1 KEGAWATDARURATAN DI BIDANG THT Kegawatdaruratan di bidang THT :-Epistaksis-Abses leher Dalam-Obstruksi Saluran Napas Atas-Benda Asing Saluran Napas-Trauma Laring A. Epistaksis Epistaksis adalah perdarahan dari hidung yang dapat terjadi akibat sebab lokal atausebab kelainan sistemik. Epistaksis seringkali merupakan gejala atau manifestasi penyakitlain. Kebanyakan ringan dan sering berhenti sendiri tanpa perlu bantuan medis, tetapiepistaksis yang berat dan sulit ditangani merupakan suatu kedaruratan yang harus segeraditanggulangi Etiologi Penyebab lokal: • TraumaPerdarahan dapat terjadi karena trauma ringan misalnya mengorek hidung, benturan ringan, bersin atau mengeluarkan ingus terlalu keras atau sebagai akibattrauma yang lebih hebat seperti kena pukulan, jatuh, atau kecelakaan lalu lintas.Selain itu juga bisa terjadi akibat adanya benda asing tajam atau trauma pembedahan . • Infeksi hidung dan sinus paranasal, seperti rhinitis, sinusitis serta granulomaspesifik seperti lepra dan sifilis. • Tumor Epistaksis dapat timbul pada hemangioma dan karsinoma. Yang lebih seringterjadi pada angiofibroma, dapat menyebabkan epistaksis berat. Pengaruh lingkungan, misalnya perubahan tekanan atmosfir mendadak seperti pada penerbang dan penyelam atau lingkungan udara yang sangat dingin. • Benda asing dan rinolit dapat menyebabkan epistaksis ringan disertai ingus berbau busuk.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
KEGAWATDARURATAN DI BIDANG THT
Kegawatdaruratan di bidang THT :-Epistaksis-Abses leher Dalam-Obstruksi Saluran Napas
Atas-Benda Asing Saluran Napas-Trauma Laring
A. Epistaksis
Epistaksis adalah perdarahan dari hidung yang dapat terjadi akibat sebab lokal atausebab
kelainan sistemik. Epistaksis seringkali merupakan gejala atau manifestasi penyakitlain.
Kebanyakan ringan dan sering berhenti sendiri tanpa perlu bantuan medis, tetapiepistaksis
yang berat dan sulit ditangani merupakan suatu kedaruratan yang harus segeraditanggulangi
Etiologi
Penyebab lokal:
•
TraumaPerdarahan dapat terjadi karena trauma ringan misalnya mengorek hidung, benturan
ringan, bersin atau mengeluarkan ingus terlalu keras atau sebagai akibattrauma yang lebih
hebat seperti kena pukulan, jatuh, atau kecelakaan lalu
lintas.Selain itu juga bisa terjadi akibat adanya benda asing tajam atau trauma pembedahan
.
•
Infeksi hidung dan sinus paranasal, seperti rhinitis, sinusitis serta granulomaspesifik
seperti lepra dan sifilis.
•
Tumor Epistaksis dapat timbul pada hemangioma dan karsinoma. Yang lebih seringterjadi
pada angiofibroma, dapat menyebabkan epistaksis berat.
Pengaruh lingkungan, misalnya perubahan tekanan atmosfir mendadak seperti pada
penerbang dan penyelam atau lingkungan udara yang sangat dingin.
•
Benda asing dan rinolit dapat menyebabkan epistaksis ringan disertai ingus berbau busuk.
2
•
Idiopatik,biasanya merupakan epistaksis yang ringan dan berulang pada anak
danremaja.Penyebab sistemik:
•
Penyakit kardiovaskular Hipertensi dan kelainan pembuluh darah seperti yang terjadi pada
arteriosklerosis,nefritis kronik, sirosis hepatik atau diabetes mellitus dapat menyebabkane
pistaksis. Epistaksis yang terjadi pada penyakit hipertensi seringkali hebat dandapat
berakibat fatal.
•
Kelainan darahPenyebab epistaksis antara lain leukemia, trombositopenia, bermacam-
macamanemia serta hemofilia.
•
Infeksi
sistemik Yang sering menyebabkan epistaksis ialah demam berdarah, demam tifoid,influenz
a dan morbili juga dapat disertai epistaksis.
