ANALISA PERUBAHAN POLA DAN TATA GUNA LAHAN SUNGAI …
Post on 19-Oct-2021
11 Views
Preview:
Transcript
ANALISA PERUBAHAN POLA DAN TATA GUNA LAHAN SUNGAI BENGAWAN SOLO
dengan menggunakan citra satelit multitemporal
Oleh : Fidiyawati 3507 100 046
Pembimbing :
1. M. Nur Cahyadi, ST, MSc
2. Danang Surya Chandra, SSi, MSc
Contents
Latar Belakang1
Hasil dan Pembahasan 6
Batasan Masalah3
Tujuan dan Manfaat4
Metodologi Penelitian5
Rumusan Masalah2
Kesimpulan dan Saran7
Latar Belakang
• Sungai Bengawan Solo memiliki peranan dan fungsi yang sangatstrategis sebagai penyangga kehidupan masyarakat terutama bagipenduduk yang tinggal di sekitar kawasan sepanjang aliransungainya khususnya Kabupaten Lamongan yang merupakan salahsatu kabupaten yang dilalui oleh Sungai Bengawan Solo.
• Pertumbuhan penduduk dan pembangunan yang pesat yang terjadidi kota ini khususnya bidang pemukiman, membutuhkan areal yangsangat luas. Hal ini berdampak terjadinya perubahan penggunaanlahan.
• Kondisi perubahan tata guna lahan (land use) semakin meningkat,sehingga mengakibatkan kerusakan sungai yang berpengaruhterhadap perubahan pola sungai Bengawan Solo.
• Untuk mengetahui besarnya perubahan – perubahan yang terjadi didaerah aliran sungai Bengawan solo sepanjang kabupatenLamongan dapat menggunakan teknologi penginderaan jauh.
Rumusan Masalah
Bagaimana memperoleh informasi dari Citra SPOT 4 dan Landsat-7 ETM sehingga dapat dimanfaatkan untuk mengetahui perubahan pola dan tata guna lahan sungai Bengawan Solo sepanjang kabupaten Lamongan yang terjadi pada tahun 2003 sampai 2009.
Batasan Masalah
• Wilayah studi dari penelitian ini adalah sepanjang sungaiBengawan Solo di wilayah kabupaten Lamongan.
• Citra satelit yang digunakan berupa citra satelit SPOT-4 tahun2006 dan 2009, serta citra satelit Landsat-7 ETM+ tahun 2003.
• Metode yang digunakan untuk pola sungai adalah metodefilter directional dan klasifikasi tata guna lahan menggunakanmetode Supervised Classification.
• Analisa perubahan pola dan tata guna lahan sungai BengawanSolo dilakukan dengan cara membandingkan data citra satelittahun 2003, 2006, dan 2009.
• Hasil Penelitian berupa peta pola sungai Bengawan Solo danpeta tata guna lahan.
Tujuan & Manfaat
Tujuan :menganalisa perubahan pola dan tata guna lahan sungai BengawanSolo sepanjang kabupaten Lamongan dari tahun 2003 sampai tahun2009..
Manfaat :
memberikan suatu informasi mengenai perubahan pola dan tata gunalahan sungai Bengawan Solo di kabupaten Lamongan sehinggainformasi tersebut dapat digunakan sebagai bahan pertimbangandalam pengelolaan dan pengembangan khususnya di wilayahtersebut.
