89763851 Kegawatdaruratan Di Bidang Tht
Post on 13-Aug-2015
214 Views
Preview:
Transcript
1
KEGAWATDARURATAN DI BIDANG THT
Kegawatdaruratan di bidang THT :-Epistaksis-Abses leher Dalam-Obstruksi Saluran Napas
Atas-Benda Asing Saluran Napas-Trauma Laring
A. Epistaksis
Epistaksis adalah perdarahan dari hidung yang dapat terjadi akibat sebab lokal atausebab
kelainan sistemik. Epistaksis seringkali merupakan gejala atau manifestasi penyakitlain.
Kebanyakan ringan dan sering berhenti sendiri tanpa perlu bantuan medis, tetapiepistaksis
yang berat dan sulit ditangani merupakan suatu kedaruratan yang harus segeraditanggulangi
Etiologi
Penyebab lokal:
•
TraumaPerdarahan dapat terjadi karena trauma ringan misalnya mengorek hidung, benturan
ringan, bersin atau mengeluarkan ingus terlalu keras atau sebagai akibattrauma yang lebih
hebat seperti kena pukulan, jatuh, atau kecelakaan lalu
lintas.Selain itu juga bisa terjadi akibat adanya benda asing tajam atau trauma pembedahan
.
•
Infeksi hidung dan sinus paranasal, seperti rhinitis, sinusitis serta granulomaspesifik
seperti lepra dan sifilis.
•
Tumor Epistaksis dapat timbul pada hemangioma dan karsinoma. Yang lebih seringterjadi
pada angiofibroma, dapat menyebabkan epistaksis berat.
Pengaruh lingkungan, misalnya perubahan tekanan atmosfir mendadak seperti pada
penerbang dan penyelam atau lingkungan udara yang sangat dingin.
•
Benda asing dan rinolit dapat menyebabkan epistaksis ringan disertai ingus berbau busuk.
2
•
Idiopatik,biasanya merupakan epistaksis yang ringan dan berulang pada anak
danremaja.Penyebab sistemik:
•
Penyakit kardiovaskular Hipertensi dan kelainan pembuluh darah seperti yang terjadi pada
arteriosklerosis,nefritis kronik, sirosis hepatik atau diabetes mellitus dapat menyebabkane
pistaksis. Epistaksis yang terjadi pada penyakit hipertensi seringkali hebat dandapat
berakibat fatal.
•
Kelainan darahPenyebab epistaksis antara lain leukemia, trombositopenia, bermacam-
macamanemia serta hemofilia.
•
Infeksi
sistemik Yang sering menyebabkan epistaksis ialah demam berdarah, demam tifoid,influenz
a dan morbili juga dapat disertai epistaksis.
•
Gangguan endokrin seperti pada kehamilan dan menopause
•
Kelainan kongenital yang sering meneyebabkan epistaksis ialah teleangiektasishemoragik
herediter (penyakit Osler).
Sumber Perdarahan
Melihat asal perdarahannya, epistaksis dibagi menjadi epistaksis
anterior dan epistaksis posterior.
•
Epistaksis anterior Pada epistaksis anterior, perdarahan berasal dari pleksus kiesselbach
(yang paling banyak terjadi dan sering ditemukan pada anak-anak), atau dari arteri
etmoidalisanterior. Biasanya perdarahan tidak begitu hebat dan bila pasien duduk darah
akankeluar melalui lubang hidung. Sering kali dapat berhenti spontan dan mudahdiatasi
3
Epistaksis posterior Pada epistaksis posterior, perdarahan berasal dari arteri
sfenopalatina dan arterietmoidalis posterior. Epistaksis posterior sering terjadi panda
pasien usia
lanjutyang menderita hipertensi, arteriosclerosis atau penyakit kardiovaskular.Perdarahan
biasanya hebat dan jarang dapat berhenti spontan.
Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaannya ialah memperbaiki keadaan umum, mencari
sumber perdarahan, menghentikan perdarahan, mencari faktor penyebab untuk mencegah
berulangnya perdarahan. Anamnesis yang lengkap sangat membantu dalam menentukansebab
perdarahan.Pasien dengan epistaksis diperiksa dalam posisi duduk, biarkan darah
mengalir keluar dari hidung sehingga bisa dimonitor. Kalau keadaannya lemah sebaiknya
setengahduduk atau berbaring dengan kepala ditinggikan, dan perlu juga diperhatikan
jangansampai darah mengalir ke saluran napas bawah. Untuk pasien anak, pasien duduk dipan
gku, badan dan tangan dipeluk, kepala dipegangi agar tegak dan tidak bergerak-
gerak.Setelah itu mencari sumber perdarahan, membersihkan hidung dari darah dan bekuan
darah dengan bantuan alat pengisap. Kemudian memasang tampon sementarayaitu kapas
yang sudah dibasahi adrenalin 1/5000-1/10.000 dan pantocain atau lidocain 2% dimasukkan
kedalam rongga hidung untuk menghentikan perdarahan dan mengurangirasa nyeri panda
saat dilakukan tindakan selanjutnya. Tampon tersebut dibiarkan selama10-15 menit, setelah
terjadi vasokontriksi dapat dilihat apakah perdarahan berasal dari bagian anterior atau
posterior hidung.
