161
Sebuah Model Penelitian Pengembangan Sistem Keakuratan
Informasi Akuntansi pada Agribisnis Peternakan
Defia Nurbatin1), dan Hendy Hermawan2)
1,2)STIE INDOCAKTI Malang
Abstract
The purpose of this study to produce a model of quality system of accounting in the form of
Standard Operating Procedures (SOP) as a guide agribusiness transactions along with its
financial reporting to improve the accuracy of accounting information for agribusiness in
Blitar. The method used in this study is a research & development models DBR (Design
Based Research) on Purwiyanto (2014) were modified. The research phase starting from
problem identification, data collection, product formulation, product testing (validation
expert) and the refinement of the final product. Data collection techniques that focus group
discussions, observation, interviews, and questionnaires (questionnaire). Questionnaire as
an instrument of expert validation consists of four aspects, namely ratings aspects of
usability, convenience, comprehensiveness and readability. The technique used to analyze
the data validation scoring result is the percentage by category using the technique
technique interval Before-After. This research has resulted in three quality systems that
demonstrate the application of SOP SOP to be effective to implement with evidence of the
average percentage of near-perfect and according to user needs.
Keywords : Quality System, Standard Operating Procedures, Accounting Information
Abstrak
Tujuan penelitian ini untuk menghasilkan model sistem mutu akuntansi berbentuk Standard
Operating Procedures (SOP) sebagai panduan transaksi agribisnis peternakan beserta
pelaporan keuangannya untuk meningkatkan keakuratan informasi akuntansi bagi
peternakan di Blitar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah research &
development model DBR (Design Based Research) dari Purwiyanto (2014) yang
dimodifikasi. Tahap penelitian dimulai dari identifikasi masalah, pengumpulan data,
penyusunan produk, uji produk (validasi ahli) dan penyempurnaan produk akhir. Tehnik
pengumpulan data yaitu Focus Group Discussion, observasi, wawancara, dan kuisioner
(angket). Angket sebagai instrumen validasi ahli terdiri dari 4 aspek penilaian yaitu aspek
kegunaan, kemudahan, kelengkapan, dan keterbacaan. Tehnik yang digunakan untuk
menganalisis data hasil skoring validasi adalah menggunakan tehnik prosentase dengan
kategori interval tehnik Before-After. Penelitian ini menghasilkan sistem mutu dalam
bentuk tiga SOP yang menunjukkan penerapan SOP dapat berjalan dengan efektif untuk
diimplementasikan dengan bukti hasil prosentase rata-rata mendekati sempurna dan sesuai
dengan kebutuhan pengguna.
Kata Kunci : Sistem Mutu, Standart Operating Procedures, Informasi Akuntansi
Pendahuluan
Ditengah laju pertumbuhan ekonomi
yang masih dikatakan belum menentu
stabil kepulihannya akibat krisis eko-
nomi, subsektor peternakan mempunyai
potensi dan peluang yang besar sebagai
sumber pertumbuhan baru dalam pereko-
nomian Indonesia. Meningkatnya jumlah
penduduk dan taraf hidup masyarakat
Indonesia serta meningkatnya kesadaran
masyarakat akan pemenuhan protein,
akan cenderung meningkatkan permin-
162 Prosiding SNA MK, 28 September 2016, hlm.161-174
taan produk peternakan. Tujuan pemba-
ngunan peternakan pada era globalisasi
bertujuan untuk mewujudkan masyarakat
yang sehat, produktif dan kreatif melalui
peternakan yang tangguh berbasis sumber
daya lokal, sehingga produk ayam lokal
bisa bersaing dengan adanya ayam impor
yang sudah mulai membanjiri Indonesia.
Selain itu menurut Simatupang et al.
(2004) dilihat dari segi peluang pasar,
pengembangan agribisnis peternakan me-
miliki prospek yang baik khususnya da-
lam memenuhi kebutuhan domestik yang
semakin meningkat. Hal tersebut didu-
kung dengan mulai berkembangnya kepe-
milikan peternakan ayam lokal khususnya
di pedesaan, sehingga dapat mendorong
timbulnya usaha baru sekaligus lapangan
kerja bagi masyarakat.
Perkembangan usaha kepemilikan
peternakan ayam lokal di pedesaan dise-
babkan peternakan ayam merupakan usa-
ha yang dapat dibagi sesuai dengan status
produksinya yaitu ayam potong lokal
diawali dengan usaha memproduksi telur
tetas, dilanjutkan dengan usaha menetas-
kan telur, dan terakhir usaha mempro-
duksi ayam siap potong atau menyuplai
daging ayam potong. Segmen-segmen
usaha tersebut dapat di implementasikan
di suatu wilayah atau kelompok tani
ternak yang anggotanya dapat memilih
usaha sesuai dengan keahliannya masing-
masing. Oleh karena pangsa pasar ayam
potong lokal masih terbuka, sehingga
jumlah petani atau peternak yang terlibat
dalam rangkaian usaha tersebut cende-
rung makin meningkat.
Menurut Prasetyo (2012), paradigma
pembangunan peternakan yang mampu
memberikan peningkatan pendapatan pe-
ternak rakyat dan menciptakan daya saing
global produk peternakan adalah paradig-
ma pembangunan agribisnis berbasis pe-
ternakan. Agribisnis secara singkat meru-
pakan kegiatan atau usaha pertanian luas
yang bertujuan untuk menghasilkan keun-
tungan. Namun untuk mencapai keun-
tungan dalam hal ini pencapaian target
laba, bagi UMKM masih merupakan ken-
dala karena sebagian besar UM-KM
khususnya pada usaha agribisnis peter-
nakan ayam potong belum memiliki sis-
tem dengan benar mulai dari pengelolaan
keuangan sampai pelaporan keuangan-
nya. Kendala tersebut karena kelemahan
UMKM dalam penyusunan laporan ke-
uangan disebabkan rendahnya pendidikan
dan kurangnya pemahaman terhadap
Standar Akuntansi Keuangan (SAK).
Rendahnya penyusunan laporan ke-
uangaan disebabkan karena tidak adanya
peraturan yang mewajibkan penyusunan
laporan keuangan bagi UMKM. Namun
dengan adanya Peraturan Pemerintah
terbaru yaitu PP no 46 tahun 2013 tentang
pajak penghasilan atas UMKM,
pemerintah akan menetapkan tarif pajak
sebesar 1% bagi para pemilik usaha
UMKM yang memiliki laba kurang dari
4,8 Milyar per tahun. Dengan adanya per-
aturan pemerintah ini, seharusnya bagi
para pemilik UKM menggunakan kaidah
akuntansi yang benar dalam proses pe-
laporan keuangan. Hal ini bertujuan agar
dapat memaksimalkan laba yang ingin
diperolehnya dan tidak terkena peraturan
tentang ketentuan pajak saat ini.
