GAMBARAN TINGKAT CAREGIVER BURDEN ORANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35968/1/Miranti... · menjelaskan bahwa pentingnya membantu penderita dalam mengatasi
Post on 08-Mar-2019
228 Views
Preview:
Transcript
GAMBARAN TINGKAT CAREGIVER BURDEN ORANG DENGAN MASALAH
KEJIWAAN PADA ANGGOTA SELF-HELP GROUP ONLINE
Skripsi diajukan sebagai syarat kelulusan sarjana keperawatan
Disusun Oleh
MIRANTI EKA TRISNASARI
NIM: 1113104000012
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2017
ii
ii
ii
ii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Juni 2017
Miranti Eka Trisnasari, NIM: 1113104000012
GAMBARAN TINGKAT CAREGIVER BURDEN ORANG DENGAN MASALAH
KEJIWAAN PADA ANGGOTA SELF-HELP GROUP ONLINE
ABSTRAK
Orang dengan masalah kejiwaan adalah orang yang mempunyai masalah fisik,
mental, sosial, pertumbuhan dan perkembangan, dan/atau kualitas hidup sehingga
memiliki risiko mengalami gangguan jiwa. Orang dengan masalah kejiwaan (ODMK)
apabila gejala dibiarkan, seringkali mengalami self-care deficit. Oleh karena itu, ODMK
membutuhkan caregiver. Caregiver mempunyai tugas sebagai emotional support,
merawat penderita (memandikan, memakaikan baju, menyiapkan makan, mempersiapkan
obat), mengatur keuangan, membuat keputusan tentang perawatan dan berkomunikasi
dengan pelayanan kesehatan formal. Akibat fokus merawat ODMK, caregiver seringkali
mengalami beban perawatan karena kebutuhan fisik dan sosialnya terabaikan akibat fokus
merawat ODMK. Metode penelitian dilakukan secara deskriptif dengan pengambilan
sampel cross-sectional dengan sampel yang mengembalikan kuesioner sebanyak 34
orang. Pada hasil penelitian menunjukkan caregiver mengalami beban Berat sebesar
2,9% dengan frekuensi 1 orang, Beban Ringan-Sedang sebesar 35,3% dengan frekuensi
sebesar 12 orang dan Sedang-berat sebesar 50% dengan frekuensi 17 orang. sementara
caregiver yang menunjukkan Tidak ada beban-Beban Ringan sebesar 11,8% dengan
frekuensi 4 orang. Penelitian ini dapat digunakan untuk mengkaji masalah-masalah yang
dialami caregiver masalah kejiwaan dan juga pengembangan self-help group di
Indonesia.
Kata Kunci: Orang dengan masalah kejiwaan (ODMK), beban caregiver, self-help
group
ii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
NURSING MAJOR
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Undergraduate Thesis, June 2017
Miranti Eka Trisnasari, NIM: 1113104000012
PSYCHIATRIC CAREGIVER BURDEN ON ONLINE SELF-HELP GROUP
MEMBERS: A DESCRIPTIVE RESEARCH
People with psychiatric problems are people who have physical, mental, social,
growth and developmental problems, and / or quality of life so they have a risk of mental
disorders. If symptoms are persisted, they often have self-care deficit. Therefore, people
with psychiatric problems requires a caregiver. Caregivers have tasks as emotional
support, caring for patients (bathing, dressing, preparing meals, preparing medications),
managing finances, making decisions about care and communicating with formal health
services. Due to the focus on caring for them over the years, caregivers often experience
burden because their physical and social needs are neglected due to the focus on caring
for people with psychiatric problems. One way to reduce the load of a caregiver is to
follow a self-help group. The research method was done descriptively with cross-
sectional sampling with sample returning questionnaire as many as 34 people. The results
showed that caregiver experience severe burden of 2.9% with frequency 1 person, low-
moderate burden at 35.3% with frequency of 12 people and Medium-severe burden of
50% with frequency 17 people. While the caregiver showed No burden-light burden of
11,8% with a frequency of 4 people. This research can be used to examine the problems
experienced by caregiver and also the development of self-help group in Indonesia.
Keywords: psychiatric patients, caregiver, burden, self-help group.
ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Miranti Eka Trisnasari
Tempat, tanggal Lahir: Bogor, 7 Oktober 1995
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Perumahan Tamansari persada blok d8 no. 2
Bogor, 16166
HP : 087774316607
E-mail : memiramiranti@gmail.com
Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/Program
Studi Ilmu Keperawatan
PENDIDIKAN
1. SDIT Ummul Quro Bogor 2001 – 2007
2. SMP Negeri 4 Bogor 2007 – 2010
3. SMA Negeri 3 Bogor 2010 – 2013
4. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2013 – Sekarang
ORGANISASI
1. Ketua Divisi Dana Usaha OSIS SMAN 3 Bogor 2011 – 2012 2. Co-Founder Indonesian Millennial Forum 2015
ii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Pertama-tama marilah kita panjatkan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga saya diberi kekuatan untuk dapat menyelesaikan
penyusunan hasil yang berjudul “Gambaran Tingkat Caregiver Burden Orang Dengan
Masalah Kejiwaan Pada Anggota Self-Help Group Online” yang diajukan sebagai
persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan.
Saya selaku peneliti menyadari bahwa dalam penulisan hasil ini banyak
mengalami kendala namun berkat bantuan, bimbingan, serta dukungan dari berbagai
pihak, peneliti dapat menyelesaikan penyusunan hasil ini dengan sebaik-baiknya. Dengan
ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya
kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku rektor Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM., M.Kes selaku dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Maulina Handayani, S.Kp, M.Sc, selaku ketua Prodi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep., MKM dan Bapak Karyadi selaku dosen
pembiming, terimakasih sebesar-besarnya kepada beliau yang telah meluangkan
waktu serta memberi arahan kepada saya selama proses pembuatan hasil ini.
5. Seluruh dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah membekali peneliti dengan ilmu yang sangat
bermanfaat selama perkuliahan.
6. Seluruh staf dan karyawan Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Kedua orangtua saya (Bapak Sutrisna dan Ibu Rini Ratnasari) yang memberi saya
dukungan dan kasih sayang secara material, emosional, dan spiritual selama ini.
8. Teman-teman tercinta di prodi ilmu keperawatan (Feti, Karen, Alin, Lisnani,
Nabilah, Sari, Yuni), teman-teman satu bimbingan (Sarah, Desti, Tiko, Farrah),
ii
yang telah memberikan bantuan, semangat, motivasi selama perkuliahan sampai
saat ini.
9. Ibu Fajriyah selaku dosen ahli yang telah meluangkan waktunya untuk saya.
10. Teman-teman tercinta di rumah 84, terimakasih telah menjadi keluarga kedua
saya dan memberi dukungan dan pelajaran hidup selama ini.
Atas bantuan serta dukungan yang telah diberikan, semoga Allah SWT senantiasa
membalas dengan pahala yang berlimpah. Sangat besar harapan saya hasil penelitian
ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak. Semoga kita semua senantiasa diberikan
petunjuk, limpahan rahmat dan hidayah yang tak terhingga oleh Allah SWT.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ciputat, Januari 2017
Miranti Eka Trisnasari
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ix
DAFTAR ISI .......................................................................................................................vi
DAFTAR SINGKATAN ....................................................................................................iv
DAFTAR BAGAN .............................................................................................................vi
DAFTAR TABEL ...............................................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................................vi
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian .................................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian .................................................................................................. 5
BAB II ................................................................................................................................. 7
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................................... 7
A. Kesehatan Jiwa ........................................................................................................ 7
B. Teori Self-Care ........................................................................................................ 8
C. Teori Self-Care Deficit .......................................................................................... 10
D. Konsep Caregiver ................................................................................................. 14
1. Definisi .............................................................................................................. 14
2. Jenis Caregiver .................................................................................................. 15
3. Tugas dan Peran Caregiver ............................................................................... 16
4. Beban pada Caregiver ....................................................................................... 18
5. Dukungan dan Kebutuhan Caregiver ................................................................... 19
J. Konsep Dasar Self-help group .............................................................................. 23
1. Premis-premis Self-help group.......................................................................... 24
2. Praktek Bantuan-Diri dalam Kelompok ............................................................ 25
3. Peran Pemimpin Self-help group ...................................................................... 26
4. Tujuan Self-help group...................................................................................... 26
v
5. Evaluasi Self-help group ................................................................................... 27
K. Penelitian Terkait .................................................................................................. 28
L. Kerangka teori ....................................................................................................... 30
BAB III ............................................................................................................................. 22
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL ..................... 22
A. Kerangka konsep ................................................................................................... 22
BAB IV ............................................................................................................................. 25
METODOLOGI PENELITIAN ........................................................................................ 25
A. Desain Penelitian ................................................................................................... 25
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................................ 25
C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ................................................................ 26
E. Pengumpulan Data ................................................................................................ 28
F. Uji Validitas dan Realibilitas ................................................................................ 29
2. Analisa Data .............................................................................................................. 32
3. Etika Penelitian ..................................................................................................... 32
BAB VI ............................................................................................................................. 38
PEMBAHASAN ............................................................................................................... 38
A. Karakteristik Responden ....................................................................................... 38
B. Gambaran tingkat beban caregiver ....................................................................... 39
C. Keterbatasan penelitian ......................................................................................... 42
BAB VII ............................................................................................................................ 43
KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 45
LAMPIRAN ...................................................................................................................... 51
vi
DAFTAR SINGKATAN
ODMK: Orang Dengan Masalah Kejiwaan
ODGJ: Orang Dengan Gangguan Jiwa
vii
DAFTAR BAGAN
Kerangka Teori…………………………………………………………………………33
Kerangka Konsep…………...……………………………………………………….....34
ix
DAFTAR TABEL
Definisi Operasional…………………………………………………………………..35
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Kuesioner A: Data Demografi……………………………………………………47
Kuesioner B: Caregiver Burden Assesment……………………………………...48
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan Jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara
fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan
sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan
kontribusi untuk komunitasnya. Orang Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK) adalah orang
yang mempunyai masalah fisik, mental, sosial, pertumbuhan dan perkembangan, dan/atau
kualitas hidup sehingga memiliki risiko mengalami gangguan jiwa. Sementara Orang
Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) adalah orang yang mengalami gangguan dalam pikiran,
perilaku, dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala dan/atau
perubahan perilaku yang bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan
dalam menjalankan fungsi orang sebagai manusia (UU RI no. 18: 2014)
Orang dengan masalah kejiwaan (ODMK) apabila gejala dibiarkan, seringkali
mengalami self-care deficit. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Susanti (2010)
menjelaskan bahwa pentingnya membantu penderita dalam mengatasi defisit perawatan
diri salah satunya dengan menggunakan aplikasi teori Orem (2001). Orem menjelaskan
bahwa kebutuhan dasar manusia tidak hanya sebatas makan, mandi, BAK/BAB, dan
menghias diri. Tetapi juga kebutuhan sosial dan ekonomi.
Caregiver adalah individu yang secara umum merawat dan mendukung individu
lain (penderita) dalam kehidupannya (Awad dan Voruganti, 2008 : 87). Caregiver
2
mempunyai tugas sebagai emotional support, merawat penderita (memandikan,
memakaikan baju, menyiapkan makan, mempersiapkan obat), mengatur keuangan,
membuat keputusan tentang perawatan dan berkomunikasi dengan pelayanan kesehatan
formal (Kung, 2003: 3). Caregiver terdiri dari caregiver formal dan tidak formal.
Caregiver formal merupakan perawatan yang disediakan oleh rumah sakit, psikiater,
pusat perawatan ataupun tenaga profesional lainnya yang diberikan dan melakukan
pembayaran. Sedangkan caregiver yang tidak formal merupakan perawatan yang
dilakukan di rumah dan tidak profesional dan tanpa melakukan pembayaran seperti
keluarga penderita yaitu istri/suami, anak perempuan/laki-laki, dan anggota keluarga
lainnya. (Sarafino,2006 : 55)
Caregiver seringkali mengalami beban akibat mengalami rintangan baik fisik
maupun psikis selama merawat penderita. Beban caregiver merupakan stress
multidimensi yang tampak pada diri seorang caregiver. Pengalaman caregiving
berhubungan dengan respon yang multidimensi terhadap tekanan-tekanan fisik,
psikologis, emosi, sosial dan finansial (Tantono, 2006). Hasil penelitian Fitrikasari et all
(2012), pada caregiver penderita skizofrenia didapatkan bahwa nilai skor BAS (Burden
Assessment Schedule) antara 18 sampai dengan 40, dengan rata – rata 26,41. Sebanyak
89 responden (89%) merasa terbebani dengan kondisi penderita. Beban caregiver terbukti
dapat mengancam kondisi fisik, psikologis, emosional dan kesehatan fungsional
caregiver (Zarit et al. 1980, Parks & Novielli 2000, Etters et al. 2008, Carretero et al.
2009 dalam Savundranayagam 2010).
