Buku “ Hadist- Hadist Palsu Seputar Ramadhan”
Post on 29-Nov-2015
93 Views
Preview:
DESCRIPTION
Transcript
Buku “ Hadist- Hadist Palsu Seputar Ramadhan”
Celaan Terhadap Ulama Hadist
, Al-Albani
Buku yang satu., ini buah pena Prof. KH. Ali Mustafa Yaqub
MA, yang oleh sementara kalangan dianggap sebagai ahli hadits Indonesia.
Pembaca mungkin menduga kalau buku tersebut hanya memuat
penjelasan seputar hadits-hadits palsu yang berkaitan dengan bulan Ramadhan.
Ternyata tidak, penulis menyisipkan satu bab terakhir “Mengkritisi Pemikiran Hadits al-Albani”.
Mungkin saja bab ini merupakan kritikan terhadap ketergelinciran
Syaikh aL-Albani sesuai kaidah-kaidah ilmiah sebagai wujud nasehat disertai
adab, sebab tidak ada orang yang mashum selain Nabi.
Syaikh al-Albàni sendiri tidak pernah mengakui bahwa
dirinya ma’shum dari kesalahan (2).
Ditambah lagi judul kitabnya memberikan kesan suatu
pembahasan ilmiah, bukan pembahasan khusus bersifat bantahan terhadap Syaikh
al-Albani. Ternyata tidak demikian, bab tersebut sarat dengan celaan,
kebohongan, dan tuduhan palsu terhadap al-Albani seperti: al-Albani menentang ijma’ ulama, mernbodoh-bodohkan para
ulama salaf, mencela kitab shahih Bukhani dan Muslim, serta tuduhan-tuduhan
bath lainnya!
Ulasan benikut bukanlah bentuk fanatisme kepada Syaikh
al-Albani ataupun kultus. Sama sekali bukan, karena kami meyakini, agama kita
dibangun di atas dalil, bukan orang. Tetapi tujuan ulasan ini tak lain
merupakan pembelaan kepada seorang ulama yang terzhalirni, sekaligus bantahan
terhadap gelombang yang ingin meruntuhkan dakwah salafiyah melalui celaan dan
hujatan terhadap para ulamanya.
Kami hanya.mengangkat beberapa masalah karena keterbatasan.
1. Profesor Tidak Selektif Mengambil Ucapan Orang, yang Pentingg Mengkritik
al-Albani.
Pada hal.125, bapak profesor mengatakan, “Al-Albani
akhirnya benar-benar memetik apa yang ía harapkan. Ia digebuk ramai-ramai oleh
para ulama, dan Syiria, Libanon, Saudi Arabia, Maroko, India, dan lain-lain.
Maka menurut catatan kami, sekurang-kurangnya
Ada 17 buah buku yang membantah Al-Albaniseputar fatwa dan
pendapat-pendapatnya.Pada hal.137-139 Prof. Menyebutkan nama-nama tersebut.
Jawaban : Apakah bapak
Profesor telah memeriksa kredibilitas dan kapasitas keilmuan par-a penulisnya menurut
pandangan par-a ulama terkemuka? Ataukah bapak sudah tahu dan setuju dengan isinya karena mendukung
hasrat anda? Sebenarnya buku-buku tersebut telah dijawab oleh Syaikh al-Albani
sendiri, para murid dan simpatisannya dengan argumenargumen yang sangat kuat.
Untuk mengetahui jati din ‘para ulama’ tersebut berikut ulasannya secara
ringkas.
I. Abdullab al-Harari alHabsyi
Dia berasal dan Habasyah (Ethiopia) yang sekarang menetap
di Libanon. Lajnah Da’imah Saudi Arabia 12/3O8323(3l telah mempelajari sepak
terjang, pemikiran, dan penyimpangannya secara detail. Ringkasnya sebagai
berikut: “Dia orang jelek, tokoh kebid’ahan dan kesesatan. Di antara
kesesatannya, dia dan pengikutnya berfaham irja’, membolehkan isti ‘anah, isti
adzah dan istighatsah kepada orang-orang yang telah mati, AlQur’an hakekatnya
bukanlab KaLamullah, wajibnya mentakwiL daliL-dalil tentang sifat-sifat ALloh
yang terdapat dalam Al-Qur’an maupun hadits, menghina sebagian sahabat Nabi
seperti menegaskan Muawiyah adalah fasik, meLecehkan para ulama bahkan
mengkafirkan mereka seperti Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan Syaikh Muhammad
bin Abdil Wahhab.
Adapun kitab bantahannya terhadap al-Albani Rohimuhullah
yang
berjudul At-Ta’aqqub Al-Hatsits ‘ala Man Tha ‘ana Jima
Shahha min al-Hadits sudah dijawab
secara tuntas oLeh Syaikh aL-Albani sendiri datam Majalah
AtTamaddun
al-Islami kemudian dibukukan secara khusus dengan
judulAr-Raddu ‘ala at-Ta’aqqub al-Hatsits.(4).
2. Hasan as-Saqqaf
Orang ini tidak jauh beda dengan sebelumnya. Lihat kembati
Edisi 1O/Th.IV. Sebagai tambahan, dia sering melecehkankan hadits Nabi
Shallallahu alaihi wa sallam seperti ucapannya pada haL 188, tentang hadits
budak perempuan riwayat MusLim 537, “Itu lafazh yang keji!” Pada haL 188, “Kita
menegaskan bahwa Nabi Shallallahu alaihi wa sallam tidak mengucapkan: ‘Di mana
Allah?”, memuji para tokoh ahLi bid’ah, Lebih-lebih gurunyà yang bernama
Muhammad Zahid aL-Kautsari, panglima Jahmiyah pada zaman sekarang, sering
metakukan kedustaan, tadlis (penipuan), dan talbis (kerancuan).
