Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Nomor 3, Desember 2013
1
PENGGUNAAN ALAT PERAGA AKUARIUM BILBUL UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP BILANGAN BULAT
Ine Riani Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Pedagogik, Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia
Dharma Kesuma dan Karso1
Abstrak : Penggunaan Alat Peraga Akuarium Bilbul untuk Meningkatkan
Pemahaman Konsep Bilangan Bulat. Penelitian ini bertujuan melihat penggunaan
Akuarium Bilbul, aktivitas siswa, dan pemahaman siswa. Akuarium Bilbul digunakan
untuk mengkonkretkan konsep bilangan bulat, khususnya bilangan negatif. Metode
yang dipakai yaitu PTK dengan subjek penelitian 40 siswa kelas IV SDN Bukanagara
Lembang. Produk penelitian ini berupa Akuarium Bilbul serta langkah
penggunaannya. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan aktivitas siswa
dan pemahaman siswa dalam kemampuan translasi, interpretasi, dan ekstrapolasi pada
setiap siklus. Kesimpulannya, penggunaan Akuarium Bilbul mempermudah siswa
memahami konsep bilangan bulat sehingga pemahaman siswa meningkat.
Kata kunci: akuarium bilbul, pemahaman konsep, bilangan bulat.
Abstract: Using Props “Akuarium Bilbul” to Improve Students’ Comprehension
on Integers Concept. This research aims to see the use of Akuarium Bilbul, students’
activity, and students’ comprehension. Akuarium Bilbul used to concretized the
integers concept, especially the negative numbers. The method is using PTK with 40
students of 4th
grades in SDN Bukanagara Lembang research subject. The product is
Akuarium Bilbul dan its procedures. The result showed increase of students’ activity
and students’ comprehension in translation, interpretation, and extrapolation on each
cycle. In conclusion, using Akuarium Bilbul ease students to understand integers
concept so that students comprehension improve.
Keywords : akuarium bilbul, comprehension concept, integers concept.
1 Penulis Penanggung Jawab
Ine Riani. Penggunaan Alat Peraga Akuarium Bilbul untuk Meningkatkan Pemahaman
Konsep Bilangan Bulat
2
PENDAHULUAN
Berdasarkan KTSP (Depdiknas,
2006), matematika merupakan ilmu
universal yang mendasari perkembangan
teknologi modern, mempunyai peran
penting dalam berbagai disiplin dan
memajukan daya pikir manusia.
Perkembangan pesat di bidang teknologi
informasi dan komunikasi dewasa ini
dilandasi oleh perkembangan matematika
di bidang teori bilangan, aljabar, analisis,
teori peluang dan matematika diskrit.
Untuk menguasai dan menciptakan
teknologi di masa depan, diperlukan
penguasaan matematika yang kuat sejak
dini. Untuk mendukung pembentukan
sumber daya yang berkualitas melalui
pendidikan, dalam pembelajaran di
sekolah, pemerintah melalui Depdiknas
merekomendasikan matematika sebagai
salah satu mata pelajaran yang wajib
diberikan kepada siswa sekolah dasar
hingga sekolah menengah ke atas.
Mata pelajaran matematika pada
satuan pendidikan SD/MI hanya meliputi
tiga aspek, yaitu bilangan, geometri dan
pengukuran, serta pengolahan data. Di
antara ketiga aspek tersebut, terdapat salah
satu pokok bahasan bilangan bulat. Pokok
bahasan ini termasuk ke dalam aspek
bilangan.
Untuk mencapai pemahaman siswa
dalam operasi hitung campuran bilangan
bulat tidaklah mudah, sampai saat ini masih
banyak siswa yang merasa kesulitan dalam
memahami operasi hitung campuran
bilangan bulat. Beberapa survey lapangan
membuktikan bahwa pemahaman siswa
mengenai konsep operasi hitung pada
bilangan bulat belum optimal. Hal ini pula
yang terjadi pada siswa kelas IV SDN
Bukanagara Lembang yang peneliti
temukan selama kegiatan Pendidikan
Latihan Profesi (PLP). Berdasarkan tes
yang dilakukan di kelas IV, hasilnya
mengindikasikan para siswa tersebut
mengalami kesulitan dalam melakukan
operasi hitung bilangan bulat.
Berdasarkan hasil tes tersebut, lebih
dari 50% siswa masih belum mencapai
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang
ditetapkan di sekolah tersebut yaitu 63.
Dalam mempelajari materi ini, masih
banyak siswa yang mengalami hal-hal
berikut: (1) masih kebingungan dalam
memahami tanda positif dan negatif pada
bilangan bulat; (2) masih keliru dalam
membandingkan 2 buah bilangan bulat,
khususnya yang bertanda negatif; (3)
langsung mengoperasikan bilangan bulat
selayaknya bilangan cacah, tanpa
memperhatikan tanda positif atau negatif.
Hal-hal tersebut menandakan siswa belum
memahami bilangan bulat.
Beberapa penyebab siswa kesulitan
dalam memahami bilangan bulat tersebut
antara lain: (1) siswa belum memahami
makna dari tanda positif dan negatif pada
bilangan bulat; (2) kurangnya media atau
alat peraga untuk membantu pemahaman
siswa. Setelah dilakukan perbaikan
menggunakan alat peraga garis bilangan,
siswa masih saja keliru dalam melakukan
operasi hitung bilangan bulat. Setelah
ditelusuri lebih lanjut, ternyata masalah
utama yang dialami siswa adalah bukan
pada pengoperasiannya, tetapi siswa
memang belum memahami konsep
bilangan bulat. Hal ini terlihat pada saat
siswa diminta untuk membandingkan dua
buah bilangan bulat, masih banyak siswa
yang keliru.
Sejauh ini, penyebab utamanya
diduga karena belum ada alat peraga yang
tepat digunakan untuk membantu siswa
memahami konsep bilangan bulat, terutama
dalam memahami nilai bilangan positif dan
negatif. Alat peraga yang biasa digunakan
adalah garis bilangan atau kartu bermuatan
positif dan negatif. Tentu saja konsep nilai
positif dan negatif bilangan bulatnya masih
saja abstrak bagi siswa. Siswa hanya
menyepakati atau bahkan menerima begitu
saja bahwa barisan bilangan di sebelah kiri
0 bernilai negatif dan barisan bilangan di
sebelah kanan 0 adalah positif.
Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Nomor 3, Desember 2013
3
Salah satu alternatif alat peraga yang
dapat digunakan dalam pembelajaran
bilangan bulat adalah alat peraga dengan
media air. Berdasarkan dua penelitian
tindakan kelas yang dilakukan oleh
Setiawati (2013: 126) yang dilakukan di
SDN Nagarasari IV Kota Tasikmalaya dan
Agusdianita (2013: 177) yang dilakukan di
SDN Pancasila Lembang, alat peraga
dengan media air terbukti berhasil
meningkatkan pemahaman konsep siswa
mengenai bilangan bulat. Oleh karena itu,
peneliti mencoba menggunakan alat peraga
dengan media air yang diduga dapat
meningkatkan pemahaman konsep bilangan
bulat pada siswa kelas IV SDN
Bukanagara. Alat peraga ini dinamai
akuarium bilbul.
