1
TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT
(Kasus: Kampung Hijau Rawajati, RW 03, Kelurahan Rawajati, Kecamatan Pancoran, Kotamadya Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta)
Oleh:
YUDIE APRIANTO
A14204049
2
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
3
RINGKASAN
YUDIE APRIANTO. TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT (Kasus Kampung Hijau Rawajati, RW 03, Kelurahan Rawajati, Kecamatan Pancoran, Kotamadya Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta). (Di bawah bimbingan Titik Sumarti)
Pemanasan global merupakan masalah yang cukup menjadi perhatian dunia saat ini. Hal ini disebabkan oleh pengelolaan lingkungan yang tidak tepat sehingga dapat merusak lingkungan. Oleh karena itu perlu perubahan paradigma pengelolaan lingkungan yang mengedepankan kesetaraan hubungan manusia dengan alam. Kondisi seperti ini menuntut tidak hanya pemerintah dalam pengelolaan lingkungan, namun juga masyarakat dan instansi lainnya, seperti pihak swasta dan LSM. Salah satu contoh pengelolaan lingkungan yang merupakan inisiatif dari masyarakat adalah pengelolaan yang dilakukan di wilayah Kampung Rawajati, RW 03, Kelurahan Rawajati, Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan. Seluruh rumahtangga menanam beragam tanaman, seperti tanaman hias, tanaman produktif, apotek hidup di pekarangan rumah, pagar dan tepi jalan di depan rumah masing-masing. Selain itu, mereka mengolah sampah domestik untuk didaur ulang sehingga dapat digunakan untuk berbagai keperluan, seperti kompos dan barang kerajinan. Oleh karena itu, menarik untuk mengkaji mengenai bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan tersebut dan faktor-faktor apa saja yang menentukannya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tingkat partisipasi warga dalam pengelolaan lingkungan. Selain itu, tujuan lain penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang menentukan tingkat partisipasi tersebut. Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dan menggunakan metode penelitian survai dengan didukung oleh data kualitatif. Metode yang digunakan adalah survai eksplanatoris. Jumlah responden yang diteliti adalah 100 orang. Analisis data menggunakan tabulasi silang dan uji korelasi Rank Spearman.
Kampung Rawajati merupakan wilayah yang padat penduduk. Kepadatan penduduk wilayah ini mencapai 9.000 jiwa per kilometer persegi.. Rasio jenis kelamin sebesar 101 menunjukkan bahwa terdapat jumlah yang seimbang antara jumlah laki-laki dan perempuan. Wilayah ini sebagian besar didiami oleh para pensiunan, khususnya purnawirawan TNI AD. Hal ini disebabkan sebanyak enam
4
RT merupakan wilayah komplek Zeni TNI AD dan empat RT lainnya adalah perumahan umum. Warga Kampung Rawajati memiliki berbagai aktivitas, terutama dalam pengelolaan lingkungan. Berbagai aktivitas tersebut diwadahi oleh kelembagaan yang mengaturnya. Kelembagaan yang digunakan dalam pengelolaan lingkungan antara lain PKK, KPS dan Kelompok Agrowisata. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun Kampung Rawajati memiliki keterbatasan lahan, tetapi didukung oleh sumberdaya manusia dan kelembagaan dalam melakukan pengelolaan lingkungan.
Pengelolaan lingkungan Kampung Rawajati merupakan salah satu bentuk pengelolaan lingkungan berbasis masyarakat. Pengelolaan ini menekankan pada pentingnya peran masyarakat dalam mendefinisikan sendiri kebutuhan, keinginan dan aspirasi serta membuat keputusan demi kesejahteraannya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik dari warga Kampung Rawajati rata-rata berusia 51 tahun, mayoritas tingkat pendidikan responden lebih dari SMP dengan tingkat pendapatan kurang dari Rp 2.456.000,- dan mayoritas responden memiliki beban keluarga kurang dari tiga orang. Mayoritas responden memiliki pengalaman berkelompok yang rendah dan sebagian besar tinggal di wilayah Kampung Rawajati selama kurang dari 35 tahun. Selain itu mayoritas responden berpendapat bahwa dalam pelaksanaan pengelolaan lingkungan, metode yang digunakan adalah dua arah dan pelayanan kegiatan baik.
Secara umum, tingkat partisipasi warga dalam pengelolaan lingkungan di Kampung Rawajati sudah tergolong tinggi. Dalam tahapan partisipasi, menunjukkan bahwa tahap pengambilan keputusan merupakan tahap yang paling rendah sedangkan tahap pelaksanaan, menikmati hasil dan evaluasi sudah tergolong tinggi. Hal ini disebabkan oleh trust mereka terhadap elit RW dan pengelola, kesadaran untuk mengelola lingkungan yang tinggi, dan kebanggaan terhadap penghargaan yang telah didapatkan yang mendorong warga untuk tetap mengelola lingkungannya.
Umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan beban keluarga tidak berhubungan nyata atau signifikan dengan tingkat partisipasi warga Kampung Rawajati dalam pengelolaan lingkungan. Faktor yang memiliki hubungan yang signifikan dengan tingkat partisipasi adalah pengalaman berkelompok, lama tinggal, metode kegiatan dan pelayanan kegiatan. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat partisipasi warga Kampung Rawajati lebih dipengaruhi oleh interaksi mereka dengan lingkungan, baik sosial maupun alam sekitar tempat tinggalnya.
5
TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT
(Kasus: Kampung Hijau Rawajati, RW 03, Kelurahan Rawajati, Kecamatan Pancoran, Kotamadya Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta)
Oleh:
Yudie Aprianto
A14204049
SKRIPSI
Sebagai Bagian Persyaratan untuk Memperoleh Gelar
6
Sarjana Pertanian pada
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Program Studi Komunikasi Dan Pengembangan Masyarakat
Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
2008
7
DEPARTEMEN KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh:
Nama : Yudie Aprianto
NRP : A14204049
Program Studi : Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Judul : Tingkat Partisipasi Warga dalam Pengelolaan Lingkungan
Berbasis Masyarakat (Kasus: Kampung Hijau Rawajati, RW
03, Kelurahan Rawajati, Kecamatan Pancoran, Kotamadya
Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta)
dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing
8
Dr. Ir. Titik Sumarti MC, M.S.
NIP. 131 569 245
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr
NIP. 131 124 019
Tanggal kelulusan :
9
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL
TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENGELOLAAN
LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT (KASUS: KAMPUNG HIJAU
RAWAJATI, RW 03, KELURAHAN RAWAJATI, KECAMATAN
PANCORAN, KOTAMADYA JAKARTA SELATAN, PROVINSI DKI
JAKARTA) BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM
PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA
LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK
TERTENTU.
Bogor, Agustus 2008
Yudie Aprianto
A14202049
10
11
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Jakarta, tanggal 10 April 1985, sebagai anak keenam dari
enam bersaudara pasangan Purry Purwono dan Yeti Sriati. Penulis memulai
pendidikan formal tahun 1992 di SDN Duren Tiga 01 Pagi, penulis juga pernah
mengikuti lomba siswa teladan tingkat kecamatan. Selanjutnya penulis
meneruskan pendidikan formal tingkat menengah di SLTP N 182 Jakarta tahun
1998-2001. Disamping itu penulis juga aktif dalam berbagai lomba Fisika, Bahasa
Inggris hingga tingkat Jakarta Selatan. Setelah lulus tahun 2001 dari pendidikan
tingkat menengah, penulis melanjutkan pendidikan tingkat atas di SMU N 55
Jakarta sampai tahun 2004. Semasa SMU, penulis aktif mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler beladiri Karate dan pernah menjabat sebagai ketua, serta
mengikuti dan memenangkan lomba Karate. Pada tahun 2004 penulis diterima di
Fakultas Pertanian, Jurusan Sosial Ekonomi, Program Studi Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB.
Semasa kuliah penulis pernah menjabat sebagai staf Pengembangan
Sumberdaya Mahasiswa (PSDM), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas
Pertanian IPB. Penulis pernah menjabat sebagai ketua koordinator English
Debating Contest Zone-@ 2006. Selain itu, penulis pernah menjadi asisten dosen
mata kuliah Pengantar Ilmu Kependudukan dan Dasar-dasar Komunikasi tahun
2005-sekarang. Penulis juga pernah tercatat sebagai staf Pengembangan
Masyarakat organisasi Himpunan Profesi Mahasiswa Pecinta Ilmu-ilmu Sosial
Ekonomi Pertanian (MISETA) IPB.
12
13
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas
rahmat, petunjuk, dan hidayah-Nya, skripsi yang berjudul Tingkat Partisipasi
Warga dalam Pengelolaan Lingkungan Berbasis Masyarakat (Kasus: Kampung
Hijau Rawajati, RW 03, Kelurahan Rawajati, Kecamatan Pancoran, Kotamadya
Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta) akhirnya dapat diselesaikan dengan baik.
Skripsi ini merupakan suatu karya ilmiah sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulis
mencoba untuk mengetahui tingkat partisipasi warga dalam pengelolaan
lingkungan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya sehingga mendapatkan
gambaran mengenai partisipasi serta kegiatan warga dalam pengelolaan
lingkungan. Penulis berharap semoga materi yang disampaikan dalam skripsi ini
dapat bermanfaat dan dapat dijadikan masukan bagi penelitian selanjutnya dengan
minat yang sama.
Bogor, Agustus 2008
Penulis
14
15
UCAPAN TERIMA KASIH
Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak, maka dari itu pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah
membantu baik secara langsung ataupun tidak langsung, diantaranya adalah:
1. Dr. Ir. Titik Sumarti MC, M.S. selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan pengarahan, bimbingan, perhatian dan masukan serta
meluangkan waktunya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik.
2. Dosen penguji utama Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, M.S. dan dosen komisi
pendidikan Ratri Virianita, S.Sos, M.Si atas kritik dan saran dalam
penulisan skripsi ini.
3. Mama, Bapak dan kakak-kakakku A Iyar, A Ade dan Mba Ningsih,
Mbak Cici dan Om Idus, Mbak Edo dan Mbak Eka yang tak henti-
hentinya memanjatkan doa, memberikan dukungan secara moril maupun
materi, serta kasih sayang kepada penulis. Kepada keponakan-
keponakanku Aviel, Ocha, Zihan, Ara, Tyo dan Sheva yang selalu
membuat keceriaan sehingga menghilangkan rasa jenuh dan lelah dalam
penulisan.
4. Bapak Supardi selaku wakil RW 03 Kelurahan Rawajati yang telah
memberikan kesempatan meneliti serta memberikan segala yang
16
dibutuhkan penulis mengenai Kampung Rawajati. Ibu Eneng yang sangat
membantu penulis dalam memperoleh data dan menyediakan makanan
saat melakukan turun lapang. Ibu Nur, Ibu Ratna, serta segenap warga
Kampung Rawajati yang selalu sedia memberikan informasi dan data yang
dibutuhkan penulis.
5. Grup COLE yaitu Zay, Ani, Bayu, dan Ucie untuk bantuan pemikiran,
diskusi, informasi, kebersamaan serta terima kasih telah berkenan berbagi
emosi dalam pendewasaan diri selama ini.