Adapun kitab bantahannya terhadap al-Albani Rohimuhullah
yang berjudul Tanaqudhat al-Albani telah dikomentari oleh Syaikh al-Albani
Rohimuhullah secara ringkas, “Kitab tersebut sarat dengan tuduhan tuduhan keji
dan kebohongan sebagaimana adat kebiasaannya.” (Lihat SitsiLah Ahadits
ash-Shahihah 1/17).
Kitab tersebut juga telah dibantah oleh Syaikh Ali bin
Hasan al-Halabi dalam kitabnya Al-Anwar al-Kasyifah Ii Tanaqudhat atKhassaf
az-Zaifah dan Syaikh Khalid al-Anbari, salah seorang murid al-Albani, datam
risalahnya If tira’aat as-Saqqaf al-Atsim ‘ala al-Albani Syaikh Muhadditsin.
(Tuduhan-Tuduhan as-Saqqaf, Si Pendosa, Terhadap al-Albani, Syaikh AhLi
Hadits).
3. Abdullah al-Ghumari
Dia tokoh tarekat, sufi tuten,
banyak Lakukan bid’ah, benci kepada ulama saLaf seperti Ibnu Taimiyah, lbnul
Qayyim, Muhammad bin Abdil Wahhab, dan lain-lainnya. Dia menulis buku berjudulAl-Qaulul
Muqni’fi arRaddi ‘ala al-Albani al-Mubtadi’ (Bantahan memuaskan terhadap
Al-Albani, si pembuat bid’ah). Dia juga banyak melontarkan tuduhan tuduhan keji
terhadap Syaikh al-Albani. Buku mi tetah dikomentari Syaikh aL-ALbani
Rohimuhullah dalam Silsilah adh-Dhaifah 3/8-9.
Banyak ulama yang membongkar kedok aL-Ghumari mi, di
antaranya:
a. Syaikh AI-Allamah Hammad Anshari, ahli hadits Madinah,
beliau menulis kitab bantahan terhadap aL-Ghumari berjuduL Tuhfatul Qarii fi
ar-Raddi ‘ala al-Ghumari.
b. Syaikh Ali bin Hasan al-Halabi dalam risalah Kasyfu
al-Mutawari minTalbisaat al-Ghumari.
c. Syaikh Abu Ishaq aL-Huwaini datam kitabnya Az-Zandu al-
Wari fi ar-Raddi ‘ala al-Ghumari
4. Habibur Rahman aI-A’zhami
Dia disifati oLeh Syaikh aLAlbani Rohimuhullah
sebagai “satah satu musuh sunnah, ahli hadits, dan ahli tauhid yang terkenal,
fanatik buta kepada madzhab Hanafi”(5)’ .
Syaikh Dr. Abdur Rahman arRiryawaai juga berkomentar
tentangnya, “Syaikh Habibur Rahman aL-Azhami, salah seorang tokoh madzhab
Hanafiyah yang cukup populer pada zaman mi. - - Dia sangat fanatik dan ekstrim
terhadap madzhab Hanafi
sebagaimana narnpak nyata dalam tuLisan-tulisannya
berbahasa Urdu seputar masalah-masaLah fiqih dan perdebatannya bersama para
uLama ahli hadits. .“‘ Orang ini membaptah al-Albani dengan menulis kitab
“Al-Albani, Syudzudzuhu wa Akhta’uhu (Keganjilan dan kesalahan kesatahan
aL-Albani) dengan nama samaran Arsyad Salafi dan teLah dibantah aL-Albani daLam muqadimah Adab Zifaf
haL.8.
Para ulama tainnya juga membantah kitab tersebut, di
antaranya:
a. Syaikh Salim al-HilaLi dan Syaikh All Hasan al-HaLabi
daLam kitab Ar-Raddu al-Ilmi ‘ala Habi bin Rahman al-A ‘zhami dan telah
tercetak dua juz (aslinya tiga juz— pen) (7) Daiam muqaddimahnya haL.6,
kedua syaikh mensifati kitab ini “penuh dengan maki makian, pembodohan,
pelecehan, cercaan, dan celaan”.
b. Syaikh Abu lshaq aL-Huwaini datam muqaddimah risalahnya
Nahyu Shuhbah ‘an Nuzul bi Rukbah hal.9-12.
c. Syaikh Shalah MaqbuL Ahmad dalam Zawabi’ fi Wajhi Sunnah
haL.345- 354.
d. Syaikh Dr. Ashim at-Qaryuthi dalam makalahnya yang
dimuat dalam Majalah Salafiyyah jilid 16 edisi 10 dan 11 DzuL Qa’dah 1404 H dan
Rabi’ul Awwa[ 1405 hal.52- 74.
5. Abdul Fattah Abu Ghuddah.
Dia beraqidah sufi, sangat benci kepada dakwah salafiyah
dan para ulamanya, fanatik buta terhadap madzhab Hanafi, pengagum berat
Muhammad Zahid at-Kautsari, pendekar Jahmiyah masa kini. Kedoknya teLah
dibongkar oLeh Syaikh aL-Albani.
dalam Muqaddimah Syarh Aqidah Thahawiyyah dan Kasyfu Niqab
Ammo fi Kalimaat Abu Ghuddah minal Abathil wal Ifthi ra’at
(menyingkap tabir kebatiLan dan kebohongan Abu Ghuddah).
