BAB II KAJIAN PUSTAKA - UKSW II.pdfPKn merupakan mata pelajaran yang bersifat interdisiplinerter utama disiplin ilmu hukum, politik, dan filsafat moral. Sifat interdisipliner ini menjadikan
Post on 06-Mar-2021
3 Views
Preview:
Transcript
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
2.1.1 Ruang Lingkup Kajian PKn di SD
Permendiknas no.22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan
Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, terdapat perubahan
standarisasi materi kurikulum setiap mata pelajaran. Mata pelajaran Pendidikan
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) memuat ruang lingkup materi, tujuan, dan
struktur materi yang harus diajarkan di masing-masing jenjang pendidikan.
Dengan mengacu kepada Permendiknas tersebut, mata pelajaran PKn
secara umum telah mengalami perubahan paradigma. Paradigma tersebut meliputi
aspek keilmuan, tujuan pembelajaran, dan struktur kajian PKn. Mata pelajaran
PKn merupakan mata pelajaran yang bersifat interdisiplinerter utama disiplin ilmu
hukum, politik, dan filsafat moral. Sifat interdisipliner ini menjadikan PKn jelas
batang keilmuannya (body of knowledge). Dalam paradigma PKn sekarang
dikenal tiga komponen yang saling berkaitan. Menurut Udin Saripuddin
Winataputra, dkk (2007), tiga komponen tersebut adalah sebagaimana uraian
berikut ini.
a. Komponen pengetahuan Pendidikan Kewarganegaraan (civic knowledge)
berupa materi pelajaran PKn yang harus dicapai peserta didik.
b. Komponen keterampilan Pendidikan Kewarganegaraan (civic skills) berupa
kemampuan bersifat partisipatoris dan kemampuan intelektual.
c. Komponen watak/karakter Pendidikan Kewarganegaraan (civic dispositions)
seperti bertanggung jawab secara moral; disiplin; rasa hormat terhadap nilai
dan martabat kemanusiaan; rasa hormat terhadap peraturan (hukum); mau
mendengarkan, bernegosiasi dan berkompromi untuk mencapai kebaikan
publik; dan menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan.
7
2.1.2 Tujuan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Menurut Permendiknas RI No. 22 Tahun 2006 pp. 272, 280, 287.
Pembelajaran PKn memiliki beberapa tujuan untuk siswa. Adapun tujuan
pembelajaran PKn sebagaimana uraian berikut ini.
a. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu Pendidikan
Kewarganegaraan.
b. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab dan bertindak secara cerdas
dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi.
c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan
karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan
bangsa-bangsa lainnya.
d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara
langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi.
Rumusan tujuan tersebut memiliki kemiripan dengan tujuan pendidikan
Pendidikan Kewarganegaraan dalam dokumen National Standards for Civics and
Government yang dikembangkan oleh Center for Civic Education (1994)
Calabasas, Amerika Serikat. National Standards for Civics and Government
merumuskan tujuan pembelajaran civics dalam tiga bentuk komponen kompetensi
Pendidikan Kewarganegaraan, yaitu pengetahuan Pendidikan Kewarganegaraan
(civic knowledge), karakter Pendidikan Kewarganegaraan (civic dispositions), dan
keterampilan Pendidikan Kewarganegaraan (civic skills) yang memuat kecakapan
intelektual dan partisipatori.
2.1.3 Standar Isi Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Untuk mencapai tujuan pembelajaran PKn tersebut, delapan materi pokok
standar isi mata pelajaran PKn di Indonesia untuk satuan pendidikan dasar dan
menengah memuat komponen sebagai berikut.
(1) Persatuan dan Kesatuan Bangsa
(2) Norma, Hukum dan Peraturan
(3) Hak Asasi Manusia
(4) Kebutuhan Warga Negara
8
(5) Konstitusi Negara
(6) Kekuasan dan Politik
(7) Pancasila dan
(8) Globalisasi.
Moral Pancasila. Masing-masing topik/ruang lingkup kajian tersebut
secara rinci dijabarkan sebagai berikut.
a. Persatuan dan Kesatuan Bangsa, meliputi: hidup rukun dalam perbedaan, cinta
lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda, keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap
positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan
keadilan.
b. Norma, Hukum dan Peraturan, meliputi: tertib dalam kehidupan keluarga, tata
tertib di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan daerah,
norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem hukum dan
peradilan nasional, hukum dan peradilan internasional.
c. Hak Asasi Manusia, meliputi: hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban
anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM, pemajuan,
penghormatan dan perlindungan HAM.
d. Kebutuhan Warga Negara, meliputi: hidup gotong royong, harga diri sebagai
warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan
pendapat, menghargai keputusan bersama, Prestasi diri, persamaan kedudukan
warga negara.
e. Konstitusi Negara, meliputi: proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang
pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan
dasar negara dengan konstitusi.
f. Kekuasan dan Politik, meliputi: pemerintahan desa dan kecamatan,
pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan sistem
politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem
pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi.
