PERAN ORGANISASI KEROHANIAN ISLAM (ROHIS) TERHADAP
PEMBINAAN SPIRITUAL PESERTA DIDIK
DI SMAN 2 WAJO
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi
Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
Besse Reski Amalia
105191110316
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020 M/1441 M
iii
ABSTRAK
Besse Reski Amalia-105191110316. Peran Organisasi Kerohanian Islam
(ROHIS) terhadap Pembinaan Spiritual Peserta Didik Di SMAN 2 Wajo.
Dibimbing oleh Mawardi Pewangi dan M. Amin Umar.
Memasuki abad ke-21 semakin banyak masalah yang melanda kehidupan
manusia dewasa ini. Kenakalan remaja yang meningkat serta moralitas yang
semakin menurun di kalangan peserta didik, salah satu penyebabnya adalah arus
gelobalisasi yang semakin maju, namun tidak dapat difilter dengan tepat.
Ditambah dengan kurangnya kesadaran bagi tiap-tiap individu untuk menjalankan
agama dengn baik sesuai dengan syariat Islam . olehnya itu dibutuhkan suatu
wadah untuk membina spiritual peserta didik agar menjadi pribadi yang lebih baik
salah satunya yaitu organisasi Rohis.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan ekstrakulikuler
ROHIS di SMAN 2 Wajo. Untuk mengetahui kondisi keberagaman peserta didik
sebelum adanya ROHIS di SMAN 2 Wajo dan untuk mengetahui pengaruh
pelaksanaan ekstrakulikuler ROHIS terhadap tingkat keberagaman peserta didik
di SMAN 2 Wajo.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif (field research). Metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi,
wawancara, yang dilakukan langsung kepada peserta didik yang mengikuti
ekstrakulikuler ROHIS, dokumentasi dan Kepustakaan. Teknik pengolahan data
dilakukan dengan editan data, koding, tabulasi dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan kegiatan ekstrakulikuler
di SMAN 2 Wajo masih perlu ditingkatkan masih ada anggota Rohis yang tidak
aktif atau sekedar mengikuti saja. Kondisi keberagaman peserta didik di SMAN 2
Wajo sebelum adanya ROHIS masih sangat memprihatinkan dan banyak peserta
didik yang melanggar norma dan aturan, pada saat ini kegiatan ekstrakulikuler
ROHIS memiliki pengaruh besar terhadap tingkat pelaksaan peserta didik di
SMAN 2 Wajo terutama dari segi spiritual.
Kata kunci : Kerohanian Islam, Pembinaan Spiritual
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah swt. Yang telah memberikan rahmat,
taufiq dan hidayah-Nya sehinga penulis dapat menyelesaikan skripi dengan baik,
meskipun jauh dari kesempurnaan . kesempurnaan hanya milik-Nya sehingga
penulis khilaf dan salah hanya milik penulis sebagai hamba-nya. Sholawat serta
salam semoga tetap trrcurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.,
yang telah mengangkat derajat manusia dari zaman yang hina menuju zaman yang
mulia dengan dengan tradisi berpendidikan serta berperadaban.
Penulis menyadari banyak hal yang menjadi kendala dalam penelitian ini,
mulai dari hal intern, seperti penulis yang memiliki motivasi yang kadang tinggi
kadang rendah, sampai kepada hal yang bersifat ekstern, seperti kesibukan
penulis, keterbatasan dana dan lain-lainnya.
Namun hal itu semua tidak membuat penulis surut dalam
menyelesaikannya, ini semua berkat bantuan dan doa dari berbagai pihak. Maka
sewajarnya penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga
kepada:
1. Teristimewa kedua orang tua tercinta, Ayahanda Baso Singkeru Ogi, dan
Ibunda Besse Sari Banong yang senantiasa mencurahkan cinta dan kasihnya
yang tak terhingga, menjadi kekuatan dlam setiap langkah kehiupan penulis,
memberikan semangat, motivasi, dukungan, doa dan restunya kepada penulis.
2. Prof. Dr. H. Abd. Rahman Rahim, SE., M.M. Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar, yang telah berjuang melakukan revolusi Kampus
Biru.
v
3. Drs H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I Dekan Fakultas Agama Islam
4. Dr. Amirah Mawardi, S.Ag., M.Si. Ketua Prodi Pendidikan Agama Islam
5. Bapak dan Ibu Wakil Dekan Fakultas Agama Islam beserta jajarannya
6. Segenap Dosen Universitas Muhammadiyah Makassar, beserta para staf yang
telah membina serta berbagi ilmu kepada penulis.
7. Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan, arahan serta bantuan selama penulisan skripsi ini.
8. M. Amin Umar,S.Ag., M.Pd.I pembimbing II yang telah dengan sabarnya
membimbing sampai selesaiskripsi ini.
9. Muhammad Yusuf Ramayana selaku Kepala Sekolah SMAN 2 Wajo beserta
guru-guru dan staf yang telah bersedia menerima penulis untuk meneliti di
SMAN 2 Wajo.
10. La Ompo Ali,S.Ag dan Bapak K.M. Tammulis,S.pd.I selaku pembina ROHIS
di SMAN 2 Wajo yang dengan senang hati memberikan informasi terkait
penelitian ini.
11. Nur Annisa Muksin yang selalu menemani saya dan memberikan motivasi
dan dukungan.
12. Sahabat saya Fitriani dan Rukmah yang selalu memberikan doa dan
dukungannya kepada penulis.
13. Seluruh keluarga dan handai taulan yang tak hentinya memberi semangat
kepada penulis.
vi
14. Semua pihak yang terlibat yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang
telah memberikan saran dan sumbangan pemikiran yang mebuat penyusunan
skripsi ini menjadi lebih baik.
Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat
penulis harapkan.
Akhirnya semoga Allah SWT memberikan rahmat dan hidayahnya kepada
kita semua agar kita selalu berada pada jalan yang benar. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi kita semua. Aamiin ya rabbal aalamiin.
Makassar, 20 Mei 2020
Penulis,
Besse Reski Amalia
105191110316
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii
PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................................. iii
BERITA ACARA MUNAQASYAH ........................................................... iv
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ v
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ........................................ vi
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL........................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 6
BAB II TINJAUAN TEORITIS .................................................................. 7
A. Peran Organisasi Kerohanian Islam (Rohis) ................................... 7
1. Defenisi Peran Organisasi Kerohanian Islam ............................ 7
2. Fungsi dan Tujuan dibentuknya Rohis ....................................... 11
3. Ruang Lingkup Kegiatan Organisasi Rohis ................................ 15
B. Pembinaan Spiritual Siswa .............................................................. 19
1. Pembinaan Secara Umum ........................................................... 19
viii
2. Pembinaan Spiritual Keagamaan ................................................ 22
3. Pengertian Peserta Didik ............................................................. 23
C. Karangka konseptual ....................................................................... 26
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 28
A. Jenis Penelitian ................................................................................ 28
B. Lokasi dan Obyek Penelitian ........................................................... 28
C. Fokus dan Deskripsi Fokus Penelitian............................................. 29
D. Instrumen Penelitian ........................................................................ 29
E. Sumber Data ................................................................................... 30
F. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 30
G. Teknik Analisis Data ....................................................................... 32
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 34
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .............................................. 34
1. Sejarah Berdirinya SMAN 2 Wajo ........................................... 34
2. Visi Misi ................................................................................... 36
3. Keadaan Pendidik dan Peserta Didik ....................................... 38
4. Keadaan Sarana dan Prasarana ................................................. 42
5. Struktur Rohis di SMAN 2 Wajo ............................................. 46
B. Peran organisasi kerohanian Islam (Rohis) Terhadap Pembinaan
Spiritual Peserta Didik di SMAN 2 Wajo ...................................... 46
C. Pembinaan Spiritual Peserta Didik di SMAN 2 Wajo ................... 50
D. Faktor Penghambat Organisasi Kerohanian Islam (Rohis) Terhadap
Pembinaan Spiritual Peserta Didik di SMAN 2 Wajo ...................... 52
BAB V PENUTUP ......................................................................................... 56
A. Simpulan ......................................................................................... 56
B. Saran ............................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 59
ix
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
x
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Keadaan Pendidik SMAN 2 Wajo Tahun Ajaran 2019/2020 ......... 38
Tabel 4.2. Daftar Nama Pendidik SMAN 2 Wajo Tahun Ajaran 2019/2020 .. 39
Tabel 4.3. Keadaan Peserta Didik SMAN 2 Wajo Tahun Ajaran 2019/2020.. 41
Tabel 4.4. Keadaan Sarana SMAN 2 Wajo...................................................... 42
Tabel 4.5. Keadaan Prasarana SMAN 2 Wajo ................................................. 43
Tabel 4.6. Struktur Organisasi Rohis SMAN 2 Wajo ...................................... 44
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Karangka Konseptual ................................................................. 27
Gambar 4.1 Struktur Rohis Sman 2 Wajo Periode 2019/2020 ....................... 45
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekolah menginginkan tumbuhnya karakter yang baik sebagai suatu
lembaga pendidikan. Maka guru memiliki sebuah harapan agar Peserta Didik
berakhlaqul qarimah. Peserta didik yang mudah di atur, yang taat pada peraturan
sekolah tapi yang paling penting adalah taat pada Allah dan Rasulullah. Tapi
sekarang ini sebagian besar peserta didik melakukan tindakan penyimpangan
seperti kenakalan remaja, kenakalan remaja tersebut diantaranya merokok, bolos
sekolah, pacaran dan narkoba.
UU. No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada
Bab II pasal 1 butir 1 menyatakan bahwa “ Pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia dan keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, dan negara.1
Pendidikan tidaklah terlepas dari adanya aktifitas antara guru dan peserta
didik. Peserta didik adalah obyek yang menjadi titik acuan dari terciptanya
keberhasilan suatu pendidikan, dengan adanya lah semua program pendidikan
dapat terlaksana. Namun tidak lepas juga dari pengawasan dan tuntunan guru
dalam membangun kebiasaan dan karakter yang baik agar keberhasilan suatu
pendidikan tidak hanya pada bidang ilmu pengetahuan saja. Namun juga butuh
bimbingan secara sikap agar mewujudkan perilaku yang mulia, salah satunya pada
aspek sikap spiritual.
1 IKAPI, UU Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Fokus media, 2009), h. 145
2
Sikap merupakan masalah yang penting dalam psikologi. Menurut
Scifman dan Kanuk menyatakan “Sikap adalah ekspresi perasaan yang
mencerminkan setuju atau tidak setuju terhadap suatu objek.” Selanjutnya
pendapat yang senada juga diungkapkan oleh Jahja, menyatakan “Sikap
merupakan kesiapan atau keadaan siap untuk timbulnya suatu perbuatan atau
tingkah laku.”2 Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sikap
adalah ekspresi tingkah laku seseorang terhadap suatu objek yang mencerminkan
setuju atau tidak setujunya seseorang.
Upaya mengembangkan sikap spiritual peserta didik, sekolah terutama
guru agama mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengembangkan
wawasan pemahaman, pembiasaan pengamalan ibadah atau akhlak mulia melalui
lembaga dakwah.
Jika hal diatas dikaitkan dengan tujuan pendidikan di Indonesia
sebagaimana yang tertuang didalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun
2003 tentang sistem pendidikan nasional Bab II pasal 3 disebutkan bahwa
“Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
YME, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab.3
Rohis atau Kerohanian Islam merupakan lembaga dakwah sekolah.
Lembaga dakwah sekolah ini banyak terdapat di sekolah-sekolah negeri.
Keberadaan Rohis di sekolah dapat memberi warna keislaman. kita ketahui di
sekolah-sekolah negeri materi tentang keislaman mendapatkan porsi yang
sedikit. Jika peserta didik menginginkan belajar agama islam lebih mendalam,
2 I Gede Dita Wijaya, I Wayan Widiana & Dewa Nyoman Sodana, Analisis Rekonstruksi
Sikap Spiritual Siswa kelas IV dan V SD Gugus XIII Kecamatan Buleleng, ejournal PGSD
Universitas Pendidikan Ganesha, Vol. 4, 2016, h.2 3 IKAPI, UU Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Fokus media, 2009), h. 145
3
lembaga dakwah sekolah ini dapat dijadikan alternatif untuk dikembangkan
menjadi lembaga yang bisa memberikan tambahan ilmu-ilmu keagamaan pada
peserta didik.
Ketika keberadaan Rohis didukung oleh pihak sekolah tentunya dapat
memberikan kontribusi dalam perbaikan akhlak peserta didik. Karena jika
peserta didik tidak dibekali dengan ilmu agama, jikalau mereka pintar bisa
saja ilmunya kurang memberikan kemanfaatan kepada sesama manusia tapi
ketika anak dibekali dengan ilmu agama yang kuat maka ilmunya dapat
menembus kedalam hati dan dengan ilmu yang mereka miliki dapat
mendekatkan diri pada Allah Swt.
Dakwah merupakan suatu proses dan struktur berkesinambungan.
Dalam mencapai target dan hasil yang optimal, tidak ada celah-celah yang
dibiarkan kosong. Dakwah sekolah harus ada proses rekruitmen untuk
generasi selanjutnya. Pada saat ada penerimaan murid baru, Rohis dapat
berperan untuk membantu siswa baru berada di sekolah yang baru sambil
memperkenalkan Rohis. Dakwah sekolah tidak terlepas dari pembinaan
terhadap peserta didik.
Pembinaan sikap spiritual merupakan salah satu tujuan pendidikan
Indonesia dan Rohis yaitu: menjadikan manusia beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Sasaran pendidikan itu sendiri
adalah membangun karakter dan pribadi yang religius taat pada penciptanya,
4
menjalin hubungan yang erat baik dengan Tuhannya maupun dengan sesama
manusia.