Menghentikan perdarahanPerdarahan anterior
Perdarahan anterior seringkali berasal dari pleksus kisselbach di septum bagiandepan.
Apabila tidak berhenti dengan sendirinya, perdarahan anterior terutama pada anak dapat
dicoba hentikan dengan menekan hidung dari luar selama 10-15 menit
Bila sumber perdarahan dapat terlihat,tempat asal perdarahan dikaustik denganlarutan
Nitras Argenti (AgNO3) 25-30 %. Kemudian area tersebut diberi krim
antibiotik.Bila dengan cara ini perdarahan masih terus berlangsung, maka diperlukan pemasa
ngan tampon anterior yang dibuat dari kapas atau kasa yang diberi pelumasvaselin atau
salep antibiotik. Tujuan pemberian pelumas agar tampon mudah
dimasukkandan tidak menimbulkan perdarahan baru saat dimasukkan atau dicabut. Tampond
imasukkan sebanyak 2-4 buah, disusun dengan teratur dan harus dapat menekan
asal perdarahan. Tampon dipertahankan selama 2 x 24 jam, harus dikeluarkan untuk menceg
ah infeksi hidung. Selama 2 hari ini dilakukan pemeriksaan penunjang
4
untuk mencari faktor penyebab epistaksis, serta dipasang tampon baru apabila perdarahan
masih belum berhenti.
Perdarahan Posterior
Perdarahan dari bagian posterior lebih sulit diatasi daripada perdarahan anterior karena
biasanya perdarahannya hebat dan sulit dicari sumbernya dengan pemeriksaanrinoskopi
anterior.Untuk mengatasi perdarahan posterior dilakukan pemasangan tampon
posterior yang disebut tampon Bellocq. Tampon ini dibuat dari kasa padat dibentuk kubus
atau bulat dengan diameter 3 cm. Pada tampon ini terikat 3 utas benang, 2 buah disatu sisi
dansebuah disisi yang berlawanan.Pada perdarahan satu sisi, untuk memasang tampon
posterior digunakan bantuankateter karet yang dimasukkan dari lubang hidung sampai
tampak di orofaring,lalu
ditarik keluar dari mulut.Pada ujung kateter ini diikatkan 2 benang tampon Bellocq tadi,kem
udian kateter ditarik kembali melalui hidung sampai benang keluar dan dapat
ditarik.Tampon perlu didorong dengan bantuan jari telunjuk untuk dapat melewati palatum
molemasuk ke nasofaring. Bila masih ada perdarahan, maka dapat ditambah tampon
anterior kedalam kavum nasi. Kedua benang yang keluar dari hidung diikat pada sebuah
gulungankain kasa di depan nares anterior, supaya
tampon yang terletak di nasofaring tetapditempatnya. Benang lain yang keluar dari mulut
diikatkan secara longgar pada pipi pasien, hal ini bermanfaat untuk menarik tampon keluar
melalui mulut setelah 2-3 hari.
Bila perdarahan berat dari kedua sisi, misalnya pada kasus angiofibroma,digunakan bantuan
dua kateter masing-masing melalui kavum nasi kanan dan kiri, dantampon posterior
terpasang ditengah-tengah nasofaring.Sebagai pengganti tampon Bellocq, dapat digunakan
kateter Folley dengan balon.Metode ini menggunakan kateter yang dipasang didasar hidung
sampai nasofaring.Balon kateter kemudian diisi dan kateter ditarik ke anterior sehingga
balon menutupikoana. Keuntungan dari metode ini adalah mudah untuk dimasukkan, sedikit
traumatik bagi pasien dan aliran udara hidung masih ada sebagian.
Komplikasi dan pencegahan
Komplikasi dapat terjadi sebagai akibat dari epistaksisnya sendiri atau sebagaiakibat dari
usaha penanggulangan
epistaksis.Pada perdarahan yang hebat dapat menyebabkan terjadinya aspirasi darahkedala
m saluran napas bawah, juga dapat menyebabkan syok, anemia dan gagal
ginjal.Turunnya tekanan darah secara mendadak dapat menimbulkan hipotensi, hipoksia,iske
mia serebri, insufisiensi koroner sampai infark miokard sehingga dapat
5
menyebabkankematian. Dalam hal ini pemberian infus atau transfusi darah harus dilakukan
secepatnya.Akibat pembuluh darah yang terbuka dapat menyebabkan terjadinya infeksi,seh
ingga perlu diberikan antibiotik.Pemasangan tampon dapat menyebabkan rinosinusitis, otitis
media, septikemia,atau
toxic shock syndrome
. Oleh karena itu, harus selalu diberikan antibiotik pada setiap pemasangan tampon hidung,
dan setelah 2-3 hari tampon harus dicabut. Bila perdarahanmasih berlanjut dipasang
tampon baru.Pemasangan tampon posterior (tampon Bellocq) dapat menyebabkan
laserasi palatum mole atau sudut bibir, jika benang yang keluar dari mulut terlalu ketat
dilekatkan pada pipi. Kateter balon atau tampon balon tidak boleh dipompa terlalu keras
karenadapat menyebabkan nekrosis mukosa hidung atau septum
B. Abses Leher Dalam
Nyeri tenggorok dan demam disertai dengan terbatasnya gerakan membuka mulutdan leher
harus dicurigai kemungkinan disebabkan oleh abses leher dalam. Abses
leher dalam terbentuk di dalam ruang potensial diantara fasia leher dalam sebagai akibat p
enjalaran infeksi dari berbagai sumber seperti gigi, mulut, tenggorok, sinus
paranasal,telinga tengah dan leher. Gejala dan tanda klinik biasanya berupa nyeri dan pembe
ngkakan di leher dalam yang
terlibat.Kebanyakan kuman penyebab adalah golongan Streptococcus, Staphylococcus,kuma
n anaerob Bacteroides atau kuman campuran. Abses leher dalam dapat berupa
abses peritonsil, abses retrofaring, abses parafaring, abses submandibula dan angina
ludovici.
