Diagnostik Fisis
Pandas
RUMKITAL Mintohardjo
PENDAHULUAN
Komponen Anamnesis
Identifikasi data
Keluhan Utama
Keluhan
Riwayat Penyakit Sekarang
Akhir masasehat
Sehat
Keluhan utama
Minta pertolongan dokter/Petugas kesehatan
Keluhan terpenting
Keluhan pentinglainnya
Lamanya
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
• Penyakit terdapat dalam keluarga pasien (sedarah) atau penyakit menular pada orang-orang yang amat dekat hidupnya dengan pasien (suami / istri). (3)
– Diabetes Melitus– Hipertensi– Penyakit jantung– Batu ginjal / batu empedu– Alergi
RIWAYAT HIDUP DAN KEBIASAAN
• Hal-hal penting dalam perjalanan kehidupan pasien • Kebiasaan-kebiasaan. (3)
Kebiasaan - kebiasaan
• Makan• Minum• Merokok• Minum obat-obatan• Tidur• Buang air besar / buang air kecil
KEPALA
Kontur
Ukuran
Bentuk
RAMBUT
WAJAH
TELINGA
PEMERIKSAAN OTOSKOPIK1. Pasangkan spekulum yang bersih pada otoskop.
2. Dengan kepala pasien dicondongkan menjauh dari pemeriksa, pegang heliks (daun telinga) dan tarik ke arah posterosuperior.
3. Masukkan spekulum ke dalam saluran telinga pasien untuk dilihat secara langsung. Saat melewati kanalis, lakukan observasi jaringan parut, eritema, titik perdarahan atau discharge.
4. Lanjutkan pemasukan spekulum dengan visualisasi langsung sampai membran timpani terlihat semua.
5. Inspeksi membran mengenai warna, translusensi, refleks cahaya, ruptur, eritema dan penonjolan.
HIDUNG
PEMERIKSAAN LEHER
INSPEKSI
AsimetriAsimetri
Pulsasi Vena Jugularis
Pulsasi Vena Jugularis
Pulsasi Arteri Carotis
Pulsasi Arteri Carotis
Massa atau Pembengkakan
Massa atau Pembengkakan
PergerakanPergerakan
Webbed neck
Merupakan salah satu gambaran KLINIS dari Leher yang Asimetris
Goiter
Contoh gambaran pembesaran kelenjar Thyroid pada pasien Goiter
PALPASI • Pembesaran/massa pada leher dapat disebabkan oleh:
• Limpoma• Tumor seperti:
• Branchial cyst tumor• Tumor carotid body• Sarcoma
Horse collar
PALPASI THYROID
Nilai kesan tentang Besar, Batas, Dan Keras/Lunaknya
PALPASI THYROID
Terdapat 2 metode palpasi dalam pemeriksaan kelenjar thyroid pada leher, yaitu dengan menggunakan 2 tangan dan menggunakan 1 tangan
2 TANGAN
1 TANGAN
Pemeriksaan Kelenjar Getah Bening :
Dinilai :• Ukuran • Nyeri tekan• Kemerahan• Suhu pd perabaan• Mobilitas• Konsistensi
AUSKULTASIAuskultasi dilakukan untuk mencari ada tidaknya bruit
dalam pemeriksaan KELENJAR THYROID
PEMERIKSAAN KHUSUS
Jugular Venous Presure (JVP)
1. JVP diukur pada seseorang dengan posisi setengah duduk 45° dalm keadaan rileks
2. Bendunglah vena itu di daerah proksimal (disebelah atas klavikula), sampai vena itu tampak jelas
3. Bendunglah dengan jari di sebelah distal yaitu di bawah dagu
4. Bendungan di atas klavikula di lepas.
5. Perhatikan ujung kolom darah tadi ke garis/ bidang horizontal yang melalui angulus sternalis lodovici.
Pemeriksaan kaku kuduk• Untuk memeriksa kaku kuduk Tangan pemeriksa
ditempatkan dibawah kepala pasien yang sedang berbaring
• Kepala ditekukan ( fleksi) dan diusahakan agar dagu mencapai dada
• Selama penekukan diperhatikan adanya tahanan. Bila terdapat kaku kuduk kita dapatkan tahanan dan dagu tidak dapat mencapai dada.
