i
DISERTASI
OPTIMALISASI PENGELOLAAN FUNGSI
SISTEM SUBAK DI DAERAH IRIGASI KEDEWATAN,
PROVINSI BALI
RATNA KOMALA DEWI
NIM 1090471012
PROGRAM DOKTOR
PROGRAM STUDI ILMU PERTANIAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
ii
OPTIMALISASI PENGELOLAAN FUNGSI
SISTEM SUBAK DI DAERAH IRIGASI KEDEWATAN,
PROVINSI BALI
Disertasi untuk Memperoleh Gelar Doktor
pada Program Doktor, Program Studi Ilmu Pertanian,
Program Pascasarjana Universitas Udayana
RATNA KOMALA DEWI
NIM 1090471012
PROGRAM DOKTOR
PROGRAM STUDI ILMU PERTANIAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
iii
iv
Disertasi ini Telah Diuji pada Ujian Tertutup
Tanggal 08 April 2015
Panitia Penguji Disertasi Berdasarkan SK Rektor
Universitas Udayana No.: 919/UN14.4/HK/2015
Tanggal 27 Maret 2015
Ketua : Prof. Dr. Ir. I Made Adnyana, MS
Anggota:
1. Prof. Dr. Ir. I Wayan Windia, SU.
2. Prof. Dr. Ir. Dwi Putra Darmawan, MP
3. Dr. I Wayan Budiasa, SP., MP
4. Prof. Dr. Ir. Made Narka Tenaya, MS
5. Dr. Ir. Ketut Suamba, MP
6. Dr. Ir. Ni Wayan Sri Astiti, MP
7. Dr. I Putu Sriartha, MS
v
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur kehadirat Allah Subhana Wa Ta‟ala/Tuhan Yang Mahaesa
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga disertasi
yang berjudul “Optimalisasi Pengelolaan Fungsi Sistem Subak di Daerah Irigasi
Kedewatan, Provinsi Bali, dapat diselesaikan. Disertasi ini disusun sebagai syarat
untuk memperoleh gelar doktor pada Program Pascasarjana Universitas Udayana.
Pada kesempatan yang baik ini, penulis menghaturkan terimakasih yang
tak terhingga kepada Prof. Dr. Ir. I Wayan Windia, SU selaku promotor yang
dengan penuh perhatian telah memberikan motivasi, semangat, bimbingan,
arahan, dan masukan-masukan kepada penulis selama penulis mengikuti Program
Doktor Ilmu Pertanian di Pascasarjana Universitas Udayana, khususnya dalam
penyelesaian disertasi ini. Penulis juga menghaturkan terimakasih yang tak
terhingga kepada Prof. Dr. Ir. Dwi Putra Darmawan, MP. dan Dr. I Wayan
Budiasa, SP., MP selaku kopromotor yang telah memberikan bimbingan, saran-
saran, dan semangat kepada penulis selama menyelesaikan disertasi ini.
Ucapan yang sama juga penulis haturkan kepada Rektor Universitas
Udayana Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD atas kesempatan dan fasilitas
yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan
Program Doktor di Universitas Udayana. Ucapan terima kasih juga ditujukan
kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana Prof. Dr. dr. A.A.
Raka Sudewi, Sp.S.(K), Asisten Direktur I Prof. Dr. Made Budiarsa, M.A., dan
Asisten Direktur II Prof. Made Sudiana Mahendra, Ph.D. atas kesempatan dan
fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa program doktor
pada Program Studi Doktor Ilmu Pertanian Pascasarjana Universitas Udayana.
Penulis juga menghaturkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Adnyana, MS selaku
vii
Ketua Program Studi Doktor (S3) Ilmu Pertanian dan penguji disertasi atas
bimbingan dan arahannya dalam mengikuti program doktor. Ungkapan terima
kasih penulis haturkan pula kepada para penguji disertasi, yaitu Prof. Dr. Ir. I
Made Narka Tenaya, MS., Dr. Ir. I Ketut Suamba, MP., Dr. Ir. Ni Wayan Sri
Astiti, MP., dan Dr. I Putu Sriartha, MS yang telah memberikan masukan,
sanggahan, dan koreksi sehingga disertasi ini dapat terwujud seperti ini. Penulis
juga menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Udayana yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk
melanjutkan studi, kepada teman-teman di Program Studi Agribisnis, serta teman-
teman seangkatan studi yang telah memberikan dorongan dan motivasi untuk
menyelesaikan studi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada
Kelian beserta Pengurus Subak Lodtunduh dan Subak Padanggalak.
Ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis haturkan kepada
orang tua tercinta Hj. Baety (Ibu) dan alm. H. Rachmat Soebarna (Bapak) yang
selalu memberikan nasehat-nasehat yang berharga dan dukungan moril kepada
penulis. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada suami tercinta Sugeng
Sugianto, SH, serta anak-anak tersayang Dessy Nur Utami, SPsi dan Rizky
Kurniawan, yang dengan penuh pengorbanan dan kesabaran memberikan
semangat kepada penulis untuk berkonsentrasi dalam menyelesaikan disertasi ini.
Ucapan yang sama disampaikan kepada kakak-kakak, adik-adik, serta ipar yang
telah memberikan dukungan moril kepada penulis.
Akhir kata, penulis juga menghaturkan terima kasih kepada semua pihak
yang tidak bisa disebutkan satu per satu atas bantuannya, baik secara material
maupun moril dalam penyelesaian pendidikan ini. Semoga Allah Subhana Wa
Ta‟ala/Tuhan Yang Mahaesa senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada semua
viii
pihak yang telah membantu pelaksanaan penelitian dan penyelesaian disertasi ini.
Amiin Yaa Rabbal „Allamiin.
Denpasar, Maret 2015
Penulis
ix
ABSTRAK
OPTIMALISASI PENGELOLAAN FUNGSI SISTEM SUBAK
DI DAERAH IRIGASI KEDEWATAN, PROVINSI BALI
Sistem subak sangat berperan dalam pembangunan pertanian Bali,
khususnya dalam pertanian beririgasi, sehingga sistem subak perlu dilestarikan.
