Top Banner
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan 2.1.1 Ruang Lingkup Kajian PKn di SD Permendiknas no.22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, terdapat perubahan standarisasi materi kurikulum setiap mata pelajaran. Mata pelajaran Pendidikan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) memuat ruang lingkup materi, tujuan, dan struktur materi yang harus diajarkan di masing-masing jenjang pendidikan. Dengan mengacu kepada Permendiknas tersebut, mata pelajaran PKn secara umum telah mengalami perubahan paradigma. Paradigma tersebut meliputi aspek keilmuan, tujuan pembelajaran, dan struktur kajian PKn. Mata pelajaran PKn merupakan mata pelajaran yang bersifat interdisiplinerter utama disiplin ilmu hukum, politik, dan filsafat moral. Sifat interdisipliner ini menjadikan PKn jelas batang keilmuannya (body of knowledge). Dalam paradigma PKn sekarang dikenal tiga komponen yang saling berkaitan. Menurut Udin Saripuddin Winataputra, dkk (2007), tiga komponen tersebut adalah sebagaimana uraian berikut ini. a. Komponen pengetahuan Pendidikan Kewarganegaraan (civic knowledge) berupa materi pelajaran PKn yang harus dicapai peserta didik. b. Komponen keterampilan Pendidikan Kewarganegaraan (civic skills) berupa kemampuan bersifat partisipatoris dan kemampuan intelektual. c. Komponen watak/karakter Pendidikan Kewarganegaraan (civic dispositions) seperti bertanggung jawab secara moral; disiplin; rasa hormat terhadap nilai dan martabat kemanusiaan; rasa hormat terhadap peraturan (hukum); mau mendengarkan, bernegosiasi dan berkompromi untuk mencapai kebaikan publik; dan menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan.
22

BAB II KAJIAN PUSTAKA - UKSW II.pdfPKn merupakan mata pelajaran yang bersifat interdisiplinerter utama disiplin ilmu hukum, politik, dan filsafat moral. Sifat interdisipliner ini menjadikan

Mar 06, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - UKSW II.pdfPKn merupakan mata pelajaran yang bersifat interdisiplinerter utama disiplin ilmu hukum, politik, dan filsafat moral. Sifat interdisipliner ini menjadikan

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

2.1.1 Ruang Lingkup Kajian PKn di SD

Permendiknas no.22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan

Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, terdapat perubahan

standarisasi materi kurikulum setiap mata pelajaran. Mata pelajaran Pendidikan

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) memuat ruang lingkup materi, tujuan, dan

struktur materi yang harus diajarkan di masing-masing jenjang pendidikan.

Dengan mengacu kepada Permendiknas tersebut, mata pelajaran PKn

secara umum telah mengalami perubahan paradigma. Paradigma tersebut meliputi

aspek keilmuan, tujuan pembelajaran, dan struktur kajian PKn. Mata pelajaran

PKn merupakan mata pelajaran yang bersifat interdisiplinerter utama disiplin ilmu

hukum, politik, dan filsafat moral. Sifat interdisipliner ini menjadikan PKn jelas

batang keilmuannya (body of knowledge). Dalam paradigma PKn sekarang

dikenal tiga komponen yang saling berkaitan. Menurut Udin Saripuddin

Winataputra, dkk (2007), tiga komponen tersebut adalah sebagaimana uraian

berikut ini.

a. Komponen pengetahuan Pendidikan Kewarganegaraan (civic knowledge)

berupa materi pelajaran PKn yang harus dicapai peserta didik.

b. Komponen keterampilan Pendidikan Kewarganegaraan (civic skills) berupa

kemampuan bersifat partisipatoris dan kemampuan intelektual.

c. Komponen watak/karakter Pendidikan Kewarganegaraan (civic dispositions)

seperti bertanggung jawab secara moral; disiplin; rasa hormat terhadap nilai

dan martabat kemanusiaan; rasa hormat terhadap peraturan (hukum); mau

mendengarkan, bernegosiasi dan berkompromi untuk mencapai kebaikan

publik; dan menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - UKSW II.pdfPKn merupakan mata pelajaran yang bersifat interdisiplinerter utama disiplin ilmu hukum, politik, dan filsafat moral. Sifat interdisipliner ini menjadikan

7

2.1.2 Tujuan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Menurut Permendiknas RI No. 22 Tahun 2006 pp. 272, 280, 287.

Pembelajaran PKn memiliki beberapa tujuan untuk siswa. Adapun tujuan

pembelajaran PKn sebagaimana uraian berikut ini.

a. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu Pendidikan

Kewarganegaraan.

b. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab dan bertindak secara cerdas

dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi.

c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan

karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan

bangsa-bangsa lainnya.

d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara

langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan

komunikasi.

Rumusan tujuan tersebut memiliki kemiripan dengan tujuan pendidikan

Pendidikan Kewarganegaraan dalam dokumen National Standards for Civics and

Government yang dikembangkan oleh Center for Civic Education (1994)

Calabasas, Amerika Serikat. National Standards for Civics and Government

merumuskan tujuan pembelajaran civics dalam tiga bentuk komponen kompetensi

Pendidikan Kewarganegaraan, yaitu pengetahuan Pendidikan Kewarganegaraan

(civic knowledge), karakter Pendidikan Kewarganegaraan (civic dispositions), dan

keterampilan Pendidikan Kewarganegaraan (civic skills) yang memuat kecakapan

intelektual dan partisipatori.

2.1.3 Standar Isi Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Untuk mencapai tujuan pembelajaran PKn tersebut, delapan materi pokok

standar isi mata pelajaran PKn di Indonesia untuk satuan pendidikan dasar dan

menengah memuat komponen sebagai berikut.