• Kaku kuduk (+) menunjukkan tanda peradangan meningen (co: meningitis)
THORAX
Inspeksi dilakukan untuk mengetahui adanya lesi pada dinding dada, kelainan bentuk dada, menilai frekuensi,
sifat dan pola pernapasan.
PALPASI THORAX
Paru-paru
- Nyeri tekan dan abnormalitas pada kulit yang berada di atasnya
- Tes ekspansi respiratorius
- Vocal fremitus
Jantung
• Ictus Cordis • Thrill
• Posisi pasien :
- duduk untuk memeriksa dada bagian belakang
- berbaring terlentang untuk memeriksa dada bagian depan
• Posisi pemeriksa: di sebelah kanan pasien
PALPASI THORAX (2)
• Palpasi dengan hati-hati pada setiap daerah tempat terasanya nyeri yang dikeluhkan atau tempat terlihatnya lesi atau memar.
• Nyeri tekan interkostal terdapat pada daerah pleura yang mengalami inflamasi.
• Luka memar biasanya ditemukan di daerah fraktur tulang iga
PALPASI THORAX (3)
• Tes ekspansi respiratorius
- Perhatikan : jarak antara kedua ibu jari tangan, kesimetrisan, adakah gerakan tertinggal
Normal Gerakan Dada tertinnga unilateral
Mengembang secara simetris dengan melebarnya jarak diantara kedua ibu jari dan tidak ada gerakan yang
tertinggal.
- efusi pleura- pneumonia lobaris- obstruksi bronkial yang unilateral.
Tes ekspansi respiratorius
Letakkan kedua telapak tangan di dinding dada
pasien Kemudian minta pasien untuk mengucapkan kata ‘tujuh puluh tujuh’,
Rasakan getaran yang terasa di tangan dan bandingkan kesimetrisannya
Pemeriksaan Vocal Fremitus
Normal Mengeras Melemah
Simetris, tidak ada yang mengeras atau melemah
Pada keadaan yang membuat isi paru menjadi lebih padat (konsolidasi), seperti :-Pneumonia lobaris-Tuberkulosis
- PPOK- Efusi pleura- pneeumothorax
Hasil Pemeriksaan Vocal Fremitus
Palpasi Ictus Cordis• Posisi pasien tidur terlentang • Letakkan telapak tangan di
dada bagian anterior setinggi ics IV tau V di linea midklavikularis kiri
• Rasakan apakah teraba getaran
• Jika tidak ditemukan, minta pasien untuk posisi lateral dekubitus kiri
• Lakukan perabaan lagi pada dinding dada anteriornya.
• Tentukan lokasinya dan amplitudonya.
Palpasi Ictus Cordis (2)
• Normal :
iktus cordis teraba di ics V atau ics IV di sebelah medial linea midklavikularis kiri dengan amplitudo kecil dan pelan.
• Pergeseran iktus cordis ke arah lateral mungkin dapat disebabkan :
- pembesaran jantung yang dapat ditemukan di gagal jantung kongestif, kardiomiopati. - deformitas dinding dada
• iktus cordis ini tidak selalu teraba. • Terjadi pada :
- Tebalnya dinding dada
- Emfisema
- Efusi pericardial,
- Shock,
- Dekstrokardia (jarang)
Palpasi Ictus Cordis (3)
adalah getaran yang teraba pada dinding thoraks yang berasal dari terjadinya turbulensi
aliran darah di dalam jantung atau saat dipompa keluar dari jantung.
