6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan 2.1.1 Ruang Lingkup Kajian PKn di SD Permendiknas no.22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, terdapat perubahan standarisasi materi kurikulum setiap mata pelajaran. Mata pelajaran Pendidikan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) memuat ruang lingkup materi, tujuan, dan struktur materi yang harus diajarkan di masing-masing jenjang pendidikan. Dengan mengacu kepada Permendiknas tersebut, mata pelajaran PKn secara umum telah mengalami perubahan paradigma. Paradigma tersebut meliputi aspek keilmuan, tujuan pembelajaran, dan struktur kajian PKn. Mata pelajaran PKn merupakan mata pelajaran yang bersifat interdisiplinerter utama disiplin ilmu hukum, politik, dan filsafat moral. Sifat interdisipliner ini menjadikan PKn jelas batang keilmuannya (body of knowledge). Dalam paradigma PKn sekarang dikenal tiga komponen yang saling berkaitan. Menurut Udin Saripuddin Winataputra, dkk (2007), tiga komponen tersebut adalah sebagaimana uraian berikut ini. a. Komponen pengetahuan Pendidikan Kewarganegaraan (civic knowledge) berupa materi pelajaran PKn yang harus dicapai peserta didik. b. Komponen keterampilan Pendidikan Kewarganegaraan (civic skills) berupa kemampuan bersifat partisipatoris dan kemampuan intelektual. c. Komponen watak/karakter Pendidikan Kewarganegaraan (civic dispositions) seperti bertanggung jawab secara moral; disiplin; rasa hormat terhadap nilai dan martabat kemanusiaan; rasa hormat terhadap peraturan (hukum); mau mendengarkan, bernegosiasi dan berkompromi untuk mencapai kebaikan publik; dan menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan.
22
Embed
BAB II KAJIAN PUSTAKA - UKSW II.pdfPKn merupakan mata pelajaran yang bersifat interdisiplinerter utama disiplin ilmu hukum, politik, dan filsafat moral. Sifat interdisipliner ini menjadikan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
2.1.1 Ruang Lingkup Kajian PKn di SD
Permendiknas no.22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan
Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, terdapat perubahan
standarisasi materi kurikulum setiap mata pelajaran. Mata pelajaran Pendidikan
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) memuat ruang lingkup materi, tujuan, dan
struktur materi yang harus diajarkan di masing-masing jenjang pendidikan.
Dengan mengacu kepada Permendiknas tersebut, mata pelajaran PKn
secara umum telah mengalami perubahan paradigma. Paradigma tersebut meliputi
aspek keilmuan, tujuan pembelajaran, dan struktur kajian PKn. Mata pelajaran
PKn merupakan mata pelajaran yang bersifat interdisiplinerter utama disiplin ilmu
hukum, politik, dan filsafat moral. Sifat interdisipliner ini menjadikan PKn jelas
batang keilmuannya (body of knowledge). Dalam paradigma PKn sekarang
dikenal tiga komponen yang saling berkaitan. Menurut Udin Saripuddin
Winataputra, dkk (2007), tiga komponen tersebut adalah sebagaimana uraian
berikut ini.
a. Komponen pengetahuan Pendidikan Kewarganegaraan (civic knowledge)
berupa materi pelajaran PKn yang harus dicapai peserta didik.
b. Komponen keterampilan Pendidikan Kewarganegaraan (civic skills) berupa
kemampuan bersifat partisipatoris dan kemampuan intelektual.
c. Komponen watak/karakter Pendidikan Kewarganegaraan (civic dispositions)
seperti bertanggung jawab secara moral; disiplin; rasa hormat terhadap nilai
dan martabat kemanusiaan; rasa hormat terhadap peraturan (hukum); mau
mendengarkan, bernegosiasi dan berkompromi untuk mencapai kebaikan
publik; dan menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan.
7
2.1.2 Tujuan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Menurut Permendiknas RI No. 22 Tahun 2006 pp. 272, 280, 287.