9
g. Pancasila, meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi
negara, proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, pengamalan nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka.
h. Globalisasi, meliputi: globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri
Indonesia di era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional dan
organisasi internasional, dan mengevaluasi globalisasi.
Bagan dibawah ini menjelaskan tentang standar isi yang digunakan di
jenjang pendidikan sekolah dasar pada kelas 5.
Tabel 2.1
Standar Isi PKn Kelas 5
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Kelas 5 Semester 1
1. Memahami pentingnya
keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI)
1.1 Mendeskripsikan Negara
Kesatuan Republik Indonesia
1.2 Menjelaskan pentingnya
keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia
1.3 Menunjukkan contoh-contoh
perilaku dalam menjaga
keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia
2. Memahami peraturan
perundang-undangan tingkat
pusat dan daerah.
2.1 Menjelaskan pengertian dan
pentingnya peraturan
perundang-undangan tingkat
pusat dan daerah.
2.2 Memberikan contoh peraturan
perundang-undangan tingkat
pusat dan daerah, seperti pajak,
anti korupsi, lalu lintas,
larangan merokok
Kelas 5 Semester 2
3. Memahami kebebasan
berorganisasi
3.1 Mendeskripsikan pengertian
organisasi
3.2 Menyebutkan contoh organisasi
di lingkungan sekolah dan
masyarakat
3.3 Menampilkan peran serta dalam
memilih organisasi di sekolah
4. Menghargai keputusan bersama 4.1 Mengenal bentuk-bentuk
keputusan bersama
4.2 Mematuhi keputusan bersama
10
2.2 Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
2.2.1 Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based
Learning)
Menurut Amir M.T (2009), Model pembelajaran berbasis masalah dapat
diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada
proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Teori yang mendukung
dari Model pembelajaran berbasis masalah adalah teori yang dirumuskan oleh
Prof. Howard Barrows yang merupakan pelopor pengembangan PBL dan Kelson.
Bahwa (Problem Based Learning) adalah kurikulum dan proses pembelajaran.
Dalam kurikulumnya, dirancang masalah-masalah yang menuntut siswa mendapat
pengetahuan penting, yang membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah,
dan memiliki model belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam
tim. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistemik untuk
memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran berbasis masalah didasarkan pada kajian seorang filsuf
pendidikan John Dewey (1923, 1938), yang menekankan pentingnya
pembelajaran melalui pengalaman. Dengan adanya kegiatan langsung atau
(learning by doing) maka siswa akan mendapatkan pengalaman pendidikan yang
akan tersimpan di memori siswa lebih lama dan mudah untuk memahami materi.
Menurut Dewey (1910) pada dasarnya, seorang anak merupakan para
pembelajar aktif secara sosial yang belajar dengan cara mengeksplorasilingkungan
mereka. Pihak sekolah diharapkan dapat membawa dunia luar ke dalam proses
pembelajaran. Dengan begitu pengetahuan menjadi berguna dan hidup ketika
diterapkan sebagai solusi untuk memecahkan masalah. Dengan melibatkan
lingkungan sekitar sekolah atau dunia luar membantu siswa untuk mampu
menemukan data sebagai modal untuk menyelesaikan masalah yang telah
disuguhkan dalam proses belajar mengajar.
Supriyono (2009), model pembelajaran berbasis masalah dikembangkan
berdasarkan konsep-konsep yang dicetuskan oleh Bruner.Konsep tersebut adalah
11
belajar penemuan atau (discovery learning). Discovery learning adalah proses
pembelajaran yang berfokus pada aktivtas-aktivitas penyelidikan yang
mengangkat masalah kontekstual serta kelak pada akhir kegiatan siswa atau
peneliiti dapat menemukan sebuah solusi dari permasalahan yang diteliti.
2.2.2 Karakteristik Umum Pembelajaran Berbasis Masalah
Menurut Gijbels (2005), terdapat beberapa karakteristik umum dalam
proses belajar mengajar dengan menggunakan pembelajaran berbasis masalah :
1. Pembelajaran dimulai dengan mengangkat suatu permasalan atau satu
pertanyaan yang nantinya menjadi focal point untuk keperluan usaha-usaha
investigasi siswa.
2. Siswa memiliki tanggung jawab utama dalam menyelidiki masalah-masalah
dan memburu pertanyaan-pertanyaan. Tanggung jawab sangat penting, baik
secara instruksional maupun secara motivasional, karena siswa dalam
pelajaran-pelajaran berbasis masalah secara prakteknya melakukan learning by
doing.
3. Guru dalam pembelajaran berbasis masalah berperan sebagai fasilitator.
Pembelajaran berbasis masalah mengharuskan guru untuk lebih membantu
secara tidak langsung dengan mengemukakan masalah atau pertanyaan-
pertanyaan yang bermanfaat, peran guru tersebut membedakan dari
pembelajaran yang berorientasi pada konten (content-oriented models) dimana
guru secara aktif memberikan informasi.
Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2003), ciri utama
pembelajaran berbasis masalah meliputi mengorientasikan siswa kepada masalah
atau pertanyaan yang autentik multidisiplin menuntut kerjasama dalam
penyelidikan, dan menghasilkan karya. Dalam pembelajaran berbasis masalah
situasi atau masalah menjadi titik tolak pembelajaran untuk memahami konsep,
prinsip dan mengembangkan keterampilan memecahkan masalah.
Menurut Sanjaya, W (2009) terdapat tiga ciri dari model pembelajaran
berbasis masalah :
a) Model pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian aktivitas
pembelajaran, artinya dalam implementasi model pembelajaran berbasis masalah
12
ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. Model pembelajaran berbasis
masalah tidak mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat,
kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi dalam Model pembelajaran
berbasis masalah siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data,
dan akhirnya menyimpulkan.
b) Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Model
pembelajaran berbasis masalah menempatkan masalah sebagai kata kunci dari
proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah maka tidak mungkin ada proses
pembelajaran.
c) Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir
secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan model ilmiah adalah proses berpikir
deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris.
Sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan dengan melalui tahapan-tahapan
tertentu sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada
data dan fakta yang jelas.
Menurut Tan (2003), karakteristik yang tercakup dalam proses
Pembelajaran Berbasis Masalah, antara lain adalah.
a) Masalah digunakan sebagai awal pembelajaran.
b) Masalah yang digunakan adalah masalah nyata, namun disajikan dalam
keadaan yang belum jelas.
c) Masalah biasanya menuntut perspektif majemuk (multiple perspective).
d) Masalah membuat siswa menggunakan dan mendapatkan pembelajaran di
ranah pembelajaran yang baru.
e) Proses pembelajaran dilakukan secara mendiri oleh siswa.
f) Memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi, tidak dari satu sumber
saja. Saat proses penyelesaian masalah ada beberapa hal penting diantaranya
pencarian, evaluasi, serta penggunaan pengetahuan.
g) Pembelajaran bersidat kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif. Siswa bekerja
dalam kelompok, berinteraksi, saling mengajarkan (peer teaching) dan
melakukan pelaporan dalam bentuk presentasi.
13
2.2.3 Tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah.
Menurut Suprijono (2009) hasil belajar dari pembelajaran berbasis
masalah adalah peserta didik yang memiliki ketrampilan penyelidikan.Peserta
didik mempunyai ketrampilan mengatasi masalah.Peserta didik mempunyai
kemampuan mempelajari peran orang dewasa.Artinya bahwa dalam pemecahahan
masalah peserta didik mendapatkan data atau informasi dari para ahli
dibidangnya, jadi peran orang dewasa disini sebagai sumber data.Peserta didik
dapat menjadi pembelajar yang nmandiri dan independen.
Menurut Kauchak D dkk (2009) pelajaran-pelajaran berbasis masalah
memiliki tiga tujuan yang saling berhubungan satu sama lain. Tujuan pertama
adalah mengembangkan kemampuan siswa untuk dapat menyelidiki secara
sistematis suatu pertanyaan atau masalah. Dengan berpatisipasi dalam aktivitas-
aktivitas berbasis masalah yang telah tersusun rapi, siswa belajar bagaimana
memecahkan masalah-masalah yang sama dengan cara yang komprehensif dan
sistematis. Tujuan kedua adalah mengembangkan pembelajaran yang self-
directed.Artinya adalah pembelajaran berbasis masalah mengajarkan siswa untuk
bertanggungjawab atas investigasi mereka sendiri, sesuai dengan Meltzer
(2007),siswa belajar untuk mengatur dan mengontrol pembelajaran mereka
sendiri. Tujuan ketiga, banyak konten yang dipelajari siswa dalam pelajaran-
pelajaran berbasis masalah bersifat implisit dan insidental dalam pengertian
bahwa tidak ada satu pun dari guru dan siswa yang mengetahui dengan pasti di
mana penyelidikan akan berlangsung.
2.2.4 Kelebihan Pembelajaran Berbasis Masalah.
Menurut Gerry (2011) Sebagai suatu strategi pembelajaran, strategi
pembelajaran berbasis masalah memiliki beberapa keunggulan, di antaranya:
1. Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih
memahami isi pelajaran.
2. Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan
kepuasan untuk menentukan pengetahuan baru bagi siswa.
3. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
14
4. Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentrasfer pengetahuan
mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
5. Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan
pengetahuan barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka
lakukan.
6. Melalui pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.
Menurut Yusfi (2012), Pembelajran Berbasis Masalah memiliki kelebihan.
Antara lain adalah.
a) Mengembangkan jawaban yang bermakna bagi suatu masalah yang akan
membawa siswa mampu menuju pemahaman lebih dalam mengenai suatu
materi.
b) Pembelajaran berbasis masalah memberikan tantangan pada siswa sehingga
mereka bisa memperoleh kepuasan dengan menemukan pengetahuan baru bagi
dirinya sendiri.
c) PBL membuat siswa selalu aktif dalam pembelajaran.
d) PBL membantu siswa untuk mempelajaribagaimana cara untuk mentransfer
pengetahuan mereka kedalam masalah dunia nyata.
e) PBL dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis setiap siswa serta
kemampuan mereka untuk beradaptasi untuk belajar dengan situasi yang baru.
f) Menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan
pengetahuan baru bagi siswa.
g) Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa.
h) Dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk
memahami masalah dalam kehidupan nyata.
