PENGUJIAN HIPOTESIS
MAKALAH
(Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliahi Metodologi Penelitian Bidang
Studi)
Oleh :
TINI HENDRAYATI 110210302024
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2013
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan
hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengujian
Hipotesis” dengan baik. Keberhasilan dalam penyusunan makalah ini, tidak
terlepas dari bantuan para dosen pembimbing, teman-teman kami dan
keterlibatan dari semua pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih.
Makalah ini disusun dengan tujuan memenuhi tugas mata kuliah
“Metodologi Penelitian Bidang Studi” dan sebagai media untuk lebih
mendalami setiap unit yang akan dipelajari dan dibahas dalam mata kuliah ini.
Dalam pembuatan gagasan tertulis ini, penulis menyadari bahwa
terdapat beberapa kekurangan sehingga penulis mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak. Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini
bermanfaat untuk semua pihak.
Jember, 07 November 2013
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul
KATA PENGANTAR .......................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB 1. PENDAHULUAN.................................................................................1
1.1.Latar Belakang ............................................................................................1
1.2.Rumusan Masalah.......................................................................................2
1.3.Tujuan...........................................................................................................2
BAB 2. PEMBAHASAN....................................................................................4
2.1.Pengertian pengujian hipotesis...................................................................4
2.2. Syarat-syarat pengujian hipotesi.............................................................6
2.3. Ciri-ciri hipotesis yang baik.......................................................................8
2.4. Jenis-jenis pengujian hipotesisi.................................................................9
2.4.1. Jenis Hipotesis secara umum..................................................................10
2.4.2. Hipotesis berdasarkan arah atau bentuk formulasi hipotesis.............14
2.5. Bentuk-bentuk perumusan hipotesis........................................................16
2.6. Sumber-sumber perumusan hipotesis......................................................19
2.7. Hipotesis penelitian perumusan hipotesis.................................................19
3
2.8. Hipotesis dan estimasi.................................................................................20
2.9. Cara menguji hipotesis...............................................................................21
2.10. Pengujian hipotesis dalam analisa inferensi...........................................22
2.11. Hal-hal yang dapat menyebabkan suatu hipotesis tidak terbukti.......23
2.12. Penelitian tanpa hipotesis.........................................................................25
BAB 3. PENUTUP.............................................................................................27
3.1. Kesimpulan..................................................................................................27
3.2. Saran............................................................................................................
4
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penelitian merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan. Dengan
dilakukan penelitian maka dihasilkan berbagai macam ilmu pengetahuan yang dapat
dimanfaatkan oleh manusia. Untuk melakukan penelitian maka harus dilewati
berbagai tahapan. Hal ini sesuai dengan pengertian penelitian ilmiah itu sendiri yakni
menjawab masalah berdasarkan metode yang sistematis. Salah satu hal penting yang
dilakukan terutama dalam penelitian kuantitatif adalah merumuskan hipotesis.
Hipotesis merupakan elemen penting dalam penelitian kuantitatif. Terdapat
tiga alasan utama yang mendukung pandangan ini, di antaranya: Pertama, Hipotesis
dapat dikatakan sebagai piranti kerja teori. Hipotesis ini dapat dilihat dari teori yang
digunakan untuk menjelaskan permasalahan yang akan diteliti. Misalnya, sebab dan
akibat dari konflik dapat dijelaskan melalui teori mengenai konflik. Kedua, Hipotesis
dapat diuji dan ditunjukkan kemungkinan benar atau tidak benar atau difalsifikasi.
Ketiga, hipotesis adalah alat yang besar dayanya untuk memajukan pengetahuan
karena membuat ilmuwan dapat keluar dari dirinya sendiri. Artinya, hipotesis disusun
dan diuji untuk menunjukkan benar atau salahnya dengan cara terbebas dari nilai dan
pendapat peneliti yang menyusun dan mengujinya.
Namun tidak semua peneliti mampu menyusun hipotesis dengan baik
terutama peneliti pemula. Masih banyak terdapat kesalahan dalam menyusun
hipotesis. Untuk menyusun hipotesis yang baik setidaknya peneliti harus mengacu
pada kriteria perumusan hipotesis, bagaimana jenis-jenis hipotesis dalam penelitian,
maupun pemahaman tentang penelitian tanpa menggunakan hipotesis. Selain itu
seorang peneliti juga harus mengetahui bagaimana cara menguji hipotesis agar
terhindar dari kekeliruan yang mungkin terjadi dalam pengujian hipotesis. (Arikunto,
2006). Berdasarkan latar belakang tersebut, maka makalah ini akan membahas
5
mengenai hakikat hipotesis hingga kekeliruan yang mungkin terjadi dalam pengujian
hipotesis.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis menetapkan beberapa
rumusan masalah, di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Apa pengertian hipotesis?
2. Apa saja syarat-syarat hipotesis?
3. Apa saja ciri-ciri hipotesis?
4. Apa Jenis-jenis hipotesis?
5. Bagaimana bentuk-bentuk perumusan hipotesis?
6. Apa sumber-sumber perumusan hipotesis?
7. Apa hipotesis penelitian dan hipotesis statistik?
8. Apa hipotesis dan estimate?
9. Bagaimana cara menguji Hipotesis?
10. Bagaimana pengujian hipotesis dalam analisa inferensi?
11. Apa hal-hal yang dapat menyebabkan suatu hipotesis tidak terbukti?
12. Bagaimana penelitian tanpa hipotesis?
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah untuk membahas secara mendalam tentang.
1. Pengertian hipotesis.
2. Syarat- syarat hipotesis
3. Ciri-ciri hipotesis
4. Jenis-jenis hipotesis.
5. Bentuk-bentuk perumusan hipotesis.
6. Sumber-sumber perumusan hipotesis.
7. Hipotesis penelitian dan hipotesis statistik.
8. Hipotesis dan estimate.
6
9. Cara menguji hipotesis.
10. Cara pengujian hipotesis dalam analisa inferensi.
11. Sebab suatu hipotesis tidak terbukti.
12. Bagaimana penelitian tanpa hipotesis.
7
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pengujian Hipotesis
Hipotesis (hypo = sebelum; thesis = pernyataan, pendapat) adalah suatu
pernyataan yang pada waktu diungkapkan belum diketahui kebenarannya, tetapi
memungkinkan untuk diuji dalam kenyataan empiris. Hipotesis memungkinkan kita
menghubungkan teori dengan pengamatan, atau pengamatan dengan teori. Hipotesis
mengemukakan “pernyataan tentang harapan peneliti mengenai hubungan-hubungan
Antara variabel-variabel di dalam persoalan. (W.Gulo : 2002).