•
Gangguan endokrin seperti pada kehamilan dan menopause
•
Kelainan kongenital yang sering meneyebabkan epistaksis ialah teleangiektasishemoragik
herediter (penyakit Osler).
Sumber Perdarahan
Melihat asal perdarahannya, epistaksis dibagi menjadi epistaksis
anterior dan epistaksis posterior.
•
Epistaksis anterior Pada epistaksis anterior, perdarahan berasal dari pleksus kiesselbach
(yang paling banyak terjadi dan sering ditemukan pada anak-anak), atau dari arteri
etmoidalisanterior. Biasanya perdarahan tidak begitu hebat dan bila pasien duduk darah
akankeluar melalui lubang hidung. Sering kali dapat berhenti spontan dan mudahdiatasi
3
Epistaksis posterior Pada epistaksis posterior, perdarahan berasal dari arteri
sfenopalatina dan arterietmoidalis posterior. Epistaksis posterior sering terjadi panda
pasien usia
lanjutyang menderita hipertensi, arteriosclerosis atau penyakit kardiovaskular.Perdarahan
biasanya hebat dan jarang dapat berhenti spontan.
Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaannya ialah memperbaiki keadaan umum, mencari
sumber perdarahan, menghentikan perdarahan, mencari faktor penyebab untuk mencegah
berulangnya perdarahan. Anamnesis yang lengkap sangat membantu dalam menentukansebab
perdarahan.Pasien dengan epistaksis diperiksa dalam posisi duduk, biarkan darah
mengalir keluar dari hidung sehingga bisa dimonitor. Kalau keadaannya lemah sebaiknya
setengahduduk atau berbaring dengan kepala ditinggikan, dan perlu juga diperhatikan
jangansampai darah mengalir ke saluran napas bawah. Untuk pasien anak, pasien duduk dipan
gku, badan dan tangan dipeluk, kepala dipegangi agar tegak dan tidak bergerak-
gerak.Setelah itu mencari sumber perdarahan, membersihkan hidung dari darah dan bekuan
darah dengan bantuan alat pengisap. Kemudian memasang tampon sementarayaitu kapas
yang sudah dibasahi adrenalin 1/5000-1/10.000 dan pantocain atau lidocain 2% dimasukkan
kedalam rongga hidung untuk menghentikan perdarahan dan mengurangirasa nyeri panda
saat dilakukan tindakan selanjutnya. Tampon tersebut dibiarkan selama10-15 menit, setelah
terjadi vasokontriksi dapat dilihat apakah perdarahan berasal dari bagian anterior atau
posterior hidung.
Menghentikan perdarahanPerdarahan anterior
Perdarahan anterior seringkali berasal dari pleksus kisselbach di septum bagiandepan.
Apabila tidak berhenti dengan sendirinya, perdarahan anterior terutama pada anak dapat
dicoba hentikan dengan menekan hidung dari luar selama 10-15 menit
Bila sumber perdarahan dapat terlihat,tempat asal perdarahan dikaustik denganlarutan
Nitras Argenti (AgNO3) 25-30 %. Kemudian area tersebut diberi krim
antibiotik.Bila dengan cara ini perdarahan masih terus berlangsung, maka diperlukan pemasa
ngan tampon anterior yang dibuat dari kapas atau kasa yang diberi pelumasvaselin atau
salep antibiotik. Tujuan pemberian pelumas agar tampon mudah
dimasukkandan tidak menimbulkan perdarahan baru saat dimasukkan atau dicabut. Tampond
imasukkan sebanyak 2-4 buah, disusun dengan teratur dan harus dapat menekan
asal perdarahan. Tampon dipertahankan selama 2 x 24 jam, harus dikeluarkan untuk menceg
ah infeksi hidung. Selama 2 hari ini dilakukan pemeriksaan penunjang
4
untuk mencari faktor penyebab epistaksis, serta dipasang tampon baru apabila perdarahan
masih belum berhenti.
