MODUL TINDAKAN MEDIK DAN KEPERAWATAN
KELOMPOK 5
“Seorang ibu umur 26 tahun P1A0 datang kepuskesmas untuk pasang KB AKDR”
0302007211 Refta Hernawan Laksono
0302007247 Siti Asri Yani
0302007269 Wahyu Rintiyani
0302009201 Ricco Aditya Pradana
0302009204 Ricky Suritno
0302009205 Ridho M Dianto
0302009206 Rika Susanti
0302009207 Rinoka Wira Pradja Putra
0302009208 Riska Rachmania
0302009209 Riyan Budianor
0302009210 Riyan Santosa
0302009211 Rizcha Octaviani
0302009212 Rizky Fauzi
0302009213 Ronald Tedjoprayitno
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
NOVEMBER 2011
BAB I
PENDAHULUAN
Kontrasepsi adalah pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi) atau
pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding rahim. Terdapat beberapa
metode yang digunakan dalam kontrasepsi. Metode dalam kontrasepsi tidak ada satupun yang
efektif secara menyeluruh. Meskipun begitu, beberapa metode dapat lebih efektif
dibandingkan metode lainnya.
Efektivitas metode kontrasepsi yang digunakan bergantung pada kesesuaian pengguna
dengan instruksi. Perbedaan keberhasilan metode juga tergantung pada tipikal penggunaan
(yang terkadang tidak konsisten) dan penggunaan sempurna (mengikuti semua instruksi
dengan benar dan tepat). Perbedaan efektivitas antara penggunaan tipikal dan penggunaan
sempurna menjadi sangat bervariasi antara suatu metode kontrasepsi dengan metode
kontrasepsi yang lain.
Seseorang cenderung menggunakan suatu metode kontrasepsi secara tepat ketika
semakin terbiasa dengan metode kontrasepsi tersebut. Hasilnya, perbedaan efektivitas antara
penggunaan yang tipikal dengan penggunaan sempurna semakin berkurang seiring dengan
berjalannya waktu.
BAB II
2
LAPORAN KASUS
Seorang Ibu bernama Ani umur 26 tahun P1A0, dengan menggendong bayinya yang
berumur 6 bulan. Sudah haid lima hari yang lalu. Ibu itu datang ke puskesmas untuk pasang
KB- AKDR.
Setelah konseling dan diperiksa ibu Ani dapat dipasang AKDR. Pemasangan AKDR
dikerjakan sebagaimana mestinya.
BAB III
PEMBAHASAN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Ani
Usia : 26 tahun
Alamat : -
Pekerjaan : -
Keluhan Utama
3
Pasien datang ingin memasang KB-AKDR
Keluhan tambahan
Pasien sudah Haid 3 hari
Riwayat Kelahiran
P1A0, Pasien sudah melahirkan 1 kali dan tidak ada riwayat abortus
Anak pasien sudah beumur 6 bulan
II. ANAMNESIS TAMBAHAN
1. Apakah ada riwayat alergi?
2. Apakah masih menyusui?
3. Apakah siklus haid teratur?
4. Adakah keluhan tambahan seperti keputihan?
5. Adakah riwayat diabetes melitus?
6. Apakah ibu seorang perokok?
7. Adakah riwayat penyakit tertentu?
8. Apakah sebulan sebelumnya pernah mengalami operasi?
9. Apakah sebulan kedepan anda akan menjalani operasi?
Sebelum menjalani permintaan pasien yaitu pemasangan KB-AKDR, sebaiknya diberikan
penjalasan mengenai jenis kontrasepsi yang bisa digunakan oleh si ibu. Pihak suami juga
diberikan penjelasan mengenai jenis kontrasepsi tersebut.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
- Kesadaran : Compos Mentis
- Keadaan Umum : -
- Tanda Vital :
Suhu : -
Nadi : -
Pernafasan : -
Tekanan darah: -
4
- Data Antrophometri :
Berat badan : -
Tinggi badan : -
Pemeriksaan Ginekologi
1. Pemeriksaan Organ Genitalia Eksterna
a. Inspeksi
Dengan inspeksi perlu diperhatikan bentuk, warna, pembengkakan dari
genitalia eksterna, perineum, anus dan sekitarnya. Serta dilihat juga adakah
darah atau flour albus, terutama dicari adanya peradangan, iritasi kulit, eksema
dan tumor serta adakah penonjolan dari interoitus vagina.
b. Perabaan Vulva dan Perineum
Pemeriksaan dapat dimulai dengan perabaan glandula Bartholini, dicari
apakah ada Bartholinitis, abses atau kista. Apabila ada uretritis gonoreika
maka nanah lebih jelas keluar dari orifisium uretra eksternum. Kemudian
periksa keadaan perineum, bagaimana tebalnya, tegangnya dan elastisitasnya.
2. Pemeriksaan Organ Genitalia Interna
a) Pemeriksaan dengan Spekulum
Pemeriksaan dengan inspekulo terutama apabila akan dilakukan pemeriksaan
sitologi atau terhadap gonore, trikomoniasis, dan kandidiasis atau ada proses
yang mudah berdarah. Dengan menggunakan speculum, dinding vagina
diperiksa (rugae vaginalis, sinoma, dan flour albus) dan porsio vaginalis
servisis uteri (bulat, terbelah melintang, mudah berdarah, erosi,
peradangan,polip, tumor, ulkus, terutama pada karsinoama).
b) Pemeriksaan Bimanual
Dilakukan dengan kedua tangan, dua jari atau satu jari dimasukkan ke dalam
vagina atau satu jari ke dalam rectum sedangkan tangan lainnya diletakan di
dinding perut.
c) Perabaan Vagina dan Dasar Panggul
Diperiksa apakah teraba polip, tumor, atau fistula. Pada pemeriksaan vagina
lakukan perabaan kavum Douglasi dengan menempelkan ujung jari di fornik
posterior.
d) Perabaan Servik
5
Pada perabaan servik perlu diperhatikan kemana menghadapnya, bentuknya,
besar dan knsistensinya, apakah kanalis servikalis dapat dilalui oleh jari
terutama ostium uteri internum.
e) Perabaan Korpus Uteri
Pada perabaan korpus uteri perlu diperhatikan letaknya, bentuknya, besar dan
konsistensinya, permukaan dan gerakannya.
f) Perabaan Parametrium dan Adneksum
Pemeriksaan ini dilakukan untuk memriksa adanya tumor maupun kista
ovarium
3. Pemeriksaan Rektoabdominal, Rektovaginal, dan Rekto-vagina-abdominal
Pada pemeriksaan ini dapat menilai keadaan septum rektovaginal, tonus muskulus
sfingter ani, selaput lender rectum, tumor, metastasis karsinoma servisi uteri, endometriosis,
tumor genital ganas yang meluas ke rectum, serta tumor pelvis.
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan darah lengkap
Dapat menilai kadar hemoglobin pasien, jumlah leukosit dan laju endap darah perlu
diperiksa jika terdapat proses peradangan dan neoplasma.
2. Pemeriksaan urin
Hal ini dapat dilakukan jika ada kelainan pada saluran kemih (sedimen) dan bisa juga
mendeteksi adanya infeksi saluran kemih.
3. Pemeriksaan Ultrasonografi
Dapat dianjurkan jika pasien kemungkinan terdapat masa tumor serta menghadapi
diagnosis diferensial antara uterus gravidus, mioma, dan kista ovarium.
4. Pemeriksaan Mikroskopik
Pemeriksaan ini dilakukan jika ada inikasi seperti untuk memeriksa jamur,
trikomiosis, bakteriol vaginosis, serta untuk memeriksa adanya gonorea atau klamidia.(1)
V. PENATALAKSANAAN
Pada dasarnya prinsip dasar dari cara kerja IUD bukanlah dengan membuat suatu
reaksi aborsi secara sengaja, namun IUD membuat sebuah foreign body reaction dalam
6
cavum uteri . setelah itu terbentuk sebuah reaksi yang dinamakan sebagai reaksi inflamasi
steril dalam cavum uteri yang menyebabkan sebuah lesi minimal namun dapat membuat
sebuah keadaan spermicidal, yang pada akhirnya menyebabkan sebuah suasana yang tidak
memungkinkan untuk implantasi.
Ada beberapa kontraindikasi untuk pemasangan IUD sendiri, antara lain
Hamil atau diduga sedang hamil
Keganasan pada pelvis
Vaginal bleeding yang belum diketahui penyebabnya
Infeksi pelvis, akut maupun kronik
Orang dengan resiko tinggi untuk STD
Berdasarkan keterangan diatas, kita harus memiliki data data pendukung sebelum
pemasangan IUD. Beberapa hal juga dapat dilakukan untuk mencegah hal hal yang tidak
diinginkan. Beberapa hal persiapan pemasangan IUD antara lain.
Anamnesis yang lengkap, untuk kemungkinan resiko STD
Lab (darah/urin) jika diperlukan.
Uji kehamilan. Namun pada pasien ini, kita tidak melakukannya karena pasien
mendapat haid 5 hari yang lalu.