Para ulama Lain nya yang menyingkap penyimpangannya adalah:
a. AL-Allamah Muhammad Bahjah at-Baithar.
b. AL-Ustadz Muhammad Fahri dalam At-Tashawwuf bainal Haq
wal Khalq hat.220.
c. Syaikh Abdul Aziz ar-Rubayyi’an dalam
As-Saifash-ShaqiIal-Abqary ‘ala Abhathil Tilmidz al-Kautsari.
d. AL-Ustadz Zuhair as-Syawisy datam At-Taudzih.
e. Abduttah bin Shatih at-Madani datam kata pengantar kitab
AlMuqabalah bainal Huda wa Dhalal o[eh Syaikh AL-AlLamah Abdur
Razzaq Hamzah (8)
B. Membodoh-bodohkan
al-Albani
Pada ha[.135: “Ungkapan ini konkritnya adalah: al-Albani
adaLah seorang yang bodoh.”
HaL.133: “Maka tidak heran apabiLa ahli hadits dari Maroko,
SyaikhAbdullah aL-Ghumari, menyatakan bahwa al-Albani tidak dapat dipertanggung
jawabkan dalam menetapkan nilai hadits, baik shahih atau dha’if. Tidak
mengherankan pula apabila Syaikh Muhammad Yasin aL-Fadani, uLama Saudi Arabia
keturunan Sumatera Barat mengatakan: ‘AL-Albani adaLah orang sesat dan
menyesatkan.”
Jawaban: Dunia
mendustakan tuduhan profesor hadits ini. Imam Nawawi berkata dalam Irsyad
alHaqa’iq (1/498), “Ilmu hadits merupakan ilmu yang sangat mulia, sesuai dengan
adab dan akhlak mulia.Dia Termasuk ilmu akherat, bukan iLmu dunia. Barangsiapa
yang diharamkan mendapatkan ilmu tersebut, berarti dia diharamkan meraih
kebaikan yang banyak dan barangsiapa yang diberi karunia memperolehnya, berarti
dia mendapatkan keutamaan yang melimpah.”
Maka sudah selayaknya profesor mengaca diri lalu mawas diri
dan bertanya dalam hati, “Apakah saya telah memetik buah pelajaran ilmu
hadits?!’ Seperti inikah adab pelajar hadits terhadap sosok seorang uLama yang
menghabiskan umurnya untuk meneliti dan membeta hadits Nabi?l . Bukankah
profesor sendiri sering mengakui: “Kami hanya seorang santri pinggiran yang
baru betajar itmu hadits kemarin sore, tentu kami beLum banyak memahami
kitab-kitab hadits. “(9)
Lantäs pantaskah bagi santri pinggiran yang baru
belajar iLmu hadits kemarin sore dan belum banyak memahami kitab-kitab hadits
untuk metontarkan kata kata “bodoh” terhadap seorang uLama yang menghabiskan
umurnya selama enam puLuh tahun Lebih dalam peneLitian dan pembelaan hadits
Nabi Shallallahu alaihi wa sallam,?!!
Anehnya, dalam buku profesor terpampang namanya “Pengasuh
Pesantren Luhur Ilmu Hadits Darus Sunnah”, “Guru Besar Ilmu Hadits Institut
Ilmu AL-Qur’an (IIQJ
Jakarta”.
Para ulama bersepakat memuji al-ALbani dan mengakui
keungguLannya daLam ilmu hadits. Kami sebutkan sebagian saja. BeLiau memperoLeh
Piagam Penghargaan Hadiah Raja FaishaL pada tahun 1419 H/1999 M, sebagai
penghargaan atas segaLa kesungguhan dan jenh payah beLiau yang sangat
bernilai.dalam berkhidmah kepada hadits hadits Nabi Shallallahu alaihi wa
sallam dalam bentuk pentakhrijan, penelitian, dan pendalamannya. Beliau dipuji
oLeh Syaikh aL-Muhaddits Abdush Shamad Syarafuddin, ahLi hadits India, pengedit
kitab Sunan Kubra karya Imam Nasá’i dan Tuhfatul Asyraf oleh al-Imam al-Mizzi,
Samahatusy Syaikh aL-Allamah Muhammad bin Ibrahim Alu Syaikh Rohimuhullah,
mufti kerajaan Saudi Arabia sebeLum Ibnu Baz, Samahatusy Syaikh Allamah Abdul
Aziz bin Baz Rohimuhulloh, Syaikh Muhammad bin ShaLih al-Utsaimin Rohimuhulloh,
Syaikh al Allamah AbduL Muhsin bin Hamd aL-Abbad, Syaikh Dr. Bakr bin AbduLLah
Abu Zaid, anggota komisi fatva Saudi Arabia sekarang, Syaikh Abdul Aziz Alu
Syaikh, Mufti Saudi Arabia sekarang, Syaikh Dr. AbduLLah bin Abdur Rahman al
Jibrin, Syaikh Muqbil bin Hadi aLWadi’i (ahli hadits Yaman), Syaikh Humud
at-Tuwaijiri, Syaikh al Allamah Hammad Anshari (ahLi hadits Madinah) dan banyak
lagi.
Timbul tanda tanya besar, mungkinkah pujian para uLama
tersebut tidak diketahui oteh prof. yang mengaku pernah beLajar di Riyadh?!
Ataukah para utama tersebut bodoh sehingga memuji aL-Albani?
B. Albani Mendha’ifkan Hadist Bukhari-Muslim dan Menjugkir
balikkan Kaidab Ulama Hadits.