•Thrill = murmur pada auskultasi
•Turbulensi aliran darah dapat terjadi :- stenosis katup jantung- insufisiesi katup jantung
Palpasi thrill
Palpasi thrill (2)
Meraba thrill paling baik dengan menggunakan kepala tulang metakarpal (bukan dengan ujung jari) dan ditekan dengan sangat ringan pada kulit.
Palpasi thrill (3)
Teknik perkusi
Teknik perkusi
Bunyi perkusi dada:
Paru-hepar-jantungParu-hepar-jantung
Teknik Auskultasi Paru
Paru Anterior
Paru Posterior
Suara Nafas Normal
Suara Nafas brocovesicular / sub
bronchial
Suara Nafas vesicular
Suara Nafas bronchial
Suara Nafas tracheal
Suara nafas Normal
Suara Napas yang Abnormal
1. Terdapatnya suara napas tracheal, bronchial, sub-bronchial/bronkovesikuler di tempat yang tidak seharusnya bronchiolus di daerah prifer dada mengalami infiltrasi/konsolidasi
1. Terdapatnya suara napas tracheal, bronchial, sub-bronchial/bronkovesikuler di tempat yang tidak seharusnya bronchiolus di daerah prifer dada mengalami infiltrasi/konsolidasi
2. Suara napas vesikuler yag memanjang Rasio fase inspirasi : ekspirasi menjadi 3:2 atau 3:3 lumen bronchiolus mengalami penyempitan
2. Suara napas vesikuler yag memanjang Rasio fase inspirasi : ekspirasi menjadi 3:2 atau 3:3 lumen bronchiolus mengalami penyempitan
3. Suara napas terdengar lemah Dapat diakibatkan dinding
• dada yang tebal, • atau akibat aliran udara yang berkurang emfisema, bronkus yang mengalami obstruksi•ataupun akibat interposisi cairan atau udara di dalam rongga pleura efusi pleura, pnemothorax
3. Suara napas terdengar lemah Dapat diakibatkan dinding
• dada yang tebal, • atau akibat aliran udara yang berkurang emfisema, bronkus yang mengalami obstruksi•ataupun akibat interposisi cairan atau udara di dalam rongga pleura efusi pleura, pnemothorax
4. Suara napas mengeras Akibat adanya infiltrat pada paru dan ateletaksis paru akibat kompresi sedangkan lumen bronkus tetap terbuka.
4. Suara napas mengeras Akibat adanya infiltrat pada paru dan ateletaksis paru akibat kompresi sedangkan lumen bronkus tetap terbuka.
5. Suara napas amforik• Menyerupai tiupan pada botol yang kosong• Dapat terjadi bila terdapat kavitas besar yang berhubungan terbuka dengan suatu bronkus
5. Suara napas amforik• Menyerupai tiupan pada botol yang kosong• Dapat terjadi bila terdapat kavitas besar yang berhubungan terbuka dengan suatu bronkus
6. Suara nafas ‘cog-wheel’• Suara nafas yang tersendat-sendat• Pada pleuritis adhesiva alveolus mengembang tidak serentak dan tidak merata setiap inspirasi.
6. Suara nafas ‘cog-wheel’• Suara nafas yang tersendat-sendat• Pada pleuritis adhesiva alveolus mengembang tidak serentak dan tidak merata setiap inspirasi.
7. Suara nafas ‘metamorphosing’ Suara inspirasi yang mendadak berubah dari halus => kasar sumbatan bronkus/bronkiolus yang mendadak lepas
7. Suara nafas ‘metamorphosing’ Suara inspirasi yang mendadak berubah dari halus => kasar sumbatan bronkus/bronkiolus yang mendadak lepas
8. Suara nafas asthmatic : ekspirasi yang memanjang disertai dengan wheezing.8. Suara nafas asthmatic : ekspirasi yang memanjang disertai dengan wheezing.
