2. Anggota Kelompok : FARIZKY YOVIE N (P27820413006) ERINDA
DIYAN W (P27820413013) FIKA PUJI NARIANTI (P27820413027) EKA ULIL
FITRIA N (P27820413039) MOH. SECSAR HANAFI (P27820413042) NI PUTU
YUNI WULANDARI (P27820413043) NIKI ANINDIA MAHARINI
(P27820413050)
3. Apa Itu Persalinan ??? Persalinan merupakan proses untuk
mendorong keluar (ekspulsi) hasil pembuahan yaitu janin yang
viable, plasenta dan ketuban dari dalam uterus lewat vagina kedunia
luar. Normalnya, proses ini berlangsung pada suatu saat ketika
uterus tidak dapat tumbuh lebih besar lagi, ketika janin sudah
cukup matur untuk dapat hidup diluar rahim tetapi masih cukup kecil
untuk dapat melalui jalan lain. (Helen Farrel : hal.118, 1999)
4. PERSALINAN KALA III Kala III merupakan stadium pelepasan dan
kelahiran plasenta, kala III berlangsung dari saat kelahiran bayi
hingga kelahiran plasenta dan selaput ketuban. Kala III persalinan
terdiri dari dua fase, yaitu fase pelepasan plasenta dan ekapulsi
(pengeluaran) plasenta.
5. Fisiologi Kala III Dimulai segera setelah bayi lahir sampai
lahirnya plasenta yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
Setelah bayi lahir uterus teraba keras dengan fundus uteri diatas
pusat beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk
melepaskan plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam
6-15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan
tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta, disertai dengan
pengeluaran darah
6. Pelepasan Plasenta Saat uterus yang isinya telah berkurang
berkontraksi pada interval teratur, area tempat menempelnya
plasenta menjadi sangat berkurang. Perbedaan proporsi yang besar
antara menurunnya ukuran tempat penempelan plasenta dan ukuran
plasenta menyebabkan pelipatan atau penggantungan plasenta di
permukaan maternal, dan pelepasan terjadi.
7. Tanda-tanda Lepasnya Plasenta 1. Fundus uteri mengalami
kontraksi kuat 2. Tali pusat memanjang keluar dari vagina 3. Darah
tersembur secara mendadak 4. Tinggi fundus turun sampai
umbilikus
8. Pengeluaran Plasenta Pengeluaran plasenta mungkin terjadi
dengan upaya mengejan ibu jika ia tidak dianastesi. Jika tidak
dapat dilakukan, pelepasan plasenta biasanya dicapai dengan tangan
yang menekan fundus uterus secara lembut. Jangan memberikan tekanan
berlebihan pada fundus untuk mencegah kemungkinan terjadinya
inversi uterus.
9. Manajemen Aktif Kala III Tujuan manajemen kala tiga adalah
untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga
dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi
kehilangan darah kala tiga persalinan jika dibandingkan dengan
penatalaksanaan fisiologis. Sebagian besar kasus kesakitan dan
kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh perdarahan
pascapersalinan dimana sebagian besar disebabkan oleh atonia uteri
dan retensio plasenta yang sebenarnya dapat dicegah dengan
melakukan manajemen aktif kala tiga.
10. Langkah Utama 1. Pemberian Suntikan Oksitosin Letakkan bayi
baru lahir diatas kain bersih yang telah disiapkan diperut bawah
ibu dan minta ibu atau pendampingnya untuk membantu memegang bayi
tersebut. Pastikan tidak ada bayi lain (Undiagnosed twin) didalam
uterus. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik. Segera (dalam satu
menit pertama setelah bayi lahir) suntikkan oksitosin 10 unit IM
pada 1/3 bagian atas paha bagian luar (aspektus lateralis). Dengan
mengerjakan semua prosedur tersebut terlebih dahulu maka akan
memberi cukup waktu pada bayi untuk memperoleh sejumlah darah kaya
zat besi dan setelah itu (setelah dua menit) baru dilakukan
tindakan penjepitan dan pemotongan tali pusat. Serahkan bayi yang
telah terbungkus kain pada ibu untuk inisiasi menyusu dini dan
kontak kulit dengan ibu. Tutup kembali perut bawah ibu dengan
dengan kain bersih.
11. 2. Penegangan Tali Pusat Terkendali Berdiri di samping ibu.
