KERJA SAMA BAPPEDA KABUPATEN BIMA
DENGAN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BIMA
ICOR ( INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO )
KABUPATEN BIMA 2012
ICOR ( INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO )
KABUPATEN BIMA 2012
KERJA SAMA BAPPEDA KABUPATEN BIMA
DENGAN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BIMA
ICOR ( INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO ) KABUPATEN BIMA 2012
ISBN : 979-599-698-3
Katalog BPS : 9201002.5206
No Publikasi : 52060. 1342
Ukuran Buku : 21 x 16 cm
Jumlah Halaman : 53
Naskah : Seksi Neraca Wilayah Dan Analisis Statistik Kabupaten Bima
Gambar Kulit : Seksi Neraca Wilayah Dan Analisis Statistik Kabupaten Bima
Diterbitkan Oleh : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Badan Pusat Statistik Kabupaten Bima
Dicetak Oleh :
Boleh Dikutip Dengan Menyebutkan Sumbernya
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 i
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas terbitnya publikasi
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima
Tahun 2011. Publikasi ini hasil kerjasama Bappeda Kabupaten Bima dan
BPS Kabupaten Bima.
Publikasi ini melingkupi data-data tentang Pembentukan Modal
Tetap Bruto (PMTB) yang dilakukan oleh sembilan sektor ekonomi di
Kabupaten Bima baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga
konstan 2000. Berdasarkan data PMTB ini serta data PDRB Kabupaten
Bima dihitunglah nilai ICOR Kabupaten Bima. Nilai ICOR yang disajikan
disini selama tahun 2010 2012 serta rata-ratanya.
Kami menyadari bahwa publikasi ini masih banyak kekurangannya
khususnya menyangkut data-data pendukungnya. Kami berharap banyak
masukan dari semua pengguna data untuk perbaikan sejenis di masa yang
akan datang. Kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan
publikasi ini diucapkan terima kasih.
Woha, Juni 2013
BPS KABUPATEN BIMA Kepala,
Rusdy Muhammad,S.Si NIP. 19580321 197912 1 001
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 ii
SAMBUTAN
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Atas terbitnya publikasi
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012.
Publikasi ini hasil kerjasama Bappeda Kabupaten Bima dan BPS Kabupaten
Bima.
Data ICOR bisa menjadi ukuran efisiensi penggunaan barang-
barang modal yang dilakukan oleh sektor ekonomi. Data ini juga bisa
dimanfaatkan untuk menentukan seberapa besar kebutuhan modal jika
kita menginginkan laju pertumbuhan ekonomi tertentu. Selain itu masih
banyak yang dapat dilakukan dengan menggunakan data ICOR ini.
Kami berharap data ICOR Kabupaten Bima ini dapat dimanfaatkan
oleh para perencana ekonomi yang ada di lingkungan Pemerintah Daerah
Kabupaten Bima, khususnya demi kemajuan daerah Mataram. Akhirnya
kepada semua pihak yang ikut berperan sehingga terbitnya publikasi ini
kami ucapkan banyak terima kasih.
Woha, Juni 2013
BAPPEDA KABUPATEN BIMA Kepala,
Drs. Muzakir, MSc NIP. 19610403 198603 1 021
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
SAMBUTAN iii
DAFTAR ISI... iv
DAFTAR TABEL.. v
DAFTAR GRAFIK v
DAFTAR LAMPIRAN vi
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.. 1
1.2. Maksud dan Tujuan 4
1.3. Ruang Lingkup.. 5
1.4. Sistematika Penulisan. 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Rasio Modal Output. 7
2.2. Pengertian Incremental Capital Output Ratio (ICOR) 9
2.3. Pembentukan Modal Tetap Bruto 12
2.4. Pengertian Investasi dan Modal 16
2.5. Pengertian Output 19
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 iv
BAB III. METODOLOGI
3.1. Data dan Keterbatasannya 20
3.2. Rumus ICOR yang digunakan. 21
3.3. Koefisien ICOR yang negative 25
3.4. Koefisien ICOR yan besar. 26
3.5 Penghitungan Nilai PMTB atas Dasar Harga Konstan 26
BAB IV. ANALISIS
4.1. Investasi 28
4.2. PMA dan PMDN. 33
4.3. Koefisien ICOR.... 34
BAB V. KESIMPULAN. 40
LAMPIRAN.. 42
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 v
DAFTAR TABEL
1. Nilai PDRB dan Investasi Kabupaten Bima Tahun 2011-2012...
30
2. Struktur Investasi atau PMTB Atas Dasar Harga Konstan Di Kabupaten Bima Tahun 2011-2012
31
3. Perkiraan Nilai ICOR di Kabupaten Bima Tahun 2011 2012
38
DAFTAR GRAFIK
1. PMTB atas dasar harga berlaku dan PMTB atas dasar harga konstan 2010 -2012.....
29
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 vi
DAFTAR LAMPIRAN
1. PDRB Kabupaten Bima atas dasar harga berlaku tahun 2010-2012..
43
2. PDRB Kabupaten Bima atas dasar harga konstan 2000 tahun 2010-2012
44
3. PMTB Kabupaten Bima atas dasar harga berlaku tahun 2010 2012.
45
4. PMTB Kabupaten Bima atas dasar harga berlaku tahun 2010 2012.
46
5. Distribusi PMTB Kabupaten Bima atas dasar harga berlaku tahun 2010 2012
47
6. PMTB Kabupaten Bima atas dasar harga konstan 2000 tahun 2010 2012.
48
7. Laju Pertumbuhan PMTB Kabupaten Bima atas dasar harga berlaku tahun 2010 2012
49
8. Laju Pertumbuhan PMTB Kabupaten Bima atas dasar harga konstan 2000 tahun 2010 2012..
50
9. ICOR Kabupaten Bima Per SektorTahun 2010-2012.. 51
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu penunjang keberhasilan pembangunan ekonomi
suatu daerah adalah tersedianya data-data statistik yang dapat
digunakan sebagai bahan dasar perencanaan. Aspek perencanaan
merupakan faktor yang penting dalam menentukan arah dan
besaran hasil-hasil pembangunan yang akan di capai. Hasil-hasil
pembangunan yang telah dicapai kemudian perlu di evaluasi dan di
analisis sehingga dapat dijadikan masukan yang berharga bagi
perencanaan pembangunan yang akan datang.
