CASE REPORTRHINOSINUSITIS
Pembimbing : dr. Zirmacatra, Sp.THT
OlehNancy Hestiyani
110.2007.189
BAGIAN / SMF ILMU TELINGA, HIDUNG DAN TENGGOROKFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
RSUD SOREANGBANDUNG
2012
1
STATUS PASIEN
I. Keterangan Umum :
Nama : Tn. AS
Umur : 34 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Leuwimunding Rt 4/ Rw 2 Sadu Kabupaten. Bandung
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh
Agama : Islam
Tanggal Pemeriksaan : 28 Februari 2012
NRM : 387772
II. Anamnesa
Keluhan utama : Hidung terasa tersumbat
Riwayat penykit sekarang :
Sejak 3 minggu yang lalu, penderita mengeluh hidungnya terasa
tersumbat. Keluhan disertai cairan yang keluar dari hidung berwarna putih,
kadang berwarna hijau, kental dan berbau. Penderita juga merasa ada
dahak yang mengalir dari hidung ke mulut. Keluhan disertai demam tidak
terlalu tinggi, sakit kepala dan nyeri pada pipi kiri terutama saat
menunduk. Keluhan tidak disertai dengan gatal-gatal pada hidung dan
bersin-bersin.
Nyeri menelan, suara serak maupun batuk disangkal. Keluhan
keluarnya cairan dari telinga atau adanya gangguan pendengaran disangkal
oleh penderita.
Penderita mengakui bahwa gigi geraham bagian atas sebelah kiri ada
yang bolong dan tidak pernah diobati.
Penderita baru pertama kali sakit seperti ini. Penderita sudah
pernah berobat untuk keluhannya ini ke puskesmas. Dan diberikan obat
minum,tetapi pasien lupa nama obatnya.
2
Riwyat penyakit dahulu :
Riwayat alergi disangkal, riwayat gigi karies (+), riwayat maag (-)
Riwayat penyakit Keluarga : disangkal
III. Pemeriksaan Fisik :
Status generalis :
Keadaan umum : baik
Status Lokalis :
Telinga
Bagian KelainanAuris
Dextra Sinistra
Preaurikula Kongenital
Radang & tumor
Trauma
-
-
-
-
-
-
Aurikula Kongenital
Radang & tumor
Trauma
-
-
-
-
-
-
Retroaurikula Edema
Hiperemis
Nyeri tekan
Sikatriks
Fistula
Fluktuasi
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Canalis
Auricularis
Eksterna
Kongenital
Kulit
Sekret
Serumen
Edema
Jaringan granulasi
-
Tenang
-
-
-
-
-
Tenang
-
-
-
-
Membrana
Timpani
Warna
Intak
Putih keabuan
Intak
Putih keabuan
Intak
3
Refleks cahaya + +
Hidung
PemeriksaanNasal
Dextra Sinistra
Keadaan Luar Bentuk &
ukuran
Dalam batas normal Dalam batas normal
Rhinoskopi Mukosa
Sekret
Concha
Septum deviasi
Polip/ tumor
Pasase udara
Hiperemis
+, putih
Hipertrofi
-
-
+
Hiperemis
+, putih
Hipertrofi
-
-
+
Tenggorokan
Bagian Kelainan Keterangan
Mulut Mukosa mulut
Lidah
Palatum molle
Gigi geligi
Uvula
Tenang
Bersih, basah, gerakan normal ke segala arah
Tenang, simetris
Caries (-)
Simetris
Tonsil Mukosa
Besar
Tenang
T1-T1
Faring Mukosa
Granula
Post nasal drip
Tenang
Tidak ada
+
Maxillofacial : Simetris
Nyeri tekan maksila kiri (+)
Leher : KGB tidak teraba membesar
Massa (-)
4
IV. Resume
Seorang pria berusia 34 tahun datang ke poli THT RSUD Soreang dengan
keluhan hidung terasa tersumbat sejak 3 minggu yang lalu. Keluhan disertai cairan
yang keluar dari hidung berwarna bening kadang berwarna hijau, kental dan
berbau serta dahak yang mengalir dari hidung ke mulut. Keluhan disertai nyeri
pada pipi kiri dan demam. Penderita juga mengeluh sering pusing terutama ketika
menunduk.
Dari pemeriksaan fisik ditemukan status generalis dalam batas normal dan
pada status lokalis pada daerah cavum nasi ditemukan mukosa berwarna
hiperemis +/+; Pada daerah nasopharynx dan oropharynx ditemukan karies (+)
pada M2 kiri atas; concha hipertrofi +/+.