1. Abses Peritonsil
Etiologi
Proses ini terjadi sebagai komplikasi tonsilis akut atau infeksi yang bersumber dari
kelenjar mukus Weber di kutub atas tonsil. Biasanya kuman penyebabsama dengan
penyebab tonsillitis.
Patologi
6
Daerah superior dan lateral fossa tonsilaris merupakan jaringan ikat longgar,oleh karena itu
infiltrasi ke ruang potensial peritonsil tersering menempati daerahtersebut, sehingga
tampak palatum mole
membengkak.Pada stadium permulaan (stadium infiltrate), selain pembengkakan tampak per
mukaannya hiperemis. Bila proses berlanjut, terjadi supurasi sehingga daerahtersebut lebih
lunak. Pembengkakan peritonsil akan mendorong tonsil dan uvula kearah
kontralateral.Bila proses berlangsung terus, peradangan jaringan di sekitarnya akanmenyeb
abkan iritasi pada m.pterigoid interna, sehingga timbul trismus.Abses dapat pecah spontan,
mungkin dapat terjadi aspirasi ke paru.
Gejala dan Tanda
•
Gejala dan tanda tonsilitis
•
Odinofagia hebat
•
Otalgia
•
Muntah (regurgitasi)
•
Mulut berbau (foeter ex ore)
•
Hipersalivasi
•
Suara sengau (rinolalia)
•
Sukar membuka mulut (trismus)
7
•
Pembengkakan kelenjar submandibula dengan nyeri tekan
Pemeriksaan
•
Palatum mole membengkak dan menonjol ke depan
•
Uvula membengkak dan terdorong ke kontra lateral
•
Tonsil bengkak dan hiperemis
Terapi
•
Stadium infiltrasi dapat diberikan antibiotika dosis tinggi, obat simtomatik,kumur2 dengan
cairan hangat, & kompres dingin pada leher
Bila telah terbentuk abses, dilakukan pungsi di daerah abses, kemudian diinsisiuntuk
mengeluarkan nanah. Tempat insisi adalah tempat yang paling
menonjoldan lunak, atau pada pertengahan garis yang menghubungkan dasar uvuladengan
geraham atas terakhir pada sisi yang sakit.
•
Tonsilektomi, pada umumnya dilakukan sesudah infeksi tenang, 2-3 minggusetelah drainase
abses.
Komplikasi
(1)Abses pecah spontan, dapat mengakibatkan perdarahan, aspirasi paru atau piremia
(2)
Penjalaran infeksi dan abses ke daerah parafaring, sehingga terjadi abses parafaring. Pada
penjalaran selanjutnya, masuk ke mediastinum, sehingga terjadimediastinitis.(3)Bila terjadi
8
penjalaran ke daerah intracranial, dapat mengakibatkan thrombus sinuskavernosus,
meningitis, dan abses otak.
2. Abses RetrofaringEtiologi
Secara umum abses retrofaring terbagi 2 jenis yaitu :1. Akut.Sering terjadi pada anak-
anak berumur dibawah 4 – 5 tahun. Keadaan ini terjadiakibat infeksi pada saluran nafas
atas seperti pada adenoid, nasofaring, rongga hidung,sinus paranasal dan tonsil yang meluas
ke kelenjar limfe retrofaring ( limfadenitis )sehingga menyebabkan supurasi pada daerah
tersebut. Sedangkan pada orang dewasa terjadi akibat infeksi langsungoleh karena trauma
akibat penggunaan instrumen ( intubasi endotrakea, endoskopi,sewaktu adenoidektomi )
atau benda asing.2. Kronis.Biasanya terjadi pada orang dewasa atau anak-anak yang lebih
tua. Keadaan initerjadi akibat infeksi tuberkulosis ( TBC ) pada vertebra servikalis dimana
pus secaralangsung menyebar melalui ligamentum longitudinal anterior. Selain itu abses
dapat
erjadi akibat infeksi TBC pada kelenjar limfe retrofaring yang menyebar dari
kelenjar limfe
servikal.Pada banyak kasus sering dijumpai adanya kuman aerob dan anaerob secara bersam
aan. Beberapa organisme yang dapat menyebabkan abses retrofaring
adalah(1) Kuman aerob :
Streptococcus beta –hemolyticus group A
(paling sering) ,
Streptococcus pneumoniae, Streptococcus non – hemolyticus, Staphylococcusaureus ,
Haemophilus sp
(2) Kuman anaerob :
Bacteroides sp, Veillonella, Peptostreptococcus, Fusobacteria
Gejala dan tanda klinis
Dari anamnesis biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas atas. Gejala dantanda klinis
yang sering dijumpai pada anak :
•
demam
9
•
sukar dan nyeri menelan
•
suara sengau
•
dinding posterior faring membengkak ( bulging ) dan hiperemis pada satu sisi.