Keberhasilan pembangunan ekonomi yang tidak bisa lepas
dari unsur-unsur penunjang, salah satu diantaranya adalah
investasi. Diantara fungsi investasi adalah untuk meningkatkan
kapasitas produksi, sehingga peningkatan investasi akan berakibat
pada meningkatnya volume produksi yang pada akhirnya dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pada akhirnya pertumbuhan
ekonomi akan mengarah pada penyerapan tenaga kerja dan
peningkatan kemakmuran.
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 2
Berdasarkan teori Keynes bahwa penggerak ekonomi
adalah konsumsi dan investasi (Y = C + 1). Diantara keduanya,
investasi memiliki peran dan manfaat yang lebih besar
dibandingkan dengan konsumsi. Ekonomi yang tumbuh karena
peningkatan investasi selalu menjadi harapan setiap
daerah/wilayah. Karena itu, berbagai cara dan promosi dilakukan
oleh setiap daerah untuk menarik investor guna menanamkan
investasinya di daerah. Kebutuhan investasi lebih terasa bagi
daerah dalam tahap berkembang seperti Kabupaten Bima.
Kebutuhan investasi di suatu daerah perlu direncanakan.
Target pertumbuhan ekonomi realistis yang sudah ditentukan
dapat dijadikan panduan dalam menentukan kebutuhan investasi.
Karena antara investasi dan pertumbuhan ekonomi memiliki suatu
keterkaitan yang terangkum ke dalam instrument statistik berupa
Incremental Capital Output Ratio (ICOR).
ICOR merupakan sebuah indikator yang menghubungkan
besarnya investasi atau pembentukan modal dengan pertambahan
output. Dengan adanya indikator ini, para penyusun rencana
pembangunan ekonomi dapat mengetahui berapa investasi yang
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 3
dibutuhkan agar ekonomi tumbuh sesuai dengan target yang telah
di tentukan.
Secara ideal, ICOR dapat menggambarkan besarnya tingkat
efsiensi penggunaan barang modal dalam suatu kegiatan
perekonomian. Semakin rendah nilai koefisen ICOR semakin efisien
perekonomian suatu wilayah pada suatu waktu tertentu. Namun
demikian, koefisien ICOR yang tinggi bisa terjadi karena investasi
yang ditanamkan belum menghasilkan, atau sudah menghasilkan
tetapi belum mencapai kapasitas produksi yang maksimal ( Full
Capacity). Hal ini dapat terjadi pada pembangunan awal atau pada
usaha-usaha yang membutuhkan waktu cukup lama untuk
berproduksi, seperti investasi di perkebunan yang memerlukan
waktu yang cukup panjang untuk mulai berproduksi.
Selain menggambarkan tingkat efisiensi dan penentu
kebutuhan investasi secara total, ICOR juga dapat dimanfaatkan
untuk menentukan kebutuhan investasi pada masing-masing sektor
ekonomi. Hal ini memungkinkan jika didukung dengan target
pertumbuhan ekonomi sektoral dan ICOR per sektor ekonomi.
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 4
Dengan pertimbangan manfaat ICOR yang demikian besar
bagi perencanaan pembangunan ekonomi, maka dilakukan
penghitungan untuk mendapatan besaran ICOR di Kabupaten Bima
tahun 2011.
1.2 Maksud dan Tujuan
Penyusunan publikasi studi ICOR Kabupaten Bima Tahun
2012 dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan akan data
indikator ekonomi makro yang dapat digunakan sebagai bahan
perencanaan pembangunan di Kabupaten Bima.
Sedangkan tujuan yang ingin dicapai adalah:
1. Untuk mengetahui besarnya ICOR per sektor ekonomi di
Kabupaten Bima
2. Untuk mengetahui tingkat efisiensi dalam penggunaan barang
modal di masing-masing sektor ekonomi pada tahun 2011
3. Untuk mengetahui struktur pembentukan barang modal per
sektor ekonomi di Kabupaten Bima pada tahun 2011.
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 5
1.3 Ruang Lingkup
Wilayah cakupan dalam penyusunan ICOR ini adalah daerah
Kabupaten Bima. ICOR yang akan disusun meliputi 9 sektor
ekonomi sesuai dengan lapangan usaha dalam PDRB.
1.4 Sistematika Penulisan
Penulisan dalam publikasi ini terdiri dari lima bab yaitu
Bab 1 berupa Pendahuluan . Pada bab ini mengulas
mengenai latar belakang penulisan, maksud dan tujuan, ruang
lingkup dan sistematika penulisan.
Bab 2 berupa Tinjauan Pustaka. Pada Bab ini mengulas
mengenai konsep dan pengertian dari ICOR, Pembentukan Modal
Tetap Bruto (PMTB), investasi dan modal serta pengertian dari
output.
Bab 3 berupa Metodologi. Bab ini membahas mengenai
metode dan penghitungan dari ICOR serta penghitungan PMTB.
Bab 4 berupa Analisis. Pada bab ini menganalisis terhadap
struktur penggunaan barang-barang modal per sektor ekonomi,
ICOR per sektor ekonomi dan implikasinya.
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 6
Bab 5 berupa kesimpulan. Pada bab ini akan diberikan
kesimpulan dari apa yang diperoleh dalam penghitungan ICOR,
termasuk juga akan diberikan saran saran yang mungkin dapat
dimanfaatkan oleh pengguna data.
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Rasio Modal-Output
Pengertian ICOR sebenarnya lahir berdasarkan konsep rasio
modal terhadap output. Konsep rasio modal-output/COR (Capital
Output Ratio) atau dapat juga disebut sebagai koefisien modal,
menunjukkan hubungan antara nilai investasi modal dan nilai
output. COR menunjukkan jumlah modal yang di perlukan untuk
memproduksi satu unit output. Sebagai ilustrasi, bila rasio modal
output dalam ekonomi dikatakan 5 : 1, berarti diperlukan investasi
modal sebesar Rp. 5 untuk menghasilkan output ( pendapatan)
sebesar Rp. 1, Jadi ICOR dapat juga didefinisikan sebagai suatu
hubungan yang tercipta antara investasi yang dilakukan dengan
pendapatan tahunan yang dihasilkan dari investasi tersebut.
Didalam ilmu ekonomi dikenal 2 macam konsep rasio modal-output
yaitu:
1. Rasio modal-output rata-rata ACOR ( Average Capital Output
Ratio)
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 8
2. Rasio modal-output marginal/ICOR (Incremental Capital Output
Ratio)
Rasio modal-output rata-rata/ACOR menunjukkan
hubungan antara persediaan modal yang ada dengan arus output
lancar yang dihasilkan. Nilai COR diperoleh dengan cara
membandingkan antara akumulasi modal yang digunakan dengan
jumlah output yang dihasilkan pada suatu periode tertentu.
