HUBUNGAN ANTARA MEKANISME KOPING DENGAN TINGKAT …
Post on 16-Oct-2021
10 Views
Preview:
Transcript
HUBUNGAN ANTARA MEKANISME KOPING DENGAN
TINGKAT STRES MAHASISWA DALAM MENYUSUN
SKRIPSI DI PROGRAM STUDI SARJANA
KEPERAWATAN UNIVERSITAS
BHAKTI KENCANA
BANDUNG
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai
Gelar Sarjana Keperawatan
RESA MADANIAH
NIM.AK.1.16.096
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS
BHAKTI KENCANA
2020
ii
iii
iv
v
vi
ABST RAK
Pada umumnya mahasiswa tahun terakhir harus melakukan penyesuaian diri
terhadap tuntutan tugas akhir yaitu skripsi, kebanyakan mahasiswa mengalami stres
dan takut dalam mengerjakan skripsi karena dihadapkan dengan hambatan dalam
menyusun skripsinya. Mekanisme koping merupakan sutau usaha yang dilakukan
individu untuk mengatasi tekanan yang membutanya merasa stres. Stres yang
terjadi pada mahasiswa biasa disebut dengan stres akademik merupakan respon
mahasiswa yang muncul karena ditimbulkan oleh berbagai stimulus akademik.
Tujuan: Menganalisis hubungan antara mekanisme koping dengan tingkat stres
mahasiswa dalam menyusun skripsi. Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah jenis deskriptif korelasional dengan pendekatan Cross-
Sectional. Populasi dan Sampel: Mahasiswa tingkat 4 Program Studi Sarjana
Keperawatan yaitu 124 orang, untuk penentuan sampel menggunakan Non-
Probability Sampling dengan teknik Sampling Acidental. Analisa data yang
digunakan adalah Korelasi Spearman Rank. Hasil penelitian: Sebagian besar
mahasiswa melakukan koping cukup (55,1%) dalam mengatasi rasa stres yang
dialami saat menyusun skripsi, hampir sebagian mahasiswa (44,9%) mengalami
stres sedang dalam menyusun skripsi. Hasil uji Korelasi Spearman Rank
menunjukan nilai sig (2-tailed) sebesar 0.028 < α (0,05). Analisa dan Diskusi:
Ketika individu berada pada keadaan atau situasi tertekan sehingga membuat stres
maka individu tersebut akan melakukan sebuah usaha mengubah perilaku secara
konstan untuk mengendalikan tuntutan dan tekanan yang membebani serta
melampaui kemampuan ketahananan individu tersebut. Kesimpulan dan Saran:
Terdapat hubungan antara mekanisme koping dengan tingkat stres mahasiswa
dalam menyusun skripsi. Adapun saran yang bisa dilakukan mahasiswa yaitu tetap
melakukan koping yang baik/adaptif sehingga rasa stres yang dialami ketika
menyusun skripsi dapat menurun.
Kata Kunci : Koping, Mahasiswa, Skripsi, Stres
Daftar Referensi : 25 Buku (2005-2019)
Jurnal : 24 Jurnal (2015-2020)
Website : 29 Website
vii
ABSTRACT
In general, final year students have to make adjustments to the demands of
the final project in their study, namely “research paper”. Most students experience
stress and are afraid to work on their research papers since they deal with obstacles
in the process. The coping mechanism is an effort made by an individual to
overcome the pressure that causes stress. The stress that occurs in students
commonly refers to academic stress as the response to various academic stimuli.
Objective: To analyze the relationship between the coping mechanisms and the
stress level of students in writing the research paper. The type of the research
applied is descriptive correlational with a cross-sectional approach. Population
and Sample: The population is 124 4th grade S1 nursing student. Moreover, to
determine the sample, it uses Non-Probability Sampling with the Accidental
Sampling technique. The data analysis used is the Spearman Rank Correlation.
Results: Most of the students (55.1%) do adequate coping to overcome the stress
they experience in the process of writing their research paper, while the rest of the
students (44.9%) experience moderate stress. The results of the Spearman Rank
Correlation test show that the sig (2-tailed) value is 0.028 <α (0.05). Analysis and
Discussion: When an individual is in a stressful state or in a situation causing
stress, the individual will make an effort to change the behavior constantly to
control the demands and pressures burdening and beyond the self-endurance.
Conclusion and Suggestion: There is a relationship between the coping
mechanism and the stress level of the students in writing the research paper;
therefore, it is suggested that students keep doing the good / adaptive coping, so it
can decrease the stress.
Keywords : Coping, Research paper, Stress, Student
Reference List : 25 Books (2005-2019)
Journal : 24 Journals (2015-2020)
Website : 29 Websites
viii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T karena atas karunia
dan hidayah-Nya penulis masih diberi kekuatan dan pikiran sehingga dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Mekanisme Koping
dengan Tingkat Stres Mahasiswa Dalam Menyusun Skripsi di Program Studi
Sarjana Keperawatan Universitas Bhakti Kencana Bandung”.
Dalam penelitian ini tidak terlepas dari pihak-pihak yang telah memberikan
bantuan, masukan, dan bimbingan kepada penulis. Pada kesempatan kali ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. H. Mulyana, S.Pd., S.H., M.Pd., MH.Kes., selaku ketua Yayasan Adhi Guna
Kencana Bandung.
2. Dr. Entris Sutrisno, MH.Kes., Apt., selaku rektor Universitas Bhakti Kencana
3. Rd. Siti Jundiah, S.Kp., M.Kep., selaku dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Bhakti Kencana, serta selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktunya
memberikan masukan, arahan, dan motivasi yang berharga kepada penulis.
4. Lia Nurlianawati, S.Kep., Ners., M.Kep., selaku ketua prodi sarjana keperawatan
Universitas Bhakti Kencana.
5. Sumbara, S.Kep., Ners., M.Kep., selaku pembimbing 1 yang telah meluangkan
waktunya memberikan masukan, arahan, dan motivasi yang berharga kepada
penulis.
ix
6. Dosen dan seluruh staf pengelola program studi sarjana keperawatan Universitas
Bhakti Kencana yang telah mendidik, membimbing, dan membekali penulis
ilmu pengetahuan selama kuliah.
7. Kepada ibu (Winda Ningsih), ayah (Jajang Juhana), kaka (Rena Rizkiana &
Yayan Sutardi), dan adik (Rafi P.M dan Dirfan) tercinta dan semua keluarga
besar yang telah memberikan dukungan serta do’a yang tak pernah putus serta
senyuman tulus mereka yang selalu menyemangati penulis,.
8. Kepada semua sahabat, teman-teman seperjuangan Prodi Sarjana Keperawatan
angkatan tahun 2016 yang telah ikut serta berperan dalam penelitian ini,
terimakasih atas semua dukungan, motivasi dan bantuan yang telah diberikan.