Hipotesis adalah pernyataan atau dugaan yang bersifat sementara terhadap
suatu masalah penelitian yang kebenarannya masih lemah (belum tentu
kebenarannya) sehingga harus diuji secara empiris. Hipotesis berasal dari kata hypo
yang berarti lemah dan thesa yang berarti pernyataan. Pernyataan atau dugaan
tersebut sering disebut sebagai proporsi. Hipotesis kadang bias merupakan
kesimpulan sementara yang harus diuji kebenarannya. Dugaan maupun kesimpulan
sementara yang masih ada kemungkinan benar atau salah, maka harus diuji
kebenarannya agar menghasilkan informasi yang benar dan bermanfaat. Dalam suatu
penelitian, hipotesis merupakan arah atau pedoman untuk membatasi variable yang
digunakan, meskipun tidak semua penelitian memerlukan hipotesis. Penelitian yang
bersifat eksploratif tidak memerlukan hipotesis karena pada penelitian ini, peneliti
menggali informasi dan data.
Berdasarkan kutipan pendapat Prof. Drs. Sutrisno Hadi MA(dalam buku
Arikunto, 2006:71), tentang pemecahan masalah, peneliti seringkali tidak dapat
memecahkan permasalahannya hanya dengan sekali jalan. Permasalahan itu akan
diselesaikan segi demi segi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk
tiap-tiap segi, dan mencari jawabannya melalui penelitian yang dilakukan. Jawaban
terhadap permasalahan ini dibedakan atas 2 hal sesuai dengan taraf pencapaiannya
yaitu:
8
1. Jawaban permasalahan yang berupa kebenaran pada taraf teoretik, dicapai melalui
membaca.
2. Jawaban permasalahan yang berupa kebenaran pada taraf praktik, dicapai setelah
penelitian selesai, yaitu setelah pengolahan terhadap data.
Sehubungan dengan pembatasan pengertian tersebut maka hipotesis dapat
diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan
penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.
Apabila peneliti telah mendalami permasalahan penelitiannya dengan seksama
serta menetapkan anggapan dasar, maka lalu membuat suatu teori sementara, yang
kebenarannya masih perlu di uji (di bawah kebenaran). Inilah hipotesis. Selanjutnya
peneliti akan bekerja berdasarkan hipotesis. Peneliti mengumpulkan data-data yang
paling berguna untuk membuktikan hipotesis. Berdasarkan data yang terkumpul,
peneliti akan menguji apakah hipotesis yang dirumuskan dapat naik status menjadi
tesa, atau sebaliknya, tumbang sebagai hipotesis, apabila ternyata tidak terbukti.
Berkaitan dengan hipotesis yang di rumuskan peneliti dapat bersikap dua hal:
1) Menerima keputusan seperti apa adanya seandainya hipotesisnya tidak terbukti
(pada akhir penelitian).
2) Mengganti hipotesis seandainya melihat tanda-tanda bahwa data yang terkumpul
tidak mendukung terbuktinya hipotesis (pada saat penelitian berlangsung).
Untuk mengetahui kedudukan hipotesis antara lain:
1) Perlu diuji apakah ada data yang menunjuk hubungan antara variabel penyebab
dan variabel akibat.
2) Adakah data yang menunjukkan bahwa akibat yang ada, memang ditimbulkan oleh
penyebab itu.
3) Adanya data yang menunjukkan bahwa tidak ada penyebab lain yang bias
menimbulkan akibat tersebut.
Apabila ketiga hal tersebut dapat dibuktikan, maka hipotesis yang dirumuskan
mempunyai kedudukan yang kuat dalam penelitian. Namun tidak selalu semua
penelitian harus berorientasikan hipotesis, walaupun hipotesis ini sangat penting
9
sebagai pedoman kerja dalam penelitian. Jenis penelitian eksploratif, survei, atau
kasus, dan penelitian development biasanya justru tidak berhipotesis karena tujuan
penelitian jenis ini bukan untuk menguji hipotesis tetapi mempelajari tentang gejala-
gejala sebanyak-banyaknya (Arikunto, 2006).
G.E.R Brurrough mengatakan bahwa penelitian berhipotesis penting dilakukan
bagi:
1. Penelitian menghitung banyaknya sesuatu (magnitude).
2. Penelitian tentang perbedaan (differencies).
3. Penelitian hubungan (relationship).
2.2 Syarat-Syarat Pengujian Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang penting kedudukannya dalam
penelitian. Oleh karena itulah maka dari peneliti dituntut kemampuannya untuk dapat
merumuskan hipotesis ini dengan jelas.
Borg dan Gall (dalam buku Arikunto,2006: 73) mengajukan adanya
persyaratan untuk hipotesis sebagai berikut:
1) Hipotesis harus dirumuskan dengan singkat tetapi jelas.
Harus dinyatakan secara jelas dan tidak bermakna ganda, artinya
rumusan hipotesis harus bersifat spesifik dan mengacu pada satu makna tidak
boleh menimbulkan penafsiran lebih dari satu makna. Jika hipotesis
dirumuskan secara umum, maka hipotesis tersebut tidak dapat diuji secara
empiris. Harus dapat diuji secara empiris, maksudnya ialah memungkinkan
untuk diungkapkan dalam bentuk operasional yang dapat dievaluasi
berdasarkan data yang didapatkan secara empiris.
2) Hipotesis harus dengan nyata menunjukkan adanya hubungan antara dua atau
lebih variabel.
Maksudnya dalam merumuskan hipotesis seorang peneliti harus
setidak-tidaknya mempunyai dua variable yang akan dikaji. Kedua variable
10
tersebut adalah variable bebas dan variable tergantung. Jika variabel lebih dari
dua, maka biasanya satu variable tergantung dua variabel bebas.
3) Hipotesis harus didukung oleh teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli
atau hasil penelitian yang relevan.
Ada dua jenis hipotesis yang digunakan dalam penelitian:
1. Hipotesis kerja, atau disebut dengan hipotesis alternative, disingkat Ha.
Hipotesis kerja menyatakan adanya hubungan antara variabel X dan Y,
atau adanya perbedaan antara dua kelompok.
