi Nabi Ibrahim as itu merupakan bagian syariat dari ajaran Islam, karenanya

dalam Al-Quran yang menerangkan tentang kisah Nabi Ibrahim sampai dengan kisah

45 yang dimaksud dengan membenarkan mimpi ialah mempercayai bahwa mimpi itu benar

dari Allah swt dan wajib melaksanakannya. 46

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan

Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, 1989), hal.725 47

Muhammad Fuad Abdul Baki, Al-Lu’lu Wal Marjân Terjemah, (Surabaya: Bina Ilmu,

1996), Juz-2, hal.859

Page 63: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

48

mimpinya terungakap dalam jumlah 68 ayat dan di 25 surat”48

ini membuktikan

bahwa kitab suci yang dibawa Nabi Muhammad saw menguatkan syariat dari Nabi

Ibrahim as.

Secara khusus Al-Qur’an menegaskan bahwa makna kisah-kisah itu harus

dipikirkan dan direnungi sebagai sumber pelajaran, “kisahkanlah kisah-kisah itu agar

mereka berfikir”49

“dan sesungguhnya dalam kisah-kisah itu ada Tamsil – Ibarat, bagi

mereka yang berfikir mendalam”, kisah-kisah Al-Qur’an juga disebut sebagai sebaik-

baiknya kisah, dan merupakan kisah-kisah kebenaran, kisah-kisah umat masa lalu

merupakan sejarah umat manusia maka kerangka besar keseluruhan itu ialah sejarah

dengan hukum-hukum Allah yang telah ditetapkan Allah.

Berdasarkan penegasan-penegasan kitab suci Al-Qur’an maka jelaslah bahwa

“Kisah mimpi Nabi Ibrahim as merupakan wahyu dari Allah swt yang mempunyai

kedudukan sangat tinggi dan agung, dalam syariat Agama Islam yaitu beribadah

qurban sehingga berkembanglah sampai umat Islam sekarang ini, hal ini sudah

menjadi syariat Agama Islam sekarang. Sebab dengan adanya qurban berarti umat

Islam ingat akan kesabaran Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail dalam menghadapi ujian

yang sangat berat, selain itu untuk menghormati kedua Nabi yang sabar itu.50

Dalam kaitan ini, Al-Imam At-Tirmidzi menyatakan bahwa “Mimpi yang

benar adalah mimpi para Nabi dan Rasul, dan orang-orang shaleh yang mengikuti

jejak para Nabi, tetapi terkadang bisa didapat selain dari mereka walaupun jarang

48

Muhammad Fuad Abdul Baki, Mu’jam Al-Mufarros fî Al-fâdil Qur’an, (Nasr Tanaju,

1981), hal. 1-2 49

Soenarjo, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah/

Pentafsir Al-Quran, 1971), hal.271 50

Kholilah Marhijanto, Kisah-Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul, (Surabaya: Ar-Qola, 1995),

Cet. Ke-2, hal.147

Page 64: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

49

mimpi itu akan menjadi kenyataan seperti yang diimpikan.51

Begitu juga Muhammad

Fuad Abdul Baki menyatakan bahwa, “ mimpi baik itu datang dari Allah, sedangkan

Mimpi buruk itu datangnya dari syaitan”.52

Orang-orang yang mengimani Nabi Muhammad saw, berarti mereka

membenarkan Misi yang dibawa dan mentaati apa yang diperintahkannya.

Meninggalkan apa yang dilarangnya serta beribadah kepada Allah sesuai dengan

petunjuk. Jadi, syariat qurban Nabi Ibrahim tercermin dalam syariat Agama Islam

yang dibawa Nabi Muhammad.

Dalam hal ini, mimpi terkadang mengarahkan jalan sejarah suatu bangsa.

Mimpi Nabi Ibrahim tentang perintah untuk mengorbankan anaknya, kepatuhannya

kepada kehendak Allah dan kemauannya untuk menyerah kepada keimanan mutlak

pada Allah, menjadikan dirinya sebagai Muslim sejati pertama dan juga bapak para

Nabi.53

Ketaatan atas perintah Allah swt mutlak dijalankan. Terlebih dahulu Nabi

Ibrahim berdo’a memohon kepada Allah agar diberi seorang putera yang baik.54

Sebagaimana Firman Allah dalam surat As-Shafat :

Artinya:

“Wahai Tuhanku karuniakanlah aku seorang keturunan yang baik” (Q.S. Ash-

Shafat : 100).

51

Syaikh Usamah Al-Alawi, Hukum Mimpi Menurut Al-Quran dan Hadist, (Jakarta Selatan:

Mustaqim, 2003), hal.19 52

Muhammad Fuad Abdul Baki, Al-Lu’lu Wal Marjân Terjemah, (Surabaya: Bina Ilmu,

1996), hal.588 53

Muhammad Ibn Sirin Al-Bashri, Ensiklopedia Arti Mimpi, (Bandung: Pustaka Hidayah,

2008) 54

Ramlan Marjoned, Dinamika kekuatan Islam, (Jakarta: Media Dakwah),hal.29

Page 65: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

50

Kemudian do’a itu dikabulkan oleh Allah swt sebagaimana Firman-Nya:

Artinya:

“ Maka Kami (Allah) gembirakan dengan seorang anak muda yang sangat

sabar.” (Q.S. Ash-Shafat : 101).55

1. Mimpi Nabi Ibrahim sebagai Wahyu

Perlu diketahui bahwa mimpi para Nabi itu benar-benar wahyu dari Allah

swt. Mimpi mereka tidak seperti umumnya mimpi orang-orang kebanyakan. Di sini

Penulis paparkan tentang ayat yang berkaitan dengan mimpi para Nabi, karena di

dalamnya terdapat keterangan tentang kedudukan mimpi tersebut.56

Mimpi Nabi Ibrahim as mempunyai kedudukan sebagai syariat Islam bagi

umat sekarang ini juga sebagai ujian bagi umat manusia. Sebagaimana Firman-Nya :

.

