ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI ...repository.utu.ac.id/714/1/I-V.pdfMetode penelitian adalah studi kasus dengan penentuan RMU secara sengaja (purposive) dengan pendekatan
Post on 18-Jan-2021
8 Views
Preview:
Transcript
ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI MENETAP
DI DESA MESJID BARO KECAMATAN SAMATIGA
KABUPATEN ACEH BARAT
SKRIPSI
OLEH
SAFRIZAL
07C20101193
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT
2015
i
ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI MENETAP
DI DESA MESJID BARO KECAMATAN SAMATIGA
KABUPATEN ACEH BARAT
SKRIPSI
OLEH
SAFRIZAL
07C20101193
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT
2015
ii
ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI MENETAP
DI DESA MESJID BARO KECAMATAN SAMATIGA
KABUPATEN ACEH BARAT
SKRIPSI
OLEH
SAFRIZAL
07C20101193
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi
Pada Fakultas Ekonomi Universitas Teuku Umar
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT
2015
iii
ABSTRAK
SAFRIZAL Analisis Kelayakan Usaha Penggilingan Padi Menetap di Desa
Mesjid Baro Kecamata Samatiga Kabupaten Aceh Barat di bawah bimbingan
Bapak Mahrizal,SE,M.Si dan Bapak Alisman,SE,M.Si.
Beras adalah komoditas strategis dan merupakan makanan pokok bangsa
Indonesia. Konsumsi beras setiap tahun selalu meningkat seiring dengan laju
pertambahan penduduk. Seiring dengan laju konsumsi beras yang terus
meningkat, maka pihak produsen utama (petani) dan ditunjang dengan usaha
penggilingan padi (Rice Milling Unit) mengalami kenaikan pesat.
Metode penelitian adalah studi kasus dengan penentuan RMU secara sengaja
(purposive) dengan pendekatan daerah sentra padi. Alat analisis data terdiri dari
payback period,net present value dan break event point. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: (1) nilai net present valueadalah 399.133.919 yang
menunjukkan nilai positif dan lebih besar dari pada nol maka usaha penggilingan
padi ditinjau dari pendekatan NPV sangat layak untuk dikembangkan, (2) nilai PP
sebesar 1,2 tahun bermakna pengembalian nilai investasi terjadi pada tahun kedua
dan BEP terjadi pada saat perusahaan melakukan produksi dengan nilai
kuantitasnya mencapai 266,018 ton atau pada saat jumlah biaya yang dikeluarkan
pada nilai Rp.1.063.679.493. Dengan pendekatan ketiga indikator NPV, PP dan
BEP dalam kondisi normal pada saat pengkajian usaha ini layak dan memberikan
manfaat nyata bagi usaha RMU di Desa Mesjid Baro Kecamatan Samatiga
Kabupaten Aceh Barat.
Kata Kunci: RMU, Padi, Kelayakan Usaha
iv
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING
Judul Skripsi : ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN
PADI MENETAP DI DESA MESJID BARO
KECAMATAN SAMATIGA KABUPATEN ACEH
BARAT.
Nama Mahasiswa : SAFRIZAL
NIM : 07C20101193
Program Studi : EKONOMI PEMBANGUNAN
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
MAHRIZAL, SE, M.Si
Menyetujui,
Dekan Fakultas Ekonomi Ketua Prodi
Ekonomi Pembangunan
DR. ISHAK HASAN, M.Si
ALISMAN, SE, M.Si
YAYUK EW,SE, M.Si
v
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI
Skripsi dengan judul :
ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI MENETAP
DI DESA MESJID BARO KECAMATAN SAMATIGA
KABUPATEN ACEH BARAT
Yang disusun oleh
Nama : SAFRIZAL
NIM : 07C20101193
Fakultas : Ekonomi
Program Studi : Ekonomi Pembangunan (EKP)
Telah dipertahankan didepan Dewan Penguji pada tanggal 27 Agustus 2015 dan
dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima.
SUSUNAN DEWAN PENGUJI
1. DR. Ishak Hasan, M.Si
(Ketua Penguji) ……………………….
2. Mahrizal,SE,M.Si
(anggota Penguji I) ……………………….
3. Alisman,SE.M.Si
(Anggota Penguji II) ……………………….
4. Zulbaidi, SP,MM
(Anggota Penguji III) ……………………….
Alue Peunyareng, 27 Agustus 2015
Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan
Yayuk EW, SE,M.Si
vi
RIWAYAT HIDUP
Nama : SAFRIZAL
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat/Tanggal Lahir : Cot Pluh, 19 Oktober 1986
Agama : Islam
Status : Menikah
Alamat rumah : Jl. Alinur, Gampong Seuneubok,
Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten
Aceh Barat.
Pendidikan Formal
SD (1999) : SDN Cot Darat
SMP (2002) : MTsN Blang Balee
SMA (2005) : MAN 1 Meulaboh
Perguruan Tinggi : Program Studi Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Teuku Umar
Meulaboh tahun masuk 2007.
Pengalaman Organisasi
- Organisasi Siswa Intra Madrasah (OSIM) MAN 1 Meulaboh.
- Kesatuan Aksi Pelajar Musli Indonesia (KAPMI) Aceh Barat.
- Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI)
Teungku Dirundeng Meulaboh.
- Lembaga Dakwah Kampus Al-Iqtishod.
- Yayasan Aceh Madani.
- Lembaga Tapak Adventure.
vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
"Barangsiapa bertawakkal pada Allah, maka Allah akan memberikan kecukupan
padanya dan sesungguhnya Allah lah yang akan melaksanakan urusan (yang
dikehendaki)-Nya" (QS. Ath-Thalaq : 3).
"Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan
sebaliknya jika kamu berbuat jahat, maka kejahatan itu untuk dirimu sendiri pula"
(QS. Al-Isra’: 7).
"Sesungguhnya perbuatan baik itu dapat menghapus perbuatan buruk" (QS.
Hud:114).
"Waktu itu bagaikan sebilah pedang, kalau engkau tidak memanfaatkannya, maka
ia akan memotongmu" (Ali bin Abu Thalib).
Penulis mempersembahkan karya tulis ini untuk kedua orang tua penulis,
Ayahanda yang mulia Jailani Usman dan Ibunda tercinta Cut Abidah yang telah
merawat, mengasuh, mendidik, membimbing, terus mendukung dan mendoakan
penulis setiap waktu, serta seluruh keluarga besar penulis yang telah memberikan
cinta kasih sayangnya dan membantu penulis dalam penyusunan karya tulis ini
baik secara moril maupun materil.
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan hanya kehadirat Allah SWT atas
segala limpahan rahmat dan karuniaNya, sholawat dan salam penulis sanjungkan
kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW, keluarga dan sahabat yang mulia
dan menjadi teladan bagi penulis sehingga penulis berhasil menyelesaikan
penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Kalayakan Usaha Penggilingan Padi
Menetap di Desa Mesjid Baro Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat”.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari tanpa bantuan, bimbingan
dan dukungan dari berbagai pihak, penulis tidak dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik dan benar. Maka dari itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Mahrizal,SE, M.Si selaku pembimbing ketua dan Bapak Alisman, SE,
M.Si selaku pembimbing anggota yang telah membimbing penulis dalam
penulisan dan penyusunan skripsi ini.
2. Ibu Yayuk EW, SE,M.Si selaku Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Teuku Umar.
3. Bapak Dr. Ishak Hasan, M.Si selaku Plt.Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Teuku Umar.
4. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Ekonomi Universitas Teuku Umar yang
telah banyak membimbing penulis selama masa kuliah.
5. Kedua orang tua penulis, Ayahanda yang mulia Jailani Usman dan Ibunda
tercinta Cut Abidah yang telah merawat, mengasuh, mendidik, membimbing,
terus mendukung dan mendoakan penulis setiap waktu.
ix
6. Seluruh saudara dan saudari serta ahli famili yang turut memberikan
dukungan baik moril maupun materil kepada penulis.
7. Teman-teman seperjuangan yang telah memberikan motivasi dan dukungan
kepada penulis.
8. Seluruh pihak yang ikut serta memberikan semangat dan dukungan kepada
penulis yang tidak dapat semuanya penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini masih jauh
dari kesempurnaan dan masih terdapat banyak kekurangan ataupun kesilapan.Oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak.
Hanya kepada Allah SWT penulis berserah diri. Semoga skripsi ini bisa
diterima dan disetujui pembimbing, amin.