6. Teman seperjuanganku Qori dan Nita. Seluruh teman-teman KPM 41
khususnya Ilham dan Mira yang ikut memberikan masukan dan kritik,
serta dorongan moril.
7. Teman-teman KKP Pasir Suren: Abdi, Bena, Cimay, dan Deri atas
kenangan dalam kebahagian dan penderitaan saat serumah dan ber-KKP.
Teman-teman di Wisma Gophis: Nunu, Edo, Wahyu, Teteg, Ferry, Zay,
Juan, Afi, Iwan, Cecep, Haris, dan Windi untuk kebersamaannya dan
persahabatan dengan toleransi yang tinggi dengan memberikan masukan
dan kritik dalam penulisan, serta dukungan moril supaya fokus dalam
penyelesaian skripsi.
8. Semua rekan yang telah memberikan sumbangsih sekecil apapun dalam
penyelesaian skripsi ini.
17
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ............................................................................................ viii
DAFTAR TABEL .................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................. 5 1.4 Kegunaan Penelitian ............................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pengelolaan Lingkungan Hidup ......................... 6
2.1.1 Pengertian Lingkungan Hidup ....................................... 6
2.1.2 Pengelolaan Lingkungan Hidup ..................................... 7
2.2 Community Based Management .......................................... 8
2.3 Partisipasi Masyarakat ......................................................... 11
2.3.1 Konsep Partisipasi ......................................................... 11
2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi ............... 12
2.6 Kerangka Pemikiran ............................................................ 14
2.7 Hipotesis Penelitian ............................................................. 15
2.8 Definisi Operasional ............................................................ 16
BAB III METODOLOGI
18
3.1 Metode Penelitian .............................................................. 20
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................... 20
3.3 Teknik Pemilihan Responden. ............................................. 21
3.4 Teknik Pengumpulan Data .................................................. 22
3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ................................. 23
BAB IV GAMBARAN UMUM
4.1 Lokasi Kampung Rawajati .................................................. 24 4.2 Kependudukan .................................................................... 25
4.3 Kelembagaan Terkait dengan Pengelolaan lingkungan ....... 27
4.3.1 PKK .............................................................................. 28
4.3.2 Kelompok Penangkar Swadaya ..................................... 30
4.3.3 Kelompok Agrowisata ................................................... 31
4.3.4 Kelompok Arisan .......................................................... 32
4.4 Ikhtisar ................................................................................ 33
BAB V PENGELOLAAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT KAMPUNG RAWAJATI
5.1 Sejarah Pengelolaan Lingkungan Kampung Rawajati .......... 34 5.2 Penghijauan......................................................................... 37 5.3 Pengelolaan Sampah Terpadu. ............................................. 39
5.3.1 Pembuatan Pupuk Kompos dengan Sistem Bokasi ......... 41
5.3.2 Daur Ulang Sampah Anorganik ..................................... 42
5.4 Ikhtisar ................................................................................ 44
BAB VI KARAKTERISTIK RESPONDEN
19
6.1 Karakteristik Individu ......................................................... 45
6.1.1 Umur ............................................................................. 46
6.1.2 Tingkat Pendidikan........................................................ 46
6.1.3 Tingkat Pendapatan ....................................................... 46
6.1.4 Jumlah Beban Keluarga ................................................. 47
6.1.5 Pengalaman Berkelompok ............................................. 47
6.1.6 Lama Tinggal ................................................................ 48
6.2 Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan. ................................ 48
6.2.1 Metode Kegiatan ........................................................... 48
6.2.2 Pelayanan Kegiatan ....................................................... 49
BAB VII TINGKAT PARTISIPASI WARGA KAMPUNG RAWAJATI DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN
7.1 Tingkat Partisipasi Warga Kampung Rawajati dalam Pengelolaan Lingkungan .................................................... 50
7.2 Hubungan Antara Karakteristik Individu dengan Tingkat
Partisipasi Warga dalam Pengelolaan Lingkungan.............. 54
7.2.1 Hubungan Antara Umur dengan Tingkat
Partisipasi Warga dalam Pengelolaan Lingkungan ............. 54
7.2.2 Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dengan
Tingkat Partisipasi Warga dalam Pengelolaan
Lingkungan ............................................................... 56
7.2.3 Hubungan Antara Tingkat Pendapatan dengan
Tingkat Partisipasi Warga dalam Pengelolaan
Lingkungan ............................................................... 57
7.2.4 Hubungan Antara Jumlah Beban Keluarga dengan
20
Tingkat Partisipasi Warga dalam Pengelolaan
Lingkungan ............................................................... 59
7.2.5 Hubungan Antara Pengalaman Berkelompok dengan
Tingkat Partisipasi Warga dalam Pengelolaan
Lingkungan ............................................................... 61
7.2.6 Hubungan Antara Lama Tinggal dengan Tingkat
Partisipasi Warga dalam Pengelolaan Lingkungan .... 62
7.3 Hubungan Antara Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan
dengan Tingkat Partisipasi Warga dalam Pengelolaan
Lingkungan. ....................................................................... 64
7.3.1 Hubungan Antara Metode Kegiatan dengan
Tingkat Partisipasi Warga dalam Pengelolaan
Lingkungan ............................................................... 64
7.3.2 Hubungan Antara Pelayanan Kegiatan dengan
Tingkat Partisipasi Warga dalam Pengelolaan
Lingkungan ............................................................... 65
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
8.1 Kesimpulan........................................................................ 67
8.2 Saran ................................................................................. 68
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 69
LAMPIRAN............ .................................................................................. 72
21
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Kependudukan Kampung Rawajati, RW 03, Kelurahan Rawajati Tahun 2007 ................................................................................. 25
2. Persentase Jumlah Penduduk Kampung Rawajati Menurut Jenis Pekerjaan Tahun 2007 ................................................................ 27
3. Karakteristik Kelembagaan yang Terkait dalam Pengelolaan Lingkungan Kampung Rawajati .................................................. 28
4. Bentuk Bantuan di Kampung Rawajati Periode 2001-2005 .......... 37
5. Karakteristik Individu, Kampung Rawajati, 2008 ........................ 45
6. Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan, Kampung Rawajati, 2008 49 7. Tingkat Partisipasi Warga Kampung Rawajati dalam Pengelolaan
Lingkungan , 2008 ...................................................................... 50
8. Tingkat Partisipasi Responden pada Tahap-tahap Partisipasi, Kampung Rawajati, 2008. .............................................................. 51
9. Jumlah Responden Menurut Umur dan Tingkat Partisipasi dalam Pengelolaan Lingkungan, Kampung Rawajati, 2008 ................... 54
10. Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendidikan dan Tingkat Partisipasi dalam Pengelolaan Lingkungan, Kampung Rawajati, 2008 ............................................................................ 56
11. Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendapatan dan Tingkat Partisipasi dalam Pengelolaan Lingkungan, Kampung Rawajati, 2008. ........................................................................................ 58
12. Jumlah Responden Menurut Jumlah Beban Keluarga dan Tingkat Partisipasi dalam Pengelolaan Lingkungan, Kampung Rawajati, 2008 . ....................................................................................... 59
13. Jumlah Responden Menurut Pengalaman Berkelompok dan Tingkat Partisipasi dalam Pengelolaan Lingkungan, Kampung Rawajati, 2008 ........................................................................................ 61
22
14. Jumlah Responden Menurut Lama Tinggal dan Tingkat Partisipasi dalam Pengelolaan Lingkungan, Kampung Rawajati, 2008 ......... 63
15. Jumlah Responden Menurut Metode Kegiatan dan Tingkat Partisipasi dalam Pengelolaan Lingkungan, Kampung Rawajati, 2008. ........................................................................................ 64
16. Jumlah Responden Menurut Pelayanan Kegiatan dan Tingkat Partisipasi dalam Pengelolaan Lingkungan, Kampung Rawajati, 2008. ........................................................................................ 65
23
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Komponen Lingkungan Hidup ..................................................... 6
2. Kerangka Pemikiran .................................................................... 15
3. Perubahan Paradigma Pengelolaan Sampah di Kampung Rawajati 40
24
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Lokasi Kampung Rawajati, Jakarta Selatan .................................. 72
2. Hasil Uji Korelasi Rank Spearman .............................................. 73
3. Struktur Kepengurusan RW 03 Periode 2007-2010 ...................... 74
4. Struktur Kepengurusan PKK RW 03 Periode 2007-2012 ............. 75
5. Dokumentasi ............................................................................... 76
25
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lingkungan hidup merupakan bagian dari kehidupan setiap manusia.
Lingkungan tidak hanya terdiri dari keragaman biotik dan abiotik, namun juga
termasuk interaksi diantaranya. Lingkungan berperan dalam menjaga
keseimbangan dari interaksi antara komponen biotik dan abiotiknya (Siahaan
2003). Dari segi ekonomi, lingkungan memberikan manusia sumber-sumber
makanan dan bahan baku industri serta tempat untuk tinggal. Dari segi sosial,
lingkungan memberikan sarana untuk bersosialisasi dan mengembangkan budaya.
Melihat pentingnya fungsi lingkungan bagi manusia, maka dibutuhkan
pengelolaan yang baik untuk menjaga lingkungan.
Pengelolaan lingkungan yang tidak tepat dapat merusak lingkungan.
Sebagai contoh yaitu pemanasan global tak lepas dari akibat perbuatan manusia.
Begitu pula dengan bencana banjir, tanah longsor, dan kekeringan akan silih
berganti melanda akibat daya dukung lingkungan yang tak lagi mampu menahan
berbagai kerusakan (Suparmono 2008). Terutama di Pulau Jawa yang dihuni 60
persen penduduk Indonesia, kini tinggal memiliki hutan 19.828 kilometer persegi,
atau kurang dari 15 persen luas daratan. Penggundulan hutan untuk pertanian,
perkebunan, dan permukiman menimbulkan kerusakan ekologis. Suparmono
menambahkan bahwa kebijakan pemerintah yang kurang tepat terhadap
lingkungan hidup bisa dilihat dari kecenderungan eksploitasi berlebihan terkait
dengan SDA di Jakarta, tren penurunan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagai
resapan air berupa hutan kota, taman kota, dan cagar buah.
26
Oleh karena, itu perlu perubahan paradigma pengelolaan lingkungan yang
mengedepankan kesetaraan hubungan manusia dengan alam. Hubungan manusia
dan lingkungan hidupnya dipengaruhi oleh bagaimana manusia memandang alam
semesta dari segi agama, filsafat, nilai-nilai, serta tradisi pemikiran dan ilmu
pengetahuan (Keraf 2002). Sepanjang peradaban manusia boleh dikatakan telah
berkembang tiga teori etika lingkungan. Etika yang tumbuh awal, yaitu Etika
Lingkungan Dangkal (Shallow Environmental Ethics) atau yang dikenal sebagai
antroposentrisme, yaitu etika lingkungan yang memandang manusia sebagai pusat
dari sistem alam semesta dan etika ini dianggap sebagai penyebab krisis ekologi
karena dari etika ini lahir sikap dan perilaku eksploitatif yang tidak peduli sama
sekali terhadap keberlanjutan alam.
