11
Penggunaan bunga cengkeh sebagai rempah dalam industri makanan,umumnya dipakai dalam bentuk tepung untuk bumbu masakan di sampingpenggunaan minyak atsiri atau oleoresin cengkeh. Bunga cengkeh dalambentuk tepung mempunyai kelebihan dibandingkan minyak dan oleoresinkarena bersifat lebih stabil dalam penyimpanan dan tahan terhadap suhutinggi misalnya dalam proses pembuatan makanan yang dimasak dengansuhu tinggi (dioven). Penggunaan oleoresin dalam campuran makanandapat menekan terjadinya kontaminasi bakteri. Seringkali pemakaian dalambentuk oleoresin lebih disukai karena mengandung minyak esential yangbersifat volatile dan juga material resin yang non volatile, sehinggamenghasilkan rasa asli dari cengkeh.
Gambar 3. Pohon Industri Cengkeh
Minyak daun cengkeh Indonesia sudah dikenal di pasar dunia sejaktahun 1970, sedangkan minyak tangkai dan bunga cengkeh mulai tahun1992 masuk pasaran dunia. Sebagai bahan obat, cengkeh telah lamadigunakan terutama untuk kesehatan gigi yaitu eugenol murni sebagaiobat gigi disamping itu dapat dipakai sebagai bahan baku obat kumur, danindustri pasta gigi. Dalam hal ini digunakan minyak cengkeh karenamengandung eugenol yang bersifat antiseptik. Hasil penelitian Balittromenunjukkan bahwa, minyak cengkeh juga dapat dipakai sebagai bahanbaku pembuatan balsam. Balsam cengkeh dapat menghilangkan rasasakit, terutama rheumatik. Di samping itu dapat dimanfaatkan sebagibahan baku obat kumur dan permen.
Fungisida, IndustriMakanan & Farmasi
Pohoncengkeh
Bunga
Gagangcengkeh
Daun
MinyakCengkeh
Bahan Baku Rokok Kretek (90%)
Rempah
Fungisida
Methyl Eugenol Insektisida
Eugenol
Iso EugenolEugenol AsetatVanilin &Derivatnya
Industri Flavor,Fragrance dsb
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Cengkeh AGRO INOVASI
Seiring dengan berkembangnya pertanian organik, penggunaancengkeh untuk pestisida nabati cukup prospektif. Hasil penelitian Balittro,eugenol yang terdapat dalam minyak cengkeh ternyata dapat mengendalikanbeberapa jamur patogen pada tanaman diantaranya Fusarium oxysporumsebagai penyebab penyakit busuk batang pada tanaman panili dan jamurtular tanah lainnya yang umum menjadi kendala produksi pada tanamansayuran, hortikultura dan perkebunan. Proses dimetilasi dari eugenol akanmenghasilkan metil eugenol yang merupakan insektisida nabati (atractan)hama buah yang umum menyerang buah-buahan dan hortikultura.
Sampai saat ini kebutuhan eugenol murni sebagai bahan baku obatgigi, diimpor dari luar negeri. Teknologi pemurnian eugenol dari minyaksudah diperoleh Balittro. Proses lebih lanjut dari eugenol dapat menghasilkaniso-eugenol, eugenol asetat dan vanilin yang merupakan bahan baku industriflavor, fragance dan sebagainya. Sisa/limbah penyulingan cengkeh dapatdibuat sebagai pupuk kompos.
Gambar 4. Produk diversifikasi cengkeh hasil penelitian Balittro
Kajian berdasarkan data statistik Pertanian tahun 2002 mengenailuas serangan organisme pengganggu (OPT), tercatat seluas 12.455 ha.Dengan asumsi 10 persen dari luasan tersebut berpeluang dikendalikandengan fungisida nabati cengkeh, dengan dosis 1 liter/ha dengan interval2 minggu sekali selama musim hujan. Sedang insektisida nabati digunakan50 ml/ha dengan interval 2 minggu sekali selama musim buah, makabesarnya peluang pasar fungisida nabati adalah sebanyak 3.027.543 liter(Tabel 5). Keadaan itu merupakan suatu jumlah yang cukup besar sebagaipenyeimbang industri rokok dalam hal permintaan terhadap cengkeh.
12
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis CengkehAGRO INOVASI
Tabel 5. Peluang pasar pestisida nabati dengan bahan aktif cengkeh.
13
Jenis tanaman
SayuranBuah-buahanPerkebunan
Luas(000 ha)
794483
11.178
Luas serangan OPT(000 ha)*)
15997
2.236
PemakaianPestisida (liter)+)
203.181134.972
2 689.390
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Cengkeh AGRO INOVASI
Sumber luasan*: Statistik Pertanian 2002, Departemen Pertanian.Asumsi : +) 10 persen dari luas,
IV. TUJUAN DAN SASARAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam pengembangan cengkeh ke depanadalah : a) membuka kesempatan kerja, b) meningkatkan pendapatanpetani, c) meningkatkan pemanfaatan produk tanaman cengkeh secaraberkelanjutan untuk mendapatkan nilai tambah d) mendorongpengembangan ekonomi wilayah, dan d) meningkatkan pendapatan/devisanegara.
Adapun sasaran pengembangan komoditas yang ingin dicapai padaperiode 2005-2009 adalah :
1. Menjaga keseimbangan pasokan dan permintaan cengkeh untuk pabrikrokok kretek, melalui penyediaan benih cengkeh untuk rehabilitasi sertaintensifikasi pertanaman cengkeh dan peremajaan tanaman di daerahyang sangat sesuai. Program ini diharapkan dapat meningkatkanproduksi 10% pada tahun ke-2 dan 20 – 30 persen pada tahun ke-3dan seterusnya, dilakukan di 10 propinsi penghasil cengkeh yaitu NAD,Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Selatan,Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara dan Maluku seluas 85.000 hektar.