Hal.93: “Dan kami sungguh tidak mengerti sikap al-Albani
ini, apakah memang dia itu tidak mengerti itmu hadits, seperti dituduhkan oleh
banyak ulama padanya, atau dia itu membuat kaidah-kaidah sendiri untuk
mendhaifkan atau menshahihkan hadits di Luar kaidah-kaidah yang teLah baku dan
disepakati para ulama dalam disiplin ilmu hadits. Sekali lagi, kami tidak
mengerti.
Yang jelas aL-Albani memang mendhaifkan hadits-hadits
riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim dan menshahihkan hadits hadits yang oleh
para ulama dinilal sebagai hadits dha’if seperti hadits Jabir ini.”
Hal.136: “Di sini jelas sekali aL-ALbani teläh menjungkirbalikkan
kaidah-kaidah yang telah dilakukan dan disepakati oleh ahli-ahli hadits. Di
satu sisi aLAtbani mendha ifkan hadits-hadits aL-Bukhari dan MusLim yang tetah
disepakati oteh para uLama,
sementara di sisi Lain al-Albani menshahihkan hadits Jabir
yang dinyatakan sebagai hadits semipalsu oLeh para ulama.”
Jawaban: Tuduhan ini
sangat jelas kebohongannya bagaikan matahari di siang bolong. Bapak prof.
nampaknya ingin membentuk opini publik bahwa al-Albani Rohimuhulloh mencela
hadits-hadits Bukhar’i Muslim dan membuat kaidah-kaidah sendiri di luar
kaidah ahli hadits yang telah baku.
Bapak prof. bukanlah orang pertama yang menuduh Syaikh
al-Albani seperti itu. Pada masa hidupnya, Syaikh al-Albani pernah dituduh
dengan tuduhan serupa, lalu beliau membantahnya,
“Sungguh ini tuduhan yang sangat keji. Maha Suci ALloh, ini
adaLah kedustaan yang sangat besar terhadap seorang muslim yang bernadzar untuk
mencurahkan waktu dan jiwa raganya dalam membela Sunnah dan menepis para
penghujatnya selama lebih dad Lima puluh tahun lamanya tanpa rasa lelah dan
bosan. Dia juga memiliki karya-karya ilmiah yang direkomendasi oleh para ulama
akan pentingnya dan membuahkan manfaat bagi jutaan para penuntut ilmu di setiap
negeri Islam, bahkan sebagian judul kitabnya sangat jelas menunjukkan
pembelaannya terhadap hadits seperti Difa’ anil Hadits Nabawl (Membela Hadits
Nabi), Manzilah Sunnah fil Islam (Kedudukan Sunnah DaLam Islam), Adz-Dzabbul
Ahmad ‘an Musnad Imam Ahmad (Membela Musnad Imam Ahmad), kitab ini belum tercetak
(10), isinya adalah bantahan terhadap orang yang mengingkari keabsahan kitab
Musnad Imam Ahmad. “(11).
Menyibak
Tirai Kedustaan
Syaikh al-Albani Rohimuhulloh dalam Muqaddimah Syarh
atThahawiyyah
haL.22-23, beliau berkata: “Shahih Bukhari dan Muslim
adalah dua kitab yang paling shahih setelah Al-Qur’an berdasarkan kesepakatan
seluruh ahli hadits dan selainnya, di mana dua kitab tersebut Lebih ungguL
daripada kitab-kitab hadits lainnya dalam menghimpun hadits-hadits yang paling
shahih serta meninggalkan hadits-hadits dha ‘if dengan berpedoman pada
kaidah-kaidah yang kokoh dan persyaratan yang sangat ketat. Sungguh mereka
(Bukhari-Muslim) mendapatkan taufiq daLam upaya tersebut, yang tidak diberikan
pada para ulama ahli hadits setelahnya yang ingin mengikuti langkah keduanya
dalam menghimpun hadits-hadits shahih seperti Ibnu Khuzaimah, Ibnu
Hibban, aL-Hakim dan Lainnya. Sehingga menjadi tradisi yang umum bila ada suatu
hadits diriwayatkan oleh Bukhari-Muslim atau saLah satunya, maka hadits itu sudah
pasti shahih.
HaL itu tak diragukan Lagi dan itulah kaidah asaLnya menurut
keyakinan kami, tetapi bukanLah berarti bahwa setiap huruf dan Lafazh atau
kalimat yang terdapat
dalam Shahih Bukhari-Muslim sepertiAl-Qur’an kedudukannya,
yakni tidak mungkin ada kekeliruan atau ketergelinciran yang ada pada sebagian
rawi. Sekali-kali tidak, kita tidak berkeyakmnan ada suatu kitab yang ma’shum
setelah AL-Qur’an sebagaimana dikatakan oleh Imarn Syafi’i dan selainnya,
“Alloh enggan untuk menyempurnukan kitab apa pun selain kitab-Nya.” Dan tidak
akan ada satu pun dan kalangan ahli ilmu yang mempelajani dua kitab Shahih
tersebut dengan jeli dan teliti, tanpa fanatik madzhab, berpedoman pada
kaidah-kaidah iLmu hadits, bukan hawa natsu pribadi atau pendidikan yang jauh
dari Islam serta kaidah-kaidah ulama, akan mengklaim demikian.