Pada pertengahan abad 20 muncul Etika Lingkungan Medium
(Intermediate Environmental Ethics) atau dikenal sebagai biosentrisme yang
merupakan kritikan terhadap antroposentrisme. Etika ini berpandangan alam juga
mempunyai nilai dan berharga pada dirinya sendiri terlepas dari kepentingan
manusia. Awal 1970an, etika biosentrisme ini diperluas menjadi Etika
Lingkungan Dalam (Deep Environmental Ethics) atau yang dikenal sebagai
ekosentrisme yang berangkat dari pemahaman bahwa secara ekologis makhluk
hidup dan lingkungan abiotiknya satu sama lain saling terkait, tidak dapat
dipisahkan. Kewajiban dan tanggung jawab moral manusia tidak hanya dibatasi
pada makhluk hidup, melainkan juga berlaku kepada semua realita ekologi (Keraf
2002). Untuk itu, diperlukan pengelolaan lingkungan yang memiliki paradigma
ekosentrisme agar tercapai keberlanjutan baik dalam pengelolaan maupun dalam
pemanfaatan.
27
Upaya untuk mengatasi kerusakan lingkungan perlu dilakukan oleh
pemerintah bersama dengan stakeholders lainnya. Pengelolaan lingkungan
menjadi tanggung jawab pemerintah, swasta, LSM dan juga masyarakat lokal.
Keterlibatan masyarakat lokal dalam mengelola lingkungan sangat diperlukan.
Pemerintah dapat mengupayakan pembangunan di tingkat komunitas yang
memfokuskan pada pemberdayaan warga komunitas. Hal ini dilakukan dengan
melakukan power sharing agar masyarakat memiliki kemampuan dan kesetaraan
dengan berbagai stakeholders lainnya (Nasdian 2003).
Salah satu contoh kelembagaan untuk mengatasi permasalahan lingkungan
di kota Jakarta yaitu Kampung Hijau. Kampung Hijau adalah sebutan bagi suatu
daerah pemukiman warga baik di tingkat RT maupun RW yang menerapkan
pengelolaan lingkungan berbasis komunitas. Lahan di Kampung Hijau sangat
terbatas, namun masyarakat mengharapkan lingkungan menjadi tetap terjaga
dengan baik. Keterbatasan tersebut membuat masyarakat mamanfaatkan lahan
yang ada dengan merubah lingkungan sekitarnya menjadi hijau. Contohnya, di
RW 03, Kelurahan Rawajati, Kecamatan Pancoran, Kotamadya Jakarta Selatan,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Seluruh rumahtangga menanam beragam tanaman
seperti tanaman hias, tanaman produktif, apotek hidup di pekarangan rumah,
pagar dan tepi jalan di depan rumah masing-masing. Selain itu mereka mengolah
sampah domestik untuk didaur ulang sehingga dapat digunakan untuk berbagai
keperluan, seperti kompos dan barang kerajinan.
Selama ini, keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan program
pembangunan hanya dilihat dalam konteks yang sempit atau dilihat hanya sebagai
objek saja dan bukan subjek (pelaku). Kondisi ini menyebabkan peran serta
28
masyarakat menjadi terbatas sehingga partisipasi akan menjadi semu (Dianawati
2004). Semestinya, partisipasi masyarakat sepenuhnya dilihat dari keterlibatan
masyarakat mulai dari perencanaan hingga evaluasi. Lebih lanjut, melalui
partisipasi tersebut masyarakat mulai sadar akan situasi dan masalah yang
dihadapinya serta berupaya mencari jalan keluar untuk mengatasi masalah
mereka. Menarik untuk mengkaji mengenai bagaimana tingkat partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan lingkungan berbasis masyarakat tersebut dan
golongan manakah dari masyarakat tersebut yang memiliki partisipasi yang tinggi.
1.2 Perumusan Masalah
Pengelolaan lingkungan dengan istilah Kampung Hijau merupakan upaya
pengelolaan lingkungan yang berangkat dari masyarakat sebagai kepeduliannya
terhadap lingkungan. Keberhasilan dalam pengelolaan ini tergantung dari
kerjasama dan partisipasi aktif seluruh anggota masyarakat, serta dukungan dari
pemerintah.
Tinggi rendahnya partisipasi dalam pengelolaan program dipengaruhi
oleh beberapa faktor, baik dalam diri individu maupun dari aktivitas pengelolaan
lingkungan. Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian ini ingin mengkaji
tingkat partisipasi warga dalam pengelolaan lingkungan dan menganalisis faktor-
faktor apa saja yang menentukan partisipasi dalam pengelolaan lingkungan di RW
03, Kelurahan Rawajati, Kecamatan Pancoran, Kotamadya Jakarta Selatan, DKI
Jakarta.
29
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Mengkaji tingkat partisipasi warga dalam pengelolaan lingkungan di RW
03, Kelurahan Rawajati, Kecamatan Pancoran, Kotamadya Jakarta Selatan,
DKI Jakarta.
2. Menganalisis faktor-faktor yang menentukan partisipasi warga dalam
pengelolaan lingkungan di RW 03, Kelurahan Rawajati, Kecamatan
Pancoran, Kotamadya Jakarta Selatan, DKI Jakarta.
1.4 Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran
kepada semua pihak:
1. Memberikan sumbangan teoritis berupa tambahan khasanah keilmuan
terutama bidang studi partisipasi masyarakat dalam pengelolaan
lingkungan.
2. Menjadi bahan masukan atau bahan pertimbangan bagi pengambil
kebijakan khususnya pemerintah daerah dalam memecahkan masalah yang
terjadi dalam pengelolaan lingkungan, terutama yang berkaitan dengan
partisipasi masyarakat.
30
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pengelolaan Lingkungan Hidup 2.1.1 Pengertian Lingkungan Hidup
Manusia dengan segala aspek hidupnya bersama dengan komponen
lingkungan alam dan lingkungan binaan/buatan dilihat sebagai suatu kesatuan
dalam apa yang dinamakan lingkungan hidup (Marzali et al. 2002). Menurut UU
No. 23/1997, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan, makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi
kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia, serta makhluk lain.
Secara skematis, komponen interaktif lingkungan hidup dapat digambarkan ke
dalam tiga aspek, yaitu aspek alam, sosial, dan binaan/buatan (Gambar 1).
Gambar 1. Komponen Lingkungan Hidup Sumber: Soetaryono, 2000
Selain itu, lingkungan hidup juga merupakan sebuah sistem yang utuh,
kolektivitas dari serangkaian subsistem yang saling berhubungan, saling
tergantung dan fungsional satu sama lain, sehingga membentuk suatu kesatuan
ekosistem yang utuh. Dengan demikian lingkungan hidup bisa dikatakan sebagai
suatu kesatuan yang terdiri dari komponen biotik dan abiotik, serta interaksi
diantaranya dalam mencapai keberlangsungan.
Lingkungan Alam Lingkungan
Binaan/Buatan Lingkungan Sosial Kesatuan lingkungan
hidup manusia dalam kajian pengelolaan lingkungan hidup (pengelolaan berbasis ekosistem, tata ruang dan pranata sosial)
31
Semua kegiatan manusia memberikan dampak pada lingkungan hidup.
Dampak tersebut semakin besar seiring pertambahan manusia, kegiatan ekonomi,
dan teknologi dalam merekayasa, serta penggunaan energi. Sejak awal
perkembangan budayanya, manusia telah berusaha mengelola dampak yang
dilakukannya terhadap lingkungan hidup.
2.1.2 Pengelolaan Lingkungan Hidup
Menurut UU No. 23/1997, pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya
terpadu dalam pemanfaatan, penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian,
pemulihan, dan pengembangan lingkungan hidup. Selain itu menurut Marzali et
al. (2002), pengelolaan lingkungan hidup diartikan sebagai usaha sadar dan
berencana untuk mengurangi dampak kegiatan terhadap lingkungan hidup sampai
pada tingkat yang minimum sehingga mendapatkan manfaat yang optimum dari
lingkungan hidup untuk mencapai kesejahteraan yang berkelanjutan. Dalam upaya
meningkatkan pengelolaan lingkungan hidup dilakukan upaya untuk mengadakan
koreksi terhadap lingkungan, agar pengaruh merugikan dapat dijauhkan dan
dilaksanakan pencegahan melalui efisiensi dan pengaturan lingkungan sehingga
bahaya lingkungan dapat dihindarkan dan keserasian dapat dipelihara (Matrizal
2005).
Soerjani (1987) menyatakan bahwa ada tiga upaya yang harus dijalankan
secara seimbang, yaitu upaya teknologi, upaya tingkah laku atau sikap dan upaya
untuk memahami dan menerima koreksi alami yang terjadi karena dampak
interaksi manusia dengan lingkungannya. Manusia mempengaruhi lingkungan
hidupnya atau juga mengusahakan sumberdaya alam lingkungannya untuk
32
mempertahankan jenisnya, dan sebaliknya manusia dipengaruhi oleh
lingkungannya (Resosoedarmo et al. 1987).
Manusia bersama lingkungan hidupnya berada dalam suatu ekosistem.
Kedudukan manusia di dalam kesatuan ekosistem adalah sebagai bagian penting
yang tidak mungkin dipisahkan, karena itu kelangsungan hidup manusia
tergantung pula pada kelestarian ekosistemnya. Agar kelestarian ekosistem
tersebut dapat terjamin, maka manusia harus menjaga keserasian hubungan timbal
balik antara manusia dengan lingkungannya. Jika keserasian hubungan manusia
dengan lingkungannya terganggu, maka terganggu pula kesejahteraannya. Jadi
manusia dan lingkungannya merupakan ikatan yang tidak dapat dipisahkan,
karena kedua hal tersebut saling mempengaruhi (Natsir 1986).
Tingkah laku manusia selalu mempengaruhi keharmonisan dan
keseimbangan lingkungannya, karena itu manusia akan berusaha untuk
meningkatkan kualitas lingkungan hidupnya untuk mempertahankan
keseimbangan tersebut. Manusia berkeyakinan semakin tinggi kualitas
lingkungan, maka semakin banyak pula manusia dapat mengambil keuntungan
dan semakin besar pula daya dukung hidupnya (Wardana 1999).
2.2 Community Based Management
Dalam persepektif otonomi daerah, prinsip-prinsip pengelolaan
sumberdaya alam mencerminkan nuansa otonomi masyarakat lokal untuk
menguasai, mengelola, dan memafaatkan sumberdaya alam lokal. Makna dan
hakikat dari otonomi daerah harus diterjemahkan sebagai pemberian otonomi
kepada masyarakat di daerah, masyarakat adat/lokal, dan bukan semata-mata
pemberian otonomi kepada pemerintah daerah. Ini merupakan manifestasi dari
33
paradigma pengelolaan sumberdaya alam yang berbasis komunitas (community-
based resource management), sebagai pengalihan dari pengelolaan sumberdaya
alam yang berbasis negara/pemerintah dengan strukturnya di daerah (state-based
resource management) (Nurjaya 2008).