Semoga amal baik dari semua pihak mendapatkan pahala yang berlipat
ganda dari Allah S.W.T peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini
masih banyak kekurangan, dengan demikian peneliti mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi
hasil penelitian ini dan semoga bermanfaat bagi semua yang berkepentinga.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Bandung, 19 Agustus 2020
Penulis
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME .............................. iii
LEMBAR PERNYATAAN .......................................................................... iv
ABSTRAK .......................................................................................................v
ABSTRACK .................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................. vii
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
DAFTAR BAGAN ....................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiv
DAFTAR SINGKATAN ...............................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................13
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................13
1.3.1 Tujuan Umum .................................................................................13
1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................................13
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................14
1.4.1 Manfaat Teoritis .............................................................................14
1.4.2 Manfaat Praktis ...............................................................................14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................16
2.1 Konsep Mahasiswa....................................................................................16
2.1.1 Pengertian .......................................................................................16
2.1.2 Mahasiswa Keperawatan ................................................................16
2.2 Konsep Skripsi ..........................................................................................17
2.2.1 Pengertian .......................................................................................17
xi
2.2.2 Kedudukan dan Bobot Skripsi ........................................................17
2.2.3 Tujuan Penyusunan Skripsi ............................................................18
2.2.4 Manfaat Penyusunan Skripsi ..........................................................18
2.2.5 Kesulitan Mahasiswa Dalam Menyusun Skripsi ............................18
2.3 Konsep Mekanisme Koping ......................................................................19
2.3.1 Pengertian ......................................................................................19
2.3.2 Jenis-jenis Mekanisme Koping .......................................................20
2.3.3 Karakteristik Mekanisme Koping ...................................................23
2.3.4 Sumber Koping ...............................................................................24
2.3.5 Pengukuran Mekanisme Koping ....................................................25
2.4 Konsep Stress Akademik ..........................................................................26
2.4.1 Pengertian Stres Akademik ............................................................26
2.4.2 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Stres .......................................27
2.4.3 Dimensi Stres Akademik ................................................................29
2.4.4 Reaksi terhadap stressor .................................................................31
2.4.5 Jenis Stres .......................................................................................33
2.4.6 Tahapan Stres .................................................................................34
2.4.7 Klasifikasi Stres ..............................................................................36
2.4.8 Mekanisme Stres ............................................................................38
2.4.9 Dampak Stres .................................................................................39
2.4.10 Cara Mengatasi stres ....................................................................41
2.4.11 Mengukuran tingkat stres .............................................................42
2.4.12 Peran Perawat dalam mengatasi stres...........................................43
2.5 Kerangka Konseptual ................................................................................44
BAB III METODE PENELITIAN ..............................................................45
3.1 Rancangan Penelitian ................................................................................45
3.2 Paradigma Penelitian .................................................................................45
3.3 Hipotesa Penelitian....................................................................................49
3.4 Variabel Penelitian ....................................................................................49
3.4.1 Variabel Independen .......................................................................49
3.4.2 Variabel Dependen .........................................................................50
xii
3.5 Definisi Konseptual dan Definisi Operasional ..........................................50
3.5.1 Definisi Konseptual ........................................................................50
3.5.2 Definisi Operasional .......................................................................51
3.6 Populasi dan Sampel .................................................................................52
3.6.1 Populasi ..........................................................................................52
3.6.2 Sampel ............................................................................................53
3.7 Pengumpulan Data ....................................................................................53
3.7.1 Instrumen Penelitian .......................................................................54
3.7.2 Uji Validitas dan Realibilitas Instrumen ........................................56
1. Uji Validitas.............................................................................56
2. Uji Realibilitas .........................................................................57
3.7.3 Teknik Pengumpulan Data .............................................................58
3.8 Langkah-langkah dalam Penelitian ...........................................................60
3.9 Pengolahan Data dan Analisa Data ...........................................................62
3.9.1 Langkah-langkah Pengolahan Data ................................................62
3.9.2 Analisa Data ...................................................................................64
1. Analisa Univariat .....................................................................64
2. Analisa Bivariat .......................................................................67
3.10 Etika Penelitian .......................................................................................69
3.11 Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................70
1. Lokasi ................................................................................................70
2. Waktu ................................................................................................70
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................71
4.1 Hasil Penelitian ........................................................................................71
4.1.1 Analisa Univariat..........................................................................71
4.1.2 Analisa Bivariat ............................................................................73
4.2 Pembahasan ..............................................................................................75
4.2.1 Gambaran Mekanisme Koping Mahasiswa Dalam Menyusun
Skripsi Di Program Studi Sarjana Keperawatan Universitas
Bhakti Kencana Bandung .............................................................75
xiii
4.2.2 Gambaran Tingkat Stres Mahasiswa Dalam Menyusun Skripsi
Di Program Studi Sarjana Keperawatan Universitas Bhakti
Kencana Bandung ........................................................................82
4.2.3 Hubungan Antara Mekanisme Koping Dengan Tingkat
Stres Mahasiswa Dalam Menyusun Skripsi Di Program Studi
Sarjana Keperawatan Universitas Bhakti Kencana Bandung ......88
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................89
5.1 Kesimpulan ..............................................................................................89
5.2 Saran ........................................................................................................90
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 2.1 Kerangka Konseptual ....................................................................... 44
Bagan 3.1 Kerangka Penelitian ......................................................................... 48
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.2 Definisi Operasional ......................................................................... 51
Tabel 3.3 Norma Skoring Inventori Instrumen Mekanisme Koping ................ 55
Tabel 3.4 Kategori Penilaian Instrumen Tingkat Stres .................................... 56
Tabel 4.1 Gambaran Mekanisme Koping Mahasiswa Dalam Menyusun
Skripsi Di Program Studi Sarjana Keperawatan Universitas
Bhakti Kencana Bandung ................................................................. 72
Tabel 4.2 Gambaran Mekanisme Koping Mahasiswa Dalam Menyusun
Skripsi Di Program Studi Sarjana Keperawatan Universitas
Bhakti Kencana Bandung ................................................................. 73
Tabel 4.3 Hubungan Antara Mekanisme Koping Dengan Tingkat Stres
Mahasiswa Dalam Menyusun Skripsi Di Program Studi
Sarjana Keperawatan Universitas Bhakti Kencana Bandung ........... 74
xvi
DAFTAR SINGKATAN
RISTEKDIKTI Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi
PTS Perguruan Tinggi Swasta
PTN Perguruan Tinggi Negri
KTI Karya Tulis Ilmiah
S1 Sarjana 1 (Satu)
DIII Diploma III (Tiga)
CRF Corticotropin Releasing Factor
ACTH Adrenocoticotropic Hormon
DASS Depresion Anxiety Stress Scale
Sig. Siginifikansi
SPSS Statistical Package Social Sciences
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Studi Pendahuluan
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian dan Pengambilan Data
Lampiran 3 Surat Balasan Izin Penelitian
Lampiran 4 Surat Permohonan Pengajuan Etik Penelitian
Lampiran 5 Surat Kelaikan Etik Penelitian
Lampiran 6 Lembar Informed Consenst
Lampiran 7 Lembar Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 8 Kisi-Kisi Instrumen
Lampiran 9 Lembar Instrumen Penelitian
Lampiran 10 Hasil Analisa Instrumen Variabel Mekanisme Koping dan Tingkat
Stres
Lampiran 11 Hasil Analisi Item Kuesioner
Lampiran 12 Hasil Penelitian
Lampiran 13 Lembar Bimbingan
Lampiran 14 Lembar Partisipan Oponen
Lampiran 15 Hasil Plagiarsm Scan Turnitin
Lampiran 16 Surat Pengantar NEC menerjemahkan abtrak dalam bahasa inggris
Lampiran 17 Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 18 Lembar Timline Schedule
Lampiran 19 Bukti Persetujuan Pengesahan Pembimbing dan Penguji
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perguruan tinggi ialah sebuah lembaga ilmiah yang menyelenggarakan
adanya pendidikan serta pengajaran ditingkat perguruan tinggi. Setiap bentuk
penyelenggaraan dilakukan oleh pihak pemerintahan atau badan hukum swasta.
Dimana pendidikan tertinggi terbagi menjadi beberapa bentuk seperti
universitas, sekolah tinggi, institut, politenik dan akademik yang banyak sekali
tersebar diseluruh Indonesia (Ristekdikti, 2016).
Saat ini di Indonesia jumlah mahasiswa dilihat dari hasil pangkalan data
Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Ristekdikti) mencatat
bahwa total jumlah mahasiswa sebanyak 5.153.971 juta jiwa. Mahasiswa yang
terdaftar di Perguruan Tinggi Swasta (PTS) sebanyak 589.557 juta jiwa dan
mahasiswa yang terdaftar di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) sekitar 1.378.932
juta jiwa. Kemudian data mahasiswa yang masuk dalam bidang kesehatan
sebanyak 542.943 juta jiwa (Ristekdikti, 2016).
Mahasiswa adalah seseorang yang sedang berproses menuntut ilmu
ataupun belajar menjalani sebuah pendidikan pada salah satu tingkat perguruan
tinggi yang terdiri dari akademik, politeknik, sekolah tinggi, institusi dan
universitas (Hartaji, 2012). Mahasiswa biasanya termasuk pada kategori tahap
perkembangan yang usianya mulai 18 tahun sampai dengan usia 25 tahun.
Tahap perkembangan ini berada pada masa remaja akhir sampai masa dewasa
2
awal, jika dilihat dari segi perkembangan dan tugas perkembangan pada usia
tersebut ini yaitu sedang berada pada posisi untuk melakukan penyesuaian diri
(Yusuf, 2011). Mahasiswa yang memiliki minat dibidang keperawatan
diharuskan untuk menempuh perguruan tinggi, dengan tujuan untuk
menghasilkan tenaga perawat yang profesional, perguruan tinggi tersebut biasa
disebut dengan Perguruan Tinggi Keperawatan (Sistem Informasi Perundang-
Undangan, 2017).
Mahasiswa keperawatan adalah seseorang yang sedang menempuh
pendidikan tinggi dibidang kesehatan (keperawatan), hal ini dipersiapkan
untuk menjadi perawat yang profesional dimasa depan nanti, dimana program
studi keperawatan terbagi menjadi dua yaitu program studi Diploma/DIII
Keperawatan dan Sarjana/S1 Keperatawan yang setiap program studinya baik
jenjang DIII maupun S1 Keperawatan harus menyelesaikan tugas akhirnya
berupa KTI/SKRIPSI untuk mendapatkan gelar akademiknya (Black, 2014).
Menurut Ambarawati dkk (2017), menyatakan bahwa stres mahasiswa tingkat
akhir jika dilihat dari masa studi untuk program Diploma/DIII Keperawatan
yang harus menempuh masa studi selama 6 semester cenderung lebih rendah
mahasiswa yang mengalami stres sedang dibandingkan dengan program
Sarjana/S1 Keperawatan yang harus menempuh masa studi selama 8 semester
lebih banyak mahasiswa yang mengalami stres sedang.
Jika dilihat berdasarkan tingkat kedalaman dan keluasan materi, pada
program Diploma/DIII cakupannya hanya menguasai teoritis dibidang
pengetahuan dan keterampilan tertentu secara umum sedangkan untuk
3
mahasiswa Sarjana/S1 harus menguasai dua poin yaitu konsep teoritis bidang
pengetahuan dan keterampilan tertentu secara umum serta konsep teoritis
bagian khusus dalam bidang pengetahuan dan keterampilan secara mendalam
(Ristekdikti, 2016). Menurut Bartlett (2016), menyatakan terdapat perbedaan
tingkat stres mahasiswa umum dimana mahasiswa keperawatan cenderung
lebih memiliki pengalaman stres sangat tinggi.
Tingkat stres mahasiswa pada tahun pertama dan tahun terakhir menurut
hasil penelitian Gita dkk (2015), tidak ada perbedaan yang signifikan, dimana
pada tahap tahun pertama dan tahun terakhir sama-sama mahasiswa harus
melakukan penyesuaian diri. Jika pada mahasiswa tahun pertaman harus
melakukan penyesuaian diri atau beradaptasi dengan lingkungan universitas,
jadwal perkuliahan, tugas kuliah, serta clinical lab skill yang padat dan baru
dirasakan pertama kali saat memasuki bangku perkuliahan. Sedangkan pada
mahasiswa tahun terakhir harus melakukan penyesuaian diri terhadap tuntutan
tugas akhir yaitu skripsi, kebanyakan mahasiswa mengalami stres dan takut
dalam mengerjakan skripsi karena terkadang dihadapkan pada banyak
hambatan atau masalah dalam menyelesaikan skripsinya dan apabila masalah-
masalah tersebut menyebabkan adanya tekanan dalam diri mahasiswa maka
dapat menyebabkan adanya stres dalam meyusun skripsi.