Peserta didik diharapkan mampu melakukan hubungan/interaksi
vertikal dengan Allah. Salah satu sarana yang efektif untuk meningkatkan
spiritual seseorang yaitu melalui ibadah. Karena dengan ibadah dapat
melahirkan hubungan yang terus menerus serta perasaan mengabdi kepada
Allah. Dengan ibadah pula dapat membantu untuk menghindari sikap /
perilaku keji dan munkar, dan ibadah tersebut salah satunya adalah dengan
melaksanakan shalat, sebagaimana firman Allah swt: (Q.S Al Ankabut-45)
ہی ع هج ت انص هج ا اقى انص انکتة ک ي حی ان اتم يا ا
هى يا تص ا ثش نز ش کش ان ان اا
Artinya : “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al kitab (Al
Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
(perbuatan-perbuatan) keji dan munkar, dan sesungguhnya
mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari
ibadah-ibadah yang lain), dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan”. 4
SMAN 2 Wajo merupakan sekolah menengah atas yang letaknya terbilang
strategis dan mudah dijangkau,serta merupakan salah satu sekolah unggulan atas
pencapaian Adiwiyata sekolah, sehingga banyak yang memilih sekolah tersebut
sebagai alasan untuk menuntut ilmu ke jenjang selanjutnya. Sekolah ini
merupakan sekolah berbasis umum namun tidak mengesampingkan aspek agama
terutama dalam hal ibadah
4 Kementrian Agama RI, Al Qur‟an dan Terjemah, (Bandung : CV Penerbit
Diponegoro, 2000), h. 321
5
Dari latar belakang di atas, maka peneliti tertarik mengambil judul
penelitian : Peran Organisasi Kerohanian Islam (Rohis) Terhadap Pembinaan
Spiritual Peserta Didik di SMAN 2 Wajo.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran organisasi kerohanian Islam (Rohis) terhadap pembinaan
spiritual peserta didik di SMAN 2 Wajo?
2. Bagaimana pembinaan spiritual peserta didik di SMAN 2 Wajo?
3. Apa faktor penghambat organisasi Kerohanian Islam (Rohis) terhadap
pembinaan spiritual peserta didik di SMAN 2 Wajo?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah pembinaan spiritual peserta
didik di SMAN 2 Wajo. Sedangkan lebih khusus lagi sesuai dengan rumusan
masalah adalah yang dikaji peneliti, maka penelitian ini tujuan untuk
mendekskripsikan dan menganalisis tentang :
1. Untuk mengetahui peran organisasi Kerohanian Islam (Rohis) terhadap
pembinaan spiritual peserta didik di SMAN 2 Wajo.
2. Untuk mengetahui pembinaan spiritual peserta didik di SMAN 2 Wajo
3. Untuk mengetahui faktor penghambat organisasi Kerohanian Islam
(Rohis) terhadap pembinaan spiritual peserta didik di SMAN 2 Wajo
6
D. Manfaat Penelitian
Untuk memudahkan pembahasan skripsi ini, maka ada baiknya peneliti
terlebih dahulu mengemukakan manfaat penelitian dari judul skripsi ini, sehingga
tidak ada kesalahpahaman dalam pembahasan selanjutnya.
1. Dari hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi lembaga agama Islam
dalam membina spiritual peserta didik di sekolah-sekolah Negeri maupun
sekolah madrasah.
2. Hasil penelitian ini dapat menjadi komparatif dari hasil penelitian yang
ingin dicapai sehingga memperoleh wawasan yang lebih luas bagi peneliti
maupun di kalangan orang banyak.
7
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Peran Organisasi Kerohanian Islam (Rohis)
1. Defenisi Peran Organisasi Kerohanian Islam
Istilah “peran kerap diucapkan banyak orang. Sering kita mendengar
kata peran diartikan dengan posisi atau kedudukan seseorang. Atau “peran”
dikaitkan dengan “apa yang dimainkan” oleh seorang aktor dalam suatu drama.
Lebih jelasnya kata “peran” atau “role” dalam kamus oxford dictionary
diartikan: Actor‟s part; one‟s task of function. Yang berarti aktor; tugas seseorang
atau fungsi5
Istilah peran dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” mempunyai arti
pemain sandiwara (film), tukang lawak pada permainan makyong, perangkat
tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan pada
peserta didik.6
Ketika istilah peran digunakan dalam lingkungan pekerjaan, maka
seseorang yang diberi (atau mendapatkan) sesuatu posisi, juga diharapkan
menjalankan perannya sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pekerjaan
tersebut. Harapan mengenai peran seseorang dalam posisinya, dapat dibedakan
atas harapan dari si pemberi tugas dan harapan dari orang yang menerima manfaat
dari pekerjaan/posisi tersebut.
5 The New Oxford Illustrated Dictionary, (oxford University press, 1982),h. 1466
6 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2005), h. 854
8
Organisasi merupakan kesatuan (susunan) yang terdiri atas bagian-bagian
(orang) dalam perkumpulan untuk mencapai tujuan tertentu atau kelompok kerja
sama antara orang-orang yang diadakan untuk mencapai tujuan bersama. Suatu
organisasi memiliki jenjang pembagian kerja, berupaya mencapai tujuan yang
ditetapkan bersama.7 Menurut schein organisasi adalah suatu usaha untuk
mengkoordinasi kegiatan sejumlah orang untuk mencapai beberapa tujuan umum
melalui pembagian pekerjaan dan fungsinya melalui tanggung jawab8
Jadi kesimpulannya peran organisasi merupakan wadah yang di dalamnya
terdiri dari sejumlah orang untuk mencapai tujuan bersama yang memiliki
tanggung jawab masing-masing.
Kemunculan organisasi keagamaan kerohanian Islam (Rohis) sebagai
bagian dari Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) di SMA-SMA pada akhir
tahun 1980-an merupakan jalan keluar terhadap keterbatasan jumlah jam
pelajaran intrakulikuler Pendidikan Agam Islam (PAI) di kelas. Pembelajaran
intrakulikuler PAI di kelas, yang berlangsung selama dua jam pelajaran pada
waktu sebelumnya dan kini rata-rata selama tiga jam pelajaran, diakui oleh para
guru PAI, Kepala Sekolah, dan pemangku kepentingan PAI lainnya tidak akan
optimal memberikan pengetahuan, wawasan dan keterampilan beragama Islam
peserta didik, apalagi membentuk karakter akhlaqul qarimah. Oleh karena itu,
keberadaan Rohis dimaksud sebagai wadah menambah wawasan dan
memperdalam ajaran agama Islam peserta didik.
7 http://repo.iain-padangsidimpuan.ac.id/244/1/Maslina%20Daulay.pdf (Diakses pada hari
Sabtu, 27 Juli 2019, Pukul: 10:30)
8 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hlm. 23.
9
Rohis sebagai kegiatan ekstrakulikuler keagamaan Islam yang memiliki
pijakan yang kuat yakni surat keputusan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 0209/4/1984 tentang perbaikan kurikulum sekolah
Menengah Umum Tingkat Atas. Kebijakan ini mensyaratkan kepada setiap
sekolah untuk mengadakan program pembinaan bagi para peserta didik melalui
program ekstrakulikuler yang difungsikan sebagai ruang pembinaan, pelatihan,
dan pengembangan potensi peserta didik salah satu yang diwujudkan adalah
organisasi kerohanian Islam (Rohis).9
Rohis menjadi sebuah organisasi yang mampu memberikan pelayanan
kerohanian Islam kepada peserta didik secara lebih serius dan mendalam. Karena
itu pada perjalanannya sebagai sebuah organisasi, Rohis mampu memainkan
peran yang juga sama dengan organisasi lainnya. Pada awalnya, kegiatannya lebih
bersifat kultural dan seremonial, misalnya membantu penyelenggaraaan kegiatan
keagamaan sekolah seperti Peringatan Hari Besar Islam (PHBI).10
Kerohanian Islam (disingkat Rohis) berasal dari dua kata, yaitu kerohanian
dan Islam. Kerohanian dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Pusat
Bahasa Kementrian Pendidikan Nasional, sebagaimana dikutip oleh Ummu
Hanifah, berasal dari kata dasar “Rohani” yang artinya berkaitan dengan
roh/rohaniah. Diberi imbuhan “ke-an” menjadi kerohanian yang berarti sifat-sifat
rohani atau perihal rohani.
9 Nasrullah Nurdin,2018, Pedoman Pembinaan Rohis di sekolah dan Madrasah, Penerbit:
emir, h. 14 10
Achmad Habibullah, Laporan Hail Penelitian, Sikap dan Jaringan Keberagaman Aktivis
Rohis SMA Negeri 1 Yogyakarta, 2017, Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI,
Unpublished/Tidak Diterbitkan.
10
Sedangkan Islam secara etimologis berasal dari Bahasa Arab “salima”
yang berarti selamat sentosa. Dari kata ini dibentuk “aslama” yang berarti
memelihara dalam keadaan yaang selamat sentosa, dan juga berarti menyerahkan
diri, tanduk, patuh dan taat. Kata “aslama” itulah yang menjadi kata pokok dalam
“Islam”. Dalam Kamu Besar Bahasa Indonesia, Islam berarti “agama yang
diajarkan oleh Nabi Muhammad saw., berpedoman pada kitab suci Alquran yang
diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah swt.,”11
Islam adalah agama rahmatalil‟alamiin karena Islam hadir di dunia ini
adalah sebagai rahmat semesta alam, hal ini sesuai dengan firman Allah swt.,.,
dalam surah Al-Anbiya‟: 107
حة نه ان يا س هاا سح
Terjemahannya : “Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk
(menjadi) rahmat bagi semesta alam.”12
Adapun Hadis yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan Muslim
membahas tentang Islam yaitu:
اة قم ع ش س ع الإ لاو، : ع ذ خثش ع ا ي
ل صهى عه هى ن : فقال س ت ذ الإ لاو
و تص كاج انز تؤت لاج ى انص تق ل ا س ذة ي
لاة ث ا ت ن ت انث سي ا
11
Op.cit., hlm 25. 12
Suparta, Pengantaran Teori dan Aplikasi Pengembangan Kurikulum PAI, penerbit: PT
Raja Grafindo Persada, 2016, h. 193
11
Artinya : Dari Umar ra. Dia berkata : aku mendengar bahwa Rasulullah
saw. Bersabda. “islam adalah bersaksi bahwa tiada llah yang
berhak disembah selain Allah dan Nabi Muhammad utusan
Allah, menegakkan sholat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan
dan melaksanakan haji bagi yang mampu13
Menurut Koesmarwanti kata Rohani Islam ini sering disebut dengan
istilah “Rohis” yang berarti sebagai suatu wadah besar yang dimiliki
oleh peserta didik untuk menjalankan aktivitas dakwah disekolah.
Sedangkan menurut Amru Khalid Rohani Islam merupakan kegiatan
ekstrakurikuler yang di jalankan di luar jam pelajaran. Tujuannya untuk
menunjang dan membantu memenuhi keberhasilan pembinaan
Intrakurikuler.
Sedangkan menurut Roman Sragen rohani Islam adalah organisasi yang
menghimpun remaja muslim yang aktif dalam kegiatan keagamaan
untuk maksud dan tujuan yang sama yaitu untuk memajukan agama
Islam.14
Kerohanian Islam (Rohis) merupakan sebuah organisasi yang mewadahi
peserta didik yang beragama Islam untuk berkumpul dan bertujuan memperdalam
dan memperkuat ajaran agama Islam. Rohis juga merupakan salah satu bentuk
organisasi ekstrakulikuler di sekolah menengah atas.
2. Fungsi dan Tujuan dibentuknya Rohis
a. Fungsi dibentuknya Rohis
Fungsi Rohis adalah forum, pengajaran, dakwah, dan berbagai
pengetahuan Islam. Susunan dalam Rohis layaknya organisai dalam Osis, di
dalamnya terdapat ketua, wakil ketua, sekertaris, dan devisi-devisi lainnya yang
bertugas pada bagiannya masing-masing. Serta memantapkan dan memperkaya
pelaksanaan program dan kegiatan pembelajaran intrakulikuler PAI di sekolah.
13 Ninik Handrini, Berkata Baik atau Diam, (Jakarta :PT Gramedia Pustaka Utama anggota
IKAPI, 2016) hlm 188 14
Desi Narita, Peran Organisasi Rohani Islam dalam meningkatkan Nilai Religius dan
Kejujuran Peserta didik di SMAN 1 Pesisir Barat,2016, h.15-16
12
Kegiatan-kegiatan keagamaan Islam yang diinisiasi dan dilaksanakan
Rohis berfungsi antara lain untuk mempererat talisilaturahmi sesama peserta didik
dan sebagai wadah untuk memperdalam ajaran-ajaran Agama Islam. Rohis juga
berfungsi sebagai media untuk membina mental spiritual peserta didik agar tidak
mudah goyah dan terjerumus pada hal-hal yang negatif.
b. Tujuan dibentuknya Rohis
Rohis berasal dari kata Rohani dan Islam, yang berarti sebuah lembaga
untuk memperkuat keIslaman. Rohis adalah suatu organisasi pemberdayaan
peserta didik setelah OSIS, khususnya dibidang keagamaan yang bertanggung
jawab terhadap kegiatan pemberdayaan rohani bagi peserta didik. Rohis
mempunyai dasar yang utama yaitu pembinaan ahlak dan kualitas agama yang
lurus dan baik.
Menurut koesmarwanti dan Nugroho Widiyantoro, kata “kerohanian
Islam” ini sering disebut dengan istilah “Rohis” yang berarti sebagai suatu wadah
besar yang dimiliki oleh peserta didik untuk menjalankan aktivitas dakwah di
sekolah.15
Sebagai suatu ilmu tentu saja Rohani Islam mempunyai tujuan yang sangat
jelas. Secara singkat tujuan bimbingan rohani Islam itu dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1) Membantu individu mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya
agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
2) Membantu individu mengatasi masalah yang sedang dihadapinya.