Pembelajaran PKn memiliki beberapa tujuan untuk siswa. Adapun tujuan
pembelajaran PKn sebagaimana uraian berikut ini.
a. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu Pendidikan
Kewarganegaraan.
b. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab dan bertindak secara cerdas
dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi.
c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan
karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan
bangsa-bangsa lainnya.
d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara
langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi.
Rumusan tujuan tersebut memiliki kemiripan dengan tujuan pendidikan
Pendidikan Kewarganegaraan dalam dokumen National Standards for Civics and
Government yang dikembangkan oleh Center for Civic Education (1994)
Calabasas, Amerika Serikat. National Standards for Civics and Government
merumuskan tujuan pembelajaran civics dalam tiga bentuk komponen kompetensi
Pendidikan Kewarganegaraan, yaitu pengetahuan Pendidikan Kewarganegaraan
(civic knowledge), karakter Pendidikan Kewarganegaraan (civic dispositions), dan
keterampilan Pendidikan Kewarganegaraan (civic skills) yang memuat kecakapan
intelektual dan partisipatori.
2.1.3 Standar Isi Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Untuk mencapai tujuan pembelajaran PKn tersebut, delapan materi pokok
standar isi mata pelajaran PKn di Indonesia untuk satuan pendidikan dasar dan
menengah memuat komponen sebagai berikut.
(1) Persatuan dan Kesatuan Bangsa
(2) Norma, Hukum dan Peraturan
(3) Hak Asasi Manusia
(4) Kebutuhan Warga Negara
8
(5) Konstitusi Negara
(6) Kekuasan dan Politik
(7) Pancasila dan
(8) Globalisasi.
Moral Pancasila. Masing-masing topik/ruang lingkup kajian tersebut
secara rinci dijabarkan sebagai berikut.
a. Persatuan dan Kesatuan Bangsa, meliputi: hidup rukun dalam perbedaan, cinta
lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda, keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap
positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan
keadilan.
b. Norma, Hukum dan Peraturan, meliputi: tertib dalam kehidupan keluarga, tata
tertib di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan daerah,
norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem hukum dan
peradilan nasional, hukum dan peradilan internasional.
c. Hak Asasi Manusia, meliputi: hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban
anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM, pemajuan,
penghormatan dan perlindungan HAM.
d. Kebutuhan Warga Negara, meliputi: hidup gotong royong, harga diri sebagai
warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan
pendapat, menghargai keputusan bersama, Prestasi diri, persamaan kedudukan
warga negara.
e. Konstitusi Negara, meliputi: proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang
pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan
dasar negara dengan konstitusi.
f. Kekuasan dan Politik, meliputi: pemerintahan desa dan kecamatan,
pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan sistem
politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem
pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi.
9
g. Pancasila, meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi
negara, proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, pengamalan nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka.
h. Globalisasi, meliputi: globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri
Indonesia di era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional dan
organisasi internasional, dan mengevaluasi globalisasi.
Bagan dibawah ini menjelaskan tentang standar isi yang digunakan di
jenjang pendidikan sekolah dasar pada kelas 5.
Tabel 2.1
Standar Isi PKn Kelas 5
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Kelas 5 Semester 1
1. Memahami pentingnya
keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI)
1.1 Mendeskripsikan Negara
Kesatuan Republik Indonesia
1.2 Menjelaskan pentingnya
keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia
1.3 Menunjukkan contoh-contoh
perilaku dalam menjaga
keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia
2. Memahami peraturan
perundang-undangan tingkat
pusat dan daerah.
2.1 Menjelaskan pengertian dan
pentingnya peraturan
perundang-undangan tingkat
pusat dan daerah.
2.2 Memberikan contoh peraturan
perundang-undangan tingkat
pusat dan daerah, seperti pajak,
anti korupsi, lalu lintas,
larangan merokok
Kelas 5 Semester 2
3. Memahami kebebasan
berorganisasi
3.1 Mendeskripsikan pengertian
organisasi
3.2 Menyebutkan contoh organisasi
di lingkungan sekolah dan
masyarakat
3.3 Menampilkan peran serta dalam
memilih organisasi di sekolah
4. Menghargai keputusan bersama 4.1 Mengenal bentuk-bentuk
keputusan bersama
4.2 Mematuhi keputusan bersama
10
2.2 Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
2.2.1 Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based
Learning)
Menurut Amir M.T (2009), Model pembelajaran berbasis masalah dapat
diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada
proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Teori yang mendukung
dari Model pembelajaran berbasis masalah adalah teori yang dirumuskan oleh
Prof. Howard Barrows yang merupakan pelopor pengembangan PBL dan Kelson.
