Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2018 ISSN: 1979-911XYogyakarta, 15 September 2018
A-259
PRA RANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) TAMBAK UDANG SISTEM SEQUENCING BATCH REACTOR KAPASITAS 325 M3/HARI(Studi Kasus Kawasan Pesisir Pantai Kabupaten Kebumen Jawa Tengah)
Purnawan1, Hadi Prasetyo Suseno2, Maega Nurfadhilah3
1,2,3Jurusan Teknik Lingkungan Institut Sains & Teknologi AKPRINDJl. Bimasakti No.3, Pengok, Yogyakarta 55225 Indonesia
e-mail : [email protected]
ABSTRAKThe south coast of Java area which is known as barrend land and has no economic value for agricultural land,
this area has big potential for aquaculture like shrimp farm, and from 2001 pilot project shrimp farm expanded to two districts in Central Java namely Kebumen Districts and Purworejo Districts (Dwi, 2017). Based on data from Kebumen Regional Agency for Integrated Licensing Services Investment Board, in 2016 there were 300 shrimp farms scattered in several sub-districts and villages (http://www.kebumenekspres.com/2016/).
As one of the activities in the coastal mainland, pond fishery management are often lack of attention about natural resources capabilities with preservation of ecosystems and environment (Yustiningsih, 1996, dalam Libriyanto, 2008). Feeding rate used in shrimp ponds generate organic waste that can pollute the aquatic system (Hongsheng et al, 2008 dalam Fahrur et al, 2016).
According to the Decree of the Minister of Maritime Affairs and Fisheries No: Kep. 28/MEN/2004 about general instruction shrimp cultivation in ponds, some parameters that require management BOD, NH3 dan PO4. The planned processing alternatives in this pre-designed consist of Sequencing Batch Reactor, anaerobic biofilter,basin of water collectors that functions as well chlorination tub and mud dryer tub.
The test results of characteristics of shrimp pond wastewater parameters BOD5 : 152,87 mg/L, NH3 : 25,25 mg/L , PO4
-3 : 1,0578 mg/L with processing capacity 325 m3/day requires land area 232,41 m2 and Calculation of the cost budget plan based on the price of the work unit (HSPK) Kebumen Region 2016 generate a total cost of Rp. 328.951.329,-
Keyword : shrimp pond wastewater, Waste Water Installation, Sequencing Batch Reactor (SBR), anaerobic biofilter
INTISARIKawasan Pantai Selatan Jawa yang selama ini dikenal sebagai tanah gersang dan dianggap tidak ekonomis
untuk lahan pertanian, mempunyai potensi besar bagi budidaya air (aquaculture) seperti pertambakan udang, dan mulai tahun 2001 pilot project tambak udang diperluas ke wilayah dua kabupaten di Jawa Tengah yaitu Kabupaten Kebumen dan Kabupaten Purworejo (Dwi, 2017). Berdasarkan data Badan Penanaman Modal Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMPPT) Kabupaten Kebumen, pada tahun 2016 terdapat 334 tambak udang yang tersebar di beberapa kecamatan dan desa (http://www.kebumenekspres.com/2016/).
Sebagai salah satu kegiatan di wilayah daratan pesisir, pengelolaan perikanan tambak seringkali kurang memperhatikan kemampuan sumber daya alam serta pelestarian ekosistem dan lingkungannya (Yustiningsih, 1996, dalam Libriyanto, 2008). Pakan yang digunakan dalam tambak udang menghasilkan limbah organik yang mencemari perairan. (Hongsheng et al, 2008 dalam Fahrur et al, 2016).
Menurut Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No: Kep. 28/MEN/2004 tentang pedoman umum budidaya udang di tambak, beberapa parameter yang memerlukan pengolahan adalah BOD, NH3 dan PO4. Alternatifpengolahan yang direncanakan pada pra-rancangan ini terdiri dari Sequencing Batch Reactor, anaerobic biofilter, bakpengumpul akhir yang sekaligus berfungsi sebagai bak klorinasi serta bak pengering lumpur.