Rumusan hipotesis kerja:
a. Jika……………………maka…………………
Contoh:
Jika orang banyak makan, maka berat badannya akan naik.
b. Ada perbedaan antara……… ….dan
Contoh:
Ada perbedaan anatar penduduk kota dan penduduk desa dalam cara
berpakaian.
c. Ada pengaruh………………terhadap…………
Contoh:
Ada pengaruh makanan terhadap berat badan.
2. Hipotesis nol (null hypotheses) disingkat Ho
Hipotesis nol sering juga disebut hipotesis statistik, karena biasanya
dipakai dalam penelitian yang bersifat statistik, yaitu diuji dengan
perhitungan sttistik. Hipotesis nol menyatakan tidak adanya perbedaan
antara dua variabel, atau tidak adanya pengaruh variabel X terhadap
variabel Y. Pemberian nama “hipotesis nol” atau “hipotesis nihil” dapat
dimengerti dengan mudah karena tidak ada perbedaan antara dua variabel.
Dengan kata lain, selisish verbal pertama dengan variabel kedua adalah
nol atau nihil.
Rumusan hipotesis nol:
11
a. Tidak ada perbedaan antara…………..dengan………..
Contoh:
Tidak ada perbedaan antara mahasiswa tingkat I dan mahasiswatingkat
II dalam disiplin kuliah.
b. Tidak ada pengaruh…………..terhadap…………..
Contoh:
Tidak ada pengaruh jarak dari rumah kesekolah terhadap kerajinan
mengikuti kuliah.
Dalam pembuktian hipotesis alternative (Ha) diubah menjadi Ho, agar peneliti
tidak mempunyai prasangka. Jadi, peneliti diharapkan jujur, tidak terpengaruhi
pernyataan Ha. Kemudian dikembangkan lagi ke Ha pada rumusan akhir pengetesan
hipotesis.
2.3. Ciri-Ciri Hipotesis Yang Baik
Satu hipotesis dapat diuji apabila hipotesis tersebut dirumuskan dengan benar.
Kegagalan merumuskan hipotesis akan mengaburkan hasil penelitian. Meskipun
hipotesis telah memenuhi syarat secara proposional, jika hipotesis tersebut masih
abstrak bukan saja membingungkan prosedur penelitian, melainkan juga sukar diuji
secara nyata.
Untuk dapat memformulasikan hipotesis yang baik dan benar, sedikitnya
harus memiliki beberapa ciri-ciri pokok, yakni:
a) Hipotesis merupakan hubungan antara dua variabel atau lebih.
Berarti hipotesis merupakan dugaan tentang hubungan antara variabel. Ketika
hipotesis dirumuskan maka harus ditegaskan mana yang menjadi variabel
dependen dan mana yang sebagai variabel independen serta bagaimana
hubungannya.
12
b) Hipotesis harus konsisten dengan keberadaan ilmu pengetahuan
Hipotesis tidak bertentangan dengan pengetahuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Dalam beberapa masalah, dan terkhusus pada permulaan penelitian, ini
harus berhati-hati untuk mengusulkan hipotesis yang sependapat dengan ilmu
pengetahuan yang sudah siap ditetapkan sebagai dasar. Serta poin ini harus sesuai
dengan yang dibutuhkan untuk memeriksa literatur dengan tepat oleh karena itu
suatu hipotesis harus dirumuskan bedasar dari laporan penelitian sebelumnya.
c) Hipotesisi harus sederhana dan spesifik
Hipotesis harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan sebenarnya.
Peneliti harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan yang sebenarnya. Peneliti
harus memiliki hubungan eksplisit yang diharapkan di antara variabel dalam istilah
arah (seperti, positif dan negatif). Satu hipotesis menyatakan bahwa X berhubungan
dengan Y adalah sangat umum. Hubungan antara X dan Y dapat positif atau negatif.
Selanjutnya, hubungan tidak bebas dari waktu, ruang, atau unit analisis yang jelas.
Jadi, hipotesis akan menekankan hubungan yang diharapkan di antara variabel,
sebagaimana kondisi di bawah hubungan yang diharapkan untuk dijelaskan.
Sehubungan dengan hal tersebut, teori menjadi penting secara khusus dalam
pembentukan hipotesis yang dapat diteliti karena dalam teori dijelaskan arah
hubungan antara variabel yang akan dihipotesiskan.
d) Hipotesis harus bisa diuji.
Instrumen harus ada (atau dapat dikembangkan) yang akan menggambarkan
ukuran untuk yang valid dari variabel yang diliputi. Kemudian, hipotesis dapat diuji
dengan metode yang tersedia yang dapat digunakan untuk mengujinya sebab peneliti
dapat merumuskan hipotesis yang bersih, bebas nilai, dan spesifik, serta menemukan
bahwa tidak ada metode penelitian untuk mengujinya. Oleh sebab itu, evaluasi
hipotesis bergantung pada eksistensi metode-metode untuk mengujinya, baik metode
pengamatan, pengumpulan data, analisis data, maupun generalisasi.
13
2.4 Jenis-Jenis Pengujian Hipotesis
Hipotesis tidak pernah dibuktikan kebenarannya, tetapi diuji validitasnya.
Kecocokan hipotesis dengan fakta bukanlah membuktikan hipotesis, karena bukti
tersebut memberikan alasan kepada kita untuk menerima hipotesis, dan hipotesis
adalah konsekuensi logis dari bukti yang diperoleh.
Untuk menguji hipotesis diperlukan data atau fakta-fakta. Kerangka pengujian
harus ditetapkan lebih dahulu sebelum si peneliti mengumpulkan data. Pengujian
hipotesis memerlukan pengetahuan yang luas mengenai teori, kerangka teori,
penguasaan penggunaan teori secara logis, statistik dan teknik-teknik pengujian. Cara
pengujian hipotesis bergantung dari metode dan desain penelitian yang digunakan.
2.4.1 Jenis Hipotesis Secara umum
Secara umum hipotesis dapat diuji melalui dua cara, yaitu mencocokkan
dengan fakta, atau dengan mempelajari konsistensi logis.
1.Menguji hipotesis dengan konsistensi logis
Penggunaan logika memang berperan penting dalam menguji hipotesis
dengan konsistensi logis. Logika adalah ilmu yang mempelajari cara memberi alas an.