Pemasangan IUD juga memiliki beberapa resiko, antara lain tali/string dari IUD yang
sulit dijangkau saat ingin dilepas, perforasi uteri dan infeksi pelvis. IUD sendiri tidak
menyebabkan langsung infeksi pelvis tersebut. Namun bagi wanita dengan STD, IUD akan
meningkatkan resiko infeksi pelvis, maka dari itu saat anamnesis, kita harus benar benar
yakin bahwa pasien kita bebas dari STD.
Pemasangan dari IUD sendiri dapat dilakukan kapan saja, sewaktu haid, post partum
ataupun post abortus. Namun untuk pemasangan post partum, resiko untuk ekspulsi lebih
besar dan dapat dihindari dengan pemasangan yang baik dan tepat. Sebagian ahli
menyarankan untuk member antibiotic sebagai profilaksis pada pasien dengan resiko tinggi
STD, namun sampai saat ini, belum ada kejelasan dari hal tersebut.(2)
Pasca pemasangan, benang dari IUD harus dikontrol secara berkala. Beberapa jurnal
mengatakan agar dilakukan pengecekan sendiri tiap bulan. Dokter obsgin wajib mengontrol
7
keberadaan dan posisi tali IUD saat pasien control, bila tidak ditemukan, pemeriksaan dengan
USG akan sangat membantu. Bila masih tidak ditemukan dengan USG, foto polos abdomen
dapat dilakukan.
A. Persiapan
Persiapan pasien :
1. Lakukan konseling pada pasien agar mantap
2. Minta pasien buang air kecil dulu dan membersihkan kemaluan dengan sabun
3. Siapkan peralatan, cek kadaluwarsa IUD
4. Cuci tangan dengan air mengalir, bersihkan dengan handuk kering, dan setelahnya
kenakan sarung tangan yang steril
5. Periksa genitalia eksterna. Awasi adanya luka bernanah, kelenjar bartholin yang
membesar, dan kelenjar getah bening yang membesar (jika ada, pemasangan harus
ditunda dan pasien diobati dulu).
6. Pasang speculum dengan jari telunjuk kiri menekan bagian bawah. Pada inspekulo
lihat porsio, awasi adanya erosi, fluor yang ada normal atau tidak (bila ada,
pemasangan harus ditunda dan pasien diobati dulu). Tutup speculum, miringkan, dan
keluarkan.
7. Lakukan pemeriksaan bimanual, awasi adanya nyeri goyang, besar, dan arah uterus.
Massa di adneksa (bila ada, pemasangan harus ditunda dan pasien diobati dulu)
8. Bersihkan ujung sarung tangan dalam larutan klorin dalam ember, lepas, dan
masukkan ke dalam ember.
B. Cara Pemakaian AKDR
1. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan bentuk, ukuran, dan posisi uterus.
Singkirkan kemungkinan kehamilan dan infeksi pelvis
2. Serviks dibersihkan beberapa kali dengan larutan antiseptic, misalnya merkurokrom
aja jodium.
8
3. Inspekulo, serviks ditampilkan dan bibir depan serviks dijepit dengan cunam serviks
kira-kira 2 cm dari ostium uteri eksternum dengan satu gigi di dalam kanalis
servikalis
4. Masukan sonde uterus untuk menentukan arah sumbu kanalis servikalis dan uterus,
panjang kavum uteri, dan posisi ostium uteri internum. Tentukan arah ante atau
retroversi uteri. Jika sonde masuk kurang dari 5cm atau kavum uteri terlalu sempit,
insersi AKDR jangan dilakukan.
5. Tabung penyalur dengan AKDR di dalamnya dimasukan melalui kanalis servikalis
sesuai dengan arah dan jarak yang didapat waktu memasukan sonde
6. sambil mengeluarkan tabung penyalur perlahan-lahan, pendorong (plugger) menahan
AKDR dalam posisinya
7. Setelah tabung penyalur keluar dari uterus, pendorong juga dikeluarkan, cunam
dilepaskan, benang AKDR digunting 2-3 cm keluar dari ostium uteru, dan akhirnya
speculum diangkat.
8. Pemeriksaan selanjutnya dilakukan setelah 1minggu, 3 bulan kemudian, dan
selanjutnya tiap 6 bulan.
C. Cara Mengeluarkan AKDR
9
Pengeluaran AKDR lebih mudah jika dilakukan sewaktu haid. Pertama dilakukan
Inspekulo, kemudian filamen ditarik perlahan-lahan, jangan sampai putus. AKDRnya akan
ikut keluar perlahan-lahan. Jika AKDR tidak keluar dengan mudah, maka lakukanlah sondase
uterus, sehingga ostium uteri internum terbuka. Sonde diputar 90% perlahan-lahan.
Selanjutnya, AKDR dikeluarkan seperti diatas. Jika filamen tak tampak atau putus, maka
AKDR dapat dikeluarkan dengan mikrokuret. Kadang-kadang diperlukan anastesi
paraservikal untuk mengurangi rasa nyeri. Dilatasi kanalis servikalis dapat dilakukan dengan
dilator atau batang laminaria. Indikasi pengeluaran AKDR ialah permintaan pasian, meno-
metroragia, infeksi pelvik dan disparenia.
D. Pengawasan Lanjutan (Follow-Up)
Pengawasan ginekologik terhadap akseptor AKDR dilakukan 1 minggu dan 1 bulan
sesudah pemasangan, kemudian setiap 3 bulan sekali. Pada setiap kali pengawasan dilakukan
pemeriksaan ginekologik, dan efek samping dicari. Selain melihat filamen, diperhatikan pula
perubahan-perubahan yang mungkin terjadi pada serviks. Dalam hal-hal yang mencurigakan,
misalnya kemungkinan adanya keganasan, dilakukan pemeriksaan usap vagina atau biopsi
serviks. Jika filamen tidak tampak, singkirkanlah lebih dahulu kemungkinan kehamilan.
Serviks dibersihkan dengan larutan antiseptik. AKDR diraba dengan sonde uterus. Jika
AKDR tidak teraba, maka dapat dilakukan pemeriksaan foto rontgen anteroposterior dan
lateral dengan sonde logam di dalam uterus. Dapat pula dilakukan pemeriksaan histerografi.
Dan jika terdapat translokasi, pengeluaran AKDR dapat dilakukan dengan laparoskopi atau
laparatom
VI. KOMPLIKASI
1. Infeksi
AKDR itu sendiri, atau benangnya yang berada dalam vagina, umumnya tidak
menyebabkan terjadinya infeksi jika alat-alat yang digunakan disucihamakan, yakni
tabung penyalur, pendorong, dan AKDR. Jika terjadi infeksi, hal ini mungkin
disebabkan oleh sudah adanya infeksi yang subakut atau menahun pada traktus
genitalis sebelum pemasangan AKDR.
2. Perforasi
10
Umumnya perforasi terjadi sewaktu pemasangan AKDR walaupun bias terjadi pula
kemudian. Pada permulaan hanya ujung AKDR saja yang menembus dinding uterus,
terapi lama kelamaan dengan adanya kontraksi uterus, AKDR terdorong lebih jauh
menembus dinding uterus, sehingga akhirnya sampai ke rongga perut.
Jika perforasi terjadi dengan AKDR yang tertutup, AKDR harus dikeluarkan dengan
segera oleh kerena dikuatirkan terjadi ileus, begitu pula untuk AKDR yang mengandung
logam.
3. Kehamilan
Jika timbul kehamilan dengan AKDR in situ, tidak akan timbul cacat pada bayi oleh
karena AKDR terletak antara selaput ketuban dan dinding rahim. Maka angka keguguran
dengan AKDR in situ tinggi.
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
I. ANATOMI UTERUS
Uterus berbentuk seperti buah advokat atau buah peer yang sedikit gepeng kea rah
muka belakang: ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai rongga. Dindingnya terdiri
atas otot-otot polo. Ukuran panjang uterus adalah 7-7.5cm, lebar di atas 5.25cm dan tebal
dinding 1.25cm. letak uterus dalam keadaan fisiologis adalah anterversiofleksio (serviks ke
depan dan membentuk sudut dengan vagina, demikian pula, korpus uteri ke depan dan
membentuk sudut dengan serviks uteri).
Uterus terdiri atas 1). Fundus uteri; 2) korpus uteri; dan 3) serviks uteri. Fundus uteri
adalah bagian uterus proksimal, di situ kedua tuba fallopi masuk ke uterus
Korpus uteri adalah bagian uterus yang terbesar. Pada kehamilan bagian ini
mempunyai fungsi utama sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang trdapay di korpus
uteri di sebut kavum uteri (rongga rahim). Serviks uteri terdiri atas vaginalis servisis uteri
yang dinamakan porsio, pars supravaginalis servisis uteri adalah bagian serviks yang berada
di atas vagina.
11
Saluran yang terdapat pada serviks di sebut kanalis servikalis berbentuk sebagai
saluran lonjong dengan panjang 2,5 cm. saluran ini dilapisi oleh kelenjar-kelenjar serviks,
berbentuk sel-sel toraks bersilia dan berfungsi sebagai reseptakulum seminis. Pintu saluran
serviks sebelah dalam disebut ostium uteri internum, dan pintu di vagina disebut ostium uteri
eksternum. Secara histologik uterus terdiri atas (dari dalam ke luar) endometrium di korpus
uteri dan endoserviks di serviks uteri, otot-otot polos, lapisan serosa yakni peritoneum
viserale.