Meulaboh, 27 Agustus 2015
Penulis
SAFRIZAL
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................... i
HALAMAN TUJUAN ....................................................................... ii
ABSTRAK ........................................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ................................. iv
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI .......................................... v
RIWAYAT HIDUP ............................................................................ vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................... vii
KATA PENGANTAR ......................................................................... viii
DAFTAR ISI ....................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................... xiii
DAFTAR GRAFIK ............................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... xv
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................... 6
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................. 6
1.3.1. Tujuan Umum .......................................................... 6
1.3.2. Tujuan Khusus ......................................................... 6
1.4. Manfaat Penelitian ................................................................ 7
1.4.1. Manfaat Secara Teoritis ............................................ 7
1.4.2. Manfaat Secara Praktis ............................................ 7
1.5. Sistematika pembahasan ...................................................... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Padi dan Usaha Penggilingan Padi ....................................... 9
2.1.1. Pengertian Padi ......................................................... 9
2.1.2. Usaha Penggilingan Padi .......................................... 9
2.1.3. Proses Penggilingan Padi .......................................... 10
2.2. Studi Kelayakan Bisnis ......................................................... 16
xi
2.2.1. PengertianStudi Kelayakan Bisnis ............................ 16
2.2.2. Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis ...................... 18
2.2.3. Aspek Keuangan ....................................................... 20
2.2.4. Manfaat Studi Kelayakan Bisnis ............................... 21
2.3. Analisis Investasi .................................................................. 22
1. Metode Net Present Value ............................................ 23
2. Metode Internal Rate of Return...................................... 23
3. Metode Profitability Index............................................. 24
4. Metode periode pengembalian modal (payback period).. 24
5. Metode rasio manfaat dan biaya (benefit cost ratio)....... 24
6. Metode Titik Pulang Pokok (Break Event Point)............ 25
III. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi, Objek dan Ruang Lingkup Penelitian ...................... 26
3.2. Data Penelitian ...................................................................... 26
3.2.1. Jenis dan Sumber Data .............................................. 26
3.2.2. Teknik Pengumpulan Data ........................................ 26
3.3. Model Penelitian ................................................................... 27
3.4. Analisis Data ......................................................................... 28
3.4.1. Payback Period ......................................................... 28
3.4.2. Net Present Value ..................................................... 28
3.4.3. Break Event Point ..................................................... 29
3.5. Definisi Operasional Variable............................................... 31
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..................................... 32
4.2. Analisis Kelayakan Finansial ............................................... 33
4.2.1. Analisis Biaya ........................................................... 33
4.2.2. Analisis Investasi ...................................................... 33
4.2.3. Arus Kas Keluar (Cash Outflow) .............................. 35
4.2.3.1. Biaya Tetap (Fixed Cost) ............................ 35
4.2.3.2. Biaya Tidak Tetap (Variable Cost) ............. 36
4.2.4. Arus Kas Masuk (Cash Inflow) ................................. 38
4.2.5. Perbandingan Jumlah Arus Kas ................................ 40
xii
4.2.6. Total Aset/Aktiva ...................................................... 41
4.3. Analisis Investasi .................................................................. 42
4.3.1. Analisis Metode Net Present Value (NPV) ............... 42
4.3.2. Analisis Metode Payback Period (PP) ..................... 43
4.3.3. Analisis Metode Break Event Poin (BEP) ................ 44
5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ........................................................................... 46
5.2. Saran ..................................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 48
LAMPIRAN ........................................................................................ 50
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Statistik Tanaman Pangan Aceh Barat ...................................... 4
2. Peranan Sektor Pertanian dalam PDRB, Tahun 2012 ............... 5
3. Rincian Kebutuhan Investasi Usaha Penggilingan Padi di De-
sa Mesjid Baro Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat... 34
4. Biaya Tetap Usaha Penggilingan Padi di Desa Mesjid Baro
Kecamatan Samatiga Aceh Barat.............................................. 36
5. Biaya Tidak Tetap Usaha Penggilingan Padi di Desa Mesjid
Baro Kecamatan Samatiga Aceh Barat..................................... 37
6. Rincian Penerimaan Usaha Penggilingan Padi di Desa Mes-
jid Baro Kecamatan Samatiga Aceh Barat .............................. 39
7. Analisis Laba/Rugi Usaha Penggilingan Padi di Desa Mesjid
Baro Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat ................. 40
8. Aset Usaha Penggilingan Padi di Desa Mesjid Baro Kecama-
tan Samatiga Kabupaten Aceh Barat ....................................... 42
9. Analisis Net Present Value (NPV) Usaha Penggilingan Padi
di Desa Mesjid Baro Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh
Barat ........................................................................................ 42
xiv
DAFTAR GRAFIK
Grafik Halaman
1. Rincian Kebutuhan Investasi Penggilingan Padi di Desa Mes-
jid Baro Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat.............. 35
2. Biaya Tetap Usaha Penggilingan Padi di Desa Mesjid Baro
Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat ........................... 36
3. Biaya Tidak Tetap Usaha Penggilingan Padi di Desa Mesjid
Baro Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat .................. 37
4. Rincian Penerimaan Usaha Penggilingan Padi di Desa Mesjid
Baro Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat................... 39
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Rincian Kebutuhan Investasi Usaha Penggilingan Padi Mene-
tap di Desa Mesjid Baro Kecamatan Samatiga Kabupaten Ac-
eh Barat ....................................................................................... 50
2. Akumulasi Biaya Tetap dan Biaya Tidak TetapUsaha Pengg-
ilingan Padi Menetap di Desa Mesjid Baro Kecamatan Sama-
tigaKabupaten Aceh Barat ......................................................... 51
3. Tabel perhitungan NPV ……………………………………….. 52
4. Dokumentasi kegiatan Usaha Penggilingan Padi Menetap di
Desa Mesjid Baro Kecamatan SamatigaKabupaten Aceh Barat.. 53
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Swasembada beras terjadi tahun 1984 dan dapat dipertahankan pada tahun
1990. Setelah itu peningkatan konsumsi beras tidak sebanding lagi dengan laju
peningkatan produksi dan areal panen (Kasryno et al. 2001). Sejak tahun 1994
Indonesia mulai mengimpor beras lagi, dan setiap tahun ada kecenderungan
peningkatan impor. Ini sebenarnya merupakan peluang bagi petani dan usaha
penggilingan padi (RMU) dalam peningkatan produksi dan kualitas beras. Pangsa
pasar tersedia luas, hanya keberpihakan pemerintah terhadap petani khususnya
padi sangat diharapkan dalam peningkatan pendapatan dan nilai jualnya sehingga
dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Keberpihakan pemerintah pada petani
diharapkan mampu memberikan spirit dan motivasi sehingga para petani lebih
bergairah dalam memproduksi padi.
Sektor pertanian merupakan salah satu hal penting yang harus diperhatikan
sebagai penyuplai makanan pokok bagi masyarakat. Peningkatan produksi yang harus
seimbang dengan laju pertumbuhan penduduk dapat dicapai melalui peningkatan
pengelolaan usaha tani secara intensif. Oleh karena itu, pengetahuan dan dukungan
dari pemerintah tentang cara pengelolaan suatu usahatani mutlak dibutuhkan agar
dapat meningkatkan produktifitas dan pendapatan sehingga kesejahteraan petani
dapat meningkat.
Padi merupakan komoditas yang sangat penting bagi kehidupan bangsa di
Indonesia. Produksi, prossesing dan distribusi padi merupakan salah satu sumber
pendapatan dan lapangan kerja dalam perekonomian Indonesia.
2
Menurut Suprayono dan Setyono (1997), penanganan pascapanen adalah
tindakan yang dilakukan atau disiapkan pada tahap pascapanen agar hasil pertanian,
khususnya tanaman pangan (padi) siap dan aman digunakan oleh konsumen atau
diolah lebih lanjut oleh industri. Penanganan pascapanen meliputi semua kegiatan
perlakuan dan pengolahan langsung terhadap hasil pertanian yang karena sifatnya
harus segera ditangani agar hasil pertanian mempunyai daya simpan dan daya guna
yang tinggi.
Penggilingan gabah menjadi beras merupakan salah satu rangkaian utama
penanganan pascapanen. Teknologi penggilingan sangat menentukan kuantitas dan
kualitas beras yang dihasilkan. Perbandingan antara beras giling dan kehilangan hasil
serta mutu beras hasil penggilingan tergantung pada tingkat kematangan biji saat
dipanen (Suprayono dan Setyono, 1997).
Penggilingan padi memiliki peran yang sangat penting dalam sistem
agribisnis padi/beras di Indonesia. Penggilingan padi merupakan pusat pertemuan
antara produksi, pascapanen, pengolahan dan pemasaran gabah dan beras sehingga
merupakan mata rantai penting dalam suplai beras nasional yang dituntut untuk dapat
memberikan kontribusi dalam penyediaan beras, baik dari segi kuantitas maupun
kualitas untuk mendukung ketahanan pangan nasional.
Penggilingan padi menjadi beras dimulai dengan pengupasan kulit gabah.
Syarat utama proses pengupasan gabah adalah kadar keringnya gabah yang akan
digiling. Bila diukur dengan alat pengukur kadar air (moisture tester) kekeringan ini
mencapai angka 14 – 14,5 %. Pada kadar ini gabah akan mudah digiling/dikupas
kulitnya (Hardjosentono, dkk, 2000).
Ilmu mengenai mekanisasi dan teknologi pertanian di Indonesia telah banyak
dipraktekkan atau dilaksanakan untuk mendukung berbagai jenis usaha pembangunan
pertanian, terutama di bidang usaha swasembada pangan. Menurut Hardjosentono,
3
dkk (2000), peralatan pertanian perlu ditingkatkan ukuran dan efisiensinya, sehingga
petani dapat menghasilkan lebih banyak dengan tenaga kerja dan biaya yang lebih
rendah.
Bermacam-macam peluang dan kesempatan yang ada dalam kegiatan dunia
usaha, telah menuntut perlu adanya penilaian sejauh mana kegiatan/kesempatan
tersebut dapat memberikan manfaat (benefit) bila suatu usaha dijalankan atau
dikembangkan. Pengambilan keputusan investasi untuk mengembangkan suatu usaha
lama maupun mendirikan usaha baru membutuhkan dasar studi kelayakan untuk
mendapatkan hasil (output) yang maksimal dan mengurangi resiko kegagalan yang
mugkin terjadi (Kasmir danJakfar, 2003).
Salah satu upaya yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan pangan
masyarakat adalah dengan melaksanakan usaha penggilingan padi seperti yang
dilakukan oleh penduduk di Desa Mesjid Baro Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh
Barat. Usaha penggilingan padi yang dijalankan adalah penggilingan padi menetap.
Sama halnya dengan pelaksanaan usaha lainnya, dalam pelaksanaan usaha
penggilingan padi menetapperlu dilakukan analisis kelayakan. Tujuan dari
diadakannya analisis kelayakan adalah untuk menghindari keterlanjutan penggunaan
modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan (Husnan
danSuwarsono, 1994).
Usaha jasa penggilingan padi umumnya tidak berjalan penuh sepanjang tahun
atau bersifat musiman, sebab gabah tidak tersedia sepanjang tahun. Kegiatan usaha
jasa penggilingan padi berjalan hanya pada musim panen dan beberapa bulan
setelahnya, tergantung pada besarnya hasil panen di wilayah sekitar penggilingan
padi berada. Oleh karena itu, hari kerja suatu penggilingan padi dalam setahun
ditentukan oleh volume hasil dan frekuensi panen di wilayah sekitarnya. Pada masa-
masa di luar musim panen, biasanya pemilik dan pekerja usaha jasa penggilingan padi
4
akan mengisi waktu mereka dengan jenis kegiatan lainnya seperti bertani dan
berdagang ( Anonimous,2008 ).
Kabupaten Aceh Barat merupakan salah satu daerah penghasil produk
kebutuhan pangan. Dari tabel dibawah ini terlihat bahwa padi merupakan produk
unggulan di Aceh Barat dengan luas panen tahun 2013 seluas 14.783 ha dan produksi
67.734 ton.
Tabel 1
Statistik Tanaman Pangan Aceh Barat
Komoditi 2011 2012 2013
Padi
- Luas panen(ha)
- Produksi (ton)
13.585
56.569
11.765
49.847
14.783
67.734
Kacang Tanah
- Luas panen(ha)
- Produksi (ton)
1975
3258
582
954,62
983
1662
Ubi Kayu
- Luas panen(ha)
- Produksi (ton)
95
944
86
1249,61
74
1075
Jagung
- Luas panen(ha)
- Produksi (ton)
232
473
173
356,06
211
520,28
Ubi Jalar
- Luas panen(ha)
- Produksi (ton)
23
311
51
688,73
54
716
Sumber: Statistik Daerah Kabupaten Aceh Barat 2014; BPS Aceh Barat
Urutan kedua ditempati kacang tanah dengan luas area panen 983 ha dan
produksi 1.662 ton. Sementara urutan ketiga ditempati oleh komoditas ubi kayu
dengan luas area panen 74 ha dan produksi 1.075 ton.
Sektor pertanian juga merupakan sektor yang paling berperan penting
dalamperekonomian di Kabupaten Aceh Barat. Hal ini terlihat jelas dalam tabel
berikut.
5
Tabel 2
Peranan Sektor Pertanian dalam PDRB Kabupaten Aceh Barat, Tahun 2012
Sektor Ekonomi %
1. Pertanian 37,88 %
2. Pertambangan 0,66 %
3. Industri 1,46 %
4. Listrik 0,47 %
5. Konstruksi 13,01 %
6. Perdagangan 18,36 %
7. Pengankutan 8,63 %
8. Keuangan 1,85 %
9. Jasa-jasa 17,68 % Sumber: Produk Domestik Regional Bruto menurut Lapangan Usaha Kabupaten Aceh Barat
2013; BPS Aceh Barat
Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa sektor pertanian merupakan sektor
yang paling besar peranannya dalam perekonomian Aceh Barat sebesar 37,88%.
Sedangkan peranan paling kecil diberikan oleh sektor listrik sebesar 0,47%.
Sektor industri penggilingan padi memiliki peranan penting bagi para petani.
Pada umumnya industri yang dijalankan masyarakat masih bersifat tradisional.