Ada 3 faktor beban caregiver yaitu efek dalam kehidupan pribadi dan sosial
caregiver, beban psikologis dan perasaan bersalah. Caregiver harus memberikan
sejumlah waktu energi dan uang. Tugas ini dirasakan tidak menyenangkan, menyebabkan
3
stress psikologis dan melelahkan secara fisik. Beban psikologis yang dirasakan oleh
caregiver antara lain rasa malu, marah, tegang, tertekan, lelah dan tidak pasti. Faktor
terakhir berhubungan dengan perasaan bersalah seperti seharusnya dapat melakukan lebih
banyak, tidak dapat merawat dengan baik dan sebagainya (Anneke, 2009). Perawatan
yang dilakukan caregiver tergantung pada level ketidakmampuan penderita (progress
penyakit). Lefley (1996, dalam Sales, 2003), menjabarkan beban caregiver dengan
penyakit kronis secara rinci antara lain: (1) Ketergantungan ekonomi penderita, (2)
Gangguan rutinitas harian, (3) Manajemen perilaku, (4) Permintaan waktu dan energi, (5)
Interaksi yang membingungkan atau memalukan dengan penyedia layanan kesehatan, (6)
Biaya pengobatan dan perawatan, (7) Penyimpangan kebutuhan anggota keluarga lain, (8)
Gangguan bersosialisasi, (9) Ketidakmampuan menemukan setting perawatan yang
memuaskan.
Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan satu dengan yang
lain, saling bergantung dan mempunyai norma yang sama. Anggota kelompok mungkin
datang dari berbagai latar belakang yang harus ditangani sesuai dengan keadaannya,
seperti agresif, takut, kebencian, kompetitif, kesamaan, ketidaksamaan, kesukaan, dan
menarik. Semua kondisi ini akan memengaruhi dinamika kelompok Stuart & Laraia tahun
2001 (di kutip dalam Keliat & Akemat, 2004). Kelompok berfungsi sebagai tempat
berbagi pengalaman dan saling membantu satu sama lain, untuk menemukan cara
menyelesaikan masalah. Kelompok merupakan laboratorium tempat mencoba dan
menemukan hubungan interpersonal yang baik, serta perilaku yang adaptif. Angggota
kelompok merasa dimiliki, diakui, dan dihargai eksistensinya oleh anggota kelompok
yang lain (Keliat, 2004). Self Help Group sering disebut juga kelompok yang saling
menolong, saling membantu, atau kelompok dukungan didefinisikan sebagai suatu
kelompok yang menyediakan dukungan bagi setiap anggota kelompok. Anggota
4
kelompok ini berpegangan pada pandangan bahwa orang-orang yang mengalami masalah
dapat saling membantu satu sama lain dengan empati yang lebih besar dan lebih
membuka diri (Keliat, 2008). Dalam Self Help Group, kelompok bantuan timbal balik
didasarkan pada premis bahwa kelompok berbagi masalah umum secara kolektif dapat
saling mendukung dan mengurangi atau menghilangkan masalah dan konsekuensi pribadi
dan sosial. Anggota belajar tentang masalah mereka dan berbagi pengalaman mereka,
kekuatan dan harapan untuk pemulihan, kesempatan untuk menjadi model peran
(Magura, S. 2007). Self Help Group merupakan kelompok-kelompok termasuk orang
dengan ikatan bersama yang secara sukarela datang bersama-sama untuk berbagi,
menjangkau dan belajar satu sama lain dalam lingkungan yang terpercaya, mendukung
dan terbuka (Knight, 2007).
Sekitar 10 juta warga Amerika menggunakan layanan self-help group dan 25 juta
orang ikut dalam suatu self-help group minimal satu kali pada masa hidupnya (Kessler,
Mickelson, & Zhao, 1997). Self-help group yang sangat terkenal di Amerika adalah
alcoholics anonymous (kelompok yang membantu masalah pada penderita kecanduan
minuman beralkohol) ada 500,000 self-help group lain di amerika (Jacobs & Goodman,
1989). Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa self-help group efektif untuk setiap
anggotanya, baik dalam jangka waktu singkat atau permanen. Kelompok ini juga
membantu meningkatkan kualitas kesehatan dan menghindari masalah sosial
berhubungan penyakit. Bloom menunjukkan bahwa sebuah self-help group pada
perempuan yang menderita kanker payudara dapat meningkatkan kualitas hidup secara
signifikan. Anggotanya memiliki sedikit gangguan mood, mengurangi kecemasan, dan
tingkat rasa nyeri. (Spiegel et al., 1989). Pada penelitian Sutini pada tahun 2009
menunjukkan peningkatan koping keluarga dan caregiver anak dengan retardasi mental di
sumedang telah menunjukkan peningkatan setelah membentuk self-help group. Setelah 6
5
kali pertemuan, kelompok yang diberikan terapi self-help group mengalami peningkatan
koping secara bermakna dari maladaptif menjadi adaptif.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian berjudul
“Gambaran Tingkat Caregiver Burden Orang Dengan Masalah Kejiwaan Pada Anggota
Self-Help Group Online”
B. Rumusan Masalah
Pada studi pendahuluan yang dilakukan baik mendatangi sekretariat
‘Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia’ yang berlokasi di kampung melayu,
Jakarta dan pada forum-forum online per regional, ditemukan beberapa masalah
dalam caregiver salama merawat orang dengan skizofrenia. Masalah yang paling
banyak dikeluhkan adalah penertiban dalam minum obat, kesulitan mencari obat,
dan juga fase pengembalian orang dengan skizofrenia agar diterimadalam
lingkungan sosialnya. Sementara itu, tingkat caregiver burden belum terkaji
sepenuhnya baik secara fisik maupun psikologis. Sehingga rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah ‘Bagaimana gambaran tingkat Caregiver Burden pada
Anggota Support Group Online’.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitan ini adalah untuk mengetahui tingkat caregiver burden pada
anggota self-help group online pada responden caregiver yang menjadi anggota self-help
group online.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi anggota Caregiver
Mengukur tingkat burden yang dialami selama menjadi caregiver ODMK.
6
2. Bagi Komunitas
Mengetahui tingkat burden pada anggota dan ikut mengkaji masalah-masalah
yang dialami caregiver selama merawat ODMK.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kesehatan Jiwa
Definisi sehat menurut kesehatan dunia (WHO) adalah suatu keadaan
sejahtera yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari
penyakit atau kecacatan. Maka secara analogi kesehatan jiwa pun bukan hanya
sekedar bebas dari gangguan tetapi lebih kepada perasan sehat, sejahtera dan
bahagia ( well being ), ada keserasian antara pikiran, perasaan, perilaku, dapat
merasakan kebahagiaan dalam sebagian besar kehidupannya serta mampu
mengatasi tantangan hidup sehari-hari. (Keliat, 2005)
Definisi kesehatan jiwa menurut UU no. 18 tahun 2014 tentang kesehatan
jiwa menyebutkan bahwa Kesehatan Jiwa adalah kondisi dimana seorang
individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga
individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat
bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk
komunitasnya.
Efendi dan Makhfudli (2009) mengatakan gangguan jiwa berat
merupakan bentuk gangguan dalam fungsi alam pikiran berupa disorganisasi
(kekacauan) dalam isi pikiran yang ditandai antara lain oleh gejala gangguan
pemahaman (delusi waham), gangguan persepsi berupa halusinasi atau ilusi, serta
dijumpai daya nilai realitas yang terganggu yang ditunjukkan dengan perilaku
aneh (bizzare). Penanganan pada klien dengan masalah kesehatan jiwa
8
merupakan tantangan yang unik karena masalah kesehatan jiwa mungkin tidak
dapat dilihat secara langsung, seperti pada masalah kesehatan fisik yang
memperlihatkan berbagai macam gejala dan disebabkan berbagai hal kejadian
masa lalu yang sama dengan kejadian saat ini, tetapi mungkin muncul gejala yang
berbeda banyak klien dengan masalah kesehatan jiwa tidak dapat menceritakan
masalahnya bahkan mungkin menceritakan hal yang berbeda dan kontradiksi.
Kemampuan mereka untuk berperan dan menyelesaikan masalah juga bervariasi.
(Keliat, 2005).
B. Teori Self-Care
Untuk memahami teori self-care, perlu dipahami terlebih dahulu tentang
konsep self-care, unsur self-care, faktor-faktor kondisi dasar dan kebutuhan akan
self-care yang terapeutik. Self-care adalah penampilan atau aktivitas praktek
berdasarkan keinginan individu dan dilaksanakan untuk mempertahankan hidup,
sehat dan kesejahteraan. Bila self-care dilaksanakan secara efektif, itu akan
menolong untuk memelihara integritas dirinya dan fungsi kemanusiaan serta
berkontribusi terhadap perkembangan kemanusian (Orem, 2001).
Unsur self-care adalah kemampuan yang dimiliki oleh manusia atau
kekuatan untuk terlibat di dalam self-care. Kemampuan individu untuk terlibat
dalam self-care dipengaruhi oleh faktor-faktor kondisi dasar. Yang termasuk
faktor-faktor kondisi dasar adalah : umur, jenis kelamin, status perkembangan,
status kesehatan, orientasi sosio-kultural, faktor sistem pelayanan kesehatan
(diagnostik dan pengobatan), faktor sistem keluarga, pola hidup (aktivitas secara
teratur), faktor lingkungan serta sumber-sumber yang adekuat dan terjangkau.
Secara normal, orang dewasa secara sukarela memelihara dirinya sendiri. Bayi,
9
anak-anak, orang tua, orang sakit dan orang cacat membutuhan perawatan secara
menyeluruh atau bantuan dalam aktivitas self-care.
Kebutuhan Self-Care yang terapeutik adalah totalitas dari tindakan self-
care yang diperlihatkan dalam jangka waktu tertentu dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan self-care yang sudah diketahui dengan menggunakan
metode yang valid dan seperangkat kegiatan dan tindakan yang berhubungan .
Kebutuhan self-care yang terapeutik dijadikan model pada tindakan yang
disengaja, yaitu tindakan yang sengaja dilakukan oleh sekelompok orang untuk
menghasilkan peristiwa dan hasil yang memberikan keuntungan kepada orang
lain secara spesifik. Persayaratan self-care yang Universal dihubungkan dengan
proses kehidupan dan pemeliharaan integritas kemanusiaan beserta fungsi-
fungsinya. Hal tersebut umum pada setiap manusia selama seluruh siklus
kehidupan dan harus dipandang sebagai faktor yang saling berhubungan, saling
mempengaruhi satu sama lain. Istilah umum untuk persyaratan tersebut adalah
aktivitas kehidupan sehari-hari (activity of daily living). Orem (1991)
mengidentifikasi persyaratan self-care sebagai berikut : (1) Pemeliharaan
terhadap kecukupan udara, (2) Pemelihraan teradap kecukupan air, (3)
Pemeliharaan terhadap kecukupan makanan, (4) Perlengkapan yang berhubungan
dengan proses eliminasi dan sisa eliminasi, (5) Pemeliharaan keseimbangan
antara aktivitas dan istirahat, (6) Pemeliharaan keseimbangan antara kesendirian
dan interaksi social, (7) Pencegahan terhadap bahaya kehidupan, fungsi manusia
dan kesejahteraan manusia, (8) Peningkatan fungsi-fungsi manusia dan
perkembangan dalam kelompok sosial yang sejalan dengan potensi manusia, tahu
keterbatasan manusia, dan keinginan manusia untuk menjadi normal.
10
C. Teori Self-Care Deficit
Teori self-care deficit merupakan inti dari teori umum keperawatan
Orem. Penyimpangan kesehatan self-care ditemukan dalam kondisi sakit, injuri,
penyakit atau yang disebabkan oleh tindakan medis yang diperlukan untuk
memperbaiki kondisi. Penyakit atau injuri tidak hanya mempengaruhi struktur
tubuh tertentu dan fisiologisnya atau mekanisme psikologis tapi juga
mempengaruhi fungsi sebagai manusia. Keperawatan dibutuhkan untuk orang
dewasa atau orang-orang yang ada dibawah tanggungannya dalam keadaan tidak
mampu atau keterbatasan dalam memberikan self-care yang efektif secara terus
menerus. Keperawatan diberikan jika kemampuan merawat berkurang dari yang
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan self-care yang sebenarnya sudah
diketahui atau kemampuan self-care atau kemandirian berlebihan atau sama
dengan kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan self-care tetapi dimasa yang akan
datang dapat diperkirakan kemampuan merawat akan berkurang baik kualitatif
maupun kuantitatif dalam kebutuhan perawatan atau kedua-duanya. Orem
mengidentifikasi lima metode bantuan: (1) Tindakan untuk berbuat untuk orang
lain, (2) Membimbing dan mengarahkan, (3) Memberikan dukungan fisik dan
psikologis, (4) Memberikan dan mempertahankan lingkungan yang mendukung
perkembangan individu, (5) Pendidikan (George, 1995).
Perawat dapat membantu individu dengan menggunakan semua metode
ini untuk memberikan bantuan self-care. Aktivitas yang melibatkan perawat saat
mereka memberikan asuhan keperawaran dapat digunakan untuk
menggambarkan domain keperawatan. Lima area aktivitas untuk praktek
keperawatan, yaitu : (1) Masuk ke dalam dan mempertahankan hubungan
perawat-klien dengan individu, keluarga atau kelompok sampai klien secara sah
11
dikeluarkan dari keperawatan, (2) Menentukan apakah dan bagaimana klien dapat
ditolong melalui keperawatan, (3) Berespons terhadap permintaan, keinginan dan
kebutuhan klien akan kontak dan bantuann keperawatan, (4) Merumuskan,
memberikan dan mengatur bantuan langsung pada klien dan orang-orang terdekat
dalam bentuk bantuan keperawatan, (5) Mengkoordinasi dan mengintegrasikan
keperawatan dengan kehidupan sehari-hari klien, pelayanan kesehatan lain yang
dibutuhkan atau diterima dan pelayanan sosial dan pendidikan yang dibutuhkan
dan diterima klien (George, 1995).