Artinya:

“Dan Kami tidak menjadikan mimpi57

yang telah Kami perlihatkan kepadamu

melainkan sebagai ujian bagi manusia”(Q.S. Al-Isra : 60).58

55

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan

Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, 1989), hal.725 56

Ahmad bin Sulaimân Al-Uraini, Petunjuk Nabi Tentang Mimpi, (Jakarta: Darul

Falah,1416H), hal.22 57

Mimpi adalah terjemahan dari kata “Ar-Ru’ya”, dalam ayat ini maksudnya ialah mimpi

tentang perang Badar yang di alami Rasulallah saw sebelum peristiwa perang Badar itu terjadi, banyak

pula ahli-ahli tafsir menterjemahkan kata “Ar-Ru’ya” tersebut dengan “penglihatan”, yang maksudnya

adalah penglihatan yang dialami Rasulullah saw di waktu malam Isra’ Mi’raj. 58

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan

Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, 1989), hal.433

Page 66: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

51

Dan dari ayat lain yaitu surat Ash-Shaffat ayat 102-107 sebagaimana berikut:

Artinya:

“Maka tatkala anak sampai pada umur sanggup berusaha sama-sama dengan

Ibrahim as. Ibrahim berkata: “hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi

bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu? Kemudian Ismail

menjawab : “hai bapakku, lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Insya Allah

kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar. Tatkala keduanya telah

berserah diri dan Ibrahim membaringkannya atas pelipisnya, (nyatalah kesabaran

keduanya). Dan kami panggillah dia “hai Ibrahim. Sesungguhnya kami telah

membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah kami memberikan balasan pada

orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.

Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar” (Q.S. Ash-Shaffat :

102-107).

Ayat di atas menjelaskan bahwa sesungguhnya Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail

termasuk orang-orang yang sabar. Pokok bahasan di dalam adalah berkurban, bahwa

berkurban itu disyari’atkan untuk orang-orang yang masih hidup, seperti yang

dilakukan Rasulullah saw dan para sahabatnya. Mereka berkurban untuk diri mereka

sendiri dan keluarga mereka. Adapun tentang persangkaan beberapa orang awam

Page 67: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

52

mengkhususkan niatnya dalam berkurban untuk orang mati, maka perbuatan itu

tidaklah ada dasarnya. 59

2. Mimpi Nabi Ibrahim As sebagai Ujian

Mimpi Nabi Ibrahim as adalah merupakan wahyu dari Allah swt. Allah

mensucikan mereka dari syaitan maka Allah memberikan mimpi itu sebagai cobaan

atau ujian terhadap kedua Nabi itu (Ibrahim dan Ismail). Oleh sebab itu, Allah swt

berfirman pada surat As-Shafaat ayat 106 sebagai berikut :

Artinya:

“Sesungguhnya ini benar-benar suatu cobaan yang nyata” (Q.S. As-

Shafaat:106).

Memanglah suatu percobaan yang nyata, kalau seorang yang sangat

mengharapkan untuk mendapatkan keturunan yang shalih. Setelah dalam usia 86

tahun baru disampaikan Tuhan. Lalu anak yang ketika itu masih satu-satunya

disuruhlah Nabi Ibrahim untuk mengorbankannya di dalam mimpi itu, kemudian

dilaksanakanlah dengan tidak ada keraguan sedikitpun baik pada Nabi Ibrahim as

maupun pada Nabi Ismail as.60

Nyatalah sudah dalam menghadapi ujian yang sangat

berat dengan kesabaran itulah akhirnya Allah swt memberikan ujian terhadap Nabi

Ibrahim as.61

59

Abdullah bin Abdurrahmân Al-Jibrîn, Ibadah Qurban, (Jakarta: Al- Qowan, 2004),hal.13 60

Mustofa al-Marogi, Tafsir Al-Marogi, (Semarang: Karya Toha,1993), Cet Ke-2, hal.144 61

Kholilah Marhijanto, Kisah-Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul, (Surabaya: Ar-Qola, 1995),

Cet. Ke-2, hal.148

Page 68: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

53

Maksud dari firman Allah swt itu ialah menyebutkan nama Nabi Ibrahim as

bagi setiap umat Islam yang datang ke Makkah untuk berhaji. Selain itu Nabi Ibrahim

disebut dalam shalat yaitu pada at-tahiyat.

Sedangkan Nabi Ismail digolongkan orang-orang yang sabar dalam

menghadapi ujian sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Anbiya ayat 55 – 56:

Artinya:

“Mereka menjawab : “Apakah kamu datang kepada kami dengan sungguh-

sungguh ataukah kamu termasuk orang-orang yang bermain-main? Ibrahim berkata;

“Sebenarnya Tuhan kamu ialah Tuhan langit dan bumi yang telah menciptakannya:

dan Aku temasuk orang-orang yang dapat memberikan bukti atas yang demikian itu”

(Q.S. Al-Anbiya:55-56).62

Dari keterangan-keterangan di atas, dapat dijadikan contoh atau teladan

dengan kesabaran-kesabaran Nabi Ismail dan Nabi Ibrahim dalam menghadapi ujian,

seberat apapun dengan kesabaran selain itu juga Nabi Ismail termasuk golongan Nabi

sebagaimana firman Allah swt dalam surat Shad ayat 48:

Artinya:

“Dan ingatlah akan Ismail, Ilyasa’ dan Zulkifli. Semuanya termasuk orang-

orang yang paling baik” (Q.S. Shaad: 48).

62

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan

Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, 1989), hal.502

Page 69: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

54

3. Mimpi Nabi Ibrahim As sebagai Syari’at Qurban

Sesungguhnya di antara nikmat-nikmat-Ku yang diberikan kepada hamba-

hamba-Ku adalah: bahwa Allah mensyari’atkan kepada hamba-Nya berbagai bentuk

ibadah yang bermacam-macam untuk meningkatkan diri kepada-Ku (Allah) di setiap

waktu dan tempat. 63

Dalam hadis dikatakan:

(رواه البخارى﴿وما يزالعبدى يتقرب الي بالنوافل حتي احبو

Artinya:

“Dan senantiasa hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-

amalan sunah sehingga Aku mencintaimu” (H.R. Bukhari). 64

Jejak Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as, dan Nabi Muhammad saw yang

menyebarkan Islam ke seluruh penjuru dunia menyatu dalam satu titik. Di Makkatul

Mukarromah di Padang Arafah, bagaikan sarang laba-laba yang membentuk

lingkaran tidak terputus. Pada pagi hari terbit fajar matahari diiringi dengan gema

takbir, dalam kerelaan dan keikhlasan berkurban itu lebih diperlihatkan oleh tiga figur

dan idola, yaitu Nabi Ibrahim as dan Istrinya Siti Hajar serta anak mereka (Ismail).65

Dengan melantunkan takbir sebagai berikut :

للهاكبر وللهالحمداللهاكبر ا

63

Abdullah bin Abdurrahmân Al-Jibrîn, Ibadah Qurban, (Jakarta: Al- Qowan, 2004),hal.36 64

Bukhari, Hadits Qudsi, Juz 2 Hadis 2834 No.6137 65

Ramlan Marjoned, Dinamika kekuatan Islam, (Jakarta: Media Dakwah), hal.80

Page 70: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

55

Pengorbanan dan kesabaran tiga figur dan idola ini memberikan suatu

gambaran tentang peranan hidup umat manusia sejak jaman lampau hingga hari raya

dan juga untuk masa yang akan datang. Sesungguhnya di dalam kehidupan itu ada

cita-cita dan perjuangan.66

Oleh karena itu, Allah swt memberikan ilham melalui mimpinya sebagai

syari’at qurban bagi umat Islam dulu, sampai umat Islam sekarang ini. Sebagaimana

Firman Allah dalam surat As-Shafaat ayat 102-107 yang telah disebutkan di atas.

