Transcript
LOGOSosiologi Pembangunan
BAB VI
Hasil Kajian Teori Dependensi
Klasik
Penyaji Kelompok 5
ᴥ Abdurahman Mujahid
ᴥ Djanatul Yoga
ᴥ Gloria Aryani
ᴥ Yohana Feberia
ISI MATERI
Kolonialisme di India
Tumbuhnya Imperialisme di Asia Timur
Ketergantungan dan Keterbelakangan di Indonesia
Tenaga Teori Dependensi Klasik
Kritik terhadap Teori Dependensi Klasik
Baran meneliti kolonialisme yang terjadi di India yang
dilakukan oleh Inggris Raya. Pada abad ke-18 adalah masa
masa kejayaan negara India karena produksi perdagangan
dan industri pakainnya.
Melihat hal ini Inggris merasa tersaingi karena pada saat itu
Inggris juga mulai mengembangkan industri pedesaannya.
Kebijakan deindustrialisasi dirasa sangat tepat dan sesuai
dengan rencana Inggris.
Inggris menekankan pelaksanaan kebijaksanaan untuk
menjadikan industri India sepenuhnya mengabdi untuk
kepentingan Inggris Raya, dan mendesak India menanam
dan menyediakan bahan mentah yang diperlukan oleh
Inggris.
Kebijaksanaan ini dilaksanakan dengan berbagai cara:
Diperintahkan agar pengrajin India bekerja di pabrik-pabrik yang
dimiliki oleh Inggris
Perdagangan lokal diatur dengan ketat, dan di saat yang sama
diberlakukan aturan tarif impor ekspor barang, kecuali untuk sutera
India dan barang katun dari Inggris.
Seletelah Inggris berhasil menguasai India, pemerintah lokal
mulai melakukan rekayasa sosial untuk membuat masyarakat
di negara jajahan tersebut seperti secara sukarela membantu
usaha pencapaian kepentingannya.
Lebih daripada itu Inggris juga berencana untuk membuat
pendidikan India berada dalam kebiadaban dan kegelapan.
Menurut Baran hal ini dilakukan agar pemerintah kolonial
Inggris mengorganisir dan mengendalikan sistem pendidikan
India, dengan tujuan untuk tidak berkembangnya budaya
ilmiah dan sikap industrialis di kalangan mereka.
“Pemerintahan kolonial tidak dan tidak akan pernah
dibentuk dengan tujuan untuk membangun ekonomi
negara pinggiran”
Baran berpendapat bahwa hampir semua masalah
pokok yang timbul sekarang ini muncul dan tumbuh
pada masa pemerintahan kolonial Inggris dan
sebagai akibat langsung dari kebijaksanaan yang
diterapkannya.
Kolonialisme dikatakan sebagai faktor penjelas
utama dari lahirnya kelatarbelakangan India, maka
munculnya imperialisme baru disebut juga sebagai
keadaan yang sedang berlangsung di wilayah Asia
Timur.
Beberapa dampak dan tujuan negatif dari
kolonialisme di India tersebut adalah:Mengeksploitasi hasil kekayaan alam India
Menghilangkan India sebagai saingan kokohnya di bidang
tekstil
Menjadikan industri India sepenuhnya mengabdi utntuk
kepentingan Inggris Raya
Menghancurkan sektor agraria
Mengikat petani untuk tetap miskin dan terikat utang
Membuat India tetap mengabdi kepada kepentingan kolonial
Landsberg: Tumbuhnya Imperialisme di Asia Timur
Dalam mengamati pelaksanaan dan hasil
kebijaksanaan indusrialisasi dengan orientasi ekspor
(IOE) di Korea, Taiwan, Singapura, dan Hongkong,
Landsberg mengajukan pertanyaan tunggal yakni
apakah negara-negara ini akan atau harus dijadikan
model pembangunan negara Dunia Ketiga.
Namun, setelah menguji konteks sejarah,
karakteristik, munculnya, dan akibat dari gelombang
industrialisasi di Asia Timur ini, Landsberg
menyimpulkan, IOE merupakan salah satu bentuk
baru imperialiasi, yang nantinya negara Dunia Ketiga
hanya akan menjadi Negara industri yang tergantung
bukan Negara industri yang mandiri.
Pertama, karena lemahnya dasar-dasar pengembangan industri, negara Dunia Ketiga
menggunakan devisa besar untuk mengimpor barang konsumsi.