2.2.5 Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Proses
Belajar Mengajar
Secara umum, penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah, dimulai
dengan adanya masalah yang oleh siswa harus mendapatkan pemecahan
masalahan. Masalah tersebut dapat berasal dari siswa atau pengajar. Model
15
pembelajaran ini berpusat kepada siswa, sedangkan guru berperan sebagai
fasilitator.
Menutur Nurhayati (2002) pelaksanaan model pembelajaran berbasis
masalah meliputi enam tahapan, antara lain adalah:
1. Pemberian masalah. Masalah dapat berasal dari guru maupun siswa. Guru
bertugas untuk memotivasi siswa agar terlibat sepenuhnya dalam menemukan
pemecahan masalah tersebut. Siswa bekerja dalam kelompok untuk mencari
atau mempelajari serta berketrampilan hal yang baru untuk terlibat dalam
pemecahan masalah.
2. Manuliskan apa yang diketahui. Guru membantu peserta didik untuk
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah. Siswa
dalam kelompok menuliskan apa yang diketahui dari masalah yang telah
diberikan di awal pembelajaran.
3. Menuliskan inti permasalahan. Atas dorongan atau motivasi guru terhadapa
siswa, siswa melakukan eksperimen atau penyelidikan dan mengumpulkan data
yang berkaitan dengan permasalahan. Dengan kegiatan tersebut siswa mampu
mendapatkan inti dari permasalahan.
4. Menuliskan cara pemecahan masalah. Siswa menemukan sendiri bagaimana
atau langkah-langkah apa saja yang digunakan untuk memecahkan masalah.
5. Menuliskan tindakan kerja yang akan dilakukan. Pada tahap ini, siswa
menuliskan dan mengerjakan tindakan kerja serta mengkoordinasikan tugas-
tugas tersebut dalam kelompok.
6. Menuliskan hasil pekerjaan. Siswa melaporkan hasil kegiatannya kepada kelas
yang meliputi proses yang dilakukan dan uraian hasil atau pemecahan masalah.
Menurut Amir (2009) Proses Pembelajaran Berbasis Masalah akan dapat
dijalankan apabila pengajar siap dengan segala perangkat yang diperlukan.
Perangkata tersebut seperti permasalahan yang akan dipecahkan oleh siswa, form
urutan kegiatan dan perangkat-perangkat yang lain. Guru juga harus memastikan
bahwa siswa sudah paham dengan proses yang akan dijalankan sepanjang
kegiatan dalam pembelajaran berbasis masalah. Siswa juga sudah terbentuk dalam
16
kelompok kecil yang telah dibagi oleh guru agar kelompok tersebut terdiri dari
siswa yang heterogen.Setiap kelompok pada umumnya menjalankan 7 langkah.
Antara lain adalah sebagai berikut.
1. Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas. Hal ini bertujuan untuk
memastikan setiap anggota memahami berbagai istilah dan konsep yang ada
dalam masalah.
2. Merumuskan masalah.
3. Menganalisis masalah. Siswa mengeluarkan pengetahuan yang mereka miliki.
Pengetahuan tersebut memiliki kaitan dengan masalah yang akan dibahas.
Kemudian didalam kelompok siswa juga mengadakan curah pendapat seperti
mengemukakan informasi-informasi seputaran masalah.
4. Menata gagasan secara sistematis dan menganalisisnya secara dalam. Analisis
adalah upaya memilah-memilah sesuatu menjadi bagian-bagian yang
membetuknya.
5. Memformasikan tujuan pembelajaran. Hal ini bertujuan agar kegiatan yang
dilakukan di dalam kelompok tidak meluas kepada tujuan lain.
6. Mencari informasi tambahan dari sumber yang lain. Tambahan dari sumber
lain dilakukan tidak dengan sesama anggota kelompok. Hal ini tergantung
dengan sejauh mana setiap anggota dapat mencari berbagai macam informasi
yang efektif.
7. Menggambungkan dan menguji informasi baru. Dari laporan-laporan yang
telah dipresentasikan di hadapan semua kelompok lain. Kelompokakan
mendapatkan informasi-informasi baru. Pada langkah 7 ini kelompok
diharapkan sudah dapat membuat sintesis, menggambungkannya dan
mengombinasikan hal-hal yang relevan. Kemampuan yang sangat penting
dalam langkah ini antara lain adalah meringkas, mendiskusikan dan meninjau
ulang hasil diskusi untuk disajikan dalam bentuk laporan. Kemampuan-
kemampuan tersebut sangat membantu dalam keberhasilan siswa
mengkomunikasikan laporan secara oral agar kelompok lain dapat memahami
informasi yang disampaikan.
17
2.2.6 Karakeristik Masalah dalam (Problem Based Learning)
Menurut Taufiq (2009) Masalah yang disuguhkan (problem based
learning) harus memiliki beberapa karakteristik. Antara lain adalah sebagai
berikut.