•
pada palpasi teraba massa yang lunak, berfluktuasi dan nyeri tekan
•
pembesaran kelenjar limfe leher ( biasanya unilateral ).
•
Pada keadaan lanjut keadaan umum anak menjadi lebih buruk, dan bisa
•
dijumpai adanya :
•
kekakuan otot leher (
neck stiffness
) disertai nyeri pada pergerakan
•
air liur menetes (
drooling
)
•
10
obstruksi saluran nafas seperti mengorok, stridor, dispneaGejala yang timbul pada orang
dewasa pada umumnya tidak begitu berat biladibandingkan pada anak. Dari anamnesis
biasanya didahului riwayat tertusuk bendaasing pada dinding posterior faring, pasca
tindakan endoskopi atau adanya riwayat batuk kronis. Gejala yang dapat dijumpai adalah :
•
demam
•
sukar dan nyeri menelan
•
rasa sakit di leher (
neck pain
)
•
keterbatasan gerak leher
dispneaPada bentuk kronis, perjalanan penyakit lambat dan tidak begitu khas sampai
terjadi pembengkakan yang besar dan menyumbat hidung serta saluran nafas.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya riwayat infeksi saluran napas atas atautrauma,
gejala dan tanda klinik serta pemeriksaan penunjang foto rontgen jaringanlunak leher
lateral. Pada foto rontgen akan tampak pelebaran ruang retrofaring lebihdari 7 mm pada
anak dan dewasa serta pelebaran retrotrakeal lebih dari 14 mm padaanak dan lebih dari 22
mm pada dewasa. Selain itu juga dapat terlihat berkurangnyalordosis vertebral servikal.
Diagnosis Banding
-Adenoiditis-Tumor -Anuerisma aorta
Penatalaksanaan
I . Mempertahankan jalan nafas yang adekuat :- posisi pasien
11
supine
dengan leher ekstensi- pemberian O2- intubasi endotrakea dengan visualisasi langsung /
intubasi
fiber optik
- trakeostomi / krikotirotomiII. Medikamentosa1. Antibiotik ( parenteral
)Pemberian antibiotik secara parenteral sebaiknya diberikan secepatnya tanpamenunggu ha
sil kultur pus. Antibiotik yang diberikan harus mencakup terhadapkuman aerob dan anaerob,
gram positip dan gram negatif. Dahulu diberikan
kombinasiPenisilin G dan Metronidazole sebagai terapi utama, tetapi sejak dijumpainya peni
ngkatan kuman yang menghasilkan B – laktamase kombinasi obat ini sudah
banyak ditinggalkan. Pilihan utama adalah
clindamycin
yang dapat diberikan tersendiriatau dikombinasikan dengan
sefalosporin generasi kedua (seperti
cefuroxime
) atau
beta – lactamase – resistant penicillin
seperti
ticarcillin / clavulanate, piperacillin / tazobactam, ampicillin / sulbactam.
Pemberian antibiotik biasanya dilakukan selamalebih kurang 10 hari.2. Simtomatis3. Bila
terdapat dehidrasi, diberikan cairan untuk memperbaiki keseimbangancairan elektrolit.4.
Pada infeksi Tuberkulosis diberikan obat tuberkulostatika.III. Operatif :a. Aspirasi pus (
needle aspiration
) b. Insisi dan drainase :- Pendekatan intra oral ( transoral ) : untuk abses yang kecil dan
terlokalisir.Pasien diletakkan pada “posisi Trendelenburg”, dimana leher dalam keadaanhiper
ekstensi dan kepala lebih rendah dari bahu. Insisi vertikal dilakukan pada daerahyang paling
berfluktuasi dan selanjutnya pus yang keluar harus segeradiisap dengan alat penghisap
12
untuk menghindari aspirasi pus. Lalu insisi diperlebar dengan forsep atau klem arteri untuk
memudahkan evakuasi pus.- Pendekatan eksterna ( external approach ) baik secara anterior
atau posterior : untuk abses yang besar dan meluas ke arah
hipofaring.Pendekatan anterior dilakukan dengan membuat insisi secara horizontal
mengikutigaris kulit setingkat krikoid atau pertengahan antara tulang hioid dan klavikula.
Kulitdan subkutis dielevasi untuk memperluas pandangan sampai terlihat m.sternokleidomas
toideus. Dilakukan insisi pada batas anterior m.sternokleidomastoideus. Dengan menggunaka
n klem erteri bengkok, m.
sternokleidomastoideus dan selubung karotis disisihkan ke arah lateral. Setelah
absesterpapar dengan cunam tumpul abses dibuka dan pus dikeluarkan. Bila diperlukaninsisi
dapat diperluas dan selanjutnya dipasang drain (
Penrose drain
).Pendekatan posterior dibuat dengan melakukan insisi pada batas posterior m.sternokleido
mastoideus. Kepala diputar ke arah yang berlawanan dari abses.Selanjutnya fasia dibelakan
g m. sternokleidomastoideus diatas abses dipisahkan.Dengan diseksi tumpul pus dikeluarkan
dari belakang selubung karotis.
Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi ialah :-Penjalaran ke ruang parfaring, ruang vaskular
visera-Penjalaran ke madiastinum
mediastinitis-Obstruksi jalan napas
asfiksia-Abses pecah spontan
pneumonia aspirasi dan abses paru
3. Abses Parafaring
Abses parafaring adalah penumpukan nanah atau pus pada ruang parafaring
Insiden
13
:- Pada semua umur - Tinggi pada dewasa muda dan remaja- Biasanya unilateral
Etiologi :
•
Tertanam langsung jarum operasi
•
Melalui pembuluh darah
•
Saluran limfatik/ supurasi dari kelenjar servikal dalam, gigi, tonsil, faring, hidung,sinus
paranasal, mastoid, vertebra servikal.
•
Penjalaran infeksi dari ruang peritonsil, retrofaring atau submandibula.
Patologi :
Dimulai dari daerah prastiloid sebagai selulitis, jika tidak diobati berkembangmenjadi suatu
abses dan akhirnya menjadi suatu trombosis dari vena jugularis interna.Abses dapat
mengikuti m. stiloglossus ke dasar mulut dimana terbentuk abses.Infeksi dapat menyebar
ke anterior ke bagian posterior, dengan perluasan ke bawah sepanjang sarung pembuluh-
pembuluh darah besar, disertai oleh trombosis v. jugularis/ mediastinitis. Infeksi bagian
posterior : meluas ke atas sepanjang pembuluh- pembuluh darah dan mengakibatkan infeksi
intrakranial/ erosi a. karotis interna.
Gejala dan Tanda
Gejala dan tanda yang utama ialah trismus, indurasi atau pembengkakan
sekitar angulus mandibula, demam tinggi, dan pembengkakan dinding lateral faring,sehingga
menonjol ke arah medial.
Pentalaksanaan
-Antibiotik dosis tinggi parenteral
14
kuman aerob dan anaerob-Evakuasi abses jika dalam 24-48 jam tidak ada perbaikan dengan
pemberianantibiotik. Insisi abses terdiri dari :a)Insisi dari luar Dilakukan 2 ½ jari di bawah
dan sejajar mandibula. Secara tumpul
eksplorasidi lanjutkan dari batas anterior m. Sternokleidomastoideus ke arah atas belakang
menyusuri bagian medial mandibula dan m. Pterigoid internamencapai ruang parafaring deng
an terabanya prosesus stiloid. Bila nanahterdapat di dalam selubung karotis, insisi
dilanjutkan vertikal dari pertengahaninsisi horizontal ke bawah dengan m.
Sternokleidomastoideus. b)Insisi intraoralDilakukan pada dinding lateral faring. Dengan
memakai klem arteri eksplorasidilakukan dengan menembus m. Konstriktor faring superior
ke dalam ruang parafaring anterior. Insisi intraoral dilakukan bila perlu dan sebagai
terapitambahan insisi eksternal.
Komplikasi
-Penjalaran ke intrakranial-Penjalaran ke mediastinum-Kerusakan dinding pembuluh darah
nekrosis
perdarahan-Flebitis, tromboflebitis dan septikemia.
4. Abses Submandibula
Ruang submandibula terdiri dari ruang sublingual dan ruang submaksila. Ruangsublingual dan
submandibula terpisahkan oleh otot milohioid.Ruang submaksila selanjutnya dibagi
lagi atas ruang submental dan submaksila(lateral) oleh otot digastrikus
anterior.Abses dapat terbentuk di ruang submandibula atau salah satu komponennyasebagai
kelanjutan infeksi dari daerah kepala leher.
Etiologi
Infeksi dapat bersumber dari gigi, dasar mulut, faring, kelenjar liur, kelenjar limfe
submandibula. Kuman penyebab biasanya campuran kuman aerob dan anaerob.
Gejala dan tanda
•
Nyeri leher
15
•
Pembengkakan di bawah mandibula dan atau di bawah lidah
Terapi
•
Antibiotika dosis tinggi yang diberikan secara parenteral
•
Abses dangkal & terlokalisasi
evakuasi abses
•
Abses dalam & luas
eksplorasi dalam narkosis
5.Angina Ludovici
Infeksi ruang submandibula berupa selulitis dengan pembengkakan seluruh
ruangsubmandibula & tidak membentuk abses.
Etiologi
infeksi dari gigi atau dasar mulut.
Gejala dan tanda
•
Nyeri tenggorok & leher
•
Pembengkakan di daerah submandibula
•
16
Dasar mulut membengkak
mendorong lidah ke atas belakang
sumbatan jalan napas
sesak napas
•
Diagnosis
Riwayat sakit gigi, mengorek atau cabut gigi, gejala & tanda klinik.