Perdarahan Posterior
Perdarahan dari bagian posterior lebih sulit diatasi daripada perdarahan anterior karena
biasanya perdarahannya hebat dan sulit dicari sumbernya dengan pemeriksaanrinoskopi
anterior.Untuk mengatasi perdarahan posterior dilakukan pemasangan tampon
posterior yang disebut tampon Bellocq. Tampon ini dibuat dari kasa padat dibentuk kubus
atau bulat dengan diameter 3 cm. Pada tampon ini terikat 3 utas benang, 2 buah disatu sisi
dansebuah disisi yang berlawanan.Pada perdarahan satu sisi, untuk memasang tampon
posterior digunakan bantuankateter karet yang dimasukkan dari lubang hidung sampai
tampak di orofaring,lalu
ditarik keluar dari mulut.Pada ujung kateter ini diikatkan 2 benang tampon Bellocq tadi,kem
udian kateter ditarik kembali melalui hidung sampai benang keluar dan dapat
ditarik.Tampon perlu didorong dengan bantuan jari telunjuk untuk dapat melewati palatum
molemasuk ke nasofaring. Bila masih ada perdarahan, maka dapat ditambah tampon
anterior kedalam kavum nasi. Kedua benang yang keluar dari hidung diikat pada sebuah
gulungankain kasa di depan nares anterior, supaya
tampon yang terletak di nasofaring tetapditempatnya. Benang lain yang keluar dari mulut
diikatkan secara longgar pada pipi pasien, hal ini bermanfaat untuk menarik tampon keluar
melalui mulut setelah 2-3 hari.
Bila perdarahan berat dari kedua sisi, misalnya pada kasus angiofibroma,digunakan bantuan
dua kateter masing-masing melalui kavum nasi kanan dan kiri, dantampon posterior
terpasang ditengah-tengah nasofaring.Sebagai pengganti tampon Bellocq, dapat digunakan
kateter Folley dengan balon.Metode ini menggunakan kateter yang dipasang didasar hidung
sampai nasofaring.Balon kateter kemudian diisi dan kateter ditarik ke anterior sehingga
balon menutupikoana. Keuntungan dari metode ini adalah mudah untuk dimasukkan, sedikit
traumatik bagi pasien dan aliran udara hidung masih ada sebagian.
Komplikasi dan pencegahan
Komplikasi dapat terjadi sebagai akibat dari epistaksisnya sendiri atau sebagaiakibat dari
usaha penanggulangan
epistaksis.Pada perdarahan yang hebat dapat menyebabkan terjadinya aspirasi darahkedala
m saluran napas bawah, juga dapat menyebabkan syok, anemia dan gagal
ginjal.Turunnya tekanan darah secara mendadak dapat menimbulkan hipotensi, hipoksia,iske
mia serebri, insufisiensi koroner sampai infark miokard sehingga dapat
5
menyebabkankematian. Dalam hal ini pemberian infus atau transfusi darah harus dilakukan
secepatnya.Akibat pembuluh darah yang terbuka dapat menyebabkan terjadinya infeksi,seh
ingga perlu diberikan antibiotik.Pemasangan tampon dapat menyebabkan rinosinusitis, otitis
media, septikemia,atau
toxic shock syndrome
. Oleh karena itu, harus selalu diberikan antibiotik pada setiap pemasangan tampon hidung,
dan setelah 2-3 hari tampon harus dicabut. Bila perdarahanmasih berlanjut dipasang
tampon baru.Pemasangan tampon posterior (tampon Bellocq) dapat menyebabkan
laserasi palatum mole atau sudut bibir, jika benang yang keluar dari mulut terlalu ketat
dilekatkan pada pipi. Kateter balon atau tampon balon tidak boleh dipompa terlalu keras
karenadapat menyebabkan nekrosis mukosa hidung atau septum
B. Abses Leher Dalam
Nyeri tenggorok dan demam disertai dengan terbatasnya gerakan membuka mulutdan leher
harus dicurigai kemungkinan disebabkan oleh abses leher dalam. Abses
leher dalam terbentuk di dalam ruang potensial diantara fasia leher dalam sebagai akibat p
enjalaran infeksi dari berbagai sumber seperti gigi, mulut, tenggorok, sinus
paranasal,telinga tengah dan leher. Gejala dan tanda klinik biasanya berupa nyeri dan pembe
ngkakan di leher dalam yang
terlibat.Kebanyakan kuman penyebab adalah golongan Streptococcus, Staphylococcus,kuma
n anaerob Bacteroides atau kuman campuran. Abses leher dalam dapat berupa
abses peritonsil, abses retrofaring, abses parafaring, abses submandibula dan angina
ludovici.