Kedua, karena membutuhkan devisa, Dunia Ketiga terpaksa mengandalkan
pengumpulan dana melalui ekspor produk primer (gula,the,kopi,dll) yang mudah
terpengaruh terhadap fluktuasi pasar internasional
Ketiga, kurangnya kemampuan negara-negara Dunia Ketiga untuk mengumpulkan
devisa sehingga akan terjebak dalam lilitan utang luar negeri dan
mempermudah terjadi dominasi asing.
Konteks Sejarah
Bagi Landsberg, dominasi asing di negara-negara Dunia Ketiga tidak begitu
saja berakhir setelah Perang Dunia II. Masih banyak faktor yang berkaitan dan
berantai yang menyebabkan pembangunan negara Dunia Ketiga tetap
memperihatinkan.
Karena faktor diatas, strategi industrialisasi substitusi impor
(ISI) dirumuskan dengan harapan dapat membantu negara
Dunia Ketiga lepas dari ketergantungan pada ekspor produk
primer. Namun demikian, logika imperialisme tetap
menghalangi keberhasilan pelaksanaan strategi ISI.
Pertama, negara Dunia Ketiga masih dalam keadaan miskin,
pasar domestik tidak tersedia dan lambat berkembang.
Karenanya produk hasil industri hanya disebarkan di pasar
pasar perkotaan saja.
Kedua, borjuis domestik tidak mempunyai cukup modal dan
tekhnologi untuk memulai industri yang sudah dicanangkan.
Akibatnya negara tergantung akan modal asing dan lahir
industri yang bergantung pada dominasi asing, dan
derasnya arus modal asing yang masuk ke negara Dunia
Ketiga.
Ketiga, walaupun mengurangi atau bahkan
menghilangkan ketergantungan impor barang konsumsi
tetapi strategi ISI mempercepat laju impor modal asing
dan tekhnologi. Arus yang masuk ke dalam negeri ini
diikuti arus keluar berupa laba yang dikeruk oleh
perusahaan transnasional dari negara modal asing dan
tekhnologi maju tersebut berasal. Akibatnya terjadi
ketimpangan neraca perdagangan dan berlanjut dengan
beban deficit yang selalu bertambah besar.
Karakteristik IEO: Siapa mengekspor kepada siapa
Landsberg menjawab pertanyaan diatas dengan
menyebutkan, hanya sedikit negara Dunia Ketiga yang
mampu menghasilkan sebagian besar barang-barang
hasil industri yang diekspor ke negara maju. Dari negar
pengekspor ini landsberg membagi dalam dua kategori
yaitu negara A dan kategori negara B.
Negara A adalah yang mempunyai sumber daya alam yang sangat besar, dan
sebelumnya telah mempunyai dasar-dasar, sekaligus memeiliki pasar potensial
dalam negeri yang besar dan memiliki prasarana yang relative cukup kuat untuk
mengembangkan industri.
Negara B adalah mempunyai spesialisasi yang terbalik dari negara kategoi A, mereka
hanya memiliki pasar potensial yang kecil bahkan bisa dibilang hampir tidak ada
sumber daya alam, dan tahun 1960-an secara relatif mereka tidak
memiliki prasarana dasar yang cukup.
Lahirnya IOE
Landsberg menyebutkan berbagai alasan mengapa kebijaksanaan
subkontrak internasional tumbuh.
Pertama, adanya perluasan pasar, dalam pengertian wilayah daya beli
,barang barang konsumsi di Negara maju. Sehingga perusahaan
transnasional bersaing untuk merebut pangsa pasar baru ini.
Kedua, adanya peningkatan biaya produksi di Negara maju.
Ketiga, penemuan penemuan yang mengagumkan dalam bidang teknologi
komunikasi dan transportasi memfasilitasi pertumbuhan usaha
subkontrak internasional. Landsberg menunjukkan bahwa “dengan
peningkatan pelayanan pengiriman udara, pengiriman peti kemas, dan
telekomunikasi, perusahaan transnasional dapat memindahkan
keseluruhan atau sebagian komponen barang yang dihasilkannya dengan
lebih cepat, murah, dan aman.”
Keempat, usaha subkonrtak internasional ternyata mampu menghasilkan
laba yang sangat tinggi.