Menurut Budi (2004), pengelolaan sumberdaya alam berbasis masyarakat
(PSDABM) atau Community Based for Natural Resources Management
(CBNRM) merupakan salah satu pendekatan pengelolaan sumberdaya alam yang
meletakkan pengetahuan dan kesadaran lingkungan masyarakat lokal sebagai
dasar pengelolaan. Ia juga menambahkan bahwa sampai sejauh ini persepsi dari
pengelolaan berbasis masyarakat masih bervariasi, namun ada semacam
kesepakatan atau persamaan pandangan bahwa Peran Masyarakat menjadi kunci
utama. Dalam sistem pengelolaan ini masyarakat diberikan kesempatan dan
tanggung jawab melakukan pengelolaan terhadap sumberdaya yang dimiliki,
dimana masyarakat sendiri yang mendefinisikan kebutuhan, tujuan dan
aspirasinya, serta membuat keputusan demi kesejahteraan mereka.
Pengelolaan lingkungan merupakan upaya penting dalam menjaga
keseimbangan sumberdaya. Hal ini dimaksudkan agar tidak hanya generasi
sekarang yang dapat menikmati kekayaan sumberdaya, tetapi juga generasi
mendatang. Dalam community based management (CBM) pengelolaan
sepenuhnya dari tahap perencanaan hingga pengawasan dilakukan oleh anggota
komunitas melalui organisasi yang sifatnya informal. Model ini menunjukkan
partisipasi aktif masyarakat dan mereka memiliki otonomi terhadap pengelolaan
sumberdaya yang mereka miliki sendiri (Satria 2002).
34
Prinsip dasar dalam pengelolaan sumberdaya berbasis masyarakat adalah
(Budi 2004):
1. Aktor utama pengelola adalah rakyat (masyarakat lokal, masyarakat adat).
2. Lembaga pengelola dibentuk, dilaksanakan dan dikontrol langsung oleh
rakyat yang bersangkutan.
3. Batas antar kawasan unit pengelolaan kawasan komunitas setempat
terdelineasi secara jelas dan diperoleh melalui persetujuan antar pihak
yang terkait di dalamnya.
4. Terjaminnya akses dan kontrol penuh oleh masyarakat secara lintas
generasi terhadap kawasan pengelolaan.
5. Terjaminnya akses pemanfaatan hasil SDA sesuai dengan prinsip-prinsip
kelestarian (sustainability) oleh komunitas secara lintas generasi di dalam
kawasan konsesi.
6. Digunakan tata cara atau mekanisme penyelesaian sengketa yang tepat
terhadap pertentangan klaim atas kawasan yang sama.
7. Adanya pengakuan dan kompensasi formal (legal) terhadap penggunaan
pengetahuan tradisional (indegenous knowledge) masyarakat di dalam
sistem pengelolaan yang diterapkan.
CBM merupakan pendekatan dalam pengelolaan sumberdaya, misalnya
lingkungan, yang meletakkan pengetahuan dan kesadaran lingkungan masyarakat
lokal sebagai dasar pengelolaannya. Dalam sistem pengelolaan ini, masyarakat
diberikan kesempatan dan tanggung jawab dalam melakukan pengelolaan
terhadap sumberdaya yang dimilikinya. Masyarakat mendefinisikan sendiri
kebutuhan, keinginan dan aspirasinya serta masyarakat itu pula yang membuat
35
keputusan demi kesejahteraannya. Dengan demikian, pengelolaan lingkungan
berbasis masyarakat adalah pendekatan pengelolaan yang melibatkan kerjasama
antar masyarakat setempat dan pemerintah dalam bentuk pengelolaan secara
bersama. Masyarakat berpartisipasi secara aktif baik dalam perencanaan sampai
pada pelaksanaanya (Satria 2002).
2.3 Partisipasi Masyarakat 2.3.1 Konsep Partisipasi
Partisipasi merupakan kemampuan dari masyarakat untuk bertindak dalam
keberhasilan (keterpaduan) yang teratur untuk menanggapi kondisi lingkungan
sehingga masyarakat tersebut dapat bertindak sesuai dengan logika dari yang
dikandung oleh kondisi lingkungan tersebut (Adjid 1985). Menurut Cohen dan
Uphoff (1977), pengertian partisipasi adalah keterlibatan aktif masyarakat dalam
proses pengembilan keputusan, pelaksanaan, pemanfaatan hasil dan evaluasi.
Pengertian partisipasi lainnya didefinisikan oleh Sajogyo (1998) sebagai peluang
untuk ikut menentukan kebijaksanaan pembangunan serta peluang ikut menilai
hasil pembangunan. Dari berbagai pendapat tersebut, secara umum partisipasi
merupakan keterlibatan seseorang secara aktif dalam suatu kegiatan. Partisipasi
juga diartikan dengan memberi manusia lebih banyak peluang untuk berperan
secara efektif dalam kegiatan pembangunan (Cernea 1988).
Cohen dan Uphoff (1977) membagi partisipasi ke dalam beberapa tahapan,
yaitu sebagai berikut:
1. Tahap pengambilan keputusan, yang diwujudkan dengan keikutsertaan
masyarakat dalam rapat-rapat.
36
2. Tahap pelaksanaan, yang merupakan tahap terpenting dalam
pembangunan, sebab inti dari pembangunan adalah pelaksanaannya.
Wujud nyata partisipasi pada tahap ini dapat digolongkan menjadi tiga,
yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan
materi, dan bentuk keterlibatan sebagai anggota proyek.
3. Tahap menikmati hasil, yang dapat dijadikan indikator keberhasilan
partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan proyek.
Selain itu, dengan melihat posisi masyarakat sebagai subjek pembangunan,
maka semakin besar manfaat proyek dirasakan, berarti proyek tersebut
berhasil mengenai sasaran.
4. Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap
ini dianggap sebagai umpan balik yang dapat memberi masukkan demi
perbaikan pelaksanaan proyek selanjutnya.
2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi
Beberapa faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat menurut
Pangestu (1995) adalah sebagai berikut:
1. Faktor internal, yaitu yang mencakup karakteristik individu yang dapat
mempengaruhi individu tersebut untuk berpartisipasi dalam suatu
kegiatan. Karakteristik individu mencakup umur, tingkat pendidikan,
jumlah beban keluarga, jumlah pendapatan, dan pengalaman berkelompok.
2. Faktor eksternal, meliputi hubungan yang terjalin antara pihak pengelola
proyek dengan sasaran dapat mempengaruhi partisipasi. Sasaran akan
dengan sukarela terlibat dalam suatu proyek jika sambutan pihak pengelola
positif dan menguntungkan mereka. Selain itu, bila didukung dengan
37
pelayanan pengelolaan kegiatan yang positif dan tepat dibutuhkan oleh
sasaran, maka sasaran tidak akan ragu-ragu untuk berpartisipasi dalam
proyek tersebut.
Menurut Silaen (1998), semakin tua umur seseorang maka penerimaannya
terhadap hal-hal baru semakin rendah. Hal ini karena orang yang masuk dalam
golongan tua cenderung selalu bertahan dengan nilai-nilai lama sehingga
diperkirakan sulit menerima hal-hal yang sifatnya baru. Faktor jumlah beban
keluarga, menurut Ajiswarman (1996), menunjukkan bahwa semakin besar
jumlah beban keluarga menyebabkan waktu untuk berpartisipasi dalam kegiatan
akan berkurang karena sebagian besar waktunya digunakan untuk mencari nafkah
demi memenuhi kebutuhan keluarga.
Murray dan Lappin (1967) menyatakan bahwa terdapat faktor internal lain,
yang mempengaruhi partisipasi yaitu lama tinggal. Semakin lama tinggal di suatu
tempat, semakin besar rasa memiliki dan perasaan dirinya sebagai bagian dari
lingkungannya, sehingga timbul keinginan untuk selalu menjaga dan memelihara
lingkungan dimana dia tinggal.
Menurut Arifah (2002) faktor eksternal yang mempengaruhi partisipasi
selain pelayanan yaitu metode kegiatan. Metode kegiatan yang dua arah atau
interaktif dapat lebih meningkatkan partisipasi seseorang. Hal ini dikarenakan
dengan metode yang dua arah maka antar penyuluh dan yang disuluh akan lebih
terjalin hubungan erat, sehingga akan dapat meningkatkan partisipasi dalam suatu
kegiatan.
38
2.4 Kerangka Pemikiran
Kampung Hijau Rawajati merupakan upaya untuk melestarikan
lingkungan sekitar yang ada di perkotaan. Selain itu, Kampung Hijau ini
menggunakan prinsip partisipasi, yaitu menekankan pada peran masyarakat dalam
mengelola lingkungan, mulai dari proses pengambilan keputusan hingga evaluasi
dari kegiatan yang diadakan.
Dalam berpartisipasi pada suatu kegiatan atau program tertentu, terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang atau kelompok untuk berperan
serta dalam kegiatan tersebut. Faktor-faktor yang dimaksud, yaitu faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor internal dari karakteristik individu yang
mempengaruhi partisipasi diduga, yaitu mencakup umur, tingkat pendidikan,
jumlah beban keluarga, jumlah pendapatan, pengalaman berkelompok dan lama
tinggal.
Faktor eksternal merupakan pelaksanaan dalam suatu kegiatan pengelolaan
lingkungan yang diduga mempengaruhi partisipasi, yaitu pelaksanaan pengelolaan
lingkungan meliputi metode kegiatan dan pelayanan kegiatan yang dilakukan
dalam pengelolaan lingkungan. Secara garis besar kerangka pemikiran dalam
penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.
39
Keterangan: hubungan yang dihipotesiskan Gambar 2. Kerangka Pemikiran
2.5 Hipotesis Penelitian
Dengan memperhatikan permasalahan dan kerangka pemikiran, maka
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Ada hubungan yang signifikan antara karakteristik individu (faktor
internal) dengan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan.
a. Ada hubungan yang signifikan antara umur dengan partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan lingkungan.
b. Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan
partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan.
c. Ada hubungan yang signifikan antara jumlah beban keluarga dengan
partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan.
d. Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendapatan dengan
partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan.
Karakteristik Individu Umur Tingkat Pendidikan Jumlah Beban
Keluarga Tingkat Pendapatan Pengalaman
Berkelompok Lama Tinggal
Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Metode pelaksanaan
kegiatan Pelayanan pelaksanaan
kegiatan
Tingkat Partisipasi dalam Pengelolaan Lingkungan Tahap Pengambilan
Keputusan Tahap Pelaksanaan Tahap Menikmati Hasil Tahap Evaluasi
40
e. Ada hubungan yang signifikan antara pengalaman berkelompok
dengan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan.
f. Ada hubungan yang signifikan antara lama tinggal dengan partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan lingkungan.
2. Ada hubungan yang signifikan antara pelaksanaan pengelolaan lingkungan
(faktor eksternal) dengan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan
lingkungan.
a. Ada hubungan yang signifikan antara metode pelaksanaan kegiatan
dengan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan.
b. Ada hubungan yang signifikan antara pelayanan pelaksanaan kegiatan
dengan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan.
2.6 Definisi Operasional
Definisi operasional dari variabel yang digunakan dalam penelitian
mengenai tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan adalah:
Faktor internal atau karakteristik individu adalah faktor-faktor yang
terdapat dalam individu responden yang dapat memotivasi diri atau
merupakan dorongan dalam diri untuk ikut berpartisipasi dalam
pengelolaan lingkungan. Faktor internal meliputi umur, tingkat
pendidikan, tingkat pendapatan, jumlah beban keluarga, pengalaman
berorganisasi, dan lama tinggal.