2. Peremajaan cengkeh di 10 propinsi yaitu NAD, Lampung, Jawa Barat,Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah,Sulawesi Utara dan Maluku total luas 35.000 hektar.
3. Meningkatkan nilai tambah cengkeh melalui diversifikasi produk cengkehseperti pestisida nabati sehingga akan dihasilkan produk pertanianyang bebas dari bahan kimia sintetik. Program ini dilakukan di 10propinsi yaitu NAD, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,Bali, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara dan Malukusebanyak 500 unit dan daerah non PRK 100 unit.
4. Menciptakan hubungan kemitraan yang adil dan harmonis antara petanidan industri rokok/pedagang agen pabrik rokok agar tercapaikesepakatan harga yang menguntungkan semua pihak.
14
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis CengkehAGRO INOVASI
V. KEBIJAKAN, STRATEGI DANPROGRAM PENGEMBANGAN
Masa jaya petani cengkeh berlangsung pada dekade 1950-an sampai1970-an pada saat produksi dalam negeri belum mampu memenuhikebutuhan nasional khususnya untuk industri rokok kretek yang berkembangpesat. Waktu itu, cengkeh dianggap sebagai suatu emas hijau. Harganyaboleh dikatakan stabil dan disetarakan setiap kilogramnya dengan 1 gemas. Sebaliknya bagi pemerintah dianggap sebagai komoditas yang banyakmenyedot devisa negara untuk impor guna memenuhi kebutuhan industridalam negeri. Kondisi tersebut mendorong pemerintah untuk menetapkanprogram swasembada melalui ekstensifikasi. Penetapan program yangdidukung oleh harga yang baik telah mengakibatkan timbulnya “demamcengkeh” yang mendorong petani untuk menanam cengkeh pada setiapjengkal tanah yang mereka miliki.
Kondisi tersebut telah mengakibatkan areal pertanaman berkembangpesat dari 82.387 ha tahun 1970 menjadi 724.986 ha pada tahun 1990.Pada waktu mana dinyatakan swa sembada cengkeh tercapai. Bahkanyang terjadi selanjutnya adalah kelebihan produksi.
Namun bila disimak dengan baik perkembangan areal yang mencapaihampir sepuluh kali lipat dalam waktu dua puluh tahun, sebetulnya jugamenggambarkan lemahnya kebijakan komoditi pemerintah sehingga terjadikelebihan produksi. Kondisi tersebut memaksa pemerintah campur tanganuntuk mengendalikan harga melalui Badan Penyangga Pemasaran Cengkeh(BPPC), sehingga terjadi distorsi harga yaitu pembelian pada petani ditekanserendah mungkin (Rp 2.000,- s/d Rp 3.500,-/kg). Akibatnya harga jual kePRK ditetapkan terlalu tinggi (Rp 13.000,-/kg) sehingga pabrikpun mengalamikesulitan memperoleh bahan baku. Kondisi itu berlangsung cukup lamasejak didirikannya BPPC tahun 1991 sampai pembubarannya tahun 1998.
15
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Cengkeh AGRO INOVASI
16
Dilema dan fenomena tersebut melahirkan berbagai akibat yang fatalberupa:
1. Turunnya harga di tingkat petani secara drastis. Akibatnya adalah petanimenelantarkan kebunnya bahkan adakalanya tanaman yang berbungapun tidak dipetik karena biaya panen lebih mahal dari pada harga jual.Akibat lebih jauh, adalah kerusakan dan kematian tanaman sehinggaproduksi dan produktivitas tanaman merosot tajam.
2. Sebaliknya di pihak pabrikan yang mengalami tekanan untuk membelibahan baku dengan harga tinggi, juga berupaya untuk keluar darihimpitan dengan usaha efisiensi dan mengurangi penggunaan cengkehperbatang rokok kretek dari semula mencapai 1 g/batang rokok menjadihanya 0,8 bahkan 0,6 g/ batang rokok kretek. Selain itu mereka jugaberupaya untuk menggeser produksi SKT (Sigaret Kretek Tangan) yanglebih banyak memakai cengkeh dan tenaga kerja menjadi SKM (SigaretKretek Mesin). Bahkan sebagian pabrik hanya menggunakan minyakcengkeh dan sebagian pabrik kecil malah menggunakan gagangpengganti bunga cengkeh.
Diperkirakan oleh Balittro (2005) bahwa berdasarkan trendperkembangan areal yang ada serta prakiraan BMG 2005 untuk kondisiiklim 5 tahun kedepan (Lampiran 3) mulai tahun 2007 penurunan produksiakan terus berlanjut. Diperkirakan, pada tahun 2009 produksi cengkehdalam negeri hanya akan mampu menyediakan 50% kebutuhan cengkehPRK. Kebijakan yang seyogyanya diambil adalah menjaga keseimbanganpasokan dan permintaan, sehingga dapat diciptakan harga yang baikmelalui mekanisme pasar pada tingkat yang menguntungkan petani, tetapijuga tidak terlalu memberatkan Pabrik Rokok Kretek (PRK). Dengan demikianmaka strategi yang akan ditempuh adalah tidak melaksanakan ekstensifikasiseperti yang dilakukan pada masa pencanangan program swasembadacengkeh tahun 1970 – 1980-an, tetapi cukup melalui upaya intensifikasi,rehabilitasi dan replanting (peremajaan) mengganti tanaman tua/rusakdan mati.