Skripsi adalah sebuah bentuk laporan tertulis atau biasa disebut dengan
karya tulis ilmiah yang disusun oleh seorang mahasiswa dengan dosen
pembimbing yang membahas topik atau bidang tertentu berdasarkan dari hasil
kajian pustaka yang ditulis oleh para ahli, hasil penelitian berupa pengaruh atau
4
dari hasil penelitian lapangan (Rahyono, 2010). Mahasiswa dalam proses
menyusun skripsi banyak mengalami kesulitan diantaranya yaitu komitmen
yang kurang dalam mengerjakan skripsi, takut jika tema penelitian tidak
disetujui dosen pembimbing, kurang gigih atau ulet dalam penulisan skripsi,
kesulitan mencari literatur, pencarian judul, jurnal-jurnal, kesulitan
menentukan metode penelitian, waktu yang terbatas dan pengaturan waktu
sedemikian ketat (Sunarty, 2016).
Seperti hasil penelitian Asmawan (2016), mengatakan bahwa
kebanyakan mahasiswa mengalami kesulitan mulai dari kemampuan
mahasiswa dalam menulis skripsi kurang, dan komunikasi kurang baik antara
mahasiswa dengan dosen pembimbing, masalah-masalah tersebut yang dapat
memberikan tekanan dan mengganggu proses berjalannya mengerjakan skripsi
ditambah tidak sedikit mahasiswa yang justru berpikir negatif ketika
mengalami hambatan tersebut sampai timbul kejadian yang tidak diharapakan.
Pada beberapa kejadian kasus yang terjadi menurut Wardoyo (2016),
seorang mahasiswa asal Sulawesi Selatan tidak kunjung menyelesaikan
skripsinya dikarenakan adanya konflik dengan dosen pembimbing sehingga
revisi tidak kunjung selesai dan membuatnya stres. Kasus lain terdapat kejadian
tragis telah dialami oleh mahasiswa tingkat akhir yang diliput oleh
Tribunnews.com sukoharjo pada tahun 2015 seorang mahasiswa ditemukan
tewas gantung diri akibat merasa stres lantaran persoalan skripsinya tidak
kunjung selesai. Selain itu, kasus yang sama terjadi kembali di salah satu
universitas dibandung yang ditulis oleh Nindias (2019) dalam sebuah artikel
5
berita CNN Idonesia memaparkan bahwa ada dua orang mahasiswa yang
melakukan aksi bunuh diri di kamar kos tempat tinggal mahasiswa tersebut,
sebelumnya kedua mahasiswa tersebut sempat mengeluhkan soal kondisi
permasalah mengenai proses penyusunan skripsinya yang membuatnya meras
stres.
Stres akademik merupakan respon siswa atau mahasiswa yang muncul
karena ditimbulkan oleh berbagai stimulus akademik, seperti terdapatnya
tekanan akibat tuntutan terhadap suatu kondisi akademik berupa
menyelesaikan banyak tugas, mendapat nilai ulangan yang tinggi, kecemasan
menghadapi ujian, tuntutan penyelesaian tugas akhir dan tuntutan mengatur
waktu belajar sehingga tekanan tersebut dapat menimbulkan respon yang
dialami oleh seorang mahasiswa, dapat muncul berupa reaksi secara fisik,
perilaku, pikiran maupun emosi yang dapat muncul akibat adanya tuntutan
selama masa pembelajaran di sekolah (Barseli, dkk 2017; Rahmawati, 2017).
Dampak stres secara aspek fisik dapat menyebabkan menurunya kondisi
kesehatan seseorang seperti sakit kepala, gangguan pencernaan. Jika dilihat
dari segi aspek psikologis terdiri dari gejala kognisi, gejala emosi, dan gejala
tingkah laku. Secara emosional stres dapat dapat menimbulkan perasaan
negatif terhadap diri sendiri, secara intelektual stres mempengaruhi persepsi
dan kemampuan seseorang terutama dalam menyelesaikan permasalahan yang
dihadapi. Setiap gejala tersebut dapat mempengaruhi kondisi psikologis
seseorang bahkan bisa membuat kondisi psikologisnya menjadi negatif, seperti
6
menurunya daya ingat dan merasa sedih (Sarafino & Smith, 2011 dan Berman
et al, 2016).
Hasil penelitian Nyoman Wigo Agusto, (2018) gambaran stres
mahasiswa tingkat akhir sebanyak 72 mahasiswa dalam menyusun skripsi
Program Studi S1 Keperawatan Stikes Bhakti Kencana Bandung ajaran
2017/2018 dalam menulis skripsi didapatkan hasil bahwa mahasiswa
mengalami stres sedang yaitu 37 orang (50,7%) dan hampir sebagian
mahasiswa mengalami stres ringan yaitu 34 orang (46,6%) sebagian kecil
mahasiswa mengalami stres berat yaitu 2 orang (2,7%). Didukung oleh hasil
penelitian Fasya dkk (2019), menyatakan bahwa mayoritas terbanyak
mahasiswa dalam menyusun skripsi berada pada tingkat stres sedang yaitu 64
responden (48,5%), stres ringan 38 responden (38,4%) dan sebanyak 12
responden (9,1%) mengalami stres berat.
Faktor yang mempengaruhi stres dalam menyusun skripsi terbagi
mejadi dua yaitu faktor internal terdiri dari jenis kelamin, status sosial
ekonomi, karakteristik kepribadian mahasiswa, mekanime koping mahasiwa
dan inteligensi, sedangkan faktor eksternal terdiri dari tuntunan tugas akademik
dan hubungan mahasiswa dengan lingkungannya (Gunawati, dkk 2006).
Seperti hasil penelitian Sudarya dkk (2014), menyatakan bahwa faktor yang
paling dominan mempengaruhi stres pada mahasiswa dalam penyusunan
skripsi Jurusan Manajemen Undiksha adalah faktor internal yang meliputi
mekanisme koping.
7
Kemudian didukung oleh teori keperawatan Beauty Neuman dan Calista
Roy, mengatakah bahwa seseorang akan melakukan respon berupa mekanisme
koping terhadap stresor serta faktor-faktor yang mempengaruhi proses adaptasi
dengan melakukan usaha atau berupa tindakan yang bisa dilakukan untuk
mencegah atau mengurangi adanya reaksi tubuh akibat stresor yang
ditimbulkan (Potter&Perry, 2010). Selain itu, hasil penelitian dari Veronika
Toru (2019) menyatakan bahwa stressor internal banyak di alami oleh
mahasiswa dalam penyusunan skripsi adalah kurangnya pengetahuan
mahasiswa tentang riset dan mekanisme koping mahasiswa yang tidak efektif.
Mekanisme koping merupakan sebuah cara atau usaha yang biasa
digunakan oleh individu dalam menyelesaikan masalah, mengatasi berbagai
perubahan dalam kehidupan sehari-hari dan situasi yang mengancam atau
mengganggu baik secara kognitif maupun perilaku. Koping bisa dikatakan juga
sebagai proses individu dalam mengelola ketidakseimbangan antara tuntutan
dan kemampuan individu tersebut dalam situasi stres. Dengan kata lain saat
individu berada dalam situasi yang penuh tekanan, maka individu tersebut akan
mengambil sebuah tindakan untuk mengatasi rasa stres yang dialaminya (Nasi
& Muhith, 2011).
Hasil penelitian dari Fasya dkk (2019), mengatakan bahwa kategori
mekanisme koping terhadap mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi
menunjukan sebanyak (74,2%) responden menggunakan mekanisme koping
baik, (23,5%) kategori cukup, dan (2,3%) berada dalam kategori kurang.
Didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Apriliyani dkk (2020),
8
mengatakan bahwa hasil analisis nya yaitu mahasiswa mengalami mekanisme
koping maladptif yang dapat mempengaruhi tingkat stres saat mengerjakan
tesis. Menurut Husaini (2012), menyatakan bahwa mahasiswa mampu
mengerjakan masalah yang dihadapi dalam mengerjakan skripsi, dengan
melakukan berbagai usaha yang tujuannya untuk mengatasi kesulitan seperti
mencari jalan keluar, membuat rencana dan melakukannya, mulai timbulnya
sikap tanggung jawab dan melakukan tindakan mengatasi masalah dengan cara
mecari sebuah informasi.
Menurut Jimenez (2013), mengatakan bahwa setiap individu mahasiswa
mempunyai koping yang berbeda-beda dalam penyusunan skripsi. Dapat
berupa munculnya sebuah pemikiran maupun perilaku yang bertujuan untuk
mengatasi rasa stres yang disebabkan oleh berbagai stresor atau penyebab stres.
Dalam hal tersebut biasanya individu menggunakan mekanisme pertahanan
ego untuk mengatur tekanan emosional dan memberikan perlindungan dari
kecemasan dan stres yang dialami. Seperti hasil penelitian Wilda (2017), yang
mengatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara mekanisme
koping dengan tingkat stres mahasiswa dalam menyusun skripsi.