15
Koesmarwanti, Nugroho Widiyantoro, Dakwah Sekolah di Era Baru, (Solo: Era Inter
Media, 2000), hal 124
13
3) Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan
kondisi yang baik atau yang telah baik agar tetap baik atau menjadi
lebih baik, sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya
dan orang lain.16
Menurut praturan Diktorat Jendral pendidikan Islam nomor Dj.I/12A tahun
2009 tentang penyelenggaraan kegiatan ekstrakulikuler PAI di sekolah, Rohis
(Kerohanian Islam) adalah salah satu dari jenis kegiatan ekstrakulikuler PAI di
sekolah. Kegiatan ekstrakulikuler PAI adalah upaya pemantapan, pengayaan, dan
perbaikan nilai-nilai, norma serta pengembangan bakat minat dan kepribaian
peserta didik dalam aspek pengamatan dan penguasaan suci, keimanan,
ketaqwaan, ahlak mulia, ibadah, sejarah, seni, dan kebudayaan, yang dilakukan
diluar jam intrakulikuler melalui bimbingan guru PAI, guru mata pelajaran lain,
serta dilaksanakan di sekolah atau di luar sekolah.
Tujuan dari kegiatan ekstrakulikuler PAI di sekolah adalah membantu
mewujudkan kompetensi peserta didik pada sekolah dibidang pemahaman, sikap
dan pengalaman pendidikan agama Islam sesuai dengan kompetensi yang ingin
dicapai.17
Pada dasarnya Rohis di sekolah dibentuk dari sebuah upaya dan keinginan
untuk meberikan solusi kepada para pelajar Muslim untuk menambah wawasan
dan pengalaman Islam, karena jam pelajaran di sekolah sangat terbatas sehingga
Rohis sebagai wadah memperdalam agama Islam. Dengan demikian, Rohis
16
Ainur Rohim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta:UII Press,
2001), hal 36 17
Praturan Diretur Jendral Pendidikan Islam Nomor: Dj.I/12 A Tahun 2009 tentang
Penylenggaraan Kegiatan Ekstrakulikuler PendidikanAgama Islam (PAI) pada sekolah.
14
merupakan sebuah lembaga organisasi peserta didik dibidang keagamaan Islam
yang menyelenggarakan sejumlah program kegiatan dengan tujuan untuk
menggali dan mengembangkan potensi-potensi keagamaan yang dimiliki peserta
didik.
Maka dari itu, tujuan Rohis antara lain meningkatkan kesadaran dan
ketakwaan kepada Allah swt., memperbaiki ahlak dan budi pekerti yang luhur,
memahami hakikat hukum Islam dan memupuk rasa persatuan dan kestuan
sebagai sesama muslim serta menumbuhkan secara tidak langsung kader-kader
(calon) pemimpin Islam agar mampu terjun dalam pembangunan bangsa dan
negara engan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam (Islam kaffah) dalam
kehidupan sehari-hari.
Disebutkan dalam Panduan Kegiatan Ekstrakulikuler Pendidikan Agama
Islam (PAI) Kementerian Agama, bahwa peran dan tujuan Rohis antara lain
sebagai berikut:
1) meningkatkan pemahaman terhadap agama sehingga mampu
mengembangkan dirinya sesuai norma agama serta mampu
mengamalkannya.
2) Meningkatkan kemampuan peserta didik sebagai anggota masyarakat.
3) Menyalurkan dan mengembangkan potensi dan bakat peserta didik.
4) Melatih sikap disiplin, kejujuran, kepercayaan, dan tanggung jawab
dalam menjalankan tugas.
5) Menumbuh-kembangkan ahlak Islami yang mengintegrasikan
hubungan dengan Allah sw., rasul, manusia, dan alam sekitar.
15
6) Mengembangkan sensitivitas peserta didik dalam melihat persoalan-
persoalan sosial-keagamaan sehingga menjadi insan yang proaktif
terhadap permasalahan sosial dan dakwah Islamiah.
7) Memberikan bimbingan dan arahan serta pelatihan kepada peserta
didik.
8) Memberi peluang peserta didik agar memiliki kemampuan untuk
komunikasi yang baik.
9) Melatih kemampuan peserta didik untuk bekerja dengan sebaik-
baiknya secara mandiri maupun kelompok.
10) Menumbuh-kembangkan kemampuan peserta didik untuk
memecahkan masalah sehari-hari.18
Berdasarkar uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan Rohis adalah
untuk memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan, pembinaan sikap dan
nilai serta kepribadian yang pada akhirnya bermuara pada pada penerapan akhlak
mulia.
3. Ruang Lingkup Kegiatan Organisasi Rohis
Kegiatan kerohanian Islam (Rohis) adalah kegiatan yang mengenalkan
Islam secara mendalam kepada para remaja, kaum muda-mudi, pelajar peserta
didik di sekolah, sehingga kegiatan kerohanian Islam mampu bermanfaat dan
menjadikan remaja sebagai agen perubahan (agent of change) dan trend center
Islam di tengah bergejolaknya dunia remaja,19
terutama bagi remaja zaman now.
18
Op.cit., h.29 19
Ummu Hanifah, Pengaruh Keikutsertaan Siawa Dalam Organisasi Kerohanian
Islam(Rohis) Terhadap perilaku Keagamaan peserta didik SMAN 1 Sragen Tahun pelajaran
2015/2016, h.20.
16
Ekstrakulikuler ini juga mmemiliki program kerja serta anggaran dasar
rumah tangga (AD/ART). Rohis ini mampu membantu mengembangkan ilmu
tentang Islam yang diajarkan di sekolah.
Ruang lingkup kegiatan Ekstrakulikuler Kerohanian Islam pada Sekolah
Menengah Atas (SMA) Pada dasarnya meliputi semua kegiatan yang mendukung
tercapainya kegiatan intrakulikuler. Semuanya diarahkan kepada upaya
peningkatan ketercapaian kompetensi dasar dan standar kompetensi pendidikan
agama Islam dengan memperhatikan beberapa Asas berikut:
a. Memperluas wawasan dan pengetahuan keagamaan.
b. Memantapkan penerapan dan pengamalan nilai-nilai ajaran agam Islam
yang telah disampaikan dalam kegiatan pembelajaran intrakulikuler.
c. Dilakukan diluar jam pelajaran.
d. Diarahkan pada pencapaian tujuan dan kompetensi peserta didik dibidang
Pendidikan Agam Islam.
e. Dilakukan secara terprogram dan terencana.
f. Disesuaikan dengan bakat, minat dan kemampuan pesert didik.20
Dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakulikuler kerohanian Islam seyogyanya
harus memperhatikan asas-asas seperti yang dikemukakan di atas agar
kegiatannya dapat terlaksana dengan baik dan maksimal.21
Pada dasarnya, kegiatan dari Kerohanian Islam adalah segala kegiatan
yang bertujuan untuk memberikan pemahaman dan pengalaman yang lebih
mendalam tentang Ajaran Islam dan implementasinya kepada para anggotanya.
20
Kementrian Agama RI, Panduan....hlm.14. 21
Dewi Pertiwi, Peran Organisasi Kerohanian Islam (Rohis) dalam Membentuk perilaku
keagamaan peserta didik di SMAN 4 Kejuruan Muda, 2018, h.14.
17
Dalam pelaksanaannya, setiap sekolah dapat menambah jenis-jenis kegiatan
ekstrakulikuler Rohis yang lain, serta dapat menyesuaikan dan
mengembangkan sendiri sesuai dengan kebutuhan, situasi, kondisi, dan potensi
masing-masing peserta didik selama tidak menyimpang dari tujuan pendidikan
nasional apalagi sampai mengancam NKRI serta tujuan penyelenggaraan Rohis
di sekolah tersbut.
Menurut Koesmawanti dan Nugroho Widayantoro sebagaimana dikutip
Rifatul Mahmudah, jenis kegiatan ekstrakulikuler Rohis terbagi pada dakwah
umum dan dakwah khusus.
a. Dakwah Ammah (umum)
Dakwah Ammah adalah dakwah yang dilakukan dengan cara yang umum.
Dakwah ammah dalam sekolah adalah proses penyebaran fikrah Islamiyah22
dalam rangka menarik simpati, dan meraih simpati, dan meraih dukungan dari
sekolah. Karena sifatnya demikian, dakwah ini harus dibuat dalam bentuk yang
menarik, sehingga memunculkan objek untuk mengikutinya. Dakwah ammah
meliputi:
1) Penyambutan peserta didik baru
2) Penyuluhan problem remaja
3) Studi dasar Islam
4) Perlombaan
5) Majalah dinding
6) Kursus membaca Alquran
22
Fikrah Islamiyah : Islam itu sendiri
18
b. Dakwah khasshah (khusus)
Dakwah khasshah adalah proses pembinaan dalam rangka pembentukan
kader-kader dakwah di lingkungan sekolah. Dakwah khasshah bersifat selektif
dan terbatas, dan lebih berorientasi pada proses pengkaderan dan pembentukan
kepribadian. Objek dakwah ini memiliki karakter yang khasshah (khusus),
harus di peroleh melalui pemilihan dan penyeleksian. Dakwah khusus seperti:
1) Mabit.
Mabit adalah kepanjangan dari Malam Bina Iman dan Takwa. Atau
bermalam bersama, diawali dari Maghrib atau Isya dan diakhiri dengan
sholat Subuh.
2) Diskusi atau bedah buku.
Untuk melatih dan mempertajam pemahaman, memperluas wawasan
serta meluruskan pemahaman.
3) Pelatihan (Daurah)
Pelatihan/daurah merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk
memberikan pelatihan kepada peserta didik.
4) Penugasan.
Penugasan yaitu suatu bentuk tugas mandiri yang diberikan seorang
murabbi kepada peserta halaqoh, penugasan tersebut dapat berupa
hafalan Alquran, Hadis, atau Penugasan dakwah.23
Jadi penulis dapat menyimpulkan bahwa, Rohis memiliki berbagai jenis
kegiatan ekstrakulikuler baik dari segi dakwah umum maupun khusus, yang
23
Op.Cit., Hlm.32-34
19
berkaitan dengan pembentukan kader-kader dakwah serta untuk menarik simpati
dan dukungan di lingkungan sekolah.
B. Pembinaan Spiritual Peserta didik
1. Pembinaan secara Umum
a. Pengertian Pembinaan
Pembinaan adalah suatu usaha untuk pembinaan kepribadian yang mandiri
dan sempurna serta dapat bertanggung jawab, atau suatu usaha pengaruh,
perlindungan dalam bantuan yang diberikan kepada anak yang tertuju kepada
kedewasaan anak itu, atau lebih cepat untuk membantu anak agar cakap dalam
melaksanakan tugas hidup sendiri, pengaruh itu datangnya dari orang dewas
(diciptakan oleh orang dewasa seperti sekolah, buku pintar hidup sehari-hari
bimbingan dan nasehat yang memotivasinya agar giat belajar), serta ditujukan
kepada orang yang belum dewasa.
Pembinaan secara secara etimologi berasal dari kata “bina” yang berarti
bangun. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pembinaan berarti membina,
memperbaharui, atau proses, perbuatan, usaha, tindakan dan kegiatan yang
dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan baik. Dengan kata lain
pembinaan yaitu mengusahakan agar lebih baik atau sempurna.24
Kegiatan
pembinaan adalah usaha pembangunan watak sebagai atau karakter manusia
sebagai pribadi dan mahluk social yang pelaksanaannya dilakukan secara praktis,
melalui pengembangan sikap, kemampuan dan kecakapan. 25
24
Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi Lux, Semarang:
CV Widya Karya, 2009, hal 88 25
Mangun Harjana, pembinaan....hal.11
20
Secara umum pembinaan disebut sebagai usaha perbaikan terhadap pola
kehidupan yang direncanakan. Setiap manusia memiliki tujuan hidup tertentu dan
ia memiliki keinginan untukmewujudkannya. Apabila tujuan tersebut tidak
tercapai, maka manusia akan berusaha untuk menata ulang pola
kehidupannya.untuk menata kembali pola tertentu, maka manusia perlu memiliki
karakter yang baik terlebih dahulu melalui melalui pembinaan.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembinaan merupakan
suatu proses yang dilakukan untuk merubah tingkah laku individu serta
membentuk kepribadiaannya, sehingga apa yang di cita-citakan dapat tercapai
sesuai yang diharapkan.
b. Tujuan Pembinaan
Pembinaan mental spiritual pada dasarnya berangkat dari landasan religius
yang terdapat pada Q.S at-Taubah ayat 122, yaitu:
ى ش ي كم فشقح ي ن شا كاافحة فه ؤي ٱن يا كا ى ى ن ه ا ن ا يى را سج نزسا ق ا فى ٱنذ ت ق طاائ ح ن
زس
Terjemahannya : “Tidak sepatutnya bagi mukmin itu pergi
semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak
pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka
beberapa orang untuk memperdalam
pengetahuan mereka tentang agama dan untuk
memberi peingatan kepada kaumnya apabila
mereka telah kembali kepadanya. Supaya mereka
itu dapat menjaga dirinya.”
Sesuai dengan pengertiannya, pembinaan bertujuan untuk mengubah
pribadi menjadi lebih baik atau menuju sempurna. Seorang pembina bertugas
untuk memberikan arahan yang baik kepada yang dibina.
21
c. macam-macam pembinaan
Pembinaan secara umum mecakup beberapa jenis, yaitu:
1) Pembinaan orientasi
Pembinaan ini diadakan untuk sekelompok orang yang baru masuk dalam
satu bidang hidup dan kerja. Bagi orang yang sama sekali belum
berpengalaman dalam bidangnya, pembinaan orientasi akan membantunya
mendapatkan hal-hal pokok.