Hasil uji karakteristik air limbah tambak udang untuk parameter BOD5 : 152,87 mg/L, NH3 : 25,25 mg/L , PO4
-3 : 1,0578 mg/L dengan kapasitas pengolahan 325 m3/hari diperlukan luas lahan 232,41 m2 dan PerhitunganRencana Anggaran Biaya (RAB) berdasarkan Harga Satuan Pokok Kerja (HSPK) Kabupaten Kebumen 2016 didapatkan total biaya yang dibutuhkan sebesar Rp. 328.951.329,-
Kata Kunci : air limbah tambak udang, IPAL, Sequencing Batch Reactor (SBR), anaerobic biofilter
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2018 ISSN: 1979-911XYogyakarta, 15 September 2018
A-260
1. PENDAHULUAN
Perkembangan tambak di Indonesia secara intensif meningkat sejak tahun 1990. Pengembangan tambak tersebut
dilakukan melalui upaya konversi hutan mangrove. Peningkatan luas lahan tambak diiringi dengan berkurangnya
luas mangrove di wilayah pesisir tersebut memicu terjadinya kerusakan lingkungan yang ditimbulkan dari polusi
kegiatan pertambakan (Budhihastuti, 2013)
Air buangan tambak mengandung bahan-bahan cemaran yang bersumber dari sisa-sisa pakan, hasil ekskresi
metabolit, detritus, mikroorganisme, dan residu berbagai bahan pengendali lingkungan dan penyakit.
Karakteristik air limbah budidaya yang dibuang melalui central drain memiliki kandungan bahan organik total
(BOT), total suspended solid (TSS), N total, PO4. Lebih lanjut Hongsheng et al (2008) melaporkan bahwa retensi N
dan P pakan pada budidaya udang vaname masing-masing 22,27 % dan 9,79 % sehingga nutrien yang terbuang ke
lingkungan perairan tambak masing-masing mencapai 77,73 % nitrogen dan 90,21 % fospor (Fahrur et al, 2016).
Senyawa fosfat dan nitrogen seperti amoniak, nitrat dan nitrit yang terdapat ditambak. Senyawa tersebut bersifat
metabolitoksik dan sangat berbahaya bagi perikanan tambak. Keberadaan phosfat secara belebihan yang disertai
dengan keberadaan nitrogen dapat menstimulir ledakkan pertumbuhan algae di perairan (algae bloom) (Hendrawati,
et al. 2016). Tingginya kandungan nitrogen dalam bentuk ammonia yang terdapat pada limbah tambak udang juga
menyebabkan timbulnya bau yang mengganggu.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisir beban limbah budidaya udang adalah dengan
penerapan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) agar buangan air limbah ke lingkungan dapat memenuhi baku
mutu yang ditetapkan dan budidaya udang dapat beroperasi secara berkelanjutan.
2. METODE PENELITIAN
Metode penelitian ditulis menggunakan font Times New Roman 10 pts dengan spasi tunggal. Bagian ini berisi
prosedur dari penelitian, mulai dari desain penelitian, objek penelitian, bahan dan alat (instrument), waktu dan empat
pelaksanaan, sumber data atau metode pengumpulan data, variabel, prosedur kerja, dan metode analisa. Metode
analisa data dapat berupa langkah-langkah analisis, algoritma, atau lainnya. Teori analisis dijelaskan pada bagian
metode analisa ini.
a. Objek pra rancangan
Objek dalam pra rancangan ini yaitu rancangan instalasi pengolahan air limbah dari kegiatan tambak udang di
kawasan pesisir pantai Desa Tanggulangin, Kecamatan Klirong, Kabupaten Kebumen berdasarkan kualitas air
limbah yang dihasilkan.
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2018 ISSN: 1979-911XYogyakarta, 15 September 2018
A-261
b. Tahap pra rancangan
Gambar 1. Diagram alir pra rancangan
c. Alternatif unit pengolahan
Pemilihan teknologi pengolahan air limbah harus mempertimbangkan beberapa hal seperti jumlah air limbah
yang akan diolah, efisiensi pengolahan, ketersediaan lahan dan sumber energi, serta biaya operasi dan perawatan
(Said, 2017).