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis CengkehAGRO INOVASI
17
Pro
pins
i
NAD
Sum
ater
a Ut
ara
Lam
pung
Jawa
Bar
at
Jawa
Teng
ahDI
YJa
wa T
imur
Sula
wesi
Sel
atan
Sula
wesi
Uta
ra
Tota
l
Kete
rang
an
C.1
1241
(22,
4)19
89(2
8,1)
1212
(36,
4)29
6(6
,4)
23 (0,6
)28
7(6
,0)
1959
(26,
9)68
5(3
6,0)
7691
(20,
1)
Sang
atSe
suai
C.2
1457
(26,
3)24
28(3
4,3)
996
(29,
9)13
38(2
8,9)
621
(16,
6)21
1(4
,40)
1121
(15,
4)20
0(1
0,5)
8372
(21,
9)
Sesu
ai
C.3
207
(5,0
)- -
776
(23,
3)20
8(4
,5)
1592
(42,
6)10
02(2
0,9)
684
(9,4
)24
0(1
2,6)
4779
(12,
5)
Agak
Sesu
ai
C.4
510
(9,2
)74
3(1
0,5) - -
759
(16,
4)22
0(5
,9)
- -37
8(5
,2)
11 (0,6
)26
21(6
,8)
Kura
ngSe
suai
C.5.
1
1446
(26,
1)16
71(2
3,6)
347
(10,
4)90
8(1
9,6)
527
(14,
1)82
4(1
7,2)
2482
(34,
1)58
6(3
0,8)
8790
(23,
0)Ti
dak
Dire
kom
enda
si
C.5.
2
87 (1,6
)- - - -
199
(4,3
)30 (0,8
)81
5(7
,0)
364
(5,0
)18
0(9
,5)
1676
(4,4
)
Tida
kSe
suai
C.5.
3
299
(5,4
)24
8(3
,5)
- -37
1(8
,0)
127
(3,4
)- - - - - -
1045
(2,7
)
Tida
kSe
suai
C.5.
4
222
(94,
0) - - - -55
1(1
1,0)
598
(16,
0)16
53(3
4,5)
291
(4,0
)- -
3315
(8,7
)
Tida
kSe
suai
Tota
l
5539
(100
)70
79(1
00)
3331
(100
)46
30(1
00)
3738
(100
)47
92(1
00)
7278
(100
)19
02(1
00)
3828
9(1
00) -
Tabe
l 6.
Perk
iraan
luas
are
al (x
10.0
00 h
a) b
erda
sark
an ti
ngka
t/kl
asifi
kasi
kes
esua
ian
iklim
dan
laha
nun
tuk
tana
man
cen
gkeh
di m
asin
g-m
asin
g pr
opin
si.
Kete
rang
an:
Angk
a da
lam
kur
ung
(
) =
pros
enta
seSu
mbe
r: W
ahid
,dkk
.(198
5)
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Cengkeh AGRO INOVASI
18
Gambar 5. Peta kesesuaian lahan untuk cengkeh propinsi Sulawesi Utara (A), SulawesiSelatan (B), Jawa Barat (C), Jawa tengah (D), Jawa Timur (E), NAD (F),Sumut (G), dan Lampung (H).
Keterangan : Daerah sangat sesuai (C1) berwarna hijau
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis CengkehAGRO INOVASI
Oleh karena itu, areal TM tanaman cengkeh dibatasi tidak lebih dari220.000 – 230.000 ha dengan batas total maksimum luas areal tidaklebih dari 250.000 ha. Diharapkan areal utama seluas 220.000 – 230.000ha tersebut tersebar di 10 propinsi utama penghasil cengkeh PRK di daerahdengan kualifikasi sangat sesuai (C1) seperti disajikan pada Tabel 6 sertapeta kesesuaian lahan pada Gambar 5 dan Lampiran 5. Terlihat bahwahanya di 8 propinsi saja terdapat lahan yang sangat sesuai (C1) untukcengkeh seluas 7,6 juta ha. Sementara Balai Besar Sumber Daya LahanPertanian memetakan daerah yang sesuai untuk cengkeh di SumateraUtara, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur seluas hampir 1,3 jutaha. Dengan demikian apabila kebutuhan cengkeh meningkat, lahan yangsangat sesuai masih memadai untuk perluasan areal. Di daerah dengankriteria C1 tersebut, tingkat produksi rata-rata adalah 400 kg/ha yangdiperkirakan memadai untuk memenuhi kebutuhan PRK.
Sisa areal dapat dibiarkan berkembang di luar daerah penghasilcengkeh PRK, atas swadaya serta prakarsa petani. Produksi cengkeh dari
luar propinsi PRK tersebutdiperuntukkan untuk memenuhikebutuhan diluar rokok kretekseperti pemenuhan ekspor, sertadiversifikasi penggunaan lainnyaseper t i industr i makanan,pestisida nabati, farmasi sepertiobat-obatan (balsem cengkeh dansebagainya) , vani l l in dankosmetika.
Strategi berikutnya adalahmendorong kembali keterlibatanswasta dalam kegiatan on farmbidang percengkehan sebagai-
mana halnya pada dekade 1970-an baik yang tergabung dalam GAPPRImaupun murni PBS/N. Porsi keterlibatan swasta dapat ditingkatkan dariyang sekarang sekitar 5% kembali menjadi 10%, dengan catatan total arealcengkeh tetap tidak lebih dari 250.000 ha untuk mencegah terulangnyalagi over supply. Keterlibatan swasta ini diharapkan dapat ikut mejadistabilisator, dinamisator dan motivator agribisnis percengkehan. Perkebunanbesar cengkeh nasional diharapkan sekaligus dapat menjadi prime mover
19
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Cengkeh AGRO INOVASI
20
agribisnis percengkehan termasuk dalam adopsi dan rekayasa teknologiuntuk meningkatkan efisiensi dan daya saingnya.
Berdasarkan kondisi pertanaman cengkeh saat ini, diperkirakanmelalui program intensifikasi dan rehabilitasi di 70.000 ha serta replantingdi 35.000 ha tanaman cengkeh di daerah sentra produksi, keseimbanganpasokan dan permintaan cengkeh akan terwujud. Program antisipatif jangkapendek berupa rehabilitasi pertanaman yang rusak karena serangan hamadan penyakit serta intensifikasi tanaman yang sudah lama tidak dipeliharadi daerah-daerah yang tergolong sangat sesuai untuk cengkeh; di sampingitu melakukan peremajaan dan penyulaman (Tabel 7). Khusus untukSulawesi Utara yang saat ini 43% arealnya (± 15.000 ha) diserang hamapenggerek batang perlu segera dilakukan tindakan crash program(mendesak) pengendalian hama tanaman dengan menggunakan danaeksplorasi perlindungan tanaman perkebunan.