Metodologi
Groundtruth
CitraSPOT-4
CitraLandsat-7
ETM+
Peta RBI
GroundTruth
Peta Tata Guna Lahan
+
Peta Pola Sungai
Data yang Digunakan
Tahapan Penelitian
Persiapan
Pelaksanaan
Analisis
dan
Laporan
Identifikasi Masalah Studi Literatur Pengumpulan Data
Pengolahan Data Pengambilan Data Lapangan
Analisis Pembuatan Peta Penyusunan Laporan
Diagram Alir Pengolahan Data
Citra Landsat-7
ETM Tahun
2003
Citra SPOT-4
Tahun 2006
Citra SPOT-4
Tahun 2009
Koreksi Geometrik
RMS Error
≤ 1 Pixel
Penajaman citra
Peta RBI Skala
1:25.000
Citra Terkoreksi
Pemotongan citra
Klasifikasi
Supervised
Uji Ketelitian
≥ 80 %
Peta Tata Guna
Lahan Tahun 2003,
2006, 2009
Peta Pola Sungai
Bengawan Solo
Tahun 2003, 2006,
2009
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Directional
Filtering
Digitasi
Groundtruth
Analisa
Analisa
Koreksi Geometrik (1)
• Nilai RMS Error
No. Citra SatelitNilai Total
RMS error
Nilai Rata-rata
RMS Error
1Landsat tahun
20033,531 0,196
2SPOT-4 tahun
20064,424 0,201
3SPOT-4 tahun
20094,584 0,199
Hasil RMS error rata-rata citra
Landsat tahun 2003 dan SPOT
4 tahun 2006 dan 2009
mempunyai nilai rata-rata
kurang dari 1 pixel. Sehingga
dianggap memenuhi toleransi
yang diberikan.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat akurasi
atau ketelitian koreksi geometrik
adalah :
a. Jumlah titik kontrol yang
dipakai
b. Penyebaran titik kontrol pada
citra
c. Kesalahan Identifikasi titik
kontrol tanah pada citra
d. Desain dan nilai kekuatan
jaring (SoF)
Koreksi Geometrik (2)
• Strenght Of Figure (SoF)
Titik
Baseline
N ukuran : Jumlah Baseline x 3
N parameter : Jumlah titik x 3
U : N ukuran – N parameter
Besar SoF = trace {( [A] T x [A])-1 }
U
(Abidin, 2000)
SoF Citra Tahun 2003
Landsat 7 ETM+ Path/Row 119/065 tahun 2003
Jumlah Titik : 18Jumlah Baseline : 41N ukuran : Jumlah Baseline x 3 = 123N parameter: Jumlah Titik x 3 = 54U: N ukuran – N parameter = 123– 54 = 69Besar SoF = 0,0005773
SoF Citra Tahun 2006
SPOT-4 K/J 296/364 tahun 2006
Jumlah Titik : 22Jumlah Baseline : 51N ukuran : Jumlah Baseline x 3 = 153N parameter: Jumlah Titik x 3 = 66U: N ukuran – N parameter = 153– 66 = 87Besar SoF = 0,0004717
SoF Citra Tahun 2009
SPOT-4 K/J 296/364 tahun 2009
Jumlah Titik : 23Jumlah Baseline : 54N ukuran : Jumlah Baseline x 3 = 162N parameter: Jumlah Titik x 3 = 69U: N ukuran – N parameter = 162– 69= 93Besar SoF = 0,0003951
Analisa Luas Sungai Bengawan Solo
TahunLuas Sungai
(Ha)Perubahan (Ha)
2003 633,131-55,973
- 35,0042006
577,158
2009 542,154
Perubahan luas sungai yang paling dominan terjadi antara tahun 2006
yang terlihat dari pengurangan luasan sungai sebesar 55,973 Ha. Perubahan
tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah :
a. Sedimen yang dibawa oleh anak sungai yang bermuara ke sungai
Bengawan Solo, seperti sungai Lamong dan sungai dapur.
b. Pengembangan wilayah oleh masyarakat disekitar daerah aliran sungai
Bengawan Solo.
c. Pengendapan sedimen di bendungan-bendungan sepanjang sungai
Bengawan Solo, seperti bendungan Gondang.
Analisa Meander Sungai Bengawan Solo
2003 2006
2009
Terjadi perubahan meander
sungai dari tahun 2003 sampai tahun
2009. Pada tahun 2003 meander
sungai yang terbentuk mendekati
sungai utama Bengawan Solo, pada
tahun 2006 mulai menjauh dari sungai
utama dan pada tahun 2009 semakin
menjauh ke arah utara dari sungai
utama Bengawan Solo. Perubahan
tersebut akibat adanya pengangkutan
sedimen pada saat terjadi banjir.
Kejadian banjir bandang di wilayah
sungai bengawan solo tahun 2007
menyebabkan meander sungai pada
tahun 2009 semakin menjauh ke arah
utara dari sungai utama Bengawan
Solo.
Analisa Perubahan Tata Guna Lahan
Tata Guna Lahan
Luasan tahun (Ha) Perubahan (Ha)
2003 2006 2009 2003-2006 2006-2009 2003-2009
Hutan 2749,95 2688,04 2648,24 -61,91 -39,80 -101,71
Kebun 13837,32 14569,52 12801,64 732,20 -1767,88 1035,68
Pemukiman 4605,84 7590,08 8627,24 2984,24 1037,16 4021,40
Sawah 17937,90 15246,48 17887,36 -2691,42 2640,88 -50,54
Tambak 1662,30 1638,08 2405,48 - 24,22 767,40 743,18
SemakBelukar
10139,49 9485,04 6533,72 -654,45 -3151,32 3805,80
Badan Air 4166,01 3885,88 4199,40 -280,13 313,52 33,39
Analisa Perubahan Tata Guna Lahan
perubahan terbesar
terjadi pada area pemukiman
yang bertambah dari tahun
2003 sampai tahun 2009
sebesar 2306,32 Ha, kelas
hutan berkurang sebesar
101,71 Ha.