Industri penggilingan padi kebanyakan dimiliki dan dikelola oleh perorangan dengan
menggunakan teknologi rendah dan lebih banyak memakai tenaga kerja manusia serta
sistem keuangan yang minimal.
Salah satu usaha penggilingan padi di Aceh Barat adalah usaha penggilingan
padi di Desa Mesjid Baro yang terletak di desa Mesjid Baro kecamatan Samatiga
kabupaten Aceh Barat. Usaha penggilingan padi menetap di Desa Mesjid Baro
Kecamatan Samatiga juga tidak berjalan sepanjang tahun. Penggilingan padi tersebut
hanya beroperasi pada musim panen dan beberapa bulan setelahnya. Di daerah
penelitian ada dua kali musim panen dalam setahun.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian terhadap usaha penggilingan padi dengan judul “Analisis Kelayakan
6
Usaha Penggilingan Padi Menetap di Desa Mesjid Baro Kecamatan Samatiga
Kabupaten Aceh Barat”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan rumusan
masalah adalah “Apakah usaha penggilingan padi menetap di Desa Mesjid Baro
Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat layak untuk dikembangkan?”.
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1.3.1. Tujuan Umum
Secara umum tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui tingkat kelayakan usaha penggilingan padi menetap di Desa Mesjid
Baro Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui nilai Net Present Value (NPV) usaha penggilingan padi
menetap di Desa Mesjid Baro Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat.
b. Untuk mengetahui kapan modal atau investasi yang ditanamkan pada
usaha penggilingan padi menetap di Desa Mesjid Baro Kecamatan
Samatiga Kabupaten Aceh Baratdapat kembali.
c. Untuk mengetahui kapan usaha penggilingan padi menetap di Desa Mesjid
Baro Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat mencapai titik pulang
pokok (BEP).
7
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Secara Teoritis
1. Bagi Penulis
Menambah wawasan penulis sebagai bahan perbandingan antara teori
yang telah dipelajari selama perkuliahan dengan fakta yang terjadi
dilapangan.
2. Lingkungan Akademik
Sebagai bahan bacaan bagi para mahasiswa dan sebagai bahan referensi
dan perbandingan bagi peneliti berikutnya yang hendak melakukan
pengkajian masalah yang relevan dengan penelitian ini.
1.4.2 Manfaat Secara Praktis
a. Sebagai tugas akhir penulis untuk menyelesaikan pendidikan sarjana di
Fakultas Ekonomi Universitas Teuku Umar.
b. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pemilik usaha
penggilingan padi menetap di Desa Mesjid Baro Kecamatan Samatiga
Kabupaten Aceh Barat yang dapat digunakan sebagai dasar dalam membuat
kebijakan mengenai pengembangan usaha selanjutnya.
1.5. Sistematika Pembahasan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah :
Bagian pertama yaitu pendahuluan yang terdiri atas latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penelitian yang terdiri dari tujuan umum dan tujuan
khusus. Manfaat penelitian yang terdiri dari manfaat teoritis dan manfaat praktis.
Serta sistematika pembahasan.
8
Bagian kedua yaitu tinjauan pustaka yang terdiri atas padi dan usaha
penggilingan, studi kalayakan bisnis, dan analisis investasi.
Bagian ketiga yaitu metode penelitian yang terdiri darilokasi, objek, dan
ruang lingkup penelitian, data penelitian, model penelitian, analisis datadan
definisi operasional variable.
Bagian keempat hasil dan pembahasan yang terdiri dari gambaran umum
lokasi penelitian, analisis kelayakan finansial terdiri dari analisis biaya, analisis
investasi, arus kas keluar (cash Outflow), arus kas masuk (Cash Inflow)
perbandingan arus kas, total aset/aktiva.dan analisis investasi yang terdiri atas
analisis metode net present value (NPV), analisis metode payback period (PP),
dan analisis metode break event point (BEP).
Bagian kelima kesimpulan dan saran yang terdiri atas kesimpulan dan saran.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Padi dan Usaha Penggilingan Padi
2.1.1. Pengertian Padi
Padi (Oryza sativa L.) adalah salah satu makanan pokok yang hampir
sebagian besar masyarakat Indonesia mengkonsumsinya dan merupakan komoditi
strategis yang tetap mendapat prioritas penanganan dalam pembangunan
pertanian. Peningkatan produksi padi antara lain dapat ditempuh dengan cara
perbaikan penanganan pascapanen. Penanganan pascapanen tanaman padi
merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas
beras yang dihasilkan. Salah satu aspek penting penanganan pascapanen padi
adalah penggilingan padi. Proses penggilingan ini penting karena menentukan
kualitas dan kuantitas beras yang dihasilkan. Dalam hal ini penggunaan mesin
penggilingan padi diharapkan dapat meningkatkan rendemen dan mutu dari beras
giling yang dihasilkan.
2.1.2. Usaha Penggilingan Padi
Penggilingan padi memiliki peran yang sangat penting dalam sistem
agribisnis padi/perberasan nasional. Peranan ini tercermin dari besarnya jumlah
penggilingan padi dan sebarannya yang hampir merata diseluruh daerah sentra
produksi padi di indonesia. Penggilingan padi merupakan pusat pertemuan antara
produksi, pasca panen, pengolahan dan pemasaran gabah/beras sehingga
merupakan mata rantai penting dalam suplai beras nasional yang dituntut untuk
dapat memberikan kontribusi dalam penyediaan beras baik dari segi kuntitas
10
maupun kualitas untuk mendukung ketahanan pangan nasional (Anonymous
2012).
Usaha jasa penggilingan padi umurnya tidak berjalan penuh sepanjang
tahun atau bersifat musiman, sebab gabah tidak tersedia sepanjang tahun.
Kegiatan usaha jasa penggilingan padi berjalan hanya pada musim panen dan
beberapa bulan setelahnya, tergantung pada besarnya hasil panen di wilayah
sekitar penggilingan padi berada. Oleh karena itu, hari kerja suatu penggilingan
padi dalam setahun ditentukan oleh volume hasil dan frekuensi panen diwilayah
sekitarnya. Pada masa-masa diluar musim panen, biasanya pemilik dan pekerja
usaha jasa penggilingan padi akan mengisis waktu mereka dengan jenis kegiatan
lainnya seperti bertani dan berdagang. Oleh karena itu, banyak diantara pemilik
penggilingan padi juga berprofesi sebagai pedagang beras untuk mengisis
kekosongan kegiatan penggilingan padi, bila mereka mempunyai modal yang
cukup untuk itu (Anonymous 2012).
Pengusaha jasa penggilingan padi yang juga berprofesi sebagai pedagang
beras melakukan jual beli gabah/beras. Pembelian gabah dilakukan dari petani dan
tengkulak atau pedagang pengumpul. Setelah digiling, beras yang dihasilkan
dijual kepada masyarakat, tengkulak, pasar-pasar sekitar atau ke Dolog setempat.
2.1.3.Proses Penggilingan Padi
Menurut Patiwiri (2006), penggilingan padi adalah salah satu tahapan
pascapanen yang terdiri dari rangkaian beberapa proses untuk mengolah gabah
menjadi beras siap konsumsi. Gabah yang dimasukan pada proses penggilingan
padi adalah gabah kering giling (GKG) dan hasilnya berupa beras sosoh berwarna
11
putih yang siap dikonsumsi. Menurut Esmay et al. (1979), operasi penggilingan
yang baik akan menghasilkan kualitas beras yang baik, susut rendah dan biaya
pengolahan yang rendah pula
Berat biji padi akan berkurang sedikit demi sedikit selama proses
penggilingan akibat dari pengelupasan dan penyosohan. Dari proses penggilingan
padi akan dihasilkan beras kepala (head rice), beras patah (broken rice), dan
menir (Luh, 1980). BULOG memberikan klasifikasi ukuran yang berbeda, yaitu
menir memliki ukuran lebih kecil dari 2/10 bagian beras utuh atau melewati
lubang ayakan 2.0 mm, beras patah memiliki ukuran 2/10 sampai 6/10 bagian
beras utuh, sedangkan beras kepala memiliki ukuran lebih besar dari 6/10 bagian
beras utuh. Hasil utama proses penggilingan padi adalah beras sosoh, yaitu beras
kepala dan beras patah besar. Beras patah kecil atau menir disebut sebagai hasil
sampingan karena tidak dikonsumsi sebagai nasi. Jadi hasil samping proses
penggilingan padi berupa sekam, bekatul, dan menir. Hasil samping ini masih
memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Sekam dipakai sebagai bahan bakar
atau media tumbuh tanaman hidroponik, bekatul dipakai sebagai bahan pakan
ternak, dan menir biasanya diolah lebih lanjut menjadi tepung beras atau pakan
ternak.
Persentase sekam dan bekatul semata-mata disebabkan oleh perbedaan
varietas padi, sedangkan persentase beras patah dan beras kepala banyak
dipengaruhi oleh kinerja mesin yang dipakai. Semakin baik kinerja mesin
penggilingan padi semakin sedikit persentase beras patah sedangkan persentase
beras kepala semakin besar.
12
Untuk menjalankan rangkaian penggilingan padi diperlukan rangkaian
mesin/alat yang keselurahannya disebut sistem penggilingan padi. Rangkaian
mesin-mesin tersebut berfungsi mengupas kullit gabah (sekam), memisahkan
gabah yang belum terkupas dengan beras yang telah terkupas (beras pecah kulit),
melepaskan lapisan bekatul dari beras pecah kulit dan terakhir memoles beras
hingga siap dikonsumsi dan memiliki penampakan yang menarik. Terdapat dua
sistem kerja panggilingan padi, yaitu one pass dan two pass. One pass yaitu
sistem penggilingan padi yang menggunakan satu alat yang berfungsi ganda yaitu
memecah kulit sekaligus sebagai alat penyosoh , sedangkan two pass adalah
sistem penggilingan padi dengan menggunakan dua alat yang terdiri dari alat
pemecah kulit dan alat penyosoh (Kobarsih et al, 2006) Mesin-mesin yang
dipakai dalam sistem penggilingan padi dapat berupa rangkaian yang lengkap atau
hanya rangkaian beberapa buah mesin. Kelengkapan rangkaian mesin akan
mempengaruhi kualitas akhir penggilingan.
1. Pemecahan Kulit (Husking, Hulling, Shelling)
Pemecahan atau pengelupasan kulit bertujuan untuk melepaskan
kulit gabah dengan kerusakan sekecil mengkin pada butiran beras. Bagian-
bagian yang akan dilepaskan adalah palea, lemma dan glume atau
keseluruhannya disebut sekam. Mesin yang dipakai adalah husker, huller
atau sheller.
Sebagian besar gabah yang dimasukan ke dalam mesin pemecah
kulit akan terkelupas dan masih ada sebagian kecil yang belum terkelupas.
Butiran gabah yang terkelupas akan terlepas menjadi dua bagian, yaitu
beras pecah kulit dan sekam. Gabah yang belum terkelupas dapat berupa
13
gabah utuh atau gabah yang telah pecah kulitnya, namun sekam belum
terlepas dari butiran berasnya. Selanjutnya butiran gabah yang belum
terkelupas harus dipisahkan dari beras pecah kulit dan sekam untuk
dimasukan kembali ke dalam mesin pemecah kulit.
