POPULASI DAN TINGKAT SERANGAN HAMA DAUN TANAMAN
SAWI DI BANDAR LAMPUNG
(Skripsi)
Oleh
Pratama Kurniawan
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK
POPULASI DAN TINGKAT SERANGAN HAMA DAUN TANAMAN
SAWI DI BANDAR LAMPUNG
Oleh
PRATAMA KURNIAWAN
Penelitian ini bertujuan mempelajari populasi hama dan tingkat serangan hama
daun tanaman sawidi kecamatan Tanjung Senang dan Kemiling. Penelitian ini
dilaksanakan di Kecamatan Tanjung Senang dan Kecamatan Kemiling, Kota
Bandar Lampung Selatan pada bulan pada bulan Agustussampai November 2018.
Penelitian ini dilaksanakan dengan metode surveipadadua lokasi yaitu kecamatan
Tanjung Senang dan Kemiling.Pada masing-masing lokasi dipilih 2 kebun sawi
yang akan digunakan sebagai kebun sampel. Setiap kebun dipilih 4 petaksampel.
Pengamatan populasi dilakukan dengan metode perangkap kuning. Pada setiap
petak ditentukan 4 titik sampel pengamatan secara diagonal. Pada setiap titik
pengamatan dipasang perangkap kuning yang diberi label. Setelah 3 kali
pengamatan, perangkap diambil dan bawa ke laboratorium Hama Jurusan Proteksi
Tanaman Universitas Lampung. Pengamatan tingkat kerusakan tanaman
dilakukan terhadap 5 tanaman sampel tiap petak yang dipilih secara diagonal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa populasi hama lalat pengorok daun pada
tanaman sawi di Tanjung Senang lebih tinggi daripada di Kemiling, tetapi
populasi hama thrips tidak berbeda.Tingkat kerusakan tanaman sawi di Tanjung
Senang lebih tinggi daripada di Kemiling.
Kata kunci : kebun sampel, perangkap kuning, sawi, tingkat serangan
POPULASI DAN TINGKAT SERANGAN HAMA DAUN TANAMAN
SAWI DI BANDAR LAMPUNG
Oleh
Pratama Kurniawan
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kotabumi, Lampung Utara pada tanggal 5 Oktober 1993..
Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Bapak Gatut Gunadi dan Ibu
Marlilin. Penulis mengawali pendidikan formal di Sekolah Dasar Negeri 2 Negara
Tulang Bawang, Bunga Mayang, Lampung Utara tahun 1999-2005. Penulis
melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bunga Mayang, Lampung
Utara tahun 2005 – 2008 dan Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Kotabumi,
Lampung Utara 2008 – 2011.
Penulis melanjutkan studi di Fakultas Pertanian Program Studi Agroteknologi
Strata 1 (S1) Universitas Lampung melalui jalur Ujian Mandiri pada Tahun 2011
dengan Konsentrasi Hama dan Penyakit Tanaman. Selama menjadi mahasiswa,
penulis pernah menjadi anggota Aktif FOSI Fakultas Pertanian Universitas
Lampung Tahun 2013-2014 di Bidang MCF (Media Centre Faculty). Penulis
pernah menjadi asisten praktikum Petisida dan Teknik Aplikasi. Penulis
Melaksanakan Praktik Umum (PU) di Pabrik Gula PTPN VII Bunga Mayang,
Lampung Tengah pada Agustus 2015. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata
(KKN) di Desa Napal, Kecamatan Kelumbayan, Kabupaten Tanggamus, pada
Januari 2015.
SANWACANA
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi
dengan judul “Populasi Dan Tingkat Serangan Hama Daun Tanaman Sawi Di
Bandar Lampung” ini adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana,
Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
Penulis menyadari keberhasilan penulis, baik dari masa perkuliahan sampai pada
penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis ingin berterima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung yang telah mensahkan skripsi ini.
2. Ibu Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi
3. Bapak Dr. Ir. I Gede Swibawa, M.S., selaku Dosen Pembimbing I atas waktu
dan kesabarannya untuk membimbing dan memberi masukan dalam proses
penyelesaian skripsi ini.