Sementara itu, sistem subak dengan falsafah Tri Hita Karana (THK) juga
memiliki peluang untuk ditransformasi ke wilayah lain, sejauh nilai-nilai
kesepadanan teknologi yang dimiliki dapat terpenuhi. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan untuk melestarikan dan mentransformasi sistem subak adalah
melakukan optimalisasi pengelolaan fungsi subak. Secara umum, studi ini
bertujuan untuk merancang pola pengelolaan fungsi subak yang optimal.
Obyek penelitian ini adalah optimalisasi pengelolaan fungsi sistem subak
di Subak Lodtunduh yang terletak di daerah hulu dan Subak Padanggalak yang
terletak di daerah hilir DI Kedewatan, Provinsi Bali. Kedua subak sampel dipilih
secara purposive dengan pertimbangan fungsi subak berjalan seperti biasanya.
Parameter pola pengelolaan fungsi subak ditentukan dengan menggunakan data
primer antara lain aktivitas alokasi, distribusi, dan pinjam air irigasi; aktivitas
pemeliharaan fasilitas subak; aktivitas penyelenggaraan penyelesaian konflik;
aktivitas penyelenggaraan kegiatan ritual; jumlah produksi, harga produk, jumlah
input, harga input, luas lahan sawah, suplai dana, suplai tenaga kerja keluarga,
sedangkan data sekunder antara lain suplai air irigasi dan kondisi iklim.
Pengumpulan data dilakukan dengan metode survei. Analisis yang digunakan
adalah analisis usahatani, analisis kebutuhan air irigasi menggunakan bantuan
software Cropwat 8.0, dan analisis program linier berkendala dengan
menggunakan software POM for Windows3. Unit analisis adalah subak.
Sementara itu, beberapa variabel menggunakan nilai rata-rata parameter
pengamatan.
Hasil analisis menunjukkan bahwa pengelolaan fungsi Subak Lodtunduh
dan Subak Padanggalak telah optimal, karena telah melaksanakan lima fungsi
subak secara optimal pada setiap musim tanam, yang terdiri atas (1) melaksanakan
alokasi, distribusi, dan pinjam air, (2) memelihara fasilitas subak,
(3) menyelesaikan konflik melalui rapat di awal musim tanam, (4) melaksanakan
kegiatan ritual, dan (5) mengelola sumber daya subak. Hasil simulasi
menunjukkan bahwa sistem distribusi air irigasi secara proporsional,
menggunakan sistem terus menerus dan metode one inlet dan one outlet memiliki
peranan dalam optimalisasi pengelolaan fungsi subak dan dapat ditransformasi ke
wilayah lain sejauh nilai-nilai kesepadanan teknologi yang dimiliki dapat
terpenuhi. Penelitian ini menyarankan untuk (1) melakukan pengelolaan fungsi
sistem subak seperti keadaan saat penelitian dan (2) melakukan penelitian lanjutan
yang lebih meningkatkan analisis kualitatif agar penelitian lebih komprehensif.
Kata kunci: optimalisasi, pengelolaan optimal, fungsi subak
x
ABSTRACT
OPTIMIZING OF SUBAK SYSTEM FUNCTION MANAGEMENT IN THE
KEDEWATAN IRRIGATION AREA, BALI PROVINCE
Subak system has a very important role in agriculture development in Bali,
especially on irrigation lands, so that the subak system should be sustainable.
Subak system with Tri Hita Karana (THK) philosophy has an opportunity to be
transformed into other areas, as long as technology equity could be fulfilled.
Optimal management of subak function is needed for such transformation and
sustainability, therefore this study aims to design optimal management of subak
function using analyses of linear program.
The object of this study was optimizing of subak system function
management in Subak Lohtunduh, located in the upstream region and Subak
Padanggalak, located in the downstream region of Kedewatan Irrigation Area,
Bali Province.Those subak were purposely chosen as its function works normally.
Parameters of subak function management were determined by collecting primary
data such as allocation, distribution, and water irrigation loan; subak facilities‟
maintenance; conflicts resolution; ritual activities; output and input of production,
cost of production, applied areas, and in house man power used; while the
secondary data collected include irrigation suplly and climate conditions. The data
collection was done by survey method. The analysis was done using the analysis
of farming, irrigation water requirement analysis supporting by software CropWat
8.0 for windows, and analysis of linear programs supporting by software
berkendala POM for Windows3. The unit of analyses of this study was subak
system, while for some variables used average of observed parameters.
Results showed that Subak Lohtunduh and Subak Padanggalak optimally
managed the subak function as its accomplished the five subak functions
optimally during each planting season. These include (1) conducted allocation,
distribution, and irrigation water loan; (2) maintened of subak facilities;
(3) conflict resolution by conducting meetings on the early planting season;
(4) conducting ritual activities; and (5) managed of subak resources. Simulation
results show that the system of proportional distribution of irrigation water,
continuous flow systems and methods of one inlet and one outlet has a role in
optimizing the management of water control system functions and can be
transformed into other areas as far as the values of equivalence technology can be
fulfilled. This study suggest that (1) to perform management functions subak
system existing and (2) conduct advanced research in order to further improve the
qualitative analysis of a more comprehensive study.
Keywords: optimization, optimal management, subak function
xi
RINGKASAN
Sistem subak sangat berperanan dalam pembangunan pertanian beririgasi
Bali, sehingga sistem subak perlu dilestarikan. Sementara itu, sistem subak
dengan falsafah THK memiliki peluang untuk ditransformasi ke wilayah lain,
sejauh nilai-nilai kesepadanan teknologi yang dimiliki dapat terpenuhi. Di pihak
lain, di Bali terjadi penurunan luas lahan sawah dan peningkatan penggunaan air
untuk sektor non pertanian. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
melestarikan dan mentransformasi sistem subak adalah melakukan optimalisasi
pengelolaan fungsi sistem subak. Permasalahannya adalah bagaimana merancang
pola pengelolaan fungsi sistem subak yang optimal di subak yang terletak di
daerah hulu dan yang terletak di daerah hilir dalam satu daerah irigasi.
Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk merancang pola
pengelolaan fungsi sistem subak yang optimal. Secara spesifik, tujuan penelitian
ini adalah (1) untuk menemukan pola pengelolaan fungsi sistem subak yang
optimal di subak yang terletak di bagian hulu dan hilir dalam satu daerah irigasi;
(2) untuk mengetahui respon pola pengelolaan fungsi sistem subak yang optimal
jika terjadi penurunan suplai air irigasi; dan (3) untuk mengetahui respon pola
pengelolaan fungsi sistem subak yang optimal jika subak tidak berperan dalam
distribusi dan pinjam air irigasi pada saat defisit air irigasi.
Obyek penelitian ini adalah optimalisasi pengelolaan fungsi sistem subak
di Subak Lodtunduh yang terletak di daerah hulu dan Subak Padanggalak yang
terletak di daerah hilir dari DI Kedewatan, Provinsi Bali. Subak sampel dipilih
secara purposive dengan pertimbangan fungsi subak di kedua subak sampel
berjalan seperti biasanya. Parameter pola pengelolaan fungsi subak ditentukan
dengan menggunakan data primer antara lain aktivitas alokasi, distribusi, dan
pinjam air irigasi; aktivitas pemeliharaan fasilitas subak; aktivitas
penyelenggaraan penyelesaian konflik; aktivitas penyelenggaraan kegiatan ritual;
jumlah produksi, harga produk, jumlah input, harga input, luas lahan sawah,
suplai dana, suplai tenaga kerja keluarga, sedangkan data sekunder antara lain
suplai air irigasi dan kondisi iklim. Populasinya terdiri atas anggota Subak
Lodtunduh sebanyak 68 orang dan anggota Subak Padanggalak sebanyak
110 orang. Pengambilan responden dilakukan secara random sampling sebanyak
30 orang di masing-masing subak sampel dan ditambah dengan lima orang
informan, yaitu dua orang pengurus subak, dua orang pakar subak, dan satu orang
praktisi yang ditentukan secara purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan
dengan metode survei. Analisis yang digunakan adalah analisis usahatani, analisis
kebutuhan air irigasi menggunakan software Cropwat 8.0 for Windows, dan
analisis program linier berkendala dengan menggunakan software POM for
Windows3. Unit analisis dalam penelitian ini adalah subak. Sementara itu, untuk
beberapa variabel menggunakan nilai rata-rata parameter pengamatan.
Hasil analisis menunjukkan bahwa pola pengelolaan fungsi sistem subak
di Subak Lodtunduh dan Subak Padanggalak telah optimal, karena telah
melaksanakan lima fungsi subak secara optimal pada setiap musim tanam, yang
terdiri atas (1) melaksanakan alokasi, distribusi dan pinjam air, (2) memelihara
fasilitas subak, (3) menyelesaikan konflik melalui rapat di awal musim tanam,
melaksanakan kegiatan ritual, dan (5) mengelola sumber daya subak. Namun, pola
pengelolaan fungsi sistem subak yang optimal di kedua subak tersebut memiliki
xii
teknik pelaksanaan yang berbeda. Pola pengelolaan fungsi Subak Lodtunduh yang
optimal, yaitu dalam setiap musim tanam melakukan aktivitas subak:
(1) melaksanakan satu kali rangkaian kegiatan alokasi, distribusi, dan pinjam air
irigasi; (2) melaksanakan tiga kali rangkaian kegiatan pemeliharaan fasilitas
subak; (3) menyelenggarakan tiga kali rapat anggota subak menjelang awal
musim tanam dalam rangka penyelesaian konflik; (4) menyelenggarakan kegiatan
ritual sebanyak satu rangkaian kegiatan ritual; (5) menyelenggarakan satu
rangkaian kegiatan koperasi tani; (6) melakukan usahatani padi seluas 22,50 ha
dan usahatani bunga pacar air seluas 2,50 ha; (7) menjual padi sebanyak
117,90 ton pada MT1 dan 117,68 ton pada MT2; menjual bunga pacar air
sebanyak 14,20 ton pada MT1 maupun MT2; (8) konsumsi padi sebanyak
4,28 ton pada MT1 dan 4,05 ton pada MT2.
Pola pengelolaan fungsi Subak Padanggalak yang optimal, yaitu dalam
setiap musim tanam melakukan aktivitas: (1) melaksanakan satu kali rangkaian
kegiatan alokasi, distribusi, dan pinjam air irigasi; (2) melaksanakan dua kali
rangkaian kegiatan pemeliharaan fasilitas subak; (3) menyelenggarakan dua kali
rapat anggota subak menjelang awal musim tanam dalam rangka penyelesaian
konflik; (4) menyelenggarakan satu rangkaian kegiatan ritual;
(5) menyelenggarakan satu rangkaian kegiatan koperasi tani; (6) melakukan
usahatani padi seluas 112,00 ha; (7) menjual padi sebanyak 697,76 ton pada MT1
dan 707,84 ton pada MT2.