D. Pernyataan Teori Sistem Model Neuman
Teori model Neuman menggambarkan partisipasi aktif perawat terhadap
klien dengan tingkatan yang menyangkut bermacam-macam pengaruh terhadap
respon klien akibat tekanan atau stress.
Klien dalam hubungannya timbal balik dengan lingkungan sekitarnya selalu membuat
keputusan yang menyangkut hal atau sesuatu yang akan berakibat kepadanya.
Ada 4 faktor yang merupakan konsep mental klien :
1. Individu atau pasien itu sendiri
Pada teori Neuman, individu merupakan suatu sistem terbuka yang selalu
mencari keseimbangan dari harmoni dan merupakan satu kesatuan dari fisiologis,
psikologis, sosiokultural, perkembangan dan spiritual.
2. Lingkungan sekitarnya
Model teori neuman ini adalah konsep dimana manusia berhubungan
konstan (tetap) terhadap lingkungannya. Dapat di defenisikan lingkungan
sebagai tekanan internal dan eksternal bagi manusia. Neuman menyatakan bahwa
pembentukan lingkungan adalah dinamis dan mewakili mobilitas bahwa sadar
12
klien ( termasuk di dalamnya faktor energi, melalui integrasi dan stabilitas
system).
3. Kesehatan
Neuman melihat kesehatan sebagai rangkaian kesatuan bukan sebagai
dikotomi (pembagian atas dua kelompok yg saling bertentangan) antara penyakit
dan kesehatan.konsep dalam tulisannya mendefenisikan system terminology
sebagai berikut :
a. kesehatan : keadaan penjenuhan, keadaan lembam/ tetap walaupun terdapat
sesuatu yang mengganggu.
b. Penyakit : keadaan tidak mencukupi sehingga labil terhadap adanya sesuatu
yang mengganggu.
4. Pelayanan / Keperawatan
Neuman memandang keperawatan sebagai profesi unik karena
berhubungan dengan variabel (sesuatu tang dapat berubah) yang mempengaruhi
respon manusia terhadap stressor, dengan perhatian utama pada manusia secara
keseluruhan. Neuman menyatakan bahwa perawat membantu individu, keluarga,
dan kelompok dalam memperoleh dan menjaga kesehatan melalui campur tangan
dan perselisihan antara dua pihak (orang, golongan, Negara, dll).
E. Mengintegrasikan Model Sistem Neuman
Model Sistem Neuman (1982) dapat digunakan untuk menjelaskan kerangka
konsep duka cita. Variabel yang tidak bisa dipisahkan dalam sistem klien, yaitu :
fisiologis, psikilogis, rohani, perkembangan, dan sosial budaya, dapat digunakan
untuk menguraikan atribut dari duka cita. Kehilangan di masa lalu dapat dijelaskan
sebagai sebuah stressor, dan akibat dari duka cita diartikan sebagai suatu proses yang
13
serupa dengan konsep Neuman yaitu rekonstitusi. Intervensi untuk membantu klien
dalam menghadapi pengalaman duka cita dapat dikatagerikan sebagai upaya
pencegahan primer, sekunder, dan tersier (Reed,2003).
Penggunaan terminologi dari teori Neuman untuk menguraikan konsep duka
cita dimulai dengan terlebih dahulu mengidentifikasi permasalahan-permasalahan
yang muncul sebelumnya. Dalam terminologi Neuman, kejadian di masa lalu
merupakan stressor, dan dalam kasus duka cita, stressor adalah perasaan kehilangan.
Perasaan kehilangan mugkin bersifat intra-personal (misalnya : kehilangan salah satu
anggota badan. Kehilangan peran atau fungsi), interpersonal (misalnya : berpisah
dengan pasangannya, anak, atau orangtua), atau ekstra-personal (misalnya : hilangnya
pekerjaan, rumah, atau hilangnya limgkungan yang dikenal).Neuman (1995)
menyatakan bahwa dampak dari stressor dapat didasarkan pada dua hal, yaitu :
kekuatan stressor dan banyaknya stressor.
Modifikasi terhadap respon duka cita diidentifikasi sebagai kombinasi dari
beberapa pengalaman yang bersifat individual dan dipengaruhi oleh banyak faktor
yang terdiri dari hubungan antara orang yang berduka dengan objek yang hilang, sifat
alami dari kehilangan, dan kehadiran sistem pendukung (support system). Faktor-
faktor lain memiliki efek yang kuat pada perasaan duka cita, seeperti penglaman
individu yang sama sebelumnya,kepercayaan spiritual dan budaya yang dianut.
Penjelasan mengenai modofikasi respon duka cita sama halnya dengan gagasan
Neuman mengenai interaksi antar variabel (fisik, psikologis, sosial budaya,
perkembangan , dan rohani). Kombinasi beberapa variabel yang unik pada diri
seseorang (pengalaman sebelumnya dengan duka cita, nilai-nilai, kepercayaan
spiritual, status fisiologis, batasan sosial budaya, dan yang lainnya) dapat
dibandingkan dengan variabel-variabel yang menyusun garis pertahanan normal
14
(normal lines of defense) dan garis perlawanan. Masing-masing garis pertahanan dan
garis perlawanan memodifikasi pada tingkatan tertentu dimana stressor mempumyai
efek yang negatif pada diri seseorang. Garis pertahanan normal membantu sistem
klien untuk menyeduaikan dengan stres akibat kehilangan ; garis perlawanan
bertindak sebagai kekuatan untuk membantu klien kembali ke kondisi yang stabil.
Faktor yang lain, seperti pengalaman individu sebelumnya dengan perasaan
kehilangan dan duka cita, budaya, dan kepercayaan religius menjadibagian dari
struktur dasar individu. Garis pertahanan dan perlawanan melindungi struktur dasar
dari gangguan stres yang menimpa individu (Reed, 1993).
F. Konsep Caregiver
1. Definisi
Definisi caregiver dalam Merriam-Webster Dictionary (2012) adalah
orang yang memberikan perawatan langsung pada anak atau orang dewasa yang
menderita penyakit kronis. Elsevier (2009) menyatakan caregiver sebagai
seseorang yang memberikan bantuan medis, sosial, ekonomi, atau sumber daya
lingkungan kepada seseorang individu yang mengalami ketergantungan baik
sebagian atau sepenuhnya karena kondisi sakit yang dihadapi individu tersebut.
Definisi caregiver dari literatur bahasa Indonesia, dikemukakan oleh Subroto
(2012) sebagai:
“.. seseorang yang bertugas untuk membantu orang-orang yang ada
hambatan untuk melakukan kegiatan fisik sehari-hari baik yang bersifat
15
kegiatan harian personal (personal activity daily living) seperti makan, minum,
berjalan, atau kegiatan harian yang bersifat instrumental (instrumental daily
living) seperti memakai pakaian, mandi, menelpon atau belanja.”
Menurut Mifflin (2007) menyatakan caregiver sebagai seseorang dalam
keluarga, baik itu orang tua angkat, atau anggota keluarga lain yang membantu
memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang mengalami ketergantungan.
Caregiver keluarga (family caregiver) didefinisikan sebagai individu yang
memberikan asuhan keperawatan berkelanjutan untuk sebagai waktunya secara
sungguh-sungguh setiap hari dan dalam waktu periode yang lama, bagi anggota
keluarganya yang menderita penyakit kronis (Pfeiffer, dalam Tantono dkk,
2006). Caregiving merupakan suatu istilah yang berarti memberikan perawatan
kepada seseorang dengan kondisi medis yang kronis. Informal atau lay
caregiving adalah aktivitas membantu individu yang memiliki hubungan
personal dengan caregiver (Tantono, 2006).
2. Jenis Caregiver
Caregiver dibagi menjadi caregiver informal dan caregiver formal.
Caregiver informal adalah seseorang individu (anggota keluarga, teman, atau
tetangga) yang memberikan perawatan tanpa di bayar, paruh waktu atau
sepanjang waktu, tinggal bersama maupun terpisah dengan orang yang dirawat,
sedangkan formal caregiver adalah caregiver yang merupakan bagian dari
sistem pelayanan, baik di bayar maupun sukarelawan (Sukmarini, 2009).
Timonen (2009) menyebutkan terdapat dua jenis caregiver, yaitu
formal dan informal. Caregiver formal atau disebut juga penyedia layanan
kesehatan adalah anggota suatu organisasi yang dibayar dan dapat menjelaskan
16
norma praktik, profesional, perawat atau relawan. Sementara informal caregiver
bukanlah anggota organisasi, tidak memiliki pelatihan formal dan tidak
bertanggung jawab terhadap standar praktik, dapat berupa anggota keluarga
ataupun teman. Dengan demikian caregiver keluarga merupakan bagian dari
informal caregiver. Family caregiver atau caregiver keluarga menurut
Wenberg (2011) adalah pasangan, anak dewasa, kenalan pasangan atau teman
yang memiliki hubungan pribadi dengan pasien, dan memberikan berbagai
bantuan yang tidak dibayar untuk orang dewasa yang lebih tua dengan kondisi
kronis atau lemah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa caregiver adalah
seseorang yang bersedia dan bertanggung jawab dalam merawat serta
memberikan dukungan secara fisik, sosial, emosional pada penderita skizofrenia
hingga pulih atau bahkan hingga akhir hayatnya.
3. Tugas dan Peran Caregiver
Fungsi dari caregiver adalah menyediakan makanan, membawa pasien
ke dokter, dan memberikan dukungan emosional, kasih sayang dan perhatian
(Tantono, 2006). Caregiver juga membantu pasien dalam mengambil keputusan
apabila berkaitan dengan pengobatan dan terkadang kehidupan pasiennya
apabila pasien dalam bantuan total (Total Care). Keluarga sebagai caregiver
merupakan penasihat yang sangat penting dan diperlukan oleh pasien (Tantono,
2006). Penelitian kualitatif yang dilakukan oleh Arksey, et al (2005) tentang
tugas-tugas yang dilakukan caregiver di United Kingdom, antara lain termasuk:
a. Bantuan dalam perawatan diri yang terdiri dari dressing, bathing,
toileting.
17
b. Bantuan dalam mobilitas seperti: berjalan, naik atau turun dari tempat
tidur
c. Melakukan tugas keperawata seperti: memberikan obat dan mengganti
balutan luka.
d. Memberikan dukungan emosional
e. Menjadi pendamping
f. Melakukan tugas-tugas rumah tangga seperti: memasak, belanja,
pekerjaan kebersihan rumah, dan
g. Bantuan dalam masalah keuangan dan pekerjaan kantor.
Milligan (2004) dalam penelitiannya menarik perhatian terhadap fakta
tugas caregiver pada lansia. Tugas yang dilakukan caregiver tidak hanya
terbatas kepada pekerjaan rumah tangga, akan tetapi dibagi ke dalam 4 kategori,
sebagai berikut:
a. Physical Care/Perawatan fisik, yaitu: memberi makan, mengganti
pakaian, memotong kuku, membersihkan kamar, dan lain-lain.
b. Social Care/ Kepedulian sosial, antara lain: mengunjungi tempat hiburan,
menjadi supir, bertindak sebagai sumber informasi dari seluruh dunia di
luar perawatan di rumah.
c. Emotional Care, yaitu menunjukkan kepedulian, cinta dan kasih sayang
kepada pasien yang tidak selalu ditunjukkan ataupun dikatakan namun
ditunjukkan melalui tugas-tugas lain yang dikerjakan.
d. Quality care, yaitu: memantau tingkat perawatan, standar pengobatan,
dan indikasi kesehatan, serta berurusan dengan masalah yang timbul.
18
4. Beban pada Caregiver
Beban caregiver (caregiver burden) didefinisikan sebagai tekanan-
tekanan mental atau beban yang muncul pada orang yang merawat lansia,
penyakit kronis, anggota keluarga atau orang lain yang cacat. Beban caregiver
merupakan stress multidimensi yang tampak pada diri seorang caregiver.
Pengalaman caregiving berhubungan dengan respon yang multidimensi terhadap
tekanan-tekanan fisik, psikologis, emosi, sosial dan finansial (Tantono, 2006).
Beban caregiver dibagi atas dua yaitu beban subjektif dan beban
objektif. Beban subjektif caregiver adalah respon psikologis yang di alami
caregiver sebagai akibat perannya dalam merawat pasien. Sedangkan beban
objektif caregiver yaitu masalah praktis yang di alami oleh caregiver, seperti
masalah keuangan, gangguan pada kesehatan fisik, masalah dalam pekerjaan, dan
aktivitas sosial (Sukmarini, 2009). Ada 3 faktor beban caregiver yaitu efek
dalam kehidupan pribadi dan sosial caregiver, beban psikologis, dan perasaan
bersalah. Caregiver harus memberikan sejumlah waktu energi dan uang. Tugas
ini dirasakan tidak menyenangkan, menyebabkan stress psikologis dan
melelahkan secara fisik. Beban psikologis yang dirasakan oleh caregiver antara
lain rasa malu, marah, tegang, tertekan, lelah dan tidak pasti. Faktor terakhir
berhubungan dengan perasaan bersalah seperti seharusnya dapat melakukan lebih
banyak, tidak dapat merawat dengan baik dan sebagainya (Anneke, 2009).