4. Ibu Ir. Lestari Wibowo, M.P., selaku Pembimbing II atas bantuan, bimbingan,
semangat, nasehat, kesabaran, dan waktu dalam membimbing penulis selama
penelitian dan penyusunan skripsi.
5. Bapak Ir. Purnomo, M.S. selaku selaku Penguji bukan Pembimbing atas saran,
pengarahan, dan nasehat untuk perbaikan penulisan skripsi ini.
6. Bapak Ir. Eko Pramono, M.S., selaku Pembimbing Akademik atas kasih
sayang, bimbingan, nasehat, dan motivasi kepada penulis selama menjadi
mahasiswa.
7. Seluruh staf pengajar dan karyawan Jurusan Agroteknologi atas ilmu
pengetahuan, bantuan, dan kemudahan yang telah diberikan selama ini.
8. Ayahanda Gatut Gunadi dan Ibunda Marlilin serta adik penulis Anggun
Rahma Dwiani atas doa, kasih sayang, dukungan, dan nasehat yang diberikan.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, terima kasih telah
memberikan banyak inspirasi pada penulis.
Penulis berharap Allah SWT membalas kebaikan Saudara-saudara, dan semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Bandar Lampung,
Penulis,
Pratama Kurniawan
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv
I. PENDAHHULUAN ......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 3
1.4 Kerangka Pemikiran .................................................................................. 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 6
2.1 Tanaman Sawi ........................................................................................... 6
2.2 Populasi Hama ........................................................................................... 8
2.3. Pengendalian Hama dengan Perangkap Likat ........................................... 9
III. BAHAN DAN METODE ............................................................................... 11
3.1 Tempat dan Waktu .................................................................................. 11
3.2 Alat dan Bahan ........................................................................................ 11
3.3 Pelaksanaan ............................................................................................. 12
3.3.1 Kondisi Lahan Percobaan ............................................................. 12
3.3.2 Pembuatan Perangkap ................................................................... 12
3.3.3 Penetapan Petak Sampel ............................................................... 13
3.3.4 Pengamatan Tingkat Serangan ...................................................... 14
3.3.5 Pengamatan Populasi Serangga ..................................................... 15
3.3.6 Analisis Data ................................................................................. 15
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 16
4.1 Hama Daun ............................................................................................. 16
4.1.1 Populasi Lalat Pengorok Daun...................................................... 18
4.1.2 Populasi Thrips ............................................................................. 20
4.2 Serangga Lain .......................................................................................... 21
4.3 Tingkat Serangan ..................................................................................... 22
4.4 Sistem Budidaya ...................................................................................... 24
4.4.1 Perbedaan Sistem Budidaya .......................................................... 25
4.4.2 Perbedaan Lingkungan dan Jenis Pestisida ................................... 26
V. SIMPULAN ..................................................................................................... 28
5.1 Simpulan ..................................................................................................... 28
5.2 Saran ........................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 29
LAMPIRAN .......................................................................................................... 31
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Karakteristik lokasi penelitian........................................................................... 12
2. Nilai skala kerusakan tanaman sawi (vi) ........................................................... 14
3. Ordo, Famili, dan jumlahindividu serangga yang ditemukan pada tanaman
sawi di Kecamatan Tanjung senang dan KecamatanKemiling ........................ 17
4. Budidaya Sawi di Kecamatan Tanjung Senang dan Kemiling ......................... 26
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Tata letak pengambilan sampel ......................................................................... 13
2. Populasi lalat pengorok daun pada pertanaman sawi Kecamatan di Tanjung
Senang dan Kemiling ....................................................................................... 18
3. Fluktuasi populasi thrips pada pertanaman sawi di Kecamatan Tanjung
Senang dan Kemiling ....................................................................................... 20
4. Fluktuasi populasi serangga lain pada pertanaman sawi di Kecamatan
Tanjung Senang dan Kemiling ......................................................................... 22
5. Tingkat kerusakan pertanaman sawi di Kecamatan Tanjung Senang dan
Kemiling ........................................................................................................... 23
1
I. PENDAHHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman sawi termasuk dalam famili Brassicaceae dan dapat tumbuh baik di
tempat yang bercuaca panas maupun dingin. Agar tumbuh baik, tanaman ini harus
ditanam di ketinggian 100 m – 500 m dengan kondisi tanah gembur serta banyak
mengandung bahan organik dan drainase yang baik.Sawi tergolong kedalam
kelompok sayuran yang paling populer di kalangan masyarakat. Tanaman
inimerupakansalah satu jenis sayuran penting yang bernilaiekonomis tinggi dan
cocok untuk dikembangkandi daerah tropika seperti di Indonesia (Rizki, 2013).