Namun demikian, masih banyak
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
yang belum menyelenggarakan pencata-
tan atas laporan keuangan usahanya. Aki-
batnya, UMKM tersebut sulit mendapat-
kan kredit sehingga sulit mengembang-
kan usahanya lebih baik lagi. Pencatatan
atas laporan keuangan dalam sistem
akuntansi akan memberikan kemudahan
tidak hanya kemudahan dari kreditur, na-
mun juga pengendalian aset dapat dilaku-
kan, kewajiban dan modal serta memu-
dahkan para wiraswasta untuk melakukan
perencanaan pendapatan dan efisiensi
biaya-biaya yang terjadi yang pada akhir-
nya sebagai alat untuk pengambilan ke-
putusan usaha ke depan. Untuk bisa me-
lakukan kegiatan pengelolaan keuangan
Nurbatin, Hermawan, Sebuah Model Penelitian....163
dan pelaporan keuangan dalam hal ini sis-
tem akuntansi yang baik sesuai Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) diperlukan
adanya pedoman (panduan) yang berupa
Standard Operating Procedures (SOP).
Penggunaan SOP ini dimaksudkan agar
pelaporan keuangan dapat memiliki kua-
litas (mutu) yang baik. Karena dengan
mutu dapat meningkatkan keuntungan
(laba). SOP akuntansi berisi tentang pro-
sedur-prosedur dalam akuntansi khusus-
nya bagi agribisnis peternakan ayam po-
tong di Blitar.
Berdasarkan latar belakang yang
telah diuraikan maka permasalahan yang
diangkat pada penelitian ini adalah ba-
gaimana pengembangan model sistem
akuntansi untuk meningkatkan keakura-
tan informasi akuntansi pada usaha agri-
bisnis peternakan ayam potong di Blitar?
Kajian Literatur
Sistem Mutu
Sistem secara umum merupakan
sekelompok unsur yang erat hubungan-
nya satu dengan yang lain yang berfungsi
bersama-sama untuk mencapai tujuan ter-
tentu. Sebuah sistem memiliki karakteris-
tik atau sifat-sifat tertentu. Karakteristik
sistem yaitu sebagai komponen sistem
(components), sebagai batasan sistem
(boundary), sebagai lingkungan luar sis-
tem (environment), sebagai penghubung
sistem (interface) yang menghubungkan
sistem dengan subsistem lain, sebagai
masukan sistem (input), sebagai keluaran
sistem (output), sebagai pengolahan sis-
tem (proses), dan sebagai sasaran sistem
(objective) (Mulyadi, 2016:2).
Sistem mutu menurut Nurbatin (20-
16) merupakan konsep dan teori dari pe-
ngelolaan kegiatan yang telah dikem-
bangkan sejak awal abad lalu dan men-
dorong dikembangkannya konsep mutu
pengelolaan keuangan dan jasa pelayanan
yang menghasilkan suatu instrumen pe-
ngelolaan bisnis manajemen, oleh karena
itu Standar Operasional Prosedur ber-
landaskan pada sistem manajemen kua-
litas (Quality Management System). Ma-
najemen kualitas adalah sekumpulan pro-
sedur yang terdokumentasi dan praktek-
praktek standar untuk manajemen sistem
yang bertujuan menjamin kesesuaian dari
suatu proses dan produk (barang dan/atau
jasa) terhadap kebutuhan atau persyaratan
tertentu.
Standar Operasional Prosedur (SOP)
Standard Operating Procedure ada-
lah suatu perangkat lunak pengatur yang
mengatur tahapan suatu proses kerja atau
prosedur kerja. Menurut Nurbatin (2016)
SOP adalah prosedur kerja bersifat tetap,
rutin, dan tidak berubah-ubah dan prose-
dur kerja tersebut dibakukan menjadi do-
kumen tertulis. Tujuan dibuatnya SOP
antara lain adalah supaya karyawan selalu
bisa menjaga konsistensi dalam menja-
lanakan pekerjaan sehari-hari. Dengan
adanya SOP, karyawan akan tahu dengan
jelas peran dan tanggung jawabnya kare-
na dalam SOP sudah diterangkan dengan
rinci alur tugas masing-masing. Berdasar-
kan pemahaman tersebut dapat disimpul-
kan bahwa SOP merupakan perangkat
lunak pengatur yang mengatur tahapan
suatu proses atau prosedur kerja tertentu
dengan tujuan mempermudah setiap
proses kerja dan meminimalisir adanya
kesalahan didalam proses pengerjaannya.
Sistem Akuntansi
Sistem akuntansi dapat digunakan
untuk memberikan informasi keuangan
yang dibutuhkan oleh manajemen suatu
perusahaan guna memudahkan pengelola-
an keuangan perusahaan. Dengan adanya
sistem akuntansi yang baik, maka diha-
rapkan perusahaan akan dengan mudah
untuk mengelola berbagai hal yang ber-
kaitan dengan pengelolaan keuangan pe-
rusahaan.
Sistem akuntansi terdiri dari doku-
men atas bukti transaksi, alat-alat penca-
tatan, laporan dan prosedur yang diguna-
kan perusahaan untuk mencatat transaksi-
transaksi dan kemudian melaporkan ha-
164 Prosiding SNA MK, 28 September 2016, hlm.161-174
silnya. Menurut Rizqisenoaji (2014) ope-
rasional dari sistem akuntansi ada tiga
tahapan yaitu (1) harus mengenal doku-
men bukti transaksi yang digunakan per-
usahaan, baik jumlah fisik maupun jum-
lah nominalnya; (2) berkaitan dengan
transaksi perusahaan; (3) harus menge-
lompokkan dan mencatat data yang ter-
cantum dalam bukti transaksi perusahaan
ke dalam catatan-catatan akuntansi; (4)
harus meringkas informasi yang ada da-
lam catatan akuntansi menjadi laporan
untuk manajemen dan pihak yang ber-
kepentingan lainnya.
Sistem Informasi
Menurut Jogiyanto (2009:1), sis-
tem adalah jaringan kerja dari prose-
dur-prosedur yang saling berhubungan,
berkumpul bersama-sama untuk melaku-
kan suatu kegiatan atau menyelesaikan
suatu sasaran tertentu. Sedangkan infor-
masi adalah data yang diolah menjadi
bentuk yang berarti bagi penerimanya dan
bermanfaat dalam mengambil kepu-tusan
saat ini atau mendatang. Dasar dari
informasi adalah data, kesalahan dalam
mengambil atau memasukkan data, dan
kesalahan dalam mengolah data akan
menyebabkan kesalahan dalam memberi-
kan informasi.
Data yang didapatkan dan diinput-
kan harus valid (benar) hingga bentuk pe-
ngolahannya, agar bisa menghasilkan in-
formasi yang dapat dipercaya. Data ada-
lah representasi fakta dunia nyata yang
mewakili suatu obyek seperti manusia
(pegawai, siswa, pembeli, pelanggan), ba-
rang, hewan, peristiwa, konsep, keadaan
dan sebagainya, yang direkam dalam ben-
tuk angka huruf, simbol, teks, gambar,
bunyi atau kombinasinya (Mukhyidin,
2013). Sedangkan basis data adalah him-
punan kelompok data (arsip) yang saling
berhubungan yang diorganisasi sedemi-
kian rupa agar kelak dapat dimanfaatkan
kembali dengan cepat dan mudah (Shelly,
2007:536).
Dapat disimpulkan bahwa Sistem In-
formasi adalah kumpulan peranti keras,
peranti lunak, data orang dan prosedur
yang saling bekerja sama untuk mencip-
takan informasi yang berkualitas. Oleh
karenanya sistem informasi mendukung
aktivitas harian, jangka pendek dan jang-
ka panjang dari pengguna.