Perawatan yang dilakukan caregiver tergantung pada level
ketidakmampuan pasien (progress penyakit). Lefley (1996, dalam Sales, 2003),
menjabarkan beban caregiver dengan penyakit kronis secara rinci antara lain: (1)
Ketergantungan ekonomi pasien, (2) Gangguan rutinitas harian, (3) Manajemen
19
perilaku, (4) Permintaan waktu dan energi, (5) Interaksi yang membingungkan
atau memalukan dengan penyedia layanan kesehatan, (6) Biaya pengobatan dan
perawatan, (7) Penyimpangan kebutuhan anggota keluarga lain, (8) Gangguan
bersosialisasi, (9) Ketidakmampuan menemukan setting perawatan yang
memuaskan. Penelitian yang dilakukan Aoun (2004), menemukan dampak
caregiving pada caregiver dengan pasien paliatif di Australia, yaitu:
a. Pendapatan sering tidak cukup karena biaya yang dikeluarkan selama
perawatan.
b. Dampak kesehatan yang umum pada caregiver, akan tetapi caregiver
sering mengabaikannya atau mengurangi pentingnya menjaga kesehatan.
c. Gangguan tidur menyebabkan kelelahan caregiver.
d. Berkurangnya kegiatan sosial dan aktivitas fisik caregiver sehingga
mengakibatkan isolasi sosial.
e. Perawatan pada pasien dengan paliative care secara emosional menuntut
caregiver sehingga mengalami rasa bersalah, kecemasan, kemarahan,
frustasi, takut, depresi, kehilangan kendali, dan perasaan tidak mampu.
5. Dukungan dan Kebutuhan Caregiver
Dukungan yang diberikan oleh caregiver adalah penting untuk
membantu kesembuhan pasien baik dari segi fisik, psikososial, dan spiritual.
Tujuan dari rencana pendidikan kesehatan juga berbeda antara pasien dan
caregiver. Caregiver mungkin membutuhkan bantuan dalam mempelajari
perawatan fisik dan teknik penggunaan alat bantu perawatan., menemukan
sumber home care, menempatkan peralatan, menata lingkungan rumah untuk
mengakomodasi kesembuhan pasien (Lewis, et al, 2011). Pasien dan caregiver
20
mungkin memiliki kebutuhan akan pengajaran yang berbeda. Pemberian rencana
pengajaran yang sukses disarankan untuk melihat dari kebutuhan pasien dan
kebutuhan caregiver yang merawat pasien (Lewis, et al, 2011).
Penelitian Yedidia dan Tiedemann, (2008) berdasarkan tugas caregiver,
menyimpulkan kebutuhan caregiver yaitu: (1) Kebutuhan akan informasi tentang
pelayanan yang tersedia, (2) Manajemen stress dan strategi koping, (3) Masalah
keuangan dan asuransi, (4) Masalah komunikasi dengan profesional kesehatan,
(5) Informasi tentang penyakit, (6) Menggunakan bantuan yang kompeten, (7)
Bantuan tentang tugas-tugas perawatan, (8) Bantuan berkomunikasi dengan
pasien, (9) Nasihat hukum, (10) Informasi tentang obat, (11) Bantuan mengatasi
masalah akhir kehidupan, (12) Panduan memindahkan pasien ke fasilitas yang
mendukung, (13) Bantuan berurusan dengan keluarga. Kebutuhan-kebutuhan
caregiver tersebut hendaknya dapat dikaji oleh perawat agar beban yang
dirasakan caregiver dapat berkurang. WGBH (Western Great Blue Hill)
Educational Foundation (2008) menyatakan bahwa dalam memenuhi
kebutuhannya dan mencapai tujuan caring, caregiver diharapkan memiliki
keahlian dalam:
a. Berkomunikasi
Mengekspresikan kebutuhan dan perasaan serta mampu mendengar
kebutuhan dan perasaan orang lain merupakan keterampilan penting dalam
menangani penderita. Saat perasaan pasien dan caregiver mampu diutarakan,
hal tersebut dapat mendukung satu sama lain, dan mengurangi stres yang
diikuti oleh kemarahan atau kesedihan. Dengan melepaskan masalah,
21
perawatan pasien dapat ditata sedemikian rupa sehingga pengobatan dapat
lebih efektif.
b. Menemukan informasi
Kebutuhan akan informasi sangat diperlukan untuk membuat keputusan,
memecahkan masalah, dan mencari pertolongan. Dengan mencari informasi,
caregiver akan lebih mampu memahami penyakit dan pengobatan, seperti
halnya dengan menentukan sumber dan dukungan caring.
c. Membuat keputusan
Individu dengan skizofrenia dapat mengalami masalah dalam
kemampuan kognitif dan pengambilan keputusan. Dengan adanya caregiver,
penderita akan dibantu dalam pengambilan keputusan terutama menghadapi
masalah sosial dan keuangan.
d. Memecahkan masalah
Masalah yang dilalui oleh penderita setelah terdiagnosa membuat
penderita dapat merasa terpuruk sehingga dibutuhkan caregiver untuk
bersama-sama memecahkan masalah yang dialami oleh penderita.
e. Bernegosiasi
Dengan adanya persetujuan kerja bagi masing-masing orang, akan
mengurangi ketegangan peran caregiver.
f. Memberanikan diri
Menghilangkan keraguan untuk mencari bantuan apa saja untuk
caregiver sendiri dan pasien.
Menurut Walker (2007), beban yang dirasakan caregiver, dapat dibagi
atas 2 hal, yaitu: respon emosi caregiver dan kesehatan fisik caregiver.
22
1) Respon emosi caregiver
Distres pada caregiver biasanya diperlihatkan sebagai depresi
atau beban caregiver. Depresi caregiver adalah gangguan mood yang
dihasilkan dari stress penyedia layanan keperawatan, yang
dimanifestasikan oleh perasaan kesendirian, isolasi, ketakutan dan merasa
mudah diganggu. Hirst (2005) menemukan masalah kesehatan mental
yang timbul secara langsung terhadap caregiver dalam proses perawatan
pasien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa caregiver yang memberikan
perawatan kepada pasien/ keluarga lebih dari 20 jam atau lebih per
minggu adalah dua kali lipat berisiko mengalami tekanan psikologis dan
efek ini lebih besar pada caregiver wanita. Penelitian yang dilakukan
Kelliat (2000) di Selandia Baru pada caregiver pasien stroke, menemukan
terdapat kelelahan emosional dikaitkan dengan gejala kelelahan,
depersonalisasi, dan penurunan prestasi pribadi. Cameron et al (2006)
menemukan sebesar 44% dari 94 orang caregiver berkebangsaan Kanada
pada pasien stroke beresiko terkena depresi klinis.
2) Kesehatan fisik caregiver
Pengalaman caregiver akan kondisi yang menghasilkan stres
kronik yang kemudian menimbulkan respon dengan melepas
glukokortikoid dan katekolamin sebagai hasil progres penyakit dan
pengobatan yang lama, dimana dapat berdampak negatif pada sistem
imunitas caregiver dan mempengaruhi kesehatannya. Hasil survey yang
dilakukan oleh Vitaliano, et al (2003, 2004) menemukan dampak
kesehatan fisik bagi caregiver pada lansia dengan demensia. Pada
23
penelitian tersebut, caregiver melaporkan mengalami gangguan
kesehatan fisik dan membutuhkan pengobatan yang lebih sering
dibandingkan bukan caregiver. Sebesar 23% terjadi peningkatan hormon
stres pada caregiver. Hasil lain menunjukkan bahwa caregiver
menghasilkan produksi antibodi yang rendah, tingginya gangguan tidur
dan kurang adekuatnya diet. Sebagian besar caregiver adalah wanita.
Menurut Montgomery, Rowse, dan Kosloski (2007), wanita diketahui
memiliki waktu istirahat dan latihan yang kurang dibandingkan pria.
Sehingga terjadi perubahan kardiovaskuler seperti tekanan darah
meningkat. Kurangnya waktu untuk merawat diri sendiri karena
permintaan rawatan yang berkesinambungan dapat berdampak negatif
pada kesehatan caregiver.
J. Konsep Dasar Self-help group
Self-help group adalah kumpulan dua orang atau lebih yang datang
bersama untuk membuat kesepakatan saling berbagi masalah yang
mereka hadapi, kadang disebut juga kelompok pemberi semangat. Terapi
self-help group berfokus pada pengalaman keluarga dalam merawat salah
satu anggota keluarganya yang mengalami gangguan untuk berbagi solusi
saat mengalami masalah. Persyaratan dilakukannya self-help group adalah
anggota memiliki pengalaman yang sama, tetapi kelompok tersebut bukan
kelompok terapi formal atau terstruktur (Varcarolis, 2006).
Self-Help Group merupakan cara yang dilakukan oleh sekelompok
orang yang memiliki persamaan ideologi dan tema yang melandasi kesatuan
anggota untuk mencapai satu tujuan bersama. Self-help group merupakan
suatu cara yang efektif untuk menangani masalah-masalah seperti stres,
24
kesulitan, dan rasa sakit. Kelompok-kelompok ini dapat digolongkan sebagai
berikut:
a. Kelompok yang membantu orang dan keluarga dengan mengutamakan
aspek fisik atau masalah kesehatan mental, misalnya kelompok bagi
keluarga yang mempunyai anggota keluarga yang menderita depresi
kronis.
b. Kelompok yang memberi bantuan pengembangan perilaku gangguan
adiktif, misalnya bagi orang-orang yang ketergantungan alkohol atau
obat-obatan terlarang.
c. Kelompok yang memberi dukungan sosial bagi orang yang mengalami
masa transisi yang sulit, misalnya orang yang berada dalam masa tua
yang sendirian atau orang- orang yang kehilangan.
d. Kelompok perlindungan untuk populasi khusus, misalnya orang-orang
yang cacat atau manula.
e. Kelompok yang bekerja menentang diskriminasi, misalnya perbedaan
gender atau perbedaan ras.
f. Kelompok yang menangani masalah dan kondisi umum, misalnya
kecemasan yang berlebihan.
1. Premis-premis Self-help group
a. Terdapat sejumlah kesulitan besar individual, maka kemungkinan
banyak orang yang dibantu melalui cara bekerja dengan orang lain yang
berlatar belakang sama. (Pearson,1986) 2. Keanggotaan yang homogen
dalam satu kelompok sangat membantu dalam memajukan perubahan.
25
b. Ada faktor terapeutik dalam kelompok ini yang didasarkan atas dimensi
afektif, behavioral, dan kognitif. (Cole, 1983 ; Yalom, 1985)
c. Pengaruh kelompok dapat menjadi positif untuk seseorang, baik selama
maupun setelah ia menjadi anggota. (Pearson,1986 ; Yalom, 1985)
2. Praktek Bantuan-Diri dalam Kelompok
Dengan mengutamakan saling membantu, self-help group ini disebut
juga sebagai mutual-help group atau kelompok saling bantu. Pandangan
tersebut diambil dari konsep bantuan-diri (self-help) yang diasosiasikan
dengan sesuatu yang dikerjakan secara individual untuk diri seseorang. Self-
help group melibatkan pengarahan langsung. Kelompok ini bergantung pada
kerelaan pemimpin kelompok dan difokuskan pada anggota kelompok.
Kualitas yang mempengaruhi pelaksanaan self-help group ini terfokus pada
kesamaan peserta atau anggota. Dengan kesamaan tersebut, anggota
kelompok memperoleh manfaat seperti kekompakkan dan identitas, motivasi
dan perubahan persepsi serta perilaku dari anggota yang lebih
berpengalaman.
Praktek kelompok ini memungkinkan anggota yang baru sewaktu-
waktu menjadi orang yang membantu (helper). Faktor tersebut membantu
anggota menjadi mandiri, tidak ketergantungan, dapat melihat masalah
secara positif, dan menjadi lebih merasa berguna secara sosial (Gartner dan
Reissman, 1984). Peserta atau anggota dalam self-help group diperkaya
dengan kehormatan diri (self-respect) dan harga diri (self-esteem). Anggota
juga merasa lebih empatik terhadap orang lain dan memperoleh rasa percaya
diri yang besar (Lieberman dan Borman, 1979). Kelompok ini memberi
kesempatan pada pesertanya untuk berubah dan didorong untuk mencapai
26
tujuan mereka sendiri. Jika mereka tidak dapat mencapai tujuan, mereka
tetap diterima di kelompok dan didorong untuk mencoba lagi agar berhasil.
3. Peran Pemimpin Self-help group
Pemimpin self-help group dipilih dengan sukarela, banyak
pemimpin kelompok ini yang memperoleh posisi mereka dari pengalaman
dan masa kerja (Reordan & Beggs, 1987). Pemimpin kelompok dapat juga
lahir melalui pemilihan. Silverman (1980) menyatakan dalam beberapa
kasus, kriteria pemimpin self-help group ialah harus:
a. Mau menjadi helper
b. Mau berbagi tentang pengalamannya sendiri, baik pengalaman
yang berhasil maupun yang gagal
c. Memperoleh akomodasi atau resolusi terhadap masalahnya
d. Memberi bantuan dari pengalaman pribadinya sendiri, baik dari
bacaan maupun dari pendidikan formal
e. Memiliki cukup waktu dan energi untuk bekerja
Secara keseluruhan, pimpinan kelompok berperan untuk
menciptakan lingkungan yang akrab dan menyenangkan bagi anggota
kelompok agar menjaga keutuhan kelompok dan membantu anggota
mencapai tujuan terapi. Jika hal tersebut tercapai, maka kelompok akan
berfungsi sebagai kelompok yang memberi dan menerima (take and
give), serta anggota akan merasa lebih menyenangkan dan bermanfaat.