1. Abses Peritonsil
Etiologi
Proses ini terjadi sebagai komplikasi tonsilis akut atau infeksi yang bersumber dari
kelenjar mukus Weber di kutub atas tonsil. Biasanya kuman penyebabsama dengan
penyebab tonsillitis.
Patologi
6
Daerah superior dan lateral fossa tonsilaris merupakan jaringan ikat longgar,oleh karena itu
infiltrasi ke ruang potensial peritonsil tersering menempati daerahtersebut, sehingga
tampak palatum mole
membengkak.Pada stadium permulaan (stadium infiltrate), selain pembengkakan tampak per
mukaannya hiperemis. Bila proses berlanjut, terjadi supurasi sehingga daerahtersebut lebih
lunak. Pembengkakan peritonsil akan mendorong tonsil dan uvula kearah
kontralateral.Bila proses berlangsung terus, peradangan jaringan di sekitarnya akanmenyeb
abkan iritasi pada m.pterigoid interna, sehingga timbul trismus.Abses dapat pecah spontan,
mungkin dapat terjadi aspirasi ke paru.
Gejala dan Tanda
•
Gejala dan tanda tonsilitis
•
Odinofagia hebat
•
Otalgia
•
Muntah (regurgitasi)
•
Mulut berbau (foeter ex ore)
•
Hipersalivasi
•
Suara sengau (rinolalia)
•
Sukar membuka mulut (trismus)
7
•
Pembengkakan kelenjar submandibula dengan nyeri tekan
Pemeriksaan
•
Palatum mole membengkak dan menonjol ke depan
•
Uvula membengkak dan terdorong ke kontra lateral
•
Tonsil bengkak dan hiperemis
Terapi
•
Stadium infiltrasi dapat diberikan antibiotika dosis tinggi, obat simtomatik,kumur2 dengan
cairan hangat, & kompres dingin pada leher
Bila telah terbentuk abses, dilakukan pungsi di daerah abses, kemudian diinsisiuntuk
mengeluarkan nanah. Tempat insisi adalah tempat yang paling
menonjoldan lunak, atau pada pertengahan garis yang menghubungkan dasar uvuladengan
geraham atas terakhir pada sisi yang sakit.
•
Tonsilektomi, pada umumnya dilakukan sesudah infeksi tenang, 2-3 minggusetelah drainase
abses.
Komplikasi
(1)Abses pecah spontan, dapat mengakibatkan perdarahan, aspirasi paru atau piremia
(2)
Penjalaran infeksi dan abses ke daerah parafaring, sehingga terjadi abses parafaring. Pada
penjalaran selanjutnya, masuk ke mediastinum, sehingga terjadimediastinitis.(3)Bila terjadi
8
penjalaran ke daerah intracranial, dapat mengakibatkan thrombus sinuskavernosus,
meningitis, dan abses otak.
2. Abses RetrofaringEtiologi
Secara umum abses retrofaring terbagi 2 jenis yaitu :1. Akut.Sering terjadi pada anak-
anak berumur dibawah 4 – 5 tahun. Keadaan ini terjadiakibat infeksi pada saluran nafas
atas seperti pada adenoid, nasofaring, rongga hidung,sinus paranasal dan tonsil yang meluas
ke kelenjar limfe retrofaring ( limfadenitis )sehingga menyebabkan supurasi pada daerah
tersebut. Sedangkan pada orang dewasa terjadi akibat infeksi langsungoleh karena trauma
akibat penggunaan instrumen ( intubasi endotrakea, endoskopi,sewaktu adenoidektomi )
atau benda asing.2. Kronis.Biasanya terjadi pada orang dewasa atau anak-anak yang lebih
tua. Keadaan initerjadi akibat infeksi tuberkulosis ( TBC ) pada vertebra servikalis dimana
pus secaralangsung menyebar melalui ligamentum longitudinal anterior. Selain itu abses
dapat
erjadi akibat infeksi TBC pada kelenjar limfe retrofaring yang menyebar dari
kelenjar limfe
servikal.Pada banyak kasus sering dijumpai adanya kuman aerob dan anaerob secara bersam
aan. Beberapa organisme yang dapat menyebabkan abses retrofaring
adalah(1) Kuman aerob :
Streptococcus beta –hemolyticus group A
(paling sering) ,
Streptococcus pneumoniae, Streptococcus non – hemolyticus, Staphylococcusaureus ,