Umur adalah lama hidup responden dari sejak lahir sampai ketika
diwawancarai. Diukur dalam jumlah tahun berdasarkan tingkatan usia
produktif.
Tua > 51 tahun
41
Muda 51 tahun
Tingkat pendidikan adalah jenjang terakhir sekolah formal yang pernah
diikuti responden. Diukur berdasarkan jenjang pendidikan formal terakhir
dan dengan acuan dasar wajib belajar sembilan tahun.
Tinggi : > SMP
Rendah: SMP
Jumlah beban keluarga adalah mereka yang hidup satu atap dan satu
dapur, atau satu dapur lain atap. Termasuk didalamnya adalah suami/istri,
anak-anak, anggota keluarga lainnya ataupun bukan keluarga tetapi
menjadi tanggungan responden. Diukur dengan jumlah jiwa.
Besar > 3 orang
Kecil 3 orang
Tingkat pendapatan adalah rata-rata jumlah hasil kerja berupa uang yang
diperoleh responden setiap bulan. Diukur dengan satuan rupiah.
Tinggi > Rp 2.456.000,-/bulan
Rendah Rp 2.456.000,-/bulan
Pengalaman berkelompok adalah pernah atau tidaknya responden menjadi
anggota suatu kelompok/lembaga/organisasi tertentu. Pengalaman ini
meliputi banyaknya kelompok/lembaga/organisasi, posisi dalam
lembaga/organisasi yang diikuti dan lamanya responden mengikuti suatu
kelompok/lembaga/organisasi. Diukur dengan skor total.
Tinggi : skor > 6
Rendah: skor 6
42
Lama tinggal yaitu lamanya responden tinggal di tempat ini sampai
dengan dilakukan wawancara. Diukur dengan satuan tahun.
Tinggi : > 35 tahun
Rendah: 35 tahun
Faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang terdapat di luar responden yang
dapat memotivasi atau mendorong responden untuk berpartisipasi dalam
pengelolaan lingkungan. Faktor eksternal dari kegiatan pengelolaan
lingkungan yang meliputi metode dan pelayanan pelaksanaan kegiatan
pengelolaan lingkungan.
Metode pelaksanaan kegiatan adalah pandangan responden mengenai
bagaimana cara penyampaian dalam kegiatan pengelolaan lingkungan.
Diukur dari interaktif/dua arah atau tidak interaktif/searah dalam kegiatan
pengelolaan lingkungan.
Dua arah: terdapat waktu tanya jawab
Searah : tidak disediakan waktu untuk tanya jawab
Pelayanan pelaksanaan kegiatan adalah pandangan responden mengenai
kualitas pendampingan, pernah tidaknya ikut pelatihan dan fasilitas alat
atau bahan baku suatu kegiatan pengelolaan lingkungan. Diukur
berdasarkan skor yang didapat.
Tinggi yaitu skor > 9
Rendah yaitu skor 9
Tingkat partisipasi adalah keikutsertaan anggota dalam semua tahapan
kegiatan kelompok yang meliputi tahap pengambilan keputusan,
pelaksanaan, evaluasi, dan menikmati hasil.
43
Tahap pengambilan keputusan, dinyatakan sebagai keikutsertaan
responden dalam mengikuti rapat/penyusunan rencana suatu kegiatan.
Tahap ini meliputi keikutsertaan dan keaktifan responden dalam rapat.
Tahap pelaksanaan, dinyatakan dalam keikutsertaan dalam pelaksanaan
kegiatan pengelolaan lingkungan.
Tahap menikmati hasil, yaitu keikutsertaan responden dalam merasakan
manfaat dari kegiatan pengelolaan lingkungan.
Tahap evaluasi, yaitu keikutsertaan responden dalam menilai suatu
kegiatan.
Penilaian terhadap tingkat partisipasi yaitu dengan menjumlah skor dari
tiap tahapan. Sehingga tingkat partisipasi dapat dikategorikan menjadi
Tinggi, yaitu skor > 24
Rendah, yaitu skor 24
44
BAB III METODOLOGI
3.1 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung data-
data kualitatif. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survai, yaitu
penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dengan menggunakan
kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok.
Penelitian survai dimaksudkan untuk menjelaskan hubungan kausal dan
pengujian hipotesa, sehingga dikategorikan dalam penelitian penjelasan
(explanatory atau confirmatory research) (Singarimbun 1989). Hubungan kausal
yang dijelaskan dalam penelitian ini adalah hubungan faktor internal dan eksternal
dengan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan berbasis
masyarakat.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dipilih secara sengaja yaitu di RW 03, Kelurahan
Rawajati, Kecamatan Pancoran, Kotamadya Jakarta Selatan, Daerah Khusus
Ibukota Jakarta. Lokasi dipilih dengan pertimbangan bahwa di lokasi ini
merupakan daerah yang menerapkan pengelolaan lingkungan berbasis
masyarakat. Pada tahun 2003 Kampung Rawajati mendapat juara I Daur Ulang
Sampah Tingkat Provinsi DKI Jakarta. Tahun 2004 mengikuti lomba RW
Terbaik, Ketahanan Pangan, Produk Unggulan, Taman PKK, Taman Rumah
Sederhana, seluruhnya mendapat juara I untuk tingkat DKI. Keadaan lingkungan
yang asri ini membawa Rawajati mendapatkan predikat RW terbaik diantara 2.900
RW se-Provinsi DKI Jakarta dalam bidang ketertiban, kebersihan, penghijauan
45
dan keindahan. Pada tahun 2005, Kampung Rawajati menjadi juara II tingkat
nasional untuk lingkungan bersih keluarga sehat dan terbaik, yang dinilai oleh tim
penggerak PKK (Program Kesejahteraan Keluarga) Pusat. Pada tahun yang sama
tepatnya pada tanggal 18 Juni 2005 ditetapkan sebagai Kampung Agrowisata oleh
Gubernur DKI Jakarta. Kampung ini juga mendapat penghargaan Kalpataru
tingkat Provinsi DKI Jakarta dan penghargaan produk makanan Betawi terbaik
tahun 2006.
Proses penelitian ini berlangsung mulai dari bulan April sampai Juni 2008.
Dengan penjabaran antara lain untuk proses penyusunan proposal dan kolokium
dilaksanakan pada awal bulan April 2008, studi lapang atau pengambilan data di
lapang dilaksanakan pada bulan April, Mei dan Juni 2008. Kemudian proses
penulisan laporan hasil penelitian dilaksanakan pada bulan Juni dan Juli 2008.
3.3 Teknik Pemilihan Responden
Unit analisis dari responden yang dipilih adalah unit rumahtangga (RT).
Unit pengamatan RT digunakan untuk pengumpulan data tentang karakteristik
pelaku dan sejauhmana tingkat partisipasi warga dalam pengelolaan lingkungan
dan pertimbangan pengelolaan lingkungan pada tempat penelitian sebagian besar
dilakukan pada setiap rumahtangga.
Jumlah responden merupakan 10 persen dari total populasi rumah tangga
yang ada di Kampung Rawajati yaitu sebesar 100 rumahtangga. Responden adalah
salah satu anggota rumah tangga yang melakukan kegiatan pengelolaan
lingkungan.Teknik yang digunakan dalam mengambil sampel yaitu pengambilan
sampel gugus sederhana (simple cluster sampling). Hal ini dilakukan karena
46
keterbatasan waktu biaya dan tenaga dari peneliti sehingga pengklusteran tidak
dilakukan secara terstratifikasi berdasarkan lapisan masyarakat.
Dasar pengklusteran yaitu RT atau Rukun Tetangga yang ada di Kampung
Rawajati yaitu sejumlah 10 RT. Dari masing-masing RT tersebut dimabil secara
acak sebanyak 10 responden sehingga total responden yang didapat sebesar 100
rumahtangga.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara terstruktur
yang menggunakan kuesioner dan wawancara mendalam dengan responden
sebanyak 100 orang dan informan yaitu wakil RW 03 Rawajati, ketua PKK
beserta ketua Pokja, aparat RT serta ketua kelembagaan yang ada di Kampung
Rawajati. Selain itu, dilakukan observasi langsung untuk memperoleh informasi
yang tidak dapat diperoleh melalui wawancara terstruktur. Data sekunder
mengenai keadaan umum wilayah diperoleh dari Profil Kelurahan dan RW serta
literatur yang terkait.
Selain dengan wawancara dan observasi, pengumpulan data pendukung
yang berupa data kualitatif digunakan dengan slip/potongan kertas khusus. Slip ini
digunakan untuk mencatat keterangan tambahan responden yang bersifat kualitatif
dengan mengacu nomor pertanyaan pada kuesioner. Slip ini kemudian disusun
secara sistematis untuk digunakan saat menganalisis data (Singarimbun 1989).
47
3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh, kemudian dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif.
Analisis data secara kuantitatif dilakukan melalui tabulasi silang dan untuk
melakukan uji hipotesis dilakukan dengan uji Korelasi Rank Spearman dengan
software SPSS 13.0 for windows pada =5% (Walpole 1995).
Apabila nilai P value 0,05 maka tolak Ho pada =5%, artinya terdapat
hubungan yang signifikan antara dua variabel yang diuji sehingga hipotesis
penelitian diterima. Analisis kualitatif dilakukan dengan cara mendeskripsikan
dan menginterpretasikan fenomena yang ada di lapang.
48
BAB IV GAMBARAN UMUM
4.1 Lokasi Kampung Rawajati
Pada tahun 1965, daerah Kelurahan Rawajati merupakan daerah rawa dan
ditumbuhi banyak pohon jati sehingga dinamai sebagai Rawajati, namun seiring
perkembangan daerah, kini daerah ini menjadi daerah perumahan yang padat.
Kampung Rawajati merupakan nama yang diberikan kepada Rukun Warga (RW)
03, Kelurahan Rawajati. Kampung Rawajati terletak di wilayah Kecamatan
Pancoran, Kotamadya Jakarta Selatan. Kampung Rawajati merupakan salah satu
RW dari 8 RW yang ada di Kelurahan Rawajati. Kampung Rawajati memiliki luas
wilayah sekitar 12,5 hektar dan terdiri dari sepuluh RT. Sebagian besar warga
Kampung Rawajati merupakan daerah perumahan komplek Zeni TNI-AD yang
terdiri dari enam RT yaitu RT 02 hingga RT 07 dan sisanya merupakan daerah
perkampungan atau perumahan umum sebanyak empat RT yaitu RT 01, 08, 09
dan 10.
Sebelah utara Kampung Rawajati merupakan wilayah RW 01 dan 02
Kelurahan Rawajati yang merupakan daerah pemukiman. Sebelah barat,
berbatasan dengan wilayah RW 08 Kelurahan Rawajati dan daerah komplek
perindustrian. Bagian Selatan, Kampung Rawajati berbatasan dengan RW 06
Kelurahan Rawajati, perumahan Kalibata Indah dan Sungai Ciliwung. Sebelah
timur, Kampung Rawajati berbatasan dengan Sungai Ciliwung.