4. Tujuan Self-help group
Ada dua hal yang diinginkan dari kerja self-help group, yang pertama
pada tingkat kelompok global, dan yang kedua pada tingkat personal. Pada
27
tingkat global, anggota diharapkan mampu mengidentifikasi dan saling
membantu satu sama lain. Pada tingkat personal, individu harus mampu
mengubah persepsi dan perilaku sebagai hasil dari pengalaman self-help
group. Untuk dapat mencapai pertumbuhan pribadi yang menyeluruh,
individu dalam self-help group harus mencapai keadaan berikut ini (Reordan
& Biggs, 1987):
a. Merasa tertarik pada orang lain dalam kelompok
b. Merasa mendapat bantuan melalui penerimaan bantuan
c. Rela mengambil resiko d. Berpartisipasi aktif sebagai anggota
kelompok
d. Memiliki tanggung jawab diri
5. Evaluasi Self-help group
Keuntungan yang dapat diperoleh dalam self-help group adalah
homogenitas anggota kelompok yang menonjol menjadikan anggota sangat
terspesialisasi. Kondisi tersebut sangat menguntungkan kelompok, karena
akan menopang kekompakkan dan kekhususan masalah yang dihadapi.
Melalui self-help group, individu mengembangkan dan meningkatkan
kepercayaan diri dan identitas diri mereka. Keuntungan lain yang didapat
ialah cara anggota menstruktur waktu dan prinsip saling dukung di antara
sesama anggota. Dilihat dari manfaatnya, biaya penyelenggaraan kelompok
ini cukup efisien dan dapat dipakai melalui bentuk psikoterapi, bimbingan,
pendidikan-psikologis dan dukungan untuk memungkinkan orang menjadi
lebih terintegrasi dan menyeluruh secara personal. Selain itu, individu tidak
hanya memperoleh pengetahuan dan menyadari perasaan, tapi juga
mendapat teman (Cole, 1983).
28
K. Penelitian Terkait
Dalam penelitian ini, peneliti terinspirasi dari beberapa penelitian
sebelumnya yang berkaitan dengan latar belakang dibuatnya penelitian ini.
Adapun penelitian-penelitian yang terkait adalah sebagai berikut:
1. Penelitian Pinedendi et all (2016) mengenai pengaruh Penerapan Asuhan
Keperawatan Defisit Perawatan Diri Terhadap Kemandirian Personal
Hygiene Pada Pasien Di Rsj. Prof. V. L. Ratumbuysang Manado
menjelaskan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan terhadap
penerapan asuhan keperawatan defisit perawatan diri pada pasien
(p=0.003). berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa
personal hygiene sebelum dan sesudan diberikan intervensi menunjukan
paling banyak berada pada kategori ketergantungan sedang.
2. Penelitian Fitrikasari et all (2012), pada caregiver penderita skizofrenia
didapatkan bahwa nilai skor BAS (Burden Assessment Schedule) antara
18 sampai dengan 40, dengan rata – rata 26,41. Sebanyak 89 responden
(89%) merasa terbebani dengan kondisi penderita. Sementara pada
penelitian Annisa (2015) pada Caregiver keluarga pasien skizofrenia di
Surabaya menyatakan beban caregiver dilaporkan sebesar 77.50% selama
memberikan pelayanan kepada pasien di rumah. Mereka beban yang
diprediksi oleh keparahan dirasakan mereka penyakit pasien, sikap
terhadap gangguan skizofrenia, dan dukungan sosial sebesar 51% dari
varians.
3. Pada penelitian deskriptif analitik yang dilakukan Patricia, Helena (2015)
yang berjudul ‘Hubungan Beban dengan Kualitas Hidup pada Caregiver
Klien Skizofrenia‘dengan pendekatan cross sectional study pada 186
29
caregiver dengan convenient technique sampling. Data dikumpulkan
dengan kuesioner The Zarit Burden Interview dan World Health
Organization Quality of Life (WHOQOL-BREF). Hasil penelitian
menunjukkan 61 (66,3%) caregiver merasakan beban berat dan memiliki
kualitas hidup yang rendah. Uji statistik chi-square membuktikan adanya
hubungan signifikan antara karakteristik caregiver dengan beban dan
kualitas hidup, dan hubungan antara beban dengan kualitas hidup
caregiver. Secara rinci terdapat hubungan signifikan antara beban dengan
semua dimensi kualitas hidup (kualitas kesehatan fisik, psikologis,
hubungan sosial, dan hubungan dengan lingkungan), dan hubungan
signifikan antara dimensi beban mental dan beban sosial dengan kualitas
hidup. Namun tidak ditemukan hubungan signifikan antara dimensi beban
fisik dan beban finansial dengan kualitas hidup.
4. Penelitian Prihnata et al (2013) berjudul ‘Korelasi Social Support dengan
Caregiver Burden pada Istri Pasien Penyakit Ginjal Kronis yang
Menjalani Hemodialisis di RSUD Dr Soetomo Surabaya’, Berdasarkan
pengukuran tingkat caregiver burden, didapatkan tingkat caregiver
burden yang sedang sebanyak 13 orang (34,2%), 11 orang (29%) dengan
tingkat caregiver burden tinggi, 9 orang (23,7%) dengan tingkat sangat
tinggi, 4 orang (10,5%) dengan tingkat caregiver burden rendah, dan 1
orang (2,6%) mengalami caregiver burden dengan tingkat sangat rendah.
Caregiver burden berhubungan secara bermakna dengan persepsi
perkawinan caregiver, status pekerjaan pasien, lama pasien telah
menjalani hemodialisis, dan nilai Karnofsky pasien. Berdasarkan
pengukuran social support, didapatkan caregiver yang memiliki
30
perceived social support dengan kategori sedang sebanyak 15 orang
(39,5%), dan 23 orang (60,5%) memiliki perceived social support yang
tinggi, dan tidak didapatkan subyek penelitian yang memiliki perceived
social support yang rendah. Dari hasil uji analisis korelasi, didapatkan
hubungan yang bermakna pada tiga subskala social support yaitu
intimacy, social integration, dan nurturance dengan caregiver burden.
L. Kerangka teori
Kerangka teori dalam penelitian ini dimulai dengan menjelaskan
Self-care deficit adalah keperawatan yang diberikan jika seorang dewasa
(atau pada kasus ketergantungan) tidak mampu atau terbatas dalam
melakukan self-care secara efektif. (Orem, 2001). Orem mengidentifikasi
lima metode bantuan: (1) Tindakan untuk berbuat untuk orang lain, (2)
Membimbing dan mengarahkan, (3) Memberikan dukungan fisik dan
psikologis, (4) Memberikan dan mempertahankan lingkungan yang
mendukung perkembangan individu, (5) Pendidikan. Pelaku yang dapat
memberikan bantuan keperawatan dapat disebut caregiver.
Caregiver orang yang memberikan perawatan langsung pada anak
atau orang dewasa yang menderita penyakit kronis atau mengalami
ketergantungan baik sebagian maupun total. Elsevier (2009) menyatakan
caregiver sebagai seseorang yang memberikan bantuan medis, sosial,
ekonomi, atau sumber daya lingkungan kepada seseorang individu yang
mengalami ketergantungan baik sebagian atau sepenuhnya karena kondisi
sakit yang dihadapi individu tersebut. Mifflin (2007) menyatakan caregiver
sebagai seseorang dalam keluarga, baik itu orang tua angkat, atau anggota
31
keluarga lain yang membantu memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang
mengalami ketergantungan. Caregiver keluarga (family caregiver)
didefinisikan sebagai individu yang memberikan asuhan keperawatan
berkelanjutan untuk sebagai waktunya secara sungguh-sungguh setiap hari
dan dalam waktu periode yang lama, bagi anggota keluarganya yang
menderita penyakit kronis (Pfeiffer, dalam Tantono dkk, 2006).
Tugas caregiver menurut Milligan (2004) ada 4 poin yaitu Physical
Care, Social Care, Emotional Care, dan Quality Care. Dengan tugas
sedemikian rupa, seringkali caregiver mengalami beban (burden). Beban
caregiver didefinisikan oleh Tantono (2006) merupakan stress multidimensi
yang tampak pada diri seorang caregiver. Pengalaman caregiving
berhubungan dengan respon yang multidimensi terhadap tekanan-tekanan
fisik, psikologis, emosi, sosial dan finansial. Ada 3 faktor beban caregiver
menurut Anneke (2009) yaitu efek dalam kehidupan pribadi dan sosial
caregiver, beban psikologis, dan perasaan bersalah.
Salah satu terapi yang dapat mengurangi beban caregiver adalah
terapi kelompok swabantu/self-help group. Self-Help Group menurut
Varcarolis (2006) adalah kumpulan dua orang atau lebih yang datang
bersama untuk membuat kesepakatan saling berbagi masalah yang
mereka hadapi, kadang disebut juga kelompok pemberi semangat. Terapi
Self-Help Group berfokus pada pengalaman keluarga dalam merawat salah
satu anggota keluarganya yang mengalami gangguan untuk berbagi solusi
saat mengalami masalah. Berikut adalah kerangka teori yang mendukung
pembuatan penelitian ini:
Kerangka Teori Gambaran Tingkat Beban Caregiver pada Anggota Self-Help Group Online
Self-Care Agency (Orem, 2001):
a. Tindakan untuk atau
lakukan untuk orang lain.
b. Memberikan petunjuk dan
pengarahan.
c. Memberikan dukungan
fisik dan psikologis.
d. Memberikan dan
memelihara lingkungan
yang mendukung
pengembangan personal.
Self-Care Deficit: keperawatan
diberikan jika seorang dewasa (atau
pada kasus ketergantungan) tidak
mampu atau terbatas dalam
melakukan self-care secara efektif.
(Orem, 2001)
Tugas caregiver
(Milligan 2004)
Physical care
Social care
Emotional care
Beban caregiver (Anneke 2009)
Efek pada kehidupan pribadi &
social, Beban psikologis, Perasaan
bersalah Self-help group:
kumpulan dua orang atau lebih yang
datang bersama untuk membuat
kesepakatan saling berbagi masalah
yang mereka hadapi, kadang disebut juga
kelompok pemberi semangat.
Caregiver: seseorang yang
memberikan bantuan medis, sosial,
ekonomi, atau sumber daya
lingkungan kepada seseorang karena
mengalami ketergantungan
22
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka konsep
Kerangka konsep penelitian ini terdiri dari variabel yaitu tingkat caregiver
burden dan terapi self-help group pada caregiver anggota support group online.
Variabel independen adalah terapi self-help group pada anggota support group
online, dan variabel dependen adalah tingkat caregiver burden.
Berdasarkan kerangka teori dan tujuan penelitian, peneliti ingin mengetahui
apakah dengan mengikuti support group online akan memengaruhi tingkat caregiver
burden pada caregiver.
Sumber: Notoatmodjo S. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
TINGKAT CAREGIVER BURDEN
1. Efek pada kehidupan pribadi dan
sosial
2. Beban psikologis
3. Perasaan bersalah
23
B. Definisi Operasional
Variabel Definisi
Operasional
Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
Umur
Lama hidup
responden
dalam tahun
dari sejak
dilahirkan
Angket Kuesioner
(A.1)
0= <17 tahun
1= 17-25
tahun
2= 26-35
tahun
3= 36-45
tahun
4= 46-55
tahun
5=>56 tahun
(DepkesRI,
2009)
Rasio
Jenis
Kelamin
Pembagian
jenis seksual
yang
ditentukan
secara
biologis dan
anatomis
yang
dinyatakan
dalam jenis
kelamin laki-
laki dan jenis
kelamin
perempuan.
Angket Kuesioner
(A.2)
1.Laki-laki
2.Perempuan Nominal
24
Variabel Definisi
Operasional
Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
Tingkat
Beban
Caregiver
Stress
multidimensi
yang tampak pada
diri seorang
caregiver.
Pengalaman
caregiving
berhubungan
dengan respon
yang
multidimensi
terhadap tekanan-
tekanan fisik,
psikologis, emosi,
sosial dan
finansial(Tantono,
2006).
Meminta
responden
mengisi
kuesioner
yang berisi
tentang
tingkat
beban
caregiver
berdasarkan
kuesioner
caregiver
burden scale
Zarit, 1980
Kuesioner
(B.1-B.22)
Dinyatakan
dalam
tingkatan:
0-20= tidak
ada
beban/beban
minimal
21-40=
beban
ringan-
sedang
41-60=
beban
sedang-berat
61-88=
beban berat
Ordinal
25
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun
sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap
pertanyaan peneliti (Setiadi, 2007). Jenis penelitian ini adalah kuantitatif
deskriptif dengan desain Cross-sectional (potong lintang). Penelitian ini
menggunakan studi cross sectional, dimana variabel sebab atau resiko dan
akibat atau kasus yang terjadi pada objek penelitian diukur dan dikumpulkan
secara simultan, sesaat atau satu kali saja dalam satu kali waktu (dalam
waktu yang bersamaan) serta pada studi ini tidak ada follow up (Setiadi,
2007). Cross Sectionals merupakan rancangan penelitian yang melakukan
pengukuran atau pengamatan variabel dependen dan variabel independen
pada saat bersamaan (sekali waktu) (Chandra, 2009).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Tempat yang menjadi lokasi penelitian ini adalah di beberapa
komunitas peduli kesehatan jiwa online seperti: Komunitas Peduli
Skizofrenia Indonesia, Bipolar Care Indonesia, Borderline Personality
Disorder Indonesia, Anxiety Support Group, Stay Alive, Into The Light,
Save Yourselves Indonesia, dan BagiKata.