Pemeriksaan Jantung
sela iga 2, tepi
sternum kanan/garis
sternalis
sela iga 2, tepi
sternum kanan/garis
sternalis
sela iga 2, tepi
sternum kiri
sela iga 2, tepi
sternum kiri
tepi sternum
bawah kiri
tepi sternum
bawah kiri
ICS 5 sedikit medial dari garis midklavikularis kiri
ICS 5 sedikit medial dari garis midklavikularis kiri
Penilaian Auskultasi
• Bunyi jantung (1 dan 2)• Splitting
• Bunyi Jantung Tambahan• Irama dan Frekuensi Denyut Jantung
• Bising Jantung• Pericardial friction rub
Bunyi jantung
Melemah pada keadaan• Fibrosis katup mitral• Infark miokard• Emfisema• Efusi pericardial/pleura kiri
Melemah pada keadaan• Fibrosis katup mitral• Infark miokard• Emfisema• Efusi pericardial/pleura kiri
Mengeras pada keadaan• Mitral stenosis/tricuspid stenosis• Takikardia• Blokade jantung• Hipertiroidisme• Anemia• Demam rematik akut
Mengeras pada keadaan• Mitral stenosis/tricuspid stenosis• Takikardia• Blokade jantung• Hipertiroidisme• Anemia• Demam rematik akut
Bunyi Jantung I
Bunyi Jantung I
katup mitral dan trikuspid menutup bersamaankatup mitral dan trikuspid menutup bersamaan
katup aorta dan pulmonal bersamaan membukakatup aorta dan pulmonal bersamaan membuka
katup Mitral di garis midklavikula sinistra intercostae Vkatup Mitral di garis midklavikula sinistra intercostae V
katup Trikuspid di garis parasternal sinistra intercostae IVkatup Trikuspid di garis parasternal sinistra intercostae IV
Penilaian Auskultasi
Bunyi jantung
Bunyi Jantung II
katup Aorta dan Pulmonal menutup bersamaankatup Mitral dan Trikuspid bersamaan membuka
katup Aorta di garis sternalis dextra intercostae II
katup Pulmonal di garis sternalis sinistra intercostae II
Melemah pada keadaan• Hipotensi• Shock• Fibrosis katup semilunar• Emfisema• Pulmonal stenosis
Melemah pada keadaan• Hipotensi• Shock• Fibrosis katup semilunar• Emfisema• Pulmonal stenosis
Mengeras pada keadaan• Setelah aktifitas• Hipertensi sistemik• Hipertensi pulmonal
Mengeras pada keadaan• Setelah aktifitas• Hipertensi sistemik• Hipertensi pulmonal
Splitting
Dewasa dengan hipertensi pulmonal (misalnya karena payah jantung kiri) bunyi jantung II terdengar pecah/’splitting’ karena katup pulmonal dan katup aorta tidak menutup secara bersamaan.
Bisa normal dengan ciri pada inspirasi ‘splitting’ terdengar jelas sedangkan pada ekspirasi “splitting menghilang
Pada RBBB, dengan cirri ‘splitting’ dapat terdengar jelas baik saat inspirasi maupun ekspirasi
Splitting bunyi jantung II pada orang normal disebabkan karena pada waktu inspirasi, katup pulmonal menjadi lebih terlambat menutupnya daripada katup aorta
Bunyi jantung Tambahan
setelah bunyi jantung II, nada > rendah. setelah bunyi jantung II, nada > rendah.
N : anak/dewasa muda sehat.N : anak/dewasa muda sehat.
Abn : usia > 40 thn.Abn : usia > 40 thn.
Pada : regurgitasi mitral tanpa adanya gagal jantungPada : regurgitasi mitral tanpa adanya gagal jantung
sesaat sebelum bunyi jantung I.sesaat sebelum bunyi jantung I.