Terapi
•
Antibiotika dosis tinggi
•
Dekompresi dan evakuasi pus / jaringan nekrosis
•
Pengobatan terhadap penyebab infeksi (gigi)
Komplikasi
•
Sumbatan jalan napas
•
Penjalaran abses ke ruang leher dalam lain & mediastinum
•
17
Sepsis
C. Obstruksi Saluran Napas Atas
Obstruksi dapat bersifat sebagian, dapat juga sumbatan total. Obstruksi ringanmengakibat
kan sesak sedangkan obstruksi yang lebih berat namun masih ada
sedikitcelah menyebabkan sianosis (berwarna biru pada kulit dan mukosa membran yangdise
babkan kekurangan oksigen dalam darah), gelisah bahkan penurunan kesadaran.Obstruksi
total bila tidak ditolong dengan segera dapat menyebabkan kematian .Obstruksi
Saluran Nafas Atas menyebabkan terjadinya Hipoventilasi Alveolar dan3 perubahan
Biokimia yaitu hipoksemia arteri, retensi CO
2
[hiperkapnea], dan asidosisrespiratori dan metabolik [karena PH yg Rendah]. Ketiga faktor
ini akan menyebabkankeadaan Asfiksia.Keadaan Asphyxia menstimulasi Kemoreseptor pada
Carotid & Aortic Bodies.
Keadaan Hipoksemia menstimuli:
Chemoreceptor & Symphatetic nervous system
.Perangsangan
Chemoreceptor & Symphathetic Nervous System
ini menyebabkan peningkatan usaha respirasi ,takikardia, vasokontriksi perifer hipertensi, p
eningkatanresistensi Vascular Pulmonar , peningkatan aktivitas adrenal, peningkatan aktivit
asCerebral Cortical.Obstruksi saluran napas atas yang akan dibahas kali ini adalah obstruksi
padalaring. Prinsip penaggulangan obstruksi laring ialah menghilangkan penyebab
sumbatandengan cepat atau membuat jalan napas baru yang dapat menjamin ventilasi.
Sumbatan pada laring atau saluran napas atas dapat disebabkan oleh :-radang akut dan
kronis-Benda asing-Trauma akibat kecelakaan-Trauma akibat tindakan medik
-
Tumor saluran napas atas (tumor jinak maupun ganas)
Kelumpuhan nervus rekuren bilateral
Gejala dan tanda
18
•
-
Serak (disfoni) sampai afoni
•
Sesak napas (dispnea)
•
Stridor (nafas berbunyi) yang terdengar pada waktu inspirasi.
•
Cekungan yang terdapat pada waktu inspirasi di suprasternal, epigastrium,supraklavikula
dan interkostal.
•
Gelisah karena pasien haus udara (
air hunger
)
•
Warna muka pucat dan terakhir menjadi sianosis karena hipoksia.
Derajat (Kriteria Jackson)
Stadium I:Cekungan sedikit pada inspirasi didaerah suprasternal, kadang-kadang belum ada
stridor.Stadium II:Cekungan di suprasternal dan epigastrium dan stridor mulaiterdengar.S
tadium III:Cekungan terdapat di suprasternal, epigastrium, intercostals, dansuprakalvikula.
Stridor jelas terdengar dan pasien tampak
gelisah.Stadium IV:Cekungan bertambah dalam,sianosis,pasien yang mula-mulagelisah mulai
tampak lemah dan akhirnya diam dan kesadaranmenurun.
Pemeriksaan penunjang
•
19
Pemeriksaan foto leher dengan posisi tegak untuk menilai jaringan lunak leher serta thorak
postero-anterior dan lateral.
•
Endoskopi dilakukan atas indikasi diagnostic dan terapi.
•
Pemeriksaan laboratorium darah berguna untuk mengetahui gangguankeseimbangan asam
basa dan tanda infeksi traktus trakeobronkial.
Penatalaksanaan
Stadium I: Tindakan konservatif dengan pemberian antiinflamasi, anti alergi, anti biotik
serta pemberian oksigen intermiten jika disebabkan
oleh peradangan.Stadium II: Intubasi endotrakea
dan trakeostomiStadium III: Intubasi endotrakea dan trakeostomiStadium IV: Krikotiroid
ektomi
Intubasi Endotrakeal
Indikasi :-Untuk mengatasi sumbatan saluran napas bagian atas-Membantu ventilasi-
Memudahkan menghisap sekret dari traktus trakeobronkial-Mencegah aspirasi sekret yang
ada di rongga mulut yang berasal dari lambungTeknik Intubasi :-Posisi pasien tidur
telentang, leher sedikit fleksi dan kepala ekstensi.-Laringoskop dengan spatel bengkok di
pegang dengan tangan kiri, dimasukkanmelalui mulut sebelah kanan sehingga ligah terdorong
ke kiri.-Spatel diarahkan menelusuri pangkal lidah ke valekula, lalu laringoskop diangkatke
atas sehingga terlihat pita suara.-Dengan tangan kanan pipa endotrakeal dimasukkan melalui
dua celah dantara pitasuara ke dalam trakea.-Balon diisi dengan udara lalu pipa endotrakeal
difiksasi dengan benar.-Harus berhati-hati dalam memasukkan pipa endotrakeal karena
dapatmenyebabkan trauma pita suara, laserasi pita suara sehingga timbul granulomadan
stenosis laring atau trakea.
Trakeostomi
₋
Tindakan membuat lubang pada dinding depan/anterior trakea untuk bernapas.