26
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari-April 2017
C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
1. Populasi
Populasi dalam penelitian adalah keseluruhan unit analisis yang
karakteristinya akan diduga (Hastono & Sabri, 2007). Populasi dapat
berupa orang, benda, gejala, atau wilayah yang ingin diketahui oleh
peneliti (Setiadi, 2007). Dalam penelitian ini adalah semua caregiver
anggota komunitas peduli kesehatan jiwa.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang
diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoadmodjo, 2005).
Sampel penelitian ini adalah Sampel pada penelitian ini adalah sampel
yang memenuhi kriteria inklusi adalah :
a. Caregiver yang mengurus orang dengan masalah kejiwaan
(ODMK) sejak pasien resmi terdiagnosa dan menjadi
member dari komunitas peduli kesehatan jiwa online
dalam jangka waktu 0-5 tahun.
3. Metode pengambilan sampel
Metode pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini
adalah metode Purposive Sampling. Purposive sampling adalah teknik
pengambilan sampel bertujuan dengan cara mengambil subjek bukan
didasarkan strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya
tujuan tertentu (Arikunto, 2006). Metode ini diambil karena jumlah
27
anggota sangat besar dan tersebar di seluruh Indonesia sehingga
peneliti mengambil beberapa responden untuk mewakili penelitian ini.
Setelah mendapatkan ijin dari pengurus komunitas, peneliti
mendapatkan sampel sebanyak 34 dari 7 komunitas Self-help group
sebagai berikut:
Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia: 18 orang
Into The Light Indonesia: 4 orang
BagiKata: 4 Orang
Stay Alive: 5 Orang
Anxietas Forum: 5 orang
Bipolar Care Indonesia: 15 orang
Save Ourselves: 5 orang
D. Insturmen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat – alat yang digunakan untuk
pengumpulan data (Notoatmodjo, 2005). Metode pengumpulan data yang
digunakan dalam pengambilan data adalah dengan pemberian kuesioner.
Kuesioner yang akan diberikan kepada responden harus terlebih dulu
mendapat persetujuan dan ditandatangani oleh responden tersebut.
Sebelum mengisi kuesioner, responden diberi penjelasan tentang cara
pengisiannya. Jika responden mengalami kesulitan untuk memahami atau
menjawab kuesioner maka peneliti akan memberikan penjelasan yang
dapat dipahami oleh responden. Dalam penelitian ini instrumen yang
digunakan berupa kuesioner. Kuesioner diberikan langsung kepada
responden untuk diisi dalam bentuk google online form.
28
Kuesioner dibagi menjadi dua bagian yakni kuesioner (A)
mengenai data demografi caregiver, Kuesioner (B) mengenai pengukuran
Beban caregiver dengan menggunakan Caregiver Burden Scale (CBD)
American Family Physician 2002 yang diadaptasi dengan izin dari Zarit
SH, Reever KE, Bach-Peterson. Berisi 22 pertanyaan, dengan nilai hasil
menjadi 0 sampai 20 sama dengan sedikit atau tidak ada beban, 21
sampai 40 sama dengan ringan sampai beban sedang, 41 sampai 60 sama
dengan sedang sampai beban berat, 61 sampai 88 sama dengan beban
berat.
E. Pengumpulan Data
1. Sumber Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data primer.
Data tersebut diperoleh dengan menggunakan kuesioner untuk
mengetahui data demografi, lama mengikuti komunitas, dan tingkat
caregiver burden dengan menggunakan kuesioner online.
2. Prosedur Pengumpulan Data
Proses-proses pengumpulan data pada penelitian ini melalui
beberapa tahap yaitu:
a. Menyelesaikan kelengkapan administrasi seperti surat izin
penelitian dari Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang ditujukan kepada Ketua
berbagai self-help group online
29
b. Setelah mendapat persetujuan dari Ketua berbagai self-help
group online, peneliti melakukan pengambilan data yang
memenuhi kriteria penelitian.
c. Menyebarkan kuesioner secara online melalui google online
form ke forum-forum yang terpilih (Komunitas Peduli
Skizofrenia Indonesia, Bipolar Care Indonesia, Anxiety
Support Forum, BagiKata, Stay Alive, Into the Light
Indonesia, dan Save Yourselves Indonesia) melalui jejaring
sosial media Facebook dan LINE. Pernyataan persetujuan dan
Informed consent dilakukan dengan cara memberi pernyataan
dalam bentuk centang (check-list).
d. Setelah data terkumpul, peneliti mengucapkan terimakasih
kepada ketua self-help group online yang terpilih.
F. Uji Validitas dan Realibilitas
Alat ukur atau instrumen penelitian yang dapat diterima sesuai
standar dalah alat ukur yang telah melalui uji validitas dan uji reliabilitas
data (Hidayat, 2008).
1. Uji validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu
benar- benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2010).
Arikunto (2010) mengatakan bahwa sebuah instrumen dikatakan
valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat
mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Uji
validitas yang digunakan pada penelitian ini menggunakan rumus
30
“Pearson Product Moment” yakni :
𝑟𝑥𝑦= 𝑛Σ𝑋𝑌−Σ𝑋Σ𝑌
√[𝑛Σ𝑋2−(Σ𝑋)2][𝑛Σ𝑌2−(Σ𝑌)2]
𝑟𝑥𝑦: Koefisien Validitas
𝑛: Jumlah Subyek
𝑋: Nilai Pembanding
𝑌: Nilai dari Instrument yang akan dicari validitasnya
2. Uji Realibilitas
Suatu alat tes dikatakan reliabel ketika dapat mengukur
dengan hasil pengukuran yang dapat dipercaya dan memiliki taraf
konsistensi. (Suryabrata, 2005).
Koefisien reliabilitas yang semakin mendekati angka 1,00
berarti semakin tinggi reliabilitas yang dimiliki, sedangkan
koefisien yang semakin mendekati angka 0 berarti semakin rendah
reliabilitas dari alat ukur. Alat ukur dapat diuji reliabilitasnya
dengan menghitung koefisien Alpha Cronbach (Azwar, 2012).
3. Hasil Uji Validitas dan Realibilitas
Pada kuesioner pengukuran beban yang dilakukan di
komunitas peduli skizofrenia Indonesia (KPSI) di google online
form, hasil diperoleh sebanyak 22 pertanyaan dinyatakan valid.
Hasil uji reliabilitas kuesioner penelitian ini dilihat dari nilai
Alpha Cronbach (α), nilai (α) adalah 0,900 . Nilai tersebut
menunjukkan ralpha > rtabel ( 0,900 > 0,444 ) berarti pertanyaan
31
yang berada dalam kuesioner pada masing-masing variabel ini
dapat dikatakan reliabel.
G. Metode Pengolahan dan Analisa Data
1. Pengolahan data
Langkah-langkah pengolahan data meliputi:
a. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data
yang diperoleh atau dikumpulkan. Dalam penelitian ini, peneliti
memastikan responden hanya dapat memasukkan jawaban sebanyak
satu kali dan memastikan menjawab seluruh pertanyaan sehingga
apabila ada jawaban yang tidak terjawab, jawaban dari responden
tidak dapat terekam dengan pengaturan dari google online form.
b. Coding
Coding merupakan kegiatan mengubah data dengan pemberian
kode angka atau bilangan. Pada penelitian ini, usia dan jenis
kelamin diberi kode ‘A1’ dan ‘A2’ sementara pada kuesioner
caregiver burden scale diberi kode ‘B1-B22’.
c. Data Entry
Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang terkumpulkan
ke dalam master table atau data base computer yang kemudian
membuat distribusi frekuensi sederhana. Data dari kuesioner online
diunduh dalam format tabel
d. Tabulasi
Tabulasi dilakukan setelah entri data dan mengkelompokkannya
sehingga diperoleh frekuensi dari masing-masing variabel. Peneliti
32
menggunakan aplikasi SPSS untuk membuat distribusi frekuensi
berdasarkan hasil pengambilan data.
2. Analisa Data
A. Analisa Univariat
Analisa univariat ini bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti.
Data ini merupakan data primer yang dikumpulkan melalui pengisian
kuesioner yang rencananya dilakukan terhadap responden. Data
univariat ini terdiri atas jenis kelamin dan umur. Pengolahan data
tingkat beban caregiver disajikan berdasarkan tabel distribusi
frekuensi dan presentase.
3. Etika Penelitian
Menurut Hidayat (2007) etika dalam penelitian keperawatan sangat
penting karena penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan
manusia, sehingga perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Informed consent
Informed consent merupakan lembar persetujuan yang
diberikan kepada responden yang akan diteliti agar subjek mengerti
maksud dan tujuan dari penelitian. Pada kuesioner penelitian ini,
responden melakukan persetujuan informed consent dengan
mencentang kolom persetujuan di kuesioner online di halaman
pertama kuesioner.
b. Tanpa nama (Anonimity)
Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak
33
mencantumkan nama responden dan hanya menuliskan kode pada
lembar pengumpulan data. Pada kuesioner penelitian ini, responden
hanya mencantumkan jenis kelamin dan umur. Alamat e-mail
diperlukan untuk memastikan responden hanya dapat memasukkan
jawaban sebanyak satu kali.
c. Kerahasiaan (Confidentiality)
Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan
dilaporkan kepada pihak yang terkait dengan peneliti. Peneliti
mengatur aksesibilitas data dengan kata sandi sehingga hanya peneliti
dan pembimbing saja yang dapat melihat data-data dari responden.
34
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran umum komunitas
Komunitas-komunitas yang menjadi responden dalam penelitian ini
adalah komunitas-komunitas yang bergerak di bidang kesehatan jiwa. Anggota-
anggotanya terdiri dari penyintas, caregiver, tenaga kesehatan jiwa seperti dokter,
perawat jiwa, psikolog, dan juga kader-kader serta orang yang peduli dengan
kesehatan jiwa. Kegiatannya terdiri dari berbagi pengalaman dan informasi baik
di dunia maya, pertemuan-pertemuan seperti terapi aktivitas kelompok, atau
kegiatan yang bersifat terapi seperti jalan sehat, seminar, dan psikoedukasi.
Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia merupakan komunitas support
group pertama yang bergerak di bidang kesehatan jiwa yang berada di Indonesia.
Komunitas ini berawal dari milis untuk berbagi pengalaman sesama caregiver
dan juga para penyintas yang sudah pulih. Tujuan dari komunitas ini adalah untuk
meningkatkan kesadaran akan kesehatan jiwa dan memberi psikoedukasi kepada
masyarakat yang belum terjangkau akses kesehatan jiwa dan menghapus stigma
akan gangguan jiwa.
Kemudian menyusul Bipolar Care Indonesia sebagai komunitas self-help
yang menyediakan perkumpulan secara online melalui situs facebook dan ikut
mengadakan kegiatan seminar, terapi seni, dan juga terapi aktifitas kelompok.
Komunitas ini berfokus pada penyintas bipolar dan juga caregiver-nya.
Sementara komunitas-komunitas online lainnya seperti Into the Light
Indonesia, BagiKata, Save Yourselves, dan Stay Alive yang menjadi karakteristik
35
responden berupa komunitas-komunitas baru yang berfokus pada pendidikan
kesehatan jiwa pada remaja terutama pencegahan depresi dan juga pencegahan
upaya bunuh diri pada remaja.
Sebagaimana dijalaskan pada UU no. 18 tahun 2014 tentang kesehatan
jiwa, upaya kesehatan jiwa dilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah,
dan/atau masyarakat berupa upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Dalam penelitian widyarti (2008) menunjukkan bahwa self help group dapat
menjadi salah satu alternatif untuk mengatasi kesulitan keluarga dalam
mengakses pelayanan kesehatan yang memadai dimana self help group dapat
dilakukan di wilayah tinggal keluarga, tanpa biaya, dan mudah untuk diakses.
B. Hasil penelitian
Tabel 5.1: Distribusi Frekuensi Usia Caregiver pada Support Group Online
Usia n Persentase
<17 Tahun 1 2,9%
17-25 Tahun 25 73,5%
26-35 Tahun 5 14,7%
36-45 Tahun 1 2,9%
46-55 Tahun 2 5,9%
>55 Tahun 0 0%
Jumlah 34 100%
36
Tabel menunjukkan distribusi frekuensi usia caregiver. Dengan rata-rata. Usia
minimal kurang dari 17 tahun (1 orang), usia maksimal 46-55 tahun (2 orang). Usia
terbanyak adalah 17-25 tahun (73,5%) dengan jumlah frekuensi 25 orang.
Tabel 5.2: Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Caregiver pada Support Group
Online
Jenis Kelamin n Persentase
Laki-Laki 12 35,3%
Perempuan 22 64,7%
Jumlah 34 100%
Tabel menunjukkan jenis kelamin terbanyak adalah perempuan (64,7%) dengan
jumlah frekuensi 22 orang.