2) Pembinaan kecakapan
Pembinaan ini bertujuan untuk membantu peserta guna mengembangkan
kecakapan yang sudah dimiliki/ mendapatkan kecakapan baru yang yang
diprlukan dalam pelaksanaan tugasnya.
3) Pembinaan kepribadian
Pembinaan ini menekankan pada pengembangan sikap dan kepribadian.
Bagaimana untuk membantu orang mengenal dan mengembangkan diri
menurut gambaran/ cita-cita hidup yng benar.
4) Pembinaan kerja
Pembinaan ini diadakan oleh suatu lembaga usaha bagi para anggota
stafnya. Pada dasarnya pembinaan ini diadakan bagi mereka yang sudah
bekerja dalam bidang tertentu.
5) Pembinaan Rohani
Dengan adanya pembinaan Rohani, maka anak dapat mengetahui
kewajibannya kepada Allah dan Rasul-Nya, orang tuanya dan masyarakat.
22
Pembinaan jika dikaitkan dengan pengembangan manusia merupakan
bagian dari pendidikan, pelaksanaan pendidikan adanya dari sisi praktis,
pengembangan sikap, kemampuan dan kecakapan. 26
2. Pembinaan Spiritual Keagamaan
Kata spiritual sering digunakan dalm percakapan sehari-hari. Untuk
memahami pengertian spiritual dapat dilihat dari berbagai sumber. Menurut
Oxford English Dictionary, untuk memahami makna kata spiritual dapat diketahui
dari arti kata-kata berikut ini: persembahan, dimensi supranatural, berbeda dengan
dimensi fisik, perasaan atau pernyataan jiwa, kekudusan, sesuatu yang suci,
pemikiran yang intelektual dan berkualitas, adanya perkembangan pemikiran dan
perasaan, adanya perasaan humor, ada perubahan hidup, dan berhubungan dengan
organisasi keagamaan. 27
Spiritual membahas hal-hal yang berhubungan dengan kejiwaan, rohani,
batin, mental, moral. Spiritualisasi adalah pembentukan jiwa. Spiritualisme
adalah aliran filsafat yang mengutamakan kerohanian. Spiritual adalah ilmu
pengetahuan yang memberikan pemahaman yang jelas dan sempurna ke dalam
keberadaan manusia, hubungannya dengan alam semesta sekelilingnya pada satu
pihak dan terhadaap sang pencipta di lain pihak, melalui realitas tertinggi dari
kesadaran kecerdasan abadi yang mempersatukan semua itu. 28
Spirit merupakan kata dasar spiritual yang berarti kekuatan, tenaga,
semangat, vitalitas, energi, moral, atau motivasi, sedangkan spiritual berkaitan
26
Mangun Harjana, pembinaan...., hal 11-12 27
http:nezfine.wordpress.com/2010/05/05/pengertian-spiritual ((Diakses pada hari Sabtu,
27 Juli 2019, Pukul: 10:00)
28
Wayan sudarman, 2011, tentang spiritual.
23
dengan roh, semangat atau jiwa, religius yang berhubungan dengan agama,
keimanan, kesalehan, menyangkut nilai-nilai transendetal, bersifat mental sebagai
lawan dari material, fisika atau jasmaniah.29
Jadi, dapat disimpulkan pembinaan spiritual keagamaan adalah suatu
proses yang dilakukan untuk merubah tingkah laku seseorang agar menjadi lebih
baik lagi sesuai dengan ilmu pengetahuan yang membahas tentang hubungan
seorang individu kepada Yang Maha Kuasa.
3. Pengertian Peserta Didik
Menurut wekipedia Bahasa Indonesia Peserta didik adalah anggota
masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses
pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan informal, pendidikan formal
maupun pendidikan nonformal, pada jenjang pendidikan dan jenis pendidikan
tertentu.30
Secara etimologi peserta didik adalah anak didik yang mendapat
pengajaran ilmu. Secara terminologi peserta didik adalah anak didik atau individu
yang mengalami perubahan, perkembangan sehingga masih memerlukan
bimbingan dan arahan dalam membentuk kepribadian serta sebagai bagian dari
struktural proses pendidikan. Dengan kata lain peserta didik adalah seorang
individu yang tengah mengalami fase perkembangan atau pertumbuhan baik dari
segi fisik dan mental maupun fikiran.
29
Tobroni, The spiritual Leadership (Pengefektifan Organisasi Nobel Industry Melalui
Prinsip-Prinsip Spiritual Etis), (Malang: UMM Press, 2005), hal. 20 30
https://id.wikipedia.org/wiki/Peserta_didik (diakses pada hari Sabtu, 27 Juli 2019, Pukul:
10:30)
24
Sebagai individu yang mengalami fase perkembangan, tentu peserta didik
masih banyak memerlukan bantuan, bimbingan dan arahan untuk menuju
kesempurnaan. Hal ini dapat dicontohkan ketika seorang peserta didik berada
pada usia balita seorang selalu banyak mendapat bantuan dari orang tua ataupun
saudara yang lebih tua. Dengan demikina dapat di simpulkan bahwa peserta didik
merupakan barang mentah (raw material) yang harus diolah dan bentuk sehingga
menjadi suatu produk pendidikan.
Adapun ayat yang membahas tentang peserta didik yaitu Q.S. At-
tahrim ayat 6 yakni:
ان جاسج قدا اناس ا هكى اسة سكى آيا قا ا انز ا
يا ه يا يشى ا يلائكح غلاظ شذاد ص عه
ؤيش
Terjemahannya : “Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah
terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
Adapun Hadis yang membahas tentang peserta didik yaitu dua jenis hasad
yang dibenarkan agama
د قال يس ت عثذ هى حسذ : ع صهى عه قال انث
سجم ف ان ق سجم اتا يا فسهط عهى هكت ا ف اثت
ا ه ق ى تا ح ف ان ك اتا
(اخشج ي ذت ا م انثخاسي ف انكتاب ان هى )
Artinya: “Dari Abdillah Ibn Mas‟ud ra. berkata bahwa Rasulullah saw.
Barsabda, “tidak boleh menginginkan kekayaan orang lain,
melainkan dua macam. Orang yang diberi oleh Allah kekayaan,
maka dipergunakan untuk membela hak kebenaran dan orang yang
diberi oleh Allah ilmu pengetahuan hikmat maka diajarkan kepada
25
semua orang.” (Diriwayatkan oleh Muhammad bin Isma‟il al
Bukhari dalam kitab Ilmu).31
ا قال ش س ع ع عثذ ت س ل : ع
هى قل ): صهى عه سجم آتا : حسذ عهى اثت
سجم ع ا يا فض م، آا انه قاو ت انكتاب
اس ان م آا انه اخشج انثخاسي ف كتاب . )(تصذ ت
(ان هى
Artinya : “Dari Abdillah bin „Umar ra berkata bahwa saya mendengar
Rasulullah saw bersabda: “Tidak ada hasad (iri) –yang
dianjurkan- kecuali dalam dua perkara: (yaitu) orang yang
diberikan pemahaman Al-Qur`an lalu dia mengamalkannya di
waktu-waktu malam dan siang; dan orang yang Allah karuniai
harta lalu dia menginfakkannya di waktu-waktu malam dan
siang.” (Diriwayatkan oleh Muhammad bin Isma‟il al Bukhari
dalam kitab Ilmu).32
Dalam Hadits di atas menjelaskan tentang hasad yang artinya
mengharapkan lenyapnya suatu nikmat yang dimilki oleh orang lain, dapat pula
diartikan mengharapkan suatu nikmat seperti yang dimiliki oleh orang lain (tanpa
mengharapkan lenyapnya nikmat tersebut darinya). Makna yang kedua inilah
yang dimaksud dalam hadits ini. Singkatnya, tiada iri hati yang diperbolehkan
oleh syari‟at kecuali dalam dua hal tersebut.
Dua perkara tersebut merupakan sifat dari akhlak seseorang. Yang pertama
ialah seseorang yang dianugerahi harta yang berlimpah lalu ia menafkahkannya di
jalan yang diridhoi Allah swt., Dan yang kedua ialah seseorang yang dianugerahi
ilmu lalu ia mengamalkannya dan mengajarkannya kepada orang lain.
Di dalam Hadits di atas terkandung anjuran untuk menafkahkan harta di
jalan yang diridhoi Allah swt., dan memberikan petunjuk kepada manusia ke jalan
31
Mas‟ud Muhsan, Himpunan Hadits Shahih Bukhari, (Surabaya: Arloka, 2004), hlm. 280. 32
http://attaubah.com/ghibthoh-iri-yang-diperbolehkan.html (Minggu, 28 Juli 2019, pukul:
15:03)
26
yang benar. Bahkan di dalam hadits ini dianjurkan pula untuk mengharapkan hal
tersebut.
Oleh karena itu, kita harus berkeinginan gibthah33
kepada kedua orang
tersebut. Namun, keinginan untuk memilikinya hendaknya disyaratkan untuk
tujuan yang lebih lanjut: pemilik kekayaan menggunakan kekayannya di jalan
kebenaran dan orang yang memiliki ilmu haruslah mengajarkannya kepada orang
lain, jadi bermanfaat bagi seluruh manusia yang menjadi tujuan.34
C. Karangka Konseptual
Dalam rangka mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia yang
tercantum di pembukaan UUD 1945 pada alenia ke-4 diantaranya untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa. Harus didukung oleh kualitas pendidikan yang
baik menuju warga negara yang baik dan berkarakter religius.
Untuk itu diperlukan sistem pendidikan yang terencana, teristem dan
terukur di sekolah. Peserta didik tidak hanya di harapkan cerdas secara kognitif
tetapi harus memiliki sikap baik dan terampil. Dalam hal kehidupan sebagai hasil
belajar di sekolah.
Program ekstrakulikuler merupakan pendukung utama untuk mewujudkan
tujuan dari pendidikan tersebut. Salah satu program ekskul di sekolah adalah
Rohani Islam. Organisasi Kerohanian Islam merupakan bentuk kegiatan
ekstrakulikuler yang berperan untuk mewadahi peserta didik dalam pembentukan
33
Gibtah : Menurut (KBBI) Kamus Besar Bahasa Indonesia gibtah adalah keinginan
terhadap suatu benda seperti yang dimiliki orang lain tanpa rasa dengki terhadap orang yang
memilikinya 34
Maulana Muhammad Ali, Kitab Hadis Pegangan, Terj. Kaeland-Imam Musa
Prodjosiswo, (Jakarta :CV. Kuning Mas, 1992), hlm. 35.
27
nilai karakter bagi peserta didik khusus orang yang beragama Islam untuk
terwujudnya peserta didik yang berakhlak mulia. Organisasi Kerohanian Islam
sangat tepat untuk mewadahi peserta didik khusus yang beragama Islam dalam
pembinaan spiritual peserta didik. Dunia pendidikan peserta didik tidak hanya
diukur dari segi ilmu pengetahuan saja melainkan sikap positif untuk menjadikan
siswa berakhlak mulia.
berdasarkan permasalahan yang ada organisasi Rohani Islam merupakan
organisasi yang sangat tepat untuk mewadahi peserta didik yang rendah akan
sikap religius dan kejujuran. Melalui peranan organisasi Rohani Islam ini
diharapkan dapat membina, membentuk dan menerapkan sikap religius peserta
didik di sekolah melalui kegiatan-kegiatan. Untuk lebih jelasnya karangka pikir
dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual
Organisasi Kerohanian Islam
Pembinaan Spiritual Ekstrakurikuler
Peserta Didik
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif atau penelitian lapangan, yang
bersifat eksploratif dalam sebuah studi kasus observasi35
sehingga dalam
penelitian ini teknik pengumpulan datanya adalah partisipant observation. Fokus
studinya adalah berkaitan dengan peran organisasi Kerohanian Islam (Rohis)
terhadap pembinaan spiritual peserta didik.
Alasan penulis memilih penelitian kualitatif, karena ingin mendapatkan
data dan informasi sebagai pendukung penelitian. Data tersebut dianalisis dan
digambarkan secara objektif dan akurat tentang kegiatan, peristiwa dalam sebuah
proses penelitian.36
B. Lokasi dan Obyek penelitian
1. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian akan dilakukan di kabupaten Wajo, di SMAN 2
Wajo, Kec. Majauleng, Kel. Paria, Kab.Wajo.
2. Obyek penelitian
Obyek penelitian ini adalah Peran Organisasi Kerohanian Islam
(Rohis) Terhadap Pembinaan Spiritual Peserta didik di SMAN 2 Wajo.
35
Studi kasus adalah penelitian yang rinci mengenai suatu latar, atau individu, atau tempat,
dan dokumentasi yang berada di lokasi tertentu atau peristiwa tertentu. Pendapat berikutnya
bahwa studi kasus adalah meneliti karakteristik tentang kesatuan individu, anak, sekolah,
kelompok/lembaga atau komunitas. Imam Suprayogo dan thobroni, Metodologi penelitian Sosial-
Agama (cet-I:bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal.139 36
Meisil B. Wulur, Komunikasi Dakwah dan Hipnoterapi, 2019, penerbit: Mentari Jaya.
29
C. Fokus dan Deskripsi Fokus Penelitian
1. Peran Organisasi Kerohanian Islam
Peran organisasi Kerohanian Islam (ROHIS) yang dimaksud dalam
penelitian ini yakni, Bagaimana peran organisasi kerohanian Islam ini dalam
membina Spiritual peserta didik di Sekolah
2. Pembinaan spiritual peserta didik
Pembinaan spiritual yang dimaksud penulis dalam penelitian ini yakni,
spiritual peserta didik di sekolah perlu mendapatkan pembinaan oleh guru
pendidikan agama islam dan Organisasi Rohis
D. Instrumen Penelitian
Pelaksanaan penelitian lapangan di perlukan sebuah instrument penelitian.