Agribisnis Peternakan
Pada awalnya agribisnis diartikan se-
bagai kegiatan usaha menyangkut subsek-
tor masukan (input) dan subsektor pro-
duksi (on farm). Namun pada perkem-
bangan selanjutnya, agribisnis didefinisi-
kan sebagai kegiatan usaha yang tidak ha-
nya menyangkut subsektor masukan dan
produksi, tetapi juga menyangkut subsek-
tor pascaproduksi, meliputi pemrosesan,
penyebaran, dan penjualan produk (Bu-
diarsa dan Hidayat, 2012). Dengan demi-
kian agribisnis peternakan merupakan ke-
giatan usaha subsektor peternakan yang
dimulai dari penyediaan sarana produksi,
proses produksi (budidaya), penanganan
pascapanen, pengolahan, sampai pemasa-
ran produk ke konsumen.
Agribisnis dalam perekonomian In-
donesia memiliki peranan yang begitu
krusial dalam pengembagan ekonomi se-
cara keseluruhan. Oleh karenanya menu-
rut Prasetyo (2012), peranan agribisnis
yaitu (1) Pembentukan Pendapatan Do-
mestik Bruto (PDB); (2) Agribisnis men-
jadi penyerap tenaga kerja nasional yang
terbesar; (3) Perolehan devisa agribisnis
mampu memberikan net-ekspor secara
konsisten; (4) Penyediaan bahan pangan
baik pangan hewani ataupun pangan na-
bati; (5) kegiatan agibisnis yang berlan-
daskan pada pendayagunaan keanekara-
gaman ekosistem di seluruh tanah air me-
miliki potensi melestarikan lingkungan
hidup.
Berdasarkan hal diatas, agribisnis pe-
ternakan merupakan segala aktivitas bis-
nis yang terkait dengan kegiatan budi
daya ternak, industri hulu, industri hilir
dan lembaga-lembaga pendukung. Agri-
Nurbatin, Hermawan, Sebuah Model Penelitian....165
bisnis tersebut merupakan salah satu bi-
dang yang sangat penting bagi hajat hi-
dup masyarakat dan memiliki potensi di-
jadikan sebagai penggerak utama ekono-
mi nasional. Usaha peternakan bahkan
mampu meningkatkan ekonomi pedesaan
dan sekaligus meningkatkan pendapatan
masyarakat desa (Subkhie dan Suryadi,
2012).
Usaha Peternakan Ayam Potong Broi-
ler
Usaha peternakan ayam pedaging
atau ayam broiler pada awalnya merupa-
kan usaha sampingan dari usaha peterna-
kan ayam petelur. Seiring dengan berja-
lannya waktu, industri peternakan ayam
broiler saat ini telah banyak berdiri. Me-
lalui aktivitas bisnisnya yaitu mempro-
duksi ayam pedaging, yang meliputi bu-
didaya ayam broiler (farming operation)
dan industri pengolahan daging ayam, in-
dustri peternakan ayam broiler telah
memberikan peranan yang nyata terhadap
perkembangan sub sektor peternakan di
Indonesia. Usaha peternakan ayam broi-
ler saat ini berkembang sangat pesat, baik
dari segi skala usaha maupun dari segi
tingkat efisiennya. Banyak para pelaku
usaha menekuni usaha peternakan ayam
broiler, baik secara sistem mandiri mau-
pun secara sistem plasma. Alasannya
adalah selain jumlah permintaan daging
ayam yang terus meningkat, perputaran
modal yang sangat cepat merupakan daya
tarik tersendiri bagi para pelaku usaha
untuk menekuni usaha peternakan ayam
broiler ini.
Ayam potong (broiler) adalah jenis
ayam hasil budidaya teknologi peterna-
kan yang memiliki karakteristik ekonomi
dengan ciri khas pertumbuhan yang ce-
pat, penghasil daging dengan konversi
pakan irit dan siap potong pada usia rela-
tif muda, serta pada umumnya ayam broi-
ler ini siap panen pada usia 28-45 hari
dengan bobot tubuh tertentu (Solehah,
2016). Khusus untuk usaha peternakan
ayam potong broiler dengan pola sistem
plasma-inti, faktor-faktor produksi seperti
bibit anak ayam atau DOC (Day Old
Chicken), pakan, obat-obatan, vaksinasi,
dan vitamin tidak harus dibayar langsung
oleh peternak kesil atau plasma ke per-
usahaan inti sebagai pemasok (suplier)
faktor-faktor produksi ternak tersebut.
Faktor-faktor produksi tersebut sudah
bisa dipakai untuk diproduksi selama ma-
sa produksi yaitu selama 30-40 hari dan
baru bisa dibayar setelah ayam broiler
dipanen oleh peternak plasma sebagai
pihak pemelihara ternak.
Usaha peternakan ayam broiler dapat
diusahakan dalam berbagai skala produk-
si, baik skala besar maupun skala kecil.
Saat ini telah banyak para pelaku. usaha
ayam broiler yang menggabungkan bebe-
rapa unit usaha menjadi satu kesatuan
unit usaha yang terintegrasi (integrated).
Misalnya usaha pembibitan ayam ber-
gabung dengan usaha pakan ternak, usaha
beternak ayam broiler komersial, dan
proses pemotongan ayam. Bahkan ba-
nyak diantaranya yang menggabungkan
usahanya dengan usaha pengolahan
ayam, sehingga ayam potong yang dijual
tidak hanya dalam bentuk ayam hidup
ataupun dalam bentuk karkas tetapi bisa
berupa produk hasil olahan seperti fillet
atau nugget. Produk hasil olahan ini
diproduksi berdasarkan permintaan kon-
sumen yang terus berkembang (Rasyaf,
2003 :67).
Usaha peternakan dapat digolong-
kan menjadi beberapa bagian. Menurut
Surat Keputusan Menteri Pertanian
No.472/Kpts/TN.330/6/96, usaha peter-
nakan terbagi menjadi tiga kategori, yaitu
Peternak rakyat, Pengusaha Kecil Peter-
nakan, dan Pengusaha Peternakan. Peter-
nak Rakyat adalah peternak yang meng-
usahakan budidaya ayam dengan jumlah
populasi maksimal 15.000 ekor per pe-
riode. Pengusaha kecil peternakan adalah
peternak yang membudidayakan ayam
dengan jumlah populasi maksimal 65.000
ekor per periode (Rasyaf, 2003 : 207).
166 Prosiding SNA MK, 28 September 2016, hlm.161-174
Kegiatan usaha peternakan bertujuan
untuk adalah mencari keuntungan dengan
penerapan prinsip-prinsip pengelolaan ke-
uangan dan manajemen pada faktor-faktor
produksi yang telah dikombinasikan secara
optimal. Kegiatan di bidang peternakan da-
pat dibagi atas dua golongan, yaitu peter-
nakan hewan besar seperti sapi, kerbau dan
kuda, sedang kelompok kedua yaitu peter-
nakan hewan kecil seperti ayam, kelinci.
Ayam broiler merupakan ayam penghasil
daging yang memiliki beberapa keunggulan
diantaranya, laju perputaran modal yang
cepat dan waktu pemeliharaan yang singkat
yaitu dalam lima minggu ayam broiler su-
dah dapat dipanen dengan bobot 1,5
kg/ekor. Hal inilah yang mendorong ba-
nyak peternak yang mengusahakan peter-
nakan ayam broiler (Rasyaf, 2003 : 109).