Endometrium terdiri atas epitel kubik, kelenjar-kelenjar dan jaringan dengan banyak
pembuluh-pembuluh darah yang berkeluk-keluk. Endometrium melapisi seluruh kavum uteri
dan mempunyai arti penting dalam siklus haid pada seorang wanita dalam masa reproduksi.
Dalama masa haid endometrium untuk sebagian besar dilepaskan, untuk kemudian tumbuh
lagi dalam masa proliferasi dan selanjutnya dalam masa sekretorik (kelenjar-kelenjar telah
berkeluk-keluk dan terisi dengan getah). Masa-masa ini dapat diperiksa dengan mengadakan
biopsi endometrium.
Lapisan otot polos di sebelah dalam berbentuk sirkuler, dan disebelah luar berbentuk
longitudinal. Diantara diantara kedua lapisan itu terdapat lapisan otot oblik, berbentuk
anyaman. Lapisan ini paling penting pada persalinan oleh karena sesudah plasenta lahir,
berkontraksi kuat dan menjepit pembuluh-pembuluh darah yang berada ditempat itu dan yang
terbuka.
Uterus ini sebenarnya terapung-apung dalam rongga pelvis dengan jaringan ikat dan
ligamenta yang menyokongnya,sehingga terfiksasi dengan baik. Ligamenta yang memfiksasi
uterus adalah:
1. Ligamentum kardinale sinitrum et dekstrum (Mackenrodt) yakni ligamentum yang
terpenting, mencegah supaya uterus tidak turun, terdiri atas jaringan ikat tebal, dan
berjalan dari serviks dan puncak vagina ke arah lateral dinding pelvis. Di dalamnya
ditemukan banyak pembuluh darah, antara lain vena dan arteria uterine.
2. Ligamentum sakro-uterinum sinistrum et dekstrum, yakni ligamentum yang menahan
uterus supaya tidak banyak bergerak, berjalan dari serviks bagian belakang, kiri dan
kanan, kearah os sakrum kiri dan kanan.
3. Ligamentum rotundum sinistrum et dekstrum, yakni ligamentum yang menahan
uterus dalam antefleksi dan berjalan dari sudut fundus uteri kiri dan kanan, ke daerah
12
inguinal kiri dan kanan. Pada kehamilan kadang-kadang terasa sakit di daerah
inguinal waktu berdiri cepat karena uterus berkontraksi kuat, dan ligamentum
rotundum menjadi kencang serta mengadakan tarikan pada daerah inguinal. Pada
persalinan ia pun teraba kencang dan terasa sakit bila di pegang.
4. Ligamentum latum sinistrum et dekstrum, yakni ligamentum yang meliputi tuba,
berjalan dari uterus ke arah sisi, tidak banyak mengandung jaringan ikat. Sebenarnya
ligamentum ini adalah bagian peritoneum viserale yang meliputi uterus dan kedua
tuba dan berbentuk sebagi lipatan. Dibagian dorsal ligamentum ini ditemukan induk
telur (ovarium sinistrum et dekstrum). Untuk menfiksasi uterus, ligamentum latum ini
tidak banyak artinya.
5. Ligamentum infundibulo-pelvikum, yakni ligamentum yang menahan tuba fallopi
berjalan dari arah infundibulum kedinding pelvis. Didalamnya ditemukan urat-urat
saraf, saluran-saluran limfe, arteria dan vena ovarika.
Disamping ligamentum tersebut diatas ditemukan pada sudut kiri dan kanan belakang
fundus uteri ligamentum ovarii proprium kiri dan kanan yang menahan ovarium.
Ligamenta ovarii ini embriologis berasal dari gubernakulum.
Ismus adalah bagian uterus antara serviks dan korpus uteri,diliputi oleh peritoneum
viserale yang mudah sekali digeser dari dasarnya atau digerakkan di daerah pilka vesiko-
uterina. Ditempat inilah dinding uterus dibuka jika mengerjakan seksio sesaria
transperitoneals profunda. Dinding belakang uterus seluruhnya diliputi oleh peritoneum
viserale yang membentuk dibawah suatu rongga yang disebut kavum Douglasi.
Uterus diberi darah oleh arteri uterina sinistra et dekstra yang terdiri dari ramus
asendens dan ramus desendens. Pembuluh darah ini berasal dari a.iliaka interna(=a.
hipogastrika) yang melalui dasar ligamentum latum, masuk kedalam uterus didaerah serviks
kira-kira 1,5 cm dari forniks vagina.
Pembuluh darah lain yang member pula darah ke uterus adalah arteria ovarika sinistra
et dekstra. Ini berjalan dari dari lateral dinding pelvis, melalui ligamentum infundidibulo-
pelvikum mengikuti tuba fallopi, beranastomosis dengan ramus asendens arteria uterina di
sebelah lateral, kanan dan kiri uterus. Bersama-sama dengan arteria-arteria tersebut di atas
terdapat vena-vena yang kembali melalui pleksus vena ke vena hipogastrika.
13
Getah bening yang berasal dari serviks akan mengalir ke daerah obturatorial dan
inguinal selanjutnya ke daerah vasa iliaka, dari korpus uteri saluran getah bening ini akan
menuju daerah para aorta atau para vertebra –dalam. Kelenjar-kelenjar getah bening penting
artinya pada operasi karsinoma.
Invervasi uterus terdiri terutama atas system simpatik, tetapi untuk sebgian juga atas
system parasimpatik dan serebrospinal. Yang dari system parasimpatik ini berada didalam
panggul disebelah kiri dan kanan os sacrum, berasal dari saraf sacral 2,3,4 dan selanjutnya
memasuki pleksus frankenhauser. Yang dari system simpatik masuk kerongga panggul
sebagai pleksus hipogastrikum melalui bifurkasio aorta dan promontorium terus kebawah dan
menuju ke pleksus frankenhauser.(3)
Saraf yang berasal dari torakal 11 dan 12 mengandung saraf sensorik dari uterus dan
meneruskan perasaan sakit dari uterus ke pusat saraf (serebrum). Saraf sensorik darfi serviks
dan bagian atas vagina melalui sarfaf 2,3,4, sedangkan dari bagian bawah vagina melalui
nervus pudendus dan nervus ileoinguinalis.
II. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
14
Mekanisme Kerja AKDR
AKDR merupakan benda asing yang dimasukkan ke dalam rahim. Keberadaannya
dapat merangsang timbulnya reaksi tubuh terhadap benda asing berupa fagositosis oleh
lekosit, makrofag dan limfosit. Pemadatan endometrium akibat reaksi fagositosis
menyebabkan blastokis rusak sehingga nidasi terhalangi. oleh Selain itu AKDR juga
menimbulkan terjadinya perubahan pengeluaran cairan dan prostaglandin yang dapat
menghalangi kapasitasi spermatozoa. Jika AKDR mengandung logam, misalnya tembaga Cu,
ion yang dilepaskan oleh logam tsb menyebabkan gerak spermatozoa terganggu dan
mengurangi kemampuannya untuk melakukan konsepsi.(4)
Jenis – Jenis AKDR
AKDR dibedakan jenisnya menurut sifat dan bentuknya. Menurut sifatnya ada AKDR inert
(netral), yaitu KDR yang tidak mengandung bahan aktif dan AKDR bidaktif, yaitu AKDR
yang mengandung bahan aktif seperti tembaga (Cu), perak (Ag), dan progesteron. Menurut
bentuknya, jenis AKDR dapat dibedakan sebagai AKDR berbentuk terbuka (berbentuk linier)
dan AKDR tertutup (berbentuk cincin). Contoh AKDR terbuka antara lain adalah Lipper
Loop, Soft, T Coil, Sheilds, Cu-7, Cu-T, Spring Coil, Progestasert (Alza T), Multi Load,
Marguiles Spiral. Sedangkan contoh AKDR tertutup antara lain: Ota Ring, Stainless Ring,
Antigen F, Ragab Ring, Cicin Grafenberg, dll.
Keuntungan
1. Sebagai kontrasepsi efektivitasnya tinggi
2. AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan
3. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti)
4. Sangat efektif dan tidak perlu lagi mengingat-ingat
5. Tidak mempengaruhi hubungan seksual
6. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu hamil
7. Tidak ada efek samping hormonal
8. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
15
9. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau setelah abortus
10. Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir)
11. Tidak ada interaksi dengan obat-obatan
12. Membantu mencegah kehamilan ektopik
Kekurangan
1. Efek samping yang umum terjadi :
Perubahan siklus haid
Haid lebih lama dan banyak
Perdarahan
Haid lebih sakit
2. Komplikasi lain :
Merasakan sakit dan kejang selama 3 – 5 hari setelah pemasangan
Perdarahan berat pada waktu haid dan dapat menyebabkan anemia
Perforasi dinding uterus
3. Tidak mencegah infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV dan AIDS.
4. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering
bergonta-ganti pasangan
5. Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai AKDR
6. Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvic diperlukan untuk pemasangan AKDR.
Seringkali perempuan takut selama pemasangan
7. Sedikit nyeri dan perdarahan terjadi segera setelah pemasangan AKDR
8. Pasien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri sehingga memerlukan petugas
kesehatan terlatih
16
9. Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui
10. Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena AKDR mencegah kehamilan
normal
11. Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu.