₋
20
Menurut letak stoma trakeostomi dibedakan letak yang tinggi dan letak yangrendah dan
batas letak ini adalah cincin trakea ke tiga
Menurut waktu dilakukan tindakan dibagi dalam :
Trakeostomi darurat dan segera dengan persiapan sarana sangat kurang
Trakeostomi berencana (persiapan sarana cukup) dan dapat dilakukansecara baik (legal
artis)Indikasi :-Mengatasi obstruksi laring-Mengurangi ruang rugi (
dead air space
) disaluran napas bagian atas sepertidaerah rongga mulut, sekitar lidah dan faring.-
Mempermudah pengisapan sekret dari bronkus pada pasien yang tidak dapatmengeluarkan
sekret secara fisiologik, misalnya pada pasien dalam keadaan koma-Untuk memasang
respirator atau alat bantu pernapasan-Untuk mengambil benda asing dari subglotik, apabila
tidak mempunyai fasilitasuntuk bronkoskopi.
Krokotiroidektomi
₋
Dilakukan dengan cara membelah membran krikotiroid.
₋
Kontraindikasi :
Anak < 12 tahun.
Tumor laring yang sudah meluas ke subglotis dan terdapat laringitis.
D. Benda Asing Saluran Napas
Benda asing adalah benda yang berasal dari luar atau dalam tubuh yang
padakeadaan normal tidak ada. Ada yang eksogen (organik (kacang-
21
kacangan, tulang),anorganik (paku, jarum,peniti, batu baterai dll), zat kimia cair, makanan di
esophagus)dan endogen (sekret kental, bekuan darah, membran difteri, mekonium dlm
saluran nafas)
Gejala dan Tanda
₋
Tergantung lokasi : Batuk hebat, rasa tercekik, tersumbat di tenggorok, bicaragagap,
obstruksi jalan nafas yang terjadi segera.
₋
Nyeri daerah leher, rasa tidak enak di substernal, nyeri punggung, disfagia,
nyerimenelan, perforasi esofagus
Etiologi dan Faktor Predisposisi
Faktor yang mempermudah terjadinya aspirasi benda asing ke dalam saluran
napasantara lain, faktor personal (umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi sosial, tempatting
gal), kegagalan mekanisme proteksi yang normal (antara lain keadaan tidur,
kesadarnmenurun, alkoholisme, dan epilepsi), faktor fisik (yaitu kelainan dan penyakitneurol
ogik), proses menelan yang belum sempurna pada anak, faktor dental, medikal dansurgical
(antara lain tindakan bedah, ekstraksi gigi, belum tumbuhnya gigi molar padaanak yang
berumur < 4 tahun), faktor kejiwaan (antara lain emosi, gangguan psikis),ukuran dan bentuk
serta sifat benda asing, faktor kecerobohan (antara lain meletakkan benda asing di mulut,
persiapan makanan yang kurang baik, makan atau minum tergesa-gesa, makan sambil
bermain, memberikan kacang atau permen pada anak yang gigimolarnya belum lengkap)
Gejala
Gejala awal aspirasi akut dapat ditandai dengan episode yang khas yaitu „
choking
‟ (rasatercekik), „
gagging
‟ (tersumbat), „
sputtering
22
‟ (gagap), „
wheezing
‟ (napas berbunyi),
paroxysmal coughing
, serak, disfonia sampai afonia dan sesak napas tergantung dari derajat sumbatan.Benda
asing yang tersangkut di trakea akan menyebabkan stridor, dapat ditemukan
denganauskultasi (
audible strido
r) dan palpasi di daerah leher (
palpatory thud
). Jika benda asingmenyumbat total trakea akan timbul sumbatan jalan napas akut yang
memerlukan tindakan segerauntuk membebaskan jalan napas.PEMERIKSAAN PENUNJANG
•
Pemeriksaan radiologik leher dalam posisi tegak untuk menilai jaringan lunak leher
dan pemeriksaan toraks postero anterior dan lateral
•
Video fluoroskopi
•
Bronkogram
•
Pemeriksaan laboratorium
Penatalaksaan
Bronkoskop kaku dengan kontrol pernapasan merupakan pilihan utama untuk kasus
bendaasing di traktus trakeobronkial. Kebanyakan pasien yang datang ke pelayanan
tertier telahmelewati fase darurat akut. Bila terdapat gangguan jalan napas berat atau
adanya obstruksi totaldan benda asing tidak tajam lakukanlah
23
back blows, abdominal thrusts
atau
Heimlich
. Metode initergantung umur
penderita.Persiapan ekstraksi benda asing harus dilakukan sebaik-
baiknya dengan tenagamedis/operator, kesiapan alat yang lengkap. Besar dan bentuk benda
asing harus diketahui danmengusahakan duplikat benda asing serta cunam yang sesuai benda
asing yang akan dikeluarkan.Benda asing yang tajam harus dilindungi dengan memasukkan
benda tersebut ke dalam lumen bronkoskop. Bila benda asing tidak dapat masuk ke lumen
alat maka benda asing kita tarik secara bersamaan dengan bronkoskop.Pemberian steroid
dan antibiotik preoperatif dapat mengurangi komplikasi seperti edemasaluran napas dan
infeksi. Metilprednisolon 2 mg/kg IV dan antibiotik spektrum luas yang cukupmencakup
Streptokokus hemolitik
dan
Staphylococcus aureus
dapat dipertimbangkan sebelumtindakan bronkoskopi.Untuk sumbatan jalan napas bila
terdapat benda asing di hidung cara mengeluarkannyaialah dengan memakai pengait (haak)
yang dimasukkan ke dalam hidung bagian atas, menyusuriatap kavum nasi sampai menyentuh
nasofaring. Setelah itu pengait diturunkan sedikit dan
ditarik ke depan. Sedangkan benda asing di tonsildan dasar lidah digunakan cunam untuk me
ngambilnya. Untuk benda asing yang terletak di dasar lidah, dapat digunakan kaca
tenggorok yang besar untuk membantu pengembilan benda asing tersebut. Pasien diminta
menarik lidahnyasendiri dan pemeriksa memegang kaca tenggorok dengan tangan kiri,
sedangkan tangan kananmemegang cunam untuk mengambil benda tersebut. Gunakan
Xylocain terlebih dahulu jika pasien merasa sensitif
E. Trauma Laring
Ballanger membagi penyebab trauma laring atas:1.Trauma mekanik eksternal (trauma
tumpul, trauma tajam, komplikasi trakeostomiatau
krikotirotomi) dan mekanik internal (akibat tindakan endoskopi, intubasiendotrakea atau
pemasangan pipa nasogaster).2.Trauma akibat luka bakar oleh panas (gas atau cairan yang
panas) dan kimia(cairan alcohol, amoniak, natrium hipoklorit dan lisol) yang
24
terhirup.3.Trauma akibat radiasi pada pemberian radioterapi tumor ganas leher.4.Trauma
otogen akibat penggunaan suara yang berlebihan (vocal abuse) misalnyaakibat berteriak,
menjerit keras, atau bernyanyi dengan suara keras.