Dengan demikian, peternakan ayam peda-
ging mempunyai prospek yang sangat baik
untuk dikembangkan, baik dalam skala
peternakan besar maupun skala peternakan
kecil (peternakan rakyat) khususnya bentuk
agribisnis ternak dengan skala Usaha Mik-
ro Kecil Menengah (UMKM).
Metode Penelitian
Model Penelitian dan Pengembangan
Sugiyono (2009:407) berpendapat
bahwa penelitian pengembangan adalah
metode penelitian yang digunakan untuk
menghasilkan produk tertentu, dan me-
nguji kefektifan produk tersebut. Untuk
dapat menghasilkan produk tertentu digu-
nakan penelitian yang bersifat analisis
kebutuhan (digunakan metode survei atau
kualitatif) dan untuk menguji keefektifan
produk tersebut supaya dapat berfungsi di
masyarakat luas, maka diperlukan pene-
litian untuk menguji kefektifan produk
tersebut (digunakan metode eksperimen).
Penelitian pengembangan merupakan
bagian dari penelitian desain yang digu-
nakan sebagai salah satu metode ilmiah
untuk mencari solusi memperbaiki prak-
tik dari fenomena-fenomena dalam prak-
tik pembelajaran melalui perpaduan pene-
litian dasar (basic research) dengan pene-
litian terapan (applied research). Lebih
lanjut Nurbatin (2016) menyatakan bah-
wa untuk penelitian analisis kebutuhan
sehingga mampu dihasilkan produk yang
bersifat hipotetik sering digunakan meto-
de penelitian dasar (basic research). Se-
lanjutnya untuk menguji produk yang
masih bersifat hipotetik tersebut, diguna-
kan eksperimen atau action research. Se-
telah produk teruji, maka dapat diapli-
kasikan.
Proses pengujian produk dengan
eksperimen tersebut dinamakan peneli-
tian terapan (applied research). Oleh ka-
renanya, salah satu kategori dari pene-
litian terapan adalah penelitian pengem-
bangan. Penelitian pengembangan bertu-
juan untuk menemukan, mengembang-
kan, dan memvalidasi suatu produk. Jadi
penelitian pengembangan bersifat longi-
tudinal (bertahap bisa multi years) dan
merupakan penelitian yang menghasilkan
produk. Produk yang ditemukan bisa be-
rupa model, pola, prosedur, atau sistem.
Berdasarkan hal tersebut diatas,
peneliti menggunakan model penelitian
pengembangan karena peneliti membuat
kerangka berfikir yang didasarkan pada
analisis kebutuhan yang kemudian di-
tuangkan dalam bentuk Standard Opera-
ting Procedure (SOP). Langkah-langkah
pengembangan yang dilakukan oleh pe-
neliti mengikuti pendekatan model Pur-
wiyanto (2014) yaitu Design Based
Research (DBR). Tahapan pendekatan
DBR yaitu (1) Identifikasi Masalah; (2)
Identifikasi kebutuhan, (3) Penyusunan
desain dan struktur isi bahan pelatihan;
(4) Uji Coba; (5) Evaluasi hasil uji coba;
(6) Komunikasi hasil evaluasi dengan re-
visi akhir. Berdasarkan langkah-langkah
tersebut, peneliti melakukan modifikasi
yang disesuaikan dengan tujuan dan
kebutuhan penelitian dengan tahapan
pendekatan yaitu :
1. Identifikasi masalah dan kebutuhan
2. Pengumpulan data dan Informasi
Nurbatin, Hermawan, Sebuah Model Penelitian....167
3. Perencanaan dan penyusunan Standar
Operasional Prosedur (SOP)
4. Uji Coba Produk atau validasi oleh
ahli (akademisi dan praktisi)
5. Penyempurnaan produk akhir
Alasan pemilihan pendekatan
DBR, sebagai acuan untuk membuat mo-
difikasi prosedur penelitian pengembang-
an, adalah (1) Langkah-langkah peneli-
tian pengembangannya adalah sederhana
dan mudah diaplikasikan; (2) Proses pe-
ngumpulan data yang dilakukan dapat
membantu peneliti untuk membuat SOP
sesuai kebutuhan agribisnis peternakan;
(3) Urutan tiap tahapan tersusun secara
sistematis sehingga pelaksanaan lebih ter-
kontrol dengan baik; (4) penghematan
waktu, biaya, dan tenaga sehingga me-
nguntungkan bagi peneliti dalam mela-
kukan uji coba produk atau tahap validasi
produk; (5) uji coba pemakaian dan revisi
produk berikutnya tidak digunakan, kare-
na setelah dilakukan revisi produk dari
pihak ahli akademisi dan praktisi lang-
sung dilakukan penyempurnaan produk
akhir atau dicetak berupa buku sistem
mutu berwujud SOP di bidang (unit ker-
ja) Agribisnis, Akuntansi dan Keuangan.
Prosedur Penelitian Pengembangan
Penelitian pengembangan dilakukan
dalam lima tahapan prosedur, yaitu:
1. Identifikasi Masalah dan Kebutuhan.
merupakan tahap awal dari pengem-
bangan sistem mutu bidang Akuntansi
dan Keuangan melalui observasi dan
wawancara. Dari hasil observasi dan
wawancara dengan pemilik, diperoleh
informasi bahwa agribisnis peterna-
kan plasma belum memiliki sistem
mutu terkait pencatatan laporan ke-
uangan dan pengelolaan keuangan un-
tuk usaha bisnis ternak. Sistem yang
ada adalah tidak tertulis sehingga pe-
ternak mengalami kesulitan dalam hal
pembukuan keuangan sehingga pen-
capaian laba tidak maksimal dari hasil
ternak daging ayam. Oleh karenanya
dilakukan revisi produk terhadap pro-
sedur yang telah ada sebelumnya di
peternakan Blitar. Untuk tujuan di
tahap ini dilakukan tehnik Focus
Group Discussion yang melibatkan
Tim peneliti, Dosen bidang Keuangan
dan Pemilik Peternakan.
2. Pengumpulan Data. Data yang di-
kumpulkan merupakan bahan dalam
pengembangan produk sistem mutu
yang berwujud SOP. Tujuannya agar
peneliti dapat menentukan beberapa
aspek dalam SOP yang kemudian
dikembangkan menjadi produk akhir
yang dapat mengatasi permasalahan
dalam prosedur usaha antara peternak
plasma dengan perusahaan inti (sup-
plier sarana produksi ternak) agar
sama-sama saling menguntungkan
dalam kontrak kemitraan agribisnis
peternakan. Data dikumpulkan de-
ngan cara:
a. Wawancara untuk mendapatkan
gambaran umum permasalahan
yang ada dalam peternakan “Cak
Wanto” sebagai peternak plasma
di Blitar;
b. Pengamatan yang dilakukan de-
ngan melihat aktivitas di lapangan
terkait efektivitas operasional dan
pembukuan peternakan melalui
proses pemeliharaan bibit ayam
hingga siap panen
c. Dokumentasi untuk mengumpul-
kan data yang diambil dari doku-
men fisik terkait operasional dan
pembukuan peternakan; dan
d. Kuesioner (angket) yang dilaku-
kan untuk menguji tingkat validi-
tas (uji coba) dari sistem mutu
yang berwujud SOP.