(1) Persatuan dan Kesatuan Bangsa

(2) Norma, Hukum dan Peraturan

(3) Hak Asasi Manusia

(4) Kebutuhan Warga Negara

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - UKSW II.pdfPKn merupakan mata pelajaran yang bersifat interdisiplinerter utama disiplin ilmu hukum, politik, dan filsafat moral. Sifat interdisipliner ini menjadikan

8

(5) Konstitusi Negara

(6) Kekuasan dan Politik

(7) Pancasila dan

(8) Globalisasi.

Moral Pancasila. Masing-masing topik/ruang lingkup kajian tersebut

secara rinci dijabarkan sebagai berikut.

a. Persatuan dan Kesatuan Bangsa, meliputi: hidup rukun dalam perbedaan, cinta

lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda, keutuhan

Negara Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap

positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan

keadilan.

b. Norma, Hukum dan Peraturan, meliputi: tertib dalam kehidupan keluarga, tata

tertib di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan daerah,

norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem hukum dan

peradilan nasional, hukum dan peradilan internasional.

c. Hak Asasi Manusia, meliputi: hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban

anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM, pemajuan,

penghormatan dan perlindungan HAM.

d. Kebutuhan Warga Negara, meliputi: hidup gotong royong, harga diri sebagai

warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan

pendapat, menghargai keputusan bersama, Prestasi diri, persamaan kedudukan

warga negara.

e. Konstitusi Negara, meliputi: proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang

pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan

dasar negara dengan konstitusi.

f. Kekuasan dan Politik, meliputi: pemerintahan desa dan kecamatan,

pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan sistem

politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem

pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - UKSW II.pdfPKn merupakan mata pelajaran yang bersifat interdisiplinerter utama disiplin ilmu hukum, politik, dan filsafat moral. Sifat interdisipliner ini menjadikan

9

g. Pancasila, meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi

negara, proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, pengamalan nilai-nilai

Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka.

h. Globalisasi, meliputi: globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri

Indonesia di era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional dan

organisasi internasional, dan mengevaluasi globalisasi.

Bagan dibawah ini menjelaskan tentang standar isi yang digunakan di

jenjang pendidikan sekolah dasar pada kelas 5.

Tabel 2.1

Standar Isi PKn Kelas 5

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Kelas 5 Semester 1

1. Memahami pentingnya

keutuhan Negara Kesatuan

Republik Indonesia (NKRI)

1.1 Mendeskripsikan Negara

Kesatuan Republik Indonesia

1.2 Menjelaskan pentingnya

keutuhan Negara Kesatuan

Republik Indonesia

1.3 Menunjukkan contoh-contoh

perilaku dalam menjaga

keutuhan Negara Kesatuan

Republik Indonesia

2. Memahami peraturan

perundang-undangan tingkat

pusat dan daerah.

2.1 Menjelaskan pengertian dan

pentingnya peraturan

perundang-undangan tingkat

pusat dan daerah.

2.2 Memberikan contoh peraturan

perundang-undangan tingkat

pusat dan daerah, seperti pajak,

anti korupsi, lalu lintas,

larangan merokok

Kelas 5 Semester 2

3. Memahami kebebasan

berorganisasi

3.1 Mendeskripsikan pengertian

organisasi

3.2 Menyebutkan contoh organisasi

di lingkungan sekolah dan

masyarakat

3.3 Menampilkan peran serta dalam

memilih organisasi di sekolah

4. Menghargai keputusan bersama 4.1 Mengenal bentuk-bentuk

keputusan bersama

4.2 Mematuhi keputusan bersama

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - UKSW II.pdfPKn merupakan mata pelajaran yang bersifat interdisiplinerter utama disiplin ilmu hukum, politik, dan filsafat moral. Sifat interdisipliner ini menjadikan

10

2.2 Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

2.2.1 Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based

Learning)

Menurut Amir M.T (2009), Model pembelajaran berbasis masalah dapat

diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada

proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Teori yang mendukung

dari Model pembelajaran berbasis masalah adalah teori yang dirumuskan oleh

Prof. Howard Barrows yang merupakan pelopor pengembangan PBL dan Kelson.

Bahwa (Problem Based Learning) adalah kurikulum dan proses pembelajaran.

Dalam kurikulumnya, dirancang masalah-masalah yang menuntut siswa mendapat

pengetahuan penting, yang membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah,

dan memiliki model belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam

tim. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistemik untuk

memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam

kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran berbasis masalah didasarkan pada kajian seorang filsuf

pendidikan John Dewey (1923, 1938), yang menekankan pentingnya

pembelajaran melalui pengalaman. Dengan adanya kegiatan langsung atau

(learning by doing) maka siswa akan mendapatkan pengalaman pendidikan yang

akan tersimpan di memori siswa lebih lama dan mudah untuk memahami materi.

Menurut Dewey (1910) pada dasarnya, seorang anak merupakan para

pembelajar aktif secara sosial yang belajar dengan cara mengeksplorasilingkungan

mereka. Pihak sekolah diharapkan dapat membawa dunia luar ke dalam proses

pembelajaran. Dengan begitu pengetahuan menjadi berguna dan hidup ketika

diterapkan sebagai solusi untuk memecahkan masalah. Dengan melibatkan

lingkungan sekitar sekolah atau dunia luar membantu siswa untuk mampu

menemukan data sebagai modal untuk menyelesaikan masalah yang telah

disuguhkan dalam proses belajar mengajar.

Supriyono (2009), model pembelajaran berbasis masalah dikembangkan

berdasarkan konsep-konsep yang dicetuskan oleh Bruner.Konsep tersebut adalah

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - UKSW II.pdfPKn merupakan mata pelajaran yang bersifat interdisiplinerter utama disiplin ilmu hukum, politik, dan filsafat moral. Sifat interdisipliner ini menjadikan

11

belajar penemuan atau (discovery learning). Discovery learning adalah proses

pembelajaran yang berfokus pada aktivtas-aktivitas penyelidikan yang

mengangkat masalah kontekstual serta kelak pada akhir kegiatan siswa atau

peneliiti dapat menemukan sebuah solusi dari permasalahan yang diteliti.