V. Diagnosis Banding :
Rhinosinusitis Maxillaris Akut Bilateral
Rhinosinusitis Maxillaris Akut Sinistra
VII. Usul Pemeriksaan :
Foto Waters
VI. Diagnosis Kerja :
Rhinosinusitis Maxillaris Akut Sinistra
VIII. Penatalaksanaan :
Umum :
- Jangan minum yang dingin
- Kompres air hangat, bila ada nyeri di wajah
- Jangan berolahraga seperti berenang dan menyelam
- Bila ada nyeri telinga, nyeri menelan atau sakit kepala hebat segera periksa ke
dokter
Khusus :
5
- Clindamycin 3 x 1
- Metil prednisolone 1 x 1
- Pseudoefedrin HCL 3 x 1
- Ambroxol 3 x 1
IX. Prognosa
Qua ad vitam : ad bonam
Qua ad functionam : ad bonam
6
TINJAUAN PUSTAKA
Epidemiologi
Sinusitis merupakan salah satu penyakit yang sering mendorong masyarakat
mengunjungi fasilitas kesehatan baik di Amerika maupun negara lainnya.
Insidensi sinusitis di Amerika dilaporkan sekitar 135 per 1000 populasi per tahun.
Sinusitis mempengaruhi kualitas hidup seseorang secara signifikan dan menjadi
salah satu alasan utama penggunaan antibiotik serta produktivitas kerja yang
menurun. Insidensinya di Indonesia belum diketahui secara pasti.
Anatomi Sinus Paranasal
Sinus paranasal terdapat empat pasang sinus paranasal mulai dari yang
terbesar yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus ethmoid dan sinus sfenoid kanan
dan kiri. Sinus paranasal merupakan hasil pneumatisasi tulang-tulang kepala
sehingga terbentuk rongga di dalam tulang. Secara embriologik sinus paranasal
berasal dari invaginasi mukosa rongga hidung dan perkembangannya dimulai
pada fetus usia 3-4 bulan kecuali sinus sfenoid dan frontal. Sinus frontal
berkembang dari sinus ethmoid anterior pada anak yang berusia sekitar 8 tahun.
Sinus sfenoid mulai mengalami pneumatisasi antara usia 8-10 tahun dan berasal
dari rongga hidung bagian posterosuperior. Semua sinus mempunyai muara ke
dalam rongga hidung. Sinus maksila, ethmoid anterior dan frontal bermuara ke
meatus media dan sinus ethmoid posterior bermuara ke maetus superior. Sinus
sfenoid bermuara ke ressesus sfenoethmidalis.
Sinus maksila merupakan sinus paranasal terbesar. Sinus ini memiliki volume
sekitar 6-8 ml saat lahir dan berkembang maksimal saat dewasa hingga mencapai
15 ml. Sinus ini berbentuk segitiga dan dibatasi di bagian anterior oleh permukaan
fasial os maksila (fosa canina), bagian posterior permukaan infratemporal maksila,
dinding medialnya dinding lateral rongga hidung, dinding superiornya dasar orbita
dan bagian inferiornya adalah prosessus alveolaris serta palatum. Ostium sinus
maksila berada di sebelah superior dinding medial sinus dan bermuara ke hiatus
semilunaris melalui infundibulum ethmoid. Secara klinis yang perlu diperhatikan
dari sinus maksila adalah : 1) dasar sinus maksila sangat berdekatan dengan akar
7
gigi rahang atas yaitu premolar (P1, P2) molar (M1, M2) kadang-kadang gigi
taring (C) atau gigi molar M3. Bahkan akar gigi-gigi tersebut dapat menonjol ke
rongga sinus sehingga infeksi gigi dapat menyebabkan sinusitis 2) sinusitis
maksila dapat menimbulkan komplikasi ke orbita 3) ostium sinus maksila terletak
lebih tinggi dari dasar sinus sehingga drainase kurang baik. Infundibulum
merupakan bagian dari sinus ethmoid anterior bila terjadi peradangan atau alergi
pada daerah ini dapat menghalangi drainase sinus maksila dan menyebabkan
sinusitis.