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis CengkehAGRO INOVASI
21
Program
Pembibitanuntuk keperluanrehabilitasi danreplanting
Intensifikasi danRehabilitasi
Luasan
59 unit
70 000 ha
NADLampungJawa Barat dan BantenJawa TengahJawa TimurBaliSulawesi Utara dan GorontaloSulawesi SelatanSulawesi TengahMaluku
NADLampungJawa Barat dan BantenJawa TengahJawa TimurBaliSulawesi SelatanSulawesi Tengah
==========
5 unit2 unit6 unit4 unit7 unit4 unit3 unit
14 unit8 unit6 unit
4.700 ha3.000 ha5.000 ha4.600 ha9.000 ha6.000 ha
19.000 ha11.000 ha
Lokasi
Peremajaan(replanting)
Usaha AgroindustriMinyak Cengkeh
35 000 ha
600 unit
Sulawesi Utara
NADLampungJawa Barat dan BantenJawa TengahJawa TimurBaliSulawesi Utara dan GorontaloSulawesi SelatanSulawesi TengahMaluku
=
==========
15.000 ha
4.300 ha1.300 ha6.100 ha3.100 ha4.000 ha
500 ha2.100 ha6.000 ha3.900 ha3.700 ha
NADLampungJawa Barat dan BantenJawa TengahJawa TimurBaliSulawesi Utara dan GorontaloSulawesi SelatanSulawesi TengahMalukuDaerah lain (non PRK)
35 unit5 unit
40 unit45 unit45 unit35 unit80 unit75 unit
100 unit40 unit
100 unit
===========
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Cengkeh AGRO INOVASI
Tabel 7. Program agribisnis cengkeh
========
Pengendalian HamaPenggerek Batang
15.000 ha
22
VI. KEBUTUHAN INVESTASI
Sesuai dengan program yang telah ditetapkan, investasi ditetapkanuntuk lima tahun. Berdasarkan hasil penelitian dan kajian empiris, kebutuhaninvestasi mencakup: usaha perbenihan (hulu), rehabilitasi dan intensifikasiperkebunan rakyat (usaha pertanian primer), usaha pengolahan (hilir), daninvestasi di bidang penelitian dan pengembangan. Termasuk dalam kegiatanpengembangan ini adalah pengembangan kelembagaan penunjang investasi.
A. Agribisnis Hulu (Usaha pembibitan)
Kegiatan usaha pembibitan dengan sasaran menghasilkan bibitunggul sangat dibutuhkan untuk memenuhi permintaan dari usaha pertanianprimer. Secara garis besar usaha pertanian primer pada usaha perkebunanrakyat mencakup dua kegiatan utama yaitu: (1) intensifikasi dan rehabilitasikebun di daerah sentra produksi cengkeh seluas 70.000 ha, dan (2)penggantian tanaman tua atau tanaman rusak (TT/TR) melalui peremajaanseluas 35.000 ha. Dengan perkiraan kebutuhan bibit untuk kegiatanintensifikasi dan revitalisasi sebanyak 70 bibit per hektar ditambah 20%untuk penyulaman serta kebutuhan bibit untuk kegiatan penggantiantanaman tua atau rusak sebanyak 200 bibit per hektar serta 20%penyulaman, maka kebutuhan bibit selama 5 tahun adalah 14,28 juta bibitdengan nilai sebesar Rp 71,4 miliar. Perkiraan investasi yang dibutuhkanuntuk satu unit usaha dengan kapasitas produksi 50.000 bibit cengkehper tahun sebesar Rp 88.000.000,-. Dengan demikian perkiraan kebutuhaninvestasi untuk kegiatan usaha pembibitan sebesar Rp 5,192 milyar.Dengan biaya produksi sebesar Rp 1.760,- per bibit ditambah biayapemasaran termasuk biaya pengiriman bibit maka usaha ini memberikankeuntungan yang layak dengan harga bibit sekitar Rp 4.000,- s/d Rp 5.000,-
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis CengkehAGRO INOVASI
23
Tabel 8. Analisis kelayakan usaha pembibitan cengkeh dengan kapasitas produksi50.000 bibit per tahun.
Benih sumber dihasilkan oleh Balai Penelitian Tanaman Rempah danObat (Balittro), atau berasal dari pohon induk yang dipilih secara baik.Usaha penangkaran benih dapat dilakukan oleh rumah tangga petanimaupun perusahaan penangkar benih (swasta). Berdasarkan pertimbanganteknis, ekonomi dan sosial dapat disimpulkan bahwa sebagian besar (60%)kebutuhan bibit cengkeh dapat dipenuhi dari unit-unit usaha penangkaranskala rumah tangga dan sisanya (40%) oleh perusahaan penangkaran bibitdengan skala yang lebih besar. Dengan demikian, total nilai investasi unit-unit usaha skala rumahtangga adalah sekitar Rp 3,432 miliar sedangkaninvestasi usaha swasta sekitar Rp 1. 769.970.000,-.
B. Usaha Pertanian Primer
Kegiatan intensifikasi dan rehabilitasi pertanaman cengkeh akanmeliputi penyisipan tanaman agar populasi menjadi optimum yaitu 200tanaman per hektar, pemberian pupuk NPK, pupuk kandang sertapengendalian hama dan penyakit untuk meningkatkan produktivitastanaman. Kegiatan ini mampu pada 70.000 ha areal tanaman menghasilkan. Perkiraan biaya per hektar yang dibutuhkan untuk kegiatan ini sebesar Rp6.057.500,-. Dengan demikian kebutuhan investasi untuk intensifikasi danrehabilitasi 70.000 ha pertanaman cengkeh selama 5 tahun sebesar Rp442.025 miliar. Kegiatan ini diperkirakan akan meningkatkan produktivitastanaman sebesar 150 – 300 kg cengkeh kering per hektar per tahun mulaitahun ke dua, yang berarti akan diperoleh tambahan hasil sebesar 10.500 s/d 21.000 ton dari 70.000 ha tanaman atau senilai Rp 367,5 miliar s/dRp 735 miliar/tahun.
