BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Demam rematik dan penyakit jantung rematik telah lama
dikenal. Penyakit jantung rematik adalah penyakit yang diakibatkan oleh
komplikasi dari demam rematik yang ditandai dengan adanya cacat pada
katup jantung.1,2,3 Demam rematik akut adalah suatu penyakit yang
diakibatkan oleh adanya suatu reaksi imunologi terhadap infeksi oleh
bakteri Streptokokus Group A. Demam rematik akut menyebabkan
infeksi generalisata dan menginfeksi pada bagian tubuh tertentu, seperti
jantung, persendian, otak dan kulit. Individu dengan Demam Rematik
Akut sering menyebabkan penyakit yang berat dan memerlukan perawatan
di Rumah Sakit. 1,4,5
1.2. Epidemiologi
Demam rematik masih sering didapati pada anak di negara
sedang berkembang dan sering mengenai anak usia antara 5 – 14 tahun. 6
Dalam laporan WHO Expert consultation Geneva, 29 October – 1
November 2001 yang diterbitkan tahun 2004 angka mortalitas untuk PJR
0,5 per 100.000 penduduk di negara maju hingga 8,2 per 100.000
penduduk di negara berkembang dan didaerah Asia Tenggara
diperkirakan 7,6 per 100.000. Diperkirakan sekitar 2000 – 332.000 yang
meninggal diseluruh dunia karena penyakit tersebut.1 Data terakhir
mengenai prevalensi demam rematik di Indonesia untuk tahun 1981
1
– 1990 didapati 0,3-0,8 diantara 1000 anak sekolah dan jauh lebih
rendah dibanding negara berkembang lainnya 5,13. Statistik rumah sakit
di negara sedang berkembang menunjukkan sekitar 10 – 35 persen dari
penderita penyakit jantung yang masuk kerumah sakit adalah penderita
demam rematik dan penyakit jantung rematik. Data yang berasal dari
negara berkembang memperlihatkan mortalitas karena demam rematik
dan penyakit jantung rematik masih merupakan problem dan kematian
karena demam rematik akut terdapat pada anak dan dewasa muda.1
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Penyakit jantung rematik adalah penyakit yang diakibatkan
oleh komplikasi dari demam rematik yang ditandai dengan adanya
cacat pada katup jantung. 1,3,7
2.2. Etiologi
Kuman Streptokokus β hemolitik dapat dibagi atas sejumlah
grup serologinya yang didasarkan atas antigen polisakarida yang terdapat
pada dinding sel bakteri tersebut. Tercatat saat ini lebih dari 130 serotipe
M yang bertanggung jawab pada infeksi pada manusia, tetapi hanya grup
A yang mempunyai hubungan dengan etiopatogenesis Demam Rematik
dan Penyakit Jantung Rematik.1 Hubungan kuman Streptokokus β
hemolitik grup A sebagai penyebab Demam Rematik terjadi secara
tidak langsung, karena organisme penyebab tidak dapat diperoleh dari
lesi, tetapi banyak penelitian klinis, imunologis dan epidemiologis
yang membuktikan bahwa penyakit ini mempunyai hubungan dengan
infeksi Streptokokus β hemolitik grup A, terutama serotipe
M1,3,5,6,14,18,19 dan 24.1
2.3. Patogenesis
Demam Rematik merupakan respons autoimmun terhadap infeksi
Streptokokus β hemolitik grup A pada tenggorokan. (Burke AP.
Pathology of Rheumatic Heart Disease.1,8 Mekanisme patogenesis yang
3
pasti sampai saat ini tidak diketahui, tetapi peran antigen
histokompatibility mayor, antigen jaringan spesifik potensial dan antibodi
yang berkembang segera setelah infeksi streptokokkus telah diteliti
sebagai faktor resiko yang potensial dalam patogenesis penyakit ini.