Dengan kata lain, Rasio modal output rata-rata (ACOR)
menunjukkan segala sesuatu yang telah diinvestasikan pada masa
lalu dan pada keseluruhan pendapatan. Konsep rasio modal-
output rata-rata disebut juga sebagai konsep statis.
Sedangkan rasio modal output marginal (ICOR),
menunjukkan hubungan antara jumlah kenaikan output
(pendapatan) AY, yang dihasilkan dari kenaikan tertentu pada
persediaan modal, AK ICOR dapat digambarkan sebagai AK/AY.
Rasio modal output marginal/ICOR menunjukkan besarnya
tambahan kapasitas (investasi) baru yang dibutuhkan untuk
menaikkan /menambah satu unit output. Konsep rasio modal
output marginal disebut juga sebagai konsep dinamis, karena
menunjukkan tambahan atau kenaikan.
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 9
Konsep yang sering digunakan untuk melihat perilaku
investasi (efisiensi) dan kebutuhan pada masa yang akan datang
adalah konsep ICOR.
2.2 Pengertian Incremental Capital Output Ratio (ICOR)
Konsep ICOR pada awalnya dikembangkan oleh Sir Ray
Harrod dan Evsey Domar yang kemudian di kenal dengan nama
Harrod Domar Model. Pada intinya teori ini menunjukkan adanya
hubungan antara peningkatan stok kapasitas produksi dan
kemampuan masyarakat dalam menghasilkan output. Semakin
tinggi peningkatan stok kapasitas produksi (AK) semakin tinggi pula
pada tambahan output (AY) yang dapat dihasilkan.
Menurut teori, ICOR dapat diukur melalui bentuk fisik
ataupun nilai. Namun untuk memudahkan dalam praktek
penghitungan. ICOR selalu diukur dalam bentuk nilai. Bukanlah hal
yang mudah untuk memperkirakan koefisien COR ataupun ICOR
guna mendapatkan gambaran tentang kebutuhan investasi pada
masa yang akan datang. Karena keadaan koefisien tersebut tidak
hanya ditentukan oleh investasi yang ditanamkan saja, akan tetapi
di pengaruhi pula oleh tingkat penerapan dan perkembangan
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 10
tehnologi yang digunakan dalam proses produksi, seperti kapasitas
produksi yang digunakan, termasuk juga dalam perkembangan
tenaga kerja (Labor).
Secara matematis ICOR dinyatakan sebagai rasio antara
penambahan modal (investasi) terhadap tambahan output. ICOR
dapat di notasikan sebagai berikut:
ICOR = AK
AY
Dimana:
AK = Investasi atau penambahan kapasitas
AY = Pertumbuhan output
Dalam merumuskan suatu rencana, ICOR dperlukan untuk
menghitung laju pertumbuhan perekonomian, Sebagai ilustrasi,
anggaplah kita ingin menaikkan output Kabupaten Bima menjadi
sebesar Rp. 10 milyar dan anggap ICORnya sebesar 2. Dalam hal ini
tambahan yang diperlukan untuk persediaan modal yang
dibutuhkan bagi investasi baru akan menjadi 10 x 2 = Rp. 20 milyar.
Anggaplah tingkat output Kabupaten Bima yang sedang berjalan
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 11
Rp. 1000 milyar dan tingkat tabungan 4 persennya, maka tabungan
regional Kabupaten Bima akan menjadi Rp. 40 milyar. Selanjutnya
tabungan regional Kabupaten Bima ini dapat diinvestasikan untuk
tujuan meningkatkan output Kabupaten Bima. Berdasarkan ICOR 2
itu, jumlah tabungan dan investasi akan menaikkan output
Kabupaten Bima sampai Rp. 20 milyar (Rp. 40 milyar dibagi 2). Ini
memberikan laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bima sebesar 2
persen setahun (20 x 100%/1000). Kita juga dapat menghitung laju
pertambahan ekonomi Kabupaten Bima dengan membagi rasio
tabungan itu dengan ICOR, yaitu 4%/2 = 2 persen.
Sebenarnya tambahan output tidak hanya disebabkan oleh
investasi yang ditanamkan, akan tetapi juga oleh faktor-faktor lain
di luar investasi, seperti tambahan tenaga kerja dan kemajuan
tehnologi. Tetapi, dalam penerapannya untuk menghitung ICOR di
pakai asumsi bahwa tidak ada faktor lain yang mempengaruhi
output selain investasi, dengan kata lain faktor-faktor lain di luar
investasi dianggap konstan.
Investasi yang dimaksud di sini tidak hanya yang
ditanamkan dalam satu tahun, tetapi juga investasi pada periode
sebelumnya. Akibat dari mengkonstankan pengaruh tehnologi,
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 12
maka dalam penerapannya besaran ICOR sebaiknya dipakai untuk
antisipasi kebutuhan investasi jangka waktu yang tidak terlalu
panjang.
2.3 Pembentukan Modal Tetap Bruto
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) secara definitif
diartikan sebagai proses pengadaaan, pembuatan serta pembelian
barang modal (capital goods) untuk keperluan produksi (tidak
termasuk inventori). Termasuk pula disini peralatan lain yang akan
digunakan dalam proses produksi secara terus menerus
(repentedly) dan berkesinambungan (continuously). Barang modal
mempunyai usia pakai lebih dari satu tahun, yang akan mengalami
penyusutan baik secara teknis ( dilihat dari usia pakai) maupun
nilai ekonomisnya. Proses penyusutan inilah yang akan
mempengaruhi penilaian atas barang-barang modal tersebut.
Dengan demikian PMTB disini menggambarkan adanya
proses penambahan serta pengurangan barang modal, pada satu
tahun tertentu. Istilah bruto mengindikasikan bahwa di dalam
PMTB tersebut masih termasuk unsur penyusutan, atau nilai
barang modal sebelum diperhitungkan nilai ausnya (nilai
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 13
perolehan). Dimana penyusutan tersebut menggambarkan besaran
nilai ausnya barang modal akibat keterlibatannya dalam suatu
proses produksi. Dan keruguan tersebut akan dikompensasikan
oleh produsen terhadap pengeluaran produksinya (biaya primer),
PMTB dikurangi penyusutan sama dengan Pembentukan Modal
Tetap Neto ( PMTN) atau di sebut pula sebagai nilai buku (book
value)
Secara garis besar penggolongan PMTB ini dibedakan
menurut jenis barang modal yang berupa:
a. Bangunan/konstruksi
Adalah pengeluaran untuk pembentukan modal tetap
dalam bentuk bangunan atau konstruksi yang terdiri
atas :
Bangunan tempat tinggal (residential Bulidings):
mencakup bangunan rumah untuk tujuan
digunakan sebagi tempat tinggal, baik jadi
maupun setengah jadi
Bangunan bukan tempat tinggal (non residential
buildings): mencakup bangunan bukan untuk
digunakan sebagai bukan tempat tinggal seperti
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 14
bangunan kantor, bangunan pabrik dan
sebagainya, baik jadi maupun setengah jadi.