Setiap tahun permintaan sayur-sayuran khususnya sawi terus meningkattidak
seimbang dengan produksinyayang menurun. Berdasarkan data Statistik Produksi
Hortikultura (2015), produksi sawi nasional tahun 2013adalah 635.728 ton dari
luas panen 62.951 ha dan tahun 2014turun menjadi602.468 ton dari luas panen
60.804 ha. DiLampung, pada tahun 2014 produksi sawi sebanyak 12.780 ton
dengan luas panen 1.701 ha. Sawi termasuk salah satu komoditi tanamansayuran
yang diminati karena kebutuhan masyarakat Lampung akan sawi cukup tinggi.
Komodititersebut banyak dibudidayakan di tanahdan ada beberapa secara
hidroponik baikdataran tinggi maupun dataran rendah.Namun keberadaannya
2
tidak terlepas dari organisme pengganggu tanaman(OPT) yang dapat menurunkan
produksi baik kualitas maupun kuantitas sehingga merugikan usaha tani.
Organisme pengganggu tanaman (OPT) meliputi hama danpatogen penyebab
penyakit tanaman. Salah satu hama penting tanaman sawi adalah lalat pengorok
daun (Liriomyza sp.). Gejala serangan lalat pengorok daun ini ditunjukkan dengan
adanya guratan berwarna putih atau perak dengan pola acak tak beraturan di
permukaan daun.Oleh karena itu, pengendalian organisme pengganggu tanaman
(OPT) pada tanaman sawi sangat diperlukan guna mencegah penurunan produksi
tanaman. Pengendalian Hama Terpadu (PHT) merupakan suatu pilihan yang tepat
untuk mengatasi permasalahan OPT dalam pertanian berkelanjutan. PHT
menggunakan kombinasiberbagai teknik pengendalian untuk menekan populasi
OPT, misalnya menggunakan teknik pengendalian kultur teknis dan mekanik serta
pemantauan secara teratur terhadap pertumbuhan tanaman, populasi masing-
masing jenis hama dan musuh alaminya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana populasihama daun pada pertanaman sawidi kecamatan Tanjung
Senang dan Kemiling?
2. Bagaimana tingkat serangan hama daun pada pertanaman sawidi kecamatan
Tanjung Senang dan Kemiling?
3
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Mempelajari populasi hama daun tanaman sawidi kecamatan Tanjung Senang
dan Kemiling.
2. Mempelajari tingkat serangan hama daun tanaman sawidi kecamatan Tanjung
Senang dan Kemiling.
1.4Kerangka Pemikiran
Tanaman sawi merupakan komoditas sayuran yang banyak diusahakan oleh petani
dan mempunyai nilai ekonomi tinggi. Namun demikian, dalam budidaya tanaman
tersebut banyak tantangan dan kendala yang dihadapi, khususnya masalah
serangan hama dan penyakit yang dapat menggagalkan panen. Beberapa hama
sawiberasal dari ordo Lepidoptera, dan Coleoptera yang menyerang daun secara
langsung, hal ini merugikan petani dan dapat menyebabkan gagal panen. Namun
belakangan petani dikeluhkan dengan adanya serangga yang berasal dari ordo dan
famili lainnya, misalnya seperti lalat pengorok daun (Diptera : Agromyzidae).
Selama ini pengendalian yang dilakukan adalah pengendalian kimiawi dengan
cara mengaplikasikan insektisida. Sudah diketahui bahwa penggunaan insektisida
sintetik memberikan dampak negatif untuk jangka pendek dan jangka panjang,
juga ada dampak positif yaitu apabila penggunaanya tepat waktu dan selektif.