Terbukti sel limfosit T memegang peranan dalam patogenesis
penyakit ini dan ternyata tipe M dari Streptokkokus grup A
mempunyai potensi rheumatogenik. Beberapa serotype biasanya
mempunyai kapsul, berbentuk besar, koloni mukoid yang kaya dengan
M-protein. M-protein adalah salah satu determinan virulensi bakteri,
strukturnya homolog dengan myosin kardiak dan molecul alpha-helical
coiled coil, seperti tropomyosin, keratin dan laminin. Laminin adalah
matriks protein ekstraseluler yang disekresikan oleh sel endothelial
katup jantung dan bagian integral dari struktur katup jantung .1,8,9
Superantigen streptokokal adalah glikoprotein unik yang disintesa
oleh bakteri dan virus yang dapat berikatan dengan major
histocompatibility complex molecules dengan nonpolymorphic V b-
chains dari T-cell receptors. Pada kasus streptokokus banyak
penelitian yang difokuskan pada peranan superantigen-like activity dari
fragmen M protein dan juga streptococcal pyrogenic exotoxin, dalam
patogenesis Demam Rematik.1,9 Terdapat bukti kuat bahwa respons
autoimmune terhadap antigen streptokokkus memegang peranan dalam
terjadinya DR dan PJR pada orang yang rentan. Sekitar 0,3 – 3 persen
individu yang rentan terhadap infeksi faringitis streptokokkus berlanjut
menjadi Demam Rematik. Data terakhir menunjukkan bahwa gen yang
4
mengontrol low level respons antigen streptokokkus berhubungan
dengan Class II human leukocyte antigen, HLA.1 Infeksi streptokokkus
dimulai dengan ikatan permukaan bakteri dengan reseptor spesifik sel
host dan melibatkan proses spesifik seperti pelekatan, kolonisasi dan
invasi. Ikatan permukaan bakteri dengan permukaan reseptor host adalah
kejadian yang penting dalam kolonisasi dan dimulai oleh fibronektin dan
oleh streptococcal fibronectin-binding proteins. 1
Gambar 01. Skema patogenesis Demam Rematik dan Penyakit Jantung Rematik.1
5
2.4. Patologi
Demam Rematik ditandai oleh radang eksudatif dan
proliferatif pada jaringan ikat, terutama mengenai jantung, sendi dan
jaringan subkutan. Bila terjadi karditis seluruh lapisan jantung akan
dikenai. Perikarditis paling sering terjadi dan perikarditis fibrinosa
kadang-kadang didapati. Peradangan perikard biasanya menyembuh
setelah beberapa saat tanpa sekuele klinis yang bermakna, dan jarang
terjadi tamponade. Pada keadaan fatal, keterlibatan miokard
menyebabkan pembesaran semua ruang jantung. Pada miokardium mula-
mula didapati fragmentasi serabut kolagen, infiltrasi limfosit, dan
degenerasi fibrinoid dan diikuti didapatinya nodul aschoff di miokard
yang merupakan patognomonik DR. Nodul aschoff terdiri dari area
nekrosis sentral yang dikelilingi limfosit, sel plasma, sel mononukleus
yang besar dan sel giant multinukleus. Beberapa sel mempunyai inti yang
memanjang dengan area yang jernih dalam membran inti yang disebut
Anitschkow myocytes. Nodul Aschoff bisa didapati pada spesimen
biopsi endomiokard penderita Demam Rematik. Keterlibatan endokard
menyebabkan valvulitis rematik kronis. Fibrin kecil, vegetasi verrukous,
berdiameter 1-2 mm bisa dilihat pada permukaan atrium pada tempat
koaptasi katup dan korda tendinea. Meskipun vegetasi tidak didapati, bisa
didapati peradangan dan edema dari daun katup. 1
6
Penebalan dan fibrotik pada dinding posterior atrium kiri bisa
didapati dan dipercaya akibat efek jet regurgitasi mitral yang
mengenai dinding atrium kiri. Proses penyembuhan valvulitis memulai
pembentukan granulasi dan fibrosis daun katup dan fusi korda tendinea
yang mengakibatkan stenosis atau insuffisiensi katup. Katup mitral
paling sering dikenai diikuti katup aorta. Katup trikuspid dan pulmonal
biasanya jarang dikenai. 1