3. Perencanaan dan Penyusunan SOP.
Bertujuan untuk mendesain dan me-
ngembangkan SOP sebagai hasil akhir
penelitian;
4. Uji Produk/Validasi Ahli. Kegiatan
ini bertujuan untuk mengetahui apa-
kah SOP yang telah dibuat layak pa-
kai. Validator terdiri dari satu akade-
168 Prosiding SNA MK, 28 September 2016, hlm.161-174
misi (Dosen Ekonomi STIE Indocak-
ti) dan satu praktisi lapangan dari pe-
ternakan. Dosen validator merupakan
dosen jurusan ekonomi yang memiliki
keahlian dan pengalaman dalam pe-
nulisan SOP, khususnya bidang ke-
uangan. Praktisi yang menjadi vali-
dator adalah salah satu dari beberapa
peternak ayam di wilayah Blitar yang
juga satu-satunya pemilik peternakan
ayam potong “Cak Wanto” yang
memakai pola kemitraan, yaitu kerja-
sama peternak plasma sebagai peme-
liharaan bibit ayam hingga panen de-
ngan perusahaan inti sebagai supplier
sarana produksi ternak. Dipilihnya
praktisi ini, selain sebagai peternak
telur ayam di Blitar yang menjalan-
kan agribinsis peternakan juga me-
ngetahui informasi alur transaksi jual
beli pola kemitraan peternak plasma
pada umumnya. Berikut adalah iden-
titas dari validator untuk penelitian
ini:
Tabel 1.
Identitas Validator Ahli
No Nama Validator
1. Mohammad Rofiudin, SE.,M.Si
(Dosen STIE Indocakti
Malang)
2. Siswanto
(Peternak Plasma di Blitar)
5. Penyempurnaan Produk Akhir. Ke-
giatan ini merupakan hasil yang dipe-
roleh dari uji lapangan dengan mem-
bandingkan pengelolaan keuangan
dan sistem akuntansi antara sesudah
dengan sebelum adanya pedoman
(SOP) dengan teknik before-after
(Purwiyanto, 2014) dengan pola O1
>< O2. O1 adalah skor angket tingkat
pengelolaan keuangan dan sistem
akuntansi sebelum adanya pedoman
(SOP). O2 adalah skor angket tingkat
pengelolaan keuangan dan sistem
akuntansi setelah adanya pedoman
(SOP). Efektivitas model sistem ma-
najemen keuangan dan sistem akun-
tansi diukur dengan membandingkan
skor O1 dengan O2. Jika skor O2 lebih
besar daripada O1, maka model SOP
dikatakan efektif. Produk ini adalah
akhir dari revisi yang sesuai dengan
saran dari validator, sehingga produk
telah memiliki relevansi dan kesesuai-
an antara isi SOP yang diciptakan
dengan SOP yang dikembangkan se-
hingga dapat bermanfaat bagi agribis-
nis peternakan.
Validasi Produk (Uji Coba Produk)
Validasi produk merupakan kegiatan
untuk menilai dan menguji apakah ranca-
ngan produk, dalam hal ini sistem kerja
baru secara rasional akan lebih efektif
dari yang lama atau tidak (Sugiono, 2009
:302). Uji coba produk ini dilakukan
untuk mengetahui apakah produk yang
telah dirancang dalam penelitian ini yaitu
produk SOP layak digunakan atau tidak.
Uji coba produk ini juga dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana produk ini dapat
mencapai tujuan bagi objek yang diteliti.
Validasi atau Uji coba produk dalam
penelitian ini meliputi tahap-tahap seba-
gai berikut:
1. Desain Validasi. Tahap uji coba pro-
duk pengembangan ini merupakan
tahap dilaksanakannya evaluasi for-
matif yang terdiri atas uji validasi ah-
li. Tujuan dilakukannya tahap ini ada-
lah untuk mengetahui tingkat kegu-
naan, kemudahan penggunaan, dan
kelengkapan produk yang sedang di-
kembangkan sebelum produk diguna-
kan. Hasil akhir dari kegiatan ini be-
rupa desain produk lengkap dengan
spesifikasinya yang kemudian siap
untuk diuji coba. Desain produk yang
disusun berupa sistem mutu dalam
bentuk SOP.
2. Subjek Validasi. Subjek uji coba yang
terkait dengan pengembangan produk
sistem mutu bidang akuntansi dan
Nurbatin, Hermawan, Sebuah Model Penelitian....169
keuangan agribisnis peternakan terdiri
dari Pihak Akademisi dan Praktisi.
3. Jenis Data yang diperoleh merupakan
data primer dan data sekunder. Data
Primer merupakan teknik pengambi-
lan data dengan survei yang dilaku-
kan melalui wawancara kepada peter-
nak plasma beserta pihak terkait
usaha peternakan di Blitar. Selain itu
juga dilakukan observasi lapangan
untuk mengumpulkan data pendu-
kung bagi penelitian ini. Sedangkan
data sekunder diambil dari survei
yang dilakukan untuk melengkapi da-
ta primer berupa kajian literatur yang
berkaitan. Pengumpulan data sekun-
der juga diambil berupa data informa-
si alur transaksi jual beli sebelum dan
sesudah masa panen ayam.
4. Instrumen Pengumpulan Data yang
akan digunakan dalam penelitian dan
pengembangan untuk menghasilkan
produk sebagaimana tujuan dilakukan
penelitian ini, yaitu :
a. Focus Group Discussion dengan
Tim peneliti, Dosen bidang Ke-
uangan dan Pemilik/peternak plas-
ma untuk mengidentifikasi masa-
lah dan kebutuhan terkait dengan
alur transaksi hingga pelaporan
keuangan yang terstandar sistem
mutu akuntansi dan keuangan pa-
da agribisnis peternakan ayam po-
tong Cak Wanto di Blitar sebagai
upaya meningkatkan laba hasil
ternak. Berdasarkan hal tersebut
dapat digunakan sebagai acuan
dalam menyusun SOP.
b. Lembar observasi sebagai rubrik
penilaian yang digunakan peneliti
untuk pengamatan dan pencatatan
secara langsung serta sistematik
terhadap sistem dan prosedur agri-
bisnis pola kemitraan peternakan
ayam potong di Blitar.
c. Wawancara dengan peternak plas-
ma yang sekaligus sebagai pemi-
lik agribisnis peternakan. Untuk
melakukan wawancara, peneliti
menggunakan langkah-langkah
antara lain: menentukan topik,
menentukan narasumber lain, dan
menyusun kerangka wawancara
(topik dan susunan pertanyaan).
d. Kuesioner untuk mendapatkan va-
lidasi. Ini merupakan teknik pe-
ngumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan/pernyataan tertulis.