Perintah Allah tertulis di dalam Al-Qur’an sebagai pedoman hidup dan sunnah

Rasulullah saw, sebagai tuntunan dan teladan bagi umat yang beriman, yaitu cara

berpikir hidup, aktivitasnya, sikap dan tingkah laku sesuai dengan pedoman dan

petunjuk Al-Qur’an dan Sunnah. Demikianlah kisah mimpi Nabi Ibrahim As sebagai

syari’at qurban yang masih berlaku di zaman sekarang ini.

C. Ayat-Ayat dan Tafsir Mimpi Nabi Ibrahim As

1. Ayat-ayat Mimpi Nabi Ibrahim

Mengenai pembahasan-pembahasan tentang seputar mimpi sampai dengan

mimpi Nabi Ibrahim untuk mengorbankan anaknya Ibrahim as atau

penyembelihannya (Isma’il)telah diabadikan”.67

Firman Allah swt :

66

Ramlan Marjoned, Dinamika kekuatan Islam, (Jakarta: Media Dakwah), hal.81

67

Kholilah Narhijanto, Kisah Teladan 25 Nabi, hal.147

Page 71: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

56

Artinya:

“Maka tatkala anak sampai (pada umur sanggup) berusaha sama-sama dengan

Ibrahim as. Ibrahim berkata “Hai Anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi

bahwa aku menyembelihmu, maka pikirkanlah apa pendapatmu?” ia menjawab, “hai

Bapakku kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. insyaAllah kamu akan

mendapatkan termasuk kedalam orang-orang yang sabar”.

Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan Anaknya

atas pelipisnya, (nyatalah kesabaran dirinya).

Dan Kami panggillah dia “Hai Ibrahim sesungguhnya kamu telah

membenarkan mimpi itu” sesungguhnya demikianlah kami memberi alasan kepada

orang-orang yang berbuat baik.

Sesungguhnya kini benar-benar suatu ujian yang nyata.

Dan Kami tebus anak itu dengan seekor kambing sembelihan yang besar(Q.S.

As-Shafat : 102-107).68

2. Tafsir Ayat Mimpi Nabi Ibrahim

a. Asbabun Nuzul Ayat

Asbabun nuzul ayat di bawah ini adalah ketika Nabi Ibrahim benyak

menyembelih hewan-hewan ternaknya yaitu berupa kambing, sapi, dan sekali potong

atau menyembelih berjumlah 1900 ekor kambing dan sapi yang berjumlah 100

68

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan

Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, 1989), hal.725

Page 72: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

57

sampai-sampai malaikat heran dengan Nabi Ibrahim as, dan dari sinilah Ibrahim

melontarkan kata-kata berikut:

Kalau sekiranya Tuhan perintahkan kami untuk menyembelih anak, maka

kami turuti perintah-Nya. Kemudian zaman berlalu, tiba-tiba Nabi Ibrahim dikaruniai

anak yang bernama Ismail as, ketika itulah Nabi Ibrahim as diminta janjinya oleh

Allah swt karena Ibrahim lalai dengan janjinya.69

1. Penafsiran Kata Sulit

maka tatkala Ismail mencapai umur, ia dapat membantu ayahnya فلما بلغ معو ألسعي

untuk berusaha bersama-sama dengan beliau, dalam pekerjaan-pekerjaan dan

memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup.

dia تلو kedua-duanya berserah diri dan taat atau tunduk kepada perintah Allah أسلما

menundukkan wajahnya صد الرويا engkau menepati apa yang diperintah kepadamu

ujian yang nyata dapat dibedakan mana yang ikhlas dan mana yang tidak البلاء المبين

kami curahkan بار كنا عليو dengan seekor binatang yang disembelih (Qurban) بذ بح

keberkahan-keberkahan kepada Ibrahim as.70

2. Penafsiran Secara Global

.maka setelah sampai anak itu dapat berjalan bersamanya فلما بلغ معو ألسعي 71

Keadaan ditonjolkan dalam ayat ini, untuk menunjukkan betapa besarnya

kasih sayang Ibrahim pada anaknya itu (Ismail) di kala itu berumur 10 sampai 15

tahun, pastilah seorang ayah bangga sekali jika berjalan bersama-sama dengan

69

U’sman bin Hasan Ahmad Al-Syakir, Durrotun Nâsihîn, Semarang, hal.179 70

Mustofa Al-Marogi, Terjemah Tafsir Al-Maragi, (Semarang: Karya Toha,1993), hal.127 71

Soenarjo, Al-Quran dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah/

Pentafsir Al-Quran, 1971), hal.102

Page 73: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

58

anaknya. Suatu waktu dibawalah Ismail oleh Nabi Ibrahim as berjalan bersama-sama,

dan di tengah jalan “berkatalah dia (Nabi Ibrahim),72

“sesungguhnya aku melihat

dalam mimpi bahwasanya aku menyembelih engkau, maka pikirkanlah apa

pendapatmu?”. Dengan kata yang halus dan mendalam si ayah berkata pada anaknya.

Pada saat itu Nabi Ibrahim berusia lebih dari 90 tahun, dan anak yang dihadapinya

adalah anak yang berpuluh tahun lamanya ditunggu-tunggu dan sangat diharapkan.73

Kemudian Ismail memikirkan mimpi itu dan menyatakan pendapatnya (Ismail)”, ia

menjawab: “Hai bapakku engkau telah menyerah kepada anak yang mendengar dan

engkau telah meminta kepada anak yang mengabulkan dan engkau telah berhadapan

dengan anak yang rela dengan cobaan dan keputusan Allah swt. Maka bapak tinggal

melaksanakan apa saja yang diperintahkan-Nya, sedang kau hanyalah patuh dan

tunduk kepada Allah, dan alangkah mengharukan jawaban “Ismail”, benar-benar

terkabul do’a ayahnya yang telah berdo’a meminta anak yang sabar. Ia percaya

bahwa mimpi bapaknya merupakan mimpi benar dari Tuhannya.74

Firman Allah :

Artinya:

“Dan katakanlah hai Muhammad (kepada mereka) kisah Ismail di dalam Al-

Qur’an sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang

Rasul dan Nabi.” (Q.S. Maryam : 54).75

72

Hamka, Tafsir Al-Azhâr, (Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1982),hal.143 73

Al-Jalâlain, Tafsir Jalâlain, (Semarang), Juz 1, hal.370 74

Mustofa Al-Marogi, Terjemah Tafsir Al-Maragi, (Semarang: Karya Toha,1993), hal.129 75

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan

Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, 1989), hal.468

Page 74: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

59

,dan setelah keduanya berserah diri benar-benar yakin dan iman فلما بلغ معو ألسعي

lalu ia menyerahkan dirinya dengan penuh ridho kepada Tuhannya.