2.5. Manifestasi Penyakit Jantung Rematik
Demam Rematik Akut adalah penyakit sistemik ditandai
dengan adanya kelainan pada jantung, sistem saraf pusat, jaringan
subkutan dan kulit. Pengecualian untuk jantung, sebagian besar organ-
organ ini hanya sedikit yang mengalami kerusakan akibat Demam
Rematik tersebut.8
Gambar 02. Manifestasi Kinis dari Demam Rematik berdasarkan waktu terjadinya.1
2.5.1. Temuan Klinis
7
Kelainan suara jantung merupakan temuan klinis yang penting
untuk Penyakit Jantung Rematik. Bunyi jantung murmur merupakan
gejala yang biasanya insufisiensi pada katup jantung. Berikut adalah
variasi bunyi jantung murmur yang paling sering pada pengamatan
Demam Rematik Akut:7
1. Apical pansystolic murmur adalah suara nada tinggi yang timbul
akibat regurgitasi katup mitral dan suara murmur tersebut timbul pada
bagian aksila kiri. Murmur ini tidak dipengaruhi oleh respirasi atau
posisi. Insufisiensi katup mitral berhubungan dengan disfungsi dari
katup itu sendiri, chordae, dan otot-otot papillary.7
2. Apical distolic murmur (biasa dikenal dengan Carey-Coombs
murmur) adalah bunyi yang terdengan adanya aktivitas karditis dan
disertai adanya insufisiensi katup mitral yang berat. Mekanisme untuk
murmur ini adalah stenosis katup mitral relatif karena volume aliran
yang besar melintasi regusgitasi katup mitral pada saat pengisian
ventrikel. Hal ini dapat didengarkan dengan baik dengan menggunakan
stetoskop Bell, sementara pasien berada pada posisi lateral kiri dengan
penafasan ekspirasi.7
3. Basal diastolic murumur suara murmur awal dari diastolik yang
berasal dari regurgitasi aorta dan bernada tinggi, seperti suara
meniup, decresendo, dan terdengar baik pada sepanjang sternum bagian
kanan atas dan bagian tengah dari sternum sebelah kiri setelah ekspirasi
dalam pada saat pasien membungkuk ke depan. 7
8
2.5.2. Temuan Makroskopik
1. Stenosis pada katup mitral. Berdasarkan penelitian yang ada
bahwa sekitar 60% dengan riwayat Demam Rematik dijumpai stenosis
pada katup mitral.8 Seseorang dengan stenosis katup mitral bisa saja tidak
bergejala, namun gejala umum yang sering adalah sesak nafas saat
beraktifitas, fatigue dan bedebar-debar. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
low-pitched mid-diastolic “rumble” pada apeks ventrikel kiri.11
2. Perikarditis adalah komplikasi yang serius dari Demam Rematik
dan prevalensinya mencapai 50% dari kasus yang ada. Dalam kasus yang
lebih lanjut mungkin pasien mengeluhkan dispnea ringan sampai sedang,
nyeri dada, edema, batuk ataupun ortopnea. Pada pemeriksaan fisik
suara jantung menjauh menandakan adanya efusi perikardium.7
3. Stenosis dan Insufisiensi Aorta. Penyakit Jantung Rematik jarang
menyebabkan stenosis pada aorta, dan lebih jarang terjadi di negara-negara
maju bila dibandingkan dengan penyakit degeneratif katup aorta dan
penyakit degeneratif katup bikuspidalis.8
9
Gambar 03. Stenosis pada katup aorta ditandai adanya nodul kalsifikasi fokal.8
4. Gagal Jantung Kongestif. Gagal jantung kongestif
merupakan komplikasi dari insufisiensi berat pada katup
jantung atau miokarditis. Pasien dengan jantung kongestif
dapat mengeluhkan takipnea, ortopnea, peninggian vena
jugularis, hepatomegali, irama gallop dan edema pada
ekstremitas.7
10
2.5.3. Temuan Mikroskopik
Pada pemeriksaan histologi, neovaskularisasi katup jantung
sering ditemukan paska demam rematik. Aschoff bodies adalah
gambaran spesifik untuk karditis paska demam rematik, sedangkan sel
Anitschkow dapat ditemukan pada berbagai kondisi. Bahkan Aschoff
bodies dianggap patognomonik untuk Penyakit Jantung Rematik;
Aschoff bodies adalah suatu lesi fibroinflamasi intersisial dengan