Sebagai contoh, hadits yang diriwayatkan oleh Irnam Bukhani
dan Muslim dengan sanadnya dari Ibnu Abbas RodhiAllohuanhuma bahwa “Nabi Shallallahu alaihi wa sallam menikahi Maimunah dalam keadaan ihram”. Padahal yang telah shahih dari
Maimunah sendiri bahwa Nabi menikahinya bukan dalam keadaan ihram. OLeh karena
itu, al-ALLamah aL-Muhaqqiq Muhammad bin Abdil Hadi mengatakan dalam Tanqih
Tahqiq (2/104/1) setelah menyebutkan hadits Ibnu Abbas di atas, “Hadits mi
dianggap sebuah kesaLahan yang ada dalam Shahih, karena Maimunah telah
menginformasikan bahwa mi tidak terjadi, padahal peLaku kejadian tentu
lebih paham tentang keadaan dirinya.”
Jadi, Syaikh al-ALbani Rohimuhulloh setuju dengan kesepakatan
pendapat seluruh ahLi hadits untuk menerima kitab Shahih Bukhari dan
Muslim,(12) bahkan beliau mengcounter sebagian kaLangan yang tidak menghargai
kesepakatan ini.(13).Adapun kritik beliau terhadap hadits Bukhari-Musim
jumlahnya sedikit sekali.(14)
Kontradiksi Profesor
Coba kita perhatikan bukti berikut. :
1. Para ulama ahLi hadits
semenjak dahulu telah mengkritik beberapa hadits Shahih
Bukhari dan Shahih Muslim seperti Imam Daruqutni, Ibnu Hazm, Ibnu Ammar
asy-Syahid, Abu Mas’ud ad-Dimasyqi, Abu Ali aL-Jayyani, aI-Mundziri, Ibnu
Shalah, Ibnu Taimiyah, Ibnul Qayylm, Adz
Dzahabi, Muhammad bin Abdil Hadi, al-Iraqi, Ibnu Hajar,
asSuyuthi, dan Lainnya. (15)
Mengapa profesor tidak mengatakan para ulama tersebut adalah
pencela Shahih Bukhari dan Muslim? Bukankah kaidah yang dipakai Syaikh
aL-Albani juga kaidah yang dipakai mereka?
2. Orang-orang yang dijadikan rujukan oleh prof. juga
rnengkritik hadits Bukhari-MusLim tetapi dengan landasan yang kropos dan hawa
nafsu semata. Lantas
mengapa mereka tidak dianggap sebagai pencela Shahih
BukhariMusIim? Seharusnya bapak kyai mengarahkan bidikan kepada mereka, bukan
kepada pembela Sunnah semisaL al-Albani! Supaya pembaca tahu, berikut buktinya:
a. Hasan as-Saqqaf
melemahkan cukup banyak hadits shahih Bukhari-Muslim. Salah satu
contohnya, dia mengingkari hadits riwayat MusLim no.537
tentang pertanyaan “Di mana Alloh?” seperti disebut di muka.
b. AbdulLah aL-Ghumari
melemahkan hadits riwayat Muslim no.203 tentang orang tua
Nabi Shallallahu alaihi wa sallam di Neraka datam Ta’Liqnya terhadap
Al-Maqasidhul Hasanah hal.25 karya Imam as-Sakhawi.
c.Abu Ghuddah melemahkan
hadits riwayat MusLim no.399 datam Ta’liqnya terhadap Ar-Raf’u wa Takmil
hal.134-135 karya al Luknawi.
D. al-Albani Membodoh-bodohkan Ulama Salaf .
HaL. 124: “Kami tidak tahu persis, apakah tidak adanya
kritik itu—selain dari aL-Habsyi—pada awaLnya, tetah menyebabkan al-
Albani—seperti dituduh banyak ulama—menjadi orang yang sangat sombong di mana
al-Albani berani membodoh-bodohkan para utama salaf, termasuk Imam Bukhari dan
Imam MusLim? Apabila hal itu benar, maka kritik adalah sesuatu yang sangat
mewah, karena Ia dapat meredam arogansi seorang.”
.Jawaban: Subhanalloh,
mengapa mudahnya kebohongan ini dilontarkan. Demi Alloh, tuduhan prof. sungguh
sangat ketertaluan. Aduhai, apakah pak kyai tidak takut kepada adzab Alloh?!
Siapakah ulama yang menuduh aL-ALbani demikian? Apakah
mereka adalah ulama-ulama Ahlu Sunnah seperti Ibnu Baz, Ibnu Utsaimin, Shalih
aL-Fauzan, dan ulama Sunnah Lainnya?! Ataukah yang dimaksud adalah orang-orang
macam aL-Habsyl, as-Saqqaf, alGhumari, Abu Ghuddah, Habibur Rahman aL-A’zhami
dan keLompoknya dan kalangan ahLi bid’ah dan pengekor hawa?!
Ketahuilah wahai saudara pembaca—semoga ALLoh
merahmatimu—tuduhan seperti di
atas tidaklah terlontar kecuaLi dari mulut ahli bid’ah atau
para pendengki, karena Syaikh alALbani Rohimuhulloh. berlepas diri dari tuduhan
bohong in bahkan sebaliknya beliau sangat dikenaL menghormati ulama salaf dan
membela mereka. Bagi orang yang membaca dan menelaah kitab- kitab aL-Albani
niscaya mengetahul dan ini tidak tersembunyi bagi profesor.
al-Albani Memuji Imam Bukhari dan
Muslim
Bagaimana mungkin Syaikh al- ALbani mencela Imam Bukhari
atau Imam Muslim, padahal beliau sendiri selalu memuji keduanya. Beliau
mensifati Imam Bukhari sebagai “Imam Dunia”,(16) “Amirul Muhadditsin (pemimpin
ahli hadits)”,(17) “Imam alMuhadditsin” (18) Beliau juga berkata daLam
kaset Man Huwa Kafir…, “Sesungguhnya Imam Bukhari tidak membutuhkan pujian
orang, karena Alloh telah menjadikan kitab Shahihnya pada tingkatan seteLah
ALQur’an yang mulia dan diterima oLeh seLuruh kaum muslimin di setiap penjuru
dunia yang notabene berbeda beda.” Demikian pula Syaikh alAlbani Rohimuhulloh
menggolongkan Imam Muslim termasuk deretan para Imam pakar hadits.(19)
Apakah karena pujian di atas, beliau lalu dituduh membodoh
bodohkan Imam Bukhari dan Muslim?!!