Setelah melakukan wawancara dengan pihak akademik program studi
sarjana keperawatan Universitas Bhakti Kencana Bandung pada tanggal 16
Maret 2020 yaitu Ibu Lia Nurlianawati, S.Kep., Ners., M.Kep. Beliau
mengatakan bahwa visi misi dari program studi sarjana keperawatan yaitu
menjadi program studi mandiri yang artinya setiap kegiatan akademik
dilakukan secara mandiri, unggul berarti mempunyai kualitas unggul dan
9
berdaya saing dilihat dari kemampuan untuk berkompetensi dengan perguruan
tinggi lainnya. Dalam kalender akademik mahasiswa semester 8 harus
mengikuti ajaran mata kuliah manajemen disaster dan skripsi.
Untuk pembagian waktunya pihak akademik telah menyiapkan time
schedule penyusunan skripsi yang harus di ikuti oleh mahasiswa. Tidak hanya
fokus dalam penyusunan skripsi dan mata kuliah manajemen disaster tetapi
mahasiswa juga harus menyelesaikan nilai-nilai yang masih belum sesuai agar
tuntas dan tidak menghambat pada saat nanti proses perekapan nilai diakhir.
Harapan dari pihak program studi sarjana keperawatan terhadap mahasiswa
yang sedang menyusun skripsi yaitu diharapkan dapat lulus tepat waktu,
melakukan penelitian sesuatu yang baru dan tentunya memiliki manfaat untuk
dunia keperawatan.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 16 Oktober 2019
di Program Studi Sarjana Keperawatan, Fakultas Keperawatan Universitas
Bhakti Kencana Bandung, dengan mewawancara mahasiswa tingkat 4
sebanyak 10 orang. Hasil wawancara dapat diuraikan bahwa 3 orang
mengatakan mereka lebih mudah marah dan mudah tersinggung ketika teman-
teman yang lainya menceritakan mengenai perkembangan skripsinya, 3 orang
mengatakan merasa pusing, lebih menarik diri, sering merasa penat hanya
karena memikirkan skripsi untuk kedepannya, 2 orang mengatakan merasa
gelisah, sering berkeringat, tidak nafsu makan, terkadang menjadi tidak bisa
tidur, dan suasana hati mudah berubah-rubah dengan tampak wajah yang lesu
10
serta 2 orang mengatakan merasa takut kalah start dengan yang lainnya dalam
menyusun skripsi.
Hasil observasi secara keseluruhan banyak mahasiswa tingkat akhir
yang sedang menyusun skripsi tampak kebingungan, seperti terlihat lelah, lesu,
moodee, ekspresi wajah terlihat muram, namun tidak semua mahasiswa ada
juga yang sangat semangat mengerjakan penyusunan skripsinya serta beberapa
mahasiswa terlihat jarang berkomunikasi dengan sekitar. Mahasiswa tampak
mengeluh dan mengalami tekanan baik dari segi target waktu pengerjaan
skripsi yang sudah ditentukan oleh pihak program studi, kemudian adanya
penggantian tema dari dosen pembimbing yang mengharuskan mahasiswa
untuk kembali mencari literatur maupun referensi yang baru. Selain hal
tersebut, mahasiswa tingkat akhir juga diharuskan untuk segera menyelesaikan
dan memperbaiki nilai mata kuliah yang belum sesuai. Ditambah ada satu mata
kuliah lagi yang harus diikuti oleh mahasiswa tingkat akhir. Hal-hal tersebut
yang memberikan stimulus menjadi stres pada mahasiswa tingkat akhir, tidak
hanya fokus mengerjakan penyusunan skripsi tetapi diluar itu juga ada hal yang
harus diselesaikan karena merupakan tuntutan dari pihak akademik yang harus
dipatuhi oleh mahasiswa.
Kemudian jika dilihat dari data tahun lalu yaitu 2019 terdapat sekitar 16
orang mahasiswa yang tidak tepat waktu dalam menyelesaikan skripsinya.
Setelah dilakukan wawancara secara online pada tanggal 13 Mei 2020 kepada
5 orang mahasiswa, didapatkan hasil 3 orang mengatakan saat menyusun
skripsi mengalami hambatan mulai dari sulit menemui waktu luang dosen
11
pembimbingnya untuk melakukan bimbingan, lahan penelitian untuk
melakukan studi pendahuluan saat itu harus bergiliran dengan mahasiswa dari
universitas lain, perubahan tema oleh dosen pembimbing dan merasa sulit lagi
untuk menentukan tema yang baru serta harus mengulang melakukan studi
pendahuluan hal tersebut yang membuat stimulus merasa stres sampai
terkadang sulit tidur, bingung untuk kembali memulai mengerjakan sehingga
memilih untuk menunda penyelesaian tugas akhir dibandingkan
meyelesaikannya. Kemudian 2 orang mengatakan saat menyusun skripsi ketika
dihadapkan dalam situasi yang cukup stres awalnya berusaha untuk
menyelesaikannya dengan cara bertanya kepada teman, namun ketika
melakukan revisian terus dari dosen pembimbing muncul rasa malas untuk
kembali mengerjakan dan merasa pusing sendiri untuk mengerjakan sehingga
lebih memilih hal lain untuk dikerjakan sementara waktu.
Pendapat mahasiswa dalam mengatasi stres saat menyusun skripsi, 2
orang mengatakan memilih menunda mengerjakan penyusunan skripsi karena
kesulitan mencari sumber referensi serta bingung untuk memulai dari mana dan
sudah merasa stak, 2 orang mengatakan selalu bertanya dan meminta saran
kepada dosen pengajar atau kaka tingkat yang sudah lulus kuliah mengenai
permasalahan skripsinya, 2 orang mengatakan lebih memilih pergi keluar
berjalan-jalan untuk melupakan masalahnya serta tidak merasa penat sehingga
menunda pengerjaan skripsi, 2 orang mengatakan lebih memilih menarik diri
dari lingkungan, kehilangan rasa semangat serta tidak ada motivasi untuk
mengerjakan dan terkadang merasa malas pergi ke kampus untuk melakukan
12
bimbingan dikarenakan belum mempunyai progres untuk di diskusikan dengan
dosen pembimbing, dan 2 orang mahasiswa mengatakan harus merasa percaya
diri dan merasa optimis bisa menyelesaikan skripsinya dengan tepat waktu
serta memilih memperbanyak beribadah dan berdo’a,
Temuan dilapangan jika diamati respon yang muncul pada mahasiswa
tingkat akhir dalam menyusun skripsi terlihat berupa mahasiswa lebih memilih
menghindar sehingga belum menemui dosen pembimbingnya karena merasa
bingung, serta belum melakukan studi pendahuluan atau data yang diperlukan
belum menunjang terkait tema penelitian yang akan diajukan, sebagian terlihat
sibuk mengejar pembimbing untuk melakukan bimbingan sampai menunggu
didepan ruang dosen program studi sarjana keperawatan serta mahasiswa
banyak yang melakukan diskusi dengan teman-temannya mengenai
permasalahan skripsi yang dialaminya, namun ada juga mahasiswa yang
terlihat tidak semangat, dan terlalu santai dalam pengerjaan skripsinya padahal
target waktu telah ditentukan oleh pihak program akademik.
Berdasarkan temuan fenomena lapangan diatas maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian mengenai “Hubungan antara mekanisme koping
dengan tingkat stres mahasiswa dalam menyusun skripsi di program studi
sarjana keperawatan Universitas Bhakti Kencana Bandung”.
13
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan antara mekanisme koping dengan
tingkat stres mahasiswa dalam menyusun skripsi di program studi sarjana
keperawatan Universitas Bhakti Kencana Bandung?”.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
mekanisme koping dengan tingkat stres mahasiswa dalam menyusun
skripsi di program studi sarjana keperawatan Universitas Bhakti
Kencana Bandung.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi distribusi frekuensi mekanisme koping
mahasiswa dalam menyusun skripsi di program studi sarjana
keperawatan Universitas Bhakti Kencana Bandung.
2. Mengidentifikasi distribusi frekuensi tingkat stres mahasiswa
dalam menyusun skripsi di program studi sarjana keperawatan
Universitas Bhakti Kencana Bandung.
3. Menganalisis hubungan antara mekanisme koping dengan tingkat
stres mahasiswa dalam menyusun skripsi di program studi sarjana
keperawatan Universitas Bhakti Kencana Bandung.
14
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Bagi Mahasiswa
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam
memperkaya ilmu pengetahuan atau sebagai tambahan literatur bagi
mahasiswa tingkat akhir mengenai mekanisme koping adaftif untuk
mengurangi tingkat stres pada saat sedang menyusun atau
menyelesaikan skripsi, serta menggunakan koping stres berfokus
masalah yaitu berfokus dalam penyelesaian skripsi untuk
mempermudah penyelesaiain skripsi dan mengurangi stres yang
dialami. Sehingga dapat diterapkan untuk mahasiwa lainnya pada
saat sedang menyusun atau mengerjakan skripsi.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Institusi Fakultas Keperawatan Universitas Bhakti Kencana
Bandung.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi,
pertimbangan serta evaluasi terhadap tingkat stres yang dialami oleh
mahasiswa dalam menyelesaikan skripsi serta mencari solusi atau
memberikan saran, dukungan untuk masalah tersebut sehingga
mahasiswa keperawatan dapat menyelesaikan skripsi tepat waktu.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi atau sumber acuan untuk
peneliti selanjutnya sehingga dapat mencari kembali faktor-faktor
15
lain yang dapat mempengaruhi tingkat stres pada mahasiswa selain
dari segi mekanisme kopingnya atau memberikan sebuah terapi
untuk mengurangi rasa stres yang dialami.