Dampak negatifnya yaitu dapat meninggalkan residu (dalam tanah, air, dan
4
udara)yang tidak baik untuk tanaman dan makhluk disekitarnya, serta merugikan
petani dari segi materi dan tenaga. Untuk menanggulangi masalah ini diperlukan
pengendalian yang efektif dan relatif aman bagi lingkungan.
Dalam menangani berbagai gangguan OPT, Indonesia telah memiliki konsep
dasar Pengendalian Hama Terpadu (PHT) yang merupakan landasan strategis dan
operasional di lapangan. Dalam penerapan PHT digunakan kombinasi berbagai
cara pengendalian yang kompatibel. Agroekosistem bersifat dinamis, karena
banyak faktor di dalamnya yang saling mempengaruhi satu sama lain. Untuk
dapat mengikuti perkembangan populasi hama dan musuh alaminya serta untuk
mengetahui kondisi tanaman, harus dilakukan pengamatan secara rutin(Direktorat
Perlindungan Hortikultura, 2018). Untuk melaksanakan PHT secara tepat maka
data awal berupa jenis hama penting yang menyerang serta intensitas kerusakan
yang ditimbulkan haruslah diketahui dengan jelas. Kegiatan yang bisa dilakukan
untuk menerapkan PHT adalah melakukan pengamatan secara teratur terhadap
populasi dan tingkat serangan hama pemakan daun sawi serta melakukan
pengendalian secara fisik dan mekanis menggunakan perangkap.
5
1.4 Hipotesis
Untuk menjawab permasalahan dalam penelitian di atas, maka peneliti menggunakan
hipotesis :
1. Populasi hama daun pada pertanaman sawihijau dan pakcoyberbeda di
kecamatan Tanjung Senang dan Kemiling.
2. Tingkat serangan hama daun pada pertanaman sawihijau dan pakcoyberbeda di
kecamatan Tanjung Senang dan Kemiling.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Sawi
Daerah asal tanaman sawi diduga dari Tiongkok (Cina) dan Asia Timur. Tanaman
ini telah dibudidayakan sejak 2.500 tshun ysng lalu, kemudian menyebar ke
Filipina dan Taiwan. Di taiwan, perhatian terhadap pengembangan sawi dirintis
sejak tahun 1949. Pada tahun tersebut, luas panen sawi di Taiwan mencapai 5000
– 6000 hektar. Masuknya sawi ke wilayah Indonesia diduga pada abad XIX,
bersamaan dengan lintas perdagangan jenis sayuran sub-tropis lainnya: terutama
kelompok kubis-kubisan (Cruciferae).Sawi tidak hanya bisa ditanam di beberapa
daerah yang ketinggian tempatnya lebih dari 1000 m dpl, tetapi telah meluas ke
seluruh wilayah nusantara di 27 provinsi di Indonesia. Di Sumatera, pusat (sentra)
pertanaman sawi salah satunya adalah Lampung (Rukmana, 1994).
Secara umum tanaman sawi biasanya mempunyai daun lonjong, halus, tidak
berbulu dan tidak berkrop. Petani Indonesia di masa lalu hanya mengenal tiga
macam jenis sawi yang biasanya dibudidayakan yaitu sawi putih, sawi hijau dan
sawi huma. Saat ini, konsumen lebih mengenal caisim alias sawi bakso. Selain
jenis-jenis sawi tersebut dikenal pula jenis sawi keriting dan sawi monumen
(Haryanto dkk., 2003). Di Lampung sendiri terdapat beberapa jenis sawi yang
sudah dibudidayakan, yaitusawi putih, sawi hijau, dan sawi pakcoy. Dari berbagai
7
jenis sawi tersebut sawi hijau dan pakcoy merupakan jenis sawi yang cukup
banyak dibudidayakan petani. Tanamansawi mamputumbuh dengan baik di
dataran tinggi maupun di dataran rendah.
Klasifikasi tanaman sawi adalah sebagai berikut (Haryanto dkk., 2003):
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rhoeadales
Famili : Cruciferae
Genus : Brassica
Spesies : Brassica juncea L.