Pola pengelolaan fungsi Subak Lodtunduh maupun Subak Padanggalak
tetap optimal atau memberikan produktivitas maksimal dalam kondisi suplai air
irigasi menurun hingga 42,50% pada MT1 dan 47,15% pada MT2, jika subak
berperan dalam distribusi dan peminjaman air. Jika subak berperan dalam
distribusi dan peminjaman air irigasi maka dihasilkan pola pengelolaan fungsi
sistem subak optimal. Dalam pola pengelolaan fungsi subak yang optimal,
sumberdaya yang langka di kedua subak adalah lahan garapan. Sementara itu, jika
subak tidak berperan dalam distribusi dan peminjaman air irigasi pada saat defisit
air irigasi maka pola pengelolaan fungsi subak menjadi tidak optimal karena tidak
semua lahan sawah dapat diusahakan. Dalam pola pengelolaan fungsi subak yang
tidak optimal ini, sumberdaya yang langka di kedua subak adalah air irigasi, dan
lahan garapan untuk tanaman selain padi di Subak Lodtunduh. Lahan Subak
Lodtunduh yang dapat diusahakan hanya seluas 27,72 ha (55,44% dari 50,00 ha)
dan lahan Subak Padanggalak seluas 86,75 ha (38,73% dari 224,00 ha) selama dua
musim tanam tahun 2012. Akibatnya adalah produktivitas Subak Lodtunduh akan
menurun sebesar Rp 258.621,10 ribu (45,72%) dan produktivitas Subak
Padanggalak akan menurun sebesar Rp 1.808.405,00 (62,68%) dari produktivitas
subak maksimal. Hasil simulasi terhadap pola fungsi subak yang optimal
menunjukkan bahwa sistem distribusi air irigasi secara proporsional (tektek)
dengan menggunakan metode one inlet dan one outlet dapat ditransformasi ke
wilayah lain sejauh nilai-nilai kesepadanan teknologi yang dimiliki dapat
terpenuhi.
Beberapa saran dalam penelitian ini adalah (1) untuk tetap mencapai
produktivitas subak yang maksimal, subak harus tetap melakukan pengelolaan
fungsi sistem subak seperti keadaan saat penelitian; (2) dalam menganalisis
optimalisasi pengelolaan fungsi sistem subak, penelitian ini lebih menekankan
kepada analisis kuantitatif. Oleh karena itu, dalam penelitian selanjutnya agar
lebih meningkatkan analisis kualitatif, sehingga penelitian lebih komprehensif; (3)
xiii
hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan lahan garapan dan air irigasi dalam
beberapa waktu merupakan sumberdaya subak yang langka. Pengelolaan fungsi
sistem subak yang optimal dimungkinkan dapat melestarikan sistem subak jika
didukung oleh faktor internal dan faktor eksternal yang kondusif. Faktor internal
subak yaitu kemampuan subak dalam mengelola fungsi dan sumberdaya subak,
kemudian faktor eksternal yaitu kelestarian sumber air di hulu, kelestarian DAS,
serta faktor-faktor eksternal yang lainnya; dan (4) keterbatasan dalam penelitian
ini adalah analisis sensitivitas yang dilakukan terhadap pola pengelolaan fungsi
subak yang optimal hanya didasarkan pada kelangkaan sumberdaya air. Analisis
sensitivitas terhadap kelangkaan sumberdaya lahan garapan tidak dilakukan
karena keterbatasan waktu. Oleh karena itu, untuk dalam penelitian selanjutnya
perlu dilakukan analisis sensitivitas terhadap kelangkaan sumberdaya lahan agar
penelitian lebih konprehensif.
xiv
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ............................................................................ i
PRASYARAT GELAR ...................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................... iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI ................................................... iv
UCAPAN TERIMAKASIH ................................................................ v
ABSTRAK .......................................................................................... viii
ABSTRACT ........................................................................................ ix
RINGKASAN ..................................................................................... x
DAFTAR ISI ………………………………………………………... xiii
DAFTAR TABEL …………………………………………………... xvi
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………….. xvii
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN .......................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………... xxv
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………
1
1.1 Latar Belakang ……………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………… 7
1.3 Tujuan Penelitian …………………………………………. 8
1.4 Manfaat Penelitian ……………………………………….. 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………
11
2.1 Pengertian dan Karakteristik Subak ……………………….. 11
2.2 Fungsi Subak ………………………………………………. 16
2.2.1 Pencarian dan distribusi air irigasi ………………….. 16
2.2.2 Operasi dan pemeliharaan fasilitas …………………. 20
2.2.3 Mobilisasi sumberdaya dan penggalian dana ………. 21
2.2.4 Penanganan persengketaan/konflik ………………… 22
2.2.5 Penyelenggaan kegiatan ritual ……………………… 22
2.3 Optimalisasi Pengelolaan Fungsi Subak ………………….. 23
2.4 Landasan Teori ……………………………………………. 29
2.4.1 Hubungan fungsi produksi dengan pemograman
linier ………………………………………………...
29
2.4.2 Prinsip optimasi dalam pengelolaan fungsi subak ….. 30
2.4.2.1 Program linier dalam bentuk primal ………. 34
2.4.2.2 Program linier dalam bentuk dual …………. 35
2.5 Penelitian Terdahulu ………………………………………. 39
BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP……………... ..
42
xv
3.1 Kerangka Berpikir …………………………………………. 42
3.2 Konsep …………………………………………………….. 44
BAB IV METODE PENELITIAN …………………………………
48
4.1 Rancangan Penelitian ……………………………………… 48
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ……………………………... 48
4.3 Populasi dan Sampel ………………………………………. 49
4.4 Jenis dan Sumber Data …………………………………….. 50
4.4.1 Jenis data ……………………………………………. 50
4.4.2 Sumber data ………………………………………… 50
4.5 Metode dan Teknik Pengumpulan Data …………………… 51
4.6 Instrumen Penelitian ………………………………………. 52
4.7 Prosedur Penelitian ………………. ………………………. 52
4.8 Analisis Data ………………………………………………. 53
4.8.1 Definisi operasional variabel ……………………….. 55
4.8.2 Spesifikasi model program linier …………………… 56
4.8.3 Validasi pola ….. …………………………………… 73
4.8.4 Analisis sensitivitas ………………………………… 74
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................
75
5.1 Hasil Penelitian ……………………………………………. 75
5.1.1 Karakteristik responden ……………………………. 75
5.1.2 Deskripsi wilayah penelitian ………………………... 78
5.1.2.1 Deskripsi DI Kedewatan ……………..…….. 78
5.1.2.2 Deskripsi Subak Lodtunduh ………………... 82
5.1.2.3 Deskripsi Subak Padanggalak ………........... 85
5.1.3 Kelayakan usahatani …….……………..…………… 90
5.1.4 Pola pengelolaan fungsi subak di wilayah penelitian . 91
5.1.4.1 Pola pengelolaan fungsi Subak Lodtunduh ... 92
5.1.4.2 Pola pengelolaan fungsi Subak Padanggalak 117
5.1.5 Pola pengelolaan optimal fungsi Subak Lodtunduh .. 136
5.1.5.1 Tingkat kendala dan nilai dual (shadow
price) Subak Lodtunduh …………………….