2. Pemisahan Sekam
Pemisahan sekam dilakukan setelah pemecahan kulit. Tujuan
pemisahan sekam adalah memisahkan sekam dari beras pecah kulit dan
gabah utuh yang belum terkupas selama proses pemecahan kulit. Sekam
harus dipisahkan karena penyosohan tidak akan berfungsi baik apabila
beras pecah kulit masih bercampur sekam. Disamping itu, tanpa
pemisahan sekam persentase beras patah pada penyosohan akan lebih
tinggi dan kualitas beras sosoh akan menjadi rendah. Mesin yang
digunakan untuk pemisahan ini disebut huskaspirator atau aspirator.
Prinsip pemisahan sekam sangat sederhana, yaitu memisahkan
sekam dari beras pecah kulit dan gabah utuh berdasarkan perbedaan berat
jenisnya. Pada umumnya mesin pemisah sekam dilengkapi dengan kipas
yang berfungsi mengisap sekam dan debu. Beras pecah kulit dan gabah
akan tetap mengalir ke bawah karena tidak terisap oleh kipas akibat gaya
beratnya.
3. Pemisahan Gabah dan Beras Pecah Kulit
Setelah proses pemecahan kulit dan pemisahan sekam akan
dihasilkan campuran beras pecah kulit dan gabah yang masih utuh. Beras
pecah kulit dan gabah utuh harus dipisahkan karena memerlukan
penanganan yang berbeda. Beras pecah kulit akan diteruskan ke mesin
14
penyosoh, sedangkan gabah utuh akan dikirim kembali ke mesin pemecah
kulit. Mesin yang digunakan adalah paddy separator atau separator.
Semakin tinggi effiensi mesin pemecah kulit maka semakin tinggi jumlah
beras pecah kulit yang dihasilkan dan semakin rendah jumlah gabah utuh
yang tidak terkelupas (Partiwi, 2006).
4. Penyosohan
Beras pecah kulit yang dihasilkan pada proses pemecahan kulit
(husking) masih mengandung lapisan bekatul yang membuat beras
berwarna gelap kecoklatan dan tidak bercahaya. Disamping
penampakannya yang kurang menarik, adanya bekatul pada beras juga
membuat rasa nasi kurang enak meskipun bekatul memiliki nilai gizi
tinggi. Untuk membuang lapisan bekatul dari butiran beras dilakukan
suatu tahap kegiatan yang disebut penyosohan. Tahap ini disebut juga
tahap whitening atau polishing. Disebut whitening karena tahap ini
berfungsi merubah beras menjadi beras putih, sedangkan disebut polishing
karena permukaan beras digosok untuk membuang lapisan bekatul
sehingga didapat beras putih.
Hasil dari tahap ini adalah beras sosoh yang berwarna putih dan
hasil sampingan berupa dedak dan bekatul. Untuk mendapatkan hasil yang
baik, tahap ini biasanya dilakukan beberapa kali, baik pada mesin yang
sama atau mesin yang berbeda. Mesin-mesin yang dipakai dalam kegiatan
penyosohan disebut whitener atau polisher dan dapat ditambah dengan
mesin pengkilap serta pencuci (refiner) yang berfungsi mengkilapkan dan
mencuci permukaan beras. Proses penyosohan dapat dilakukan sekali atau
15
beberapa kali bergantung pada kualitas beras sosoh yang diinginkan.
Makin sering proses penyosohan dilakukan maka beras sosoh yang
dihasilkan makin putih dan beras patah yang dihasilkan makin banyak
(Partiwi, 2006).
5. Pemisahan Beras Berdasarkan Ukuran
Beras hasil penyosohan berupa campuran butiran beras yang
memiliki berbagai ukuran. Adanya berbagai ukuran tersebut disebabkan
oleh adanya butiran-butiran beras yang patah selama pemecahan kulit dan
penyosohan. Untuk memisahkan beras kepala dan beras patah diperlukan
proses tersendiri yang disebut grading. FAO membedakan ukuran beras
berdasarkan panjang butirannya menjadi tiga, yaitu menir, beras patah, dan
beras kepala. Menir adalah beras yang ukuran butirannya dapat melewati
lubang ayakan 1.4 mm. Beras patah adalah beras yang ukuran butirannya
antara 3/8 sampai 6/8 bagian beras utuh. Sedangkan beras kepala adalah
beras yang ukuran butirannya lebih besar dari 6/8 bagian butiran panjang
butir beras utuh.
Keseragaman ukuran beras yang keluar dari mesin polisher sangat
bervariasi meliputi campuran beras kepala, beras patah, dan menir. Porsi
beras kepala, beras patah dan menir pun dapat bervariasi. Untuk
mendapatkan keseragaman ukuran beras yang sesuai dengan keinginan,
beras sosoh perlu dipisahkan terdahulu menurut ukuran-ukuran partikelnya
dan kemudian dicampur kembali sesuai dengan keseragaman yang
diinginkan.
16
2.2. Studi Kelayakan Bisnis
2.2.1. Pengertian Studi Kelayakan Bisnis
Penanaman modal dalam suatu usaha atau proyek, naik usaha baru
maupun yang sudah ada, biasanya disesuaikan dengan tujuan dan bentuk badan
usahanya. Salah satu tujuan perusahaan didirikan adalah mencari keuntungan,
dalam arti seluruh aktifitas perusahaaan hanya untuk mencari keuntungan semata.
Tujuan lainnya adalah bersifat sosial.
Bagi perusahaan yang didirikan untuk tujuan total profit, yang paling
utama perlu dipikirkan adalah seberapa lama pengembalian dana yang ditanam
dalam proyek tersebut agar segera kembali. Artinya sebelum perusahaan
dijalankan, maka terlebih dahulu dihitung apakah proyek atau usaha yang akan
dijalankan benar-benar dapat mengembalikan uang yang telah diinvestasikan
dalam proyek tersebut dalam jangka waktu tertentu.
Investasi ddalam arti luas menurut William F.Sharpe adalah pengorbanan
dollar sekarang untuk dollar dimasa yang akan datang. Dari pengertian ini
terkandung dua (2) atribut penting di dalam investasi, yaitu resiko dan tenggang
waktu. Mengorbankan uang arinya menanamkan sejumlah dana (uang) dalam
suatu usaha saat sekarang atau saat investasi dimulai. Kemudian mengharapkan
pengembalian investasi dengan keuntungan yang diharapkan dimasa yang akan
datang (dalam waktu tertentu). Pengorbanan sekarang mengandung suatu
kepastian bahwa uang digunakan untuk investasi sudah pasti dikeluarkan.
Sedangkan hasil dimasa yang akan datang bersifat tidak pasti, tergantung dari
kondisi dimasa yang akan datang.
17
Kemudian pengertian bisnis adalah kegiatan suatu usaha yang dilakukan
untuk memperoleh keuntungan sesuai dengan tujuan dan target yang diinginkan
dalam berbagai bidang, baik jumlah maupun waktunya. Keuntungan merupakan
tujuan utama dalam dunia bisnis, terutama bagi pemilik bisnis, baik keuntungan
dalam jangka pendek maupun panjang. Bentuk keuntungan yang diharapkan lebih
banyak dalam bentuk finansial. Besarnya keuntungan telah ditetapkan sesuai
dengan target yang diinginkan dengan batas waktunya. Bidang usaha yang dapat
digeluti beragam, mulai dari perdagangan, industri, pariwisata, agribisnis atau
jasa-jasa lainnya.
Untuk menjelaskan perbedaan pengertian perusahaan dan bisnis, penulis
menggunakan pendapat Raymond E. Glos dalam bukunya Business: its nature
and environment: An Introduction. Perusahaan diartikan sebagai sebuah
organisasi yang memproses perubahan keahlian dan sumber daya ekonomi
menjadi barang dan/atau jasa yang diperuntukkan bagi pemuasan kebutuhan para
pembeli, serta diharapkan akan memberikan laba kepada para pemiliknya.
Fokusnya lebih kepada organisasi. Sedangkan bisnis diartikan sebagai seluruh
kegiatan yang diorganisasikan oleh orang-orang yang berkecimpung dalam bidang
perniagaan (produsen, pedagang, konsumen, dan industri dimana perusahaan
berada) dalam rangka memperbaiki standar serta kualitas hidup mereka.
Dengan kedua istilah diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian bisnis
lebih luas dari perusahaan karena perusahaan merupakan bagian dari bisnis.
Kelayakan artinya penelitian yang dilakukan secara mendalam untuk
menentukan apakah usaha yang akan dijalankan memberikan manfaat yang lebih
besar dibandingkan dengan biaya yang akan dikeluarkan. Dengan kata lain
18
kelayakan dapat diartikan bahwa usaha yang akan dijalankan dapat memberikan
keuntungan baik finansial dan non finansial sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengertian studi kelayakan
bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu
kegiatan atau usaha atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka menentukan
layak atau tidak suatu usaha tersebut dijalankan.
Ibrahim (2003), mengatakan bahwa studi kelayakan bisnis merupakan
bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau
menolak suatu gagasan usaha yang direncanakan. Pengertian layak dalam
penilaian ini adalah kemungkinan dari gagasan suatu usaha yang akan
dilaksanakan memberikan manfaat, baik dalam hal financial benefit maupun
social benefit.
Siagian dan Asfaliani (2001), mengatakan bahwa analisis kelayakan bisnis
merupakan suatu analisis formal (resmi) terhadap suatu rencana investasi dari
suatu peluang usaha yang bertujuan untuk mengetahui apakah manfaat investasi
tersebut lebih besar dibandingkan dengan biayanya.
Kelayakan usaha dibuat sebagai alat untuk memutuskan apakah suatu
rencana dan investasi usaha dapat dilanjutkan atau dihentikan.
2.2.2. Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis
Ada beberapaaspek
yangperludikajiuntukmenentukankelayakansuatuusaha.Secaraumumprioritasaspek
-aspek yang perludilakukandalamstudikelayakanadalahsebagaiberikut :
19
1. AspekHukum
Aspek hukum digunakan untuk meneliti kelangkapan dan keaslian dari
dokumen-dokumen yang dimiliki mulaui dari badan usaha, izin-izin dan
dokumen lainnya.
2. AspekPasar dan Pemasaran
Aspek pasar dan pemasaran adalah meneliti seberapa besar pasar yang
akan dimasuki dan seberapa besar kemampuan perusahaan untuk
menguasainya. Pengkajian aspek pasar penting dilakukan karena tidak ada
proyek bisnis yang berhasil tanpa adanya permintaan atas barang/jasa yang
dihasilkan.
3. Aspek Teknik dan Produksi
Aspek teknik dan teknologi adalah untuk menentukan lokasi, lay-out
gedung dan ruangan serta teknologi yang akan dipakai. Lokasi yang
menjadi perhatian adalah lokasi yang akan dijadikan sebagai kantor pusat,
lokasi pabrik dan lokasi gudang.
4. Aspek Manajemen
Aspek manajemen adalah untuk mengukur kesiapan dan kemampuan
pihak pengelola perusahaan dalam menjalankan ushanya.
5. Aspek Sumber Daya Manusia (SDM)
Aspek manajemen dan organisasi digunakan untuk meneliti kesiapan
sumber daya manusia yang akan menjalankan usaha tersebut. Kemudian
mencari bentuk organisasi yang akan dijalankan.