N : amat sangat lemah tidak terdengar N : amat sangat lemah tidak terdengar
Patologis : hipertrofi ventrikel Patologis : hipertrofi ventrikel
Bunyi jantung Tambahan
segera setelah bunyi jantung I, nada > segera setelah bunyi jantung I, nada >
Krn distensi tiba2 pada aorta/a.pulmonalis yang patologik saat systole (aneurysma, hipertensi pulmonal, AS, PS, AI)
Krn distensi tiba2 pada aorta/a.pulmonalis yang patologik saat systole (aneurysma, hipertensi pulmonal, AS, PS, AI) Pada ekspirasi terdengar > jelas Pada ekspirasi terdengar > jelas
PM : pulmonal (‘pulmonary ejection sound’) /di apex (‘aortic ejection sound’)
PM : pulmonal (‘pulmonary ejection sound’) /di apex (‘aortic ejection sound’)
Opening snapOpening snapbunyi diastolik yang tajam pada keadaan mitral stenosis.bunyi diastolik yang tajam pada keadaan mitral stenosis.
terjadi dengan cepat setelah bunyi jantung II stenosis mitral berat terjadi dengan cepat setelah bunyi jantung II stenosis mitral berat
pada apeks, pada tepi kiri bawah sternum, atau diantaranyapada apeks, pada tepi kiri bawah sternum, atau diantaranya
Bunyi jantung Tambahan
Terdengar ditengah fase sistolikTerdengar ditengah fase sistolik
Umumnya tidak patologik walaupun kadang terdengar pada perikarditis.Umumnya tidak patologik walaupun kadang terdengar pada perikarditis.
Irama dan Frekuensi Denyut Jantung
• Terjadi karena aliran darah dalam jantung menjadi turbulen sehingga menimbulkan getaran dibedakan menjadi :
Murmur SistolikMurmur Sistolik Murmur DiastolikMurmur Diastolik
Pansistolik murmur • Bila pada fase sistolik katup atrioventikular menutup tidak sempurna
• Terdapat pada MI
Pansistolik murmur • Bila pada fase sistolik katup atrioventikular menutup tidak sempurna
• Terdapat pada MI
Ejection sistolik murmur•Bila pada fase sistolik katup semilunaris membuka tidak sempurna
• Terdapat pada AS, PS
Ejection sistolik murmur•Bila pada fase sistolik katup semilunaris membuka tidak sempurna
• Terdapat pada AS, PS
Mid diastolic murmur•Bila pada fase diastolik atrioventikular membuka tidak sempurna
• Terdapat di MS
Mid diastolic murmur•Bila pada fase diastolik atrioventikular membuka tidak sempurna
• Terdapat di MS
Early diastolic murmur•Bila pada fase distolik katup semilunaris menutup tidak sempurna
• Terdapat pada AI, PI
Early diastolic murmur•Bila pada fase distolik katup semilunaris menutup tidak sempurna
• Terdapat pada AI, PI
Terdengar seperti bunyi sepatu kulit yang masih baru
karena permukaan pericardium parietal dan visceral menjadi kasar dan pada pergesekan waktu systole dan diastole jantung menimbulkan bunyi
Terdapat pada perikarditis
PEMERIKSAANPEMERIKSAAN
ABDOMABDOMENEN
Tahap Pemeriksaan Fisik Abdomen
• Inspeksi• Auskultasi• Perkusi• Palpasi
Persiapan
• Cuci Tangan
• Penjelasan dan Informed Consent Lisan
• Pengosongan Vesika Urinaria
• Memposisikan Pasien
• Persiapan Lingkungan
InspeksiInspeksi
• Warna Kulit
InspeksiInspeksi
• Bentuk Abdomen
InspeksiInspeksi
• Pulsasi
• Massa
EfloresensiEfloresensi
• Pigmentation
• Striae
Inspeksi
• Caput Medusa
• Roseola Spot
InspeksiInspeksi
• Hematom
• Ptekiae
InspeksiInspeksi
• Bekas Operasi
InspeksiInspeksi
• Umbilikus
InspeksiInspeksi
• Hernia Umbilikus
• Pengamatan Gerak Dinding Perut Saat Keadaan Statis dan Saat Bernafas
Auskultasi AbdomenAuskultasi Abdomen
Auskultasi dapat menunjukkan
- Bunyi ramai (rushing sound), bernada tinggi
obstruksi intestinal awal
- Bunyi seperti terkocak (succussion sound)
peningkatan cairan dan udara dalam viskus cekung yang
berdilatasi
Auskultasi diatas hepar yang membesar kadang menunjukkan harsh bruit tumor vaskuler, terutama hepatoma, atau friction rub kasar dari nodul permukaan, venous hum pada umbilikus dapat menandakan hipertensi portal dan peningkatan aliran darah kolateral di sekitar hepar.