Akuarium bilbul ini adalah alat
peraga yang terbuat dari botol bekas
kemasan air mineral dan diberi garis
indikator berupa garis bilangan yang dibuat
secara vertikal untuk membantu
pemahaman siswa mengenai konsep
bilangan bulat dengan cara memasukan air
ke dalamnya sebagaimana sebuah
akuarium. Alat peraga ini sangat sederhana
dan tidak memerlukan waktu dan biaya
berlebih untuk membuatnya karena
memanfaatkan barang bekas yang biasanya
hanya dibuang begitu saja. Pemberian
nama akuarium bilbul ini ditujukan untuk
menarik perhatian siswa, di mana kata
“bilbul” itu sendiri berasal dari kata
“bilangan bulat”. Dalam hal ini, alat peraga
akuarium bilbul tidak seperti akuarium
pada umumnya, ini hanyalah alat peraga
yang diharapkan mampu membantu siswa
untuk menemukan konsep yang tepat
mengenai nilai bilangan bulat, khususnya
bilangan bulat negatif.
Ide tentang alat peraga akuarium
bilbul ini muncul berdasarkan penelitian
Neni Setiawati (Setiawati, 2013:126).
Namun, beliau tidak mendeskripsikan
dengan jelas bagaimana bentuk atau wujud
alat peraga akuarium bilbul tersebut serta
bagaimana langkah-langkah
penggunaannya.
Penggunaan air dalam akuarium
bilbul ini berkaitan dengan pendapat Piaget
(Santhrock. 2009:50) yang mengemukakan
perkembangan kognitif individu meliputi
empat tahap yaitu : (1) sensory motor (0-2
tahun); (2) pre-operational (2-7 tahun); (3)
concrete operational (7-11 tahun) dan (4)
formal operational (11 tahun ke atas).
Berdasarkan teori Piaget tersebut, tahap
berpikir anak usia sekolah dasar kelas IV
tergolong ke dalam tahap concret
operational di mana anak belum bisa
sepenuhnya memahami hal-hal yang
abstrak. Konsep bilangan bulat ini masih
sangat abstrak bagi anak usia sekolah
dasar, khususnya pada bilangan bulat
negatif, dan untuk membantu
mengkonkritkannya, digunakanlah air
sebagai indikator untuk menunjukkan
bahwa nilai bilangan negatif itu lebih kecil
daripada bilangan positif.
Penggunaan alat peraga akuarium
bilbul ini juga didukung oleh teori Bruner
(Slameto, 2003:11) yang menjelaskan ada
tiga cara penyajian informasi, yaitu (1)
tahap enaktif, dalam hal ini siswa secara
langsung terlibat dalam memanipulasi
media dengan mengisikan air ke dalam
akuarium bilbul, (2) tahap ikonik, pada
tahap ini kegiatan yang dilakukan siswa
berhubungan dengan mental, yang
merupakan gambaran objek-objek yang
dimanipulasikan, dalam hal ini siswa
mentranslasi tinggi permukaan air ke dalam
simbol angka pada garis bilangan di luar
akuarium dan (3) tahap simbolik, pada
tahap ini siswa memanipulasikan simbol-
simbol atau lambang-lambang objek
tertentu. Siswa telah mampu menggunakan
notasi untuk membandingkan dan
mengurutkan tanpa ketergantungan dengan
objek real.
Fungsi alat peraga dengan media air
ini sesuai dengan fungsi dari alat peraga
menurut R.M. Soelarko (1995: 6) yaitu
memvisualisasikan sesuatu yang tidak
dapat dilihat atau sukar dilihat, hingga
nampak jelas dan dapat menimbulkan
Ine Riani. Penggunaan Alat Peraga Akuarium Bilbul untuk Meningkatkan Pemahaman
Konsep Bilangan Bulat
4
pengertian atau meningkatkan persepsi
seseorang.
Berdasarkan penelitian terdahulu,
penggunaan alat peraga dengan media air
juga dapat meningkatkan aktivitas siswa.
Siswa tidak hanya melakukan aktivitas
yang bersifat mental saja. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Sardiman (2010:100)
bahwa aktivitas belajar siswa haruslah
aktivitas belajar yang bersifat fisik dan
mental. Artinya, aktivitas belajar tidak
hanya duduk, diam dan menerima ilmu
begitu saja, tidak pula hanya sibuk
bergerak ke sana ke mari, tetapi kedua sifat
tersebut harus ada selama proses
pembelajaran. Tentu saja porsinya harus
disesuaikan dengan kebutuhan kelas.
Secara umum yang menjadi tujuan
dari penelitian ini yaitu untuk
meningkatkan pemahaman konsep bilangan
bulat siswa pada pembelajaran matematika
di kelas IV SDN Bukanagara Lembang
dengan menggunakan alat peraga akuarium
bilbul. Adapun secara khusus, penelitian
bertujuan untuk mendeskripsikan
penggunaan alat peraga akuarium bilbul,
aktivitas siswa, dan peningkatan
pemahaman konsep bilangan bulat siswa
kelas IV SDN Bukanagara Lembang pada
pembelajaran matematika dengan
menggunakan alat peraga akuarium bilbul.
Adapun pemahaman siswa yang
hendak dicapai berupa translasi,
interpretasi, dan ekstrapolasi. Menurut
Sumarmo (Salimi, 2010:26) translasi atau
kemampuan mengubah/menterjemahkan
yaitu kemampuan dalam memahami suatu
gagasan yang dinyatakan dengan cara lain
dari pernyataan asal yang dikenal
sebelumnya. Dalam matematika,
kemampuan ini berkaitan dengan
menterjemahkan kalimat dalam soal
menjadi kalimat lain, misalnya mengubah
kalimat dalam soal menjadi variabel-
variabel yang diketahui. Interpretasi atau
kemampuan memberi arti/ menafsirkan,
yaitu kemampuan dalam memahami bahan
atau ide yang direkam, diubah atau disusun
dalam bentuk lain, misalkan bentuk grafik,
tabel, peta konsep atau lainnya.
Ekstrapolasi atau kemampuan
memperkirakan/ rneramalkan yaitu
kemampuan untuk memperkirakan
kecenderungan konsekuensi dan implikasi
yang sejalan dengan kondisi yang
digambarkan. Ekstrapolasi mencakup
estimasi dan prediksi yang didasarkan pada
sebuah pemikiran, gambaran kondisi dari
suatu informasi, juga mencakup pembuatan
kesimpulan dengan konsekuensi yang
sesuai dengan informasi jenjang kognitif
ketiga yaitu penerapan (application) yang
menggunakan atau menerapkan suatu
bahan yang sudah dipelajari ke dalam
situasi baru, yaitu berupa ide, teori atau
petunjuk teknis.