makrofag dan nekrosis jaringan kolagen. Sel Anitschkow biasanya
memiliki inti yang bergelombang, disebut juga sel ulat dan biasanya
hadir bersama dengan Aschoff bodies, tetapi bisa juga diihat dalam
kondisi lain yang tidak berkaitan dengan Aschoff bodies.8
Gambar 04. Sel Anitschkow yang berada di sentral Aschoff bodies. Sel-sel ini tidak spesifik untuk demam rematik tetapi dapat terlihat dalam kondisi lain. Sel Anitschkow adalah makrofag.8
11
2.6. Pendekatan Diagnosis
Pendekatan diagnosis untuk Demam Rematik sampai saat ini
masih menggunakan krieria Jones. Demam Rematik/Penyakit Jantung
Rematik ditegakkan berdasarkan adanya bukti infeksi Streptokokus
sebelumnya, adanya 2 manifestasi mayor atau adanya 1 manifestasi
mayor ditambah 2 manifestasi minor.1
Tabel 01. Kriteria Jones.1,12,13
Pada negara berkembang dimana insiden dan prevalensi Demam
Rematik dan Penyakit Jantung Rematik masih tinggi bila
dibandingkan negara maju mempunyai gambaran dan presentasi klinis
Demam Rematik dan Penyakit Jantung Rematik yang berbeda
dibandingkan di negara maju. Poliartritis, eritema marginatum dan nodul
12
subkutan jarang didapati di negara berkembang dibandingkan di
negara maju, dan artralgia lebih sering ditemui di negara berkembang
dibandingkan dengan poliartritis di negara maju.1
Pada tahun 2002 – 2003 WHO mengajukan kriteria untuk
diagnosis Demam Rematik dan Penyakit Jantung Rematik (bersarkan
kriteria Jones yang telah direvisi). 1
Revisi kriteria WHO ini memfasilitasi diagnosis untuk:
- a primary episode of RF
- recurrent attacks of RF in patients without RHD
- recurrent attacks of RF in patients with RHD
- rheumatic chorea
- insidious onset rheumatic carditis
- chronic RHD.
Untuk menghindarkan overdiagnosis ataupun underdiagnosis
dalam menegakkan diagnosis.1,9
Tabel 02. Pada tahun 2002 – 2003 WHO mengajukan kriteria untuk diagnosis Demam Rematik dan Penyakit Jantung Rematik (bersarkan kriteria Jones yang telah direvisi).1,9
13
2.7. Diagnosis Banding 8
Gagal jantung kongestif
Mitral stenosis kongenital
Perikardial efusi malingna
Fibrilasi atrium
2.8. Penatalaksanaan
2.8.1. Medical Care
14
Pengobatan terhadap Demam Rematik ditunjukkan pada 3 hal
yaitu: 1) Pencegahan primer pada saat serangan Demam Rematik. 2)
Pencegahan sekunder Demam Rematik. 3) Menghilangkan gejala yang
menyertainya, seperti tirah baring, penggunaan antiinflamasi,
penatalaksanaan gagal jantung dan korea. 1
Pencegahan primer bertujuan untuk eradikasi kuman
streptokokus pada saat serangan DR dan diberikan fase awal serangan.
Jenis antibiotika, dosis dan frekuensi pemberiannya dapat dilihat pada
tabel 03. Pencegahan sekunder DR bertujuan untuk mencegah serangan
ulangan DR, karena serangan ulangan dapat memperberat kerusakan
katup katup jantung dan dapat menyebabkan kecacatan dan kerusakan
katup jantung. Jenis antibiotika yang digunakan dapat dilihat pada tabel
03 dan durasi pencegahan sekunder dapat dilihat pada tabel 04.1
Tetapi sayangnya preparat Benzatine Penisilin G saat ini sukar
didapat dan tidak tersedia diseluruh wilayah Indonesia. Pada serangan
DR sering didapati gejala yang menyertainya seperti gagal jantung
atau korea. Penderita gagal jantung memerlukan tirah baring dan anti
inflamasi perlu diberikan pada penderita DR dengan manifestasi mayor
karditis dan artritis. Petunjuk mengenai tirah baring dan dan ambulasi
dapat dilihat pada tabel 05 dan penggunaan anti inflamasi dapat dilihat
pada tabel 06. Pada penderita DR dengan gagal jantung perlu diberikan
diuretika, restriksi cairan dan garam. Penggunaan digoksin pada
penderita DR masih kontroversi karena resiko intoksikasi dan aritmia.