Karena cara memeberi alas an adalah berkenaan dengan berfikir tentang berfikir.
Secara lebih luas, logika adalah studi tentang operasional memberi alasan, dengan
mana fakta-fakta diamati, bukti-bukti dikumpulkan, dan kesimpulan yang wajar
diambil. Dengan demikian, logika tidak lain adalah metode memberi alasan. Cara
penarikan kesimpulan dengan berfikir secara valid dinamakan berfikir secara logis.
Logika adalah cara menalar dimana data diamati dan dibagi-bagi, buktinya
dicari dan dipertimbangkan, dan kemudian kesimpulan diambil. Ada dua cara dalam
14
memberi alasan, yaitu cara deduktif, (dari umum menjadi spesifik), dan cara induktif,
(dari spesifik menuju umum.
a. Alasan deduktif
Alasan deduktif adalah cara memberi alasan dengan berfikir dan bertolak dari
pernyataan yang bersifat umum dan menarik kesimpulan yang bersifat khusus
atau spesifik. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya dengan jalan
menggunakan pola berfikir yang disebut sillogisma. Sillogisma berasal dari
kota Yunani yang berarti sama-sama. Suatu sillogisma terdiri dari tiga
kalimat, dimana dua kalimat pertama adalah dua proposisi atau premis dan
kalimat terakhir adalah suatu kesimpulan. Premis-premis gunanya untuk
memberikan dasar atau alsan agar memperoleh esimpulan pada kalimat
ketiga.
b. Alasan induktif
Alasan induktif adalah cara berfikir untuk memberi alasan yang dimulai
dengan pernyataan-pernyataan yang spesifik untuk menyusun suatu
argumentasi yang bersifat umum. Alasan secara induktif banyak digunakan
untuk menjajaki aturan-aturan alamiah dari suatu fenomena. Karena dalam
kehidupan jagat raya ilmu tidak menggugat pencipta, tetapi menelaah sebab
dan akibat dari kejadian di jagad raya yang telah diciptakan Allah. Alasan-
alasan induktif banyak digunakan dalam pembuktiannya.
Dalam alasan nduktif, suatu kesimpulan umum ditarik dari pernyataan
spesifik. Misalnya, dari pengamatan bahwa ikan ada mulut, kodok ada mulut,
ayam ada mulut, kuda ada mulut, kambing ada mulut, burung ada mulut,
maka ditarik kesimpulan bahwa semua binatang ada mulut.
Dalam menguji hipotesis seacara konsistensi logis, tidak ada suatu ketentuan
apakah seorang peneliti harus menggunakan alasan deduktif atau induktif. Dengan
perkataan lain, dalam proses pengujian hipotesis peneliti tidak mempunyai batasan
yang nyata dalam memberikan alasan untuk menguji, mengutak-ngatik data, serta
15
variabel khas untuk menguji hipotesis ataupun dari suatu hal yang umum
diturunkannya ke sifat-sifat khas untuk menguji hipotesis.
Alasan deduktif sering digunakan oleh si peneliti untuk menguji hipotesis.
Dari hubungan-hubungan yang kompleks dari fenomena dapat ditarik suatu proposisi
sebagai suatu factor penyebab dalam pengujian hipotesis. Dalam hal ini, si peneliti
menyaring dari perilaku yang kompleks sebuah ide yang cocok dengan hipotesisnya.
Cara deduksi memberi tiga keuntungan (Cohen, 1931).
a. Menolong menemukan beberapa asumsi yang benar serta memperbanyak
hipotesis alternative sebagai hipotesis pendamping.
b. Deduksi serta akibat-akibatnya akan memperjelas arti hipotesis sehingga akan
menolong proses pengujian hipotesis.
c. Proses induksi dalam cara berfikir dapat membantu menghindari hal-hal yang
tidak relevan, dan induksi merupakan kunci untuk menyelesaikan teka-teki.
Penggunaan alasan induksi dalam menguji hipotesis mempunyai dua macam
keuntungan. Pertama, pernyataan atau kesimpulan yang diambil yang mempunyai
sifat umum, lebih ekonomis. Berbagai fakta mempunyai hubungan dan pengumpulan
fakta tesebut dapat merupakan satu esensi yang menyeluruh. Kedua, pernyataan yang
bersifat umum tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk memberikan alasan lebih
lanjut, baik secara induktif maupun deduktif. Secara induktif, dari pernyataan yang
bersifat umum dapat disimpulkan menjadi sifat yang lebih umum lagi. Misalnya,
karena binatang mempunyai mulut, dan manusia mempunyai mulut, maka
disimpulkan bahwa semua mahkluk Tuhan mempunyai mulut.
2. Menguji dengan Mencocokkan Fakta
Satu cara lagi menguji hipotesis adalah dengan mencocokkan fakta. Hal ini
sering dilakukan pada penelitian dengan metode percobaan. Si peneliti, dalam hal ini,
mengadakan percobaan untuk mengumpulkan data yang akan digunakan untuk
16
menguji hipotesisnya. Pada percobaan tersebut si peneliti menggunakan control.
Kontrol dalam suatu percobaan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
a) Dengan manipulasi fisik
Manuipulasi fisik dapat dilaksanakan dengan berbagai cara dengan
menggunakan berbagai alat. Manipulasi fisik dapat berupa manipulasi
mekanis dengan menggunakan listrik, dengan cara pembedahan, dengan cara
farmakologi, dan sebagainya. Misalnya seorang peneliti ingin melihat
pengaruh pemangkasan terhadap produksi kopi. Si peneliti adan melakukan
manipulasi fisik terhadap kopi percobaannya, yaitu memangkas tanaman kopi
secara mekanis, dengan menggunakan pisau pemangkas. Seorang peneliti lain
akan mencoba efekivitas racun hama, maka ia akan melakukan manipulasi
farmakologis dalam percobaan di laboratorium akan melakukan manipulasi
kimiawi. Sering kali, peneliti melakukan banyak ragam manipulasi dalam satu
percobaan
b) Dengan pemilihan bahan atau desain.