Gambar 1. Paranasal Sinuses
Diambil dari : otolaryngology huston
8
Gambar 2. Anatomi sinus
Sumber : otolaryngology huston
Fisiologi Sinus Paranasal
Fungsi sinus paranasal adalah :
Sebagai pengatur kondisi udara (air conditoning)
Sebagai penahan suhu (Thermal Insulators)
Sinus paranasal berfungsi sebagai penahan (buffer) panas, melindungi orbita
dan fosa serebri dari suhu rongga hidung yang berubah-ubah
Membantu keseimbangan kepala
Membantu resonansi suara
Sebagai peredam perubahan tekana udara
Membantu produksi mukus
Mukus yang dihasilkan oleh sinus paranasal memang jumlahnya kecil
dibandingkan dengan mukus dari rongga hidung, namun efektif untuk
membersihkan partikel yang turut masuk dengan udara inspirasi karena
mukus ini kelaur melalui meatus media.
9
DEFINISI RHINOSINUSITIS
Rinitis adalah peradangan pada membaran mukosa hidung. Sedangkan
sinusitis adalah peradangan yang melibatkan satu atau lebih sinus paranasal.
Biasanya diiringi infeksi virus pada saluran nafas atas atau reaksi alergi. Bila
mengenai beberapa sinus disebut multisinusitis, sedangkan bila mengenai semua
sinus paranasal disebut pansinusitis. Jadi rinosinusitis adalah peradangan
membran mukosa hidung dan sinus paranasal.
ETIOLOGI
Beberapa faktor etiologi dan predisposisi antara lain ISPA akibat virus,
bermacam rinitis terutama rinitis alergi, rinitis hormonal pada wanita hamil, polip
hidung, kelainan anatomi seperti deviasi septum atau hipertrofi konka, sumbatan
kompleks ostio-meatal (KOM), infeksi tonsil, infeksi gigi, kelainan imunologik,
diskinesia silia seperti pada sindroma Kartagener .
Pada anak, hipertrofi adenoid merupakan faktor penting penyebab sinusitis
sehingga perlu dilakukan adenoidektomi untuk menghilangkan sumbatan dan
menyembuhkan rinosinusitisnya .
Faktor lain yang juga berpengaruh adalah lingkungan berpolusi, udara
dingin dan kering serta kebiasaan merokok. Keadaan ini lama-lama menyebabkan
perubahan mukosa dan merusak silia .
PATOFISIOLOGI
Terdapat 3 faktor utama yang mempengaruhi patofisiologi dari penyakit
sinus, yaitu keutuhan dari ostia, fungsi silia dan kualitas dari sekresi nasal.
Berkurangnya ukuran ostia akan menyebabkan berkurangnya kadar oksigen pada
sinus. Hal ini akan memudahkan terjadinya infeksi pada sinus. Keadaan hipoksia
ini juga dapat mengganggu sistem imunitas akibat terganggunya fungsi sel PMN
dan produksi imunoglobulin serta pembersihan mukosilier. Hal yang
mempengaruhi keutuha dari ostia antara lain nasal polyposis, deviasi septal,
edema mukosa, alergi serta concha bullosa.
Rongga sinus tergantung pada sistem tranport mukosilier untuk
menciptakan lingkungan yang bebas bakteri. Sinus dilapisi oleh epitel kolumner
10
bertingkat semu. Epitel ini akan membersihkan dari mukus, bakteria serta zat-zat
asing dari area itu. Fungsi silia dapat terganggu pada keadaan hipoksia ( yang
terjadi pada obstruksi ostium). Sel bersilia dapat hilang atau rusak akibat polutan
pernafasan, trauma pembedahan dan penyakit sinus kronik.
Perubahan dari komposisi mukus dapat terjadi pada pasien dehidrasi atau
cyctic fibrosis. Produksi mukus dari sel goblet dapat meningkat akibat dari iritan
pernafasan, polutan, alergen serta udara dingin. Serta peningkatan viskositas dari
mukus. Hal ini dapat mengurangi efektivitas pembersihan silia dan menjadikan
media yang baik untuk pertumbuhan bakteri.
Patofisiologi sinusitis juga dapat terdiri dari 4 tahap yaitu :
1. infeksi virus
2. obstruksi ostium
3. infeksi bakteri
4. irreversibel/kronik
DIAGNOSIS
Sinusitis sering didahului dengan adanya rinitis. Gejala yang sering
timbul pada keduanya dapat berupa sumbatan hidung dan kehilangan daya
penciuman.