Pada penderita korea dianjurkan mengurangi stres fisik dan emosi.
15
Penggunaan anti inflamasi untuk mengatasi korea masih kontroversi.
Untuk kasus korea yang berat fenobarbital atau haloperidol dapat
digunakan. Selain itu dapat digunakan valproic acid, chlorpromazin
dan diazepam.1
Penderita Penyakit Jantung Rematik tanpa gejala tidak
memerlukan terapi. Penderita dengan gejala gagal jantung yang ringan
memerlukan terapi medik untuk mengatasi keluhannya. Penderita yang
simtomatis memerlukan terapi surgikal atau intervensi invasif. Tetapi
terapi surgikal dan intervensi ini masih terbatas tersedia serta
memerlukan biaya yang relatif mahal dan memerlukan follow up
jangka panjang.1
16
17
2.8.2. Surgical Care
Pembedahan mungkin diperlukan jika telah terjadi gagal
jantung yang menetap atau semakin memburuk setelah terapi medis
untuk penyakit jantung rematik akut, tujuan pembedahan adalah untuk
menurunkan insufisiesi katup jantung, mungkin menyelamatkan jiwa. 7
Pada pasien dengan stenosis kritis, valvulotomy mitral,
valvuloplasty balon perkutan atau penggantian katup mitral dapat
diindikasikan. Karena tingginya tingkat berulangnya gejala setelah
18
annulosplasty atau prosedur perbaikan lainya, penggantian katup
jantung tampaknya menjadi pilihan yang lebih disukai dalam
pembedahan.7
2.9. Prognosis
Penyakti Jantung Rematik yang memiliki kelainan pada katup
jantung tidak selalu membutuhkan pembedahan dan hasil jangka panjang
setelah operasi tidak selalu bagus untuk perbaikan katup jantung.
Karena timbulnya jaringan parut pada katup setelah operasi dapat
semakin progresif.8
19
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
1. Penyakit jantung rematik adalah penyakit yang diakibatkan oleh
komplikasi dari demam rematik yang ditandai dengan adanya cacat pada
katup jantung.
2. Demam rematik akut adalah suatu penyakit yang diakibatkan oleh
adanya suatu reaksi imunologi terhadap infeksi oleh bakteri
Streptokokus β-hemolitikus Group A.
3. Beberapa serotype Streptokokus β-hemolitikus Group A, biasanya
mempunyai kapsul, berbentuk besar, koloni mukoid yang kaya dengan
Mprotein. M-prot ein adalah salah satu determinan virulensi
bakteri, strukturnya homolog dengan myosin kardiak dan molecul
alpha-helical coiled coil, seperti tropomyosin, keratin dan laminin.
Laminin adalah matriks protein ekstraseluler yang disekresikan oleh sel
endothelial katup jantung dan bagian integral dari struktur katup jantung.
4. Demam Rematik Akut adalah penyakit sistemik ditandai dengan
adanya kelainan pada jantung, sistem saraf pusat, jaringan subkutan
dan kulit. Pengecualian untuk jantung, sebagian besar organ-organ ini
hanya sedikit yang mengalami kerusakan akibat Demam Rematik tersebut.
20
5. Kelainan suara jantung merupakan temuan klinis yang penting
untuk Penyakit Jantung Rematik. Bunyi jantung murmur merupakan gejala
yang biasanya insufisiensi pada katup jantung.