1. Masalah dapat berupa tugas melakukan sesuatu, pertanyaan atau hasil
identifikasi dari keadaan yang ada di sekitar siswa.
2. Masalah berupa tugas yang tidak memiliki struktur yang jelas sehingga
merangsang siswa untuk mencari informasi dan data-data untuk menjadikan
masalah tersebut sedikit demi sedikit menjadi jelas.
3. Masalah harus cukup komplek dan ambigu sehingga menjadikan siswa
memiliki rasa ingin tahu yang besar untuk menggunakan strategi yang seperti
apa yang akan digunakan.
4. Masalah harus bermakana dan ada hubungannya dengan kehidupan sehari-hari
sehingga siswa memiliki dorongan agar mereka menjadi aktor utama dalam
penyelesaian masalah tersebut.
5. Masalah yang dijadikan sebagai fokus pembelajaran dapat diselesaikan siswa
melalui kerja kelompok dengan tujuan untuk memberikan pengalaman-
pengalaman belajar yang beraagam pada siswa seperti kerjasama dan interaksi
serta kemampuan mengemukakan dan mendengarkan pendapat.
2.2.7 Sintaks Pembelajaran
Menurut Ismail 2002, sintaks pembelajaran yang digunakan dalam
menerapkan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning)
adalah sebagai berikut.
Table 2.2
Sintaks Pembelajaran
Fase-fase Tingkah laku guru
Fase 1
Orientasi siswa pada
masalah
Guru menjelasknan tujuan pembelajaran menjelaskan
logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat
pada aktivitas pemecahan masalah.
Fase 2
Mengorganisasikan
siswa untuk belajar
Guru membantu siswa mendfinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah tersebut.
Fase 3 Guru mendorong siswa untuk mengumpulka informasi
18
Membimbing
penyelidikan individual
maupun kelompok
yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
Fase 4
Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan
menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, dan
membantu tugas dengan temannya.
Fase 5
Menganalisis dan
mengevaluasi proses
pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau
evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses
yang mereka gunakan.
2.2.8 Standar Proses Pembelajaran Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Dalam penerapan model pembelajaran berbasis masalah, urutan kegiatan dari
kegiatan awal, kegiatan inti hingga penutup dapat dilakukan dengan urutan
sebagai berikut.
Table 2.3
Standar Proses
No Tahap Kegiatan Keterangan 1. Pendahuluan 1. Guru memimpin doa dan menyapa
siswa.
2. Guru mengabsen siswa
3. Guru memeriksa kesiapan siswa.
2. Inti Eksplorasi 1. Siswa diberi sebuah permasalahan. 2. Siswa diberi kesempatan untuk
mengungkapkan pendapatnya mengenai
masalah tersebut.
Elaborasi 1. Siswa diperlihatkan alat peraga yang
berkaitan dengan materi pelajaran yang
akan dibahas.
2. Siswa diminta untuk mengumpulkan
data untuk menyelesaikan masalah.
3. Siswa dibagi kelompok untuk berdiskusi 4. Siswa diminta maju untuk
menyampaikan hasil diskusi.
5. Guru meluruskan penjelasan mengenai
materi.
Konfirmasi 1. Guru mengoreksi pekerjaan siswa 2. Guru memberi kesempatan siswa untuk
bertanya.
3. Penutup 1. Guru bersama siswa menarik
kesimpulan.
19
2. Guru meminta siswa untuk membaca
materi selanjutnya di rumah.
3. Guru memberi evaluasi
2.3 Belajar
2.3.1 Pengertian Belajar
Menurut Abdillah (2002) Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan
oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman
yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik untuk
memperoleh tujuan tertentu.Pengertian tersebut dilatarbellakangi dari deskripsi-
deskripsi belajar menurut para ahli. James O. Whittaker mengungkapkan belajar
adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau
pengalaman. Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk
memperoleh suau perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya.
Aunurrahman (2011) Belajar adalah suatu aktivitas menuju suatu
perubahan tingkah laku pada diri individu melalui proses interaksi dengan
lingkungannya. Belajar tidak harus didalam kelas.Belajar bisa dilakukan individu
dimanapun dan dari siapapun. Dalam buku Educational Psychology, H.C
Witherington, mengemukakan bahwa belajar adalah suatu perubahan di dalam
kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa
kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian atau suatu pengertian.
Dari beberapa pengertian diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa
belajar adalah suatu tindakan sadar yang dilakukan individu baik di dalam
maupun di luar kelas untuk mendapatkan perubahan tingkah laku ke arah yang
baik dalam hal kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian atau suatu pengertian.