Penggantian tanaman tua atau rusak meliputi penanaman barucengkeh secara intensif. Areal TT/TR yang akan ditanami seluas 35.000ha di daerah sentra produksi. Perkiraan biaya yang dibutuhkan untuk
Uraian
Total biaya pembibitan
Harga bibit
B/C
Biaya produksi per bibit
Nilai
Rp 88.000.000,-
Rp 5.000,-
2,84
Rp. 1.760,-
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Cengkeh AGRO INOVASI
24
kegiatan ini adalah Rp 11.523.000,-/ha. Dengan demikian kebutuhaninvestasi untuk penggantian tanaman tua atau rusak seluas 35.000 haselama 5 tahun sebesar Rp 403,315 milyar. Investasi penanaman barudi areal TT/TR ini cukup menguntungkan dengan nilai NPV, IRR dan BCratio seperti pada Tabel 9. Analisis sensitivitas pembiayaan investasimenunjukkan bahwa BEP (pengembalian modal) tercapai pada saat hargacengkeh kering Rp 25.625,- per kg. Dengan tingkat kelayakan usaha yangbaik ini, peranan swasta untuk memiliki perkebunan cengkeh sebagaipengganti sebagian areal tanaman tua atau rusak tersebut sangatdiharapkan. Pihak swasta dapat berkontribusi membangun/mengembangkan 10.000 ha areal cengkeh di tiga propinsi sentra yaitu diSulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan, baik sendiri maupunbermitra dengan petani dalam bentuk pola PIR (perkebunan inti rakyat).
Seluruh kegiatan investasi di bidang usaha pertanian primer inimerupakan bagian usaha pertanian rakyat dan swasta. Investasi pemerintahyang dibutuhkan untuk program ini adalah di bidang penelitian danpengembangan, dukungan untuk pengembangan kebun induk, sertainvestasi untuk pengembangan kelembagaan pendukung.
Tabel 9. Analisis kelayakan pembiayaan penggantian tanaman tua atau rusakcengkeh per 1000 ha.
C. Agribisnis Hilir (Usaha Pengolahan)
Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
Usaha pengolahan meliputi penyulingan minyak daun cengkeh. Bahanbaku (daun cengkeh) yang layak untuk sulingan dihasilkan dari perkebunanrakyat seluas 21.000 ha. Dengan kapasitas alat suling sebesar 5.000 literuntuk setiap 35 ha areal pertanaman cengkeh, diperlukan sekitar 600 unitusaha penyulingan yakni 500 unit di propinsi PRK dan 100 unit di daerahnon PRK.
Uraian
NPV
IRR
B/C
Harga Minimum Cengkeh Kering/Kg
Nilai
Rp 5.380.333.351,-
21,20 %
1,54
Rp. 25.625,-
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis CengkehAGRO INOVASI
25
Perkiraan biaya investasi setiap unit usaha penyulingan dengankapasitas 5.000 liter tersebut sebesar Rp 158 Juta. Dengan demikiankebutuhan investasi untuk 600 unit usaha adalah Rp 94,8 miliar. Investasiini cukup menguntungkan dengan nilai NPV, IRR dan BC ratio seperti terlihatpada Tabel 10. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan dengan harga dauncengkeh sebesar Rp 172,- per kg, atau harga minyak cengkeh Rp 22.650,-per kg investasi ini masih mencapai BEP.
Tabel 10. Analisis kelayakan pembiayaan usaha penyulingan daun cengkehkapasitas 5000 liter.
Penyulingan minyak daun cengkeh sangat sesuai untuk usaha skalakecil dan menengah. Kebutuhan investasi per unitnya rendah, teknologinyapun relatif mudah dikuasai. Sejalan dengan kebijakan pemerintah untukmengembangkan UKM maka investasi usaha pengolahan tersebut sangatselaras dan memperoleh momentum yang tepat. Selain itu alat suling jugadapat digunakan untuk bahan yang lain seperti pala dan seraiwangi.
Mengingat karakteristik bahan bakunya, lokasi usaha harus beradadi daerah sentra-sentra perkebunan cengkeh agar biaya pokok produksidapat dipertahankan tetap rendah. Peranan pemerintah yang sangatdibutuhkan adalah memfasilitasi agar akses pengusaha kecil terhadaplembaga perkreditan menjadi lebih baik.
UraianHarga Daun Cengkeh (Rp/kg)Harga Minyak (Rp/kg)Discount FaktorNPV (Rp)B/C RatioIRRAnalisis Sensitivitas:Harga Maksimal Daun Cengkeh (Rp/kg)Harga Minimal Minyak Cengkeh (Rp/kg)
Nilai125
25.00018%
40.473.8391,2623%
17222.650
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Cengkeh AGRO INOVASI
26
D. Agribisnis Hilir Lainnya
Beberapa produk turunan cengkeh lainnya yang cukup layak untukdikembangkan diantaranya eugenol sebagai bahan baku industri farmasi,balsam dan fungisida nabati. Perkiraan jumlah unit usaha pengolahaneugenol dengan kapasitas alat 70 liter setiap kali produksi sebanyak 2 unityang berarti dapat memproduksi 84.000 liter/tahun, dengan demikianinvestasi yang dibutuhkan sekitar Rp 170 juta. Jumlah unit usaha balsamcengkeh dengan kapasitas alat 300 kemasan/produksi sebanyak 100 unit.Dengan 100 unit alat tersebut dapat diproduksi sekitar 36 jutakemasan/tahun, dan investasi yang dibutuhkan sekitar Rp 4,5 miliar.Sedangkan jumlah unit usaha fungisida nabati dengan kapasitas alat 1.000liter/produksi sebanyak 10 unit yang dapat memproduksi sekitar 6 jutaliter fungisida nabati setara dengan setengah dari perkiraan potensikebutuhan yang telah diuraikan dimuka. Dengan demikian investasi yangdibutuhkan sekitar Rp 1,55 miliar.