Rinosinusitis adalah suatu proses inflamasi yang melibatkan satu atau
lebih sinus paranasalis yang biasanya terjadi setelah infeksi saluran nafas atas
yang disebabkan oleh virus atau reaksi alergi. Pasien dengan rinosinusitis akan
memberikan gejala yang bervariasi. Gejala-gejala yang berhubungan dengan
rinosinusitis diklasifikasikan menjadi gejala yang termasuk ke dalam kriteria
mayor dan kriteria minor. Hal ini diharapkan dapat mempermudah para klinisi
dalam mendiagnosa pasien. Yang termasuk ke dalam kriteria mayor diantaranya
adalah terdapatnya sekret yang purulen, nyeri kepala, facial pain atau facial
pressure, hidung tersumbat, berkurang penciuman, dan demam untuk
rinosinusitis akut. Sedangkan yang termasuk ke dalam kriteria minor antara lain
halitosis (bau mulut), demam, kelemahan tubuh, sakit kepala, sakit gigi, rasa
penuh di telinga (clicking noises), nyeri telinga, batuk, dan gelisah (pada anak-
anak)
11
Sakit kepala merupakan salah satu gejala yang sering dikeluhkan oleh
penderita. Keterlibatan sinus cenderung melibatkan nyeri pada lokasi berikut :
Maksilaris : wajah depan ( pipi ) dengan penyebaran ke gigi, orbita
dan regio malar
Etmoidalis : interokular dengan penyebaran ke lokasi sinus
frontalis
Frontalis : dahi, interokular dan daerah temporal
Sfenoidalis : retro-orbita, menyebar ke arah verteks dan kadang ke
daerah mastoid
Klasifikasi rhinosinusitis pada dewasa
Klasifikasi Durasi
History,
examination Special notes
Akut Up to four weeks The presence of two
or more Major signs
and symptoms; one
Major and two or
more Minor signs or
symptoms; or nasal
purulence on
examination*
Fever or facial pain/pressure
does not constitute a
suggestive history in the
absence of other nasal signs
and symptoms. Consider
acute bacterial rhinosinusitis
if symptoms worsen after five
days, if symptoms persist for
10 days or with symptoms
out of proportion to those
typically associated with viral
infection.
Subacute Four to <12
weeks
Same Complete resolution after
effective medical therapy.
Recurrent
acute
Four or more
episodes per year
with each episode
Same --
12
of at least seven
days' duration;
absence of
intervening signs
and symptoms
Chronic 12 weeks or more Same Facial pain/pressure does not
constitute a suggestive
history in the absence of
other nasal signs and
symptoms.
*--See Table 2 for listing of Major and Minor signs and symptoms.
Adapted with permission from Lanza D, Kennedy DW. Adult rhinosinusitis defined.
Otolaryngol Head Neck Surg 1997;117(3 pt 2):S1-7.
Table 1. Classification of Adult Rhinosinusitis
Diambil dari Adult Rhinosinusitis Diagnosis and Management - January 1, 2001 -
American Family Physician
PEMERIKSAAN
Penegakkan diagnosa rinosinusitis dapat dibantu dengan pemeriksaan
penunjang. Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan diantaranya antara lain
adalah :
Inspeksi
Yang diperhatikan adalah adanya pembengkakan pada muka.
Pembengkakan di pipi sampai kelopak mata bawah yang berwarna kemerah-
merahan mungkin menunjukkan sinusitis maksila akut. Pembengkakan di
kelopak mata atas mungkin menunjukkan sinusitis frontal akut. Sinusitis
ethmoid akut jarang menyebabkan pembengkakan ke luar, kecuali bila telah
terbentuk abses.
Palpasi
Nyeri tekan pada pipi dan nyeri ketuk di gigi menunjukkan adanya
sinusitis maksilla. Pada sinusitis frontal terdapat nyeri tekan di dasar sinus
13
frontal, yaitu pada bagian medial atap orbita. Sinusitis ethmoid menyebabkan
rasa nyeri tekan di daerah kantus medius.
Transiluminasi
Transiluminasi mempunyai manfaat yang terbatas, banya dapat
dipakai untuk memeriksa sinus maksila dan sinus frontal, bila fasilitas
pemeriksaan radiologik tidak tersedia. Bila pada pemeriksaan transiluminasi
tampak gelap di daerah infraorbita, mungkin berarti antrum terisi oleh pus
atau mukosa antrum menebal atau terdapat neoplasma di dalam antrum.
Bila terdapat kista yang besar dalam sinus maksila, akan tempak
terang pada pemeriksaan transiluminasi, sedangkan pada foto Rontgen
tampak adanya perselubungan berbatas tegas di dalam sinus maksila.
