PANDUAN PRAKTIKUM
MK. MANAJEMEN AGROEKOSISTEMASPEK TANAH
SEMESTER GENAP 2015/ 2016
Penyusun:TIM TUTOR
JURUSAN TANAHFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2015
MODUL 1. INDIKATOR KESEHATAN TANAH
Kesuburan tanah merupakan kemampuan tanah untuk meyediakan unsur hara
dalam jumlah cukup dalam bentuk yang tersedia. Bentuk tersedia adalah bentuk
ion yang dapat diserap oleh tanaman. Namun, kandungan unsur hara dan respon
tanaman merupakan interaksi dari komponen kimia tanah dan kondisi tanah yang
mempengaruhi keterersediaan dan serapan unsur hara, maka sifat fisika, kimia,
dan biologi tanah mempunyai peranan terhadap kesuburan tanah.
Adapun kesehatan tanah merupakan kemampuan tanah memerankan
fungsinya secara berkesinambungan sebagai sistem kehidupan utama, ditandai
dengan kandungan unsur biologi yang merupakan kunci fungsi ekosistem di
dalam batasan penggunaan lahan. Dalam kaitannya dengan pertumbuhan tanaman,
peran tanah dapat dijelaskan pada Tabel 1.
Tabel 1. Peran Tanah untuk Pertumbuhan TanamanNo. Aspek Peran1 Fisika • Media tempat tumbuh perakaran
• Pengatur ketersediaan air• Penyedia udara (O2)
2 Kimia • Penyedia unsur hara• Penyangga (buffer) bila ada perubahan yang kurang
menguntungkan3 Biokimia • Filter bila ada kontaminan4 Biologi • Tempat hidup makrofauna dan mikrofauna tanah
yang menguntungkan
Untuk mempertahankan kesehatan tanah, indikator kesehatan lahan sangat
diperlukan untuk tujuan pengelolaan lahan. Indikator kesehatan tanah dapat
dikenali baik secara kualitatif maupun kuantitatif (Tabel 2). Menurut FAO
Guideline (2000), ada tiga kriteria dan indikator kesehatan tanah di tingkat plot,
yaitu kegemburan tanah, ketersediaan hara, dan keutuhan matriks tanah.
Pada lahan-lahan pertanian intensif, biasanya prmukaan tanah lebih terbuka
dengan penutupan lapisan seresah tipis. Dengan demikian, tanah menjadi lebih
rentan terhadap erosi, tanah menjadi padat dan berwarna pucat karena kandungan
bahan organik menurun diikuti penurunan organisme tanah. Hal trsebut
berdampak pada penurunan kesehatan tanah yag akhirnya pada penurunan
produksi tanaman.
Tabel 2. Kriteria dan Indikator Kesehatan Tanah No. Kriteria Indikator Kualitatif Indikator Kuantitatif1 Kegemburan tanah Kepadatan tanah Berat isi tanah, porostas,
infiltrasiSebaran akar Kedalaman efektifWarna tanah Kandungan BOTKetebalan seresah Berat massa seresahKascing Poulasi dan biomassa
cacing2 Keseimbangan hara Ekspor P tahunan sebagai
fraksi dari cadangan OPerubahan cadangan P
Kenampakan gejala defisiensi dan keracunan
Konsentrasi Hara
3 Keutuhan matriks tanah
Erosi Kehilangan tanah, penutupan permukaan
Pada praktikum ini, kegiatan mahasiswa difokuskan pada indikator tanah
sehat secara fisik, kimia, dan biologi. Adapun tujuan praktikum antara lain.
1. Mempelajari indikator tanah sehat secara fisik, kimia, dan biologi
2. Melakukan pengukuran indikator tanah sehat secara langsung di lapangan dan
di laboratorium
3. Menganalisis kesuburan tanah berdasarkan data hasil pengukuran
Adapun indikator yang diukur di lapangan dan di laboratorium disajikan dalam
Tabel 3.
Tabel 3. Indikator Kesehatan Tanah yang Diukur dalam Kegiatan PraktikumNo. Sifat tanah Indikator1 Fisik Berat isi
Berat jenisPorositas
2 Kimia Gejala defisiensi/ keracunanPH tanah
3 Biologi Ketebalan seresahKascingUnderstorey
MODUL 2. PENGUKURAN INDIKATOR FISIK TANAH
2.1. Pengukuran Berat Isi Tanah
Berat isi tanah merupakan salah satu sifat fisik tanah yang pentig untuk
diukur. Berat isi tanah akan mempengaruhi pengolahan tanah. Tanah dengan berat
isi yang tinggi menandakan bahwa tanah tersebut padat, sehingga sulit untuk
dilakukan pengolahan. Berat isi tanah juga mempengaruhi beberapa sifat fisik
tanah yang lain, seperti prgerakan akar, infiltrasi air, serta konsistensi.