Secara ringkas, Landsberg menyimpulkan bahwa
sekalipun IOE “membantu tumbuhnya industri dan
tersedianya lapangan kerja di Dunia Ketiga, strategi IOE
tidak akan mampu menumbuhkan tejadinya akumulasi
modal dan pembangunan ekonomi yang mandiri dan
tangguh. semakin parahnya persoalan stagnasi yang
sedang melanda Negara sentral dari tatanan ekonomi
kapitalis ini, akan menghambat keberhasilan strategi
pembangunan yang berorientasi pada pasar ekstern,
dan pada gilirannya nanti akan meyebabkan
kemiskinan dan penderitaan yang lebih pada para
pekerja dan petani di Negara dunia ketiga.”
Sritua Arief dan Adi Sasono: Ketergantungan
dan Keterbelakangan di Indonesia
Karya Sritua Arief dan Adi Sasono dapat dikatakan sebagai karya
generasi awal, kalau bukan pertama, di Indonesia yang secara jelas
menggunakan teori dependensi untuk menjelaskan persoalan
pembangunan politik-ekonomi Indonesia.
Hampir seluruh proses kajian ini, sejak dari pertanyaan penelitian
yang dirumuskan, hipotesis yang diajukan, sampai pada
kesimpulan yang disodorkan, tidak jauh berbeda dengan penelitian
yang biasanya ditawarkan oleh teori dependensi klasik. Kajian ini
dimulai dengan menguji kembali warisan kolonial Belanda yang
ditinggalkan.
Setelah mengutip hasil penelitian yang menyebutkan tentang
pendapatan ekspor pemerintah kolonial Belanda yang diperoleh
dari operasi tanam paksa, lebih lanjut mereka menyimpulkan,
bahwa selama masa tersebut telah terjadi pengalihan surplus
ekonomi dari Indonesia ke Belanda dalah jumlah yang amat besar.
Lebih dari itu, Arief dan Sasono secara tegas menunjuk
betapa besarnya peranan pemerintah lokal dalam
membantu “keberhasilan” sistem tanam paksa.”Dalam
proses eksploitasi ini telah terjalin aliansi antara
pemerintah kolonial Belanda di Indonesia ... dan pihak-
pihak penguasa feodal di Indonesia...”
Untuk mengamati pembangunan ekonomi Indonesia
pada masa pemerintahan Orde Baru, Arief dan Sasono
menggunakan lima tolak ukur, yakni sifat pertumbuhan
ekonomi, penyerapan tenaga kerja, proses
industrialisasi, pembiayaan pembangunan, dan
persediaan bahan makanan.
Mereka melihat bahwa pertumbuhan ekonomi yang telah dicapai Indonesia telah
dibarengi dengan semakin lebarnya jurang pemisa antara si kaya dan si miskin. Pada
periode tahun 1970-76, Arief dan Sasono berpendapat bahwa “golongan miskin
ternyata bertambah miskin,” dan oleh karena itu tidak berlebihan jika dikatakan
misalnya, bahwa mereka “tidak menikmati pertumbuhan ekonomi” yang selama ini
telah dinyatakan cukup memadai.
#1:
Pertumbuhan Ekonomi
Sritua Arief dan Adi Sasono: Ketergantungan
dan Keterbelakangan di Indonesia
#2: Penyerapan
Tenaga Kerja
Indonesia memiliki tingkat pengangguran
yang tinggi dan dengan percepatan yang
tinggi pula.
Ini terjadi karena industri yang
dikembangkan dengan semangat
teknologi padat modal ternyata “tidak
banyak menyerap tenaga.”
#3: Proses
Industrialisasi
Arief dan Sasono melihat bahwa proses
industrialisasi yang terjadi di Indonesia adalah
proses industrialisasi yang oleh Amin disebut
sebagai industri ekstraversi. Industri substitusi
imporyag dikembangkan memiliki sifat
ketergantungan modal dan teknologi asing yang
tinggi.
Sritua Arief dan Adi Sasono: Ketergantungan
dan Keterbelakangan di Indonesia
#4: Pembiayaan
Pembangunan
Karena sifat pertumbuhan ekonomi yang dimiliki
dan karena model industrialisasi yang dipilih,
Indonesia, mau tidak mau, hanya memiliki satu
pilihan, yakni kebutuhan untuk selalu
memperoleh modal asing. Jika situasi ini
berlanjut, maka tidak berlebihan, jika kemudian
Indonesia, dalam waktu yang tidak terlalu lama
lagi, akan mengalami apa yang disebut dengan
ketergantungan keuangan.