Pemeriksaan Radiologik
Bila dicurigai adanya kelainan di sinus paranasal, maka dapat
dilakukan pemeriksaan radiologi. Posisi yang rutin dipakai adalah posisi
Waters (untuk melihat adanya kelainan di sinus maksila, frontal, dan
ethmoid), P-A (untuk menilai sinus frontal), dan posisi lateral (untuk menilai
sinus frontal, sfenoid, dan ethmoid)
Metode mutakhir yang lebih akurat untuk melihat kelainan sinus
paranasal adalah pemeriksaan CT scan.
Sinoskopi
Pemeriksaan ke dalam sinus maksila menggunakan endoskop.
Endoskop dimasukkan ke dalam lubang yang dibuat di meatus inferior atau di
fossa kanina.
Dengan sinoskopi dapat dilihat keadaan di dalam sinus, apakan ada
sekret, polip, jaringan granulasi, massa tumor atau kista, bagaimana keadaan
mukosa dan apakah ostiumnya terbuka.
DIAGNOSIS BANDING
Rinitis atrofi, karsinoma hidung, dan benda asing di rongga hidung .
PENATALAKSANAAN
14
Tujuan terapi sinusitis ialah 1) mempercepat penyembuhan; 2) mencegah
komplikasi; 3) mencegah perubahan menjadi kronik. Prinsip pengobatan ialah
membuka sumbatan di KOM sehingga drainase dan ventilasi sinus-sinus pulih
secara alami.
Antibiotik dan dekongestan merupakan terapi pilihan pada sinusitis akut
bakterial, untuk menghilangkan infeksi dan pembengkakan mukosa serta
membuka sumbatan ostium sinus. Antibiotik yang dipilih adalah golongan
penisilin, seperti amoksisilin. Jika diperkirakan kuman telah resisten atau
memproduksi beta-laktamase, maka dapat dieberikan amoksisilin-klavulanat atau
jenis sefalosporin generasi ke-2. Pada sinusitis antibiotik diberikan selama 10-14
hari meskipun gejala klinik sudah hilang .
Pada sinusitis kronik diberikan antibiotik yang sesuai untuk negatif gram
dan anaerob.
Selain dekongestan oral dan topikal, terapi lain dapat juga diberikan jika
diperlukan, seperti analgetik untuk menghilangkan nyeri; mukolitik untuk
mengencerkan sekret, meningkatkan kerja silia, dan merangsang pemecahan
fibrin; steroid oral/topikal antara lain beklometason, flunisolid, dan triamsinolon,
kadang diperlukan untuk mengurangi edema didaerah komplek osteomeatal,
terutama bila dicetuskan oleh alergi. Pencucian rongga hidung dengan NaCl
untuk membantu pemindahan sekret kental dari sinus ke rongga hidung.
Antihistamin tidak rutin diberikan, karena sifat antikolinergiknya dapat
menyebabkan sekret jadi lebih kental. Bila ada alergi berat sebaiknya diberikan
antihistamin generasi ke-2. Irigasi sinus maksila juga merupakan terapi tambahan
yang dapat bermanfaat .
Tindakan operasi
Terapi radikal dilakukan dengan mengangkat mukosa yang patologik dan
membuat drainase sinus yang terkena. Untuk sinus maksila dilakukan operasi
Caldwell-Luc, sedangkan untuk sinus etmoid dilakukan etmoidektomi dari
intranasal ke ekstranasal. Pada sinusitis frontal dilakukan secara intranasal atau
ekstranasal (operasi Killian). Drainase sinus sfenoid dilakukan secara intranasal .
Bedah sinus endoskopi fungsional (BSEF/FESS) merupakan operasi
terkini untuk sinusitis kronik yang memerlukan operasi. Tindakan ini telah
15
menggantikan hampir semua jenis bedah sinus terdahulu karena memberikan hasil
yang lebih memuaskan dan tindakan lebih ringan dan tidak radikal.
Indikasinya berupa: sinusitis kronik yang tidak membaik setelah terapi
adekuat; sinusitis kronik disertai kista atau kelainan yang ireversibel; polip
ekstensif, adanya komplikasi sinusitis serta sinusitis jamur .
KOMPLIKASI
Komplikasi sinusitis telah menurun secara nyata sejak ditemukannya
antibiotik. Komplikasi berat biasanya terjadi pada sinusitis akut atau pada sinusitis
kronis dengan eksaserbasi akut, berupa komplikasi orbita atau intrakranial.