20
6. Aspek Keuangan
Aspek keuangan adalah untuk menilai kemapuan perusahaan dalam
memperoleh pendapatan serta besarnya biaya yang dikeluarkan.
7. AspekEkonomi,Sosial, Politik dan lingkungan alam sekitar.
Analisis tentang lingkungan usaha merupakan hal penting yang harus
dilakukan untuk mengetahui apakah lingkungan dimana usaha dijalankan
akan menimbulkan masalah atau sebaliknya membuka peluang usaha
lainnya, baik dari sisi ekonomi, sosial, politik dan lingkungan alam.
2.2.3. Aspek Keuangan
Studi aspek keuangan bertujuan untuk mengetahui perkiraan pendanaan
dan aliran kas proyek bisnis, sehingga dapat diketahui layak atau tidaknya rencana
bisnis.
Aspek ini berbicara tentang bagaimana penghitungan kebutuhan dana, baik
kebutuhan dana untuk aktiva tetap maupun dana untuk modal kerja. Analisis
aspek finansial juga membahas mengenai sumber dana yang akan digunakan
untuk memenuhi kebutuhan jumlah dana tersebut, sekaligus pengalokasiannya
secara efisien sehingga memberikan tingkat keuntungan yang menjanjikan
(Husnan dan Suad, 2000).
Pada aspek keuangan akan menyajikan informasi tentang biaya investasi,
modal kerja, cash flow dan biaya operasional yang terdiri atas fixed cost dan
variable cost. Besarnyainvestasiberartijumlahdana yang akandibutuhkan,
baikuntuk modal investasipembelianaktivatetapmaupun modal kerja. Selainitu,
jugabiaya-biaya yang diperlukanselamaumurinvestasidanpendapatan.
21
Cashflow merupakan aliran kas yang terdiri dari penerimaan (inflow) dan
pengeluaran (outflow). Alian kas disusun untuk menunjukkan perubahan kas
selama periode waktu tertentu serta memberikan alasan mengenai perubahan kas
tersebut dengan menunjukkan dari mana sumber kas dan penggunaan-
penggunaanya.
2.2.4. Manfaat Studi Kelayakan Bisnis
Seperti diketahui, hasil dari studi kelayakan bisnis adalah untuk laporan
tertulis. Isi laporan studi kelayakan bisnis menyatakan bahwa suatu rencana bisnis
layak direalisasikan. Adapun pihak-pihak yang membutuhkan laporan studi
kelayakan bisnis adalah sebagai berikut.
1. Pihak Investor
Jika hasil studi kelayakan bisnis yang telah dibuat ternyata layak untuk
direalisasikan, pemenuhan kebutuhan akan dana dapat mulai dicari.
Misalnya dengan mencari investor atau pemilik modal yang mau turut
serta menanamkan modalnya pada proyek yang akan dikerjakan.
2. Pihak Kreditor
Pendanaan proyek dapat juga dipinjam dari bank. Pihak bank, sebelum
memutuskan untuk memberikan kredit atau tidak, perlu mengkaji ulang
studi kelayakan bisnis yang telah dibuat, termasuk mempertimbangkan sisi
lainnya.
3. Pihak Manajemen Perusahaan
Studi kelayakan bisnis dapat dibuat oleh pihak eksternal perusahaan
maupun pihak internal perusahaan. Pembuatan proposal merupakan upaya
22
dalam rangka merealisasikan ide proyek yang bermuara pada peningkatan
usahauntuk meningkatkan laba perusahaan.
4. Pihak Pemerintah dan Masyarakat
Penyusunan studi kelayakan bisnis perlu memperhatikan kebijakan-
kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah karena bagaimanapun
pemerintah dapat secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi
kebijakan perusahaan.
5. Bagi Tujuan Pembangunan Ekonomi
Dalam menyusun studi kelayakan bisnis perlu juga menganalisis manfaat
yang akan didapat dan biaya yang akan ditimbulkan oleh proyek terhadap
perekonomian nasional. Aspek-aspek yang perlu dianalisis untuk
mengetahui biaya dan manfaat tersebut antara lain ditinjau dari aspek
rencana pembangunan nasional, distribusi nilai tambah pada seluruh
masyarakat, nilai investasi per tenaga kerja, pengasuh sosial serta analisis
kemanfaatan dan beban sosial.
2.3. AnalisisInvestasi
Terdapat banyak metode yang dapat digunakan untuk menilai kelayakan
ekonomi suatu investasi usaha. Beberapa metode yang sering digunakan antara
lain yaitu :
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menilai suatu investasi,
yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return(IRR),Profitability
Index(PI),Payback Period(PP), Benefit Cost Ratio, dan Break Event Point (BEP).
23
1. Metode ”Net PresentValue ”
Metode ini menghitung selisih antara nilai sekarang investasi dengan nilai
sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih (operasional maupun terminal aliran
kas) di masa yang akan datang bernilai positif.Metode ekivalensi nilai sekarang
(present worth analysis) atau lebih dikenal dengan istilah umum PNV atau Net
Present Value.
Metode ini didasarkan atas nilai sekarang bersih dari hasil perhitungan
nilai sekarang aliran dana masuk (penerimaan) dengan nilai sekarang investasi
selama jangka waktu analisis dan suku bunga tertentu. Kriteria kelayakannya
adalah apabila nilai sekarang bersih atau NPV > 0, yang dirumuskan dengan :
NPV = PV Kas Bersih – PV Investasi
Kas Bersih 1Kas Bersih 2 Kas Bersih N
( 1 + r ) ( 1 + r )2
( 1 + r )n
2. Metode ”Internal Rate of Return ”
Metode ini menghitung tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang
investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di masa-masa
yang akan datang. Apabila tingkat bunga ini lebih besar daripada tingkat bunga
yang relevan (tingkat keuntungan yang disyaratkan ”MARR”)
Metode tingkat suku bunga pengembalian modal (rate of return analysis)
atau lebih dikenal dengan nama IRR (Internal Rate of Return).IRR adalah suatu
nilai petunjuk yang identik dengan seberapa besar suku bunga yang dapat
diberikan oleh investasi tersebut dibandingkan dengan suku bunga bank yang
berlaku umum (suku bunga pasar atau Minimum Attractive Rate of
NPV= + + - Investasi + .......
24
Return/MARR). Pada suku bunga IRR akan diperoleh NPV = 0, dengan perkataan
lain bahwa IRR tersebut mengandung makna suku bunga yang dapat diberikan
investasi, yang akan memberikan NPV = 0. Syarat kelayakannya yaitu apabila
IRR > suku bunga MARR.
3. Metode ”Profitability Index ”
Metode ini menghitung perbandingan antara nilai sekarang penerimaan-
penerimaan kas bersih di masa datang dengan nilai sekarang investasi. Kalau PI
lebih besar dari 1, maka proyek diterima atau layak.
PI =
4. Metode periode pengembalian modal (payback period)
Metode periode pengembalian modal ini berbeda dengan metode-metode
lainnya. Pada metode ini tidak digunakan perhitungan dengan menggunakan
rumus bunga, akan tetapi yang dianalisis adalah seberapa cepat modal atau
investasi yang telah dikeluarkan dapat segera kembali dengan menggunakan aliran
kas. Kriteria penilaiannya adalah semakin singkat pengembalian investasi akan
semakin baik.
PP = x 1 tahun
5. Metode rasio manfaat dan biaya (benefit cost ratio)
Metode BC Ratio pada dasarnya menggunakan data ekivalensi nilai
sekarang dari penerimaan dan pengeluaran, yang dalam hal ini BC Ratio adalah
merupakan perbandingan antara nilai sekarang dari penerimaan atau pendapatan
yang diperoleh dari kegiatan investasi dengan nilai sekarang dari pengeluaran
PV Kas masuk
PV Kas keluar
Nilai Investasi
Kas masuk bersih
25
(biaya) selama investasi tersebut berlangsung dalam kurun waktu tertentu. Kriteria
kelayakannya adalah bila nilai BC Ratio > 1 dan dirumuskan dengan :
BCR = ( Nilai Sekarang Pendapatan) : ( Nilai Sekarang Pengeluaran)
6. Metode Titik Pulang Pokok (Break Event Point)
Metode titik polang pokok adalah suatu analisis yang digunakan untuk
mengetahui kapan terjadinya keadaan dimana penerimaan pendapatan perusahaan
(total revenue) sama dengan biaya yang dikeluarkan (total cost).
TR = TC
Rumus yang digunakan untuk analisis Break Event Point ini terdiri dari dua
macam sebagai berikut:
1. Dasar Unit yaitu berapa unit jumlah barang/jasa yang harus dihasilkan
untuk mendapat titik impas:
BEP = FC /(P-VC)
2. Dasar Penjualan yaitu berapa rupiah nilai penjualan yang harus diterima
untuk mendapat titik impas:
BEP=FC/ (1 – (VC/P))
Dimana :
BEP : Break Even Point
FC : Fixed Cost
P : Price (harga per unit)
VC : Variable Cost
26
III. METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi, Objek dan Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Desa Mesjid Baro Kecamatan Samatiga
Kabupaten Aceh Barat. Penetuan lokasi dilakukan dengan sengaja (Purposive)
dengan pertimbangan daerah ini merupakan salah satu daerah sentra produksi padi
di Kecamatan Samatiga.
Objek penelitian ini adalah Usaha Penggilingan Padi menetap yang terdapat
di Desa Mesjid Baro Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat.
Ruang lingkup penelitian terbatas padaAspek Keuangan Usaha
Penggilingan Padi Menetap di Desa Mesjid Baro Kecamatan Samatiga Kabupaten
Aceh Barat.
3.2 Data Penelitian
3.2.1 Jenis dan Sumber Data
Adapun jenis dan sumber data yang digunakan dalam penitian ini adalah
data primer dan data sekunder, dimana :
1. Data primer adalah data yang diperoleh langsung baik melalui observasi
dan wawancara langsung dengan responden.
2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi kepustakaan,
instansi tertentu dan literatur yang terkait dengan masalah ini.
3.2.2 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, data diperoleh dari kejadian atau kenyataan yang
terjadi dalam Usaha Penggilingan Padi Menetap di Desa Mesjid Baro Kecamatan
27
Samatiga Kabupaten Aceh Barat. Teknik pengumpulan data yang digunakanj
dalam penelitian ini adalah :
1. Wawancara adalah percakapan antara dua orang yang salah satunya
bertujuan untuk menggali dan mendapatkan informasi untuk tujuan
tertentu (Golden, 2009, h.118).
2. Observasi (Observation)merupakan suatu kegiatan mencarai data yang
dapat digunakan untuk memberikan suatu kesimpulan atau diagnosis
(Herdiansyah, 2012).
Observasi adalah memperhatikan dan mengikuti dalam arti mengamati
dengan teliti dan sistemis sasaran perilaku yang dituju (Banister, et al,
1994).
Menurut Herdiansyah (2012,h.118) dalam penelitian kualitatif, wawancara
menjadi metode pengumpulan data yang utama, sebagian besar data diperoleh
melalui wawancara. Dan metode pengumpulan data kualitatif lainnya yang sangat
sering digunakan adalah observasi.
3.3 ModelPenelitian
Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus.
Menurut Herdiansyah (2012, h.76) studi kasus adalah suatu model penelitian
kualitatif yang terperinci tentang individu atau suatu unit sosial tertentu selama
kurun waktu tertentu.