Bangunan atau konstruksi lainya diantaranya
seperti: jalan, jembatan, irigasi, pembangkit
tenaga listrik dan jaringannya, instalasi
telekomunikasi, pemancar televisi, terminal dan
pelabuhan, serta jaringan pipa untuk minyak,
gas, dan air baik jadi maupun setengah jadi.
Perbaikan secara besar-besaran untuk bangunan
tersebut.
b. Mesin-mesin
Adalah pengadaan mesin-mesin dan perlengkapannya
diantaranya untuk kegiatan pertanian, pertambangan
dan penggalian, industri pengolahan, pembangkit listrik,
pembuat jalan, jembatan, perlengkapan kantor, hotel,
restoran, toko, pelabuhan, bangunan sekolah dan
rumah sakit.
c. Alat-alat transportasi
Adalah pengadaan alat-alat atau sarana angkutan
seperti: kereta api, kapal laut, pesawat udara, mobil
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 15
angkutan penumpang bermotor, mobil angkutan barang
bermotor, mobil angkutan tidak bermotor, mobil
angkutan barang tidak bermotor dan sejenisnya.
d. Ternak (untuk diambil hasil-hasilnya)
Meliputi pengeluaran untuk pengadaan ternak,
pembibitan dan pemeliharaan ternak untuk diambil
hasil-hasilnya, termasuk pula yang pemeliharan ternak
untuk dipakai tenaganya. Jenis-jenis tersebut adalah
sapi, kuda, kerbau, domba, kambing, ayam, bebek dan
sejenisnya.
e. Perlengkapan
Mencakup pengadaan untuk peralatan listrik, perlatan
yang terbuat dari logam dan peralatan serta
perlengkapan yang terbuat dari kain dan kulit seperti
karpet, furniture dan sebagainya.
f. Barang modal lainnya
Mencakup pengadaan barang-barang elektronik,
barang-barang komunikasi termasuk perlengkapannya,
alat ukur, alat musik, alat olahraga, perabot
rumahtangga yang terbuat dari bambu dan rotan,
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 16
barang terbuat dari kaca, keramik dan barang dari
bahan bukan logam.
Untuk selanjutnya data PMTB akan disajikan dalam format matrik
dari tahun 2010 sampai 2011. PMTB akan disajikan menurut harga
berlaku dan konstan 2000. Penyajian PMTB ini berdasarkan 9
sektor ekonomi dan 4 kelompok barang modal (bangunan, alat
transportasi, mesin-mesin dan lainnya.
2.4. Pengertian Investasi dan Modal
Dalam konsep ekonomi makro, penimbunan/penumpukan
modal selalu dianggap investasi. Secara pengertian modal ini
sendiri adalah seluruh peralatan dan prasarana fisik yang
digunakan dalam proses produksi seperti tanah , mesin, kendaraan,
gedung, jalan, jembatan dan sebagainya.
Ditinjau dari sisi penggunaan barang, investasi merupakan
nilai semua penggunaan barang modal baru yang dapat
menghasilkan satu unit output dan berumur lebih dari satu tahun.
Sedangkan untuk barang/alat produksi yang berumur kurang dari
satu tahun atau habis pakai dalam proses produksi tidak
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 17
digolongkan sebagai barang investasi, melainkan sebagai barang
input antara (intermediate input)
Cakupan dari pengertian barang modal baru dalam konsep ini
adalah:
1. Barang modal yang baru diproduksi serta baru digunakan,
baik berasal dari produksi daerah yang bersangkutan
maupun yang berasal dari luar negeri dan luar daerah.
2. Barang modal bekas yang berasal dari luar daerah maupun
dari luar negeri.
Pada system pembukuan neraca perusahaan, yang
dimaksud dengan modal adalah harta tetap (fixed assets). Modal
sering disebut sebagai gross capital stock yaitu
akumulasi/penumpukan modal baru dari tahun ke tahun yang
digunakan untuk menghasilkan produksi.
Secara umum perusahaan dianggap telah
mempertimbangkan kondisi ekonomi makro dalam membuat
keputusan mengenai akumulasi stok barang. Jika ada
kecenderungan harga bahan baku akan melonjak, perusahaan bisa
memutuskan untuk melakukan akumulasi bahan baku. Jadi
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 18
perusahaan stok dalam hal ini bisa dikategorikan sebegai bagian
dari pembentukan modal investasi.
Ditinjau dari sisi konsumsi, pengertian investasi adalah
konsumsi pada waktu/periode yang akan datang (future
consumption), atau konsumsi yang ditangguhkan untuk masa yang
akan datang.
Ditinjau dari sisi jumlah permintaan (aggregate demand),
investasi ini merupakan selisih pembelian barang modal baru
dengan penjualan barang modal lama yang dilakukan oleh
perusahaan, pemerintah dan lembaga-lembaga swasta nirlaba. Jadi
investasi adalah tambahan neto atas barang modal.
Dalam konsep ICOR disini, investasi yang dimaksud adalah
total dari pembentukan modal tetap (fixed capital formation) yang
terdiri atas gedung, mesin dan perlengkapan, kendaraan dan
sebagainya.
Nilai yang diperhitungkan dalam investasi mencakup:
1. Pembelian barang modal baru
2. Pembuatan/perbaikan besar barang yang sifatnya
menambah umur atau meningkatkan kemampuan
3. Penjualan barang modal bekas
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 19
Nilai investasi diperoleh dari penjumlahan seluruh pembelian
barang modal dan perbaikannya dikurangi penjualan barang modal.
2.5. Pengertian Output
Output adalah hasil yang diperoleh dari pendayagunaan
seluruh faktor produksi seperti tanah, tenaga kerja, modal dan
kewiraswastaan dalam menghasilkan barang dan jasa.
Hasil atau pendapatan yang diperoleh di luar dari
pemanfaatan barang modal tidak dimasukkan sebagai output.