Menurut Sunarjono (2013), sawi merupakan tanaman semusim yang bentuknya
hampir menyerupai caisim. Sawi dan caisim kadang sukar dibedakan. Sawi
berdaun lonjong, halus, tidak berbulu, dan tidak berkrop. Kedua jenis sayuran
tersebut dapat disilangkan (kawin silang). Tanaman sawi mempunyai batang
pendek dan lebih langsing daripada petsai. Urat daun utama lebih sempit daripada
petsai, tetapi daunnya lebih liat. Pada umumnya pola pertumbuhan daunnya
berserak (roset) hingga sukar membentuk krop. Tanaman ini mempunyai akar
tunggang dengan akar samping yang banyak, tetapi dangkal. Ukuran bijinya kecil
dan berwarna hitam kecokelatan. Bijinya terdapat dalam kedua sisi dinding sekat
polong yang lebih gemuk. Hampir setiap orang gemar sawi karena rasanya segar
dan banyak mengandung vitamin A, vitamin B, dansedikit vitamin C.
8
2.2Populasi Hama
Permasalahan hama dan lingkungan pada akhirnya menuntut semua pihak untuk
mengembangkan dan menerapkan konsep, prinsip dan sistem Pengelolaan Hama
Terpadu (PHT). Pengendalian hayati pada dasarnya dilandasi oleh konsep dasar
ekologi terutama teori pengaturan populasi oleh pengendali alamidan
keseimbangan ekosistem. Pada ekosistem pertanian sering dijumpai komunitas
serangga yang terdiri atas banyak jenis serangga, dan masing-masing jenis
memperlihatkan sifat populasi yang khas. Tidak semua jenis serangga yang ada
dalam agroekosistem merupakan serangga hama dan merugikan bagi petani.
Sebagian serangga bukan hama tersebut merupakan musuh alami hama. Musuh
alami yang terdiri dari predator, parasitoid, dan patogen merupakan pengendali
alami utama hama yang aktifitasnya bergantung kepada kepadatan.
Pengendalian hayati merupakan strategi pengelolaan hama yang dilakukan secara
sengaja memanfaatkan dan memanipulasi musuh alami untuk menurunkan atau
mengendalikan populasi hama. Serangga musuh alami ini merupakan pengendali
populasi serangga yang efektif karena sifat pengaturannya yang tergantung
kepadatan populasi inang atau mangsa. Peningkatan populasi inang akan
ditanggapi secara numerik dengan meningkatkan jumlah predator dan secara
fungsional dengan meningkatkan daya makan masing-masing predator
(Maisyaroh, 2014).
9
2.3. Pengendalian Hama dengan Perangkap Likat
Pengendalian hama terpadu adalah pengendalian yang dilakukan untuk menekan
penggunaan pestisida sintetik di pertanaman. Pengendalian hama terpadu (PHT)
dilakukan secara fisik, mekanik, pergiliran dan rotasi tanaman lebih bersifat
ramah lingkungan. Pemantauan hama di pertanaman penting dilakukan untuk
menentukan upaya preventif pengendalian hama, antara lain dengan menggunakan
perangkap likat kuning (yellow sticky trap). Serangga umumnya tertarik dengan
cahaya, warna, aroma makanan atau bau tertentu, dimana warna yang disukai
serangga biasanya warna-warna kontras seperti warna kuning cerah. Inilah yang
menjadi dasar dibuatnya perangkap dengan menggunakan plastik/kertas berwarna
kuning yang dilapisi dengan perekat agar hama tidak bisa terbang dan mati.
Perangkap likat kuning mampu mengendalikan beberapa hama yang sering
muncul di pertanaman, seperti lalat buah, wereng, aphids, thrips, kutu, ngengat,
dan kepik. Perangkap likat kuning ini dapat dijadikan solusi untuk petani dalam
pengendalian hama di lapangan (Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian,
2016).
Penggunaan perangkap hama buatan adalah salah satu contoh dari teknik
pengendalian hama secara fisik dan mekanik. Penggunaan perangkap buatan
merupakan cara pengendalian hama yang praktis, murah, dan kompatibel dengan
cara pengendalian lainnya serta tidak mencemari lingkungan. Metode ini
memanfaatkan sifat-sifat serangga yang tertarik pada aroma, warna, dan cahaya.