Salah satu ciri khas dari studi kasus adalah adanya sistem terbatas (bounded
system) yaitu adanya batasan dalam hal waktu dan tempat serta batasan dalam hal
kasus yang diangkat (dapat berupa program, kejadian, aktivitas, atau subjek
penelitian).
28
3.4 Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Payback
Period (PP), Net Present Value (NPV), dan Break Event Poin (BEP).
3.4.1 Payback Period (PP)
Payback Period (PP) merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu
(periode) pengembalian investasi suatu proyek atau usaha. Perhitungan ini dapat
dilihat dari perhitungan kas bersih (proceed) yang diperoleh setiap tahun. Nilai
kas bersih merupakan penjumlahan laba setelah pajak ditambah dengan
penyusutan (dengan catatan jika investasi 100% menggunakan modal sendiri).
Ada 2 macam model perhitungan yang akan digunakan dalam menghitung masa
pengembalian investasi sebagai berikut :
a. Apabila kas bersih setiap tahun sama
Investasi.
Kas Bersih/Tahun
b. Apabila kas bersih setiap tahun berbeda
PP = x 12 bulan
Dimana :
Jika PP lebih kecil dari umur investasi, maka usaha tersebut dinyatakan
layak untuk dijalankan.
3.4.2 Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) atau nilai bersih sekarang merupakan
perbandingan antara PV kas bersih (PV of proceed) dengan PV investasi (capital
outlays) selama umur investasi. Selisih antara kedua PV tersebutlah yang dikenal
dengan Net Present Value (NPV).
PP = x 1 tahun
Investasi - Kas Bersih tahun 1 - ...... - kas bersih tahun(n-1)
Kas masuk bersih tahun n
29
Untuk menghitung NPV, terlebih dahulu kita harus tahu berapa PV kas
bersih. PV kas bersih dapat dihitung dengan jalan membuat dan menghitung dari
cash flow perusahaan selama umur investasi tertentu.
Rumus yang biasa digunakan dalam menghitung NPV adalah :
Kas Bersih 1Kas Bersih 2 Kas Bersih N
( 1 + r ) ( 1 + r )2 ( 1 + r )
n
dimana :
NPV = Net Present Value
r = Tingkat bunga pengembalian
Kas Bersih 1 = Kas bersih tahun ke-1
Kas Bersih 2 = Kas bersih tahun ke-2
Kas Bersih N = Kas bersih tahun ke-n
3.4.3 Break Event Poin (BEP)
Break Event Poin (BEP) ialah titik impas di mana posisi jumlah pendapatan
dan biaya sama atau seimbang sehingga tidak terdapat keuntungan ataupun
kerugian dalam suatu perusahaan.
Break Even Point ini digunakan untuk menganalisis proyeksi sejauh mana
banyaknya jumlah unit yang diproduksi atau sebanyak apa uang yang harus
diterima untuk mendapatkan titik impas atau kembali modal.
Break Event Point memerlukan komponen penghitungan dasar seperti
berikut ini:
1. Fixed Cost. Komponen ini merupakan biaya yang tetap atau konstan jika
adanya tindakan produksi atau meskipun perusahaan tidak berproduksi.
Contoh biaya ini yaitu biaya tenaga kerja, biaya penyusutan mesin, dll.
NPV= + + - Investasi + .......
30
2. Variabel Cost. Komponen ini merupakan biaya per unit yang sifatnya
dinamis tergantung dari tindakan volume produksinya. Jika produksi yang
direncanakan meningkat, berarti variabel cost pasti akan meningkat.
Contoh biaya ini yaitu biaya bahan baku, biaya listrik, dll.
3. Selling Price. Komponen ini adalah harga jual per unit barang atau jasa
yang telah diproduksi.
Rumus yang digunakan untuk analisis Break Event Point ini terdiri dari dua
macam sebagai berikut:
1. Dasar Unit yaitu berapa unit jumlah barang/jasa yang harus dihasilkan
untuk mendapat titik impas:
BEP = FC /(P-VC)
2. Dasar Penjualan yaitu berapa rupiah nilai penjualan yang harus diterima
untuk mendapat titik impas:
BEP=FC/ (1 – (VC/P))
Dimana :
BEP : Break Even Point
FC : Fixed Cost
P : Price (harga per unit)
VC : Variable Cost
* Penghitungan (1 – (VC/P)) biasa juga disebut dengan istilah Margin
Kontribusi Per Unit.
31
3.5 Definisi Operasional Variable
Untuk menghindari kesimpangsiuran persepsi pada penelitian ini, maka
perlu dijelaskan kembali definisi dari variable dan istilah yang digunakan.
1. Biaya adalah seluruh modal yang dikeluarkan untuk menjalankan
usaha.
2. Biaya terdiri dari biaya tetap/investasi (dapat digunakan berulang kali)
dan biaya tidak tetap (hanya bisa dipakai untuk sekali proses produksi).
3. Payback Period (PP) merupakan teknik penilaian terhadap jangka
waktu (periode) pengembalian investasi suatu proyek atau usaha, yaitu
metode menghitung waktu berapa lama investasi bisa kembali.
4. Net Present Value (NPV) merupakan kelebihan benefit (manfaat)
dibandingkan dengan biaya (cost).
5. Break Event Poin (BEP) ialah titik impas atau titik pulang pokok di
mana posisi jumlah pendapatan (total revenue) dan total biaya (total
cost) adalah sama atau seimbang sehingga tidak terdapat keuntungan
ataupun kerugian dalam suatu perusahaan.
32
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum LokasiPenelitian
Samatiga merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Aceh Barat yang
mempunyai luas daerah 140.69 KM persegi dengan persentase kepadatan
penduduk adalah 4,8 persen. Kecamatan ini terdiri dari 6 mukim dan 32 desa.
Berbatasan dengan lautan hindia dan pergunungan, sehingga kecamatan ini
mempunyai area pertanian seperti sawah, ladang dan juga mempunyai bibir pantai
yaitu laut. Sumber pencaharian utama masyarakat adalah petani, Pegawai Negeri
Sipil (PNS), pedagang dan nelayan.
Persawahan di Kecamatan Samatiga tergolong persawahan tadah hujan,
petani sangat mengandalkan hujan untuk bisa menggarap lahan sawahnya.
Beberapa petani ada yang menarik air dari sungai dengan mesin jika air hujan
tidak cukup maupun tidak ada.Sebagian besar sistem pertanaman padi di
Kecamatan Samatiga dilakukan dengan cara sebar langsung ke lahan yang telah
diolah, dalam artian hanya sebagian kecil dari petani yang melakukan tanam
pindah.
Sistem pengelolaan persawahan di Kecamatan Samatiga dilakukan dengan
berbagai cara, diantaranya: (1) Mengerjakan sendiri, dalam artian semua anggota
keluarga ikut terlibat dalam kegiatan persawahan tersebut. (2) Mulai dari
pembajakan serta pemanenan pemilik lahan tersebut membiayai petani lain untuk
mengerjakan lahan sawahnya, ini biasanya dilakukan oleh petani yang juga
33
berprofesi sebagai Pegawai Negeri sipil (PNS). (3) Sistem bagi hasil antara
pemilik lahan dengan petani yang mengerjakan lahan tersebut.
4.2 Analisis Kelayakan Finansial
4.2.1. Analisis Biaya
Setiap usaha yang telah beroperasi pasti mengeluarkan sejumlah biaya untuk
menjalankannya dan menjual suatu barang atau jasa untuk memperoleh
keuntungan temasuk dalam menjalankan usaha pengilinggan padi. Berdasarkan
pengamatan dan wawancara terhadap pihak-pihak yang terkait dengan usaha
penggilingan padi di Desa Mesjid Baro Kecamatan Samatiga dapat dianalisis total
biaya yang dikeluarkan, penerimaan, biaya pokok penggilingan dan titik impas.
Selama usaha penggilingan padi berjalan terdapat sejumlah biaya yang
harus dikeluarkan oleh pemilik penggilingan padi antara lain biaya tetap dan biaya
tidak tetap. Biaya tetap adalah biaya yang secara rutin dikeluarkan setiap tahun
dan nilainya relatif sama. Biaya tetap yang terdapat pada usaha penggilingan padi
antara lain penyusutan bangunan, lantai jemur, mesin-mesin penggilingan,
timbangan, dan pajak bumi dan bangunan (PBB).
4.2.2. Analisis Investasi
Investasi merupakan kegiatan jangka panjang dengan tujuan untuk
mendapatkan keuntungan yang jauh lebih besar dimasa mendatang. Investasi
selalu melihat berbagai aspek diantaranya tingkat pengembalian modal, daya beli,
kondisi ekonomi dan berbagai aspek lainnya yang mampu diukur dengan manfaat
jangka panjang.
34
Investasi ini bersifat jangka panjang sehingga proses pengembalian modal
juga harus di ukur dalam jangka waktu yang panjang. Selanjutnya mesin-mesin
dan gedung yang bersifat jangka panjang akan terjadi penyusutan. Sehingga dalam
jangka panjang juga harus di hitung nilai jangka panjang penyusutan mesin dan
penyusutan gedung.
Kebutuhan investasi disini berjumlah Rp. 250.000.000 yang terdiri dari
biaya pembelian tanah seluas 1400 meter, biaya bangunan, mesin diesel, kewa
padi, mesin jahit karung, timbangan duduk, mobil Pick Up L300,lantai jemuran,
pemasangan listrik, modal kerja dan biaya lain-lainnya.Untuk lebih lanjut dapat
dilihat pada tabel. 3 dibawah ini:
Tabel 3.
Rincian Kebutuhan InvestasiUsaha Penggilingan Padi Menetap di Desa
Mesjid Baro Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat.
No. Uraian Jumlah Satuan Sub Total
Investasi
1 Tanah 1400 Meter Rp 49.000.000
2 Bangunan 153 Meter Rp 30.000.000
3 Mesin Diesel 1 Unit Rp 8.500.000
4 Mesin Diesel (komplit) 1 Paket Rp 40.000.000
5 Kewa padi 1 Unit Rp 9.000.000
6 Mesin jahit karung 1 Unit Rp 2.835.000
7 Timbangan duduk 2 Unit Rp 3.250.000
8 Mobil Pick up L300 bekas 1 Unit Rp 55.000.000
9 Lantai jemuran 1 Paket Rp 3.000.000
10 Pemasangan Listrik 1 Paket Rp 1.500.000
11 Modal kerja awal 1 Paket Rp 40.000.000
12 Izin Usaha 1 Paket Rp 1.350.000
12 Alat Perlengkapan Lainnya 1 Paket Rp 6.565.000
Total investasi Rp 250.000.000
Sumber: Data primer (Diolah, 2015)
Data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai investasi usaha penggilingan
padi di Desa Mesjid Baro Kecamatan Samatiga adalah Rp.250.000.000. Untuk
35
kebelangsungan kegiatan penggilingan padi dengan penggunaan modal investasi
itu akan dibelanjakan untuk pembelian aset yang bersifat bergerak dan tidak
bergerak. Sebagaimanadijelaskan pada kurvadi bawah ini:
Grafik1.
Rincian Kebutuhan Investasi Usaha Penggilingan Padi di Desa Mesjid Baro
Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat.