Efek sampingan AKDR
1. Perdarahan
Umumnya setelah pemasangan AKDR, terjadi perdarahan sedikit – sedikit yang
cepat berhenti. Keluhan yang sering terdapat pada pemakai AKDR ialah
menoragia, spotting metroragia. Jika terjadi perdarahan banyak yang tidak dapat
diatasi, sebaiknya AKDR dikeluarkan dan diganti dengan AKDR yang
mempunyai ukuran kecil
2. Rasa nyeri dan kejang di perut
Rasa nyeri atau kejang di perut dapat terjadi setelah pemasangan AKDR; biasanya
rasa nyeri ini berangsur – angsur hilang dengan sendirinya. Rasa nyeri dapat
dikurangi atau dihilangkan dengan jalan member analgetika. Namun jika kaluhan
beralngsung terus menerus dapat dilakukan penggantian AKDR
3. Gangguan pada suami
Kadang kadang suami dapat merasakan adanya benang AKDR sewaktu
bersenggama. Ini disebabkan oleh benang AKDR yang keluar dari porsio uteri.
Untuk menghindari keluhan ini benang AKDR yang terlalu panjang dipotong
sampai kira - kira 2-3 cm dari porsio.
4. Ekspulsi (pengeluaran sendiri).
Indikasi
Prinsip pemasangan adalah menempatkan AKDR setinggi mungkin dalam rongga
rahim(cavum uteri). Saat pemasangan yang paling baik ialah pada waktu mulut
peranakanmasih terbuka dan rahim dalam keadaan lunak. Misalnya, 40 hari setelah bersalin
dan pada akhir haid. Yang boleh menggunakan AKDR adalah:
Usia reproduktif
Keadaan nulipara
17
Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
Perempuan menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
Setelah melahirkan dan tidak menyusui
Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
Risiko rendah dari IMS
Tidak menghendaki metoda hormonal
Tidak menyukai mengingat-ingat minum pil setiap hari
Tidak menghendaki kehamilan setelah 1 – 5 hari senggama
Perokok
Gemuk ataupun kurusPemasangan AKDR dapat dilakukan oleh dokter atau bidan
yang telah dilatih secarakhusus. Pemeriksaan secara berkala harus dilakukan
setelah pemasangan satu minggu,lalu setiap bulan selama tiga bulan berikutnya.
Pemeriksaan selanjutnya dilakukansetiap enam bulan sekali.
Kontra-Indikasi
1. Sedang hamil
2. Perdarahan vagina yang tidak diketahui
3. Sedang menderita infeksi alat genital
4. 3 bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita abortus septic
5. Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim
6. Penyakit trofoblas yang ganas
7. Diketahui menderita TBC pelvis
8. Kanker alat genital
9. Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm
Tekhnik Pemasangan AKDR
Karena dalam program keluarga berencana diindonesia digunakan AKDR jenis lippes
loop, disini diterangkan cara pemakaian AKDR tersebut. Setelah kandung kemih
dikosongkan, akseptor dibaringkan diatas meja ginekologik dalam posisi litotomi. Kemudian
dilakukan pemeriksaan bimanual untuk mengetahui letak, bentuk dan besar uterus. Speculum
dimasukan ke dalam vagina dan serviks uteri dibersihkan dengan larutan antiseptic. Sekarang
18
dengan cunam serviks dijepit bibir depan porsio uteri dan dimasukan sonde ke dalam uterus
untuk menentukan arah poros dan panjangnya kanalis servikalis serta kavum uteri. AKDR
dimasukan ke dalamuterus melalui ostium uteri eksternum sambil mengadakan tarika ringan
pada cunam serviks
Tabung penyalur digerakkan di dalam uterus, sesuai dengan arah poros kavum uteri
sampai tercapai ujung atas kavum uteri yang telah ditentukan lebih dahulu dengan sonde
uterus. Selanjutnya, sambil mengeluarkan tabung penyalur perlahan – lahan, pendorong
(plunger) menahan AKDR dalam posisinya. Setelah tabung penyalur keluar dari uterus,
pendorong juga dikeluarkan, cunam dilepaskan, benang AKDR digunting sehingga 2½ - 3 cm
keluar dari ostium uteri, dan akhirya speculum diangkat.
Pemeriksaan Lanjutan
Pemeriksaan sesudah AKDR dipasang, dilakukan 1 minggu sesudahnya; pemeriksaan
kedua 3 bulan kemudian dan selanjutnya tiap 6 bulan
Cara mengeluarkan AKDR
Mengeluarkan AKDR biasanya dilakukan dengan jalan menarik benang AKDR yang
keluar dari ostium uteri eksternum dengan dua jari, dengan pinset, atau dengan cunam.
III. KONTRASEPSI SEDERHANA
Senggama Terputus
Senggama terputus adalah penarikan penis dari vagina sebelum terjadinya ejakulasi.
Hal ini berdasarkan pada kenyataan, bahwa akan terjadinya ejakulasi disadari sebelumnya
oleh pria dan setelah itu masih ada waktu kira – kira 1 detik sebelum ejakulasi terjadi. Waktu
yang singkat ini yang dapat digunakan untuk menarik penis keluar dari vagina
Keuntungan menggunakan alat ini adalah tidak membutuhkan banyak biaya, alat –
alat maupun persiapan. Akan tetapi kerugianya cara ini dibutuhkan pengendalian diri yang
besar dari pihak pria.
Pembilasan Pasca Senggama
19
Pembilasan vagina dengan air biasa dengan atau tanpa tambahan larutan obat (cuka
atau obat lain) segera setelah koitus merupakan suatu cara yang telah lama sekali dilakukan
untuk tujuan kontrasepsi.
IV. METODE KALENDER
Metode kalender atau pantang berkala adalah cara/metode kontrasepsi sederhana yang
dilakukan oleh pasangan suami istri dengan tidak melakukan senggama atau hubungan
seksual pada masa subur/ovulasi.
Keuntungan
Metode kalender atau pantang berkala mempunyai keuntungan sebagai berikut:
1. Metode kalender atau pantang berkala lebih sederhana.
2. Dapat digunakan oleh setiap wanita yang sehat.
3. Tidak membutuhkan alat atau pemeriksaan khusus dalam penerapannya.
4. Tidak mengganggu pada saat berhubungan seksual.
5. Kontrasepsi dengan menggunakan metode kalender dapat menghindari resiko
kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi.
6. Tidak memerlukan biaya.
7. Tidak memerlukan tempat pelayanan kontrasepsi.
Keterbatasan
Sebagai metode sederhana dan alami, metode kalender atau pantang berkala ini juga memiliki
keterbatasan, antara lain:
1. Memerlukan kerjasama yang baik antara suami istri.
2. Harus ada motivasi dan disiplin pasangan dalam menjalankannya.
3. Pasangan suami istri tidak dapat melakukan hubungan seksual setiap saat.
4. Pasangan suami istri harus tahu masa subur dan masa tidak subur.
20
5. Harus mengamati sikus menstruasi minimal enam kali siklus.
6. Siklus menstruasi yang tidak teratur (menjadi penghambat).
7. Lebih efektif bila dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain.
Penentuan masa subur :
1. Bila haid teratur (28 hari)
Hari pertama dalam siklus haid dihitung sebagai hari ke-1 dan masa subur adalah hari
ke-12 hingga hari ke- 16 dalam siklus haid.
Contoh:
Seorang wanita/istri mendapat haid mulai tanggal 9 Maret. Tanggal 9 Maret ini
dihitung sebagai hari ke-1. Maka hari ke-12 jatuh pada tanggal 20 Maret dan hari ke
16 jatuh pada tanggal 24 Maret. Jadi masa subur yaitu sejak tanggal 20 Maret hingga
tanggal 24 Maret. Sehingga pada masa ini merupakan masa pantang untuk melakukan
senggama. Apabila ingin melakukan hubungan seksual harus menggunakan
kontrasepsi.
2. Bila Haid Tidak Teratur
Jumlah hari terpendek dalam 6 kali siklus haid dikurangi 18. Hitungan ini
menentukan hari pertama masa subur. Jumlah hari terpanjang selama 6 siklus haid
dikurangi 11. Hitungan ini menentukan hari terakhir masa subur.
Rumus :
Hari pertama masa subur = Jumlah hari terpendek – 18
Hari terakhir masa subur = Jumlah hari terpanjang – 11
Contoh:
Seorang wanita/istri mendapat haid dengan siklus terpendek 25 hari dan siklus
terpanjang 30 hari (mulai hari pertama haid sampai haid berikutnya).
Langkah 1 : 25 – 18 = 7
Langkah 2 : 30 – 11 = 19
Jadi masa suburnya adalah mulai hari ke-7 sampai hari ke-19. Sehingga masa ini,
21
suami istri tidak boleh melakukan senggama. Apabila ingin melakukan senggama
harus menggunakan kontrasepsi.