Tujuannya untuk lebih memudahkan peneliti mendapat informasi seperti yang
diharapkan. Serta menghasilkan data-data yang berkaitan dengan apa yang
menjadi tujuan dalam penelitian. Hal yang terpenting dalam instrumen penelitian
yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti dengan berpegang pada
pedoman penelitian. Diantaranya adalah:
1. Pedoman observasi, merupakan lembar observasi melalui kisi-kisi
pengamatan observasi, berkaitan dengan objek penelitian. Alat yang
diperlukan buku, pulpen, dan sebagainya. Serta catatan-catatan yang
diperoleh di lapangan.
2. Pedoman wawancara, yang di bawa ke lapangan dalam pencarian
informasi.
30
3. Wawancara penelitian, alat bantu berupa pedoman wawancara, dan alat
perekam. Sehingga mempermudah dalam proses pengolahan data.
4. dokumentasi penelitian, berupa alat perekam suara, foto, dan vidio. Serta
dokumentasi atau catatan yang dianggap penting.
E. Sumber Data
Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subyek dari
mana data dapat diperoleh. Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua
sumber data yaitu :
1. Sumber data primer
Sumber data Primer yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh
peneliti (atau petugasnya) dari sumber pertamanya. Adapun yang
menjadi sumber data primer dalam penelitian ini adalah Kepala
sekolah, Guru PAI, Ketua Rohis, Bendahara, Koordinator Bidang dan
Siswa SMA 2 Wajo
2. Sumber data skunder
Sumber data sekunder yaitu data yang langsung dikumpulkan
oleh peneliti sebagai penunjang dari sumber pertama. Dapat juga
dikatakan data yang tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen.
F. Teknik Pengumpulan Data.
Untuk memperoleh data informasi dalam penelitian ini, maka peneliti
menggunkan teknik penelitian lapangan (field research) yaitu pengumpulan data
secara langsung di lokasi peneliti dengan menggunakan teknik :
31
1. Observasi
Observasi (observation) atau pengamatan merupakan suatu teknik atau
cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap
kegiatan yang berlangsung. Observasi dapat diartikan sebagai pengamatan
dan pencatatn secara sistematik terhadap terhadap gejala yang tampak
pada objek penelitian. Yang menjadi objek observasi dalam penelitian ini
adalah anggota dan guru yang terlibat aktif dalam pembinaan spiritual
peserta didik melalui kegiatan Rohis di SMAN 2 Wajo.
2. Wawancara
Wawancara adalah proses percakapan yang dimaksud untuk
mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, motivasi, perasaan,
dan sebagainya, yang dilakukan dua pihak yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dengan yang diwawancarai
(interviewee).37
Dalam pelaksanaannya peneliti menggunakan metode
wawancara bebas terpimpin, yaitu peneliti bebas menanyakan apa saja,
akan tetapi mempunyai sederet pertanyaan yang terperinci dalam pola
komunikasi langsung. Dalam penelitian ini yang menjadi sasaran
wawancara adalah guru mata pelajaran Agama Islam di SMAN 2 Wajo
yang berjumlah 2 orang.
3. Dokumentasi.
Dokumentasi adalah suatu teknik dimana data diperoleh dari dokumen-
dokumen yang ada pada benda-benda tertulis seperti buku-buku, notulensi,
37
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif (Aktualisasi Metodologis Ke Arah
Ragam Varian Kontemporer), (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003), hal. 108.
32
makalah, peraturan-peraturan, buletin- buletin, catatan harian, dan
sebagainya.38
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang
gambaran umum SMAN 2Wajo, seperti letak geografis, sejarah dan
perkembangan sekolah,serta data-data yang relevan.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses pengorganisasian dan mengurutkan data
kedalam pola, kategori dan satuan dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat
dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Dalam menganalisis
data yang telah terkumpul, penulis menggunakan analisis deskriptif kualitatif.
Metode analisis deskriptif adalah suatu analisa yang digambarkan dengan kata-
kata atau kalimat yang dipisahkan menurut kategori untuk mendapat simpulan.
Sedangkan analisis data dari hasil penelitian ini, dilakukan berdasar
analisis deskriptif, sebagaimana yang dikembangkan oleh Mile dan Huberman.
Analisis tersebut terdiri dari tiga alur analisis yang berinteraksi yaitu:
1. Reduksi Data.
Reduksi data yaitu proses pemilihan, pemusatan, perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan, transformasi data kasar, yang muncul dari
catatan-catatan tertulis dari lapangan. Reduksi data merupakan suatu
bentuk analisis yang menggolongkan, mengarahkan dan mengorganisasi
data sedemikian rupa sehingga dapat ditarik kesimpulan data verifikasi. 39
38
Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survai, (Jakarta: LP3 ES,
1989), hlm. 145. 39
Mattew B Miles dkk, Analisa Data Kualitatif, (Jakarta : UI-Press, 1993), hal 16
33
2. Penyajian Data
Penyajian data disini dibatasi sebagai sekumpulan informasi yang
memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan.40
Penyajian data dalam skripsi ini merupakan penggambaran
seluruh informasi tentang bagaimana perilaku keagamaan peserta didik
SMAN 2 Wajo.
3. Penarikan Simpulan.
Dari kumpulan makna setiap kategori, penulis berusaha mencari esensi
dari setiap tema yang disajikan dalam teks naratif yang berupa fokus
penelitian. Setelah analisis dilakukan, maka penulis dapat menyimpulkan
hasil penelitian yang menjawab rumusan masalah yang telah ditetapkan
oleh penulis. Metode analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah
metode analisis deskriptif yaitu suatu analisis yang digambarkan dengan
kata-kata atau kalimat yang dipisahkan menurut kategori untuk mendapat
simpulan.
40
Ibid. h. 17.
34
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah Berdirinya SMAN 2 Wajo
Pada awal berdirinya SMAN 2 Wajo merupakan sekolah jauh atau filial
41dari SMAN 1 Sengkang. Sekolah ini dibangun pada tanggal 01 April 1979
oleh Kepala Dinas PEDANKAN (Pendidikan dan Kebudayaan) Provinsi
Sulawesi Selatan pada masa kepemimpinan Andi Abu Bakar Punagi,
peresmiannya dilakukan langsung oleh Kepala Dinas PEDANKAN tersebut.
Setelah diresmikan, sekolah ini bernama SMAN 548 Paria dan
menerima peserta didik pada tahun itu juga yaitu pada tahun 1979, selanjutnya
berubah nama menjadi SMAN 1 Majauleng. Setelah itu pada tahun 2017
jenjang SMA/SMK diambil alih oleh pemerintah provinsi sehingga SMAN 1
Majauleng berubah menjadi SMAN 2 Wajo. Sekolah ini pertama kali dipimpin
oleh Muhammad Amra, BA. Tapi belum memiliki pendidik-pendidik tetap,
sekolah ini hanya dikelola oleh pendidik-pendik dari SMAN 1 Sengkang. Pada
tahun 1980 barulah ada pendidik yang resmi ditempatkan di sekolah ini.
Pendidik pertama yang resmi ditempatkan di sekolah ini yaitu Abdul Rivai,
41
Menurut Wikipedia Filial adalah kata lain dari sekolah jauh, yaitu kelas yang dibuka di
luar sekolah induk diperuntukkan untuk peserta didik yang tidak tertampung di sekolah tersebut
baik karena keterbatasan kursi (ruang kelas) atau jarak tempat tinggal peserta didik yang jauh.
35
BA. Yang kedua yaitu Paggamma, BA., lalu menyusul Hajirin, B.Sc., Sutria
Voli, BA dan Pasimong Pasanglolo, BA. Yang diangkat berdasarkan SK-nya.42
SMAN 2 Wajo yang pertama kali menamatkan peserta didiknya pada
tahun 1982 dan sampai sekarang (2019) sudah menamatkan 37 angkatan.
Dilihat dari tamatan alumninya sekarang sudah banyak yang sukses, seperti
menjadi polisi, guru besar, dokter, camat, kepala sekolah, dan sekitar 40%
pendidik yang, mengajar di SMAN 2 Wajo sekarang adalah alumni sendiri.
Sejak sekolah ini berdiri sampai sekarang sudah ada enam nama
yang pernah menjabat sebagai kepala sekolah, yakni:
1) Muhammad Amra, BA. (1979 - 1982)
2) Sukirso Ardiwinoto (1982 - 1990)
3) Drs. Andi Panguriseng (1990 - 2000)
4) Drs. Hajirin, M.Pd. (2000 - 2009)
5) Drs. Faisal, M.Si (2009 – 2017)
6) Muhmmad Yusuf Ramayana, S.pd, M.Pd (2017- sekarang)43
SMAN 2 Wajo merupakan salah satu SMA yang cukup diperhitungkan
di kabupaten Wajo. Berbagai prestasi telah diraih diantaranya: SMAN 2 Wajo
merupakan sekolah yang pernah meraih prestasi sebagai salah satu sekolah
sehat sampai ketingkat Nasional, dan mulai tahun 2010 SMAN 2 Wajo terus
berbenah diri untuk mengikuti sekolah yang berwawasan lingkungan hidup
42 Dokumentasi Tata Usaha SMAN 2 Wajo 42
Kirsman1majauleng,blogspot.com/2014/2014/01/sejarah-sma-negeri-
1majauleng.html?m=1, diakses di atapange pada tanggal 1 Mei 2020 pukul 15.30 WITA
36
serta melakukan pengembangan dan pembenahan lingkungan sekolah sehingga
sekolah ini bisa mendapatkan penghargaan sebagai salah satu Sekolah
Adiwiyata Tingkat Nasional pada tahun 2013 dan pada tahun 2017 sekolah ini
berhasil mendapatkan penghargaan sebagai sekolah Adiwiyata mandiri.
SMAN 2 Wajo juga pernah meraih prestasi sebagai juara 1 dalam
lomba pameran kreativitas pemuda antar SMA/SMK tingkat Kabupaten Wajo
pada tahun 2012,selain itu masih banyak prestasi yang diperoleh SMAN 2
Wajo baik dalam bidang akademik maupun non akademik seperti dalam
bidang keagamaan, seni dan olahraga.
Demikian SMAN 2 Wajo adalah salah satu lembaga pendidikan yang
berusaha untuk mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki oleh peserta
didik. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan Nasional, untuk meningkatkan
kualitas manusia indonesia seutuhnya, yaitu meningkatkan kualitas sumber
daya manusia dan bertaqwa kepada Tuhan yang maha Esa berbudi pekerti
luhur serta memiliki pengetahuan dam keterampilan, kesehatan jasmani dan
rohani, kepribadian yang mantap serta rasa tanggung jawab.
2. Visi dan Misi
Setiap sekolah/madrasah pasti memiliki visi dan misi,termasuk SMAN
2 wajo. Sekolah ini mempunyai Visi dan Misi. Visinya adalah unggul dalam
mutu berakar pada wawasan wiyata mandala dengan indikator sebagai berikut:
1. Unggul dalam perolehan rata-rata NEM
2. Unggul dalam persaingan UMPTN
37
3. Unggul dalam IMTAQ dan IPTEK
4. Unggul dalam olahraga dan seni
5. Unggul dalam kepedulian lingkungan.
Untuk mewujudkan visi tersebut tentunya dibutuhkan misi-misi
tertentu, misalnya adalah:
1. Meningkatkan pembinaan akhlak atau budi pekerti yang luhur
2. Mengembangkan minat bakat dan kreatifitas peserta didik agar
tumbuh dan berkembang.
3. Mampu menciptakan kegiatan belajar mengajar yang dapat
memotifasi peserta didik untuk berinisiatif, inovatif serta
mengembangkan minat pada kegiatan ekstrakulikuler.
4. Melaksanakan bimbingan dan proses pembelajaran secara intensif
sehingga konsep materi kurikulum tercapai 100 %.
5. Mengoptimalkan fungsi pendidik dalam kegiatan pembelajaran.
Bimbingan dan keterampilan.
6. Mengoptimalkan kerja sama dengan orang tua, masyarakat dan
pemerintah.
7. Melakukan pelatihan dan dorongan peserta didik mengenal potensi
diri sehingga mampu bersaing dalam even setiap kegiatan.
8. Pola manajemen partisipatif dengan melibatkan seluruh warga
sekolah44
44
Visi dan misi SMAN 2 Wajo
38
3. Keadaan Pendidik dan peserta didik.
a. Keadaan Pendidik
Pendidik merupakan salah satu faktor penentu dalam proses belajar
mengajar. Jumlah pendidik SMAN 2 Wajo sebanyak 38 orang yang terdiri
dari 26 pendidik berstatus sebagai pegawai negeri, dan 12 pendidik honorer.