Misalnya keuntungan dari penjualan barang modal (seperti gedung,
kendaraan dan peralatan) dan pendapatan dari jasa yang dijual
kepada pihak lain.
Namun demikian, sebenarnya nilai yang diciptakan oleh
faktor produksi ini tidak sebesar output yang dihasilkan, karena
dalam proses produksi diperlukan bahan-bahan baku penolong
yang merupakan hasil produksi kegiatan sekor lain. Dengan
demikian, nilai yang diciptakan oleh faktor produksi itu merupakan
hasil pengurangan dari output dengan nilai bahan baku dan bahan
penolong. Nilai yang diciptakan inilah yang disebut dengan Nilai
Tambah Bruto (NTB). Selanjutnya dalam penghitungan ICOR ini
konsep output yang digunakan adalah Nilai Tambah Bruto (NTB).
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 20
BAB 3
METODOLOGI
3.1. Data dan keterbatasannya
Dalam rangka penyusunan ICOR Kabupaten Bima 2012
dilakukan pengumpulan data dari berbagai sumber. Data yang
dimaksud berupa data primer maupun sekunder. Data primer
diperoleh dengan melakukan Survei Khusus Pembentukan Modal
(SKPM) langsung ke sumber data (responden). Pengumpulan data
primer ini dilakukan melalui wawancara dengan membawa
kuesioner. Respondennya adalah perusahaan-perusahaan yang
terpilih sebagai sampel.
Pemilihan responden ini dilakukan secara purposive
sampling. Perusahaan yang dipilih sebagai sampel adalah yang
paling berpengaruh (memilki asset/omset terbesar) di sektor
ekonomi masing-masing.
Selain survey SKPM, data primer juga diperoleh dari survei
yang rutin dilakukan oleh BPS. Diantaranya survei Industri
Besar/Sedang, selain itu data juga diperoleh dari Survei Khusus
Perusahaan Swasta Non Finansial (SKPS) dan Survei Khusus
Pendapatan Regional (SKPR) dan survei survei lainnya.
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 21
Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi terkait dan
sumber-sumber lainnya, seperti BKPMD, Pemda dan Bank
Indonesia. Data sekunder yang diperoleh tidak begitu rinci sehingga
perlu dilengkapi dengan data hasil survei.
Diakui bahwa data yang diperoleh masih sangat terbatas.
Selain karena merupakan hasil sampel juga karena data-data
lainnya kurang lengkap. Sehingga pada akhirnya dilakukan estimasi
dengan menggunakan data yang ada untuk mendapatkan data
PMTB. Sebagai control total (CT) pada estimasi ini adalah nilai
PMTB total yang terdapat pada PDRB menurut penggunaan.
Data yang diperoleh baik melalui survei maupun kompilasi
dari sumber-sumber yang ada masih menurut harga berlaku.
Sedangkan pada penghitungan ICOR dibutuhkan data atas dasar
harga konstan. Untuk menghitung data PMTB menurut kelompok
barang modal. Angka PMTB konstan diperoleh dengan cara
mendeflate angka PMTB berlaku dengna IHPB masing-masing
kelompok modal.
3.2. Rumus ICOR yang digunakan
Berdasarkan bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa rumus
dasar dalam penghitungan ICOR adalah:
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 22
ICOR = AK (1) AY
Dimana:
AK = Investasi atau penambahan kapasitas
AY = Pertumbuhan output
Pada publikasi ini, penghitungan ICOR tetap menggunakan
rumus seperti pada rumus (1). Akan tetapi AK yang dimaksud
adalah nilai PMTB selama periode satu tahun (dalam hal ini tahun
2010 dan 2011). Sedangkan AY yang dimaksud adalah nilai absolut
pertumbuhan PDRB Kabupaten Bima selama periode yang sama,
sehingga rumus ICOR diatas menjadi seperti berikut:
PMTBt ICORt=______________ .. (2) PDRBt PDRBt-1
Dimana:
PMTB : Pembentukan Modal Tetap Bruto
PDRB : Produk Domestik Regional Bruto
t : Tahun ke t
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 23
Semua nilai dalam penghitungan ICOR ini berdasarkan atas
dasar harga konstan. Dalam hal ini tahun dasar yang gunakan
sesuai dengan tahun dasar dalam penghitungan PDRB yaitu tahun
2000. Untuk mendapatkan PMTB atas dasar harga konstan
digunakan indeks harga perdagangan besar (IHPB) yang sesuai
dengan kelompok barang modal.
Data ICOR yang akan disajikan dalam publikasi ini, disusun
sampai dengan sektor ekonomi sesuai dengan 9 sektor ekonomi
dalam PDRB. Oleh karena itu, rumus (2) diatas perlu di modifikasi
karena hanya untuk menghitung ICOR secara total. Untuk
keperluan penghitungan ICOR per sektor digunakan rumus sebagai
berikut:
PMTB j t ICORjt=______________. (3) NTB j t NTB
j t-1
Dimana:
NTB j t : Nilai Tambah Bruto sektor j pada tahun t
PMTB j t : Pembentukan Modal Tetap Bruto pada sektorj di
tahun t
Asumsi dasar yang digunakan dalam penghitungan ICOR
dengan menggunakan rumus (2) maupun (3) adalah bahwa semua
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 24
investasi/PMTB yang ditanamkan pada tahun tersebut langsung
digunakan dan menghasilkan output pada tahun itu juga. Dan ini
merupakan satu kelemahan dalam penghitungan ICOR karena pada
kenyataannya tidak semua investasi/PMTB yang ditanamkan
langsung dipergunakan serta dapat menghasilkan output pada
tahun ini juga. Asumsi ini harus dilakukan karena keterbatasan data
yang dimiliki serta karena memang sangat sulit untuk mendapatkan
data secara lengkap. Perlu suatu penelitian yang lebih panjang
untuk memperoleh data pengunaan PMTB yang ditanamkan.
Asumsi di atas akan sedikit teratasi jika dalam menghitung
ICOR digunakan rata-rata data series yang cukup panjang. Karena
akan terjadi cancel out antara data tahun tahun tersebut.
Kelemahan lain dari rumus ICOR di atas adalah jika NTB
mengalami pertumbuhan yang negatif, maka nilai ICOR sulit
diartikan karena rumus di atas akan mengasilkan nilai ICOR yang
negatif.
Asumsi dasar lainnya yang digunakan dalam penghitungan
ICOR ini adalah perubahan/kenaikan output semata-mata
disebabkan karena adanya perubahan capital atau investasi.