V. KONTRASEPSI ORAL
Pil adalah obat pencegah kehamilan yang diminum secara oral. Sedangkan jika
minipil, cenderung berisi derivat progestin.Pil diperuntukkan bagi wanita yang tidak hamil
dan menginginkan cara pencegah kehamilan sementara yang paling efektif bila diminum
secara teratur. Minum pil dapat dimulai segera sesudah terjadinya keguguran, setelah
menstruasi, atau pada masa post-partum bagi para ibu yang tidak menyusui bayinya. Jika
seorang ibu ingin menyusui, maka hendaknya penggunaan pil ditunda sampai 6 bulan
sesudah kelahiran anak (atau selama masih menyusui) dan disarankan menggunakan cara
pencegah kehamilan yang lain. Pil dapat digunakan untuk menghindari kehamilan pertama
atau menjarangkan waktu kehamilan-kehamilan berikutnya sesuai dengan keinginan wanita.
Berdasarkan atas bukti-bukti yang ada dewasa ini, pil itu dapat diminum secara aman
selama bertahun-tahun. Tetapi, bagi wanita-wanita yang telah mempunyai anak yang cukup
dan pasti tidak lagi menginginkan kehamilan selanjutnya, cara-cara jangka panjang lainnya
seperti spiral atau sterilisasi, hendaknya juga dipertimbangkan. Akan tetapi, ada pula
keuntungan bagi penggunaan jangka panjang pil pencegah kehamilan. Misalnya, beberapa
wanita tertentu merasa dirinya secara fisik lebih baik dengan menggunakan pil daripada
tidak. Atau mungkin menginginkan perlindungan yang paling efektif terhadap kemungkinan
hamil tanpa pembedahan. Kondisi-kondisi ini merupakan alasan-alasan yang paling baik
untuk menggunakan pil itu secara jangka panjang. Macam – macam pil ini adalah :1
1. Tipe Kombinasi
Jenis ini terdiri dari sekitar 20 pil yang masing-masing berisi derivat estrogen dan
progestin dosis mini. Umumnya tipe kombinasi ini dipakai untuk satu siklus saja.
Cara penggunaannya adalah dengan mengonsumsinya pada hari pertama
menstruasi, dilanjutkan 1 pil tiap hari hingga 20 hari mendatang sampai pil habis.
Biasanya beberapa hari setelah pil terakhir dikonsumsi, ibu akan mengalami
pendarahan mirip haid, namun sebenarnya itu hanyalah pendarahan akibat putus
obat saja. Metode yang sama bisa diulangi untuk siklus selanjutnya.
22
2. Tipe Sekuensial
Tipe ini berisi 14-15 pil yang berisi derivat estrogen, plus 7 pil lain yang
merupakan kombinasi dari estrogen dan progestin. Metode pemakaian sama
seperti tipe kombinasi. Hanya saja untuk tipe sekuensial ini, tingkat efektifnya
lebih rendah dan acapkali menimbulkan berbagai dampak yang tak diinginkan.
3. Tipe Pil Mini
Hanya terdiri dari derivat progestin, norgestrel atau noretindron dalam dosis mini
yang tertuang dalam 21-22 butir pil konsumsi. Penggunaannya juga tak jauh beda
dengan tipe kombinasi.
4. Tipe Morning After Pill
Terdiri dari pil dietilstilbestrol kadar 25 mg yang wajib diminum 2 kali sehari,
dalam waktu kurang dari 72 jam pascasanggama, selama 5 hari ke depan non-
stop.
Pil kontrasepsi oral yang dijual di pasaran biasanya terdiri dari 28 butir pil, dengan 7
diantaranya berisi zat netral (plasebo). Selain mencegah terjadinya kehamilan, pil kontrasepsi
oral juga bisa untuk melancarkan dan membuat haid jadi lebih teratur. Namun penting untuk
diketahui bahwa beberapa pil kontrasepsi ada yang menimbulkan efek samping seperti
mendongkrak naiknya berat badan, membuat tulang keropos, hingga berpengaruh pada
kehalusan kulit. Untuk itu, ada baiknya Anda berkonsultasi lebih dulu dengan dokter sebelum
memilih alat kontrasepsi.(5)
Penggunaan Pil Kontrasepsi Oral Tipe Pil Mini
Hanya berisi derivat progestin, dosisnya kecil, terdiri dari 21-22 pil. Cara
pemakaiannya sama dengan cara tipe kombinasi, untuk pengunaan satu siklus. Pil kontrasepsi
oral pertama mulai diminum pada hari pertama perdarahan haid, selanjutnya setiap pil 1 hari
1 pil selama 21-22 hari. Umumnya setelah 2-3 hari sesudah pil kontrasepsi oral terakhir
diminum, akan timbul perdarahan haid, yang sebenarnya merupakan perdarahan putus obat.
Penggunaan pada siklus selanjutnya, sama seperti siklus sebelumnya, yaitu pil pertama
23
ditelan pada hari pertama perdarahan haid. Contoh sediaan minipil berisi progestin adalah :
Linestrenol 500mg (Exluton) dan Desogestrel 75 mcg (Cerazette).
Efektivitas Minipil Progestin
Sangat efektif (98,5%), penggunaannya jangan sampai lupa dan jangan sampai terjadi
gangguan gastrointestinal (muntah, diare) karena karena kemungkinan dapat terjadi
kehamilan sangat besar. Penggunaan obat mukolitik asetilsistein bersama dengan minipil
karena dapat meningkatkan penetrasi sperma sehingga kemampuan pil dapat terganggu.
Pil Kombinasi
Kontrasepsi oral, yang biasa dikenal dengan pil KB mengandung homon, baik
kombinasi hormon progestin dan estrogen maupun hormon progestin saja. Pil KB kombinasi
biasanya diminum sehari sekali selama 3 minggu kemudian istirahat 1 minggu tidak minum
pil (supaya menstruasi dapat terjadi) dan mulai minum pil KB lagi seperti semula. Tablet
yang berisi bahan inaktif biasanya disertakan dalam kemasan untuk diminum saat masa
istirahat. Hal ini bertujuan agar rutinitas minum pil terjaga setiap hari. Ada produk pil KB
yang diminum secara rutin selama 12 minggu diikuti masa istirahat selama 1 minggu.
Sehingga menstruasi hanya terjadi 4 kali dalam setahun. Ada juga produk yang harus
meminum pil KB aktif setiap hari. Apabila menggunakan produk ini maka tidak ada masa
menstruasi, walaupun kadang-kadang perdarahan menstruasi bisa saja terjadi. 3
Sekitar 0,3% wanita yang menggunakan pil KB kombinasi sesuai instruksi bisa hamil
pada tahun pertama penggunaan. Peluang terjadinya kehamilan akan semakin besar bila
wanita terlewat atau lupa untuk minum pil, terutama di hari-hari awal pada siklus menstruasi.
Dosis estrogen pada pil KB kombinasi bervariasi. Biasanya pil KB kombinasi dengan
dosis estrogen yang rendah (20-35 mikrogram) banyak digunakan karena memiliki efek
samping yang lebih rendah dibandingkan yang berdosis tinggi (50 mikrogram). Wanita sehat
yang tidak merokok dapat menggunakan pil KB kombinasi dosis rendah tanpa henti sampai
menjelang menopause.(6)
Pil KB yang hanya mengandung progestin diminum setiap hari tanpa henti.
Terkadang pil KB ini menyebabkan perdarahan menstruasi tidak teratur. Angka terjadinya
24
kehamilan dengan pil yang hanya mengandung progestin sama dengan pil KB kombinasi. Pil
KB yang hanya mengandung progestin biasanya diresepkan bila pemberian estrogen
merugikan wanita. Misalnya pil ini diresepkan pada wanita menyusui karena estrogen berefek
mengurangi jumlah dan kualitas ASI. Tablet yang hanya mengandung progestin tidak
mempengaruhi produksi ASI.
Sebelum mulai menggunakan kontrasepsi oral, wanita harus menjalankan
pemeriksaan fisik yang meliputi pengukuran tekanan darah untuk memastikan bahwa ia tidak
memiliki masalah kesehatan ketika menggunakan kontrasepsi oral. Tiga bulan setelah
penggunaan kontrasepsi oral, wanita tersebut harus menjalani pemeriksaan kembali untuk
melihat ada/tidaknya perubahan tekanan darah. Jika tidak ada perubahan, pemeriksaan
kesehatan dilakukan setidaknya sekali setahun.
Jika seorang wanita memiliki penyakit arteri koroner atau diabetes, atau memiliki
risiko kedua penyakit tersebut (ada kerabat dekat yang memiliki penyakit tersebut) biasanya
dilakukan pemeriksaan darah untuk memeriksa kadar kolesterol, lipid dan juga gula darah.
Jika hasil pemeriksaan diketahui level darahnya tidak normal, dokter mungkin meresepkan
kombinasi estrogen dosis rendah, namun secara berkala dilakukan monitor pada kadar lipid
dan gula darah. Sebelum memulai penggunaan kontrasepsi oral, seorang wanita harus
berkonsultasi pada dokter mengenai keuntungan dan kerugian kontrasepsi oral bagi dirinya.
Keuntungan kontrasepsi oral
Keuntungan utama kontrasepsi oral yaitu dapat diandalkan bila digunakan secara
terus-menerus. Selain itu, penggunaan kontrasepsi oral mengurangi kejang otot pada saat
menstruasi, PMS, jerawat, perdarahan tidak teratur, anemia, kista pada payudara ataupun
rahim, kehamilan di luar rahim, dan infeksi saluran telur. Selain itu, wanita yang
menggunakan kontrasepsi oral, lebih sedikit terkena risiko osteoporosis.