Pengukuran berat isi tanah menggunakan metode silinder atau ring contoh
tanah.Pengukuran ini membutuhkan contoh tanah utuh. Adapun prosedur
pengambilan contoh tanah utuh dan pengukuran berat isi tanah adalah sebagai
berikut.
1. Pengambilan contoh tanah utuh
a. Ratakan dan bersihkan lapisan permukaan tanah yang akan diambil contohnya.
b. Letakkan ring contoh tegak lurus dengan tanah, tekan hingga sebagian masuk ke dalam tanah. Letakkan ring contoh lain di atas ring contoh dan tekan hingga sebagian ring master masuk ke dalam tanah.
c. Gali tanah di sekeliling ring contoh dengan sekop, ambil tanah beserta ring contoh.
d. Pisahkan ring pertama dan kedua dengan hati-hati, kemudian potong kelebihan tanah yang berada di bagian atas dan bawah ring dengan hati-hati sampai rata.
e. Tutup bagian atas dan bawah tanah beserta tabung untuk menghindari contoh tanah terganggu selama penyimpanan dan perjalanan
f. Beri label pada masing-masing contoh tanah
2. Pengukuran berat isi tanah
a. Timbang contoh tanah beserta ring contohb. Keringkan di dalam oven pada suhu 105oC selama 24 jam sampai
mendapatkan berat yang konsistenc. Timbang berat kering tanah beserta berat ringd. Tentukan berat isi tanah dengan rumus perhitungan
BI=massa padatanvolume total
Ket: massa padatan adalah massa tanah kering oven setelah dikurangi
massa ring volume total adalah volume ring contoh
e. Catatan: Sewaktu mmsukkan ring ke dalam tanah, hindari terjadinya
pemadatan tanah. Jangan menginjak tanah yang akan dijadikan contoh.
2.2. Pengukuran Berat Jenis Tanah
Pada prinsipnya, berat jenis partikel tanah dihitung dengan 2 pengukuran
kuantitatif, yaitu: (a) massa padatan tanah, dan (b) volume padatan tanah. Massa
padatan tanah diduga oleh berat kering oven dan volume padatan tanah diduga
melalui pendekatan perhitungan massa air dan dan kerapatan air (dengan labu
ukur).
Metode pengukuran berat jenis tanah menggunakan labu piknometer. Adapun
prosedurnya adalah sebagai berikut.
a. Cuci botol piknometer dengan sabun dan bilas dengan air suling, kemdian keringkan dengan cara membilas botol dengan aceton.
b. Masukkan contoh tanah yang sudah kering oven sebanyak 50 g ke dalam piknometer, kemudian timbang beserta botolnya.
c. Tambahkan air kurang lebih setengah, sambil membilas tanah yang ada di leher labu
d. Untuk mengeluarkan udara yang terjerat di dalam tanah, labu dididihkan perlahan-lahan.
e. Dinginkan labu sampai suhu ruangan, tambahkan air dingin yang telah dididihkan sampai batas volume
f. Hitung berat jenis partikel dengan rumus
BJ = {(L+BKO)-L}/100-{ρa*((L+BKO+A)-(L+BKO))= BKO/100- (ρa*A)
Keterangan :BJ = Berat Jenis Tanah (g cm-3)L = Massa labu ukur (gram)BKO = Berat Kering Oven Tanah (g)A = Berat Air yang ditambahkan(g)ρa = Kerapatan Air pada temperatur pengamatan (1 g cm-3)
2.3. Perhitungan Porositas Tanah
Porositas tanah merupakan bagian dari volume tanah yang tidak diisi oleh
padatan. Pori terbentuk karena agregat tanah tidak dapat saling merapa. Ruang
antara agregat yang satu dengan agregat yang lain dinamakan pori.
Porositas tanah menggambarkan total volume ruang pori yang ada dalam
tanah, dan dihitung berdasarkan persamaan berikut:
ϕ=[1− BIBJ ]∗100
Keterangan : Ø = Porositas (%)BI = Berat Isi Tanah (g cm-3) BJ = Berat Jenis Tanah (g cm-3)
MODUL 3. PENGUKURAN INDIKATOR KIMIA TANAH
3.1. Pengukuran pH Tanah
Reaksi tanah (pH) merupakan sifat kimia yang penting pada tanah karena
berkaitan dengan ketersediaan beberaa unsur hara esensial untuk pertumbuhan
tanaman. Pengukuran pH dapat dilakukan dengan metode elektrometrik dengan
menggunakan pH meter di laboratorium. Perbandingan antara tanag dan larutan
adalah 1:1. Adapun prosedur pengukuran pH tanah adalah sebagai berikut.