Pindahkan klem (penjepit untuk memotong tali pusat saat kala dua)
pada tali pusat sekitar 5-10cm dari vulva Letakkan tangan yang lain
pada abdomen ibu (beralaskan kain) tepat di atas simpisis pubis
Bila plasenta belum lepas, tunggu hingga uterus berkontraksi
kembali (sekitar dua atau tiga menit berselang) untuk mengulangi
kembali penegangan tali pusat terkendali. Saat mulai kontraksi
(uterus menjadi bulat atau tali pusat menjulur) tegangkan tali
pusat kearah bawah, lakukan tekanan dorso-kranial hingga tali pusat
makin menjulur dan korpus uteri bergerak ke atas yang menandakan
plasenta telah lepas dan dapat dilahirkan. Setelah plasenta
terlepas, anjurkan ibu untuk meneran agar plasenta terdorong keluar
melalui introitus vagina Pada saat plasenta terlihat pada introitus
vagina, lahirkan plasenta dengan mengangkat tali pusat ke atas dan
menompang plasenta dengan tangan lainnya untuk meletakkan dalam
wadah penampung Lakukan penarikan dengan lembut dan perlahan-lahan
untuk melahirkan selaput ketuban
12. 3. Rangsangan Taktil (Masase) Fundus Uteri Letakkan telapak
tangan pad fundus uteri. Jelaskan tindakan kepada ibu, katakana
bahwa ibu mungkin merasa agak tidak nyaman karena tindakan yang
diberikan Dengan lembut tapi mantap gerakkan tangan dengan arah
memutar pada fundus uteri supaya uterus berkontraksi Periksa
plasenta dan selaputnya untuk memastikan keduanya lengkap dan utuh
Periksa uterus setelas satu hingga dua menit untuk memastikan
uterus berkontraksi. Periksa kontraksi uterus setiap 15 menit
selama satu jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama
satu jam kedua pasca persalinan.
13. Perubahan Fisiologis 1. uterus berbentuk bulat penuh dan
tinggi fundus biasanya di bawah pusat. 2. tekanan sistolik mulai
kembali ke tingkat sebelum persalinan 3. nadi secara bertahap
kembali ke tingkat sebelum melahirkan 4. suhu tubuh kembali
meningkat perlahan dan pada sistem pernapasan kembali bernapas
normal 5. aktivitas gastrointestinal jika tidak terpengaruh
obat-obatan, matilitas lambung dan absorpsi kembali mulai ke
aktivitas normal 6. Wanita mengalami mual dan muntah selama kala
III merupakan hal yang tidak wajar.
14. Perdarahan Pasca Persalinan Perdarahan pasca persalinan
atau hemorragic post partum (HPP) adalah kehilangan darah melebihi
500 ml yang terjadi setelah bayi lahir (Cunningham, 1998). Pada
pelepasan plasenta selalu terjadi perdarahan karena sinus- sinus
maternalis di tempat insersinya pada dinding uterus terbuka.
Biasanya perdarahan itu tidak banyak, sebab kontraksi dan retraksi
otot-otot uterus menekan pembuluh- pembuluh darah darah yang
terbuka, sehingga lumennya menutup, kemudian pembuluh darah
tersumat oleh bekuan darah. Seorang wanita sehat dapat kehilangan
500 ml darah tanpa akibat buruk.
15. Atonia Uteri Atonia uteria (relaksasi otot uterus) adalah
uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan
pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir). (JNPKR, Asuhan
Persalinan Normal, Depkes Jakarta; 2002) . Etiologi dan
Patofisiologi : Kontraksi uterus merupakan mekanisme utama untuk
mengontrol perdarahan setelah melahirkan. Atonia uteri terjadi
karena kegagalan mekanisme ini. Perdarahan pospartum secara
fisiologis dikontrol oleh kontraksi serabut-serabut miometrium yang
mengelilingi pembuluh darah yang memvaskularisasi daerah implantasi
plasenta. Atonia uteri terjadi apabila serabut-serabut miometrium
tersebut tidak berkontraksi.