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Mahasiswa
2.1.1 Pengertian
Mahasiswa adalah seseorang yang sedang berproses menuntut
ilmu ataupun belajar menjalani sebuah pendidikan pada salah satu tingkat
perguruan tinggi yang terdiri dari akademik, politeknik, sekolah tinggi,
institusi dan universitas (Hartaji, 2012). Mahasiswa biasanya termasuk
pada kategori tahap perkembangan yang usianya mulai 18 tahun sampai
dengan usia 25 tahun. Tahap perkembangan ini berada pada masa remaja
akhir sampai masa dewasa awal, jika dilihat dari segi perkembangan dan
tugas perkembangan pada usia tersebut ini yaitu sedang berada pada
posisi untuk melakukan penyesuaian diri (Yusuf, 2011).
2.1.2 Mahasiswa Keperawatan
Mahasiswa keperawatan adalah seseorang yang sedang
menempuh pendidikan tinggi dibidang kesehatan (keperawatan), hal ini
dipersiapkan untuk menjadi perawat yang profesional dimasa depan nanti
(Black, 2014). Dimana mahasiswa keperawatan sederajat atau S1 harus
menyelesaikan pendidikannya selama 4 tahun atau 8 semester dengan
beban sks sebanyak 147 sks, dan salah satu syarat ketentuan kelulusan
17
sebagai sarjana ditentukan dengan kualitas hasil skripsi yang
disusun (Ristekdikti, 2016).
2.2 Konsep Skripsi
2.2.1 Pengertian
Skripsi adalah sebuah bentuk laporan tertulis atau biasa disebut
dengan karya tulis ilmiah yang disusun oleh seorang mahasiswa dengan
dosen pembimbing yang membahas topik atau bidang tertentu
berdasarkan dari hasil kajian pustaka yang ditulis oleh para ahli, hasil
penelitian berupa pengaruh atau dari hasil penelitian lapangan (Rahyono,
2010). Salah satu syarat bagi mahasiswa yang masuk ke jenjang
pendidikan program sarjana untuk mendapatkan gelar sarjana (S1) yaitu
harus menyelesaikan tugas akhir atau biasa disebut dengan skripsi
(Miftahul, 2011).
2.2.2 Kedudukan Skripsi dan Bobot SKS
Skripsi mempunyai kedudukan yang sama dengan mata kuliah
yang lain, namun berbeda bentuk dalam pelaksanaan proses tahap
pembelajarannya. Bobot skripsi yang ditetapkan yaitu sebesar 4 SKS.
Dimana beban sks tersebut dibagi menjadi 2 bagian yaitu berupa
seminar proposal dan ujian sidang akhir skripsi (Rahyono, 2010).
18
2.2.3 Tujuan Penyusunan Skripsi
Penyusunan skripsi dilaksanakan dengan tujuan agar
mahasiswa mampu melakukan studi kepustakaan yang relevan dengan
masalah yang diteliti, selain itu mahasiswa juga mampu menyusun dan
menulis suatu karya ilmiah serta sesuai dengan bidangnya berdasarkan
penelitian yang dilakukan sendiri. Dari tujuan tersebut dapat menilai
mahasiswa dalam menerapkan ilmu pengetahuan, dan sistematis secara
terfokus untuk mengidentifikasi serta menyelesaikan masalah secara
ilmiah sesuai dengan bidang yang diminati dilapangan (Rahyono,
2010).
2.2.4 Manfaat Penyusunan Skripsi
Manfaat yang dapat diambil dalam penyusunan skripsi yaitu
dapat digunakan untuk menyajikan berbagai temuan hasil dari
penelitian-penelitian yang berguna bagi pengembangan ilmu
pengetahuan dalam berbagai bidang sesuai dengan hasil peneltiannya
(Rahyono, 2010).
2.2.5 Kesulitan Mahasiswa Dalam Menyusun Skripsi
Menurut Sunarty (2016) mahasiswa dalam proses menyusun
skripsi banyak mengalami kesulitan diantaranya yaitu komitmen yang
kurang dalam mengerjakan skripsi, takut jika tema penelitian tidak
disetujui dosen pembimbing, kurang gigih atau ulet dalam penulisan
19
skripsi, kesulitan mencari literatur, pencarian judul, jurnal-jurnal,
kesulitan menentukan metode penelitian, waktu yang terbatas dan
pengaturan waktu sedemikian ketat. Kondisi demikian akan
mneyebabkan stres pada mahasiwa.
Kebanyakan mahasiswa mengalami kesulitan mulai dari
kemampuan mahasiswa dalam menulis skripsi kurang, dan komunikasi
kurang baik antara mahasiswa dengan dosen pembimbing, masalah-
masalah tersebut yang dapat memberikan tekanan dan mengganggu
proses berjalannya mengerjakan skripsi ditambah tidak sedikit
mahasiswa yang justru berpikir negatif ketika mengalami hambatan
tersebut sampai timbul kejadian yang tidak diharapakan (Asmawan,
2016).
2.3 Konsep Mekanisme Koping
2.3.1 Pengertian
Mekanisme koping merupakan sebuah cara atau usaha yang biasa
digunakan oleh individu dalam menyelesaikan masalah, mengatasi
berbagai perubahan dalam kehidupan sehari-hari dan situasi yang
mengancam atau mengganggu baik secara kognitif maupun perilaku.
Koping bisa dikatakan juga sebagai proses individu dalam mengelola
ketidakseimbangan antara tuntutan dan kemampuan individu tersebut
dalam situasi stres. Dengan kata lain saat individu berada dalam situasi
yang penuh tekanan, maka individu tersebut akan mengambil sebuah
20
tindakan untuk mengatasi rasa stres yang dialaminya (Nasi & Muhith,
2011).
Koping individu adalah suatu respon positif yang digunakan oleh
individu untuk melakukan pemecahan terhadap masalah atau
mengurangi stres yang diakibatkan dari masalah maupun peristiwa yang
dialami, dengan menggunakan sumber-sumber dalam diri individu serta
mengembangkan perilaku yang bertujuan untuk menumbuhkan kekuatan
dan mengurangi dampak stres yang dialami (Stuart, 2013).
Mekanisme koping dapat diartikan sebagai suatu proses yang
disertai sebuah usaha mengubah perilaku secara konstan untuk
mengendalikan tuntutan dan tekanan yang membebani serta melampaui
kemampuan ketahananan individu. Koping sangat fleksibel terutama
apabila seseorang berhadapan dengan situasi atau keadaan yang
menyebabkan individu tersebut mengambil tindakan untuk mengatasi
rasa stres dengan cara modifikasi strategi yang sesuai (Aldwin et al,
2010).
2.3.2 Jenis-jenis Mekanisme Koping
Lazarus dan Folkam dalam Sarafino (2011) mengatakan bahwa
koping dapat memiliki dua fungsi yaitu dapat berupa berfokus pada suatu
titik permasalahan serta melakukan regulasi emosi dalam merespon
masalah Lazarus membagi koping menjadi dua kategori sebagai berikut:
1. Mekanisme koping berpusat pada masalah (Problem Focus Coping).
21
Mekanisme koping yang berpusat pada masalah ini diarahkan
untuk mengurangi tuntutan situasi yang mengurangi stres atau
mengembangkan sumber daya untuk mengatasinya. Mekanisme
koping ini bertujuan untuk menghadapi tuntutan secara sadar,
realistik, subjektif, objektif, dan rasional. Aspek-aspek yang
berhubungan dengan mekanisme koping yang berpusat pada
masalah sebagai berikut:
1) Seeking informational support, yaitu berusaha untuk mencari
atau mendapatkan informasi dari orang lain baik teman maupun
dosen atau guru yang berada dilingkungan sekitar.
2) Confrontative coping, merupakan suatu usaha untuk mengubah
keadaan atau masalah secara agresif, menggambarkan tingkat
kemarahan serta pengambilan resiko. Mekanisme koping ini
dapat konstruktif apabila mengarah pada pemecahan masalah,
tetapi juga dapat destruktif apabila perasaan stres di arahkan
pada hal yang agresif dan negatif.
3) Planful problem solving, ialah suatu bentuk menganalisa situasi
yang menimbulkan masalah kemudian berusaha untuk mencari
solusi secara langsung dalam menghadapi masalah.
2. Mekanisme koping berpusat pada emosi (Emotional Focused
Coping).
Usaha mengatasi stres dengan mengatur respon emosional
dalam rangka menyesuaikan diri dengan dampak yang ditimbulkan
22
oleh suatu yang dianggap penuh tekanan. Emotional Focused
Coping ditunjukan untuk mengatur respon emosional terhadap
situasi stres yang digunakan:
1) Self-control: usaha untuk mengatur perasaan ketika menghadapi
situasi yang menekan.
2) Seeking social emotional supports: yaitu suatu tindakan mencari
dukungan baik secara emosional maupun sosial kepada orang
lain.
3) Discanting: merupakan suatu usaha yang dilakukan individu
agar tidak terlibat dalam permasalahan, dan menciptakan
pandangan yang positif.
4) Positive reaprisial: usaha mencari makna positif dari
permasalahan dengan berfokus pada pengembangaan diri,
biasanya bersifat religius.
5) Escape/avoidance: usaha untuk mengatasi situasi menekan
dengan lari dari situasi tersebut dan menghindari dengan beralih
pada hal lain seperti makan, minum, dan merokok.
6) Accepting responsibility: yaitu menerima dan menjalankan
masalah yang dihadapinya seiring berjalan waktu memikirkan
solusi dari masalah tersebut.
23
2.3.3 Karakteristik Mekanisme Koping
Menurut Stuart dan Sundeen (2005), rentang respon mekanisme
koping dapat digambarkan sebagai berikut:
Adaptif Maladaptif
1. Mekanisme Koping Konstruktif (Adaptif)
Koping Konstruktif (Adaptif) merupakan suatu kejadian
dimana individu dapat melakukan koping baik serta cukup sehingga
dapat mengatur berbagai tugas mempertahankan hubungan dengan
orang lain, mempertahankan konsep diri dan mempertahankan emosi
serta pengaturan terhadap respon stres. Koping yang cukup artinya
bahwa individu mampu melakukan manajemen tingkah laku terhadap
pemecahan masalah yang paling sederhana dan realistis yang
berfungsi untuk bisa membebaskan diri dari masalah yang sedang
dihadapinya (Safaria & Saputra, 2009).