Sedangkan faktor faktor lain diluar investasi tidak
dipertimbangkan dalam penghitungan ini, seperti faktor tenaga
kerja.
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 25
3.3. Koefisien ICOR Negatif
Koefisien ICOR negatif dapat terjadi jika output/NTB pada
satu waktu tertentu (Yt-s) lebih kecil daripada tahun sebelumnya
(Yt+s-1). Penurunan output/NTB terjadi jika ada sebagian barang
modal dijual. rusak atau tidak diaktifkan karena alasan tertentu.
Walaupun mungkin ada penambahan barang modal baru (It), tetapi
sementara itu barang modal baru tersebut belum berproduksi atau
telah berproduksi namun output yang dihasilkan relatif sangat kecil
dibandingkan dengan output sebelumnya. Sehingga, selisih output
pada tahun ditanamkan investasi (tahun t+s) dengan tahun
sebelumnya (t+s-1) bernilai negatif. Pada gilirannya koefisien ICOR
pun menjadi negatif.
Dengan demikian penanaman barang modal baru belum
menghasilkan output secara optimal, atau bisa dikatakan investasi
yang ditanamkan belum/tidak efisien pada saat itu. Dipihak lain,
apabila tidak ada penambahan/penggantian barang modal, maka
tidak bisa dikatakan bahwa telah terjadi inefisiensi. Namun
demikian secara makro keadaan yang disebutkan terakhir ini
jarang terjadi.
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 26
3.4. Koefisen ICOR Besar
Koefiesien ICOR yang relatif besar terjadi jika investasi yang
ditanamkan (It) pada tahun tertentu (t) relatif besar, sedangkan
output yang dihasilkan pada tahun t+s (Yt+s) besar tetapi hampir
sama dengan output pada tahun sebelumnya (Y t+s-1), atau
tambahan output yang dihasilkan relatif kecil. Dengan kata lain
investasi yag ditanamkan pada tahun itu (It) belum efektif/tidak
efisien sehingga menghasilkan koefisien ICOR yang relatif besar.
Penggunaan koefisien ICOR yang besar untuk perencanaan
harus hati-hati. Akan lebih baik jika ICOR yang digunakan adalah
ICOR rata-rata dari beberapa tahun series data. Ini lebih
mencerminkan kondisi ICOR yang sesungguhnya.
3.5. Penghitungan Nilai PMTB atas Dasar Harga Konstan
Dalam menghitung nilai PMTB atas dasar harga konstan
digunakan metode yang sama antar sektor ekonomi. Bahwa data
yang diperoleh berdasarkan survei yang dilakukan oleh BPS,
termasuk juga data-data sekunder dari berbagai sumber masih
dinilai berdasarkan harga berlaku yaitu sesuai dengan harga tahun
data tersebut. Data-data ini dimatrikkan menurut 9 sektor
ekonomi.
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 27
Berdasarkan matrik data tersebut akan dihitung PMTB
menurut harga konstan dengan menggunakan IHPB barang modal
yang sesuai dengan deflatornya.
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 28
BAB 4
ANALISIS
Gambaran ekonomi Kabupaten Bima dapat dilihat melalui
Produk Domestik Regonal Bruto (PDRB). Di dalam PDRB dapat
dilihat seberapa besar kekuatan ekonomi Kabupaten Bima, sektor-
sektor apa saja yang dominan serta struktur ekonominya. Selain itu
juga dapat diketahui seberapa cepat ekonomi Kabupaten Bima
bergerak. Kecepatan ini tercermin dari laju pertumbuhan PDRB
atas dasar harga konstan.
Sebelum menguraikan tentang ICOR, analisis disini terlebih
dahulu akan menguraikan bagaimana gambaran perekonomian
Kabupaten Bima dari sisi investasi yang terjadi di Kabupaten Bima.
Yang dimaksud investasi disini adalah PMTB.
4.1. Investasi
Peningkatan pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Kabupaten
Bima tahun 2010 - 2012 salah satunya adalah peranan investasi.
Dalam pengertian makro ekonomi investasi secara fisik adalah
akumulasi modal yang besarannya dapat dicerminkan dari
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB).
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 29
Grafik 1. PMTB atas dasar harga berlaku dan PMTB atas
dasar harga konstan 2010 -2012
Besarnya Pembentukan Modal Tetap Bruto periode tahun
20102012 mengalami peningkatan sejalan dengan peningkatan
PDRB. Secara nominal nilai PMTB pada tahun 2010 adalah sebesar
Rp. 740.07 milyar dan meningkat menjadi Rp. 834.71 milyar pada
tahun 2011, kenaikan juga terjadi pada tahun 2012 menjadi
939.855 milyar. Sedangkan atas dasar harga konstan nilai PMTB
yang tercipta pada tahun 2010 adalah sebesar Rp. 384,99 milyar
dan meningkat menjadi Rp. 411,01 milyar pada tahun 2011,
kenaikan juga terjadi pada tahun 2012 menjadi 435,49 milyar.
Demikian juga jika dilihat peranannya ikut meningkat dari 24.83
persen tahun 2010 menjadi 25,10 persen pada tahun 2011 tetapi
0
200
400
600
800
1000
PMTB ADHB PMTB ADHK
2010
2011
2012
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 30
sedikit menurun di tahun 2012 menjadi 25,09 persen. Peningkatan
yang terjadi pada komponen investasi tersebut berpengaruh pada
peningkatan nilai tambah atau PDRB pada periode tahun 2010
2012.
Tabel 1. Nilai PDRB dan Investasi di Kabupaten Bima
Tahun 2010 2012 (Milyar Rupiah)
Uraian 2010* 2011** 2012**
(1) (2) (3) PDRB ADH Konstan 2000 1.550,25 1.637,53 1.735,06
Investasi ADH Konstan 384,99 411,01 435,49
Laju pertumb. Investasi (%) 4.23 6.75 5.95
Persentase investasi thd
PDRB
24,83 25,10 25,09
Berdasarkan tabel 3 besarnya pembentukan modal atau
investasi selama periode tahun 20102012 mengalami
peningkatan. Demikian juga dengan tingkat pertumbuhan investasi
yang diatas 5 persen turut mempengaruhi besaran persentase
investasi terhadap PDRB. Berdasarkan teori Keynes bahwa
penggerak ekonomi salah satunya adalah investasi atau
pembentukan modal. Bertambahnya porsi investasi atau PMTB
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 31
terhadap PDRB berarti akan memperbesar penambahan kapasitas
produksi yang pada akhirnya akan meningkatkan volume produksi.