2.3.2 Ciri Umum Belajar
Menurut Wragg (1994) mengemukakan beberapa ciri umum kegiatan
belajar, antara lain adalah sebagai berikut.
a) Belajar menunjukkan suatu aktivitas pada diri seseorang yang disadari atau
disengaja. Aktivitas ini menunjuk pada keaktifan seseorang dalam melakukan
sesuatu kegiatan tertentu, baik pada aspek-aspek jasmaniah maupun aspek
20
mental yang memungkinkan terjadinya perubahan pada dirinya. Kegiatan
belajar semakin baik bilamana intensitas keaktifan jasmaniah maupun mental
seseorang semakin tinggi.
b) Belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya. Lingkungan
dalam hal ini dapat berupa manusia atau objek-objek lain yang memungkinkan
individu memperoleh pengalaman-pengalaman atau pengetahuan, baik
pengalaman atau pengetahuan baru maupunn sesuatu yang pernah diperoleh
atau ditemukan sebelumnya akan tetapi menimbulkan perhatiaan kembali bagi
individu tersebut sehingga memungkinkan terjadinya interaksi. Dapat
disimpulkan bahawa semakin kuat interaksi individu dengan objek tau
lengkungannya maka semakin besar pula perhatian dan dorongan individu
tersebut memahami aktivitasnya.
c) Hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku. Aktivitas belajar
umumnya disertai perubahan tingkah laku yang dapat diamati. Perubahan-
perubahan yang dapat diamati kebanyakan berkenaan dengan aspek-aspek
motorik. Selain dapat diamati, perubahan tingkah laku juga bersifat tidak bisa
diamati, hal tersebut berkaitan dengan aspek afektif dan emosional. Hasil
belajar juga dapat ditandai dengan perubahan kemampuan berpikir.
2.3.3 Faktor-faktor dalam Belajar
2.3.3.1 Faktor Internal
Menurut Aunurrahman (2011) Keberhasilan dalam belajar dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor internal antara lain adalah.
a) Ciri khas/karakter siswa. Persoalan intern pembelajaran berkaitan dengan
kondisi kepribadian siswa, baik fisik maupun mental. Persoalan-persoalan
pembelajaran lebih banyak berkaitan dengan dimensi mental atau emosional.
Minat, kecakapan dan pengalaman-pengalaman adalah masalah belajar yang
berkenaan dengan dimensi siswa sebelum belajar.
b) Sikap terhadap belajar. Sikap berbeda dengan perbuatan. Perbuatan adalah
implementasi atau wujud nyata dari sikap. Sikap siswa yang terpenting dalam
belajar, terletak ketika ingin memulai kegiatan belajar. Bilamana ketika akan
memulai kegiatan belajar siswa memiliki sikap menerima untuk belajar, maka
21
ia akan tertarik untuk teribat dalam kegiatan belajar smaksimal mungkin.
Begitu juga sebaliknya, jika rasa sikap penolakan yang lebih dominan, maka ia
tidak akan tertarik untuk terlibat dalam kegiatan belajar.
c) Motivasi belajar. Motivasi adalah dorongan. Dorongan untuk terlibat aktif
dalam belajar dapat terlihat dari seberapa aktif siswa bertanya dan
menyelesaikan tugas yang berkaitan dengan pelajaran serta kegiatan-kegiatan
positif lainnya. Motivasi dapat diperoleh dari orang disekitar dan lingkungan
tempat siswa belajar.
d) Konsentrasi Belajar. Konsentrasi belajar berkaitan erat dengan aspek
psikologis yang seringkali kurang bisa diamati oleh orang lain kecuali diri
individu yang sedang belajar. Mengenai konsentrasi siswa, guru mempunyai
andil untuk mengkondisikan pembelajaran semenarik mungkin.
e) Mengolah bahan belajar. Mengolah bahan belajar dapat diartikan sebagai
proses berpikir seseorang untuk mengolah informasi-informasi yang diterima
sehingga menjadi bermakna. Dalam proses pembelajaran, makna yang
dihasilkan dari pengolahan informasi tersebut, merupakan hasil pemikiran dari
siswa sendiri yang bersumber dari apa yang mereka dengar, lihat, rasakan, dan
alami. Guru berperan sebagai fasilitator dalam membantu siswa yang
mendapati kesulitan dalam mengolah informasi.
f) Menggali hasil belajar. Menggali hasil belajar adalah suatu proses
mengaktifkan kembali pesan-pesan yang telah tersimpan.Proses tersebut dapat
dipermudah dengan memperhatikan proses penerimaan pesan dengan sebaik-
baiknya terutama melalui pemusatan perhatian secara optimal.
g) Rasa percaya diri. Dari dimensi perkembangan, rasa percayadiri dapat tumbuh
dengan baik bila terdapat sebuah pengakuan dari lingkungan di sekitar individu
tersebut. Siswa memiliki rasa percaya diri di lingkungan pembelajaran apabila
siswa tersebut dididik dengan penerapan prinsip-prinsip pedagogis yang tepat.
Prinsip pedagogi yang berkaitan dengan rasa percaya diri yaitu dengan
pemberian penghargaan terhadap siswa.
22
h) Kebiasaan Belajar. Kebiasaan belajar adalah perilaku belajar seseorang yang
telah tertanam dalam waktu yang relatif lama sehingga memberikan ciri dalam
aktivitas belajar yang dilakukan.