Perkusi Abdomen
Fungsinya :
1. Mendeteksi kandung empedu atau vesika urinaria: suara redup atau pekak
2. Memperkirakan ukuran hati dan limpa
3. Distensi abdomen: penuh gas, masa tumor, dan ascites
Normal perkusi abdomen : timpaniNormal perkusi abdomen : timpani
Pemeriksaan ascites
Shifting dullnes positif jika bunyi redup berpindah ke sisi terendah saat perkusi.
Batas Hepar
- - Batas bawah hepar garis midklavikula dimulai dari SIAS ke atas sampai terdengar bunyi pekak.
- - Batas atas hepar batas bawah hepar ke atas (midclavicula) hinga terdengar redup.
Palpasi abdomenPalpasi abdomen
1.Meminta izin dan jelaskan tujuan dilakukan palpasi
2.Menanyakan pada pasien apakah ada nyeri ada abdomen sebelum dilakukan palpasi, menanyakan tentang makan, BAB, dan BAK
3.Buat agar kondisi rileks
• Posisi pasien: relaks telentang, kedua tangan pasien diletakkan di samping, dengan kedua tungkai fleksi pada sendi paha dan lutut. Pakaian pasien dilepas seperlunya
• Pemerisa: pemeriksa berdiri di sebelah kanan perut pasien
Dalam keadaan normal, semua organ di dalam rongga
perut pasien tidak dapat diraba, kecuali pada orang kurus dan dinding perut yang lembek; dapat diraba: sedikit ujung hepar di proc. Xiphoideus, kutub bawah ginjal kanan,
aorta abdominalis, vertebrae lumbalis IV dan V, uterus dalam keadaan gravid >3 bulan, vesica urinaria yang
penuh.
Objek yang diperiksa pada pemerisaan Objek yang diperiksa pada pemerisaan palpasi abdomenpalpasi abdomen
Melakukan palpasi superficial secara menyeluruh dan lakukan pemeriksaan turgor kulit
Menyeluruh di 9 regio abdomen
Yang dinilai:Kesupelan dinding perutRigiditas / defense muskular*Nyeri tekanTurgor kulit*
◦Rigiditas / defense muskular*
◦Turgor kulit*
Melakukan pemeriksaan untuk nyeri tekan dan nyeri lepas
Perhatikan wajah pasien
Tanyakan apakah terasa sakit atau tidak saat menekan dan saat melepas tekanan tersebut
Melakukan pemeriksaan palpasi hepar
Diakukan mulai dari caudal ke cranialLakukan palpasi saat ekspirasi dan rasakan hepar saat inspirasi
Nilai:Perbesaran heparTepiPermukaanKonsistensiNyeri tekan
Melakukan palpasi vesica fellea
Pemeriksaan dilakukan dari caudal ke cranial sepanjang linea mediana sampai ke arkus costae
Nilai:- Perbesaran vesika fellea- Murphy Sign
Melakukan pemeriksaan palpasi lien
Pemeriksaan melengkung spanjang garis schuffner
Nilai:- Perbesaran lien- Tepi- Permukaan- Konsistensi- Nyeri tekan
Melakukan palpasi ginjal
Dilakukan dengan 2 tangan (bimanual)
Nilai:- Perbesaran ginjal- Nyeri ketok
Ginjal normal tidak teraba, kecuali pada orang kurus, terutama
wanita, kutub bawah ginjal kadang dapat teraba.