Sesungguhnya itu adalah salah satu bencana yang amat besar.
(QS.AL-Muddatstsir: 35)
Bagaimanakah kamu mengambil keputusan? (QS.AL-Qalam:36)
al-Albani Membela Ulama
Adapun pembetaan Syaikh at Albani Rohimuhulloh terhadap
para ulama salaf, sudah dikenal luas, baik daLam kitab maupun kasetnya.
Cukuptah sebagai contoh, beLiau
mengedit kitab At-Takmil bimaa fi Ta’nibi hi Al-Kautsari
minal Abathil karya Syaikh Abdur Rahman bin Yahya al-Mu’allimi, ahli hadits
Yaman. Kitab ini berisi bantahan
terhadap aL-Kautsari(20), guru dan idolanya para pengkritik
aL-Albani seperti as-Saqqaf’(21)’, Abu Ghuddah”(22) ’, Mahmud Sa’id Mamduh’23’,
dan sejenisnya.
Syaikh aL-Albani Rohimuhulloh juga membela para ulama
seperti Abu Hanifah, Ibnu Hajar, an-Nawawi, Ibnu Hazm, Ibnu aL-Jauzi dan
semisalnya yang dituduh sebagai
ahlu bid’ah karena terjatuh dalam beberapa kesalahan dan
penyimpangan. Semua itu
terekam dalam sebuah kaset berjudul Man Huwa Kafir wa Man
huwa al-Mubtadi’. Syaikh al Albani Rohimuhulloh juga membela Syaikhul IsLam
Ibnu Taimiyah, Syaikh
Muhammad bin Abdil Wahhab, Samahatusy Syaikh aL-Allamah
Abdul Aziz bin Baz, dan banyak lagi.
Kontradiksi
Profesor
Dengan keterangan di atas, jelaslah bagi orang yang
memiliki akal sehat bahwa Syaikh al-Albani berlepas diri dari tuduhan ini.
Sekarang tiba giliran bagi sang penuduh. Kita tanyakan kepada ‘ahLi
hadits’ ini, “Mengapa anda jauh-jauh menuduh at-Albani
membodohkan para ulama, padahal orang-orang yang anda pakai
sebagai senjata untuk menyerang al-Albani tetah membodoh-bodohkan para utama,
bahkan mengkafirkan mereka. Mengapa anda tidak melancarkan serangan kepada
mereka?ll” agar tidak dikatakan mengada-ada perhatikan beberapa contoh berikut:
a. At-Habsyi aL-Harari
Lihat kembati profilnya di muka. Dia mengatakan tentang
Imam adz-Dzahabi: “Katau dia dibilang orang yang khabits (keji), maka itu wajar
saja.” Menilal Syaikh Sayyid Sabig: “Dia adatah orang Majusi sekalipun mengaku
sebagai umat Muhammad (24)
b. Hasan as-Saqqaf
Lihat profitnya di muka.(25)
c. Abduttah aL-Ghumani
Orang ini memuji dirinya sundul langit (meminjam istilah
prof.) dalam kitabnya Bida’ Tafasir hal l77-l78 tetapi malah menceLa Syaikh
aL-Allamah at-Muhaddits Ahmad Syakir. Katanya, “Padahat dia tidak termasuk ahli
hadits, kodifikasi Musnad Ahmad yang dikerjakan bukantah kodifikasi hadits,
bahkan banyak sekali kesalahan dalam penshahihan dan pendha’ifan hadits,… dan
kadang-kadang berbicara rawi diLandasi fanatisme bangsa (Mesir).” Dia juga
memvonis kafir Ibnu Taimiyah dan Ibnul Qayyim seperti diceritakan Syaikh Abu
Ishaq at-Huwaini dalam Nahyu Shuhbah hat. 18 dan temannya, Abu Hudzaifah
as-Salafi.
d. Habibur Rahman al-A’zhami Dia berkata tentang aL-Hafizh Ibnu Hajar daLam kitabnya
A1-Albani, Aktha ‘uhu wa Syudzudzuhu hat.85:
“AL-Hafizh (Ibnu Hajar) bukantah orang yang dapat dijadikan
pegangan dan hujjah daLam masalah jarh wa ta’dil, dia hanya penukil perkataan
para imam saja, tak lebih dari itu!” Anehnya, ucapan ini dinukil dan disetujui
oleh Syaikh ,IsmaiL al-Anshari dalam risalahnya Ibahah Dzahab al-Muhallaq.
Wa-Allohu al Musta’an.
E.
al-Albani Melawan ijma’
Pada hat.125: “Ia (al-Albani pent) bukan hanya berani
melawan arus pemikiran IsLam yang sedang berkembang, tetapi melawan
gelombang-gelombang raksasa pemikiran Islam yang sudah mapan selama empat belas
abad”
Lanjutnya: “Di luar itu masih banyak fatwa-fatwa dan
pendapat pendapat al-Albani yang melawan gelombang kaidah-kaidah yang sudah
baku, bahkan sudah menjadi ijma’ uLama dalam ilmu hadits.”