2.3.3.2 Faktor Eksternal
Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar siawa antara lain adalah.
a) Faktor guru. Sebelum guru menentukan strategi pembelajaran, metode dan
teknik-teknik evaluasi yang akan dipergunakan, maka guru terlebih dahulu
hendaknya memahami karakteristik siswa dengan baik. Pengenalan terhadap
siswa dalam interaksi belajar mengajar, merupakan faktor yang sangat
mendasar dan penting untuk dilakukan guru agar proses pembelajaran yang
dilakukan dapat optimal untuk kepentingan siswa, minat-minat siswa dan
kemampuan siswa sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapa.
b) Lingkungan sosial (termasuk teman sebaya). Lingkungan dan teman sebaya
yang terbentuk disekitar siswa dapat memberikan pengaruh positif juga negatif.
c) Kurikulum Sekolah. Kurikulum merupakan panduan yang dijadikan guru
sebagai kerangka acuan untuk mengembangkan proses pembelajaran.
Kurikulum menjadi pedoman mulai dari penyusunan rencana pembelajaran,
pemilihan materi pembelajaran, menentukan pendekatan dan strategi/metode,
memilih dan menentukan media pembelajaran, dan menentukan teknik
evaluasi.
d) Sarana prasarana. Keadaan gedung sekolah dan ruang kelas yang tertata
dengan baik, ruang perpustakaan sekolah yang teratur, tersedianya fasilitas
kelas dan laboratorium, tersedianya buku-buku pelajaran, media/alat bantu
belajar merupakan komponen-komponen penting yang dapat mendukung
terwujudnya kegiatan-kegiatan belajar siswa.
2.4 Hasil Belajar
2.4.1 Pengertian Hasil Belajar
Menurut Hamalik (2001) menyatakan bahwa hasil belajar menunjukkan
kepada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator
adanya derajat perubahan tingkah laku siswa.
23
Menurut Nasution (2006) hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi
tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang
diberikan guru.
Sedangkan, Dimyati dan Mudjiono (2002) menyatakan hasil belajar adalah
hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya
ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru.
Dari pengertian yang diutarakan para peneliti diatas dapat peneliti
simpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku, cara berpikir dan
pengalaman baik yang dialami oleh individu dari proses belajar yang dilakukan
secara sadar.Hasil Belajar dapat diukur, salah satunya yaitu melalui nilai tes atau
ulangan yang diberikan secara berkala dan terjadwal.
2.4.2 Ranah Hasil Belajar
Keberhasilan belajar tersebut dapat dilihat dan diketahui berdasarkan
perubahan perilaku setelah diadakan kegiatan belajar, sebagaimana dikemukakan
oleh W.S Winkel (2005), bahwa hasil belajar mencacup tiga kemampuan, antara
lain adalah sebagai berikut.
a. Kemampuan kognitif menurut Bloom dkk dalam W.S Winkel (2005) yaitu
hasil belajar yang berkenaan dengan pemahaman pengetahuan dan pengertian
pada suatu materi yang meliputi :
1. Pengetahuan yaitu kemampuan mengingat kembali hal-hal yang pernah
dipelajari mencakup fakta, prinsip dan metode yang diketahui.
2. Pemahaman yaitu kemampuan memahami makna atau arti dari suatu konsep
sehingga dapat menguraikan isi pokok dari suatu makna.
3. Penerapan yaitu kemampuan menerapkan dan mengabstraksikan suatu
konsep atau ide dalam situasi yang baru.
4. Analisis yaitu kemampuan untuk merinci satu kesatuan ke dalam bagian-
bagian, sehingga organisasinya dapat dipahami dengan baik.
5. Sintesis yaitu kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai
sesuatu atau beberapa hal dan dapat mempertanggungjawabkan berdasarkan
kriteria tertentu.
24
b. Kemampuan afektif menurut Krat Wohl, Bloom dkk dalam W.S Winkel (2005)
yaitu tahap-tahap perubahan sikap, nikai dan kepribadian setelah mendapatkan
pengetahuan dari peoses belajar yang meliputi.
1. Penerimaan yaitu kepekaan dalam menerima rangsangan dan kesediaan
untuk memperhatikan rangsangan itu.
2. Partisipasi yaitu kesediaan untuk memperhatikan secara aktif dan
berpartipasi dalam suatu kegiatan.
3. Penentuan sikap yaitu kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap
sesuatu dan membawa siri sesuai dengan penilaian itu.
4. Organisasi yaitu kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai
pedoman dan pegangan dalam kehidupan.
5. Pembentukan pola hidup yaitu kemampuan untuk menghayati nilai-nilai
kehidupan sedemikian rupa, sehingga menjadi milik pribadi dan menjadi
pegangan nyata.
c. Kemampuan Psikomotor menurut Simpson dalam W.S Winkel (2005) yaitu
kesatuan psikis yang dimanifestasikan dalam tingkah laku fisik (sekumpulan
keterampilan dalam bidang tertentu) yang meliputi :
1. Persepsi yaitu kemampuan untuk membedakan antara dua perangsang atau
lebih berdasarkan ciri-ciri khas pada masing-masing rangsangan.