Bahwa (Problem Based Learning) adalah kurikulum dan proses pembelajaran.
Dalam kurikulumnya, dirancang masalah-masalah yang menuntut siswa mendapat
pengetahuan penting, yang membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah,
dan memiliki model belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam
tim. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistemik untuk
memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran berbasis masalah didasarkan pada kajian seorang filsuf
pendidikan John Dewey (1923, 1938), yang menekankan pentingnya
pembelajaran melalui pengalaman. Dengan adanya kegiatan langsung atau
(learning by doing) maka siswa akan mendapatkan pengalaman pendidikan yang
akan tersimpan di memori siswa lebih lama dan mudah untuk memahami materi.
Menurut Dewey (1910) pada dasarnya, seorang anak merupakan para
pembelajar aktif secara sosial yang belajar dengan cara mengeksplorasilingkungan
mereka. Pihak sekolah diharapkan dapat membawa dunia luar ke dalam proses
pembelajaran. Dengan begitu pengetahuan menjadi berguna dan hidup ketika
diterapkan sebagai solusi untuk memecahkan masalah. Dengan melibatkan
lingkungan sekitar sekolah atau dunia luar membantu siswa untuk mampu
menemukan data sebagai modal untuk menyelesaikan masalah yang telah
disuguhkan dalam proses belajar mengajar.
Supriyono (2009), model pembelajaran berbasis masalah dikembangkan
berdasarkan konsep-konsep yang dicetuskan oleh Bruner.Konsep tersebut adalah
11
belajar penemuan atau (discovery learning). Discovery learning adalah proses
pembelajaran yang berfokus pada aktivtas-aktivitas penyelidikan yang
mengangkat masalah kontekstual serta kelak pada akhir kegiatan siswa atau
peneliiti dapat menemukan sebuah solusi dari permasalahan yang diteliti.
2.2.2 Karakteristik Umum Pembelajaran Berbasis Masalah
Menurut Gijbels (2005), terdapat beberapa karakteristik umum dalam
proses belajar mengajar dengan menggunakan pembelajaran berbasis masalah :
1. Pembelajaran dimulai dengan mengangkat suatu permasalan atau satu
pertanyaan yang nantinya menjadi focal point untuk keperluan usaha-usaha
investigasi siswa.
2. Siswa memiliki tanggung jawab utama dalam menyelidiki masalah-masalah
dan memburu pertanyaan-pertanyaan. Tanggung jawab sangat penting, baik
secara instruksional maupun secara motivasional, karena siswa dalam
pelajaran-pelajaran berbasis masalah secara prakteknya melakukan learning by
doing.
3. Guru dalam pembelajaran berbasis masalah berperan sebagai fasilitator.
Pembelajaran berbasis masalah mengharuskan guru untuk lebih membantu
secara tidak langsung dengan mengemukakan masalah atau pertanyaan-
pertanyaan yang bermanfaat, peran guru tersebut membedakan dari
pembelajaran yang berorientasi pada konten (content-oriented models) dimana
guru secara aktif memberikan informasi.
Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2003), ciri utama
pembelajaran berbasis masalah meliputi mengorientasikan siswa kepada masalah
atau pertanyaan yang autentik multidisiplin menuntut kerjasama dalam
penyelidikan, dan menghasilkan karya. Dalam pembelajaran berbasis masalah
situasi atau masalah menjadi titik tolak pembelajaran untuk memahami konsep,
prinsip dan mengembangkan keterampilan memecahkan masalah.