Lokasi Kampung Rawajati berdekatan dengan daerah pusat perbelanjaan,
yaitu Plaza Kalibata yang dahulu bernama Kalibata Mall. Selain itu, Kampung
Rawajati juga berdekatan dengan stasiun kereta api Duren Kalibata. Hal ini
49
menjadikan Kampung Rawajati memiliki lokasi yang strategis, baik dalam hal
kemudahan aksesbilitas transportasi dan perdagangan.
4.2 Kependudukan
Masyarakat Kampung Rawajati terdiri dari berbagai umur, tingkat
pendidikan, pekerjaan, suku bangsa dan agama.
Tabel 1. Kependudukan Kampung Rawajati, RW 03, Kelurahan Rawajati Tahun 2007
RT Jumlah KK
Jumlah Penduduk
Total Tetap Musiman
Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan
n % n % n % n % n %
01 163 295 8,15 258 8,11 - - - - 553 17,34
02 49 80 2,52 76 2,39 12 0,38 9 0,28 117 3,68
03 64 82 2,58 111 3,49 2 0,06 1 0,03 196 6,16
04 93 172 5,41 187 5,88 - - - - 359 11,29
05 83 147 4,62 139 4,37 9 0,28 7 0,22 302 9,5
06 82 91 2,86 99 3,11 - - - - 190 6
07 61 78 2,45 87 2,74 36 1,13 19 0,6 220 7
08 77 141 4,43 147 4,62 29 0,91 21 0,66 338 10,63
09 103 176 5,53 206 6,48 - - - - 382 12,01
10 160 199 6,26 175 5,5 45 1,42 44 1,38 463 14,56
Total 929 1461 45,94 1485 46,7 133 4,18 101 3,18 3180 100 Sumber: Data Statistik RW 03, 2007
Penduduk di Kampung Rawajati cukup padat dengan jumlah kepala
keluarga (KK) sebanyak 929 KK. Jumlah KK tertinggi terdapat pada RT 01 yaitu
17,55 persen dan RT 10 sebanyak 17,22 persen yang merupakan daerah
perumahan umum, sedangkan RT dengan jumlah KK terendah terdapat pada RT
02 yaitu 5,27 persen dan merupakan daerah perumahan komplek Zeni TNI-AD.
Jumlah penduduk RW 03 sebanyak 3.180 jiwa terdiri dari 1.594 orang laki-laki
50
dan 1.586 orang perempuan sebagaimana tersaji pada Tabel 1. Seperti daerah
lainnya di Jakarta banyak pendatang maupun musiman yang berdatangan dan
keluar dari daerah ini dalam hal ini di RW 03 sebanyak 234 jiwa.
Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa penduduk tetap RW 03 terdiri dari
45,94 persen laki-laki dan 46,7 persen perempuan. Selain penduduk tetap, RW 03
juga didiami oleh penduduk musiman yang terdiri 4,18 persen laki-laki dan 3,18
persen perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa RW 03 memiliki keseimbangan
antara jumlah laki-laki dan perempuan.
Melalui data pada Tabel 1, dapat diperoleh rasio jenis kelamin pada
wilayah RW 03. Rasio jenis kelamin didapat dengan membagi jumlah warga laki-
laki dengan jumlah warga perempuan dan kemudian dikalikan seratus persen.
Rasio jenis kelamin RW 03, yaitu 100,5 dan dibulatkan menjadi 101. Artinya
terdapat 101 orang perempuan diantara 100 orang warga laki-laki.
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa Kampung Rawajati memiliki
kepadatan penduduk sebesar 25.440 jiwa per kilometer persegi . Angka tersebut
didapat dari banyaknya jumlah penduduk dibagi dengan luas wilayah dengan
satuan kilometer persegi. Menurut WHO, standard kepadatan suatu wilayah
adalah 90 jiwa per hektar atau jika dikonversi menjadi 9.000 jiwa per kilometer
persegi sehingga daerah Kampung Rawajati merupakan wilayah yang padat
penduduknya.
51
Tabel 2. Persentase Jumlah Penduduk Kampung Rawajati Menurut Jenis Pekerjaan Tahun 2007
Jenis Pekerjaan Jumlah (orang) Persentase (%) Pegawai negeri 49 2,28 Pegawai Swasta 558 25,95
TNI/Polri 29 1,35 Wiraswasta 83 3,86
Buruh 585 27,21 Pensiunan 656 30,52 Lain-lain 190 8,84 Jumlah 2150 100
Sumber: Tim Penggerak PKK, 2005
Tabel 2 menunjukkan bahwa penduduk Kampung Rawajati paling banyak
adalah didiami oleh pensiunan, yaitu sebanyak 30,52 persen. Hal ini karena
sebagian besar wilayah ini atau enam dari sepuluh RT merupakan wilayah
komplek Zeni TNI AD yang didiami oleh purnawirawan TNI AD. Jenis pekerjaan
terbanyak setelah pensiunan adalah buruh, seperti pedagang dan kuli bangunan
sebanyak 27,21 persen dan pegawai swasta sebanyak 25,95 persen.
4.3 Kelembagaan Terkait dengan Pengelolaan Lingkungan
Kampung Rawajati memiliki berbagai kelembagaan dalam memenuhi
kebutuhan. Dalam pengelolaan lingkungan, Kampung Rawajati memiliki
kelembagaan tertentu yang mengaturnya. Kelembagaan tersebut antara lain PKK,
Kelompok Penangkar Swadaya (KPS), Kelompok Agriowisata dan Kelompok
Arisan. Secara umum kelembagaan tersebut dijabarkan pada Tabel 3.
Tabel 3 menunjukkan perbedaan karakteristik kelembagaan dalam fokus,
kegiatan dan pertemuan rutin. Penjabaran mengenai kelembagaan pada Tabel 3
dapat dilihat pada sub bab berikutnya.
52
Tabel 3. Karakteristik Kelembagaan Pengelolaan Lingkungan Kampung Rawajati, 2008
Karakteristik Kelembagaan PKK KPS Agrowisata Arisan
Fokus Kesejahteraan warga.
Budidaya tanaman Penyambutan tamu atau pengunjung
Silaturrahmi atau kekerabatan
Kegiatan
Pemberdayaan warga.
Kegiatan sosial.
Penghijauan. Budidaya tanaman. Pengomposan.
Pelatihan pertanian, perkebunan, pertamanan.
Pemandu tamu Sosialisasi ke
pihak luar/eksternal.
Pengumpulan uang Kegiatan sosial
seperti santunan Sosialisasi
kegiatan RT atau RW.
Pertemuan Rutin
Perbulan. Perminggu. Perminggu Perbulan
Anggota
564 perempuan dan 30 laki-laki dari sepuluh RT.
44 orang (laki-laki dan perempuan) warga Kampung Rawajati yang tertarik dengan budidaya tanaman dan didikung seluruh warga.
Bagian dari anggota PKK dan KPS dengan dukungan seluruh warga.
Warga di masing-masing RT.
4.3.1 PKK
Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga atau yang lebih
dikenal dengan PKK merupakan gerakan nasional yang tumbuh dari, oleh dan
untuk masyarakat dengan wanita sebagai motor penggeraknya. PKK bertujuan
untuk mewujudkan keluarga yang sejahtera, maju dan mandiri.
Keberadaan PKK di Provinsi DKI Jakarta adalah sebagai mitra kerja
pemerintah berdasarkan visi dan misinya, memiliki tanggung jawab dalam
memberdayakan keluarga sebagai unit kelompok terkecil dalam masyarakat. Tim
PKK Kecamatan Pancoran melakukan pembinaan ke tingkat kelurahan dan RW
bersama sektoral terkait mengacu pada visi dan misi yang dibuat oleh PKK DKI
Jakarta dan disesuaikan dengan kondisi Kecamatan Pancoran pada umumnya dan
Kelurahan Rawajati khususnya.
53
Tim PKK RW 03 Rawajati memiliki visi untuk mewujudkan keluarga
sejahtera, maju dan mandiri yang mendukung terwujudnya Jakarta sebagai
Ibukota Negara RI sejajar dengan kota-kota lain di dunia. Untuk hal tersebut misi
yang nenjadi pedomannya yaitu mewujudkan keluarga melalui:
Peningkatan mentalspiritual/perilaku hidup.
Peningkatan pendidikan dan keterampilan.
Peningkatan mutu pangan/makanan keluarga.
Peningkatan derajat kehidupan.
Peningkatan peran serta wanita dalam pembangunan.
Memberdayakan organisasi PKK melalui peningkatan gerakan PKK.
Tim PKK RW 03 terdiri dari sepuluh kelompok PKK RT yang total
anggotanya terdiri dari 564 orang ibu dan 30 orang bapak. Dalam mencapai visi
dan misinya, PKK RW 03 dibagi ke dalam lima kelompok kerja (pokja).
Pokja I, yaitu Unggulan Keluarga dengan program kerja meliputi
pertemuan anggota dan pengurus serta Gerakan Nasional Orang Tua Asuh
(GNOTA) dengan 55 anak asuh dan 50 orang lanjut usia. Program lainnya adalah
kesenian paduan suara, kasidah, kerohanian, posko banjir dan dapur umum
(insdentil), serta pembinaan anak remaja. Pokja II memiliki program kerja antara
lain peningkatan sumberdaya manusia dengan menyelenggarakan kursus Bahasa
Inggris, memasak dan menjahit. Selain itu, Pokja II juga menyelenggarakan
pendidikan anak usia dini dengan jumlah siswa 180 orang dan 12 kader, serta
perpustakaan.
Pokja III yaitu Hatinya PKK dengan kegiatannya antara lain
pengembangan dan aneka ragam pangan, pemilihan makanan khas tiap RT,
54
produksi olahan pasca panen, budidaya tanaman, penanganan sampah mandiri dan
terpadu serta membudayakan pakaian khas Betawi. Selain itu Pokja III merupakan
pokja pelopor dalam pengelolaan lingkungan di Kampung Rawajati.
Pokja IV yaitu bagian penguatan Posyandu dengan kegiatan antara lain
Posyandu Anggrek II dan III dengan jumlah balita 216 anak, kader dengan jumlah
12 orang dan lanjut usia sebanyak 60 orang. Program lainnya antara lain
penyelenggaraan olahraga, gerakan jumat bersih yang dilaksanakan dua kali
dalam sebulan, pelestarian lingkungan hidup serta membudidayakan hidup bersih
dan sehat. Pokja V yaitu penguatan perekonomian keluarga dengan kegiatannya
antara lain prakoperasi simpan pinjam, memperkenalkan produk dengan cara
menyelenggarakan pameran dan penjualan di tempat (RW 03), menjual hasil
produk Kampung Rawajati di Cafe Jamu, serta mendorong terwujudnya
masyarakat yang produktif, kreatif dan inovatif.