140
5.1.5.2 Simulasi pola pengelolaan fungsi Subak
Lodtunduh …………………………………..
143
5.1.6 Pola pengelolaan optimal fungsi Subak Padanggalak 150
5.1.6.1 Tingkat kendala dan nilai dual (shadow
price) Subak Padanggalak ………………….
154
5.1.6.2 Simulasi pola pengelolaan fungsi Subak
Padanggalak ………………………………...
156
5.2 Pembahasan ……………………………………………….. 162
5.2.1 Analisis pola optimal pengelolaan fungsi subak …… 162
5.2.2 Analisis respon pola optimal pengelolaan fungsi
subak ………………………..……………………...
168
5.2.3 Analisis keragaan sumberdaya subak ……………… 172
xvi
5.2.4 Pengelolaan fungsi subak optimal mendukung
kelestarian subak ……………………………………
174
5.2.5 Pengelolaan fungsi subak optimal mendukung
transformasi subak ………………………………….
177
5.3 Kebaruan (Novelty) ……………………………………….. 181
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ................................................
182
6.1 Simpulan …………………………………………………... 182
6.2 Saran ……………………………………………………….. 184
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………..
186
LAMPIRAN ………………………………………………………… 193
xvii
DAFTAR TABEL
Halaman
1.1. Luas Lahan Sawah Provinsi Bali per Kabupaten Tahun 2004 sd
2013 (ha) …………………………………………………………
5
4.1. Variabel, Indikator, Parameter, dan Pengukuran Optimalisasi
Pengelolaan Fungsi Sistem Subak di DI Kedewatan, Provinsi
Bali .……………………………………………………………...
54
4.2. Rumusan Aktivitas di Subak Lodtunduh dan Subak Padanggalak 58
4.3. Rumusan Kendala Pola Pengelolaan Fungsi Subak di Subak
Lodtunduh dan Subak Padanggalak ……………………………...
67
5.1. Karakteristik Responden di Subak Lodtunduh dan Subak
Padanggalak Tahun 2012 ………………………………………...
75
5.2. Jumlah Subak dan Luas Potensial Subak per Kabupaten/Kota di
DI Kedewatan Tahun 2012 ……………………………………….
78
5.3. Kelayakan Usahatani di Subak Lodtunduh dan Subak
Padanggalak Tahun 2012…………………………………………
90
5.4. Sistem Pengalokasian Air Irigasi di Subak Lodtunduh …………. 92
5.5. Suplai dan Penggunaan Tenaga Kerja Keluarga (TKDK) dalam
Aktivitas Subak Lodtunduh ……………………………………
107
5.6. Suplai dan Penggunaan Tenaga Kerja Keluarga (TKDK) dalam
Aktivitas Subak Padanggalak ……………………………………
129
5.7. Pola Pengelolaan Fungsi Subak Lodtunduh Hasil Survei dan
Hasil Optimal …………………………………………………….
137
5.8. Tingkat Kendala dan Nilai Dual Sumberdaya Subak Lodtunduh 141
5.9. Pola Pengelolaan Fungsi Subak Lodtunduh Hasil Optimal dan
Hasil Simulasi 1 ..………………………………………………...
146
5.10. Pola Pengelolaan Fungsi Subak Lodtunduh Hasil Optimal dan
Hasil Simulasi 2 ………………………………………………….
148
5.11. Pola Pengelolaan Fungsi Subak Padanggalak Hasil Survei dan
Hasil Optimal ……………………………………………………
150
5.12. Tingkat Kendala dan Nilai Dual Sumberdaya Subak Padanggalak 154
5.13. Pola Pengelolaan Fungsi Subak Padanggalak Hasil Optimal dan
Hasil Simulasi 1 …………….……………………………………
159
5.14. Pola Pengelolaan Fungsi Subak Padanggalak Hasil Optimal dan
Hasil Simulasi 2 …………….…………………………………..
161
xviii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1. Bagan Susunan Organisasi Subak yang Memiliki Beberapa
Tempek Tanpa Status Semiotonom ………………..….…………
15
2.2. Jaringan Irigasi Subak .………………………………………….. 20
2.3. Hubungan antara Dua Output dari Pengalokasian Input yang
Terbatas …………………………………………………………..
26
2.4. Hubungan antara Input dengan Berbagai Output .……………….. 30
2.5. Hubungan Primal-Dual dalam Persoalan Program Linier ………. 36
3.1. Kerangka Berpikir Optimalisasi Pengelolaan Fungsi Subak di
DI Kedewatan, Provinsi Bali …………………………………….
44
4.1. Prosedur Penelitian Optimalisasi Pengelolaan Fungsi Sistem
Subak ……………………………………………………………..
52
5.1. Skema Jaringan Irigasi DI Kedewatan …………………………... 80
5.2. Debit Air di Bendung Kedewatan Tahun 2001 sd 2012 ………… 81
5.3. Rata-rata Curah Hujan Bulanan di Wilayah Kecamatan Ubud
Tahun 2000 sd 2012 ……………………………………………...