METODE
Metode yang dipakai pada penelitian
ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
dengan subjek penelitian 40 orang siswa
kelas IV SDN Bukanagara Penelitian ini
dilakukan di kelas IV SDN Bukanagara
yang berlokasi di Jalan Bukanagara Nomor
5 Desa Pagerwangi Kecamatan Lembang
Kabupaten Bandung Barat. Alur penelitian
yang dilaksanakan dalam penelitian ini
adalah tiga siklus. Setiap siklus terdiri dari
satu tindakan yang dilaksanakan dalam dua
kali pertemuan. Model PTK dalam
penelitian ini menggunakan model Kemmis
dan McTaggart yang sedikit dikembangkan
berdasarkan pertimbangan rasional, di
mana tahap tindakan (acting) dan
pengamatan (observing) dilakukan secara
bersamaan. Sehingga gambaran alurnya
menjadi seperti ini:
Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Nomor 3, Desember 2013
5
SIKLUS
1
SIKLUS
3
SIKLUS
2
Gambar 1
Diagram Alur PTK Model Kemmis dan McTaggart yang Dikembangkan
Instrumen penelitian yang
digunakan terdiri dari instrumen
pembelajaran dan instrumen pengumpulan
data. Instrumen pembelajaran terdiri dari
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
dan Lembar Kerja Siswa (LKS). Instrumen
pengumpulan data terdiri dari lembar
observasi, pedoman wawancara, catatan
anekdot, instrumen tes pemahaman, dan
dokumentasi.
Metode pengolahan data pada
penelitian ini dengan cara analisis kualitatif
dan kuantitatif. Analisis kualitatif
digunakan pada data hasil observasi,
wawancara dan catatan anekdot dengan
triangulasi. Sudut pandang guru sebagai
peneliti melalui catatan anekdot, sudut
pandang siswa melalui wawancara dan
sudut pandang mitra peneliti melalui
lembar observasi guru dan siswa.
Refleksi Awal
Rencana Tindakan 1 Pelaksanaan Tindakan 1.1
Pelaksanaan Tindakan 1.2 Observasi
Refleksi
Rencana Tindakan 2 Pelaksanaan Tindakan 2.1
Pelaksanaan Tindakan 2.2 Observasi
Refleksi
Rencana Tindakan 3 Pelaksanaan Tindakan 3.1
Pelaksanaan Tindakan 3.2 Observasi
Refleksi
Berhasil
Berhasil
Berhasil ? dst.
Tidak
berhasil
Tidak
berhasil
Tidak
berhasil
Ine Riani. Penggunaan Alat Peraga Akuarium Bilbul untuk Meningkatkan Pemahaman
Konsep Bilangan Bulat
6
Selain lembar observasi guru dan
siswa, peneliti juga melakukan observasi
terhadap rasa ingin tahu siswa. Peneliti
bersama observer merumuskan sebua
h kerangka kerja untuk menganalisisnya. Kerangka kerja tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut:
Gambar 2
Kerangka Kerja Analisis Data Rasa Ingin Tahu Siswa
Analisis kuantitatif dilakukan pada data hasil tes pemahaman siswa mengenai bilangan
bulat dengan menggunakan alat peraga akuarium bilbul yang dilakukan pada setiap akhir
siklus. Data dianalisis menggunakan statistik deskriptif berikut:
a. Penyekoran hasil tes
Penyekoran hasil tes menggunakan rumus Nilai= X 100. Sementara
skala poin pada tes setiap siklus berbeda-beda karena tingkat kesukaran materi dan
jumlah butir soal pada setiap tes siklus berbeda-beda.
Siklus 1
- Untuk soal nomor 1 sampai 4, setiap jawaban benar mendapat skor 10
- Untuk soal nomor 5 dan 6, setiap jawaban benar mendapat skor 20
- Untuk soal nomor 7 sampai 10, setiap jawaban benar mendapat skor 30
Jumlah skor maksimal = 200 dan Skor maksimal = 100
Siklus 2
- Setiap jawaban benar mendapat skor 10
Jumlah skor maksimal = 200 dan Skor maksimal = 100
Siklus 3
- Setiap jawaban benar mendapat skor 10
Jumlah skor maksimal = 100 dan Skor maksimal = 100
b. Menghitung nilai rata-rata kelas dengan rumus: X =
Ket: 𝑥 = nilai rata − rata
Σ𝑋 = jumlah semua nilai siswa
Data
Analisis Kuantitas
Analisis Kualitas
Simpulan dari Semua Siklus
Substansial
Nonsubstansial
Utama (Taksonomi Bloom)
Penguatan/Konfirmasi
Setiap
Siklus
Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Nomor 3, Desember 2013
7
Σ𝑁 = jumlah siswa (Purwanto dalam Nurlela, 2011:41)
c. Menghitung daya serap = x 100%
d. Menghitung persentase ketuntasan belajar dengan rumus: TB = x 100%
Ket: TB = Ketuntasan Belajar
ΣS ≥ 63 = Jumlah siswa yang mendapat nilai ≥ 63
n = banyak siswa (Nurlela, 2011:41)
e. Menghitung peningkatan kemampuan siswa setiap siklus, dengan mengadaptasi rumus
menurut Hake (dalam Nurlela, 2011:43)
<g> =
Tabel 1. Kategori Perolehan Skor Gain Ternormalisasi
Skor Gain Ternormalisasi Interpretasi
(<g>) > 0,7 Tinggi
0,3 ≤ (<g>) ≤ 0,7 Sedang
(<g>) < 0,3 Rendah
HASIL DAN PEMBAHASAN
Akuarium bilbul terbuat dari botol
bekas kemasan air mineral isi 600 ml, lalu
diberi garis bilangan vertikal yang terbuat
dari kertas HVS pada bagian luar botol.
Garis bilangan ini berfungsi sebagai
indikator air dalam akuarium bilbul. Dari
siklus pertama sampai ketiga, tidak ada
perkembangan yang berhubungan dengan
fisik alat peraga akuarium bilbul.
Seperti penelitian yang dilakukan
oleh Setiawati (2013) dan Agusdianita
(2013) yang sama-sama menggunakan
bahan ajar air, penelitian ini menemukan
bahwa penggunaan akuarium bilbul dapat
membantu siswa dalam memahami konsep
bilangan bulat. Berkaitan dengan
fungsinya, penggunaan akuarium bilbul ini
juga sesuai dengan teori Piaget (Dahar,
1989:154) yang menyatakan tahap berpikir
anak usia 7-11 tahun tergolong ke dalam
tahap concret operational di mana anak
belum bisa sepenuhnya memahami hal-hal
yang abstrak. Akuarium bilbul ini berhasil
mengkonkritkan konsep bilangan bulat,
khususnya bilangan bulat negatif, yang
masih sangat abstrak bagi anak usia
tersebut.
Sebenarnya ada satu komponen yang
tidak ada dan mungkin perlu ada dalam
akuarium bilbul ini, yaitu “ikan”.