“Berbaringlah anak itu, pipinya terletak pada tanah supaya mudah meletakkan

pisau di atas lehernya dan mulailah Ibrahim mengalungkan pisaunya” menurut

riwayat dari Mujahid bahwasanya Nabi Ismail berkata kepada ayahnya janganlah

engkau menyembelihku sedang engkau melihatku”.76

dan Kami panggillah dia “Hai Ibrahim sesungguhnya telah engkau وندينو إن ياءبرىيم

benarkan mimpi itu bahwa sepanjang yang Kami perintahkan kepadamu dalam

mimpimu telah engkau benarkan, engkau tidak ragu-ragu bahwa itu memang perintah

Tuhanmu. Maka Allah memberikan pahala yang tinggi di sisi Allah sampai Nabi

Ibrahim as lah yang mendapat sebutan “Kholilullah” orang yang sangat dekat dengan

Allah laksana sahabat, kemudian Allah menyebutkan tentang beberapa besarnya

kesabaran Ibrahim dalam mematuhi perintah Tuhannya.

Dalam Firman-Nya :

Artinya:

“Sesungguhnya ini benar-benar merupakan cobaan besar yang nyata” (Q.S.

As-Shafat : 106).77

Sementara itu, memang banyak beban yang kita tidak ketahui rahasia-rahasia

hikmahnya, namun Allah Maha Tahu tentang segala, karenanya beban-beban itu

disyariatkannya tentang Qurban.

76

Mustofa Al-Marogi, Terjemah Tafsir Al-Maragi, (Semarang: Karya Toha,1993), hal.130 77

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan

Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, 1989), hal.725

Page 75: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

60

dan telah Kami tebus dia dengan seekor kambing yang sangat “ وفدينو بدبح عظيم (۷)

besar” ke atas leher Ismail, maka didatangkanlah seekor domba besar sebagai ganti

dari anak yang nyaris disembelih.78

Menurut Usman bin Hasan as Sair mengatakan, bahwa pengganti dari

penyembelihan Ismail itu diganti dengan seekor kibas yang besar dan yang datang

dari surga dibawa oleh malaikat yaitu kibasnya Khabil sewaktu qurban dan ada pula

yang menyatakan bahwa kambing itu datang dari gunung “Khoidil” ini menurut

Hasan Al-Bisri.79

Dari lukisan ayat Al-Qur’an ini dapat dihayati betapa demokrasinya hidup di

naungan Islam yang bersumberkan Al-Qur’an dan Sunah. Seorang bapak berdialog

dan musyawarah kepada anaknya. Demikian pula jawaban seorang anak, seorang

pemuda tak akan membantah perintah Allah melalui bapaknya walaupun akan

disembelih, tanpa ragu-ragu tampil dengan penuh ikhlas menyerahkan diri untuk

berkurban dengan mencari kemulyaan dan keridhoan Allah swt.80

78

Hamka, Tafsir Al-Azhâr, (Jakarta: Panjimas, 2000), hal.145 79

U’sman bin Hasan Al-Syakir, Durotun Nâsihîn, (Semarang), hal.181 80

Ramlan Marjoned, Dinamika Kekuatan Islam, (Jakarta: Media Dakwah), hal.31

Page 76: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

62

BAB IV

ANALISA TERHADAP MIMPI NABI IBRAHIM AS

A. Mimpi Nabi Ibrahim Sebagai Dasar Hukum

Penulis akan menjelaskan apakah mimpi Nabi Ibrahim dapat dijadikan sebagai

dasar hukum atau tidak?

Mimpi memiliki kedudukan yang sangat tinggi dan mulia. Maka sebagian

orang menyangka bahwa mimpi berpengaruh pada hukum syari‟at, yang benar

adalah sebaliknya. Sebab syari‟at telah sempurna pada masa kenabian, ia tidak

memerlukan orang yang menyempurnakannya atau memberi tambahan. Baik

dalam keadaan terjaga maupun tidur. Mimpi tidaklah merupakan sumber hukum

syari‟at, tambahan pula setan amat bersemangat untuk menyesatkan manusia

dengan berbagai cara. Bisa saja setan menampakkan diri kepada manusia dalam

mimpinya sebagai Allah atau salah satu malaikat lalu ia memerintahkan

melakukan perbuatan haram atau meninggalkan kewajibannya. Dengan demikian

ia menjadi tersesat tetapi ia meyakini dirinya sebagai orang yang mulia.1

Mimpi selain mimpi Nabi Ibrahim as juga disebut sebagai mimpi (as-

shalihah) yaitu mimpinya orang shalih, mereka ini urutan kedua setelah para Nabi

dan Rasul-Nya. Yang dominan pada mimpi mereka adalah kebenaran, namun di

antaranya ada yang perlu dita‟birkan dan ada pula yang tidak perlu ( karenanya

mimpi itu ) sudah menunjukkan suatu perkara yang sudah jelas, karena memang

mimpi orang-orang yang shaleh.

1 Ahmad bin Sulaimân Al-Uraini, Petunjuk Nabi Tentang Mimpi, (Jakarta: Darul

Falah,1416H), hal.60

Page 77: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

63

Sebagaimana hadits Rasul yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah:

﴾رواه لبخارى ومسلم﴿ألرؤيا الحسنة من الرجل الصالح

Artinya:

“Mimpi yang baik dari orang-orang yang shaleh”. (H.R. Muslim).2

Mimpi Bukan Dasar Hukum

Mimpi tidak dapat dijadikan sebagai dasar hukum dan tidak dapat

dijadikan dalil atas perintah dan larangan. Karenanya syari‟at telah menetapkan

dasar-dasar hukum, yaitu Al-Qur‟an dan hadits, atau yang menunjukkan kepada

keduanya, seperti ijma, dan qiyas. Syari‟at tidak menjadikan mimpi seseorang

yang bukan Nabi sebagai dasar hukum.3

Firman Allah swt:

Artinya:

“Ikutilah apa yang ada (telah diturunkan) kepadamu dari Tuhanmu dan

janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikit kamu

mengambil pelajaran (darinya).” (Q.S. Al-A‟raf : 3).4

Sedangkan pada ayat lain disebutkan sebagai berikut :

2 Ma‟mur daud, Shahih Muslim, (Klang Book Muslim), Hadis ke-2109, Jilid 1, hal.165

3 Yusuf Qardhawi, Alam Ghaib, (Jakarta: 2005), hal.131

4 Soenarjo, Al-Quran dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah/

Pentafsir Al-Quran, 1971), hal.260

Page 78: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

64

Artinya:

“Apa yang diberikan Rasul padamu maka terimalah, dan apa-apa yang

dilarang bagimu maka tinggalkanlah” (Q.S. Al-Hasyr: 7).