Tabel 5.3: Distribusi Frekuensi Skor Care Burden Scale pada Support Group Online
Hasil n Persentase
Tidak ada beban-Beban
Ringan
4 11,8%
Ringan-Sedang 12 35,3%
Sedang-Berat 17 50%
Berat 1 2,9%
Tabel menunjukkan gambaran beban caregiver yang telah mengikuti/menjadi
anggota support group online. Hasil menunjukkan caregiver mengalami beban Berat
sebesar 2,9% dengan frekuensi 1 orang, Beban Ringan-Sedang sebesar 35,3% dengan
37
frekuensi sebesar 12 orang dan Sedang-berat sebesar 50% dengan frekuensi 17 orang.
sementara caregiver yang menunjukkan Tidak ada beban-Beban Ringan sebesar 11,8%
dengan frekuensi 4 orang.
38
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden
Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi mental sejahtera yang memungkinkan hidup
harmonis dan produktif sebagian yang utuh dari kualitas hidup seseorang, dengan
memperhatikan semua segi kehidupan manusia dengan ciri menyadari sepenuhnya
kemampuan dirinya. Mampu menghadapi stress kehidupan dengan wajar, mampu
bekerja 2 dengan produktif dan memenuhi kebutuhan hidupnya, dapat berperan serta
dalam lingkungan hidup, menerima dengan baik apa yang da pada dirinya dan merasa
nyaman dengan orang lain (Prabowo, 2014). Menurut Videbeck (2008) menjelaskan
kesehatan jiwa suatu kondisi sehat emosional, psikososial, psikologis dan sosial yang
terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan,perilaku dan koping yang
efektif, konsep diri yang positif dan stabilan emosional. Gangguan jiwa sampai saat ini
masih menjadi permasalahan yang serius di dunia. World Health Organization (2013)
menegaskan jumlah klien gangguan jiwa di dunia mencapai 450 juta orang dan paling
tidak ada 1 dari 4 orang di dunia mengalami masalah gangguan jiwa. Di Indonesia
jumlah klien gangguan jiwa mencapai 1,7 juta yang artinya 1 sampai 2 orang dari
1.000 penduduk di Indonesia mengalami gangguan jiwa dan di Jawa Barat sendiri
klien gangguan jiwa mencapai 465.975 orang serta tiap tahunnya akan terus
meningkat (Riskesdas 2013).
Banyaknya kasus gangguan jiwa yang semakin lama semakin menumpuk akan
mengakibatkan permasalahan besar yang baru bagi pemerintah dan masyarakat.
Sehingga saat ini mulai diadakan gerakan-gerakan untuk meningkatkan kesadaran
39
akan pentingnya kesehatan jiwa bagi masyarakat, salah satunya adalah mendirikan
komunitas online. Orang yang berperan penting dalam menangani ODMK/ODGJ
adalah caregiver. Sehingga peneliti mengambil responden yaitu caregiver yang pernah
mengikuti atau menjadi anggota self-help group online. Alasan responden mengikuti
self-help group online adalah karena mudah diakses, memiliki banyak anggota dari
berbagai kalangan. Menurut pendiri Komunitas peduli skizofrenia Indonesia,
pendirian komunitas online dapat memudahkan siapa saja untuk mengakses informasi
mengenai kesehatan jiwa termasuk penanganan gawat darurat yang dapat dilakukan
oleh orang-orang yang bukan tenaga kesehatan.
B. Gambaran tingkat beban caregiver
Caregiver adalah individu yang secara umum merawat dan mendukung individu
lain dalam kehidupannya (Awad & Voruganti, 2008). Menurut Dewi, Elvira, &
Budiman (2013) caregiver adalah seseorang yang memberikan bantuan pada orang
yang mengalami ketidakmampuan dan memerlukan bantuan karena penyakit atau
keterbatasannya. Caregiver dibagi menjadi dua yaitu caregiver informal dan formal
(Dewi, Elvira, & Budiman, 2013).
Caregiver informal adalah seorang individu (anggota keluarga, teman, ataupun
tetangga) yang memberikan perawatan tanpa dibayar, paruh waktu atau sepanjang
waktu, tinggal bersama atau terpisah dengan orang yang dirawat, sedangkan caregiver
formal merupakan bagian dari sistem pelayanan, baik dibayar ataupun sukarela (Dewi,
Elvira, & Budiman, 2013). Anggota keluarga biasanya akan menjadi caregiver untuk
memberikan sebagian besar perawatan jangka panjang, di rumah sendiri (Kane, Robert
& Quellette, 2011). Seorang caregiver memiliki tugas untuk memberikan perawatan
ketika penderita tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri (Stuart, 2009). Selain itu,
seorang caregiver (pendamping) memerlukan pengetahuan, kemauan, pengabdian, dan
40
kesabaran. Penelitian Elvira pada tahun 2013 menyatakan sekitar 40-90% merupakan
caregiver informal yang merawat penderita Skizofrenia, dan sebagian besar sekitar
77% caregiver informal dari keluarga pasien, lebih dari dua pertiga (66%) adalah
orangtua atau orangtua angkat, 12% saudara kandungnya, 7% pasangannya dan 7%
anak-anak atau cucu dari penderita Skizofrenia (Dewi, Elvira, & Budiman, 2013).
Rentang usia yang terdapat pada responden adalah sebanyak 66,1% caregiver
berada di usia 17-25 tahun yang merupakan responden terbanyak dan 26-35 tahun
sebanyak 17,9%. Hal ini sejalan dengan penelitian Afriyeni (2016), mayoritas
caregiver di RSJ Prof. HB. Sa’anin Padang berada pada rentang usia 39-58 tahun,
yaitu sebesar 46 % (69 orang). Rentang usia ini merupakan usia produktif, dimana
individu bekerja dan memiliki hubungan sosial yang luas. Ketika mendapatkan tugas
tambahan yaitu merawat ODMK/ODGJ kegiatan-kegiatan produktif dan kebutuhan
sosial akan terganggu (Afriyeni, 2016).
Caregiver memiliki beban perawatan yang kompleks dan menantang. Beban
didefinisikan sebagai sejauh mana caregiver dapat merasakan keadaan emosionalnya
dan kesehatan fisik, kehidupan sosial dan status keuangan sebagai akibat dari merawat
ODMK/ODGJ (Jagannathan, Thirthalli, Hamza, Nagendra, & Gangadhar, 2014).
Beban pada caregiver (caregiver burden) merupakan masalah, kesulitan, atau efek
merugikan yang mempengaruhi kehidupan carer dari pasien psikatris, dalam hal ini
penderita psikotik seperti anggota keluarga (Thara dalam Oshodi dkk, 2012).
Banyaknya beban yang dihadapi caregiver dapat menyebabkan atau mempengaruhi
kondisi fisik, psikologis, sosial dan ekonomi. Selain dampak emosional, psikologis,
fisik dan ekonomi, beban perawatan seorang caregiver secara halus juga melibatkan
rasa malu, perasaan bersalah dan menyalahkan diri sendiri (Awad & Voruganti, 2008).
Hasil penelitian didapatkan bahwa caregiver yang mengalami beban berat sebesar
41
8,9%. Sementara beban ringan-sedang sebesar 33,9% dan sedang-berat menunjukkan
hasil 46,4% dan tidak ada beban-beban ringan 10,7%.
Hasil survei yang dilakukan oleh Otsuka Pharmaceutical America, Inc dan
Lundbeck di US bahwa caregiver telah mengalami beban emosional dan isolasi sosial
akibat dari merawat penderita Skizofrenia sebagai salah satu orang yang dicintai
(Whitefield & Duchene, 2014). Seperti yang diungkapkan oleh Advokat Kesehatan
Mental Randye Kaye dalam (Whitefield & Duchene, 2014) bahwa “Merawat orang
yang dicintai dengan Skizofrenia memiliki tantangan yang cukup besar karena stigma
yang terkait dengan penyakitnya”. Caregiver penderita Skizofrenia dapat menghadapi
beban pengasuhan yang berat dengan mengembangkan kemampuan. Kemampuan
seseorang untuk bertahan, bangkit, dan menyesuaikan dengan kondisi sulit disebut
dengan resiliensi (Wagnild, 2009).
Dukungan self-help group masih belum menjadi dukungan utama bagi caregiver
karena sebanyak 12 orang masih menunjukkan beban berat dan 21 orang
menunjukkan beban sedang-berat walaupun telah mengikuti atau minimal
menggunakan layanan komunitas self-help group kesehatan jiwa secara online
maupun mengikuti pertemuan secara langsung. Menurut hasil penelitian yang
dilakukan oleh Setyowati (2014) dengan metode kualitatif mengenai Dinamika
Psikologis Resiliensi Family caregiver Orang Dengan Skizofrenia (ODS)
menunjukkan bahwa dukungan sosial menjadi salah satu penyangga bagi individu saat
menghadapi berbagai kesulitan (Tampi, Kumaat, & Masi, 2013). Adanya dukungan
orang-orang sekitar menjadikan caregiver lebih kuat, sehingga mampu dalam
menjalani perannya (Gitasari & Savira, 2015).
42
C. Keterbatasan penelitian
1. Penelitian ini hanya menggambarkan tingkat beban caregiver yang berada di
komunitas self-help group online untuk melihat apakah masih terlihat beban
pada anggota self-help group.
2. Kegiatan setiap self-help group tidak seragam sehingga menciptakan perasaan
yang berbeda.
43
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, penelitian ini dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Pada data demografi menunjukkan Usia minimal kurang dari 17 tahun (1
orang), usia maksimal 46-55 tahun (2 orang). Usia terbanyak adalah 17-25
tahun (73,5%) dengan jumlah frekuensi 25 orang.
2. Data demografi menunjukkan jenis kelamin terbanyak adalah perempuan
(64,7%) dengan jumlah frekuensi 22 orang dan menyusul laki-laki sejumlah
12 orang (35,3%).
3. Pada penelitian ini caregiver mengalami beban Berat sebesar 2,9% dengan
frekuensi 1 orang, Beban Ringan-Sedang sebesar 35,3% dengan frekuensi
sebesar 12 orang dan Sedang-berat sebesar 50% dengan frekuensi 17 orang.
sementara caregiver yang menunjukkan Tidak ada beban-Beban Ringan
sebesar 11,8% dengan frekuensi 4 orang.
B. Saran
1. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk penelitian keperawatan jiwa
selanjutnya
2. Pada komunitas self-help group dapat mengembangkan lagi dan
memfokuskan untuk pengurangan tingkat beban caregiver.
44
45
DAFTAR PUSTAKA
Afriyenti, Neliya. 2016. Gtekanan dan beban yang dialami oleh keluarga sebagai
caregiver penderita psikotik di RSJ prof. H.b. sa’anin padang. Jurnal Ecopsy,
Volume 3, Nomor 3, Desember 2016 Universitas Andalas.
Akemat & Keliat, B. A, (2004), Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok,
Jakarta: EGC.
Allender,J.A. & Spradley, B. W. (2001). Community Health Nursing: Concept
and Practice, Fifth Edition. Philadelphia: Lippincot.
Annisa, Faida. 2015. Predicting Factors of Burden among Family Caregivers of
Patients with Schizophrenia in Surabaya, Indonesia. Chonburi: Burapha
University.
Arif, I. S. (2006). Skizofrenia: Memahami Dinamika Keluarga Pasien. Bandung:
Rafika Aditama.
Awad, A. G., & Voruganti, L. N. (2008). The Burden of Schizophrenia on
Caregivers. Journal of Pharmacoeconomics, 26(2), 149-162.
Buchanan. (2005). Mengenal Prilaku Abnormal. Yogyakarta : Kanisius.
Davison, G.C & Neale J.M. (2006). Psikologi Abnormal. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Depkes RI.2013.hasil riskesdas 2013. http://depkes.go.id diakses pada tanggal 20
oktober 2016
Dewi, Elvira, & Budiman. 2013. Kebutuhan penyandang hidup penderita
skizofrenia. J Indon Med Assoc, Volum: 63, Nomor: 3, Maret 2013
Djatmiko, P. 2004. National Conference of Schizophrenia. Penilaian terhadap
Beban perawatan pada Care-Giver penderita skizofrenia. Jakarta: Prosiding.
9-11 Oktober
46
Fitrikasari, A. dkk. 2012. Gambaran Beban Caregiver Penderita Skizofrenia di
Poliklinik Rawat Jalan RSJ Amino Gondohutomo Semarang.. Fakultas
Kedokteran Universitas Diponogoro/RSUP. Dr. Karida Semarang.Med Hosp;
vol 1 (2)
George, J.B (1995). Nursing Theories: The Base for Profesional Nursing
Practice. Fourth edition. Connecticut: Appleton & Lange.
Irmansyah I, Prasetyo YA, Minas H. International Journal of Mental Health
Systems 19 June 2009, 3:14.
Jacobs, M.K., & Goodman, G (1989). Psychology and self-help
groups:Predictions on a partnership. American Psychologist, 44, 536-545.
Jagannathan, Thirthalli, et al. 2014. Predictors family caregiver burden in
schizophrenia: study from an inpatent tertiary care hospital in india. Asian
Journal of psychiatry 94-98.