Ballotement positif dapat terdapat pada perbesaran ginjal atau tumor
pada ginjal.
Melakukan pemeriksaan asites dengan teknik undulasi
cara ini dilakukan untuk megetahui apakah ada ascites pada abdomen
Pemeriksaan AnorektalPemeriksaan Anorektal
Pada posisi lithotomi diagnosis letak kelainan menggunakan posisi jam yakni jam 3 sebelah kanan, jam 9 sebelah kiri, jam
6 ke arah sacrum dan jam 12 ke arah pubis
Daftar PustakaDaftar Pustaka
• OGCCU King Edward Memorial Hospital team. Clinical Guidelines Abdominal Examination / Palpation Section B; 2009. P 1-2. Available at : http://www.kemh.health.wa.gov.au/development/manuals/O&G_guidelines/sectionb/1/b1.6.2.pdf, accessed on March 31th 2012.
• M. Reza, P. Paraskevas. Hospital Surgery chapter Abdominal Examination; 2009. P 742• J. Michael, M.D. Klamut. Introduction to the Practice of Medicine – II, Examination of the
Abdomen; 2003. P 14. Available at : http://www.meddean.luc.edu/lumen/meded/medicine/pulmonar/pdself/abdomen.pdf, accessed on March 31th 2012.
• Khasnis, R.M. Gokula. Spider Nevus. J postgrad Med; 2002. P48:307. Available at : http://www.jpgmonline.com/text.asp?2002/48/4/307/71. Accessed on March 31th 2012.
• http://www.professionalmedicaleducation.co.uk/finals-revision-guide-book/course-guide-learning_surgery-abdomen.pdf. accessed on 31th March 2012.
• Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Vol. 4. Kurt J Isselbacher, et.al. 2002. Hal 270• Aru W, Bambang S, idrus A, Marcellus S, Siti S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 5thed. Interna
Publishing. 2009: p 70-2)• Undulation test. Available at: http://www.scribd.com/doc/27922543/pemeriksaan-asites.
Accessed on March 31th 2012.• Region of abdomen. Available at: http://www.scribd.com/doc/20431022/1/PEMERIKSAAN-
FISIK-ABDOMEN. Accessed on March 31th 2012.• Diagnosis Fisik: Evaluasi Diagnosis dan Fungsi di Bangsal. Janice L Willms, Henry
Schneiderman & Paula S. Algranati. 2005. Hal 282.• Seluk Beluk Pemeriksaan Kesehatan. Dr. R. Darmanto Djojodibroto Spp. Fccp. Pustaka
Populer Obor. Jakarta 2001. Hal 53
PEMERIKSAAN FISIK
EKSTREMITAS
EKTREMITAS ATAS
EKTREMITAS BAWAH
INSPEKSI
GO
GO
GO
Proporsi ukuran terhadap tubuh
Deformitas
Kulit
Warna Kulit
IKTERIK
PUCAT
SIANOSIS
HIPEREMIS
Efloresensi
Plaque
Urtikaria Papul
Palmar eritem
Makula
Pustul
RambutRambut rontok
Hirsutisme
Edema
KUKU
CLUBBING FINGER
KOILONYCHIA
OSLER NODE
SPLINTER HEMORAGI
1.Tremor
2.Chorea
3.Atetose
4.Distonia
5.Balismus
6.Spasme
• Kekuatan Otot• Jika nyeri atau ada injury, mulailah pada sisi normal. • Pemeriksaan kekuatan otot dapat dilakukan dengan
menggunakan pengujian otot secara manual atau Manual Muscle Testing (MMT)
• Pelaporkan hasil uji kekuatan otot:– 5 : mampu bergerak dengan luas, gerak sendi penuh, melawan
gravitasi, dan melawan tahanan maksimal. Normal – 4 : mampu bergerak dengan luas, gerak sendi penuh, melawan
gravitasi, dan melawan tahanan sedang. Good– 3 : mampu bergerak dengan luas, gerak sendi penuh, melawan
gravitasi, tanpa tahanan. Fair – 2 : mampu bergerak dengan luas, gerak sendi penuh, tanpa
melawan gravitasi. Poor– 1 : tidak ada gerakan sendi, tetapi kontraksi otot dapat
dipalpasi. Trace– 0 : kontraksi otot tidak terdeteksi dengan palpasi.