Patofisiologi
Trauma dapat menyebabkan edem dan hematoma plika ariepiglotika
danventrikularis oleh karena jaringan submukosa di daerah ini mudahmembengkak. Selain
itu Mukosa faring dan laring mudah robek
kemudiandiikuti terbentuknya emfisema subkutis di daerah leher yang akanmenyebabkan
infeksi sekunder .
Tulang rawan laring dan persendiannya dapat mengalami fraktur dandislokasi.
Gejala klinik
Stridor, suara serak, emfisema subkutis, krepitasi kulit, hemoptisis,disafgia.
Penatalaksanaan
Luka terbuka : asfiksia
penanganan segera
Adanya gelembung udara pada daerah luka
Tujuan : perbaiki saluran nafas dan mencegah aspirasi darah ke paru
Trakeostomi dengan kanul trakea
eksplorasi : jahit mukosa dan tulangrawan yang robek
25
Antibiotik utk mencegah tetanus
Luka tertutup : fraktur & dislokasi tulang rawan, laserasi mukosa laring
Konservatif : istirahat suara, humidifikasi, kortikosteroid
Indikasi untuk melakukan eksplorasi ialah: sumbatan jalan napas yangmemerlukan
trakesotomi, emfisema subkutis progresif, laserasi mukosaluas, tulang krikoid terbuka,
paralisis bilateral terbuka
Eksplorasi dengan insisi kulit horisontal , untuk mereposisi tulang rawanatau sendi yang
mengalami fraktur atau dislokasi, menjahit mukosa yangrobek dan menutup tulang rawan
yang terbuka.
Komplikasi
Dapat terjadi apabila penatalaksanaannya kurang tepat dan cepat. Komplikasi yangdapat
timbul antara lain:
Terbentuknya jaringan parut disekitar luka dan terjadinya stenosis laring
Paralisis nervus rekuren
Infeksi luka dengan akibat terjadinya perikondritis, jaringan parut, dan stenosislaring dan
trakea.
DAFTAR PUSTAKA
26
Mangunkosumo E, Wardani R. 2007. Perdarahan Hidung dan Gangguan Penghidu.Dalam :
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorokan Kepaladan Leher. Ed.6. Balai
Penerbit FKUI. Jakarta. Hal : 155-159.Shumrick KA, Sheft SA. Deep Neck Infections In :
Paparella Otolaryngology, Head andneck. Vol III. Ed. 3. Philadelphia. W.B. Saunders. 1991 :
p. 2545-62.Cicameli GR dan Grillone GA. Inferior Pole Peritonsillar Abcess. Otolaryngology
Headneck Surgery. 1998 ; 118: 99-101.Goldenberg D, Golz dan Joachims HZ. Retrofaringeal
Abcess a Clinical Review. J.Laryngol Otol. 1997; 111 : 546-50.Adams Gl, Boies LR, Paparella
MM. Trecheostomy. In : Adams GC, Boies LR, Higer PA. Fundamentals of Otolaryngology.
Ed. 6. Philadelphia, WB Saunders Co.1989 : p. 705-16.Hadiwikarta A, Rusmarjono, Soepardi
EA. Penanggulangan Sumbatan laring. Dalam :Buku Ajar Ilmu kesehatan Telinga, Hidung,
Tenggorokan, Kepala dan leher.Ed. 6. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. Hal : 243-253.Darraw
DH, Holinger LD. Foreign Bodies of The larynx, Trachea and Bronchi. In :Bluestrone CD,
Stool SE, Kenna MA, ads. Pediatric Otolaryngology, Vol. 2.Philadelphia, Pa. WB. Saunders.
1996. p; 39-401.Munir M, hadiwikarta A, Hutauruk SM. 2007. Trauma laring. Dalam : Buku
Ajar IlmuKesehatan Telinga, Hidung, Tenggorokan, kepala dan leher. ED.6. BalaiPenerbit
FKUI. Jakarta. Hal ; 209-211
27
top related