Tabel 11. Kelayakan finansial dan perkiraan kebutuhan investasi beberapa produkhilir cengkeh.
Produk
Eugenol
Balsamcengkeh
Fungisidanabati
Bahan Baku
Minyakcengkeh
Minyakcengkeh
Minyakcengkeh
Perkiraan Investasi
Rp 85 jutakapasitas alat 70 liter/produksiProduksi/tahun 42.000liter
Rp. 45 juta Kapasitas alat 300kemasan @ 15 ml/produksi. Produksi/tahun 360.000kemasan.
Rp 155 juta Kapasitas alat 1000 liter/produksiProduksi/tahun 600.000liter.
Jumlah unitusaha
2
100
10
Pertambahan Nilai
Rp 15 juta/ 1000liter
Rp 3 000 / ke-masan @ 15 ml
Rp 20 000/ liter
B/C Ratio
1,15
1,40
1,27
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis CengkehAGRO INOVASI
27
E. Investasi Pemerintah
Penelitian dan Pengembangan
Pengembangan agribisnis cengkeh, perlu pula didukung dengankegiatan penelitian dan pengembangan. Dua kegiatan penelitian danpengembangan yang perlu dilakukan dalam 5 tahun kedepan adalahpenelitian pengembangan produk berbahan baku cengkeh, kegiatanpengadaan rehabilitasi dan pemeliharaan sumber benih cengkeh.
Perkiraan investasi yang dibutuhkan untuk kegiatan pengembanganproduk berbahan baku cengkeh sekitar Rp 1,5 miliar selama 5 tahun,sedangkan untuk pengadaan dan pemeliharaan kebun sumber benih sekitarRp 2 miliar.
Infrastruktur, Pengembangan Kelembagaan Rehabilitasi dan IntensifikasiCengkeh Rakyat
Sentra produksi cengkeh umumnya menyatu dengan sentra produksikelapa, karet dan kakao. Karena infrastruktur untuk komoditas tersebuttelah dialokasikan, maka kebutuhan infrastruktur cengkeh tidak diperlukanlagi. Namun demikian untuk daerah pertanaman cengkeh pada daerahperbukitan dan monokultur, akses jalan tambahan sangat diperlukan,seperti di Simelue (NAD), Bali, Sulawesi, dan Maluku yang diperkirakanmencapai 20% dari total luas areal (± 40 000 ha). Kebutuhan pembangunanjalan kelas V (Rp 130 juta/km) sangat diperlukan untuk transportasi hasildan saprodi di 40 lokasi, masing-masing 15 km. Total biaya investasipemerintah yang diperlukan adalah Rp 78 miliar.
Pengembangan kelembagaan yang dimaksud dalam konteks iniadalah penciptaan aturan main dan atau organisasi yang ditujukan untukmensukseskan program rehabilitasi dan intensifikasi kebun-kebun cengkehrakyat. Pada prinsipnya, kegiatan yang tercakup ada dua yaitu: (1)peningkatan kemampuan teknis dan managerial petani dalam melakukanrehabilitasi dan intensifikasi kebun cengkeh, dan (2) memfasilitasi sistemdistribusi bibit-bibit cengkeh unggul yang dihasilkan oleh lembaga penelitian– penangkar benih – petani pengguna bibit. Total nilai investasi yangdibutuhkan untuk jangka waktu 5 tahun adalah sekitar Rp 4 miliar.
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Cengkeh AGRO INOVASI
28
Dari kegiatan-kegiatan yang diperlukan dalam program pengembanganagribisnis tanaman cengkeh di atas, total kebutuhan investasi yangdibutuhkan selama 5 tahun kedepan adalah Rp 1,037 triliun yang terbagidalam investasi rumahtangga/komunitas (Rp 767,533 miliar), pengusaha(Rp 184,020 miliar) dan pemerintah (Rp 85,5 miliar) seperti terlihat padaTabel 12.
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis CengkehAGRO INOVASI
29
Tabe
l 12.
Per
kira
an K
ebut
uhan
inve
stas
i pen
gem
bang
an a
grib
isni
s ce
ngke
h
Prog
ram
1. U
saha
Pem
bibi
tan*
)
2. In
tens
ifika
si d
an
Reh
abili
tasi
70
000
h
a TM
di d
aera
h
san
gat s
esua
i
(Pen
gend
. ham
a pe
nggr
k bt
g)
3. P
engg
antia
n
35
000
ha ta
n. tu
a/
rusa
k (re
plan
ting)
d
i sen
tra
prod
uksi
Loka
si
NAD
Lam
pung
Jaw
a Ba
rat d
an B
ante
nJa
wa
Teng
ahJa
wa
Tim
urBa
liSu
law
esi U
tara
Sula
wes
i Sel
atan
Sula
wes
i Ten
gah
Mal
uku
Jum
lah
NAD
Lam
pung
Jaw
a Ba
rat d
an B
ante
nJa
wa
Teng
ahJa
wa
Tim
urBa
liSu
law
esi S
elat
anSu
law
esi T
enga
hM
aluk
uSu
law
esi U
tara
Jum
lah
NAD
Lam
pung
Jaw
a Ba
rat d
an B
ante
nJa
wa
Teng
ahJa
wa
Tim
urBa
liSu
law
esi U
tara
Sula
wes
i Sel
atan
Sula
wes
i Ten
gah
Mal
uku
Jum
lah
Jum
lah 5 2 6 4 7 4 3 14 8 6 59
4.70
03.