Control dalam percobaan juga dapat dikerjakan dengan seleksi, baik
seleksi bahan ataupun seleksi terhadap desain percobaan yang akan
digunakan. Dalam metode percobaan, si peneliti dapat memilih sesuka hati
bahan-bahan yang digunakan asal saja bahan tersebut sesuai dengan tujuan
( apakah menggunakan cangkul, peptisida, rumpur, pupuk, dan sebagainya),
ataupun masalah penelitian yang dipilih (apakah pemupukan, penyiangan,
penyemprotan, dan sebagainya).
Dengan desai percobaan yang dipilih jumlah replikasi dan perlakukan
dapat di atur, dan pengamatan dilakukan untuk menguji hipotesis. Jika data
cocok dengan hipotesis, maka hipotesis diterima. Sebaliknya, jika hasil
percobaan tidak cocok dengan hipotesis, maka hipotesis ditolak atau di
simpan.
17
Contoh pengujian hipotesis dengan cara memcocokkan dengan fakta dapat
dilihat sebagai berikut.
Seorang peneliti dahadapkan kepada masalah berikut.
Apakah diperlukan cahaya supaya biji jagung dapat tumbuh? Dari masalah ini
si peneliti merumuskan sebuah hipotesis nul. Yaitu biji jagung tidak
memerlukan cahaya untuk tumbuh. Hipotesis tersebut diuji dengan cara
mencocokkan dengan fakta dari percobaan.
1. Masalah
Apakah biji jangung memerlukan cahaya untuk tumbuh
2. Hipotesis
Biji jagung tidak memerlukan cahanya untuk tumbuh
3. Ho.Alternatif
Biji jagung memerlukan cahanya untuk tumbuh
4. Menguji Hipotesis
Hipotesis diuji dengan mengadakan percobaan
a) Si peneliti menyediakan biji jangung yang daya kecambahnya baik
b) Disediakan suatu tempat di mana kondisi tanah, suhu, cuaca,dan
sebagainya cukup ideal untuk pertumbuhan jagung
c) Si peneliti membagi biji jagung atas dua perlakuan:
- Sebagian dibiarkan memperoleh cahaya
- Sebagain lagi tidak diberi cahaya (ditutup)
d) Si peneliti melakukan pengamatan selama tujuh hari
5. Hasil Pengamatan
Biji jagung yang kena cahaya tumbuh dengan baik dalam tempo tujuh
hari. Sebaliknya biji jagung yang tertutup (tanpa cahaya) tidak tumbuh
dalam tempo tujuh hari.
6. Kesimpulan
Biji jagung memerlukan cahaya untuk tumbuh. Dengan perkataan lain, si
peneliti menolak hipotesis nulnya, dan menerima hipotesis alternatif.
18
2.4.2 Hipotesis Berdasarkan Arah atau Bentuk Formulasi Hipotesis
a) Pengujian Hipotesis Dua Pihak (two tail test)
Pengujian hipotesis dua pihak adalah pengujian hipotesis dimana Hipotesis
Nol (Ho) berbunyi “sama dengan” dan Hipotesis Alternatif (Ha) berbunyi “tidak
sama dengan”.
Ho : β = 0
Ha : β ≠ 0
b) Pengujian Hipotesis Sisi Kiri
Pengujian hipotesis sisi kiri adalah pengujian hipotesis dimana Hipotesis Nol
(Ho) berbunyi “lebih besar atau sama dengan”.
Secara simbolis dapat ditulis sebagai berikut:
Ho : β 1 ≥ 0
Ha : β 1 < 0
c) Pengujian Hipotesis Sisi Kanan
Pengujian hipotesis sisi kanan adalah pengujian hipotesis dimana Hipotesis
Nol (Ho) berbunyi “ lebih kecil atau sama dengan”.
Ho : β 1 ≤ 0
Ha : β 1 > 0
2). Berdasarkan Jenis Parameter
a) Pengujian hipotesis tentang rata-rata
19
Pengujian tentang hipotesis rata-rata adalah pengujian hipotesis mengenai
populasi yang didasarkan atas data sampelnya.
Contoh:
1) Pengujian hipotesis beda dua rata-rata
2) Pengujian hipotesis beda lebih dari dua rata-rata
b) Pengujian hipotesis tentang proporsi
Pengujian hipotesis tentang proporsi adalah pengujian hipotesis mengenai
proporsi polpulasi yang didasarkan atas data sampelnya.
Contoh:
1) Pengujian hipotesis beda dua proporsi
2) Pengujian hipotesis beda lebih dari dua proporsi
2.5 Bentuk-Bentuk Perumusan Hipotesis
Berdasarkan tingkat eksplanasi hipotesis yang akan diuji atau jenis
permasalahannya maka perumusan hipotesis dapat dikelompokkan menjadi tiga
kelompok, yaitu:
1. Hipotesis Deskriptif
Hipotesis deskriptif adalah hipotesis mengenai nilai suatu variabel mandiri yang
tidak dalam bentuk perbandingan atau hubungan.
Contoh:
Jika perumusan masalahnya berbentuk sebagai berikut:
1) Berapa rata-rata penghasilan petani tembakau di daerah “X”?
20
2) Seberapa baik gaya kepemimpinan Bupati didaerah “X”?
Perumusan hipotesis deskriptif adalah:
1) Rata-rata penghasilan petani tembakau di daerah “X” adalah lima juta setiap
panen.
2) Gaya kepemimpinan Bupati di daerah “X” hanya mendekati 40% dari yang
diharapkan.
2.Hipotesis Komparatif
Hipotesis komparatif adalah hipotesis mengenai nilai perbandingan anatara
sutu variabel dengan variabel lainnya.
Contoh:
Jik perumusan masalah sebagai berikut:
1) Bagaimana rata-rata penghasilan petani tembakau di daerah “X” dibandingkan
dengan rata-rata penghasilan petani tembakau di daerah “Y”?
2) Bagaimana gaya kepemimpinan Bupati di daerah “X” dibandingkan dengan
gaya kepemimpinan Bupati di daerah “Y”?
Perumusan masalahnya adalah:
1) Rata-rata penghasilan petani tembakau di daerah “X” lebih rendah daripada
rata-rata penghasilan petani tembakau di daerah “Y”.
2) Gaya kepemimpinan Bupati di daerah “x” lebih buruk dibandingkan dengan
gaya kepemimpinan Bupati daerah “Y”.
3) Hipotesis Asosiatif
21
Hipotesis asosiatif adalah hipotesis mengenai nilai hubungan antara satu atau
lebiih variabel dengan satu atau variabel lainnya.