Penggunaan kontrasepsi oral dapat mengurangi risiko beberapa tipe kanker, termasuk
kanker uterin (endometrial) dan kanker rahim. Risiko berkurang untuk beberapa tahun setelah
kontrasepsi dihentikan.
Kontrasepsi oral yang diminum pada awal kehamilan tidak membahayakan janin.
Namun, wanita tersebut harus menghentikan penggunaan kontrasepsi oral segera setelah ia
25
menyadari bahwa ia hamil. Kontrasepsi oral tidak memiliki pengaruh jangka panjang pada
kesuburan wanita, meskipun wanita bisa saja tidak melepaskan telur (ovulasi) untuk beberapa
bulan setelah penghentian obat. Dokter merekomendasikan wanita pasca melahirkan
menunggu sekitar 2 minggu untuk memulai kontrasepsi oral.
Kekurangan kontrasepsi hormonal (oral)
Kekurangan penggunaan kontrasepsi hormonal mencakup efek samping yang
merugikan. Perdarahan yang tidak teratur paling banyak ditemui pada bulan-bulan pertama
penggunaan kontrasepsi oral, namun biasanya akan berhenti dengan sendirinya bila tubuh
telah beradaptasi dengan kandungan hormon dalam kontrasepsi oral tersebut. Jika perdarahan
tidak teratur terus berlangsung, dokter bisa saja menyarankan meminum kontrasepsi oral
setiap hari, tanpa istirahat (jeda) selama beberapa bulan untuk mengurangi terjadinya
perdarahan.
Beberapa efek samping yang muncul berkaitan dengan kandungan estrogen dalam
tablet. Efek samping dapat berupa mual, kembung, retensi cairan, peningkatan tekanan darah,
nyeri payudara, dan migrain. Beberapa efek samping berhubungan dengan tipe atau dosis
progestin. Efek samping dapat berupa pertambahan berat badan, jerawat, dan gelisah.
Beberapa wanita yang mengkonsumsi kontrasepsi oral berat badannya naik sekitar 3-5 pon
(1,4-2,3 kg) dikarenakan retensi cairan. Terkadang berat badan bisa bertambah lagi karena
nafsu makan yang meningkat. Banyak efek samping tersebut jarang muncul dengan
penggunaan tablet dosis rendah.
Pada beberapa wanita, kontrasepsi oral menimbulkan bercak-bercak hitam (melasma)
di wajah, serupa dengan bercak yang dapat muncul selama kehamilan. Paparan sinar matahari
dapat membuat bercak tersebut lebih gelap. Jika bercak gelap bertambah, wanita tersebut
harus berkonsultasi pada dokter mengenai penghentian penggunaan kontrasepsi oral. Bercak
hitam akan memucat secara bertahap setelah penggunaan kontrasepsi oral dihentikan.
Menggunakan kontrasepsi oral dapat meningkatkan risiko beberapa penyakit. Risiko
terjadinya pembekuan darah di vena meningkat pada wanita yang menggunakan pil KB
kombinasi dibandingkan yang tidak menggunakan. Risikonya meningkat 7 kali lebih tinggi
dengan tablet yang mengandung estrogen dosis tinggi. Risiko meningkat sekitar 3 sampai 4
26
kali untuk estrogen dosis rendah. Akan tetapi, risiko yang muncul tersebut hanya setengah
saja dari resiko terjadinya pembekuan darah saat hamil. Wanita yang memiliki anggota
keluarga menderita pembekuan darah harus memberitahukan kepada dokter sebelum
menggunakan kontrasepsi oral. Dikarenakan pembedahan/ operasi meningkatkan risiko
terjadinya pembekuan darah, seorang wanita harus menghentikan penggunaan kontrasepsi
oral sebulan sebelum dilakukan prosedur operasi dan tidak menggunakan kontrasepsi oral
tersebut sampai sebulan setelahnya. Untuk wanita sehat yang tidak merokok, penggunaan pil
kombinasi dengan estrogen dosis rendah tidak meningkatkan risiko terjadinya stroke maupun
serangan jantung.
Penggunaan kontrasepsi oral lebih dari 5 tahun, dapat meningkatkan risiko terjadinya
kanker leher rahim (serviks). Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral harus melakukan
Papanicolaou test atau tes pap smear setidaknya sekali dalam setahun. Tes ini dapat
mendeteksi adanya perubahan pada leher rahim yang dapat berkembang menjadi kanker
sebelum berubah menjadi kanker.
Penggunaan kontrasepsi oral tidak meningkatkan risiko kanker payudara, tidak juga
pada wanita dengan usia 35 – 65 tahun. Selain itu, penggunaan kontrasepsi oral juga tidak
meningkatkan risiko kanker payudara pada kelompok berisiko tinggi (misalnya wanita
dengan kelainan payudara ringan atau keluarga dengan riwayat kanker payudara).
Menggunakan kontrasepsi oral dapat menyebabkan batu empedu tumbuh lebih besar,
namun tidak menyebabkan pembentukan batu empedu yang baru. Sehingga adanya batu
empedu lebih sering terdiagnosa pada tahun-tahun pertama penggunaan kontrasepsi oral.(7)
Untuk wanita yang berusia lebih dari 35 tahun dan perokok, penggunaan kontrasepsi
oral dapat meningkatkan risiko terjadinya serangan jantung. Secara tipikal, wanita tersebut
tidak boleh menggunakan kontrasepsi oral. Namun jika wanita tersebut dimonitor secara ketat
oleh praktisi kesehatan, ia dapat menggunakan kontrasepsi oral. Menggunakan
cyclophosphamide (CYTOXAN), antibiotik tertentu, atau obat antifungi tertentu dapat
membuat kontrasepsi oral menjadi kurang efektif. Jika seorang wanita yang menggunakan
kontrasepsi oral menggunakan salah satu obat tersebut, maka ia harus menggunakan juga
metode kontrasepsi lain sampai periode awal setelah penggunaan obat-obat tersebut selesai.
27
Seorang wanita tidak boleh menggunakan kontrasepsi oral pada situasi berikut:
Perokok dan usianya di atas 35 tahun
Memiliki gangguan hati maupun tumor pada hati
Memiliki kadar trigliserida yang sangat tinggi (250 mg/dL atau lebih tinggi)
Memiliki tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol
Memiliki penyakit diabetes mellitus yang tidak terkontrol
Memiliki gangguan ginjal
Memiliki penyumbatan darah di betis akibat adanya bekuan darah (trombosis
vena)
Kondisi kaki yang tidak bergerak (seperti pada penggunaan gips)
Memiliki penyakit arteri koroner
Pernah mengalami stroke
Menjalankan operasi dalam bulan sebelumnya atau akan menjalankan operasi
pada bulan berikutnya
Memiliki penyakit kolestasis (aliran empedu berkurang) selama kehamilan atau
memiliki sakit kuning (jaundice) selama penggunaan kontrasepsi oral sebelumnya
Memiliki kanker payudara atau kanker endometrial yang dapat berkembang
dengan stimulasi estrogen
Pernah terkena serangan jantung
Mengalami perdarahan vagina dengan sebab yang tidak diketahui
Memiliki penyakit lupus/systemic lupus erythematosus (SLE)
Wanita dapat menggunakan kontrasepsi oral hanya dengan pengawasan dari dokter
pada situasi berikut:
Wanita yang mengalami depresi
Memiliki diabetes yang dikontrol dengan baik dan tidak mempengaruhi
sirkulasinya
Memiliki sindroma pra haid/premenstrual syndrome (PMS)
Tidak memiliki periode menstruasi (amenorrhea) untuk alasan yang tidak
diketahui
28
Sering mengalami migrain (tapi tidak dengan gejala gangguan sistem saraf pusat,
seperti rasa kebas atau lemah pada lengan atau wajah)
Perokok berusia di bawah 35 tahun
Memiliki hepatitis atau penyakit hati lainnya dan telah sembuh total
Memiliki tekanan darah tinggi yang dikontrol dengan pengobatan.
Memiliki varises
Memiliki gangguan kejang yang telah diobati dengan obat
Memiliki fibroid di rahim
Memiliki prekanker, abnormalitas pada rahim dan kanker rahim yang telah diobati
Obesitas
Memiliki hubungan dekat dengan keluarga yang menderita penyumbatan darah
VI. KONTRASEPSI SUNTIKAN (INJEKSI)
Definisi
Kontrasepsi suntikan adalah cara untuk mencegah terjadinya kehamilan dengan
melalui suntikan hormonal. Kontrasepsi hormonal jenis KB suntikan ini di Indonesia semakin
banyak dipakai karena kerjanya yang efektif, pemakaiannya yang praktis, harganya relatif
murah dan aman. Sebelum disuntik, kesehatan ibu harus diperiksa dulu untuk memastikan
kecocokannya. Suntikan diberikan saat ibu dalam keadaan tidak hamil. Umumnya pemakai
suntikan KB mempunyai persyaratan sama dengan pemakai pil, begitu pula bagi orang yang
tidak boleh memakai suntikan KB.