82
5.4. Struktur Organisasi Subak Lodtunduh …………………………... 83
5.5. Rata-rata Curah Hujan Bulanan di Wilayah Desa Sumerta Tahun
2000 sd 2012 …………………………………..…………………
86
5.6. Struktur Organisasi Subak Padanggalak ……. ……..…………… 88
5.7. Metode Penutupan Saluran Air Irigasi dalam Proses
Peminjaman Air Irigasi antar Petani di Subak Lodtunduh ………
96
5.8. Skema Saluran Irigasi Subak Lodtunduh ………………………... 99
5.9. Kebutuhan dan Suplai Air Irigasi di Subak Lodtunduh .………… 104
5.10. Jadual Tanam di Subak Lodtunduh Tahun 2012 ………………… 106
5.11. Skema Saluran Irigasi Subak Padanggalak ……………………… 119
5.12. Kebutuhan dan Suplai Air Irigasi di Subak Padanggalak ……….. 126
5.13. Jadual Tanam di Subak Padanggalak ……………………………. 127
5.14. Kebutuhan Air Irigasi, Suplai Air Irigasi Aktual, dan Suplai Air
Irigasi Aktual Dikurangi Deviasi di Subak Lodtunduh ………….
144
5.15. Kebutuhan Air Irigasi, Suplai Air Irigasi Aktual, dan Suplai Air
Irigasi Aktual Dikurangi Deviasi di Subak Padanggalak ………..
157
xix
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
Istilah kata-kata
Abangan : talang air (saluran air irigasi yang melintang di atas dan
menyebrang jalan).
Aci : upacara persembahan (ritual).
Adat : aturan-aturan atau kebiasaan yang dianggap telah patut
disepakati bersama sebagai aturan tata tertib kehidupan
masyarakat.
Amputan : pembayaran wajib oleh anggota subak pasif yang lahan
garapannya melebihi standar satu tektek yang telah
ditetapkan. Amputan sebagai konversi terhadap sarana
upacara dalam penyelenggaraan kegiatan ritual, yang
dibayarkan secara berkala setelah panen.
Aungan : trowongan.
Awig-awig : aturan tertulis.
Ayahan : unit tenaga kerja yang harus disumbangkan dalam
kegiatan subak sebagai bentuk kewajiban karena
mendapat hak atas air.
Bale timbang : bangunan kecil di tingkat subak sebagai tempat bertemu
dan istirahat para petani waktu bekerja di sawah.
Banten : sesajen atau sarana untuk persembahan berupa bunga,
buah-buahan dan lain-lain bahan yang umumnya dipakai
dalam ritual keagamaan oleh pemeluk Hindu di Bali.
Bedugul : pura yang pasti ada pada setiap kawasan subak untuk
memuja Dewi Sri sebagai manifestasi Tuhan selaku
Dewi Kesuburan. Bedugul ada di tingkat subak atau di
tingkat munduk/tempek.
Bindu : lubang pada terowongan sebagai tempat masuk orang
dan untuk sirkulasi udara yang diletakkan vertikal
(tempat masuk dari atas).
Biyukukung : ritual oleh petani perorangan pada saat padi bunting
(berumur sekitar 70 hari). Di beberapa subak disebut
dengan istilah miseh, ngiseh, ngeduabulanin,
melupusan.
Buka : bagian dari bangunan empelan/bendung tempat
masuknya air menuju areal subak (intake).
Calung : lubang untuk masuk ke dalam trowongan dari samping,
sama dengan bindu.
Dewasa ayu : hari yang dianggap baik untuk memulai suatu pekerjaan
tertentu.
Dewi Sri : manifestasi Tuhan sebagai Dewi Kesuburan.
Deterministic : single value expectation, artinya semua input atau
koefisien dari aktivitas harus mempunyai nilai tertentu
atau pasti.
xx
Empelan : bendung yang tidak permanen yang dibuat oleh subak.
Huma : sawah.
Intake : bagian dari bangunan empelan/bendung tempat
masuknya air menuju areal subak (buka).
Janur : daun kelapa.
Juru arah : orang yang diberi tugas oleh pimpinan organisasi
tradisional semisal subak untuk menyampaikan
undangan atau pengumuman/informasi kepada para
anggota. Istilah lain adalah kesinoman/ saya.
Juru raksa/petengen : bendahara.
Kelian/ kelihan/
klian/ kliang
: orang yang lebih tua atau dituakan atau kepala (ketua
dari suatu organisasi tradisional) seperti kelian munduk,
kelian subak.
Kertamasa : sistem tanam padi secara serempak, atau hampir
bersamaan.
Kilan : bangunan pembagi air yang mengalirkan air masuk ke
petakan sawah.
Klasier : klasifikasi.
Krama subak : anggota subak.
Kulkul : kentongan dari batang kayu.
Langki/tanjerig : bangunan pembatas air.
Leluputan : anggota subak yang dibebaskan dari kegiatan-kegiatan
gotong royong dan bentuk kontribusi lainnya.
Lungsuran/
surudan/paridan
: bahan-bahan sesajen berupa buah-buahan, kue, telor,
daging dan sebagainya yang dapat dikonsumsi setelah
dipersembahkan kepada Yang Maha Esa dalam berbagai
manifestasi-Nya.
Mebalik sumpah : upacara korban suci dengan menggunakan hewan seperti
itik, angsa, anjing, dan hewan lainnya dalam upaya
menjaga keseimbangan ekosistem secara spiritual
(niskala).
Magpag/ mendak
toya
: ritual untuk menjemput air irigasi di bendung (empelan)
yang dilakukan oleh subak saat menjelang musim tanam
Mantenin : ritual subak yang dilakukan oleh keluarga petani
masing-masing pada saat padi sudah disimpan di
lumbung (ngodalan di lumbung atau odalan ring jineng)
Mebanten manyi : upacara yang dilaksanakan pada saat panen berlangsung.
Istilah lainnya adalah nuduk dewa.
Makar aser : pekaseh (pengurus pertanian).
Maongin : suatu kelompok anggota subak atau suatu wilayah subak
yang mendapat giliran yang kedua atau pertengahan.
Moksa artham
jagathita
: kesejahteran lahir batin.
Mubuhin : upacara yang diselenggarakan pada saat padi berumur15
hari.
Munduk/tempek : sub-subak, yang memiliki otonomi ke dalam, tetapi tidak
memiliki otonomi ke luar.
Nangluk merana : upacara yang dilakukan oleh subak dengan tujuan untuk
xxi
memberantas hama/penyakit tanaman.