000
5.00
04.
600
9.00
06.
000
19.0
0011
.000
7.70
015
.000
85.0
004.
300
1.30
06.
100
3.10
04.
000
500
2.10
06.
000
3.90
03.
700
35.0
00
Unit
Unit
usah
aUn
it us
aha
Unit
usah
aUn
it us
aha
Unit
usah
aUn
it us
aha
Unit
usah
aUn
it us
aha
Unit
usah
aUn
it us
aha
Unit
usah
aH
aH
aH
aH
aH
aH
aH
aH
aH
aH
aH
aH
aH
aH
aH
aH
aH
aH
aH
aH
aH
aH
a
Rum
ah T
angg
a/ K
omun
itas 26
4 88 352
176
440
264
176
880
440
352
3.43
228
.470
18.1
7330
.288
27.8
6554
.518
36.3
4511
5.09
366
.633
46.6
4018
.000
442.
025
49.5
5014
.980
70.2
9235
.722
46.0
935.
762
12.0
9923
.047
21.8
9442
.636
322.
075
Peru
saha
an
176 88 176
176
176 88 88 352
264
176
1.76
0
12.1
0046
.093
23.0
47
81.2
40
Pem
erin
tah
Tota
l
5.19
2
442.
025
403.
315
Kebu
tuha
n In
vest
asi (
Rp ju
ta)
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Cengkeh AGRO INOVASI
30
Prog
ram
4. U
saha
agr
oind
ustr
i min
yak
d
aun
ceng
keh*
*)
5. U
saha
agr
oind
. eug
enol
6. U
saha
agr
oind
. bal
sam
c
engk
eh7.
Usa
ha a
groi
ndus
tri
fu
ngis
ida
naba
ti
8. P
emb.
infr
astr
uktu
r jal
an
9. P
enel
itian
dan
pen
gem
b.
Pro
d. b
erbh
n ba
ku c
engk
eh10
. Pen
gada
an d
an p
emel
h.
ke
b su
mbe
r ben
ih c
engk
eh11
. Pen
gem
b. k
elem
baga
an
d
lm ra
ngka
reha
b. d
anin
tens
. cen
gkeh
raky
atTo
tal K
ebut
uhan
Inve
stas
i
Loka
si
NAD
Lam
pung
Jaw
a Ba
rat d
an B
ante
nJa
wa
Teng
ahJa
wa
Tim
urBa
liSu
law
esi U
tara
Sula
wes
i Sel
atan
Sula
wes
i Ten
gah
Mal
uku
Dae
rah
lain
(non
PRK
)Ju
mla
hJa
bar,
Sulu
tJa
bar,
Jate
ng, J
atim
,Su
lsel
dan
Sul
utJa
bar
Jate
ngJa
timSu
lut
Dae
rah
Non
PRK
Jum
lah
NAD
, Bal
i, Su
lsel
,Su
lteng
, Sul
ut, M
aluk
u
Jum
lah
35 5 40 45 45 35 80 75 100
40 100
600 2 100 2 2 2 2 2 10 60
0
Unit
Unit
usah
aUn
it us
aha
Unit
usah
aUn
it us
aha
Unit
usah
aUn
it us
aha
Unit
usah
aUn
it us
aha
Unit
usah
aUn
it us
aha
Unit
usah
aUn
it us
aha
Unit
usah
aUn
it Us
aha
Unit
usah
aUn
it us
aha
Unit
usah
aUn
it us
aha
Unit
usah
aUn
it us
aha
km
Rum
ah T
angg
a/ K
omun
itas
767
.532
Peru
saha
an 5.53
079
06.
320
7.11
07.
110
5.53
012
.640
11.8
5015
.800
6.32
015
.800
94.8
00 170
4.50
0
310
310
310
310
310
1.55
0
184.
020
Pem
erin
tah
78.0
001.
500
2.00
0
4.00
0
85.5
00
Tota
l
94.8
00 170
450
1.55
0
78.0
001.
500
2.00
0
4.00
0
1.03
7.05
2
Kebu
tuha
n In
vest
asi (
Rp ju
ta)
Tabe
l 12.
Lan
juta
n
*) S
atu
unit
usah
a m
engh
asilk
an 5
0 00
0 bi
bit/
tahu
n**
) Kap
asita
s al
at 5
000
liter
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis CengkehAGRO INOVASI
VII. DUKUNGAN KEBIJAKAN YANG DIPERLUKAN
Disadari bahwa melaksanakan kebijakan dan program yang disertaidengan penetapan target luas areal tersebut tidaklah mudah karena antaralain sifat petani yang latah dan adanya UU No 12/1992 yang membebaskanpetani untuk memilih dan menetapkan sendiri jenis tanaman yang ditanam.Namun bila hal itu tidak dilakukan kondisi kelebihan areal dan produksiakan kembali berulang. Adalah benar bahwa pada dasarnya seleksi alamakan berlangsung. Suatu komoditas hanya akan bertahan di daerah dimana lingkungannya sangat sesuai. Dengan demikian, produktivitas yangtinggi, permasalahan hama dan penyakit yang minimal serta harga pokokyang rendah akan dapat diperoleh.
Dukungan kebijakan yang diperlukan untuk peningkatan kemampuandan pemahaman petani mencapai tujuan itu antara lain:
1. Intensifikasi kegiatan penyuluhan.2. Penyediaan kredit modal usaha dengan tingkat bunga yang rendah
untuk melakukan intensifikasi, rehabilitasi dan peremajaan, denganpenjamin dari pemerintah.
3. Membuka akses pembiayaan untuk pengembangan UKM agroindustripenyulingan minyak daun cengkeh melalui pemberian kredit usahatanpa agunan tambahan atau melalui pembiayaan dengan polapenjaminan atau syariah.