Jawaban: Nampaknya
profesor ingin mengatakan bahwa al-Albani menyelisihi ijma’ (kesepakatan)
ulama, menggugat dan menentangnya, atau minimal al Albani menyeLisihi jumhur/
mayoritas ulama.
Kalau Syaikh al-Albani dikatakan kadang-kadang menyelisihi
jumhur ulama, ini memang benar. Namun, apakah al Albani tercela kanenanya?
Apakah jumhur/mayoritas merupakan barometer kebenanan? Bukankah anda mengetahui
bahwa pada saat hendak memenangi orang-orang murtad, Abu Bakar ash-Shiddiq
menyeLisihi mayoritas para
sahabat, tetapi toh kebenaran pada Abu Bakar
ash-Shiddiq?!(26) Adapun, kalau Syaikh al-Albani dikatakan menyelisihi
ijma’ ulama, maka kami katakan:
Alangkah buruknya kata-kata yang kefuar dad mulut mereka;
mereka tidak mengatakan (sesuatu) kecuali dusta. (QS.At-Kahfi:5)
Sungguh merupakan kedustaan yang sangat keterlahian, kalau
Syaikh al-Albani Rohimuhulloh dianggap menentang ijma’ ulama. Bagaimana tidak,
beliau sangat dikenal sebagai seorang tokoh ulama yang sangat konsisten
terhadap manhaj sataf, menghormati ulama salaf dan membela mereka dalam setiap
kesempatan. Sebagai penjelasan persoatan ini, maka kami katakan:
Pendapat
al-Albani tentang Ijma’
Sesungguhnya Syaikh al-Albani Rohimuhulloh secara tegas
menyatakan bahwa ijma’ sahabat adalah hujah (27) , beliau juga seringkati
menukil ijma’ ulama dalam kitab kitabnya sebagai hujah (28), bahkan beliau
mengingkari orangorang yang menyelisihi ijma’ ulama, kata beliau: “Ijma’
sebagaimana kalian ketahui bersama memiliki definisi yang cukup banyak. Dan
yang kami yakini bahwa pengingkar ijma’ yang tidak diberi udzur, bahkan kafir
adalah ijma’ dalam perkara agama yang diketahui oleh semuanya sebagaimana
ditegaskan Ibnu Hazm. Adapun ijma’ sekelompok atau mayoritas ulama dengan
adanya orang yang menyelisihinya, hal ini tidak termasuk ijma’ (yang divonis
kafir orang yang menyelisihinya). Meskipun demikian, saya katakan bahwa ijma’
seperti ini hendaknya diikuti kecuali berdasarkan argumen kuat yang dapat
menjadikan seorang boleh untuk menyelisihi jumhur, tetapi bila dia tidak
memiliki hujjah yang kuat, maka hendaknya dia mengikuti pendapat jumhur. Inilah
salah satu makna ayat Alloh :
Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudab jelas kebenaran
baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan
ía leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ía
ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali. (QS.An-Nisa:
115) (29)
Beliau Rohimuhulloh juga menegaskan untuk menerima ijma’
dengan
syarat nukilan ijma’ tersebut betul-betul valid dan shahih.
Dan apabila beliau meragukan keabsahan suatu ijma’, maka hat itu karena dua
alasan:
Pertama: Ijma dalam istilah ushul fiqih tidak mungkin
diterapkan kecuali pada masalah masalah yang diketahui secara dharuri (pasti)
sebagaimana ditegaskan oleh para ulama pakar seperti Ibnu Hazm datam Ushul
Ahkam, asy-Syaukani datam Irs yad al-Fuhul dan at-Ustadz Abdul Wahhab Khallaf
dalam kitabnya Ushul Fiqih°°’, dan Lain sebagainya. Hal ini telah diisyaratkan
oleh Imam Ahmad dalam ucapannya yang amat masyhur,
“Barangsiapa yang menceritakan ijma maka sungguh dia dusta,
karena siapa tahu kalau ternyata ada ulama yang rnenyelisihinya.” (Riwayat
• Abdutlah datamAt-Masait)
Kedua: Berdasarkan penetitian dan penyelidikan, beberapa
masalah yang dianggap sebagai ijma’ ternyata dijumpai ada • perselisihan
pendapat dalam masalah tersebut, bahkan berbeda dengan pendapat mayoritas
ulama. Contohnya banyak sekali, di antaranya nukilan Imam Nawawi
• bahwa shalat jenazah tidak dibenci pada waktu-waktu yang
tertarang (adalah ijma’), padahal masalah ini diperselisihkan ulama, bahkan
mayoritas utama menyelisihi ijma’ tersebuti (31)
Untuk lebih rnengetahui dan memahami seputar ijma’ dan
sikap beliau terhadapnya silakan membaca kitab beliau Adab az- Zifaf pada bab
pengharaman emas melingkar bagi wanita. Karena pada masalah inilah beliau
sering disudutkan dan dikatakan menyelisihi ijma’.
Wallahu Ta’ala a’lam bish-shawab .
Foot note :
(1) Diringkas dan buku ‘Syaikh al-AibaniAhil Hodics Yang
Terzholimi” (Kritik Buku ‘Hadits-Hadits Palsu Seputan Ramadhan’ oleh Prof. KH.
All Mustafa Yaqub MA), karya Al-Ustadz Abu Ubaidab Yusuf bin Mukhtar al-Atsarl
dengan beberapa penyesuaian.
(2) Lihat Silsilah Ahadits ash-Shahihal, 2/5.