Alternatif yang akan direncanakan untuk instalasi pengolahan air limbah tambak udang terdiri dari kombinasi
sistem pengolahan dengan Sequencing Batch Reaktor dan biofilter. Unit pengolahan tersebut dimulai dengan bak
aerasi (bioreaktor), reaktor anerobik biofilter, bak pengumpul akhir sekaligus sebagai bak klorinasi, serta dilengkapi
dengan bak pengering lumpur.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Kualitas air limbah tambak udang
Tabel. 1 kualitas air limbah tambak udangParameter analisis Satuan Hasil uji Baku mutu*
Suhu 0C 23 -Kekeruhan NTU 49,05 ≤ 50
TSS mg/L 55 ≤ 200pH - 6,80 6 – 9,0
BOD5 mg/L 152,87 < 45NO2 mg/L <0,0021 < 2,5NO3 mg/L 9,5699 < 75NH3 mg/L 25,25 < 0,1PO4
-3 mg/L 1,0578 < 0,1Sumber : data primer 2017, *) Kep.Men Perikanan & Kelautan No.28 Tahun 2004
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2018 ISSN: 1979-911XYogyakarta, 15 September 2018
A-262
2. Perhitungan debit
Perhitungan dimensi unit pengolahan ditentukan dengan mempertimbangkan debit yang dihasilkan. Pengukuran
debit limbah tambak udang dilakukan dengan menghitung volume air di dalam tambak = Q = 325 m3/hari
3. Perencanaan dan perhitungan unit pengolahan
3.1 Sequencing Batch Reactor (SBR)
Sequencing Batch Reactor merupakan variasi dari proses lumpur aktif yang dioperasikan secara batch, namun
tidak perlu dilakukan resirkulasi lumpur/efluen karena klarifikasi antara air dan lumpur aktif terjadi dalam 1 tangki
(NEIWPCC,2005).
Tabel 2. Kriteria desain SBR
Parameter Simbol Nilai SatuanRasio volume air limbah yang diolah terhadap volume total reaktor
VF/VT 0,3 -
Yield Y 0,3 – 0,5 g VSS/g CODKoefisien decay Kd 0,06 – 0,2 g/g hariLaju pertumbuhan spesifik Μm 3 – 13,2 g/g hariRasio F/M - 0,04 – 0,10 kg BOD/kg MLVSS.hariBeban Volumetrik BOD Lorg 0,1 – 0,3 kgBOD/m3.hariMLSS - 2000-5000 mg/LUmur lumpur SRT 10 -30 hari
Sumber : Metcalf & Eddy, 2004
Diketahui :
Q = 325 m3/hari, BODin = 152,87 mg/L, BODout = 45 mg/L, Efisiensi = 70,5 %
Direncanakan waktu yang dibutuhkan untuk 1 siklus adalah 7 jam, yang terdiri dari :
Waktu pengisian = 1,5 jam, Waktu reaksi = 2 jam, Waktu pengendapan = 1,5 jam
Waktu pengurasan = 1,5 jam, Waktu diam (idle) = 0,5 jam, Lama jam kerja/hari = 15 jam
Siklus / hari = = 2,1 ~ 2 siklus/hari
Volume limbah yang diolah (VF)
= = 162,5 m3
Penentuan volume limbah yang diolah terhadap volume total reaktor (VF/VT) berdasarkan kesetimbangan massa
solid di dalam reactor ( massa solid volume total = massa solid yang mengendap)
VT.X = VS.XS
Dimana :
VT = volume total (m3)
X = konsentrasi MLSS pada volume total (gr/m3)
VS = volume setelah air dikeluarkan (m3)
Xs = konsentrasi MLSS pada Vs (gr/m3)
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2018 ISSN: 1979-911XYogyakarta, 15 September 2018
A-263
a). Nilai SVI normal berkisar antara 50 – 150 mL/gr (Said, 2017). Diasumsikan nilai SVI yaitu, 150 mL/gr, maka :
Xs = = 6666,67 mg/L
= 6666,67 gr/m3
b). Fraksi yang mengendap, diasumsikan MLSS sebesar 3600 gr/m3
= = = 0,539
Faktor keamanan 1,2 agar MLSS tidak terbawa saat mekanisme pengeluaran air dari reaktor (Metcalf & Eddy, 2004),
maka :
= 1,2 (0,539) = 0,64
c). Fraksi pengisian (VF/VT)
VF + Vs = VT