Adapun karakteristik mekanisme koping adaptif sebagai
berikut:
1) Dapat menceritakan secara verbal tentang perasaan
2) Mengembangkan tujuan yang realistis
3) Dapat mengidentifikasi sumber coping
4) Dapat mengembangkan mekanisme coping yang ekektif
5) Mengidentifikasi alternatif strategi
6) Memilih strategi yang tepat
24
7) Menerima dukungan
2. Mekanisme Koping Destruktif (Maladaptif)
Mekanisme koping maladaptif adalah suatu keadaan dimana
individu melakukan koping yang kurang sehingga mengalami
keadaan yang beresiko tinggi atau suatu ketidakmampuan untuk
mengatasi stresor. Koping maladaptif atau koping yang kurang
menandakan bahwa individu mengalami kesulitan dalam beradaptasi
terhadap lingkungan maupun situasi yang sangat menekan.
Karakteristik coping maladaptif, sebagai berikut:
1) Menyatakan tidak mampu
2) Tidak mampu menyelesaikan masalah secara efektif
3) Perasaan lemas, takut, irritable, tegang, gangguan fisiologis,
adanya stres kehidupan.
4) Tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar.
2.3.4 Sumber Koping
Sumber koping merupakan pilihan-pilihan atau strategi yang
membantu seseorang menentukan apa yang dapat dilakukan dan apa
yang beresiko. Menurut Stuart (2013), sumber koping individu terdiri
dari dua jenis sumber yaitu sumber koping internal dan eksternal, sebagai
berikut:
25
1. Sumber koping internal
Sumber koping internal berasal dari pengetahuan,
keterampilan seseorang, komitmen dan tujuan hidup, kepercayaan
diri, kepercayaan agama, serta kontrol diri. Karakteristik kepribadian
seseorang yang tersusun atas kontrol diri, komitmen dan tantangan
merupakan sumber mekanisme koping yang tangguh. Individu yang
memiliki pribadi tangguh menerima stresor sebagai sesuatu yang
dapat diubah maupun dianggap sebagai suatu tantangan.
2. Sumber koping eksternal
Dukungan sosial merupakan sumber koping eksternal yang
utama. Dukungan sosial ini sebagai rasa memiliki informasi
terhadap seseorang atau lebih. Hal ini menyebabkan seseorang
merasa bahwa dirinya dianggap atau dihargai sehingga disebut
sebagai dukungan harga diri. Dukungan sosial dapat meningkatkan
kepribadian mandiri dan tidak menyebabkan ketergantungan
terhadap individu yang lainnya.
2.2.5 Pengukuran Mekanisme Koping
Pengukuran mekanisme koping ini menggunakan kuesioner yang
dimodifikasi dan digunakan oleh Nurliana (2016). Item-item pernyataan
yang dibuat sesuai dengan fungsi coping stres menurut Lazarus dan
Folkman dalam Sarafino (2011) yaitu emotional focused coping (usaha
untuk mengontrol respon emosional terhadap situasi yang menekan) dan
26
problem focused coping (usaha yang dilakukan untuk mengurangi
stressor dengan keterampilan untuk mengubah situasi, keadaan atau
pokok permasalah). Setiap pernyataan terdiri dari pernyataan positif dan
negatif yang berjumlah 43 item. Skala pengukuran kuesioner ini
berbentuk model skala likert dengan menggunakan 4 pilihan jawaban
yaitu, Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Kurang Sesuai (KS) dan Tidak
Sesuai (TS). Skoring yang dilakukan untuk mengetahui mekanisme
koping pada mahasiswa yang sedang menyusun skripsi yaitu dengan cara
menjumlahkan setiap jawaban dari masing-masing item pernyataan yang
dibagi kedalam tiga kategori yaitu koping baik >140, koping cukup 75-
140, dan koping kurang <75.
2.4 Konsep Stress Akademik
2.4.1 Pengertian
Stres akademik merupakan respon siswa atau mahasiswa yang
muncul karena ditimbulkan oleh berbagai stimulus akademik, seperti
terdapatnya tekanan akibat tuntutan terhadap suatu kondisi akademik
berupa menyelesaikan banyak tugas, mendapat nilai ulangan yang tinggi,
kecemasan menghadapi ujian, tuntutan penyelesaian tugas akhir dan
tuntutan mengatur waktu belajar sehingga tekanan tersebut dapat
menimbulkan respon yang dialami oleh seorang mahasiswa, dapat
muncul berupa reaksi secara fisik, perilaku, pikiran maupun emosi yang
27
dapat muncul akibat adanya tuntutan selama masa pembelajaran di
sekolah (Barseli, dkk 2017 ; Rahmawati, 2017).
Menurut Liao (2011), mengatakan bahwa stres akademik dapat
muncul karena adanya tuntutan dari akademik, ketika siswa atau
mahasiswa tidak dapat mengimbangi tuntutan akademik tersebut maka
akan muncul reaksi-reaksi fisik, psikologis dan tingkah laku yang
berdampak pada penyesuaian diri terhadap tuntutan akademik.
2.4.2 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Stres
Menurut Gunawati dkk (2006), faktor-faktor yang mempengaruhi
stres dalam menyusun skripsi pada mahasiswa terbagi menjadi dua faktor
sebagai berikut:
1. Faktor Internal Mahasiswa
1) Jenis kelamin
Hasil penelitian di Amerika Serikat menyatakan bahwa wanita
cenderung memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan
dengan pria. Secara umum wanita dapat mengalami stres 30%
lebih tinggi dari pada pria.
2) Status sosial ekonomi
Seseorang yang memiliki status ekonomi rendah akan cenderung
memiliki tingkat stres yang tinggi. Rendahnya pendapatan
seseorang menyebabkan adanya kesulitan ekonomi sehingga
dapat menyebabkan tekanan dalam hidupnya.
28
3) Karakteristik kepribadian mahasiswa
Karakteristik yang dimiliki mahasiwa berbeda-beda dalam
menyusun skripsi adanya perbedaan reaksi terhadap sumber stre
yang sama. Mahasiswa yang memiliki kepribadian yang tabah
memiliki daya tahan terhadap sumber stres yang lebih tinggi
dibandingkan dengan mahasiswa yang cenderung tidak memiliki
kepribadian ketabahan.
4) Mekanisme koping mahasiswa
Meknaisme koping merupakan suatu rangkaian respon yang
melibatkan unsur-unsur pemikiran untuk mengatasi
permasalahan sehari-hari dan sumber stres yang menyangkut
tuntutan ancaman yang berasala dari lingkungan sosial.
Mekanisme koping yang digunakan oleh mahasiswa yang sedang
menyusun skripsi dalam menghadapi stres akan berpengaruh
pada tingkat stresnya. Lazarus dan Folkman dalam Sarafino
(2011) mengatakan bahwa ada dua bentuk coping yaitu (problem
focused coping) dimana seseorang berfokus pada masalahnya dan
(emotion focused coping) yaitu seseorang yang dapat berfokis
untuk menghilangkan emosi yang berhubungan dengan situasi
stres.
5) Inteligensi
Mahasiswa yang mempunyai inteligensi tinggi akan cenderung
lebih adaftif dan lebih tahan terhadap sumber stres dari pada
29
mahasiswa yang memiliki inteligensi yang rendah. Karena
tingkat inteligensi berkaitan dengan penyesuain diri mahasiswa.
2. Faktor Eksternal
1) Tuntutan pekerjaan/tugas akademik (skripsi)
Tugas akademik (skripsi) terkadang dianggap berat dan tidak
sesuai dengan kemampuan individu dapat menyebabkan
terjadinya stres pada mahasiswa.
2) Hubungan mahasiswa dengan lingkungan sosialnya
Hubungan mahasiswa yang sedang menyusun skripsi dengan
lingkungan sosialnya meliputi dukungan sosial yang diterima dan
integrasi dalam hubungan interpersonal dengan lingkungan
sosialnya. Ketika mahasiswa tersebut mendapatkan dukungan
sosial itu bisa meningkatkan motivasinya dalam meyusun skripsi.
2.4.3 Dimensi Stres Akademik
Gadzella dan Masten (2005), telah memaparkan bahwa stressor
akademik adalah sebuah situasi yang mengharuskan untuk melakukan
adaptasi diluar hal yang tidak diprediksi dalam lingkup kehidupan.
Stressor akademik terdiri dari 5 kategori sebagai berikut:
1) Frustations (frustasi), hal ini berkaitan dengan kesulitan dalam
mencapai tujuan, kekurangana sumber daya, kegagalan mencapai
tujuana yang telah direncanakan, kekecewaan dalam menjalin
hubungan dan melewatkan kesempatan. Dalam lingkup frustasi
30
mahasiswa seringkali dialami terutama pada mahasiswa yang sedang
menyusun skripsi, dikarenakan kesulitan mencari sumber literature
untuk penelitiannya atau kesulitan dalam menentukan tema
penelitian.
2) Conflcts (konflik), dalam kategori ini biasanya dihadapkan pada
pilihan alternatif yang diinginkan dan tidak diinginkan. Biasanya
mahasiswa kebingungan memilih untuk mengerjakan revisi terlebih
dahulu atau bertemu dengan dosen pembimbing.