4.3.2 Kelompok Penangkar Swadaya (KPS)
Kelompok masyarakat di Kampung Rawajati memulai kegiatan
lingkungan pada 1 Januari 2003 dengan tujuan untuk menggali potensi
masyarakat agar lebih produktif dalam mengelola limbahnya. Kelompok ini
diprakarsai oleh PKK (Program Kesejahteraan Keluarga) yang diketuai oleh Ibu
Nn dan didukung oleh Ketua RT, RW, Lurah dan Camat. Kelompok ini dikenal
dengan nama Kelompok Peduli Lingkungan (KPL). KPL berorientasi pada
penghijauan dengan kegiatan tanam-menanam saja. Perkembangan yang terjadi
dengan adanya binaan dari Dinas Pertanian dan Kehutanan KPL diganti dengan
nama Kelompok Penangkar Swadaya (KPS) pada tahun 2004. Hal ini karena
55
kelompok ini mulai mengusahakan sendiri media tanam, pupuk serta bididaya
tanaman baik untuk konsumsi sendiri maupun untuk dijual.
Jumlah anggota KPS sebanyak 43 orang. Kegiatan yang dilakukannya
antara lain melakukan penghijauan lingkungan, melakukan pengelolaan sampah
mandiri dan terpadu, dan melakukan pemberdayaan masyarakat untuk
menciptakan masyarakat yang produktif. KPS menyelenggarakan pertemuan rutin
setiap hari Kamis pagi. Pertemuan ini diisi dengan kegiatan pelatihan maupun
sosialisasi mengenai pertanian, perkebunan, pertamanan dengan narasumber dari
Dinas Pertanian dan Kehutanan serta berbagai pihak lainya.
4.3.3 Kelompok Agrowisata
Kelompok ini dibentuk setelah Kampung Rawajati mendapat predikat
sebagai Kampung Agrowisata pada tanggal 18 Juni 2005 yang diberikan oleh
Sutiyoso yang saat itu masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Anggota
dari Kelompok Agrowisata Rawajati merupakan bagian dari anggota KPS dan
PKK di Kampung Rawajati. Kelompok ini diketuai oleh Bapak Wa yang
merupakan seorang purnawirawan.
Kelompok ini mempunyai tugas untuk menyambut tamu-tamu yang
berdatangan dalam rangka studi banding atau mempelajari mengenai pengelolaan
lingkungan di Kampung Rawajati. Mereka mempersiapkan segala keperluan bagi
tamu yang datang dan menjadi pemandu tamu, serta mendemonstrasikan berbagai
teknik dalam pengelolaan lingkungan, seperti penghijauan, pembuatan kompos
dan pendaur ulangan sampah anorganik.
56
4.3.4 Perkumpulan Arisan
Pada Kampung Rawajati terdapat beberapa kelompok arisan. Kelompok
arisan ini diadakan pada tiap RT. Salah satunya yaitu yang terdapat di RT 07.
Pada RT ini terdapat dua kelompok arisan yaitu Ruka dan Ruki. Ruka atau rukun
ayah adalah kelompok arisan yang terdiri dari bapak-bapak yang ada di RT 07.
Kegiatan arisan Ruka dilakukan setiap bulan dengan pengumpulan uang arisan
sebesar Rp 7.500,-/minggu yang terbagi menjadi Rp 5.000,- sebagai uang pokok
arisan dan Rp 2.500,- uang untuk kas mereka yang digunakan untuk konsumsi
serta kegiatan sosial. Selain untuk menjaga kekerabatan antar warga, Ruka juga
membahas mengenai pengelolaan sampah dan jadwal giliran untuk siskamling. Di
RT ini terdapat kegiatan Jimpitan yang merupakan kegiatan sosial yang dilakukan
dengan memberikan/menyisihkan beras sebanyak satu jimpit atau sekitar
seperempat gelas. Jimpitan ini dilakukan pada setiap rumah tangga setiap harinya.
Beras jimpitan ini akan diambil oleh petugas setiap bulannya untuk kemudian
dibagikan kepada warga yang lanjut usia, janda atau warga yang layak untuk
dibantu.
Ruki atau rukun ibu merupakan kegiatan yang serupa dengan ruka, hanya
saja lebih menekankan pada kegiatan sosial dan menjaga kekerabatan antar ibu di
RT 07. Jumlah uang arisan yang dikeluarkan setiap ibu rumah tangga adalah
sebesar Rp 35.000,-/bulan terdiri dari Rp 20.000,- sebagai uang pokok arisan, Rp
5.000,- untuk tabungan sembako, uang kas sebesar Rp 5.000,- dan uang untuk
kegiatan sosial sebesar Rp 5.000,-.
Perkumpulan arisan di Kampung Rawajati ini bertujuan untuk menjalin
kebersamaan antar warga. Selain itu melalui arisan, warga dapat bertukar
57
informasi dan pendapat maupun sebagai saluran dalam menyampaikan pelatihan
ataupun informasi mengenai pengelolaan lingkungan di wilayah Kampung
Rawajati.
4.4 Ikhtisar
Berdasarkan pembahasan sebelumnya, dapat diketahui ciri-ciri dari
Kampung Rawajati. Kampung Rawajati merupakan wilayah yang padat
penduduknya. Rasio jenis kelamin sebesar 101 menunjukkan bahwa terdapat
jumlah yang seimbang antara jumlah laki-laki dan perempuan. Wilayah ini
sebagian besar didiami oleh para pensiunan khususnya purnawirawan TNI AD.
Hal ini karena sebanyak enam RT merupakan wilayah komplek Zeni TNI AD dan
empat RT lainnya adalah perumahan umum.
Warga Kampung Rawajati memiliki berbagai aktivitas, terutama dalam
pengelolaan lingkungan. Berbagai aktivitas tersebut diwadahi oleh kelembagaan
yang mengaturnya. Kelembagaan yang digunakan dalam pengelolaan lingkungan
antara lain PKK, KPS dan Kelompok Agrowisata. Dalam sosialisasi maupun
penyampaian aspirasi, warga tidak hanya melakukannya melalui kelembagaan
tersebut, namun juga melalui kelembagaan lain seperti kelompok arisan. Hal ini
menunjukkan bahwa walaupun Kampung Rawajati memiliki keterbatasan lahan,
tetapi didukung oleh sumberdaya manusia dan kelembagaan dapat melakukan
pengelolaan lingkungan.
58
BAB V PENGELOLAAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT
KAMPUNG RAWAJATI
5.1 Sejarah Pengelolaan Lingkungan Kampung Rawajati
Pada awal 2002 Ketua PKK Ibu Nn ditunjuk Kelurahan Pancoran menjadi
kader kebersihan DKI. la bersama dengan anggota PKK dan beberapa warga
berkunjung ke Kelurahan Banjarsari, Cilandak Barat, Jakarta Selatan. Dari
kunjungan tersebut ia terinspirasi menggerakkan warga membangun RW 03
seperti Banjarsari yang bersih, asri, dan hijau.
Selain melakukan kunjungan ke Banjarsari, mereka juga melakukan studi
banding ke beberapa wilayah antara lain:
Cihideung Bandung dan Kebon Jeruk Jakarta pada tahun 2002 untuk
mengkaji mengenai budidaya dan penangkaran tanaman.
Kota Wisata dan Kota Legenda Wisata pada tahun 2002 untuk
mempelajari mengenai penataan lingkungan.
Yayasan Pondok Pesantren Indonesia Mahad Al Zaitun, Indramayu tahun
2005 dengan tujuan untuk mempelajari mengenai pemanfaatan sampah
dan ekosistem.
Mula-mula pengurus PKK yang diajak melakukan penghijauan dan
menjaga kebersihan di rumah masing-masing. Berikut komentar Ibu Nn: "Pengurus harus jadi pelopor warga lain. Selain untuk memberikan contoh, hal ini akan menumbuhkan warga untuk melakukan penghijauan"
Hasilnya semua pekarangan rumah pengurus PKK menjadi hijau dan
bersih. Pada awalnya yang ingin didahulukan adalah mengenai pengelolaan
59
sampah. Tetapi warga kurang tertarik dengan gagasan tersebut. Oleh karena itu
gerakan dimulai dengan penghijauan. Warga digugah untuk peduli dan terlibat,
karena ini menyangkut hajat hidup mereka sendiri.
Awal 2003 serentak RW 03 Kelurahan Rawajati melakukan penghijauan
dengan menanam tanaman obat di halaman rumah. Satu rumah minimal membuat
tujuh pot tanaman. Meskipun hanya tumbuhan kecil, yang penting harus hijau
adalah slogan yang dipakai untuk penghijauan di Kampung Rawajati. Pokoknya ga ada alasan buat untuk tidak ada lahan atau pekarangan untuk menanam. Pot diatas got pun ga apa-apa, malah jadi kelihatan lebih menarik(Ibu Nn)
Setelah berhasil dengan tujuh pot, kemudian ditambah menjadi 10 pot dan
hingga mencapai 30 pot, warga mulai mengeluh kekurangan pupuk maupun media
untuk menanam. Dari permasalahan tersebut PKK mulai melakukan sosialisasi
mengenai pentingnya pengolahan sampah. Warga digerakkan mengolah sampah
di rumah masing-masing. Sampah organik kemudian dijadikan pupuk organik
sekaligus media menanam.
Untuk itu PKK mengajarkan pembagian dua kantong sampah yaitu satu di
dapur untuk tempat sampah dapur (sampah organik), satu di depan rumah sebagai
tempat sampah nonorganik seperti kertas, beling, dan plastik. Bila warga tidak
sempat mengolah sampah sendiri, di RT 08 disediakan tempat pembuatan pupuk
organik yang dilakukan kader PKK secara sukarela.
Gerakan penghijauan partikelir itu pun berhasil. Setiap RT memiliki
tanaman unggulan yang diproduksi sebagai kapsul atau jamu. RT 05 misalnya,
punya tanaman unggulan Mahkota Dewa, sedangkan di RT 10 setiap pekarangan
warga ditanami lidah buaya yang diproduksi menjadi koktail lidah buaya
60
Kampung Rawajati mendapatkan bantuan atas usahanya dalam
mewujudkan lingkungan yang hijau dan bersih. Bantuan antara lain disajikan pada
Tabel 4. Kegiatan pengelolaan lingkungan di daerah ini mendapatkan apresiasi
dan penghargaan dari berbagai pihak. Pada tahun 2003 Kampung Rawajati
mendapat juara I Daur Ulang Sampah Tingkat Provinsi DKI Jakarta. Tahun 2004
mengikuti lomba RW Terbaik, Ketahanan Pangan, Produk Unggulan, Taman
PKK, Taman Rumah Sederhana, seluruhnya mendapat juara I untuk tingkat DKI.
Keadaan lingkungan yang asri ini membawa Rawajati mendapatkan
predikat RW terbaik diantara 2.900 RW se-Provinsi DKI Jakarta dalam bidang
ketertiban, kebersihan, penghijauan dan keindahan. Pada tahun 2005, Kampung
Rawajati menjadi juara II tingkat nasional untuk lingkungan bersih keluarga sehat
dan terbaik, yang dinilai oleh tim penggerak PKK (Program Kesejahteraan
Keluarga) pusat. Pada tahun yang sama tepatnya pada tanggal 18 Juni 2005
ditetapkan sebagai Kampung Agrowisata oleh Gubernur DKI Jakarta. Kampung
ini juga mendapat penghargaan Kalpataru tingkat Provinsi DKI Jakarta dan
penghargaan produk makanan Betawi terbaik tahun 2006.
