Agama Islam
Metodologi Studi Islam
Hakikat Pendidikan Al-Islam proses bimbingan terhadap anak didik
(santri, siswa, mahasiswa) untuk mengembangkan potensi (potential capasity) yang dimilikinya menjadi kemampuan nyata (actual ability) secara optimal sehingga tetap dalam kondisi fitrah dan hanief (lurus) sebagaimana keadaan ketika lahir
Tujuan Pendidikan al-Islam Aspek Kognitif Asepk Afektif Aspek psikomotor
Materi Pendidikan Al-Islam Materi Aqidah Aspek Syari’ah
kaifiyat (tatacara, how to do) tentang ritual (ibadah Mahdlah) dan mu’amalah (ibadah ghair Mahdlah)
Materi Akhlak hablum minallah, hablum minannas
dan hablum minal ‘alam
Cara Mempelajari Islam Pertama : Dengan ilmu, bukan dengan
kira-kira Al-Qur'an QS 17 : 36 :Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya
Kedua : Beragama tidak atas dasar mayoritas
Ketiga: Beragama tidak boleh atas dasar keturunan atau warisan leluhur (QS. 2 :170) :
Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk (QS. 2 : 170)
Keempat : Beragama tidak atas dasar figur (QS.9 :31). :Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah. (QS. 6 : 61).
Kedudukan Akal dalam memahami Al-Islam : Tokoh Sinkretik: Sinkretik adalah percampuran antara budaya lokal dengan agama. Tokoh ini sering tidak peduli kepada dalil dan ratio. Pemikiran mereka lebih didominasi oleh sikap sosiologis, cari aman.
Tokoh Scripturalis/Tekstualis: terikat dengan teks kurang memperhatikan konteks. Para tokoh Sripturalis bukan tidak menggunakan ratio tetapi lebih terikat dengan teks Al-qur’an dan hadith apa adanya
Tokoh Rasional Kontekstual : Memperhatikan teks dan konteks. Tokoh ini banyak menggunakan argumentasi rasio di samping melihat teks Al-Qur’an dan hadith.
Tokoh Rasional Liberal :Tidak terikat teks. Analisis tehdapa ajaran islam yang dilakukan tokoh Rasional Liberal lebih didominasi oleh argumnetasi akal. Beberapa metode pendekatannya adalah Tafsir Metaforis, Tafsir Hermenetika dan pendekatan social kesejarahan.
Rasionalitas dalam Beragama
Dalam mempelajari Islam tidak bisa hanya menggunakan pendekatan emprik dan rasio biasa tetapi perlu ada keterlibatan iman
empat kategori ilmu :Empirical Science, yakni ukuran benar
tidaknya adalah dibuktikan secara empirik melalui eksperimen. Sumbernya adalah pancaindera, erutama mata. Mata itu bahasa Arabnya adalah ain, maka disebutlah ainul yaqin. Yang termasuk ke dalam empirical science antara lain kedokteran, fisika, kimia, bilogi, goelogi
Rational Science ilmu yang kebenarannya ditentukan oleh hubungan sebab – akibat. Kalau ada hubungan yang logis disebutlah rational. Sumbernya adalah ratio, maka disebutlah ilmul yaqin. termasuk ke dalam katagori ilmu ini antara lain bahasa, filsafat, matematika
Suprarational Science manakala kebenarannya ditentukan oleh hal-hal di luar ratio yang berkembang pada zaman itu. Sumbernya adalah hati (qalbu), maka disebutlah Haqqul Yaqin. Yang termasuk ke dalam ilmu ini antara lain Isra Mi'raj, doa, mukjizat
Metarational Science adalah Ilmu Ghaib, semacam siksa dan nikmat qubur, syurga neraka, dll. Sumbernya adalah Ruh.
Pengamalan Al-Islam dengan pendekatan Law Approach yakni pengamalan
Islam sebatas haram – halal, yang penting sah, yang penting tidak haram.
Love Aproach yakni lebih kepada target sempurna.
PERTANYAAN RENUNGAN
Apakah anda percaya bahwa Allahlah yang telah memberikan potensi-potensi pada diri anda ?
Apakah anda sadar bahwa otak anda adalah karunia besar dari Allah ?
Apakah anda meyadari bahwa otak manusia tanpa bimbingan wahyu Allah akan dapat mengungkap tabir segala hal termasuk persoalan ghaib ?
Manfaatkah apabila pendidikan al-Islam tidak menghasilkan perubahan prilaku ke arah yang lebih baik
Apakah kebenaran ditentukan oleh suara mayoritas atau dalil ?
Dari mana anda tahu tentang malaikat dan jin, apakah dari ilmu – ilmu alam atau dari Al-Qur’an?
Mana yang bisa menjamin keselamatan anda, mengikuti Islam sebagai ajaran Allah atau mengikuti ajaran hasil karya manusia ?
Mungkinkah Allah sebagai Tuhan Yang Maha Tahu dan Maha Suci dari kealpaan berbuat salah ?
mungkinkah Al-Qur’an yang diciptakan Allah mengandung kesalahan ?
Kalau otak kita belum memahami pesan Al-Qur’an, yang salah Al-Qur’annya atau karena otak yang masih bodoh ?
Apakah anda mengakui bahwa otak anda tidak dapat mengetahui segala hal ?
maukah anda yang masih belum tahu banyak hal mengikuti pemberitahuan dari Allah melalui al-Qur’annya ?