Contoh:
Jika perumusan maslah berbentuk sebagai berikut:
1) Bagaimana bentuk hubungan antara insentif dengan prestasi karyawan?
2) Bagaimana bentuk hubungan antara pajak dengan investasi?
Perumusan hipotsesi asosiatifnya adalah:
1) Ada hubungan positif antara insentif dengan prestasi karyawan
2) Ada hubungan negative antara pajak dengan investasi
Berdasarkan uji statistic, perumusan hipotesis dapat dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu:
1. Hipotesis Nol atau Hipotsesis Nihil
Hipotesis Nol adalah hipotesis yang dirumuskan sebagai suatu pernyataan
yang diuji, disimbulkan dalam bentuk Ho. Hipotesis Nol sering dinyatakan dalam
bentuk: tidak ada perbedaan, tidak ada pengaruh, dan sebagainya.
Contoh
1) Tidak ada perbedaan kinerja antara PNS yang lulus S1 dengan PNS yang
lulusan S2.
2) Tidak ada pengaruh pelatihan terhadap kinerja karyawan.
2. Hipotesis Alternatif atau Hipotesis Kerja
22
Hipotesis alternatif (disimbolkan Ha) adalah hipotesis yang dirumuskan
sebagai lawan hipotesis nol. Hipotesis alternatif sering dinyatakan sebagai: ada
perbedaan, ada pengaruh, dan lain sebagainya.
Contoh perumusan hipotesis alternative:
1) Ada perbedaan kinerja antara PNS yang lulusan S1 dengan PNS yang lulusan
S2.
2) Ada pengaruh pelatihan terhadap kinerja karyawan
2.6 Sumber-Sumber Perumusan Hipotesis
a) Hasil penelitian terdahulu
Yaitu hasil-hasil penelitian yang sudah ada di9susun kembali menjadi hipotesis yang
kemudian diuji kemmbali kebenarannya.
b) Teori dan Konsepsi
Teori-teori dan konsep-konsep yang sdudah ada lalu dikendalikan sedemikian rupa
sehingga dapat dibentuk suatu hipotesis penelitian.
c) Dari peneliti sendiri
Yaitu dari sumber pengetahuan umum peneliti mengenai bidang yang akan
ditelitinya.
2.7 Hipotesis Penelitian Dan Hipotesis Statistik
23
Hipotesis penelitian adalah hipotesis yang digunakan dalam suatu penelitian.
Sedangkan hipotesis statistic adalah hipotesis yang digunakan untuk menguji
hipotesis penelitian yang didasarkan atas data yang diperoleh dari sampel.
Contoh:
Hipotesis penelitian:
“Ada hubungan positif dan signifikan antara pelatihan dengan kinerja pegawai”
Hipotesis statistik”.
Ho: Tidak ada hubungan positif antara penelitian dengan kinerja pegawai.
Ha: Ada hubungan positif dan signifikan antara pelatihan dengan kinerja pegawai.
2.8 Hipotesis Dan Estimasi
Pada dasarnya menguji hipotesis adalah menaksir parameter populasi
didasarkan atas data sampel. Ada dua metode menaksir yaitu point estimate dan
interval estimate. Titik taksian ( point estimate) adalah metode menaksir parameter
populasi didasarkan satu nilai dari rata-rata data sampel. Sebagai contoh, penghasilan
petani udang di desa Lampon Kabupaten Banyuwangi Rp. 1000.000/bulan.
Sedangkan taksiran interval (interval estimate) adalah metode menaksir parameter
populasi yang didasarkan pada nilai interval rata-rata ata sampel. Contohnya,
penghasilan petani udang di desa Lampon Kabupaten Banyuwangi berkisar antara Rp
1.000.000 hingga Rp 1.500.000 setiap bulannya.
Penaksiran dengan point estimate memiliki resiko lebih besar disbanding
penaksiran dengan interval estimate. Makin besar interval taksirannya akan semakin
kecil kemungkinan kesalahannya. Estimate interval sangat erat kaitannya dengan
selang kepercayaan (confidence interval). Yaitu interval yang menunjukkan rentang
24
kepercayaan peneliti terhadap jawaban yang diberikan oleh responden, yang biasanya
ditunjukan dengan angka minus dan plus. Untuk memeproleh rentang kepercayaan
peneliti terhadap jawaban yang diberikan oleh responden diperlukan tingkat
kepercayaan atau derajat kepercayaan. Tingkat kepercayaan yang sering digunakan
adalah 90%,95% dan 99%
2.9 Cara Menguji Hipotesis
Apabila peneliti telah mengumpulkan dan mengolah data, bahan pengujian
hipotesis tentu akan sampai kepada suatu kesimpulan menerima atau menolak
hipotesis tersebut. Di dalam menentukan penerimaan dan penolakan hipotesis maka
hipotesis alternatif (Ha) diubah menjadi hipotesis nol (Ho). Misal dengan asumsi
bahwa populasi tergambar dalam kurva normal. Maka jika kita menentukan taraf
kepercayaan 95% dengan pengetesan 2 ekor, maka akan terdapat
dua daerah kritik, yaitu di ekor kanan dan di ekor kiri kurva, masing-masing 2½%.
Daerah kritik Daerah Penerimaan
2½%. Ho 95% Daerah kritik 2½%.
25
Daerah kritik merupakan daerah penolakan hipotesis (hipotesis nihil) dan
disebut daerah signifikansi. Sebaliknya daerah yang terletak di antara dua daerah
kritis, yang diarsir, dinamakan daerah penerimaan hipotesis, atau daerah non-
signifikansi. Cara menguji hipotesis, menggunakan daerah kurva normal dan dari
perhitungan Z-score dengan rumus:
Z= X - X
SD
Apabila harga Z-score terletak di daerah penerimaan Ho, maka Ha yang dirumuskan,
tidak diterima.
2.10 Pengujian Hipotesis dalam Analisa Inferensi
Pengujian hipotesis adalah suatu prosedur yang akan menghasilkan suatu
keputusan yaitu keputusan menerima atau menolak hipotesis yang telah dirumuskan.
Dalam pengujian hipotesis, keputusan yang dibuat mengandung ketidakpastian,
artinya keputusan bias benar atau salah.