Sumber: Data primer (Diolah, 2015)
4.2.3. Arus Kas Keluar (Cash Out Flow)
4.2.3.1 Biaya Tetap (Fixed Cost)
Biaya tetap adalah biaya yang selalu dikeluarkan dengan jumlah nilai yang
tetap untuk kegiatan perusahaan, biaya ini terdiri dari biaya tenaga kerja yang
rutin dikeluarkan tiap hari, minggu atau bulanan dan biaya pembelian gabah yang
akan di giling dan distribusikan kepada konsumen. Oleh karena itu setiap
bulannya menghabiskan biaya tenaga kerja sebesar Rp 8,9 juta dengan
penggunaaan tenaga kerja berjumlah 5 orang dan pembelian gabah sebesar 250
ton dengan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 1 Miliyar perbulan. Biaya ini
-
10,000,000
20,000,000
30,000,000
40,000,000
50,000,000
60,000,000 20%
12%
3%
16%
4%1% 1%
22%
1% 1%
16%
1%3%
36
sangat tergantung pada harga gabah dan volume rata-rata pekerja untuk biaya
tenaga kerja. Untuk lebih terperinci dijelaskan dalam tabel 4.2 dibawah ini:
Tabel 4.
Biaya Tetap Usaha Penggilingan Padi di Desa Mesjid Baro Kecamatan
Samatiga Kabupaten Aceh Barat.
Biaya Tetap (Fixed Cost) Volume Satuan Harga
1. Biaya Tenaga Kerja 5 Orang Rp 8.900.000,-
2. Pembelian gabah dari masyarakat 250 Ton Rp 1.000.000.000,-
Total Biaya Tetap Rp 1,008.900.000,-
Sumber: Data primer (Diolah, 2015)
Untuk melihat besarnya persentase biaya tenaga kerja dengan biaya
pembelian gabah dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
Grafik 2.
Biaya Tetap Usaha Penggilingan Padi di Desa Mesjid Baro Kecamatan
Samatiga Kabupaten Aceh Barat.
4.2.3.2 Biaya Tidak Tetap (Variable Cost)
Biaya Tidak Tetap (Variable Cost) adalah biaya yang besar kecilnya
sangat tergantung kepada tingkat dan kuantitas jumlah produksi, semakin tinggi
Biaya Tenaga Kerja
1%
Pembelian gabah99%
1 Biaya Tenaga Kerja 5 Orang 2 Pembelian gabah dari masyarakat 250 Ton
Sumber: Data primer (Diolah, 2015)
37
kuantitas produksi maka biaya tidak tetap juga semakin tinggi juga
sebaliknya.Adapun biaya tidak tetap usaha penggilingan padi di Desa Mesjid Baro
Kecamatan Samatiga terdiri dari makanan dan minuman tenaga kerja, bahan bakar
minyak (BBM), biaya listrik, biaya pemeliharaan bangunan, dan biaya
pemeliharan mesin. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4.3 dibawah ini:
Tabel 5
Biaya Tidak Tetap Usaha Penggilingan Padi di Desa Mesjid Baro Kecamatan
Samatiga Kabupaten Aceh Barat.
Biaya Tidak Tetap (Variable Cost) Volume Satuan Harga
1 Makan minum Tenaga Kerja 6 Bulan Rp 1.800.000
2 Bahan Bakar Minyak (BBM)/Oil 6 Bulan Rp 13.500.000
3 Listrik 6 Bulan Rp 600.000
4 Biaya PemeliharaanBangunan 6 Bulan Rp 6.600.000
5 Biaya Permeliharaan Mesin 6 Bulan Rp 29.350.000
Subtotal Biaya Tidak Tetap (Variabel cost) Rp 51.850.000 Sumber: Data primer (Diolah, 2015)
Untuk lebih lanjut persentase ditribusi biaya tiidak tetap disajikan dalam
grafik dibawah ini:
Grafik 3
Biaya Tidak Tetap Usaha Penggilingan Padi Di Desa Mesjid Baro
Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat.
3%
26%
1%
13%
57%
1 Makan minum Tenaga Kerja 6 Bulan 2 BBM Mesin 6 Bulan
3 Listrik 6 Bulan 4 Biaya Pemeliharaan 6 Bulan
5 BBM Mobil dan Permeliharaan 6 Bulan
38
4.2.4. Arus Kas Masuk(Cash InFlow)
Tujuan utama dari kegiatan usaha adalah memperoleh pendapatan.
Pendapatan yang diperoleh harus lebih besar dari pada penerimaan, sebab tujuan
bisnis adalah untuk mencari keuntungan baik secara keuangan maupun secara
sosial. Jika aktivitas usaha yang dilakukan tidak memiliki manfaat secara
keuangan maka bukanlah kegiatan bisnis.
Kas Masuk atau permintaan kas (Cash inflow) yaitu aliran kas yang
diterima oleh perusahaan selama waktu tertentu sesuai dengan interval
perhitungan (sehari, sebulan, triwulan dan seterusnya).
Penerimaan atau pendapatan adalah hasil dari jumlah produksi yang
dikalikan dengan satuan harga. Semakin tinggi jumlah produksi dan harga maka
semakin tinggi juga total penerimaan. Usaha penggilingan padi memproduksi dua
jenis barang yaitu beras dan dedak, keduanya menjadi barang yang siap untuk
dipasarkan ke masyarakat. Kualitas beras sangat tergantung pada bahan baku
berupa gabah. Perkembangan produksi gabah sangat dipengarui oleh aktivitas
petani dalam memproduksi padi di sawah. Saat musim panen biasanya
kecenderungan produksi jauh lebih besar dibandingkan sebelum masa musim
panen. Saat belum musim panen juga ada sebagian masyarakat yang
menggilingkan padinya untuk kebutuhan harian yang disimpan dari sisa yang
disisihkan dari gabah yang dijual saat musim panen, hal ini merupakan kebiasaan
masyarakat yang sudah menjadi sebuah kebudayaan. Selanjutnya untuk melihat
lebih rinci total penerimaan dapat dilihat pada tabel 6 di bawah ini:
39
Tabel6
Rincian Penerimaan Usaha Penggilingan Menetap Padi di Desa Mesjid Baro
Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat.
No. Uraian Jumlah Satuan Sub Total
1. Penjualan beras ke rekan
bisnis 146,7 Ton Rp 1.026.900.000,-
2. Penjualan beras ke
masyarakat 20 Ton Rp 150.000.000,-
3. Penjualan dedak 40 Ton Rp 92.000.000,-
Total Penerimaan Rp 1.268.900.000,-
Sumber: Data primer (Diolah, 2015).
Untuk lebih lanjut melihat total penerimaan antara yang diperoleh dari
penjualan beras ke rakan bisnis, penjualan beras ke masyarakat dan penjualan
dedak bisa dilihat pada grafik dibawah ini.
Grafik 4.
Rincian Penerimaan Usaha Penggilingan Padi di Desa Mesjid Baro
Kecamatan Samatiga.
Sumber: Data primer (Diolah, 2015)
Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa total penerimaan yang paling
besar terjadi pada penjulan beras dengan rekan bisnis yaitu berjumlah
Rp.1.026.900.000 atau sebesar 80,93 persen, selanjutnya penjualan beras kepada
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
Penjualan beras ke rekan bisnis
Penjualan beras ke masyarakat
Penjualan dedak
80.93 %
11.82 % 7.25 %
40
masyarakat dengan jumlah pendapatan Rp.150.000.000 atau sebesar 11,82 persen
dan penerimaan dari dedak yaitu sebesar Rp.92.000.000 atau sebesar 7 persen.
4.2.5 Perbandingan Jumlah Arus Kas
Untuk melihat jumlah pendapatan dan pengeluaran kita bisa melihat secara
studi akuntansi mengenai analisa laporan laba/rugi. Dalam analisa laporan
laba/rugi maka jumlah penerimaan dikurangi dengan jumlah biaya-biaya yang
dikeluarkan. Biaya yang dimaksud dalam kajian akuntansi adalah suatu
pengeluaran yang dikeluarkan untuk aktivitas perusahaan yang bukan bersifat
pengadaan aset namun lebih bersifat pengeluaran operasional. Dalam akuntansi
biaya terdiri dari biaya gaji, biaya telpon, listrik, air, iklan, biaya penyusutan
mesin dan biaya lainnya dalam kegiatan operasional. Dalam kajian akuntansi
perbedaan biaya dan pendapatan dapat dilihat pada Tabel 4.4 mengenai laporan
analisa laba/rugi.
Tabel 7.
Analisis Laba/Rugi Usaha Penggilingan Padi di Desa Mesjid Baro
Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat.
No Keterangan Pendapatan Pengeluaran
A. Pendapatan
1 Penjualan beras ke rekan bisnis Rp 1.026.900.000
2 Penjualan beras ke masyarakat Rp 150.000.000
3 Penjualan dedak Rp 92.000.000
B. Biaya
1 Honor tenaga kerja Rp 8.900.000
2 Pembelian gabah dari
masyarakat Rp 1.000.000.000
3 Makan minum Tenaga Kerja Rp 1.800.000
4 BBM Mesin Rp 13.500.000
5 Listrik Rp 600.000
6 Biaya Pemeliharaan Rp 6.600.000
7 BBM Mobil dan Permeliharaan Rp 29.350.000
Total Rp 1.268.900.000 Rp 1.060.750.000
Laba Rp 208.150.000
Sumber: Data primer (Diolah, 2015)
41
Dari analisis laporan laba/rugi dapat disampaikan bahwa kegiatan
perusahaan ini secara akuntansi dapat disimpulkan bahwa penerimaan lebih besar
dari pada biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan atau perusahaan ini mengalami
keuntungan sebesar Rp. 208.150.000,- dalam kurun waktu 6 bulan dan secara
ekonomi maka jika ada investasi dalam kurun waktu 5 tahun maka kegiatan
investasi ini akan memberikan keuntungan jika kondisi penerimaan stabil.
4.2.6 Total Aset/Aktiva
Pengertian aset/aktiva atau sering disebut sebagai harta adalah nilai dari
sesuatu yang dimiliki oleh perusahaan. Yang dapat dimasukkan ke dalam asset
salah satunya adalah gedung atau bangunan, mesin, kendaraan, tanah dan lain
sebagainya. Nilai aset bisa diukur dengan uang misalnya tanah masih bisa
diperjual belikan dalam nilai uang, demikian juga dengan gedung dan mesin-
mesin. Aset memiliki berbagai sifat ada yang bersifat berwujud dan ada pula yang
tidak berwujud.Contoh yang berwujud adalah bangunan, mobil, tanah, mesin dan
lainnya yang nampak.Namun ada juga yang tidak berwujud seperti hak cipta, hak
paten dan lainnya.
Adapun aset pada usaha penggilingan padi di Desa Mesjid Baro
Kecamatan Samatiga adalah semua bentuk peralatan, gedung dan tanah yang
digunakan untuk produksi dan bersifat jangka panjang. Adapun asat dengan nilai
tertinggi pada usaha penggilingan padi di mesjid baro adalah tanah yang
berjumlah 1.400 meter persegi dengan total nilai Rp 49.000.000, selanjutnya
bangunan dengan luas 153 meter persegi dengan nilai Rp 30.000.000. selanjutnya
nilai aset terrendah adalah Mesin jahit karung yaitu Rp. 2.835.000. Untuk lebih
jelas lihat pada tabel dibawah ini.