Kelainan orbita, disebabkan oleh sinus paranasal yang berdekatan dengan mata
(orbita). Yang paling sering ialah sinusitis etmoid, kemudian sinusitis frontal dan
maksila. Penyebaran infeksi terjadi melalui tromboflebitis dan perkontinuitatum.
Kelainan yang dapat timbul ialah edema palpebra, selulitis orbita, abses
subperiostal, abses orbita dan selanjutnya dapat menjadi sinus kavernosus.
Mukokel adalah suatu kista yang mengandung mukus yang timbul dalam sinus.
Kista ini paling sering ditemukan pada sinus maksilaris, sering disebut sebagai
kista retensi mukus dan biasanya tidak berbahaya. Dalam sinus frontalis,
etmoidalis dan sfenoidalis, kista ini dapat membesar dan melalui atrofi tekanan
mengikis struktur disekitarnya, dengan demikian kista ini dapat bermanifestasi
sebagai pembengkakan pada dahi atau fenestra nasalis dan dapat menggeser mata
kelateral. Dalam sinus sfenoid, kista dapat menimbulkan diplopia dan gangguan
penglihatan dengan menekan saraf didekatnya.
Piokel adalah mukokel terinfeksi. Gejala piokel hampir sama dengan mukokel
meskipun lebih akut dan lebih berat.
Kelainan intrakranial, dapat berupa meningitis, abses ekstradural atau subdural,
abses otak dan trombosis sinus kavernosus.
Komplikasi juga dapat terjadi pada sinusitis kronis, berupa :
Osteomielitis dan abses subperiostal. Paling sering timbul akibat sinusitis
frontal dan biasanya ditemukan pada anak-anak. Pada osteomielitis sinus maksila
dapat timbul fistula oroantral atau fistula pada pipi.
16
Kelainan paru, seperti bronkitis kronik dan bronkiektasis. Adanya kelainan sinus
paranasal disertai dengan kelainan paru ini disebut sinobronkitis. Selain itu dapat
juga menyebabkan kambuhnya asma bronkial yang sukar dihilangkan sebelum
sinusitisnya disembuhkan .
PROGNOSIS
Dengan penanganan yang adekuat, prognosis baik.
17
ANALISA KASUS
Anamnesis
Berdasarkan anamnesis didapatkan, pasien datang ke poliklinik THT dengan
keluhan hidung terasa tersumbat, disertai nyeri pada pipi kiri. Hal tersebut
dikarenakan terjadinya inflamasi pada mukosa sinus paranasal. OS merasakan
hidung terasa penuh oleh ingus dan terkadang seperti tertelan ingus. Nyeri kepala
dirasakan hilang timbul, ini merupakan nyeri alih dari peradangan sinus yang
terkena, pada kasus ini pasien mengalami peradangan pada sinus maksila. OS
pernah mengeluh sakit gigi yang merupakan salah satu pencetus sinusitis
maksilaris.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan rhinoskopi anterior
didapatkan mukosa cavum nasi dextra hiperemis, konka inferior dan media
hipertrofi, dan terlihat sekret pada meatus media.
Pada pemeriksaan orofaring
Terlihat sekret yang turun ke tenggorokan (post-nasal drip)
Pengelolaan dan Terapi
a. Pemberian antibiotik Clindamycin obat pilihan untuk bakteri anaerob
berguna untuk mengatasi invasi kuman yang terjadi pada sinus maksilaris
b. Pemberian Metil prednisolon berguna sebagai anti inflamasi
c. Pemberian Pseudoefedrin HCl berguna untuk meredakan gejala pilek yang
diderita oleh pasien
d. Pemberian ambroxol untuk mengencerkan sekret, meningkatkan kerja silia
dan merangsang pemecahan fibrin.
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Soepardi E., Iskandar N., Telinga hidung tenggorok kepala leher. Edisi
kelima. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta, 2004.
2. Adams G., Boies L., Higler P. Buku ajar penyakit THT. Edisi keenam.
Penerbit Kedokteran EGC. Jakarta, 1997.
3. Boies, dkk. 1997. Buku ajar penyakit THT. Edisi 6. Jakarta : EGC.4. Mansjoer, A, Triyanti ,K. 2000. Sinusitis Akut. Kapita Selekta Kedokteran.
Edisi 3. Jakarta: FKUI.
5. http://emedicine.medscape.com/article/232670-overview
19