Keberadaan “ikan” pada akuarium bilbul
ini tidak hanya sebagai penyempurna
sebuah akuarium, tetapi mungkin lebih
dapat menarik perhatian siswa dan lebih
memperjelas indikator permukaan air
dalam akuarium bilbul. Namun, “ikan”
yang dimaksud bukanlah sejenis makhluk
yang bisa hidup di air, tetapi sesuatu yang
dibuat menyerupai makhluk air tersebut.
Tidak adanya “ikan” dalam
penelitian ini bukan tanpa sebab. Sampai
penelitian ini berakhir, peneliti belum
menemukan bahan yang tepat untuk
membuat “ikan” yang posisinya bisa
dimanipulasi. Selama penelitian ini
memang tidak ada siswa yang protes
mengenai keberadaan “ikan” tersebut,
tetapi pada pembelajaran selanjutnya
“ikan” tersebut diharapkan ada.
Meski demikian, tidak adanya “ikan”
dalam akuarium bilbul ini tidak
mempengaruhi fungsi pokok akuarium
sebagai alat peraga yang dikemukakan oleh
Sudjana (2000:99), yaitu
Ine Riani. Penggunaan Alat Peraga Akuarium Bilbul untuk Meningkatkan Pemahaman
Konsep Bilangan Bulat
8
“...Penggunaan alat peraga dalam
pengajaran diutamakan untuk
mempertinggi mutu belajar mengajar.
Dengan perkataan lain penggunaan alat
peraga, hasil belajar yang dicapai akan
tahan lama sehingga pelajaran mempunyai
nilai tinggi...”.
Hal ini dibuktikan dengan hasil tes
pemahaman siswa yang mencapai standar
nilai yang diharapkan, yaitu 63, dengan
ketuntasan belajar mencapai 100%.
Tidak seperti penelitian sebelumnya,
penelitian ini menghasilkan langkah-
langkah yang jelas mengenai pembelajaran
menggunakan akuarium bilbul. Langkah-
langkah tersebut diadopsi secara tersirat
dari penelitian Setiawati (2013) dengan
sedikit perkembangan dari awal
diadopsi/siklus 1 sampai siklus 3, di mana
pada siklus 3 pembelajaran sudah tidak
bergantung pada akuarium bilbul. Secara
umum, langkah pembelajaran
menggunakan akuarium bilbul yang
dihasilkan adalah:
1) Orientasi
2) Menggali ide-ide siswa tentang bilangan
bulat menggunakan alat peraga akuarium
bilbul (eksplorasi).
3) Membimbing siswa untuk mendiskusikan
ide-ide tentang bilangan bulat
menggunakan alat peraga akuarium bilbul
(diskusi).
4) Mengklarifikasi ide-ide siswa tentang
bilangan bulat (klarifikasi).
5) Mengajak siswa bernegosiasi dalam rangka
menyimpulkan (penyimpulan).
Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Nomor 3, Desember 2013
9
Perkembangan Lintasan Belajar Siswa (Learning Trajectory)
Berdasarkan hasil observasi dan refleksi pembelajaran siklus 1, lintasan belajar
(learning trajectory) siswa untuk mencapai target berupa kemampuan pemahaman
translasi dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3. Learning Trajectory Siklus 1
-Siswa mengetahui arah/tujuan
belajar, untuk dapat menyimpulkan
definisi bilangan bulat,
mengalihbentukkan bilangan bulat
ke dalam simbol dan kalimat/cerita.
- Siswa dipertunjukkan gambar
akuarium dan alat peraga akuarium
bilbul
- Siswa mengalihbentukkan bilangan bulat dari
dalam kalimat/cerita ke dalam simbol melalui alat
peraga dan LKS untuk mencapai ICK 1, 2, 3*.
- Siswa mengalihbentukkan bilangan bulat dari
dalam simbol ke dalam kalimat/cerita melalui alat
peraga dan LKS untuk mencapai ICK 4, 5, 6*.
- Siswa dapat menyadari pembelajaran yang ia
lakukan melalui pemberian alasan untuk setiap
langkah kegiatan dalam LKS.
- Siswa merefleksikan
langkah-langkah kegiatan
yang baru saja dilakukan.
- Siswa menyimpulkan
definisi bilangan bulat dan
alasan dalam
mengalihbentukkan
bilangan bulat untuk
mencapai ICK 7*.
- Siswa mengerjakan tes
pemahaman konsep
translasi.
- Siswa menghubungkan situasi konkrit
antara akuarium dengan bilangan bulat
- Siswa menjelaskan bilangan negatif ada di
bawah nol
- Siswa mendeskripsikan bahwa nol
merupakan batas antara bilangan positif dan
negatif
- Siswa mendeskrpsikan arti dari tanda anak
panah pada kedua ujung garis indikator
-Siswa mengerjakan contoh soal untuk
mengalihbentukkan bilangan bulat
-Siswa menyajikan hasil diskusi
kelompok tentang
mengalihbentukkan bilangan bulat.
- Siswa mengetahui dan meyakini
kebenaran ide-ide tentang bilangan
bulat
- Siswa mengerjakan/menyajikan
contoh-contoh soal lain yang
berbeda.
START
T A R G E T
Ine Riani. Penggunaan Alat Peraga Akuarium Bilbul untuk Meningkatkan Pemahaman
Konsep Bilangan Bulat
10
Berdasarkan hasil observasi dan refleksi pembelajaran siklus 2, lintasan belajar
(learning trajectory) siswa untuk mencapai target berupa kemampuan pemahaman
interpretasi dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 4. Learning Trajectory Siklus 2
-Siswa mengetahui arah/tujuan belajar, untuk
dapat mnginterpretasi nilai sesuatu bilangan
bulat melalui perbandingan dan menyimpulkan
bahwa semakin jauh dari 0, nilai bilangan bulat
negatif semakin kecil dan semakin jauh dari 0,
nilai bilangan bulat positif semakin besar.
- Siswa diberi contoh perbandingan bilangan
bulat.
- Siswa membandingkan bilangan bulat
melalui akuarium bilbul dan LKS untuk
mencapai ICK 1, 2, 3, 4, 5*.
- Siswa membuat kesimpulan sementara
untuk mencapai ICK 6* melalui LKS.
- Siswa dapat menyadari pembelajaran yang
ia lakukan melalui pemberian alasan untuk
setiap langkah kegiatan dalam LKS.
- Siswa merefleksikan
langkah-langkah kegiatan
yang baru saja dilakukan.
- Siswa menyimpulkan nilai
bilangan bulat untuk
mencapai ICK 6*.
- Siswa mengerjakan tes
pemahaman konsep
interpretasi.
- Siswa mengingat ulang konsep
bilangan bulat.
- Siswa dipastikan sudah bisa
menggunakan tanda lebih besar dari (>)
dan lebih kecil dari (<)
- Siswa mengemukakan cara
membandingkan bilangan bulat
menggunakan akuarium bilbul.