Caranya dengan merangsang agar serangga berkumpul dan hinggap pada
10
perangkap sehingga akhirnya serangga tidak dapat terbang atau kabur (Sutanto,
2015).
Perangkap warna kuning paling banyak dapat menangkap populasi
hama.Persentase intensitas serangan terendah terdapat pada perangkap warna
kuning sebesar 28,53% dan tertinggi pada perangkap warna biru sebesar 34,86%
(Sihombing dkk., 2013). Sunarno (2011) menyatakan bahwa penggunaan
perangkap warna merupakan salah satu teknik pengendalian yang efektif, efisien
dan ramah lingkungan. Imago Liriomyzayang terperangkap pada pertanaman yang
diaplikasikan perangkap likat kuning lebih tinggi daripada perangkap likat
transparan (Roziyanto dkk., 2013)
11
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu
Pengambilan sampel dilakukan di sentra produksi sawi di Kecamatan Tanjung
Senang dan Kecamatan Kemiling, Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung.
Sawi di Kecamatan Tanjung Senang ditanam di lahan terbuka, dan sawi di
Kecamatan Kemiling ditanam di lahan yang di dekat pepohonan (Tabel 1).
Metode pemilihan lokasi penelitian adalah purposive sampling atau ditentukan
secara sengaja. Proses identifikasi dan penghitungan populasi hama daun dan
serangga lain dilakukan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas
Pertanian, Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Agustussampai November2018.
3.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gunting, penggaris, kaca
pembesar/lup, pinset, kamera dan mikroskop stereo binokuler. Bahan yang
digunakan adalah kawat/lidi, sedotan besar, plastik bening1 kg,alkohol 70%,
kertas label, kertas kuning,alkohol, pelumas gemuk/krim vaselin, tissue dan tali
plastik,
12
Tabel 1. Karakteristik lokasi penelitian
Lokasi Posisi Geografi Karakteristik
Agroekosistem
Pertanaman Sawi
A Kecamatan Tanjung
Senang
-Way Kandis I 5o21'26.0'' S
105o16'57.7'' E
Pola tanam tumpang sari
di areal terbuka
-Way Kandis II 5o21'31.4'' S
105o17'10.9'' E
Pola tanam tumpang sari
di areal terbuka
B Kecamatan Kemiling
-Beringin Raya 5o24'34.8'' S
105o12'26.9'' E
Pola tanam tumpang sari
dan pepohonan di sekitar
lahan
-Sumber Rejo 5o23'34.4'' S
105o12'14.6'' E
Pola tanam tumpang sari
pepohonan di sekitar
lahan
3.3Pelaksanaan
3.3.1 Kondisi Lahan Percobaan
Penelitian ini dilaksanakan dengan metode surveipadaperkebunan sayur di dua
lokasi yaitu kecamatan Tanjung Senang dan Kemiling. Kemudian menentukan
titik lokasi penelitian. Penentuan titik lokasi berdasarkan adanya petani yang
menanam sawi hijau ataupakcoy di area yang cukup luasyaitu 1-2 ha. Pada
masing-masing lokasi dipilih 2kebun yang akan digunakan sebagai kebun
sampel.Setiap kebun dipilih 4 petaksampel.
3.3.2 Pembuatan Perangkap
Perangkap yang digunakan yaitu jenis perangkap likat/perangkap kuning
(yellowsticky trap). Perangkap ini terbuat dari kertas kuning yang disesuaikan
13
ukurannya dengan ukuran plastik dan diberi penyangga sedotan di dalamnya
menggunakan selotip. Lalu kertas kuning dibungkus dengan plastik transparan.
Saat tiba di lokasi kebun sampel, plastik diberi pelumas gemuk pada bagian luar
plastik. Kemudian perangkap dimasukkan pada kawat/lidiyang sudah ditancapkan
ditanah sebagai penyangga dan diberi kertas label.
3.3.3 Penetapan Petak Sampel
Metode penetapan petak sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode sampel terpilih.Setiap kebun dipilih 4 petak sampel yang digunakan
sebagai ulangan. Satu petak sampel terdiri dari 4 titik sampel yang akan dipasang
perangkap kuning pada ujung guludan.