#5: Ketersediaan
Bahan Makanan
Sekalipun telah sejak lama disadari betapa
pentingnya, secara ekonomis maupun politis,
memiliki kemampuan swasembada pangan,
khususnya beras, sampai dengan akhir tahun
1970-an Indonesia belum mampu mencapainya
(dan kemudian baru pada pertengahan kedua
tahun 1980-an, atau tepatnya pada tahun 1985,
untuk pertama kali sejak kemerdekaannya,
Indonesia mencapai swasembada beras).
Secara ringkas, setelah memperhatikan kelima tolak
ukur yang digunakan (dengan perkecualian tolak ukur kelima),
Arief dan Sasono menyimpulkan bahwa situasi
ketergantungan dan keterbelakangan sebagian besar telah
atau sedang meewujud di Indonesia. Tesis teori depedensi,
“sebagian besar telah terbukti dapat menerangkan dan
menganalisis proses ekonomi Indonesia, sebagai negara
bekas jajahan, dan sebagai suatu negara yang mengandung
banyak unsur yang tidak egalitarian...”
Tenaga Teori Dependensi Klasik & Kritik terhadap Teori Dependensi
Klasik
Dalam kajian yang membahas tentang kekuatan teori dependensi
dalam mengarahkan pola pikir peneliti, para perencana
kebijaksanaan, dan pengambil keputusan untuk mengikuti tesis-
tesis yang diajukan yang telah dibahas dalam ketiga hasil kajian
yakni tentang kolonialisme di India, imperialisme baru di Asia
Timur, dan ketergantungan dan keterbelakangan di Indonesia
dalam persoalan pembangunan Dunia Ketiga.
Ketergantungan dan Faktor Luar
Dilihat dari hasil kajian tentang kolonialisme di India, Baran
menjelaskan Inggris yang menjadikan India menjadi Negara
terbelakang dengan merampok kekayaan, deindustrialisasi, dan
penghapusan budaya lokal. Kesimpulan hasil dari Landsberg
menegaskan bahwa perusahaan transnasional mampu
menguasai dan mengendalikan perencanaan produk
sampai pemasarannya.
Ketergantungan Ekonomi
Dimensi ekonomi kolonialisme seperti program deindustrialisasi,
ekspor produk pertanian, pemindahan surplus ekonomi lebih
dilihat sebagai faktor munculnya pelapisan sosial di India. Di Asia
Timur, Landsberg penyebab munculnya industrialisasi yakni
tingginya upah buruh di Negara maju disbanding di Negara sendiri,
inovasi teknologi transportasi dan komunikasi.
Ketergantungan dan Pembangunan
Hasil kajian ini, Baran menyimpulkan tentang ketergantungan yang
terjadi di India mengganggu pembangunan setelah memperoleh
kemerdekaan. Landsberg menyebutkan, IOE tidak akan mampu
menumbuhkan pembangunan yang berkelanjutan dan mandiri.
Sejak tahun 1970-an, teori dependensi klasik telah demikian
banyak menerima kritik. Pada dasarnya kritik yang mereka ajukan
mendasarkan diri pada ketidakpuasan mereka terhadap metode
kajian, konsep, dan sekaligus implikasi kebijaksanaan yang selama
ini dimiliki oleh teori dependensi klasik.
Metode Pengkajian
Teori dependensi banyak menuai kritikan terutama dari teori
modernisasi. Dalam kritikannya teori dependensi dianggap hanya
merupakan alat propaganda politik dari ideologi revolusioner
Marxisme, sehingga dianggap bukan sebagai karya ilmiah namun
pamphlet politik. Teori modernisasi mengatakan, bahwa teori
dependensi mengesampingkan kajian ilmiah dan beralih ke
persoalan-persoalan yang bersifat retorika.
Kategori Teoritis
Teori dependensi menyatakan, bahwa situasi ketergantungan yang
terjadi di Dunia Ketiga lahir sebagai akibat desakan faktor
eksternal. Para penganut neo-Marxisme banyak melakukan kritik
terhadap teori dependensi karena sangat berlebihan menekankan
pentingnya pengaruh faktor eksternal dan melupakan dinamika
sosial.
Implikasi Kebijaksanaan
Dalam hal ini, pemberi kritik berdiri pada posisi sebaliknya. Mereka
mengatakan, bahwa ketergantungan tidak selalu mengalami
keterbelakangan. Disamping itu, pemberi kritik mengajukan
rumusan kebijaksanaan yang diajukan teori dependensi klasik
tidak jelas karena menghilangkan imperialism bisa saja
mendatangkan kesejahteraan nasional, demikian pula
revolusi sosialis belum tentu memenuhi janji.
TERIMA KASIH
top related