2.2.2 Karakteristik Umum Pembelajaran Berbasis Masalah

Menurut Gijbels (2005), terdapat beberapa karakteristik umum dalam

proses belajar mengajar dengan menggunakan pembelajaran berbasis masalah :

1. Pembelajaran dimulai dengan mengangkat suatu permasalan atau satu

pertanyaan yang nantinya menjadi focal point untuk keperluan usaha-usaha

investigasi siswa.

2. Siswa memiliki tanggung jawab utama dalam menyelidiki masalah-masalah

dan memburu pertanyaan-pertanyaan. Tanggung jawab sangat penting, baik

secara instruksional maupun secara motivasional, karena siswa dalam

pelajaran-pelajaran berbasis masalah secara prakteknya melakukan learning by

doing.

3. Guru dalam pembelajaran berbasis masalah berperan sebagai fasilitator.

Pembelajaran berbasis masalah mengharuskan guru untuk lebih membantu

secara tidak langsung dengan mengemukakan masalah atau pertanyaan-

pertanyaan yang bermanfaat, peran guru tersebut membedakan dari

pembelajaran yang berorientasi pada konten (content-oriented models) dimana

guru secara aktif memberikan informasi.

Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2003), ciri utama

pembelajaran berbasis masalah meliputi mengorientasikan siswa kepada masalah

atau pertanyaan yang autentik multidisiplin menuntut kerjasama dalam

penyelidikan, dan menghasilkan karya. Dalam pembelajaran berbasis masalah

situasi atau masalah menjadi titik tolak pembelajaran untuk memahami konsep,

prinsip dan mengembangkan keterampilan memecahkan masalah.

Menurut Sanjaya, W (2009) terdapat tiga ciri dari model pembelajaran

berbasis masalah :

a) Model pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian aktivitas

pembelajaran, artinya dalam implementasi model pembelajaran berbasis masalah

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - UKSW II.pdfPKn merupakan mata pelajaran yang bersifat interdisiplinerter utama disiplin ilmu hukum, politik, dan filsafat moral. Sifat interdisipliner ini menjadikan

12

ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. Model pembelajaran berbasis

masalah tidak mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat,

kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi dalam Model pembelajaran

berbasis masalah siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data,

dan akhirnya menyimpulkan.

b) Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Model

pembelajaran berbasis masalah menempatkan masalah sebagai kata kunci dari

proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah maka tidak mungkin ada proses

pembelajaran.

c) Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir

secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan model ilmiah adalah proses berpikir

deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris.

Sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan dengan melalui tahapan-tahapan

tertentu sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada

data dan fakta yang jelas.

Menurut Tan (2003), karakteristik yang tercakup dalam proses

Pembelajaran Berbasis Masalah, antara lain adalah.

a) Masalah digunakan sebagai awal pembelajaran.

b) Masalah yang digunakan adalah masalah nyata, namun disajikan dalam

keadaan yang belum jelas.

c) Masalah biasanya menuntut perspektif majemuk (multiple perspective).

d) Masalah membuat siswa menggunakan dan mendapatkan pembelajaran di

ranah pembelajaran yang baru.

e) Proses pembelajaran dilakukan secara mendiri oleh siswa.

f) Memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi, tidak dari satu sumber

saja. Saat proses penyelesaian masalah ada beberapa hal penting diantaranya

pencarian, evaluasi, serta penggunaan pengetahuan.

g) Pembelajaran bersidat kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif. Siswa bekerja

dalam kelompok, berinteraksi, saling mengajarkan (peer teaching) dan

melakukan pelaporan dalam bentuk presentasi.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - UKSW II.pdfPKn merupakan mata pelajaran yang bersifat interdisiplinerter utama disiplin ilmu hukum, politik, dan filsafat moral. Sifat interdisipliner ini menjadikan

13

2.2.3 Tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah.

Menurut Suprijono (2009) hasil belajar dari pembelajaran berbasis

masalah adalah peserta didik yang memiliki ketrampilan penyelidikan.Peserta

didik mempunyai ketrampilan mengatasi masalah.Peserta didik mempunyai

kemampuan mempelajari peran orang dewasa.Artinya bahwa dalam pemecahahan

masalah peserta didik mendapatkan data atau informasi dari para ahli

dibidangnya, jadi peran orang dewasa disini sebagai sumber data.Peserta didik

dapat menjadi pembelajar yang nmandiri dan independen.

Menurut Kauchak D dkk (2009) pelajaran-pelajaran berbasis masalah

memiliki tiga tujuan yang saling berhubungan satu sama lain. Tujuan pertama

adalah mengembangkan kemampuan siswa untuk dapat menyelidiki secara

sistematis suatu pertanyaan atau masalah. Dengan berpatisipasi dalam aktivitas-

aktivitas berbasis masalah yang telah tersusun rapi, siswa belajar bagaimana

memecahkan masalah-masalah yang sama dengan cara yang komprehensif dan

sistematis. Tujuan kedua adalah mengembangkan pembelajaran yang self-

directed.Artinya adalah pembelajaran berbasis masalah mengajarkan siswa untuk

bertanggungjawab atas investigasi mereka sendiri, sesuai dengan Meltzer

(2007),siswa belajar untuk mengatur dan mengontrol pembelajaran mereka

sendiri. Tujuan ketiga, banyak konten yang dipelajari siswa dalam pelajaran-

pelajaran berbasis masalah bersifat implisit dan insidental dalam pengertian

bahwa tidak ada satu pun dari guru dan siswa yang mengetahui dengan pasti di

mana penyelidikan akan berlangsung.

2.2.4 Kelebihan Pembelajaran Berbasis Masalah.

Menurut Gerry (2011) Sebagai suatu strategi pembelajaran, strategi

pembelajaran berbasis masalah memiliki beberapa keunggulan, di antaranya:

1. Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih

memahami isi pelajaran.

2. Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan

kepuasan untuk menentukan pengetahuan baru bagi siswa.

3. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - UKSW II.pdfPKn merupakan mata pelajaran yang bersifat interdisiplinerter utama disiplin ilmu hukum, politik, dan filsafat moral. Sifat interdisipliner ini menjadikan

14

4. Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentrasfer pengetahuan

mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.

5. Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan

pengetahuan barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka

lakukan.

6. Melalui pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.

Menurut Yusfi (2012), Pembelajran Berbasis Masalah memiliki kelebihan.

Antara lain adalah.

a) Mengembangkan jawaban yang bermakna bagi suatu masalah yang akan

membawa siswa mampu menuju pemahaman lebih dalam mengenai suatu

materi.

b) Pembelajaran berbasis masalah memberikan tantangan pada siswa sehingga

mereka bisa memperoleh kepuasan dengan menemukan pengetahuan baru bagi

dirinya sendiri.

c) PBL membuat siswa selalu aktif dalam pembelajaran.

d) PBL membantu siswa untuk mempelajaribagaimana cara untuk mentransfer

pengetahuan mereka kedalam masalah dunia nyata.

e) PBL dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis setiap siswa serta

kemampuan mereka untuk beradaptasi untuk belajar dengan situasi yang baru.

f) Menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan

pengetahuan baru bagi siswa.

g) Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa.

h) Dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk

memahami masalah dalam kehidupan nyata.

2.2.5 Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Proses

Belajar Mengajar

Secara umum, penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah, dimulai

dengan adanya masalah yang oleh siswa harus mendapatkan pemecahan

masalahan. Masalah tersebut dapat berasal dari siswa atau pengajar. Model

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - UKSW II.pdfPKn merupakan mata pelajaran yang bersifat interdisiplinerter utama disiplin ilmu hukum, politik, dan filsafat moral. Sifat interdisipliner ini menjadikan

15

pembelajaran ini berpusat kepada siswa, sedangkan guru berperan sebagai

fasilitator.

Menutur Nurhayati (2002) pelaksanaan model pembelajaran berbasis

masalah meliputi enam tahapan, antara lain adalah:

1. Pemberian masalah. Masalah dapat berasal dari guru maupun siswa. Guru

bertugas untuk memotivasi siswa agar terlibat sepenuhnya dalam menemukan

pemecahan masalah tersebut. Siswa bekerja dalam kelompok untuk mencari

atau mempelajari serta berketrampilan hal yang baru untuk terlibat dalam

pemecahan masalah.

2. Manuliskan apa yang diketahui. Guru membantu peserta didik untuk

mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah. Siswa

dalam kelompok menuliskan apa yang diketahui dari masalah yang telah

diberikan di awal pembelajaran.

3. Menuliskan inti permasalahan. Atas dorongan atau motivasi guru terhadapa

siswa, siswa melakukan eksperimen atau penyelidikan dan mengumpulkan data

yang berkaitan dengan permasalahan. Dengan kegiatan tersebut siswa mampu

mendapatkan inti dari permasalahan.

4. Menuliskan cara pemecahan masalah. Siswa menemukan sendiri bagaimana

atau langkah-langkah apa saja yang digunakan untuk memecahkan masalah.

5. Menuliskan tindakan kerja yang akan dilakukan. Pada tahap ini, siswa

menuliskan dan mengerjakan tindakan kerja serta mengkoordinasikan tugas-

tugas tersebut dalam kelompok.

6. Menuliskan hasil pekerjaan. Siswa melaporkan hasil kegiatannya kepada kelas

yang meliputi proses yang dilakukan dan uraian hasil atau pemecahan masalah.

Menurut Amir (2009) Proses Pembelajaran Berbasis Masalah akan dapat

dijalankan apabila pengajar siap dengan segala perangkat yang diperlukan.

Perangkata tersebut seperti permasalahan yang akan dipecahkan oleh siswa, form

urutan kegiatan dan perangkat-perangkat yang lain. Guru juga harus memastikan

bahwa siswa sudah paham dengan proses yang akan dijalankan sepanjang

kegiatan dalam pembelajaran berbasis masalah. Siswa juga sudah terbentuk dalam

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - UKSW II.pdfPKn merupakan mata pelajaran yang bersifat interdisiplinerter utama disiplin ilmu hukum, politik, dan filsafat moral. Sifat interdisipliner ini menjadikan

16

kelompok kecil yang telah dibagi oleh guru agar kelompok tersebut terdiri dari

siswa yang heterogen.Setiap kelompok pada umumnya menjalankan 7 langkah.

Antara lain adalah sebagai berikut.

1. Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas. Hal ini bertujuan untuk

memastikan setiap anggota memahami berbagai istilah dan konsep yang ada

dalam masalah.

2. Merumuskan masalah.

3. Menganalisis masalah. Siswa mengeluarkan pengetahuan yang mereka miliki.

Pengetahuan tersebut memiliki kaitan dengan masalah yang akan dibahas.

Kemudian didalam kelompok siswa juga mengadakan curah pendapat seperti

mengemukakan informasi-informasi seputaran masalah.

4. Menata gagasan secara sistematis dan menganalisisnya secara dalam. Analisis

adalah upaya memilah-memilah sesuatu menjadi bagian-bagian yang

membetuknya.

5. Memformasikan tujuan pembelajaran. Hal ini bertujuan agar kegiatan yang

dilakukan di dalam kelompok tidak meluas kepada tujuan lain.

6. Mencari informasi tambahan dari sumber yang lain. Tambahan dari sumber

lain dilakukan tidak dengan sesama anggota kelompok. Hal ini tergantung

dengan sejauh mana setiap anggota dapat mencari berbagai macam informasi

yang efektif.