Kaplan, H.I., Sadock, B.J. & Grebb, J.A. (2010). Sinopsis Psikiatri: Ilmu
Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis, Jilid Satu. Tangerang: Binarupa
Aksara Publisher.
Kazadi N. J. B, dkk. (2008). Factors as Sociated With Relaps in Schizophrenia.
Jakarta: Rineka Cipta.
Keliat, B.A., & Gayatri, Dewi. 2009. Pengaruh Terapi Self-Help Group terhadap
Koping Keluarga dengan Anak Retardasi Mental. JKP, vol 2, no. 2, 2014.
Keliat, Budi Anna. 2004. Keperawatan Jiwa Terapi Aktifitas Kelompok. Jakarta,
EGC.
Keliat, Budi. Anna., 2008, Perawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Keliat, Budi. Et al. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa (Edisi 2). Jakarta:
EGC
47
Kessler, R. C., Mickelson, K. D., & Zhao, S. (1997). Patterns and correlates of
self-help group membership in the United States. Social Policy, 27(3), 27-46.
Kung, B. W. (2003). Chinese American caregiver of patient with schizophrenia,
Family Challenges. New York : Guildford.
Magura, Stephen., Knight, Edward.L., Vogel, Howard., Mahmood, Daneyal.,
Laudet,Alexandre.B., Rosenblum, Andrew. 2003. American Journal Drug
Alcohol Abuse; 29(2): 301-322
Maramis, W.F. (2004). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga
University Press.
Mubarak, wahid iqbal,SKM.2005. Pengantar Keperawatan Komunitas 1. Jakarta:
CV. Sagung Seto
Orem, DE. (2001). Nursing Concept of Pratical . St. Louis: The CV Mosby
Company.
Oshodi, Y.O, JD Adeyeni, O.F Aina, TF Suleiman, AR Erinfolami, C Umeh. (2012).
burden and psychological effects : Caregiver Experiences in a Psychiatric
Outpatient Unit in Lagos, Nigeria. African Journal of Psychiatry. 15, 99-105.
Patricia, Helena. 2015. Hubungan Beban dengan Kualitas Hidup pada Caregiver
Klien Skizofrenia Yang Berkunjung Ke Instalasi Rawat Jalan Rumah
Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru. Universitas Andalas.
Pinendedi, Nova, et all. 2016. Pengaruh Penerapan Asuhan Keperawatan Defisit
Perawatan Diri terhadap Kemandirian Personal Hygiene pada Pasien di
RSJ. Prof. V. L. Ratumbuysang Manado. Manado: Universitas Sam
Ratulangi.
Prihnata, Djuhani. 2013. Korelasi Social Support dengan Caregiver Burden pada
Istri Pasien Penyakit Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisis di
RSUD Dr Soetomo Surabaya. Universitas Airlangga.
48
Psychiatry. 10th 2. Wagner KD, Brent DA. Depressive Disorders and Suicide. In
: Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock’s Comprehensive Textbook of
Psychiatry.9 ed.
Purdani, Kartika. 2016. Hubungan discharge planning dalam pelaksanaan
promosi kesehatan Rumah Sakit (PKRS) Rsud Tugurejo Semarang dengan
beban caregiver insan pasca stroke di Semarang. 91 (2002-2016). Semarang:
Universitas Diponegoro.
Rahmat, Louw Anneke Endawati. 2009. Penentuan Validitas dan Reliabilitas
‘The Zarit Burden Interview’ untuk Menilai Beban Caregiver dalam
Merawat Usia Lanjut dengan Disabilitas. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
Rawlin, R.P. and Heacock, P.E.(1993). Clinical Manual of Psychiatic Nursing.
First Edition. ST. Louis. Mosby Year Book
Sales, E. (2003). Family burden and quality of life. Quality of Life Research,
12(Suppl. 1), S33-S41.
Sarafino, E.P. (2006). Health Psychology : Biopsychosocial Interactions. Fifth
Edition.USA : John Wiley & Sons.
Savundranayagam et all. A Dimensional Analysis of Caregiver Burden
Among Spouses and Adult Children. Journal The Gerontologist
Advance Access. 2010
Semiun, Yustinus, (2006), Kesehatan Mental 3, Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Spiegel D, et al. 1989. Psychological support for cancer patients.
16;2(8677):1447
Stuart, G. W., Laraia, M. T. (2001). Principles and practice of psychiatric
nursing. Philadelphia: Mosby
49
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung :
Alfabeta. 2009
Sukmarini, Natalingrum. 2009. Optimalisasi Peran Caregiver Dalam
Penatalaksanaan Skizofrenia. Bandung: Majalah Psikiatri XLII(I) : 58-61
Susanti, Herni. 2010. Defisit Perawatan Diri Pada Klien Skizofrenia: Aplikasi
Teori Keperawatan Orem. JKI Vol. 13, no. 2. 1410-4490.
Tantono, Siregar H., Siregar IMP, Hassan Z. 2006. Beban Caregiver Lanjut Usia
Suatu Survey Terhadap Caregiver Lanjut Usia Di Beberapa Tempat Sekitar
Kota Bandung. Bandung: Majalah Psikiatri XL(4): 32-33.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa
disertai Penjelasannya. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 185. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5571).
Viora, Eka. 2014. Remunerasi dan Peningkatan Kinerja Pegawai Di lingkungan
Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Republik Indonesia
buk.depkes.go/id/index.php.(diakses 16 November 2016).
Varcarolis, E.M., Carson, V.B. & Shoemaker, N.C., 2006, Foundations of
Psychiatric Mental Health Nursing, 5th Edition, Saunders Elsevier, USA.
Wagnild, Gail M. The Resilience Scale User's Guide: for the US English Version
of The Resilience Scale TM and The 14-Item Resilience Scale TM (RS-14
TM). Ed. Paul E. Guinn. Resilience center, 2009.
Whitefield, K., & Duchene, A. (2014). Caregivers of People with Schizophrenia
Need Support, Not Stigma. Otsuka America Pharmaceutical Press Release.
Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. cetakan kedua (edisi revisi). Bandung: PT
Refrika Aditama
Zarit, S. Assessment of Family Caregivers: A Research Perspective. InFamily
Caregiver Alliance (Eds.), Caregiver Assessment: Voices and Views
50
from the Field. Report from a National Consensus Development
Conference (Vol. II) (pp. 12 – 37). San Francisco: Family Caregiver
Alliance. 2006
51
LAMPIRAN
Kuesioner A: Data Demografi
Umur:
1. <17 tahun
2. 17-25 tahun
3. 26-35 tahun
4. 36-45 tahun
5. 46-55 tahun
6. >55 tahun
Jenis Kelamin: 1.Laki-laki 2.Perempuan
52
Kuesioner B: Caregiver Burden Scale
No. Pernyataan Selalu
(4)
Sering
(3)
Kadang-
kadang
(2)
Jarang
(1)
Tidak
Pernah
(0)
B.1
ODMK meminta bantuan
yang lebih dari pada yang
dia butuhkan.
B.2
Karena waktu yang anda
habiskan dengan ODMK,
anda tidak punya cukup
waktu untuk diri sendiri?
B.3
Apakah anda merasa
strees, memberikan
perawatan pada ODMK
dengan penurunan
fungsional? (Contoh: sulit
tidur, mudah tersinggung,
sulit mengambil
keputusan)
B.4
Apakah anda merasa
mengabaikan kebutuhan
anda ketika mengabdikan
diri untuk membantu
memenuhi kebutuhan
ODMK?
B.5
Apakah anda merasa
ODMK bergantung
kepada anda?
B.6
Apakah anda merasa
kelelahan ketika anda
pergi tidur di malam
hari?
53
No. Pernyataan Selalu
(4)
Sering
(3)
Kadang-
kadang
(2)
Jarang
(1)
Tidak
Pernah
(0)
B.7
Apakah anda merasa
khawatir tentang
bagaimana masa depan
ODMK?
B.8
Apakah anda merasa
tidak dapat menangani
semua tanggung jawab
perawatan bagi
ODMK akibat beban
kerja yang dirasa
begitu berat?
B.9
Apakah anda merasa
tegang saat berada di
sekitar ODMK?
B.10
Apakah anda merasa
adanya penurunan
tingkat kesehatan pada
diri anda akibat
memberikan
perawatan pada
ODMK?
B.11
Apakah anda merasa
bahwa anda tidak
memiliki kebebasan
pribadi seperti yang
anda inginkan karena
ODMK?
54
B.12
Apakah anda merasa
tidak nyaman bersama
teman anda karena
ODMK anda?
B.13
Apakah anda merasa
bahwa ODMK
mengharapkan anda
mengurus dia, seolah
olah hanya anda
tempat dia
bergantung?
B.14
Apakah anda merasa
tidak dapat mengurus
ODMK anda lagi
untuk waktu yang
lama?
B.15
Apakah anda merasa,
anda harus melakukan
sesuatu yang lebih
untuk ODMK anda?
B.16
Apakah anda merasa
tidak yakin mengenai
apa yang dilakukan
terkait ODMK anda?
55
No. Pernyataan
Selalu
(4)
Sering
(3)
Kadang-
kadang
(2)
Jarang
(1)
Tidak
Pernah
(0)
B.17
Apakah anda merasa
bosan karena
melakukan hal yang
sama setiap hari?
B.18
Apakah anda
berharap anda dapat
memberikan tugas
merawat ODMK
kepada seseorang?
B.19
Apakah anda merasa
tidak yakin mengenai
apa yang harus
dilakukan terhadap
ODMK?
B.20
Apakah anda merasa
dapat memberikan
hal yang lebih pada
ODMK
B.21
Apakah anda merasa
seharusnya dapat
melakukan tugas
yang lebih baik
dalam merawat
ODMK
56
B.22
Secara keseluruhan,
seberapa besar
perasaan terbebani
anda dalam merawat
ODMK
SCORING KEY: 0-20 = tidak ada/sedikit beban; 21-40 = beban ringan-sedang; 41-60 =
beban sedang-berat; 61-88= beban berat
Diadopsi berdasarkan Zetit SH, Reever KE, Bach-Peterson 1. Relatives of the impaired
elderly: correlates of feelings of burden. Gerontologist 1980;20:649-55
57
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 26 100.0
Excludeda 0 .0
Total 26 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total
Correlation
Squared Multiple
Correlation
Cronbach's Alpha if
Item Deleted
VAR00001 42.77 252.660 .333 . .911
VAR00002 43.00 242.476 .584 . .907
VAR00003 42.77 231.327 .783 . .902
VAR00004 42.64 234.338 .749 . .903
VAR00005 42.45 241.688 .577 . .907
VAR00006 42.95 236.331 .673 . .904
VAR00007 41.55 251.307 .429 . .910
VAR00008 42.64 220.814 .915 . .897
VAR00009 43.64 241.290 .604 . .906
VAR00010 43.41 242.063 .610 . .906
VAR00011 43.41 233.682 .799 . .902
VAR00012 43.73 240.398 .620 . .906
VAR00013 43.05 235.284 .630 . .905
VAR00014 43.55 244.165 .412 . .911
VAR00015 41.59 256.348 .281 . .912
VAR00016 42.82 246.442 .468 . .909
VAR00017 43.36 235.576 .638 . .905
VAR00018 43.36 241.290 .461 . .910
VAR00019 42.50 241.786 .538 . .907
VAR00020 41.91 266.563 -.075 . .919
VAR00021 42.18 267.680 -.105 . .920
VAR00022 42.86 232.504 .773 . .902
58
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.900 22
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total
Correlation
Cronbach's Alpha if
Item Deleted
C1 43.81 224.482 .504 .900
C2 44.00 214.240 .588 .894
C3 43.81 204.162 .759 .889
C4 43.69 209.342 .690 .891
C5 43.50 214.660 .551 .895
C6 43.85 207.975 .678 .891
C7 42.69 226.702 .443 .901
C8 43.65 197.515 .881 .885
C9 44.58 212.894 .590 .894
C10 44.35 213.835 .596 .894
C11 44.35 205.995 .771 .889
C12 44.73 211.405 .596 .894
C13 44.00 206.800 .644 .892
C14 44.50 215.460 .420 .898
C15 42.73 230.605 .422 .903
C16 43.81 218.722 .458 .897
C17 44.38 208.166 .578 .894
C18 44.31 213.422 .461 .897
C19 43.54 214.178 .532 .895
C20 42.96 236.118 .470 .907
C21 43.27 239.085 .458 .910
C22 43.88 206.426 .774 .889
59
Statistics
Jenis_kelamin
N Valid 34
Missing 0
Jenis_kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Laki-Laki 12 35.3 35.3 35.3
Perempuan 22 64.7 64.7 100.0
Total 34 100.0 100.0
Statistics
Usia
N Valid 34
Missing 0
Usia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid <17 Tahun 1 2.9 2.9 2.9
17-25 Tahun 25 73.5 73.5 76.5
26-35 Tahun 5 14.7 14.7 91.2
36-45 Tahun 1 2.9 2.9 94.1
46-55 Tahun 2 5.9 5.9 100.0
Total 34 100.0 100.0
60
Statistics
kat_skor
N Valid 34
Missing 0
kat_skor
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak ada beban-ringan 4 11.8 11.8 11.8
beban ringan-sedang 12 35.3 35.3 47.1
beban sedang-berat 17 50.0 50.0 97.1
beban berat 1 2.9 2.9 100.0
Total 34 100.0 100.0
top related