1. Alat dan bahan Botol plastic 25 ml pH meter dengan elektroda Pengocok Beaker glass Labu ukur Gelas ukur Air destilasi (aquadest)
2. Cara kerja Timbang 10 gram tanag kering udara yang sudah lolos ayakan 2 mm
kemudian masukkan ke dalam botol plastic Tambahkan 10 ml aquadest Kocok dengan mesin pengocok selama 60 menit kemudian diukur
menggunakan pH meter pH meter harus dikalibrasi dengan larutan penyangga pH 4 dan pH 7 Catat pH yag terbaca dari alat pH meter
3.2. Pengamatan Gejala Defisiensi Tanaman
Gejala defisiensi tanaman merupakan salah satu indikator kesuburan tanah.
Tanaman yang mengalami gejala defisiensi menandakan tanaman tersebut tidak
mendapatkan unsur hara sesuai dengan kebutuhannya. Pada praktikum ini,
lakukan pengamatan gejala defisiensi unsur hara makro dan catat jumlah tanaman
yang mengalami gejala defisiensi. Adapun gejala defisiensi tanaman dapat dilihat
pada Tabel. 4. Gejala defisiensi tanaman yang ditemukan pada praktikum
selanjutnya didokumentasikan dan dicatat dalam Tabel 5.
Tabel 4. Gejala Defisiensi Tanaman
Unsur hara Gejala GambarNitrogen – Daun berwarna kuning atau hijau
pucat – Pangkal daun mengering– Pertumbuhan tanaman tidak
normal (pendek
Fosfor – Daun berwarna warna merah dan ungu
– Pertumbuhan terhambat– Pangkal daun kering, berwarna
ungu– Petiole daun cederung warna ungu
Kalium – Pangal daun nampak terbakar pada bagian pingiir daun
– Daun menjadi tebal dan keriting– Berkembang pada bagian masah
pada suatu petak lahan
MODUL 4. PENGUKURAN INDIKATOR BIOLOGI TANAH
4.1. Penetapan Plot Pengukuran
Kegiatan praktikum diawali dengan pembuatan petak berukuran 40 m x 5 m
(Gambar 1) sesuai dengan protocol ASB (Hairiah dan Rahayu, 2007). Petak
tersebut dipakai untuk semua indikator pengukuran bilogi tanah, berubah seresah,
kascing, dan tanaman bawah. Selanjutnya, di dalam petak tersebut dibuat sub-plot
dengan ukuran 0,5 m x 0,5 m. Pengambilan contoh seresah, kascing, dan tanaman
bawah dilakukan di dalam sub plot tersebut. Sedangkan pengambilan sampel utuh
untuk pengukuran berat isi tanah dilakukan di luar plot tersebut.
Gambar 1. Petak Pengamatan Indikator Biologi
4.2. Pengukuran Massa Seresah, Kascing, dan Tanaman Bawah
Pengambilan contoh seresah, kascing, dan tanaman bawah dilakukan di dalam
sub-plot yang ada di dalam plot 40 m x 5 m tersebut. Seresah, kascing, dan
tanaman bawah yang berada di dalam sub-plot diambil dan kemudian ditimbang
berat basahnya masing-masing. Apabila ada bagian yang berada di luar sub-plot,
maka seresah tersebut dipotong, dan bagian yang di dalam sub-plot turut
ditimbang. Seresah, kascing, dan tanaman bawah yang telah ditimbang berat
basahnya, masing-masing kemudian dimasukkan ke dalam amplop cokelat untuk
dikeringkan dengan cara dioven dengan suhu 60oC selama 2 hari. Setelah
mendapatkan berat yang konstan, kemudian ditimbang berat keringnya. Hasil
pengukuran massa seresah, kascing, dan tanaman bawah dituliskan pada Tabel 6.
Tabel 5. Tabel Kegiatan Pengamatan Lapangan
No. Pengamatan Hasil1 Penggunaan lahan2 Jenis tanaman
3 Berat basah seresah (g)4 Berat basah kascing (g)5 Berat basah tanaman bawah (g)6 Gejala defisiensi tanaman (ada/
tidak)7 Kenampakan tanaman yang bergejala
defisiensi (lampirkan foto)8 Ciri gejala defisiensi yang ditemukan
Nitrogen
Fosfor
Kalium
9 Jumlah tanaman yang memiliki gejala defisiensiNitrogenFosforKalium
10 Erosi (ada/ tidak)11 Berat basah seresah12 Berat basah kascing13 Berat basah tanaman bawah14 Berat kering seresah15 Berat kering kascing16 Berat kering tanaman bawah17 Berat isi tanah18 Berat jenis tanah19 Porositas tanah20 Tekanan penetrasi
DAFTAR PUSTAKA
Agus, A dan S. Marwanto. Penetapan Berat Jenis Partikel Tanah. Balittanah.
Bogor
Agus, S., R. D. Yustika., dan U. Hariyati. Penetapan Berta Volume Tanah.
Balittanah. Bogor
Hairiah, K dan S. Rahayu. 2007. Petunjuk Praktis Pengukuran Karbon Tersimpan.
ICRAF South East Asia