Untuk mengetahui keadaan pendidik SMAN 2 Wajo, maka berikutini
dapat disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 4.1
Keadaan Pendidik SMAN 2 Wajo
NO Jenis Jenis Kelamin Jumlah
Laki-Laki Perempuan
1 Pendidik tetap (PNS) 12 13 25
2 Pendidik honorer 5 7 12
Jumlah 18 20 38
Sumber Data : Papan potensi pendidik SMAN 2 Wajo tahun Ajaran 2019/2020
39
Berikut adalah daftar nama pendidik SMAN 2 Wajo :
Tabel 4.2
Nama-nama Pendidik di SMAN 2 Wajo
No Nama Pendidik Keterangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Muhammad Yusuf Ramayana, S.Pd, M.Pd
Asri, S.Pd, M.Pd
Yupe, S.Pd, M.Pd
A. Mustan, S.Pd
Drs. Baso Anwar
H. Burhan, S.Pd
Dra.Hj. Murni
Emmy Sessu, S.Pd
Muhammad Saenong, S.Pd
Hj. Haeriah, S.Pd, M.Pd
Siangka Deru, S.Pd
Darmawangsah, S.Pd, M.Pd
Hasrani, S.Pd
Suriani, S.Pd
Asriadi, S.Pd
Andi Salmiati, S.Pd
Hajra, S.Si, S.Pd
Mustikawati, S.Pd
Tammulis, S.Pd, M.Pd.I
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
40
No Nama Pendidik Keterangan
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
Makkatang, S.Pd
Andi Tanda Purnawiah, S.S
Syafridawati, S.Pd
Akmal, S.Pd
Andi Darmi Dwi Anugrah, S.Pd
Hj. Mart Sulhani, T, S.Pd, MM
Dra. Hadi
La Ompo, S.Ag
Marlili, S.S
Sarwin, S.Pd
Risma Juwita, S.Pd
Besse Leli Indrawati, S.Pd
Alimuddin, S.Pd
Baso Nurfatmawangsah, S.Pd
Andi Muh. Astar Bachtiar, S.Pd
Amirullah, S.Pd
Syahrir, S.Pd
Andi Darmi Eka Putri, S.Pd
Besse Kuliani Risna, S.Pd
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
Honorer
Honorer
Honorer
Honorer
Honorer
Honorer
Honorer
Honorer
PNS
Honorer
PNS
Honorer
Honorer
Honorer
Sumber Data : Papan Potensi Pendidik SMAN 2 Wajo tahun Ajaran 2019/2020
41
b. Keadaan peserta didik
Peserta didik adalah salah satu bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan
sekolah, sebab tanpa mereka sekolah tidak mungkin berkembang demikian juga
keberhasilan pendidik sangat didukung oleh keadaan dan potensi peserta didik.
Pada tahun pelajaran 2019/2020 jumlah peserta didik SMAN 2 Wajo
tercatat sebanyak 497 orang yang terdiri dari 217 laki-laki , dan 283 wanita, dari
497 orang itu terdiri dari 487 beragama Islam dan 10 orang beragama kristen,
jumlah peserta didik ini dibagi dalam 18 kelas yakni kelas X sebanyak 6 ruangan,
kelas XI sebanyak 6 ruangan dan kelas XII sebanyak 6 ruangan.
Untuk mengetahui keadaan peserta didik di SMAN 2 Wajo, maka
disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.3
Keadaan Peserta Didik SMAN 2 Wajo
Berdasarkan Jenis Kelamin
Sumber Data : Papan Informasi Keadaan Peserta Didik SMAN 2 Wajo tahun
Ajaran 2019/2020
NO Kelas Jenis kelamin Jumlah
Laki-laki Perempuan
1 X 70 63 133
2 XI 80 106 186
3 XII 67 114 181
Jumlah 217 283 500
42
Tabel 4.4
Keadaan Pesera Didik SMAN 2 Wajo
Berdasarkan Agama
Sumber Data : Papan Informasi Keadaan Peserta Didik SMAN 2 Wajo tahun
Ajaran 2019/2020
4. Keadaan sarana dan prasarana
a. Keadaan sarana
Sarana dan prasarana SMAN 2 Wajo menjadi salah satu bagian penting
dalam suatu sekolah. Kondisi yang nyaman tentunya akan menambah semangat
peserta didik dalam proses belajar mengajar.
Berdasarkan pengamatan dan data tertulis yang diperoleh, dapat diketahui
bahwa keadaan sarana SMAN 2 Wajo yang berlokasi di Jl. Poros Sengkang-
palopo Km.25 Limpomajang sudah termasuk cukup menunjang proses
pembelajaran, apalagi setelah terpilih menjadi sekolah adiwiyata mandiri, SMAN
2 Wajo terus memperbaiki bangunan yang ada meskipun belum sepenuhnya
terpenuhi secara kebutuhan secara keseluruhan. Adapun sarana yang dimiliki
sekolah ini dapat dilihat pada tabel berikut imi:
NO Kelas Agama Jumlah
Islam Kristen
1 X 130 3 130
2 XI 181 5 181
3 XII 179 2 179
Jumlah 490 10 500
43
Tabel 4.5
Keadaan Sarana di SMAN 2 Wajo Tahun Pelajaran 2019/2020
No Jenis sarana Jumlah Kondisi
Baik Rusak
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Ruang kepala sekolah
Ruangan wakasek
Ruang pendidik
Ruang tata usaha
Ruang BK
Kelas
Laboratorium
a. Lab. Fisika
b. Lab. Kimia
c. Lab. Elekronika
d. Lab. Computer
e. Lab. Bahasa
Perpustakaan
Aula
Ruang seni
Ruang UKS
Ruang dapur
Musholla/sekertariat
Tempat wuduh
WC
1
1
1
1
1
18
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
12
1
1
1
1
1
18
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
12
1
Sumber data : Dokumentasi Tata Usaha SMAN 2 Wajo Tahun Ajaran 2019/2020
b. Keadaan prasarana
Di samping fasilitas, sarana yang menunjang pelaksanaan proses belajar
mengajar, prasarana juga tidak kalah pentingnya karena keduanya sama-sama
berperan dalam kegiatan belajar mengajar.
44
Prasarana yang dimiliki SMAN 2 Wajo, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.6
Keadaan Prasarana SMAN 2 Wajo Tahun Pelajaran 2019/2020
No Jenis prasarana Banyaknya Keadaan sarana
1. Kursi/meja kepala sekolah 1 buah Baik
2. Kursi/meja tamu 2 pasang Baik
3. Kursi/meja pendidik 35 pasang Baik
4. Kursi/meja pegawai 10 pasang Baik
5. Kursi/meja peserta didik 600 pasang Baik
6. Brangkas 2 buah Baik
7. Stensil 4 buah Baik
8. Mesin 4 buah Baik
9. Computer 8 buah Baik
10. LCD 7 buah Baik
11. Tape recorder 2 buah Baik
12. Lemari 25 buah Baik
Sumber Data : Dokumentasi Tata Usaha SMAN 2 Wajo Tahun Ajaran 2019/2020
Dengan memperhatikan tabel di atas, dapat diketahui bahwa keadaan
sarana dan prasarana di SMAN 2 Wajo sudah cukup menunjang dalam segala
kegiatannya, di samping kelengkapan di atas, masih banyak hal-hal lain yang
tidak sempat disebutkan satu persatu.
45
5. Struktur Rohis di SMAN 2 Wajo
Gambar 4.1
STRUKTUR ROHIS SMAN 2 WAJO
PERIODE 2019/2020
Pembina
Tammulis, S.Pd, M.Pd.I Ketua
Rikma
Bendahara
Besse Nurfadillah
Wakil Ketua
Sri Reski Ananda
Sekertaris
Firmawati
Departement
Kepala Sekolah
Muhammad Yusuf Ramayana, S.Pd, M.Pd
Penerbit dan
Media
Besse Rini
Teguh
Apriliadi
Natasya Wanti
Irma Suriani
Eva Mardiana
Nurindah Sari
Putriani
A. Firdayanti
Nuramelia
Muh. Riswandi
Bayu Risandi
Fitra
Ramadana\
Andi Riatmi
Elviana S
Humas dan
Syair
Ika Puspita Sari
Zaskia novianti
Fifi Sari Pinda
A. Ummul
Magfirah
Uky Chalsum
Riska
Damayanti
Indo Ana
Nurul Hikmah
Maudy Kurnia
M. Muhlis
Rifki
M. Ilham
Setiawan
Muh. Iksyan
Sarana dan
Bahasa
Hasrina
A.Sri Andika
Masninda
Andi Wildani
Besse Alfiana
Gustiara
A. Elisa
Muliya
Rini
Mulyasari
Silvia Diana
Tiara
Anggraini
A.Bs.Melinda
M.Akbar
Muh. Asri
Siti Amelia
Ayyub
Kaderisasi
A.Sri Nurindah
Nurfadillah
A.Putri Ayu
Besse Nurfaisah
Rikayana
Siti Nurhalisah
Adesti Buheria
Riska Sari
Fitriani Sartika
Baso Riadi
Muh. Fadly
Mifta Farid
Muh. Rafli
Mifta Farid
Nuhrianto
Ramadana
Besse Wilda
Pendidikan dan
Perpustakaan
Isyani Nengsi
A. Nurul Hikmah
Rahmadani
Siti Hajrah
Sriwahyuni
Andi Firdian Sari
Darnisa
Besse Rosmala
Ummul Hidayah
Widya
Purnamasari
Muh. Rian
Arhandi
Ambo Tuwo
Resky Ramadani
Risna Dwiyanti
Dakwah
Besse Ade
Sulfiani
Aspadillah
Novi Aswinda
Fina
Nursari
Indo Ani
Besse Mutia
Diana Dermya
A. Khaerul
Yudi Novrianto
Rizal AR
Abdul Azis
46
B. Peran organisasi kerohanian Islam (Rohis) terhadap pembinaan spiritual
peserta didik di SMAN 2 Wajo
Peranan sekolah dalam rangka mengantarkan peserta didiknya untuk
meningkatkan karakter peserta didik, salah satu usaha yang dilakukan adalah
memberikan suatu wadah Kerohanian Islam (Rohis) supaya peserta didik
dapat termotivasi untuk bertingkah laku yang baik terhadap dirinya sendiri,
terhadap pencipta-Nya (Allah SWT) dan terhadap sesamanya.
Peran organisasi sangat penting dalam lingkungan masyarakat. Tanpa
adanya organisasi sulit bagi masyarakat untuk menyampaikan aspirasi dan
mengembangkan potensi individu masing- masing. Organisasi merupakan
wadah bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan. Setiap
organisasi mempunyai perannya tersendiri, sesuai dengan visi dari organisasi
tersebut. Begitu pula dengan Rohis di SMAN 2 Wajo, organisasi ini
mempunyai visi “Mewujudkan generasi muda yang beriman, berilmu,
berahlak mulia, dan bertanggung jawab untuk memperoleh ridho Allah swt.,”
Maksud dari lingkungan Islami di atas adalah membina spiritual
dengan menerapkan nilai-nilai agama dalam berperilaku sehari-hari
khususnya di lingkungan sekolah. Dalam mewujudkan visi tersebut tentunya
Rohis mempunyai peranan yang sangat penting dalam hal mewujudkan visi
tersebut. Peran tersebut tidak lepas dari bagaimana metode dan materi yang
disampaikan Rohis.
47
Metode atau cara menentukan bagaimana kita mencapai tujuan, setiap
orang mempunyai metode yang berbeda- beda dalam hal mencapai tujuannya.
Metode yang diterapkan dalam mencapai tujuan akan memengaruhi cepat
atau lambatnya tujuan itu tercapai. Maka dalam hal ini pihak sekolah juga
mempunyai cara tersendiri yang mereka gunakan untuk mewujudkan visi
mereka.
Adapun upaya yang dilakukan kegiatan kerohanian Islam dalam upaya
membina spiritual peserta didik adalah dengan cara yang simpatik
memunculkan citra yang positif. Dakwah itu harus dilakukan dengan
meringankan dan tidak memberatkan, memudahkan dan tidak mempersulit,
memberi kabar gembira dan tidak menakut-nakuti.
Namun hal yang paling utama yang diharapkan Rohis bukan untuk
merekrut peserta didik aktif dalam mengurus organisasi rohis, tetapi cukup
untuk membina spiritual dalam diri peserta didik, agar peserta didik tersebut
mempunyai prilaku yang baik, rasa persaudaraan yang tinggi, dan mempunyai
wawasan yang baik.
Rohis berupaya mengemas kegiatan menjadi semenarik mungkin, selain
materi dalam agenda kajian yang menyesuaikan dengan keadaan remaja saat
ini, sifatnya untuk membuat individu berpikir bukan memaksa. Rohis juga
menjadikan agenda kegiatan sebagai game atau permainan, namun dalam
permainan tersebut mendidik. Selain itu rohis juga memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk belajar untuk berani menyampaikan ide yang
48
dikemas dalam sebuah agenda forum diskusi remaja. Sebagaimana wawancara
yang penulis lakukan dengan Bapak K.M. Tammulis,S.Pd.I,M.Pd.I sebagai
Pembina Rohis beliau menyatakan beberapa peran dalam kegiatan Rohis:
“Program kegiatan Rohis merupakan kegiatan pokok keagamaan yang
didalam menjalankan sebuah organisasi ekstrakulikuler di sekolah , oleh
karena itu kegiatan di dirancang atau dilaksanakan untuk mencapai tujuan
yang mendasar. Adapun kegiatan Rohis di SMAN 2 Wajo yaitu: shalat
berjamaah, perayaan hari besar Islam (maulid, isra‟miraj, Tahun baru
Islam), pesantren kilat, pengkajian Al-quran, Tadarrus, Kerja bakti
membersihkan mesjid, yang saat ini sebagian berjalan”45
Adapun wawancara yang penulis lakukan dengan Rikma sebagai ketua
Rohis, beliau menyatakan bahwa:
“ Peran Rohis yaitu mengebangkan sikap religius, melakukan kegiatan
yang dapat meningkatkan keimanan seperti: kajian-kajian, sholat duhur
berjamaah, pesantren kilat dan kegiatan keagaamaan lainnya.”