Kandungan ayat di atas menjelaskan bahwa mimpi yang dapat dijadikan

dasar hukum adalah mimpi yang dialami seorang Nabi, dan janganlah mimpinya

seseorang yang bukan Nabi dijadikan dasar hukum atau syari‟at.

Mimpi yang benar adalah mimpi yang merupakan mimpi Nabi Ibrahim as

sebagai wahyu dan syari‟at, pertanda petunjuk dari Allah swt, maka mimpi Nabi

adalah merupakan wahyu dan merupakan kebenaran juga syari‟at, sebab wahyu

terjaga dari syaitan. Hal ini ulama bersepakat bahwa mimpi para Nabi merupakan

salah satu bentuk wahyu dan syari‟at.

Sebagaimana Firman-Nya;

Artinya:

“Dan tidaklah ada bagi seorang manusia pun bahwa Allah berkata dengan

dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau di belakang tabir atau dengang

mengutus seorang utusan (malaikat) lalu dia wahyukan kepadanya dengan

seizinnya apa yang dia kehendaki, sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha

Bijaksana” (Q.S. as-Syuro: 52).

Oleh karena itu, Nabi Ibrahim menyembelih putranya Ismail berdasarkan

mimpi (ujian dari Allah swt). Adapun mimpi selain para Nabi tidaklah lepas dari

Page 79: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

65

salah. Karena itu, perlu disesuaikan dengan wahyu yang ada dalam al-Qur‟an, jika

sesuai dengan al-Qur‟an maka mimpi itu dapat digunakan, namun jika

bertentangan tidak dapat digunakan.5

Menurut hemat penulis, pengetahuan sebenarnya ada pada Allah, bahwa

antara keduanya terdapat perbedaan mendasar. Adakah suatu perbedaan yang

lebih besar dari pada sesuatu itu dari Allah dan yang lain dari syaitan?, perbedaan

itu bisa juga mengacu kepada yang mengalami mimpi itu sendiri.

Dari uraian di atas jelaslah bahwa mimpi tidak bisa dijadikan landasan

syari‟at dan pemberlakuan hukum manakala di dalamnya terdapat perintah atau

larangan. Tetapi jika di dalamnya tidak ada perintah atau larangan maka mimpi itu

adalah penampakan semata, kecuali mimpi para Nabi, seperti mimpi Nabi Ibrahim

as.6

B. Hubungan Antara Mimpi Nabi Ibrahim Dengan Realitas Sosial

Menurut Frued mimpi itu sebenarnya memiliki arti. Mimpi seringkali

merupakan pemenuhan hasrat yang tidak terlaksana di dunia nyata. Demikianlah

apa yang dikatakan oleh Frued. Walaupun tidak semua kasus mimpi memiliki

kejadian seperti yang dijelaskan oleh Frued namun ada juga mimpi yang benar-

benar cocok dengan penjelasan Frued.

Menurut Frued, mimpi bisa juga terdeskripsikan atau tersimbolkan. Dalam

hal ini mimpi sebagai pemenuhan kebutuhan atau hasrat tak sadar, tampil dalam

simbol-simbol tertentu. Dengan demikian perlu dilakukan penerjemahan atas

5 Yusuf Qardhawi, Alam Ghaib, (Jakarta: 2005), hal.133

6 Ahmad bin Sulaimân Al-Uraini, Petunjuk Nabi Tentang Mimpi, (Jakarta: Darul

Falah,1416H), hal.61

Page 80: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

66

simbol-simbol tersebut agar dapat diketahui maksud yang sebenarnya. Tafsir

mimpi Frued merupakan penjelasan mengenai hal-hal seperti ini.

Kalau ditinjau dari segi ilmiah atau sesuatu yang dapat diukur, seseorang

yang sedang bermimpi menunjukkan aktifitas otak dengan gelombang tertentu di

dalam otak yang berbeda dengan ketika tersadar atau ketika tertidur lelap.

Gerakan mata orang yang bermimpi juga bisa dibaca. Rapid Eye Movement

merupakan penjelasan ilmiah yang dapat diukur dan dijadikan indikator apakah

seseorang itu sedang bermimpi atau tidak.7

Bermimpi setidaknya merupakan kebangkitan semua orang dari kematian

sementara. Bermimpi merupakan pengalaman sadar, seperti halnya pengalaman di

dunia nyata. Namun karena sering tidak bisa membedakan mana mimpi mana

kenyataan, maka akan terus dihinggapi kebingungan bagaimana sebenarnya

mekanisme mimpi ini terjadi. Tentunya penjelasan yang ingin diperoleh bukanlah

penjelasan materialistik seperti rekaman kejadian yang ada di otak maupun

rekaman gerakan mata manusia. Sampai saat ini mimpi selalu saja merupakan

aspek yang penuh subjektifitas.

Mimpi sudah menjadi fonemena yang menjadi bahan kajian dari zaman

dahulu. Sejak zaman Yunani kuno, realitas mimpi menjadi objek perhatian yang

sangat intens dari para pemikir dan filosof. Bahkan dalam literatur Islam

disebutkan terdapat seorang Rasul as yang dianugerahi Allah swt untuk dapat

memahami mimpi dengan memberikan informasi tafsirnya secara akurat. Rasul

7Http://id.shvoong.com/society-and-news/opinion/2094938-Misteri-Mimpi-dari-

kenyataan menjadi/#ixzz1K7rdfqW0, diakses pada tanggal 20 April 2011.