61
Tabel 4. Bentuk Bantuan di Kampung Rawajati Periode 2001-2005 Tahun Sumber Bantuan Bentuk Bantuan
2001 Kasi Pertanian dan Kehutanan Pancoran
Pelatihan diversifikasi pangan dan gizi.
Benih bayam, kangkung, caisim, cabe.
Tanaman buah jeruk nipis dan limau.
Sarana produksi seperti pot, pupuk, kandang ayam, kolam lele.
Peternakan ayam 40 ekor dan lele 1000 ekor.
2002 Kasi Pertanian dan Kehutanan Pancoran
Pelatihan diversifikasi pangan dan gizi.
Bantuan paket alat produksi yaitu panci, blender, timbangan, wajan, serokan.
2003-2004 Kasi Pertanian dan Kehutanan Pancoran
Bantuan vacuum. Pelatihan penagkaran
swadaya. Pelatihan PTP dan
Pemanfaatan TOGA. Sarana produksi. Tanaman TOGA dan buah
2004-2005 Kasi Pertamanan Pancoran
Rumput untuk Taman PKK RW 03 Rawajati.
Pemangkasan pohon-pohon besar serta pembuatan taman.
Pelatihan mengenai pertamanan.
Pompa air (jet pump).
2003-2005 Dinas Kebersihan DKI Jakarta Incenerator. Tempat sampah sebanyak
60 buah.
2004 Tim PKK Kelurahan Rawajati Bantuan dana untuk Posyandu.
2005 Dinas Pertanian
Pot plastik berdiameter 36 cm 120 buah.
Pupuk kandang 110 karung.
Pohon jambu 20 buah. Pelatihan budidaya. Tanaman buah 250 buah.
Sumber: Tim Penggerak PKK, 2005
5.2 Penghijauan
Kegiatan penghijauan merupakan kegiatan awal dari pengelolaan
lingkungan di Kampung Rawajati. Penghijauan dilakukan dalam skala rumah
62
tangga. Pada awalnya kegiatan penghijauan di RW 03 dimulai dengan kewajiban
tiap rumah untuk minggu pertama mempunyai minimal tanaman 7 pot, minggu
kedua 10 pot, minggu ketiga 30 pot, dan sampai minggu keempat hampir setiap
rumah memiliki tanaman. Kemudian berkembang sehingga masing-masing RT
memiliki tanaman unggulan.
Penghijauan yang dilakukan oleh warga Kampung Rawajati tidak hanya
bagi warga yang memiliki pekarangan. Bagi mereka yang tidak memilikinya maka
penghijauan dilakukan dengan cara menanam secara hidroponik, pot tanaman
yang digantung dan menanam di atas got yang telah ditutup dengan kayu, bambu
atau semen.
Penghijauan dengan memanfaatkan halaman belakang rumah dan tanah
kosong untuk menanam tanaman seperti TOGA (Tanaman Obat Keluarga),
aglonema dan tanaman hias lainnya sehingga dapat digunakan sebagai tempat
rekreasi keluarga, sumber gizi dan sumber pendapatan keluarga. Selain itu,
penghijauan tersebut dapat mengembalikan fungsi daerah aliran sungai untuk
menahan erosi, paru-paru kota dan tempat rekreasi.
Kegiatan penghijauan lain yang dilakukan adalah penanaman pada lahan
kosong seperti pada Taman PKK RW 03. Disini masing-masing RT menanam
tanaman unggulannya untuk penghijauan sekitar dan dimanfaatkan untuk
dijadikan bahan jamu atau obat-obatan. Selain itu di taman ini juga digunakan
sebagai budidaya tanaman. Setiap RT menanam tanaman sebagai berikut:
RT 01 menanam tanaman mpon-mpon atau tanaman bahan baku jamu
seperti kunyit, cabe cakra dan jahe.
RT 02 menanam Kamboja Jepang atau Andenium.
63
RT 03 menanam Kunyit.
RT 04 menanam Teh Hijau.
RT 05 menanam Mahkota Dewa.
RT 06 menanam Pandan Wangi.
RT 07 menanam Jahe Merah.
RT 08 menanam Zodia dan Sirih.
RT 09 menanam Lidah Mertua.
RT 10 menanam Lidah Buaya dan Rosela.
Dari masing-masing jenis tanaman tersebut dicantumkan nama ilmiah,
nama lokal serta khasiatnya untuk kesehatan tubuh. Hal ini menjadikan
pengunjung dapat memperkaya pengetahuan serta mendorong untuk
menggunakan jamu atau obat tradisional dari tumbuhan.
5.3 Pengelolaan Sampah Terpadu
Teknik pengolahan sampah di Kampung Rawajati mengacu pada prinsip
3R, yaitu Reduce atau mengurangi volume sampah, Reuse atau menggunakan
kembali sampah yang masih dapat dimanfaatkan dan Recycle atau mendaur ulang
sampah menjadi barang lain yang bermanfaat dan memiliki nilai lebih.
Pengelolaan sampah yang terpadu, seperti pemilahan sampah mulai dari
sumbernya, menyediakan tempat sampah untuk sampah organik dan anorganik,
menyediakan tempat pengumpulan sampah dengan fasilitas pengelolaannya,
kegiatan daur ulang sampah organik menjadi kompos dan daur ulang sampah
anorganik sebagai bahan baku pembuatan barang-barang kerajinan seperti tas,
dompet, dan lain-lain.
64
Paradigma Lama Paradigma Baru
Sumber: Nuryanto, 2008
Gambar 3. Perubahan Paradigma Pengelolaan Sampah di Kampung Rawajati
Pada awalnya pengelolaan sampah di wilayah Kampung Rawajati masih
konvensional yaitu memegang paradigma lama. Paradigma ini biasa dilakukan
hampir di seluruh wilayah di Jakarta maupun di Indonesia yaitu sampah dari
rumah tangga langsung dikumpulkan menjadi satu untuk kemudian diangkut oleh
petugas kebersihan ke tempat pembuangan akhir.
Setelah adanya kesadaran serta berbagai pelatihan dan sosialisasi
mengenai pengolahan sampah maka paradigma warga mengenai pengelolaan
sampah mulai bergeser. Warga Kampung Rawajati mulai memandang sampah
sebagai potensi sumberdaya yang untuk kemudian dapat dimanfaatkan. Sampah
dari rumah tangga mulai dipilah menurut jenisnya yaitu sampah organik dan
anorganik. Dari pemilahan ini warga memanfaatkan sampah organik untuk pupuk
kompos bagi tanaman mereka dan sampah anorganik yang masih terpakai dapat
digunakan sebagai pot ataupun dibuat menjadi barang lain yang memiliki nilai
Sampah
Kumpul
Angkut
Buang
Pilah
Olah
Dapat Upah
Sampah
65
jual. Selain itu sampah plastik seperti bekas refill pembersih lantai bisa dijual
kepada kelompok PKK. Jika warga tidak memanfaatkan sampah yang sudah
dipilah tersebut maka petugas kebersihan akan mengambil sampah tersebut.
Sampah organik kemudian akan dibawa ke tempat pencacahan atau chopper yang
ada di dekat Taman PKK RW 03 untuk diolah menjadi pupuk.
Sampah organik yang dihasilkan oleh setiap KK per harinya menurut
Bapak Su adalah berkisar 2,67 kg/KK yang terdiri dari 60 persen sampah organik,
28 persen sampah anorganik, 2 persen sampah B3 (Bahan Berbahaya dan
Beracun), dan 10 persen sampah kertas. Dalam waktu 3 bulan kompos padat yang
bisa dihasilkan mencapai kurang lebih satu hingga tiga ton per bulan. Sedangkan
untuk kompos cair, hasilnya mencapai 100 liter per bulan dengan catatan bahwa
kompos cair ini diproduksi oleh 40 KK. Kegiatan ini mampu mengurangi volume
sampah yang dibuang ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) hingga 80 persen.
Kompos padat dan cair tidak hanya dikonsumsi oleh warga saja tetapi juga dijual
pada acara-acara pameran atau bazar yang diadakan empat hingga lima kali dalam
setahun. Jumlah kompos yang terjual dalam satu kali pameran atau bazaar dapat
mencapai 10 hingga 15 kilogram dengan harga Rp. 3.500 per kantong (satu
kantong = tiga kilogram). Produk daur ulang dari kertas, styrofoam dan sampah
anorganik juga dipamerkan dalam kegiatan tersebut.
5.3.1 Pembuatan Pupuk Kompos dengan Sistem Bokasi
Warga Kampung Rawajati melakukan kegiatan pembuatan pupuk kompos
untuk memenuhi kebutuhan pupuk bagi tanaman yang ditanam di sekitar rumah
mereka. Langkah-langkah yang dilakukan yaitu:
1. Pilah sampah yang organik.
66
2. Sampah organik tersebut kemudian dicacah atau dihancurkan.
3. Sampah yang telah dicacah kemudian dicampurkan dengan dedak atau
bekatul (pakan ayam).
4. Kemudian siapkan wadah untuk membuat cairan pemercepat mencampur
satu sendok EM4 (bakteri penghancur), satu sendok gula pasir dan satu
liter air.
5. Campurkan antara cairan tersebut dengan sampah yang telah dicacah dan
diberi dedak.
6. Masukkan campuran tersebut ke dalam suatu wadah seperti karung atau
drum dan disimpan selama kurang lebih lima hari namun jangan sampai
terkena hujan atau panas matahari.
7. Kemudian pupuk kompos telah siap dan dapat digunakan untuk memupuk
tanaman.
Pembuatan pupuk dikerjakan secara kolektif dalam kelompok pada
masing-masing RT maupun perorangan. Selain itu, bagi mereka yang tidak
membuat pupuk, sampah organik yang dihasilkan akan dibawa ke tempat
pemotongan sampah organik yang berada di kelompok KPS, pupuk yang
dihasilkan dijual untuk umum dengan harga Rp. 3.500 per kantong (ukuran tiga
kilogram).
5.3.2 Daur Ulang Sampah Anorganik
Sampah anorganik yang dihasilkan warga Kampung Rawajati antara lain
sampah plastik, botol, kertas, besi bekas, styrofoam, busa kaca dan lain
sebagainya. Sampah tersebut didaur ulang oleh warga sendiri atau melalui
kelompok PKK.
67
Botol plastik, botol kaca, kaca, gelas plastik, keramik, kaleng, dan
aluminium foil sebagian diambil oleh pemulung sebagai mitra dan sebagian lagi
dimanfaatkan untuk didaur ulang. Botol, keramik, kaleng dan gelas plastik
digunakan kembali untuk dijadikan pot bunga. Beberapa botol kaca yang masih
bagus dan telah disterilisasi digunakan sebagai botol jamu.
Kertas atau jenis yang tergolong kertas seperti buku, karton, koran yang
masih bersih dikumpulkan di tempat penampungan berdasarkan kelompok untuk
kemudian dijual ke tukang loak yang hasilnya untuk kas PKK. Selain itu juga
didaur ulang oleh kelompok remaja atau juga PKK untuk dibuat menjadi kerajinan
tangan.
Sampa