Natak tiyis : sistem irigasi yang mengandalkan air dari tirisan sawah-
sawah di hulu.
Neduh : upacara diadakan pada saat padi berumur satu bulan
(ngebulanin).
Ngasep : sebagian dari wilayah subak yang mendapat giliran air
paling akhir.
Ngendagin/ ngandeg
makal
: upacara yang diadakan saat umur padi mencapai 35 hari
dan 70 hari.
Ngeroras : upacara yang dilaksanakan pada saat padi berumur 12
hari di Sanggah Catu.
Ngerirun : suatu sistem bangunan-bagi berbentuk box. Salah satu
ambangnya mengarah ke samping, sedangkan ambang
lainnya mengarah lurus ke hilir. Ada ambang yang
diposisikan menyiku terhadap ambang yang lainnya.
Ngulapin : upacara perorangan yang diadakan setelah selesai
menanam padi atau setelah selesai tandur.
Ngulu : sebagian dari wilayah subak yang menerima bagian air
paling dulu (giliran pertama).
Ngurit/pengwiwit : persembahan oleh petani perorangan pada saat membuat
pesemaian (pembibitan padi).
Ngusaba/ mesaba/
nyaupin/ ngusaba
nini
: upacara yang dilakukan saat menjelang panen atau ada
juga yang menyelenggarakan setelah panen sebagai
ungkapan rasa syukur di Pura Bedugul dengan membuat
simbul Dewi Sri. Lima hari sebelum ritual ngusaba nini,
diawali dengan upacara nyangket, yaitu beberapa bulir
padi di dekat ulun carik diisi tanda atau diikat dengan
kain putih kuning yang akan dibuatkan simbul Dewi Sri
pada waktu upacara ngusaba nini.
Non-negativity : setiap input, output serta penyelesaian yang dihasilkan
tidak boleh negatif.
Nuasen/ nandur/
mabulihan/ nuasen-
nandur/ bebulih/
bubuh bulih
: ritual yang dilakukan oleh petani perorangan pada saat
menjelang selesai mengolah tanah atau pada saat akan
menanam padi.
Numbak : sistem bangunan-bagi berbentuk jari, atau semua
ambangnya diletakkan dalam satu garis lurus dan
mengarah lurus ke hilir).
Nyorog/ nugel
bumbung
: sistem pendistribusian air di mana wilayah sawah dibagi
menjadi dua sampai dengan tiga kelompok: ngulu (dapat
giliran air paling dulu), menyusul kelompok yang
ditengah (maongin), dan setelah itu menyusul kelompok
hilir (ngasep). Jarak waktu pergantian giliran adalah
sekitar dua sampai dengan empat minggu.
Nyungsung : sejenis ritual subak dalam upaya memohon kepada-Nya
agar hama tidak menyerang tanaman. Ritual ini hampir
xxii
mirip nangluk merana. Di tempat-tempat tertentu,
nyungsung dimaksudkan sebagai ritual setelah padi
berumur dua bulan atau 42 hari atau 35 hari atau
menjelang padi akan bunting (sebelum upacara
biyukukung).
Pangkung : anak sungai yang biasanya tidak berair kecuali pada
musim hujan yang biasanya dipakai untuk tempat
membuang air yang tak terpakai dan dapat dijadikan
sebagai sumber air bagi subak yang natak tiyis.
Paras paros : prinsip bahwa dalam hidup bermasyarakat wajib saling
tolong menolong, saling percaya mempercayai dan
saling menghargai. Ungkapan lengkapnya adalah “ paras
paros sarpayana, sagilik saguluk sabayantaka” paras
paros segilik seguluk selunglung sebayantaka.
Pekaseh/kelian
subak
: ketua subak.
Pekiyuh/pepiyuh : bangunan pelimpah samping di saluran irigasi yang
berfungsi sebagai penguras.
Pemangku : orang yang diberi tugas memimpin upacara di suatu pura
Pengampel/pengoot : anggota subak pasif atau tidak aktif dalam kegiatan
subak, tetapi sebagai gantinya diwajibkan membayar
sejumlah uang berdasarkan bagian air yang diperoleh.
Pengedendeng : suatu bangunan yang relatif aman untuk menguras air
yang berlebihan.
Pengoros : penguras.
Pengulun subak : pura subak.
Penyarikan : sekretaris.
Perarem : aturan yang tidak tertulis yang disepakati dalam rapat-
rapat subak.
Perlak : tegalan.
Peson-peson : kontribusi yang wajib diberikan oleh seorang anggota
kepada subak dalam bentuk bahan-bahan.
Petajuh/pangliman : wakil pekaseh.
Petaku : bangunan pelengkap untuk tempat terjunnya air
(bangunan terjun).
Petelik : seorang anggota subak yang ditugaskan untuk
mengontrol saluran irigasi atau matelik/ metelik/
magebagan.
Peturunan : uang iuran yang dipungut dari anggota subak sewaktu-
waktu sesuai kebutuhan berdasarkan luas sawah garapan
masing-masing.
Piodalan/odalan : upacara memperingati hari jadinya sebuah pura, yaitu
setiap 210 hari.
Prajuru subak : staf pengurus subak.
Pura : bangunan suci tempat melakukan pemujaan atau
persembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam
berbagai manifestasi-Nya.
Pura empelan : pura yang berlokasi di sekitar kawasan bendung atau
empelan dari mana subak yang bersangkutan
xxiii
memperoleh air irigasi.
Ririgan : sistem peminjaman air irigasi dengan Sistem Giliran
perkelompok.
Sanggah catu : bangunan suci yang terdapat pada setiap komplek
persawahan milik petani, yang umumnya diletakkan di
sekitar dekat bangunan-sadap dari komplek sawah milik
petani yang bersangkutan.
Sangkepan/paruman : rapat anggota.