Menurut Sanjaya, W (2009) terdapat tiga ciri dari model pembelajaran
berbasis masalah :
a) Model pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian aktivitas
pembelajaran, artinya dalam implementasi model pembelajaran berbasis masalah
12
ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. Model pembelajaran berbasis
masalah tidak mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat,
kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi dalam Model pembelajaran
berbasis masalah siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data,
dan akhirnya menyimpulkan.
b) Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Model
pembelajaran berbasis masalah menempatkan masalah sebagai kata kunci dari
proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah maka tidak mungkin ada proses
pembelajaran.
c) Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir
secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan model ilmiah adalah proses berpikir
deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris.
Sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan dengan melalui tahapan-tahapan
tertentu sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada
data dan fakta yang jelas.
Menurut Tan (2003), karakteristik yang tercakup dalam proses
Pembelajaran Berbasis Masalah, antara lain adalah.
a) Masalah digunakan sebagai awal pembelajaran.
b) Masalah yang digunakan adalah masalah nyata, namun disajikan dalam
keadaan yang belum jelas.
c) Masalah biasanya menuntut perspektif majemuk (multiple perspective).
d) Masalah membuat siswa menggunakan dan mendapatkan pembelajaran di
ranah pembelajaran yang baru.
e) Proses pembelajaran dilakukan secara mendiri oleh siswa.
f) Memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi, tidak dari satu sumber
saja. Saat proses penyelesaian masalah ada beberapa hal penting diantaranya
pencarian, evaluasi, serta penggunaan pengetahuan.
g) Pembelajaran bersidat kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif. Siswa bekerja
dalam kelompok, berinteraksi, saling mengajarkan (peer teaching) dan
melakukan pelaporan dalam bentuk presentasi.
13
2.2.3 Tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah.
Menurut Suprijono (2009) hasil belajar dari pembelajaran berbasis
masalah adalah peserta didik yang memiliki ketrampilan penyelidikan.Peserta
didik mempunyai ketrampilan mengatasi masalah.Peserta didik mempunyai
kemampuan mempelajari peran orang dewasa.Artinya bahwa dalam pemecahahan
masalah peserta didik mendapatkan data atau informasi dari para ahli
dibidangnya, jadi peran orang dewasa disini sebagai sumber data.Peserta didik
dapat menjadi pembelajar yang nmandiri dan independen.
Menurut Kauchak D dkk (2009) pelajaran-pelajaran berbasis masalah
memiliki tiga tujuan yang saling berhubungan satu sama lain. Tujuan pertama
adalah mengembangkan kemampuan siswa untuk dapat menyelidiki secara
sistematis suatu pertanyaan atau masalah. Dengan berpatisipasi dalam aktivitas-
aktivitas berbasis masalah yang telah tersusun rapi, siswa belajar bagaimana
memecahkan masalah-masalah yang sama dengan cara yang komprehensif dan
sistematis. Tujuan kedua adalah mengembangkan pembelajaran yang self-
directed.Artinya adalah pembelajaran berbasis masalah mengajarkan siswa untuk
bertanggungjawab atas investigasi mereka sendiri, sesuai dengan Meltzer
(2007),siswa belajar untuk mengatur dan mengontrol pembelajaran mereka
sendiri. Tujuan ketiga, banyak konten yang dipelajari siswa dalam pelajaran-
pelajaran berbasis masalah bersifat implisit dan insidental dalam pengertian
bahwa tidak ada satu pun dari guru dan siswa yang mengetahui dengan pasti di
mana penyelidikan akan berlangsung.
2.2.4 Kelebihan Pembelajaran Berbasis Masalah.
Menurut Gerry (2011) Sebagai suatu strategi pembelajaran, strategi
pembelajaran berbasis masalah memiliki beberapa keunggulan, di antaranya:
1. Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih
memahami isi pelajaran.
2. Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan
kepuasan untuk menentukan pengetahuan baru bagi siswa.
3. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
14
4. Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentrasfer pengetahuan
mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
5. Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan
pengetahuan barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka
lakukan.
6. Melalui pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.
Menurut Yusfi (2012), Pembelajran Berbasis Masalah memiliki kelebihan.