Ada beberapa langkah untuk menguji hipotesis, yaitu:
a. Merumuskan hipotesis
Pada analisa inferensi menggunakan hipotesis yang untuk diuji. Hipotesis
digunakan untuk menguji data sampel untuk digeneralisasikan kepada populasi. Pada
tahap perumusan hipotesis, kita merumuskan dua hipotesis yaitu: Ho dan Ha.
Hipotesis Nol (Ho)
Hipotesis Alternatif (Ha)
b. Merumuskan Hipotesis
c. Menentukan Confidence level dan confidence interval
26
Parameter sampel dapat dikatakan mewakili atau sama dengan parameter populasi
apabila hasil uji statistiknya mengatakan signifikan. Untuk melakukan uji statistik,
kita perlu menentukan tingkat kepercayaan (confidence level) untuk mendapatkan
populasi. Misalnya derajat kepercyaan 95% menunjukan bahwa peneliti 95% yakin
bahwa populasi penelitian jika ditanya akan memberikan jawaban terhadap
pertanyaan yang diajukan oleh peneliti dalam rentang derajat kepercayaan yang telah
ditetapkan tersebut.
Kemudian selang kepercayaan (confidence interval) adalah interval yang
menunjukkan rentang kepercayaann peneliti terhadap jawaban yang diberikan oleh
responden, yang biasanya ditunjukan dengan angka minus dan plus. Sebagai contoh
jika peneliti menggunakan interval kepercayaan 4 dan dari hasil penelitian diperoleh
data 47% responden menjawab “ya” dapat berarti bahwa yang menjawab “ya”
sebenarnya terentang antara 43% (47-4) dan 51% (47+).
d. Melakukan uji statistik
Uji statistik misalnya tes, anova, chi square.
e. Melakukan analisa dan menarik kesimpulan
Penarikan kesimpulan bias diartikan penetapan keputusan untuk menolak atau
menerima hipotesis nol. Didalam output SPSS, kita bias secara langsung membuat
keputusan dengan didasarkan pada nilai probalitas (sig). Dengan tingkat percayan
5%, kita dapat mengambil keputusan.
2.11 Hal-hal yang Dapat Menyebabkan Suatu Hipotesis Tidak Terbukti
1) Teori yang tidak kontekstual dengan kondisi penelitian yang akan dilakukan.
Bila landasan teori yang digunakan sudah kadaluarsa, kurang valid atau kurang
relevan diterapkan maka hipotesisnya akan menjadi salah. Hal ini dapat terjadi karena
27
peneliti salah dalam memilih sumber bacaan atau kurang dalam membaca
kepustakaan, sehingga tidak menetahui informasi terakhir di bidang tersebut.
2)Kesalahan sampling
Yaitu apabila sampel yang diambil tidak representatif. Baik karena terlalu kecil
atau kurang merata, sehingga tidak mencerminkan karakteristik dari populasi.
3)Kesalahan perhitungan
Walaupun metode dan rumus yang digunakan sudah benar, tapi kalau terjadi
kesalahan dalam menghitung akan menjadi hipotesis salah, meskipun kebenaran
hipotesis tersebut sudah benar.
4)Kesalahan Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian adalah semacam strategi dan pedoman untuk menentukan
langkah-langkah penelitian guna menguji hipotesis. Apabila rancangannya salah
sudah bvarang tentu hipotesisnya tidak terbukti.
5)Pengaruh Varibel Luaran
Bila pengaruh variable luaran terdapat data yang sangat kuat, sehingga data yang
dikumpulkan buklan data yang dimaksud, mak hipotesis tidak dapat terbukti,
Kesalahan dalam Pengujian Hipotesis
Dalam pengujian hipotesis, keputusan yang diambil berupa penerimaan atau
penolakan. Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian bias benar atau bias juga
salah. Apabila hipotesis benar seharusnya tidak ditolak (diterima). Tetapi apabila
hipotesis salah seharusnya ditolak. Namun, dapat pula terjadi keslahan yaitu
hipotesis yang benar dan seharusnya tidak ditolak malah ditolak.
28
Ada dua tipe kesalahan, yaitu:
1. Kesalahan tipe I adalah bentuk kesalahan apabila menolak Hipotesis Nol (Ho)
yang benar (yang seharusnya diterima), tingkat keslahannya dinyatakan
dengan σ (alpha).
2. Kesalahan tipe II adalah bentuk kesalahan menerima hipotesis yang salah
(yang seharusnya ditolak), tingkat kesalahannya dinyatakan dengan β (beta).
Tingkat kesalahan selanjutnya disebut tingkat signifikansi (level of
significant). Ketika kita menguji hipotesis pasti menentukan tingkat
signifikansi terlebih dahulu, biasanya 1% atau 5%. Uji hipotesis dengan
tingkat signifikansi 5%, berarti penelitian yang dilakukan terhadap 100
sampel dari suatu populasi maka akan terdapat 5 kesalahan.
2.12 Penelitian Tanpa Hipotesis
Pendapat pertama mengatakan, semua penelitian pasti berhipotesis. Semua
peneliti diharapkan menentukan jawaban sementara, yang akan diuji berdasarkan data
yang diperoleh. Hipotesis harus ada karena jawaban penelitian juga harus ada, dan
butirbutirnya sudah disebut dalam problematika maupun tujuan penelitian. Pendapat
kedua mengatakan, hipotesis hanya dibuat jika yang dipermasalahkan menunjukkan
hubungan antara dua variabel atau lebih. Jawaban untuk satu variabel yang sifatnya
deskriptif, tidak perlu dihipotesiskan. Penelitian eksploratif yang jawabannya masih
dicari dan sukar diduga, tentu sukar ditebak apa saja, atau bahkan tidak mungkin
dihipotesiskan.
Berdasarkan pendapat kedua ini maka mungkin sekali di dalam sebuah
penelitian, banyak hipotesis tidak sama dengan banyaknya problematika dan tujuan
penelitian. Mungkin problematika unsur 1 dan 2 yang sifatnya deskriptif tidak diikuti
dengan hipotesis, tetapi problematika nomor 3 dihipotesiskan. Daerah kritik 2.%
Daerah Kritik 2.%
29
Contoh: Hubungan antara motivasi berprestasi dengan etos kerja para karyawan
kantor A.
Problematika 1: Seberapa tinggi motivasi berprestasi karyawan kantor A? (tidak
dihipotesiskan).