Page 81: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

67

itu bernama Yusuf as., putra nabi Ya‟qub as. Beliau hidup sekitar kurang lebih

2000 SM dan banyak menafsirkan mimpi-mimpi yang terjadi pada dirinya sendiri

dan umatnya. Sejarah nyata ini banyak sekali diterangkan dalam literatur kitab

Suci Al-Qur‟an, kitab suci milik umat Islam. Dapat dilihat dari rujukannya di

bagian surat dalam Al-Qur‟an QS. Yusuf: 44, Al-Isra‟ : 60, as-shaffat : 105, yusuf

: 21 dan masih banyak lagi.8

Mimpi menjadi pesona yang sangat menajubkan sekaligus misteri yang

belum terpecahkan rahasianya. Ia seolah-olah memanggil setiap manuasia untuk

menyelidikinya lebih jauh. Dalam hal ini, sejak dulu hingga kini, mulai dari

agamawan, ilmuan, filosof, bahkan sampai pada seniman, berusaha untuk

menerjemahkan sebuah mimpi. Apa yang terjadi di balik hakikat mimpi,

bagaimana ia bisa terjadi pada tidur sesorang, dan terkadang orang tidur tidak

bermimpi itu juga kenapa?, dan terkadang mimpi terjadi begitu sangat konyol,

tidak berarti. Terkadang pula mimpi terasa sangat menyenangkan atau sangat

menakutkan, mengkhawatirkan, dan menyedihkan. Tidak jarang pula manusia

dapat bermimpi seakan mendapat jawaban dari persoalan yang sedang kalut

dipikirkannya, atau bermimpi yang merupakan petunjuk akurat dari Allah swt,

dan lain-lain. Masih banyak realitas mimpi yang pernah dialami oleh setiap

manusia dan sifatnya misterius.

Sampai saat ini boleh dibilang mimpi adalah suatu fenomena menarik dan

misterius. Mimpi terkadang membuat senang dan tertawa geli, atau bahkan bikin

8Http://id.shvoong.com/society-and-news/opinion/2094938-Misteri-

Mimpi/#ixzz1K7rdfqW0,diakses pada tanggal 21 April 2011.

Page 82: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

68

kepala geleng-geleng. Jadi sebenarnya apa sih mimpi itu? Mulai dari jaman Adam

dan Hawa, kerajaan Yunani dan Roma, sampai Sigmund Freud (pemikir Austria)

di akhir tahun 1800-an, seluruh umat manusia rupanya masih penasaran dengan

arti sebuah mimpi dan mengapa mengalaminya ketika tidur. Secara umum banyak

dari kalangan ilmuan yang mendefinisikan mimpi merupakan suatu proyeksi yang

timbul tanpa sengaja dan terdiri dari koleksi gambaran, suara, gagasan, pikiran,

daya perasaan, serta sensasi lainnya di saat tidur.

Definisi lainnya hampir sama bahwa mimpi adalah pengalaman bawah

sadar yang melibatkan penglihatan, pendengaran, pikiran, perasaan, atau indra-

indra lain dalam tidur, terutama saat tidur yang disertai gerakan mata yang cepat

(rapid eye movement/REM sleep) Tetapi definisi-definisi ini belum mengungkap

pengertian yang sebenarnya.9

Kebanyakan dari mereka hanya menjelaskannya secara gradual dan umum.

Belum ada yang menjelaskannya secara detil dan holistik bagaimana mimpi itu

sebenarnya. Bahkan yang paling parah hanya menjelaskan efek atau pengaruh

yang ditimbulkan dari mimpi itu, seperti mimpi melihat bulan maka ia akan

mendapat anugerah, atau mimpi melihat mayat ia akan umur panjang, Mimpi

membeli sebuah kapal maka usaha yang ditekuni akan berkembang dengan pesat,

Mimpi melihat kancing terjatuh kita Akan mengalami rintangan maka harus

berhati-hati dalam melakukan atau memutuskan sesuatu., Mimpi memasang

kancing baju : Pertanda kita harus memperbaiki kesalahan. Mimpi merasa

kehilangan kancing : Akan mendapat teguran dari apa yang kita kerjakan, Mimpi

9Http://id.shvoong.com/society-and-news/opinion/2094938-Misteri-

Mimpi/#ixzz1K7rdfqW0,diakses pada tanggal 21 April 2011.

Page 83: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

69

merasa berduaan dengan suami/istri : Akan berhasil dalam melakukan sesuatu,

Mimpi di kamar kita banyak orang : Pertanda kita harus sabar karena akan ada

banyak orang yang akan mengejek kita. Mimpi berada didalam kamar mewah :

Akan mendapat sesuatu yang diinginkan, dan lain-lain. Ini semua hanyalah tafsir

mimpi belaka dan belum ada yang menjelaskannya bagaimana itu bisa terjadi, dan

semua ini dapat ditemukan seperti buku primbon mimpi, tafsir mimpi, dan banyak

pula beberapa situs di internet yang penjelasan dan temanya hampir sama.

Kebanyakan buku-buku dan beberapa pencarian situs di internet hanya seperti itu

dan tidak mengajak untuk memahami arti detail apa dan kenapa mimpi itu dapat

terjadi dan bagaimana prosesnya sehingga dapat masuk ke dalam pikiran

seseorang di saat tidur atau ketika melamun.10

Pertanyaan-pertanyaan yang akan dikaitkan dengan misteri mimpi untuk

memperoleh jawaban yang sebenarnya tentang realitas mimpi antara lain: apa dan

bagaimana realitas di balik misteri mimpi ? bagaimana ia terwujud? Bagaimana ia

dapat masuk ke dalam pikiran di saat tidur atau setengah tidur bahkan ketika

melamun pun bisa bermimpi ? dari mana datangnya ? apa tujuannya? Kenapa ada

mimpi yang menyenangkan, menakutkan dan mengkuatirkan, mimpi sangat

konyol tidak masuk akal, dan mimpi petunjuk, isyarat, jawaban dari permasalahan

hidup, dan proses terbentuknya segala macam mimpi bagaimana, dan lain-lain.

Pertanyaan-pertanyaan semacam ini akan mengajak manusia untuk mengarungi

hakikat mimpi lebih jauh dan bukan selama ini yang dipahami sebatas itu saja.

10

Http://id.shvoong.com/society-and-news/opinion/2094938-Misteri-Mimpi-dari-

kenyataan-menjadi/#ixzz1K7rdfqW0, diakses pada tanggal 20 April 2011.

Page 84: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

70

Hubungan mimpi dengan realitas sosial.

Sebagaiman telah dipaparkan di atas, bahwa mimpi bisa menjadi suatu

realitas sosial, hal ini dapat dibuktikan dengan mimpinya nabi Ibrahim as, dan

nabi Yusuf as, sebagaimana tercantum dalam QS. Yusuf: 44, Al-Isra‟ : 60, as-

shaffat : 105, yusuf : 21 dan masih banyak lagi. Seperti bagaimana dahsyatnya

mimpi yang bisa membuat Raja Nambruz dan Fir‟aun yang memerintahkan

prajuritnya untuk membunuh setiap bayi laki-laki yang lahir, dan mimpinya raja

Mesir yang dapat ditafsirkan dengan sempurna oleh nabi Yusuf, sehingga rakyat

mesir dapat terselamatkan dari bahaya kelaparan akibat kemarau panjang.