7. Menggambungkan dan menguji informasi baru. Dari laporan-laporan yang

telah dipresentasikan di hadapan semua kelompok lain. Kelompokakan

mendapatkan informasi-informasi baru. Pada langkah 7 ini kelompok

diharapkan sudah dapat membuat sintesis, menggambungkannya dan

mengombinasikan hal-hal yang relevan. Kemampuan yang sangat penting

dalam langkah ini antara lain adalah meringkas, mendiskusikan dan meninjau

ulang hasil diskusi untuk disajikan dalam bentuk laporan. Kemampuan-

kemampuan tersebut sangat membantu dalam keberhasilan siswa

mengkomunikasikan laporan secara oral agar kelompok lain dapat memahami

informasi yang disampaikan.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - UKSW II.pdfPKn merupakan mata pelajaran yang bersifat interdisiplinerter utama disiplin ilmu hukum, politik, dan filsafat moral. Sifat interdisipliner ini menjadikan

17

2.2.6 Karakeristik Masalah dalam (Problem Based Learning)

Menurut Taufiq (2009) Masalah yang disuguhkan (problem based

learning) harus memiliki beberapa karakteristik. Antara lain adalah sebagai

berikut.

1. Masalah dapat berupa tugas melakukan sesuatu, pertanyaan atau hasil

identifikasi dari keadaan yang ada di sekitar siswa.

2. Masalah berupa tugas yang tidak memiliki struktur yang jelas sehingga

merangsang siswa untuk mencari informasi dan data-data untuk menjadikan

masalah tersebut sedikit demi sedikit menjadi jelas.

3. Masalah harus cukup komplek dan ambigu sehingga menjadikan siswa

memiliki rasa ingin tahu yang besar untuk menggunakan strategi yang seperti

apa yang akan digunakan.

4. Masalah harus bermakana dan ada hubungannya dengan kehidupan sehari-hari

sehingga siswa memiliki dorongan agar mereka menjadi aktor utama dalam

penyelesaian masalah tersebut.

5. Masalah yang dijadikan sebagai fokus pembelajaran dapat diselesaikan siswa

melalui kerja kelompok dengan tujuan untuk memberikan pengalaman-

pengalaman belajar yang beraagam pada siswa seperti kerjasama dan interaksi

serta kemampuan mengemukakan dan mendengarkan pendapat.

2.2.7 Sintaks Pembelajaran

Menurut Ismail 2002, sintaks pembelajaran yang digunakan dalam

menerapkan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning)

adalah sebagai berikut.

Table 2.2

Sintaks Pembelajaran

Fase-fase Tingkah laku guru

Fase 1

Orientasi siswa pada

masalah

Guru menjelasknan tujuan pembelajaran menjelaskan

logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat

pada aktivitas pemecahan masalah.

Fase 2

Mengorganisasikan

siswa untuk belajar

Guru membantu siswa mendfinisikan dan

mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan

dengan masalah tersebut.

Fase 3 Guru mendorong siswa untuk mengumpulka informasi

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA - UKSW II.pdfPKn merupakan mata pelajaran yang bersifat interdisiplinerter utama disiplin ilmu hukum, politik, dan filsafat moral. Sifat interdisipliner ini menjadikan

18

Membimbing

penyelidikan individual

maupun kelompok

yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk

mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

Fase 4

Mengembangkan dan

menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan

menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, dan

membantu tugas dengan temannya.

Fase 5

Menganalisis dan

mengevaluasi proses

pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau

evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses

yang mereka gunakan.

2.2.8 Standar Proses Pembelajaran Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Dalam penerapan model pembelajaran berbasis masalah, urutan kegiatan dari

kegiatan awal, kegiatan inti hingga penutup dapat dilakukan dengan urutan

sebagai berikut.

Table 2.3

Standar Proses

No Tahap Kegiatan Keterangan 1. Pendahuluan 1. Guru memimpin doa dan menyapa

siswa.

2. Guru mengabsen siswa

3. Guru memeriksa kesiapan siswa.

2. Inti Eksplorasi 1. Siswa diberi sebuah permasalahan. 2. Siswa diberi kesempatan untuk

mengungkapkan pendapatnya mengenai

masalah tersebut.

Elaborasi 1. Siswa diperlihatkan alat peraga yang

berkaitan dengan materi pelajaran yang

akan dibahas.

2. Siswa diminta untuk mengumpulkan

data untuk menyelesaikan masalah.

3. Siswa dibagi kelompok untuk berdiskusi 4. Siswa diminta maju untuk

menyampaikan hasil diskusi.

5. Guru meluruskan penjelasan mengenai

materi.

Konfirmasi 1. Guru mengoreksi pekerjaan siswa 2. Guru memberi kesempatan siswa untuk

bertanya.

3. Penutup 1. Guru bersama siswa menarik

kesimpulan.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA - UKSW II.pdfPKn merupakan mata pelajaran yang bersifat interdisiplinerter utama disiplin ilmu hukum, politik, dan filsafat moral. Sifat interdisipliner ini menjadikan

19

2. Guru meminta siswa untuk membaca

materi selanjutnya di rumah.

3. Guru memberi evaluasi

2.3 Belajar

2.3.1 Pengertian Belajar

Menurut Abdillah (2002) Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan

oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman

yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik untuk

memperoleh tujuan tertentu.Pengertian tersebut dilatarbellakangi dari deskripsi-

deskripsi belajar menurut para ahli. James O. Whittaker mengungkapkan belajar

adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau

pengalaman. Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk

memperoleh suau perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya.

Aunurrahman (2011) Belajar adalah suatu aktivitas menuju suatu

perubahan tingkah laku pada diri individu melalui proses interaksi dengan

lingkungannya. Belajar tidak harus didalam kelas.Belajar bisa dilakukan individu

dimanapun dan dari siapapun. Dalam buku Educational Psychology, H.C

Witherington, mengemukakan bahwa belajar adalah suatu perubahan di dalam

kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa

kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian atau suatu pengertian.