Problematika 2: Seberapa tinggi etos kerja karyawan kantor A? (tidak dihipotesiskan)
Problematika 3: Apakah ada dan seberapa tinggi hubungan antara motivasi
berprestasi dengan etos kerja karyawan kantor A?
Hipotesis: Ada hubungan yang tinggi antara motivasi berprestasi dengan etos kerja
karyawan kantor A.
30
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hipotesis adalah pernyataan atau dugaan yang bersifat sementara terhadap suatu
masalah penelitian yang kebenarannya masih lemah (belum tentu kebenarannya)
sehingga harus diuji secara empiris. Hipotesis berasal dari kata hypo yang berarti
lemah dan thesa yang berarti pernyataan. Pernyataan atau dugaan tersebut sering
disebut sebagai proporsi. Hipotesis kadang bias merupakan kesimpulan sementara
yang harus diuji kebenarannya. Dugaan maupun kesimpulan sementara yang masih
ada kemungkinan benar atau salah, maka harus diuji kebenarannya agar
menghasilkan informasi yang benar dan bermanfaat. Dalam suatu penelitian,
hipotesis merupakan arah atau pedoman untuk membatasi variable yang digunakan,
meskipun tidak semua penelitian memerlukan hipotesis. Penelitian yang bersifat
eksploratif tidak memerlukan hipotesis karena pada penelitian ini, peneliti menggali
informasi dan data.
Satu hipotesis dapat diuji apabila hipotesis tersebut dirumuskan dengan benar.
Kegagalan merumuskan hipotesis akan mengaburkan hasil penelitian. Meskipun
hipotesis telah memenuhi syarat secara proposional, jika hipotesis tersebut masih
abstrak bukan saja membingungkan prosedur penelitian, melainkan juga sukar diuji
secara nyata.
Untuk dapat memformulasikan hipotesis yang baik dan benar, sedikitnya harus
memiliki beberapa ciri-ciri pokok, yakni:
a) Hipotesis merupakan hubungan antara dua variabel atau lebih.
Berarti hipotesis merupakan dugaan tentang hubungan antara variabel. Ketika
hipotesis dirumuskan maka harus ditegaskan mana yang menjadi variabel dependen
dan mana yang sebagai variabel independen serta bagaimana hubungannya.
31
b) Hipotesis harus konsisten dengan keberadaan ilmu pengetahuan
Hipotesis tidak bertentangan dengan pengetahuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Dalam beberapa masalah, dan terkhusus pada permulaan penelitian, ini
harus berhati-hati untuk mengusulkan hipotesis yang sependapat dengan ilmu
pengetahuan yang sudah siap ditetapkan sebagai dasar. Serta poin ini harus sesuai
dengan yang dibutuhkan untuk memeriksa literatur dengan tepat oleh karena itu suatu
hipotesis harus dirumuskan bedasar dari laporan penelitian sebelumnya.
c) Hipotesisi harus sederhana dan spesifik
Hipotesis harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan sebenarnya. Peneliti
harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan yang sebenarnya. Peneliti harus
memiliki hubungan eksplisit yang diharapkan di antara variabel dalam istilah arah
(seperti, positif dan negatif). Satu hipotesis menyatakan bahwa X berhubungan
dengan Y adalah sangat umum. Hubungan antara X dan Y dapat positif atau negatif.
Selanjutnya, hubungan tidak bebas dari waktu, ruang, atau unit analisis yang jelas.
Jadi, hipotesis akan menekankan hubungan yang diharapkan di antara variabel,
sebagaimana kondisi di bawah hubungan yang diharapkan untuk dijelaskan.
Sehubungan dengan hal tersebut, teori menjadi penting secara khusus dalam
pembentukan hipotesis yang dapat diteliti karena dalam teori dijelaskan arah
hubungan antara variabel yang akan dihipotesiskan.
d) Hipotesis harus bisa diuji.
Instrumen harus ada (atau dapat dikembangkan) yang akan menggambarkan
ukuran untuk yang valid dari variabel yang diliputi. Kemudian, hipotesis dapat diuji
dengan metode yang tersedia yang dapat digunakan untuk mengujinya sebab peneliti
dapat merumuskan hipotesis yang bersih, bebas nilai, dan spesifik, serta menemukan
bahwa tidak ada metode penelitian untuk mengujinya. Oleh sebab itu, evaluasi
32
hipotesis bergantung pada eksistensi metode-metode untuk mengujinya, baik metode
pengamatan, pengumpulan data, analisis data, maupun generalisasi.
Pada dasarnya menguji hipotesis adalah menaksir parameter populasi didasarkan
atas data sampel. Ada dua metode menaksir yaitu point estimate dan interval
estimate. Titik taksian ( point estimate) adalah metode menaksir parameter populasi
didasarkan satu nilai dari rata-rata data sampel.
Hipotesis penelitian adalah hipotesis yang digunakan dalam suatu penelitian.
Sedangkan hipotesis statistic adalah hipotesis yang digunakan untuk menguji
hipotesis penelitian yang didasarkan atas data yang diperoleh dari sampel.
Apabila peneliti telah mengumpulkan dan mengolah data, bahan pengujian
hipotesis tentu akan sampai kepada suatu kesimpulan menerima atau menolak
hipotesis tersebut. Di dalam menentukan penerimaan dan penolakan hipotesis maka
hipotesis alternatif (Ha) diubah menjadi hipotesis nol (Ho).
3.2 Saran
Kepada pembaca diharapkan untuk terus meningkatkan kompetensi dan
wawasan yang berhubungan dengan penelitian. Hal ini dikarenakan penelitian
merupakan cara primer manusia dalam mengembangkan kajian ilmu. Dengan
berkembangnya ilmu bimbingan dan konseling tentunya akan mempermudah
personal-personal dalam menghadapi persoalan-persoalan hidup yang makin
kompleks mengikuti perkembangan masa.
33
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku :
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta:Rineka Cipta.
Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian.Indonesia: Ghalia
Purwanto, Agus, Erwan & Sulistyastuti, Ratih, Dyah. 2007. Metode Penelitian
Kuantitatif. Yogyakarta: Gava Media.
Sumber Internet :
Herlina. Ika. Lehdyane. 2012. Uji Hipotesis. Universitas Brawijaya. [Serial Online]
http://ledhyane.lecture.ub.ac.id/files/2012/11/PENGUJIAN-HIPOTESIS.pdf (di akses
pada tanggal 5 november 2013)
34