Para Ilmuan Barat telah melakukan riset. Inilah benang merah yang dapat

kita tarik dari paparan yang telah dijelaskan di atas, tapi tidak semuah mimpi bisa

menjadi realitas sosial. Tidak ditemukan jawaban pertanyaan ini dari para

ilmuwan.11

C. Pendapat Para Ulama Tentang Mimpi

Mimpi yang dimimpikan oleh seseorang yang hampir terlena dalam

tidurnya sehingga dia tidur dengan terlena adalah benar dan berfaedah. Mimpi-

mimpi ini selalu merupakan pembawa pembukaan dan perantaraan kepada yang

luar biasa. Bukti kebenaran mimpi dinyatakan oleh Allah swt dengan Firman-Nya:

11

Http://id.shvoong.com/society-and-news/opinion/2094938-Misteri-

Mimpi/#ixzz1K7rdfqW0, diakses pada tanggal 21 April 2011.

Page 85: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

71

Artinya:

“Sesungguhnya Allah akan membuktikan mimpi itu benar kepada Rasul-

Nya, kamu akan masuk Masjidil Haram jika dikehendaki Allah dengan aman”.

(Surah al-Fath ayat 27).

Secara umum, mimpi berlaku apabila seseorang itu sedang tidur. boleh

juga berlaku dalam situasi lain, seperti ketika pingsan, mabuk, dan sebagainya,

dengan syarat fisikalnya dalam keadaan separuh sadar. Bagi orang yang

bermimpi, rohnya hanya keluar sementara dalam artikata „menjenguk‟

(extending), masih ada yang tinggal dalam jasad, sebab itulah orang tidur masih

bernafas. Ibarat seseorang yang kaki kanannya di dalam air tapi kaki kiri memijak

daratan. Begitulah juga orang yang bermimpi, sebagian rohnya berada dalam

jasadnya manakala sebagian lagi berada di luar tubuhnya.12

Manusia keseluruhanya bermimpi, kadangkala mimpi itu menggembirakan

dan kadangkala tidak, kadangkala mimpi itu tidak dapat difahami dan ditafsirkan,

kadangkala mimpi itu juga penuh misteri dan simbolik sehingga agak sukar bagi

kita sebagai umat manusia untuk menafsirkan makna di balik setiap kejadiaan

mimpi tersebut.

Imam Ibnu Sirin, dalam bukunya Tafsir Mimpi Menurut Islam, berkata:

"Tidak semua mimpi dapat ditafsirkan makna yang terkandung di dalamnya. Ada

kalanya mimpi bagaikan angin lalu namun ada yang benar-benar menjadi

kenyataan. Mimpi insan yang bertakwa merupakan berita yang akan berlaku,

karena Rasulullah tidak bermimpi melainkan mimpi baginda menjadi kenyataan.

12

Http://id.shvoong.com/society-and-news/opinion/2094938-Misteri-Mimpi-dari-

kenyataan-menjadi/#ixzz1K7rdfqW0, diakses pada tanggal 20 April 2011.

Page 86: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

72

Sedangkan mimpi insan yang tidak beriman merupakan berita yang disebarkan

oleh syaitan."13

Dalam suatu riwayat dikisahkan, seorang wanita bertanya, "Wahai

Rasulullah, sesungguhnya saya bermimpi melihat sebagian tubuh baginda berada

di rumahku." Baginda menjawab, "Sesungguhnya Fatimah akan melahirkan

seorang anak lelaki, kemudian engkau yang akan menyusukannya." Tidak lama

kemudian Fatimah melahirkan Hussein dan disusukan oleh wanita tersebut.

Al- Qurtubi mengungkapkan pengertian mimpi dalam tafsirnya Jami’ li

Ahkam Al-Qur’an bahwa mimpi adalah sesuatu hal yang mulia dan penempatan

yang tinggi. Dia bisa terjadi pada Nabi-nabi, Rasul-rasul dan terjadi pula pada

orang-orang saleh.14

Sedangkan menurut Ibnu Qayyim dalam kitabnya Madarij As-Salikin,

mimpi itu sama dengan kasyf (penyingkapan), ada yang bersifat Rahmani, yaitu

datang dari Tuhan, ada yang bersifat nafsani, yaitu dari perasaan diri sendiri, dan

adalagi kasyf dari setan.15

Menurut ahli-ahli ta‟bir, mimpi ada tiga macam:

1. Mimpi dari Allah swt yaitu mimpi yang baik untuk dunia dan akhirat,

merupakan khabar gembira atau satu peringatan dari pada Allah swt supaya

tidak melakukan maksiat kepada-Nya.

2. Mimpi yang batil atau permainan syaitan, yaitu mimpi yang tidak dapat

diperincikan oleh orang yang bermimpi. Artinya orang yang bermimpi itu tidak

sanggup mengingat tertib atau jalan cerita mimpi itu. Mimpi seperti ini

13

Al-Bashri, Muhammad Ibn Sirin, Ensiklopedia Arti Mimpi, (Bandung: Pustaka

Hidayah, 2008) 14

Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad Al-Anshâri Al-Qurtubi, Jâmi’ li Ahkâm Al-

Qur’an, (Beirut: Dar al-Fikr), hal.122 15

Ibnu Qayyim Al-Jauji, Madârij As-Sâlikîn, (Beirut: Dar al-Fikr, 1988), hal.51

Page 87: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

73

dianggap batil dan tidak mempunyai sebarang makna atau takwil, atau mimpi

buruk yang tidak menyenangkan seperti kedatangan mala petaka, musibah,

permusuhan, kesedihan, kesengsaraan, kemelaratan, penderitaan dan

sebagainya.

3. Keinginan nafsu, seperti kita ketahui nafsu ada tiga, yaitu nafsu mutmainnah,

nafsu lawwamah dan nafsu amarah. Mimpi seperti ini terjadi karena pengaruh

fikiran seseorang, sesuatu yang dia lakukan atau dia khayalkan siang hari atau

menjelang tidurnya selalu menjelma ketika tidurnya, atau mimpi makan ketika

diri sedang lapar, mimpi dianiayai orang ketika sedang sakit dan sebagainya.

Mimpi seperti ini tidak mempunyai arti sama sekali.

Rasulullah saw bersabda maksudnya: "Mimpi itu ada tiga, mimpi dari

Allah (mimpi yang baik), mimpi dari syaitan (mimpi buruk) dan mimpi dari

dirinya yang disebabkan terjadi sesuatu kemudian dia bermimpi."