Adapun wawancara yang penulis lakukan dengan Baso Muhammad
Anugrah sebagai peserta didik di SMAN 2 Wajo menyatakan bahwa:
“Menurut saya, kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Rohis sangatlah
baikkarena dapat memberikan feedback yang baik bagi yang mengikuti
kegiatan Rohis dan sangat berdampak positif bagi peserta didik yang
mengikutinya.”46
Sejalan dengan wawancara yang penulis lakukan dengan Peserta didik
lainnya yaitu Muhammad Faidil menyatakan bahwa:
“Menurut pandangan saya, kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh
Rohis sudah sangat baik. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan juga
bernilai positif dan juga bernilai pengetahuan dan dapat menambah
pengetahuan agama.”47
45 K.M.Tammulis,S.Pd.I, pembina Rohis SMAN 2 Wajo “wawancara” pada tanggal 10
Februari 2020 46
Baso Muhammad Anugrah, Peserta didik di SMAN 2 Wajo “Wawancara” pada
tanggal 11 Februari 2020 47 Muhammad Faidil, Peserta Didik di SMAN 2 Wajo “Wawancara” pada tanggal 11
Februari 2020
49
Jadi dapat disimpulkan bahwa kegiatan yang diprogramkan organisasi
Rohis ini berperan untuk lebih mengenalkan nilai-nilai Islami kepada para peserta
didik di SMAN 2 Wajo, agar memiliki kepribadian lebih baik lagi. Sebagaimana
wawancara yang penulis lakukan dengan Bapak Asri, S.Pd, M.Pd selaku wakil
kepala sekola SMAN 2 wajo beliau menyatakan bahwa :
“Menurut kami kegiatan yang dilaksanakan Rohis sangat bagus,
bermanfaat karena yang pertama bisa meningkatkan pemahaman atau
kemampuan peserta didik dalam berorganisasi, selanjutnya karena
kegiatan-kegiatan ini bernuansa keagaamaan jadi peserta didik dalam
kehidupan sehati-harinya dalam berinteraksi dan berahlakul karimah
terhadap sesama temannya maupun hubungannya dengan Tuhan yang
maha Esa. Dan kegiatan rohis sangat berperan karena apa yang mereka
peroleh di Rohis melalui kajian-kajian itu mereka bisa aplikasikan dalam
kehidupan mereka, terutama dalam kehidupan spiritualnya dimana mereka
menjalankan ibadah, berdasarkan apa yang mereka peroleh melalui kajian-
kajian ini”48
Sejalan dengan pendapat Natasya Wanti salah satu peserta didik di SMAN
2 Wajo sebagaimana wawancara yang penulis lakukan dia menyatakan bahwa:
“Dengan Adanya Rohis membuat saya mengetahui kewajiban saya
terhadap agama saya, dan menambah wawasan pengetahuan saya tentang
agama Islam”49
Begitupun dengan pendapat Ahmad Asyari Syam salah satu peserta didik
di SMAN 2 Wajo sebagaimana wawancara yang penulis lakukan dia menyatakan
bahwa:
“Dengan adanya Rohis yang saya rasakan ahlak saya jadi lebih baik, saya
semakin termotivasi untuk belajar agama Islam”50
48
Asri, S.Pd, M.Pd, Wakil Kepala Sekolah SMAN 2 Wajo “wawancara”pada tanggal 10
februari 2020 49
Natasya Wanti, Peserta Didik SMAN 2 Wajo “wawancara” pada tanggal 11 Februari
2020 50
Ahmad Asyari Syam, Peserta Didik SMAN 2 Wajo “ wawancara “ pada tanggal 11
Februari 2020
50
Dari beberapa hasil wawancara di atas dapat dilihat bahwa kegiatan yang
Rohis di setiap pertemuan membawa hasil yang nyata kepada peserta didik,
terutama anggota-anggota yang di turunkan dalam setiap kegiatan baik yang di
adakan di sekolah maupun di luar sekolah sangat terampil dan memuaskan.
C. Pembinaan Spiritual Peserta Didik di SMAN 2 Wajo
Di SMAN 2 Wajo pembinaan Rohis berupaya untuk membiasakan peserta
didik melaksanakan ibadah shalat khususnya shalat duhur berjamaah di sekolah.
Teknik pelaksanaannya yakni ketika masuk waktu shalat duhur, khusus bagi
pserta didik muslim diberikan dispensasi untuk melaksanakan shalat duhur. Hanya
saja perlu dilaksanakan secara bergiliran karna masjid yang ada di lingkungan
sekolah mereka tempati tidak cukup menampung semua peserta didik yang ada.
Sebagaimana wawancara penulis lakukan dengan Bapak La Ompo, S.Ag selaku
pembina Rohis, beliau menyatakan bahwa:
“ Sholat berjamaah peserta didik di SMAN 2 Wajo lancar, jadi itu caranya
anak-anak sekarang bukan lagi bersamamaan, biasa dua kelas atau tiga
kelas, dia gilir sendiri, kesadarannya anak-anak sekarang Alhamdulillah,
dia sudah bawa dirinya sendiri, artinya pada awalnya banyak metode-
metode yang kita pakai dengan diatur, tapi sekarang sudah tidak diatur
(kesadaran sendiri) secara ful disamping juga itu mukenanya juga terbatas,
dan waktu sholat yang diberikan 1 jam”51
Selain itu penulis juga menemukan bahwa setiap kelas masih ada peserta
didik yang tidak melaksanakan sholat duhur berjamaah baik karena malas
melaksanakannya maupun berhalangan, namun lebih sedikit dari yang
melaksanakan sholat berjamaah.
51
La Ompo, S.Ag, pembina Rohis SMAN 2 Wajo “wawancara pada tanggal 11 Februari
2020
51
Selain sholat duhur berjamaah, ekstrakurikuler Rohis juga memiliki
berbagai program dalam membina spiritual peserta didik di SMAN 2 Wajo,
sebagaimana wawancara yang penulis lakukan dengan Rikma sebagai Ketua
Rohis di SMAN 2 Wajo, beliau menyatakan beberapa program Rohis yang telah
dibuat untuk membina spiritual peserta didik:
“Rohis juga memiliki beberapa agenda yang telah dibuat dalam membina
spiritual peserta didik yaitu: Rohis bekerja sama dengan OSIS dalam
melaksanakan kegiatan kajian Al-quran setiap awal bulan, selanjutnya
pesantren kilat yang dilaksanakan setiap bulan Ramadhan, selanjutnya
perayaan hari besar Islam (isra‟miraj dan maulid), tadarrus setiap hari
jumat, dan terakhir pembagian celengan setiap hari jum‟at.”52
Adapun wawancara yang penulis lakukan dengan Bapak Asri, S.Pd, M.Pd
selaku wakil kepala SMAN 2 Wajo tentang spiritual peserta didik setelah adanya
Rohis beliau menyatakan bahwa :
“Indikator yang pertama, kita bisa melihat bahwa biasanya pada saat
sholat berjamaah Musholla ini penuh, kemudian kedua terkait kegiatan-
kegiatan keagamaan partisipasi siswa itu sangat besar, mereka berperan
aktif untuk mensukseskan kegiatan, selanjutnya kegiatan-kegiatan kajian
selalu banyak siswa yang mengikutinya.”53
Menurut pandangan penulis, hal tersebut dapat berfungsi sebagai
katalisator yang mampu menciptakan suatu suasana kondusif kehidupan
agamis di sekolah sehingga tercipta insan yang bertakwa dengan tetap
memegang teguh norma-norma terutama pada zaman globalisasi seperti
sekarang. Suasana yang lebih maju tidak jarang menjerumuskan seeorang
untuk melakukan hal-hal yang bertentangan dengan syariat Islam. Kegiatan ini
pun harus ditujukan untuk membangkitkan semangat, dinamika dan optimisme
52
Rikma,Ketua Rohis SMAN 2 Wajo “wawancara” pada tanggal 11 Februari 2020 53
Asri, S.Pd, M.Pd selaku wakil kepala sekola SMAN 2 Wajo, “wawancara” pada tanggal
10 Februari 2020
52
peserta didik sehingga mereka mampu mencintai sekolahnya dan menyadari
posisinya di tengah-tengah masyarakat.54
Agar kegiatan tersebut berjalan
dengan baik, maka sangat diperlukan bimbingan dari pendidik yang
bersangkutan, yaitu guru Pendidikan Agama Islam, agar kegiatan tersebut
dapat mencapai tujuan yang direncanakan.
Dengan beberapa program yang telah Rohis agendakan diharapkan mampu
membina spiritual peserta didik menjadi lebih baik lagi dan menciptakan suasana
Islami di lingkungan sekolah.
D. Faktor Penghambat Organisasi Kerohanian Islam (Rohis) Terhadap
pembinaan Spiritual Peserta Didik di SMAN 2 Wajo
Penghambat atau kendala merupakan keadaan yang dapat menyebabkan
pelaksanaan terganggu dan tidak terlaksana dengan baik. Setiap manusia selalu
mempunyai hambatan dalam kehidupan sehari-hari, baik dari diri manusia itu
sendiri ataupun dari luar manusia.
Untuk mencapai hasil yang baik untuk dapat diraih oleh peserta didik
dalam melakukan suatu kegiatan maka di perlukan kepada peserta didik tersebut
rajin serta giat dalam belajar, disiplin dan tersedianya alat fasilitas penunjang.
Oleh karena itu, prestasi dalam kegiatan Rohis akan dapat tercapai dengan baik
apabila semua pengurus dapat mengatasi berbagai kendala-kendala yang ditemui,
baik yang berasal dari dalam dirinya maupun yang berasal dari siswa maupun dari
luar diri siswa, sehingga dengan mampu mengatasi berbagai kendala dalam
54
Abdur Rahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah , Sekolah, dan Masyarakat,
Terj. Dari „ushulut Tarbiyah Islamiyah Wa Asalibina fil baiti wal madrasati Wal Mujtama‟ oleh
shihabuddin (jakarta: Gema Insani pers, 1995), h.187 (dalam skripsi Indo Intang A)
53
aktifitas, diharapkan pencapaian prestasi sangat diharapkan kedepan. Sebagai
mana wawancara yang penulis lakukan dengan Bapak La Ompo Ali,S.Ag sebagai
pembina Rohis beliau menyatakan beberapa faktor penghambat yang beliau alami
dalam kegiatan Rohis:
“Faktor penghambat yang dialami panitia Rohis adalah keaktifan
berkurang karena persoalan waktu, tidak sama dengan kurikulum
sebelumnya memiliki waku yang luang jika di bandingkan dengan
kurikulum sekarang. Sehimgga kegiatan tidak berjalan lancar, dan rata-rata
kegiatan ekstra lainnya sekarang tidak efektif karena waktu.”55
Adapun wawancara yang penulis lakukan dengan Bapak Asri, S.Pd, M.Pd
selaku wakil kepala sekola SMAN 2 Wajo beliau menyatakan bahwa :
“Hambatannya yang pertama, bukan hanya Rohis saja kegiatan Ekstra di
sekolah ini, biasanya siswa itu bukan hanya di Rohis saja, banyak juga
kegiatan-kegiatan yang lain yang diikuti. Selanjutnya karena kita lima hari
kerja disini otomatis waktu untuk organisasi agak berkurang.”56
Jadi, dapat disimpulkan bahwa yang menjadi faktor penghambat (kendala)
Rohis dalam membina spiritual peserta didik di SMAN 2 Wajo antara lain:
a) Terbatasnya Waktu untuk melaksanakan kegiatan Rohis.
b) Banyaknya Organisasi di lingkungan sekolah.
Ada beberapa hal yang berkaitan dengan kendala-kendala yang dialami
pengurus Rohis dalam meningkatkan prestasi peserta didik, baik faktor internal
maupun eksternal karena dalam meningkatkan prestasi peserta didik terutama
pada kegiatan Rohis tidak hanya berjalan baik dan lacar akan tetapi juga memiliki
kendala-kendala di dalamnya. Untuk itu sebagai pengurus tidak hanya duduk
diam dalam hal-hal tersebut tetapi juga memberikan solusi dan hal-hal positif
55 La Ompo, S. Ag, Pembina Rohis SMAN 2 Wajo “wawancara” pada tanggal 11
Februari 2020 56
Asri, S.Pd, M.Pd selaku wakil kepala sekola SMAN 2 Wajo, “wawancara” pada tanggal
10 Februari 2020
54
yang bisa menanggulangi berbagai kendala-kendala yang terjadi dalam
meningkatkan prestasi peserta didik.
Demikianlah hasil penelitian langsung ke lapangan yang penulis himpun
dengan menggunakan metode observasi, wawancara serta dokumentasi dalam
teknik pengumpulan data yang bertujuan untuk menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Peran Organisasi Kerohanian Islam (ROHIS) Terhadap Pembinaan
Spiritual Peserta Didik di SMAN 2 Wajo. Dengan hasil penelitian ini dapat
dikatakan bahwa pengurus Rohis efektif dalam meningkatkan prestasi siswa
dalam berbagai usahanya untuk meningkatkan prestasi siswa serta menanggulangi
berbagai kendala-kendala yang datang baik dari dalam maupun dari luar.
Berdasarkan pengamatan penulis di lapangan dengan kegiatan Rohis hasil
yang diperoleh seperti pembinaan spiritual peserta didik sudah mulai terlihat pada
sebagian besar peserta didik, namun masih ada sebagian yang belum terpengaruh
oleh Rohis. Pengaruh Rohis tersebut hanya terlihat pada peserta didik yang sering
aktif dalam kegiatan Rohis.
Peserta didik yang aktif dan sering mengikuti kegiatan yang
diselenggarakan memang menpunyai sopan santun yang baik terhadap guru
maupun kepada teman sesama, mereka merupakan orang yang menyenangkan
bagi teman dan guru. Apalagi pesera didik yang aktif dalam kepengurusan Rohis,
mereka sangat dekat dengan para guru, maka terkadang mereka dipercayakan
untuk menjadi ketua kelas juga. Peserta didik yang benar-benar aktif untuk
mengikuti Rohis lebih terlihat disegani oleh peserta didik yang lain sebab
wawasan mereka yang lumayan luas terhadap permasalahan. Mereka juga
mempunyai control diri yang baik, dan tidak mudah terpengruh dengan situasi
55
atau keadaan sehingga mereka tidak mudah melakukan perbuatan yang tidak
terpuji. Di lingkungan sekolah pergaulan mereka terlihat sangat baik, tindakan
mereka selalu dijadikan contoh yang baik oleh guru untuk siswa yang lainnya.