-Siswa mengerjakan contoh soal
perbandingan bilangan bulat.
-Siswa menyajikan hasil diskusi
kelompok tentang perbandingan
bilangan bulat.
- Siswa mengetahui dan meyakini
kebenaran ide-ide tentang
perbandinganbilangan bulat.
- Siswa mengerjakan/menyajikan
contoh-contoh perbandingan
bilangan bulat yang berbeda.
START
T A R G E T
Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Nomor 3, Desember 2013
11
Berdasarkan hasil observasi dan refleksi pembelajaran siklus 3, lintasan
belajar (learning trajectory) siswa untuk mencapai target berupa kemampuan
pemahaman ekstrapolasi dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 5. Learning Trajectory Siklus 3
-Siswa mengetahui arah/tujuan belajar, untuk
dapat mengurutkan bilangan-bilangan bulat yang
disajikan secara acak.
- Siswa diberi contoh urutan dua bilangan
berdasarkan jaraknya terhadap nol.
- Siswa diberi contoh urutan bilangan positif
berdasarkan nilainya
- Siswa mengurutkan bilangan bulat
melalui LKS untuk mencapai ICK 1, 2,
3, 4, 5, 6* tanpa akuarium bilbul.
- Siswa dapat menyadari
pembelajaran yang ia lakukan
melalui pemberian alasan untuk
setiap langkah kegiatan dalam LKS.
- Siswa merefleksikan
langkah-langkah kegiatan
yang baru saja dilakukan.
- Siswa menyimpulkan
urutan bilangan bulat.
- Siswa mengerjakan tes
pemahaman konsep
ekstrapolasi.
- Siswa mengingat ulang konsep
nilai bilangan bulat melalui
perbandingan.
- Siswa mengerjakan contoh soal
mengurutkan bilangan bulat tanpa
akuarium bilbul.
-Siswa menyajikan hasil diskusi
kelompok tentang urutan bilangan
bulat.
- Siswa mengetahui dan meyakini
kebenaran ide-ide tentang urutan
bilangan bulat.
- Siswa mengerjakan/menyajikan
contoh-contoh urutan bilangan bulat
yang berbeda tanpa akuarium bilbul.
START
T A R G E T
Ine Riani. Penggunaan Alat Peraga Akuarium Bilbul untuk Meningkatkan Pemahaman
Konsep Bilangan Bulat
Keberhasilan siswa dalam mencapai
target kemampuan pemahaman dapat
dijadikan sebagai tolak ukur validasi
empirik untuk setiap langkah yang
ditempuh siswa pada learning trajectory di
atas. Keberhasilan tersebut dilihat dari
hasil tes pemahaman siswa yang telah
mencapai bahkan melampaui kriteria
minimal yang diharapkan. Dengan
demikian, lintasan belajar yang dilalui
siswa terbukti dapat mengarahkan siswa
untuk mencapai target yang diharapkan
pada setiap siklusnya.
John Dewey (Dimyati dan
Mudjiono, 2009:116) menekankan bahwa
belajar itu menyangkut apa yang harus
siswa kerjakan untuk dirinya sendiri, maka
inisiatif yang harus datang dari siswa
sendiri, sementara guru hanya
membimbing dan mengarahkan.
Berdasarkan hasil observasi selama
pembelajaran bilangan bulat menggunakan
akuarium bilbul, aktivitas siswa mengalami
perkembangan mulai dari siklus 1 sampai
siklus 3 sebagai berikut:
1) Siswa memperhatikan penyajian orientasi
oleh guru dengan baik.
2) Siswa antusias memberikan ide-ide tentang
bilangan bulat.
3) Siswa berdiskusi dengan baik dan aktif.
4) Siswa menyampaikan hasil diskusi dengan
baik.
5) Siswa berani menanyakan hal-hal yang
belum dimengerti.
6) Siswa menyimpulkan materi yang baru
saja dipelajari.
Perkembangan tersebut tidak hanya
terjadi pada aktivitas fisik, tetapi juga
psikis. Menurut Dimyati dan Mudjiono
(2009:114) kegiatan fisik yang dapat
diamati diantaranya dalam bentuk kegiatan
membaca, mendengarkan, menulis,
meragakan, dan mengukur, sedangkan
kegiatan psikis seperti mengingat kembali
pelajaran sebelumnya, mengunakan
pengetahuan untuk memecahkan masalah,
menyimpulkan eksperimen, dan
membandingkan konsep dengan konsep
lain.
Perkembangan yang tergolong
aktivitas visual antara lain memperhatikan
penyajian orientasi oleh guru; lalu aktivitas
oral di antaranya mengemukakan ide,
berdiskusi, menyampaikan hasil diskusi,
dan bertanya; aktivitas mendengarkan di
antaranya mendengarkan penjelasan guru;
aktivitas menulis di antaranya menuliskan
hasil diskusi; aktivitas motorik yaitu ketika
siswa mengoperasikan alat peraga
akuarium bilbul; aktivitas mental di
antaranya ketika berdiskusi untuk
mengerjakan soal, menanggapi hasil
diskusi kelompok lain, dan menyimpulkan
pembelajaran; dan aktivitas emosional di
antaranya menaruh minat belajar ketika
menggunakan akuarium bilbul, senang
ketika mengoperasikan akuarium bilbul,
dan berani ketika diminta ke depan kelas.
Empat orang siswa yang
diobservasi mulai dari siklus 1 hingga
siklus 3 memperlihatkan sikap rasa ingin
tahu dengan indikator selalu bertanya
dengan pertanyaan yang relevan dengan
materi, mencatat hal-hal yang dianggap
penting, dan mencoba mengerjakan soal-
soal yang bentuknya berbeda. Data-data
yang berkaitan dengan indikator tersebut
dianalisis dengan dihubungkan pada
Taksonomi Bloom yang direvisi oleh
Anderson (Kesuma dan Salimi, 2011: 26).
Perkembangan tersebut dilihat dari
kuantitas dan kualitas kemunculan
indikator-indikator rasa ingin tahu yang
ditetapkan. Khusus indikator mencatat hal-
hal yang dianggap penting, secara umum
muncul secara stabil, kecuali pada Subjek
22. Berikut ini rincian perkembangannya:
Rasa ingin tahu Subjek 31 sudah muncul. Peningkatan terjadi secara
fluktuatif pada kualitas bertanya dan
mencoba mengerjakan soal-soal yang
berbeda, yaitu dari C5.1 (Mengecek)
ke C6.2 (Merencanakan/Mendesain),
lalu ke C3.1
(Mengeksekusi/Melaksanakan).
Rasa ingin tahu Subjek 32 sudah
muncul dan meningkat. Peningkatan
terjadi pada kualitas bertanya dan
Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Nomor 3, Desember 2013
13
mencoba mengerjakan soal-soal yang
berbeda dari kategori C2.5
(Menyimpulkan), ke C2.6
(Membandingkan), lalu ke C3.1
(Mengeksekusi/Melaksanakan).