Dari beberapa pengertian diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa

belajar adalah suatu tindakan sadar yang dilakukan individu baik di dalam

maupun di luar kelas untuk mendapatkan perubahan tingkah laku ke arah yang

baik dalam hal kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian atau suatu pengertian.

2.3.2 Ciri Umum Belajar

Menurut Wragg (1994) mengemukakan beberapa ciri umum kegiatan

belajar, antara lain adalah sebagai berikut.

a) Belajar menunjukkan suatu aktivitas pada diri seseorang yang disadari atau

disengaja. Aktivitas ini menunjuk pada keaktifan seseorang dalam melakukan

sesuatu kegiatan tertentu, baik pada aspek-aspek jasmaniah maupun aspek

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA - UKSW II.pdfPKn merupakan mata pelajaran yang bersifat interdisiplinerter utama disiplin ilmu hukum, politik, dan filsafat moral. Sifat interdisipliner ini menjadikan

20

mental yang memungkinkan terjadinya perubahan pada dirinya. Kegiatan

belajar semakin baik bilamana intensitas keaktifan jasmaniah maupun mental

seseorang semakin tinggi.

b) Belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya. Lingkungan

dalam hal ini dapat berupa manusia atau objek-objek lain yang memungkinkan

individu memperoleh pengalaman-pengalaman atau pengetahuan, baik

pengalaman atau pengetahuan baru maupunn sesuatu yang pernah diperoleh

atau ditemukan sebelumnya akan tetapi menimbulkan perhatiaan kembali bagi

individu tersebut sehingga memungkinkan terjadinya interaksi. Dapat

disimpulkan bahawa semakin kuat interaksi individu dengan objek tau

lengkungannya maka semakin besar pula perhatian dan dorongan individu

tersebut memahami aktivitasnya.

c) Hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku. Aktivitas belajar

umumnya disertai perubahan tingkah laku yang dapat diamati. Perubahan-

perubahan yang dapat diamati kebanyakan berkenaan dengan aspek-aspek

motorik. Selain dapat diamati, perubahan tingkah laku juga bersifat tidak bisa

diamati, hal tersebut berkaitan dengan aspek afektif dan emosional. Hasil

belajar juga dapat ditandai dengan perubahan kemampuan berpikir.

2.3.3 Faktor-faktor dalam Belajar

2.3.3.1 Faktor Internal

Menurut Aunurrahman (2011) Keberhasilan dalam belajar dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor internal antara lain adalah.

a) Ciri khas/karakter siswa. Persoalan intern pembelajaran berkaitan dengan

kondisi kepribadian siswa, baik fisik maupun mental. Persoalan-persoalan

pembelajaran lebih banyak berkaitan dengan dimensi mental atau emosional.

Minat, kecakapan dan pengalaman-pengalaman adalah masalah belajar yang

berkenaan dengan dimensi siswa sebelum belajar.

b) Sikap terhadap belajar. Sikap berbeda dengan perbuatan. Perbuatan adalah

implementasi atau wujud nyata dari sikap. Sikap siswa yang terpenting dalam

belajar, terletak ketika ingin memulai kegiatan belajar. Bilamana ketika akan

memulai kegiatan belajar siswa memiliki sikap menerima untuk belajar, maka

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA - UKSW II.pdfPKn merupakan mata pelajaran yang bersifat interdisiplinerter utama disiplin ilmu hukum, politik, dan filsafat moral. Sifat interdisipliner ini menjadikan

21

ia akan tertarik untuk teribat dalam kegiatan belajar smaksimal mungkin.

Begitu juga sebaliknya, jika rasa sikap penolakan yang lebih dominan, maka ia

tidak akan tertarik untuk terlibat dalam kegiatan belajar.

c) Motivasi belajar. Motivasi adalah dorongan. Dorongan untuk terlibat aktif

dalam belajar dapat terlihat dari seberapa aktif siswa bertanya dan

menyelesaikan tugas yang berkaitan dengan pelajaran serta kegiatan-kegiatan

positif lainnya. Motivasi dapat diperoleh dari orang disekitar dan lingkungan

tempat siswa belajar.

d) Konsentrasi Belajar. Konsentrasi belajar berkaitan erat dengan aspek

psikologis yang seringkali kurang bisa diamati oleh orang lain kecuali diri

individu yang sedang belajar. Mengenai konsentrasi siswa, guru mempunyai

andil untuk mengkondisikan pembelajaran semenarik mungkin.

e) Mengolah bahan belajar. Mengolah bahan belajar dapat diartikan sebagai

proses berpikir seseorang untuk mengolah informasi-informasi yang diterima

sehingga menjadi bermakna. Dalam proses pembelajaran, makna yang

dihasilkan dari pengolahan informasi tersebut, merupakan hasil pemikiran dari

siswa sendiri yang bersumber dari apa yang mereka dengar, lihat, rasakan, dan

alami. Guru berperan sebagai fasilitator dalam membantu siswa yang

mendapati kesulitan dalam mengolah informasi.

f) Menggali hasil belajar. Menggali hasil belajar adalah suatu proses

mengaktifkan kembali pesan-pesan yang telah tersimpan.Proses tersebut dapat

dipermudah dengan memperhatikan proses penerimaan pesan dengan sebaik-

baiknya terutama melalui pemusatan perhatian secara optimal.

g) Rasa percaya diri. Dari dimensi perkembangan, rasa percayadiri dapat tumbuh

dengan baik bila terdapat sebuah pengakuan dari lingkungan di sekitar individu

tersebut. Siswa memiliki rasa percaya diri di lingkungan pembelajaran apabila

siswa tersebut dididik dengan penerapan prinsip-prinsip pedagogis yang tepat.