2. Kesiapan yaitu kemampuan untuk menempatkan diri dalam keadaan akan
memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan.
3. Gerakan terbimbing mencakup kemampuan unuk melakukan suatu
rangkaian gerak-gerik sesuai dengan contoh yang diberikan.
4. Gerakan terbiasa yaitu kemampuan untuk melakukan sesuatu rangkaian
gerak-gerik dengan lancar, karena telah dilatih secukupnya tanpa
memperhatikan lagi contoh.
5. Gerakan kompleks yaitu kemampuan untuk melaksanakan suatu
keterampilan dengan lancar, cepat dan efisien.
6. Penyesuaian pola gerakan yaitu kemampuan untuk mengadakan perubahan
dan menyesuaikan pola gerak-gerik dengan kondisi setempat atau dengan
menunjuk suatu taraf keterampilan yang telah mencapai kemahiran.
25
7. Kreativitas yaitu kemampuan untuk melahirkan pola gerak-gerik yang baru
atas dasar inisiatif sendiri.
2.5 Kajian Hasil – hasil Penelitian yang Relevan
a. Skripsi karangan Neni Fitriawati (2010) dengan judul penerapan model
pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) dalam
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran IPS
terpadu kelas VIII dapat diketahui peningkatan kemampuan Berpikir kritis
secara klasikal atau kelompok terjadi peningkatan sebesar 13% pada siklus
I dan 6% pada Siklus 2. Serta secara individu terjadi peningkatan sebesar
6% pada siklus I dan 1,6% pada Siklus 2 serta sebesar 3% pada Siklus 2I.
b. Skripsi Dwi Putra Lelana (2010) dengan judul penerapan model
pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) untuk
meningkatkan kemampuan Berpikir kritis dan hasil belajar siswa pada
mata pelajaran Ekonomi siswa kelas X. Kemampuan Berpikir kritis siswa
meningkat sebesar 27,04% dan hasil belajar siswa sebesar 2,63%.
c. Skripsi Rozy Fahrul Ar (2012) dengan judul peningkatan hasil belajar PKn
melalui model (problem based learning) di kelas 5 SDN III Geger
Kabupaten Tulungagung. Hasil penelitian menunjukkan adanya
peningkatan persentase pada hasil belajar setelah tindakan PBL dilakukan
dari siklus I sampai Siklus 2. Peningkatan hasil belajar siswa yang
ditunjukkan dengan hasil tes evaluasi yaitu dari siklus I ketuntasan
klasikal sebesar 61% atau 9 anak meningkat menjadi 89% atau 13 anak
pada Siklus 2.
2.6 Kerangka Pikir
Pembelajaran berbasis masalah adalah sebuah model pembelajaran yang
didalamnya siswa bekerja secara kelompok untuk menyelesaikan masalah nyata,
dalam pembelajaran menyelesaikan masalahnya siswa belajar konten materi dan
melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi.
26
Upaya peningkatan hasil belajar bagi siswa kelas 5 SD Negeri 2 Panimbo pada
mata pelajaran Kewarganegaraan pokok bahasan organisasi dan menghargai
keputusan bersama semester 2 tahun 2012/2013. Hal tersebut dilakukan guru
dengan memberikan permasalahan mengenai bagaimana menyusun organisasi di
lingkungan sekolah kemudian dilanjutkan dengan sub bab mengambil keputusan
bersama. Dalam kegiatan pembelajaran membutuhkan berpikir kritis yang kelak
dapat meningkatkan hasil belajar siswa.Dari uraian tersebut danberdasarkan
beberapa kajian teori serta hasil penelitian yang relevan maka penulis memiliki
pendapat atau gagasan. Gagasan penulis sampaikan berbentuk bagan alur pikir
sebagai berikut.
2.1 Bagan Kerangka Pikir
2.7 Hipotesis Tindakan
Penerapan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning)
dapat meningkatkan hasil belajar pada Standar Kompetensi memahami
kebebasan berorganisasi dan Standar Kompetensi menghargai keputusan
Pra
Tindakan
Guru masih sering
menggunakan cara mencatat
materi di papan tulis.
Hasil belajar
Kewarganegaraan siswa
kelas V rendah
Tindakan Dengan memberikan
permasalahan di awal
pembelajaran, diharapkan
hasil belajar siswa dapat
meningkat.
Pada pembelajaran siklus 1 dan
siklus 2 dengan memberikan
permasalahan berupa bagaimana
membentuk organisasi berupa
pengurus kelas dan bagaimana cara
mematuhi keputusan bersama
sehingga siswa dapat berpikir kritis
serta dapat menyelesaikan masalah
tersebut secara mandiri.
Harapan: Siswa menjadi memiliki rasa ingin
tahu yang besar dan berperan aktif
dalam proses belajar mengajar serta
hasil belajar siswa dapat meningkat.
Hasil
Akhir
Di duga Hasil belajar siswa
kelas V pada Mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan
mengalami peningkatan.
top related