+ = 1 sehingga = 1 – 0,64 = 0,36
d). Volume total reaktor (VT)
Rasio VF/VT = 0,36 maka VT = = 451,4 m3
e). Dimensi reaktor
Direncanakan reaktor berbentuk persegi empat dengan kedalaman bak 3 m, maka :
A = = = 150,46 m2
A = P x L
P = L = 150,46 m2 = = 12,3 m
Tabel 3. Rekapitulasi dimensi dan kriteria operasional SBR
Parameter Nilai Satuan Parameter Nilai Satuan
Jumlah siklus 2 /hari Beban volumetrik BOD 0,11 kg/m3.hari
Waktu pengisian (fill) 1,5 Jam Rasio F/M 0,04 /hari
Waktu reaksi (react) 2 Jam Sludge Volume Index (SVI) 150 mL/gr
Waktu pengendapan (settle) 1,5 Jam MLSS 3600 gr/m3
Waktu pengurasan (decant) 1,5 Jam MLVSS 2880 gr/m3
Waktu diam (idle) 0,5 Jam Koefisien decay (kd) 0,08 gr/gr.hari
Kedalaman reaktor 3 m Umur lumpur (SRT) 12 hari
Lebar reactor 12,3 m Jumlah lumpur yang dihasilkan 132,42 kg/hari
Panjang reaktor 12,3 m Debit pembuangan lumpur 20,3 m3/hari
Freeboard 0,5 m Kebutuhan oksigen harian (Ro) 33,56 kgO2/jam
Tinggi total reaktor 3,5 m Standard Oxygen Requirement (SOR) 3,47 kgO2/jam
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2018 ISSN: 1979-911XYogyakarta, 15 September 2018
A-264
Gambar 2. Reaktor SBR tampak samping
3.2 Reaktor anaerobik biofilter
Efluen dari reaktor SBR dialirkan menggunakan pompa menuju bak anaerobik biofilter dengan aliran dari atas
ke bawah. Di dalam reaktor anaerobik biofilter diisikan dengan media khusus dari bahan plastik tipe sarang tawon.
Penguraian za-zat organi yang terkandung dalam air limbah tersebut dilakukan oleh bakteri anaerobik atau fakultatif
aerobik. Mikroorganisme ini akan menguraikan zat organik yang belum sempat terurai pada reaktor SBR.
Kriteria desain : Beban BOD per volume media = 0,4 – 4,7 kg BOD/m3.hari (Said, 2017)
Data perencanaan
Q = 325 m3/hari
BODin = 45 gr/m3
Beban BOD dalam air limbah (kg/hari)
= 325 m3/hari x 45 gr/m3
= 14625 gr/hari
= 14,625 kg/hari
Volume media = = 17,2 m3
Volume reaktor biofilter anaerob
Volume media = 60% dari total volume reaktor biofilter, sehingga
Volume reaktor biofilter = 17,2 m3 x 100/60 = 28,67 m3
Waktu tinggal di dalam reaktor biofilter
= = 0,088 hari x 24 jam/hari = 2,1 jam
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2018 ISSN: 1979-911XYogyakarta, 15 September 2018
A-265
Dimensi reaktor biofilter anaerob
Ditetapkan :Lebar = 2,8 mKedalaman efektif = 2 mPanjang = 5,2 mTinggi ruang bebas = 0,2 mVolume total = 29 m3
Tinggi penahan media dari dasar bak = 0,2 mTinggi bed media = 1,5 mTinggi air di atas media = 0,3 m
Tabel 4.Rekapitulasi dimensi dan kriteia operasional reaktor anaerobik biofilterParameter Nilai Satuan
Lebar 2,8 mPanjang 5,2 mTinggi media 1,5 mKedalaman efektif 2 mTinggi ruang bebas 0,2 mTinggi air di atas media 0,3 mTinggi penahan media dari dasar bak 0,2 mTinggi total bak 2,2 m
Gambar 3. Reaktor biofilter anaerobik tampak samping
3.3 Bak pengumpul akhir/klorinasi
Setelah melalui proses dalam reaktor anaerobik biofilter selanjutnya air limbah akan dialirkan secara overflow
ke bak penampung akhir yang juga berfungsi sebagai bak klorinasi. Di dalam bak ini, air limbah akan dikontakkan
dengan senyawa klor yang berfungsi untuk mengoksidasi ammonia dan dapat membunuh bakteri pathogen.