Rasa ingin tahu Subjek 16 sudah
muncul dan meningkat. Peningkatan
terjadi pada kualitas bertanya dan
mencoba mengerjakan soal-soal yang
berbeda dari kategori C2.2 (Mencontohkan/Mengilustrasikan), ke
C2.6 (Membandingkan), lalu ke C3.1
(Mengeksekusi/Melaksanakan).
Rasa ingin tahu Subjek 22 baru
muncul pada siklus 2. Peningkatan
terjadi dari siklus 2 ke siklus 3 pada
kualitas bertanya dan mencoba
mengerjakan soal-soal yang berbeda
dari kategori C1.2 (Mengingat-
ulang/Mencari-temu), ke C3.1
(Mengeksekusi/Melaksanakan).
Berdasarkan uraian di atas, secara
umum seluruh siswa diduga memiliki rasa
ingin tahu yang cukup tinggi.
Data-data mengenai aktivitas siswa
didukung oleh hasil wawancara untuk
mengetahui pendapat siswa terhadap
pembelajaran bilangan bulat menggunakan
akuarium bilbul. Pendapat siswa secara
keseluruhan terhadap pembelajaran
bilangan bulat menggunakan akuarium
bilbul diduga sebagai berikut:
1) Kesan siswa pada umumnya sama.
Mereka senang dengan pembelajaran
bilangan bulat menggunakan akuarium
bilbul.
2) Akuarium bilbul membantu mereka
dalam memahami bilangan bulat.
3) Pada umumnya, kesulitan yang
dialami selama pembelajaran hanyalah
kesulitan-kesulitan yang berhubungan
dengan teknis pembelajaran.
Pendapat-pendapat siswa tersebut
menunjukkan hal positif pada penggunaan
alat peraga akuarium bilbul, terutama
dalam meninjau manfaat atau fungsinya.
Sebagaimana pendapat R.M. Soelarko
(1995: 6) bahwa fungsi dari alat peraga
ialah memvisualisasikan sesuatu yang
tidak dapat dilihat atau sukar dilihat,
hingga nampak jelas dan dapat
menimbulkan pengertian atau
meningkatkan persepsi seseorang. Dalam
hal ini, akuarium bilbul dapat membantu
siswa memahami konsep bilangan bulat
melalui visualisasi konsep ke dalam media
air.
Berdasarkan hasil tes dari siklus
satu sampai siklus tiga, pemahaman
konsep siswa mengalami peningkatan.
Berikut ini gambaran peningkatan hasil tes
setiap siklus:
Tabel 4. Peningkatan Hasil Tes Pemahaman Konsep Bilangan Bulat
No Nama Siklus
1
Siklus
2
Siklus
3
Gain Siklus 1 ke
Siklus 2
Gain Siklus 2 ke
Siklus 3
1 Subjek 1 62,5 100 100 1 -
2 Subjek 2 65 100 90 1 -
3 Subjek 3 65 65 70 0 0,1
4 Subjek 4 65 70 80 0,1 0,3
5 Subjek 5 80 85 90 0,3 0,3
6 Subjek 6 55 65 80 0,2 0,4
7 Subjek 7 95 95 100 0 1
8 Subjek 8 80 100 100 1 -
9 Subjek 9 55 70 80 0,3 0,3
10 Subjek 10 55 55 70 0 0,3
11 Subjek 11 95 100 90 1 -
Ine Riani. Penggunaan Alat Peraga Akuarium Bilbul untuk Meningkatkan
Pemahaman Konsep Bilangan Bulat
14
12 Subjek 12 80 85 90 0,3 0,3
13 Subjek 13 65 70 70 0,1 0
14 Subjek 14 60 60 70 0 0,3
15 Subjek 15 65 75 80 0,3 0,2
16 Subjek 16 75 75 80 0 0,2
17 Subjek 17 40 65 70 0,4 0,1
18 Subjek 18 30 65 70 0,5 0,1
19 Subjek 19 85 100 100 1 -
20 Subjek 20 100 100 100 - -
21 Subjek 21 80 75 80 - 0,2
22 Subjek 22 25 65 70 0,5 0,1
23 Subjek 23 80 60 70 - 0,3
24 Subjek 24 95 80 90 - 0,5
25 Subjek 25 75 95 100 0,8 1
26 Subjek 26 65 70 70 0,1 0
27 Subjek 27 65 70 80 0,1 0,3
28 Subjek 28 90 65 70 - 0,1
29 Subjek 29 87,5 100 100 1 -
30 Subjek 30 65 65 70 0 0,1
31 Subjek 31 95 100 100 1 -
32 Subjek 32 80 70 100 - 1
33 Subjek 33 65 80 90 0,4 0,5
34 Subjek 34 65 80 90 0,4 0,5
35 Subjek 35 25 65 70 0,5 0,1
36 Subjek 36 90 65 80 - 0,4
37 Subjek 37 80 95 100 0,8 1
38 Subjek 38 50 55 70 0,1 0,3
39 Subjek 39 75 80 90 0,2 0,5
40 Subjek 40 95 65 70 - 0,1
Jumlah 2820 3100 3340 0,3 0,3
Rata-rata Kelas
(dalam puluhan) 70,5 77,5 83,5
Daya Serap (%) 70,5 77,5 83,5
Ketuntasan
Belajar (%) 75 90 100
Selain itu, berdasarkan nilai rata-rata, daya serap, dan ketuntasan belajar
dari siklus 1 ke siklus 2 dan siklus 3 mengalami peningkatan yang tergambar
dalam diagram berikut:
Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Nomor 3, Desember 2013
15
Gambar 6. Diagram Perkembangan Hasil Tes Pemahaman Konsep
Adapun peningkatan
kemampuan pemahaman konsep yang
terjadi adalah translasi, interpretasi,
dan ekstrapolasi. Translasi adalah
kemampuan menerjemahkan suatu
konsep bilangan bulat ke dalam
tampilan visual dengan menggunakan
alat peraga akuarium bilbul.
Interpretasi adalah menjelaskan nilai
yang terkandung dalam suatu bilangan
bulat setelah membandingkannya
dengan bilangan bulat lain.
Ekstrapolasi adalah kemampuan
memperkirakan urutan sekumpulan
bilangan bulat yang disajikan secara
acak. Ketiga kemampuan tersebut
saling berkaitan satu sama lain.
Maksudnya, untuk dapat mencapai
kemampuan interpretasi, seseorang
perlu mencapai kemampuan translasi
terlebih dahulu. Kemampuan translasi
bukan semata-mata kemampuan
prasyarat untuk mencapai kemampuan
berikutnya, tetapi juga mungkin
dilibatkan dalam proses pencapaian
kemampuan pemahaman berikutnya,
yaitu interpretasi dan ekstrapolasi.
Begitu pun dengan kemampuan
ekstrapolasi, seseorang dapat mencapai
kemampuan ekstrapolasi jika ia telah
mencapai kemampuan interpretasi.