3) Presssures (tekanan), berkaitan dengan beban kerja, kompetisi atau
tenggang waktu. Banyak mahasiswa terutama saat pengerjaan tugas
akhir atau skripsi dengan berbagai tekanan, seperti kesulitan dalam
mencari sumber, pengerjaan revisi yang harus tepat waktu, tekanan
dari lingkungan dan sosial untuk meyelsaikan skripsi tepat waktu.
4) Changes (perubahan), berkaitan dengan masa lalu yang kurang
menyenangkan, perubahan dalam waktu yang beriringan, dan
adanya gangguan dalam meraih tujuan. Perubahan-perubahan dalam
waktu sangat dirasakan oleh mahasiswa tingkat akhir, dimana
biasanya jadwal teratur setiap harinya menjadi tidak teratur karena
mata kuliah sudah selesai dan hanya digunakan untuk bimbingan
skripsi dengan dosen. Selain itu perubahan jam tidur yang terganggu
karena waktu pengerjaan skripsi.
5) Self-imposed (pemaksaan diri), hal ini meliputi keinginan seseorang
untuk berkompetisi, mendapatkan solusi saat menghadapi malasah,
31
disukai semua orang, merasakan cemas dalam mengerjakan ujian.
Self-imposed dirasakan oleh mahasiswa dalam mengerjakan tugas
akhir yaitu banyak ketakutan dan khawatir yang dirasakan seperti,
judul yang ditolak dan lulus tidak tepat waktu.
2.4.4 Reaksi terhadap stressor
Respon terhadap stressor merupakan penilaian individu ketika
menghadapi stressor yang datang. Ketika individu merespon stressor,
maka akan muncul berupa tanda dan gejala yang muncul. Menurut Stuart
(2013), penilaian stressor dapat dilihat secara kognitif
(Pandangan/persepsi klien terhadap stressor), perilaku, psikologis dan
fisiologis sebagai berikut:
1) Respon Kognitif
Respon koginitif merupakan suatu mediator bagi interaksi antara
individu dan lingkungan. Individu dapat menilai adanya suatu
bahaya terhadap stressor yang dipengaruhi oleh: Pertama,
pandangan dan pemahaman individu terhadap stressor seperti sikap
terbuka terhadap adanya perubahan, serta keterlibatan secara aktif
dalam suatu kegiatan dan kemampuan untuk kontrol diri terhadap
lingkungan. Kedua, sumber untuk toleransi serta beradaptasi
terhadap stressor yang dihadapi berasal dari diri sendiri atau
lingkungan. Ketiga, kemampuan koping, hal ini seringkali
berhubungan dengan pengalaman individu menghadapi stressor dan
32
cara menghadapi stressor. Keempat, efektifitas koping yang
digunakan oleh individu dalam mengatasi stressor.
2) Respon Psikologis
Respon psikologis yang muncul seperti gelisah, takut, tertekan atau
merasa rendah diri, tidak dapat berkonsentrasi, cemas, berpikiran
negatif, berpikir tentang bunuh diri, meningkatnya aktivitas
melamun dan memiliki citra diri yang buruk.
3) Respon Fisiologis
Respon fisiologis berkaitan dengan struktur fisiologis yang meliputi
fungsi saraf, hormon, anatomi dan kimia saraf dimana diketahui otak
memiliki reseptor khusus terhadap benzodiazepin. Regulasi tersebut
berhubungan dengan aktivitas neurotranmiter gamma amino butryic
acid (GABA) yang mengatasi aktivitas neuron dibagian otak.
Respon fight dan flight yang dilakukan oleh individu dalam
menghadapi masalah akan distimulasi oleh sistem saraf otonom serta
meningkatkan aktivitas kelenjar pituitari adrenal. Tanda yang
muncul seperti sakit kepala, gangguan pencernaan, keringat
berlebihan, jantung berdebar-debar dan mulut kering.
4) Respon Perilaku
Respon perilaku yang muncul saat individu mengalami stres yaitu
perilaku agresif, mudah marah, penundaan aktivitas atau kegiatan,
pola tidur terganggu, menggampangkan segala sesuatu, manajemen
waktu yang buruk serta capaian prestasi menurun.
33
2.4.5 Jenis-Jenis Stres
Ada dua jenis stres menurut Nasir & Muhith (2011), yaitu “baik” dan
“buruk”. Pada umumnya stres melibatkan perubahan fisiologis yang
memungkinkan dialami individu. Jenis stres terbagi kedalam dua jenis
yaitu:
1) Eustres, atau biasa disebut stres baik merupakan respon terhadap
stres yang bersifat sehat, positif, dan konstrukstif (bersifat
membangun). Stres dapat memberikan dampak baik apabila individu
tersebut mencoba memenuhi tuntutan untuk mendapatkan sesuatu
yang lebih baik. Dengan kata lain, stres yang baik akan memberikan
kesempatan kepada individu agar bisa berkembang dan memaksa
untuk mencapai kemampuannya lebih tinggi. Stres yang baik akan
terjadi jika setiap stimulus yang menghampiri individu diartikan
sebagai sebuah tantangan dan bukan sebuah tekanan.
2) Distres, biasa disebut stres buruk merupakan stres yang bersifat
negatif. Dimana respon yang digunakan selalu bersifat negatif dan
biasa diartikan sebagai sebuah ancaman. Distres terjadi apabila
stimulus yang datang diartikan sebagai sesuatu yang mengancam dan
menyerang dirinya.
34
2.4.6 Tahapan Stres
Tahapan stres berdasarkan Priyoto (2014) antara lain sebagai berikut:
1. Stres Tahap I
Tahapan ini merupakan tahapan yang paling ringan dan disertai
dengan perasaan-perasaan sebagai berikut:
1) Semangat yang berlebihan.
2) Penglihatan tajam tidak sebagaimana biasanya.
3) Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya;
tetapi tanpa disadari cadangan energi dihabiskan (disertai rasa
gugup yang berlebihan).
4) Merasa senang dengan pekerjaannya itu dan semakin bertambah
semangat, tetapi tanpa disadari cadangan energi semakin
menipis.
2. Stres Tahap II
1) Merasa letih sewaktu bangun pagi, yang seharusnya merasa segar
bugar.
2) Merasa mudah lelah dan lekas merasa letih menjelang sore hari.
3) Sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman (bowel
discomfort) dan detakan jantung lebih keras dari biasanya atau
berdebar-debar.
4) Otot punggung dan tengkuk terasa tegang.
35
3. Stres Tahap III
Bila seseorang memaksakan diri dalam melakukan kegiatan atau
rutinitas, maka yang akan menunjukan keluhan-keluhan yang
semakin nyata dan menggangu sebagai berikut:
1) Keluhan gastritis dan diare.
2) Ketegangan otot semakin terasa.
3) Ketegangan emosional semakin meningkat.
4) Ganguan pola tidur (insomnia) yang menunjukan kualitas tidur
rendah.
4. Stres Tahap IV
1) Aktivitas atau rutinitas yang biasa dilakukan semula
menyenangkan menjadi membosankan dan terasa lebih sulit.
2) Seseorang yang semula tanggap terhadap situasi menjadi
kehilangan kemampuan untuk merespons secara memadai
(adequate).
3) Sering kali menolak ajakan karena tidak semangat dan bergairah
4) Daya konsentrasi dan daya ingat menurun.
5) Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat
dijelaskan apa penyebabnya.
5. Stres Tahap V
Bila keadaan berlanjut, maka seseorang akan jatuh ke stres tahap V,
yang ditandai sebagai berikut:
36
1) Kelelahan fisik dan mental semakin mendalam (physical and
psychological exhaustion).
2) Ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang
ringan.
3) Gangguan sistem pencernaan semakin berat (gastrointestinal
disorder).
4) Mudah bingung dan panik.
6. Stres Tahap VI
Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, yaitu seseorang yang
mengalami serangan panik (panic attack). Gambaran stres tahap VI
sebagi berikut:
1) Debaran jantung terasa amat keras.
2) Sesak atau susah bernafas.
3) Badan tersa tremor dan keringat.
4) Ketiadaan tenaga untuk hal-hal ringan.
2.4.7 Klasifikasi Stres
Menurut Priyoto (2014), stres dibagi menjadi tiga tingkatan sebagai
berikut:
1. Stres Ringan
Stres ringan adalah stresor yang dihadapi setiap orang secara
teratur, seperti terlalu banyak tidur, mendapat kritikan dari atasan.
Situasi tersebut yang biasanya akan berlangsung beberapa menit atau
37
jam. Stresor ringan biasanya tidak sampai menimbulkan gejala.
Ciri-ciri yang muncul dalam stres ringan seperti semangat
meningkat, penglihatan tajam, energi meningkat namun cadangan
energinya menurun, sering merasa letih, perasaan tidak santai. Stres
yang ringan dapat memacu seseorang untuk berpikir dan berusaha
lebih tangguh dalam mengadapi tantangan dihidupnya.
2. Stres Sedang
Dapat berlangsung lebih lama mulai dari beberapa jam
sampai dengan beberapa hari. Situasi perselisihan yang tidak baik
dengan rekan, anak yang sakit, atau ketidakhadiran yang lama dari
anggota keluarga membuat stres. Dalam stres sedang ciri-ciri yang
biasanya muncul terdapat gangguan pada lambung dan usus seperti
magh, sakit perut, mules, otot-otot terasa tegang, gangguan tidur dan
penurunan nafsu makan. Respon psikologis dapat berupa perasaan
tegang dan ketegangan emosional semakin meningkat, aktivitas
menjadi merasa membosankan, serta mulai timbul perasaan
ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat dijelaskan apa
penyebabnya. Pada respon perilaku sering merasa badan terasa akan
jatuh dan serasa mau pingsan, daya konsentrasi dan daya ingat
menurun. Keadaan tersebut dapat terjadi beberapa jam hingga
beberapa hari.