Peningkatan kapasitas produksi akan mempengaruhi penyerapan
tenaga kerja dan secara umum dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Tabel 2. Struktur Investasi atau PMTB atas Dasar Harga Konstan
di Kabupaten Bima Tahun 2010 2012 (persen)
Memperhatikan struktur investasi menurut sektor sektor
lapangan usaha, sektor yang paling dominan menyerap investasi di
Kabupaten Bima periode 2010 2012 adalah sektor perdagangan,
hotel dan restoran, sektor jasa-jasa, sektor pertanian, sektor
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 32
pengangkutan dan komunikasi, , serta sektor bagunan, sektor
pertambangan dan penggalian,sektor keuangan, persewaan dan
jasa perusahaan dan sektor listrik,gasdan air bersih. Pada tahun
2010 besarnya pembentukan modal di sektor perdagangan,hotel
dan restoran mencapai 29,00 persen, diikuti oleh pembentukan
modal di sektor jasa-jasa yang mencapai 20,52 persen, kemudian
disusul sektor pertanian 14,63 persen, sektor pengangkutan dan
komunikasi 12,88 persen, serta sektor keuangan, persewaan dan
jasa perusahaan menyerap investasi 4,95 persen yang dihitung atas
dasar harga konstan 2000. Struktur investasi tahun 2011 tidak
berbeda jauh dengan tahun 2010, investasi terbesar masih berasal
dari sektor perdagangan yang mencapai 29,07 persen, disusul oleh
sektor jasa-jasa sebesar 20,38 persen serta sektor pertanian 14,77
persen, sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 12,67
persen, sektor bangunan 10,67 persen, sektor pertambangan 5,11
persen, sektor keuangan 5,04 persen, sektor industri pengolahan
sebesar 1,97 persen, sedangkan sektor listrik tahun 2011 hanya
menyerap 0,33 persen. Hal Sama terjadi ditahun 2012 dengan
investasi terbesar dari sektor perdagangan yang mencapai 29,80
persen, disusul oleh sektor jasa-jasa sebesar 19,77 persen serta
sektor pertanian 14,54 persen, sektor pengangkutan dan
komunikasi sebesar 12,47 persen, sektor bangunan 10,85 persen,
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 33
sektor pertambangan 5,16 persen, sektor keuangan 5,11 persen,
sektor industri pengolahan sebesar 1,91 persen, sedangkan sektor
listrik tahun 2012 hanya menyerap 0,33 persen.
Tingginya pembentukan modal di sektor angkutan dan
komunikasi serta sektor perdagangan merupakan dampak dari
perkembangan ekonomi yang didukung oleh berkembangnya
sektor sektor lapangan usaha seperti sektor industri pengolahan.
Sedangkan pembentukan modal di sektor jasa-jasa sebagian adalah
peranan pemerntah terutama di dalam pembangunan infrastruktur
dan sarana prasarana dalam rangka melaksanan fungsi pelayanan
public di Kabupaten Bima.
4.2. PMA dan PMDN
Investasi atau PMTB berasal dari berbagai institusi baik
pemerintah, swasta (PMA dan PMDN) maupun rumahtangga
(masyarakat). PMTB yang dilakukan pemerintah dapat ditelusuri
dari realisasi APBN dan APBD Kabupaten Bima. Penanaman modal
yang dilakukan swasta dapat tercermin dari realisasi PMA dan
PMDN dan sebagiannya lagi dapat ditelusuri dari masing-masing
usaha/perusahaan yang ada di Kabupaten Bima, sedangkan
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 34
pembentukan modal oleh rumahtanga dapat dilihat dari usaha
rumahtangga yang dilakukan.
4.3. Koefisien ICOR
Salah satu metode yang dikembangkan untuk
menghubungkan pertumbuhan faktor produksi dengan
pertumbuhan ekonomi adalah dengan melihat ICOR. Sayangnya,
ICOR hanya menggunakan satu faktor produksi saja yaitu berupa
modal, padahal ada faktor lain yang dapat menyebabkan
pertumbuhan ekonomi, misalnya tenaga kerja dan peningkatan
produktivitas.
Meskipun demikian, banyak studi menunjukkan bahwa
pertumbuhan ekonomi erat kaitannya dengan produktivitas
penggunaan modal. Sehingga penggunaan ICOR untuk
menghubungkan pertumbuhan ekonomi dengan penggunaan
faktor produksi dapat dipertanggungjawabkan (Hera Susanti, dkk,
2000).
Disamping itu ICOR dapat dipergunakan untuk
menunjukkan tingkat efisiensi suatu perekonomian dalam
penggunaan modal. Dan juga dalam perencanaan makro, ICOR
dapat digunakan untuk menaksir besarnya kebutuhan modal untuk
menghasilkan tingkat pertumbuhan ekonomi tertentu. Konsep
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 35
ICOR tidak hanya dapat digunakan pada perekonomian secara
keseluruhan, tetapi juga pada berbagai sektornya.
Besarnya nilai ICOR tidak hanya tergantung pada jumlah
modal yang digunakan, akan tetapi dipengaruhi juga oleh faktor-
faktor lain. Di antara faktor lain tersebut adalah derajad dan sifat
kemajuan tehnologi, efisiensi penanganan jenis peralatan modal
baru, mutu keterampilan manajerial dan organisasional, komposisi
investasi, pola permintaan, hubungan harga faktor, seberapa luas
penggunaan overhead sosial dan ekonomi, serta dampak
industrialisasi, pendidikan, dan perdagangan luar negeri pada
perekonomian (M.L. Jhingan, 2000).
Sejumlah ahli ekonomi telah membuktikan berdasarkan
data empiris di negara maju bahwa ICOR pada mulanya cenderung
naik, kemudian turun pada saat pembangunan memperoleh
momentum dan bahkan menjadi stabil dalam jangka panjang. Di
antara para ahli yang mengambil kesimpulan seperti itu yang paling
menonjol adalah Colin Clark, Simon Kuznets dan Liebenstein.
Sebagai bukti di USA ICOR naik dari 2,8 pada tahun 1880 menjadi
3,9 pada 1929 dan kemudian turun 3,2 pada tahun 1944 dan 1,6 di
tahun 1960. Di Inggris pada tahun 1865 nilai ICOR 4,5 dan pada
tahun 1895 naik menjadi lebih dari 6. Nilai ICOR tersebut tetap
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 36
hampir stabil pada angka 6 sampai dengan tahun 1913, kemudian
turun menjadi 2,9 pada tahun 1952.