Sarin tahun/
suwinih/sawinih
: salah satu kewajiban yang harus dipenuhi oleh anggota
untuk memberikan kontribusi berupa sejumlah hasil
panen kepada subak yang akan dipakai dalam
pelaksanaan ritual di pura-pura subak.
Sawen : tanda larangan, misalnya berupa ranting kayu yang
ditancapkan di tempat yang akan dihindarkan dari
gangguan orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Sedahan : seorang petugas yang merupakan aparat pemerintah
(pegawai negeri) daerah kabupaten/kota yang bertugas
untuk mengkoordinasikan pimpinan subak di wilayah
tertentu (membantu tugas sedahan-agung dalam
lingkungan suatu pasedahan), umumnya di tingkat
kecamatan. Sebelumnya disebut asidahan.
Sekehe manyi : kumpulan pemanen padi. Sekehe adalah suatu organisasi
profesi.
Sekehe yeh : anggota subak yang berstatus aktif, istilah lainnya adalah
krama ngayah.
Sikut/tuluk : kumpulan petak sawah milik anggota subak perorangan
dan luasnya bervariasi antar anggota.
Sistem terus
menerus
: Sistem pengaliran air irigasi terus menerus secara
serentak
Subak gede : wadah atau organisasi yang anggotanya terdiri atas
beberapa ekosistem subak yang didasari oleh
kepentingan yang sama dan telah memiliki struktur
organisasi.
Subak agung : wadah atau organisasi yang bertanggung jawab semua
ekosistem subak yang berada di sepanjang DAS.
Sungsung : sebagai contoh pura disungsung oleh subak tertentu,
maksudnya subak tersebut bertanggungjawab terhadap
pendirian, pemeliharaan, dan melakukan semua aktivitas
yang ada di pura tersebut
Talikunda : saluran cacing atau saluran air yang khusus diperuntukan
bagi petani individual atau samakunda.
Tebasan : sistem penjualan hasil padi sistem kontrak ketika
tanaman padi masih di sawah tetapi sudah siap panen.
Tebih : sepetak sawah dalam satu sikut.
Telabah : saluran irigasi. Telabah aya adalah saluran primer;
telabah pemaron adalah saluran sekunder; telabah cenik
xxiv
adalah saluran tersier; telabah penasan adalah saluran
untuk kelompok petani dalam komplek persawahan yang
terdiri atas sekitar 10 orang; telabah kanca untuk
sekelompok petani yang terdiri atas sekitar lima orang
(telabah panca). Saluran air khusus bagi petani
perorangan disebut telabah penyahcah atau telabah
pengalapan. Telabah pengutangan adalah saluran
pembuangan air irigasi.
Tektek/kecoran : ukuran pembagian air yang dialokasikan kepada setiap
anggota subak berdasarkan faktor-faktor tertentu seperti
luas sawah garapan, jauh dekatnya sawah dari sumber
air, sifat tanah, faktor historis, dan kedudukan dalam
subak.
Tembuku : bangunan-bagi yang biasa dibuat dari batang kayu atau
beton. Tembuku aya/gede adalah bangunan bagi pada
saluran primer atau bangunan bagi untuk beberapa
subak; tembuku pemaron adalah bangunan bagi di
saluran sekunder atau bangunan bagi untuk beberapa
tempek; tembuku cenik adalah bangunan bagi di saluran
tersier; tembuku penasan adalah bangunan bagi di
saluran kuarter; dan tembuku pengalapan adalah
bangunan bagi yang langsung membawa air untuk sawah
milik petani perorangan. Tembuku daanan adalah
bangunan sadap.
Tigasana : pajak pertanian.
Tri Hita Karana : suatu konsep yang menyatakan bahwa setiap manusia
yang ingin mencapai kesejahteraan/kebahagiaan dalam
hidupnya harus menjaga keserasian dengan Tuhan YME
(gatra parhyangan), menjaga keserasian dengan
lingkungannya (gatra palemahan), dan menjaga
keserasian dengan sesamanya (gatra pawongan).
Tirtha : air suci yang biasanya disiapkan oleh rohaniawan atau
pemuka agama yang bertugas memimpin upacara
persembahyangan.
Ulun carik : Suatu “altar” yang diletakkan dekat sawah pengalapan
yakni yang paling di hulu milik petani individual untuk
persembahan-persembahan setiap ada upacara yang
terkait dengan umur tanaman padi, yang disebut
Sanggah Catu.
Singkatan
BB : Bangunan bagi
xxv
BBMKG : Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
DAS : Daerah aliran sungai
DI : Daerah irigasi
Dinas PU : Dinas Pekerjaan Umum
FAO : Food and Agriculture Organization
HOK : Hari orang kerja
MT : Musim tanam
MVP : Marginal value product
KK : Kepala keluarga
OP : Operasi dan pemeliharaan
PBB : Perserikatan Bangsa-Bangsa
PPC : Production possibilities curve
PP : Peraturan Pemerintah
RDKK : Rencana definitif kebutuhan kelompok
THK : Tri Hita Karana
TKDK : Tenaga kerja dalam keluarga
UNESCO : United Nation Education Scientific and Cultural
Organization
UU : Undang-Undang
xxvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Letak Subak Lodtunduh dan Subak Padanggalak di Pulau Bali .... 194
2 Sistem Distribusi Air Irigasi Metode One Inlet dan One Outlet
dalam Sistem Subak …… ………………………………………...
195
3 Matriks Koefisien Pola Pengelolaan Fungsi Subak Lodtunduh …. 196
4 Matriks Koefisien Pola Pengelolaan Fungsi Subak Padanggalak .. 200
5 Kebutuhan Air Irigasi, Suplai Air Irigasi Aktual, dan Suplai Air
Irigasi Aktual Dikurangi Deviasi Air Irigasi di Subak Lodtunduh
Tahun 2012 ………………………………………………………..
202
6 Kebutuhan Air Irigasi, Suplai Air Irigasi Aktual, dan Suplai Air
Irigasi Aktual Dikurangi Deviasi Air Irigasi di Subak Lodtunduh
Tahun 2012 ………………………………………………………..
203