16. Penyebab 1. Disfungsi uterus : Atonia uteri primer
merupakan disfungsi intrinsik uterus. 2. Partus lama : Kelemahan
akibat partus lama bukan hanya rahim yang lemah, cenderung
berkontraksi lemah setelah melahirkan, tetapi juga ibu yang
keletihan kurang bertahan terhadap kehilangan darah. 3. Pembesaran
uterus berlebihan (hidramnion, hamil ganda, anak besar dengan BB
> 4000 gr). 4. Multiparitas : uterus yang lemah banyak
melahirkan anak cenderung bekerja tidak efisien dalam semua kala
persalinan. 5. Miomauteri : dapat menimbulkan perdarahan dengan
mengganggu kontraksi dan retraksi miometrium. 6. Anestesi yang
dalam dan lama menyebabkan terjadinya relaksasi miometrium yang
berlebihan, kegagalan kontraksi dan retraksi menyebabkan atonia
uteri dan perdarahan postpartum. 7. Penatalaksanaan yang salah pada
kala plasenta, mencoba mempercepat kala III, dorongan dan pemijatan
uterus mengganggu mekanisme fisiologis pelepasan plasenta dan dapat
menyebabkan pemisahan sebagian plasenta yang mengakibatkan
perdarahan.
17. Tanda dan Gejala Atonia Uteri 1. Perdarahan pervaginam 2.
Konsistensi rahim lunak 3. Fundus uteri naik 4. Terdapat
tanda-tanda syok tekanan darah sangat rendah : tekanan sistolik
< 90 pucat keriangat/ kulit terasa dingin dan lembab pernafasan
cepat frekuensi30 kali/ menit atau lebih gelisah, binggung atau
kehilangan kesadaran urine yang sedikit ( < 30 cc/ jam) nadi
cepat dan lemah (110 kali/ menit atau lebih)
18. Lakukan tindakan spesifik yang diperlukan : 1. Lakukan
tindakan spesifik yang diperlukan : Kompresi bimanual internal :
yaitu uterus ditekan diantara telapak tangan pada dinding abdomen
dan tinju tangan dalam vagina untuk menjempit pembuluh darah
didalam miometrium.
19. 2. Kompresi bimanual eksternal Yaitu menekan uterus melalui
dinding abdomen dengan jalan saling mendekatkan kedua belah telapak
tangan yang melingkupi uteus. Bila perdarahan berkurang kompresi
diteruskan, pertahankan hingga uterus dapat kembali berkontraksi
atau dibawa ke fasilitas kesehata rujukan.
20. 3. Kompresi aorta abdominalis Yaitu raba arteri femoralis
dengan ujung jari tangan kiri, pertahankan posisi tersebut genggam
tangan kanan kemudian tekankan pada daerah umbilikus, tegak lurus
dengan sumbu badan, hingga mencapai kolumna vertebralis, penekanan
yang tepat akan menghetikan atau mengurangi, denyut arteri
femoralis.
21. PERSALINAN KALA IV Satu sampai dua jam pertama pascapartum,
yang terkadang disebut kala IV persalinan, merupakan waktu
pengembalian stabilitas fisiologis. Selama periode ini, kontraksi
dan retraksi miometrium, disertai dengan trombosis pembuluh darah,
bekerja secara efektif untuk mengontrol perdarahan dari tempat
plasenta. Bagaimana pun terdapat kemungkinan resiko terjadinya
perdarahan, retnsi urine, hipertensi, dan efek samping anastesi.
Periode ini juga penting untuk pembentukan awal hubungan ibu-bayi
dan konsolidasi unit keluarga. Interaksi awal orang tua dengan bayi
baru lahir dengan orang tua dipercaya mempengaruhi kualitas
hubungan mereka selanjutnya
22. Fisiologi Kala IV Setelah plasenta lahir tinggi fundus
uteri kurang lebih 2 jari dibawah pusat. Otot-otot uterus
berkontraksi, pembuluh darah yang ada diantara anyaman-anyaman otot
uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan
setelah plasenta dilahirkan.
23. Tujuan Penanganan Kala IV 1. Dua jam persalinan merupakan
waktu yang kritis bagi ibu dan bayi karena keduanya baru saja
mengalami perubahan fisik yang luar biasa 2. Membantu memfasilitasi
atau memenuhi kebutuhan ibu pasca persalinan
24. Evaluasi Uterus Setelah plasenta lahir dilakukan pemijatan
uterus untuk merangsang uterus berkontraksi. Dalam evaluasi uterus
yang perlu dilakukan adalah mengobservasi kontraksi dan konsistensi
uterus. Kontraksi uterus yang normal adalah pada perabaan fundus
uteri akan teraba keras. Jika tidak terjadi kontraksi dalam waktu
15 menit setelah dilakukan pemijatan uterus akan terjadi atonia
uteri.