Pernyataan tertulis digunakan un-
tuk memperoleh informasi dari 2
orang nara sumber yaitu seorang
ahli di bidang akademisi ekonomi
dan seorang ahli praktisi lapangan
yaitu peternak plasma sebagai pe-
milik agribisnis peternakan. Lem-
bar validasi akan dianalisis untuk
menentukan kelayakan sistem se-
kaligus sebagai panduan dalam re-
visi produk. Lembar validasi digu-
nakan untuk mengumpulkan data
sebagai aspek penilaian terkait
manfaat SOP, kemudahan peng-
gunaan SOP, kelengkapan SOP,
dan keterbacaan SOP. Adapun
lembar validasi ahli terdiri dari 2
lembar validasi penilaian atau
tanggapan masing-masing untuk
pihak akademisi dan pihak prak-
tisi. Instrumen validasi ahli yang
digunakan adalah perpaduan ang-
ket tertutup dan terbuka. Angket
tertutup adalah angket yang sudah
disediakan jawabannya sehingga
responden tinggal memilih. Ben-
tuk angket penilaian mengguna-
kan format rating scale terhadap
produk yang dikembangkan. Isi
angket tersebut berupa pernyataan
judul-judul SOP yang terkait
dengan pengelolaan keuangan dan
operasional pelayanan. Rating
scale menggunakan skala Likert
dengan 5 kategori skor. Tiap skor
memiliki bobot yaitu skor 1=
Sangat Rendah; skor 2= Rendah;
170 Prosiding SNA MK, 28 September 2016, hlm.161-174
skor 3= Cukup; skor 4= Tinggi;
dan skor 5= Sangat Tinggi. Ang-
ket tertutup digunakan untuk me-
mudahkan pengisian jawaban
yang praktis dan cepat bagi res-
ponden dan memudahkan bagi pe-
neliti untuk menganalisis data
kuantitaif. Angket terbuka diguna-
kan untuk memberikan data kuali-
tatif berupa revisi, saran, dan ko-
mentar dari responden terkait sis-
tem mutu bidang akuntansi dan
keuangan.
5. Tehnik Analisis Data. Mengukur res-
pon pengguna dan tim ahli terkait de-
ngan kelayakan desain produk. Pe-
ngujian dilakukan dengan teknik pro-
sentase mengikuti model Purwiyanto
(2014) dan Sudarwati (2012) dengan
formula:
Hasil perhitungan dikonversi
pada tabel kategori interval untuk
menunjukkan posisi hasil pada garis
respon (Purwiyanto, 2014) berikut:
Berdasarkan hasil prosentase
membandingkan pengelolaan ke-
uangan dan sistem akuntansi antara
sesudah dengan sebelum adanya pe-
doman (SOP) dengan teknik before-
after dengan pola O1 >< O2. O1 ada-
lah skor angket tingkat pengelolaan
keuangan dan sistem akuntansi sebe-
lum adanya pedoman (SOP). O2 ada-
lah skor angket tingkat pengelolaan
keuangan dan sistem akuntansi sete-
lah adanya pedoman (SOP) . Efek-
tivitas model sistem manajemen ke-
uangan dan sistem akuntansi diukur
dengan membandingkan skor O1 de-
ngan O2. Jika skor O2 lebih besar
daripada O1, maka model dikatakan
efektif.
Hasil dan Pembahasan
Paparan Data Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah usaha
ternak ayam potong “Cak Wanto” yang
dijalankan oleh Siswanto sebagai pemilik
semenjak tahun 2000. Usaha peternakan
ayam potong yang dirintis Siswanto me-
rupakan ayam ras pedaging (ayam broi-
ler). Awal mula dari hobi berternak yaitu
membeli bibit ayam broiler sebanyak 20
ekor di toko peternakan. Seiring waktu
hingga meningkatnya permintaan pasar,
di tahun 2004 peternak Siswanto harus
membangun kandang rumah ayam broiler
yang lebih luas untuk memelihara ayam
ternak hingga 3000 ekor. Rumah kandang
ayam broiler ini berukuran panjang 65
meter, lebar 9,5 meter sehingga total
luasnya adalah 2 x (65+9,5)=149 meter
yang terletak di Desa Pohgajih Keca-
matan Selorejo Kabupaten Blitar. Rumah
kandang di lahan tanah yang cukup luas
tersebut berdekatan dengan rumah pribadi
peternak Siswanto. Oleh karenanya, se-
tiap hari peternak Siswanto dapat me-
ngontrol pertumbuhan ayam broiler,
memberi makanan 3x dalam sehari, me-
nyediakan air minum, menyediakan vita-
min untuk menjaga kekebalan tubuh
ayam broiler dari virus penyakit dan me-
ngupayakan kebersihan kandang ayam
setiap hari.
Peternak ayam selain memelihara
mulai dari bibit ayam hingga siap panen
ayam pedaging, dilakukan seorang diri
meski kadang dibantu para tetangga yang
diupah sebagai karyawan harian bila pa-
nen ternak lebih dari target. Mulai dari
pembelian bibit ayam, penyediaan sarana
produksi ternak dan operasional peme-
liharaan tumbuh kembang bibit ternak
ayam hingga siap panen (dijual) ke
supplier dilakukan sendiri oleh peternak
Siswanto tanpa prosedur yang tersiste-
matis dengan pencatatan alur transaksi
179
Nurbatin, Hermawan, Sebuah Model Penelitian....171
yang sangat manual sehingga tidak jarang
kesulitan menghitung pencapaian target
keuntungan penjualan panen. Visi dan
misi usaha ternak ayam potong “Cak
Wanto” ini yaitu menjadi usaha agribisnis
ternak ayam potong yang berkualitas dan
halal serta mampu menciptakan peluang
usaha ternak baru yang menguntungkan
seperti pengembangan agribisnis ayam
petelur kampung yang saat ini dirintis
bersamaan dengan ayam potong pedaging
broiler. Sebagai upaya pencapaian target
laba dengan meminimumkan beban ope-
rasional pemeliharaan ternak, usaha ter-
nak “Cak Wanto” ini menggunakan pola
kerjasama kemitraan yaitu peternak plas-
ma dengan perusahaan inti. Peternak
plasma dalam hal ini adalah Siswanto
yang bertugas memelihara ternak bibit
ayam hingga siap panen, sedangkan PT.
Sinar Sarana Sentosa sebagai supplier pa-
nen ternak yang berperan selain sebagai
penyedia Sarana Produksi Ternak (Sapro-
nak) kepada peternak Siswanto, juga
menjual hasil panen ternak ke pedagang-
pedagang besar di kota misal ke beberapa
franchise bisnis restauran.
Analisis Data
Berdasarkan hasil wawancara dan
observasi peneliti dengan pemilik / peter-
nak, diperoleh informasi bahwa tidak
adanya keakuratan informasi akuntansi
yang terstandar umum yang seharusnya
dijalankan untuk kemajuan agribisnis pe-
ternakan di Blitar. Hal tersebut ditemukan
beberapa hal yaitu:
1. Tidak ada pedoman standar tertulis
terkait pengelolaan usaha agribisnis
ternak saat memulai pemeliharaan dan
tumbuh kembang bibit ayam ternak
(Day Old Chicken) hingga saat panen
ternak sebagai ayam pedaging yang
memiliki standar kualitas jual di pasar;
2. Tidak ada sistem akutansi sebagai in-
formasi pembukuan melalui alur tran-
saksi kas masuk dan kas keluar saat
jual beli. Misalnnya seperti pencatatan
beban operasional yang dikeluar-kan
ke penyedia sarana produksi ter-nak
(kandang dan kebutuhan pakan obat
ternak) saat pemeliharaan serta
pencatatan pendapatan per hasil panen
yang diperoleh saat penjualan.