Gambar 1Tata letakpengambilan sampel. = Posisi titik pemasangan perangkap
= tata letak pengambilan sampel tingkat kerusakan
Guludan
Gambar 1.Tata letak pengambilan sampel
14
3.3.4 Pengamatan TingkatSerangan
Pengamatan tingkat kerusakan tanaman meliputi pengamatan keparahan
danketerjadian kerusakan tanaman. Pengamatan kerusakan baik
keterjadiandilakukan terhadap 5tanaman sampel tiap petak yang dipilih secara
diagonal. Setiap tanaman diambil dari 1 meter di area sekitar perangkap.
Pengamatan keterjadian dilakukan denganmenentukkan terserang dan tidaknya
tanaman oleh hama. Pengamatan keparahandilakukan dengan memberi skor mulai
dari 0 untuk tanaman tidak terserang danskor 4 untuk tanaman yang rusak karena
serangan hama. Pengamatan kerusakantanaman dilakukan 3 kali setelah
pemasangan perangkap.
Variabel yang diamati adalah intensitas serangan dan keterjadian serangan pemakan
daun. Intensitas serangan dihitung dengan cara sebagai berikut :
Ketrangan :
I = Intensitas Serangan,
ni = Jumlah tanaman dalam baris sampel dengan skala kerusakan vi,
vi = Nilai skala kerusakan sampel ke-i (Tabel 1),
N = Jumlah daun tanaman sampel yang diamati,
Z = Nilai skala kerusakan tertinggi (=4)
Tabel 2. Nilai skala kerusakan tanaman sawi (vi)
Nilai Skala (vi)
Persentase
kerusakan
Keterangan
0 - Tidak ada serangan
1 1 - 25% Serangan ringan
2 26 - 50% Serangan sedang
3 51 - 75% Serangan berat
4 76 - 100% Serangan sangat berat
15
Keterjadian serangan dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
K = Keterjadian serangan,
a = Jumlah tanaman terserang,
b = Jumlah seluruh tanaman dalam petak
3.3.5 Pengamatan Populasi Serangga
Pengamatan populasi dilakukan dengan metode perangkap kuning. Pada setiap
petak ditentukan 4 titik sampel pengamatan secara diagonal. Pada setiap titik
pengamatan dipasang perangkap kuning yangdiberi label.Setelah 3 kali
pengamatan, perangkap diambil dan bawa kelaboratorium Hama Jurusan Proteksi
Tanaman Universitas Lampung. Kemudiandi pilah-pilah menjadi kelompok
serangga. Serangga diidentifikasi sampai dengan genus, kemudian dihitungjumlah
setiap jenis serangga.
3.3.6 Analisis Data
Data pengamatan populasi dan tinkat kerusakan tanaman dianalisis menggunakan
uji t pada taraf nyata 0,05 dan secara deskriptif yang selanjutnya ditabulasi serta
disusun secara tabelaris yakni dengan menghitung rata-rata populasi dan
persentase serangannya.
28
V. SIMPULAN
5.1 Simpulan
Hasil penelitian populasi dan tingkat serangan hama daun tanaman sawi di Bandar
Lampung memberikan kesimpulan sebagai berikut:
1. Populasi hama lalat pengorok daunpada tanaman sawi di Tanjung Senang
lebih tinggi daripada di Kemiling, tetapi populasi hama thrips tidak berbeda.
2. Tingkat kerusakan tanaman sawi di Tanjung Senang lebih tinggi daripada di
Kemiling.
5.2 Saran
Karena setiap areal pertanaman dimiliki oleh petani yang berbeda,
maka setiap areal pertanaman memiliki keadaan dan kondisi pertanaman
yang beragam. Disarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut dengan
menggunakan metode lain untuk pengamatan hama daun sayur-sayuran.
29
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian. 2016. Perangkap Likat Kuning
untuk PHT. http://www.litbang.pertanian.go.id/berita/one/2466/. (Diakses
tanggal 18 Juli 2018).
Baliadi, Y., dan W. Tengkano. 2010. Lalat Pengorok Daun, Liriomyza sp.