Antara lain adalah.
a) Mengembangkan jawaban yang bermakna bagi suatu masalah yang akan
membawa siswa mampu menuju pemahaman lebih dalam mengenai suatu
materi.
b) Pembelajaran berbasis masalah memberikan tantangan pada siswa sehingga
mereka bisa memperoleh kepuasan dengan menemukan pengetahuan baru bagi
dirinya sendiri.
c) PBL membuat siswa selalu aktif dalam pembelajaran.
d) PBL membantu siswa untuk mempelajaribagaimana cara untuk mentransfer
pengetahuan mereka kedalam masalah dunia nyata.
e) PBL dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis setiap siswa serta
kemampuan mereka untuk beradaptasi untuk belajar dengan situasi yang baru.
f) Menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan
pengetahuan baru bagi siswa.
g) Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa.
h) Dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk
memahami masalah dalam kehidupan nyata.
2.2.5 Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Proses
Belajar Mengajar
Secara umum, penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah, dimulai
dengan adanya masalah yang oleh siswa harus mendapatkan pemecahan
masalahan. Masalah tersebut dapat berasal dari siswa atau pengajar. Model
15
pembelajaran ini berpusat kepada siswa, sedangkan guru berperan sebagai
fasilitator.
Menutur Nurhayati (2002) pelaksanaan model pembelajaran berbasis
masalah meliputi enam tahapan, antara lain adalah:
1. Pemberian masalah. Masalah dapat berasal dari guru maupun siswa. Guru
bertugas untuk memotivasi siswa agar terlibat sepenuhnya dalam menemukan
pemecahan masalah tersebut. Siswa bekerja dalam kelompok untuk mencari
atau mempelajari serta berketrampilan hal yang baru untuk terlibat dalam
pemecahan masalah.
2. Manuliskan apa yang diketahui. Guru membantu peserta didik untuk
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah. Siswa
dalam kelompok menuliskan apa yang diketahui dari masalah yang telah
diberikan di awal pembelajaran.
3. Menuliskan inti permasalahan. Atas dorongan atau motivasi guru terhadapa
siswa, siswa melakukan eksperimen atau penyelidikan dan mengumpulkan data
yang berkaitan dengan permasalahan. Dengan kegiatan tersebut siswa mampu
mendapatkan inti dari permasalahan.
4. Menuliskan cara pemecahan masalah. Siswa menemukan sendiri bagaimana
atau langkah-langkah apa saja yang digunakan untuk memecahkan masalah.
5. Menuliskan tindakan kerja yang akan dilakukan. Pada tahap ini, siswa
menuliskan dan mengerjakan tindakan kerja serta mengkoordinasikan tugas-
tugas tersebut dalam kelompok.
6. Menuliskan hasil pekerjaan. Siswa melaporkan hasil kegiatannya kepada kelas
yang meliputi proses yang dilakukan dan uraian hasil atau pemecahan masalah.
Menurut Amir (2009) Proses Pembelajaran Berbasis Masalah akan dapat
dijalankan apabila pengajar siap dengan segala perangkat yang diperlukan.
Perangkata tersebut seperti permasalahan yang akan dipecahkan oleh siswa, form
urutan kegiatan dan perangkat-perangkat yang lain. Guru juga harus memastikan
bahwa siswa sudah paham dengan proses yang akan dijalankan sepanjang
kegiatan dalam pembelajaran berbasis masalah. Siswa juga sudah terbentuk dalam
16
kelompok kecil yang telah dibagi oleh guru agar kelompok tersebut terdiri dari
siswa yang heterogen.Setiap kelompok pada umumnya menjalankan 7 langkah.
Antara lain adalah sebagai berikut.
1. Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas. Hal ini bertujuan untuk
memastikan setiap anggota memahami berbagai istilah dan konsep yang ada
dalam masalah.
2. Merumuskan masalah.
3. Menganalisis masalah. Siswa mengeluarkan pengetahuan yang mereka miliki.
Pengetahuan tersebut memiliki kaitan dengan masalah yang akan dibahas.
Kemudian didalam kelompok siswa juga mengadakan curah pendapat seperti