Berdasarkan hasil penelitian dan pe-
ngembangan model sistem mutu akun-
tansi pada agribisnis peternakan ayam
“Cak Wanto” di Blitar dengan pola
kemitraan yang diperoleh melalui proses
observasi langsung di lapangan dan
wawancara, maka dihasilkan suatu Sis-
tem Mutu berbentuk Standar Operasional
Prosedur (SOP). Terdapat 3 produk SOP
yang dihasilkan dalam penelitian ini,
yaitu SOP di bidang (unit kerja) Agri-
bisnis, Akuntansi dan Keuangan dengan
masing-masing bentuk format, desain
data flow dan format grafik. Berikut ini
adalah hasil Validasi pada tiga Sistem
Mutu berupa Standar Operating Proce-
dure (SOP) yaitu SOP Perjanjian Jual-
Beli Model Kemitraan antara Perusahaan
Inti dan Plasma Peternak, SOP Sistem
Informasi Akuntansi bidang Akuntansi
dan SOP Bagi Hasil Model Kemitraan
Agribisnis Peternakan Ayam Potong
(Broiler) bidang Keuangan.
Tabel 2
Hasil Analisis SOP Perjanjian Jual-Beli
Model Kemitraan antara Perusahaan Inti
dan Plasma Peternak Aspek Yang
Dinilai Skor Sebelum
ada SOP Skor Setelah
ada SOP
1 Mudah
dimengerti
2 5
2 Mudah
Dilaksanakan
2 4
3 Kelengkapan 1 5
4 Mudah
diubah sesuai
kebutuhan
2 4
Total 7 18
Prosentase (7/20)*100%
=46%
(18/20)*100%=
90%
Hasil Cukup Efektif Sangat Efektif
Sumber : Data Validasi Ahli Praktisi (2016)
Berdasarkan Tabel 2 hitungan nilai
prosentase dari setelah ada uji coba
172 Prosiding SNA MK, 28 September 2016, hlm.161-174
pemakaian Standar Operational Prosedur
(SOP) Perjanjian Jual-Beli Kemitraan
antara Perusahaan Inti dan Plasma
Peternak memiliki prosentase sebesar
90% atau dengan kata lain mendekati
sempurna (100%), yang artinya sesuai
dengan kategori interval bahwa penera-
pan SOP Perjanjian Jual-Beli Kemitraan
antara Perusahaan Inti dan Plasma
Peternak dapat dinyatakan sangat efektif
dalam hal pelaksanaan di Usaha ternak
Ayam Potong “Cak Wanto”. Hal ini
sangat berbeda dengan sebelum ada SOP
Perjanjian Jual-Beli Kemitraan antara
Perusahaan Inti dan Plasma Peternak
yang memiliki prosentase hanya 46% .
Sesuai dengan kategori interval, l hal ini
bisa diartikan bahwa sebelum ada SOP,
Perjanjian Jual-Beli Kemitraan antara Pe-
rusahaan Inti dan Plasma Peternak cukup
efektif untuk dilaksanakan. Secara umum
kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil
diatas adalah model Perjanjian Jual-Beli
Kemitraan antara Perusahaan Inti dan
Plasma Peternak dapat dikatakan efektif
untuk dilaksanakan. Hal ini dapat dilihat
dari skor sebelum adanya SOP dan
setelah adanya SOP yang menunjukkan
hasil bahwa prosentase setelah adanya
SOP lebih tinggi dibandingkan sebelum
ada SOP.
Tabel 3
Hasil Analisis SOP Sistem Informasi
Akuntansi Aspek Yang
Dinilai Skor Sebelum
ada SOP Skor Setelah
ada SOP
1 Mudah dimengerti 1 5
2 Mudah
Dilaksanakan
1 5
3 Kelengkapan 2 5
4 Mudah diubah
sesuai kebutuhan
2 4
Total 6 19
Prosentase (6/20)*100%
=30%
(19/20)*100%=
95%
Hasil Cukup Efektif Sangat Efektif
Sumber : Data Validasi Ahli Praktisi (2016)
Berdasarkan Tabel 3 hitungan nilai
prosentase dari setelah ada uji coba pe-
makaian SOP Sistem Informasi Akuntan-
si memiliki prosentase sebesar 95% atau
dengan kata lain mendekati sempurna
(100%), yang artinya sesuai dengan kate-
gori interval bahwa penerapan SOP Sis-
tem Informasi Akuntansi dapat dinyata-
kan sangat efektif dalam hal pelaksanaan
di Usaha ternak Ayam Potong “Cak
Wanto”. Hal ini sangat berbeda dengan
sebelum ada SOP Sistem Informasi
Akuntansi yang memiliki prosentase
hanya 30% . Sesuai dengan kategori
interval, hal ini bisa diartikan bahwa
sebelum ada SOP, Sistem Informasi
Akuntansi cukup efektif untuk dilaksana-
kan. Secara umum kesimpulan yang da-
pat ditarik dari hasil diatas adalah model
Sistem Informasi Akuntansi dapat dikata-
kan efektif untuk dilaksanakan. Hal ini
dapat dilihat dari skor sebelum adanya
SOP dan setelah adanya SOP yang me-
nunjukkan hasil bahwa prosentase setelah
adanya SOP lebih tinggi dibandingkan
sebelum ada SOP.
Tabel 4
Hasil Analisis SOP Bagi Hasil Model
Kemitraan Agribisnis Peternakan Ayam
Potong Aspek Yang
Dinilai Skor Sebelum
ada SOP Skor Setelah
ada SOP
1 Mudah
dimengerti
2 4
2 Mudah
Dilaksanakan
2 4
3 Kelengkapan 2 4
4 Mudah diubah sesuai
kebutuhan
2 5
Total 8 17
Prosentase (8/20)*100%=40%
(17/20)*100%=85%
Hasil Cukup Efektif Sangat Efektif
Sumber : Data Validasi Ahli Praktisi (2016)
Berdasarkan Tabel 4 hitungan nilai
prosentase dari setelah ada uji coba pe-
makaian SOP Model Kemitraan Agribis-
nis Peternakan Ayam Potong (Broiler)
memiliki prosentase sebesar 85% atau
dengan kata lain mendekati sempurna
(100%), yang artinya sesuai dengan kate-
gori interval bahwa penerapan SOP Mo-
del Kemitraan Agribisnis Peternakan
181
Nurbatin, Hermawan, Sebuah Model Penelitian....173
Ayam Potong (Broiler) dapat dinyatakan
sangat efektif dalam hal pelaksanaan di
Usaha ternak Ayam Potong “Cak Wan-
to”. Hal ini sangat berbeda dengan sebe-
lum ada SOP Sistem Informasi Akuntansi
yang memiliki prosentase hanya 40% .