56
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan dari rumusan masalah yang telah penulis sampaikan, maka
penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut :
1. Bentuk peran organisasi kerohanian Islam di SMAN 2 Wajo adalah dengan
membuat program-program kegiatan dan melaksanakan kegiatan
keagamaan tersebut. Rohis berupaya mengemas kegiatan menjadi semenarik
mungkin, selain materi dalam agenda kajian yang menyesuaikan dengan
keadaan remaja saat ini, sifatnya untuk membuat individu berpikir bukan
memaksa. Rohis juga menjadikan agenda kegiatan sebagai game atau
permainan, namun dalam permainan tersebut mendidik. Selain itu Rohis
juga memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar untuk
berani menyampaikan ide yang dikemas dalam sebuah agenda forum diskusi
remaja.
2. Pembinaan spiritual peserta didik Di SMAN 2 Wajo yaitu ekstrakurikuler
Rohis berupaya untuk membiasakan peserta didik melaksanakan ibadah
shalat khususnya shalat duhur berjamaah di sekolah, dan menjalankan
program-program Rohis yang telah di programkan. Adapun program Rohis
yakni: sholat Duhur berjamaah di Mesjid, perayaan hari besar Islam
(maulid, isra‟miraj, Tahun baru Islam), pesantren kilat, pengkajian Al-
quran, Tadarrus, Kerja bakti membersihkan mesjid
57
3. Faktor penghambat kegiatan Rohis adalah waktu karena kurikulum
sebelumnya dengan kurikulum yang sekarang (K.13) berbeda, dimana
waktu lebih banyak digunakan belajar dalam kelas dari pada ekstrakurikuler
B. Saran
1. Kepada Organisasi Rohis
a. Organisasi Rohis hendaknya membuat program Kerohanian Islam
(Rohis) secara menarik dan bervariasi, sehingga dapat memotivasi
peserta didik dan tidak merasa jenuh untuk mengikuti kegiatan
yang di selenggarakan Kerohanian Islam.menjadi tanggung jawab
semua pengurus, sehingga sehingga pelaksanaan Rohis bisa
berjalan dengan lancar sesuai dengan yang di harapkan.
b. Dalam melaksanakan kegiatan Rohis hendaknya mulai memikirkan
atau membuat konsep-konsep yang tepat sehingga peserta didik-
peserta didik merasa butuh dan senang untuk mengikuti kegiatan
Rohis yang sebelumnya peserta sedikit dikarnakan banyak kegiatan
Rohis berjalan di tempat sangat jarang kegiatan Rohis dan terjun
dalam masyarakat secara langsung, misalnya bakti sosial dan yang
lainnya.
c. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal hendaknya antara
pengurus satu dengan pengurus yang lainnya bias lebih bekerja
sama dengan baik sehingga kegiatan terlaksana dengan baik sesuai
dengan apa yang diharapkan.
58
2. Kepada Peserta didik
a. Kembangkanlah semua potensi yang telah dimiliki selama ini, baik
ranah kognitif, afektif, dan psikomotor, karena sebagai peserta
didik muslim tidak hanya menjadi peserta didik yang cerdas
akalnya, tetapi juga peka hati nuraninya terhadap lingkungan dan di
wujudkan dengan perilaku keseharian di lingkungan masyarakat.
b. Turut berpartisipasi dalam segala kegiatan keagamaan dan bakti
sosial baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah.
59
DAFTAR PUSTAKA
Abdur Rahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah , Sekolah, dan
Masyarakat, Terj. Dari „ushulut Tarbiyah Islamiyah Wa Asalibina fil baiti
wal madrasati Wal Mujtama‟ oleh shihabuddin (jakarta: Gema Insani pers,
1995), h.187 (dalam skripsi Indo Intang A)
Ali Maulana Muhammad,1992, Kitab Hadis Pegangan, Terj. Kaeland-Imam
Musa Prodjosiswo, Jakarta :CV. Kuning Mas.
Bungin Burhan, 2003, Metodologi Penelitian Kualitatif (Aktualisasi Metodologis
Ke Arah Ragam Varian Kontemporer), Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2005), h. 854
Kementrian Agama RI, 2000, Al Qur‟an dan Terjemah, (Bandung : CV Penerbit
Diponegoro), h. 321
Faidil Muhammad, Peserta Didik di SMAN 2 Wajo “Wawancara” pada tanggal
11 Februari 2020
Faqih Ainur Rohim, 2001, Bimbingan dan Konseling dalam Islam,
Yogyakarta:UII Press.
Habibullah Achmad, 2017, Laporan Hail Penelitian, Sikap dan Jaringan
Keberagaman Aktivis Rohis SMA Negeri 1 Yogyakarta, Badan Litbang dan
Diklat Kementerian Agama RI, Unpublished/Tidak Diterbitkan.
Hanifah Ummu, Pengaruh Keikutsertaan Siawa Dalam Organisasi Kerohanian
Islam(Rohis) Terhadap perilaku Keagamaan siswa SMAN 1 Sragen Tahun
pelajaran 2015/2016
http://attaubah.com/ghibthoh-iri-yang-diperbolehkan.html (Minggu, 28 Juli 2019,
pukul: 15:03 WITA)
http:nezfine.wordpress.com/2010/05/05/pengertian-spiritual (Diakses pada hari
Sabtu 27 Jui 2020 Pukul 10:00 WITA)
https://id.wikipedia.org/wiki/Pesertadidik (diakses pada hari Sabtu, 27 Juli 2019,
Pukul: 10:30 WITA)
IKAPI, 2009, UU Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Fokus media), h. 145
60
Kirsman1majauleng,blogspot.com/2014/2014/01/sejarah-sma-negeri-1
majauleng.html?m=1, diakses di atapange pada tanggal 1 Mei 2020 pukul
15.30 WITA
K.M.Tammulis,S.Pd.I, Pembina Rohis SMAN 2 Wajo “wawancara” pada tanggal
10 Februari 2020
Koesmarwanti, Widiyantoro Nugroho, 2000, Dakwah Sekolah di Era Baru, Solo:
Era Inter Media.
Kurniasih Imas dan Sani Berlin, 2016, Revisi Kurikulum 2013, penerbit : Kata
Pena
Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, 1989, Metode Penelitian Survai, Jakarta:
LP3 ES.
Mattew B Miles dkk, 1993, Analisa Data Kualitatif, Jakarta : UI-Press.
Muhsan Mas‟ud, 2004, Himpunan Hadits Shahih Bukhari, Surabaya: Arloka,
Narita Desi, Peran Organisasi Rohani Islam dalam meningkatkan Nilai Religius
dan Kejujuran Siswa di SMAN 1 Pesisir Barat.
Nurdin Nasrullah, 2018, Pedoman Pembinaan Rohis di Sekolah dan Madrasah,
Erlangga.
Pertiwi Dewi, 2018, Peran Organisasi Kerohanian Islam (Rohis) dalam
Membentuk perilaku keagamaan siswa di SMAN 4 Kejuruan Muda
Praturan Diretur Jendral Pendidikan Islam Nomor: Dj.I/12 A Tahun 2009 tentang
Penylenggaraan Kegiatan Ekstrakulikuler Pendidikan Agama Islam (PAI)
pada sekolah.
Praturan Diretur Jendral Pendidikan Islam Nomor: Dj.I/12 A Tahun 2009 tentang
Penylenggaraan Kegiatan Ekstrakulikuler Pendidikan Agama islam (PAI)
pada sekolah.
Suparta, 2016, Pengantaran Teori dan Aplikasi Pengembangan Kurikulum PAI,
penerbit: PT Raja Grafindo Persada.
The New Oxford Illustrated Dictionary, (oxford University press, 1982),h. 1466
Tobroni, 2005, The spiritual Leadership (Pengefektifan Organisasi Nobel
Industry Melalui Prinsip-Prinsip Spiritual Etis), Malang: UMM Press.
61
Wulur B. Meisil, 2019, Komunikasi Dakwah dan Hipnoterapi, penerbit: Mentari
Jaya.
Wijaya I Gede Dita, Widiana I Wayan & Sodana Dewa Nyoman, 2016, Analisis
Rekonstruksi Sikap Spiritual Siswa kelas IV dan V SD Gugus XIII
Kecamatan Buleleng, ejournal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha,
Vol. 4.
L A M P I R A N
Lampiran 1: Angket Wawancara
KEPALA SEKOLAH
Nama :
NIP :
Hari/ Tanggal :
Jam :
Lokasi :
1. Bagaimana menurut bapak tentang kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan oleh Rohis ?
2. Apakah kegiatan tersebut berperan dalam pembinaan spiritual peserta
didik ?
3. Apa saja wujud hasil perubahan spiritual yang diperoleh dengan
adanya kegiatan Rohis tersebut ?
4. Hambatan-hambatan apa saja dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan
Rohis?
ANGGOTA ROHIS
Nama :
NIP :
Hari/ Tanggal :
Jam :
Lokasi :
1. Bagaimana struktur organisasi Rohis ?
2. Bagaimana pembagian tugas untuk masing-masing bidang?
3. Apa saja program kerja Rohis ?
4. Peran-peran apa yang dijalankan Rohis dalam membentuk perilaku
keagamaan?
5. Apa saja kegiatan rutin yang menjadi agenda Rohis ?
6. Selain agenda rutin, adakah agenda untuk kegiatan jangka panjang, misalnya
bakti sosial dll ?
7. Selama ini adakah hambatan dalam melaksanakan kegiatan Rohis ?
8. Apa yang dilakukan untuk mengatasi hambatan tersebut ?
9. Apa yang menjadi faktor pendukung dari kegiatan yang dilaksanakan Rohis?
10. Bagaimana hasil dari pelaksanaan program Rohis tersebut ?
GURU PAI/ BK
Nama :
NIP :
Hari/ Tanggal :
Jam :
Lokasi :
1. Bagaimana keadaan Peserta didik di SMAN 2 wajo?
2. Adakah perubahan yang lebih baik dari segi spiritual dan prestasi dari tahun
sebelumnnya?
3. Bagaimana peran Rohis di SMAN 2 WAJO saat ini?
4. Apakah ada perubahan yang lebih baik dari kepengurusan yang sebelumnya?
5. Apa saja bentuk-bentuk kegiatan Rohis di SMAN 2 WAJO dalam peran sertanya
membina spiritual peserta didik?
6. Apakah semua berjalan dengan baik dan efektif?
7. Adakah kendala/problematika yang menghambat peran rohis tersebut?
8. Bila ada, Faktor apa saja yang menghambat peran rohis tersebut?
Bagaimana upaya yang dilakukan pihak sekolah terutama guru PAI dan BK dalam
mengatasi ketidakberhasilan (kurang efektif/maksimal) peran rohis dalam membina
spiritual peserta didik di SMAN 2 WAJO?
BENDAHARA DAN KOORDINATOR BIDANG
1. Bagaimana program kerja Rohis ?
2. Bagaimana pelaksanaannya ?
3. Apa saja sarana dan fasilitasnya ?
PESERTA DIDIK
Nama :
Kelas :
Hari/ Tanggal :
Jam :
Lokasi :
1. Bagaimana pandangan anda tentang kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan
Rohis ?
2. Bagaimana pandangan anda tentang kegiatan Rohis?
3. Apa saja kegiatan-kegiatan keagamaan yang anda ikuti dalam kegiatan rohis?
4. Apakah anda rutin sholat duhur berjamaah di sekolah?
5. Pernahkah anda membantu orang lain baik disekolah maupun di luar sekolah,
misalnya berbagi terhadap orng lain dan sebagainya?
6. Perubahan spiritual apa saja yang anda rasakan setelah mengikuti kegiatan
pembinaan spiritual di sekolah?
PEDOMAN OBSERVASI
1. Mengamati kegiatan-kegiatan Rohis
2. Mengamati perilaku keagamaan peseta didik.
Lampiran 3 Foto Kegiatan atau dokumentasi
Kerja Bakti Di Linkungan Sekolah SMAN 2 Wajo
Penyebaran Kotak Amal Setiap Hari Jumat di Setiap Kelas
Kerja bakti dilingkungan sekolah
Sholat Duha Di Musholla SMAN 2 Wajo
Wawancara Dengan Pembina Rohis SMAN 2 Wajo
Wawancara Dengan Bapak Wakil Kepala Sekolah SMAN 2Wajo
Wawancara Dengan Pembina Rohis SMAN 2 Wajo
Setelah Mengisi Angket, Foto Bersama Anggota Rohis SMAN 2 Wajo
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Besse Reski Amalia lahir di Atapange, pada tanggal 09
Februari 1997, Anak kedua dari tiga bersaudara, buah hati
dari pasangan bapak Baso Singkeru Ogi dan Besse Sari
Banong. Penulis memasuki SD pada tahun 2002 di SDN 210
Bottopenno Kecamatan Majauleng Kabupaten Wajo,
kemudian melanjutkan pendidikan tingkat menengah pertama pada tahun 2010 di
SMPN 1 Majauleng Kabupaten Wajo. Dan melanjutkan pendidikan ditingkat
menengah atas tahun 2013 di SMAN 2 Wajo dan selesai pada tahun 2016
Pada tahun 2016 terdaftar sebagai mahasiswi di Universitas
Muhammadiyah Makassar, Fakultas Agama Islam, Program Studi Pendidikan
Agama Islam dengan Program Pendidikan Starata 1.
Syukur Alhamdulillah Penulis dapat menyelesaikan pendidikannya atas
Rahmat Allah SWT, dengan dukungan dan doa kedua orang tua.
Dengan memilih judul skripsi.
“Peran Organisasi Kerohanian Islam (ROHIS) Terhadap Pembinaan
Spiritual Peserta Didik di SMAN 2 Wajo”