Data perencanaan :
Q = 325 m3/hari
Volume bak penampung akhir
= x 325 m3/hari = 27 m3
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2018 ISSN: 1979-911XYogyakarta, 15 September 2018
A-266
Dimensi bak
Bak penampung akhir direncanakan berbentuk persegi panjang dengan ketentuan :
P : L = 2 : 1, dengan kedalaman (h) = 2 m, maka,
Luas alas bak (A)
= = = 13,5 m2
A = P x L
= 2L x L
= 2 L2
L = =
Sehingga L = 2,6m dan P = 2 x 2,6 m = 5,2 m
Tinggi ruang bebas = 0,2 m
Volume efektif
= 5,2 m x 2,6 m x 2 m = 27 m3
cek :
waktu tinggal rata-rata
= x 24 jam/hari = 2 jam
Tabel 5. Rekapitulasi dimensi bak pengumpul akhirParameter Nilai Satuan
Panjang 5,2 mLebar 2,6 mKedalaman efektif 2 mTinggi ruang bebas 0,2 mTinggi total 2,2 m
Gambar 4. Bak pengumpul akhir tampak samping
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2018 ISSN: 1979-911XYogyakarta, 15 September 2018
A-267
Untuk mengatasi permasalahan bau yang ditimbulkan oleh tingginya konsentrasi NH3 pada limbah tambak
uang dapat dilakukan dengan penambahan senyawa klor. Penambahan klor dalam bentuk kaporit (Ca(OCl)2) ke
dalam air limbah dapat dilakukan menggunakan chlorine diffuser. Penentuan banyaknya dosis kaporit yang
digunakan berdasarkan kurva breakpoint.
Gambar 5. Kurva kebutuhan dosis klorin terhadap residu klorin
(Metcalf & Eddy, 2007)
Berdasarkan kurva tersebut dosis klor yang digunakan untuk limbah yang mengandung ammonia yaitu sebesar 5
mg/L dengan sisa klor (residual chlorine) yang dihasilkan < 1 mg/L. Sisa klor yang tersedia tersebut dapat berfungsi
sebagai desinfektan.
Untuk mengoksidasi air limbah sebanyak 27 m3 (volume bak pengumpul akhir) maka :
= 27000 L x 5 mg/L = 135000 mg
Kaporit yang digunakan mengandung klor aktif sebesar 90%, sehingga :
Jumlah kebetuhan kaporit
= x 100 = 150000 mg = 0,15 kg/pengolahan x 2 pengolahan/hari = 0,3 kg/hari
3.4 Bak pengering lumpur
Diketahui :
Debit pembuangan lumpur SBR = 20,3 m3/hari
Waktu pengaliran = 2 jam
Maka,
V = Q x dt
= 20,3 m3/hari x 2 jam x = 1,69 m3
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2018 ISSN: 1979-911XYogyakarta, 15 September 2018
A-268
Dimensi :
Bak pengering lumpur berbentuk persegi panjang dengan ketentuan P : L = 2 : 1, dengan kedalaman 1 m, maka,
A = P x L
= 2P x L
1,69 m2 = 2L2
L = = 0,92 m
P = 2 x 0,92 m = 1,84 m
Kedalaman = tebal lumpur + tebal pasir + tebal kerikil
= 0,3 m + 0,3 m + 0,3 m = 0,9 m
Tinggi total = kedalaman x freeboard
= 0,9 m x 110 % = 0,99 m = 1 m
Tabel 6. Rekapitulasi dimensi bak pengering lumpur
Parameter Nilai SatuanLebar 0,92 mKedalaman 1 mTinggi total 1 mPanjang 1,84 m
Gambar 6.Sludge Drying Bed tampak samping
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2018 ISSN: 1979-911XYogyakarta, 15 September 2018
A-269
3.5 Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Tabel 7. Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya (RAB) Tambak Udang
4. KESIMPULAN
1. Perancangan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) tambak udang di kawasan pesisir pantai Kabupaten
Kebumen kapasitas 325 m3/hari dengan luas lahan 232,41 m2, terdiri dari Sequencing Batch Reactor (SBR),
biofilter anaerob, dan bak pengumpul akhir yang sekaligus berfungsi sebagai bak klorinasi serta dilengkapi
dengan bak pengering lumpur (Sludge drying bed).
2. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh dimensi Sequencing Batch Reactor (SBR) yaitu 12,3 m x 12,3 m x 3,5
m, dimensi reaktor biofilter anaerob yaitu 5,2 m x 2,8 m x 2,2 m, dimensi bak pengumpul akhir yaitu 5,2 m x
2,6 m x 2,2 m dan dimenasi bak pengering lumpur (sludge drying bed) yaitu 1,6 m x 0,8 m x 1 m.
3. Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang diperlukan dalam pembuatan IPAL tambak udang sebesar Rp.
328.951.329,-
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih peneliti sampaikan kepada Bapak Rektor serta Dekan Fakultas Sains Terapan IST AKPRIND
atas dukungan dan fasilitas yang telah diberikan sehingga penelitian ini dapat terlaksana.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 7 September 2017, Tambak Udang Bakal Ditutup, (http://www.kebumenekspres.com/2016/02/tambak-
udang-bakal-ditutup.html)
No Jenis Pekerjaan Anggaran Biaya
I Pekerjaan Persiapan 11.983.747,000
II Pekerjaan Sequencing Batch Reactor 203.338.377,410
III Pekerjaan Reaktor Anaerobik Biofilter 25.837.277,350
IV Pekerjaan Bak Pengumpul Akhir/klorinasi 26.553.197,064
V Pekerjaan Sludge Drying Bed 4.290.258,864
VI Pekerjaan Instalasi 19.087.754,000
VII Trial & Training 2.035.000,000
VIII Supervisi 1.800.000,000
Total 295.023.613,688
Pajak (PPN + PPh) 11,5 % 33.927.715,574
Jumlah Biaya 328.951.329,262
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2018 ISSN: 1979-911XYogyakarta, 15 September 2018
A-270
Budhihastuti, R. 2013. Pengaruh Penerapan Wanamina Terhadap Kualitas Lingkungan Tambak dan pertumbuhan
Udang di Kota Semarang. Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan lingkungan, Hal.
374-377, ISBN 978-602-17001-1-2
Ditjen Bina Upaya Kesehatan. 2011. Pedoman Teknis Instalasi Pengolahan Air Limbah dengan Sistem Biofilter
Anaerob-Aerob pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Kemenkes RI, Jakarta
Dwi, 7 September 2017, Pantai Tanggulangin Kawasan Pas Untuk Usaha Tambak Udang,
(https://lintaskebumen.wordpress.com/2015/02/08/pantai-tanggulangin-kawasan-pas-untuk-usaha-tambak-
udang/)
EPA, 1999. Wastewater Technology Fact Sheet, Sequencing Batch Reactor. United States
Fahrur, M., Undu, M.C dan Syah, R. 2016. Performa Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) Tambak Udang
Vanamei Superintensif. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur, Hal. 285-292
Keputusan Menteri Perikanan dan Kelautan. 2004. Pedoman Budidaya Udang di Tambak. Jakarta
Libriyanto, O. 2008. Pengaruh Penggunaan Lahan Tambak Terhadap Kualitas Air Saluran Irigasi Tambak Di
Muara Daerah Aliran Ci Manceuri (Kabupaten Tangerang).Dept.Geografi, FMIPA UI, Jakarta
Metcalf & Eddy. 2004. Wastewater Engineering : Treatment and Reuse 4th Edition. Mc.Graw Hill, Singapore
NEIWPCC. 2005. Sequencing Batch Reactor Design and Operational Considerations. New York
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum. 2012. Pedoman Analisis Harga Satuan Pekerjaan (AHSP) Bidang Pekerjaan
Umum. Jakarta
Said, Nusa Idaman. 2003. Teknologi Pengolahan Air Limbah Aplikasi Teknologi Biofilter dengan Media Plastik
Tipe Sarang Tawon. KelompokTeknologiPengelolaan Air Bersih dan Limbah Cair Pusat Pengkajian dan
Penerapan Teknologi Lingkungan BPPT. Jakarta.