4. Penetapan harga jual berkisar antara Rp. 35.000,- s/d Rp. 40.000,-dan kalau dapat berkembang menjadi Rp 40.000,- s/d Rp. 50.000,-akan cukup memberi kemampuan petani untuk melakukan intensifikasidan rehabilitasi tanaman. Sebaliknya kalau harga mencapai lebih dariRp 50.000,- s/d Rp. 60.000,-, akan terjadi hal yang tidak diharapkanyaitu petani terdorong untuk melakukan ekstensifikasi.
5. Pengembangan tanaman cengkeh hanya di daerah yang sangat sesuai.6. Pengembangan di luar daerah PRK diserahkan sepenuhnya pada
spontanitas dan swadaya petani. Hasil dari daerah tersebut, seyogianyadiutamakan untuk ekspor dan penggunaan lain dalam rangka diversifikasihasil.
7. Kemudahan kepada sektor swasta untuk ikut berperan serta dalamagribisnis percengkehan.
8. Fasilitasi untuk pemberdayaan kelembagaan Asosiasi Petani CengkehIndonesia (APCI) dan lembaga pendukung yang diperlukan untukpemberdayaan petani dan agribisnis percengkehan.
31
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Cengkeh AGRO INOVASI
LAMPIRAN
33
Lampiran 1. Produksi cengkeh dunia tahun 1997 – 2004
Sumber : www.fao.org
34
Negara
Asia1. Indonesia2. China3. Malaysia4. SrilankaAfrika1. Komoro2. Grenada3. Kenya4. Madagaskar5. TanzaniaDunia
199762.19459.194
300200
2.50019.046
2.0002040
14.5002.506
81.240
199870.22767.177
350200
2.50020.844
2.2942050
13.5005.000
91.071
199957.00352.903
400200
3.50025.535
2.4382070
15.0008.027
82.538
200076.24774.047
500200
1.50028.732
2.58220
55015.60010.000
104.979
200183.38480.684
500200
2.00029.275
2.72520
55015.50010.500
112.659
200292.75987.909
550200
4.10031.4192.869
20550
15.50012.500
124.178
200392.80987.909
600200
4.10031.563
3.01320
55015.50012.500
124.372
200492.80987.909
600200
4.10031.550
3.00020
55015.50012.500
124.359
Produksi tahun... (ton)
Lampiran 2. Konsumsi cengkeh untuk rokok kretek, tahun 1983 – 2004.
Sumber: GAPPRI (diolah), 2005
86.744
96.106
85.24584.378
75.591
57.714
64.801
69.442
98.70395.378
92.296
96.77799.906
93.410
95.670
86.823
96.818
72.063
78.196
81.338
78.26575.587
50.000
60.000
70.000
80.000
90.000
100.000
110.000
1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004
Tahun
Konsumsi Trend
Ton
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis CengkehAGRO INOVASI
35
Lampiran 3. Proyeksi produksi rokok kretek dan perkiraan kebutuhan cengkeh untukrokok kretek sampai dengan tahun 2010.
Keterangan :- Produksi rokok 2000 – 2004 Data GAPPRI- Asumsi produksi 2005 – 2009 Meningkat 5% / tahun- Asumsi kandungan cengkeh SKM (gr/batang) = 0 ,35
SKT (gr/batang) = 0,64
Lampiran 4. Prakiraan anomali suhu permukaan laut (ASST), Dipole Mode Inde(Dipole) dan Southern Osscillation Index (SOI) tahun 2005 – 2009.
Sumber : Soetamto, 2005. Prakiraan cuaca dan iklim Indonesia tahun 2005 sampai2009. Makalah seminar bulanan Balittro. (Unpublish)
Tahun
20002001200220032004200520062007200820092010
SKM119.510.980,00114.312.200,00
99.980.472,60103.293.199,86120.649.364,32126.681.832,54133.015.924,16139.666.720,37146.650.056,39153.982.559,21161.681.687,17
SKT85.294.647,0087.036.122,5980.432.958,0476.159.387,1282.882.437,9687.026.559,8691.377.887,8595.946.782,24
100.744.121,36105.781.327,42111.070.393,79
Total204.805.627,00201.348.322,59180.413.440,64179.452.586,99203.531.802,28213.708.392,39224.393.812,01235.613.502,61247.394.177,75
259.763.886,63272.752.080,96
Konsumsi cengkeh( Ton )
96.818.0896.106,2586.823,1485.245,6895.670,24
100.453,75105.476,44110.750,26116.287,77122.102,16128.207,27
Produksi rokok kretek ( x 1000 batang )
2005 2006 2007 2008 2009
SOI FORECAST
-40-30-20-10
0102030
2005
MA
R
ME
I
JUL
SE
PT
NO
P
2006
MA
R
ME
I
JUL
SE
PT
NO
P
2007
MA
R
ME
I
JUL
SE
PT
NO
P
2008
MA
R
ME
I
JUL
SE
PT
NO
P
2009
MA
R
ME
I
JUL
SE
PT
NO
P
TAHUN
SOI
PRAKIRAAN INDEKS DIPOLE MODE DAN ANOMALI SST NINO 3.4
-3
-2
-1
0
1
2
2005
MA
R
ME
I
JUL
SE
PT
NO
P
2006
MA
R
ME
I
JUL
SE
PT
NO
P
2007
MA
R
ME
I
JUL
SE
PT
NO
P
2008
MA
R
ME
I
JUL
SE
PT
NO
P
2009
MA
R
ME
I
JUL
SE
PT
NO
P
TAHUN
ASST DIPOLE
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Cengkeh AGRO INOVASI
36
Lampiran 5. Peta kesesuaian lahan untuk pengembangan cengkeh di pulau Jawa,dan Sulawesi.
Keterangan : Daerah sangat sesuai (C1) berwarna hijau
Peta Kesesuaian Lahan di P. Jawa
Peta Kesesuaian Lahandi Sulawesi Utara (A)dan Selatan (B)
B
A
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis CengkehAGRO INOVASI