38
3. Stres Berat
Merupakan situasi yang lama dirasakan seseorang dapat
berlangsung beberapa minggu sampai beberapa bulan seperti
kesulitan financial yang berlangsung tidak ada perbaikan, berpisah
dengan keluarga, mempunyai penyakit kronis, tekanan akademik,
psikologis, sosial pada usia lanjut. Makin sering terjadi situasi
tersebut maka akan semakin tinggi resiko kesehatan yang
ditimbulkan. Stres yang terus-menerus terjadi dalam waktu yang
cukup lama dapat memberikan pengaruh terhadap kemampuan
untuk menyelesaikan tugas perkembangannya. Ciri-cirinya yaitu
sulit beraktivitas, gangguan hubungan sosial, sulit tidur, negitivistik,
penurunan konsetrasi, takut tidak jelas, keletihan meningkat, tidak
mampu melaksanakan tugas sederhana, gangguan sistem meningkat
dan perasaan takut meningkat.
2.4.8 Mekanisme Stres
Secara fisiologis, pada saat seseorang dalam situasi mengalami
stres, sistem tubuh akan mengaktivasi hipotalamus yang selanjutnya akan
mengendalikan dua sistem neuroendokrin, yaitu sistem simpatis dan
sistem korteks adrenal. Ketika sistem simpatik berespon terhadap impuls
saraf dari hipotalamus dengan mengkativasi berbagai organ dan otot
polos yang berada dibawah pengendaliannya, dimana salah satu
fungsinya yaitu meningkatkan kecepatan denyut jantung serta respon
39
dilatasi pupil. Selain itu, sistem saraf simpatis juga memberi sinyal ke
medulla adrenal untuk melepaskan epinefrin dan norepinefrin menuju
aliran darah. Kemudian sistem korteks adrenal akan teraktivasi sehingga
mempengaruhi hipotalamus untuk mengeluarkan CRF (Corticotropin-
Releasing Factor) yaitu suatu zat kimia yang bekerja pada kelenjar
hipofisis dan mensekresikan sebuah hormon yaitu hormon ACTH
(Adrenocoticotropic) yang dibawa melalui aliran darah ke korteks
adrenal. Selanjutnya, Hormon Adrenocoticotropic menstimulasi
pelepasan sekelompok hormon termasuk kortisol yang meregulasi kadar
gula darah dan memberi sinyal kepada kelenjar endokrin lainnya untuk
melepaskan sekitar 30 hormon. Efek dari kombinasi berbagai hormon
stres yang dibawa oleh aliran darah ditambah aktivasi neural cabang
simpatik dari sistem saraf otonom berperan dalam memberikan respon
fight or flight Potter & Perry (2010).
2.4.9 Dampak Stres
Dampak stres secara aspek fisik dapat menyebabkan menurunya
kondisi kesehatan seseorang seperti sakit kepala, gangguan pencernaan.
Jika dilihat dari segi aspek psikologis terdiri dari gejala kognisi, gejala
emosi, dan gejala tingkah laku. Secara emosional stres dapat dapat
menimbulkan perasaan negatif terhadap diri sendiri, secara intelektual
stres mempengaruhi persepsi dan kemampuan seseorang terutama dalam
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Setiap gejala tersebut dapat
40
mempengaruhi kondisi psikologis seseorang bahkan bisa membuat
kondisi psikologisnya menjadi negatif, seperti menurunya daya ingat,
cemas dan merasa sedih (Sarafino & Smith, 2011 dan Berman et al,
2016).
Menurut Priyoto (2014), dampak dari stres dapat dibagi dalam 3
kategori sebagai berikut:
1. Dampak Fisiologik
Secara umum orang yang mengalami stres akan merasakan sejumlah
gejala fisik seperti: mudah masuk angin, mudah pusing, dan bisa
menderita penyakit yang lebih serius seperti hipertensi dst. Secara
rinci dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Gangguan pada organ tubuh hiperaktif dalam salah satu system
tertentu seperti; tekanan darah naik, mag, diare, serta otot tertentu
mengencang atau melemah.
2) Gangguan pada sistem reproduksi seperti; tertahannya menstruasi,
kegagalan ovulasi serta kehilangan gairah sex.
3) Gangguan lainnya seperti; rasa bosan, sakit kepala dan tegang otot.
2. Dampak Psikologik
1) Kelebihan emosi (mudah narah), merasa jenuh dengan keadaan,
kecemasan yang berlebih terhadap segala sesuatu, merasa sedih
dan depresi.
41
2) Gangguan daya ingat (mudah lupa dengan sesuatu hal), konsentrasi
yang mulai berkurang sehingga tidak fokus dalam melakukan suatu
hal.
3) Gejala tingkah laku negatif muncul mudah menyalahkan orang
lain, bersikap tak acuh pada lingkungannya dan suka melakukan
penundaan pekerjaan.
3. Dampak Perilaku
1) Apabila stres berubah menjadi keadaan distres, maka akan
menyebabkan pengaruh terhadap prestasi belajar yang menurun
dan terkdang muncul sikap yang tidak diterima oleh masyarakat.
2) Level stres yang cukup tinggi berdampak negativ pada kemampuan
mengingat informasi, mengambil keputusan serta mengambil
langkah yang lebih tepat.
3) Stres yang berat sering kali banyak bolos terhadap akademik atau
tidak aktif mengikuti kegiatan pembelajaran dikampus maupun
sekolah.
2.4.10 Cara Mengatasi Stres
Menurut Priyoto (2014), metode mengatasi stres terbagi kedalam
tahapan sebagai berikut:
1. Lapis pertama, yaitu primary prevention, merupakan sebuah cara
dimana individu merubah cara untuk melakukan sebuah kegiatan..
Untuk keperluan ini kita perlu memiliki skil yang relevan, misalnya
42
mengatur waktu, mengorganisasikan, dan menata setiap kegiatan
yang akan kita lakukan.
2. Lapis kedua, secondary prevention, yaitu strategi dimana kita
menyiapkan diri untuk mengadapi stresor, dengan cara exercise,
diet, rekreasi, istirahat, meditasi dst.
3. Lapis ketiga, tertiary prevention, strateginya kita menangani
dampak stres yang terlanjur ada, jikalau diperlukan meminta bantuan
jaringan supportive (sosial-network) ataupun bantuan profesional.
2.4.11 Mengukur Tingkat Stres
Alat ukur yang digunakan untuk variabel stres yaitu
menggunakan kuesioner DASS 42 yang dimodifikasi dan digunakan
oleh Wulandari (2012). Kuesioner ini terdiri dari 20 item pernyataan
yang menggunakan skala likert dengan parameter reaksi terhadap
stressor menurut Stuart (2013) yaitu psikologi, perilaku, kognitif dan
fisiologis. Dengan kategori jawaban yaitu tidak pernah diberi nilai 0,
jarang diberi nilai 1, kadang-kadang diberi nilai 2, sering diberi nilai 3
dan selalu diberi nilai 4. Jumlah skor dari setiap pernyataan item
tersebut, dikategorikan kedalam 3 tingkatan stres yaitu stres ringan
dengan nilai 0-25, stres sedang dengan nilai 26-52 dan stres berat
dengan nilai > 52.
43
2.4.12 Peran Perawat Dalam Mengatasi Stres
Untuk menghadapi seorang individu yang mengalami masalah stres,
Aziz (2009) menjelaskan ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh
seorang perawat untuk mengatasi stres, yaitu:
1) Perawat harus mampu memfasilitasi orang yang sedang mengalami
stres.
2) Perawat harus melakukan tindakan keperawatan yang sesuai
dengan prinsip pengelolaan manajemen stres.
3) Perawat dapat menggunakan strategi pemecahan masalah yang
bertujuan untuk mengurangi stres secara efektif dalam jangka
panjang serta dapat meningkatkan keyakinan dan kemampuan diri
dalam menghadapi pemecahan masalah yang akan datang.
44
2.5 Kerangka Konseptual
Bagan 2.1 Kerangka Konseptual
Mahasiswa keperawatan adalah seseorang yang sedang menempuh pendidikan tinggi
dibidang kesehatan (keperawatan). Salah satu syarat ketentuan kelulusan sebagai sarjana
ditentukan dengan kualitas hasil skripsi yang disusun.
Mahasiswa dalam proses menyusun skripsi
banyak mengalami kesulitan dan hambatan
seperti kesulitan dalam pencarian tema
penelitian, referensi, jurnal, penggantian tema
oleh dosen pembimbing, serta waktu yang
terbatas. Selain itu, dilihat dari kemampuan
mahasiswa dalam menulis skripsi yang kurang,
serta komunikasi kurang baik antara
mahasiswa dengan dosen pembimbing. Hal-hal
tersebut yang menyebabkan tekanan pada
mahasiswa dan membuat stres.
Faktor yang mempengaruhi stres :
1. Faktor internal :
1) Jenis kelamin
2) Status sosial ekonomi
3) Karakteristik kepribadian
mahasiswa
4) Inteligensi
2. Faktor eksternal
1) Tuntunan tugas akademik
2) Hubungan mahasiswa
dengan lingkungannya
Stres
5) Mekanisme Koping
Mahasiswa
Sumber : Modifikasi dari Gunawati dkk (2006), Black (2014), (Sunarty,
2016), Moh Chairil Asmawan (2016) dan Liao (2011),
Stres akademik dapat muncul karena
adanya berbagai tuntutan dari
akademik dimana mahasiswa haru
mampu melakukan penyesuain diri
terhadap tuntutan akademik tersebut.
top related