• Finger to finger
• Finger to nose
• Heel to knee
PALPASI KULIT
• Edema pitting
• Non pitting
Pergerakan sendi
• Pergerakan sendi aktif
• Pergerakkan sendi inaktif
Palpasi Otot
•Atrofi
REFLEKS FISIOLOGIS• Biceps• Triceps• Patella• Achilles• Kremaster• Manuver Jendrassik
Refleks Biceps
Refleks Triceps
REFLEKS PATELLA
REFLEKS ACHILLES
REFLEKS BRACHIORADIALIS
MANUVER JENDRASSIK, REFLEKS KREMASTER
Refleks bisep
Refleks trisep
Reflek brachioradialis
Reflek patella
Reflek achiles
reflek kremaster
Posisi dilakukan dengan pasien duduk, dengan membiarkan lengan untuk beristirahat di pangkuan pasien, atau membentuk sudut sedikit lebih dari 90 derajat di siku.
dilakukan dengan pasien duduk. dengan Perlahan tarik lengan keluar dari tubuh pasien, sehingga membentuk sudut kanan di bahu. atau Lengan bawah harus menjuntai ke bawah langsung di siku
dapat dilakukan dengan duduk. Lengan bawah harus beristirahat longgar di pangkuan pasien.
dapat dilakukan dengan duduk atau berbaring terlentang
pasien duduk, kaki menggantung di tepi meja ujian. Atau dengan berbaring terlentang dengan posisi kaki melintasi diatas kaki di atas yang lain atau mengatur kaki dalam posisi tipe katak.
berbaring terlentang dengan paha sedikit abduksi
Cara Identifikasi: pasien memflexikan siku. pemeriksa mengamati fossa antecubital. Tendon akan terlihat dan terasa seperti tali tebal
ketukan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada tendon m.biceps brachii, posisi lengan setengah diketuk pada sendi siku.
ketukan pada tendon otot triceps, posisi lengan fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasi
ketukan pada tendon otot brakioradialis (Tendon melintasi (sisi ibu jari pada lengan bawah) jari-jari sekitar 10 cm proksimal pergelangan tangan.posisi lengan fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasi.
ketukan pada tendon patella
Identifikasi: mintalah pasien untuk plantar flexi.
ketukan hammer pada tendon achilles
Identifikasi: menggores permukaan dalam paha dengan benda tajam
kontraksi m.kremaster dan penarikan testis ke atas
Respon fleksi lengan pada sendi siku
ekstensi lengan bawah pada sendi siku
-flexi pada lengan bawah-supinasi pada siku dan tangan
plantar fleksi kaki karena kontraksi m.quadrisep femoris
plantar fleksi kaki krena kontraksi m.gastroenemius
REFLEKS PATOLOGIS• Babinsky• Chaddock• Oppenheim• Gordon• Schaffer• Gonda• Hoffmann-Tromner• Klonus
BABINSKI
GORDON
CHADDOCK
OPPENHEIM
SCHAFFER
Hoffman-tromner
Klonus
Lasegue, brudzinski, kernig
Laseque