Prinsip pedagogi yang berkaitan dengan rasa percaya diri yaitu dengan

pemberian penghargaan terhadap siswa.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA - UKSW II.pdfPKn merupakan mata pelajaran yang bersifat interdisiplinerter utama disiplin ilmu hukum, politik, dan filsafat moral. Sifat interdisipliner ini menjadikan

22

h) Kebiasaan Belajar. Kebiasaan belajar adalah perilaku belajar seseorang yang

telah tertanam dalam waktu yang relatif lama sehingga memberikan ciri dalam

aktivitas belajar yang dilakukan.

2.3.3.2 Faktor Eksternal

Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar siawa antara lain adalah.

a) Faktor guru. Sebelum guru menentukan strategi pembelajaran, metode dan

teknik-teknik evaluasi yang akan dipergunakan, maka guru terlebih dahulu

hendaknya memahami karakteristik siswa dengan baik. Pengenalan terhadap

siswa dalam interaksi belajar mengajar, merupakan faktor yang sangat

mendasar dan penting untuk dilakukan guru agar proses pembelajaran yang

dilakukan dapat optimal untuk kepentingan siswa, minat-minat siswa dan

kemampuan siswa sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapa.

b) Lingkungan sosial (termasuk teman sebaya). Lingkungan dan teman sebaya

yang terbentuk disekitar siswa dapat memberikan pengaruh positif juga negatif.

c) Kurikulum Sekolah. Kurikulum merupakan panduan yang dijadikan guru

sebagai kerangka acuan untuk mengembangkan proses pembelajaran.

Kurikulum menjadi pedoman mulai dari penyusunan rencana pembelajaran,

pemilihan materi pembelajaran, menentukan pendekatan dan strategi/metode,

memilih dan menentukan media pembelajaran, dan menentukan teknik

evaluasi.

d) Sarana prasarana. Keadaan gedung sekolah dan ruang kelas yang tertata

dengan baik, ruang perpustakaan sekolah yang teratur, tersedianya fasilitas

kelas dan laboratorium, tersedianya buku-buku pelajaran, media/alat bantu

belajar merupakan komponen-komponen penting yang dapat mendukung

terwujudnya kegiatan-kegiatan belajar siswa.

2.4 Hasil Belajar

2.4.1 Pengertian Hasil Belajar

Menurut Hamalik (2001) menyatakan bahwa hasil belajar menunjukkan

kepada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator

adanya derajat perubahan tingkah laku siswa.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA - UKSW II.pdfPKn merupakan mata pelajaran yang bersifat interdisiplinerter utama disiplin ilmu hukum, politik, dan filsafat moral. Sifat interdisipliner ini menjadikan

23

Menurut Nasution (2006) hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi

tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang

diberikan guru.

Sedangkan, Dimyati dan Mudjiono (2002) menyatakan hasil belajar adalah

hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya

ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru.

Dari pengertian yang diutarakan para peneliti diatas dapat peneliti

simpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku, cara berpikir dan

pengalaman baik yang dialami oleh individu dari proses belajar yang dilakukan

secara sadar.Hasil Belajar dapat diukur, salah satunya yaitu melalui nilai tes atau

ulangan yang diberikan secara berkala dan terjadwal.

2.4.2 Ranah Hasil Belajar

Keberhasilan belajar tersebut dapat dilihat dan diketahui berdasarkan

perubahan perilaku setelah diadakan kegiatan belajar, sebagaimana dikemukakan

oleh W.S Winkel (2005), bahwa hasil belajar mencacup tiga kemampuan, antara

lain adalah sebagai berikut.

a. Kemampuan kognitif menurut Bloom dkk dalam W.S Winkel (2005) yaitu

hasil belajar yang berkenaan dengan pemahaman pengetahuan dan pengertian

pada suatu materi yang meliputi :

1. Pengetahuan yaitu kemampuan mengingat kembali hal-hal yang pernah

dipelajari mencakup fakta, prinsip dan metode yang diketahui.

2. Pemahaman yaitu kemampuan memahami makna atau arti dari suatu konsep

sehingga dapat menguraikan isi pokok dari suatu makna.

3. Penerapan yaitu kemampuan menerapkan dan mengabstraksikan suatu

konsep atau ide dalam situasi yang baru.

4. Analisis yaitu kemampuan untuk merinci satu kesatuan ke dalam bagian-

bagian, sehingga organisasinya dapat dipahami dengan baik.

5. Sintesis yaitu kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai

sesuatu atau beberapa hal dan dapat mempertanggungjawabkan berdasarkan

kriteria tertentu.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA - UKSW II.pdfPKn merupakan mata pelajaran yang bersifat interdisiplinerter utama disiplin ilmu hukum, politik, dan filsafat moral. Sifat interdisipliner ini menjadikan

24

b. Kemampuan afektif menurut Krat Wohl, Bloom dkk dalam W.S Winkel (2005)

yaitu tahap-tahap perubahan sikap, nikai dan kepribadian setelah mendapatkan

pengetahuan dari peoses belajar yang meliputi.

1. Penerimaan yaitu kepekaan dalam menerima rangsangan dan kesediaan

untuk memperhatikan rangsangan itu.

2. Partisipasi yaitu kesediaan untuk memperhatikan secara aktif dan

berpartipasi dalam suatu kegiatan.

3. Penentuan sikap yaitu kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap

sesuatu dan membawa siri sesuai dengan penilaian itu.

4. Organisasi yaitu kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai

pedoman dan pegangan dalam kehidupan.

5. Pembentukan pola hidup yaitu kemampuan untuk menghayati nilai-nilai

kehidupan sedemikian rupa, sehingga menjadi milik pribadi dan menjadi

pegangan nyata.

c. Kemampuan Psikomotor menurut Simpson dalam W.S Winkel (2005) yaitu

kesatuan psikis yang dimanifestasikan dalam tingkah laku fisik (sekumpulan

keterampilan dalam bidang tertentu) yang meliputi :

1. Persepsi yaitu kemampuan untuk membedakan antara dua perangsang atau

lebih berdasarkan ciri-ciri khas pada masing-masing rangsangan.