42
Tabel 8.
Aset Usaha Penggilingan Menetap Padi di Mesjid Baro Kecamatan
SamatigaKabupaten Aceh Barat.
No. Uraian Jumlah Satuan Sub Total
1 Tanah 1400 Meter Rp 49.000.000
2 Bangunan 153 Meter Rp 30.000.000
3 Mesin Diesel 1 Unit Rp 8.500.000
4 Mesin Diesel (komplit) 1 Paket Rp 40.000.000
5 Kewa padi 1 Unit Rp 9.000.000
6 Mesin jahit karung 1 Unit Rp 2.835.000
7 Timbangan duduk 2 Unit Rp 3.250.000
8 Mobil Pick up L300 bekas 1 Unit Rp 55.000.000
9 Lantai jemuran 1 Paket Rp 3.000.000
11 Modal kerja awal 1 Paket Rp 40.000.000
Total Rp 242.085.000 Sumber: Data primer (Diolah, 2015)
4.3 Analisis Investasi
4.3.1 AnalisisisMetode Net Present Value (NPV)
Analisis Net Present Value (NPV) merupakan perbandingan antara PV kas
(PV of Proceed) dengan PV investasi (capital outlays) selama umur investasi.
Selisih antara kedua PV tersebut yang dikenal dengan nilai Net Present Value
(NPV). Pada usaha penggilingan padi menetap yang berada di Desa Mesjid Baro
Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat nilai NPVnya dapat dilihat pada
tabel dibawah ini:
Analisis Net Present Value (NPV) Usaha Penggilingan Padi di Desa Mesjid
Baro Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat.
Tahun Benefit Kas Bersih DF (20%) PV kas
Bersih
1 Rp208,150,000 Rp 176,927,500 0.8333 147,433,686
2 Rp 208,150,000 Rp 176,927,500 0.6944 122,858,456
3 Rp 208,150,000 Rp 176,927,500 0.5787 102,387,944
4 Rp 208,150,000 Rp 176,927,500 0.4823 85,332,133
5 Rp208,150,000 Rp176,927,500 0.4019 71,107,162
Total PV Kas Bersih 529,119,382
Sumber: Data primer (Diolah, 2015)
Tabel 9.
43
Untuk melihat kelayakan investasi maka kas bersih dikurangi dengan nilai
investasi maka jika hasilnya positif dapat disimpulkan bahwa usaha penggilingan
padi layak dikembangkan untuk itu maka dapat di cari
Total PV kas bersih Rp. 529,119,382
Total PV investasi Rp. 250.000.000
NPV Rp.279,119,382
Hasil NPV adalah Rp. 279,119,382,-yang menunjukkan nilai positif dan
lebih besar dari pada nol maka usaha penggilingan padi ditinjau dari pendekatan
NPV sangat layak untuk dikembangkan. Pengukuran nilai NPV ini dilihat
berdasarkan kajian selama lima tahun dengan nilai investasi sebesar
Rp.250.000.000 dan dengan tingkat bunga DF sebesar 20%. Asumsi DF 20%
adalah jika lembaga keuangan meminjamkan uang dengan tingkat suku bunga
sebesar 20% dan tingkat pinjaman sebesar 250.000.000 maka dalam jangka waktu
5 tahun usaha penggilingan padi akan memperoleh keuntungan sebesar
Rp.279,119,382,-diluar pengembalian modal pinjaman.
4.3.2 Analisis Metode Payback Period (PP)
Payback period adalah suatu metode berapa lama investasi akan kembali
atau periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi
(initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas, dengan kata lain
payback period merupakan rasio antara initial cash investment dengan cash flow-
nya yang hasilnya merupakan satuan waktu. Suatu usulan investasi akan disetujui
apabila payback period-nya lebih cepat atau lebih pendek dari payback period
yang disyaratkan.
44
. Investasi .
Kas Bersih/Tahun
Dapat di cari nilai PP adalah:
250.000.000.
176,927,500
Hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa usaha penggilingan padi di
Desa Mesjid Baro Kecamatan Samatiga tingkat pengembalian investasinya adalah
selama 1,41 tahun atau masuk pada tahun kedua nilai investasi sudah mampu
dikembalikan.
4.3.3 Analisis Metode Break Event Poin (BEP)
Break Even Point (BEP) ialah titik impas di mana posisi jumlah
pendapatan dan biaya sama atau seimbang sehingga tidak terdapat keuntungan
ataupun kerugian dalam suatu perusahaan. BEP ini digunakan untuk menganalisis
proyeksi sejauh mana banyaknya jumlah unit yang diproduksi atau sebanyak apa
uang yang harus diterima untuk mendapatkan titik impas atau kembali modal.
Umumnya yang digunakan untuk analisis Break Event Point ini terdiri dari dua
macam yaitu sebagai berikut:
1. Dasar Unit Berapa unit jumlah barang/jasa yang harus dihasilkan untuk
mendapat titik impas: BEP = FC /(P-VC)
2. Dasar Penjualan Berapa rupiah nilai penjualan yang harus diterima untuk
mendapat titik impas: FC/ (1 – (VC/P))* Penghitungan (1 – (VC/P)) biasa
juga disebut dengan istilah Margin Kontribusi Per Unit.
PP = x 1 tahun
PP = x 1 tahun= 1,41 tahun
45
Dari data penelitian kita ketahui bahwa nilai fixed cost (FC)
Rp.1.008.900.000,-. Selanjutnya nilai Variable Cost per 1 Ton (VC/1ton) adalah
Rp.207.400 dan harga gabah untuk setiap 1 ton adalah Rp. 4.000.000 maka dapat
diketahui nilai BEP adalah:
1. BEP = FC/ (P – VC)
BEP = 1008.900.000/(4.000.000 – 207.400)
BEP = 266,018 Ton
2. BEP = FC/ (1 – (VC/P))
BEP = 1.008.900.000/ 1-(207.400 – 4.000.000)
BEP = Rp.1.063.679.493
Dapat dianalisis bahwa BEP terjadi pada saat perusahaan melakukan produksi
dengan nilai kuantitasnya mencapai 266,018 ton atau pada saat jumlah biaya yang
dikeluarkan pada nilai Rp. 1.063.679.493. jika masih dibawah nilai tersebut maka
masih dalam kategori belum impas modal dan jika melewati batas produksi
266,018 ton maka perusahaan sudah dikatakan untung.
46
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
Adapun yang menjadi kesimpulan dalam penelitian mengenai studi
kelayakan untuk usaha penggilingan padi menetap di Desa Mesjid Baro
Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat adalah:
1. Nilai Net Prsent Value (NPV) diperoleh sebesar Rp.279,119,382,-. Nilai
ini lebih besar dari 1 yang berarti bahwa usaha penggilingan padi di Desa
Mesjid Baro Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Baratlayak untuk
diusahakankarena memiliki keuntungan ditinjau dari segi aktivitas bisnis.
2. Nilai Payback Period (PP) sebesar 1,41 Tahun yang artinya tingkat
pengembalian investasi akan dicapai selama dalam kurun waktu satu tahun
lebih atau memasuki tahun kedua. Jika aktivitas usaha penggilingan padi
menggunakan pinjaman dari pihak lembaga keungan dengan volume
produksi 250 ton pertahun dan tingkat bunga 20% maka dalam kurun
waktu 1,41 tahun pinjaman sudah kembali.
3. Untuk mencapai Break Event Point (BEP) maka usaha penggilingan padi
harus melakukan penggilingan sebesar 266 Ton atau pada saat pengeluaran
pembelian gabah sebesar Rp 1.063.679.493jika nilai harga gabah bersifat
tetap.
4. Usaha penggilingan padi di Desa Mesjid Baro kecamatan Samatiga layak
untuk beroperasi.
47
5.2 SARAN
Adapun saran yang dari peneliti mengenai studi kelayakan usaha
penggilingan padi menetap di Desa Mesjid Baro Kecamatan Samatiga Kabupaten
Aceh Barat adalah:
1. Kepada pemilik usaha penggilingan padi disarankan untuk mengganti atau
menggunakan peralatan-peralatan yang baru. Karena umur peralatan dapat
mempengaruhi efisiensi kinerja mesin dan produksi.
2. Kepada pemerintah disarankan untuk memberikan bantuan berupa subsidi
untuk bahan bakar mesin dan meringankan biaya pajak agar pendapatan
usaha menjadi lebih besar.
3. Kepada peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kelayakan usaha penggilingan
padi.
48
DAFTAR PUSTAKA
BPS Aceh Barat. 2013.Produk Domestik Regional Bruto menurut Lapangan Usaha Kabupaten Aceh Barat 2009-2012. BPS Aceh Barat.
BPS Aceh Barat. 2014.Statistik Daerah Kabupaten Aceh Barat 2014. BPS Aceh Barat.
Chalil, Syahrizal. 2010. Studi Kelayakan Bisnis. Citapustaka Media Perintis.
Bandung.
Departemen Pertanian. 2001. Teknologi penanganan pasca panen padi.
Hardjosentono, M. Dkk. 2000. Mesin- Mesin Pertanian. Penerbit Bumi Aksara.
Jakarta.
Harmaizar, Zaharuddin. 2006. Menangkap Peluang Usaha, Ed. II. CV. Dian
Anugerah Prakasa. Bekasi.
Herdiansyah, Haris. 2012. Motodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu Sosial.
Salemba Humanika. Jakarta Selatan.
Husnan, Suad. 2000. Dasar-Dasar Teori Fortofolio dan Analisis Sekuritas, Edisi
Kedua. UPP-AMP YKPN. Yogyakarta
Ibrahim, Yacob. 2003. Studi Kalayakn Bisnis.Rineka. Jakarta.
Jogiyanto. 2005. Analisis dan Desain Sistem Informasi. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Kasmir dan Jakfar. 2003. Studi Kelayakan Bisnis, Edisi Revisi.Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Nurendah.et.al. 2011. Kewirausahaan Pengembangan Usaha. Tugas Kelompok.
Artikel
Siagian dan Asfaliani. 2001. Studi Kelayakan Bisnis. Nusa Buana. Jakarta.
Soeharno,TS,SU.2007. Teori Mikro Ekonomi. CV.Andi Offset. Yogyakarta.
Sukirno, Sadiono. 2006. Mikro Ekonomi Teori Pengantar. PT. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Suprayono dan A. Setyono. 1997. Budi Daya Padi. Penebar Swadaya, Jakarta.
Umar, Husein. 2009. Studi Kelayakan Bisnis Edisi-3. Jakarta: PT.Gramedia
Pustaka Utama
http://bina ukm.com/2010/11/ciri-khas-usaha-penggilingan-padi/. Diakses pada 9
Mei 2015.
http://id.wikipedia.org/wiki/Beras.Diakses pada 9 Mei 2015
49
http://pengusahamuslim.com/cara-menghitung-break-even-point-dalam-akuntansi/
#.VVthr47pRCs, diakses 18 Mei 2015.
http://id.wikipedia.org/wiki/Padi, diakses pada 18 Mei 2015
http://web.ipb.ac.id/~tepfteta/elearning/media/Teknik%20Pasca%20Panen/tep440
_files/Penangananpadi.htm, diakses pada 20 Mei 2015.
http://www.kamusq.com/2013/04/analisa-adalah-definisi-dan-arti-kata.html,
diakses pada 21 Mei 2015
top related