6. Pada pemeriksaan histologi, neovaskularisasi katup jantung sering
ditemukan paska demam rematik. Aschoff bodies adalah gambaran
spesifik untuk karditis paska demam rematik.
7. Pendekatan diagnosis untuk Demam Rematik sampai saat ini
masih menggunakan krieria Jones. Demam Rematik/Penyakit Jantung
Rematik ditegakkan berdasarkan adanya bukti infeksi Streptokokus
sebelumnya, adanya 2 manifestasi mayor atau adanya 1 manifestasi mayor
ditambah 2 manifestasi minor.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Afif A. Demam Rematik dan Penyakit Jantung Rematik Permasalahan
Indonesia. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Disertasi [Article
on the internet] 2008. [cited on 29 October 2012]. Available from:
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/750.
2. Chin TK. Pediatric Rheumatic Heart Disease. Medscape [Article on the
internet] 2012. [cited on 29 October 2012]. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/891897-overview#showall.
3. Marijon E, Celermajer DS, Tafflet M, Jani DN, Ferreira B, et al.
Rheumatic Heart Disease Screening by Echocardiography: The Inadequacy of
World Health Organization Criteria for Optimizing the Diagnosis of
Subclinical Disease. AHA Journals. [data base on the internet] 2009. [cited
on 29 October 2012]. Available from:
http://circ.ahajournals.org/content/120/8/663.full.pdf.
4. Brown A, Maguire G, Walsh W. Australian guideline for prevention,
diagnosis and management of acute rheumatic fever and rheumatic heart disease.
2nd edition). The National Heart Foundation of Australia and the Cardiac
Society of Australia and New Zealand. [Article on the internet] 2012. [cited
22
on 29 October 2012]. Available from:
http://www.rhdaustralia.org.au/sites/default/files/guideline_0.pdf.
5. Kliegman RM, Stanton BF, Geme JW.St, Schor NF, Behrman RE. Nelson
Textbook of Pediatrics. 19th Edition. [texs book] 2011. Philadelphia:
Elsevier.
6. Brown A, Walsh W. Diagnosis and management of acute rheumatic fever and
rheumatic heart disease in Australia. The National Heart Foundation of Australia
and the Cardiac Society of Australia and New Zealand. [Article on the
internet] 2006. [cited on 29 October 2012]. Available
from:http://www.heartfoundation.org.au/SiteCollectionDocuments/DiagnosisMan
agement-Acute-Rheumatic-Fever.pdf
7. Chin TK. Pediatric Rheumatic Heart Disease. Medscape [Article on the
internet] 2012. [cited on 29 October 2012]. Available
from:http://emedicine.medscape.com/article/891897-overview#showall.
8. Burke AP. Pathology of Rheumatic Heart Disease. Medscape [Article on the
internet] 2012. [cited on 29 October 2012]. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/1962779-overview#showall.
9. Rheumatic Fever and Rheumatic Heart Disease : Report of a WHO Expert
Consultation. WHO technical report series. [Article on the internet] 2004. [cited
on November 4, 2012]. Available from:
http://whqlibdoc.who.int/trs/WHO_TRS_923.pdf.
23
10. Wallace MR. Rheumatic Fever. Medscape [Article on the internet] 2012.
[cited on 29 October 2012]. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/236582-overview.
11. Management of Rheumatic Heart Disease. Heart Foundation Journal [data
base on the Heart Foundation] 2006. [cited on 29 October 2012]. Available
from:
http://www.heartfoundation.org.au/SiteCollectionDocuments/RheumaticHeartDis
ManagementQuickRefGuide.pdf.
12. Uziel Y, Perl L, Hashkes PJ. Post-sreptococcal Reactive Arthritis in
Children: a Distinct Entity from Acute Rheumatic Fever. Pediatric
Rheumatology Journal [data base on the internet] 2011. [cited on November
4, 2012]. 9:32. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3217846/pdf/1546-0096-9-32.pdf.
13. Madden S, Kelly L. Update on Acute Rheumatic Fever. Clinical Review.
Canadian Family Physician Journal. [data base on the internet] 2009. [cited
on November 4, 2012]. 55:475-8. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2682299/pdf/0550475.pdf.
24