(3)’Yang diketuai oleh Samahatusy Syaikh Abdul Aziz bin
Baz. Lihat pula Mausuah Ahli Sunnah f’i Naqdi Firqah aI-Ahbasy oleh Syaikh
Abdur Rahman ad-Dimasyqiyah (2 jilid) dan Kutub Hadzdzana minha al-Ulama
317-321 oleh Syaikh Masyhur Hasan Salman.
I ada 17 buah buku yang membantah al-Albani seputar
fatwa dan pendapatpendapatnya.” Pada haL.137-139 prof.
menyebutkan 17 nama-nama buku tersebut.
(4) Lihat footnote SjIsilah Ahadits adh-Dha’ifah iuz I
hal.45.
(5) Lihat Muqaddimah Mab az-Zifaf hatS cet.Maktabah
Islamiyah.
(6) Llhat Juhud Mukhlishah hal. 139 dan Zawabi ft Wahi
Sunnah hal.349-350 oleh Syalkh Shalah Maqbul
Ahmad.
(7) Footnote Muqaddimah Mab az-Zifaf haI.8.
(8) Lihat Zawabi’ Ii whI Sunnah hal.375-376 oleh Syaikh
Maqbul Ahmad.
(9) Lihat Hadits-Hadits Palsu Seputar Ramadhan hal 91 dan
116 Pustaka Firdaus.
(10) Kitab mi sekarang telah tercetak terbitan Dar
ash-Shiddlq. Kitab ini sebenarnya atas permintaan Syaikh Ibnu Baz. namun baru
terbit setelah Syaikh ibnu Baz wafat.
(11) Silsilah ,Al Hadist adh-Dha’ifah 3/6-7.
(12) Lihat Muqaddimah beliau terhadap Mukhtashar Shahih
Muslim hal5-6 oleh al-Mundziri.
(13) Lihat Ta’Iiq beliau terhadap Nuzhah Nazhar oleh Ibriu
Hajar haL74—dicetak bersama An-Nukat Syaikh All Hasan al-Halabi.
(I4) Lihat Ta’liq beliau terhadap Ai-Baitsul Hatsits
1/125 oleb Syaikh Ahmad Syakir.
(15) Lihat teks ucapan mereka dalam Dirasat fi Sirab Shahih
Muslim oleh Syaikh ,Ali bin Hasan al-Halabi.
(16) Silsilah ash-Shahihab 4/ 1”
(17) ldem )/._j,
(18) Idem 6/980.
(19) Silsilah ash-Shahihah 2/735
(20) Syaikh Al-.Allamah Abdul Aziz bin Baz mensifatinya
dalam kata pengantar buku Baraah Ahli Sunnab karya Syalkh Bakr Abu Zaid:
Al-Affak (penuduh/pendusta). al-Atsiim( banyak dosa). al-Maftun (terkena
itnah).”
(21) Dia berkata dalam Ta”liq Daf’u Syubahi Tasybih hal.249
karya Ibnu al-Jauzi, “Saya menasehatkan kepada pars penuntut ilmu dan ahli ilmu
agar membaca kitab-kftab Imam (!) al-Kautsari, khususnya kitabnya yang berjudul
M-Maqalat
(22) Dia berkata mensifati al-Kautsari dalam Ta’Iiq
Ar-Raf’u wa Takmil: “Hadiah untuk ruh ustadz al-Muhaqqiqin, al-Hujjah,
al-Muhaddits, al-Faqih, alI Ushuli, al-Mutakallim, ai-Muarrikh, an-Nuqqad,
al-Imam!”
(23) “Dia mensifati aJ-Kautaari dalam kitabnya At-Tansyif
hal.205: ‘Al-Allamah, Al-Muarrikh, An-Naqid”, bahkan pada hal.284 dia
mensifatinya dengan “Syaikhul Islam”!!!
(24) Lihat Kutub Hadzdzara minha al-Ulama 1/318-319
oleb Syaikh Masyhur Hasan Salman.
(25) Lihat Iftlraat as-Saqqaf al-Atsiim ala al-Albani
Syaikh al-Muhadditsin hal.5-6 oleh Syalkli Khalid Al-Anbari dan lihat pula
Bara’ah AhIi Sunnah karya
Syaikh Bakr bin Abdullah Abu Zaid. Kata pengantar oleh
Syaikh Abdul Aziz bin Baz.
(26) Lihat An-Nubadz fi Ushul Fiqih hal88 karya Imam Ibiru
Hazmi.
(27) Footnote Shahih lbnu Majah 2/48.
(28’) Seperti dalan Tahdzir Sajid hal.44 tentang haramnya
membangun kuburan di masjid. Silsilah ash-Shahihah 1/605 tentang najisnya darah
haidh,
Muqaddimah Mukhtashar Uluw hal.52 tentang ketinggian Alloh
di atas langit. Ats-Tsamar al-Mustatab 1/301 dan Ar-Raddu aI-Mufhim hal.3 I
tentang wanita dalarn shalat dan ihram tidak boleh menutup wajahnya. Dan masih
banyak sekali contoh lainnya.
(29) Serial kaset berjudul As’ilah Yamaniab Masail
Haditsiyyah wal Fiqhiyyah.
(30) Kitab ini pernah diajarkan oleh Syaikh al-Albani
sebagaimana dalam Hayah al-Albani 1/57 oleh asy-Syaibani. Dalam kitab tersebut
haL47 Syaikh Abdul Wahhab KhalIaf menjelaskan tentang hujjahnya ijma’ beserta
dalil-daiilnya. Al-Albani mengajarkannya sekitar pada tahun 1949-1950 M.
Sumber
: Majalah Al Furqon Edisi 2 Tahun V.
top related