Jenis KB Suntik
Jenis-jenis alat KB suntik yang sering digunakan:
a. Suntikan / bulan (cyclofem)
b. Suntikan/3 bulan (Depo provera, Depogeston)
Cara Kerja KB Suntik
a. Menghalangi ovulasi (masa subur)
b. Mengubah lendir serviks (vagina) menjadi kental
c. Menghambat sperma & menimbulkan perubahan pada rahim29
d. Mencegah terjadinya pertemuan sel telur & sperma
e. Mengubah kecepatan transportasi sel telur.
Suntikan KB adalah suatu cairan berisi zat untuk mencegah kehamilan selama jangka
waktu tertentu (antara 1 – 3 bulan). Cairan tersebut merupakan hormon sistesis progesteron.
Pada saat ini terdapat dua macam suntikan KB, yaitu golongan progestin seperti Depo-
provera, Depo-geston, Depo Progestin, dan Noristat, dan golongan kedua yaitu campuran
progestin dan estrogen propionat, misalnya Cyclo Provera. Hormon ini akan membuat lendir
rahim menjadi kental, sehingga sel sperma tidak dapat masuk ke rahim. Zat ini juga
mencegah keluarnya sel telur (ovulasi) dan membuat uterus (dinding rahim) tidak siap
menerima hasil pembuahan.(8)
Mekanisme kerja kontrasepsi suntik dibagi dalam dua bagian, yaitu primer dan
sekunder. Mekanisme primer adalah mencegah ovulasi. Pada mekanisme ini, kadar FSH dan
LH menurun dan tidak terjadi sentakan LH. Respons kelenjar hipofise terhadap
gonadotropin-releasing hormon eksogenous tidak berubah, sehingga memberi kesan proses
terjadi di hipotalamus dari pada di hipofise. Ini berbeda dengan pil oral kombinasi (POK),
yang tampaknya menghambat ovulasi melalui efek langsung pada kelenjar hipofise.
Penggunaan kontrasepsi suntikan tidak menyebabkan keadaan hipo-estrogenik.
Pada pemakaian KB Suntik Depoprovera, endometrium menjadi dangkal dan atrofis
dengan kelenjar-kelenjar yang tidak aktif. Sering stroma menjadi oedematous. Dengan
pemakaian jangka lama, endometrium dapat menjadi sedemikian sedikitnya, sehingga tidak
didapatkan atau hanya terdapat sedikit sekali jaringan bila dilakukan biopsi. Tetapi,
perubahan-perubahan tersebut akan kembali menjadi normal dalam waktu 90 hari setelah
suntikan berakhir.
Pada mekanisme sekunder, lendir serviks menjadi kental dan sedikit sehingga
merupakan barier terhadap spermatozoa. Mekanisme sekunder ini juga membuat endometium
kurang layak untuk implantasi dari ovum yang telah dibuahi. Mekanisme ini mungkin juga
mempengaruhi kecepatan transport ovum di dalam tuba fallopii.
Pemberian hormon progestin akan menyebabkan pengentalan mukus serviks sehingga
menurunkan kemampuan penetrasi sperma. Hormon tersebut juga mencegah pelepasan sel
telur yang dikeluarkan tubuh wanita. Tanpa pelepasan sel telur, seorang wanita tidak akan
30
mungkin hamil. Selain itu pada penggunaan Depo Provera, endometrium menjadi tipis dan
atrofi dengan berkurangnya aktifitas kelenjar. Sedangkan hormon progestin dengan sedikit
hormon estrogen akan merangsang timbulnya haid setiap bulan.
Depo Provera
Depo-provera ialah 6-alfa-medroksiprogesteron yang digunakan untuk tujuan
kontrasepsi parenteral, mempunyai efek progesterone yang kuat dan sangat efektif. Obat ini
termasuk obat depot. Noristerat termasuk dalam golongan kontrasepsi ini. Mekanisme kerja
kontrasepsi ini sama seperti kontrasepsi hormonal lainnya. Depo-provera sangat cocok untuk
program postpartum oleh karena tidak mengganggu laktasi.
Manajemen Terapi
Dosis: 150 mg
Frekuensi: 3 bulan sekali (i.m.)
Lama terapi: bergantung pada keinginan pasien
Reversibilitas : 3-18 bulan
T ½ : 50 hari
Interaksi Obat
Aminoglutethimide (Cytadren) mungkin dapat meningkatkan eliminasi dari
medroxyprogesterone lewat hepar dengan menurunkan konsentrasi medroxyprogesterone
dalam darah dan memungkinkan pengurangan efektivitas medroxyprogesterone.
Cara Penyimpanan
Disimpan dalam suhu 20-25°C
Cara Pemberian
a. Waktu Pemberian
Setelah melahirkan : 6 minggu pasca salin
31
Setelah keguguran : segera setelah dilakukan kuretase atau 30 hari setelah
keguguran (asal ibu belum hamil lagi)
Dalam masa haid : Hari pertama sampai hari ke-5 masa haid
b. Lokasi Penyuntikan dengan i.m sampai daerah glutus
Daerah bokong/pantat
Daerah otot lengan atas
Evektivitas
Keberhasilannya praktis 99.7 %.
Indikasi
Indikasi pemakaian kontrasepsi suntik antara lain jika pasien menghendaki pemakaian
kontrasepsi jangka panjang, atau pasien telah mempunyai cukup anak sesuai harapan, tapi
saat ini belum siap. Kontrasepsi ini juga cocok untuk pasien yang menghendaki tidak ingin
menggunakan kontrasepsi setiap hari atau saat melakukan sanggama, atau klien dengan
kontra indikasi pemakaian estrogen, dan pasien yang sedang menyusui. Klien yang
mendekati masa menopause, atau sedang menunggu proses sterilisasi juga cocok
menggunakan kontrasepsi suntik.
Kontra - Indikasi
Beberapa keadaan kelainan atau penyakit, merupakan kontra indikasi pemakaian
suntikan KB. Ibu dikatakan tidak cocok menggunakan KB suntik jika ibu sedang hamil, ibu
yang menderita ikterus, kelainan jantung, varises, hipertensi, kanker payudara atau organ
reproduksi, atau menderita diabetes. Selain itu, ibu yang merupakan perokok berat, sedang
Dalam persiapan operasi, pengeluaran darah yang tidak jelas dari vagina, sakit kepala sebelah
(migrain) merupakan kelainan-kelainan yang menjadi pantangan penggunaan KB suntik ini.
Efek Samping
Perdarahan per vaginam tidak teratur, terutama pada bulan-bulan pertama dan sesudah
3-12 bulan umumnya berhenti dengan tuntas. Seringkali berat badan bertambah sampai 2-4
kg dalam waktu 2 bulan karena pengaruh hormonal, yaitu progesterone. Progesterone dalam
alat kontrasepsi tersebut berfungsi untuk mengentalkan lendir serviks dan mengurangi
kemampuan rahim untuk menerima sel yang telah dibuahi. Namun hormon ini juga
32
mempermudah perubahan karbohidrat menjadi lemak, sehingga sering kali efek sampingnya
adalah penumpukan lemak yang menyebabkan berat badan bertambah dan menurunnya
gairah seksual.
Salah satu sifat lemak adalah sulit bereaksi atau berikatan dengan air, sehingga organ
yang mengandung banyak lemak cenderung mempunyai mempunyai kandungan air yang
sedikit / kering. Kondisi ini juga terjadi pada vagina sebagai akibat sampingan dari hormon
progesteron. Vagina menjadi kering, sehingga merasa sakit (dispareuni) saat melakukan
hubungan seksual, dan jika kondisi ini berlangsung lama akan menimbulkan penurunan
gairah atau disfungsi seksual pada wanita.
Keuntungan
Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi sementara yang paling baik, dengan angka
kegagalan kurang dari 0,1% pertahun. Suntikan KB tidak mengganggu kelancaran air susu
ibu (ASI), kecuali Cyclofem. Suntikan KB mungkin dapat melindungi ibu dari anemia
(kurang darah), memberi perlindungan terhadap radang panggul dan untuk pengobatan
kanker bagian dalam rahim.
Kontrasepsi suntik memiliki resiko kesehatan yang sangat kecil, tidak berpengaruh
pada hubungan suami-istri. Pemeriksaan dalam tidak diperlukan pada pemakaian awal, dan
dapat dilaksanakan oleh tenaga paramedis baik perawat maupun bidan. Kontrasepsi suntik
yang tidak mengandung estrogen tidak mempengaruhi secara serius pada penyakit jantung
dan reaksi penggumpalan darah. Oleh karena tindakan dilakukan oleh tenaga
medis/paramedis, peserta tidak perlu menyimpan obat suntik, tidak perlu mengingat setiap
hari, kecuali hanya untuk kembali melakukan suntikan berikutnya. Kontrasepsi ini tidak
menimbulkan ketergantungan, hanya saja peserta harus rutin kontrol setiap 1, 2 atau 3 bulan.
Reaksi suntikan berlangsung sangat cepat (kurang dri 24 jam), dan dapat digunakan oleh
wanita tua di atas 35 tahun, kecuali Cyclofem.
Kerugian
Gangguan haid. Siklus haid memendek atau memanjang, perdarahan yang banyak
atau sedikit, spotting, tidak haid sama sekali.
Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu
Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering
33
Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian
Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka panjang
Pada penggunaan jangka panjang dapat menurunkan densitas tulang
Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada vagina,
menurunkan libido, gangguan emosi, sakit kepala, nervositas, dan jerawat.