2. Kesiapan yaitu kemampuan untuk menempatkan diri dalam keadaan akan

memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan.

3. Gerakan terbimbing mencakup kemampuan unuk melakukan suatu

rangkaian gerak-gerik sesuai dengan contoh yang diberikan.

4. Gerakan terbiasa yaitu kemampuan untuk melakukan sesuatu rangkaian

gerak-gerik dengan lancar, karena telah dilatih secukupnya tanpa

memperhatikan lagi contoh.

5. Gerakan kompleks yaitu kemampuan untuk melaksanakan suatu

keterampilan dengan lancar, cepat dan efisien.

6. Penyesuaian pola gerakan yaitu kemampuan untuk mengadakan perubahan

dan menyesuaikan pola gerak-gerik dengan kondisi setempat atau dengan

menunjuk suatu taraf keterampilan yang telah mencapai kemahiran.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA - UKSW II.pdfPKn merupakan mata pelajaran yang bersifat interdisiplinerter utama disiplin ilmu hukum, politik, dan filsafat moral. Sifat interdisipliner ini menjadikan

25

7. Kreativitas yaitu kemampuan untuk melahirkan pola gerak-gerik yang baru

atas dasar inisiatif sendiri.

2.5 Kajian Hasil – hasil Penelitian yang Relevan

a. Skripsi karangan Neni Fitriawati (2010) dengan judul penerapan model

pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) dalam

meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran IPS

terpadu kelas VIII dapat diketahui peningkatan kemampuan Berpikir kritis

secara klasikal atau kelompok terjadi peningkatan sebesar 13% pada siklus

I dan 6% pada Siklus 2. Serta secara individu terjadi peningkatan sebesar

6% pada siklus I dan 1,6% pada Siklus 2 serta sebesar 3% pada Siklus 2I.

b. Skripsi Dwi Putra Lelana (2010) dengan judul penerapan model

pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) untuk

meningkatkan kemampuan Berpikir kritis dan hasil belajar siswa pada

mata pelajaran Ekonomi siswa kelas X. Kemampuan Berpikir kritis siswa

meningkat sebesar 27,04% dan hasil belajar siswa sebesar 2,63%.

c. Skripsi Rozy Fahrul Ar (2012) dengan judul peningkatan hasil belajar PKn

melalui model (problem based learning) di kelas 5 SDN III Geger

Kabupaten Tulungagung. Hasil penelitian menunjukkan adanya

peningkatan persentase pada hasil belajar setelah tindakan PBL dilakukan

dari siklus I sampai Siklus 2. Peningkatan hasil belajar siswa yang

ditunjukkan dengan hasil tes evaluasi yaitu dari siklus I ketuntasan

klasikal sebesar 61% atau 9 anak meningkat menjadi 89% atau 13 anak

pada Siklus 2.

2.6 Kerangka Pikir

Pembelajaran berbasis masalah adalah sebuah model pembelajaran yang

didalamnya siswa bekerja secara kelompok untuk menyelesaikan masalah nyata,

dalam pembelajaran menyelesaikan masalahnya siswa belajar konten materi dan

melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA - UKSW II.pdfPKn merupakan mata pelajaran yang bersifat interdisiplinerter utama disiplin ilmu hukum, politik, dan filsafat moral. Sifat interdisipliner ini menjadikan

26

Upaya peningkatan hasil belajar bagi siswa kelas 5 SD Negeri 2 Panimbo pada

mata pelajaran Kewarganegaraan pokok bahasan organisasi dan menghargai

keputusan bersama semester 2 tahun 2012/2013. Hal tersebut dilakukan guru

dengan memberikan permasalahan mengenai bagaimana menyusun organisasi di

lingkungan sekolah kemudian dilanjutkan dengan sub bab mengambil keputusan

bersama. Dalam kegiatan pembelajaran membutuhkan berpikir kritis yang kelak

dapat meningkatkan hasil belajar siswa.Dari uraian tersebut danberdasarkan

beberapa kajian teori serta hasil penelitian yang relevan maka penulis memiliki

pendapat atau gagasan. Gagasan penulis sampaikan berbentuk bagan alur pikir

sebagai berikut.

2.1 Bagan Kerangka Pikir

2.7 Hipotesis Tindakan

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning)

dapat meningkatkan hasil belajar pada Standar Kompetensi memahami

kebebasan berorganisasi dan Standar Kompetensi menghargai keputusan

Pra

Tindakan

Guru masih sering

menggunakan cara mencatat

materi di papan tulis.

Hasil belajar

Kewarganegaraan siswa

kelas V rendah

Tindakan Dengan memberikan

permasalahan di awal

pembelajaran, diharapkan

hasil belajar siswa dapat

meningkat.

Pada pembelajaran siklus 1 dan

siklus 2 dengan memberikan

permasalahan berupa bagaimana

membentuk organisasi berupa

pengurus kelas dan bagaimana cara

mematuhi keputusan bersama

sehingga siswa dapat berpikir kritis

serta dapat menyelesaikan masalah

tersebut secara mandiri.

Harapan: Siswa menjadi memiliki rasa ingin

tahu yang besar dan berperan aktif

dalam proses belajar mengajar serta

hasil belajar siswa dapat meningkat.

Hasil

Akhir

Di duga Hasil belajar siswa

kelas V pada Mata pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan

mengalami peningkatan.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA - UKSW II.pdfPKn merupakan mata pelajaran yang bersifat interdisiplinerter utama disiplin ilmu hukum, politik, dan filsafat moral. Sifat interdisipliner ini menjadikan

27

bersama mata pelajaran Kewarganegaraan siswa Kelas 5 SD Negeri 2

Panimbo Kecamatan Kedungjati Tahun Pelajaran 2012/2013.