Pengalaman sejumlah Negara, ICOR di negara negara
berkembang berkisar antara 3 dan 4. Studi yang dilakukan oleh PBB
juga membenarkan hal tersebut, bahwa selama sepuluh tahun
terakhir yang berakhir tahun 1963 ICOR di negara berkembang
menujukkan hal yang sama berkisar antara 3 dan 4. Akan tetapi
sejumlah ahli berbeda pendapat mengenai persoalan apakah ICOR
harus rendah atau tinggi di negara-negara terbelakang.
Lepas dari segala keterbatasannya, ICOR dipakai secara luas
dalam perencanaan. Meskipun hasil ramalannya lemah, akan
tetapi ia memberikan hasil yang lebih berarti dalam jangka panjang
ketimbang dalam jangka penghitungan kasar dan cepat (M.L.
Jhingan, 2000). Oleh karena itu, penggunaan ICOR bagi
perencanaan harus hati-hati, apalagi ICOR yang pasti sulit diperoleh
hanya dengan menggunakan data satu dua tahun. Butuh data yang
lebih panjang untuk mendapatkan nilai ICOR yang lebih baik.
Studi penghitungan ICOR yang dilakukan oleh BPS
Kabupaten Bima menunjukkan bahwa ICOR Kabupaten Bima tahun
2010 2011 sebesar 5,71 dan 4,71. Hal ini sejalan belum sejalan
dengan studi yang pernah dilakukan oleh PBB maupun kesimpulan
sejumlah ahli ekonomi bahwa di negara/daerah berkembang nilai
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 37
ICOR berkisar antara 3 dan 4. Nilai ICOR Kabupaten Bima tersebut
berarti bahwa untuk meningkatkan output perekonomian sebesar
1 unit membutuhkan investasi sebesar lebih kurang 3,68 unit untuk
tahun 2010 dan 6,76 unit untuk tahun 2011 sedangkan tahun 2012
5,96 unit.
Nilai ICOR per sektor ekonomi di Kabupaten Bima cukup
bervariasi. Pada tahun 2010 nilai ICOR berkisar -4,73 yang dicapai
oleh sektor pertanian sampai 9,03 yang terjadi di sektor keuangan.
Sementara sektor lainnya memliki ICOR di di atas 5.
Pada tahun 2011, nilai ICOR per sektor ekonomi di
Kabupaten Bima terendah terjadi pada sektor industri sebesar 3,44
dan tertinggi pada sektor bangunan yaitu 8,42, sedangkan sektor-
sektor lainnya mempunyai ICOR antara 5 dan 8.
Sektor ekonomi yang mengalami perubahan ICOR cukup
besar dari tahun 2011 ke 2012 adalah sektor pertanian (turun
3,53), diikuti sektor listrik (turun 3,27) sedangkan sektor lainnya
cenderung naik yaitu sektor perdagangan (naik 1,64), sektor
pertambangan (naik 0,98). Sedangkan sektor yang relatif stabil nilai
ICORnya adalah sektor bangunan dan sektor pengangkutan dan
komunikasi yang perubahannya tidak terlalu siknifikan..
Perubahan- perubahan nilai ICOR ini bisa menjadi gambaran tingkat
efisiensi dalam penggunaan barang-barang modal pada sektor-
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 38
sektor tersebut. Semakin kecil nilai ICOR atau terjadinya penurunan
berarti tingkat efisiensi semakin baik.
Oleh karena itu, untuk sektor-sektor yang ICORnya
mengalami penurunan seperti sektor pertanian, sektor industri
pengolahan, serta bangunan dikatakan mengalami peningkatan
efisiensi. Sedangkan untuk sektor lainnya seperti sektor jasa-jasa
,pengangkutan serta sektor listrik terjadi sebaliknya yaitu
ketidakefisienan.
Tabel 5. Perkiraan Nilai ICOR Kabupaten Bima
Tahun 2010 2012
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 39
Kalau dirata-ratakan selama tiga tahun terakhir, sektor
bangunan mempunyai nilai ICOR terendah yaitu 1,85. Sedangkan
sektor jasa keuangan mempunyai nilai rata-rata ICOR paling tinggi
yaitu 8,78 diikuti oleh sektor pertambangan sebesar 7,19.
Sedangkan tingginya sektor jasa-jasa ini karena sebagian besar
adalah jasa pemerintah. Investasi atau pembentukan modal yang
dilakukan pemerintah dalam rangka melaksanakan fungsi layanan
publik tidak akan memperoleh nilai tambah, sehingga koefisien
ICOR sektor jasa-jasa relatif besar.
Untuk keperluan perencanaan ekonomi makro disarankan
menggunakan nilai rata-rata ICOR. Pilihan ini diambil karena lebih
menggambarkan nilai ICOR yang sebenarnya meskipun tidak begitu
tepat karena hanya tiga tahun saja.
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 40
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Investasi atau pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) di
Kabupaten Bima tahun 2012 mencapai Rp 939,05 milyar
meningkat dari tahun 2011 yang mencapai Rp. 834,71
milyar bila dihitung atas dasar harga berlaku. Sedangkan
bila dihitung atas dasar harga konstan nilai investasi
mencapai Rp. 435,49 milyar tahun 2012 meningkat dari
tahun 2011 yang sebesar Rp. 411,01 milyar.
2. Rata-rata ICOR Kabupaten Bima pada tahun 2010-2011
mencapai 5,22. Ini berarti belum sesuai dengan studi yang
dilakukan PBB yang menunjukkan bahwa ICOR di Negara-
negara berkembang berkisar antara 3 dan 4, akan tetapi
arahnya sudah benar yaitu menurun dari 6,76 menjadi 5,96.
3. ICOR masing-masing sektor ekonomi di Kabupaten Bima
tahun 2012 bervariasi pada level angka 2,80 sampai 8,65.
Hanya dua sektor ekonomi ICORnya berkisar antara 3
sampai 4 yaitu sektor industri dan jasa jasa , sedangkan
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 41
sektor lainnya masih diatas masih mempunyai nilai ICOR
diatas 4.
4. Untuk keperluan perencanaan, sebaiknya menggunakan
data rata-rata ICOR. Karena ini dianggap lebih
mencerminkan angka ICOR sesungguhnya. Akan lebih baik
jika rata-rata ICOR diperoleh dari data yang relatif panjang,
misalnya 10 atau 15 tahun.
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 42
LAMPIRAN
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 43
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 44
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 45
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 46
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 47
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 48
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 49
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 50
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Bima Tahun 2012 51
*Angka Sementara **Angka Sangat Sementara