VII. KONTRASEPSI SUSUK
Susuk Norplant
Norplant merupakan metode kontrasepsi berjarak 5 tahun yang terdiri atas 6 kapsul
silastik silicon berisi masing-masing 36 mg levonorgestrel dan disusukkan di bawah kulit.
Masa optimal untuk pemasangan susuk ialah saat haid, dalam tenggang waktu 7 hari pasca
abortus, dan saat laktasi.
Alat dan bahan
Larutan antiseptik
Duk steril
Obat anestesi lokal / lidocain
Spuit 5 ml
Trokar No. 10
Kapsul implant 6
Kasa
Scalpel No 11/15
Kapas
Alkohol 70%
Sarung tangan
Band aid plester
Pinset anatomi
Perban
Spidol waterproof
Tempat sampah ditutupi plastik
Larutan klorin 0,5%
Kipas (model Mack)
Cara insersi Norplant
Klien diminta mencuci lengan kirinya secara bersih dengan sabun dan sementara
perlatan dipersiapkan.
Klien diminta berbaring dan dilakukan konseling untuk memantapkan dan
menjelaskan apa yang akan dilakukan, juga apakah ada alergi pada pasien.
Cari daerah lengan kiri yang tidak ada vena dan lembut 8 cm dari lipat siku, tandai
titik-titik sesuai kipas atau sesuai dengan model Mack menggunakan spidol.
34
Cuci tangan dengan sabun danair mengalir kemudian keringkan dengan handuk bersih
dan kering. Kenakan sarung tangan steril.
Lakukan a/antisepsis dengan kasa yang telah dibasahi oleh betadine dengan gerakan
melingkar kea rah luar 2–3 kali seluas 8–13 cm. Lalu, pasang duk steril.
Suntikkan anestesi infiltrasi 0,4 ml tepat di bawah kulit pada tempat insisi yang telah
ditentukan sampai tempat insisi sedikit menggelembung. Teruskan suntikkan ke
lapisan di bawah kulit kurang lebih 4 cm dan masukkan anestesi antara garis 1–2, 3–
4, 5–6 masing-masing 1 ml sambil di tarik keluar, kemudian di pijat-pijat. Uji efek
anestesi sebelum melakukuan insisi.
Buat insisi dangkal dengan scalpel selebar 2 mm. Masukkan trokar dan pendorongnya
melalui tempat insisi dengan sudut 45o sambil mengungkit kulit, sampai garis batas
pertama trokar tepat berada di luka insisi.
Pendorong dikeluarkan dan diletakkan di tempat steril. Angkat tabung dengan jari
telunjuk kanan.
Tangkap tabung dengan tangan kiri dalam posisi menadah dengan rapat. Masukkan
kapsul implant pertama dalam trokar. Masukkan pendorong dan dorong sampai terasa
ada tahanan.
Lepaskan kedua tangan, periksa kelurusan posisi trokar dan periksa tahanan pada
pendorong dengan mendorong dari luar.
Tahan pendorong di tempatnya dengan satu tangan, dan tarik keluar trokar sampai
mencapai pegangan pendorong, dorong 3 kali.
Tarik trokar dan pendorongnya secara bersamaan sampai batas tanda kedua (pada
ujung trokar) terlihat pada luka insisi. Jangan samapi trokar keluar dari luka insisi.
Tahan kapsul yang telah terpasang dengan satu jari dan masukkan kembali trokar
serta pendorong ke arah kanan lalu ke kiri ke tujuan berikutnya sesuai gambar yang
telah dibuat.
Bila telah dipasang semua, periksa seluruh kapsul dari atas dan bawah. Pastikan tidak
berada di dekat luka insisi. Keluarkan trokar dengan hati-hati.
Tutup dan tekan luka bekas insisi dengan kasa, lepaskan duk. Bersihkan coretan
spidol dan sekitar dengan kapas alcohol. Tarik kulit sekitar insisi agar luka tertutup
dengan rapi kemudian tutup dengan plester. Tutup dengan kasa diatasnya lalu balut
sekitar lengan denga perban.
35
Setelah selesai, Pasien diperbolehkan turun dan dinasihati untuk tidak terkena air
sampai perban dilepas (3 hari kemudian), bila ada keluhan diminta secepatnya datang
kembali, jangan berhubungan dengan suami dulu selama 3 hari, kontrol seminggu
lagi, dan diminta menuggu dulu 10-15 menit di ruang tunggu. Bila tidak ada keluhan,
Pasien boleh pulang.
Pencabutan Norplant
Pencabutan dapat dilakukan setiap saat, namun memerlukan waktu lebih lama dan
lebih sulit daripada pemasangan, terutama bila tidak terpasang dengan benar. Pencabutan
harus dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih.
Indikasi
Masa penggunaan telah habis (5 tahun).
Atas permintaan pasien karena ada keluhan, ingin hamil, atau keadaan – keadaan
khusus sehingga jenis kontrasepsi harus diganti.
Susuk Implanon
Implanon adalah jenis kontrasepsi susuk yang tidak terdegradasi yang terdiri dari
simpai kopolimer etilen-viniasenat (EVA) sebagai pembawa substansi aktif senyawa
progestin 3-keto-desogestrel (3-keto-DSG). Bentuknya batang putih lentur dengan panjang 40
mm dan diameter 2 mm dalam suatu jarum yang terpasang pada inserter khusus berbentuk
semprit sekali pakai dalam kemasan steril kantong aluminium. Implanon dapat dipergunakan
sedikitnya selama 3 tahun. Pemasangan dilakukan sebagai suntikan subkutan biasa tanpa
anestesi lokal.
Indikasi
Sebagai kontrasepsi jangka panjang untuk menjarangkan dan/atau mengakhiri
kesuburan, selama laktasi, serta bila penggunaan estrogen sebagai kontraindikasi.
Kontraindikasi relatif
Diduga atau diketahui hamil, tromboflebitis atau tromboemboli aktif, perdarahan
vagina, tanpa sebab yang jelas, penyakit hati akut, tumor hati jinak atau ganas, dan dugaan
atau menderita kanker payudara.
36
Efek Samping
Terutama berupa gangguan siklus haid, yaitu perdarahan tak teratur dan amenore.
Cara insersi Implanon
Bersihkan daerah suntikan dengan antiseptic. Lepaskan inserter steril sekali pakai
dari pembungkus aluminium. Lepaskan penutup jarum.
Masukkan jarum dibawah kulit di bagian dalam dan lengan atas.
Lepaskan pengikat topangan pendorong suntikan dengan semprit sambil
mempertahankan inserter dengan tangan yang lain.
Putar pendorong suntikan 180o. Pertahankan pendorong suntikan di tempat dengan
menekannya pada lengan dan tarik semprit dengan tangan yang lain untuk
melepaskan susuk.
Aplikasikan kasa steril dan balut tekan yang diperthankan selama 3 hari.
Cara pencabutan Implanon
Lokasikan susuk dengan perabaan. Cuci lengan pasien secara aseptic.
Lakukan anestesi lokal dengan 0,5-1ml lidokain 1% pada tempat insisi yang akan
dibuat, yaitu tepat dibawah susuk atau berbentuk V karena bila dilakukan tepat di
atas susuk akan menyebabkan bengkak dan menyilitkan penentuan lokasi susuk.
Buat insisi 2 mm. Lalu dorong dengan halus susuk kearah insisi sampai ujungnya
terlihat. Tangkap susuk dengan forceps dan cabutlah.
Bila susuk tidak dapat di dorong ke arah insisi, insersikan forceps tertutup ke
dalam dan dengan halus diseksikan jaringan sekitar susuk. Pada saat bersamaan
dorong susuk kearah insisi dengan tangan lain.
Tutup insisi dengan pembalut/ Pasang balut tekan diatasnya dengan kasa steril.
37
BAB V
KESIMPULAN
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Ada berbagai jenis
kontrasespi. Perlu dipikirkan secara matang untuk pemilihan kontrasepsi tersebut. Pada
pasien yang datang untuk memasang KB-AKDR ini, setelah dilakukan pemeriksaan, pasien
bisa dipakai AKDR. Dijelasakan persiapan, tata cara, efek samping, follow up, dan cara
melepas AKDR tersebut kepada pasien.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anwar M, Baziad A, Prabowo P. Ilmu Kandungan. Edisi 3. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.2011.p.124-43. PEMFIS
2. Albar E. ilmu kandungan. 2009. Jakarta: P.T. Bina pustaka sarwono prawirohardjo.
P.561-3
3. Moore LK. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta:EGC;2002.
4. Saifuddin, Abdul Bari, 2006, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, edisi 2,
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta
5. Raharja, Kirana, 2007, Obat – Obat Penting, edisi keenam, PT Elex Media
Komputindo, Jakarta
6. Pemanfaatan hormon dalam kontrasepsi. Available at:
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/05PemanfaatanHormondalamKontrasepsi112.p
df. accessed on November 22, 2011.
7. Kontrasepsi. Available at: http://www.medicastore.com. Accessed on: November 22,
2011. (8, 9, 10 , 11 ORAL)
8. Ogbru O. Medroxyprogesterone, Provera, Depo-Provera, Depo-Sub Q Provera 104.
Available at http://www.medicinenet.com/medroxyprogesterone/article.htm.
Accessed 22 November 2011.