25. Pemeriksaan 1. Serviks Perubahan yang terjadi pada serviks
adalah serviks agak menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan
oleh korpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan
serviks tidak berkontraksi sehingga seolah-olah ada perbatasan
antara korpus dan serviks uteri terbentuk semacam cincin. Dilihat
dari warnanya serviks menjadi merah kehitam-hitaman karena penuh
pembuluh darah, konsistensinya lunak. Segera setelah janin
dilahirkan servik masih bisa dimasuki oleh tangan pemeriksa, tetapi
setelah 2 jam hanya bisa dimasuki 2-3 jari.
26. 2. Vagina dan Perinium a. Derajat I Meliputi mukosa vagina,
foourchette posterior dan kulit perenium. Pada derajat ini tidak
perlu dilakukan penjahitan, kecuali jika terjadi perdarahan b.
Derajat II Meliputi mmikosa vagina, fourchette posterior, kulit
perenium dan oto perineum. Pada derajat II dilakukan penjahitan
dengan tekhnik jelujur. c. Derajat III Meliputi mukosa vagina,
fourchette posterior, kulit perineum, otot perenium dan otot
spingter ani external. d. Derajat VI Derajat III ditambah dinding
rectum anterior. Pada derajat VI segera lakukuan rujukan karena
laserasi ini memerlukan tekik dan prosedur khusus.
27. Pemantauan dan Evaluasi Lanjut Selama 2 jam pertama pasca
persalinan : 1. Pantau tekanan darah , nadi , suhu ,respirasi, TFU,
kandung kemih dan perdarahan setiap 15 menit dalam satu jam
pertama.dan setiap 30 menit dalam satu jam kedua 2. Pemijatan
uterus untuk memestikan uterus menjadi lebih keras tiap 15 menit
dalam satu jam pertama dan setiap 30 menit dalam satu jam kedua 3.
Pantau suhu tubuh ibu 1X setiap jam selama dua jam pertama pasca
persalinan 4. Nilai perdarahan 5. Ajarkan ibu dan keluarga
bagaimana bagaimana menilai tonus dan perdarahan uterus juga
bagaimana melakukan pemijatan jika uterus menjadi lembek. 6. Minta
anggota keluarga untuk memeluk bayi. 7. Lengkapi dengan asuhan
asential bagi bayi baru lahir. 8. Periksa banyaknya urin setiap 15
menit pada satu jam pertama dan setiap 30 menit pada satu jam
kedua.
28. Perkiraan Darah yang Hilang Satu cara untuk menilai
kehilangan darah adalah dengan cara melihat darah tersebut dan
memperkirakan berapa banyak botol berukuran 500 ml yang bisa
dipenuhi darah tersebut. Jika darah bisa mengisi 2 botol artinya
ibu telah kehilangan 1 lt darah. Memperkirakan kehilangan darah
hanyalah salah satu cara untuk menilai kondisi ibu. Upaya yang
kebih penting adalah dengn memeriksa ibu secara berkala dan lebih
sering selama kala VI dan menilai kehilangan darahnya dengan cara
memantau tanda vital, mengevaluasi kondisi terkini, memperkirakan
jumlah perdarahan lanjutan dan menilai tonus otot uterus.
29. Hal yang Perlu Diperhatikan Melakukan asuhan / tindakan
yang baik dan bermanfaat: 1. Pemeriksaan Fundus dan masase 2.
Memberikan Nutrisi dan Hidrasi 3. Memberikan Nutrisi dan Hidrasi 4.
Menganjurkan Ibu Istirahat 5. Meningkatkan hubungan ibu dan bayi 6.
Meningkatkan hubungan ibu dan bayi 7. Menolong Ibu ke Kamar mandi
8. Mengajari ibu dan anggota keluarga
30. Melakukan asuhan tidak bermanfaat 1. Memasang Tampon Vagina
2. Memasang Gurita dan Sejenisnya 3. Memisahkan ibu dan bayi 4.
Menduduki sesuatu yang panas