Dengan kata lain, untuk mencapai
kemampuan pemahaman ekstrapolasi,
seseorang perlu mencapai kemampuan
translasi dan interpretasi terlebih
dahulu. Dalam proses pencapaiannya,
kemampuan translasi dan interpretasi
bisa dilibatkan.
Dalam penelitian ini, ada
beberapa Indikator Capaian
Kompetensi (ICK) yang harus dicapai
oleh siswa untuk mencapai ketiga
kemampuan pemahaman konsep
tersebut. Masing-masing kemampuan
pemahaman tersebut dicapai dalam
satu siklus. Berikut ini pengkategorian
ICK sesuai dengan kemampuan
pemahaman yang hendak dicapai:
Tabel 5. Kategori ICK untuk Pemahaman Translasi, Interpretasi, dan Ekstrapolasi
Ine Riani. Penggunaan Alat Peraga Akuarium Bilbul untuk Meningkatkan
Pemahaman Konsep Bilangan Bulat
16
N
o Indikator Capaian Kompetensi (ICK)
Pemahaman
yang Hendak
Dicapai
Pemahaman
yang Terlibat
1 Mengalihbentukkan bilangan bulat
positif dari kalimat/cerita ke dalam
simbol matematis.
Translasi
Translasi
2 Mengalihbentukkan bilangan nol dari
kalimat/cerita ke dalam simbol
matematis.
Translasi
Translasi
3 Mengalihbentukkan bilangan bulat
negatif dari kalimat/cerita ke dalam
simbol matematis.
Translasi
Translasi
4 Mengalihbentukkan bilangan bulat
positif dari simbol matematis ke dalam
kalimat/cerita.
Translasi
Translasi
5 Mengalihbentukkan bilangan nol dari
simbol matematis ke dalam
kalimat/cerita.
Translasi
Translasi
6 Mengalihbentukkan bilangan bulat
negatif dari simbol matematis ke dalam
kalimat/cerita.
Translasi
Translasi
7 Mendefinisikan bilangan bulat. Translasi Translasi
8 Membandingkan bilangan bulat positif
dengan bilangan bulat postif.
Interpretasi Translasi dan
interpretasi
9 Membandingkan bilangan bulat positif
dengan nol.
Interpretasi Translasi dan
interpretasi
10 Membandingkan bilangan bulat negatif
dengan nol.
Interpretasi Translasi dan
interpretasi
11 Membandingkan bilangan bulat positif
dengan bilangan bulat negatif.
Interpretasi Translasi dan
interpretasi
12 Membandingkan bilangan bulat negatif
dengan bilangan bulat negatif.
Interpretasi Translasi dan
interpretasi
13 Menyimpulkan bahwa:
- Semakin jauh dari 0, nilai bilangan
bulat negatif semakin kecil.
- Semakin jauh dari 0, nilai bilangan
bulat positif semakin besar
Ekstrapolasi
Translasi,
interpretasi dan
ekstrapolasi
14 Mengurutkan bilangan-bilangan bulat
positif dari yang bernilai terkecil
sampai terbesar.
Ekstrapolasi Translasi,
interpretasi dan
ekstrapolasi
Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Nomor 3, Desember 2013
17
15 Mengurutkan bilangan-bilangan bulat
positif dari yang bernilai terbesar
sampai terkecil.
Ekstrapolasi Translasi,
interpretasi dan
ekstrapolasi
16 Mengurutkan bilangan-bilangan bulat
negatif dari yang bernilai terkecil
sampai terbesar.
Ekstrapolasi Translasi,
interpretasi dan
ekstrapolasi
17 Mengurutkan bilangan-bilangan bulat
negatif dari yang bernilai terbesar
sampai terkecil.
Ekstrapolasi Translasi,
interpretasi dan
ekstrapolasi
18 Mengurutkan bilangan bulat positif dan
negatif dari yang bernilai terkecil
sampai terbesar.
Ekstrapolasi Translasi,
interpretasi dan
ekstrapolasi
19 Mengurutkan bilangan bulat positif dan
negatif dari yang bernilai terbesar
sampai terkecil
Ekstrapolasi Translasi,
interpretasi dan
ekstrapolasi
Berdasarkan tabel 5, untuk
mencapai kemampuan translasi
bilangan bulat, setidaknya ada tujuh
ICK yang harus dicapai terlebih dahulu
oleh siswa. Pencapaian kemampuan
translasi ini dilakukan di siklus 1.
Untuk mengevaluasinya, siswa diberi
tes pemahaman yang sesuai dengan
indikator. Berikut ini contoh soal dan
jawaban untuk mencapai kemampuan
translasi:
ICK: Mengalihbentukkan bilangan
bulat negatif dari kalimat/cerita ke
dalam
simbol matematis.
Soal: Jika lantai 5 di sebuah gedung
bertingkat adalah nol. Sebuah lift turun
dari
lantai teratas dan berhenti di
lantai kedua setelah lantai 5. Lantai
tempat
lift tersebut berhenti dapat
dinyatakan dengan angka........
Jawaban siswa: (-2)
Selanjutnya, untuk mencapai
kemampuan interpretasi bilangan
bulat, setidaknya ada enam ICK yang
harus dicapai terlebih dahulu oleh
siswa. Pencapaian kemampuan
interpretasi ini dilakukan di siklus 2.
Untuk mencapai kemampuan
interpretasi ini, siswa dapat
melibatkan/menggunakan kemampuan
translasi. Dalam hal ini, siswa
menginterpretasi nilai suatu bilangan
bulat dengan cara membandingkan
bilangan tersebut dengan bilangan lain
menggunakan akuarium bilbul. Ketika
memvisualisasikan simbol ke ke dalam
akuarium bilbul inilah kemampuan
translasi dilibatkan/digunakan. Untuk
mengevaluasi ketercapaian ICK-ICK
kemampuan interpretasi, siswa diberi
tes pemahaman yang sesuai dengan
indikator. Berikut ini contoh soal dan
jawaban untuk mencapai kemampuan
interpretasi:
ICK: Membandingkan bilangan bulat
positif dengan bilangan bulat negatif.
Soal: Isilah titik-titik di bawah ini
dengan tanda lebih besar dari (>) atau
tanda
Ine Riani. Penggunaan Alat Peraga Akuarium Bilbul untuk Meningkatkan
Pemahaman Konsep Bilangan Bulat
18
lebih kecil dari (<)! 3.505 ..... (-
3.550)
Jawaban siswa: (>)
Terakhir, untuk mencapai
kemampuan ekstrapolasi bilangan
bulat, setidaknya ada enam ICK yang
harus dicapai terlebih dahulu oleh
siswa. Pencapaian kemampuan
ekstrapolasi ini dilakukan di siklus 3.