(Diptera: Agromyzidae),Hama Baru pada Tanaman Kedelai di
Indonesia.www.pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/p3291101.pdf.
(Diakses tanggal 19 September 2018).
Dibiyantoro, A L H. 1998.Thrips Pada Tanaman Sayuran. Balai Penelitian
Tanaman Sayuran Pusat Penelitian Dan Pengembangan Hortikultura Badan
Penelitian Dan Pengembangan Pertanian 1998.
Direktorat Jenderal Hortikultura. 2015.Statistik Produksi Hortikultura Tahun
2014. Kementrian Pertanian. Direktorat Jenderal Bina Produksi
Hortikultura. Jakarta.
Direktorat Perlindungan Hortikultura. 2018. Konsep PHT (Pengendalian Hama
Terpadu). Direktorat Perlindungan Hortikultura.
http://ditlin.hortikultura.pertanian.go.id/index.php?option=com_content&vie
w=article&id=356:konsep-pht&catid=13:terkini.(Diakses tanggal 18 Juli
2018).
Haryanto, E.; T. Suhartini; E. Rahayu dan H. Sunarjono. 2003. Sawi dan Selada.
Edisi Revisi Penebar Swadaya, Jakarta. Hal: 9.
https://books.google.co.id/books?id=4iyG6pWqd5sC&printsec=frontcover. (Diakses tanggal 15 Juli 2018).
Maisyaroh,W. 2014. Pemanfaatan Tumbuhan Liar dalam Pengendalian Hayati.
Universitas Brawijaya Press. Malang. 107
hal.https://books.google.co.id/books?id=fstQDwAAQBAJ&printsec=frontc
over. (Diakses tanggal 17 Juli 2018).
Rizki, F. 2013. The Miracle Of Vegetables. Jakarta: PT. Agromedia
Pustaka.https://books.google.co.id/books?id=1AH_nvYqJt4C&printsec=frontc
over. (Diakses tanggal 16 Juli 2018).
30
Roziyanto, C.; Shahabuddindan B. Nasir. 2013. Efektifitas Insektisida Nabati
Laseki Dan PerangkapLikat Dalam Pengendalian Hama Pengorok
Daun,Liriomyza chinensis (Diptera: Agromyzidae) PadaTanaman Bawang
Merah Lokal Palu.Agrotekbis 1 (2) : 121-126. Rukmana, R. 1994. Bertanam Petsai dan Sawi. Yogyakarta :
Kanisius.https://books.google.co.id/books?id=FXQcAS_oomsC&printsec=fron
tcover.(Diakses tanggal 16 Juli 2018).
Sihombing, SW.; Y. Pangestiningsih dan M.U. Tarigan. 2013. Pengaruh Perangkap
Warna Berperekat terhadap Hama Capside (Cyrtopeltis tenuis Reut)
(Hemiptera: Miridae) pada Tanaman Tembakau (Nicotiana tabacum L). Jurnal
Online Agroteknologi 1 (4) : 1352-1359.
Supartha, I W.2018. Perkembangan Populasi Liriomyza brassicae Riley (Diptera:
Agromyzidae) dan Struktur Komunitas Parasitoid yang Berasosiasi dengan
Tanaman Kubis-kubisan (Brassicaceae) di Provinsi Bali. E Jurnal
Agroteknologi Tropika 7(4) : 2301-6515.
Sunarjono, H. 2013. Bertanam 36 Jenis Sayuran. Penebar Swadaya. Jakarta.
https://books.google.co.id/books?id=Aay0CAAAQBAJ&printsec=frontcove
r. (Diakses tanggal 16 Juli 2018).
Sunarno. 2011. Ketertarikan Serangga Hama Lalat Buah Terhadap Berbagai
Papan Perangkap Warna Sebagai Salah Satu Teknik Pengendalian. Jurnal
Agroforest. 6 (2): 130-134.
Sutanto, T. 2015. Rahasia Sukses Budidaya Tanaman dengan Metode Hidroponik.
Bibit Publisher. Jakarta.
https://books.google.co.id/books?id=182MDgAAQBAJ&printsec=frontcove
r.(Diakses tanggal 16 Juli 2018).