Sesuai dengan kategori interval, hal ini
bisa diartikan bahwa sebelum ada SOP,
Model Kemitraan Agribisnis Peternakan
Ayam Potong (Broiler) cukup efektif un-
tuk dilaksanakan. Secara umum kesimpu-
lan yang dapat ditarik dari hasil diatas
adalah Model Kemitraan Agribisnis Pe-
ternakan Ayam Potong (Broiler) dapat
dikatakan efektif untuk dilaksanakan. Hal
ini dapat dilihat dari skor sebelum adanya
SOP dan setelah adanya SOP yang me-
nunjukkan hasil bahwa prosentase setelah
adanya SOP lebih tinggi dibandingkan
sebelum ada SOP.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di atas
diperoleh hasil bahwa :
a. Model sistem mutu bidang Agribis-
nis yang telah disusun oleh peneliti
yakni SOP Perjanjian Jual-Beli Mo-
del Kemitraan antara Plasma Peter-
nak dan Perusahaan Inti, menunjuk-
kan hasil bahwa setelah adanya pene-
rapan dari SOP tersebut perjanjian
jual beli kemitraan dapat berjalan
dengan sangat efektif untuk dimple-
mentasikan dengan bukti bahwa hasil
prosentase menunjukkan hasil di atas
90% atau mendekati sempurna
(100%), jika dibandingkan dengan
sebelum adanya SOP yang hanya
menunjukkan hasil cukup efektif
(46%)
b. Model sistem mutu bidang Akuntansi
yang telah disusun oleh peneliti
yakni SOP Sistem Informasi
Akuntansi, menunjukkan hasil bahwa
setelah adanya penerapan dari SOP
tersebut, sistem informasi akuntansi
dapat berjalan dengan sangat efektif
untuk diimplementasikan dengan
bukti bahwa hasil prosentase menun-
jukkan hasil di atas 95% atau men-
dekati sempurna (100%), jika diban-
dingkan dengan sebelum adanya SOP
yang hanya menunjukkan hasil cukup
efektif (30%)
c. Model sistem mutu bidang Keuangan
yang telah disusun oleh peneliti
yakni SOP Bagi Hasil Model Kemi-
traan Agribisnis Peternakan Ayam
Potong (Broiler), menunjukkan hasil
bahwa setelah adanya penerapan dari
SOP tersebut, model kemitraan agri-
bisnis peternakan ayam potong dapat
berjalan dengan sangat efektif untuk
diimplementasikan dengan bukti
bahwa hasil prosentase menunjukkan
hasil di atas 85% atau mendekati
sempurna (100%), jika dibandingkan
dengan sebelum adanya SOP yang
hanya menunjukkan hasil cukup
efektif (40%)
Saran
Adapun saran-saran yang perlu pene-
liti sampaikan adalah sebagai berikut :
a. Dengan adanya penelitian yang
menghasilkan model pengembangan
sistem mutu berupa Standar Opera-
sional Prosedur (SOP) bidang Agri-
bisnis, Akuntansi dan Keuangan, ma-
ka usaha ayam potong “Cak Wanto”
dengan pola kemitraan dapat meng-
aplikasikan SOP yang telah dibuat
tersebut sesuai kebutuhan khususnya
bagi peternak plasma (Siswanto) dan
perusahaan inti (supplier), serta dapat
melakukan perbaikan secara terus
menerus terkait SOP yang telah di-
buat.
b. Bagi peneliti selanjutnya dapat me-
nambah atau mengembangkan SOP
seperti SOP Sistem Informasi Admi-
nistrasi (Pendapatan dan Biaya Tran-
saksi) dalam Pola Kemitraan Peter-
nakan Ayam Potong dan SOP peme-
liharaan dan produksi ternak ayam
potong Pola Kemitraan. Dengan pe-
174 Prosiding SNA MK, 28 September 2016, hlm.161-174
ngembangan SOP tersebut dapat sa-
ling melengkapi dan dijadikan acuan
bagi bisnis sejenis.
Daftar Rujukan
Budiarsana, IGM dan Hidayat, C. 2012.
Model Kemitraan dan Dukungan
Teknologi pada Agribisnis
Peternakan Ayam Lokal.
Workshop dan Jurnal Nasional
Unggas Lokal 2012. Balai
Penelitian Ternak Po Box 221,
Bogor 16002.
Jogiyanto, HM. 2009. Analisis &
Disain Sistem Informasi:
Pendekatan Terstruktur Teori dan
Praktek Aplikasi Bisnis. Penerbit
ANDI: Yogyakarta.
Mulyadi. 2016. Sistem Akuntansi.
Cetakan ke-4 Edisi Ketiga. Penerbit
Salemba Empat: Jakarta.
Mukhyidi, 2013. Analisa dan Desain
Website sebagai Media Informasi
dan Publikasi pada Pengurus
wilayah Nahdlatul Ulama Daerah
Istimewa Yogyakarta. Skripsi.
Sekolah Tinggi Manajemen
Informatika dan Komputer
Yogyakarta.
Nurbatin, Defia. 2016. Sebuah Model
Penelitian dan Pengembangan
Sistem untuk Pengelolaan
Keuangan dan Pelayanan Pada
Bisnis Internet. Jurnal Riset dan
Aplikasi Akuntansi dan Manajemen
(JRAAM) Polinema. Vol 1, No 3,
Maret 2016, ISSN 2443 – 3381
Prasetyo, Enggar. 2012. Analisis
Agribisnis Peternakan Ayam
Potong Lokal di Kabupaten Batang.
Tesis. Program Studi Magister
Agribisnis Universitas Diponegoro,
Semarang.
Purwiyanto. 2014. Pengembangan
Scorpion Model Bahan Pelatihan
Memantapkan Niat Berwirausaha.
Disertasi. Universitas Negeri
Malang
Rizqisenoaji, Aditya. 2014. GAP Analisis
Penerapan SAK ETAP Pada
Penyusunan Laporan Keuangan
UKM di Kabupaten Kudus. Skripsi.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Diponegoro, Semarang.
Rasyaf, M. 2003. Beternak Ayam
Pedaging. Penerbit Swadaya.
Jakarta.
Sudarwati, Ninik. 2012. Pengembangan
Modul Pelatihan Kewirausahaan
Pada Lembaga Kursus
Keterampilan Jasa, Disertasi.
Universitas Negeri Malang.
Sugiono. 2010. Metoda Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D.
Penerbit Alfabeta: Bandung
Shelly. 2007. Discovering Computers,
Menjelajah dunia komputer
Fundamental. Jakarta : Salemba
Infotek.
Simatupang, P., S. Nizwar, dan P. U.
Hadi. 2004. Arah dan Kebijakan
Pengembangan Agribisnis
Peternakan di Indonesia. Seminar
Nasional:Komunikasi Hasil-Hasil
Penelitian Ternak Dan Usaha
Pengembangan Peternakan Dalam
Sistem Usaha Tani Lahan Kering.
BPTP Nusa Tenggara Timur,
Waingapu 23-24 Agustus 2004.
Subkhie, Hasan dan Suryadi. 2012.
Analisis Kelayakan Usaha
Peternakan Ayam Pedaging dengan
Pola Kemitraan di Kecamatan
Ciampea Kabupaten Bogor.
Manajemen IKM, Februari 2012
(54-63); Vol 7, No 1; ISSN 2085-
8418.
Solehah, Halimatus. 2016. Analisis
Perhitungan Harga Pokok Produksi
Ayam Potong (Broiler) dengan
Metode Full Costing pada
Peternakan ABSHAR selaku Mitra
Usaha CV. Mutiara Sinar Abadi
Samarinda. e-Journal Ilmu
Administrasi Bisnis; 4(1): 1-14.
ISSN 2355-5408.