Bertambahnya luas
pemukiman dan
berkurangnya luas hutan
menyebabkan berkurangnya
daerah resapan air sehingga
terjadinya banjir di
sepanjang sungai bengawan
solo kabupaten Lamongan.
Uji KetelitianKlasifikasi
No Hasil Klasifikasi 1 2 3 4 5 6 7 Total Omisi MA (%)
1 Hutan 185 3 0 5 0 7 0 200 15 92,50
2 Kebun 3 256 4 11 0 9 1 284 28 90,14
3 Pemukiman 0 4 147 8 3 7 3 172 25 85,46
4 Sawah 5 11 8 273 2 6 6 311 38 87,78
5 Semak Belukar 7 9 7 6 224 1 4 258 34 86,82
6 Badan Air 2 1 3 5 8 152 5 176 24 86,36
Total/KH 202 286 172 310 123 259 174 1526 180 88,20
Komisi(pixel) 17 30 25 37 14 35 22 180
Dari hasil perhitungan confusion matrix yang sudah dilakukan,
didapatkan hasil ketelitian seluruh hasil klasifikasi (KH) untuk
citra SPOT 4 bulan Desember 2009 sebesar 88,20%. Karena
hasil perhitungan confusion matrix ≥ 80% maka klasifikasi citra
dianggap benar ((Short, 1982) dalam Sutanto, 1987).
Kesimpulan (1)
• Nilai rata – rata RMSerrors pada penentuan titik kontrol tanah atau GCP (Ground Control Points) sebesar 0,196 untuk Landsat ETM+ tahun 2003, 0,201 untuk citra SPOT 4 tahun 2006, dan 0,199 untuk citra SPOT 4 tahun 2009 telah memenuhi toleransi dari RMSerrors yang nilainya ≤ 1 pixel.
• Nilai kekuatan jaring citra Landsat ETM+ tahun 2003 sebesar 0,0005773, citra SPOT 4 sebesar 0,0004717, dan citra SPOT 4 tahun 2009 sebesar 0,0003951 telah memenuhi syarat ketelitian SoF, yaitu nilainya mendekati nol (0).
• Hasil uji klasifikasi tata guna lahan yang dilakukan dengan metode klasifikasi Supervised untuk citra SPOT-4 bulan Desember 2009 menunjukkan tingkat kebenaran 88,20%, maka ketelitian klasifikasi dianggap benar karena memiliki nilai ≥ 80%.
Kesimpulan (2)
• Terjadi perubahan luas sungai Bengawan Solo sepanjang Kabupaten Lamongan selama tahun 2003 sampai 2009, perubahan luas sungai yang paling dominan terjadi antara tahun 2003 dan 2006 yang terlihat dari pengurangan luasan sungai sebesar 55,973 Ha.
• Perubahan tata guna lahan sungai Bengawan Solo sepanjang kabupaten Lamongan sebagian besar merupakan peralihan fungsi dari hutan, badan air, dan sawah menjadi pemukiman hal tersebut terlihat dari bertambahnya area pemukiman sebesar 2306,32 Ha dan berkurangya area hutan sebesar 1767,40. Berkurangnya area hutan dan bertambahnya area pemukiman menyebabkan berkurangnya daerah resapan sehingga daerah aliran sungai Bengawan Solo sepanjang Kabupaten Lamongan rentan terhadap terjadinya banjir pada saat musim penghujan.
• Pola aliran sungai Bengawan Solo sepanjang kabupaten Lamongan dari tahun 2003 sampai tahun 2009 relatif tetap yang didominasi oleh pola aliran rectangular.
Saran
• Untuk mendapatkan tingkat ketelitian klasifikasi citra yang lebih baik, maka sebaiknya jangka waktu antara citra dengan hasil groundtruth tidak terlampau jauh mengingat daerah aliran sungai Bengawan Solo relatif cepat mengalami perubahan.
• Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenali perubahan pola sungai Bengawan Solo dengan menggunakan citra resolusi tinggi sehingga meningkatkan mutu citra dan ketelitian dari data yang dihasilkan.
top related