Dalam kitab-kitab karangan Ibnu Sirin, Imam Ad-dahlawi, Imam An-

Nawawi dan Imam Ibnu Hajar. terdapat cara-cara dan adab-adab yang sunat

dilakukan ketika bermimpi daripada gangguan syaitan. Cara-caranya adalah

seperti berikut :

1. Membaca ta’awwuz (A’uuzubillâhi minasysyaitoonirroojîm)

2. Meludah kesebelah kiri kita sebanyak 3 kali.

3. Mengubah cara tidur ke sebelah yang lain

4. Bangun shalat 2 rakaat (kalau mampu) dan berdoalah agar kita dijauhkan dari

musibah dan bencana serta mintalah yang baik-baik serta perlindungan

daripada Allah swt.16

16

Al-Bashri, Muhammad Ibn Sirin, Ensiklopedia Arti Mimpi, (Bandung: Pustaka

Hidayah, 2008).

Page 88: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

74

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada akhir pembahasan tentang mimpi ini penulis dapat mengambil

kesimpulan, kesimpulan ini merupakan jawaban dari pertanyaan dalam perumusan

masalah berdasarkan uraian dari setiap bab yang sudah penulis lakukan, maka

ditemukan oleh penulis bahwa mimpi itu tidak bisa dijadikan patokan sebagai

dasar hukum, kecuali mimpi yang terjadi pada mimpi para Nabi dan para Rasul

Allah swt, sebagaimana halnya mimpi yang terjadi pada mimpi Nabi Ibrahim as

untuk menyembelih anaknya (Qurban) Ismail as.

Islam sebagai agama sangat memperhatikan masalah mimpi. Hal ini

terbukti dengan banyaknya mimpi disebutkan dalam Al-Qur’an melalui tiga kosa

kata, kuncinya yaitu: a). Rukyah, b). Ahlam, c). Adghas.

Mimpi Nabi Ibrahim mempunyai arti penting bagi kehidupan manusia

yang senantiasa mengiringi langkah-langkah perjalanan hidup manusia, sehingga

dapat melahirkan amal-amal kebajikan dan pemahaman yang baik pada

Tuhannya, dan juga menjadi talak ukur ditegakkannya ajaran Nabi dan Rasul.

Mimpi Nabi Ibrahim as juga merupakan wahyu yang diberikan Allah swt,

selain itu juga sebagai syari’at serta dasar hukum, dan awal disyari’atkannya

Qurban yang masih berlaku di zaman sekarang ini, dan sekaligus cobaan bagi

umat yang beriman.

Page 89: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

75

B. Saran-Saran

Penulis masih sangat merasa kekurangan dalam membahas masalah ini.

Sehingga perlu sekali kritik dan saran untuk mencapai kesempurnaan dalam

menyelesaikan karya tulis ini, sehingga penulis dapat memberikan saran-saran

sebagai berikut:

1. Sebagai manusia biasa yang banyak lalai dan lupa dalam mengarungi

kehidupan ini jangan sekali-kali menjadikan mimpi sebagai dasar hukum.

Sebab ajaran Islam yang dibawa oleh para Nabi dan Rasul telah sempurna

sejak abad yang sudah terlewatkan.

2. Kepada mahasiswa dan mahasiswi di perguruan tinggi manapun diharapkan

dapat meningkatkan kembali amal-amal kebajikan, dan upaya meningkatkan

kembali penggalian nilai-nilai hukum serta melaksanakannya.

3. Penelitian yang penulis lakukan ini belum sampai mengetahui tentang hakikat

mimpi itu sendiri, sehingga perlu adanya penelitian lanjutan dengan peluang-

peluang penemuan yang lebih banyak lagi.

Page 90: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

76

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Baki, Muhammad Fuad, Al-Lu’lu Wal Marjân Terjemah, Surabaya : Bina

Ilmu, 1996.

Al-Alawi, Syaih Usamah, Hukum Mimpi Menurut Al-Qur’an dan Hadist, Jakarta

Selatan : Mustaqim, 2003.

Al-Anbari, Kholil, Kamus Tafsir Mimpi, Solo : Ar-Raiyan, 2005.

Al-Bashri, Muhammad Ibn Sirin, Ensiklopedia Arti Mimpi, Bandung : Pustaka

Hidayah, 2008.

Daud, Ma’mur, Shahih Muslim, Hadis ke-2109, Jilid I, Cet. Ke-1.

Hamka, Tafsir Al-Azhâr, Jakarta : Panjimas, 2000.

Hasan, Ahmad As-Syakir bin Usamah, Durrotun Nâsihîn, Semarang.

Al-Jibrin, bin Abdullah Abdurrahman, Ibadah Qurban, Jakarta : Al- Qowan,

2004.

Kamal, Al-Sayid, Kisah-kisah Terbaik Al-Qur’an, Jakarta : Pustaka Jahro, 2004.

Khan, Inayat, Dimensi Spiritual Psikologi, Bandung : Pustaka Hidayah, 2000.

Marhijanto, Kholilah, Kisah-Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul, Surabaya : Ar-

Qola, 1995.

Marjoned, Ramlan, Dinamika kekuatan Islam, Jakarta : Media Dakwah.

Al-Marogi, Mustofa, Tafsir Al-Marogi, Semarang : Karya Toha, 1993.

_______________, Mu’jam Al-Mufarros Fî Al-fâdil Qur’an, Nasr Tanajau, 1981.

Nurkholish, Majid, Islam Agama Peradaban, Jakarta : Paramadina, 2000.

Page 91: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …

77

Al-Uraini, Ahmad bin Sulaiman, Petunjuk Nabi Tentang Mimpi, Jakarta : Darul

Falah, 1416H.

Purwanto, Yadi, Memahami Mimpi, Persefektif Psikologi Islam, Jogja : Kudus,

2003.

Salim, Hadyah, Qissotul al-Anbiyâi, Bandung : Al Maarif, 1970.

Al-Shiddiqy, Teungku Muhammad Hasbi, Tafsir Al-Qur’anul Majîd An-Nûr,

Jakarta: Pustaka Rizki Putra Semarang, 1995.

Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Mishbâh, Jakarta: Lentera Hati, 2002.

Soenarjo, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta:Yayasan Penyelenggara

Penterjemah/Pentafsir Al-Quran, 1971.

Sya’roni, Usman, Otentisitas Hadist, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002.

Qardhawi, Yusuf, Alam Ghaib, Terjemahan Maukiful Islam, Jakarta : 2005.

Yunus, Mahmud, Kamus Arab Indonesia, Jakarta : Hida Karya Agung, 1990.

Http://id.shvoong.com/society-and-news/opinion/2094938-misteri-mimpi-dari-

kenyataan-menjadi/#ixzz1K7rdfqW0, diakses pada tanggal 20 April 2011.