Untuk mencapai kemampuan
interpretasi ini, siswa dapat
melibatkan/menggunakan kemampuan
translasi dan interpretasi. Dalam hal
ini, siswa mengekstrapolasi urutan
sekumpulan bilangan bulat yang
disajikan secara acak berdasarkan
nilainya. Ketika siswa hendak
mengurutkan sekumpulan bilangan
bulat berdasarkan nilainya, siswa
terlebih dahulu menginterpretasi nilai
dari setiap bilangan tersebut dengan
cara membandingkan bilangan satu
dengan yang lainnya. Di sinilah
kemampuan interpretasi
dilibatkan/digunakan. Pada tahap ini,
memang siswa tidak terlalu
bergantung/melibatkan kemampuan
translasi. Siswa tidak lagi
menggunakan akuarium bilbul karena
diharapkan mampu memperkirakan
konsekuensi dari nilai yang terkandung
dalam suatu bilangan bulat. Sama
halnya dalam mengevaluasi
ketercapaian ICK-ICK kemampuan
translasi dan interpretasi, siswa diberi
tes pemahaman yang sesuai dengan
indikator. Berikut ini contoh soal dan
jawaban untuk mencapai kemampuan
ekstrapolasi:
ICK: Mengurutkan bilangan bulat
positif dan negatif dari yang bernilai
terbesar
sampai terkecil. Soal: Urutkanlah bilangan-bilangan
berikut ini dari yang bernilai terbesar
sampai terkecil! 18, 265, -167,
157, -98, 510, -69
Jawaban siswa: 510, 265 157, 18, -
69, -98, -167
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan mengenai penggunaan
akuarium bilbul untuk meningkatkan
pemahaman konsep bilangan bulat
pada mata pelajaran matematika kelas
IV di SD Negeri Bukanagara Lembang
dapat disimpulkan bahwa penggunaan
alat peraga akuarium bilbul meliputi
lima langkah, yaitu orientasi,
eksplorasi, diskusi, klarifikasi, dan
penyimpulan. Orientasi merupakan
langkah awal untuk memberikan
gambaran kepada siswa mengenai
target yang hendak dicapai, eksplorasi
untuk menggali dan mengumpulkan
ide-ide siswa tentang bilangan bulat,
diskusi merupakan langkah inti karena
pada langkah ini siswa menggunakan
akuarium bilbul untuk memahami
konsep bilangan bulat, klarifikasi
untuk mengecek dan meluruskan ide-
ide yang dimunculkan siswa, dan
penyimpulan merupakan langkah
terakhir yang kemudian
menghantarkan siswa pada target yang
diharapkan. Pada setiap siklusnya,
kelima langkah tersebut digambarkan
dalam sebuah learning trajectory
(lintasan belajar) agar kegiatan siswa
pada setiap langkah kegiatan
tergambar jelas dan terarah pada
target.
Penggunaan alat peraga
akuarium bilbul dapat meningkatkan
aktivitas siswa. Hal ini terlihat dari
antusiasme siswa dalam
mengemukakan ide-ide, terlibat dalam diskusi secara aktif, bertanya dengan
pertanyaan substantif, mencatat hal-hal
Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Nomor 3, Desember 2013
19
penting, serta mencoba hal-hal baru
yang relevan dengan materi.
Penggunaan alat peraga
akuarium bilbul dapat meningkatkan
pemahaman konsep bilangan bulat.
Hal ini terlihat dari peningkatan rata-
rata kelas hasil tes pemahaman konsep
mulai dari siklus 1 sampai siklus 3,
yaitu pada siklus 1 adalah 70,5, pada
siklus 2 adalah 77,5, dan pada siklus 3
adalah 83,5. Adapun peningkatan
pemahaman yang terjadi adalah
pemahaman translasi yaitu
kemampuan dalam mengubah simbol
tertentu menjadi simbol lain tanpa
perubahan makna, pemahaman
interpretasi yaitu kemampuan
menjelaskan makna yang terdapat
dalam simbol, dan pemahaman
ekstrapolasi yaitu kemampuan dalam
memperkirakan kecenderungan
konsekuensi dan implikasi dari sebuah
informasi.
DAFTAR PUSTAKA Agusdianita, Neza, Sukawati, dan Ucu
Setiasih. 2013. “Pengembangan Media
Ajar Air (Water Medium)
untuk Mengenalkan Konsep
Bilangan Bulat Negatif”, dalam
Sekolah Ramah Anak (Bunga
Rampai Pendidikan Sekolah
dan Pembelajaran Ramah
Anak) (eds: Y. Suyitno dan
Moh Salimi). Bandung: Rizqi
Press.
Arikunto, S., Suhardjono, dan Supardi.
(2009). Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: Bumi Aksara.
Dahar, Ratna Wilis. (1989). Teori-teori
Belajar. Jakarta: Erlangga.
Departemen Pendidikan Nasional.
(2006). Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan. Jakarta :
Depdiknas.
Dimyati dan Mudjiono. (2002).
Belajar dan Pembelajaran.
Jakarta: Rineka Cipta.
Kesuma, Dharma, dan Moh Salimi.
(2011). Perencanaan
Pembelajaran (Bahan Ajar
Mata Kuliah Perencanaan
Pembelajaran Sekolah Dasar).
Bandung: tidak diterbitkan.
Nurlela, Yulia. (2011). Penggunaan
Alat Peraga Kancing Berwarna untuk
Meningkatkan Pemahaman
Matematika Siswa tentang
Bilangan Bulat (Penelitian
Tindakan Kelas pada Siswa
Kelas VI SDN Cisitu I
Kecamatan Coblong Kota
Bandung tahun ajaran
2010/2011). Skripsi pada
Program Studi PGSD Bumi
Siliwangi FIP UPI Bandung:
tidak diterbitkan.
Salimi, Moch. (2010). Model Enactive,
Iconic, Symbolic untuk Meningkatkan
Pemahaman Konsep Perkalian
Bilangan Cacah Siswa Sekolah
Dasar. Skripsi pada Program
Studi PGSD Bumi Siliwangi
FIP UPI Bandung: tidak
diterbitkan.
Santhrock, John W. (2009). Psikologi
Pendidikan. Jakarta: Salemba
Humanika.
Ine Riani. Penggunaan Alat Peraga Akuarium Bilbul untuk Meningkatkan
Pemahaman Konsep Bilangan Bulat
20
Sardiman, A.M. (2010). Interaksi &
Motivasi Belajar Mengajar.
Jakarta:
Rajawali Pers.
Setiawati, Neni. (2013).
“Menggunakan Aquarium Bilangan
Bulat untuk Belajar
Memahami dan
Membandingkan Bilangan
Bulat”, dalam Komunitas
Belajar sebagai Sarana
Pengembangan Profesi Guru
(eds: Moh. Salimi dan
Purnomo Saputro). Bandung:
Rizqi Press.
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-
faktor yang Mempengaruhinya.
Jakarta:
Rineka Cipta.
Soelarko, R.M. (1995). Audio Visual
Media Komunikasi Ilmiah Pendidikan
Penerangan. Binacipta.
Sudjana, Nana. (2000). Dasar-dasar
Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Sinar
Baru Algensindo.